Post on 04-Mar-2019
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA DENGAN
KINERJA OPERASI DAN RETURN SAHAM DI SEKITAR IPO
SKRIPSI
Oleh
Didi Suprianto
NIM : 104081002570
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
ii
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA DENGAN
KINERJA OPERASI DAN RETURN SAHAM DI SEKITAR IPO
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Didi Suprianto
NIM : 104081002570
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE, MAB
NIP. 150317955 NIP. 150317593
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
iii
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA DENGAN
KINERJA OPERASI DAN RETURN SAHAM DI SEKITAR IPO
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Didi Suprianto
NIM : 104081002570
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE, MAB
NIP. 150317955 NIP. 150317593
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP. 131474891
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
iv
Hari ini Kamis Tanggal 7 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Didi Suprianto NIM : 104081002570
dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA
DENGAN KINERJA OPERASI DAN RETURN SAHAM DI SEKITAR IPO” Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung,
maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Agustus 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda. SE, Msi
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
v
CURRICULUM VITAE
Didi Suprianto Hp : 08568620788
didi.suprianto@yahoo.co.id
Nama : Didi Suprianto
Tempat & Tgl Lahir : Banjarnegara, 20 April 1984
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kebon kosong 7 Rt 013 Rw 03 No. 21. Jakarta
Pusat.
� 1991-1997 : Sekolah Dasar Swasta (SDS) Kebon Kosong Pagi Jakarta
� Pusat
� 1997-2000 : Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 78 Jakarta Pusat
� 2000-2003 : Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Purwareja
� Klampok, Banjarnegara, Jawa-tengah
� 2004-2008 : Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
� Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
� Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pendidikan Formal
Pengalaman Organisasi
Identitas
vi
ABSTRACT
The purpose of this research to examine is in surrounding IPO happen
earning management, is operating performance and stock return after IPO underperformance, is found earning management influence with operating
performance. This study takes sample from 30 company registered at Indonesia
stock Exchange (IDX), publicized at prospectus and financial report from 2001-
2005, analysis method in this result used one sample t-test, paired sample test, and
multiregression.
The study found that companies already proved to do earning management
before IPO, year IPO, and after IPO. The result of this study consistent with
Syaiful (2004), Sri Anik (2004), Jain and Kini (1994), Freidlan (1994), Kiswara
(1999), Sutamto (2000), and Gumanti (2001). Researcher also found operating
performance before and after IPO are relative same, although mean operating
performance after IPO is bigger then mean operating performance before IPO,
consistent with Sri Anik.
About stock return, the researcher success found stock return after IPO
underperformance, This study consistent with Syaiful (2004), Rodoni (2002) and Amin (2007). And about earning management influence, researcher doesn’t can to
find influence significant between earning management with operating performances.
Key word : earning management, IPO, stock return, operating performance,
accrual
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah di sekitar IPO terjadi
manajemen laba, apakah kinerja operasi dan return saham setelah IPO rendah. Apakah terdapat adanya pengaruh manajemen laba dengan kinerja operasi setelah
IPO. Penelitian ini mengambil sampel dari 30 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang dipublikasikan di prospektus dan laporan keuangan
dari tahun 2001-2005. Metode analisia dalam penelitian ini menggunakan one
sample t-test, paired sample test, dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan telah terbukti melakukan manajemen laba menjelang IPO, pada saat IPO, dan sesudah IPO. Hasil ini
konsisten dengan Syaiful (2004), Sri Anik (2004), Jain dan Kini (1994), Freidlan
(1994), Kiswara (1999), Sutamto (2000), dan Gumanti (2001).Peneliti juga
menemukan bahwa kinerja operasi sebelum dan sesudah IPO relatif sama,
meskipun dilihat rata-rata kinerja opersi sesudah IPO lebih besar daripada kinerja
operasi menjelang IPO, konsisten dengan Sri Anik (2004).
Berkaitan dengan return saham peneliti berhasil menemukan return saham
setelah IPO rendah, hasil ini konsisten dengan penelitian Syaiful (2004), Rodoni
(2002) and Amin (2007). Dan berkaitan dengan pengaruh manajemen laba,
peneliti tidak mampu menemukan pengaruh yang signifikan antara manajemen
laba dengan kinerja operasi.
Kata kunci : manajemen laba, IPO, return saham, kinerja operasi, akrual
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam, yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Analisis Pengaruh Manajemen Laba Dengan Kinerja Operasi dan Return Saham
Di Sekitar IPO”. Shalawat serta salam semoga tetap dan akan terus tercurahkan
untuk Nabi Muhammad SAW, manusia pilihan yang pribadinya adalah tauladan
bagi kita semua, kepada keluarganya, sahabatnya, sampai kepada para
pengikutnya.
Penulis sadari tiada kesuksesan apapun tanpa motivasi dan dorongan orang
lain. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis menyampaikan penghargaan
setinggi-tingginya dan menghaturkan terima kasih kepada semua pihak, baik
secara langsung ataupun tidak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini :
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I, dan
Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku dosen pembimbing II.
3. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Khususnya di jurusan
manajemen keuangan yang telah mentransfer ilmu pengetahuan kepada
penulis guna memperluas wawasan keilmuan sebagai kewajiban umat
Islam, semoga ilmu yang diberikan selama perkuliahan dapat bermanfaat.
4. Pimpinan dan staff/karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN syarif Hidayatullah Jakarta atas
literaturnya baik selama penulisan skripsi dan perkulahan berlangsung.
5. Orangtua khususnya ibunda yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materi dalam penyusunan skripsi ini.
ix
6. Kepada sahabat Martan, Ozy, Fadli yang selalu bersama-sama penulis
dalam suka maupun duka dan banyak memberikan nasihat dan motivasi,
semoga persahabatan kita kita tak akan putus. Sahabat-sahabat kelas
manajemen E angkatan 2004, terima kasih atas support dan
kebersamaannya selama ini, banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang
Insya Allah menjadi manfaat untuk penulis.
7. Dan semua pihak yang telah ikut membantu hingga tersusunnya karya ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik, saran dan masukan konstruktif dari berbagai pihak agar dapat lebih
memberikan manfaat dikemudian hari.
Jakarta, 28 November 2008
Penulis,
Didi Suprianto
x
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. v
Abstract........................................................................................................ vi
Abstrak......................................................................................................... vii
Kata pengantar ............................................................................................ viii
Daftar Tabel ................................................................................................. x
Daftar Gambar ............................................................................................ xiii
Daftar Lampiran.......................................................................................... xiv
BAB I Pendahuluan ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 10
BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................ 12
A. Pengertian Manajemen Laba .............................................................. 12
B. Initial Public Offering (IPO)............................................................... 16
C. Pola Manajemen Laba ........................................................................ 18
D. IPO dan Manajemen Laba .................................................................. 19
E. Rasio Likuiditas ................................................................................. 21
F. Manajemen Laba dan Kinerja Operasi ................................................ 21
G. Manajemen Laba dan return Saham.................................................... 23
H. Hipotesis ............................................................................................ 26
I. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 27
xi
J. Bagan Kerangka Pemikiran ................................................................ 29
BAB III Metodologi Penelitian .................................................................... 31
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 31
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 31
C. Metode Pengumpulan Data................................................................. 32
D. Metode Analisis ................................................................................. 32
E. Operasional Variabel Penelitian.......................................................... 41
BAB IV Analisis dan Pembahasan .............................................................. 46
A. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) ................................................... 46
B. Perkembangan Penawaran Umum Perdana ......................................... 49
C. Analisis Deskriptif.............................................................................. 51
D. Pengolahan dan Pengujian Earning Management................................ 53
E. Pengujian dan Interpretasi Hasil Penelitian......................................... 61
1. Pengujian Hipotesis Penelitian........................................................ 61
2. Interpretasi Hasil Penelitian............................................................ 78
BAB V Kesimpulan dan Implikasi .............................................................. 81
A. Kesimpulan ........................................................................................ 81
B. Implikasi ............................................................................................ 82
Daftar Pustaka ............................................................................................... 84
Lampiran ....................................................................................................... 87
xii
DAFTAR TABEL
4. 1 Statistik Emisi Saham IPO ..................................................... 50
4. 2 Deskriptif Statistik ................................................................. 52
4.3 Hasil One sample Kolmogorov Smirnov ................................. 54
4.4 Hasil Multikolinearitas............................................................ 54
4. 5 Hasil Durbin Watson.............................................................. 55
4. 6 Hasil Scatterplot .................................................................... 56
4. 7 Hasil Model Summary ........................................................... 57
4. 8 Hasil Anova ........................................................................... 58
4. 9 Hasil Uji Signifikansi Model.................................................. 60
4. 10 Hasil One sample Kolmogorov Smirnov .............................. 62
4. 11 Hasil One Sampel T-Test ..................................................... 63
4.12 Hasil One sample Kolmogorov Smirnov ............................... 66
4. 13 Hasil Uji Beda Kinerja Operasi Sebelum dan Sesudah IPO .. 67
4. 14 Hasil One sample Kolmogorov Smirnov .............................. 68
4. 15 Hasil Multikolinearitas......................................................... 69
4. 16 Hasil Durbin Watson............................................................ 70
4. 17 Hasil Scatterplot................................................................... 71
4. 18 Hasil Model Summary ......................................................... 72
4. 19 Hasil Anova ......................................................................... 73
4. 20 Hasil Uji Signifikansi Model................................................ 74
4. 21 Hasil One sample Kolmogorov Smirnov .............................. 75
4. 22 Hasil One Sampel T-Test ..................................................... 76
xiii
DAFTAR GAMBAR
J.1. Indikasi Earning Management, Kinerja Operasi dan Return Saham
Underperformance.................................................................................. 29
J. 2. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Operasi Sesudah IPO ...... 30
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Output Non Discretionary Accruals................................... 88
2. Lampiran 2 Output Uji Beda Discretionary Accruals ........................... 91
3. Lampiran 3 Output Uji Beda Kinerja Operasi ....................................... 92
4. Lampiran 4 Output Regresi Manajemen Laba, Quick Ratio, SGRO
Terhadap Kinerja Operasi..................................................................... 93
5. Lampiran 5 Output Uji Beda Cummulative Abnormal return ................ 96
6. Daftar Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian............................... 97
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan yang ingin tetap bertahan dan mampu memenangkan
persaingan bisnis harus selalu melakukan inovasi. Inovasi menyebabkan
perusahaan tumbuh dan berkembang. Perkembangan usaha tersebut memaksa
manajemen perusahaan melakukan perluasan usaha, baik dengan diversifikasi
maupun dengan intensifikasi. Perluasan usaha berdampak pada kebutuhan dana
yang terus meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas perusahaan akan
menyulitkan perusahaan tersebut untuk memenuhinya. Oleh sebab itu dibutuhkan
pihak lain yang bersedia memberikan bantuan kepada perusahaan, seperti investor
dan kreditor.
Pasar modal merupakan media yang dapat mempertemukan pihak yang
akan memberikan dana dengan perusahaan yang membutuhkan dana. Agar dapat
memperoleh dana dari dari pihak penyedia dana, perusahaan dapat menerbitkan
saham atau obligasi yang akan diperjualbelikan di pasar modal. Keputusan untuk
menjual saham atau obligasi sangat bergantung pada pertimbangan manajemen
dan pemilik perusahaan. Manajemen yang memiliki keinginan untuk menerbitkan
saham atau obligasi harus disampaikan pada pemegang saham dalam rapat umum
pemegang saham untuk mendapatkan persetujuan. Jika dalam rapat umum
pemegang saham akan berusaha memperoleh dana dari pasar modal melalui
penerbitan saham, maka bagi perusahaan yang belum pernah menawarkan
2
sahamnya di pasar modal akan melakukan penawaran saham perdana (initial
public offering/IPO).
IPO dilakukan perusahaan apabila telah memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan oleh pengawas pasar modal (seperti Bapepam di Indonesia dan SEC di
Amerika Serikat). Salah satu syarat yang ditetapkan pengawas pasar modal adalah
prospektus. Prospektus berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang di jual (Hartono 2000:20).
Prospektus tersebut disiapkan oleh perusahaan untuk keperluan registrasi dan
didistribusikan kepada publik (Francis 1993:154). Salah satu informasi penting
dalam prospektus adalah informasi keuangan perusahaan yang disajikan dalam
neraca dan laporan laba rugi tiga tahun sebelum IPO (Francis 1993:86).
Prospektus tersebut didistribusikan untuk setiap investor potensial (Jones
2000:75).
Fenomena lain menunjukkan adanya asimetri informasi (asymetric
information) yang menyertai kebijakan IPO. Walaupun investor mempunyai
informasi yang cukup mengenai perusahaan yang melakukan IPO tersebut,
asimetri informasi tetap terjadi dalam penawaran ini (Ritter, 1991; Beatty, 1989;
Leland dan Pyle, 1997). Kondisi inilah yang memotivasi manajemen untuk
bersikap oportunistik untuk melakukan manipulasi terhadap kinerjanya baik
sebelum dan pada saat penawaran (Jones, 1991; Freidlan, 1994; Gumanti, 2001;
Setiawati, 2002; Ihalauw dan Afni, 2002).
Manipulasi yang dikenal dengan istilah earnings management ini akan
mengakibatkan penurunan kinerja (underperformance) setelah penawaran (Ritter,
3
1991; carter et al., 1998). Namun praktek earnings management di sisi lain dapat
mempengaruhi nilai perusahaan (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Kondisi ini
terjadi karena earnings yang diumumkan pada saat IPO tampak relatif baik
sehingga respon pasar menjadi positif. Paek dan Press (1997) dalam Wilopo dan
Mayangsari (2002) menyatakan bahwa nilai pasar perusahaan dipengaruhi oleh
motivasi manajer yang mandasari adanya discretionary accruals dalam kebijakan
earnings management.
Kebijakan earnings management dalam hal ini ditujukan untuk
memberikan sinyal positif kepada pasar tentang perusahaan yang dikelolanya.
Sinyal positif ini diwujudkan dalam kinerja yang di laporkan (biasanya dalam
prospektus penawaran). Namun sinyal positif ini dalam jangka panjang tidak bisa
dipertahankan oleh manajemen, yang tercermin dari penurunan kinerja yang
dilaporkan oleh perusahaan tersebut (Teoh et al., 1998). Loughran dan Ritter
(1997) menemukan perbedaan antara kinerja operasi lima tahun sebelum dan
sesudah penawaran, yaitu adanya penurunan kinerja dalam jangka panjang.
Rodoni (2002) juga menemukan bahwa kinerja IPO untuk jangka panjang
menunjukkan kinerja yang negatif. Sementara Denis dan serin (1999) mencatat
bahwa rendahnya kinerja pasca IPO diakibatkan pengukuran earnings yang
dilakukan secara “tidak tepat” oleh manajemen. Kondisi ini mempengaruhi
interpretasi investor terhadap kinerja perusahaan dan mengakibatkan investor
mempunyai harapan profitabilitas masa depan perusahaan yang keliru. Atau
dengan kata lain investor yang naif akan over-optimistik dalam meramalkan
earnings masa depan dan mengalami kekecewaan terhadap realisasinya pada
4
periode pasca penawaran. Penurunan kinerja yang terjadi sebagai dampak
pengukuran tersebut akan terjadi selama lima tahun setelah IPO. Shivakumar
(2000) juga menunjukkan bahwa manajemen telah melakukan overstate terhadap
earnings sebelum melakukan pengumuman IPO. Lebih lanjut penelitian tersebut
menunjukkan bahwa investor sebenarnya sudah menduga adanya manajemen laba
(earnings management) dan secara rasional berusaha melepaskan pengaruhnya
pada saat pengumuman IPO. Jadi investor memiliki penilaian yang rendah
terhadap earnings sebelum IPO dan secara rasional memberikan nilai yang rendah
untuk perusahaan.
Setiap investor yang akan melakukan investasi di pasar modal akan
memperoleh prospektus. Prospektus tersebut akan merupakan satu-satunya
informasi yang akan digunakan oleh investor untuk menentukan keputusan
investasinya pada perusahaan yang melakukan IPO. Investor hanya dapat
menggunakan prospektus sebagai sumber informasi mengenai perusahaan
tersebut. Hal ini disebabkan tidak terdapat media lain yang dapat memberikan
informasi mengenai perusahaan tersebut sebelum IPO. Sehingga informasi
asymetry antara manajemen dengan pihak eksternal perusahaan tinggi (Teoh et al.
1998a). Informasi asymetry yang tinggi tersebut memberikan peluang kepada
manajemen melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk meningkatkan
kemakmurannya (utility).
Manajemen laba dilakukan manajemen dengan cara memilih
kebijaksanaan akuntansi atau kebijaksanaan akrual yang dapat menggeser laba
pendapatan periode yang akan datang ke periode sekarang atau menggeser biaya
5
periode sekarang ke periode yang akan datang. Manajemen laba yang dilakukan
dengan cara pemilihan kebijaksanaan akuntansi mudah dideteksi oleh investor.
Sedangkan apabila dilakukan dengan kebijaksanaan akrual, akan sulit di deteksi.
Oleh sebab itu penelitian ini akan menggunakan pendekatan akrual untuk
menentukan manajemen laba. Pendekatan tersebut digunakan oleh (Rangan 1998;
Dechow et al. 1995; Teoh et al, 1998a; 1998b; Hall dan Stammerjohan 1997;
Shivakumar 2000; Sutanto 2000).
Meskipun informasi asymetry antara manajemen dan investor tidak lagi
tinggi setelah IPO, namun berbagai penelitian menunjukkan manajemen laba
menjelang terjadi pula ketika seasoned equity offering (SEO). Teoh et al. (1998b)
menemukan manajemen melakukan penyesuaian akrual dalam rangka menaikkan
laba menjelang SEO. Rangan (1998) juga menemukan hal yang sama dengan apa
yang ditemukan Teoh et al. (1998b). Loughrean dan Ritter (1997) membuktikan
bahwa kinerja perusahaan setelah melakukan SEO menurun. Shivakumar (2000)
memberikan bukti bahwa manajemen melakukan manajemen laba disekitar SEO,
meskipun tidak ditujukan untuk menyesatkan investor dalam pengambilan
keputusan investasi.
Melihat pada hasil penelitian yang menemukan pada berbagai penawaran
saham terjadi manajemen laba (seperti IPO dan SEO), maka diskusi mengenai
manajemen laba semakin meningkat terutama berkaitan dengan penetapan standar
akuntansi mengenai manajemen laba tersebut.Walaupun demikian banyak diskusi
yang dilakukan berkaitan dengan manajemen laba belum terdapat suatu
kesepakatan tentang apakah manajemen laba diizinkan atau tidak. Menurut
6
Munter (1999) dan Ketz (1999) manajemen laba harus dicegah, karena dapat
menyesatkan keputusan investor. Sedangkan Subramanyam (1996) menyatakan
bahwa jika manajemen laba dilakukan dengan metode perataan laba (income
smoothing) tidak perlu dipersoalkan. Karena jika yang dilakukan manajemen
adalah perataan laba ternyata mampu memperbaiki kemampuan laba untuk
mencerminkan nilai ekonomis perusahaan. Manajemen laba menjelang IPO dan
SEO perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena pada umumnya bertujuan
untuk meningkatkan kemakmuran manajemen dengan cara melaporkan laba
sekarang lebih tinggi daripada laba periode yang akan datang. Namun demikian
tidak perlu sampai mencegah, seandainya investor mampu bereaksi dengan cepat
terhadap manajemen laba tersebut.
Reaksi investor terhadap manajemen laba ditunjukkan dengan penyesuaian
terhadap harga saham setelah IPO dan SEO. Ritter (1991) menyatakan bahwa
kinerja harga saham menurun beberapa periode setelah IPO. Hal ini disebabkan
investor terlalu optimis pada saat IPO. Teoh et al. (1998b) menyatakan bahwa
perusahaan yang melakukan IPO akan melaporkan laba melebihi cash flow
dengan mengambil akrual yang positif. Sehingga kinerja saham akan menurun
selama tiga tahun setelah IPO. Laughren dan Ritter (1997) menyatakan kinerja
saham yang rendah setelah SEO merupakan suatu anomaly dalam pasar efisien.
Penelitian terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
terbukti bahwa telah terjadi manajemen laba menjelang IPO (Sutanto 2000; dan
Gumanti 2001). Kiswara (1999) menemukan bahwa perusahaan yang terdaftar di
BEJ melakukan praktek manajemen laba untuk membentuk persepsi investor yang
7
positif terhadap perusahaan. Gumanti (2001) menyimpulkan bahwa dalam periode
dua tahun menjelang IPO terbukti perusahaan melakukan manajemen laba, namun
tidak terdapat indikasi manajemen laba dalam periode satu tahun menjelang IPO.
Perhatian terhadap reaksi investor berkaitan dengan manajemen laba
belum diberikan oleh peneliti, meskipun terdapat beberapa peneliti yang
mengaitkan antara perataan laba dengan return saham (Asih dan Gudono 2000;
dan Salno dan Baridwan 2000). Asih dan Gudono (2000) membuktikan bahwa
terdapat perbedaan mean cummulative abnormal return antara perusahaan perata
laba dengan perusahaan bukan perata laba. Namun Salno dan Baridwan (2000)
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan return saham antara perusahaan
perata laba dengan perusahaan bukan perata laba berdasarkan jenis industri.
Saiful (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa di sekitar
pelaksanaan IPO telah terjadi manajemen laba, baik pada periode sebelum IPO,
pada saat IPO, dan pada periode sesudah IPO. Hasil ini konsisten dengan
penelitian Teoh et al. (1998a), Jain dan Kini (1994), Freidlan (1994), Kiswara
(1999), Sutanto (2000), dan Gumanti (2001). Peneliti juga menemukan kinerja
operasi perusahaan setelah IPO rendah, konsisten dengan penelitian Jain dan Kini
(1994), Rangan (1998), Loughran dan Ritter (1997), dan Teoh et al (1998b).
Berkaitan dengan return saham peneliti menemukan return saham pada periode
satu tahun setelah IPO rendah. Hasil ini konsisten dengan Prastiwi dan Kusuma
(2001), Bray dan Gompers (2000, 1997), Wijaya (1999), dan Rizka (1995).
Peneliti tidak mampu menemukan hubungan yang signifikan antara manajemen
laba dan return saham. Meskipun demikian peneliti menemukan arah hubungan
8
antara manajemen laba dan return saham konsisten dengan penelitian Ali et al.
(2000), dan Rangan (1998).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisa hubungan
earning management (manajemen laba) dengan kinerja operasi dan return saham
di sekitar IPO, yang dituangkan dalam penelitian dengan judul “ANALISIS
PENGARUH MANAJEMEN LABA DENGAN KINERJA OPERASI DAN
RETURN SAHAM DI SEKITAR IPO”. Pada perusahaan yang melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2001-2005. Pertimbangan peneliti memakai
perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun 2001-2005 adalah untuk
mendapatkan sampel yang lebih besar, dengan sampel yang relatif lebih besar
peneliti akan mendapatkan hasil yang lebih kuat. Sedangkan pertimbangan
peneliti menggunakan perusahaan yang melakukan IPO adalah karena perusahaan
yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer
perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospektus
mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Saiful (2004) yang
berjudul “hubungan manajemen laba (earning management) dengan kinerja
operasi dan return saham di sekitar IPO”. Dengan variabel independennya adalah
discretionary accrual (DA), return on asset (ROA), dan variabel kontrol sales
growth (SGRO). Sedangkan variabel dependennya adalah return on asset (ROA).
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sebagai berikut :
9
1. Perbedaan objek penelitian. Pada penelitian ini mengambil objek
perusahaan-perusahaan selain jasa keuangan yang melakukan IPO dan
terdaftar di BEI.
2. Pada penelitian ini ada lima variabel penelitian penelitian yaitu
discretionary accrual (DA), sales growth (SGRO), return on asset (ROA),
cummulative abnormal return (CAR), dan peneliti menambahkan variabel
Quick ratio.
3. Perbedaan periode yang digunakan, pada penelitian ini mengambil sampel
dari tahun 2001-2005, sedangkan peneliti sebelumnya mengambil sampel
dari tahun 1992-1994.
B. Perumusan Masalah
Fenomena yang menunjukkan bahwa pada situasi tertentu manajemen
akan cenderung melakukan manajemen laba, yang diikuti dengan kinerja dan
return saham perusahaan setelah IPO rendah, maka penelitian ini akan
mengungkap fenomena tersebut di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan
mengajukan pertanyaan berikut :
1. Apakah perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba di
sekitar IPO ?
2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata kinerja operasi yang terdaftar di BEI
antara sebelum dan sesudah IPO ?
3. Apakah terdapat pengaruh manajemen laba sesudah IPO dengan kinerja
operasi perusahaan sesudah IPO ?
10
4. Bagaimanakah return saham perusahaan yang terdaftar di BEI setelah
IPO?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai penelitian ini
adalah :
1. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan yang terdaftar di BEI
telah melakukan manajemen laba di sekitar IPO.
2. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang kinerja operasi yang terdaftar di
BEI setelah IPO.
3. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh manajemen laba di
sekitar IPO dengan kinerja operasi perusahaan yang terdaftar di BEI.
4. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai return saham perusahaan
yang terdaftar di BEI setelah IPO.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :
1. Bagi investor penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam membuat
keputusan investasi terutama berkaitan dengan penawaran saham perdana
(IPO).
2. Bagi pengambil keputusan regulatory (seperti Bapepam dan IAI)
penelitian ini dapat bermanfaat untuk menetapkan peraturan atau standar
berkaitan manajemen laba dan prospektus.
11
3. Bagi akademisi, penelitian ini memberikan bukti tambahan tentang
manajemen laba, kinerja operasi, dan return saham perusahaan yang
terdaftar di BEI setelah IPO.
4. Peneliti selanjutnya, sebagai acuan dalam menguji variabel-variabel yang
telah ada dan pedoman untuk menguji kembali atau menambahkan
variabel-variabel yang belum ada dan dianggap perlu untuk diuji.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Manajemen Laba
Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk
menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan
keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan
manajer atas sumber daya pemilik. Salah satu parameter penting dalam laporan
keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba.
Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,
Informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau
pertanggungjawaban manajer. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik
atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan
datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini disadari oleh
manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi
tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (dysfunctional
behaviour), yang salah satu bentuknya adalah earning management atau
manajemen laba.
Definisi manajemen laba dalam penelitian ini didasarkan pada literatur
akademik yang menurut Dechow dan Skinner (2000) telah berterima secara luas,
yaitu yang dikembangkan oleh Schipper (1989), dan Scott (2000).
Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi
dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan
13
sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Healy dan Wahlen (1999)
menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
judgement dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah
laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak
yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba
merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus. (Scott
2000:351).
Healy dan wahlen (1999) menyatakan bahwa definisi manajemen laba
mengandung beberapa aspek. Pertama, intervensi manajemen terhadap pelaporan
keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgement. Misalnya judgement
yang dibutuhkan untuk mengestimasikan sejumlah peristiwa ekonomi di masa
yang akan datang yang ditunjukkan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan
umur ekonomi dan nilai residu aktiva tetap, tanggung jawab untuk dana pensiun,
pajak yang di tangguhkan, dan kerugian dari piutang ragu dan penurunan nilai
asset. Di samping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti
metode penyusutan (garis lurus atau menurun) dan metode persediaan (LIFO,
FIFO, atau rerata tertimbang).
Kedua, tujuan manajemen laba adalah untuk menyesatkan stakeholders
mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen tidak
percaya bahwa stakeholders dapat mengungkap manajemen laba tersebut atau
manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat di akses oleh
pihak luar.
14
Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang
melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt-Zimmerman : 1986), yaitu :
1. Bonus plan hypotesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan
utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan
bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode
akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan
2. Debt covenant hypotesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit
cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak
meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi
mereka dalam pandangan pihak eksternal.
3. Political cost hypotesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan
tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil
tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak
pendapatan perusahaan dan lain-lain.
Namun demikian tidak selamanya tujuan manajemen laba untuk
memaksimumkan kepentingan manajemen saja. Scott (2000 : 302)
mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba :
1. Bonus purposes
15
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara oportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan
memaksimalkan laba saat ini.
2. Political motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang
dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah
menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan
penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka
akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial public offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan
menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat
menaikkan harga saham perusahaan.
6. Pentingnya memberi informasi kepada investor
16
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor
sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
Healy dan Wahlen (1998) mengelompokkan motivasi yang mendasari
manajemen laba ke dalam tiga kelompok. Pertama, motivasi dari pasar modal
yang ditunjukkan dengan return saham. Beberapa penelitian memberikan bukti
tentang adanya manajemen laba untuk tujuan pasar modal, seperti DeAngelo
(1998) memberikan bukti bahwa manajemen cenderung melaporkan laba lebih
rendah (understate) ketika melakukan buyout, dan Teoh et el. (1998a & 1998b)
dan Rangan (1998) melaporkan bahwa ketika dilakukan penawaran saham kepada
publik (IPO dan SEO) manajemen cenderung melaporkan laba lebih tinggi
(overstate). Kedua, motivasi kontrak yang dapat berupa kontrak hutang (Sweeney
1994) dan kontrak kompensasi manajemen (Holthausen, Larcker, dan Sloan
1995). Ketiga, motivasi regulatory seperti yang dikemukakan Jones (1991), Cahan
(1992), Guenter (1994), Na’im dan Hartono (1996), dan Key (1997).
B. Initial Public Offering (IPO)
IPO merupakan penawaran saham pertama kali yang dilakukan oleh
perusahaan yang go public. Langkah pertama yang dilakukan sebelum go public
adalah perusahaan mencari pihak yang akan memberikan pelayanan dalam
penjualan sahamnya (underwriter). Underwriter berusaha untuk menjual saham
perusahaan yang ditawarkan perdana pada saat harga yang terbaik (Dalton 1993 :
42).
17
Perusahaan penerbit saham (issuer) dan underwriter bersama-sama
menyiapkan dokumen yang dibutuhkan oleh pengawas pasar modal (seperti
Bapepam di Indonesia dan SEC di USA) untuk kepentingan registrasi. Banyak
dokumen yang diperlukan dalam proses go public termasuk penyiapan prospektus.
Prospektus berisi informasi keuangan dan non keuangan dan beberapa hal yang
harus dilakukan pengungkapan, Dalto (1993 : 43-45) menyatakan pengungkapan
yang harus dilakukan adalah :
1. Maksud dan tujuan manajemen.
2. Berapa jumlah saham yang akan dijual perusahaan.
3. Apa yang akan dilakukan perusahaan dengan dana yang
diperolehnya dari penjualan saham tersebut.
4. Status pajak perusahaan.
5. Peristiwa yang tidak dapat di prediksi.
6. Status hukum perusahaan.
Setelah proses registrasi selesai perusahaan akan melakukan penawaran
saham perdana (IPO).
Ketika penawaran saham perdana dilakukan investor potensial hanya
menggunakan informasi yang terdapat dalam prospektus untuk menetapkan
keputusan investasinya. Hal ini disebabkan tidak terdapat media lain yang
menyediakan informasi mengenai penerbit sekuritas (Roa,1993). Oleh sebab itu
investor yang pada awalnya optimis, menyebabkan kebanyakan saham
underpricing dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang akan
underperformance.
18
C. Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dapat dilakukan dengan cara :
1. Taking a bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa datang.
2. Income minimization
Di lakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabiltas yang
tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun
drastis dapat diatasi dengan mengambil laba sebelumnya.
3. Income maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus
yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian hutang.
4. Income smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
19
D. IPO dan Manajemen Laba
Informasi asymetry antara manjemen perusahaan dan investor potensial
sangat tinggi untuk perusahaan yang belum melakukan IPO. hal ini disebabkan
informasi mengenai perusahaan yang belum go public relatif sulit diperoleh oleh
investor potensial tersebut. Ketika dilakukan IPO, investor potensial hanya
mengandalkan informasi yang terdapat dalam prospektus perusahaan yang
melakukan IPO tersebut. Menurut Rao (1993) tidak terdapat media lain yang
menyediakan informasi mengenai perusahaan yang sedang melakukan IPO,
kecuali prospektus yang disyaratkan oleh pengawas pasar modal. Kelangkaan
informasi mengenai perusahaan sebelum IPO, memaksa investor potensial hanya
mengandalkan informasi mengenai perusahaan tersebut pada prospektus. Padahal
prospektus hanya menyediakan laporan keuangan selama tiga tahun sebelum IPO
dan informasi non keuangan (Teoh et al 1998a). Kondisi seperti ini
memungkinkan manajemen melakukan manajemen laba untuk meningkatkan
kemakmurannya dengan harapan harga saham akan tinggi pada penawaran
perdana.
Teoh et el. (1998a) menemukan discretionary current accrual di sekitar
IPO lebih tinggi untuk perusahaan yang sedang melakukan IPO dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak sedang melakukan IPO (non issuer). Sehingga
Teoh et al. (1998a) menyimpulkan perusahaan yang sedang IPO melakukan
manajemen laba. Hal yang sama terjadi pula pada saat perusahaan melakukan
seasoned equity offerings (SEO).
20
Jain dan Kini (1994) menyatakan terdapat penurunan kinerja operasional
perusahaan setelah IPO. Penurunan kinerja tersebut merupakan indikasi telah
terjadi manajemen laba menjelang IPO dengan menggeser pendapatan periode
yang akan datang ke periode sekarang atau menggeser biaya periode sekarang ke
periode yang akan datang. Sehingga laba periode sekarang dilaporkan lebih tinggi.
Freidlan (1994) melakukan penelitian terhadap manajemen laba menjelang
IPO dengan menghitung mean discretionary accruals. Walaupun dalam penelitian
tersebut Freidlan (1994) menemukan kesulitan dalam menghitung discretionary
accruals, disebabkan pertumbuhan yang cepat komponen akrual, namun dengan
melakukan beberapa kontrol, ia berhasil menemukan bahwa mean discretionary
accruals lebih tinggi menjelang IPO.
Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Kiswara (1999), Sutanto
(2000), dan Gumanti (2001) memberikan bukti bahwa di Indonesia juga terjadi
manajemen laba untuk perusahaan publik. Kiswara (1999) meneliti tentang
indikasi manajemen laba perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) tanpa melihat peristiwa tertentu, seperti IPO dan SEO. Hasil penelitiannya
menunjukkan terdapat indikasi perusahaan publik tersebut melakukan manajemen
laba, walaupun tidak dapat menunjukkan bukti bahwa ukuran perusahaan, jenis
industri, dan jenis penanam modal berhubungan dengan besarnya akrual yang
mengarah pada manajemen laba. Sutanto (2000) melihat indikasi perusahaan
publik yang terdaftar di BEJ pada peristiwa menjelang IPO. Hasil penelitian
tersebut memberikan bukti bahwa perusahaan publik melakukan manajemen laba
menjelang IPO.
21
Gumanti (2001) meneliti tentang kemungkinan manajemen melakukan
manajemen laba menjelang IPO dengan pendekatan total discretionary accruals.
Sampel yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian tersebut adalah 39
perusahaan sehingga ia menggunakan alat analisis non parametrik. Hasilnya
menunjukkan bahwa manajemen laba terjadi pada dua tahun sebelum IPO dan
tidak dilakukan dalam periode satu tahun sebelum IPO.
E. Rasio Likuiditas
Bambang Riyanto (1998:25) mengatakan bahwa rasio likuiditas adalah
rasio untuk mengukur besarnya kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
jangka pendek yang jatuh tempo. Benishay dalam Eni Lisetyati (2000)
mengatakan rasio likuiditas adalah suatu indikator mengenai kehidupan
perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat
jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia, likuiditas tidak
hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga
berkaitan dengan kemampuan merubah aktiva lancar menjadi kas. Dua rasio yang
umum digunakan yaitu rasio lancar dan rasio cepat (quick ratio).
F. Manajemen Laba dan Kinerja Operasi
Perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang IPO telah
berusaha manggeser laba periode yang akan datang ke periode sekarang, sehingga
laba periode sekarang akan dilaporkan lebih tinggi dibandingkan dengan periode
yang akan datang. Akibatnya laba dan kinerja perusahaan setelah IPO akan turun.
22
Jain dan Kini (1994) menemukan terjadinya penurunan kinerja perusahaan setelah
IPO. Penurunan tersebut juga terjadi untuk market to book ratio, price per earning
ratio (PER), dan laba perlembar saham (earning per share). Meskipun terdapat
pertumbuhan penjualan dan pengeluaran modal yang tinggi perusahaan setelah
IPO, namun pertumbuhan profitabilitas perusahaan menurun. Sri anik (2004)
menemukan kinerja operasi sebelum dan sesudah IPO relatif sama.
Laughran dan Ritter (1997), Rangan (1998) dan Teoh et al. (1998b) telah
melakukan penelitian terhadap perusahaan yang sedang melakukan seasoned
equity offerings dengan tujuan untuk mengetahui apakah apakah perusahaan
tersebut melakukan manajemen laba dan apakah manajemen laba berhubungan
dengan laba bersih dan retur saham perusahaan setelah SEO. Laughran dan Ritter
(1997) menemukan bukti bahwa terdapat penurunan margin laba dan return on
asset perusahaan setelah SEO. Jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
melakukan SEO penurunan tersebut 5,4% pada periode 0 dan 2,5% pada tahun ke
empat setelah SEO.Rangan (1998) menemukan penurunan kinerja perusahaan
setelah SEO dan adanya hubungan yang negatif antara discretionary current
accruals dengan return on asset. Teoh et al. (1998b) meneliti apakah terdapat
hubungan antara manajemen laba sebelum SEO dengan laba bersih perusahaan
setelah SEO tersebut. Mereka menemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara manajemen laba dan penurunan laba bersih perusahaan setelah
SEO. Arif dan Bambang gus Pramuka meneemukan variabel discretionary
accruals tidak berpengaruh signifikan terhadap return on asset. Lemahnya
pengaruh tersebut dapat dikatakan bahwa return on asset merupakan salah satu
23
pengukuran kinerja perusahaan dalam kategori cash flow measures yang dapat
meniadakan engaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap
suatu transaksi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Feltham dan Pae
(2000) dalam Agus.
G. Manajemen Laba dan Return Saham
Banyak peneliti menunjukkan bahwa umumnya penawaran saham perdana
adalah underpricing. Di Indonesia penelitian terhadap penawaran saham perdana
menunjukkan underpricing, dengan mean initial return adalah 4.3547% (Widjaja
1999) dan 12.4891% (Rizka 1995). Return saham masih tetap positif pada minggu
pertama dan akan negatif dalam jangka panjang.
Return saham perusahaan setelah IPO dalam jangka panjang akan turun.
Hal ini disebabkan ketika IPO investor terlalu optimis, sehingga harga saham akan
lebih tinggi pada awal penawarannya dan berangsur-angsur turun dalam jangka
panjang (Bray dan Gompers 1997). kemudian Bray dan gompers (2000)
melakukan pengujian terhadap abnormal return yang mengikuti penawaran
sekuritas (IPO dan SEO). Mereka menyimpulkan bahwa kinerja saham yang
rendah terjadi untuk perusahaan yang memiliki book to market ratio rendah. Teoh
et al. (1998a) meneliti kinerja perusahaan dalam jangka panjang setelah IPO,
hasilnya menggambarkan bahwa return saham dalam jangka panjang rendah
setelah IPO dibandingkan dengan perusahaan yang tidak sedang melakukan IPO.
Mereka juga membuktikan kinerja yang rendah tersebut berhubungan dengan
discretionary accruals di sekitar IPO.
24
Jain dan Kini (1994) membuktikan terdapat hubungan antara kinerja
operasi perusahaan dengan underpricing penawaran saham perdana. Kinerja
operasi perusahaan setelah IPO rendah, sehingga menyebabkan terjadi
underpricing. Investor yang melakukan kesalahan dalam menetapkan harga saham
ketika IPO akan segera memperbaiki kesalahannya dalam jangka panjang.
Perbaikan kesalahan tersebut didasrkan pada kinerja perusahaan setelah IPO.
Meskipun Ritter (1991) masih menganggap belum mampu menemukan jawaban
terhadap pertanyaan “mengapa beberapa perusahaan secara ekstreem memperoleh
return perdana yang sangat tinggi”?
Menurut Sankar (1997) hubungan antara laba dan return saham sangat
tergantung laba yang dilaporkan manajemen. Hubungan antara laba dan return
saham cenderung non-linier untuk perusahaan yang melakukan manajemen laba.
Koefisien respon return saham terhadap perusahaan yang melakukan manajemen
laba lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan
manajemen laba. Sedangkan untuk perusahaan yang melakukan perataan laba
memiliki koefisien respons yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang tidak melakukan perataan laba. Namun demikian Sloan (1996) menyatakan
harga saham sebenarnya tidak seluruhnya mencerminkan informasi mengenai
perusahaan penerbit sekuritas tersebut.
Menurut Teoh et al. (1998b) kinerja saham juga rendah untuk perusahaan
yang melakukan SEO. Laughren dan Ritter (1995) bahkan menyatakan kinerja
saham yang rendah tersebut terjadi sampai lima tahun setelah SEO. Rangan
(1998) membuktikan bahwa kinerja saham perusahaan tersebut setelah malakukan
25
SEO rendah. Rendahnya kinerja tesebut mampu dijelaskan dengan manajemen
laba menjelang SEO. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan
manajemen laba menjelang SEO akan memiliki return saham lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Rangan
(1998) mencoba memprediksi return saham dengan komponen discretionary
accruals dengan harapan mendapatkan suatu koefisien yang negatif untuk
menunjukkan bahwa kinerja saham yang rendah tersebut mampu dijelaskan
dengan manajemen laba. Hasilnya menunjukkan koefisien regresi hubungan
antara discretionary accrual dan return saham adalah negatif sesuai dengan
harapan. Sehingga ia menyimpulkan bahwa rendahnya kinerja saham mampu
dijelaskan oleh komponen akrual. Ali et al (2000) menguji apakah komponen
akrual mampu menjelaskan return saham perusahaan setahun setelah penerbitan
laporan keuangan. Komponen akrual dalam penelitan tersebut di hitung dengan
pendekatan Dechow et al. (1995). hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen
akrual berhubungan negatif dengan return saham.
Asih dan Gudono (2000) memberikan bukti adanya perbedaan mean
cummulative abnormal return (CAR) antara perusahaan perata laba dengan bukan
perata laba. Namun pengujian yang dilakukan Salno dan Baridwan (2000)
menunjukkan tidak terdapat perbedaan return saham antara kelompok perusahaan
perata laba dengan perata laba berdasarkan jenis industri.
Pratiwi dan Kusuma (2001) melakukan penelitian terhadap kinerja saham
perusahaan yang terdaftar di BEJ dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang.
Penelitian dilakukan terhadap 78 perusahaan yang IPO tahun 1994-1997 untuk
26
jangka pendek (1 bulan, 2 bulan, 3 bulan). hasilnya menunjukkan dalam jangka
pendek kinerja saham perusahaan yang terdaftar di BEJ outperformance dan
dalam jangka panjang adalah underperformance.
H. Hipotesis
1. H 0 : Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak melakukan manajemen
laba di sekitar IPO.
H a : Perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba di
sekitar IPO.
2. H 0 : Tidak ada perbedaan rata-rata kinerja operasi (return on asset)
yang terdaftar di BEI antara sebelum dan sesudah IPO.
H a : Ada perbedaan rata-rata kinerja operasi (return on asset) yang
terdaftar di BEI antara sebelum dan sesudah IPO.
3. H 0 : Tidak terdapat pengaruh antara manajemen laba terhadap kinerja
operasi sesudah IPO.
H a :Terdapat pengaruh antara manajemen laba terhadap kinerja
operasi sesudah IPO.
4. H 0 : Tidak terjadi return saham yang rendah pada perusahaan yang
terdaftar di BEI setelah IPO.
H a : Terjadi return saham yang rendah pada perusahaan yang terdaftar
di BEI setelah IPO.
27
I. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah di sekitar IPO terjadi
manajemen laba, apakah kinerja operasi dan return saham setelah IPO rendah.
Apakah terdapat pengaruh antara manajemen laba disekitar IPO dengan kinerja
operasi setelah IPO.
Data yang digunakan untuk menganalisis earning management, kinerja
operasi, return saham underperformance, diperoleh dari data perusahaan yang
melakukan IPO di BEI, dari tahun 2001-2005, dan perusahaan tersebut masih
tercatat di BEI sampai tahun 2007.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tiga
tahun sebelum IPO dan dua tahun sesudah IPO, misalkan perusahaan yang
melakukan IPO pada tahun 2001, maka data laporan keuangan yang dibutuhkan
adalah untuk tahun 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2003. Untuk return saham
dibutuhkan harga saham bulanan selama periode satu tahun setelah IPO. Semua
data yang dibutuhkan tersebut diperoleh dari pusat referensi pasar modal (PRPM).
Untuk menguji hipotesis (1) yang berkaitan dengan manajemen laba yang
di duga dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEI di sekitar IPO, diuji
dengan melakukan uji beda discretionary accruals menggunakan One Sample T-
test dengan nilai nol, sebelum dan setelah IPO. Apabila nilai discretionary
accruals berbeda dari nol, maka perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan
manajemen laba. Kemudian selanjutnya dicari rata-rata yang terbesar untuk
menentukan manajemen laba sebelum dan sesudah IPO yang terbesar yang
selanjutnya dijadikan variabel independen yang akan menjelaskan kinerja operasi.
28
Hipotesis (2) mengenai adanya perbedaan rata-rata kinerja operasi
perusahaan yang terdaftar di BEI antara sebelum dan setelah IPO , akan di uji
dengan uji beda (Paired Sample T-test) antara perubahan return on asset sebelum
IPO dan setelah IPO.
Selanjutnya untuk melihat pengaruh antara kinerja operasi perusahaan
yang terdaftar di BEI setelah IPO dengan manajemen laba akan digunakan teknik
analisis regresi linier berganda.
Hipotesis (4) mengenai return saham yang terdaftar di BEI rendah (under
performance),di uji dengan one sample t-test, yaitu dengan cara membandingkan
cummulative abnormal return ( CAR) selama setahun setelah IPO dengan nilai
nol. Hipotesis ini akan didukung, apabila CAR selama setahun setelah IPO lebih
rendah dibandingkan nol.
29
J. 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Indikasi Earning Management, Kinerja Operasi dan Return Saham
Underperformance
30
J. 2. Bagan Kerangka Pemikiran
Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Operasi Sesudah IPO
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Peneliti terdahulu menemukan bahwa manajemen laba dilakukan pada
periode dua tahun dan satu tahun menjelang IPO. Beberapa peneliti lain
menemukan bahwa manajemen laba dilakukan pada periode saat IPO. Peneliti
lainnya juga menemukan bahwa setelah IPO pun perusahaan masih melakukan
manajemen laba. Peneliti terdahulu juga menemukan kinerja operasi dan return
saham perusahaan setelah IPO rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah di sekitar IPO terjadi
manajemen laba, apakah kinerja operasi dan return saham setelah IPO rendah.
Apakah terdapat adanya pengaruh antara manajemen laba di sekitar IPO dengan
kinerja operasi.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan IPO di tahun 2001, 2002,
2003, 2004, dan 2005. Sampel ditetapkan secara purposive sampling, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Perusahaan termasuk perusahaan yang sudah go public di BEI selama
periode 2001 – 2005.
32
2. Perusahaan tidak dikelompokkan kedalam jenis industri jasa keuangan.
Hal ini ditetapkan sebagai karakteristik untuk jenis industri jasa keuangan
sangat rentan terhadap regulasi dan memilki perbedaan dalam karakteristik
akrual dibandingkan jenis industri lainnya.
3. Perusahaan tetap terdaftar minimal dua tahun setelah IPO, karena untuk
melihat perusahaan melakukan manajemen laba atau tidak peneliti akan
membandingkan akrual sebelum IPO dan dua tahun setelah IPO.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, dibutuhkan data dan
informasi yang mendukung penelitian ini. Data sekunder dan informasi yang
dibutuhkan, penulis diperoleh dari :
1. Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di BEI dapat dilihat dengan
menggunakan Capital Market Electronic Document Service (CMEDS),
Prospektus, serta JSX Fact Book statistik Accrually dari seluruh
perusahaan yang go public dari tahun 2001-2005.
2. Literatur-literatur yang membahas topik-topik yang relevan dengan
masalah yang di teliti.
D. Metode Analisis
1. Pengujian Hipotesis 1
Pengujian Hipotesis 1 yang berkaitan dengan manajemen laba yang diduga
dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEI di sekitar IPO, diuji dengan
33
melakukan uji beda Discretionary Accrual (DA) untuk setiap periode dengan nilai
0. Alat uji statistik yang digunakan untuk menguji beda Discretionary Accrual
(DA) model statistik parametric one sample t-test. Dengan pendekatan tersebut
manajemen laba terjadi jika mean DA > 0. Dengan demikian manajemen laba
terjadi jika mean DA keseluruhan sampel lebih besar dari nol, demikian pula
sebaliknya.
Untuk menghitung uji one sample t-test dapat dihitung sebagai berikut:
t = nσ
µ- x
x = Mean sampel
µ = Mean populasi
σ = Standar deviasi
n = Size sampel
Sebelum uji beda dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov test. Untuk mengetahui kenormalan
distribusi data yang akan digunakan. Jika data berdistribusi normal maka nilai
Kolmogorov Smirnov akan lebih besar dari α > 0,05.
Ketentuan untuk pengambilan keputusan bila signifikansi lebih kecil (<) α =
0,05, maka H0 di tolak dan Ha diterima
2. Pengujian Hipotesis 2
Pengujian Hipotesis 2, yaitu untuk membuktikan adanya perbedaan rata-rata
kinerja operasi sebelum dan sesudah IPO, digunakan perubahan Return on Asset
(∆ ROA). (Rangan, 1998)
34
Dengan pendekatan tersebut, apabila ∆ ROA < 0, maka kinerja operasi
pada periode tersebut rendah, dan jika ∆ ROA > 0, maka kinerja operasi tersebut
tinggi.
Sebelum melakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data
dengan Kolmogorov Smirnov test untuk melihat apakah data yang akan digunakan
berdistribusi normal atau tidak, apabila hasil pengujian normalitas data terhadap
data terhadap data menunjukkan distribusi data yang normal maka pengujian beda
akan menggunakan alat uji beda parametrik dengan paired sample t-test,
sedangkan bila distribusi data tidak normal maka pengujian beda akan
menggunakan uji beda non parametrik dengan wilcoxon test.
Apabila ∆ ROA sebelum IPO tidak terdapat perbedaan rata-rata dengan ∆
ROA setelah IPO, maka menunjukkan kinerja perusahaan yang terdaftar di BEI
sebelum dan sesudah IPO relatif sama.
Ketentuan untuk pengambilan keputusan bila signifikansi < 0,05 maka H0 di
tolak dan Ha diterima.
3. Pengujian hipotesis 3
Analisis ini dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan statistika yaitu
analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis), dengan tujuan untuk
mengetahui apakah variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat. Dalam pengujian hipotesis diatas digunakan uji statistik regresi
linier berganda karena terdapat lebih dari satu variabel bebas, untuk pengaruh
manajemen laba sebelum dan sesudah IPO terhadap kinerja operasi setelah IPO
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
35
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ε i
Di mana :
Y = Perubahan Return on asset (∆ ROA)
a = Konstanta
b1,2,3 = Koefisien regresi
X1 = Discretionary accrual di sekitar IPO
X2 = Perubahan Quick Ratio (∆ Quick Ratio)
X3 = Sales growth (SGRO)
ε i = Error term
Apabila koefisiennya negatif menunjukkan rendahnya kinerja perusahaan
setelah IPO disebabkan karena perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan
manajemen laba disekitar IPO.
Untuk Hipotesis 3 dilakukan pengujian sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model variabel
dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal.
Menurut Imam Ghozali (2201 :114) ada beberapa cara mendeteksi
normalitas, salah satunya menggunakan Kolmogorov Smirnov Test, dasar
penambilan keputusan dalam uji normalitas adalah :
H0 diterima jika p-value pada kolom Asimp. sig (2 tailed) > level of significant
(α ).
36
H0 ditolak jika p-value pada kolom Asimp. sig (2 tailed) < level of significant
(α ).
b. Uji Asumsi Klasik
i. Multikolinearitas
Istilah kolinieritas ganda (Multicoliniearity) diciptakan oleh Rangar Fish
di dalam bukunya “Statistical Confluence Analysis by Means of Complete
Regression Systems” artinya istilah itu berarti adanya hubungan linier yang
sempurna atau eksak (perfect or exact) di antara variabel-variabel bebas dalam
model regresi.
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan
antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi.
Multikolinearitas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen
dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika
diantara perubah-perubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu
dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi Multikolinearitas.
Untuk menguji asumsi Multikolinearitas dapat digunakan VIF (Variance
Inflation Factor), dimana Gujarati (2003) mengatakan bila nilai VIF lebih dari 10
berarti terdapat Multikolinearitas sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai VIF
lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi Multikolinearitas.
ii. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah bahwa tidak ada
autokorelasi atau korelasi serial (autocorrelation or serial correlation) antara
kesalahan pengganggu (εi).
37
Istilah autokorelasi (autocorrelation) menurut Maurice G. Kendall and
William R. Buckland, A Dictionary of Statistical Term : “Correlation between
member’s of series ordered in time (as in time-series data) or space (as in cross-
sectional data)”. Jadi autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri
observasi yang disususn menurut urutan waktu (seperti data time series) atau
menurut urutan tempat atau ruang (seperti data cross-section), atau korelasi pada
dirinya sendiri.
Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi diantara data
pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data
dipengaruhi oleh data sebelumnya. Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam model linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi (Singgih Santoso, 2000 : 216).
Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak, dapat dilihat melalui
nilai Durbin Watson. Adapun panduan mengenai DW (Durbin Watson). Bila nilai
DW terletak di antara du < d < 4 – du, maka dapat dikatakan tidak terjadi
autokorelasi baik positif maupun negatif, atau jika nilai d mencapai sekitar 2
dimana du adalah batas atas dan dL adalah batas bawah. Menurut Durbin Watson
Statistik terdapat lima kondisi autokorelasi :
1. 0 < d < dL : ada autokorelasi positif
2. dL < d < du : ragu-ragu ada autokorelasi positif (inconclusive)
3. du < d < 4-du : tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif
38
4. 4-du < d <4-dL : ragu-ragu ada autokorelasi negatif (inconclusive)
5. 4-dL < d < 4 : ada autokorelasi negatif
iii. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan
pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas, (J.Supranto, (1983).
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda di sebut heteroskedastisitas. Model yang baik
adalah homoskedastisitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Singgih Santoso (2000 :210) ada beberapa cara untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain :
1. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED di mana sumbu X dan Y yang telah di prediksi dan sumbu Y
adalah residual (Y prediksi -Y sesungguhnya) yang telah distudentized.
2. Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola
yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
39
c. Uji Signifikansi
i. Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen (bebas) secara individu dalam menerangkan variansi variabel terikat.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel, dengan asumsi
jika t-hitung > t-tabel maka tolak H0 dan jika t-hitung < t-tabel maka terima H0.
Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah suatu parameter (bi)
sama dengan nol, atau :
H0 : bi = 0
Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha)
parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau :
Ha : bi ≠ 0
Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen. Untuk menguji t-hitung digunakan rumus sebagai berikut :
t-hit = )(bi Se
)β(b ii −
Di mana :
bi = Koefisiensi variabel ke-i
βi = Parameter ke-I yang dihipotesiskan
Se(bi) = Kesalahan standar bi
40
ii. Uji F
Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen (bebas)
secara keseluruhan terhadap variabel dependen (terikat). Hipotesis nol (H0) yang
hendak diuji adalah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau :
H0 : b1 , b2, …….= bk = 0
Artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), tidak
semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau :
Ha : b1, b2, …….≠ bk ≠ 0
Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Menguji F hitung dapat digunakan
rumus :
F hit = 1)k/(nR
/kRk
2
−−
Di mana :
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sample
iii. uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi dinyatakan dengan R² menjelaskan proporsi atau
prosentase variasi total dalam variabel dependent yang dijelaskan oleh variabel
independent secara bersama-sama (gabungan). R² menggambarkan ukuran
kesesuaian (goodness of fit), yaitu sejauh mana garis regresi sample mencocokkan
data yang ada. Kriterianya adalah semakin tinggi R² maka semakin baik garis
41
regresi sampelnya. Nilai R² mempunyai range antara 0 sampai dengan 1. Semakin
mendekati 1 berarti menunjukkan semakin mendekati kenyataan yang sebenarnya.
4. Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis 4 mengenai return saham perusahaan yang terdaftar di BEI
rendah (underperformance), diuji dengan one sample t-test, yaitu dengan cara
membandingkan Cummulative abnormal return (CAR) selama setahun setelah
IPO dengan nilai 0. Hipotesis ini akan didukung apabila CAR selama setahun IPO
lebih rendah dibandingkan 0.
Ketentuan untuk pengambilan keputusan bila signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak dan Ha diterima.
E. Operasional Variabel Penelitian
Data variabel yang diperlukan dalam penelitian ini pada dasarnya terdiri
dari :
a. Perubahan return on asset (∆ ROA), yaitu rasio ini menggambarkan
perubahan perputaran aktiva di ukur dari volume penjualan. Rumus untuk
mengukur ∆ ROA :
∆ ROA = ROAt - ROAt-1
Dimana :
ROA = 1tperiodeaktivaTotal
tperiodebersihLaba
−
b. Discretionary accrual, yaitu untuk mengukur manajemen laba.
Manajemen laba dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan
komponen non-cash dari laporan laba rugi atau sering disebut current
42
accrual. Dalam penelitian ini current accrual dihitung dengan
menggunakan formulasi yang digunakan Rangan (1998), yaitu :
CA = (∆AL-∆KAS)-(∆HL-∆BLP)
Di mana :
CA : Current accrual
∆AL : Aktiva lancar perusahaan i pada periode t dikurang Aktiva
lancar perusahaan i pada periode t-1
∆KAS : Kas dan investasi jangka pendek perusahaan i pada
periode t dikurang kas dan investasi jangka pendek
perusahaan i pada periode t-1
∆HL : Hutang jangka pendek perusahaan i pada periode t
dikurang hutang perusahaan i pada periode t-1
∆BLP : Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo perusahan i
pada periode t dikurang hutang jangka panjang
perusahaan yang telah jatuh tempo perusahaan i pada
periode t-1
Kemudian dalam mengukur manajemen laba dengan pendekatan akrual
akan menggunakan model yang dikembangkan oleh Jones (1991) dan
dimodifikasi oleh Dechow et al. (1995) model ini digunakan didasarkan
pertimbangan model tersebut masih dianggap yang terbaik Selanjutnya
dengan menggunakan pendekatan tersebut, akrual pada suatu periode akan
berisi komponen discretionary dan komponen nondiscretionary.
Nondiscretionary diestimasi dengan persamaan :
43
Y = a + b1X1 + b2X2 +ε i
CA = a + b1∆PEN + b2∆HPP + ε i
Di mana :
Y = Current accrual
a = Konstanta
b1,2 = Kosfisien regresi
X1 = Pendapatan perusahaan i pada periode t dikurang
Pendapatan perusahaan i pada periode t-1 (∆PEN)
X2 = Harga pokok penjualan perusahaan i pada periode t
dikurang harga pokok penjualan perusahaan i pada
periode t-1 (∆HPP)
ε i = Error term
Berdasarkan hasil regresi pada formulasi Nondiscretionary akan diperoleh
koefisien regresi (nilai a, b1, b2). Koefisien tersebut akan digunakan dalam
persamaan berikut untuk menghitung discretionary accrual. Rumus untuk
menentukan discrectionary accrual :
DA = CA-[a+b1(∆PEN - ∆PIU)+b2∆HPP]
Di mana :
DA : Disrcretionary accrual perusahaan i pada periode t
CA : Current accrual perusahaan i pada periode t
∆PEN : Pendapatan perusahaan i pada periode t dikurang
pendapatan perusahaan i pada periode t-1
∆PIU : Piutang perusahaan i pada periode t dikurang pendapatan
44
perusahaan i pada periode t-1
∆HPP : Harga pokok penjualan perusahaan i pada periode t
Dikurang harga pokok penjualan perusahaan i pada
periode t-1
a, b1, b2 : Koefisien regresi yang diperoleh dari persamaan
sebelumnya.
c. Perubahan Quick ratio (∆ Quick ratio), rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan likuiditas.
Rumus untuk menentukan ∆ Quick ratio :
∆ Quick ratio = Quick ratiot - Quick ratiot-1
Di mana :
Quick ratio = 1 -lancar t Hutang
PersediaanlancarAktiva −
d. Sales growth (SGRO), rasio ini merupakan indikator dari perusahaan yang
diukur dengan pertumbuhan penjualan.
Rumus untuk menentukan sales growth (pertumbuhan penjualan) :
SGRO = 1tbersihPenjualan
1tbersihpenjualantbersihPenjualan
−
−−
e. Cummulative abnormal return (CAR), yaitu selisih antar return aktual
dengan return yang diharapkan yang dapat terjadi. Untuk mencari
Cummulative abnormal return (CAR) menggunakan metode market
adjusted model dengan rumus berikut :
CAR = ∑ ((1+Rit/Rmt)-1)
Di mana :
45
CARit : Cummulative abnormal return
Rit : Return saham perusahaan i pada periode t
Rmt : Return pasar pada periode t
Untuk mencari return saham perusahaan (Rit) i pada periode t dihitung
menggunakan metode market adjusted model dengan rumus berikut :
Rit = (Pit/Pit-1)-1
Di mana :
Rit : Return perusahaan i pada periode t
Pit : Harga saham perusahaan i pada periode t
Pit-1 : Harga saham perusahaan i pada periode t-1
Untuk mencari return pasar (Rmt) periode t dihitung menggunakan metode
market adjusted model dengan rumus berikut :
Rmt = (IHSGt/IHSGt-1)-1
Dimana:
Rmt : Return pasar pada periode t
IHSGt : IHSG pada periode t
IHSGt-1 : IHSG pada periode t-1
46
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) Atau Indonesia Stock Exchange adalah sebuah
pasar saham di Indonesia yang merupakan hasil penggabungan antara Bursa Efek
Jakarta dengan Bursa Efek Surabaya (BES), dalam hal ini BES melebur ke dalam
bersa BEJ. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini mulai beroperasi pada 1
Desember 2007. Bursa Efek Indonesia merupakan tempat orang–orang
memperjualbelikan efek di Indonesia.
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan
47
seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat
dilihat sebagai berikut:
• 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di
Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
• 1914–1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
• 1925–1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama
dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
• Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek
di Semarang dan Surabaya ditutup.
• 1942–1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II
• 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU
Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri
kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR.
Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan:
Obligasi Pemerintah RI (1950)
• 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek
semakin tidak aktif.
• 1956–1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
• 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana
Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar
48
Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan
go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
• 1977–1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah
emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih
instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
• 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES
87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk
melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan
modal di Indonesia.
• 1988–1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar
Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa
terlihat meningkat.
• 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),
sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
• Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan
pasar modal.
• 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya.
49
• 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi
Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai
HUT BEJ.
• 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading
Systems).
• 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai
diberlakukan mulai Januari 1996.
• 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya.
• 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
• 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading).
• 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia
(BEI).
B. Perkembangan Penawaran Umum Perdana (IPO)
Pasar saham Indonesia berkembang pesat dari tahun 1988 hingga 1990.
Jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (saat ini telah berganti
nama menjadi BEI). Berjumlah 24 perusahaan pada tahun 1988, meningkat
50
menjadi 56 perusahaan pada tahun 1989. 122 perusahaan pada tahun 1990 dan
140 perusahaan pada bulan Desember 1991. Pada tahun 1990 sebanyak 64
perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO), sekaligus
merupakan jumlah terbesar sepanjang sejarah pasar saham Indonesia, seterusnya
pada tahun1994, sebanyak 47 perusahaan melakukan penawaran umum perdana di
BEJ. (Rodoni 2003)
Tabel 4. 1
Statistik Emisi Saham IPO
Jumlah Emiten Nilai Emisi
Tahun
Per
Tahun Kumulatif
Per
Tahun Emisi
1995 17 249 5.682,10 20.481,90
1996 19 268 2.682,20 23.144,70
1997 34 302 3.950,50 27.094,60
1998 3 305 68.125,00 27.162,70
1999 12 317 805,2 27.967,00
2000 25 342 1.772,20 297.940,10
2001 32 374 1.096,70 30.836,90
2002 22 396 1.166,50 32.003,40
2003 9 405 7.508,60 39.512,00
2004 12 417 2.194,00 41.706,00
Pada tahun 1995 jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum
perdana tercatat mengalami penurunan hanya 17 emiten pertahunnya, meskipun
krisis ekonomi tengah melanda Indonesia jumlah perusahaan yang melakukan
penawaran umum perdana tercatat justru mengalami peningkatan menjadi 34
emiten per tahun di banding tahun 1996 yang hanya 19 emiten pertahunnya.
51
Namun di tahun 1998 justru jumlah emiten yang melakukan penawaran perdana
tercatat hanya 3 emiten per tahun. Perkembangan jumlah emiten yang melakukan
IPO selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Berdasarkan data statistik Pasar modal yang diterbitkan oleh Biro Pusat
dan teknologi informasi, BAPEPAM LK, dapat dilihat bahwa perusahaan yang
telah memperoleh pernyataan efektif untuk melakukan penawaran umum saham
(IPO/Right) di Bursa Efek Indonesia sampai dengan minggu ke empat desember
2007 sebanyak 468 emiten (87 emiten diantaranya juga melakukan emisi obligasi,
obligasi konversi, sekuritas kredit telah jatuh tempo tanggal 24 April 1991 dan 7
perusahaan publik yang tidak tercatat di bursa)
Dengan total nilai Rp 327,68 triliun termasuk yang berasal dari kegiatan
right/issue.
C. Analisis Deskriptif
Tabel 4. 2 menggambarkan karakteristik 30 perusahan sampel yang
terpilih di dalam penelitian ini. Karakteristik sampel yang digambarkan berupa
besaran perusahaan yang di ukur dengan total aktiva, dan total penjualan.
Disamping itu dijelaskan pula besarnya komponen yang akan dimasukkan dalam
analisis regresi dan uji beda, seperti laba bersih, current accrual, harga pokok
penjualan (HPP), dan total penjualan.
52
Tabel 4. 2
Descriptif Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation Variance
CURRENT
ACCRUAL 150
-
761448000000.00
3207250000000.00
7792844
665758.01
5195229
7771.7201
337838108451.45890
1141345
87522059700000
000.000
HPP
150 361369939.00 26523200000
000.00
71255897986927.
00
475039319912.84
60
2255132152
707.06600
50856210261732
00000000000.000
LABABERSIH
150 29970194.00 20155600000
00.00
9589773
090666.0
0
6393182
0604.440
0
2109773272
52.58560
44511432614644
6300000
00.000 PENJUALAN
150 181624.00 54337400000
00.00
60665544223921.
00
404436961492.80
67
779961582032.79600
6083400
69447103000000
000.000 PIUTANG
150 .00 11784300000
000.00
23748511540857.
99
158323410272.38
66
9704880913
27.53900
94184713540857
1000000000.000
TOTALAKTIVA
150 53698266.00 12574800000
000.00
8806308
8609354.00
5870872
57395.6930
1713175819635.30100
293497138898308600000
0000.000 Valid N
(listwise) 150
Sebagaimana ditunjukkan di dalam tabel 4. 2 mean total aktiva perusahaan
sampel secara pooled data adalah 5.87E+11 dengan standar deviasi 1.71E+12,
serta nilai minimum dan maximum masing – masing 5E+07 dan 1.26E+13 Mean
penjualan untuk 150 observasi perusahaan sampel adalah sebesar 4E+12, standar
deviasi sebesar 7.8+E+11, serta nilai minimum dan maximum masing – masing
sebesar 2E+05 dan 5.4E+12. Melihat pada ukuran perusahaan yang ditunjukkan
dengan total aktiva dan penjualan, maka perusahaan sampel memilki range yang
cukup besar. Mean, median, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum
variabel lainnya yang akan dimasukkan dalam penelitian ini juga mengikuti
besarnya total aktiva dan penjualan. Hal ini berarti semakin besar ukuran
53
perusahaan semakin besar laba bersih, current accrual, harga pokok penjualan
(HPP), dan total penjualan perusahaan tersebut. Oleh sebab itu dalam penelitian
ini semua variabel yang akan dianalisis akan distandardisasi dengan total aktiva.
Tujuannya adalah mengurangi range dan menghindari terjadinya
Heteroskedastisitas.
D. Pengolahan dan Pengujian Earning Management
Model regresi ini dilakukan untuk menentukan nilai koefisien estimasi dari
Non Discretionary Accrual. Variabel yang akan dimasukkan ke dalam model
regresi tersebut adalah Curent accrual (CA), Perubahan pendapatan ( ∆ PEN ),
Perubahan HPP ( ∆ HPP ). Persamaan model regresi tersebut dinyatakan sebagai
berikut :
CA = a + b1 ( ∆ PEN ) + b2 ( ∆ HPP) +ε i
Sebelum meregresikan, akan dilakukan terlebih dahulu uji normalitas
dengan menggunakan One sample Kolmogorov –Smirnov, selain itu juga akan
dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji heteroskedastisitas, uji
multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
Hasil dari uji normalitas dan asumsi klasik adalah sebagai berikut :
1. Uji normalitas
Pengujian normalitas model regresi dilakukan dengan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test. Distribusi data dikatakan normal apabila nilai
signifikansi Kolmogorov Smirnov > α = 0,05, sedangkan bila nilai
signifikansinya < α = 0,05 distribusi data dikatakan tidak normal.
54
Tabel 4. 3
Hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asymp. Sig(2-tailed)
CA .476
∆ PEN .914
∆ HPP .838
Hasil pengujian One Sample Kolmogorov- Smirnov Test menunjukkan
masing-masing distribusi data yang akan digunakan dalam model regresi adalah
berdistribusi normal karena tingkant signifikansinya > α = 0,05.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance inflation
Factor (VIF) tiap variabel independen. Apabila nilai VIF > 10, maka dapat
disimpulkan telah terjadi multikolinearitas, sedangkan bila nilai VIF < 10, berarti
tidak terjadi multikolinearitas dalam model tersebut.
Pengujian multikolinearitas pada model regresi tersebut terlihat pada tabel
4. 4 dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. 4
Hasil Multikolinearitas
Unstandardized
Coefficient
Colinearity
Statistic
Tolerance VIF Kesimpulan
∆PEN .299 .429 2.333 Tidak ada mulikolinearitas
∆ HPP .300 .429 2.333 Tidak ada mulikolinearitas
55
Tabel 4. 4 di atas menunjukkan bahwa nilai VIF untuk variabel ∆ PEN
adalah 2,333 yang lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinearitas pada variabel ini. Nilai VIF untuk variabel ∆ HPP adalah 2,333
yang juga lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan pada variabel ∆ HPP
pun tidak terjadi multikolinearitas.
b. Uji Autokorelasi
untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji Durbin
Watson (DW). Jika nilai DW mendekati atau berada di sekitar angka 2 maka
model regresi tersebut bebas dari autokorelasi.
Pengujian autokorelasi pada model regresi tersebut terlihat pada tabel 4. 5
Dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Durbin Watson
Durbin - Watson Kesimpulan
2.030 Tidak ada autokorelasi
Pada output tersebut diperoleh nilai Durbin watson 2,030. Langkah
selanjutnya adalah melakukan uji menggunakan tabel batas bawah (dI) dan batas
atas (du) untuk mengetahui daerah autokorelasi dari nilai Durbin Watson.
Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson menunjukkan angka 2,030,
dan batas bawah (dI) dan batas atas (du) dari tabel terlihat. Dengan jumlah
variabel bebas (k) = 2, dengan jumlah sampel (n) = 150, maka dI = 1,71, dan du =
1,76. Berdasarkan uji di atas tampak bahwa nilai Durbin Watson hitung 2,030
56
terletak di daerah No autocorrelation sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas pada model regresi dilihat
pola gambar Scatterplot. Model regresi dikatakan bebas dari heteroskedastisitas
jika pola Scatterplot yang berupa titik-titik menyebar di atas dan di bawah atau di
sekitar angka nol.
Tabel 4. 6
Hasil Scatterplot
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regr
essi
on S
tude
ntize
d Re
sidu
al
Dependent Variable: CA
Scatterplot
Pola titik-titik pada Scatterplot di atas menunjukkan pola yang menyebar
di atas dan di bawah angka 0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
bebas dari gejala heteroskedastisitas.
57
3. Uji signifikansi
a. Goodness of Fit
Goodness of Fit digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi
sampel dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik Goodness of Fit dapat diukur
dari nilai koefisien determinasi (R2). Nilai R2 pada intinya mengukur seberapa
jauh kemempuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2001).
Goodness of Fit pada model regresi tersebut terlihat pada tabel 4. 7 dengan
hasil sebagai berikut :
Tabel 4. 7
Hasil Model Summary
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .568(a) .323 .314 1.51859
a Predictors: (Constant), HPP, PEN b Dependent Variable: CA
Tabel 4. 7 di atas menunjukkan nilai koefisien determinasi (R square)
sebesar 0,323. artinya 32,3%Variabel dependen Current Accrual (CA) dijelaskan
oleh variabel independen, ∆ PEN dan ∆ HPP, dan sisanya 67,7% (100%-32,3%)
dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.
b. Uji F-test
Uji simultan dengan F test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen.
58
Hipotesis operasional :
H0 : Data variabel ∆ PEN dan ∆ HPP secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap Current Accrual (CA)
Ha : Data variabel ∆ PEN dan ∆ HPP secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Current Accrual (CA)
Kriteria pengujian :
Jika probabilitas (sig-t) < 0.05, maka H0 ditolak
Jika probabilitas (sig-t) > 0.05, maka H0 diterima
atau
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima
Tabel 4. 8
Hasil Anova
Mod
el
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 161.857 2 80.929 35.093 .000(a)
Residual
338.998 147 2.306
1
Total
500.856 149
a Predictors: (Constant), HPP, PEN b Dependent Variable: CA
Tabel 4. 8 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji F adalah 0,000
nilai ini lebih kecil dari α = 0,056, sedangkan nilai F hitung 35,093 lebih besar
dari F tabel 2,667. Hal ini berarti maka H0 ditolak dan maka Ha diterima. Sehingga
59
dapat disimpulkan secara simultan variabel independen yeng terdiri dari ∆ PEN
dan ∆ HPP berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Current Accrual (CA)
c. Uji T-test
Uji T-Test ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen
berpengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri terhadap variabel dependen.
Hipotesis operasional:
H0 : Data variabel ∆ PEN dan ∆ HPP secara sendiri-sendiri tidak berpengaruh
terhadap Current Accrual (CA)
Ha : Data variabel ∆ PEN dan ∆ HPP secara sendiri-sendiri berpengaruh
terhadap Current Accrual (CA)
Kriteria pengujian :
Jika probabilitas (sig-t) < 0.05, maka H0 ditolak
Jika probabilitas (sig-t) > 0.05, maka H0 diterima
atau
Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima
60
Tabel 4. 9
Uji Signifikansi Individual
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 7.822 1.487 5.261 .000
PEN
.299 .103 .300 2.897 .004
1
HPP
.300 .101 .306 2.957 .004
a Dependent Variable: CA
Tabel 4. 9 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk variabel
∆ PEN adalah 0,004 nilai ini lebih kecil dari α = 0,05, sedangkan untuk nilai t
hitung 2,897 nilai ini lebih besar dari tabel 1,976. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa secara sendiri-sendiri variabel ∆ PEN
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Current Accrual (CA). Variabel
∆ HPP memiliki nilai signifikansi 0,004 nilai ini lebih kecil dari α = 0,05,
sedangkan untuk nilai t hitung 2,957 nilai ini lebih besar dari tabel 1,976. Artinya
H0 kembali ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
sendiri-sendiri variabel ∆ HPP pun berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu
Current Accrual (CA).
Persamaan pada model regresi adalah sebagai berikut :
Y= 7,822 + 0,299 X1 + 0,300 X 2 + e
Berdasarkan hasil regresi pada formulasi Nondiscretionary akan diperoleh
koefisien regresi (nilai a, b1, b2). Koefisien tersebut akan digunakan dalam
61
persamaan berikut untuk menghitung discretionary accrual. Rumus untuk
menentukan discretionary accrual :
DA = CA-[a+b1(∆PEN - ∆PIU)+b2∆HPP]
DA = CA-[7,822+0,299 (∆PEN - ∆PIU)+3,00 ∆HPP]
Di mana :
DA : Disrcretionary accrual perusahaan i pada periode t
CA : Current accrual perusahaan i pada periode t
∆PEN : Pendapatan perusahaan i pada periode t dikurang
pendapatan perusahaan i pada periode t-1
∆PIU : Piutang perusahaan i pada periode t dikurang pendapatan
perusahaan i pada periode t-1
∆HPP : Harga pokok penjualan perusahaan i pada periode t
dikurang harga pokok penjualan perusahaan i pada
periode t-1
a, b1, b2 : Koefisien regresi yang diperoleh dari persamaan
sebelumnya.
E. Pengujian dan Interpretasi Hasil Penelitian
1.Pengujian Hipotesis Penelitian
a) Hasil Pengujian Hipotesis 1
Hasil pengujian terhadap hipotesis satu yang menyatakan bahwa
perusahaan yang melaksanakan IPO terindikasi melakukan kebijakan manajemen
62
laba dengan cara memainkan komponen-komponen accruals adalah sebagai
berikut :
1. Uji Beda Discretionary Accruals
Pengukuran manajemen laba di dalam penelitian ini didasarkan pada nilai
Discretionary Accruals (DA). Dengan pendekatan tersebut manajemen laba
terjadi jika DA > 0. Untuk menguji apakah nilai DA > 0 atau tidak, digunakan
pendekatan stastistik parametrik (one sample t- test). Sebelumnya akan diuji
normalitas model One sample t-test dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov
Test. Distribusi data dikatakan normal apabila nilai signifikansi Kolmogorov
Smirnov > α = 0,05, sedangkan bila nilai signifikansinya < α = 0,05 distribusi
data dikatakan tidak normal.
Pengujian normalitas tersebut terlihat pada tabel 4. 10 dengan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4. 10
Hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asymp. Sig(2-tailed)
DA MIN 2 .846
DA MIN 1 .839
DA 0 .957
DA PLUS 1 .913
D APLUS 2 .371
Tabel uji normalitas di atas memperlihatkan bahwa data yang akan
digunakan untuk pengujian One sample t-test terdistribusi secara normal. Oleh
karena itu pengujian One sample t-test dapat dilanjutkan.
63
Hipotesis operasional :
H0 : Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak melakukan
manajemen laba di sekitar IPO.
Ha : Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melakukan
manajemen laba di sekitar IPO.
Kriteria pengujian :
Jika probabilitas (sig-t) < 0.05, maka H0 ditolak
Jika probabilitas (sig-t) > 0.05, maka H0 diterima
Tabel 4. 11
Hasil One Sample T-test
Test Value = 0
95% Confidence Interval
of the Difference
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference Lower Upper
DAMIN2 55.535 29 .000 19.69929 18.9738 20.4248
DAMIN1 67.147 29 .000 20.43198 19.8096 21.0543
DA0 74.067 29 .000 21.14627 20.5623 21.7302
DAPLUS1 67.986 29 .000 21.15547 20.5190 21.7919
DAPLUS2 61.018 29 .000 21.02740 20.3226 21.7322
Hasil pengujian One sample t-test (Tabel 4. 11) Pada periode dua tahun
sebelum IPO, menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi itu
lebih kecil dari α =0,05, sehingga kita menerima Ha1, Perusahaan yang terdaftar
di BEI pada periode minus dua melakukan manajemen laba di sekitar IPO. Pada
64
periode tersebut 70 % positif perusahaan sampel yang memiliki nilai DA positif
atau 21 perusahaan dari 30 perusahaan melakukan manajemen laba.
Pada periode satu tahun sebelum IPO menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Nilai signifikansi itu lebih kecil dari α =0,05 sehingga kita
menerima Ha2, Perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode minus satu
melakukan manajemen laba di sekitar IPO. Namun dilihat dari % positif
perusahaan sampel perusahaan, pada periode tersebut hanya 56,6% perusahaan
saja yang melakukan manajemen laba atau sekitar 17 perusahan.
Manajemen laba kembali dilakukan pada periode IPO yang ditunjukkan
dengan nilai DA (Mean sebesar 21.1463 ). Pada periode ini 63,3 % sampel
perusahaan mempunyai DA positif sebesar 19 perusahaan, dan nilai Pada periode
nol (pada saat IPO) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai
signifikansi itu lebih kecil dari α =0,05 sehingga kita menerima Ha3, Perusahaan
yang terdaftar di BEI pada periode nol melakukan manajemen laba di sekitar IPO.
Pada periode satu tahun sesudah IPO mempunyai Pada periode satu tahun
sebelum IPO menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi itu
lebih kecil dari α =0,05 sehingga kita menerima Ha4, Perusahaan yang terdaftar di
BEI pada periode plus satu melakukan manajemen laba di sekitar IPO. Tetapi
pada periode tersebut hanya 56,6 % perusahaan saja yang melakukan manajemen
laba, atau sekitar 17 perusahaan saja.
Pada periode dua tahun setelah IPO menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Nilai signifikansi itu lebih kecil dari α =0,05 sehingga kita
menerima Ha5, Perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode plus dua melakukan
65
manajemen laba di sekitar IPO. Pada periode ini perusahaan yang memiliki %
positif sebesar 43,3 % atau kurang dari sebagian perusahaan (13 perusahaan)
kembali melakukan manajemen laba pada periode dua tahun setelah IPO.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan, bahwa
perusahaan terbukti malakukan manajemen laba di sekitar IPO, hal ini didukung
dengan hasil one sample t-test yang menunjukkan pada setiap periode
mempunyai menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi itu
lebih kecil dari α =0,05 sehingga kita menolak (H0) dan menerima hipotesis
alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di BEI
melakukan manajemen laba di sekitar IPO dapat diterima.
b) Hasil Pengujian Hipotesis 2
Hasil pengujian terhadap hipotesis dua yang menyatakan bahwa terdapat
perbadaan rata-rata kinerja operasi antara sebelum dan sesudah IPO pada
perusahaan yang terdaftar di BEI adalah sebagai berikut :
1. Uji Beda kinerja Operasi
Sebelum dilakukan uji beda terlebih dahulu diuji normalitas distribusi data
kinerja operasi variabel ∆ ROA satu tahun sebelum IPO ( ∆ ROA minus satu), dan
∆ ROA satu tahun sesudah IPO ( ∆ ROA plus satu. Uji normalitas ini untuk
menentukan alat uji yang akan digunakan. Apabila hasil uji normalitas
menunjukkan distribusi data yang tidak normal maka alat uji beda yang akan
digunakan adalah nonparametrik dan sebaliknya jika distribusi datanya normal
maka alat uji beda yang akan digunakan adalah parametrik. Pengujian normalitas
tersebut terlihat pada tabel 4. 12 dengan hasil sebagai berikut :
66
Tabel 4.12
Hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asymp. Sig(2-tailed)
∆ ROA MIN 1 .321
∆ ROA PLUS 1 .220
Hasil uji normalitas di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi ∆ ROA
MIN 1 adalah 0,321 yang lebih besar dari α =0,05, artinya distribusi datanya
normal. Sedangkan ∆ ROA PLUS 1 menunjukan nilai signifikansi 0,220 yang
lebih besar dari α =0,05, artinya distribusi datanya juga normal. Oleh karena itu
uji beda yang akan dipakai pada penelitian ini adalah uji parametrik dengan
Paired Sample Test.
Hipotesis operasional :
H 0 : Tidak ada perbedaan rata-rata kinerja operasi (return on asset) yang
terdaftar di BEI antara sebelum dan sesudah IPO.
H a : Ada perbedaan rata-rata kinerja operasi (return on asset) yang terdaftar di
BEI antara sebelum dan sesudah IPO.
Kriteria pengujian :
Jika probabilitas (sig-t) < 0.05, maka H0 ditolak
Jika probabilitas (sig-t) > 0.05, maka H0 diterima
67
Tabel 4. 13
Hasil Uji Beda Kinerja Operasi Sebelum dan Sesudah IPO
Mean N Correlation Sig
ROA MINUS 1
ROA PLUS 1
-2.4731
-2.2564
30
30
.346
.061
ROA MIN 1
ROA PLUS 1
Paired Differences Mean -.21673
Std. Deviation 2.34846
Std. Error Mean .42877
95%Confidence Interval
Lower -1.09366
of the Differences Upper .6602
t -.505
df 29
Sig (2 tailed) .617
Hasil uji menggunakan α = 5% two tailed, dan data yang digunakan
adalah time series satu tahun sebelum IPO dan satu tahun sesudah IPO, jumlah
sample n = 30 periode pengamatan, menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,617
yang nilainya lebih besar dari α = 0,05. Maka dapat disimpulkan hipotesis
alternatif (H0) diterima dan hipotesis nol (Ha) ditolak, berarti tidak terdapat
perbedaan rata-rata kinerja operasi ( ∆ ROA) sebelum IPO dan kinerja operasi
sesudah IPO, walaupun besarnya berbeda yaitu rata – rata kinerja operasi sebelum
IPO sebesar – 2,4731, sedangkan rata- rata kinerja operasi ( ∆ ROA) sesudah IPO
sebesar – 2,2564.
Korelasi antara kedua variabel yaitu kinerja operasi ( ∆ ROA) sebelum
dan kinerja operasi ( ∆ ROA) sesudah IPO yang menghasilkan angka 0,346 dan
68
nilai probabilitasnya p = 0,061. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara kinerja
operasi sebelum IPO dan kinerja operasi sesudah IPO adalah memiliki keeratan
lemah dan tidak berhubungan.
c) Hasil Pengujian Hipotesis 3
1. Uji Normalitas
Untuk menguji hipotesis ketiga ini digunakan analisis regresi berganda
untuk melihat pengaruh manajemen laba terhadap kinerja operasi. Sebelum
dilakukan regresi terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov test. Uji normalitas untuk model regresi berganda
dilakukan terhadap masing variabel. Distribusi data dikatakan normal apabila nilai
signifikansi Kolmogorov-Smirnov > α = 0,05, sedangkan bila nilai
signifikansinya < α = 0,05 distribusi data dikatakan tidak normal.
Tabel 4. 14
Hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asymp. Sig(2-tailed)
∆ ROA .220
DA .913
QUICK RATIO .642
SGRO .551
Hasil pengujian One Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan
masing-masing distribusi data yang akan digunakan dalam model regresi adalah
berdistribusi normal karena tingkat signifikansinya > α = 0,05.
69
2. Uji Asumsi Klasik
i) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance inflation
Factor (VIF) tiap variabel independen. Apabila nilai VIF > 10, maka dapat
disimpulkan telah terjadi multikolinearitas, sedangkan bila nilai VIF < 10, berarti
tidak terjadi multikolinearitas dalam model tersebut.
Pengujian multikolinearitas pada model regresi tersebut terlihat pada tabel
4. 15 dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. 15
Hasil Multikolinearitas
Colinearity Statistic
Tolerance VIF Kesimpulan
DA .982 1.018 Tidak ada mulikolinearitas
Quick Ratio .868 1.152 Tidak ada mulikolinearitas
SGRO .871 1.148 Tidak ada mulikolinearitas
Tabel 4. 15 di atas menunjukkan bahwa nilai VIF untuk variabel
Discretionary accruals (DA) adalah 1.018 yang lebih kecil dari 10, sehingga
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas pada variabel ini. Nilai VIF
untuk variabel Quick Ratio adalah 1.152 yang juga lebih kecil dari 10, sehingga
dapat disimpulkan pada variabel Quick Ratio tidak terjadi multikolinearitas pada
variabel Quick Ratio ini. Untuk variabel Sales growth (SGRO) Nilai VIF adalah
1.148 sehingga dapat disimpulkan pada variabel Sales growth (SGRO) pun tidak
terjadi multikolinearitas.
70
b) Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji Durbin
Watson (DW). Jika nilai DW mendekati atau berada di sekitar angka 2 maka
model regresi tersebut bebas dari autokorelasi.
Pengujian autokorelasi pada model regresi tersebut terlihat pada tabel
4. 16 dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.16
Hasil Durbin Watson
Durbin - Watson Kesimpulan
2.028 Tidak ada autokorelasi
Pada output tersebut diperoleh nilai Durbin watson 2,028. Langkah
selanjutnya adalah melakukan uji menggunakan tabel batas bawah (dI) dan batas
atas (du) untuk mengetahui daerah autokorelasi dari nilai Durbin Watson.
Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson menunjukkan angka 2,028,
dan batas bawah (dI) dan batas atas (du) dari tabel terlihat. Dengan jumlah
variabel bebas (k) = 3, dengan jumlah sampel (n) = 30, maka dI = 1,21, dan du =
1,65. Berdasarkan uji di atas tampak bahwa nilai Durbin Watson hitung 2,028
terletak di daerah No autocorrelation sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi.
c) Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas pada model regresi dilihat
pola gambar Scatterplot. Model regresi dikatakan bebas dari heteroskedastisitas
71
jika pola Scatterplot yang berupa titik-titik menyebar di atas dan di bawah atau di
sekitar angka nol.
Tabel 4. 17
Hasil Scatterplot
-2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value
-4
-2
0
2
4
Reg
ress
ion
Stu
dent
ized
Res
idua
l
Dependent Variable: ROA
Scatterplot
Pola titik-titik pada Scatterplot di atas menunjukkan pola yang menyebar
di atas dan di bawah angka 0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
bebas dari gejala heteroskedastisitas.
d) Uji Signifikansi
1. Goodness of Fit
Goodness of Fit digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi
sampel dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik Goodness of Fit dapat diukur
dari nilai koefisien determinasi (R2). Nilai R
2 pada intinya mengukur seberapa
72
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2001).
Goodness of Fit pada model regresi tersebut terlihat pada tabel 4. 18
dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. 18
Hasil Model Summary
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .323(a) .105 .001 2.15442
a Predictors: (Constant), SGRO, DA, QUICKRATIO b Dependent Variable: ROA
Tabel 4. 18 di atas menunjukkan nilai adjusted R square sebesar 0,001.
artinya 0,1% Variabel dependen ∆ ROA dijelaskan oleh variabel independen, DA,
Quick Ratio, SGRO, dan sisanya 99,9% (100%-0,1%) dijelaskan oleh variabel
lain di luar variabel yang digunakan.
2. Uji F-test
Uji simultan dengan F test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen.
Hipotesis operasional :
H0 : Data variabel DA, Quick Ratio, SGRO secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap kinerja operasi( ∆ ROA )
Ha : Data variabel DA, Quick Ratio, SGRO secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kinerja operasi( ∆ ROA )
73
Kriteria pengujian :
Jika probabilitas (sig-t) < 0.05, maka H0 ditolak
Jika probabilitas (sig-t) > 0.05, maka H0 diterima
atau
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima
Tabel 4. 19
Hasil Anova
Mod
el
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 14.104 3 4.701 1.013 .403(a)
Residual 120.680 26 4.642
1
Total 134.784 29
a Predictors: (Constant), SGRO, DA, QUICKRATIO b Dependent Variable: ROA
Tabel 4. 19 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji F adalah
0,403 nilai ini lebih besar dari α = 0,056, sedangkan nilai F hitung 1,013 lebih
kecil dari F tabel 3,369. Hal ini berarti maka H0 diterima dan maka Ha ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan secara simultan variabel independen yeng terdiri dari
DA, Quick Ratio, SGRO secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja
operasi( ∆ ROA ).
3. Uji T-test
Uji T-Test ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen
berpengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri terhadap variabel dependen.
74
Hipotesis operasional :
H0 : Data variabel Discretionary accruals (DA), Quick ratio, dan SGRO
secara sendiri-sendiri tidak berpengaruh terhadap kinerja operasi
( ∆ ROA )
Ha : Data variabel Discretionary accruals (DA), Quick ratio, dan SGRO
secara sendiri-sendiri berpengaruh terhadap kinerja operasi( ∆ ROA )
Kriteria pengujian :
Jika probabilitas (sig-t) < 0.05, maka H0 ditolak
Jika probabilitas (sig-t) > 0.05, maka H0 diterima
atau
Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima
Tabel 4. 20
Uji Signifikansi Individual
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -4.125 5.081 -.812 .424
DA
.098 .23 .077 .413 .683
1
Quick Ratio
SGRO
-6.72
-.244
.410
.308
-.327
-.157
-1.641
-.791
.113
.436
a Dependent Variable: ROA
75
Tabel 4. 20 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk variabel
Discretionary accruals (DA) adalah 0,424 nilai ini lebih besar dari α = 0,05,
sedangkan untuk nilai t hitung 0,413 nilai ini lebih kecil dari t tabel 2,065. Hal ini
berarti H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
sendiri-sendiri variabel Discretionary accruals (DA) tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen yaitu kinerja operasi. Variabel Quick ratio memiliki nilai
signifikansi 0,113 nilai ini lebih besar dari α = 0,05, sedangkan untuk nilai t
hitung -1,641 nilai ini lebih besar dari t tabel -2,065. Artinya H0 kembali diterima
dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa secara sendiri-sendiri variabel
Quick ratio pun tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja
operasi. Variabel SGRO memiliki nilai signifikansi 0,436 nilai ini lebih besar dari
α = 0,05, sedangkan untuk nilai t hitung –0,791 nilai ini lebih besar dari t tabel -
2,065. Artinya H0 kembali diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa secara sendiri-sendiri variabel SGRO pun tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen yaitu kinerja operasi.
Persamaan pada model regresi adalah sebagai berikut :
Y= - 4,125 + 0,098 X1 +0,672 X2 – 0,244 X3 + e
Keterangan :
Y = Kinerja operasi
X1 = Discretionary accruals (DA)
X2 = Quick Ratio
X3 = SGRO
76
d) Hasil Pengujian Hipotesis 4
1. Uji Beda Pengukuran rendahnya return saham
Pengujian rendah tidaknya return saham perusahaan yang terdaftar di BEI
setelah IPO digunakan pendekatan cummulative abnormal return (CAR). CAR
tersebut merupakan penjumlahan dari abnormal return bulanan perusahaan dengan
model pasar disesuaikan (adjusted market model) selama setahun di mulai dari
bulan Mei sampai April. Hal ini dilakukan untuk menghindari dampak
pengumuman laba (earning anouncement) yang diperkirakan terjadi pada bulan
Maret dan April sebagaimana dikatakan oleh Ali. Et al(2000). Berdasarkan
pendekatan tersebut return saham perusahaan dikatakan rendah apabila CAR < 0.
Untuk menguji apakah nilai CAR < 0 atau tidak, digunakan pendekatan
stastistik parametrik (one sample t- tes)t. Sebelumnya akan diuji normalitas model
One sample t-test dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Distribusi data
dikatakan normal apabila nilai signifikansi Kolmogorov Smirnov > α = 0,05,
sedangkan bila nilai signifikansinya < α = 0,05 distribusi data dikatakan tidak
normal.
Pengujian normalitas tersebut terlihat pada tabel 4. 10 dengan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4. 21
Hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asymp. Sig(2-tailed)
CAR .709
77
Tabel uji normalitas di atas memperlihatkan bahwa data yang akan
digunakan untuk pengujian One sample t-test terdistribusi secara normal. Oleh
karena itu pengujian One sample t-test dapat dilanjutkan.
Hipotesis operasional :
H0 : Tidak terjadi return saham yang rendah setelah IPO pada perusahaan
yang terdaftar di BEI
Ha : Terjadi Return saham yang rendah setelah IPO pada perusahaan yang
terdaftar di BEI
Kriteria pengujian :
Jika probabilitas (sig-t) < 0.05, maka H0 ditolak
Jika probabilitas (sig-t) > 0.05, maka H0 diterima
Tabel 4. 21
Hasil One Sample T-test
One-Sample Test
-3,376 29 ,002 -,311 -,50 -,12CUMMULATIVE
ABNORMAL RETURN
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference Lower Upper
95% Confidence
Interval of the
Difference
Test Value = 0
Hasil pengujian One Sample t-test di atas menunjukkan nilai signifikansi
untuk Cummulative abnormal return satu tahun sesudah IPO adalah 0,002. Nilai
signifikansi itu lebih kecil dari α = 0,05, kita menerima Ha : Terjadi Return saham
78
yang rendah setelah IPO pada perusahaan yang terdaftar di BEI, dengan mean -
0,31 dan perusahaan yang memilki CAR positif hanya 23%. Dengan demikian
hipotesis alternatif (Ha) diterima.
2. Interpretasi Hasil Penelitian
a. Analisis Manajemen Laba
Beberapa peneliti terdahulu telah membuktikan bahwa manajemen
cenderung melakukan manajemen laba menjelang IPO. Hal ini disebabkan
manajemen ingin memaksimumkan utilitasnya dan pada saat itu terdapat
informasi asimetri yang cukup tinggi antara manajemen dan investor. Manajemen
laba dilakukan dengan menggeser laba periode yang akan datang ke periode
sekarang (positif) atau menggeser laba periode sekarang ke periode yang akan
datang (negatif). Apabila manajemen laba dilakukan dengan tujuan meningkatkan
jumlah laba yang dilaporkan sekarang, maka laba periode yang akan datang akan
lebih rendah dibandingkan periode sekarang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan telah terbukti melakukan
manajemen laba sebelum IPO, pada saat IPO, dan setelah IPO. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Syaiful (2004), Gumanti (2000), Teoh et al. (1998a,
1998b), Jain dan kini (1994). Hasil penelitian ini juga konsisten dengan Rangan
(1998) yang menemukan pada saat penawaran saham akan dilakukan manajemen
laba. Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Kiswara (1999) yang
menemukan setelah IPO pun perusahaan juga melakukan manajemen laba. Hasil
penelitian yang menunjukkan manajemen laba juga terjadi pada periode IPO,
79
kemungkinan disebabkan oleh keinginan manajemen untuk mencapai laba dalam
prospektus.
b. Analisis Kinerja Operasi
Hasil uji beda menunjukkan bahwa kinerja operasi ( ∆ ROA ) sebelum IPO
dengan kinerja operasi ( ∆ ROA ) setelah IPO relatif sama meskipun dilihat rata -
rata (mean) kinerja operasi antara sebelum dan sesudah IPO besarnya berbeda
yaitu -2.4731 untuk kinerja operasi sebelum IPO, dan -2.2564 kinerja operasi
sesudah IPO. Hal ini membuktikan bahwa kinerja operasi tidak terdapat
perbedaan antara kinerja operasi sebelum IPO dengan sesudah IPO. Temuan ini
sejalan dengan Sri anik (2004) yang menemukan bahwa kinerja operasi tidak
terdapat perbedaan antara kinerja operasi sebelum IPO dengan sesudah IPO.
c. Analisis Pengaruh Manajemen Laba, Quick ratio, dan Sales Growth
terhadap Kinerja Operasi.
Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa pengaruh Manajemen Laba,
Quick ratio, dan Sales Growth secara bersama-sama terhadap kinerja operasi
tidak signifikan. Secara parsial peneliti tidak dapat membuktikan hipotesis ketiga
yang menyatakan adanya pengaruh pengaruh manajemen laba terhadap kinerja
operasi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Pae
(1999), Felthem dan pae (2000) dalam arif (2007). Lemahnya pengaruh tersebut
dapat dikatakan bahwa return on asset merupakan salah satu pengukuran kinerja
perusahaan dalam kategori cash flow measures yang dapat meniadakan pengaruh
peggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap suatu transaksi. Cash flows
menunjukkan hasil yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta
80
dibebani dengan beban yang bersifat tunai yang benar-benar sudah dikeluarkan
oleh perusahaan (Pradhono, 2004).
d. Analisis Return Saham Underperformance
Penelitian ini juga menemukan rendahnya return saham perusahaan yang
terdaftar di BEI setelah IPO. Temuan ini juga konsisten dengan hasil penelitian
Rodoni (2002) dan Amin (2007). Menurut Amin (2007) penurunan kinerja saham
dalam jangka panjang ini akan merugikan investor karena akan memperoleh
return yang negatif. Menurut Amin (2007) penurunan kinerja saham dalam jangka
panjang ini akan merugikan investor karena akan memperoleh return yang negatif.
Penurunan kinerja saham dalam jangka panjang ini disebabkan investor terlalu
optimis, sehingga harga saham akan lebih tinggi pada awal penawarannya dan
berangsur-angsur turun dalam jangka panjang (Bray dan Gompers, 1997 dalam
Syaiful, 2004).
81
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab IV sebelumnya, maka
didapati kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Hasil pendeteksian earning management yang dilakukan dengan
Discretionary Accruals menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang
melaksanakan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama kurun 2001 s/d
2005 terindikasi melakukan kebijakan earning management (pengaturan
laba) pada laporan keuangan yang termuat dalam prospektus sebelum
pelaksanaan IPO. Hal ini terlihat dari rata – rata Discretionary Accruals
yang positif sebelum pelaksanaan IPO. Temuan ini diperkuat dengan uji
One Sample T – test yang menunjukkan hasil yang signifikan pada α =
0,05. Pada periode sesudah pelaksanaan IPO pun masih ada indikasi
earning management hal ini terlihat dari rata-rata Discretionary Accruals
yang juga positif sesudah pelaksanaan IPO.
2. Hasil penganalisaan kinerja operasi yang dilakukan dengan ∆ ROA telah
membuktikan bahwa kineja operasi ( ∆ ROA ) sesudah IPO dengan kinerja
operasi ( ∆ ROA ) setelah IPO relatif sama meskipun dilihat dari rata-rata
(mean) kinerja operasi antara sebelum dan sesudah IPO besarnya berbeda.
Hal ini dibuktikan dengan menggunakan Paired Sample T-test, yang
82
menunjukkan sig. 2 tailed > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan
rata-rata kinerja operasi sebelum dan sesudah IPO.
3. Hasil pengujian antara pengaruh manajemen laba terhadap kinerja operasi
sesudah IPO, peneliti menggunakan teknik analisis regresi linier
berganda. Namun peneliti tidak mampu menemukan adanya pengaruh
antara manajemen laba terhadap kinerja operasi sesudah IPO.
4. Hasil pengujian terhadap return saham underperformance, peneliti
menggunakan One Sample T-test, peneliti menemukan return saham
setelah IPO adalah rendah hal ini dibuktikan dengan sig. 2 tailed < 0,05.
Sehingga membuktikan bahwa return saham setelah IPO adalah rendah.
B. Implikasi
Melihat pada hasil dan keterbatasan penelitian ini, maka ada beberapa
implikasi untuk penelitian berikutnya :
1. Penelitian berikut sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar, agar
supaya hasilnya akan lebih kuat. Dengan sampel yang relatif lebih besar
peneliti akan dapat memisahkan sampel ke dalam ukuran perusahaan,
sehingga dapat diketahui kecenderungan manajemen laba disekitar IPO
antara perusahaan besar dan kecil. Disamping itu sampel dapat pula
dipecah ke dalam industri, sehingga memungkinkan untuk mengetahui
jenis industri yang cenderung melakukan manajemen laba disekitar IPO.
2. Peneliti yang akan datang, sebaiknya menggunakan beberapa pendekatan
di dalam mengukur manajemen laba. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
83
konsistensi hasil yang diperoleh dengan berbagai model dan model yang
paling tepat untuk kondisi pasar modal negara berkembang (emerging
capital market) seperti pasar modal Indonesia.
3. Peneliti yang akan datang sebaiknya tidak hanya menggunakan ROA
dalam mengukur kinerja, tetapi menggunakan pendekatan yang lain.
Sehingga dapat diketahui kinerja operasi mana yang paling terpengaruh
oleh manajemen laba di sekitar IPO.
84
DAFTAR PUSTAKA
Anik, Sri. 2004.“Indikasi Manajemen Laba (earning Management) Dan
Hubungan Dengan Kinerja Operasi Di Sekitar Initial Public Offering
Pada Perusahaan – Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi dan Investasi VOL. 5, No. 2.
Arief ujiyanto, Muh, dan Bambang Agus Pramuka. 2007.”Mekanisme
Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja keuangan
(Studi Pada perusahaan Go Public Sektor Manufaktur)”. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar. AKPM 01
Arsana, I Made marsa.2007.’Faktor-faktor yang Berpengaruh Tterhadap
kinerja Keuangan Koperasi Unit Desa di Kabupaten Tabanan suatu
Pendekatan Equation Modelling”. Socio-Economic of Agriculture and
Agribisnis (SOCA).
Asih Prihat, dan M. Gudono. 2000.”Hubungan Tindakan Perataan Laba
(income Smoothing) dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman
Informasi Laba Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ“. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia. 3.(1). 35-53.
Bernard. Victor L. dan Douglas J. skinner .1996.”What Motivates Managers
Choice of Discretionary Accruals?”. Journal of Financial Economics,
22, hal : 313-323.
Brav. Alon., Christophers Geezy., dan Pul A. Gompers.2000.”Is The
Abnormal Return Following Equity Issuances Anomlous?”. Journal of
Financial Economics Vol. 59. hal 209-249
Dajan, Anto. 2000.”Pengantar Metode Statistik Jilid 1 Dan 2”. Penerbit :
LP3ES.
Dechow. Patricia M., Richard G. Sloan, dan Amy P.
Sweeney.1995.”Detecting Earning Managemenet”. The Accounting
Review Vol 70, No. 7. hal 193-225
Farari, Zainal, dkk. 2006.”Manajemen laba : Bukti Dari Set Kesempatan
Investasi, Utang, Kos Politis, Dan Konsentrasi Pasar Pada Pasar
Yang Sedang Berkembang”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
K-AKPM 11
Freidlan. J M.1994.”Accounting Choice of issuers of Initial Public
Offerings”. Contempory Accounting research, Vol. 11, No. 1. hal 1-31
85
Ghozali, Imam. 2001.”Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gumanti, Tatang Ari. 2000.”Earning Management : Suatu Telaah Pustaka ”.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan VOL. 2, No. 2, hal 104-115.
Gumanti, Tatang Ari. 2001. “Earnings Management dalam Penawaran
Saham Perdana Saham Perdana di BEJ”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 4, hal 165-185.
Gumanti, Tatang Ari. 2002.”Underpricing Dan Biaya-Biaya Di Sekitar Initial
Public Offering”. Wahana Vol. 5, No. 2, hal 135-147.
Gumanti, Tatang Ari. 2004.”Hubungan Antara Nilai Perusahaaan,
Underpricing, Dan Ownership Retention Pada Perusahaan Yang Baru
Go Publik Di Bursa Eerk Jakarta”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. X.
No 2, hal 187-199.
Lako, Andreas. 2004.”Pengujian Empiris Free Riding Dalam Reaksi Pasar
Terhadap Pengumuman Laporan Keuangan”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Vol. X. No 2, hal 200-220.
Loughran. Tim., dan Jay R. Ritter.1997.”The Operating Performances of
Firms Conducting Seasoned Equity Offerings”. Journal of Finance, No. 5 , hal : 1833-1850.
Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. 2004. Pengaruh Economic value
Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap
Return yang diterima oleh Pemegang saham (studi pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6. no. 2, hal 140-166
Priyatno, dwi. 2008. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”. PT. Elek
Media Komputindo, Jakarta 2008.
Rahmawati, Yacob Suparno Dan Nurul Qomariyah. 2006.”Pengaruh Asimetri
Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan
Perbankan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium
Nasional Akuntansi 9 Padang.
Rangan. Srinivasan. 1998.”Earning management and the Performance of
Seasoned Equity Offerings”. Journal of Financial Economics, 50, hal :
100-122.
86
Rodoni, Ahmad dan Indoyama. 2003.”Prestasi Awal dan Prestasi Setelah
Dipasarkan Pada Penawaran Saham Perdana “. Jurnal Ekonomi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.Vol 1. No 2, hal 60-84.
Rodoni, Ahmad. 2002.”Penawaran Saham Perdana : Pengalaman di BEJ
1990-1998”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 17.No 4. hal 398 – 419.
S. Uyanto, Stanislaus. 2006.”Pedoman Analisis Data Dengan SPSS”. Graha
Ilmu.
Saiful. 2002. “Hubungan Management Laba (Earning Management) Dengan
Kinerja Operasi dan return Saham di Sekitar IPO “.Thesis S2
Akuntansi UGM.
Saiful. 2004. “Hubungan Management Laba (Earning Management) Dengan
Kinerja Operasi dan retur Saham di Sekitar IPO “. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia,Vol 7. No 3, hal 316-332.
Scott. William R. 2000.”Financial Accounting Theory”. Canada. Prantice
Hall, 2rd Edition.
Sughiartha, I Putu. 2005.” Analisis Pengaruh Akrual Diskresioner Terhadap
Return Saham Bagi Perusahaan Yang DI Audit Oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) BIG FOUR DAN NON BIG FOUR.”. Jurnal Akuntansi
dan Manajemen VOL. XVI, No. 3, hal 183-193.
Suharyadi, dan Purwanto. 2004.”Statistik Untuk Ekonomi Dan Keuangan
Modern”. Salemba Empat.
Tri Kumalasari, Puput. 2001.” Asimetry informasi, Positive Accounting
Theory Dan Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen
VOL. 2, No. 2, hal 92-111.
Triani, Apriliani dan Nikmah. 2006.”Reputasi Penjamin Emisi, Reputasi
Auditor, Persentase Penjamin Emisi, Ukuran Perusahaan dan
Fenomena Under Pricing : Studi Empiris Pada BEJ”. Simposium
Nasional Akuntansi 9 Padang.
Widodo, Eko. 2005.”Manajemen Laba : Sintesa Teori”. Jurnal Akuntansi dan
Manajemen Vol. XVI, No. 3, hal 173-181.
87
LAMPIRAN
88
LAMPIRAN 1
OUTPUT NON DISCRETIONARY ACCRUAL (NDA)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CA PEN HPP
N 150 150 150
Mean 20.2239 20.7967 20.6048 Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 1.83343 1.83855 1.87479
Absolute .069 .046 .051
Positive .069 .042 .042
Most Extreme Differences
Negative -.067 -.046 -.051
Kolmogorov-Smirnov Z .843 .559 .619
Asymp. Sig. (2-tailed) .476 .914 .838
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 HPP, PEN(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: CA Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .568(a) .323 .314 1.51859 2.030
a Predictors: (Constant), HPP, PEN b Dependent Variable: CA ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression
161.857 2 80.929 35.093 .000(a)
Residual 338.998 147 2.306
1
Total 500.856 149
a Predictors: (Constant), HPP, PEN b Dependent Variable: CA
89
Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant)
7.822 1.487 5.261 .000
PEN .299 .103 .300 2.897 .004 .429 2.333
HPP .300 .101 .306 2.957 .004 .429 2.333
a Dependent Variable: CA Collinearity Diagnostics(a)
Variance Proportions
Model Dimension Eigenvalue
Condition Index (Constant) PEN HPP
1 2.993 1.000 .00 .00 .00
2 .005 25.352 .99 .10 .15
1
3 .002 39.363 .01 .90 .85
a Dependent Variable: CA Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 16.1712 23.0230 20.2239 1.04225 150
Std. Predicted Value -3.888 2.686 .000 1.000 150
Standard Error of Predicted Value .124 .850 .196 .088 150
Adjusted Predicted Value 15.8301 22.9515 20.2225 1.05709 150
Residual -5.42696 4.19262 .00000 1.50836 150
Std. Residual -3.574 2.761 .000 .993 150
Stud. Residual -3.705 2.773 .000 1.005 150
Deleted Residual -5.83448 4.23012 .00142 1.54426 150
Stud. Deleted Residual -3.878 2.839 -.001 1.017 150
Mahal. Distance .007 45.718 1.987 4.254 150
Cook's Distance .000 .344 .008 .030 150
Centered Leverage Value .000 .307 .013 .029 150
a Dependent Variable: CA
90
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
Dependent Variable: CA
Scatterplot
91
LAMPIRAN 2
OUTPUT UJI BEDA DISCRETIONARY ACCRUAL (DA)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DAMIN2 DAMIN1 DA0 DAPLUS1 DAPLUS2
N 30 30 30 30 30
Mean 19.6993 20.4320 21.1463 21.1555 21.0274 Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 1.94286 1.66664 1.56376 1.70438 1.88751
Absolute .112 .113 .093 .102 .167
Positive .096 .113 .093 .084 .167
Most Extreme Differences
Negative -.112 -.084 -.066 -.102 -.138
Kolmogorov-Smirnov Z .614 .618 .510 .559 .916
Asymp. Sig. (2-tailed) .846 .839 .957 .913 .371
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
DAMIN2 30 19.6993 1.94286 .35472
DAMIN1 30 20.4320 1.66664 .30429
DA0 30 21.1463 1.56376 .28550
DAPLUS1 30 21.1555 1.70438 .31118
DAPLUS2 30 21.0274 1.88751 .34461
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Lower Upper
DAMIN2 55.535 29 .000 19.69929 18.9738 20.4248
DAMIN1 67.147 29 .000 20.43198 19.8096 21.0543
DA0 74.067 29 .000 21.14627 20.5623 21.7302
DAPLUS1 67.986 29 .000 21.15547 20.5190 21.7919
DAPLUS2 61.018 29 .000 21.02740 20.3226 21.7322
92
Paired Samples Test
-.21673 2.34846 .42877 -1.09366 .66020 -.505 29 .617ROAMIN1 - ROAPLUS1Pair 1
Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper
95% Confidence
Interval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
LAMPIRAN 3
OUTPUT UJI BEDA KINERJA OPERASI ( ∆ ROA )
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROAMIN1 ROAPLUS1
N 30 30
Mean -2.4731 -2.2564 Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 1.93947 2.15586
Absolute .174 .192
Positive .174 .192
Most Extreme Differences
Negative -.129 -.126
Kolmogorov-Smirnov Z .955 1.050
Asymp. Sig. (2-tailed) .321 .220
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean
ROAMIN1 -2.4731 30 1.93947 .35410 Pair 1
ROAPLUS1
-2.2564 30 2.15586 .39360
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 ROAMIN1 & ROAPLUS1
30 .346 .061
93
LAMPIRAN 4
OUTPUT REGRESI MANAJEMEN LABA, QUICK RATIO, SGRO TERHADAP KINERJA OPERASI
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROA DA QUICKRATIO SGRO
N 30 30 30 30
Mean -2.2564 21.1555 .6751 -1.0463 Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 2.15586 1.70438 1.04807 1.39058
Absolute .192 .102 .135 .145
Positive .192 .084 .135 .145
Most Extreme Differences
Negative -.126 -.102 -.085 -.052
Kolmogorov-Smirnov Z 1.050 .559 .741 .796
Asymp. Sig. (2-tailed) .220 .913 .642 .551
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 SGRO, DA, QUICKRATI
O(a) . Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: ROA Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .323(a) .105 .001 2.15442 2.028
a Predictors: (Constant), SGRO, DA, QUICKRATIO b Dependent Variable: ROA ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression
14.104 3 4.701 1.013 .403(a)
Residual 120.680 26 4.642
1
Total 134.784 29
a Predictors: (Constant), SGRO, DA, QUICKRATIO b Dependent Variable: ROA
94
Coefficientsa
-4.125 5.081 -.812 .424
.098 .237 .077 .413 .683 .982 1.018
-.672 .410 -.327 -1.641 .113 .868 1.152
-.244 .308 -.157 -.791 .436 .871 1.148
(Constant)
DA
QUICKRATIO
SGRO
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: ROAa.
Collinearity Diagnostics(a)
Variance Proportions
Model Dimension Eigenvalue
Condition Index (Constant) DA QUICKRATIO SGRO
1 2.950 1.000 .00 .00 .04 .04
2 .623 2.175 .00 .00 .44 .14
3 .423 2.640 .00 .00 .51 .81
1
4 .003 31.168 1.00 1.00 .01 .01
a Dependent Variable: ROA Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value -3.9049 -1.1746 -2.2564 .69738 30
Std. Predicted Value -2.364 1.551 .000 1.000 30
Standard Error of Predicted Value .477 1.218 .756 .222 30
Adjusted Predicted Value -4.1224 -.9838 -2.2427 .77451 30
Residual -4.13798 7.02773 .00000 2.03995 30
Std. Residual -1.921 3.262 .000 .947 30
Stud. Residual -2.040 3.376 -.003 1.002 30
Deleted Residual -4.66737 7.52643 -.01370 2.28750 30
Stud. Deleted Residual -2.182 4.417 .027 1.152 30
Mahal. Distance .455 8.308 2.900 2.319 30
Cook's Distance .000 .202 .030 .052 30
Centered Leverage Value .016 .286 .100 .080 30
a Dependent Variable: ROA
95
-2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value
-4
-2
0
2
4
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed R
esid
ual
Dependent Variable: ROA
Scatterplot
96
LAMPIRAN 5
OUTPUT UJI BEDA CUMMULATIVE ABNORMAL RETURN (CAR)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
30
-,31
,505
,128
,128
-,096
,701
,709
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
CUMMULATIV
E ABNORMAL
RETURN
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
One-Sample Statistics
30 -,31 ,505 ,092CUMMULATIVE
ABNORMAL RETURN
N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
One-Sample Test
-3,376 29 ,002 -,311 -,50 -,12CUMMULATIVE
ABNORMAL RETURN
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference Lower Upper
95% Confidence
Interval of the
Difference
Test Value = 0
97
DAFTAR PERUSAHAAN YANG MENJADI OBJEK PENELITIAN
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
TAHUN IPO
1 AIMS AKBAR INDO MAKMUR STIMEC. Tbk 2001
2 ARNA ARWANA CITRA MULIA. Tbk 2001
3 BTON BETON JAYA MANUNGGAL. Tbk 2001
4 CLPI COLORPAK INDONESIA. Tbk 2001
5 INAF INDOFARMA. Tbk 2001
6 IDSR INDOSIAR. Tbk 2001
7 IATG INFO ASIA TEKNOLOGI GLOBAL. Tbk 2001
8 KAEF KIMIA FARMA. Tbk 2001
9 LAPD LAPINDO PACKAGING. Tbk 2001
10 LMAS LIMAS STOCKHOMINDO. Tbk 2001
11 PANR PANORAMA SENTRA WISATA. Tbk 2001
12 PLAS PLAT SPACK PRIMA INDUSTRI. Tbk 2001
13 PYFA PYRIDAM FARMA. Tbk 2001
14 RYAN RYANE ADI BUSANA. Tbk 2001
15 TMPO TEMPO INTI MEDIA. Tbk 2001
16 WAPO WAHANA PHOENIX MANDIRI.Tbk 2001
17 ANTA ANTA EXPRESS TOUR AND TRAVEL SERVICE. Tbk 2002
18 APEX APEXINDO PRATAMA DUTA. Tbk 2002
19 CITA CIPTA PANEL UTAMA. Tbk 2002
20 FPNI FATRA POLINDO NUSA PERKASINDO. Tbk 2002
21 FISH FISHINDO KUSUMA SEJAHTERA. Tbk 2002
22 FORU FORTUNE INDONESIA. Tbk 2002
23 JTPE JASUINDO TIGA PERKASA. Tbk 2002
24 SUGI SUGI SAMA PERSADA. Tbk 2002
25 PGAS PERUSAHAAN GAS NEGARA. Tbk 2003
26 ENRG ENERGI MEGA PERSADA. Tbk 2004
27 PJAA PEMBANGUNAN JAYA ANCOL. Tbk 2004
28 SQMI SANEX QIANJIANG MOTOR INTERNASIONAL. Tbk 2004
29 APOL ARPENI PRATAMA OCEAN LINE. Tbk 2005
30 MASA MULTI STRADA ARAH SASANA. Tbk 2005
98