Post on 11-May-2019
ANALISIS PENGARUH HARGA EMAS DUNIA, HARGA
MINYAK DUNIA, JUMLAH UANG BEREDAR, INFLASI,
KURS RUPIAH TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
PERIODE 2011-2015
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun oleh :
INAS
1112086000034
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
i
ANALISIS PENGARUH HARGA EMAS DUNIA, HARGA MINYAK
DUNIA, JUMLAH UANG BEREDAR, INFLASI, KURS RUPIAH
TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
Periode 2011-2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Mem enuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Inas
NIM. 1112086000034
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Burhanuddin Yusuf, MM., MA Tini Anggraeni, M. Si
NIP. 195406181031005 NUPN. 99201000301
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 05 April 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Inas
2. NIM : 1112-086-0000-34
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak
Dunia, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, Kurs Rupiah
terhadap Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2015.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universit as Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Selasa 05 April 2016
1. Ali Rama, SE., M.Ec ( _____________________ )
NIP :198406282015031002 Penguji I
2. Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM ( _____________________ )
NIDN :0325067004 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jumat, 29 Juli 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
1. Nama : Inas
2. NIM : 1112086000034
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi :Analisis Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia, Jumlah
Uang Beredar, Inflasi, Kurs Rupiah terhadap Jakarta
Islamic Index (JII) periode 2011-2015
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Jum‟at 29 Juli 2016
1. Yoghi Citra Pratama, M.Si (_____________________)
NIP. 19830717 2011 01 1 011 Ketua
2. Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA (_____________________)
NIP. 195406 18103 1 005 Sekertaris
3. Dr. Herni Ali HT. SE., MM (_____________________)
NIDN. 0422 1259 02 Penguji Ahli
4. Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA (_____________________)
NIP. 195406 18103 1 005 Pembimbing I
5. RR. Tini Anggraeni, M. Si. (_____________________)
NUPN. 992010003 01 Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Inas
NIM : 1112086000034
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidal melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 16 Juni 2016
Inas
NIM. 1112086000034
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Inas
Tempat & Tanggal Lahir : Pandeglang, 10 Agustus 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Raya Malingping Rt/Rw: 02/01 Desa.Cililitan
Kec.Picung Kab. Pandeglang 42275
No. Telepon : 082112815950
Email : inesagestaa08@gmail.com
Pendidikan Formal
1998 – 2004 : SDN Cibatur Keusik III
2004 – 2007 : Madrasah Tsanawiyah Daar El-Istiqomah
2007 – 2010 : Madrasah Aliyah Al-Mizan
2012 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2014-2015.
2. Mentor Opak FEB Uin Jakarta periode 2014.
3. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
vi
Seminar dan Workshop
1. Seminar OJK, IPB Bogor 2012
2. Seminar Dialog Kebangsaan,UIN Jakarta 2013
3. Seminar Nasional IAIE, Tangerang Selatan 2014
4. Seminar Visit Company BI, Central Jakarta 2014
Keahlian
1. Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point),
Internet dan Corel Drow
vii
ABSTRACT
Analysis of the Influence of World Gold Prices, World Oil Prices, Broad Money,
Inflation, Exchange Rate against Jakarta Islamic Index (JII) Period 2011-2015
Indonesian capital market in recent years developed quite dynamically.
One of them is characterized by the rapid growth of mutual funds in a collective
investment contract in the Indonesian capital market. In its development has been
present Islamic mutual fund that spesifically invest fund in shares of companies
that do not conflict with sharia. In 2000 established the islamic stock index named
Jakarta Islamic Index contains 30 stocks selected based on the criteria of sharia
as well as financial ratios have been determined.
This research analyze the influence between World Gold Prices, World Oil
Prices, Broad Money, Inflation, Rate of Rupiah toward Jakarta Islamic Index to
know how big influence. By using times series data on 2011-2015 period. The
analytical method is used Vector Error Correction with Microsoft Excel 2007 and
Eviews 8.0. Results from this study indicate that the World Gold Prices, World Oil
Prices, and Rupiah Exchange Rate had a positively effect the JII.
Keywords: Indonesia Capital Market, Islamic Mutual Fund, JII, World Gold
Prices, World Oil Prices, Broad Money, Inflation, Exchange Rate, VECM.
viii
ABSTRAK
Analisis Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia, JUB, Inflasi, Kurs
Rupiah Terhadap Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2011-2015
Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir berkembang cukup
dinamis. Salah satunya ditandai dengan berkembangnya secara pesat reksa dana
berbentuk kontrak investasi kolektif di pasar modal Indonesia. Dalam
perkembangannya telah hadir reksa dana syariah yaitu reksa dana yang khusus
menginvestasikan dananya ke dalam saham-saham perusahaan yang tidak
bertentangan dengan syariah. Pada tahun 2000 dibentuklah indeks saham syariah
yang diberi nama Jakarta Islamic Index (JII) yang memuat 30 saham yang
diseleksi berdasarkan kriteria syariah serta rasio keuangan yang telah ditentukan.
Penelitian ini menganalisis pengaruh Antara Harga Emas Dunia, Harga
Minyak Dunia, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, Kurs Rupiah terhadap Jakarta
Islamic Index (JII) dan mengetahui seberapa besar pengaruhnya. Metode yang
digunakan data time series periode 2011-2015. Metode analisis yang digunakan
adalah Vector Error Correction Model dengan Microsoft Excel 2007 dan Eviews
8.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Harga Emas Dunia,
Harga Minyak Dunia, dan Kurs Rupiah berpengaruh positif terhadap IHSG.
Sementara variabel Jumlah Uang Beredar, dan Inflasi berpengaruh negatif
terhadap IHSG.
Kata Kunci : Pasar Modal Indonesia, Reksa dana Syariah, JII, Harga Emas
Dunia, Harga Minyak Dunia, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, Kurs Rupiah, VECM.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang serta ridha-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH HARGA
EMAS DUNIA, HARGA MINYAK DUNIA, JUMLAH UANG BEREDAR,
INFLASI, KURS RUPIAH, TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEKS
(JII) PERIODE 2011-2015”. Tak lupa pula shalawat dan salam tercurahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada
semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Proses penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan
semangat beberapa pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
rasa terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin,
SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak
Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid.
Administrasi Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil
Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah memberikan jalan bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Tini Anggraeni, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan
pengaruh dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah dan
Ibu Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah.
4. Bapak Ali Rama, SE., M.Ec selaku Pembimbing Akademik.
x
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu
yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.
6. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya
melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
7. Kedua orang tua, Bapak H. Suja‟i dan Ibu Hj. Icih yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta, dan
selalu mendoakan dengan penuh rasa kasih sayang.
8. My beloved sister, kakakku Asiah dan keluarga besar yang selalu memberikan
motivasi dan semangat selama ini.
9. Aries Taufiq Firdaus pujaan hati yang senantiasa memotivasi saya
menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabatku Annisa Arief Daud, Fitriyani, Suci Nuraini, Ulul Albab, yang sudah
mendukung dan atas kebersamaanya selama ini, termakasih untuk waktu dan
dukungan kalian.
11. Teman-teman membagi ilmu Nur Muhammad Maftuh, Santi Ferdiana, Siti
Sulthonah dan kak Sigit, yang selalu memberikan masukan dan arahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan PMII Ekonomi Syariah angkatan 2012 Ari
Pramana, Ulfa Rianti, Irianne Sakinah, Mubasysyir Jamili, Akhmad Djaki
Siddiq, Dan Anggardito Antokolaras yang selalu mendukung dan atas
kebersamaannya selama ini.
13. KKN Pitagoras teman berjuang bersama-sama selama sebulan mengabdi di
Desa Kosambi yang selalu memberikan semangat, do‟a, dan dukungannya.
14. Terimakasih teman-teman Ekonomi Syariah angkatan 2012 dan adik-adik
Ekonomi Syariah angkatan 2013 – 2015 yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu atas semangat, do‟a dan dukungannya.
15. Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah 2015 yang
telah bekerjasama dan mendukung selama ini.
xi
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian in masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan, maupun kritikan yang konstruktif dengan penyempurnaan hasil penelitian
ini.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
baik manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi dan para pembaca, yang
tertarik dengan dunia pasar modal syariah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tangerang Selatan, 16 Juni 2016
Penulis
(Inas)
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Batasan Masalah..................................................................................... 10
C. Rumusan Masalah ................................................................................. 11
D. Tujuan ................................................................................................... 11
E. Manfaat ................................................................................................. 12
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori ...................................................................................... 13
B. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 37
C. Keterkaitan Antar Variabel Independen dan Dependen ......................... 41
xiii
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 44
E. Hipotesis ................................................................................................. 47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang lingkup Penelitian ......... ............................................................. 48
B. Metode Pengambilan Sampel... ............................................................. 48
C. Metode Pengambilan Data .................................................................... 49
D. Metode Analisis Data ............................................................................. 49
E. Operasinal Variabel Penelitian ............................................................... 54
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 57
B. Analisis Uji Ekonometrik ....................................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 82
B. Implikasi .................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85
LAMPIRAN ....................................................................................................... 89
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Perkembangan Saham Syariah .........................................................3
Tabel 1.3 Pergerakan variabel Ekonomi Makro di Indonesia ...........................4
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ......................................................................38
Tabel 4. 1 Uji Stasioneritas Data Tingkat Level .............................................68
Tabel 4. 2 Uji Stasioneritas Data Tingkat Differensi Pertama ........................69
Tabel 4. 3 Uji Lag Lenght ...............................................................................70
Tabel 4. 2 Uji Kausalitas Granger Antara JII dan EMAS ...............................71
Tabel 4. 5 Uji Kausalitas Granger Antara JII dan MINYAK .........................71
Tabel 4. 6 Uji Kausalitas Granger Antara JII dan JUB ...................................72
Tabel 4. 7 Uji Kausalitas Granger Antara JII dan INFLASI...........................73
Tabel 4. 8 Uji Kausalitas Granger Antara JII dan KURS RUPIAH ...............73
Tabel 4. 9 Uji Derajat Kointegrasi ..................................................................75
Tabel 4.10 Hasil Analisis VECM ...................................................................76
Tabel 4. 11 Nilai Impulse Response Jakarta Islamic Index ............................78
Tabel 4. 12 Variance Decomposition ..............................................................80
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ...................................................................45
Gambar 4. 1 Perkembangan JII .......................................................................58
Gambar 4. 2 Perkembangan Harga Emas Dunia .............................................60
Gambar 4. 3 Perkembangan Harga Minyak Dunia .........................................61
Gambar 4. 4 Perkembangan Jumlah Uang Beredar ........................................63
Gambar 4. 5 Perkembangan Inflasi .................................................................65
Gambar 4. 6 Perkembangan Kurs Rupiah .......................................................67
xvi
DARTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian (data mentah)......................................................89
Lampiran 2 Data setelah ditrasformasikan ke Logaritma Natural ..................91
Lampiran 3 Uji Stasioneritas Data Tingkat Level...........................................93
Lampiran 4 Uji Stasioneritas Data Tingkat Differensi Pertama .....................95
Lampiran 5 Uji Lag Lenght ............................................................................97
Lampiran 6 Uji Kausalitas Granger ................................................................98
Lampiran 7 Uji Kointegrasi ............................................................................99
Lampiran 8 Estimasi VECM .........................................................................100
Lampiran 9 Uji Impulse Response Function .................................................102
Lampiran 10 Uji Variance of Decomposition ...............................................103
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi dalam islam sangat didorong karena diyakini membawa pada
peningkatan produktivitas pada sektor riil dan memberikan manfaat bagi
umat. Dalam islam, investasi hanya bisa dilakukan pada aktivitas ekonomi
yang jelas-jelas memberikan pengaruh pada sektor riil. Sedemikian
pentingnya investasi dalam islam, sehingga seorang muslim akan dihadapkan
pada pilihan untuk berinvestasi atau dikenakan zakat pada uangnya yang
menganggur. Dengan kata lain, tidak ada celah dalam islam untuk tidak men-
generate kekayaan dalam bentuk investasi (Nadjib, 2008).
Tujuan investor berinvestasi yaitu memperoleh keuntungan di masa
mendatang atas investasi yang mereka lakukan sekarang. Keuntungan yang
diperoleh investor dapat terdiri dari berbagai macam bentuk sesuai dengan
jenis investasi yang dipilih. Investasi terdiri dari dua kelompok yaitu invetasi
pada aset riil dan investasi pada aset finansial. Investasi aset riil dapat berupa
tanah, bangunan, mesin dan pendirian pabrik, sementara investasi aset
finansial dapat berupa saham dan obligasi (Bodie, 2006).
Salah satu media dalam berinvestasi adalah melalui pasar modal. Pasar
modal, seperti juga perbankan, adalah media yang mampu menjadi jembatan
bagi pihak yang kelebihan dana dan membutuhkan modal. Didalamnya
terhubungkan begitu banyak pelaku ekonomi tanpa batas negara. Jika pasar
modal berfungsi dengan baik, maka pasar modal akan berpengaruh signifikan
1
2
dalam pembangunan ekonomi. Di Indonesia sendiri, pasar modal syariah
berkembang dengan cukup baik. Perkembangan ini meskipun tidak secepat
perkembangan perbankan syariah, namun memilki kecenderungan yang terus
meningkat sejalan dengan berkembangnya industri keuangan syariah di
indonesia (Nadjib, 2008).
Perkembangan pasar modal syariah ditunjang dengan semakin
banyaknya intuisi seperti Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan beragamnya instrumen investasi
syariah. Instrumen investasi berbasis syariah di Indonesia sangat diperlukan
mengingat penduduk Indonesia sebagian besar umat muslim, dan 85% dari
total tingkat pemahaman akan ekonomi islam semakin membaik. Pasar modal
syariah dapat memberikan akses bagi penduduk muslim yang ingin
menginvestasikan dananya secara syariah, serta sumber potensial dalam
berkembangnya investasi di Indonesia
Seiring dengan kemajuan pesatnya industri pasar pun mulai membentuk
pasar modal syariah yang diawali dengan diluncurkannya reksadana syariah
pada tahun 1997. Kemudian pada tahun 2000 dibentuklah index saham
syariah yang diberi nama Jakarta Islamic Index (JII) yang memuat 30 saham
yang diseleksi berdasarkan kriteria syariah serta rasio keuangan yang telah
ditentukan. Beragam produk ditawarkan dalam indeks syariah dalam JII
maupun ISSI saham syariah, obligasi syariah atau sukuk (Firdaus, 2005).
3
Tabel 1. 1
Perkembangan Jumlah Saham Syariah Dalam DES per Des 2015
Tahun Periode
Periodik Sub
Total IPO Total
Listing Perusahaan
Publik
Tidak
Listing
2010 I 194 3 6 203 7 210
II 211 3 9 223 5 228
2011 I 217 3 9 229 5 234
II 238 3 9 250 3 253
2012 I 280 5 9 294 10 304
II 302 5 10 317 4 321
2013 I 282 5 9 302 8 310
II 313 5 10 328 8 336
2014 I 301 4 12 317 5 322
II 314 4 13 331 3 334
2015 I 313 4 13 330 4 334
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Tabel 1.1 menggambarkan kondisi perkembangan pasar saham syariah
di Indonesia dalam Daftar Efek Syariah (DES) sampai dengan 2015, dimana
saham-saham tersebut telah melewati skrining jenis industri dan skrining
rasio finansial yang ditetapkan DSN-MUI. Dalam beberapa tahun terakhir,
perkembangan produk investasi syariah menunjukkan pertumbuhan cukup
signifikan, dilihat dari sisi produknya jumlah saham syariah tercatat 334
saham atau 61 persen dari total kapitalisasi pasar saham Indonesia. Bahkan
diakhir tahun 2015, pertumbuhan pangsa pasar saham syariah lebih dominan
dibandingkan dengan non-syariah. Peningkatan jumlah saham yang masuk
DES ini menunjukkan jumlah emiten yang berpartisipasi dalam pasar saham
syariah semakin meningkat. Hal ini dapat dikatakan bahwa index syariah
mempunyai perkembangan yang cukup baik.
Jakarta islamic index merupakan salahsatu sarana investor yang ingin
menanamkan dananya dalam bentuk syariah yang ada di Bursa Efek
4
Indonesia. Pasar modal syariah merupakan alternatif investasi yang tidak bisa
terlepas dari harga komoditas dan variabel makro ekonomi. Dimana fluktuasi
harga komoditas dunia dapat mempengaruhi pasar modal sebagai tempat
berinvestasi yang mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang memerlukan dana. Selain itu, variabel ekonomi makro
yang paling berpotensi mempengaruhi langsung terhadap pasar modal yaitu
jumlah uang beredar, inflasi, dan kurs rupiah. Berikut ini adalah
perkembangan harga komoditas dan variabel ekonomi makro yang mendapat
perhatian investor dalam melakukan investasi.
Tabel 1.2
Perkembangan Barang Komoditas dan Variabel Ekonomi Makro
terhadap Index Harga Saham JII periode tahun 2011-2015
Variabel
Barang Komoditas Variabel Ekonomi Makro Index
Harga
Emas Dunia
(Troy/Ons)
Harga
Minyak
Dunia
(barel)
Inflasi
(%)
JUB
(Milyar
Rupiah)
Kurs
Rupiah
(Rp)
JII
(Milyar
Rupiah)
2011 156.858,7 108,7 5,38 2.571.212,8 9.138,17 520,49
2012 166.957,1 109,14 4,28 3.046.428,3 9.418,6 575,41
2013 131.103 106,02 6,96 3.456.705,3 10.562,7 625,97
2014 126.619,5 95,4 6,42 3.868.128,9 11.884,25 661,94
2015 116.011,4 49,09 6,39 4.375.519,5 13.457,6 645,2
Sumber: Kitco, Opec, Bank Indonesia
Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa harga emas mengalami kenaikan
pada 2011 sampai 2012 namun harga saham JII tetap bergerak stabil dan naik.
Emas banyak dipilih sebagai salahsatu bentuk investasi karena nilainya
cenderung stabil dan naik, namun minat investor pada saham tidak kalah
besar karena dengan menanamkan investasi dana di pasar saham dapat
memberikan keuntungan yang lebih tinggi meskipun berpotensi menimbulkan
kerugian.
5
Pada tahun 2013 sampai 2014 emas mengalami penyusutan dan harga
saham JII menguat, sementara di tahun 2015 harga emas kembali melemah
diikuti dengan pergerakan saham JII yang mulai turun. Kenaikan harga emas
yang sangat tajam tidak akan berlangsung lama, emas mengalami overbough
(kelebihan pembelian), sementara bursa saham oversold (kelebihan
penjualan), sehingga dalam dalam waktu dekat akan terjadi koreksi. Akan ada
titik keseimbangan baru dimana harga emas akan melemah kembali,
sementara harga bursa saham akan seimbang (blogspot.com).
Harga minyak di tahun 2011 sampai dengan 2012 meningkat dan harga
saham JII mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dalam kondisi
kenaikan harga minyak naik tentunya JII merupakan sektor yang diuntungkan
karena perusahaan-perusahaan yang tergabung didalam indeks JII memilki
paparan minim terhadap laju inflasi dan suku bunga. Pada tahun 2013 sampai
2014 harga minyak mengalami penyusutan dan harga saham JII bergerak
stabil. Di akhir periode 2015 harga minyak turun drastis, hal ini diikuti
dengan melemahnya harga saham pada JII.
Di tahun 2011 sampai 2012 inflasi mengalami penurunan dan harga
saham JII meningkat. Lain halnya pada tahun 2013 sampai dengan 2014
inflasi melaju semakin meningkat namun index saham JII masih bergerak
stabil. Pada akhir periode 2015 terjadi penurunan terhadap inflasi yang diikuti
dengan penurunan pada index harga saham JII. Inflasi akan cenderung
meningkatkan biaya produksi perusahaan, sehingga margin keuntungan lebih
rendah. Dampak lanjutan dari hal ini adalah menjadikan harga saham di bursa
6
menjadi turun, meskipun indeks JII memiliki korelasi negatif dengan laju
inflasi, dimana ketika inflasi naik maka index JII turun, namun penurunan
index JII akibat kenaikan inflasi lebih kecil dibandingkan pasar.
Jumlah uang beredar di tahun 2011 sampai 2015 searah dengan
kenaikan harga saham JII. Tingginya likuiditas uang yang beredar turut
mempengaruhi perilaku pasar saham. Permintaan uang tunai untuk tujuan
spekulasi menunjukkan jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan
membiayai transaksi pengeluaran yang sifatnya spekulatif. Misalnya membeli
surat berharga (obligasi) atau saham. Jumlah uang tunai yang diminta untuk
tujuan spekulasi dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga. Artinya,
semakin tinggi suku bunga semakin sedikit jumlah uang tunai yang diminta
untuk tujuan spekulasi, dan sebaliknya. Sehingga jumlah uang yang beredar
berpengaruh secara positif terhadap kinerja saham.
Pada tahun 2011 sampai 2014 setiap tahunnya nilai tukar rupiah terus
mengalami kenaikan, kenaikan ini menandakan bahwa nilai tukar rupiah
semakin melemah, namun pergerakan harga saham JII tetap stabil. Di akhir
periode 2015 kurs rupiah melambung tinggi sehingga berdampak terhadap
harga saham JII yang mulai melemah. Menguatnya nilai tukar Rupiah
terhadap USD membuat emiten di pasar modal yang memiliki hutang berupa
USD menjadi lebih ringkas saat melunasi kewajibannya, sehingga margin
keuntungan dan harga sahamnya meningkat. Hal ini berarti harga saham JII
terkena dampak positif sehingga mengalami kenaikan terhadap harga
sahamnya.
7
Dari uraian diatas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi indeks
harga saham yang cukup beragam. Pengaruh dari perubahan harga komoditas
cukup besar dalam mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Hal ini
disebabkan karena Indonesia merupakan salah satu produsen komoditas
dunia. Banyak teori yang mengungkapkan bahwa saham dapat dipengaruhi
oleh harga emas, kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk
memilih berinvestasi di emas dari pada di pasar modal. Sebab emas dapat
memberikan hasil imbal balik yang baik dengan kenaikan harganya. Ketika
banyak investor yang mengalihkan portofolionya investasi kedalam bentuk
emas batangan, hal ini akan mengakibatkan turunnya indeks harga saham di
negara yang bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor.
Menurut Pakasi (2008) komoditas lainnya yang paling berpengaruh saat
ini adalah minyak mentah. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mendapat
sorotan utama karena minyak menjadi sebuah komoditas yang penting bagi
banyak pihak, sehingga menjadi isu penting bagi masyarakat, pemerintah, dan
para pelaku usaha. Gejolak minyak yang terjadi akhir-akhir ini merupakan
permasalahan yang menimbukan kekhawatiran di berbagai negara di seluruh
dunia. Kenaikan harga minyak mentah menjadikan turun naiknya harga bahan
bakar diseluruh dunia. Indonesia dan sejumlah negara lain telah menaikan
harga BBM yang vital bagi kehidupan dan perekonomian. Kondisi ini
menjadi sangat penting karena tingginya harga minyak akan memicu
kenaikan harga komoditas lain dan menimbulkan tekanan inflasi diseluruh
dunia.
8
Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi investor
di pasar modal (Tandelilin, 2010). Inflasi akan meningkatkan pendapatan dan
biaya produksi perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari
peningkatan harga yang dapat dinikmati perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan menurun, hal inilah yang menyebabkan investor enggan
menanamkan dana investasinya di perusahaan tersebut sehingga harga saham
di bursa menurun.
Menurut Mohamad (2006) jumlah uang beredar (money supply)
merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang bisa mempengaruhi
pergerakan harga saham. Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat
mengalami peningkatan maka orang akan cendrung berinvestasi pada saham,
karena dengan itu mereka akan mendapatkan keuntungan sesuai yang mereka
harapkan. Sedangkan jika mereka berinvestasi pada bank, maka keuntungan
yang mereka harapkan tidak akan sesuai dengan yang diinginkan karena pada
saat itu suku bunga akan mengalami penurunan.
Sementara itu, nilai kurs rupiah terhadap dollar AS juga salah satu
faktor yang turut mempengaruhi pergerakan indeks saham di pasar modal
Indonesia. Kestabilan pergerakan nilai kurs menjadi sangat penting, terlebih
bagi perusahaan yang aktif dalam kegiatan ekspor impor yang tidak dapat
terlepas dari penggunaan mata uang asing yaitu dollar Amerika Serikat
sebagai alat transaksi atau mata uang yang sering digunakan dalam
perdagangan. Fluktuasi nilai kurs yang tidak terkendali dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Pada saat nilai
9
rupiah terdespresiasi dengan dollar Amerika Serikat, harga barang-barang
impor menjadi lebih mahal, khususnya bagi perusahaan yang sebagaian besar
bahan bakunya menggunakan produk-produk impor. Peningkatan bahan-
bahan impor tersebut secara otomatis akan meningkatkan biaya produksi dan
pada akhirnya terindikasi berpengaruh pada penurunan tingkat keuntungan
perusahaan, sehingga hal ini akan berdampak pula pada pergerakan harga
saham perusahaan yang kemudian memacu melemahnya pergerakan indeks
harga saham (Witjaksono, 2010).
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Sebagaimana tercantum dalam UU No.3 tahun
2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan
nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan
jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun
2005. Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan
inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (inflation targeting
framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free
floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai
stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga
menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar
yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter
(seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran
10
laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Secara operasional,
pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-
instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun
valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib
minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat
melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah
(www.idx.co.id).
Mengingat perkembangan investasi saham syariah dalam industri pasar
modal syariah di Indonesia yang sekarang ini sedang berkembang cukup
pesat. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi indeks
syariah di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dikemas dengan judul: “
Analisis Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia, Jumlah
Uang Beredar, Inflasi, Kurs Rupiah Terhadap Harga Saham di Jakarta
Islamic Indeks Tahun 2011-2015).”
B. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman
yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan agar masalah yang akan diteliti
tidak terlalu meluas. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas yang digunakan adalah Harga Emas Dunia, Harga Minyak
Dunia, Inflasi, Kurs Rupiah.
11
2. Variabel terikat yang digunakan adalah Jakarta Islamic Index (JII).
3. Periode penelitian dari tahun 2011 sampai 2015.
4. Objek penelitian adalah harga Jakarta Islamic Index (JII).
C. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia,
Jumlah Uang Beredar, Inflasi, Kurs Rupiah secara jangka pendek terhadap
Jakarta Islamic Index (JII ) periode 2011-2015.
2. Apakah terdapat pengaruh antara Emas Dunia, Harga Minyak Dunia,
Jumlah Uang Beredar, Inflasi, Kurs Rupiah jangka panjang terhadap
Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2015.
3. Bagaimana pola dinamis akibat pengaruh Harga Emas Dunia, Harga
Minyak Dunia, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, Kurs Rupiah terhadap
Saham Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2011-2015.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis apakah terdapat pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak
Dunia, Inflasi, Kurs Rupiah terhadap Jakarta Islamic Index (JII) jika
dianalisa secara jangka pendek.
2. Menganalisis apakah terdapat pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak
Dunia, Inflasi, Kurs Rupiah terhadap Jakarta Islamic Index (JII) jika
dianalisa secara jangka panjang.
12
3. Menganaisis variabel manakah yang paling signifikan yang mempengaruhi
Jakarta Islamic Index (JII).
E. Manfaat
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis, sebagai pembelajaran dalam menganalisis saham dan
diharapkan hasil penelitian dapat menambah kemampuan berfikir dan
menambah ilmu pengetahuan yang berharga.
2. Bagi Akademisi, sebagai bahan bacaan dan menambah referensi yang
belum ada pada perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
3. Untuk investor
Dapat memberikan informasi yang dibutuhkan di dalam membuat
keputusan investasi syariah, khususnya sebelum membeli saham
perusahaan pada sektor Jakarta Islamic Index yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta.
4. Untuk Emiten
Sebagai pemicu agar emiten selalu meningkatkan nilai-nilai fundamental
perusahaannya. Agar investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pasar Modal Syariah
Pasar Modal Syari‟ah dapat diartikan sebagai Pasar Modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syari‟ah dalam kegiatan transaksi ekonomi
dan terlepas dari hal-hal yang dilarang, seperti riba, perjudian dan lain lain
(Darmaji, et al. 2006).
Definisi Pasar Modal Syari‟ah yang tertera dalam Himpunan Fatwa
DSN-MUI, No.40/DSN-MUI/X/2003 pasal I Bab I ketentuan umum fatwa
tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syari‟ah di
Bidang Pasar Modal, dalam segi pengertian tidak ada perbedaan yang
mencolok tentang arti pasar modal, yang membedakannya adalah
instrumen-instrumen yang diperdagangkan dalam Pasar Modal Syari‟ah
harus memenuhi prinsip-prinsip syari‟ah.
Di Indonesia instrumen syari‟ah di pasar modal sudah terjadi
semenjak tahun 1997. Diawali dengan lahirnya reksadana syri‟ah yang
diprakasai Dana Reksa Investment Management (DIM) meluncurkan
Jakarta Islamic Index (JII) yang mencakup 30 jenis saham dari emiten-
emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan hukum berdasarkan
syariah (Ansori, 2008).
Pasar modal berbasis syari‟ah di Indonesia secara resmi ditetapkan
pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU
13
14
antara Bapepam-LK dengan Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama
Indonesia (DSN-MUI). Pola hubungan kerja Bapepam-LK dengan DSN-
MUI adalah hubungan koordinasi, konsultasi, dan kerjasama untuk
pengaturan yang efektif, dan efisien dalam rangka akselarasi pertumbuhan
produk syari‟ah. Hal ini tersusun dalam bentuk (Sutedi, 2011):
a. Penyusunan Bapepam-LK dan fatwa DSN-MUI.
b. Penelaahan pernyataan pendaftaran penerbitan efek syari‟ah.
c. Pengawasan kepatuhan pemenuhan prinsip syariah.
d. Pengembangan produk.
e. Peningkatan kualitas SDM
Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah dalam
pasar pedana adalah muqaradah/mudharabah funds, saham biasa (common
stock), muqaradah/mudharabah bond. Karena instrumen pasar modal
tersebut diperdagangkan dipasar perdana, maka prinsip dasar pasar
perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil,
tidak boleh menerbitkan efek utang utnuk membayar kembali utang (bay
al dayn bi al dayn), dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh
perusahaan, hasil investasi akan diterima pemodal (shahibul maal), tidak
boleh memberikan jaminan hasil semata-mata merupakan fungsi dari
waktu (Auliyah dan Hamzah, 2006).
Saham adalah salah satu efek yang diperdagangkan di Pasar Modal.
Dari sudut pandang fiqih, pada dasarnya saham adalah Efek syari‟ah.
Namun saham dapat menjadi tidak syariah apabila perusahaan yang
15
menerbitkan (Emiten tidak memenuhi kriteria syari‟ah yang ditetapkan
oleh Dewan Syari‟ah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang
telah di atur dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang kriteria
dan penerbitan Daftar Efek Syari‟ah.
Adapun kriteria- yang di maksud adalah sebagai berikut:
a. Tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah,
antara lain;
b. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual
beli resiko yang mengandung gharar dan maysir.
c. Memproduksi, mendistribusi, memperdagangkan, dan atau
menyediakan barang/jasa haram karena zatnya (Haram Lidzatihi); haram
bukan karena zatnya (Haram Lii-Ghoirihi).
2. Jakarta Islamic Indeks
Jakarta Islamic Indeks (JII) merupakan indeks terakhir yang
dikembangkan oleh BEJ yang bekerjasama dengan Danareksa Investment
Manajement (DIM) untuk merespon kebutuhan informasi yang berkaitan
dengan investasi syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupakan subset dari
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diluncurkan pada tanggal 3
Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai data base
(dengan nilai 100). JII melakukan penyaringan (filter) terhadap saham
yang listing. Rujukan dalam penyaringan adalah fatwa syariah yang
dilakukan Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan fatwa inilah BEJ
16
memilih emiten yang unit usahanya sesuai dengan syariah (Rodoni,
2009:72).
Adapun syarat suatu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat
dikatakan syariah adalah sebagai berikut:
a. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) atau
perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah tidak boleh
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, antara lain :
1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang
2) Lembaga keuangan ribawi, termasuk bank dan asuransi
konvensional.
3) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan makanan atau
minuman yang haram.
4) Memproduksi, mendistribusikan, menyediakan barang-barang atau
jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
5) Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat
transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga
keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.
b. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah wajib
untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai
dengan syariah yang dikeluarkan.
17
c. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah
menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah
yang memiliki syariah Compliance Officer (Fatwa DSN No.40.2003).
Menurut Khan (2005) dalam bukunya Rodoni, (2009:74)
menjelaskan identifikasi perusahaan yang islami mengajukan beberapa
syarat:
a. Emiten/perusahaan tersebut tidak berkaitan dengan riba
b. Perusahaan tersebut tidak membuat atau memproduksi barang atau
jasa yang dilarang oleh syariah.
c. Perusahaan yang tidak bertindak eksploitatif secara berlebihan
terhadap faktor-faktor produksialam yang diberikan Allah.
d. Perusahaan tidak mempermainkan harga sekehendaknya, perusahaan
tersebut tidak menghalangi free market.
e. Perusahaan tersebut mempunyaai sosial responsibility yang tinggi
sehingga punya kepedulian terhadap ummat, dan memilih ethical
behaviour.
Kriteria investasi islami berdasarkan Fatwa DSN, adalah sebagai
berikut:
a. Perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana
dari utang tidak lebih dari 30% dari rasio modalnya.
b. Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15%.
c. Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah
piutang dagangnya atau total piutangnya tidak lebih dari 50%.
18
3. Harga Emas Dunia
Emas adalah logam yang padat, lembut, mengkilat, dan salah satu
logam paling lentur diantara logam lainnya. Dibandingkan dengan jenis
logam lainnya. emas memiliki beberapa kelebihan, seperti pendapat Jack
Weatherford “dimanapun orang ingin menyentuhnya, mengenakannya,
bermain-main dengannya, dan juga memilkinya. Karena berbeda dengan
tembaga yang berubah menjadi hijau, besi yang mudah berkarat dan perak
yang mudah memudar. Emas murni tetaplah murni dan tidak berubah”.
Sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau harga emas yang
menjadi amat bernilai (Dipraja, 2011).
Standar emas menurut Mas‟ud (2009) manfaat emas atau nilai
standar emas lumayan stabil dan benar-benar dipandang dunia. Emas
standar menyiapkan jalan bagi perdagangan internasional sebagaimana
masyarakat dunia memiliki keinginan bersama terhadap emas. Terlebih
orang yang melakukan perdagangan dapat meleburkan kepingan emasnya
saat sedang ada kebutuhan.
Menurut Dipraja (2011) ada empat faktor kelebihan emas, yaitu:
a. Keterbatasan jumlahnya yang termasuk barang tambang (sumber daya
alam yang tidak dapat diperbarui), emas terbentuk karena proses alami
dan manusia hanya dapat menambangnya, proses penambangan tidak
mudah, bahkan dapat mempertaruhkan nyawa.
b. Tidak terikat dengan sistem bunga sebagaimana dengan halnya uang
kertas.
19
c. Kemampuan emas atas daya beli terkini, dalam arti emas mampu
beradaptasi dengan inflasi yang harus membuat barang dan jasa
menjadi mahal.
Sejak tahun 1968, yang menjadi patokan emas seluruh dunia adalah
harga emas berdasarkan standar pasar emas London. Sistem ini dinamakan
London Gold Fixing (LGF). London Gold Fixing adalah suatu prosedur
dimana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja dipasar
London oleh lima anggota pasar London Gold Fixing Ltd. Kelima anggota
tersebut adalah:
(http://www.sgberjangka.com/index.php/MengenalEmasLocoLondon.html)
a. Bank of Nova Scottia
b. Barclaya Capital
c. Deutsche Bank
d. HSBC
e. Societe Generale
Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima
member tersebut. Pada setiap awal periode perdagangan, Presiden London
Gold Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu. Kemudian
kelima anggota tersebut akan mengabarkan harga tersebut kepada dealer.
Dealer inilah yang berhubungan langsung dengan pembeli sebenarnya dari
harga emas yang diperdagangkan tersebut. Posisi akhir yang ditawarkan
oleh setiap dealer kepada anggota Gold Fixing merupakan posisi bersih
dari akumulasi permintaan dan penawaran klien mereka.
20
Dari sinilah harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih
banyak dari penawaran secara otomatis harga akan naik, demikian pula
sebaliknya. Penentuan harga yang pasti menunggu hingga tercapainya titik
keseimbangan. Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan mengakhiri
dan mengatakan “There are no flags, and we are fixed”. Proses penetuan
emas dilakukan dua kali sehari. Yaitu pada pukul 10.30 (Harga Emas Gold
A.M) dan pada pukul 15.00 (Harga Emas Gold P.M). Harga emas
ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, Poundsterling
Inggris dan Euro. Pada umunya Gold P.M dianggap sebagai harga
penutupan pada hari perdagangan dan sering digunakan sebagai patokan
nilai kontrak emas diseluruh dunia.
4. Harga Minyak Dunia
Minyak mentah terbentuk dari penguraian tanaman dan hewan
selama nberjuta tahun yang terjadi dibawah permukaan bumi. Minyak
mentah memilki karakteristik dan kekentalan yang bervariasi. Yang
terdapat perbedaan dalam warna, bau, sifat, struktur olekul, dan kualitas.
Perbedaan ini disebabkan oleh lokasi yang berbeda dari ladang minyak di
seluruh dunia (Amazin.com).
Minyak mentah atau crude oil salahsatu energi utama yang sangat
dibutuhkan. Hasil dari pengolahan minyak mentah dapat menjadi energi
untuk melakukan kegiatan produksi. Harga minyak mentah dunia diukur
dari harga spot pasar minyak dunia, pada umumnya yang digunakan
menjadi standar adalah Brent (Brent Crude) merupakan nilai standarisasi
21
minyak yang sumbernya berasal dari laut utara (eropa) sedang nama Brent
berasal dari lahan tambang di laut utara, yang dibuka pada tahun
1970. Harga minyak Brent menjadi dasar pembentukan harga sejak tahun
1971 untuk hampir 40% nilai minyak diseluruh dunia, dan terus digunakan
sampai sekarang ini.
Namun, dalam perkembangannya, karena produksi dari Brent terus
mengalami penurunan maka sejak 2007 berkembang standarisasi harga
baru yaitu WTI. Saat ini penetapan harga minyak bumi didasarkan pada
dua kelompok/standar yang umum dan besar yaitu. WTI (West Texas
Intermediate) adalah minyak bumi yang diproduksi di Texas (AS), dan
dalam aplikasinya kebanyakan digunakan untuk bensin industri dan itulah
sebabnya minyak ini banyak diminati, terutama di AS dan Cina
(www.idx.co.id).
Harga minyak OPEC merupakan harga minyak campuran dari
negara-negara yang tergabung dalam OPEC, seperti Algeria, Indonesia,
Nigeria, Saudi Arabia, Dubai, Venezuela, dan Mexico. OPEC
menggunakan harga ini untuk mengawasi kondisi pasar minyak dunia.
Harga minyak OPEC lebih rendah karena minyak dari beberapa negara
anggota OPEC memiliki kadar belerang yang cukup tinggi sehingga lebih
susah untuk dijadikan sebagai bahan bakar (www.opec.org).
Menurut Prayitno (2010) beberapa hal yang mempengaruhi harga
minyak dunia antara lain :
22
a. Penawaran minyak dunia, terutama kuota suplai yang ditentukan oleh
OPEC.
b. Cadangan minyak Amerika Serikat, terutama yang terdapat di kilang
minyak Amerika Serikat dan yang tersimpan dalam cadangan minyak
strategis.
c. Permintaan minyak dunia, ketika musim panas permintaan minyak
diperkirakan meningkat salah satunya dikarenakan permintaan minyak
dari maskapai penerbangan untuk perjalanan wisatawan. Sedangkan
ketika musim dingin, permintaan minyak dapat pula meningkat karena
digunakan untuk untuk penghangat ruangan.
Pergerakan harga minyak mentah dunia yang berfluktuasi juga
merupakan suatu indikasi yang mempengaruhi pasar modal suatu negara.
Kenaikan harga minyak mentah dunia secara tidak langsung akan
berimbas pada sektor ekspor dan impor suatu negara.
Menurut Nizar (2012) Mekanisme Transmisi Harga Minyak ada 6
saluran yang dapat mentransmisikan dampak guncangan harga minyak (oil
price shocks) terhadap aktivitas ekonomi:
a. Efek sisi penawaran (supplyside shock effect). Kenaikan harga minyak
menyebabkan penurunan output karena kenaikan harga memberikan
sinyal berkurangnya ketersediaan input dasar untuk produksi.
Akibatnya, laju pertumbuhan dan produktivitas menurun (Qianqian,
2011).
23
b. Efek transfer kekayaan (wealth transfer effect), yang menekankan
pada pergeseran daya beli dari negara importir minyak ke negara
eksportir minyak. Pergeseran daya beli menyebabkan berkurangnya
permintaan konsumen terhadap minyak di negara pengimpor dan
bertambahnya permintaan konsumen di negara pengekspor.
c. Efek saldo riil (real balance effect). Kenaikan harga minyak akan
mendorong kenaikan permintaan uang. Apabila otoritas moneter gagal
meningkatkan jumlah uang beredar untuk memenuhi pertumbuhan
permintaan uang, maka saldo riil akan turun, suku bunga akan naik dan
berdampak laju pertumbuhan ekonomi.
d. Efek inflasi (inflation effect). Kenaikan harga minyak juga
menyebabkan meningkatnya inflasi. Harga minyak mentah yang lebih
tinggi akan segera diikuti oleh naiknya harga produk-produk minyak,
seperti bensin dan minyak bakar yang digunakan konsumen (Cologni
and Manera, 2008).
e. Efek konsumsi, investasi dan harga saham. Kenaikan harga minyak
memberikan efek negatif terhadap konsumsi, investasi dan harga
saham. Pengaruh terhadap konsumsi berkaitan dengan pendapatan
disposibel yang berkurang karena kenaikan harga minyak, sedangkan
investasi dipengaruhi melalui peningkatan biaya.
f. Penyesuaian sektoral (sectoral adjustment effect). Guncangan harga
minyak akan mempengaruhi pasar tenaga kerja melalui perubahan biaya
produksi relatif industri. Jika harga minyak naik secara berkelanjutan,
24
maka struktur produksi akan berubah dan berdampak terhadap
pengangguran.
5. Jumlah Uang Beredar
a. Pengertian dan Fungsi Uang
Menurut Sukirno (2006) uang didefinisikan sebagai benda-
benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk
mengadakan tukar-menukar atau perdagangan.
Dalam ilmu ekonomi peranan atau fungsi uang dibedakan
menjadi 4 jenis yaitu:
1) Fungsi uang sebagai alat tukar.
Dengan adanya uang, kegiatan tukar-menukar akan jauh lebih
mudah dijalankan kalau dibandingkan dengan perekonomian yag
bertransaksi dengan menggunakan barter. Sehingga uang yang
dipakai pada masyarakat digunakan untuk bertransaksi mengganti
sistem barter.
2) Fungsi uang sebagai satuan hitung.
Penggunaan uang dalam masyarakat bersumber dari
kesanggupannya untuk bertindak sebagai satuan nilai. Dalam hal ini
yang dimaksud dengan satuan nilai adalah satuan ukuran yang
menentukan besarnya nilai dari berbagai jenis barang dengan adanya
uang. Nilai suatu barang dapat dengan mudah dinyatakan yaitu
dengan menunjukkan jumlah uang yang diperlukan untuk
memperoleh barang tersebut.
25
3) Fungsi uang sebagai pembayaran tertunda.
Penggunaan uang sebagai alat pembayaran atau perantara
dalam tukar menukar dapat mendorong pembayarannya ditunda
karena para pelaku ekonomi akan merasa yakin bahwa
pembayarannya yang ditunda itu adalah sesuai dengan yang
diharapkan.
4) Fungsi uang sebagai penyimpan nilai.
Uang bisa digunakan sebagai alat penyimpanan nilai.
Maksudnya adalah penggunaannya memungkinkan kekayaan orang
disimpan dalam bentuk uang.
b. Uang Kertas Dan Uang Giral
1) Perkembangan Penggunaan Uang Kertas
Pada mulanya uang kertas dikeluarkan untuk menggantikan
emas yang disipan di bank umum (perdagangan). Apabila seseorang
mempunyai uang emas yang didepositokan ke dalam bank umum,
sebagai gantinya orang tersebut akan menerima uang kertas yang
sama nilainya dengan uang emas yang disimpannya. Akan tetapi
lama-kelamaan bank umum mulai mengeluarkan uang kertas tanpa
menggantikan dengan emas. Perkembangan perdagangan yang pesat
memrlukan lebih banyak uang. Sedangkan tambahan emas yang
didepositokan ke bank umum tidak dapat mencapai kepesatan
perkembangan perdagangan.
26
Masalah ini mendorong bank umum menciptakan uang kertas
tanpa sandaran atau cadangan emas. Masyarakat masih tetap
bersedia menggunakan uang yang dikeluarkan tanpa digantikan oleh
emas, oleh karena itu uang kertas tersebut dinyatakan bahwa bank
yang mengeluarkan uang tersebut. Janji inilah yang menibulkan
kepercayaan kepada masyarakat untuk menyimpan harta dalam
bentuk uang dan menggunakan uang tersebut untuk membiayai
perbelanjaannya.
Uang kertas yang sekarang ini digunakan di berbagai negara
tidak lagi dikeluarkan oleh bank umum. Sejak lama bank umum
tidak lagi memiliki wewenang untuk mengeluarkan uang. Di setiap
negara, pada masa ini wewenang untuk mengeluarkan uang berada
di tangan bank sentral dan di Indonesia bank tersebut adalah Bank
Indonesia (Sukirno, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa uang kertas adalah uang yang
diterbitkan oleh pemerintah (bank sentral) berupa uang logam dan
uang kertas, baik yang memilki nilai intrinsik maupun ekstrinsik.
2) Perkembangan Peran uang giral
Bank umum tidak dapat lagi mempunyai wewenang untuk
mengeluarkan uang kertas, akan tetapi dalam perekonomian modern,
bank-bank umum merupakan bank pencipta uang yang terbesar
dalam perekonomian. Uang yang dimaksudkan dengan uang giral
27
adalah tabungan seseorang atau suatu perusahaan dalam bank yang
dapat diambil pemiliknya dengan menggunakan cek.
Terdapat dua cara yang menyebabkan bank umum
menciptakan uang girtal. Cara pertama adalah melalui simpanan
giral yang dilakukan seseorang atau suatu perusahaan. Seseorang
yang mendepositokan uang tunai sebanyak Rp 10 juta ke dalam
rekening giralnya atau suatu perusahaan perseroan terbatas
memasukan uangnya sebanyak Rp 100 ke dalam rekening giralnya.
Kedua tindakan memasukan uang ke abk umum ini akan
menci[ptakan uang giral. Individu atau perusahaan tersebut dapat
menggunakan deposito giralnya dengan mengeluarkan cek.
Cara kedua yang dapat dilakukan bank umum adalah dengan
memberi pinjaman. Seseorang atau perushaan memerlukan pinjaman
sebanyak Rp 500 juta untuk biaya modal operasi perusahaan. Sebuah
gedung mewah diserahkan kepada bank sebagai jaminan dan bank
umum memberi pinjaman yang diperlukan. P[injaman ini
menyebabkan orang atau perusahaan tersebut dapat menulis cek
sebanyak pinjaman yang diberikan (Sukirno, 2006).
Pada hakikatnya jenis uang inilah yang banyak beredar di
masyarakat dalam tatananan perekonomian modern. Jenis uang yang
diterbitkan berupa surat hutang (wesel/promise), cek, surat deposito,
dan sebagainya.
28
c. Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Sempit Dan Dalam Arti Luas.
Menurut Manurung et, al. (2004) Jumlah Uang Beredar Dalam
Arti Sempit (M1) adalah jumlah uang beredar dalam arti sempit
(narrow money) adalah jumlah uang beredar yang terdiri dari uang
kartal dan uang giral. Dimana uang kartal terdiri atas uang kertas dan
uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kantor
perbendaharaan dan kas negara (KPKN) dan bank umum. Uang giral
terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka, dan
tabungan dalam rupiah yang sudah jatuh tempo, yang seluruhnya
merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
Rumus: M1 = Uang Kartal + Uang Giral
Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Luas (M2) adalah jumlah
uang beredar dalam arti luas adalah M1 ditambah uang kuasi, yang di
Indonesia adalah deposito berjangka.
Rumus: M2 = M1 + Uang Kuasi
d. Teori Kuantitas Uang
Menurut teori kuantitas uang oleh Alfred Marshal yang isinya
jika perubahan uang beredar akan mengakibatkan perubahan harga
secara proporsional. Menurut Boediono (2005) teori marshal dapat
dituliskan sebagai berikut:
M = kPT atau M = Kpy
Penjelasan:
M : jumlah uang beredar
29
K : besarnya uang tunai yang dipegang masyarakat
P : harga umum
T atau Y: jumlah produk setengah jadi
Persamaan diatas menjelaskan jika laju uang beredar diketahui
oleh besarnya uang yang dipegang masyarakat, jumlah produksi dan
tingkat harga.
e. Teori Permintaan dan Penawaran Uang
Teori permintaan uang berkaitan dengan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pertumbuhan uang dan teori penawaran uang
sangat berkaitan dengan jumlah uang yang beredar.
1) Teori Permintaan Uang
Menurut Murni (2006) merujuk pada pandangan ekonomi
klasik fungsi uang hanyalah sebagai alat tukar, oleh sebab itu jumlah
uang yang diminta berbanding proporsional dengan tingkat produk
ataera pendapatan nasional. Bila tingkat produk nasional meningkat
permintaan uang untuk transaksi dipandang sebagai nilai likuiditas
(L) dalam arti riil yang ada di tangan masyarakat. Sementara L
merupakan nilai nominal uang (Md) dibagi dengan tingkat harga (P)
dan jika diformulasikan adalah sebagai berikut:
L = kY
L = Md/P=kY
Penjelasan:
L : permintaan riil
30
Md : nilai nominal pendapatan
P : tingkat harga
Y : produk nasional
2) Teori Penawaran Uang
Teori penawaran uang menjelaskan bahwa uang terdiri dari
M1 dan M2 yang keduanya tersedia dalam rangka kegiatan ekonomi
suatu negara.
a) Penawaran uang (M1)
Penawaran uang M1 merupakan jumlah uang yang digunakan
untuk keperluan transaksi yang terdiri dari:
Uang logam dan uang kertas yang secara umum disebut uang
kartal
Uang giral yaitu deposito yang dikeluarkan oleh bank umum.
b) Penawaran uang (M2)
Penawaran uang M2 terdiri dari M1 ditambah dengan rekening
tabungan dan kekayaan lain yang ditukarkan atau dicairkan dalam
waktu dekat (Murni, 2006).
6. Inflasi
Menurut Fahmi (2012) inflasi adalah suatu kejadian yang
menggambarkan situasi dan kondisi dimana harga barang mengalami
kenaikan dan nilai mata uang mengalami pelemahan, dan jika ini terjadi
secara terus menrus maka akan mengakibatkan memburuknya kondisi
ekonomi secara menyeluruh serta mampu mengguncang tatanan stabilitas
31
politik suatu negara. Inflasi adalah kecenderungan harga-harga barang
dan jasa termasuk faktor-faktor produksi, diukur dengan satuan mata
uang yang semakin menaik secara umum dan terus-menerus. Dari
definisi tersebut dapat dipahami bahwa inflasi merupakan faktor yang
membahayakan bagi perekonomian suatu negara. Dalam perekonomian
suatu negara yang sedang berkembang, inflasi yang rendah tingkatnya
dinamakan deflasi, menujukan sampai buruknya masalah ekonomi yang
dihadapi.
Menurut Samuelson (1992) seperti sebuah penyakit, inflasi dapat
digolongkan menurut tingkat keparahannya yaitu sebagai berikut:
a. Moderat Inflation : karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga
yang lambat. Umumnya disebut sebagai „inflasi satu digit‟. Pada
tingkat inflasi seperti ini orang orang masih mau untuk memegang
uang dan menyimpan kekayannya dalam bentuk uang dari pad dalam
bentuk aset riil.
b. Galloping Inflation : inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan
20% sampai dengan 200% pertahun. Pada tingkatan inflasi ini seperti
orang yang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan
kekayaaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil. Orang akan
menumpuk barang-barang, membeli rumah ddan tanah.
c. Hyper inflation : inflasi jenis ini terjadi tingkatan yang sangat tinggi
yaitu jutaan sampai trilyunan persen pertahun. Walaupun sepertinya
banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan
32
menghadapi galloping inflation, akan tetapi tidak pernah bertahan
menghadapi inflasi jenis ketiga yang amat „mematikan‟ ini.
Dari segi penyebabnya menurut Karim (2007 inflasi dapat
digolongkan menjadi:
a. Natural inflation dan Human Error inflation. Natural inflation adalah
inflasi yang terjadi karena sebab alamiah yang tidak dapat dicegah
oleh manusia, sedangkan human error inflation adalah inflasi yang
terjadi karena kesalahan manusia.
b. Actual/anticipated/expected inflation dan unaticipated/unexpected
inflation. Pada expected inflation, tingkat suku bunga pinjaman riil
sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi.
Sedangkan pada unexpected inflation, tingkat suku bunga pinjaman
nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek
inflasi.
c. Demand pull dan cost pust inflation. Demand pull inflation
diakibatkan oleh perubahan yang terjadi pada sisi permintaan aggregat
(AD) barang dan jasa pada suatu perekonomian, sedangkan cost push
inflation terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi
penawaran agregatif (AS) barang dan jasa pada suatu perekonomian.
d. Spiralling inflation, yaitu inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang
terjadi sebelumnya, sementara inflasi yang sebelumnya itu terjadi
sebagai akibat inflasi terdahulu, demikian seterusnya.
33
e. Imported inflation dan domestic inflation. Imported inflation adalah
inflasi yang dialami oleh suatu negara karena posisinya sebagai price
taker dalam pasar perdagangan internasional. Sedangkan domestic
inflation hanya terjadi di suatu negara yang tidak begitu
mempengaruhi negara-negara lainnya.
Naik turunnya inflasi berpengaruh terhadap daya beli masyarakat
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Misalnya saja
kenaikan inflasi akan menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Penurunan laba
suatu perusahaan menurunkan tingkat investor untuk menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut. Bagi perusahaan yang sahamnya
tercatat di bursa efek, turunnya minat investor tercermin pada harga
saham tersebut. Hal tersebut berlaku sebaliknya jika terjadi penurunan
inflasi. Inflasi juga akan menaikkan tingkat suku bunga. Jika inflasi
meningkat, maka tingkat suku bunga juga akan meningkat. Peningkatan
suku bunga ini akan menarik masyarakat untuk menabung di bank.
Kondisi ini menybabkan suku bunga tabungan akan menjadi lebih tinggi
dari biasanya dan melebihi tingkat pengembalian hasil dari investasi di
pasar modal. Akibatnya, investasi di pasar modal menjadi tidak menarik
lagi bagi para investor dan mereka lebih memilih untuk mengalihkan
dananya ke tabungan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:116).
34
Menurut Manurung et, al. (2004) Untuk mengetahui tingkat inflasi
yang berlaku dalam suatu periode tertentu ada beberapa indikator
makroekonomi yang digunakan yaitu:
a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang
menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli
konsumen dalam satu periode tertentu. IHK dihitung berdasarkan
harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dalam satu
periode tertentu. Inflasi dapat diperoleh dengan rumus:
Inflasi = IHK – IHKt-1
IHKt-1
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Whosale Price Index)
Indeks Harga Perdagangan Besar Berbeda dengan metode
perhitungan IHK yang melihat inflasi dari segi konsumen, indeks
harga perdagangan besar (IHPB) melihat inflasi dari segi produsen.
IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada
berbagai tingkat produksi Menghitung inflasi berdasarkan data IHPB
adalah:
Inflasi = IHPB – IHPBt-1 X 100%
IHPBt-1
c. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Perhitungan inflasi menggunakan IHK dan IHPB mempunyai
keterbatasan, karena hanya memperhitungkan beberapa ratus barang
dari beberapa puluh kota saja. Padahal barang yang dikonsumsi dan
35
diproduksi tidak hanya barang yang diperhitungkan saja, namun masih
banyak barang yang mungkin belum dimasukkan dalam perhitungan
padahal barang tersebut diproduksi dan dikonsumsi. Kegiatan
ekonomi juga tidak terjadi di beberapa kota saja, melainkan diseluruh
pelosok tanah air. Oleh karena itu, untuk mendapatkan gambaran
inflasi yang mendekati keadaan sebenarnya, maka para ekonom
menggunakan indeks harga implicit (GDP Deflator) atau disingkat
IHI. Untuk menghitung IHI maka rumus yang digunakan adalah:
IHI = (harga tahun t: harga tahun t-1) x 100% .
Prinsip perhitungan inflasi berdasarkan IHI adalah sebagai
berikut:
Inflasi = IHI – IHIt-1
IHIt-1
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya
investasi di suatu negara mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca
pembayaran, dan merosotnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
7. Kurs Rupiah
Nilai tukar atau kurs valuta asing adalah sebagai jumlah uang
domestik yang dibutukan untuk memperoleh satu unit mata uang asing
(Sukirno, 2010).
Menurut Dornbusch (2008) kurs atau nilai tukar adalah harga dari
mata uang luar negeri disebut apresiasi atas mata uang (mata uang lebih
36
murah, hal ini berarti nilai mata uang asing daam negeri meningkat).
Penurunan nilai tukar (kurs) disebut depresiasi mata uang dalam negeri
mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam
negeri menjadi merosot. Nilai tukar dalam berbagai transaksi ataupun
jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis, yaitu:
a. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
b. Middle rate (kurs tengah) yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs
beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh
bank central pada suatu saat tertentu.
c. Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
d. Flat Rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli
bank notes dan traveler chaque, dimana dalam kurs tersebut telah
diperhitungkan promosi dan biaya lain-lain.
Mankiw (1999) membedakan kurs menjadi dua, yaitu kurs
nominal dan kurs rill.
a. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai
contoh, jika kurs antara dolar AS dan rupiah Indonesia adalah 9000
rupiah per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk 9000 rupiah di
pasar uang.
b. Kurs rill adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.
Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan
37
barang-barang yang diproduksi dari suatu negara untuk barang-barang
dari negara lain.
Untuk melihat hubungan antara kurs riil dan kurs nominal, secara
umum perhitungannya sebagai berikut:
Kurs Riil = Kurs Nominal x Harga Barang Domestik
Harga Barang Luar Negeri
Tingkat harga dimana kita memperdagangkan barang domestik
dengan barang luar negeri tergantung pada harga dalam mata uang lokal
dan pada tingkat kurs yang terjadi. Apabila suatu barang ditukar dengan
barang lain, didalamnya terdapat perbandingan nilai tukar, nilai tukar
itulah sebenarnya semacam harga bagi pertukaran tersebut. Demikian
juga pertukaran antar dua mata uang berbeda, akan terdapat
perbandingan nilai atau harga antar kedua mata uang tersebut.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang
lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode waktu
yang digunakan maka terdapat banyak hal yang tidak sama, sehingga dapat
dijadikan referensi untuk saling melengkapi. Berikut ringkasan beberapa
penelitian yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
38
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Roisondo
Immanuel
(jurnal
ilmiah-
2015)
Analisis
Pengaruh
Indikator
Makro
Ekonomi
dan Saham
Regional
Asean
Terhadap
IHSG
2009-2014
Inflasi,dan
Kurs
Rupiah
Harga
Emas
Dunia,
Harga
Minyak
Dunia,
Jumlah
Uang
Beredar,
JII, dan
Error
Corection
Model
(ECM).
Indikator makro
ekonomi: inflasi dan
SBI tidak
berpengaruh
terhadap IHSG
sedangkan dalam
jangka panjang
inflasi, SBI memiliki
pengaruh terhadap
IHSG. Namun pada
kurs baik dalam
jangka pendek
maupun jangka
panjang memiliki
pengaruh terhadap
IHSG. Indeks
regional ASEAN
Strait times Index
(STI) dalam jangka
pendek dan jangka
panjang tidak
memiliki pengaruh
terhadap IHSG
2. Heriyanto
dan Ming
Chen
(Jurnal-
2014)
Analisis
Pengaruh
Indeks
Harga
Konsumen,
Jumlah
Uang
Beredar
(M1), Kurs
Rupiah,
Dan Indeks
S&P 500
Terhadap
IHSG:
Studi
Empiris
Pada Bursa
Efek
Jumlah
Uang
Beredar,
Kurs
Rupiah,
Vector
Error
Correction
Model
Harga
Emas
Dunia,
Harga
Minyak
Dunia,
dan
Inflasi.
Hasil pengujian
dengan
menggunakan
Granger Residual
Test menunjukkan
bahwa tidak terdapat
spurious regression.
Sementara itu, hasil
pengujian dengan
menggunakan
Johannsen
Cointegration Test
menunjukkan bahwa
terdapat hubungan
keseimbangan
jangka panjang
antara variabel
makroekonomi dan
IHSG. Terkait
39
Indonesia.
dengan
kemungkinan adanya
hubungan
biderectional antara
variabel
makroekonomi dan
IHSG, hasil
pengujian dengan
menggunakan Vector
Error Correction
Model (VECM) dan
Granger Causality
Test menunjukkan
bahwa hubungan
antara variabel
makroekonomi dan
IHSG adalah
hubungan satu arah.
3. Irfan
Purnawan
(2014)
Analisis
Pengaruh
Makro
Ekonomi
Domestik
dan Makro
Ekonomi
Global
Terhadap
ISSI
Periode
2011-2014
Inflasi,
Kurs
Rupiah,
dan
Analisis
Vector
Error
Correction
Model
Harga
Emas
Dunia, dan
Jumlah
Uang
Beredar.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
pada jangka panjang
semua variabel
berpengaruh
signifikan, dimana
ISSI dipengaruhi
secara negatif oleh
BI Rate, Inflasi, dan
IMUS, dan
dipengaruhi secara
positif oleh
Exchange Rate,
Harga Minyak
Dunia, dan HSI.
Pada jangka pendek
ISSI dipengaruhi
secara negatif oleh
Exchange Rate dan
Inflasi, secara positif
oleh HSI, dan
ketiganya signifikan.
Variabel yang
memiliki porsi
terbesar dalam
memengaruhi ISSI
berturut-turut adalah
BI Rate, Exchange
40
Rate, Inflasi, Harga
Minyak Dunia,
IMUS dan HSI.
4. Lusiana
Silim
(Jurnal
Ilmiah-
2013)
Pengaruh
Variabel
Makro
Terhadap
Indeks
Harga
Saham
Gabungan
di Bursa
Efek
Indonesia
Periode
2003-2012
Harga
Emas
Dunia,
Harga
Minyak
Dunia, dan
Kurs
Rupiah
Inflasi,
Jumlah
Uang
Beredar,
IHSG, dan
Vector
Error
Correction
Model
Secara simultan
memberikan
pengaruh signifikan
terhadap IHSG
periode 2003-2012.
Secara parsial suku
bungan dan net
ekspor berpengaruh
negatif tidak
signifikan, nilai
tukar berpengaruh
negatif signifikan,
harga emas dunia
dan harga minyak
dunia berpengaruh
positif signifikan
terhadap IHSG.
5. Septian
Prima
Rusbarian
di (Jurnal
Ilmiah-
2012)
Analisis
Pengaruh
Tingkat
Inflasi,
Harga
Minyak
Dunia,
Harga
Emas dan
Kurs
Rupiah
Terhadap
Jakarta
Islamic
Index di
Bursa
Efek
Indonesia.
Inflasi,
Harga
Minyak
Dunia,
Harga
Emas dan
Kurs
Rupiah,
dan JII
Jumlah
Uang
Beredar,
dan Vector
Error
Correction
Model
Secara parsial
Tingkat Inflasi dan
Kurs Rupiah
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap JII. Harga
Emas Dunia tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
JII. Sedangkan
Harga Minyak Dunia
mempunyai
pengaruh yang
positif dan signifikan
terhadap JII.
41
6. Ardian
Agung
Wijaksono
(Tesis-
2011)
Analisis
Pengaruh
Tingkat
SBI,
Harga
Minyak
Dunia,
Harga
Emas
Dunia,
Kurs
Rupiah,
Indeks
Nikkei
225, Dan
Indeks
Dow Jones
Terhadap
IHSG Di
BEI Tahun
2000-
2009”.
Tingkat Suku Bunga
SBI dan Kurs
Rupiah berpengaruh
negatif terhadap
IHSG, sedangkan
Harga Minyak
Dunia, Harga Emas
Dunia, Indeks
Nikkei 225 dan
Indeks Dow Jones
berpengaruh positif
terhadap IHSG.
C. Keterkaitan Antar variabel Independen dan Dependen
1. Pengaruh Harga Emas Dunia terhadap Jakarta Islamic Index
Menurut Sunariyah (2006) emas merupakan salahsatu bentuk
investasi yang cenderung bebas resiko. Ketika akan berinvestasi, investor
akan memilih investasi yang memilki tingkat timbal balik tinggi dengan
resiko yang rendah. Investasi dipasar saham tentunya lebih beresiko
daripada berinvestasi di pasar emas. Indonesia dengan penduduk
mayoritas beragama muslim berinvestasi dalam bentuk emas mempunyai
keyakinan dan ketertarikan tersendiri, apalagi bila didukung dengan
kondisi perekonomian yang baik dan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang meningkat. Tingkat permintaan emas tentunya akan mengalami
peningkatan, yang kemudian berdampak pada meningkatnya harga emas.
42
Peningkatan harga emas ini juga disinyalir akan meningkatkan laba bagi
perusahaan tambang emas sehingga hal ini memotivasi para investor untuk
berinvestasi pada saham-saham perusahaan tambang emas. Kejadian ini
akan memacu peningkatan harga saham perusahaan yang nantinya juga
akan tercemin dalam indeks harga saham.
2. Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Jakarta Islamic Index
Menurut Sidarta (2010) minyak mentah atau yang juga dikenal
sebagai Crude Oil merupakan komoditas dan kebutuhan utama dunia saat
ini. Semenjak peristiwa bersejarah bangkrutnya Lehman Brothers yang
mempercepat terjadinya krisis ekonomi global pada musim semi 2008,
korelasi positif yang kuat terus tampak antara harga minyak dan bursa
saham secara global termasuk bursa saham di Indonesia. Hal ini terjadi
karena investor pasar modal menganggap bahwa naiknya harga-harga
energi merupakan pertanda meningkatnya permintaan global, yang berarti
membaiknya pemulihan ekonomi global pasca krisis. Sebaliknya, harga
energi yang turun mencerminkan melemahnya pemulihan ekonomi global.
Dengan begitu, jika harga minyak mentah meningkat, ekspektasi terhadap
membaiknya kinerja perusahaan-perusahaan juga akan meningkat dan
otomatis harga sahamnya akan ikut naik sehingga akan meningkatkan
index harga saham.
3. Pengaruh jumlah uang beredar terhadap Jakarta Islamic Index
Menurut Nugroho (2008) permintaan uang tunai untuk tujuan
spekulasi menunjukkan jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan
43
membiayai transaksi pengeluaran yang sifatnya spekulatif. Misalnya
membeli surat berharga (obligasi) atau saham. Jumlah uang tunai yang
diminta untuk tujuan spekulasi dipengaruhi secara negatif oleh suku
bunga. Artinya, semakin tinggi suku bunga semakin sedikit jumlah uang
tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi, dan sebaliknya. Sehingga
jumlah uang yang beredar akan berpengaruh secara positif terhadap kinerja
saham.
4. Pengaruh inflasi terhadap Jakarta Islamic Index
Sirait et al (2002) mengemukakan bahwa kenaikan inflasi dapat
menurunkan capital gain yang menyebabkan berkurangnya keuntungan
yang diperoleh investor. Di sisi perusahaan, terjadinya peningkatan inflasi
dimana peningkatannya tidak dapat dibebankan kepada konsumen, dapat
menurunkan tingkat pendapatan perusahaan. Hal ini berarti risiko yang
akan dihadapi perusahaan akan lebih besar untuk tetap berinvestasi dalam
bentuk saham, sehingga permintaan terhadap saham akan turun. Inflasi
dapat menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di
pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik. Hal ini berarti inflasi
memiliki hubungan yang negatif tehadap saham.
5. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Terhadap Jakarta Islamic
Index.
Menurut Pohan (2008) nilai rupiah yang relatif lamban
dibandingkan dengan laju inflasi di dalam negeri relatif terhadap luar
negeri dapat mengakibatkan harga barang barang ekspor relatif lebih
44
mahal. Perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang
berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak
positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Misalnya,
perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar
Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham
perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan
menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar
Amerika. Ini berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan
mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara
perusahaan yang terkena dampak positif akan mengalami kenaikan harga
sahamnya. Selanjutnya, Jakarta Islamic Index (JII) juga akan terkena
dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan
dampaknya (Samsul, 2006).
D. Kerangka Pemikiran
Pasar modal merupakan sarana atau media yang menyediakan dan
membantu investor dalam melakukan investasi terlebih dalam bentuk saham.
Perdagangan dpasar pasar modal tentunya akan memberikan keuntungan bagi
investor. Dengan menggunakan analisis VAR/VECM peneliti ini akan menguji
pengaruh Harga Emas Dunia , Harga Minyak Dunia, Jumlah Uang Beredar,
Inflasi, Kurs Rupiah terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut:
45
tidak
ya
Input Data
Jakarta Islamic Index (JII)
(Y)
Stasioner Tingkat
Level
Uji Stasioner Data
Harga Emas Dunia (X1), Harga Minyak
Dunia (X2), Jumlah Uang Beredar (X3),
Inflasi (X4), Kurs Rupiah(X5).
Uji Kausalitas
Penentuan Panjang Lag
Tidak Stasioner
Uji Kointegrasi
Stasioner pada Difference
Gambar 2. 1: Kerangka Pemikiran
VECM Estimation
Impulse Response Function
Variance Decomposition
dilanjutkan dengan
pengujian VAR
46
Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijelaskan. Model VAR adalah model
persamaan regresi yang menggunakan data time series yang berkaitan
dengan masalah stasioneritas dan kointegrasi antar variabel di dalamnya.
Langkah pertama pembentukan VAR adalah dilakukan uji stasioneritas data.
Jika data variabel stasioner pada tingkat level maka kita mempunyai model
VAR biasa (unrestricted VAR) sebaliknya jika data tidak stasioner pada level
tetapi stasioner pada proses differensiasi yang sama, maka harus diuji apakah
data tersebut mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan
melakukan uji kointegrasi.
Apabila data stasioner pada proses differensiasi namun variabel tidak
terkointegrasi, maka disebut model VAR dengan data differensiasi (VAR in
difference). Namun apabila terdapat kointegrasi maka model VAR tersebut
disebut Vector Error Correction Model (VECM). Model VECM ini
merupakan model model VAR yang teretriksi (restricted VAR) karena
adanya kointegrasi yang menunjukan adanya hubungan jangka panjang antar
variabel di dalam estimasi VAR.
Spesifikasi VECM merestriksi hubungan perilaku jangka panjang
antar variabel yang ada agar konvergen ke dalam beberapa ke dalam
hubungan kointegrasi namun teteap membiarkan perubahan-perubahan
dinamis di dalam jangka pendek. Terminologi kointegrasi ini dikenal sebagai
koreksi kesalahan (error correction) karena jika terjadi deviasi terhadap
keseimbangan jangka panjang akan dikoreksi secara bertahap melalui
penyesuaian parsial jangka pendek secara bertahap.
47
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab
akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
dapat dibedakan dalam hipotesis deskriptif, hipotesis argumentatif, hipotesis
kerja, dan hipotesis statistik, atau hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik atau hipotesis nol yang bertuuan
untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil atau teori selanjutnya akan
ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Hamid, 2010).
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka pemikiran ini, maka hipotesis
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga adanya hubungan jangka pendek antara Harga Emas Dunia, Harga
Minyak Dunia, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, dan Kurs Rupiah terhadap
JII.
2. Diduga adanya hubungan jangka panjang antara Harga Emas Dunia, Harga
Minyak Dunia, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, dan Kurs Rupiah terhadap
JII.
3. Diduga adanya pola dinamis akibat pengaruh antara Harga Emas Dunia,
Harga Minyak Dunia, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, dan Kurs Rupiah
terhadap JII.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini akan membahas mengenai
pengaruh barang komoditi dan faktor makro ekonomi terhadap Jakarta
Islamic Index tahun 2011-2015. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini
terdiri atas variabel Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia, Jumlah Uang
Beredar, Inflasi, dan Kurs Rupiah yang merupakan variabel bebas
(independent) dan Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan variabel terikat
(dependent). Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari publikasi Harga Saham Jakarta Islamic Index, juga berasal dari
Profil Bursa Efek Indonesia, buku-buku, dan jurnal ilmiah yang membahas
pengaruh makro terhadap JII.
B. Metode pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai adalah data JII,
Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, dan
Kurs Rupiah. Berdasarkan data yang tersedia di internet untuk semua variabel
yang digunakan dalam penelitian ini tersedia data dari tahun 2011-2015.
Alasan pemilihan periode tahun yang digunakan adalah fluktuasi harga saham
yang terdepresiasi ditahun akhir 2011-2015. Pemilihan data bulanan adalah
untuk menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam
mereaksi suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan
diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat.
48
49
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari data statistik dan data yang
dipublikasikan secara umum. Data-data yang dikumpulkan adalah sebagai
berikut :
1. Data statistik Harga Emas Dunia pada periode Januari 2011 sampai
Desember 2015 bersumber dari Kitco.com
2. Data statistik Harga Minyak Dunia pada periode 2011 sampai Desember
2015 bersumber dari Opec.org.
3. Data statistik Jumlah Uang Beredar pada periode 2011 sampai Desember
2015 bersumber dari Bank Indonesia (BI).
4. Data statistik Inflasi pada periode Januari 2011 sampai Desember 2015
bersumber dari Bank Indonesia (BI).
5. Data statistic Kurs pada periode Januari 2011 sampai Desember 2015
bersumber pada Bank Indonesia (BI).
D. Teknik Analisis
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif diharapkan dapat
dijelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yakni JII.
Variabel-variabel tersebut disusun menjadi sebuah model yang diestimasikan
menggunakan alat analisis regresi dengan metode Vector Error Correction
Model (VECM). Alasan pemilihan metode VECM adalah karena VECM
merupakan metode analisis dinamik yang dapat digunakan untuk
50
mengestimasi hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari dua variabel
atau lebih.
Dalam melakukan estimasi, beberapa tahapan yang harus dilakukan
untuk memperoleh hasil analisis yang valid, antara lain : (1) Uji akar-akar unit
yang bertujuan mengetahui apakah variabel yang diamati stasioner dalam
jangka panjang. Uji akar-akar unit dilakukan dengan menggunakan Phillips-
Perron test. (2) Uji Kointegrasi, juga dapat dilakukan untuk melihat apakah
kombinasi linier variabel-variabel penyusun telah stasioner meskipun mereka
tidak stasioner pada ordo 0 namun mempunyai derajat integrasi pada order
yang sama. (3) Estimasi VECM, setelah diketahui bahwa Xt dan Yt
terkointegrasi, maka artinya terdapat hubungan jangka panjang diantara
keduanya. Oleh karena itu, error term pada model VECM dapat digunakan
sebagai ”equilibrium error” yang bisa digunakan untuk menganalisis
fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang dan mengkaji
konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonomika, serta dalam usaha
mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu yang tidak
stasioner dan regresi lancung dalam analisis ekonometrika (Gujarati, 2003).
1. Uji Stasioneritas Data
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model
ekonomi dengan data time series adalah dengan menguji stationeritas
pada data atau disebut juga stationary stochastic process. Uji stationeritas
data ini dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey –
Fuller (ADF) pada derajat yang sama (level atau different) hingga
51
diperoleh suatu data yang stationer, yaitu data yang variansnya tidak
terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata –
ratanya (Enders, 1995) dalam Ajija, dkk (2011:165).
Menurut Gujarati (2003) dalam Ajija, dkk (2011) menjelaskan
bentuk persamaan uji stationer dengan analisis ADF dalam persamaan
berikut.
∆Yt= αo + ϒYt-1 + βt ∑ ∆Yt-i+1 + ℮t
Dimana
Yt = Bentuk dari first difference
α 0 = Intersep
Y = Variabel yang diuji stationeritasnya
P = Panjang lag yang digunakan dalam model
℮ = Error Term
Dalam persamaan tersebut dapat kita ketahui bahwa H0 menunjukan
adanya unit root dan H1 menunjukan kondisi tidak adanya unit root. Jika
dalam uji stationeritas ini menunjukan nilai ADF statistik yang lebih besar
daripada Mackinnon critical value, maka dapat diketahui bahwa data
tersebut stationer karena tidak mengandung unit root. Sebaliknya, jika
nilai ADF statistik lebih kecil daripada Mackinnon critical valu, maka
dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak stationer pada derajat level.
Dengan demikian, differensing data untuk memperoleh data yang stationer
pada derajat yang sama di first different I(1) harus dilakukan, yaitu dengan
mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya.
52
2. Uji Lag Length
Setelah dilakukan uji ADF sebagaimana telah dikemukakan diatas
maka satu hal yang paling menentukan dalam uji stasioneritas adalah
penentuan lag. Lag Lenght memiliki tujuan untuk menunjukkan berapa
lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya serta menghilangkan
masalah autokolerasi dalam sebuah sistem VAR (Firdaus 2011).
Pengujian panjang lag diidentifikasi berdasarkan kriteria Akaike
Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC) dan Hanan-Quinn
(HQ) yang terkecil.
3. Uji Kointegrasi
Dalam analisis VAR/VECM, kointegrasi digunakan untuk
mengetahui keberadaan hubungan jangka panjang antara variabel-variabel
yang tidak stasioner. Kointegrasi berarti, walaupun secara individu tidak
stasioner, namun kombinasi dari dua atau lebih variabel-variabel yang
tidak stasioner akan mengahsilkan residual stasioner. Dengan demikian,
seluruh variabel tersebut bergerak bersama menuju sebuah keseimbangan
jangka panjang.
4. Uji Kausalitas Granger
Analisis Kausalitas Granger dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu variabel endogen dapat diperlakukan sebagai variabel eksogen. Hal
ini bermula dari ketidaktahuan keterpengaruhan antar variabel. Jika ada
dua variabel x dan y, maka apakah x menyebabkan y atau y menyebabkan
x atau berlaku keduanya atau tidak ada hubungan keduanya. Variabel x
53
menyebabkan variabel y artinya berapa banyak nilai x pada periode
sekarang dapat dijelaskan oleh nilai y pada periode sebelumnya dan nilai x
pada periode sebelumnya. Uji ini dapat mengindikasikan apakah suatu
variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja.
(Nachrowi dan Hardius, 2006). Dalam uji kausalitas Granger ini dapat
dilihat adanya pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, sehingga
data yang digunakan adalah data runtut waktu (time series).
5. Estimasi Vector Error Correction Model (VECM)
Teknik untuk mengoreksi ketodakseimbangan jangka panjang
pendek menuju jangka panjang pendek disebut Vector Error Correction
Model (Nahcrowi, 2006). VECM adalah bentuk Vector Autoregression
yang terestriksi. Restriksi tambahan ini harus diberikan karena keberadaan
bentuk data yang tidak stasioner namun terkointegrasi tersebut ke dalam
spesifikasi modelnya. Karena itulah, VECM sering disebut desain VAR
bagi series nonstasioner yang memiliki hubungan kointegrasi.
Ketika data tidak stasioner pada level, maka data akan di
transformasikan ke dalam bentuk first difference yang berakibat hilangnya
informasi jangka panjang. Untuk menghindari hal tersebut, digunakanlah
Vector Error Correction Model (VECM).
6. Uji Impulse Response Function (IRF)
Impulse Response Function (IRF) adalah metode yang digunakan
untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan
(shock) variabel tertentu. IRF juga digunakan untuk melihat guncangan
54
dari satu variabel lain dan berapa lama pengaruh tersebut terjadi (Nugroho,
2009). Melalui IRF, respon sebuah perubahan independen sebesar satu
standar deviasi dapat ditinjau. IRF menelusuri dampak gangguan sebesar
satu standar kesalahan (standard error) sebagai inovasi pada sesuatu
variabel endogen terhadap variabel endogen yang lain. Suatu inovasi pada
satu variabel, secara langsung akan berdampak pada variabel yang
bersangkutan, kemudian dilanjutkan ke semua variabel endogen yang lain
melalui struktur dinamik dari VAR.
7. Uji Forecast Error Variance Decomposition
Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) atau dekomposisi
ragam kesalahan peramalan menguraikan inovasi pada suatu variabel
terhadap komponen-komponen variabel yang lain dalam VAR. Informasi
yang disampaikan dalam FEVD adalah proporsi pergerakan secara
berurutan yang diakibatkan oleh guncangan sendiri dan variabel lain
(Nugroho, 2009).
E. Operasional Variabel Penelitian
1) Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham di JII yang
dikontribusikan dengan huruf (Y), yang menjadi ukuran penting yang
menjadi landasan pertimbangan seorang investor memilih index saham
syariah. Data JII diperoleh langsung www.dunia.investasi.com. Data yang
digunakan adalah data tiap akhir bulan selama periode pengamatan antara
tahun 2011-2015.
55
2) Variabel Bebas (Independent Variable)
Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
1) Menurut Solt dan Swanson dalam Giam Quang Do, dkk (2009). Emas
adalah logam yang sangat berharga dan memilki tingkat likuiditas
yang tinggi ole karena itu emas dikatagorikan sebagai sebuah
komoditas dan aset moneter. Data harga emas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam satuan internasional yang menyatakan
berat emas yaitu troy/onz selama periode Januari 2011 sampai
Desember 2015 yang diperoleh dari situs www.kitco.com
2) Harga minyak dunia merupakan salahsatu indikator makroekonomi
secara universal perubahan-perubahan yang terjadi dan fluktuasinya
dapat mempengaruhi ekonomi dunia khususnya pasar modal. Data
harga minyak yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga
minyak dunia selama periode januari 2011 sampai desember 2015
dari situs www.opec.org
3) Jumlah uang beredar (JUB) adalah Indeks Harga Saham Properti yang
ditetapkan dalam laporan otoritas moneter Indonesia yaitu Bank
Indonesia dengan satuan milyar. Data yang digunakan adalah data
bulanan dari tahun 2011 hingga 2015 yang diperoleh dari situs resmi
Badan Indonesia www.bi.go.id.
4) Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat
secara umum dan terus-menerus (Karim, 2007). Salah satu cara
56
pengukuran inflasi adalah dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK). Data tingkat inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data inflasi per bulan dalam satuan persen berdasarkan Indeks Harga
Konsumen (IHK) selama periode Januari 2011-Desember 2015 yang
diperoleh dari situs resmi Badan Indonesia www.bi.go.id.
5) Kurs Rupiah merupakan nilai dari satu mata uang rupiah yang
ditransaksikan ke dalam mata uang negara lain. Kurs yang digunakan
adalah kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah nilai kurs jual
selama periode Januari 2011-Desember 2015 diambil dari
www.bi.go.id.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII)
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami
banyak kemajuan, hal ini tercermin dari keluarnya beberapa Fatwa
Dewan Syariah Nasional MUI yang berkaitan dengan pasar modal
syariah. Ada 6 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) yang berkaitan dengan industri pasar modal. Adapun ke
enam fatwa dimaksud adalah:
1. No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham
2. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
Untuk Reksa Dana Syariah.
3. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah;
4. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah
No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal;
5. No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
Untuk mendukung pasar modal syariah dibentuklah Jakarta
Islamic Index (JII) yang merupakan hasil kerja sama antara Pasar Modal
Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa
Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal
3 Juli 2000.
57
58
Tujuan Pembentukan Jakarta Islamic Index
1. Meningkatkan kepercayaan investor melakukan investasi pada saham
berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam
menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek;
2. Mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis
syariah di Indonesia;
3. Menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio
saham yang halal ( http://blog.stie-mce.ac.id.)
Berikut adalah perkembangan JII dari periode Januari 2011 sampai
dengan Desember 2015.
Gambar 4. 1
Perkembangan JII Jan 2011 s.d 2015
Sumber: Dunia Investasi
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada periode Agustus
2012, JII mempunyai kapitalisasi pasar terbesar ditutup pada 569,35 poin
atau meningkat sebesar 6,02% dibandingkan pada akhir tahun 2011
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Jan
-11
Ap
r-1
1
Jul-
11
Okt
-11
Jan
-12
Ap
r-1
2
Jul-
12
Okt
-12
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Okt
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Okt
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Okt
-15
Jakarta Islamic Index
59
sebesar 537,03 poin. 13 Agustus 2014, JII ditutup pada 707,38 poin atau
meningkat sebesar 20,90% dibandingkan pada akhir tahun 2013 sebesar
585,11 poin. Nilai kapitalisasi pasar saham yang tergabung dalam JII
pada 13 Agustus 2014 tersebut mengalami peningkatan sebesar 23,43%
jika dibandingkan kapitalisasi pasar saham JII pada akhir tahun 2013
yaitu sebesar Rp 1.672,10 triliun (www.ojk.go.id).
2. Perkembangan Harga Emas Dunia
Emas biasanya digunakan sebagai alat lindung nilai kekayaan
apabila situasi perekonomian sedang turun. Emas memiliki supply
terbatas dan tidak mudah didapat, sehingga sering dijadikan pilihan oleh
investor yang memiliki karakteristik menghindari resiko sebagai langkah
untuk melakukan perlindungan terhadap nilai investasinya.
Harga emas di negara manapun mengikuti harga emas dunia yang
ditentukan di London (pasar emas london) setiap hari. Harga emas dunia
ditentukan berdasarkan supply and demand emas dari seluruh penjuru
dunia, bukan ditentukan dari satu daerah saja. Standar internasional emas
dalam US$ per troy ounce/oz (1 troy oz = 31.1 gr). Pasar emas london
menjadi rujukan pasar emas global dalam menentukan patokan harga
emas hampir di setiap negara (termasuk dengan harga Dinar Dirham
Islam). Selain di London, pusat perdagangan emas lainnya adalah New
York, Zurich, Tokyo, Sydney dan Hongkong, dimana Hongkong menjadi
pusat perdagangan di Asia (Firman, 2012).
60
Gambar 4. 2
Perkembangan Harga Emas US$ per troy ounce/oz Jan 2011 s.d Des
2015
Sumber: Kitco.com
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa harga emas pada
awal periode 2011 adalah sebesar 11,82%. Harga emas dunia mengalami
kenaikan hingga Februari 2013 sebesar 12%. Berikutnya harga emas
mulai turun pada periode maret sampai Agustus 2013 sebesar 9,6%, dan
menguat kembali pada Februari 2014 sampai periode Akhir 2015
sebesar 11,58%. Fluktuasi harga emas disebabkan oleh kecenderungan
untuk investasi dalam USD ketika mata uang negara super power
tersebut menguat. Ketika terjadi ketidak-pastian ekonomi seperti pada
saat resesi global, maka USD cenderung melemah, dan ini menyebabkan
investasi emas meningkat baik dalam bentuk fisik maupun perdagangan
yang non-fisik.
3. Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia cenderung selalu berfluktuasi dari waktu ke
waktu. Harga minyak selama penelitian berfluktuasi hingga Juni tahun
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
200000
Jan
-11
Ap
r-1
1
Jul-
11
Okt
-11
Jan
-12
Ap
r-1
2
Jul-
12
Okt
-12
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Okt
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Okt
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Okt
-15
Harga Emas Dunia
61
2014 menurun tajam hingga akhir penelitian. Fluktuasi harga minyak
dunia dapat mempengaruhi saham pada beberapa sektor. Pengaruh yang
diberikannya dapat bersifat positif juga bersifat negatif. Selain itu,
dampak yang diberikan dengan kenaikan harga minyak dunia terhadap
saham baik secara langsung maupun tidak langsung pada kegiatan
operasi kegiatan perusahaan.
Gambar 4. 3
Perkembangan Harga Minyak Dunia per barrel Jan 2011 s.d Des 2015
Sumber: Opec.org
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa harga minyak dunia
pada januari 2011 sebesar 95,53% dan terus mengalami kenaikan hingga
Maret 2012 sebesar 120,9%. Pada periode Juni hingga September 2013
juga sempat mengalami kenaikan namun kondisi tersebut tidak bertahan
lama, pada bulan Oktober 2013 perkonomin dunia kembali melemah dan
permintaan akan minyak juga semakin menurun. Dalam semester 2 tahun
2014 harga minyak anjlok sebesar 52%. Hingga pada puncaknya pada
Desember 2015 yaitu akibat kurangnya ketersediaan pasokan atau
0
20
40
60
80
100
120
140
Jan
-11
Ap
r-1
1
Jul-
11
Okt
-11
Jan
-12
Ap
r-1
2
Jul-
12
Okt
-12
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Okt
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Okt
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Okt
-15
Harga Minyak Dunia
62
penerimaan minyak dari negara-negara produsen dapat mengakibatkan
jatuhnya harga minyak sebesar 31,3%.
Sementara itu turunnya harga minyak disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya: kebijakan organisasi negara-negara eksportir minyak
(OPEC) yang mempertahankan produksi minyak sebesar 30 juta barel per
hari Kebijakan penawaran minyak oleh negara-negara eksportir minyak.
Ditengah-tengah ancaman perlambatan ekonomi dan saingan produksi
gas yang terus meningkat di Amerika, negara-negara anggota OPEC
sepakat untuk mempertahankan produksi minyak mentah di kisaran 30,5
juta barel per hari pada pertemuan November 2014 di Austria. Hal ini
berdampak pada kelebihan produksi minyak oleh OPEC karena
permintaan akan minyak yang lebih rendah.
4. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (M2)
Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan
dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat
dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1,
uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan
valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan
oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa
jangka waktu sampai dengan satu tahun (www.bi.go.id).
Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan perkembangan
ekonomi. Biasanya bila perekonomian bertumbuh dan berkembang,
jumlah uang beredar juga bertambah, sedangkan komposisinya berubah.
63
Bila perekonomian maju, porsi penggunaan uang kartal semakin sedikit,
digantikan dengan uang giral atau near money. Bila perekonomian
semakin meningkat, komposisi M1 dalam peredaran uang semakin kecil,
sebab porsi uang semakin besar.
Gambar 4. 4
Jumlah Uang Beredar (Milyar Rupiah) Jan 2011 s.d Des 2015
Sumber: Bank Indonesia (BI)
Jika dilihat dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa Jumlah Uang
Beredar setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan. JUB mengalami
penurunan pada tahun 2013 sebesar Rp 3.280,4 triliun. Pertumbuhan
likuiditas perekonomian uang beredar dalam arti luas atau M2 pada 2015
tumbuh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Berdasarkan
Analisis Perkembangan Uang Beredar pada Juni 2015, posisi M2 tercatat
sebesar Rp 4.359,5 triliun, atau tumbuh 13,0% melambat dibandingkan
pertumbuhan pada Mei 2015 yang sebesar 13,4% (bisnis.com)
Faktor yang mempengaruhi Uang Beredar adalah Aktiva Luar
Negeri Bersih (Net Foreign Assets / NFA) dan Aktiva Dalam Negeri
0.00
500,000.00
1,000,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,500,000.00
4,000,000.00
4,500,000.00
5,000,000.00
Jan
-11
May
-11
Sep
-11
Jan
-12
May
-12
Sep
-12
Jan
-13
May
-13
Sep
-13
Jan
-14
May
-14
Sep
-14
Jan
-15
May
-15
Sep
-15
Jumlah Uang Beredar
64
Bersih (Net Domestic Assets / NDA). Aktiva Dalam Negeri Bersih antara
lain terdiri dari Tagihan Bersih Kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on
Central Government / NCG) dan Tagihan kepada sektor lainnya (sektor
swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan dan perusahaan bukan
keuangan) terutama dalam bentuk Pinjaman yang diberikan.
5. Perkembangan Inflasi
Fluktuasi inflasi Indonesia tergolong cukup bervariasi dari waktu
ke waktu dan bersifat persisten (Dwiantoro, 2004). Pada dasarnya
fenomena inflasi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor eksternal
dan internal, baik yang berpengaruh secara langsung atau pun tidak
langsung. Faktor eksternal meliputi nilai tukar dan perubahan musim,
sedangkan faktor internal meliputi GDP, suku bunga namun faktor yang
paling berpengaruh adalah jumlah uang beredar karena jika uang beredar
banyak maka inflasi menjadi tinggi.
Gambar 4. 5
Perkembangan Inflasi Jan 2011 s.d Des 2015
Sumber: Bank Indonesia (BI)
0123456789
10
Jan
-11
Ap
r-1
1
Jul-
11
Okt
-11
Jan
-12
Ap
r-1
2
Jul-
12
Okt
-12
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Okt
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Okt
-15
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Okt
-15
INFLASI
65
Dari Gambar 4.5 dapat terlihat bahwa inflasi pada awal periode
penelitian adalah sebesar 7,02%. Sepanjang periode 2011 tingkat inflasi
terus menurun hingga 3,79%. Rendahnya inflasi pada tahun 2011
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya stabilnya harga bahan
pangan karena kecukupan pasok dan kelancaran sistim ditrisbusinya.
Pada periode februari 2012 tingkat inflasi Indonesia tercatat 3,56%. Ini
merupakan hal yang positif, akan tetapi hal ini disebabkan tidak adanya
kenaikan BBM di tahun 2012. Pada periode agustus 2013 yaitu sebesar
8,79%. Hal ini disebabkan karena kenaikan harga BBM bersubsidi di
ikuti kenaikan harga pangan memasuki bulan suci ramadhan pada
pertengahan tahun 2013, sehingga inflasi tercatat lebih tinggi dari target
yang ditetapkan. Selanjutnya tingkat inflasi selalu mengalami kenaikan
kembali menjelang akhir tahun 2014. Kenaikkan tingkat inflasi ini
cenderung diakibatkan karena Tingginya tekanan inflasi tersebut terkait
dengan upaya reformasi subsidi energi yang mencakup Liquefied
Petroleum Gas (LPG),Tarif Tenaga Listrik (TTL), dan Bahan Bakar
Minyak (BBM). Pada desember 2015 tingkat inflasi tersebut mengalami
penurunan kembali di angka 3,35%. Hal ini dipengaruhi oleh
menurunnya inflasi inti dan juga komponen harga diatur pemerintah
(Bank Indonesia).
6. Perkembangan Kurs Rupiah (IDR/ USD)
Menurut Karim (2007) nilai tukar uang mempresentasikan tingkat
harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan
66
digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan
internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka
pendek antar negara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-
batas hukum.
Nilai tukar mata uang tidak hanya ditentukan oleh kondisi dan
kebijakan ekonomi di dalam negeri, tetapi juga kondisi perekonomian
negara lain yang menjadi mitra dagangnya serta kondisi non-ekonomi
seperti keamanan dan kondisi politik. Terdepresiasinya nilai rupiah
terhadap dolar AS memang bukan hal yang baru dalam sejarah kurs
rupiah. Namun, yang membuat fenomenal adalah nilai tukar rupiah
terhadap dolar sudah mencapai 13.000. Untuk memperbaiki kondisi
tersebut, pemerintah telah bekerjasama dengan Bank Indonesia untuk
menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap asing yang dampaknya akan
dapat terlihat langsung maupun tidak. Selain nilai rupiah yang dianggap
sudah tidak wajar, kurun waktu melemahnya pun patut diperhatikan.
67
Gambar 4. 6
Perkembangan Kurs (IDR/USD) Jan 2011 s.d Des 2015
Sumber: Bank Indonesia (BI)
Berdasarkan Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa nilai tukar rupiah
terhadap dollar yang tertinggi terjadi pada September 2015 mencapai
14.657. Dari periode Mei 2011 sampai dengan periode Desember 2015.
Terlihat bahwa setiap bulannya dari bulan Mei 2011 sampai dengan
akhir tahun 2013 nilai tukar IDR/USD melemah dan sebaliknya nilai
tukar USD/IDR menguat. Kenaikan yang cukup tinggi terjadi di bulan
Agustus 2013 disinyalir karena penguatan pasar luar negri tehadap dalam
negeri sehingga pasar dalam negeri tak sanggup menahan derasnya aliran
barang dan jasa yang masuk kedalam negeri. Nilai rupiah terapresiasi
pada bulan Oktober 2014. Setelah itu, rupiah terus melemah hingga akhir
periode 2015 yang menyentuh angka Rp 13.795 per dolarnya.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
Jan
-11
Ap
r-1
1
Jul-
11
Okt
-11
Jan
-12
Ap
r-1
2
Jul-
12
Okt
-12
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Okt
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Okt
-15
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Okt
-15
Nilai Tukar Rupiah
68
B. Analisis Uji Ekonometrik
a. Uji Stasioneritas Data
Asumsi data yang stasioner merupakan syarat pertama
pengaplikasian dalam mengolah data time series yaitu dengan uji akar
unit (unit root test). Data yang tidak stasioner dapat menghasilkan regresi
yang lancung (spurious regression) yaitu regresi yang menggambarkan
hubungan dua variabel atau lebih yang terlihat signifikan secara statistik
padahal kenyatannya tidak. Data yang digunakan dalam penelitian ini
berpotensi tidak stasioner karena adanya unit root pada tingkat level,
maka harus diadakan uji stasioneritas. Uji stasioneritas data dalam
penelitian ini menggunakan Software Eviews, panduan yang diambil
adalah jika nilai ADF lebih besar dari nilai kritis, maka menerima Ho
yang berarti terdapat akar unit dan tidak stasioner sebaliknya jika nilai
ADF lebih kecil dari nilai kritis (5%), maka menolak Ho yang berarti
tidak ada akar unit dan stasioner. Jika data stasioner maka VAR dapat
digunakan akan tetapi jika tidak stasioner maka ada dua pilihan yaitu
menggunakan VAR dalam bentuk first diference atau VECM.
Tabel 4. 1
Uji Stasioneritas Data Tingkat Level
Variabel
ADF test
ADF Mckinnon
Critical Value
(5%)
Keterangan
JII -2.264876 -2.911730 Tidak Stasioner
Ln_Emas -5.928930 -2.911730 Stasioner
Minyak 0.586702 -2.911730 Tidak Stasioner
Ln_Jub -1.991300 -2.913549 Tidak Stasioner
Inflasi -2.343917 -2.912631 Tidak Stasioner
Kurs -0.093235 -2.911730 Tidak Stasioner
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
69
Sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1 variabel Ln_Emas telah
stasioner pada tingkat level. Sementara itu variabel JII, Minyak,
Ln_JUB, Inflasi, Kurs tidak stasioner pada tingkat level. Untuk
mendapatkan data stasioner, perlu dilakukan uji ADF pada tingkat first
difference. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa seluruh variabel dalam
penelitian telah stasioner pada tingkat differensi pertama.
Tabel 4. 2
Uji Stasioneritas Data Tingkat Differensi Pertama
Variabel
ADF test
ADF Mckinnon
Critical Value
(5%)
Keterangan
JII -7.710185 -2.912631 Stasioner
Ln_Emas -8.810746 -2.913549 Stasioner
Minyak -6.241556 -2.912631 Stasioner
Ln_Jub -7.101083 -2.913549 Stasioner
Inflasi -5.019929 -2.912631 Stasioner
Kurs -8.781658 -2.912631 Stasioner
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Pada pengujian stasioneritas data, seluruh variabel diketahui bahwa
JII, Ln_Emas, Minyak, Ln_JUB, Inflasi, Kurs telah stasioner pada
tingkat differensi pertama karna nilai ADF test lebih besar nilai ADF
Mckinnon Critical Value. Hasil tes ini menolak hipotesis nol bahwa
stasioner terjadi setelah data dilakukan first order difference (lag satu).
b. Uji Lag Lenght
Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah
penentuan lag optimal, Harris (1995;65) dalam Ajija Shochrul R,dkk
(2011:166) menjelaskan bahwa jika lag yang digunakan dalam uji
stasioneritas terlalu sedikit, maka residual dari regresi tidak akan
menampilkan white noise sehingga model tidak dapat mengestimasi
70
actual error secara tepat. Dalam melakukan penentuan lag optimal, kita
tentukan pula kriteria yang mempunyai final prediction error corection
(FPE) atau jumlah dari AIC, SIC, dan HQ yang paling kecil di antara
berbagai lag yang diajukan.
Tabel 4. 3
Penentuan Lag Length
Lag LR FPE AIC SC HQ
0 NA 3.07e+08 36.56901 36.78799 36.65369
1 524.0183 20787.77* 26.96105
28.49393*
27.55383*
2
54.21038* 22177.31 26.97942 29.82619 28.08029
3 39.56811 30944.77 27.18940 31.35005 28.79836
4 38.67490 40639.45 27.20933 32.68387 29.32638
5 43.38819 39239.47 26.71058* 33.49901 29.33572
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa penentuan lag optimal
yang disarankan oleh Software Eviews ekonometrik adalah pada lag 1.
Penentuan lag optimal ini kemudian digunakan pada pengujian
Kausalitas Granger.
c. Uji Kausalitas Granger
Menurut Ajija Shochrul R., dkk (2011) Metode yang digunakan
untuk menganalisis hubungan kausalitas antar variabel yang diamati
adalah dengan Uji Kausalitas Granger, metode ini digunakan untuk
melihat dan menganalisis hubungan kausalitas antara variabel yang
diamati dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, uji kausalitas Granger
digunakan untuk melihat arah hubungan di antara variabel – variabel JII,
EMAS, MINYAK, JUB, INFLASI, dan KURS.
71
Tabel 4. 4
Uji Kausalitas Granger Antara JII dan LN_EMAS
Null Hypotesis Obs F-Statistic Prob.
LN_EMAS does not Granger Cause JII 58
0.64594 0.5282
JII does not Granger Cause LN_EMAS 4.16318 0.0209
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa terjadi
hubungan kausalitas antara variabel JII dengan variabel EMAS. Hal ini
dapat dibuktikan dengan melihat nilai probabilitasnya yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai α = 5%. Dalam perekonomian bahwa antara
JII dan EMAS bersinergi dalam meningkatkan iklim investasi di
Indonesia, khususnya di pasar modal syariah. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wicaksono (2010),
Elsyafa Azizun Nisa (2013) dan Roisonso Immanuel (2015). Hasil
penelitian ini menyebutkan bahwa perubahan nilai yang terjadi pada
emas maka akan mempengaruhi pula perubahan nilai indeks harga saham
JII. Hal ini menandakan bahwa investor menggunakan faktor dari harga
emas dunia sebagai tolok ukur untuk membuat sebuah keputusan
berinvestasi pada saham di BEI secara parsial.
Tabel 4. 5
Uji Kausalitas Granger Antara Variabel JII dan MINYAK
Null Hypotesis Obs F-Statistik Prob.
MINYAK does not Granger Cause JII 58 0.18998 0.8275
JII does not Granger Cause MINYAK 1.87769 0.1630
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan kausalitas antara variabel JII dengan variabel MINYAK. Hal
ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar dibandingkan
72
dengan nilai α = 5%. Hal tersebut juga dapat dilihat dalam perekonomian
bahwa harga minyak yang cenderung tidak stabil tidak mempengaruhi
secara langsung pertumbuhan kapitalisasi indeks syariah di pasar modal
syariah hal ini yang menyebabkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas
antara variabel inflasi dengan variabel JII.
Tabel 4. 6
Uji Kausalitas Granger Antara Variabel JII dan LN_JUB
Null Hypotesis Obs F-Statistik Prob.
LN_JUB does not Granger Cause JII 58
0.79225 0.4581
JII does not Granger Cause LN_JUB 2.66626 0.0788
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa terjadi
hubungan kausalitas antara variabel JII dengan variabel JUB. Hal ini
dapat dibuktikan dengan melihat nilai probabilitasnya yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai α = 5%. Dalam perekonomian bahwa antara
JII dan JUB bersinergi dalam meningkatkan iklim investasi di Indonesia,
khususnya di pasar modal syariah. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan (Mohamad, 2006:210) jumlah uang beredar (money
supply) merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang bisa
mempengaruhi pergerakan harga saham. Tren penurunan dan
peningkatan bunga mempengaruhi pergerakan harga saham dikarenakan
adanya hubungan negatif antara suku bunga dengan return portofolio.
Tingkat suku bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga
saham, dimana kenaikan suku bunga juga membuat investor lebih tertarik
untuk berinvestasi pada tabungan atau deposito. Hal ini menandakan
bahwa investor menggunakan faktor dari jumlah uang beredar sebagai
73
tolok ukur untuk membuat sebuah keputusan berinvestasi pada saham di
BEI secara parsial.
Tabel 4. 7
Uji Kausalitas Granger Antara Variabel JII dan INFLASI
Null Hypotesis Obs F-Statistic Prob.
JII does not Granger Cause INFLASI 58
2.47319 0.0940
INFLASI does not Granger Cause JII 0.64312 0.5297
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui tidak terdapat hubungan
kausalitas antara variabel JII dengan variabel INFLASI. Hal ini dapat
dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar dibandingkan dengan
nilai α = 5%. Hal tersebut juga dapat dilihat dalam perekonomian bahwa
inflasi yang cenderung tidak stabil tidak mempengaruhi secara langsung
pertumbuhan kapitalisasi indeks syariah di pasar modal syariah hal ini
yang menyebabkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara variabel
inflasi dengan variabel JII.
Tabel 4. 3
Uji Kausalitas Granger Antara Variabel JII dan KURS
Null Hypotesis Obs F-Statistic Prob.
KURS does not Granger Cause JII 58
0.11204 0.8942
JII does not Granger Cause KURS 3.63344 0.0332
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa terjadi
hubungan kausalitas antara variabel JII dengan variabel KURS. Hal ini
dapat dibuktikan dengan melihat nilai probabilitasnya yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai α = 5%. Dalam perekonomian bahwa antara
JII dan KURS keduanya merupakan variable makro, keduanya saling
bersinergi dalam meningkatkan iklim investasi di Indonesia, khususnya
74
di pasar modal syariah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wicaksono (2010), Rusbariandi
dkk (2012), Elsyafa Azizun Nisa (2013) dan Roisonso Immanuel (2015).
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa perubahan nilai yang terjadi
pada kurs rupiah maka akan mempengaruhi pula perubahan nilai indeks
harga saham JII. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang ada.
Hal ini menandakan bahwa investor menggunakan faktor nilai tukar
rupiah sebagai tolok ukur untuk membuat sebuah keputusan berinvestasi
pada saham di BEI secara parsial.
d. Uji Derajat Kointegrasi
Setelah dilakukan uji stasioneritas data pada seluruh variabel dan
diyakini bahwa seluruh variabel tersebut telah stasioner dan memiliki
derajat yang sama. Maka langkah selanjutnya diakukan uji kointegrasi
untuk melihat hubungan jangka panjang dari model tersebut.
Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau
ekuilibrium antar variabel-variabel tersebut yang tidak stasioner. Namun
kombinasi linier antara variabel tersebut menjadi stasioner. Dalam
penelitian ini, pengujian hubungan kointegrasi menggunakan metode
Johansen Cointegration Test. Semua variabel telah stasioner pada tingkat
first difference, sedangkan variabel emas telah stasioner di tingkat level.
Dengan demikian H0 = non kointegrasi dengan hipotesis alternatifnya
H1 = kointegrasi. Jika Trace Statistic > Critical Value, maka tolak H0
atau terima H1 yang artinya terjadi Kointegrasi.
75
Tabel 4. 9
Uji Derajat Kointegrasi
Variabel Index Trace
Statistik
Critical
Value Keterangan
Ln_Emas, Minyak,
Ln_Jub Inflasi, Kurs JII 127.0818 117.7082
Terdapat
Kointegrasi
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa uji kointegrasi melalui uji
Johansen Cointegration Test dengan menggunakan taraf nyata 5%
terdapat persamaan yang terkointegrasi. Dengan demikian H0 =
nonkointegrasi dengan hipotesis alternatifnya H1 = kointegrasi. Jika
Trace statistic > Critical Value, maka tolak H0 atau terima H1 yang
artinya terjadi kointegrasi (Firdaus 2011). Penelitian ini dilanjutkan
dengan menggunakan model Vector Error Correction Model (VECM).
e. Hasil Estimasi VECM
Setelah dilakukan pengujian kointegrasi pada sistem VAR,
dibuktikan bahwa semua persamaan dalam penelitian ini terkointegrasi
dan dapat dilanjutkan dengan menggunakan model VECM. Model
VECM memberikan output estimasi utama yaitu mengukur cointegrating
atau keseimbangan hubungan jangka pendek dan jangka panjang antar
variabel, serta mengukur error-correction atau kecepatan variabel-
variabel tersebut dalam bergerak menuju keseimbangan jangka
panjangnya (Besimi dan Adennt dalam Firdaus 2011).
Untuk melihat apakah variable Y mempengaruhi variabel X dan
demikian pula sebaliknya, kita dapat mengetahuinya dengan cara
membandingkan nilai t-statistic hasil estimasi dengan nilai t-tabel. Jika
76
nilai t-statistic lebih besar daripada nilai t tabelnya, maka dapat dikatakan
bahwa variabel Y mempengaruhi variabel X.
Tabel 4. 10
Hasil Analisis VECM
Jangka Panjang
Variabel Koefisien t-Tabel t-Statistik Hasil
DJII(-1) 1.000000 1.67109 1.000000 Signifikan
DLN_EMAS(-1) 263.7617 1.67109 3.80229 Signifikan
DMINYAK(-1) 2.927211 1.67109 2.94017 Signifikan
DLN_JUB(-1) -693.5927 1.67109 -3.51463 Signifikan
DINFLASI(-1) -29.16582 1.67109 -2.18588 Signifikan
DKURS(-1) 0.112591 1.67109 3.78667 Signifikan
Jangka Pendek
Variabel Koefisien t-Tabel t-Statistik Hasil
CointEq1 -0.045044 1.67109 -1.02398 Tidak
Signifikan
D(DJII(-1)) -0.029249 1.67109 -0.19226 Tidak
Signifikan
D(DLNEMAS(-
1)) 13.92648 1.67109 1.33388
Tidak
Signifikan
D(DMINYAK(-
1)) 0.143210 1.67109 0.25776
Tidak
Signifikan
D(DLNJUB(-1)) 324.6270 1.67109 1.08194 Tidak
Signifikan
D(DINFLASI(-1)) -6.815315 1.67109 -1.26027 Tidak
Signifikan
D(DKURS(-1)) -0.008108 1.67109 -0.69820 Tidak
Signifikan
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Berdasarkan dengan hasil tabel 4.10 diatas hasil estimasi VECM,
dalam jangka pendek yaitu variabel independent tidak mempengaruhi
nilai Jakarta Islamic Index (JII) karena nilai t-statistik lebih kecil dari
nilai t-tabelnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil estimasi nilai t-
statistic harga emas dunia bernilai 1.33388 < 1.67109, harga minyak
dunia bernilai 0.25776 < 1.67109, jumlah uang beredar bernilai 1.08194
77
< 1.67109, inflasi yang bernilai -1.26027< 1.67109, dan kurs rupiah
bernilai -0.69820 < 1.67109.
Dalam jangka panjang bahwa Harga Emas Dunia, Harga Minyak
Dunia, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, dan Kurs Rupiah mempengaruhi
variabel JII, yang berarti t-statistik lebih besar dari nilai t-tabelnya. Hal
ini dapat dibuktikan dengan hasil estimasi nilai t-statistic harga emas
dunia bernilai 3.80229 > 1.67109, harga minyak dunia bernilai 2.94017
> 1.67109, Jumlah uang beredar bernilai -3.51463, inflasi yang bernilai
-2.18588 > 1.67109, dan kurs rupiah bernilai 3.78667> 1.67109.
Berdasarkan hasil estimasi model dapat diketahui:
1. Harga Emas Dunia dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap
JII sedangkan dalam jangka panjang Harga Emas Dunia berpengaruh
positif terhadap JII.
2. Harga Minyak Dunia dalam jangka pendek tidak berpengaruh
terhadap JII sedangkan dalam jangka panjang inflasi berpengaruh
positif terhadap JII.
3. Jumlah Uang Beredar dalam jangka pendek tidak berpengaruh
terhadap JII sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh negatif
terhadap JII.
4. Inflasi dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap JII sedangkan
dalam jangka panjang berpengaruh positif terhadap JII.
5. Kurs Rupiah dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap JII
sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh negatif terhadap JII.
78
f. Impulse Response Function (IRF)
Langkah selanjutnya adalah melakukan uji Impulse Response
Function (IRF), uji IRF ini berfungsi untuk menggambarkan ekspektasi
k-periode ke depan dari kesalahan prediksi suatu variabel akibat inovasi
dari variabel lain. Jadi, lamanya pengaruh dari shock suaru variabel
terhadap variabel lain sampai pengaruhnya hilang atau kembali ke titik
keseimbangan dapat dilihat (Ajija Shochrul R., 2011).
Tabel 4. 11
Nilai Impulse Response Jakarta Islamic Index (JII)
Period DJII DLN_EMAS DMINYAK
1 26.17805 0.000000 0.000000
2 25.30815 1.361986 0.064022
3 24.24839 -1.480831 -0.499420
4 23.04389 -1.955254 -0.435147
5 22.47853 -2.187304 -0.417419
6 22.37703 -2.201906 -0.435712
7 22.39723 -2.066837 -0.416916
8 22.45551 -2.043054 -0.426627
9 22.49109 -2.006427 -0.423091
10 22.50503 -2.007040 -0.424517
Period DLN_JUB DINFLASI DKURS
1 0.000000 0.000000 0.000000
2 4.104272 -3.874114 -2.863210
3 4.151717 -5.879469 -1.619789
4 4.902526 -3.760703 -2.771857
5 4.284753 -2.663107 -2.344120
6 4.117561 -2.059164 -2.533073
7 4.010689 -1.871600 -2.471552
8 3.965077 -1.929339 -2.460091
9 3.987431 -1.972240 -2.466184
10 3.990588 -2.019943 -2.455493
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Hasil IRF pada gambar 4.11 menunjukan respon JII terhadap
guncangan harga emas mengalami respon negatif pada peiode ke-3
sebesar -1,5% dan mengalami kenaikan sampai periode ke-6 sebesar
79
2.2%. Dan menurun hingga periode akhir di 2.0%. Respon JII terhadap
guncangan Harga Minyak mengalami respon yang positif pada peiode
ke-2 sebesar 0.06%. kenaikan yang terjadi pada periode ke-3 mencapai -
0.5%. Pada periode ke-4 dan seterusnya terjadi respon secara negatif dan
cenderung menurun.
Respon positif JII terhadap jumlah uang yang beredar berlangsung
sejak bulan pertama, mengalami kenaikan sampai periode ke-4 sebesar
4,9% dan berlanjut hingga mencapai puncaknya pada bulan ke-10
mengalami penurunan sebesar 1%. Saat terjadi guncangan pada tingkat
inflasi, pada bulan pertama JII merespon positif, kemudian pada bulan
ke-2 direspon negatif dan terus berfluktuasi sampai bulan ke-10.
Guncangan yang terjadi pada Kurs direspon negatif oleh JII pada bulan
ke-2 dan terus mengalami fluktusasi sampai periode ke-10, barulah
setelah itu kondisi respon JII relatif stabil dalam respon negatif.
g. Forecast Error Variance Decomposition
Forecast Error Variance Decomposition atau yang biasa disebut
juga Variance Decomposition merupakan perangkat pada model VAR
yang akan memisahkan variasi dari sejumlah variabel yang diestimasi
menjadi komponen – komponen shock atau menjadi variabel innovation,
dengan asumsi bahwa variabel – variabel innovation tidak saling
berkorelasi. Kemudian, variance decomposition akan memberikan
informasi mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock pada
80
sebuah variabel terhadap shock variabel lainnya pada periode saat ini dan
periode yang akan datang.
Tabel 4. 12
Variance Decomposition
Sumber: Data diolah dengan Eviews 8.0
Pada varibel DEMAS sendiri terhadap DJII selalu mengalami
peningkatan dari awal periode. Pada periode pertama DJII dipengaruhi
sebesar 0,1% dan ditutup pada akhir periode ke 10 sebesar 0,6%. Hal
tersebut diikuti oleh variabel DMINYAK terhadap DJII selalu
mengalami peningkatan, namun diawali pada periode ke 4 sebesar 0,01%
sampai periode ke-10 DMINYAK ditutup dengan pengaruh sebesar
0,03%.
Period SE DJII DLN_EMAS DMINYAK
1 26.17805 100.0000 0.000000 0.000000
2 36.98248 96.93568 0.135629 0.000300
3 44.86155 95.09173 0.201130 0.012597
4 50.92596 94.26807 0.303491 0.017077
5 55.98787 94.11226 0.403720 0.019687
6 60.56420 94.07831 0.477194 0.022000
7 64.80587 94.11040 0.518486 0.023353
8 68.80337 94.14429 0.548162 0.024563
9 72.59359 94.16907 0.568808 0.025462
10 76.20071 94.18720 0.585605 0.026212
Period DLN_JUB INFLASI KURS
1 0.000000 0.000000 0.000000
2 1.231630 1.097369 0.599397
3 1.693456 2.463377 0.537708
4 2.240895 2.456948 0.713523
5 2.439694 2.259012 0.765631
6 2.547148 2.046119 0.829227
7 2.607638 1.870445 0.869679
8 2.645543 1.738044 0.899403
9 2.678209 1.635102 0.923349
10 2.704909 1.554232 0.941839
81
Variabel DJUB terhadap DJII mengalami peningkatan berawal dari
periode-2 sebesar 1,2%. dan terus mengalami kenaikan hingga periode-
10 sebesar 2,7%. Namun pada varibel DINFLASI terhadap DJII selalu
mengalami penurunan, diawali pada periode ke-3 sebesar 2,5% sampai
period eke 10 DINFLASI ditutup dengan pengaruh sebesar 1,6%.
Sedangkan pengaruh variabel DKURS terhadap DJII mengalami
peningkatan berawal dari periode ke-2 sebesar 0,6%. Dan terus
mengalami kenaikan hingga periode ke-10 sebesar 0,9%.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan VAR (vector autoregresion) dan
VECM (vertor error correction model) mengenai pengaruh index regional,
harga komoditas dunia, dan variabel makroekonomi terhadap Jakarta Islamic
Index periode Januari 2011 sampai 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil estimasi model dapat diketahui:
1. Dalam jangka pendek Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia, Jumlah
Uang Beredar, Inflasi dan Kurs Rupiah tidak berpengaruh terhadap JII
2. Dalam jangka panjang Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia, dan
Kurs Rupiah pengaruh positif terhadap JII. Sedangkan Jumlah Uang
Beredar, dan Inflasi dalam jangka panjang memilki pengaruh negatif
terhadap JII.
3. Berdasarkan analisis Impulse Response Function, variabel JUB dan
INFLASI yang memilki guncangan (shocks) yang paling besar
dibandingkan dengan variabel lainnya terhadap variabel JII. Varibel JUB
sendiri terhadap JII mengalami fluktuatif. Pada periode pertama JII
dipengaruhi sebesar 4,1% dan ditutup pada akhir periode ke 10 sebesar
4,0%. Hal tersebut diikuti oleh variabel INFLASI terhadap JII namun
pengaruh negatif diawali pada periode ke 2 sebesar 3,9% sampai
periodeke 10 DINFLASI ditutup dengan pengaruh sebesar 2,0%. Dengan
demikian maka pada hipotesis ketiga dapat diterima karena sekurang-
83
kurangnya terdapat dua variabel yang memberikan guncangan (shock)
antara variabel EMAS. MINYAK, JUB, INFLASI, dan KURS tehadap
variabel JII.
Hasil FEVD menunjukkan bahwa hingga akhir periode variabel
makroekonomi global yang berkontribusi terbesar pertama adalah harga
emas dunia 0.58%, kemudian harga minyak dunia 0.02%. Sedangkan
pada variabel makroekonomi domestik, jumlah uang beredar mendapati
porsi terbesar daripada inflasi dan kurs rupiah yaitu sebesar 2.91%,
sedangkan inflasi 2.46% dan kurs rupiah 0.94%.
B. Implikasi
Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis
variabel eksogen yaitu Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia, Jumlah
Uang Beredar, Inflasi, dan Kurs Rupiah terhadap variabel endogen yaitu
Jakarta islamic Index (JII) pada periode Januari 2011- Desember 2015. Agar
dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif maka
ada beberapa rekomendasi bagi pengambil kebijakan, investor, dan peneliti
selanjutnya maka penulis menyarankan beberapa hal:
Pertama, berdasarkan hasil estimasi VECM jangka panjang
berpengaruh signifikan dan positif . Hal ini harus lebih dicermati oleh otoritas
kebijakan moneter (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai
antisipasi dan dampak inovasi perubahan dari harga emas dunia, harga
minyak dunia, jumlah uang beredar, inflasi dan kurs rupiah terhadap
instrumen keuangan syariah termasuk.
84
Kedua, berdasarkan hasil penelitian bahwa semua variabel yang
diamati signifikan memengaruhi JII dan hasil IRF memperlihatkan respon JII
yang cukup fluktuatif terhadap guncangan variabel makroekonomi dan
barang komoditas. Berdasarkan hasil IRF Jumlah uang Beredar mengambil
porsi terbesar dalam memengaruhi pergerakan JII. Oleh karena itu dibutuhkan
peran pemerintah yang lebih cermat dalam menjaga kestabilan
makroekonomi Indonesia serta dibutuhkan peran penyelenggara bursa (BEI)
pada upaya meningkatkan kualitas dan kapasitas investor domestik.
Ketiga, bagi peneliti selanjutnya perlu menambahkan variabel lain
yang relevan memengaruhi indeks JII serta dengan periode pengamatan yang
lebih panjang.
85
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adiningsih, Sri dkk. 1998. Perangkat Analisis dan Teknik Analisis Investasi
di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: P.T. Bursa Efek Jakarta.
Ansori, Abdul Ghofur. 2008. Penerapan Prinsip Syari’ah. Cet. Pertama.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ajija, Shochrul Rohmatul, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews.
Jakarta: Salemba Empat.
Billah, Mohd Mas‟ud. 2009. Penerapan Hukum Dagang dan Keuangan
Islam. Jakarta:Sweet & Maxwell Asia.
Bodie, Z., Kane, A. & Marcus. A.J... 2006. Investasi, Alih Bahasa oleh
Zuliani Dalimunthe dan Budi Wibowo, Salemba Empat, Jakarta
Darmadji, Tjipjono Dan Heady, M. Fakhruddin, 2006. Pasar Modal di
Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. PT. Salemba Empat. Jakarta
Dipraja, Sholeh. 2011. Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal gede?,
Jakarta: Tangga Pustaka.
Dornbusch, R. dan Fisher, S., 2004. Macroekonomi, Edisi Keempat, Alih
Bahasa Mulyadi, JA. Penerbit Erlangga, Jakarta
Dunia, Firdaus A. 2005. Pengantar Akuntansi, Buku Satu, Edisi 2. Penerbit :
Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. 2007. Investasi Pada Pasar
Modal Syariah. Jakarta: Kencana.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Keuangan. Cetakan Kesatu. Bandung
:Alfabeta.
Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series:
IPB Press, Bogor.
Jogiyanto. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kelima.
Yogyakarta: BPFE
Karim, Adiwarnan. 2008. Ekonomi Makro Islami. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro (Alih bahasa:
Chriswan Sungkono). Jakarta: Salemba Empat.
86
Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan
Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Lembaga Penerbit
FEUI. Jakarta.
Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro, Jakarta, PT. Refika Aditama.
Nadjib, Muhammad dkk. 2008. Investasi Syariah; Implementasi Konsep pada
Kenyataan Empirik, Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah. Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Samuelson, Paul A. Dan Norddhaus William D. 1992. Makro Ekonomi.
Jakarta :Erlangga
Siamat, Dahlan. (2004). Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi ke-4, Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sukirno, Sadono 2006. Makro Ekonomi : Teori Pengantar ed-3. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
----------------------------. 2010. Makroekonomi Modern. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Sunariyah. 2006. Pengetahuan Pasar Modal, Edisi 5. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN
Sutedi, Adrian. 2011. Pasar Modal Syari’ah; Sarana Investasi Keuangan
Berbasis Syariah. Cet. Pertama. Jakarta: Sinar Grafika
Tanjung, Hendri, devi Abrista. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam,
Jakarta: Gramata Publishing.
Tandelilin, Eduardus. 2001 Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Yogyakarta: BPFE.
B. Penelitian/Jurnal
Auliyah, Robiatul dan Ardi, Hamzah. 2006. Analisa Karakteristik
Perusahaan Industri dan Ekonomi Makro Terhadap Return dan Beta
Saham Syariah di BEJ. Universitas Trunojoyo.
Budi, Frensidy. 2009. Analisis Pengaruh Aksi Beli-Jual Asing, Kurs, Dan
Indeks Hang Seng Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di
Bursa Efek Jakarta Dengan Model Garch. Lektor Kepala Tetap dan
Ketua Program Ekstensi Akuntansi FEUI.
Cologni, A and M. Manera. (2008). Oil Prices, Inflation and Interest Rates in
a Structural Cointegrated VAR Model for the G-7 Countries. Energy
Economics (30). pp. 856–888.
87
Hayati, Nurmala. 2011. “Pengaruh Inflasi, Kurs, Suku Bunga, Serta Harga
Minyak Dunia, terhadap Jakarta Islami Index periode 2003-2010.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Huda, Nurul. 2006. “Kinerja Pasar Modal Syariah Indonesia; Suatu Kajian
terhadap Saham Syariah,” makalah disampaikan dalam diskusi
bulanan IAEI, FE Yarsi.
Irfan, Purnawan 2014. Analisis Pengaruh Makroekonomi Domestik Dan
Makroekonomi Global Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) Periode 2011-2014. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bogor.
Khan, Abdul Aleem. 2009. Determinants Of Recent Inflation In Pakistan.
Social Policy and Development Center. Karachi
Mauliano, Deddy Azhar. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia. Universitas Gunadarma.
Nizar, Muhammad Afdi. 2012. Dampak Fluktuasi Harga Minyak Dunia
Terhadap Perekonomian Indonesia. Jakarta: Pusat Kebijakan
Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan-RI.
Pakasi Alfred (5dese2008 Dampak Krisis Keuangan Terhadap Ekonomi
Indonesia Dan Solusi Portofolion Management.
Pasaribu Pananda. Wilson R.L Tobing, dan Adler. 2008. Pengaruh Variabel
Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal
Keuangan.
Rusbariandi, Septian P. 2012. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Harga
Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Dan Kurs Rupiah Terhadap
Jakarta Islamic Indexdi Bursa Efek Indonesia (Periode Januari 2005–
Maret 2012). Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Riantani Suskim dan Maria Tambunan. 2012. Analisis Pengaruh Variabel
Makroekonomi dan Indeks Global Terhadap Return Saham. Jurnal:
SEMANTIK.
Qianqian, Zhang. 2010. The Impact of International Oil Price Fluctuation on
China’s Economy. School of Economics and Management, Wuhan
University. China
Wastriati 2012. Analisis Pengaruh Makroekonomi Terhadap Nilai Jakarta
Islamic Index periode 2003-2009. Skripsi Sarjana pada FEB UIN
Jakarta.
88
Witjaksono, Ardian Agung. 2010. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga
SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks
Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG (studi kasus pada
IHSG di BEI selama periode 2000-2009).” Universitas Diponegoro:
Semarang.
C. Situs Website
www.dunia.investasi.com
www.bi.go.id
www.opec.org
www.kitco.com
www.idx.co.id
www.ojk.go.id
www.bisnis.com
www.amazine.com
http://www.sgberjangka.com/index.php/MengenalEmasLocoLondon.html
89
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data penenlitian (data mentah) Tahun JII MINYAK EMAS JUB INFLASI KURS
Jan-11 477,51 95,53 135640 2436678,95 7,02% 9047
Feb-11 496,87 108,5 137272 2420191,14 6,84% 8986
Mar-11 502,42 111,42 142401 2451356,92 6,65% 8983
Apr-11 528,76 120,35 147381 2434478,39 6,16% 9399
Mei-11 529,41 111,2 151044 2475285,98 5,98% 9210
Jun-11 536,04 107,5 152866 2522783,81 5,54% 9270
Jul-11 567,12 112,18 157281 2564556,13 4,61% 9384
Agu-11 520,49 111,4 175581 2621345,74 4,79% 8947
Sep-11 492,3 101,57 177188 2643331,45 4,61% 8657
Okt-11 537,51 107,12 166521 2677786,93 4,42% 9395
Nov-11 520,49 110,38 173898 2729538,27 4,15% 9130
Des-11 537,03 106,84 165231 2877219,57 3,79% 9250
Jan-12 562,54 111,21 166512 2857126,93 3.65 % 9000
Feb-12 566,75 120,79 174262 2852004,94 3.56 % 9085
Mar-12 584,06 120,89 167377 2914194,47 3.97 % 9180
Apr-12 575,09 117,2 165007 2929610,37 4.50 % 9190
Mei-12 525,05 101,06 158550 2994474,39 4.45 % 9565
Jun-12 544,19 92,99 159670 3052786,1 4.53 % 9480
Jul-12 573,73 102,22 159391 3057335,75 4.56 % 9485
Agu-12 569,94 111,17 162603 3091568,49 4.58 % 9560
Sep-12 600,84 109,68 174445 3128179,27 4.31 % 9588
Okt-12 619,27 106,16 174701 3164443,15 4.61 % 9615
Nov-12 588,78 108,59 172114 3207908,29 4.32 % 9605
Des-12 594,79 107,76 168853 3307507,55 4.30 % 9670
Jan-13 604,61 112,3 167095 3268789,15 4.57 % 9698
Feb-13 645,22 108,62 162759 3280420,25 5.31 % 9667
Mar-13 660,34 107,23 159286 3322528,96 5.90 % 9719
Apr-13 682,69 100,65 148508 3360928,07 5.57 % 9722
Mei-13 676,58 98,78 141350 3426304,92 5.47 % 9802
Jun-13 660,17 100,78 134236 3413378,66 5.90 % 9929
Jul-13 623,75 104,97 128672 3506573,6 8.61 % 10278
Agu-13 592 111,55 14710 3502419,8 8.79 % 10924
Sep-13 585,59 105,61 134880 3584080,54 8.40 % 11613
Okt-13 615,71 106,75 131618 3576869,35 8.32 % 11234
Nov-13 579,87 107,07 127582 3615972,96 8.37 % 11977
Des-13 585,11 107,94 122540 3730197,02 8.38 % 12189
Jan-14 602,87 104,45 124480 3652349,28 8.22 % 12226
Feb-14 626,86 105,92 130097 3643059,46 7.75 % 11634
Mar-14 640,41 104,08 133608 3660605,98 7.32 % 11404
Apr-14 647,67 103,95 129900 3730376,45 7.25 % 11532
Mei-14 656,83 105,91 128753 3789278,64 7.32 % 11611
Jun-14 655 108,59 127910 3865890,61 6.70 % 11969
Jul-14 690,4 103,6 131097 3895981,2 4.53 % 11588
Agu-14 691,13 99,99 129599 3895374,36 3.99 % 11717
90
Sep-14 687,62 94,17 123882 4010146,66 4.53 % 12212
Okt-14 670,44 81,97 122249 4024488,87 4.83 % 12082
Nop-14 683,02 68,89 117630 4076669,88 6.23 % 12196
Des-14 691,04 52 120229 4173326,5 8.36 % 12440
Jan-15 706,68 44,83 125185 4174825,91 6,96% 12625
Feb-15 722,1 56,83 122719 4218122,76 6,29% 12863
Mar-15 728,2 51,06 117863 4246361,19 6,38% 13084
Apr-15 664,8 62,21 119791 4275711,11 6,79% 12937
Mei-15 698,07 60,47 119905 4288369,26 7,15% 13211
Jun-15 656,99 58,79 118150 4358801,51 7.26 % 13332
Jul-15 641,97 50,51 113004 4373208,1 7.26 % 13481
Agu-15 598,28 47,01 111747 4404085,03 7.18 % 14027
Sep-15 556,09 43,58 112453 4508603,17 6.83 % 14657
Okt-15 586,1 43,66 115925 4443078,08 6.25 % 13639
Nop-15 579,8 38,93 108570 4452324,65 4.89 % 13840
Des-15 603,35 31,27 106825 4546743,03 3.35 % 13795
91
Lampiran 2 Data setelah ditransformasikan ke Logarima Natural Tahun JII MINYAK LN_EMAS LN_JUB INFLASI KURS
Jan-11 477,51 95,53 11,82 14,71 7,02 9047
Feb-11 496,87 108,5 11,83 14,7 6,84 8986
Mar-11 502,42 111,42 11,87 14,71 6,65 8983
Apr-11 528,76 120,35 11,9 14,71 6,16 9399
Mei-11 529,41 111,2 11,93 14,72 5,98 9210
Jun-11 536,04 107,5 11,94 14,74 5,54 9270
Jul-11 567,12 112,18 11,97 14,76 4,61 9384
Agu-11 520,49 111,4 12,08 14,78 4,79 8947
Sep-11 492,3 101,57 12,08 14,79 4,61 8657
Okt-11 537,51 107,12 12,02 14,8 4,42 9395
Nov-11 520,49 110,38 12,07 14,82 4,15 9130
Des-11 537,03 106,84 12,02 14,87 3,79 9250
Jan-12 562,54 111,21 12,02 14,87 3,65 9000
Feb-12 566,75 120,79 12,07 14,86 3,56 9085
Mar-12 584,06 120,89 12,03 14,89 3,97 9180
Apr-12 575,09 117,2 12,01 14,89 4,5 9190
Mei-12 525,05 101,06 11,97 14,91 4,45 9565
Jun-12 544,19 92,99 11,98 14,93 4,53 9480
Jul-12 573,73 102,22 11,98 14,93 4,56 9485
Agu-12 569,94 111,17 12 14,94 4,58 9560
Sep-12 600,84 109,68 12,07 14,96 4,31 9588
Okt-12 619,27 106,16 12,07 14,97 4,61 9615
Nov-12 588,78 108,59 12,06 14,98 4,32 9605
Des-12 594,79 107,76 12,04 15,01 4,3 9670
Jan-13 604,61 112,3 12,03 15 4,57 9698
Feb-13 645,22 108,62 12 15 5,31 9667
Mar-13 660,34 107,23 11,98 15,02 5,9 9719
Apr-13 682,69 100,65 11,91 15,03 5,57 9722
Mei-13 676,58 98,78 11,86 15,05 5,47 9802
Jun-13 660,17 100,78 11,81 15,04 5,9 9929
Jul-13 623,75 104,97 11,77 15,07 8,61 10278
Agu-13 592 111,55 9,6 15,07 8,79 10924
Sep-13 585,59 105,61 11,81 15,09 8,4 11613
Okt-13 615,71 106,75 11,79 15,09 8,32 11234
Nov-13 579,87 107,07 11,76 15,1 8,37 11977
Des-13 585,11 107,94 11,72 15,13 8,38 12189
Jan-14 602,87 104,45 11,73 15,11 8,22 12226
Feb-14 626,86 105,92 11,78 15,11 7,75 11634
Mar-14 640,41 104,08 11,8 15,11 7,32 11404
Apr-14 647,67 103,95 11,77 15,13 7,25 11532
Mei-14 656,83 105,91 11,77 15,15 7,32 11611
Jun-14 655 108,59 11,76 15,17 6,7 11969
Jul-14 690,4 103,6 11,78 15,18 4,53 11588
Agu-14 691,13 99,99 11,77 15,18 3,99 11717
Sep-14 687,62 94,17 11,73 15,2 4,53 12212
Okt-14 670,44 81,97 11,71 15,21 4,83 12082
92
Nop-14 683,02 68,89 11,68 15,22 6,23 12196
Des-14 691,04 52 11,7 15,24 8,36 12440
Jan-15 706,68 44,83 11,74 15,24 6,96 12625
Feb-15 722,1 56,83 11,72 15,25 6,29 12863
Mar-15 728,2 51,06 11,68 15,26 6,38 13084
Apr-15 664,8 62,21 11,69 15,27 6,79 12937
Mei-15 698,07 60,47 11,69 15,27 7,15 13211
Jun-15 656,99 58,79 11,68 15,29 7,26 13332
Jul-15 641,97 50,51 11,64 15,29 7,26 13481
Agu-15 598,28 47,01 11,62 15,3 7,18 14027
Sep-15 556,09 43,58 11,63 15,32 6,83 14657
Okt-15 586,1 43,66 11,66 15,31 6,25 13639
Nop-15 579,8 38,93 11,6 15,31 4,89 13840
Des-15 603,35 31,27 11,58 15,33 3,35 13795
93
Lampiran 3 Uji Stasioneritas Data Tingkat Level
Null Hypothesis: JII has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.264876 0.1866
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LN_EMAS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.928930 0.0000
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: MINYAK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.586702 0.9882
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
94
Null Hypothesis: LN_JUB has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.991300 0.2898
Test critical values: 1% level -3.550396
5% level -2.913549
10% level -2.594521
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.343917 0.1621
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: KURS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.093235 0.9450
Test critical values: 1% level -3.546099
5% level -2.911730
10% level -2.593551
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
95
Lampiran 4 Uji Stasioneritas Data Tingkat Differensi Pertama
Null Hypothesis: D(JII) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.710185 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LN_EMAS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.810746 0.0000
Test critical values: 1% level -3.550396
5% level -2.913549
10% level -2.594521
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(MINYAK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.241556 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
96
Null Hypothesis: D(LN_JUB) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.101083 0.0000
Test critical values: 1% level -3.550396
5% level -2.913549
10% level -2.594521
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.019929 0.0001
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.781658 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
97
Lampiran 5 Uji Lag Lenght
VAR Lag Order Selection
Criteria
Endogenous variables: INFLASI KURS LN_EMAS
LN_JUB MINYAK JII
Exogenous variables: C
Date: 06/06/16 Time: 04:43
Sample: 1 60
Included observations: 55
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 -999.6478 NA 3.07e+08 36.56901 36.78799 36.65369
1 -699.4290 524.0183 20787.77* 26.96105 28.49393* 27.55383*
2 -663.9341 54.21038* 22177.31 26.97942 29.82619 28.08029
3 -633.7085 39.56811 30944.77 27.18940 31.35005 28.79836
4 -598.2565 38.67490 40639.45 27.20933 32.68387 29.32638
5 -548.5408 43.38819 39239.47 26.71058* 33.49901 29.33572
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5%
level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information
criterion
SC: Schwarz information
criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
98
Lampiran 6 Uji Kausalitas Granger
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 06/06/16 Time: 04:42
Sample: 1 60
Lags: 2
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
JII does not Granger Cause INFLASI 58 2.47319 0.0940
INFLASI does not Granger Cause JII 0.64312 0.5297
KURS does not Granger Cause INFLASI 58 0.06354 0.9385
INFLASI does not Granger Cause KURS 3.16456 0.0503
LN_EMAS does not Granger Cause INFLASI 58 0.54103 0.5853
INFLASI does not Granger Cause LN_EMAS 11.5632 7.E-05
LN_JUB does not Granger Cause INFLASI 58 1.62517 0.2065
INFLASI does not Granger Cause LN_JUB 0.49825 0.6104
MINYAK does not Granger Cause INFLASI 58 0.09077 0.9134
INFLASI does not Granger Cause MINYAK 0.56015 0.5745
KURS does not Granger Cause JII 58 0.11204 0.8942
JII does not Granger Cause KURS 3.63344 0.0332
LN_EMAS does not Granger Cause JII 58 0.64594 0.5282
JII does not Granger Cause LN_EMAS 4.16318 0.0209
LN_JUB does not Granger Cause JII 58 0.79225 0.4581
JII does not Granger Cause LN_JUB 2.66626 0.0788
MINYAK does not Granger Cause JII 58 0.18998 0.8275
JII does not Granger Cause MINYAK 1.87769 0.1630
LN_EMAS does not Granger Cause KURS 58 4.18588 0.0205
KURS does not Granger Cause LN_EMAS 2.35218 0.1050
LN_JUB does not Granger Cause KURS 58 3.01413 0.0576
KURS does not Granger Cause LN_JUB 1.41961 0.2509
MINYAK does not Granger Cause KURS 58 0.30483 0.7385
KURS does not Granger Cause MINYAK 2.38537 0.1019
LN_JUB does not Granger Cause LN_EMAS 58 3.90934 0.0261
LN_EMAS does not Granger Cause LN_JUB 0.46141 0.6329
MINYAK does not Granger Cause LN_EMAS 58 1.46039 0.2413
LN_EMAS does not Granger Cause MINYAK 0.96103 0.3891
MINYAK does not Granger Cause LN_JUB 58 0.13202 0.8766
LN_JUB does not Granger Cause MINYAK 1.58240 0.2150
99
Lampiran 7 Uji Kointegrasi
Date: 06/09/16 Time: 06:21
Sample (adjusted): 4 60
Included observations: 57 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted)
Series: JII KURS LN_EMAS MINYAK LN_JUB INFLASI
Lags interval (in first differences): 1 to 2
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.470999 127.0818 117.7082 0.0112
At most 1 * 0.433323 90.78621 88.80380 0.0357
At most 2 0.349916 58.41219 63.87610 0.1323
At most 3 0.283283 33.86492 42.91525 0.2947
At most 4 0.159029 14.87972 25.87211 0.5846
At most 5 0.084102 5.007453 12.51798 0.5953
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
100
Lampiran 8 Estimasi VECM
Vector Error Correction Estimates
Date: 06/09/16 Time: 08:34
Sample (adjusted): 4 60
Included observations: 57 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1 DJII(-1) 1.000000
DLN_EMAS(-1) 263.7617
(69.3692)
[ 3.80229]
DMINYAK(-1) 2.927211
(0.99559)
[ 2.94017]
DLN_JUB(-1) -693.5927
(197.345)
[-3.51463]
DINFLASI(-1) -29.16582
(13.3428)
[-2.18588]
DKURS(-1) 0.112591
(0.02973)
[ 3.78667]
C 5377.205
Error Correction: D(DJII) D(DLN_EM
AS) D(DMINYA
K) D(DLN_JUB
) D(DINFLASI) D(DKURS) CointEq1 -0.045044 -0.001617 -0.020685 3.76E-05 0.002086 -0.742200
(0.04399) (0.00050) (0.01040) (2.1E-05) (0.00117) (0.49632)
[-1.02398] [-3.24495] [-1.98964] [ 1.82999] [ 1.77726] [-1.49541]
D(DJII(-1)) -0.029249 0.001732 0.061921 -9.37E-05 -0.003202 -1.327953
(0.15213) (0.00172) (0.03596) (7.1E-05) (0.00406) (1.71646)
[-0.19226] [ 1.00472] [ 1.72217] [-1.31816] [-0.78888] [-0.77366]
D(DLN_EMAS(-1)) 13.92648 -0.319468 4.261420 -0.008054 -0.151002 -116.7813
(10.4406) (0.11829) (2.46760) (0.00488) (0.27858) (117.799)
[ 1.33388] [-2.70074] [ 1.72695] [-1.65039] [-0.54204] [-0.99136]
D(DMINYAK(-1)) 0.143210 -0.007776 0.215392 -5.46E-05 -0.003925 -1.530519
(0.55560) (0.00629) (0.13131) (0.00026) (0.01482) (6.26869)
[ 0.25776] [-1.23532] [ 1.64029] [-0.21015] [-0.26475] [-0.24415]
D(DLN_JUB(-1)) 324.6270 -3.694557 57.87948 -0.311663 -13.85757 -3363.091
101
(300.042) (3.39937) (70.9136) (0.14024) (8.00576) (3385.31)
[ 1.08194] [-1.08684] [ 0.81620] [-2.22240] [-1.73095] [-0.99344]
D(DINFLASI(-1)) -6.815315 -0.289996 -1.490142 -0.000202 0.353906 91.95184
(5.40782) (0.06127) (1.27812) (0.00253) (0.14429) (61.0154)
[-1.26027] [-4.73317] [-1.16589] [-0.07991] [ 2.45270] [ 1.50703]
D(DKURS(-1)) -0.008108 0.000230 0.000107 6.80E-06 0.000155 -0.229901
(0.01161) (0.00013) (0.00274) (5.4E-06) (0.00031) (0.13102)
[-0.69820] [ 1.75096] [ 0.03906] [ 1.25233] [ 0.50028] [-1.75466]
C -1.175955 0.001107 -1.768549 0.013538 0.106056 141.1314
(4.67729) (0.05299) (1.10546) (0.00219) (0.12480) (52.7730)
[-0.25142] [ 0.02088] [-1.59983] [ 6.19286] [ 0.84981] [ 2.67431] R-squared 0.087975 0.553948 0.175607 0.163747 0.172631 0.267125
Adj. R-squared -0.042314 0.490226 0.057836 0.044283 0.054435 0.162429
Sum sq. Resids 33579.23 4.310275 1875.716 0.007336 23.90632 4274689.
S.E. equation 26.17805 0.296589 6.187077 0.012235 0.698487 295.3617
F-statistic 0.675227 8.693244 1.491093 1.370677 1.460554 2.551428
Log likelihood -262.6699 -7.291087 -180.4498 174.4256 -56.11561 -400.7969
Akaike AIC 9.497191 0.536529 6.612273 -5.839495 2.249671 14.34375
Schwarz SC 9.783935 0.823273 6.899017 -5.552751 2.536415 14.63049
Mean dependent 1.454912 -0.004035 -1.220526 0.010702 -0.034211 85.15789
S.D. dependent 25.64118 0.415399 6.374151 0.012516 0.718311 322.7330 Determinant resid covariance
(dof adj.) 8891.658
Determinant resid covariance 3588.477
Log likelihood -718.5632
Akaike information criterion 27.10748
Schwarz criterion 29.04300
102
Lampiran 9 Uji Impulse Response Function (IRF)
Respo
nse of DJII:
Period DJII DLN_EMAS DMINYAK DLN_JUB DINFLASI DKURS 1 26.17805 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 25.30815 1.436117 -0.363889 2.991931 -4.301405 -3.501757
3 24.24839 -1.874232 -1.019375 3.064936 -5.825292 -2.998528
4 23.04389 -1.758632 -0.864016 3.577529 -3.735074 -4.391401
5 22.47853 -1.927186 -0.751749 3.157818 -2.578155 -3.873863
6 22.37703 -1.811143 -0.727475 2.982268 -1.972821 -4.006714
7 22.39723 -1.669235 -0.693949 2.916834 -1.800873 -3.888925
8 22.45551 -1.657248 -0.705110 2.873663 -1.857757 -3.859982
9 22.49109 -1.626673 -0.705404 2.892996 -1.906848 -3.863547
10 22.50503 -1.636537 -0.709724 2.895871 -1.953725 -3.854576
103
Lampiran 10Uji Variance of Decomposition
Varian
ce Decomposition of DJII:
Period S.E. DJII DLN_EMAS DMINYAK DLN_JUB DINFLASI DKURS 1 26.17805 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 36.98248 96.93568 0.150795 0.009682 0.654502 1.352784 0.896561
3 44.86155 95.09173 0.277019 0.058211 0.911550 2.605445 1.056042
4 50.92596 94.26807 0.334225 0.073958 1.200878 2.559788 1.563085
5 55.98787 94.11226 0.395005 0.079218 1.311665 2.329892 1.771963
6 60.56420 94.07831 0.426994 0.082126 1.363403 2.097201 1.951963
7 64.80587 94.11040 0.439273 0.083194 1.393348 1.908875 2.064912
8 68.80337 94.14429 0.447729 0.084310 1.410586 1.766411 2.146678
9 72.59359 94.16907 0.452408 0.085178 1.425952 1.655770 2.211621
10 76.20071 94.18720 0.456715 0.085980 1.438571 1.568459 2.263073