Post on 25-Jan-2020
ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT INCO Tbk BERDASARKAN
TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP CITRA PERUSAHAAN
(STUDI KASUS PADA PEMBANGUNAN PRASARANA JALAN DAN DRAINASE OLEH PT. INCO
TBK DI PERUMAHAN TAPU ONDAU, SUMASANG II)
TESIS
Oleh :
R. RADIOS HENDRARTIJANTO
Nomor Pokok : P2100208675
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP CITRA PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Pembangunan Prasarana Jalan dan Drainase Oleh PT. INCO Tbk di Perumahan Tapu Ondau, Sumasang II)
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Magister
Program Magister Manajemen
Kekhususan Manajemen Strategik
Disusun dan diajukan Oleh :
R. RADIOS HENDRARTIJANTO
Kepada
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
ABSTRAK
R. RADIOS HENDRARTIJANTO, 2011. Analisis Implementasi Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan PT.Inco Tbk berdasarkan Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap
Citra Perusahaan (dibimbing oleh Siti Haerani dan Indriyanti Sudirman)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh implementasi program CSR oleh
PT. Inco Tbk terhadap tingkat kepuasan masyarakat setempat, citra perusahaan,
pengaruh tingkat kepuasan masyarakat terhadap citra perusahaan, pengaruh
implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap citra perusahaan melalui
peningkatan kepuasan masyarakat setempat.
Penelitian ini menggunakan jenis assosiasi dan yang menjadi responden adalah
masyarakat yang tinggal pada perumahan Tapu Ondau, Sumasang, Sorowako.
Responden ditarik menurut proporsional random sampling. Analisis data dilakukan
dengan mempergunakan metode struktural equation modeling
Hasil analisis menunjukkan 1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan implementasi
program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap tingkat kepuasan masyarakat setempat. 2)
Terdapat pengaruh positif dan signifikan implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk
terhadap citra perusahaan pada masyarakat setempat. 3) Terdapat pengaruh positif
tingkat kepuasan masyarakat terhadap citra perusahaan pada masyarakat setempat. 4)
Terdapat pengaruh positif dan signifikan implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk
terhadap citra perusahaan melalui peningkatan kepuasan masyarakat setempat.
Kata Kunci : Corporate Sosial Responsibility, Kepuasan Masyarakat, Citra Perusahaan
ABSTRACT
R. RADIOS HENDRARTIJANTO, 2011. IMPLEMENTATION ANALYSIS OF CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PT.INCO TBK BASED ON COMMUNITY SATISFACTION LEVEL OF IMAGE
COMPANY (LED BY SITI HAERANI AND INDRIYANTI SUDIRMAN).
THIS STUDY AIMS TO DETERMINE THE EFFECT THE IMPLEMENTATION OF CSR PROGRAMS BY PT.
INCO TBK TO THE LEVEL OF LOCAL COMMUNITY SATISFACTION, CORPORATE IMAGE, INFLUENCE
THE LEVEL OF PUBLIC SATISFACTION TOWARDS THE COMPANY'S IMAGE, INFLUENCE THE
IMPLEMENTATION OF CSR PROGRAMS BY PT INCO'S CORPORATE IMAGE THROUGH INCREASED
COMMUNITY SATISFACTION.
THIS RESEARCH USES ASSOCIATION AND THE RESPONDENTS ARE THE PEOPLE WHO LIVE IN
HOUSING TAPU ONDAU, SUMASANG, SOROWAKO. RESPONDENTS WERE DRAWN BY
PROPORTIONAL RANDOM SAMPLING. DATA ANALYSIS WAS PERFORMED USING THE METHOD OF
STRUCTURAL EQUATION MODELLING.
THE RESULTS SHOWED 1) THERE IS POSITIVE AND SIGNIFICANT EFFECT OF THE
IMPLEMENTATION OF CSR PROGRAMS BY PT. INCO TBK TO THE LEVEL OF SATISFACTION WITH
THE LOCAL COMMUNITY. 2) THERE IS POSITIVE AND SIGNIFICANT EFFECT OF THE
IMPLEMENTATION OF CSR PROGRAMS BY PT. INCO TBK CORPORATE IMAGE IN THE LOCAL
COMMUNITY. 3) THERE IS A POSITIVE INFLUENCE COMMUNITY SATISFACTION LEVELS TOWARDS
THE COMPANY'S IMAGE IN THE LOCAL COMMUNITY. 4) THERE IS POSITIVE AND SIGNIFICANT
EFFECT OF THE IMPLEMENTATION OF CSR PROGRAMS BY PT INCO TBK CORPORATE IMAGE
THROUGH INCREASED COMMUNITY SATISFACTION.
KEYWORDS: CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, COMMUNITY
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi 1. Nama : Ir. H. R. Radios Hendrartijanto 2. Email : redy_adhe@yahoo.com.sg 3. Tempat/tanggal lahir : Malang, 08 Agustus 1967 4. Alamat : Komplek perumahan PT Inco Tbk
Jln. Jawa No. 28 Pontada-Soroako,
Kab. Luwu Timur-Sulawesi Selatan
5. Status Sipil : i. Nama Istri : Herdiningsih Kumala Dewi S.S ii. Nama Anak : Rr. Ratri Atsil Hendrardini
: R. Danang Raihan Hendrartono
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal :
i. Tamat SD 1980 di SDN 03 Tebet Barat, Jakarta Selatan ii. Tamat SMP 1983 di SMP YASPORBI, Jakarta Selatan iii. Tamat SMA 1986 di SMAN 55, Jakarta Selatan iv. Sarjana S1 1992/1993 di Universitas Trisakti, Jakarta v. Sarjana S2 tahun 2011 di Magister Manajemen UNHAS
2. Pendidikan Non Formal
C. Pekerjaan dan Riwayat Pekerjaan Pekerjaan :PT International Nickel Indonesia Tbk, Mines Dept. Nomor Pegawai : 8608 Jabatan : Geotechnical Engineer ex Mining
D. Karya Ilmiah/ artikel jurnal yang telah dipublikasikan Influence Metric Suction Against Behaviour of Unsaturated Soil Shear Strength and Slope Stability in Case Study of ANOA MHR, PERHAPI Proceeding XIX 2010, Balikpapan, Indonesia.
Author : Haryanto Wiyatno, Heru Hariyadi, Radios Hendrartijanto.
E. Makalah pada seminar/ Konferensi Ilmiah Nasional dan Internasional
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil’alamin dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT
karena hanya atas Rahmat dan Kehendak-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
penyusunan tesis ini dengan tepat waktu.
Gagasan yang melatari tajuk permasalahan penelitian ini timbul dari hasil
pengamatan penulis terhadap program Corporate Social Responsibility yang telah
dijalankan oleh PT INCO Tbk selama ini terhadap implimentasi, citra perusahaan serta
tingkat kepuasaan masyarakat sekitar dari program Corporate Social Responsibility itu
sendiri, terutama pada pembangunan infrastruktur dasar di Perumahan Tapu Ondau
Sumasang.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan tesis ini,
yang hanya berkat bantuan dari berbagai pihak maka tesis ini selesai tepat pada
waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih
kepada :
Prof. Dr. Hj. Siti Haerani, SE., M.Si dan Dr. Indriyanti Sudirman, SE., M.Si selaku
Ketua Komisi Penasihat atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
selama penulisan tesis ini
Segenap Management, staff dan karyawan PT Inco Tbk serta masyarakat
Perumahan Tapu Ondau, Sumasang yang membantu kelancaran proses
pengumpulan data dan informasi untuk mendukung penyelesaian penelitian ini
Rekan-rekan seperjuangan MM UNHAS-PT INCO Angakatan XXXI/B3
Kedua Orang Tuaku H. R. Soenarto Tjokrowinoto SH dan Hj. R. Ay. Tatiek
Soenarjati dan Saudari di Jakarta.
Ibu Hj. Nining Surtiningsih yang memberikan semangat untuk menyelesaikan
studi.
Dorongan dan support dari istriku Herdiningsih Kumala Dewi SS dan sepasang
buah hatiku Rr. Ratri Atsil Hendrardini dan R. Danang Raihan Hendrartono
sebagai yang selalu menjadi penyemangat sehingga penulis bisa menyelesaikan
program Magister Manajemen ini dengan tepat waktu
Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusnan tesis ini yang
tentunya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Penulis mengharapkan penelitian ini bisa memberikan masukan kepada
perusahaan tempat penelitian ini berlangsung dan juga kepada peneliti/pemerhati
Manajemen Strategik lainnya.
Makassar, Februari 2011
R. Radios Hendrartijanto
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, istilah tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility atau biasa disebut CSR) semakin populer digunakan sejak tahun
1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate
Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya
sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang
merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap
aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”,
sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang
aktif dalam mengembangkan konsep tanggung jawab sosial dan melakukan
advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Kepedulian sosial perusahaan
terutama didasari oleh alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak
– for better or worse, bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat,
khususnya di sekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan
sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham. Melainkan pula
stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi
perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan,
pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat,
media massa dan pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders
1
relatif berbeda antara satu perusahaan dengan lainnya, tergantung pada dasar
bisnis perusahaan yang bersangkutan (Supomo, 2004).
Pada awal perkembangannya, bentuk tanggung jawab sosial yang paling
umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan
masyarakat miskin di negara-negara berkembang. Pendekatan tanggung jawab
sosial yang berdasarkan motivasi karitatif dan kemanusiaan ini pada umumnya
dilakukan secara ad-hoc, partial, dan tidak melembaga. Tanggung jawab sosial
pada tataran ini hanya sekadar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat
baik. Perusahaan yang melakukannya termasuk dalam kategori ”perusahaan
impresif”, yang lebih mementingkan ”tebar pesona” (promosi) ketimbang ”tebar
karya” (pemberdayaan) (Suharto, 2008).
Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan
karitatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau
kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan community development kemudian
semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan
sustainable development. Prinsi p-prinsip good corporate governance, seperti
fairness, transparency, accountability, dan responsibility kemudian menjadi pijakan
untuk mengukur keberhasilan program tanggung jawab sosial.
Sehubungan dengan adanya tuntutan dan kebutuhan akan Program
Tanggung Jawab Sosial yang merupakan salah satu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-Undang
Perseroan Terbatas (UUPT) No. 40 Tahun 2007. Undang-undang ini disyahkan
dalam sidang paripurna DPR. Dengan adanya Undang-undang ini, industri atau
korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan
merupakan suatu beban yang memberatkan. Perlu diingat pembangunan suatu
negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap
insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan
kualitas hidup masyarakat. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor
lingkungan hidup.
Saat ini ada sedikit harapan di sektor dunia usaha berkaitan dengan
penguatan kehidupan sosial. Hal ini ditandai dengan munculnya paradigma baru di
sektor dunia usaha dengan konsep ”Triple Bottom line” bahwa kinerja perusahaan
bukan hanya dievaluasi dari satu dimensi keuangan (financial result) belaka. Namun
harus memperhatikan dua dimensi lain yaitu dampaknya terhadap orang
(karyawan/komunitas di sekitar perusahaan) dan lingkungan alam (Elkington dalam
Pambudi, 2005).
Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan,
haruslah memperhatikan “3P”. Selain mengejar profit, perusahaan juga mesti
memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people)
dan turut berkonstribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Dalam
gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi diharapkan pada tanggung jawab yang
berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam
kondisi financial-nya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan
lingkungannya.
Paradigma baru di dunia usaha inilah yang mendorong perusahaan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu sebagai wujud tanggung jawab perusahaan kepada
lingkungannya yang dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR)
atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Lebih dari hal tersebut, CSR menunjuk
pada perluasan peran perusahaan yang tidak hanya mengurusi kesejahteraan
pegawai dan kebutuhan konsumen saja, melainkan turut peduli akan kehidupan
masyarakat yang tinggal di seputar perusahaan (Suharto, 2005). Sinergi tiga elemen
yang meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan ini yang merupakan kunci
dari konsep pembangunan berkelanjutan.
Achwan (2006), mengemukakan dua tesis yang melatar belakangi
perkembangan wacana CSR, yang pertama adalah bahwa konsep CSR merupakan
suatu bentuk kemampuan adaptasi perubahan perusahaan modern dalam
menyesuaikan dirinya dengan perubahan sosial politik yang berkembang di tengah-
tengah masyarakat. Tesis kedua mengatakan, konsep CSR sebagai bentuk respon
perusahaan modern dalam ekonomi pasar untuk mempertahankan dominasinya
terhadap setiap tantangan publik yang mengganggu kekuasaannya (Corporate
Power) dengan membangun aliansi dengan lembaga atau aktor strategis.
Pergulatan wacana tersebut bermuara pada tiga definisi dan praktik CSR,
definisi yang pertama berangkat dari asumsi the business of business is business,
bahwa setiap perusahaan pada hakekatnya memiliki tujuan tunggal yaitu
memaksimalkan keuntungan kepada pemiliknya dan keberadaannya dipercaya
dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Inti dari definisi yang pertama ini lebih
merupakan penolakan terhadap prinsip-prinsip kedermawanan perusahaan,
Community Development atau donasi yang dianggap bertentangan dengan hakekat
perusahaan.
Definisi kedua adalah Corporate Voluntarism yang menekankan aspek
kebajikan (virtue) dalam mengejar keuntungan. Asumsi dasar definisi ini yang
pertama adalah bahwa setiap perusahaan dengan sukarela sesuai dengan kekuatan
dan kelemahannya dapat mengembangkan CSR dan menolak campur tangan
negara dalam mengatur perusahaan. Asumsi yang kedua beranggapan bahwa
kepedulian terhadap masyarakat atau konsumen dapat mendorong keuntungan
ekonomi suatu perusahaan, dan yang ketiga adalah bahwa keberadaan perusahaan
tidak dapat dilepaskan dari masyarakat tempat perusahaan beroperasi.
Defenisi yang ketiga adalah Corporate Involuntarism dengan asumsi dasar
bahwa setiap perusahaan memiliki kewajiban menjalankan tanggung jawab sosial
yang harus dituangkan dalam bentuk undang-undang karena self regulation dan
voluntarism dianggap sudah tidak lagi mencukupi karena dalam konteks kekinian
pengaruh multi national corporation dianggap jauh berpengaruh dibanding negara/
bangsa.
Ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon
dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya.
Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya
wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti
menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat.
Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas
penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang
kadang bersifat ekspansif dan ekploratif, di samping sebagai kompensasi sosial
karena timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat, semua ini
diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa
karena adanya market driven. Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan
CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat
global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan
memperhatikan kaidah-kaidah sosial.
Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang
bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat,
setidaknya license to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk
memberikan kontibusi positif kepada masyarakat sehingga bisa tercipta harmonisasi
hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Implementasikan
program karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven),
perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar
kegiatan ekonomi untuk menciptakan keuntungan (profit) demi kelangsungan
bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk
meredam bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat
dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan
ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan, dan
dipraktekkan lebih karena faktor eksternal (external driven). Hampir bisa dipastikan
implementasi adalah sebagai upaya dalam konteks kehumasan (public relation)
merupakan kebijaksanaan bisnis yang hanya bersifat kosmetik.
Kotler (2005), mengungkapkan bahwa CSR hendaknya bukan merupakan
aktivitas yang hanya merupakan kewajiban perusahaan secara formalitas kepada
lingkungan sosialnya, namun CSR seharusnya merupakan sentuhan moralitas
perusahaan terhadap lingkungan sosialnya Selanjutnya Philip Kotler dan Nancy Lee
(2005), berpendapat bahwa aktivitas CSR haruslah berada dalam koridor strategi
perusahaan yang diarahkan untuk mencapai bottom line business goal seperti
mendongkrak penjualan dan pangsa pasar, membangun positioning merk, menarik,
membangun, memotivasi loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional hingga
membangun citra korporat dipasar modal. Dengan argumentasi tersebut dapat
dilihat bahwa CSR bukan merupakan aktivitas tempelan atau yang terpinggirkan,
tapi merupakan denyut nadi perusahaan.
LEAD Indonesia dan LABSOSIO FISIP UI (2005), menyebutkan bahwa
dalam banyak kasus yang melibatkan industri ekstraktif dengan masyarakat sering
kali program Community Development mendominasi praktek CSR sebagai upaya
pendekatan khusus untuk mencegah konflik. Hal tersebut menyebabkan konsepnya
menjadi tersederhanakan atau disamakan dengan kegiatan Community
Development, padahal CSR merupakan konsep yang mencakup berbagai kegiatan
dimana salah satunya adalah kegiatan Community Development.
Poerwanto (2006), menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial adalah
tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam interaksi dengan
lingkungannya yang didasarkan pada etika. Secara umum etika dipahami sebagai
aturan tentang prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral yang mengarahkan perilaku
seseorang atau kelompok masyarakat mengenai baik atau buruk dalam
pengambilan kebijakan atau keputusan.
Terdapat tiga pendekatan dalam proses pembentukan tanggung jawab sosial
tersebut (Poerwanto:2006):
1. Pendekatan moral, yaitu kebijakan atau tindakan yang didasarkan pada prinsip
kesantunan dengan pengertian bahwa apa yang dilakukan tidak melanggar atau
merugikan pihak-pihak lain secara sengaja.
2. Pendekatan kepentingan bersama, yaitu bahwa kebijakan-kebijakan moral harus
didasarkan pada standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan yang
bertanggung jawab.
3. Pendekatan manfaat, adalah konsep tanggungjawab sosial yang didasarkan
pada nilai-nilai bahwa apa yang dilakukan oleh perusahaan menghasilkan
manfaat besar bagi pihak-pihak berkepentingan secara adil.
Suharto (2005), menyebutkan konsep CSR merupakan bentuk kepedulian
perusahaan terhadap masyarakat di seputar perusahaan yang keberadaannya telah
memunculkan masalah sosial ekonomi yang tajam antara ‘masyarakat’ perusahaan
dengan penduduk lokal, dan pemiskinan struktural masyarakat setempat lewat
ekploitasi dan perusakan lingkungan yang dilakukan perusahaan.
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah dikenal di Indonesia sejak
tahun 1990, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktik
yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum,
penghargaan masyarakat, lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk
berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan, oleh karena itu tanggung
jawab social perusahaan tidak hanya merupakan kegiatan kreatif perusahaan dan
tidak terbatas hanya pada pemenuhan aturan hukum semata.
Masih banyak perusahaan tidak mau menjalankan program- program
tanggung jawab sosial perusahaan karena melihat hal tersebut hanya sebagai
pengeluaran biaya (cost center). Tanggung jawab sosial perusahaan memang tidak
memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek. Namun akan
memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan
perusahaan di masa mendatang. Investor juga ingin investasinya dan kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaannya memiliki citra yang baik di mata masyarakat
umum. Dengan demikian, apabila perusahaan melakukan program-program
tanggung jawab sosial diharapkan berlanjut, sehingga karyawan, masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya merasa puas dan percaya terhadap perusahaan.
Dengan adanya kepuasan dan kepercayaan masyarakat tersebut diharapkan citra
perusahaan akan terbentuk dengan baik.
Dalam News Of PERHUMAS (2004) disebutkan, bagi suatu perusahaan,
reputasi dan citra korporat merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai
harganya. Oleh karena itu segala upaya, daya dan biaya digunakan untuk
memupuk, merawat serta menumbuhkembangkannya. Oleh karena itu, program
tanggung jawab sosial perusahaan lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi
dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan.
Dengan kata lain, keberadaan suatu perusahaan berdampak pada
masyarakat menjadi potensi keuntungan bagi berbagai macam stakeholder
termasuk, konsumen, tenaga kerja dan anggota masyarakat. Beberapa perusahaan
menggambarkan tanggung jawab sosial sebagai suatu perilaku yang benar sebagai
bagian dari filosofi moral, sedangkan yang lainnya menggambarkan sebagai lebih
pada suatu strategi, sebagai daya pendongkrak antara tanggung jawab sosial
dilawankan dengan kinerja perusahaan, persepsi konsumen dan suatu harapan
masyarakat.
PT. International Nickel Indonsia Tbk (PT. Inco Tbk) merupakan satu dari
sedikit produsen nikel utama dunia yang mengembangkan tanggung sosial
perusahaan melalui program pemberdayaan masyarakat atau community
development (Comdev). Dalam konteks ini, aktivitas PT. Inco Tbk tidak semata-mata
didorong oleh kepentingan ekonomi dan pasar, atau sekedar memenuhi regulasi
dan hukum, secara khusus sebagai perusahaan pertambangan mengacu pada
Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
khususnya Pasal 95. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa pemegang Izin Usaha
Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) diwajibkan
untuk, antara lain melaksanakan pengembangan dan pembedayaan masyarakat
setempat. Melainkan juga agar kebutuhan dan kepentingan masyarakat dapat
terfasilitsi dengan baik; tentu dengan tetap mempertimbangkan aspek lingkungan
hidup.
Dengan tujuan utama meneguhkan komitmen untuk tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat, program Comdev PT.Inco Tbk menggunakan
model penjaringan kebutuhan (need assessment) yang partisipatif, transparan, dan
bertanggungjawab. Atas dasar itu, PT. Inco Tbk sangat menaruh perhatian agar
program Comdev yang dilaksanakan oleh masyarakat, pemerintah, dan perusahaan
secara bersama-sama dapat mencapai sasaran dan tujuannya.
Program Pemberdayaan Masyarakat PT. Inco Tbk dilaksanakan di tiga
provinsi : Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah, dengan
fokus pada enam sektor : (1) Pendidikan, (2) Kesehatan, (3) UMKM (usaha mikro,
kecil, dan menengah), (4) Pertanian, (5) Prasarana, (6) Sosial Budaya.
Salah satu wujud kepedulian PT. Inco Tbk terhadap karyawannya untuk
memenuhi perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasarnya, maka PT. Inco Tbk
menaruh perhatian besar pada penyediaan fasilitas infrastruktur berupa pemukiman
dan perumahan bagi karyawannya. Tujuannya adalah agar karyawan dapat bekerja
secara produktif dan nyaman oleh terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar
tersebut. Kebijakan perusahaan di bidang pemukiman diwujudkan melalui
pembangunan rumah dinas karyawan, pembangunan rumah tinggal karyawan dan
pemberian tunjangan serta insentif perumahan.
Selain itu, sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, PT. Inco Tbk
mengeluarkan kebijakan pembangunan infrastruktur pemukiman bagi masyarakat
sekitar. Di antaranya adalah proyek revitalisasi kawasan melalui penataan
pemukiman masyarakat tepian Danau Matano dan pemukiman kembali
(resettlement) masyarakat adat lokal. Dan proyek terakhir sebagai tanggung jawab
sosial PT. Inco Tbk adalah Pembangunan dan pengembangan jalan dan drainase
bulan Januari – Juni 2010 di Perumahan Tapu Ondau, Sumasang II, Sorowako,
Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan.
Program – program tersebut diatas ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat,
terutama yang tinggal di sekitar wilayah operasi perusahaan, merupakan bagian dari
kinerja PT. Inco Tbk secara keseluruhan. PT. Inco Tbk ingin tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat secara nyata.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk memberikan pengaruh
langsung terhadap tingkat kepuasan masyarakat setempat?
2. Apakah implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk memberikan pengaruh
langsung terhadap citra perusahaan pada masyarakat setempat ?
3. Apakah tingkat kepuasan masyarakat berpengaruh terhadap citra perusahaan ?
4. Apakah implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk memberikan pengaruh
terhadap citra perusahaan melalui peningkatan kepuasan masyarakat setempat
?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco
Tbk terhadap tingkat kepuasan masyarakat setempat
2. Untuk mengetahui pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk
terhadap citra perusahaan pada masyarakat setempat
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kepuasan masyarakat terhadap citra
perusahaan
4. Untuk mengetahui pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco
Tbk terhadap citra perusahaan melalui peningkatan kepuasan masyarakat
setempat
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan beberapa manfaat antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengembangan ilmu
manajemen khususnya manajemen strategik mengenai tanggung jawab
sosial perusahaan dan pengaruhnya terhadap citra perusahaan di PT. Inco
Tbk.
b. Memperkaya khasanah studi kasus bagi para peneliti yang berkecimpung
dalam kajian tanggung jawab sosial perusahaan dan sebagai bahan referensi
untuk penelitian serupa dimasa mendatang.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi PT. Inco Tbk dalam
mengimplementasikan dan pengembangan program pemberdayaan masyarakat
yang berkaitan dengan aktifitas masyarakat di bidang prasarana dasar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Konsep tentang tanggung jawab sosial telah dikenal sejak tahun 1970. Saat ini
wacana tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan telah
berkembang dengan pesat. Ide dasar tanggung jawab sosial perusahaan adalah
dari keputusan perusahaan yang mempengaruhi stakeholder secara sosial dan
perusahaan harus bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya
(Oetzel et al., 2007).
Istilah CSR mulai semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals
With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karya John
Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni
economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas The
World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland
Report (1987), John Elkington mengemas tanggung jawab sosial perusahaan ke
dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari Profit, Planet dan People. Perusahaan yang
baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (Profit). Melainkan pula
memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (Planet) dan kesejahteraan
masyarakat (People).
The World Business Council for Sustainable Development, mendeskripsikan
tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen yang berkesinambungan
16
dalam dunia bisnis untuk bertindak etis dan berkontribusi terhadap perkembangan
ekonomi sementara meningkatkan kualitas hidup di tempat kerja dan keluarganya
pada khususnya, dan komunitas lokal dan sosial pada umumnya (Versi, 2007).
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan konsep dimana perusahaan
mempertimbangkan kepentingan lingkungan masyarakat sekitar dengan
bertanggung jawab terhadap dampak kegiatan operasional perusahaan kepada
konsumen, karyawan, shareholders, masyarakat, dan lingkungan disemua aspek
kegiatan operasional perusahaan.
Terdapat kasus moral yang kuat dalam tanggung jawab sosial dan bisnis.
Penerapan tanggung jawab sosial dalam praktek manajemen berpusat pada
memaksimalkan kontribusi bagi keberhasilan usaha dan mencapai tujuan yang
berkesinambungan. Corporate Social Reputation merefleksikan tanggung jawab
sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh warga negara yang memiliki tata kelola
yang baik, menyakini bahwa strategi non-pasar yang efektif dirumuskan dan
diimplementasikan untuk pengelolaan dari citra dengan stakeholder, khususnya
pelanggan dan special interest groups (Puente et al., 2007).
Mereka juga harus memastikan agar keseimbangan tetap terjadi antara
pemenuhan kebutuhan terhadap stakeholder dan kebutuhan mereka mencari laba.
Dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74,
dijelaskan bahwa perusahaan berkewajiban untuk bertanggung jawab terhadap
sosial dan lingkungannya. Selain itu Undang-Undang tentang Penanaman Modal No
25 Tahun 2007 dalam pasal 15 dijelaskan bahwa perusahaan wajib melaksanakan
tata kelola perusahaan yang sehat dan tanggung jawab sosial. Perusahaan
seharusnya tidak menganggap tanggung jawab sosial sebagai momok melainkan
sebagai sarana promosi, karena tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar, tapi juga bagi sektor bisnis.
Konsep mengenai tanggung jawab sosial perusahaan adalah perusahaan yang
komersil berkewajiban untuk peduli pada seluruh stakeholders dalam semua aspek
dalam kegiatan operasional perusahaan (Oetzel et al., 2007). Tanggung jawab
sosial dihubungkan dengan prinsip untuk pembangungan yang berkelanjutan,
dimana bertentangan dengan kewajiban perusahaan yang berdasarkan faktor
keuangan dan ekonomi, perusahaan juga harus melihat konsekuensi dari kegiatan
operasional mereka dari segi sosial, lingkungan dan lainnya.
Ada pula yang menyoal definisi dan singkatan CSR, terutama terkait huruf ”R”
(Responsibility). Dalam Bahasa Inggris, “Responsibility” berasal dari kata
”Response” (tindakan untuk merespon suatu masalah atau isu) dan ”Ability”
(kemampuan). Maknanya, Responsibility merupakan tindakan yang bersifat
sukarela, karena respon yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan yang
bersangkutan.
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan konsep dimana perusahaan
mempertimbangkan kepentingan lingkungan masyarakat sekitar dengan
bertanggung jawab terhadap dampak kegiatan operasional perusahaan kepada
konsumen, karyawan, shareholders, masyarakat, dan lingkungan disemua aspek
kegiatan operasional perusahaan.
Belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai
lembaga. Beberapa definisi di bawah ini menunjukkan keragaman pengertian CSR
menurut berbagai organisasi (lihat Majalah Bisnis dan CSR, 2007; Wikipedia, 2008;
Sukada dan Jalal, 2008).
a. World Business Council for Sustainable Development: Komitmen
berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi
kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan
karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada
umumnya.
b. International Finance Corporation: Komitmen dunia bisnis untuk memberi
kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama
dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk
meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis
maupun pembangunan.
c. Institute of Chartered Accountants, England and Wales: Jaminan bahwa
organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberi dampak positif bagi
masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang
saham (shareholders) mereka.
d. Canadian Government: Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi,
lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi,
dan operasi perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggung
jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang.
e. European Commission: Sebuah konsep dengan mana perusahaan
mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis
mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.
f. CSR Asia: Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan
berdasarkan Prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan
beragam kepentingan para stakeholders.
Dalam penelitian ini, penulis melihat konsep CSR Asia lebih memenuhi
kebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi dalam CSR di PT. Inco Tbk pada
khususnya.CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan
membangun hubungan harmonis dengan masyarakat tempatan. Secara teoretik,
CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap
para strategic-stakeholdersnya, terutama komu n itas atau masyarakat di sekitar
wilayah kerja dan operasinya. CSR memandang perusahaan sebagai agen moral.
Dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi
moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam pandangan CSR adalah
pengedepanan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, dengan
paling sedikit merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral
yang sering digunakan adalah Golden Rules, yang mengajarkan agar seseorang
atau suatu pihak memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka ingin
diperlakukan. Dengan begitu, perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan
prinsip moral dan etis akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.
CSR bukan hanya sebagai media perusahaan untuk menyampaikan pesan
moral dan etis, tapi juga merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap
karyawan, keluarganya, masyarakat sekitar dan para pemangku kepentingan.
Konsep yang dikemukakan oleh Archi Carrol, definisi operasional dari CSR adalah
menggunakan empat jenjang yang merupakan satu kesatuan tanggung jawab dalam
perusahaan, sebagai berikut secara ekonomi (economic), legal, etik, dan filantropis.
Tanggung jawab ekonomis berarti perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai
fondasi untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Namun
dalam tujuan mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggung jawab
secara hukum dengan mentaati ketentuan hukum yang berlaku. Secara etis
perusahaan juga bertanggung jawab untuk mempraktekkan hal-hal yang baik dan
benar sesuai dengan nilai-nilai, etika, dan norma - norma kemasyarakatan.
Tanggung jawab filantropis berarti perusahaan harus memberikan kontribusi bagi
peningkatan kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya.
Domain inilah yang merupakan domain yang dapat digunakan oleh manajer
dalam operasinya dengan stakeholder (Wood, 1991). Karena itu, CSR dapat
diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak
operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta terus-menerus
menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan
lingkungan hidupnya. Melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang
akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran
perusahaan. Kondisi seperti itulah yang pada gilirannya dapat memberikan
keuntungan ekonomi-bisnis kepada perusahaan yang bersangkutan. Dengan
pemahaman seperti itu, dapat dikatakan bahwa, CSR adalah prasyarat perusahaan
untuk bisa meraih legitimasi sosiologis kultural yang kuat dari masyarakatnya.
Dengan demikian CSR dapat diterjemahkan sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan.
Menurut Achmad Daniri (2005), terdapat dua hal yang dapat mendorong
perusahaan menerapkan program tanggung jawab sosial, yaitu bersifat dari luar
perusahaan (external drivers) dan dari dalam perusahaan (internal drivers).
Termasuk kategori pendorong dari luar, misalnya adanya regulasi, hukum, dan
diwajibkannya analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Pemerintah melalui
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah memberlakukan audit Proper (Program
penilaian peningkatan kinerja perusahaan). Pendorong dari dalam perusahaan
terutama bersumber dari perilaku manajemen dan pemilik perusahaan
(stakeholders), termasuk tingkat kepedulian/tanggung jawab perusahaan untuk
membangun masyarakat sekitar (Community Development Responsibility).
Menurut Ahmad Daniri (2005) ada empat manfaat yang diperoleh bagi
perusahaan dengan mengimplementasikan program tanggung jawab sosial, sebagai
berikut :
a. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan
perusahaan mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas.
b. Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap kapital (modal).
c. Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human
resources) yang berkual itas.
d. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal
yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan manajemen
risiko (risk management).
B. Landasan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan & Pemberdayaan
Masyarakat
Di Tanah Air, debut program tanggung jawab sosial perusahaan semakin
menguat terutama setelah dinyatakan dengan tegas dalam UU PT No.40 Tahun
2007. Disebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau
bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial
dan lingkungan (Pasal 74 ayat 1).
UU PT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk menjalankan program tanggung jawab sosial serta
sanksi bagi yang melanggar. Pada ayat 2, 3 dan 4 hanya disebutkan bahwa
program tanggung jawab sosial ”dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran”.
Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Meskipun UU ini
telah mengatur sanksi-sanksi secara terperinci terhadap badan usaha atau usaha
perseorangan yang mengabaikan CSR (Pasal 34), UU ini baru mampu menjangkau
investor asing dan belum mengatur secara tegas perihal program tanggung jawab
sosial bagi perusahaan nasional.
Jika dicermati, peraturan tentang program tanggung jawab sosial yang relatif
lebih terperinci adalah UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudiaan
dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007 yang
mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan program tanggung
jawab sosial perusahaan. Seperti kita ketahui, program tanggung jawab sosial
perusahaan milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
(Edi Su harto/CSRAudit/2008)
Dalam UU BUMN dinyatakan bahwa selain mencari keuntungan, peran
BUMN adalah juga memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha
golongan lemah, koperasi dan masyarakat. Selanjutnya, Permen Negara BUMN
menjelaskan bahwa sumber dana PKBL berasal dari penyisihan laba bersih
perusahaan sebesar 2 persen yang dapat digunakan untuk Program Kemitraan
ataupun Bina Lingkungan. Peraturan ini juga menegaskan bahwa pihak-pihak yang
berhak mendapat pinjaman adalah pengusaha beraset bersih maksimal Rp 200 juta
atau beromset paling banyak Rp 1 miliar per tahun (lihat Majalah Bisnis dan CSR,
2007)
Namun, UU ini pun masih menyisakan pertanyaan. Selain hanya mengatur
BUMN, program kemitraan perlu dikritisi sebelum disebut sebagai kegiatan program
tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Sribugo Suratmo (2008), kegiatan
kemitraan mirip dengan sebuah aktivitas sosial dari perusahaan, namun di sini
masih ada bau bisnisnya. Masing-masing pihak harus memperoleh keuntu ngan.
Secara khusus, sebagai perusahaan tambang, PT. Inco Tbk senantiasa
berkomitmen untuk mematuhi Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara khususnya pasal 95. Dalam pasal ini
dijelaskan bahwa pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK) diwajibkan untuk, antara lain melaksanakan
pengembangan dan pembedayaan masyarakat setempat.
Program tanggung jawab sosial perusahaan adalah konsep moral dan etis
yang berciri umum , oleh karena itu pada tataran praktisnya harus dialirkan ke dalam
program-program kongkrit. Salah satu bentuk aktualisasinya adalah Pemberdayaan
Masyarakat atau Community Development (CD).
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana
masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki
situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila
warganya ikut berpartisipasi.(Wikipedia, 2009).
Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat"
apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan
atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan
bukan penerima manfaat (bahasa Inggris: beneficiaries) atau obyek saja.
Kegiatan CD untuk lingkungan industri pada dasarnya dapat dipergunakan
sebagai media peningkatan komitmen masyarakat untuk dapat hidup berdampingan
secara simbiotik dengan entitas bisnis (perusahaan) beserta operasinya. Kedudukan
“komunitas” (community) dalam konsep CD pada lingkungan industrial adalah
sebagai bagian dari stakeholder yang secara strategis memang diharapkan
memberikan dukungannya bagi eksistensi perusahaan .
Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai kegiatan CSR, apabila kegiatan
yang dilakukan lebih menekankan pada prinsip keberlanjutan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di sekitar perusahaan dan kegiatan tersebut dapat
memberikan nilai tambah pada masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membangun wilyah
sekitarnya dengan prinsip keberlanjutan tersebut, maka pada pelaksanaannya
secara moral dan tanggung jawab selayaknya memperhatikan 3 pilar utama dalam
pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah proses
pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa
depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987). Pembangunan berkelanjutan
adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor
yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah
bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT terdiri dari tiga
tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling bergantung dan
memperkuat. Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat
dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan
ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk
sebagian orang lain, konsep "pertumbuhan ekonomi" itu sendiri bermasalah, karena
sumberdaya bumi itu sendiri terbatas.
Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu
lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga
lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlind ungan
lingkungan. Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005
menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong
bagi pembangunan berkelanjutan.
Gambar 2.1 Scheme of sustainable development: at the confluence of three
preoccupations.
Pada Gambar 2.1 di atas menjabarkan mengenai skema pembangunan
berkelanjutan:pada titik temu tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal Keberagaman
Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan
dengan menyebutkan bahwa "...keragaman budaya penting bagi manusia
sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam". Dengan demikian
"pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga
sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual".
dalam pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup
kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Konsep dan perspektif Pem berdayaan Masyarakat/Community Development
(CD) memang begitu luas, karena itu memerlukan pemahaman yang lebih
mendalam. Disamping metodologinya harus benar, kaidah-kaidahnya juga harus
tepat. Melaksanakan CD tidak hanya dengan mendengar masukan dari masyarakat
saja, atau sebaliknya hanya mengandalkan inovasi dari pelaksana CD saja, juga bisa
menjebak masyarakat kepada ketergantungan baru. Hasilnya masyarakat bukannya
menjadi mandiri dan dapat mencari alternatif kehidupan untuk menyejahterakan diri,
tapi justru malah menjadi peminta terus-menerus. Akibatnya, pada saat proyek CD
selesai, masyarakat tetap tidak mandiri.
Klasifikasi pemberdayaan masyarakat (Community Development), menurut
Arthur Dunham, dalam bukunya Outlook for Community Development Review,
bahwa mengikuti garis kualitas masyarakat, atau sesuai dengan kondisi obyektif
masyarakat yang hendak kita bangun setidaknya ada 3 klasifikasi Community
Development (CD), yaitu: Development for Community, Development with
Community, dan Development of Community.
1. Development for Community, adalah pendekatan yang menempatkan masyarakat
pada posisi sebagai objek pembangunan. Karena itu, inisiatif, perencanaan, dan
pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh aktor dari luar. Pendekatan seperti ini
relevan dilakukan pada masyarakat yang kesadaran dan budayanya terdominasi.
Namun berbagai temuan lapangan memperlihatkan bahwa Development for
Community akan sangat mudah menimbulkan ketergantungan masyarakat
terhadap pihak luar.
2. Development with Community, adalah pendekatan yang dilakukan dalam bentuk
kolaborasi antara aktor luar dan masyarakat setempat. Keputusan yang diambil
merupakan keputusan bersama, dan sumber daya yang dipakai berasal dari
kedua belah pihak. Bentuk CD ini adalah yang paling populer dan banyak
diaplikasikan oleh berbagai pihak. Dasar pemikiran bentuk CD ini adalah,
perlunya sinergi dari potensi yang dimiliki oleh masyarakat local dengan yang
dikuasai oleh aktor luar. Keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan
juga diharapkan dapat mengembangkan rasa memiliki terhadap inisiatif
pembangunan yang ada sekaligus membuat proyek pembangunan menjadi lebih
efisien.
3. Development of Community, adalah pendekatan yang menempatkan masyarakat
sendiri sebagai agen pembangunan, sehingga inisiatif, perencanaan, dan
pelaksanaan dilakukan sendiri oleh masyarakat. Masyarakat menjadi pemilik dari
proses pembangunan. Peran aktor dari luar dalam kondisi ini lebih sebagai sistem
pendukung bagi proses pembangunan.
Ketiga pendekatan CD tersebut pada dasarnya memiliki tujuan yang sama,
yaitu memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat lokal. Perbedaan yang ada lebih
berada pada sarana (means) yang dipakai. Efektivitas sarana ini sangat ditentukan
oleh konteks dan karakteristik masyarakat yang dihadapi. Pada masyarakat tertentu
mungkin pendekatan Development for Community lebih sesuai, sementara pada
masyarakat yang lain Development with Community justru yang dibutuhkan. Di
sinilah letak peran korporasi sangat penting sebagai agen perubahan masyarakat,
dalam menentukan program-program CD nya masing-masing, sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya.
C. Kepuasan Masyarakat terhadap Program CSR
Kepuasan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi tingkat
kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan
harapan.
Oliver (dalam Tjiptono, 2004 : 146) memberikan pendapat bahwa kepuasan
keseluruhan ditentukan oleh ketidaksesuaian harapan yang merupakan
perbandingan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.
Kepuasan merupakan fungsi positif dari harapan pelanggan dan keyakinan
diskonfirmasi. Dengan demikian kepuasan atau ketidak puasan mayarakat
merupakan respon dari perbandingan antara harapan dan kenyataan.
Definisi tersebut di atas dapat dijabarkan bahwa kepuasan merupakan fungsi
dari kesan kinerja dan harapan. Apabila kinerja berada di bawah harapan, maka
pelanggan menjadi tidak puas, sebaliknya apabila kinerja memenuhi harapan,
pelanggan menjadi puas dan apabila kinerja melebihi harapan, pelanggan amat
puas atau senang.
Penilaian kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan mengambil salah satu
dari tiga bentuk yang berbeda (Engel, Blackwell dan Miniard dalam Tjiptono, 2004 :
112), yaitu :
1. Diskonfirmasi positif, yaitu apabila kinerja lebih baik dari yang diharapkan.
2. Konfirmasi sederhana, apabila kinerja sama dengan yang diharapkan.
3. Diskonfirmasi negatif, apabila kinerja lebih buruk dari yang diharapkan.
Diskonfiormasi positif menghasilkan respon kepuasan dan yang berlawanan
terjadi ketika diskonfirmasi negatif. Konfirmasi sederhana menyiratkan respon
yang lebih netral yang tidak positif atau negatif. Kepuasan pelanggan
keseluruhan pada akhirnya berpengaruh negatif pada komplain pelanggan dan
berpengaruh positif pada kesetiaan pelanggan.
Dikaitkan dengan kepuasan masyarakat, maka kepuasan pelanggan dapat
dianalogikan sebagai kepuasan masyarakat yang membutuhkan pelayanan
perusahaan, dalam hal ini usaha perusahaan dalam mengimplementasikan program
tanggung jawab sosialnya.
Menurut KepMenPan No. Kep/25/M.PAN/2004 tanggal 24 Februari 2004,
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) merupakan data dan informasi tentang tingkat
kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan
kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur
penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan
kebutuhan
Dalam penelitian ini penulis mengukur implementasi dan efektifitas program
tanggung jawab sosial perusahaan ditinjau berdasarkan harapan masyarakat. Oleh
karena itu, alat ukur yang dipakai untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat
berbasis kebutuhan dasar masyarakat.
Untuk menentukan instrumen di dalam alat ukur tingkat kepuasan
masyarakat, penulis berusaha mengkolaborasikan antara teori tiga pilar utama
dalam pembangunan berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan dengan
alur pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang telah ada di PT. Inco
Tbk dengan mengaplikasikan dan menggunakan cara riset mengenai kebutuhan
dasar masyarakat, sehingga nantinya secara riil dapat diketahui atribut yang
memiliki hubungan kuat dengan kepuasan masyarakat.
Untuk mengevaluasi tingkat kepuasan masyarakat terhadap usaha
perusahaan dalam mengimplementasikan program tanggung jawab sosialnya,
penulis akan menilai melalui 8 (delapan) variabel yang terdiri atas 4 (empat) dari
delapan visi dan misi PT. Inco Tbk yang berkaitan dengan skema pembangunan
berkelanjutan dan reputasi, 4 (empat) tahap pelaksanaan program sebagai berikut :
1. Lisensi sosial, bahwa PT. Inco Tbk berkomitmen untuk berkembang bersama
masyarakat dalam operasinya;
2. Pertumbuhan, bahwa PT. Inco Tbk memperluas kapasitas produksi dan
penggunaan sumber daya guna memenuhi kebutuhan seluruh stakeholder
dengan persyaratan sebagaimana tercantum dalam kontrak karya;
3. Komitmen PT. Inco Tbk terhadap Indonesia dengan memenuhi komitmen
kontrak karya sekaligus memperlihatkan sikap sebagai warga usaha yag
bertanggung jawab dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan hidup;
4. Tahap persiapan dan konsolidasi terdiri atas pemetaan stakeholder, sosialisasi,
diskusi dan konsultasi publik;
5. Tahap pemetaan kebutuhan secara partisipatif terdiri atas pemetaan
stakeholder, public hearing/den gar pendapat, konsultasi publik, pemetaan
kebutuhan, lokakarya desa, lokakarya kecamatan, penyiapan strategi rencana
tindak;
6. Penyusunan strategi/rencana tindak terdiri atas penyusunan program prioritas,
konsultasi public, penyusunan mekanise pelaksanaan program dn pembagian
peran;
7. Implementasi strategi/rencana tindak terdiri atas integrasi program dengan
program kabupaten untuk masing-masing dinas, pemantauan dan evaluasi
secara partisipatif seluruh proses implementasi mulai dari perencanaan sampai
pelaksanaan program.
8. Reputasi, bahwa PT. Inco Tbk memastikan tindakan-tindakan yang diambil
menunjukkan nilai-nilai yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata
stakeholder.
D. Pengertian Citra Perusahaan
Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah
cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu
komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap
perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya.
Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial,
bankir, staf perusahaan, masyarakat sekitar, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi
dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai
pandangan terhadap perusahaan.
Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima
jenis citra yang dikemukakan, yakni:
1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-
anggota organisasi iasanya adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar
tentang organisasinya.
2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan yang
dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organ isasi.
3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh
pihak manajemen.
4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara
keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.
5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang,
atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan
suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut
secara keseluruhan.
Citra perusahaan (corporate image) dalam wikipedia merupakan kesan
psikologis dan gambaran dari berbagai kegiatan suatu perusahaan di mata khalayak
publiknya yang berdasarkan pengetahuan, tanggapan serta pengalaman-
pengalaman yang telah diterimanya. Penilaian tertentu terhadap citra perusahaan
oleh publiknya bisa berbentuk citra baik, sedang dan buruk.
Dengan adanya citra baik/positif, maka perusahaan akan lebih mudah
memperoleh kepercayaan dari tiap-tiap komponen masyarakat. Perlu dilakukan
beberapa langkah strategis guna mendapatkan citra yang positif ini, diantaranya
komitmen antara pimpinan dan bawahan untuk mewujudkan setiap tanggung jawab
sosial perusahaan dalam setiap kegiatan bisnisnya.
Karakteristik citra perusahaan menurut Napoles (20-21), sebagai
1. Strong emotional sense, kekuatan respon masayarakat.
2. Appereance of power, pelanggan akan loyal terhadap perusahaan yang stabil.
3. Sense of experience, confidence, and tradition, dengan image yang baik dan
mantap, apapun yang dilakukan perusahaan tetap mendapatkan kepercayaan
dari masyarakat.
4. Slow Process, suatu proses yang panjang dan waktu yang lama.
Faktor faktor yang mempengaruhi citra perusahaan, menurut Wikipedia ada lima,
yaitu :
1. Orientasi terhadap manfaat yang telah diberikan atau diterima, dan sebagaimana
diinginkan oleh kelompok khalayak sasarannya.
2. Manfaat yang ditampilkan melalui kualitas atau kuantitas pelayanan cukup
realistis dan mengesankan bagi khalayaknya.
3. Citra yang baik tersebut telah dipresentasikan berdasarkan kemampuan
perusahaan, kebangggaan, nilai nilai kepercayaan, kejujuran dan mudah
dimengerti oleh publik sebagai khalayak sasaran.
4. Citra yang baik muncul dari akibat penilaian atau tanggapan publik terhadap
berbagai aktivitas, empati, prestasi dan reputasi perusahaan selama melakukan
berbagai kegiatannya.
5. Citra baik perusahaan lainnya yang dapat timbul dari aspek yang menampilkan
keseriusannya dalam tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih peduli pada
kelestarian lingkungan hidup, menggunakan teknologi ramah lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Dengan demikian maka program tanggung jawab sosial perusahaan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi citra perusahaan. Keuntungan
yang didapat dari program tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan dengan
citra yaitu:
1. Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik.
2. Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar,
3. Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai
social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari
pembangunan citra perusahaan (corporate image building).
Kegiatan program tanggung jawab sosial perusahaan yang diarahkan
memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat
sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam
jangka panjang.
Dalam dunia pemasaran, pembentukan citra perusahaan yang positif akan
sangat membantu perusahaan dalam kegiatan pemasarannya, karena dalam
kondisi persaingan yang sangat ketat maka setiap perusahaan akan berusaha
menempatkan dirinya sebaik mungkin di mata konsumen agar dapat dipercaya
untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Kotler (2003:326) bahwa citra merupakan
persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Bloemer et al
(2002:687) menyatakan citra mempengaruhi kepuasan, kepuasan mempengaruhi
kepercayaan.
Citra perusahaan digambarkan sebagai kesan keseluruhan yang dibuat
dalam pikiran masyarakat tentang suatu organisasi. (Barich dan Kotler 1991, dalam
Nguyen dan Leblanc, 2002:243). Citra perusahaan berhubungan dengan nama
bisnis, arsitektur, variasi dari produk, tradisi, ideologi dan kesan pada kualitas yang
dikomunikasikan oleh setiap karyawan yang berinteraksi dengan klien organisasi
(Nguyen dan Leblanc, 2002:243).
Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Menurut Keller (1993) seperti
yang dikutip oleh Adreassen bahwa pada tingkat perusahaan, citra dapat diartikan
sebagai persepsi suatu organisasi yang tercermin berupa asosiasi dalam ingatan
konsumen. Citra perusahaan ditentukan oleh bagaimana interpretasi tentang
identitas perusahaan, yang membentuk keseluruhan kesan atau persepsi dalam
pikiran konsumen (Thomas dan Hill, 1999:376). Lebih lanjut Belanger et. al
(2002:218) menyatakan bahwa citra organisasi merupakan hasil tanggapan pribadi
seorang individu terhadap suatu organisasi.
Respon muncul akibat interaksi baik yang direncanakan atau tidak,
dipengaruhi atau tidak, melalui perantara atau interpersonal. Citra masyarakat
terhadap suatu organisasi, seringkali merupakan hasil interaksi masyarakat dengan
anggota organisasi.
Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain
sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan di
bidang keuangan, hubungan bisnis yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan
kerja dalam jumlah yang besar, turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen
mengadakan riset dan sebagainya (Jefkin, 1992:62). Adreassen dan Lindestad
(1998:15) menyatakan citra perusahaan dapat diidentifikasi sebagai suatu faktor
untuk mengevaluasi jasa dan perusahaan secara keseluruhan.
Citra perusahaan mempunyai berapa makna, ada perusahaan yang dinilai
baik, biasa saja, dan ada yang dinilai kurang baik bahkan tidak baik. Itu semua
merupakan hasil dari usaha perusahaan tersebut dalam memberikan pelayanan
yang memuaskan pelanggannya. (Hanif, tanpa tahun). Citra perusahaan
mempunyai 2 komponen yang prinsip yaitu fungsional dan emosional. Komponen
fungsional berhubungan karakteristik yang berwujud, yang mana dengan mudah
diukur, sedangkan komponen emosional diasosiasikan dengan dimensi psikologi
yang mana dihubungkan dengan perasaan dan sikap terhadap suatu organisasi
(Nguyen dan Leblanc, 2002:243).
Menurut Buchari Alma (2005:375), citra tidak dapat dicetak seperti membuat
barang di pabrik, akan tetapi citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan
pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang sesuatu. Citra terbentuk dari
bagaimana perusahaan melaksanakan kegiatan operasionalnya, yang mempunyai
landasan utama pada segi layanan.
Setiap orang bisa melihat citra perusahaan berbeda-beda, tergantung pada
persepsinya terhadap perusahaan tersebut, atau sebaliknya masyarakat menilai
sama (public opinion). Menurut Andreassen dan Lindestad (1998:16) citra
perusahaan adalah evaluasi secara keseluruhan terhadap perusahaan dan diukur
dengan menggunakan 3 indikator yaitu, (1) pendapat keseluruhan mengenai
perusahaan, (2) pendapat mengenai kontribusi perusahaan untuk masyarakat, dan
(3) kesukaan terhadap perusahaan.
Berbagai penelitian telah menjadikan citra perusahaan sebagai indikator dari
kinerja sosial suatu perusahaan (Riordan, 1997:401). Turban dan Greening
(1995:658) mendefenisikan kinerja sosial perusahaan sebagai, “a construct that
emphasizes a company’s responsibilities to multiple stakeholders, such as
employees and the community at large, in addition to its traditional responsibilities to
economic shareholders”. Kinerja sosial perusahaan telah memperoleh perhatian dari
para peneliti sebagai ukuran alternatif terhadap kinerja perusahaan, disamping
ukuran yang tradisional seperti kinerja keuangan.
Menurut Leblanc dan Nguyen (1996:33) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi citra perusahaan jasa adalah identitas perusahaan, reputasi, tanda-
tanda yang tangible, contact personnel dan tingkatan jasa.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian Josua (2007), dalam penelitiannya yang berjudul ”Pola Kemitraan dalam
praktek Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Program Community
Development PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba
Samosir” menyimpulkan bahwa motif utama PT. Toba Pulp Lestari Tbk.
menggulirkan kebijakan paradigma baru sebagai deskripsi tanggung jawab
sosialnya adalah untuk mengamankan operasional pabrik. Motif tersebut
mengaburkan aspek kerelaan (voluntarism) dan kemitraan yang dibangun atas
dasar hubungan sub ordinasi, dimana masing-masing partisipan memiliki status,
kemampuan dan kekuatan yang tidak seimbang. Yayasan yang dibentuk idealnya
adalah merupakan representasi dari sektor sukarela (voluntary) yang berperan
sebagai agen pembaru (change agent) untuk mendinamisasi program dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, namum kenyataannya lebih cenderung sebagai
korporasi negara.
Ichsan (2007), dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Program
Community Development di Pertamina UPMS IV Semarang menyimpulkan bahwa
kinerja implementasi program community development tidak berjalan dengan baik,
sehingga program tersebut gagal dan perlu ditinjau ulang dalam pelaksanaan
program, karena terdapat bias dari implementasi program community development
tersebut dilihat dari indikator output, disebabkan Pertamina tidak memiliki
mekanisme dan kriteria standar baku yang dibuat menjadi kebijakan formal.
Zaleha (2008) dengan judul tesis peranan CSR PT. Inalium Divisi PLTA. Siguragura
terhadap pengembangan sosio ekonomi masyarakat kecamatan Pintupohan Meranti
kabupaten Toba Samosir . Metoda/Teknik Analisis Data yang digunakan adalah
Analisis Deskriptif, Analisis Uji Beda Rata-Rata (Compare Mean) dan Analisis
Korelasi Sederhana (Simple Correlation Analisys).
Hasil penelitian menunjukkan CSR PT. Inalum belum memiliki dokumen
perencanaan dan strategi, masih dianggap biaya (cost) dan belum dianggap
sebagai Investasi Sosial (Social Investment), tingkat pengetahuan (awareness) dan
keterlibatan masyarakat masih rendah dan belum memiliki konsep pembangunan
kesejahteraan masyarakat. Pendidikan, pendapatan nominal dan pendapatan riil
karyawan sebelum dan sesudah adanya program CSR berbeda nyata. Pendidikan
dan pendapatan nominal masyarakat sebelum dan sesudah adanya program CSR
berbeda nyata, tetapi pendapatan riil masyarakat tidak berbeda nyata. Peningkatan
pendidikan masyarakat lebih tinggi dari karyawan karena didukung oleh faktor sosial
budaya masyarakat (batak toba) yang sangat mengutamakan pendidikan anak.
Ditinjau dari pendapatan nominal, bantuan memberi peran terhadap ekonomi
karyawan dan masyarakat, namun secara riil belum berperan akibat inflasi yang
tinggi pada tahun 2005. Peran CSR terhadap pengembangan ekonomi lokal (local
economic development) adalah adanya 17 unit usaha mitra kontraktor sebagai
rekanan PT. Inalum yang dapat menyerap tenaga kerja masyarakat. Korelasi modal
CSR terhadap aktivitas (buka jam) pasar berbeda secara nyata (signifikan) dengan
nilai korelasi negatif. Hal ini menunjukkan aktivitas pasar cenderung turun seiring
kenaikan modal CSR, karena pembangunan pasar sebagai pusat aktivitas ekonomi
masyarakat dan infrastruktur pendukung lainnya tidak bermanfaat dalam
mengembangan masyarakat. Program CSR yang diluncurkan masih lebih banyak
bersifat konsumtif. Untuk mendukung berhasilnya pengembangan masyarakat
(community development) dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) PT.
Inalum, diperlukan sebuah solusi kemitraan antara pemerintah, PT. Inalum dan
masyarakat (kemitraan tripartit) dan program CSR dengan mengembangkan
ekonomi masyarakat lokal yang sifatnya produktif.
F. Kerangka Pemikiran
Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah
cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu
komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap
perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya.
Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial,
bankir, staf perusahaan, masyarakat sekitar, pesaing, distributor, pemasok. Citra
perusahaan apakah positif maupun negatif timbul sebagai akibat puas atau tidak
puas konsumen atau masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Puas atau tidak
puasnya masyarakat tergantung dari implementasi program corporate social
responsibility (CSR) oleh PT. Inco Tbk. Secara lengkap hubungan antar variabel
dijelaskan pada Gambar 2.2 di bawah ini :
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
Sesuai dengan kerangka konseptual pada Gambar 2.2 di atas, maka model yang
dibangun adalah :
Y1 = f (X) (1)
Y2 = f (X1,Y1) (2)
Dimana :
X = Implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk
Y1 = Tingkat kepuasan masyarakat
Y2 = Citra Perusahaan
Implementasi program CSR oleh PT. Inco (X)
Tingkat Kepuasan Masyarakat (Y1)
Citra Perusahaan (Y2)
+α1
+β1
+β2
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, dan kerangka
konseptual penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap
tingkat kepuasan masyarakat setempat
2. Terdapat pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap citra
perusahaan pada masyarakat setempat
3. Terdapat pengaruh tingkat kepuasan masyarakat terhadap citra perusahaan
4. Terdapat pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap citra
perusahaan melalui peningkatan kepuasan masyarakat setempat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian assosiasi yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap dependen yang
menggabungkan kualitatif dan kuantitatif, dengan menggunakan metode survei.
Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi yang besar
maupun kecil, tetapi yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi dan
hubungan antar variabel. Survei juga dapat digunakan untuk menyelidiki hubungan
atau untuk menguji hipotesis-hipotesis. (Singarimbun, 1999).
Penelitian ini dilakukan pada di Perumahan Tapu Ondau, Sumasang II,
Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
B. Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Kualitatif
Yaitu data yang diperoleh berupa keterangan-keterangan yang mendukung
penelitian ini seperti data profil perusahaan
2. Data Kuantitatif
Yaitu data yang berupa angka-angka. Data kuantitatif yang akan digunakan
antara lain data tentang jumlah karyawan.
Dilihat dari segi sumber perolehan data, maka data yang dikumpul adalah data :
1. Data primer peroleh melalui pelaksanaan survey lapangan dengan menyebarkan
kuesioner kepada penghuni dan atau pemilik kavling di perumahan Tapu Ondau,
Sumasang, Sorowako. Selain itu, metode wawancara juga akan dilakukan
dengan berbagai pihak dengan maksud untuk menggali informasi yang tidak
dapat diperoleh dari kuesioner dan data sekunder.
2. Data sekunder dapat diperoleh dari sumber internal (organisasional) dan
eksternal (Cooper dan Emory, 1996, h.257). Sumber internal diperoleh dari PT.
Inco Tbk dan instansi yang terkait dengan pembangunan perumahan. Adapun
sumber eksternal diperoleh dari telaah literatur, koran/majalah, media elektronik
dan lain-lain.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal pada
perumahan Tapu Ondau, Sumasang, Sorowako. Adapun jumlah masyarakatnya
adalah 393 orang
2. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
proporsional random sampling yaitu pengambilan sampel dengan secara acak
sederhana (simple random sampling). Pengambilan sampel teknik ini dilakukan
dengan asumsi populasi homogen yaitu sama-sama merasakan efek dari
implementasi CSR oleh PT. Inco Tbk. Menurut Umar (2008) jika sampel
homogen pengambilan sampel minimum 30 % dari populasi. Atas kriteria ini
sehingga sampel yang ditetapkan adalah 117.9 atau 120 orang.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan
struktural atau Structural Equation Modeling (SEM) untuk mengetahui hubungan
kausal antar variabel laten yang terdapat dalam persamaan struktural. Alat analisis
yang digunakan adalah dengan bantuan reduced form dan program aplikasi statistik
AMOS ver. 7.0 dan SPSS ver 17.0. Adapun reduced form yang digunakan
berdasarkan kerangka konseptual sebagai berikut :
1. Pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap tingkat
kepuasan masyarakat setempat.
2. Dimana: α0 dan α1adalah parameter yang akan ditaksir dan ε1 adalah error term
tingkat kepuasan masyarakat setempat.
3. Pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk dan kepuasan
masyarakat terhadap citra perusahaan
Dimana: β0, β1 dan β2, adalah parameter yang akan ditaksir dan ε2 adalah error
term citra perusahaan. Persamaan (2) dapat disederhanakan menjadi
Y1 = α0 + α1 X1 + ε1 (1)
Y2 = β0 + β1 X1 + β2 Y1 + ε2 (2)
Y2 = β0 + β1 X1 + β2 (α0 + α1 X1 + ε1) + ε2
Y2 = β0 + β1 X1 + β2α0 + β2α1 X1 + β2ε1 + ε2
Y2 = (β0 + β2α0) + (β1 + β2α1) X1 + (β2ε1 + ε2)
Dimana :
θ0 = (β0 + β2α0) = konstanta untuk Y2
θ1 = (β1 + β2α1) = total pengaruh X1 terhadap Y2
µ2 = (β2ε1 + ε2) = Error term dari Y2
Keterangan:
1. Konstanta
α0 = konstanta untuk Y1
θ0 = (β0 + β2α0) = konstanta untuk Y2
2. Pengaruh langsung (direct effect)
α1 = Pengaruh langsung X1 terhadap Y1
β1 = Pengaruh langsung X1 terhadap Y2
β2 = Pengaruh langsung X2 terhadap Y2
3. Pengaruh tak langsung (indirect effect)
β2α1 = Pengaruh tak langsung X1 terhadap Y2 melalui Y1
4. Total Pengaruh :
β1 + β2α1 = Total pengaruh X1 terhadap Y2
E. Variabel dan Definisi Konseptual
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diteliti yaitu program
Corporate Social Responsibility atau biasa disebut CSR, tingkat kepuasan
masyarakat dan citra perusahaan
1. Program CSR oleh PT. Inco dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk
mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi,
dan lingkungan, serta terus-menerus menjaga agar dampak tersebut
menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan
menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan.
Indikator implementasi CSR adalah :
a. Komitmen perusahaan (Lisensi sosial, pertumbuhan ekonomi, lingkungan
hidup dan reputasi)
b. Pelaksanaan (Tahapan persiapan, pemetaan kebutuhan, penyusunan
strategi dan pelaksanaan program)
2. Tingkat kepuasan masyarakat adalah fungsi dari kesan kinerja dan harapan.
Apabila kinerja berada di bawah harapan, maka masyarakat menjadi tidak puas,
sebaliknya apabila kinerja perusahaan memenuhi harapan, masyarakat menjadi
puas dan apabila kinerja melebihi harapan, masyarakat amat puas atau senang.
3. Citra perusahaan merupakan kesan psikologis dan gambaran dari berbagai
kegiatan suatu perusahaan di mata khalayak publiknya yang berdasarkan
pengetahuan, tanggapan serta pengalaman-pengalaman yang telah diterimanya.
Penilaian tertentu terhadap citra perusahaan oleh publiknya bisa berbentuk citra
baik, sedang dan buruk. Dengan adanya citra baik/positif, maka perusahaan
akan lebih mudah memperoleh kepercayaan dari tiap-tiap komponen
masyarakat.
Pengukuran citra perusahaan mengacu pendapat Andreassen dan Lindestad
(1998:16) yaitu, (1) pendapat keseluruhan mengenai PT. Inco Tbk, (2) pendapat
mengenai kontribusi PT. Inco Tbk untuk masyarakat, dan (3) kesukaan terhadap
program implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Inco Tbk adalah satu di antara produsen-produsen utama dunia untuk
nikel, sejenis logam serba-guna yang penting untuk meningkatkan standar
kehidupan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Selama lebih dari 40 tahun, PTI
telah menyediakan lapangan kerja dan pelatihan, menunjukkan kepedulian terhadap
kebutuhan masyarakat di lingkungan PTI beroperasi, menghasilkan keuntungan
bagi pemegang saham dan memberikan kontribusi bagi kemakmuran bangsa dan
rakyat Indonesia.
Perseroan didirikan pada bulan Juli 1968 sebagai anak perusahaan yang
sepenuhnya dimiliki oleh Vale Inco Limited dari Kanada (semula Inco Limited, “Vale
Inco”). PTI menandatangani Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia pada
tanggal 27 Juli 1968 (“Kontrak Karya Awal”).
Setelah penandatanganan Kontrak Karya Awal, PTI memulai kegiatan
eksplorasi di wilayah seluas 6,6 juta hektar yang semula diberikan. Sebagaimana
diatur dalam Kontrak Karya Awal tersebut, PTI telah melepaskan sebagian besar
wilayah Kontrak Karya Awal setelah menemukan lokasi yang lebih tepat bagi
kegiatan operasi PTI. Luas wilayah Kontrak karya saat ini adalah 218.529 hektar,
kurang dari 5% dari luas wilayah yang semula diberikan.
55
PTI memulai konstruksi pabrik pertama pada tahun 1973 dengan satu lini
pengolahan pyrometalurgi dan fasilitas-fasilitas terkait. Pada tahun 1975, PTI
memulai konstruksi dua lini pengolahan tambahan dan satu instalasi pembangkit
listrik tenaga air. PTI memulai produksi komersial pertama pada bulan April 1978.
Pada tahun 1993, PT. Inco menyelesaikan perluasan fasilitas pengolahan dari
kapasitas produksi tahunan nominal semula 36.300 metrik ton nikel dalam matte
menjadi 47.600 metrik ton.
Pada tanggal 15 Januari 1996, PTI menandatangani Perjanjian Perubahan
dan Perpanjangan Kontrak Karya untuk mengubah dan memperpanjang kontrak
tersebut dari tanggal 1 April 2008 menjadi tanggal 28 Desember 2025 (“Perjanjian
Perubahan”, dan bersama dengan Kontrak Karya Awal, “Kontrak Karya”). Sesuai
dengan Perjanjian Perubahan tersebut, PTI menyelesaikan perluasan berskala
besar pada tahun 1999, yang meningkatkan kapasitas terpasang tahunan dari
fasilitas pengolahan PTI menjadi 68.000 metrik ton nikel dalam matte. Selama
perluasan tersebut, PTI menambah lini produksi keempat dan satu fasilitas
pembangkit listrik tenaga air baru di Balambano. Pada tahun 2003 untuk pertama
kalinya PTI melampaui kapasitas terpasang tahunan dengan produksi sebesar
70.216 metrik ton.
Usaha PTI memproduksi nikel dalam matte dari bijih laterit yang diolah di
dalam fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu dekat Sorowako di Pulau
Sulawesi. Nikel dalam matte merupakan produk setengah jadi dengan kandungan
rata-rata 78% nikel dan 20% sulfur. Seluruh produksi PTI dijual dalam mata uang
Dolar AS berdasarkan kontrak-kontrak jangka panjang. Kekuatan daya saing PTI
terletak pada cadangan bijih yang berlimpah, tenaga kerja yang trampil dan terlatih
baik, dan pembangkit listrik tenaga air berbiaya rendah.
Perseroan memiliki satu kelas saham dan saat ini memiliki 9.936.338.720
lembar saham yang ditempatkan dan beredar. Saham PTI pertama kali tercatat di
Bursa Efek Indonesia pada tanggal 16 Mei 1990, ketika 20% saham Perseroan
ditawarkan kepada publik untuk memenuhi kewajiban Perseroan sesuai ketentuan
dalam Kontrak Karya Awal untuk mendivestasikan persentase tersebut dari saham
biasa Perseroan kepada pembeli Indonesia.
Pada tanggal 31 Desember 2009, Vale Inco, satu di antara pemimpin pasar
produsen nikel dunia, memiliki Perseron secara langsung 58,7% dan secara tidak
langsung sebesar 0,4% melalui Vale Inco Japan Limited. Secara keseluruhan Vale
Inco memiliki 59,1%. Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (“Sumitomo”) dari Jepang,
sebuah perusahaan penambangan dan peleburan utama memiliki 20,1% saham
Perseroan. Sisanya, 21,2% saham PTI dimiliki oleh publik dan pemegang saham
lain.
1. Visi dan Misi
Visi PT. Inco Tbk adalah menjadi pemimpin produsen nikel utama dunia. Misi PT.
Inco Tbk adalah mengembangkan sumber daya Indonesia yang dipercayakan
kepada PT. Inco Tbk hingga rentensi maksimal untuk manfaat seluruh pemangku
kepentingan. PT. Inco Tbk akan memenuhi komitmen kepada:
a. Investor melalui pertumbuhan pendapatan jangka panjang.
b. Karyawan dengan memastikan lingkungan kerja yang aman, sehat dan imbal-
kerja yang baik.
c. Pelanggan dengan memasok produk bermutu dan tepat waktu.
d. Indonesia dengan memenuhi komitmen Kontrak Karya sekaligus
memperlihatkan sikap sebagai warga usaha yang bertanggung jawab dan
kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan hidup.
Perseroan akan menjadi penghasil nikel utama yang dapat diandalkan dan
sangat menguntungkan, memberikan imbal-hasil yang konsisten dan menarik
bagi pemegang saham.
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, PT. Inco Tbk menjalankan strategi :
a. Pertumbuhan. Perusahaan memperluas kapasitas produksi dan penggunaan
sumber daya guna memenuhi kebutuhan seluruh stakeholder dengan
persyaratan sebagaimana tercantum dalam kontrak karya.
b. Effisiensi. Perusahaan meningkatkan effisiensi guna meningkatkan
keuntungan dan mempersiapkan diri dalam menghadapi fluktuasi harga nikel.
c. Tenaga kerja. Perusahaan memastikan semua tenaga kerja yang ada
menjalankan strategi yang telah ditetapkan. Tenaga kerja di PT. Inco Tbk
merupakan tenaga kerja terlatih. Mereka bekerja dengan semangat tepat
waktu, tepat lokasi, tepat biaya.
d. Lisensi sosial. Perusahaan berkomitmen untuk berkembang bersama
masyarakat dalam operasinya.
e. Perlindungan Aset. Perusahaan bertanggung jawab secara aktif dalam
melindungi asset-aset strategisnya.
f. Reputasi. Perusahaan memastikan tindaan-tindakan yang diambil
menunjukkan nilai-nilai yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di
mata stakeholder.
2. Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Sebagai perusahaan yang telah beroperasi selama lebih kurang dari 40
tahun, PT. Inco Tbk merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
lokal di sekitar wilayah operasinya meliputi tiga propinsi yaitu Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Bagi PT. Inco Tbk, masyarakat lokal yang sejahtera adalah jembatan
untuk mewujudkan salah satu tujuan perusahaan yakni memperkuat kemitraan
dan kerjasama dengan pemerintah, karyawan dan masyarakat lokal. Keterlibatan
dalam semua segi pengembangan masyarakat merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari komitmen tanggung jawab sosial perusahaan PT. Inco Tbk,
karena PT. Inco Tbk tumbuh dan menjadi sejahtera bersama-sama. Seluruh
inisiatif yang ada bertujuan untuk menyokong pengembangan yang
berkelanjutan. Oleh karena itu, sejak awal program pemberdayaan masyarakat
tidak ada program yang sekali jalan, begitu pula dengan program community
development yang dilakukan PT. Inco Tbk.
a. Dekade Perkembangan Program Tanggung Jawab Sosial PT. Inco
Tbk
Dekade program bantuan kepada masyarakat pada tahun 1969
sampai dengan 1990, bantuan PT. Inco Tbk pada awalnya memusatkan
perhatian pada 3 sektor, yaitu Prasarana, Pendidikan dan pelatihan, serta
kesehatan. Pembangunan sarana pertama untuk kegiatan operasinya di
Malili dan Sorowako, yaitu mendirikan sebuah kamp eksplorasi, dihuni oleh
sekelompok kecil ahli geologi dan staff pendukung. Pembangunan prasarana
kemudian berkembang dan berlanjut untuk memenuhi prasarana kunci
seperti jalan raya, bandara dan pelabuhan, air besih dan pengolahan
sampah, balai masyarakat, pertokoan dan rumah-rumah ibadah, yang dapat
dimanfatkan baik oleh karyawan dan masyarakat luas. Untuk kesejahteraan
karyawan dan keluarganya, PT. Inco Tbk pun memperhatikan sektor
pendidikan dan pelatihan dengan mendanai pembangunan sekolah. Di
bidang kesehatan, PT. Inco Tbk dengan membangun rumah sakit modern,
yang menyediakan jasa kesehatan bagi karyawan dan keluarga mereka, dan
juga memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
Dekade 1991 sampai dengan 2000, PT. Inco Tbk menambahkan satu
sektor yang menjadi perhatian tanggung jawab sosialnya, yaitu di bidang
pertanian.
Sejak tahun 2000, program pembangunan masyarakat
(Community Development, awalnya disingkat menjadi CD, tapi mulai tahun
2005 disingkat menjadi Comdev) PT. Inco Tbk telah mencurahkan perhatian
pada enam kegiatan utama: pendidikan; kesehatan; pengembangan
ekonomi; pertanian dan perikanan; program seni, budaya, dan kampanye
perdamaian; serta bantuan tanggap darurat.
Pada perkembangan berikutnya mulai tahun 2008, program comdev
dengan kata lain disebut sebagai pemberdayaan berkelanjutan tetap
mencurahkan pada enam kegiatan tetapi ada beberapa kegiatan yang
dijadikan satu dengan kegiatan lain dan membentuk kegiatan baru yang
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kini. Enam kegiatan tersebut
adalah bidang pendidikan; pertanian; prasarana; kesehatan; UMKM (Usaha
mikro, kecil dan menengah); dan sosial budaya.
Pengalaman membuktikan upaya untuk memberdayakan masyarakat
harus dilaksanakan dengan tekad dan komitmen yang sungguh-sungguh dari
semua pihak yang terlibat yakni masyarakat dan PT. Inco Tbk. Untuk itulah
PT. Inco Tbk terus menerus mengevaluasi pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan agar program dapat
mencapai tujuannya termasuk dalam kerangka ini adalah mengubah
paradigma program dari program yang berdasarkan keinginan sekelompok
kecil elit, menjadi yang berbasis pada kebutuhan riil masyarakat dan dari
pembangunan bersifat fisik menjadi non fisik.
Perubahan paradigma program pemberdayaan masyarakat itu sedikit
demi sedikit telah menunjukan hasilnya. Dengan adanya pengakuan banyak
pihak bahwa pelaksanaanya sudah cenderung lebih menyentuh kebutuhan
dan problem masyarakat lokal.
Namun yang paling penting dari hasil yang telah dicapai program
comdev PT. Inco Tbk di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Tenggara adalah terciptanya program kerjasama yang sinergis antara PT.
Inco Tbk, masyarakat lokal dan pemerintah.
Apa yang telah dilakukan di lapangan memperlihatkan bahwa program
pemberdayaan masyarakat PT. Inco Tbk saling melengkapi dan terkait erat
dengan program pembangunan pemerintah dan berbagai inisiatif masyarakat
sendiri. Dengan demikian PT. Inco Tbk sangat mencermati tantangan dunia
pertambangan yang semakin kompleks dengan berusaha mewujudkan
paradigm program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam bingkai
Socially and Environmentally Fiendly.
b. Visi dan Misi program Pemberdayaan Masyarakat
Visi:
Tumbuh bersama masyarakat yang mandiri untuk mendukung kegiatan
operasi PT. Inco Tbk melalui pemanfaatan sumber daya lokal secara
keseluruhan.
Misi:
Memfasilitasi transformasi sosial dalam meningkatkan hubungan timbal-balik
yang saling menguntungkan melalui asistensi teknis, tukar informasi dan
diskusi publik peningkatan kapasitas, serta penerapan hasil-hasil penelitian
secara berkelanjutan.
c. Alur pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
Tabel 4.1 Tahapan Program Pemberdayaan Masyarakat
Oleh PT. Inco Tbk
Persiapan &
Konsolidasi
Pemetaan Kebutuhan
secara Partisipatif Penyusunan
Strategi / Rencana
Tindak
Implementasi Strategi
/ Rencana Tindak
• Pemetaan • Pemetaan • Penyusunan • Integrasi
• Sosialisasi •
Public Hearing & prioritas dengan
paradigma Konsultasi Publik •
Konsultasi program
baru ke seluruh •
Pemetaan publik kabupaten
Stakeholder kebutuhan •
Penyusunan untuk masing- • Diskusi dengan secara partisipatif mekanisme masing dinas
stakeholder di seluruh desa pelaksanaan •
Pemantuan
•
kunci; Bupati,
Bappeda,
Camat &
Kepala Desa
serta tokoh
agama dan
tokoh
masyarakat
Konsultasi
Publik
•
•
• Lokakarya desa
Lokakarya
kecamatan
Penyiapan
strategi rencana
tindak
program &
pembagian
peran
dan evaluasi
secara
partisipatif
seluruh proses
implementasi;
mulai dari
perencanaan
sampai
pelaksanaan
program
Dalam pelaksanaan program, sinergi antara perusahaan, masyarakat,
dan pemerintah adalah suatu keniscayaan. Diperlukan koordinasi yang
intensif antara perusahaan dan aparat pemerintah-baik di tingkat desa,
kecamatan, maupun kabupaten- dalam perencanaan, pelaksanaan, serta
monitoring dan evaluasi. Sekiranya koordinasi tidak dilakukan, maka
kemungkinan tumpang tindihnya pelaksanaan program akan sangat besar,
sehingga berujung pada pemborosan anggaran yang tidak seharusnya
terjadi.
Kerjasama dan sinergi program bukan hanya antara perusahaan dan
elemen pemerintah kabupaten, melainkan juga terhadap pelaksana program
pemberdayaan masyarakat yang dikoordinasi langsung oleh pemerintah
pusat, seperti PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat),
P2TPD (Program Pembaruan Tata Pemerintah Daerah), dan lain
sebagainya. Karena itu, diperlukan strategi dan pendekatan khusus dalam
proses sinergi berbagai program melalui serangkaian diskusi dan konsultasi
publik. Alur berikut memperlihatkan pendekatan/model yang digunakan oleh
PT. Inco Tbk dalam memaksimalkan sinergi program dari berbagai pihak.
Gambar 4.1 Kerangka Pelaksanaan dan Perumusan Sinergi Program
Comdev PT. Inco Tbk
Dengan menerapkan alur seperti ini, diharapkan terdapat pembagian
peran yang jelas antara sektor swasta dan pemerintah melalui serangkaian
diskusi publik yang panjang, mulai dari tingkat desa sampai tingkat
kabupaten. Tentunya sangat diharapkan terdapat pemahaman bersama
bahwa masalah-masalah pembangunan di daerah dapat diatasi melalui
upaya yang terintegrasi, sinergis, dan terarah.
Dengan menerapkan pendekatan alur di atas, diharapkan tumpang-
tindih program lintas sektor bisa dihindari. Pembagian peran antara berbagai
pelaku pembangunan pun bisa dimaksimalkan sehingga manfaat program
bisa dimaksimalkan sehingga bisa dirasakan oleh masyarakat secara
berkelanjutan.
d. Kontribusi di bidang Perumahan
PT. Inco Tbk menaruh perhatian besar pada penyediaan fasilitas infrastruktur
berupa pemukiman dan perumahan bagi karyawannya. Tujuannya adalah
agar karyawan dapat bekerja secara produktif dan nyaman oleh terpenuhinya
salah satu kebutuhan dasar tersebut. Kebijakan perusahaan di bidang
pemukiman diwujudkan melalui pembangunan rumah dinas karyawan,
pembangunan rumah tinggal karyawan dan pemberian tunjangan serta
insentif perumahan.
Selain itu, sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, PT. Inco
Tbk mengeluarkan kebijakan pembangunan infrastruktur pemukiman bagi
masyarakat sekitar. Di antaranya adalah proyek revitalisasi kawasan melalui
penataan pemukiman masyarakat tepian Danau Matano dan pemukiman
kembali (Resettlement) masyarakat adat lokal.
Pembangunan prasarana dasar masyarakat berupa perumahan dan fasilitas
lainnya terbagi atas, sebagai berikut :
1) Pemukiman Karyawan: PT. Inco Tbk dalam Pengembangan Pemukiman
Industri Sorowako, Towuti, Wasuponda dan Malili. Kiprah PT. Inco Tbk
dalam kurun waktu lebih dari 40 tahun kehadirannya di Luwu Timur tidak
saja menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian
masyarakat, tetapi juga telah berperan dalam mengembangkan
pemukiman industri. Pemukiman industri berupa fasilitas rumah dinas bagi
karyawan telah disediakan perusahaan pada wilayah Sorowako, Towuti,
Wasuponda dan Malili. Lebih dari 1000 unit hunian berupa rumah dan
asrama telah didirikan bagi karyawan PT. Inco Tbk. Pemukiman ini selain
menambah semarak perkembangan wilayah dengan terbukanya berbagai
fasilitas infrastruktur seperti listrik, jalan, sarana air minum, tempat ibadah,
dll, yang dapat dinikmati semua masyarakat, juga memberikan dampak
positif bagi perkembangan ekonomi masyarakat lokal melalui
perdagangan dan interaksi sosial. Perumahan di PT. Inco Tbk merupakan
contoh bagaimana membangun dan mengelola perumahan yang sehat,
nyaman dan ramah lingkungan.
2) Dukungan Perusahaan melalui Kebijakan Tunjangan, Insentif dan
Pinjaman Perumahan.
Tidak semua karyawan mendapat kesempatan untuk tinggal di
pemukiman/rumah dinas yang didirikan perusahaan. Untuk itu, demi
keadilan dan terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut, PT. Inco Tbk
memberikan berbagai kemudahan bagi karyawan untuk memiliki rumah
tinggal sendiri, baik rumah di sekitar wilayah kerja maupun di luar wilayah
kerja. Dukungan perusahaan diwujudkan melalui berbagai jenis
tunjangan, insentif dan pinjaman perumahan. Kebijakan ini telah
membantu karyawan memiliki rumah sendiri dengan dukungan modal dari
perusahaan.
3) Villa Danau Matano, Konsep Baru Pemukiman Karyawan PT. Inco Tbk.
Karyawan PT. Inco Tbk tidak lagi secara massive tinggal pada
perumahan dinas karyawan. Perusahaan memberikan dukungan
kepemilikan rumah di area kerja melalui program House Ownership Plan,
program perbaikan rumah, pemilikan rumah purna bakti di dalam atau di
luar daerah kerja, serta bantuan administrasi pemilikan rumah real estate
di luar daerah kerja.
Salah satu wujud program House Ownership Plan bagi karyawan PT. Inco
Tbk adalah pembangunan perumahan Villa Danau Matano di Sumasang
dengan jumlah rumah 347 unit. Melalui kerjasama dengan Pemda Lutim
dan pihak ketiga (real estate developer), karyawan PT. Inco Tbk dibantu
dalam program kepemilikan rumah di Villa Danau Matano Sumasang I,
Sorowako.
Perumahan ini unik karena sebagian besar dihuni oleh karyawan PT. Inco
Tbk dan kepemilikannya berbeda dengan rumah dinas PT. Inco Tbk.
Karenanya, perusahaan tidak dibebani biaya operasional dan perawatan
perumahaan.
4) Tuntaskan Masalah Perumahan Rakyat melalui Rumah Susun Sederhana
Sewa (RUSUNAWA).
Pemukiman kumuh di tepian Danau Matano telah menghadirkan masalah
tersendiri untuk masyarakat, pemerintah dan PT. Inco Tbk. Pencemaran
lingkungan danau dan ancaman penyakit menjadi alasan dilakukannya
relokasi penduduk yang bermukim di tepi Danau Matano tersebut. Melalui
kerjasama dengan pemerintah pusat, Pemda Lutim, dan pihak-pihak lain,
Masalah pemukiman kumuh masyarakat yang mencapai 12% dari seluruh
kawasan hunian tepian danau, dilakukanlah beberapa langkah strategis,
di antaranya memindahkan penghuni kawasan kumuh, mengembalikan
fungsi sepadan danau sebagai area konservasi dengan menempatkan
masyarakat sebagai pelaku utama dalam penataan pemukiman kumuh
tersebut. Untuk itu, dilakukan pembangun RUSUNAWA (Rumah Susun
Sederhana Sewa) sebagai salah satu opsi pemukiman masyarakat, atas
kerjasama Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah Luwu
Timur dan PT. Inco Tbk.
Rusunawa ini terdiri dari 3 tower lima lantai dengan kapasitas 266 unit
kamar tipe 36. Anggaran yang dialokasikan untuk proyek sebesar Rp.31.5
miliar ini berasal dari dana APBN dan APBD Luwu Timur. PT. Inco Tbk
berperan dalam memfasilitasi pembangunan jalan sepanjang 10000 m,
landscaping, penguatan lembaga pengelolaan Rusunawa serta
penyediaan konsultan detail engineering design.
Rusunawa yang terletak di kawasan Sumasang III ini telah diresmikan
pembangunannya oleh Sekretaris Direktur Jenderal Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum (PU) RI, Ismanto, MSc pada 22 Januari
2008. Dengan dilengkapi sarana olah raga, tempat bermain, laundry, dan
sarana perbelanjaan sederhana, Rusunawa ini cukup strategis karena
terletak dekat sekolah umum dan sumber air bersih yang memadai
sehingga masyarakat tepian danau memperoleh kemudahan untuk
menyewa rumah yang layak huni. Kehadiran Rusunawa juga berperan
dalam pelestarian Danau Matano melalui berkurangnya kawasan kumuh
di Sorowako.
5) Peran Multipihak dalam Pemukiman Kembali Masyarakat Adat Karunsie
Dongi.
Perusahaan juga menyatakan kepedulian bagi tersedianya pemukiman
masyarakat adat lokal, yaitu Karunsie Dongi. Dengan kerjasama
multipihak, perusahaan telah menyiapkan lahan untuk pembangunan 57
unit rumah dan fasilitas umum bagi masyarakat adat Karunsie Dongi di
wilayah Wasuponda. Pembangunan pemukiman masyarakat adat ini
merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap masyarakat lokal.
Upaya-upaya pembangunan pemukiman dan berbagai kebijakan
menyangkut itu telah membuahkan hasil nyata. Pada November 2008,
PT. Inco Tbk meraih Housing Award dari Kementerian Negara Perumahan
Rakyat yang diadakan dalam rangka memperingati hari Habitat
Internasional. PT. Inco Tbk terbukti menjadi salah satu perusahaan yang
menyediakan fasilitas terbaik bagi karyawan dan masyarakat.
Bagi PT. Inco Tbk, masyarakat lokal yang sejahtera adalah jembatan
untuk mewujudkan salah satu tujuan perusahaan yakni memperkuat
kemitraan dan kerjasama dengan pemerintah, karyawan dan masyarakat
lokal.
Pada awal 2000, kawasan Sumasang merupakan daerah tertutup.
Hanya beberapa karyawan PT. Inco Tbk dari bagian eksplorasi yang lalu
lalang karena ada kegiatan eksplorasi di sekitar daerah itu. Pada
pertengahan tahun 2002, Ketua Kerukunan Wawainia Asli Sorowako
(KAWAS) bersama pemerintah Luwu Utara dan PT. Inco Tbk, menyepakati
kompensasi berupa pengembangan kawasan Sumasang menjadi pemukiman
baru bagi masyarakat Sorowako.
Peletakan batu pertama pembangunan pemukiman baru ini dilakukan
oleh Bupati Luwu Timur pada bulan Oktober 2003-lima bulan setelah
Kabupaten Luwu Timur terbentuk.
Pada tahun 2004 PT. Inco Tbk mendanai penyiapan lahan dan
prasarana guna pembangunan perumahan seluas 40 hektar di Sumasang II
untuk merelokasi 313 keluarga penduduk asli Sorowako dari desa Nikkel
dekat Danau Matano, sebagai kompensasi atas penyerahan lahan Sorowako
kepada PT. Inco Tbk pada awal operasi tambang tahun 1970. Pembagian
lahannya masing-masing diberi kaveling 600m2. Selain itu, dalam relokasi
penduduk Desa Nikkel yang mendiami pinggir danau sebanyak 80 keluarga
masing-masing mendapatkan 300m2.
Selama tahun 2004 hingga kini, secara bertahap PT. Inco Tbk telah
mendanai proyek-proyek pembangunan sistem drainase, distribusi air bersih,
jalan dan perbaikan jalan, pasar tradisional, jaringan listrik, rumah ibadah,
dan sebuah kantor desa.
Perumahan Tapu Ondau-yang dalam bahasa Sorowako berarti
Tanjung Panang-akan berkembang menjadi kawasan percontohan. Beberapa
fasilitas umum seperti hotel, toko, dan tempat makan mulai tumbuh dan
diharapkan ikut menggairahkan kegiatan perekonomian di Sorowako dan
sekitarnya.
B. Hasil Penelitian
1. Implementasi program CSR PT. Inco Tbk
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan persepsi masyarakat terhadap
implementasi program CSR oleh PT. Inco adalah sebagai berikut :
a. Komitmen perusahaan
Komitmen perusahaan yang dimaksud adalah bagaimana PT. Inco Tbk
mempertanggung jawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial,
ekonomi, dan lingkungan, serta terus-menerus menjaga agar dampak
tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan
hidupnya.
Secara rata-rata, responden merespon sangat baik komitmen perusahaan
terkait program CSR oleh PT. Inco Tbk. Ini dapat dilihat dari hasil output
responden pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi Komitmen Perusahaan
sangat tidak setuju (1) 0 0
tidak setuju (2) 0 0
Ragu - ragu (3) 25 20.8
Setuju (4) 31 25.8
sangat setuju (5) 64 53.3
Total 120 100
Pernyataan Frequency Percent
Sumber : data primer diolah 2010
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas tampak bahwa secara rata-rata 20.8 %
responden yang masih ragu-ragu dengan komitmen perusahaan, 25.8 %
setuju dan 53.3 % responden menjawab komitmen perusahaan sangat
setuju.
Adapun komitmen perusahaan dituangkan dalam bentuk adanya lisensi
sosial, pertumbuhan ekonomi, lingkungan hidup dan reputasi
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah implementasi dari komitmen perusahaan untuk
melaksanakan program CSR.
Berdasarkan hasil jawaban responden terhadap pelaksanaan program
dijelaskan pada Tabel 4.3. berikut
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan CSR
sangat tidak setuju (1) 0 0
tidak setuju (2) 0 0
Ragu - ragu (3) 10 8.3
Setuju (4) 43 35.8
sangat setuju (5) 67 55.8
Total 120 100
Pernyataan Frequency Percent
Sumber : data primer diolah 2010
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas tampak bahwa secara rata-rata 8.3 %
responden yang masih ragu-ragu dengan pelaksanaan CSR oleh PT. Inco
Tbk, 35.8 % setuju dan 55.8 % responden menjawab sangat setuju terhadap
pelaksanaan CSR oleh PT . Inco Tbk.
Adapun pelaksanaan program CSR dituangkan dalam bentuk tahapan
persiapan, pemetaan kebutuhan, penyusunan strategi dan pelaksanaan
program.
2. Tingkat Kepuasan Masyarakat Setempat
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan persepsi masyarakat terhadap tingkat
kepuasan masyarakat terhadap implementasi program CSR oleh PT. Inco
adalah sebagai berikut :
a. Tingkat kepuasan terhadap komitmen perusahaan
Tingkat kepuasan terhadap komitmen perusahaan yang diukur adalah gap
(selisih) antara keinginan masyarakat terhadap komitmen perusahaan dan
kenyataan yang diterima oleh masyarakat atas program itu.
Adapun tingkat kepuasan masyarakat terhadap komitmen perusahaan
dijelaskan pada Tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kepuasan Masyarakat terhadap Komitmen
Perusahaan
sangat tidak setuju (1) 0 0
tidak setuju (2) 0 0
Ragu - ragu (3) 12 10.0
Setuju (4) 33 27.5
sangat setuju (5) 75 62.5
Total 120 100
Pernyataan Frequency Percent
Sumber : data primer diolah 2010
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas tampak bahwa secara rata-rata 10 %
responden yang masih ragu-ragu dengan komitmen CSR oleh PT. Inco Tbk,
27.5 % yang menyatakan setuju dan 62.5% responden menjawab sangat
setuju dengan adanya komitmen pelaksanaan CSR oleh PT . Inco Tbk.
b. Tingkat Kepuasan terhadap Pelaksanaan Program CSR PT. Inco
Tbk
Tingkat kepuasan terhadap pelaksanaan program CSR yang diukur adalah
gap (selisih) antara keinginan masyarakat terhadap pelaksanaan program
CSR perusahaan dan kenyataan yang diterima oleh masyarakat atas
pelaksanaan program itu.
Berdasarkan hasil jawaban responden terhadap pelaksanaan program
dijelaskan pada Tabel 4.5. berikut :
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kepuasan Masyarakat terhadap pelaksanaan CSR
PT. Inco Tbk
sangat tidak setuju (1) 0 0
tidak setuju (2) 0 0
Ragu - ragu (3) 7 5.8
Setuju (4) 33 27.5
sangat setuju (5) 80 66.7
Total 120 100
Pernyataan Frequency Percent
Sumber : data primer diolah 2010
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, tampak bahwa secara rata-rata 5.8 %
responden yang masih ragu-ragu dengan pelaksanaan CSR oleh PT. Inco
Tbk, 27.5 % yang menyatakan setuju dan 66.5% responden menjawab
sangat setuju dengan adanya pelaksanaan CSR oleh PT . Inco Tbk yang
masih belangsung sampai sekarang.
3. Citra Perusahaan
Citra perusahaan merupakan kesan psikologis dan gambaran dari berbagai
kegiatan suatu perusahaan di mata khalayak publiknya yang berdasarkan
pengetahuan, tanggapan serta pengalaman-pengalaman yang telah diterimanya.
Adapun gambaran singkat citra perusahaan di mata masyarakat terhadap
pelaksanaan program CSR adalah sebagai berikut :
a. Pendapat Keseluruhan Mengenai PT. Inco Tbk
Adapun pendapat keseluruhan mengenai perusahaan PT. Inco Tbk
dijelaskan pada Tabel 4.6. berikut
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pendapat Keseluruhan Mengenai PT. Inco
Tbk
sangat tidak setuju (1) 0 0
tidak setuju (2) 0 0
Ragu - ragu (3) 11 9.2
Setuju (4) 39 32.5
sangat setuju (5) 70 58.3
Total 120 100
Pernyataan Frequency Percent
Sumber : data primer diolah 2010
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, tampak bahwa secara rata-rata 9.2 %
responden yang masih ragu-ragu saat dimintai pendapat keseluruhan
terhadap PT. Inco. Berikutnya ada 32.5 % yang menyatakan PT. Inco Tbk itu
baik dan 58.3 % responden menjawab sangat setuju ketika dimintai
pendapat keseluruhannya mengenai PT. Inco Tbk.
b. Pendapat Mengenai kontribusi PT. Inco Tbk untuk masyarakat
Adapun pendapat mengenai kontribusi PT. Inco Tbk untuk masyarakat
dijelaskan pada tabel 4.7. berikut
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pendapat Mengenai Kontribusi PT.
Inco Tbk Untuk Masyarakat
sangat tidak setuju (1) 0 0
tidak setuju (2) 0 0
Ragu - ragu (3) 14 11.7
Setuju (4) 31 25.8
sangat setuju (5) 75 62.5
Total 120 100
Pernyataan Frequency Percent
Sumber : data primer diolah 2010
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, tampak bahwa secara rata-rata 11.7
% responden yang masih ragu-ragu saat dimintai pendapatnya mengenai
kontribusi PT. Inco Tbk untuk masyarakat, terhadap PT. Inco. Berikutnya ada
25.8 % yang menyatakan PT. Inco Tbk itu baik dan 62.5 % responden
menjawab sangat setuju saat dimintai pendapatnya mengenai kontribusi PT.
Inco Tbk. untuk Masyarat.
c. Kesukaan Masyarakat terhadap PT. Inco Tbk
Adapun pendapat mengenai kesukaan masyarakat terhadap PT. Inco
Tbk, dijelaskan pada Tabel 4.8. berikut :
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Kesukaan Masyarakat Terhadap PT. Inco
Tbk
sangat tidak setuju (1) 0 0
tidak setuju (2) 0 0
Ragu - ragu (3) 13 10.8
Setuju (4) 53 44.2
sangat setuju (5) 54 45.0
Total 120 100
Pernyataan Frequency Percent
Sumber : data primer diolah 2010
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, tampak bahwa secara rata-rata 10.8
% responden yang masih ragu-ragu saat dimintai pendapatnya tentang
kesukaannya terhadap program implementasi CSR PT. Inco Tbk, Berikutnya
ada 44.2 % yang menyatakan suka dengan program implementasi CSR PT.
Inco Tbk dan 45 % responden menjawab sangat suka dengan program
implementasi CSR PT. Inco Tbk untuk Masyarakat.
C. Analisis Normalitas Data
Uji normalitas data digunakan untuk melihat tingkat normalitas data yang
digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan AMOS 7.0. Pengujian ini
dilakukan dengan mengamati nilai skewness data yang digunakan, nilai statistik
untuk menguji normalitas disebut Z-value. Normalitas data dapat ditunjukkan
dengan Critical Ratio pada skewness data berada rentang antara ± 2,58 pada
tingkat sig. 0,001. Apabila nilai Z > CR maka dapat diduga bahwa distribusi data
adalah tidak normal (Ferdinand, 2002). Pada Tabel 4.9 akan disajikan hasil uji
normalitas :
Tabel 4.9. Uji Normalitas Data
Assessment of normality (Group number 1)
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
Y23 1.500 7.500 .637 2.849 -.467 -1.043
Y22 2.759 7.654 .658 2.942 -.586 -1.309
Y21 1.500 8.506 .619 2.767 -.473 -1.058
Y12 1.500 7.500 .299 1.337 -1.040 -2.325
Y11 1.500 7.500 .589 2.632 -.509 -1.138
X12 3.018 7.518 .757 3.384 -.489 -1.093
X11 3.000 7.500 .750 3.354 -.500 -1.118
Multivariate 398.597 194.496
Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa tidak ada nilai CR untuk skewness yang
berada di luar rentang ± 2,58, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini
lolos uji normalitas atau dapat dikatakan data dalam penelitian ini telah terdistribusi
normal.
D. Evaluasi atas Multikolinearitas dan Singularitas
Untuk melihat apakah terdapat multikolinearitas dan singularitas dalam
sebuah kombinasi variabel, perlu dilihat determinasi matrik kovarians. Determinan
yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya multikolinearitas / singularitas
sehingga data tidak dapat digunakan untuk analisis (Ferdinand, 2000).
Dari hasil pengolahan data, diperoleh Determinant of sample covariance
matrix = 0,0003 dimana nilai tersebut berada diatas nol. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dan singularitas dalam data
penelitian ini, maka dapat dikatakan asumsi SEM sudah terpenuhi.
E. Hubungan Fungsional Implementasi Program CSR oleh PT. Inco Tbk,
Kepuasan Masyarakat dan Citra Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis structural equation modellling yang sudah
memenuhi kriteria goodness of fit, kemudian dilakukanlah uji signifikansi hubungan
fungsional antar variabel (sebagaimana pada lampiran). Untuk memudahkan dalam
menganalisis hubungan fungsional antar variabel kemudian nilai koefisien disusun
dalam bentuk Tabel sebagaimana di tampilkan pada Tabel 4.10 di bawah ini :
Tabel 4.10 : Hubungan Fungsional Antar Variabel
Variabel Bebas Simbol Estimate T value Prob T tabel
1
Tingkat Kepuasan
Masyarakat (Y1)α1 0.808 18.389 *** 1.96
2 Citra Perusahaan (Y2) β1 0.468 4.297 *** 1.96
Tingkat Kepuasan
Masyarakat (Y1)1 Citra Perusahaan (Y2) β2 0.747 5.58 *** 1.96
Implementasi CSR (X)
Variabel terikat
Sumber : Data primer, diolah 2010
1. Pengaruh Implementasi CSR terhadap Tingkat Kepuasan Masyarakat
Koefisien elastisitas variabel Implementasi CSR terhadap tingkat kepuasan
masyarakat adalah sebesar 0.808. Hal ini berarti bahwa implementasi CSR
berhubungan positif terhadap tingkat kepuasan masyarakat. Ini mengindikasikan
bahwa jika implementasi CSR meningkat akan diikuti peningkatan tingkat
kepuasan.
Berdasarkan nilai T value implementasi CSR terhadap tingkat kepuasan adalah
sebesar 18.389 atau lebih besar dari T tabel 1.96. Hal ini berarti bahwa
implementasi CSR berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepuasan
masyarakat. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan, terdapat
pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap tingkat
kepuasan masyarakat setempat, diterima.
2. Pengaruh Implementasi CSR terhadap Citra Perusahaan
Koefisien elastisitas variabel Implementasi CSR terhadap citra perusahaan
adalah sebesar 0.468. Hal ini berarti bahwa implementasi CSR berhubungan
positif dengan citra perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa jika implementasi
CSR meningkat akan diikuti peningkatan citra masyarakat terhadap perusahaan.
Berdasarkan nilai T value implementasi CSR terhadap citra perusahaan adalah
sebesar 4.297 atau lebih besar dari T tabel 1.96. Hal ini berarti bahwa
implementasi CSR berpengaruh signifikan terhadap citra perusahaan. Dengan
demikian hipotesis 2 yang menyatakan, terdapat pengaruh implementasi
program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap citra perusahaan pada masyarakat
setempat, diterima.
3. Pengaruh Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Citra Perusahaan
Koefisien elastisitas variabel tingkat kepuasan masyarakat terhadap citra
perusahaan adalah sebesar 0.747. Hal ini berarti bahwa tingkat kepuasan
masyarakat berhubungan positif dengan citra perusahaan. Ini mengindikasikan
bahwa jika tingkat kepuasan masyarakat meningkat akan diikuti peningkatan
citra masyarakat terhadap perusahaan.
Berdasarkan nilai T value tingkat kepuasan masyarakat terhadap citra
perusahaan adalah sebesar 5.58 atau lebih besar dari T tabel 1.96. Hal ini berarti
bahwa tingkat kepuasan masyarakat berpengaruh signifikan terhadap citra
perusahaan. Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan, terdapat
pengaruh tingkat kepuasan masyarakat terhadap citra perusahaan pada
masyarakat setempat, diterima.
4. Pengaruh Implementasi Program CSR oleh PT. Inco Tbk Terhadap Citra
Perusahaan Melalui Peningkatan Kepuasan Masyarakat Setempat
Koefisien elastisitas variabel Implementasi CSR terhadap tingkat kepuasan
masyarakat adalah sebesar 0.808 (α1), sedangkan koefisien elastisitas variabel
tingkat kepuasan masyarakat terhadap citra perusahaan adalah sebesar 0.747
(β2). Hal ini berarti pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk
terhadap citra perusahaan melalui peningkatan kepuasan masyarakat setempat
adalah 0.603576 (β2 α1). Adapun total pengaruh implementasi program CSR
terhadap citra perusahaan melalui peningkatan kepuasan masyarakat setempat
adalah 0.468 + 0.603576 = 1.071576 (β1 + β2α1). Ini mengindikasikan bahwa
pengaruh saat implementasi program CSR ditingkatkan akan menaikkan
kepuasan masyarakat setempat sehingga akan berdampak pada citra
perusahaan. Dengan demikian hipotesis 4 yang menyatakan, terdapat
pengaruh implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap citra
perusahaan melalui peningkatan kepuasan masyarakat setempat, diterima.
Secara lengkap hubungan antar variabel di tampilkan pada Gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2. Hasil Estimasi menurut Jalur
2.26
Implementasi
CSR (X)
X11
-.01
e1
1.00
1
X12
.01
e2
.99
1
Tingkat
Kepuasan (Y1)
Y11
.04
e3
Y12
2.87
e4
1.00
1
.22
1
Citra
Perusahaan (Y2)
Y21
.00
e5
1.00
1
Y22
.08
e6
.87
1
Y23
.08
e7
.80
1
.81
.75
.47
.50
ey1
1
.00
ey2
1
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Analisis Pengaruh Implementasi CSR terhadap Tingkat Kepuasan
Masyarakat
Secara teoretik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral
suatu perusahaan terhadap para strategic-stakeholdersnya, terutama komunitas
atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasinya. CSR memandang
perusahaan sebagai agen moral. Dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah
perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu
perusahaan dalam pandangan CSR adalah pengedepanan prinsip moral dan etis,
yakni menggapai suatu hasil terbaik , dengan paling sedikit merugikan kelompok
masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral yang sering digunakan adalah
Golden Rules, yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak
memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan.
Dengan begitu, perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral
dan etis akan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.
Berbagai implementasi program CSR telah dilaksanakan oleh PT. Inco
Tbk, diantaranya program bantuan kepada masyarakat pada tahun 1969 sampai
dengan 1990, bantuan PT. Inco Tbk pada awalnya memusatkan perhatian pada
3 sektor, yaitu Prasarana, Pendidikan dan pelatihan, serta kesehatan.
Pembangunan sarana pertama untuk kegiatan operasinya di Malili dan
Sorowako, yaitu mendirikan sebuah kamp eksplorasi, dihuni oleh sekelompok
kecil ahli geologi dan staff pendukung. Pembangunan prasarana kemudian
berkembang dan berlanjut untuk memenuhi prasarana kunci seperti jalan raya,
bandara dan pelabuhan, air besih dan pengolahan sampah, balai masyarakat,
pertokoan dan rumah-rumah ibadah, yang dapat dimanfatkan baik oleh
karyawan dan masyarakat luas. Untuk kesejahteraan karyawan dan
keluarganya, PT. Inco Tbk pun memperhatikan sektor pendidikan dan pelatihan
dengan mendanai pembangunan sekolah. Di bidang kesehatan, PT. Inco Tbk
dengan membangun rumah sakit modern, yang menyediakan jasa kesehatan
bagi karyawan dan keluarga mereka, dan juga memenuhi kebutuhan masyarakat
luas. Dekade 1991 sampai dengan 2000, PT. Inco Tbk menambahkan satu
sektor yang menjadi perhatian tanggung jawab sosialnya, yaitu di bidang
pertanian.
Sejak tahun 2000, program pembangunan masyarakat yaitu
dengan mencurahkan perhatian pada enam kegiatan utama: pendidikan;
kesehatan; pengembangan ekonomi; pertanian dan perikanan; program seni,
budaya, dan kampanye perdamaian; serta bantuan tanggap darurat. Pada
perkembangan berikutnya mulai tahun 2008, program comdev dengan kata lain
disebut sebagai pemberdayaan berkelanjutan tetap mencurahkan pada enam
kegiatan tetapi ada beberapa kegiatan yang dijadikan satu dengan kegiatan lain
dan membentuk kegiatan baru yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Terakhir adalah pembangunan prasarana dasar masyarakat berupa
perumahan dan fasilitas lainnya seperti pemukiman Karyawan: PT. Inco Tbk
dalam Pengembangan Pemukiman Industri Sorowako, Towuti, Wasuponda dan
Malili. Pemukiman ini selain menambah semarak perkembangan wilayah dengan
terbukanya berbagai fasilitas infrastruktur seperti listrik, jalan, sarana air minum,
tempat ibadah, dan lain lain, yang dapat dinikmati semua masyarakat, juga
memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi masyarakat lokal
melalui perdagangan dan interaksi sosial. Selain itu PT. Inco Tbk Tuntaskan
Masalah Perumahan Rakyat melalui Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA). Dimana Pemukiman kumuh di tepian Danau Matano telah
menghadirkan masalah tersendiri untuk masyarakat, pemerintah dan PT. Inco
Tbk. Pencemaran lingkungan danau dan ancaman penyakit menjadi alasan
dilakukannya relokasi penduduk yang bermukim di tepi Danau Matano tersebut.
Melalui kerjasama dengan pemerintah pusat, Pemda Lutim, dan pihak-pihak lain.
Masalah pemukiman kumuh masyarakat yang mencapai 12% dari seluruh
kawasan hunian tepian danau, dilakukanlah beberapa langkah strategis, di
antaranya memindahkan penghuni kawasan kumuh, mengembalikan fungsi
sepadan danau sebagai area konservasi dengan menempatkan masyarakat
sebagai pelaku utama dalam penataan pemukiman kumuh tersebut. Untuk itu,
dilakukan pembangun RUSUNAWA (Rumah Susun Sederhana Sewa) sebagai
salah satu opsi pemukiman masyarakat, atas kerjasama Kementerian Pekerjaan
Umum, Pemerintah Daerah Luwu Timur dan PT. Inco Tbk.
Implementasi CSR yang telah dilaksanakan di atas telah mendapatkan
respon positif oleh masyarakat sekitar yang tampak pada hasil distribusi
responden tentang implementasi pelaksanaan CSR oleh PT. Inco Tbk. Hasil
penelitian ini juga memberikan bukti bahwa dengan pelaksanaan CSR ini oleh
PT. Inco Tbk memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
masyarakat sekitar. Hasil penelitian ini sejalan dengan Suharto, 2005, Achwan
(2006), Kotler (2005) yang menyatakan bahwa terdapat banyak manfaat dari
implementasi CSR dan salah satunya adalah memberikan kesejahteraan dan
kepuasan terhadap masyarakat sekitar.
2. Analisis Pengaruh Implementasi CSR terhadap Citra Perusahaan
Menurut Budimanta (2005: 6-7) manfaat corporate social responsibility (CSR)
terdiri atas:
a. Mempertahankan dan mendongkrak repurasi atau citra merek perusahaan
b. Mendapatkan lisensi unruk beroperasi secara social
c. Mereduksi resiko demi kepentingan positif perusahaan
d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha
e. Membuka peluang pasar yang luas
f. Mereduksi biaya misalnya terkait dengan pembuangan limbah
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
j. Peluang mendapatkan penghargaan
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Corporate
Social Responsibility memberikan manfaat pada kedua belah pihak, yaitu
organisasi dan masyarakat. Dimana masyarakat dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidupnya sedangkan perusahaan memperoleh
penilaian yang positif dari masyarakat dan karyawan sehingga pada akhirnya
menjamin keberlangsungan usaha.
Citra merupakan tujuan pokok sebuah perusahaan. Terciptanya suatu
citra perusahaan (corporate image) yang baik dimata khalayak atau publiknya
akan banyak menguntungkan. Misalnya, akan menularkan “citra” yang serupa
kepada semua produk barang dan jasa yang dihasilkannya., termasuk bagi para
pekerjanya akan menjadi suatu kebanggan tersendiri, akan menimbulkan sense
of belonging terhadap company tempat mereka bekerja (Ruslan 1999:50).
Menurut Lawrenece L. Steinmeitz, dalam bukunya yang berjudul
Managing Small Busines mengartikan citra sebagai “Pancaran atau reproduksi
jati diri dari bentuk perorangan, benda atau organisasi”. Bagi perusahaan citra
juga dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan.
Anggota masyarakat itu sendiri beraneka ragam termasuk konsumen,
pelanggan, bank kreditur, investor. perusahaan saingan, karyawan, calon
pelamar pekerjaan atau instansi swasta dan pemerintah. Selain itu ada juga
pendapat menurut Seitel, kebanyakan perusahaan meyakini bahwa citra
perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam
jangka panjang (Soemirat dan Ardianto, 2004 : 111).
Berdasarkan hasil tanggapan responden terhadap citra PT. Inco Tbk,
secara rata-rata memberikan jawaban baik dan bahkan sangat baik. Ini
memberikan bukti bahwa implementasi CSR oleh PT. Inco Tbk ditanggapi sangat
baik oleh responden dan bahkan memberikan citra positif di mata masyarakat
sekitar. Hasil uji hipotesis juga memberikan penguatan terhadap pengaruh
implementasi CSR terhadap citra perusahaan dimana pengaruhnya adalah
signifikan. Hasil ini sejalan dengan teori Budimanta (2005), Soemirat dan
Ardianto (2004), (Jefkin, 1992:62). Adreassen dan Lindestad (1998:15) yang
menyatakan hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan
antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-
keberhasilan di bidang keuangan, hubungan bisnis yang baik, reputasi sebagai
pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, turut memikul tanggung jawab
sosial, komitmen mengadakan riset dan sebagainya (Jefkin, 1992:62).
3. Analisis Pengaruh Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Citra
Perusahaan
Kepuasan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja berada di bawah harapan, maka
pelanggan menjadi tidak puas, sebaliknya apabila kinerja memenuhi harapan,
pelanggan menjadi puas dan apabila kinerja melebihi harapan, pelanggan amat
puas atau senang.
Kepuasan yang dimaksud pada penelitian ini adalah persepsi perasaan
masyarakat terhadap implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk. Adapun
hasil yang didapat adalah secara rata-rata, mayoritas reponden merespon puas
dan sangat puas terhadap implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk.
Dengan mayoritasnya masyarakat merespon puas ini sehingga menimbulkan
citra positif perusahaan di mata masyarakat.
Philip Henslowe (2000) dalam bukunya yang berjudul “Public Relations
The Basic of Public Relations A Practical Guide” mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan ”citra adalah kesan yang diperoleh menurut level pengetahuan
dan pengertian mengenai fakta (mengenai orang, produk atau situasi). Informasi
yang kurang lengkap dan salah akan memberikan citra yang negatif terhadap
perusahaan. citra sebuah organisasi, di mana terdiri dari banyak faktor, seperti:
sejarahnya, reputasinya, stabilitasnya dan kesuksesan finansialnya” (p.56). ”Citra
adalah persepsi yang berbeda-beda yang dimiliki oleh publik dan merupakan
hasil dan interpretasi audiens terhadap isyarat yang ditampilkan oleh sebuah
organisasi” (Fill, 1999, p.569) ”Citra adalah kesan yang timbul karena
pemahaman akan suatu kenyataan” (Kasali, 1994, p. 30). Jadi, dapat kita
simpulkan bahwa ”citra adalah persepsi dari realita yang terjadi” (Wasesa, 2005,
p.13). buruk.
Hasil ini juga diperkuat dengan uji hipotesis yang membuktikan terdapat
pengaruh positif dan signifikan kepuasan masyarakat terhadap citra perusahaan.
Hasil ini sesuai pendapat Ruslan (1999) yang menyatakan bahwa terciptanya
suatu citra perusahaan (corporate image) yang baik dimata khalayak atau
publiknya akan banyak menguntungkan. Misalnya, akan menularkan “citra” yang
serupa kepada semua produk barang dan jasa yang dihasilkannya., termasuk
bagi para pekerjanya akan menjadi suatu kebanggan tersendiri, akan
menimbulkan sense of belonging terhadap company tempat mereka bekerja.
4. Analisis Pengaruh Implementasi Program CSR oleh PT. Inco Tbk Terhadap
Citra Perusahaan Melalui Peningkatan Kepuasan Masyarakat Setempat
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan
terhadap issue tertentu di masyarakat dan lingkungan dimana kontribusi ini
bertujuan untuk menciptakan lingkungan atau masyarakat yang lebih baik.
Citra perusahaan dapat tercipta dengan hubungan antara perusahaan
dengan lingkungan sekitar sebagai bentuk rasa tanggung jawab sosial (Corporate
Social Responsibility) terhadap keputusan yang dibuat oleh perusahaan. Pada
saat krisis, perusahaan yang memiliki track records tanggung jawab sosial yang
bagus ternyata lebih cepat memulihkan reputasi mereka. Perusahaan dapat
membentuk reputasi yang baik di awal dengan melaksanakan tanggung jawab
sosial, daripada berusaha membangun kembali reputasi yang hilang.
Pada penelitian ini, hasil yang didapatkan adalah terdapat pengaruh positif
implementasi CSR perusahaan terhadap citra perusahaan melalui kepuasan
masyarakat sekitar. Hal ini sependapat dengan Philip Kotler dan Nancy Lee
mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility memiliki kemampuan untuk
meningkatkan citra perusahaan karena jika perusahaan menjalankan tata kelola
bisnisnya dengan baik dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah maka pemerintah dan masyarakat akan memberikan keleluasaan
bagi perusahaan tersebut untuk beroperasi di wilayah mereka. (Kotler & Nancy,
2005).
Tugas untuk membentuk dan mempertahankan citra perusahaan yang
positif adalah dengan menjalankan empat langkah proses yaitu : mendefinisikan
masalah, perencanaan dan pemrogaman, mengambil tindakan dan
berkomunikasi serta evaluasi. Dimana keempat proses ini bersifat siklis, artinya
harus terus menerus dilakukan. Hal ini perlu, agar perusahaan melalui Public
Relations nya bisa segera mengetahui opini public ataupun permasalahan yang
sedang terjadi di masyarakat dan dapat segera mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk menghadapi masalah tersebut (Cutlip, Allen & Glenn, 2006).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Terdapat pengaruh positif implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap
tingkat kepuasan masyarakat setempat. Ini dibuktikan dengan nilai T value
implementasi CSR terhadap tingkat kepuasan adalah sebesar 18.389 atau lebih
besar dari T tabel 1.96 yang berarti bahwa implementasi CSR berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kepuasan masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa
jika PT. Inco Tbk ingin meningkatkan kepuasan masyarakat setempat, maka
seyogyanya PT. Inco Tbk melaksanakan Implementasi CSR dengan benar yang
dimulai dari Komitmen perusahaan (Lisensi sosial, pertumbuhan ekonomi,
lingkungan hidup dan reputasi) dan Pelaksanaan (Tahapan persiapan, pemetaan
kebutuhan, penyusunan strategi dan pelaksanaan program)
2. Terdapat pengaruh positif implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap
citra perusahaan pada masyarakat setempat . Ini dibuktikan dengan nilai T value
implementasi CSR terhadap citra perusahaan adalah sebesar 4.297 atau lebih
besar dari T tabel 1.96 , yang berarti bahwa implementasi CSR berpengaruh
signifikan terhadap citra perusahaan. Baik tidaknya citra perusahaan sangat
dipengaruhi oleh sukses tidaknya implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk.
Ini mengindikasikan bahwa jika PT. Inco ingin meningkatkan citra positifnya di
masyarakat maka seyogyanya pelaksanaan Implementasi CSR juga
dilaksanakan dengan baik.
3. Terdapat pengaruh positif tingkat kepuasan masyarakat terhadap citra
perusahaan pada masyarakat setempat. Ini dibuktikan dengan nilai nilai T value
tingkat kepuasan masyarakat terhadap citra perusahaan adalah sebesar 5.58
atau lebih besar dari T tabel 1.96 yang berarti bahwa tingkat kepuasan
masyarakat berpengaruh signifikan terhadap citra perusahaan. Ini menandakan
bahwa baik buruknya kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan CSR oleh PT.
Inco Tbk akan diikuti oleh baik buruknya citra perusahaan.
4. Terdapat pengaruh positif implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk terhadap
citra perusahaan melalui peningkatan kepuasan masyarakat setempat. Ini
dibuktikan dengan nilai koefisien implementasi program CSR oleh PT. Inco Tbk
terhadap citra perusahaan melalui peningkatan kepuasan masyarakat setempat
adalah 0.603576 (β2 α1) dan total pengaruh implementasi program CSR terhadap
citra perusahaan melalui peningkatan kepuasan masyarakat setempat adalah
1.071576 (β1 + β2α1). Citra positifi perusahaan dapat dibentuk dengan
peningkatan tingkat kepuasan masyarakat dari adanya program CSR oleh
perusahaan.
B. Saran
1. Agar pihak manajemen PT. Inco Tbk tetap mempertahankan program CSR yang
dimulai dari Komitmen perusahaan (Lisensi sosial, pertumbuhan ekonomi,
lingkungan hidup dan reputasi) sampai pada pelaksanaan (Tahapan persiapan,
pemetaan kebutuhan, penyusunan strategi dan pelaksanaan program) dengan
tetap melakukan pengawasan dan pengendalian secara berkala sehingga
program dapat berjalan dengan efektif dan pada akhirnya citra perusahaan dapat
lebih terangkat
2. Bagi peneliti selanjutnya untuk memasukkan variabel yang belum dimasukkan
dalam penelitian ini seperti tata kelola perusahaan, reputasi perusahaan, sosio
ekonomi masyarakat dan lain-lain sehingga lebih memperkaya khasanah
keilmuan utamanya yang menyangkut tentang tanggung jawab sosial perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
Achda, B. Tamam Achda, pendiri Community Development Institute, pada Seminar
Nasional: A Promise of Gold Rating: Sustainable CSR, Hotel Hilton, Jakarta , 23
Agustus 2006
Achwan, R, 2006. Corporate Social Responsibility: Pertikaian Paradigma dan Arah
Perkembangan. Galang Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani, Volume 1
Nomor 2, Januari 2006. PIRAC, Depok
Andreassen, Tor Wallin and Bodil Lindestad. 1998. The Impact of Corporate Image on
Quality, customer Satisfaction and Loyalty for Customers with Varying degrees
of Service Expertise. International Journal of Service Industry Management
vol.9 No.1: 7-23.
Anonimous, 2005. Corporate Stakeholder Partnership Toward Productive Relations
(Report Seminar). LEAD INDONESIA bekerja sama dengan LAB-SOSIO
FISIP UI, Jakarta.
Azwar, Sifuddin,1990, Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Sigma Alpha.
Belanger, Charles, Joan Mount and Mathew Wilson. 2002. Institutional Image and
Retention. Tertiary Education and Managemenet 8: 217-230.
Cooper, Donad D. and C. Willian Emory (1996), Metode Penelitian Bisnis, Edisi kelima.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Daniri, Achmad, 2008, Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Bag II,
http://www.madani-ri.com/2008/02/11/standarisasitanggung-jawab-sosial-
perusahaan-bag-ii/ (diakses 10 November 2009)
Daniri, Mas Ahmad, 2005. “ Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.”
Diakses 20 Juli 2008.
Elkington, John,1998, Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century
Business, Gabriola Island, BC: New Society Publishers
Fandy Tjiptono, 2004, Pemasaran Jasa, Bayu Media Malang.
Ferdinand, A. T, 2006, SEM Dalam Penelitian Manajemen, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang, Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/pembangunan berkelanjutan (diakses 9 November 2009)
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung Jawab_Sosial_Perusahaan (diakses 9 November
2009)
Jefkins, Frank. 2003. Public Relations Untuk Bisnis. Jakarta: Pustaka Bina Pressindo.
Josua. 2007 . Pola Kemitraan dalam praktek Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada
Program Community Development PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. di Kecamatan
Porsea Kabupaten Toba Samosi, tesis Universitas Sumatera Utara.
Jurnal SDM 2009, http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/corporatesocial-responsibility-
csr.html (diakses 8 November 2009)
Kotler P. 2003. “Marketing Management” 11th edition/International Edition, Prentice
Hall, New Jersey.
Kottler, P. and Nancy, L. 2005. Corporate Social Responsibility : Doing The Most Good
For Your Company and Your Cause. Best Practices From Hewlett Packard,
Ben & Jerry’s, and Other Leading Companies. Jhon Wiley & Sons, Inc. United
States of America.
Majalah Bisnis dan CSR, 2007, Regulasi Setengah Hati, Edisi Oktober
Mulyana, Iman Dwi Suwandi, Seri Manajemen Pemasaran : Citra
Perusahaan, www.e-iman.uni.cc (diakses 19 Februari 2010)
Nguyen dan Leblanc. 2002. Contact Personnel, Physical Environment and Perceived
Corporate Image of Intangible Services by New Clients. International Journal
of Service Industry Management. P. 242 – 262.
Oetzel, Jennifer, Gets, Kethleen A., Ladek, Stephen, 2007, “The Role of Multinational
Enterprises in Respondiing to Violent Conflict : A Conceptual Model and
Framework for Research”, American Business Law Journal, Vol. 44, No.2, pp.
331
Pambudi, S.T. 2005. Perjalanan Si Konsep Seksi, Majalah Swasembada, No. 26/XXI/
19 Desember 2008. Jakarta.
Poerwanto. 2006. New Business Administrasition, Paradigma Baru Pengelolaan Bisnis
di Era Dunia Tanpa Batas. Pustaka Pelajar, Jogjakarta
PT Inco Tbk, 2007, Laporan Program Community Development 2006 - 2007
PT Inco Tbk, 2004, Laporan Tahunan Program Pemberdayaan Masyarakat 2004.
PT Inco Tbk, 2007, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Laporan Tahunan 2007.
PT Inco Tbk, 2008, Di Balik Strategi Konervasi Energi Kami, Laporan Tahunan 2008.
PT Inco Tbk, 2008, Majalah Inkomunikasi Vol. 30
PT Inco Tbk, 2008, Pemberdayaan Berkelanjutan, Laporan Program Community
Development PT Inco 2008
Puente, Esther De Quevedo, Juan Manuel de la Fuente-Sabate, Juan Bautista
Delgado-Garcia, 2007, “Corporate Social Performance and Corporate
Reputation : Two interwoven Perspectives”, Corporate Reputation Review,
Vol. 10, No 1, pp. 60-72
Riordan, Christine, Robert.D.Gatewood and Jodi Barnes Bill. 1997. Corporote Image:
Employee Reaction and Implications for Managing Corporate Social
Performance. Journal of Business Ethics 16: 401-412.
Sita Supomo. 2004. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Prinsip GCG.
Suplemen Republika, 20 Oktober 2004
Siti Zaleha , 2008. Peranan CSR PT. Inalium Divisi PLTA. Siguragura terhadap
Pengembangan Sosio Ekonomi Masyarakat Kecamatan Pintupohan Meranti
Kabupaten Toba Samosir. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Soemirat, Solej-Elivinaro Ardianto. 2004. Dasar-Dasar Public Relation’s. Bandung:
Rosdakarya.
Suharto, Edi ,2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Stategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: Refika
Aditama (cetakan kedua)
Suharto, Edi, 2007, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab
Sosia l Perusahaan (Corporate Socia l Responsibility), Bandung: Refika
Aditama
Suharto, Edi, 2007, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik: Peran Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial dalam Mewujudkan Negara
Kesejahteraan di Indonesia, Bandung: Alfabeta
Suharto, Edi, 2008, “Corporate Social Responsibility: What is and Benefit for Corporate”
makalah yang disajikan pada Seminar Dua Hari, Corporate Social
Responsibility: Strategy, Management and Leadership, Intipesan, Hotel
Aryaduta Jakarta 13-14 Februari
Sukada, Sonny dan Jalal, 2008. “Pelaporan Keberlanjutan: Alat Akuntabilitas dan
Manajemen” makalah yang disajikan pada Seminar Dua Hari, Corporate
Social Responsibility: Strategy, Management and Leadership, Intipesan, Hotel
Aryaduta Jakarta 13-14 Februari
Surakhmad, Winarno,1995, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metoda Teknik. Bandung :
Penerbit Tarsito.
Suratmo, Sribugo 2008, ”Implementasi CSR di Perusahaan” makalah yang disajikan
pada Seminar Dua Hari, Corporate Social Responsibility: Strategy,
Management and Leadership, Intipesan, Hotel Aryaduta Jakarta 13-14
Februari 2008
Umar, Husein, 2001, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Perkasa.
Wahyuni, Dewi, 2007. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial Vol. 12 No. 02, hal 11-20.
Wikipedia, 2008 , Corporate Social Responsibility, http://en.wikipedia.
org/wiki/Corporate social_responsibility (diakses 20 Februari 2009)
Wikipedia, 2008. Pembangunan Berkelanjutan,
Wikipedia, 2008, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,
Wood, D.J. 1991. “Corporate Social Performance Revisited.” Academy of Management
Review, Vol. 16, No. 4, pp. 691-718.