Post on 18-Mar-2019
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI
SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2001-2008
Diajukan Oleh :
Supriyanto
F1105026
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2010
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI
SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2001-2008
ABSTRAK
Supriyanto
F1105026
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonogiri. Dalam penelitian ini menggunakan jenis data sekunder serta objek yang diteliti adalah 4 data penelitian dari tahun 2001-2008 yaitu jumlah wisatawan, rata-rata lama menginap, biaya pengelolaan pariwisata, pendapatan pariwisata serta pendapatan asli daerah (PAD) KabupatenWonogiri.
Sejalan dengan tujuan tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis trend dan juga menggunakan analisis regresi linear berganda. Dari persamaan dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan perkembangan pendapatan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sedang dari persamaan II dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan kontribusi sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonogiri mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal tersebut juga dapat diakibatkan karena kenaikan pendapatan pariwisata diimbangi pula dengan kenaikan sumbangan dari sektor-sektor lain yang lebih besar. Berarti variabel independen secara bersama- sama mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel dependen dan berdasarkan uji t jumlah wisatawan, rata-rata lama menginap wisatawan, dan biaya pengelolaan pariwisata berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pariwisata di Kabupaten Wonogiri.
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian maka diajukan saran kepada pemerintah daerah agar dapat mendukung sektor pariwisata yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonogiri.
Kata kunci : Pariwisata, Pertumbuhan Ekonomi.
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI
SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PERTUM BUHAN EKONOM I
DI KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2001-2008
Surakarta, 07 Desember 2009
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
(Drs.Sutanto.M si)
NIP. 195611291986011001
i i
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
Surakarta, 26 Januari 2010
Tim Penguji Skripsi Tanda Tangan
1. DR.JJ.SARUNGU,MS Sebagai Ketua ( )
2. DRS.KRESNO S P ,M si Sebagai Anggota ( )
3. DRS. SUTANTO , M si Sebagai Pembimbing ( )
i i i
HALAMAN MOTTO
Kebencian tidak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian
tetapi kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah
hukum abadi.
(HR. Turmudzi. Ibnu Majal dan Ahmad)
Masa lalu yang terburukpun jangan kau toleh lagi,
karena tak ada kata terlambat untuk berbenah diri.
(Penulis)
Cinta sejati adalah jika kita selalu memikirkannya
dan memberi perhatian dengan tulus, jika kita tetap peduli
padanya walau dia sudah lupa dan tidak lagi peduli sama kita
dan kita tetap tersenyum ketika dia bersama orang yang
dicintainya.
( KHALIL GIBRAN)
i v
HAL AMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukurku,
karya ini kupersembahkan untuk:
Ayah dan Ibundaku tersayang,
bapak, ibu….aku bisa seperti sekarang ini
berkat do’a usaha dan bimbingan Bapak Ibu……
Kakak dan Adikku
yang tercinta yang memberiku
acuan arahan dan semangat
untuk keberhasilanku………….
Buat seluruh sahabat-sahabatku . . . . . . .
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, alam semesta. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw.
Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas rahmat, karunia kekuatan hidayah yang
diberikan Allah padaku, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKTOR
PARIWISATA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN
WONOGIRI PERIODE TAHUN 2001-2008
Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan guna melengkapi tugas- tugas dan
memenuhi syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang penulis miliki, karenanya penulis mengucapkan terima kasih untuk
saran dan kritik yang penulis telah terima maupun yang akan diterima. Penulis juga
menyadari bahwasanya penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa
bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan kemudahan dengan ijin yang diberikan.
vi
3. Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis
untuk kepentingan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sutanto, selaku dosen pembimbing skripsi ini yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran kepada penulis dalam rangka
penyelesaian skripsi ini.
5. Terima kasih kepada Tim penguji yang telah meluangkan waktu untuk
menguji skripsi saya sehingga menjadi sarjana ekonomi.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu berharga kepada penulis.
7. Keluargaku Bapak’, Ibu, Mas Parman dan dik Endah yang selalu memberi
perhatian dan kasih sayang yang membuat penulis selalu bangkit dalam
mewujudkan impian dan cita- citanya.
8. Kakek + Nenek, Om Endry + M ak Pedhut, Pak Ipan + seluruh keuarga terima
kasih atas doa-doa kalian.
9. Saudara-saudaraku, anak-anak Ambon’s (Heru, Bodong, Gareng, Bejo,
Kenthus, Gatot, Tholo, Menthok, Cecep, Samino bubut, Pak Budi kencleng,
Plecek, genthong pokoknya semua dech) serta semua anggota karang taruna
muda taruna karya makasih atas do’a dan canda tawa kalian yang buat aku
selalu bahagia.
10. Sobat-Sobatku yang selalu menjadi ‘teman’ terbaikku, terimakasih atas
petuah-petuah bijakmu, Wahyu Aditiyastuti (Asty),Wawan (Meonk), bang
vii
haji Hasan, Lindung, Rudi, Restu, Kiki, Vina, Adit, Pras, Catur, Handoko,
Ogan EP 2005 End Banyak Lagi, Sekali Lagi Thanks.
11. My best friend anak- anak Nakata : Om Bram, Bang Siweng, Aang, Noly, Pak
Jek, Dedy. Trim’s buat semuanya bro.
12. Untuk Mbak Sri, Jeng Desy , Si Gendhut Yuni, terima kasih atas semua
masukan , do’a semangat serta banyolan kalian.
13. Pak kadus dan ibu kadus yang telah memberi masukan, semangat serta do’a
untuk penulis.
14. Temen-temen menejemen terima kasih ya? Doa dan semangatnya.
15. Terima kasih semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
telah membantu dalam penulisan skripsi ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa, sebagai manusia dengan kelebihan dan
kekurangannya, masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi suatu karya yang berguna bagi kita
semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta,10 Desember 2009
Penulis
Supriyanto
vii i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................v
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL.................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
BAB
I. PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Perumusan Masalah.......................................................................................12
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................12
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................13
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................14
A. Definisi Pariwisata ........................................................................................14
B. Definisi Wisatawan .......................................................................................15
C. Jenis dan Macam Pariwisata..........................................................................16
D. Produk Industri Pariwisata ............................................................................19
i x
E. Kontribusi Pariwisata Terhadap Pendapatan Daerah ....................................21
F. Peran Pemerintah dalam Pengelolaan Pariwisata ..........................................25
G. Permintaan dan Penawaran Pariwisata..........................................................33
H. Keterkaitan Industri Pariwisata dan Pertumbuhan Ekonomi ........................37
I. Hasil Penelitian Terdahulu .............................................................................39
J. Kerangka Pemikiran .......................................................................................41
K. Hipotesis Penelitian.......................................................................................42
III. METODE PENELITIAN................................................................................44
A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................44
B. Jenis dan Sumber Data ..................................................................................44
C. Definisi Operasional Variabel .......................................................................44
D. Teknik Analisis Data.....................................................................................45
E. Uji Statistik ...................................................................................................46
Uji Hipotesis I ........................................................................................46
Uji Hipotesis II.......................................................................................47
Uji Hipotesis III .....................................................................................48
F. Uji Asumsi Klasik.........................................................................................52
IV. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI HASIL.......................................56
A. Deskripsi Obyek Penelitian...........................................................................56
B. Analisis dan Pembahasan ..............................................................................70
a. Analisis Hipotesis I ................................................................................70
b. Analisis Hipotesis II...............................................................................72
c. Analisis Hipotesisi III ............................................................................76
x
d. Interprestasi Hasil secara Ekonomi........................................................85
V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................90
A. Kesimpulan ...................................................................................................90
B. Saran ..............................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 : Sumber-Sumber Penerimaan Daerah................................................24
Gambar 2.2 : Kerangka Pemikiran .........................................................................42
Gambar 3.1 : Aturan Uji t.......................................................................................50
Gambar 3.2 : Durbin – Watson Test.......................................................................55
Gambar 4.1 : Pengujian Autokorelasi.....................................................................81
Gambar 4.2 : Kurva Perkembangan Pariwisata ...................................................85
xi i
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 1.1 : Jumlah Wisatawan Obyek Wisata Kabupaten Wonogiri
Tahun 2000-2008.......................................................................... 9
Tabel 1.2 : PDRB menurut Lapangan Usaha,
Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Wonogiri
Tahun 2002-2004........................................................................... 10
Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Tahun 2003-2007……………………………. 59
Tabel 4.2 : Tingkat Kepadatan Penduduk…………………………………... 60
Tabel 4.3 : Perhitungan Perkembangan Pendapatan Pariwisata ..................... 71
Tabel 4.4 : Hasil Perhitungan Trend Perkembangan Pendapatan Pariwisata.. 72
Tabel 4.5 : Perhitungan Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap
Pendapatan Asli Daerah(PAD)...................................................... 74
Tabel 4.6 : Hasil Perhitungan Trend Kontribusi Pendapatan Pariwisata
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) ..................................... 75
Tabel 4.7 : Uji Multikolinearitas...................................................................... 79
Tabel 4.8 : Uji Heterokedastisitas................................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara di dunia, baik negara miskin, negara sedang berkembang,
bahkan negara maju sekali pun mutlak memerlukan pembangunan perekonomian.
Perekonomian dibangun guna meningkatkan dan mengangkat taraf hidup serta
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan perekonomian dapat dilakukan dengan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki masing-masing bangsa atau daerah
secara maksimal tanpa mengurangi perhatian pada aset lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Landasan utama dari pembangunan
perekonomian adalah stabilitas, distribusi pendapatan yang merata (sesuai dengan
proporsi masing-masing), pertumbuhan ekonomi yang dinamis dan neraca
pembayaran yang seimbang , serta efisiensi disegala bidang.
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang tentu saja
mempunyai cita-cita dan tujuan untuk menigkatkan kesejahteraan dan
mengangkat taraf hidup masyarakat (sesuai undang-undang dasar” 45 alenia IV).
Maka pembangunan perekonomian harus ditingkatkan dan dilaksanakan secara
maksimal. Setiap pembangunan walaupun sekecil apapun pasti memerlukan dana
apalagi membangun perekonomian negara sebesar indonesia dengan jumlah
penduduk sekitar 220 juta jiwa lebih. Terdapat beberapa sumber pendanaan
pembagunan baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri (Suparmoko,
1992:94-95).
2
1. Pendapatan pajak, adalah iuran dari masyarakat kepada pemerintah yang dpat
dipaksakan tanpa adanya bala jasa secara langsung.
2. Retribusi, adalah penberian dari masyarakat kepada pemerintah dimana
terdapat hubungan balas jasa yang langsung diterima dengan adanya
pembiayaan retribusi tersebut.
3. Keuntungan dari Badan Usaha Milik Negara (BUM N).
4. Sumber pendanaan dari luar negeri, adalah bantuan atau hibah yang diperoleh
dari pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing (PM A).
Demi tercapainya cita-cita dan tujuan untuk mensejahteraan dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat, maka pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan seharusnya tidak terbatas pada pembangunan sektor perekonomian
semata, namun sektor-sektor lain yang saling terkait juga harus diupayakan
pembangunanya. Salah satu sektor yang tergantung pada sektor lain yaitu sektor
pariwisata yang sangat tergantung pada stablitas nasional dan jaminan keamanan,
tetapi masih belum terlalu diperhatikan dan digarap secara maksimal.
Sektor pariwisata yang sangat terkait dengan sektor lain, merupakan suatu
tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk memberikan yang terbaik bagi “tamu”
yang datang berkunjung mulai dari jaminan keamanan dan kenyamanan selama
berada di wilayah Indonesia. Industri pariwisata diharapkan mampu menunjukan
perananya pada sektor perekonomian, sosial, budaya, penerimaan devisa,
3
lapangan pekerjaan, serta sebagai wahana mengatasi konflik yang terjadi di
negara dengan kemajemukan yang luar biasa seperti indonesia.
Negara Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan
fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang
semuanya merupakan sumber daya modal yang besar artinya bagi usaha
pengembangan dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus
dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang
secara umum bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan data statistik, tercatat bahwa
sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
perekonomian nasional. Tahun 2002 target perolehan dari sektor pariwisata
sebesar 516,035,600 juta, dan tahun 2003 sebesar 606,563,875 juta, sedangkan
target 2004 sebesar 610,164,775 juta. Dengan potensi wisata yang dimiliki masih
memungkinkan peluang peningkatan penerimaan negara dari sektor pariwisata.
Meskipun demikian, sektor pariwisata sangat rentan terhadap faktor-faktor
lingkungan alam, keamanan, dan aspek global lainya. Contoh kerusakan alam
adalah rusaknya terumbu karang hampir disepanjang pantai indonesia, padahal
terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu
kekayaan alam yang dimiliki dan tidak ternilai harganya. Sebagai contoh lainya
perkembangan-perkembangan ekonomi, sosial, budaya dan politik global
mempengaruhi penyelenggaraan kegiatan pariwisata. Contoh konkrit yang terjadi
adalah adanya isu terorisme yang telah mengakibatkan menurunya minat
4
wisatawan untuk berkunjung, seperti yang terjadi di Bali dimana tercatat jumlah
wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia menurun sekitar 16,16% dari
target yang direncanakan.
Negara Indonesia pun turut menikmati dampak dari peningkatan
pariwisata dunia terutama pada periode 1990-1996, namun badai krisis ekonomi
yang melanda indonesia sejak tahun 1997 hal tersebut merupakan pengalaman
yang sangat berharga bagi masyarakat pariwisata Indonesia untuk melakukan re-
positioning sekaligus re-vitalization kegiatan pariwisata indonesia. Disamping itu
berdasarkan undang-undang no 25 tahun 2000 tentang program perencanaan
nasional. Menghadapi tantangan dan peluang ini, telah dilakukan pula perubahan
peran pemerintah dibidang kebudayaan dan pariwisata yang pada masa lalu
berperan sebagai pelaksana pembangunan, saat ini lebih difokuskan hanya kepada
tugas-tugas pemerintahan terutama sebagai fasilitator agar kegiatan pariwisata
yang dilakukan oleh swasta dapat berkembang lebih pesat. Peran fasilitator disini
dapat diartikan sebagai menciptakan iklim yang nyaman agar para pelaku
kegiatan kebudayaan dan pariwisata dapat berkembang secara efisien dan efektif.
Selain itu sub sektor pariwisata pun diharapkan dapat menggerakan ekonomi
rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan
prasarana dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Harapan ini dikembangkan
dalam suatu strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata
yang berbasis kerakyatan atau community-based tourism development .
5
Sebagai industri perdagangan jasa, kegiatan pariwisata tidak terlepas dari
peran serta pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama yaitu: perencanaan
(planning) daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan (development) fasilitas
utama dan pendorong pariwisata, pengeluaran kebijakan (pollicy) pariwisata, dan
pembuatan dan penegakan peraturan (regulation). Selain peran pemerintah
sebagai fasilisator ternyata peran masyarakat juga sangat berpengaruh. Dimana
masyarakat merupakan sekelompok orang yang berada di suatu wilayah geografi
yang sama dan memanfaatkan sumber daya alam lokal yang ada di sekitarnya. Di
negara-negara maju dan berkembang, pada umumnya pariwisata dikelola oleh
kalangan swasta yang memiliki modal usaha yang besar yang berasal dari luar
daerah dan bahkan luar negeri. Sehingga masyarakat lokal yang berada di suatu
daerah destinasi atau tujuan pariwisata tidak dapat terlibat langsung dalam
kegiatan pariwisata. Ketidakterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata
sering kali menimbulkan opini bahwa masyarakat lokal bukan termasuk
stakeholders dari pariwisata dan merupakan kelompok yang termarjinalisasi dari
kesempatan bisnis dalam bidang pariwisata.
Pada dasarnya masyarakat lokal memiliki pengetahuan tentang fenomena
alam dan budaya yang ada di sekitarnya. Namun mereka tidak memiliki
kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya
atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan
budaya. Sejak beberapa tahun terakhir ini, potensi-potensi yang dimiliki oleh
6
masyarakat lokal tersebut dimanfaatkan oleh para pengelola wilayah yang
dilindungi (protected area) dan pengusaha pariwisata untuk diikutsertakan dalam
menjaga kelestarian alam yang ada didaerahnya. Sehingga diharapkan masyarakat
lokal harus terlibat secara aktif dalam pengembangan pariwisata. Lebih jauh,
pariwisata juga diharapkan memberikan peluang dan akses kepada masyarakat
lokal untuk mengembangkan usaha pendukung pariwisata seperti; toko kerajinan,
toko cinderamata (souvenir), warung makan dan lain-lain agar masyarakat
lokalnya memperoleh manfaat ekonomi yang lebih banyak dan secara langsung
dari wisatawan yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf
hidupnya. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam pariwisata sangat berbeda dan
ini tergantung dari jenis potensi, pengalaman, pengetahuan dan keahlian yang
dimiliki oleh individu atau masyarakat lokal tersebut.
Selain masyarakat dalam menjalankan perannya, industri pariwisata harus
menerapkan konsep dan peraturan serta panduan yang berlaku dalam
pengembangan pariwisata agar mampu mempertahankan dan meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya bermuara pada pemberian manfaat
ekonomi bagi industri pariwisata dan masyarakat lokal. Industri-industri
pariwisata yang sangat berperan dalam pengembangan pariwisata adalah: biro
perjalanan wisata, hotel dan restoran. Selain itu juga didukung oleh industri-
industri pendukung pariwisata lainnya.
7
Kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan nasional dan daerah ini
diarahkan menjadi andalan untuk menggerakan kegiatan ekonomi dan sekaligus
dapat berperan dalam menciptakan peluang lapangan dan kesempatan kerja
(yayasan diakonia gloria: 2002). Pembangunan kepariwisataan merupakan salah
satu sektor andalan pembangunan suatu daerah. Pariwisata adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan wisata termasuk penguasaan objek dan daya tarik
wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Pembangunan sektor
kepariwisataan diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah
(PAD) dan memperbaiki kesejahteraan hidup masyarakat. Berbagai program
partisipasi dan bantuan pembangunan kepariwisataan telah dilakukan di beberapa
daerah oleh lembaga Internasional, Pemerintah pusat, Pemerintah daerah,
lembaga ilmiah, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan perseorangan guna
menunjang pengembangan sektor kepariwisataan di suatu daerah.
Sebagai wujud ekonomi daerah, maka Kabupaten Wonogiri diharapkan
mampu untuk mengelola perekonoianya sendiri. Sehingga pengembangan sektor
pariwisata merupakan salah satu sektor yang dinilai dapat memberikan
sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonogiri. Dimana
otonomi daerah sebagai wujud pelaksanaan desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintah, yang mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan pelayanan publik
(public service). Yang pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu (1) meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan publik dan pelayanan masyarakat. (2) menciptakan efisiensi
8
dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah. Dan (3) memberdayakan dan
menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan (Mardiasmo, 2002:47).
Undang-undang tentang otononi daerah yaitu undang-undang nomor 22
tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan undang-undang nomor 25 tahun 1999
tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Otonomi daerah
ditempatkan secara utuh pada daerah kabupaten dan kota. Kehadiran dua paket
undang-undang tersebut menjanjikan sebuah harapan sekaligus tantangan
pemerintah daerah. Untuk dapat memainkan peran dengan baik dalam kompetisi
global, salah satu strategi yang paling efektif adalah berperan dengan lebih aktif
dalam memanfaatkan potensi yang ada secara optimal. Pariwisata sebagai industri
yang mampu melengkapi dan mempercepat pertumbuhan industri-industri lain
diharapkan mampu memberikan manfaat yang sebesar¬besarnya. Wonogiri juga
memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah menarik. Berbagai obyek wisata
yang ada di Wonogiri seperti obyek wisata budaya, wisata sejarah, wisata bahari,
wisata religi, dan wisata belanja apabila dikembangkan secara optimal akan
memberi kontribusi positif bagi Wonogiri.
Agar mempermudah tugas pemerintah daerah dalam mengelola sektor
pariwisata maka dibentuk dinas pariwisata. Dinas pariwisata adalah salah satu
unsur pelaksana program dari pemerintah di bidang pariwisata dan didalam
menjalankan kegiatan berkewajiban membuat laporan pelaksanaan tugas. Laporan
pelaksanaan tugas adalah salah satu faktor penting yang sangat menentukan suatu
9
kebijaksanaan pelaksanaan program pemerintah yang akan memperjelas visi dan
misi kedinasan, sehingga mempermudah menentukan arah kebijaksanaan yang
akan dilaksanakan dan sebagai evaluasi pelaksanaan kegiatan dari program-
program yang telah ditentukan dalam 1 (satu) tahun anggaran.
Wonogiri merupakan salah satu daerah yang dianggap mempunyai potensi
daerah yang dapat digunakan sebagai penyelenggara obyek pariwisata. Dimana
pariwisata sebagai salah satu potensi unggulan di Kabupaten Wonogiri
membutuhkan pengelolaan yang baik dan terencana agar memperoleh hasil yang
optimal bagi daerah dan layak menjadi potensi unggulan yang dibanggakan. Hal
ini dapat ditunjukkan melalui jumlah wisatawan dari tahun 2001-2008 yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan Obyek Wisata Kabupaten Wonogiri Tahun
2001- 2008
Tahun Jumlah Wisatawan
2001 564.497
2002 468.342
2003 422.840
2004 447.818
2005 461.746
2006 527.457
2007 539.051
2008 573.274
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri.
Selain dari tabel diatas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonogiri dapat dilihat
melalui tabel dibawah ini yaitu:
10
Tabel 1.2 Produk Domestik regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha,
Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Wonogiri Tahun 2002-2004
Lapangan Usaha
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(Jutaan Rp.)
2002 2003 2004
(1) (2) (3) (4)
1.Pertanian
1.1. Pertanian Tananaman Pangan
1.2. Tananaman Perkebunan Rakyat
1.3. Peternakan
1.4. Kehutanan
1.5. Perikanan
2.Pertambangan dan Penggalian
3.Industri Pengolahan
4.Listrik, Gas dan Air
5.Bangunan
6.Perdagangan
7.Angkutan dan Perhubungan
8.Lembaga Keuangan, Sewa
Bangunan dan Jasa Persewaan
9.Jasa-jasa
732.904,35
392.708,12
55.199,47
267.862,35
6.071,44
4.160,05
38.715,20
1.297.196,13
47.252,56
61.052,56
453.918,33
81.970,22
93.619,54
354.689,95
798.268,59
416.650,30
66.230,37
296.973,40
6.512,91
4.376,52
45.618,76
1.426.666,56
68.873,45
71.804,65
503.432,84
90.764,36
113.462,34
394.819,14
858.913,33
447.371,85
76.194,60
313.414,51
7.061,43
6.128,86
52.481,57
1.631.811,81
83.450,08
83.659,60
553.148,89
100.908,40
134.560,33
431.536,47
PDRB 3.154.415,48 3.506.185,51 3.921.728,32
Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri
Di wongiri paling tidak terdapat 17 obyek wisata, baik wisata alam dan
rekreasi, wisata sejarah dan purbakala, wisata ritual, ziarah, spritual, maupun
11
agrowisata atau wisata pertanian. Namun tidak semua arena wisata itu dikenal
masyarakat dan laku dijual serta mendatangkan pengunjung. Dari 17 obyek
wisata itu, ternyata hanya sekitar 7 obyek saja yang efektif. Dan ini diperlukan
usaha dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk mengembangkan obyek-
obyek yang tidak efektif menjadi suatu obyek yang mempunyai daya tarik untuk
dikunjungi wisatawan.Sehingga dapat menjadikan sektor pariwisata menjadi
sektor yang potensial bagi daerah yang bertujuan untuk memperbesar pendapatan
asli daerah dan diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam kegiatan
ekonomi daerah Kabupaten Wonogiri.
Agar usaha pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri dapat berjalan dengan
baik sesuai program dan visi yang telah dibuat maka saat ini perlu untuk menjalin
kerjasama dengan daerah lain serta beberapa pemilik travel wisata dalam rangka
melakukan promosi wisata. Tak jarang Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri
juga memberikan kesempatan kepada para investor yang mau melakukan
investasi karena dalam pengembangan tempat wisata tersebut dibutuhkan biaya
yang tidak dapat hanya dibebankan kepada APBD saja, selain itu perlunya
menjalin kerjasama dengan praktisi bidang kepariwisataan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata
merupakan sektor yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Sehingga judul penelitian ini yaitu “analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten wonogiri
periode tah un 2001-2008”.
12
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten
Wonogiri periode tahun 2001-2008?
2. Bagaimana kontribusi sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Wonogiri periode tahun 2001-2008?
3. Faktor-faktor seperti jumlah wisatawan, lama menginap dan biaya
pengelolaan apakah mempengaruhi pertumbuhan sektor pariwisata di
Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Penelitian
Berdassarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Wonogiri
periode tahun 2001-2008.
2. Untuk mengetahui perkembangan kontribusi sektor pariwisata terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonogiri periode tahun 2001-2008.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor seperti jumlah wisatawan, lama menginap
dan biaya pengelolaan apakah mempengaruhi pertumbuhan sektor pariwisata
di Kabupaten Wonogiri.
13
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat dan
kontribusi sebagai berikut:
1. Hasil penelitian dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan pada sektor pariwisata guna meningkatkan pendapatan
daerah.
2. Hasil penelitian sebagai bahan informasi pendukung untuk melakukan
penelitian sejenis secara lebih mendalam dan luas ruang lingkupnya.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pariwisata
Pengertian pariwisata secara entimologi kata pariwisata berasal dari
bahasa sansekerta yaitu kata “pari” yang berarti banyak; berkali-kali; berputar-
putar, kata “wisata” yang berarti perjalanan; bepergian. Pariwisata dalam
bahasa inggris adalah ”Tour” yang diartikan dalam kamus sebagai : (Spillane,
2001:22) Perjalanan atau bepergian untuk kesenangan mengunjungi berbagai
tempat yang menarik, atau Kunjungan singkat atau kunjungan lewat suatu
tempat.
Sedangkan tourism diartikan sebagai bisnis dalam memberikan
akomodasi dan pelayanan bagi para turis (Tourism).
Menurut H. Kodyat, pariwisata atau wisata adalah perjalanan atau
persinggahan yang dilakukan oleh manusia diluar tempat tinggalnya untuk
berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal menetap ditempat
yang dikunjungi atau disinggahi atau untuk melakukan pekerjaan dengan
mendapat upah (Santoso. 2006).
Menurut Frans Gomang, pariwisata yaitu salah satu dari industri gaya
baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal
kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor
produksi lain didalam penerimaan wisatawan.(Gromang. 2003).Pariwisata juga
15
dapat diartikan sebagai rencana atau kegiatan yang melakukan perjalanan yang
mungkin kurang dari sehari (day tripper/visitor) atau juga sebuah perjalanan
dalam sebuah batasan nasional secara umum disebut turis domestik, atau juga
berarti sebuah perjalanan antar negara yang diklasifikasikan sebagai perjalanan
wisata internasional.
2. Definisi Wisatawan
Wisatawan (tourism) yaitu seorang atau sekelompok orang yang
melakukan suatu perjalanan wisata, jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya
24 jam didaerah atau negara yang dikunjungi. Namun apabila mereka tinggal
didaerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka
mereka disebut pelancong (excursionist) (Suwantoro. 2004).
Menurut instruksi Presiden Republik Indonesia no 9/1969 yang tertulis
dalam bab 1 pasal 1, wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari
tempat tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati
perjalanan dari kunjungan itu (Spillane. 2001).
Menurut Spillane, wisatawan ialah pengunjung sementara yang tinggal
sekurang-kurangnya 24 jam dinegara yang dikunjungi dan tujuan perjalananya
dapat digolongkan sebagai berikut : (Spillane. 2001).
a. Pesiar yaitu untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,
keagamaan dan olah raga.
16
b. Hubungan dagang, sanak keluarga, handai taulan, konferensi-
konferensi, dan misi.
Wisatawan pada umumnya yaitu sekelompok orang yang bekunjung
disuatu daerah untuk melakukan suatu perjalanan wisata, namun tidak untuk
tinggal didaerah tujuan tersebut maupun bekerja untuk mendapatkan upah.
3. Jenis dan Macam Pariwisata
Ada barbagai jenis dan macam pariwisata diantaranya yaitu:
A. Menurut letak geografi
Menurut Leonard J Lickorish dan Carson L Jenkish, bentuk pariwisata
dibagi menjadi:
1. Pariwisata domestik, menyangkut warga dari suatu wilayah yang
melakukan perjalanan hanya dalam wilayah itu sendiri dalam suatu
negara itu sendiri.
2. Pariwisata in bound, yang menyangkut orang-orang yang melakukan
perjalanan yang bukan warga wilayah tersebut dalam suatu negara
sendiri.
3. Pariwisata out bound, menyangkut warga negara yang melakukan
perjalanan dinegara lain.
Atau juga bisa dikategorikan sebagai:
17
1. Pariwisata Internal, yang termasuk pariwisata domestik dan pariwisata
in bound.
2. Pariwisata Nasional, yang termasuk pariwisata domestik dan
pariwisata out bound.
3. Pariwisata Internasional, yang terdiri atas pariwisata in bound dan
pariwisata out bound.
Kata “Domestik” dalam konteks pariwisata adalah perjalanan yang
dilakukan oleh warga negara itu sendiri.
Menurut alasan atau tujuan perjalanan (Spillane, James. 2001) yaitu:
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure tourism).
Kegiatan wisata untuk tujuan mencari udara segar, suasana
baru, untuk menikmati rasa ingin tahu, untuk melihat sesuatu yang
baru dan untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisata.
2. Pariwisata untuk urusan dagang (Bissnis tourism).
Yaitu jenis pariwisata yang pengunjungnya datang untuk
tujuan dinas, usaha dagang atau kegiatan yang berhubungan dengan
pekerjaanya, kongres, seminar, pameran, simposium dan musyawarah
kerja.
3. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation tourism).
Yaitu jenis pariwisata yang orang-orang yang melakukan
terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur atau cuti untuk
18
beristirahat untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan
rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahanya.
4. Pariwisata untuk pendidikan (Educational tourism).
Yaitu pariwisata yang dilakukan untuk tujuan studi atau
mempelajari suatu ilmu pengetahuan.
B. Menurut obyek yang dikunjungi:
1. Pariwisata Budaya (Cultural Tourism)
Pariwisata yang dilakukan karena ada daya tarik dari seni dan
budaya suatu tempat atau daerah.
2. Pariwisata Kesehatan (Healthy Tourism)
Yaitu perjalanan yang dilakukan dengan maksud untuk
mencari penyembuhan atau obat suatu penyakit seperti mandi air
panas dan mandi lumpur.
3. Pariwisata Perdagangan (Commercial Tourism).
Yaitu pariwisata yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan
nasional atau internasional seperti expo, fair, exhibition.
4. Pariwisata Olah Raga (Sport Tourism).
Suatu kegiatan untuk melihat atau menyaksikan suatu
penyelenggaraan pesta olah raga disuatu negara tertentu.
19
4. Produk Industri Pariwisata
Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks
menyangkut manusia seutuhnya dan memilki berbagai aspek baik aspek
sosiologis, psikologis, ekologis dan sebagainya. Dari sekian banyak aspek
yang ada, segi eknomis mungkin yang paling menonjol dari keseluruhan
aspek yang ada.
Dalam hubunganya dengan aspek ekonomis pariwisata ini
berkembang konsep industri pariwisata. Dimana pengertian industri dalam
ilmu ekonomi adalah sekelompok perusahaan yang sejenis yang memproduksi
atau menghasilkan produk tertentu. Dalam hal ini perusahaan yang dimaksud
adalah perusahaan yang mengelola potensi wisata dengan produk wisata
(Spillane. 2001).
Pengertian produk dalam ilmu ekonomi adalah sesuatu yang
dihasilkan melalui proses produksi, diman penekanan utamanya adalah bahwa
tujuan akhir dari suatu proses produksi dapat digunakan untuk berbagi tujuan
guna memenuhi kebutuha manusia (Suwantoro. 2004). Sedangkan menurut
Gamal Suwantoro, definisi produk pariwisata adalah keseluruhan pelayanan
yang diperoleh atau dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia
meninggalkan tempat tinggalnya, sampai kedaerah tujuan wisata yang telah
dipilihnya dan kembali kerumah dimana ia berangkat semula (Suwantoro.
2004).
20
Namun produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini
merupakan suatu rangkaian yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang
bersifat ekonomis tetapi yang bersifat sosial, psikologis dan alam, walaupun
produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku
ekonomi sedangkan produk-produkwisata tersebut mempunyai beberapa ciri-
ciri yaitu: a) hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. b) produksi
dan konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama. c) produk wisata tidak
menggunakan standar ukuran fisik tetapi menggunakan standar pelayanan
yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu. d) konsumen tidak mencicipi atau
mencoba contoh itu sebelumnya. e) hasil atau produk wisata itu banyak
tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang menggunakan mesin.
f) produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko
besar.(Suwantoro. 2004;49).
Kegiatan dalam rangkaian memajukan pariwisata sebagai industri
sebenarnya ditunjang oleh berbagai macam usaha yang perlu dikelola secara
terpadu dan baik. Diantaranya menurut Spillane. 2001;91 adalah:
a. Kegiatan promosi untuk memperkenalkan obyek wisata.
b. Pengadaan sarana transportasi yang lancar.
c. Kemudahan birokrasi atau keimigrasian.
d. Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman.
e. Pemandu wisata yang cakap.
f. Penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga yang
wajar.
21
g. Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik.
h. Kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan.
5. Kontribusi Pariwisata Terhadap Pendapatan Daerah
Dalam ketetapan undang-undang nomor 22 tahun 1999 (tentang
pemerintah daerah, pasal 79) telah ditetapkan mengenai sumber pendapatan
daerah terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu:
a. Hasil Pajak Daerah.
Pajak adalah sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah
disamping retribusi daerah. Selain satu dari jenis pajak, pajak daerah
merupakan pungutan daerah berdasarkan peraturan yang ditetapkan
untuk pembiayaan pengeluaran-pengeluaran daerah sebagi badan
hukum publik.
b. Hasil Retirbusi Daerah.
Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat
dipaksakan dan jasa balik langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini
bersifat ekonomis karena siapa saja tidak merasakan jasa balik dari
pemerintah dan ia tidak dikenakan iuran itu. (Nurlaila. 2004;30).
Sedangkan masalah tarif retribusi ini harus seimbang dengan
biaya yang dikeluarkan untuk dapat memelihara kelangsungan jasa itu.
Dengan demikian, berarti bukan selalu mencari keuntungan saja,
22
sehingga seperti halnya pajak , maka retribusi pun berlakunya
diperlukan pengesahan terlebih dahulu dari penguasa atau menurut
cara-cara yang ditetapkan undang-undang.
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan.
Sumber Pendapatan Asli Daerah selanjutnya adalah BUM D.
Dalam hal ini, laba BUM D yang diharapkan sebagai sumber
pendapatan bagi daerah. Oleh sebab itu pengelolaan BUM D harus
bersifat dan harus berpegang pada prinsip-prinsip ekonomi secara
umum. Sesuai dengan tujuan BUM D, yaitu untuk turut serta dalam
melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan
ekonomi nasional umumnya untuk memenuhi kebutuhan rakyat
dengan mengutamakan industrialisasi dan ketentuan serta
ketenagakerjaan dalam perusahaan, menuju masyarakat adil dan
makmur.
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah.
2. Dana permbangan.
Diperoleh dari bagian daerah, penerimaan pajak bumi dan
bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan
yang berasal dari sumber daya alam serta dana alokasi umum dan dana
alokasi umum.
23
3. Pinjaman daerah.
Pinjaman pemerintah daerah merupakan pinjaman dari pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat, hingga saat ini pemerintah daerah belum
diijinkan mengajukan pinjaman kepada pihak asing. Pinjaman pemerintah
daerah biasanya dilakukan untuk menutupi kekurangan anggaran belanja
daerah tetapi dilakukan oleh atau bekerja sama dengan pemerintah pusat.
4. Lain- lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah
seperti telah di uraikan diatas diupayakan agar selalu mengalami peningkatan,
salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pendapatan sektor pariwisata
di wilayah yang bersangkutan.
Dari penjelasan diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
2.1. sumber-sumber penerimaan daerah sebagai berikut:
24
Gambar 2.1
Sumber : UU no. 25/1999 tentang perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah
Sumber-Sumber Penerimaan Daerah
Dana
Perimbangan
Pinjaman
Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Lainnya yang
dipisahkan
Lain-lain Hibah, Dana Darurat Penerimaan
Lainnya
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
Bagi Hasil
DAU
DAK
Dalam Negeri
Luar
Negeri
Deviden
Bagian Laba
Penjualan
Saham
Pajak
Retribusi
Keuntugan peusahaan
daerah
Pengelolaan aset
Lain-lain
Pajak bumi dan bangunan
BPHTB
Hasil hutan, tambang, umum, perikanan
Minyak bumi
Gas alam
Kebutuhan diluar alokasi
Prioritas nasional
Dana reboisasi
Matching grant
25
Hasil penelitian Roerkgets dan Savat pada tahun 1983 (Soeratno.
2008: 88) mengemukakan bahwa manfaat yang dapat diberikan sektor
pariwisata adalah:
a. Menambah pemasukan dan pendapatan baik bagi pemerintah daerah
maupun masyarakatnya. Peningkatan ini bisa dilihat dari meningkatnya
hasil usaha yang dilakukan, misalnya bidang perhotelan, restoran, biro
perjalanan, pramu wisata dan barang-barang souvenir. Sedangkan bagi
pendapatan asli daerah serta sumber pertumbuhan ekonomi secara umum.
b. Membuka kesempatan kerja bagi penduduk di lokasi pariwisata, baik di
sektor formal maupun informal.
c. Menambah devisa bagi negara.
d. Merangsang pertubuhan kebudayaan lokal serta menunjang gerak
pembangunan daerah, misalnya: melalui peningkatan infrastruktur,
perhotelan, restoran, dan lain-lain sehingga menunjag pembangunan
daerah secara keseluruhan.
6. Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Pariwisata.
Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar dilaksanakan oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan
nasional melalui pertumbuhan dan perubahan secara terencana menujun
masyarakat modern. Tidak ada satu negara akan mencapai tujuan nasionalnya
26
tanpa melakukan berbagai jenis kegiatan pemmbangunan, oleh karena itu
proses pembangunan harus terus berlanjut karena tingkat kemakmuran,
keadilan dan kesejahteraan rakyat bersifat relatif dan tidak akan pernah
dicapai secara absolut.
Malaksanakan tugas pembangunan yang sangat penting dan mulia ini
merupakan tanggung jawab seluruh koponen masyarakat dan bukan tugas
pemerintah semata, akan tetapi meskipun deikian, harus diakui bahwa
pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan
nasional. Peran pemerintah yang dimaksud disini adalah selaku sabilisator,
selaku inovator, srelaku modernisator, selaku pelopor. Dan pelaksana sendiri
kegiatan pembangunan tertentu. (Nurlaila. 2004;55).
a) Peran selaku Stabilisator.
Salah satu ciri negara-negara terbelakang dan sedang
membangun adalah labilnya situasi politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan. Dalam kondisi kehidupan kenegaraan dan
masyarakat yang tidak stabil, sukar mengharakan terselenggaranya
berbagai kegiatan pembangunan, sehingga peran yang sangat penting
dimainkan oleh pemerintah secara efektif ialah peran selaku stabilisator.
b) Peran selaku Inovator.
Inovasi merupakan salah satu produk dari kreativitas. Inovasi
berarti temuan baru, metode baru, sistem baru dan yang terpenting cara
berpikir baru. Dengan demikian, dalam peranan selaku inovator,
27
pemerintah sebagian keseluruhan harus mejadikan sumber dari hal-hal
baru.
Ada 3(tiga) hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah selaku
inovator sebagi berikut: (a) menerapkan inovasi dilingkungan birokrasi
pemerintah. Masyarakat menganggap aparatur pemerintah pada mumnya
cara kerjanya lamban, sistem kerja yang berbelit-belit, cara berpikir yang
berorientasi kekuasaan. Dan hasilnya tingkat produktivitas kerja yang
rendah. (b) inovasi yang sifatnya konsepsional. Pemerintah dengan
seluruh jajaranya harus merupakan sumber dari ide-ide baru. (c) inovasi
sistem, prosedur dan metode kerja.
Pada sektor pariwisata peran pemerintah harus dapat
menciptakan obyek wisata yang baru dan mendukung pembangunan
pariwisata sehingga potensi wisata sangat bervariasi. Pemerintah
memberikan kemudahan dalam pemberian ijin usaha untuk
pengembangan obyek wisata sebagai sarana pendukung obyek dan daya
tarik wisata dan penurunan suku bunga dan perpanjangan masa tenggang,
pembayaran kredit bunga bagi yang berusaha dibidang pariwisata serta
tarif PLN untuk hotel sama dengan golongan industri.
c) Peran selaku Modernisator.
Melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi negara
modern. Berbagai implikasi peryataan tersebut antara lain adalah kuat,
mandiri, diperlakukan sederajat oleh negara-negara lain. Kuat berarti
28
mampu mempertahankan kemerdekaanya dan kedaulatanya dengan tetap
menyadari pentingnya bekerja sama dengan negara-negara lain. Sederajat
dalam arti perolehan pengakuan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan antara lain; (a)
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, (b) kemampuan dan
kemahiran manajerial, (c) kemampuan mengolah kekayaan alam yang
dimiliki sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi, (d) sistem
pendidikan yang andal yang menghasilkan sumber daya manusia yang
produtif, (e) landasan kehidupan politik yang kukuh dan demokratis, (f)
memiliki visi yang jelas tentang masa depan yang di inginkan, (g) rakyat
yang diberdayakan sehingga mampu mengambil keputusan yang rasional,
(h) kesediaan mengambil resiko, (i) orientasi masa depan, (j) bersedia
menerima perubahan.
Peran pemerintah sebagai modernisatar dalam sektor pariwisata,
memberikan kesempatan kepada swasta untuk mendirikan lembaga
pendidikan dan ketrampilan pariwisata.
d) Peran selaku Pelopor
Selaku pelopor, aparatur pemerintah harus menjadi panutan bagi
seluruh masyarakat, misalnya; (a) kepeloporan dalam bekerja seproduktif
mungkin dengan pemanfaatan waktu sebaik-baiknya dengan orientasi
yang maksimal, (b) kepeloporan dalam kejujuran, (c) kepeloporan dalam
29
penegakan disiplin, (d) kepeloporan dadalam ketaatan perundang-
undangan, (e) kepeloporan kesediaan berkorban demi kepentingan negara,
(f) kepeloporan dalam kepedulian pelestarian lingkungan, (g) kepeloporan
dalam penerapan obyektifitas, (h) kepeloporan dalam penerapan efisiensi,
(i) kepeloporan dalam peningkatan pengtahuan dan ketrampilan.
Pada sektor pariwisata pemerintah memberikan kebijakan pada
jangka waktu liburan nasional sehingga masyarakat mempunyai
kesempatan untuk berwisata, mengeluarkan Undang-Undang
kepariwisataan dan mendukung peningkatan masyarakat dalam menggali
dan melestarikan nilai-nilai luhur budaya daerah, dan peningkatan
promosi dan pemasaranya baik didalam maupun diluar negeri dengan
memanfaatkan kerja sama kepariwisataan regional secara optimal dalam
bentuk paket-paket wisata.
e) Peran selaku Pelaksana Sendiri
Meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan
pembangunan merupakan tanggung jawab nasional dan bukan menjadi
beban pemerintah semata-mata karena berbagai pertimbangan, seperti
keselamatan negara, modal yang terbatas, kemampuan yang masih belum
memadai karena tidak diminati oleh masyarakat dan karena secara
konstitusional merupakan tugas pemerintah, sangat mungkin terdapat
berbagai kegiatan yang tidak bisa diserahkan kepada pihak swasta
melainkan harus diselanggarakan sendiri oleh pemerintah.
30
Namun sebagai industri perdagangan jasa kegiatan pariwisata
tidak terlepas dari peran serta pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pemerintah bertanggung jawab empat hal utama yaitu:
perencanaan (Planning) daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan
(development) fasilitas utama dan pendukung pariwisata, pengeluaran
kebijakan (policy) pariwisata, dan pembuatan serta penegakan peraturan
(regulation). Menurut I nengah subadra mengenai peran-peran pemerintah
dalam bidang pariwisata tersebut diatas yaitu:
i. Perencanaan Pariwisata
Pariwisata merupakan industri yang memiliki kriteria-kriteria
khusus, mengakibatkan dampak positif dan negatif. Untuk memenuhi
kriteria khusus tersebut, memaksimalkan dampak positif dan
meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sehubungan dengan
pengembangan pariwisata, diperlukan perencanaan pariwisata yang
matang. Kesalahan dalam perencanaan akan mengakibatkan munculnya
berbagai macam permasalahan dan konflik kepentingan diantara para
Stekcholders. Masing-masing daerah tujuan wisata memiliki
permasalahan yang berbeda dan memerlukan jalan keluar yang berbeda
pula.
Dalam pariwisata, perencanaan bertujuan untuk mencapai cita-
cita atau tujuan pengembangan pariwisata. Secara garis besar
perencanaan pariwisata mencakup beberapa hal penting yaitu: (1)
31
perencanaan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk memacu
pertumbuhan berbagai industri yang berkaitan dengan pariwisata, (2)
perencanaan penggunaan lahan, (3) perencanaan infrastruktur yang
behubungan dengan jalan, bandar udara dan keperluan lainya seperti:
listrik, air, pembuangan sampah dan lain-lain, (4) peencanaan
pelayanan sosial yang berhubungan dengan penyediaan lapangan
pekerjaan, pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan
sosial, dan (5) perencanaan yang mencakup keamanan internal untuk
daerah tujuan wisata dan para wisatawan.
ii. Pembangunan Pariwisata
Pembangunan pariwisata umumnya dilakukan oleh sektor swasta
terutama fasilitas dan jasa pariwisata. Namun, pengadaan infrastruktur
umum seperti jalan, listrik dan air yang berhubungan dengan
pengembangan pariwisata terutama untuk proyek-proyek yang berskala
besar yang memerlukan dana yang sangat besar seperti pembagunan
bandar udara, jalan untuk trasportasi darat, proyek penyediaan air
bersih, dan proyek pembuangan limbah merupakan tanggung jawab
pemerintah, selain itu pemerintah juga berperan sebagi penjamin dan
pengawas para investor yang menanamkan modalnya dalam bidang
pembangunan pariwisata.
32
iii. Kebijakan Pariwisata
Kebijakan merupakan jangka panjang yang mencakup tujuan
pembangunan pariwisata dan cara atau posedur pencapaian tujuan
tersebut yang dinuat dalam peryataan-peryataan formal seperti hukum
dan dokumen-dokumen resmi lainya. Kebijakan yang dibuat
pemerintah harus sepenuhnya dijadikan panduan dan ditaati oleh para
stakcholder. Kebijakan-kebijakan yang harus dibuat dalam pariwisata
adalah kebijakan yang behubungan dengan pertumbuhan ekonomi,
peningkatan kesempatan kerja, dan hubungan politik terutama politik
luar negeri bagi daerah tujuan wisata yang mengandalkan wisatawan
manca negara.
Umumnya kebijakan pariwisata dimasukan dalam kebijakan
ekonomi secara keseluruhan yang kebijakanya mencakup struktur dan
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Kebijakan ekonomi yang harus
dibuat sehubungan dengan pembangunan pariwisata adalah kebijakan
mengenai ketenagakerjaan, penanaman modal dan keuangan, industri-
industri penting yang mendukung kegiatan pariwisata, dan
perdagangan barang dan jasa.
iv. Peraturan Pariwisata
Peraturan pemerintah memiliki peran yang sangat penting
terutama dalam melindungi wisatawan dan memperkaya atau
mempertinggi pengalaman perjalananya. Peraturan-peraturan penting
33
yang harus dibuat pemerintah untuk kepentingan tersebut adalah: (1)
peraturan perlindungan bagi wisatawan terutama bagi biro perjalanan
wisata ynag mengharuskan wisatawan membayar uang muka (deposit
payment) sebagi jaminan pemesanan jasa seperti akomodasi, dan lain-
lain. (2) peraturan keamanan kebakaran yang mencakup pengaturan
mengenai jumlah minimal lampu yang ada di masing-masing lantai
hotel dan alat pendukung keselamatan lainya. (3) peraturan keamanan
makan dan kesehatan yang mengatur mengenai standar kesehatan
makanan yang disuguhkan kepada wisatawan. (4) peraturan standar
kompetensi pekerja-pekerja yang menbutuhkan pengetahuan dan
keahlian khusus seperti pilot, sop ir dan nahkoda.
7. Permintaan dan Penawaran Pariwisata.
1. Permintaan pariwisata
Menurut Spillane (2001;103), salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi permintaan akan pariwisata adalah mobilitas. Mobilitas
manusia timbul atas berbagai macam dorongan kebutuhan atau
kepentingan yang disebut dengan istilah motivasi, yang dapat digolongkan
sebagai berikut:
a. Dorongan kebutuhan dagang atau ekonomi.
b. Dorongan kebutuhan kepentingan politik.
c. Dorongan kebutuhan keamanan.
d. Dorongan kebutuhan kesehatan.
34
e. Dorongan kebutuhan pemukiman.
f. Doronagn kebutuhan kepentingan keagamaan.
g. Dorongan kebutuhan kepentingan pendidikan atau studi.
h. Dorongan kebutuhan minat kebudayaan.
i. Dorongan kebutuhan hubungan keluarga.
j. Dorongan kebutuhan untuk rekreasi (dalam arti luas).
Motivasi-motivasi tersebut timbul dari kepentingan-kepentingan
hidup manusia. Oleh karena kehidupanya dalam masyarakat wajar maka
aktivitas-aktivitas permintaan timbul layak untuk dipenuhi dan disediakan.
Permintaan dalam pariwisata dapat berupa pemandangan yang
indah, udara yang segar, langit yang cerah, pantai yang bersih dan
sebagainya. Permintaan tersebut pada dasarnya terbagi atas dua yaitu
permintaan yang potensial dan permintaan yang nyata. Permintaan yang
potensial adalah sejumlah orang yang memenuhi anasir-anasir pokok
suatu perjalanan karena itu mereka berada dalam kondisi siap untuk
bepergian, sedangkan permintaan yang nyata (actual) adalah orang-orang
yang secara nyata bepergian kesuatu daerah tujuan wisata. Perbedaan
jumlah permintaan potensial dan aktual merupakan kancah usaha bagi
orang-orang pemasaran (Gromang. 2003;132).
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi perkembangan
permintaan pariwisata yaitu antara lain pendapatan, dimana pendapatan
35
seseorang sangat menentukan dapat tidaknya seseorang berwisata karena
apabila memiliki uang lebih maka seseorang baru akan melakukan
perjalanan wisata. Selain itu faktor yang lain yaitu perubahan harga akan
mempengaruhi penggunaan dana yang dimiliki seseorang, kualitas dalam
hal yang dapat dilihat, digunakan dan dapat dibeli di daerah tujuan wisata,
faktor hari libur juga memberikan pengaruh positif bagi terselenggaranya
perjalanan wisata, transportasi yang canggih dapat mempersingkat waktu
perjalanan dengan segala fasilitas yang nyaman dan baik.
2. Penawaran pariwisata
Sejak kepariwisataan menjadi industri yang populer terutama
karena ekonomisnya, praktis setiap negara berminat mengenbangkan
dirinya sebagai salah satu tujuan wisata. Keadaan alam dan masyarakat
negara-negara berkembang menjadi andil utama untuk diminati dan
menjadi daya tarik yang kuat di pasaran wisata dunia. Namun demikian,
secara absolut, sebagian wisatawan senantiasa bertukar kunjung ke negara
tetangga yang sudah maju, dikarenakan banyaknya hari-hari luang untuk
berkunjung dan arena secara relative biaya transport yang semakin mahal
ke negara-negara tujuan yang semakin jauh. Persaingan di antara sesama
negara destinasi menjadi semakin tajam dan satu-satunya harapan
pertumbuhan suatu negara tujuan wisata terletak pada persiapan apa yang
ditawarkan itu supaya memadai dengan permintaan. Ini adalah proses
berkesinambungan, yang tergantung pada hasil studi mendalam mengenai
36
permintaan dan analisis produk, tempat kedua unsur ini merupakan unsur
pokok perencanaan penawaran (Gromang. 2003;112).
Namun saat ini sebagian lembaga atau instansi telah menetapkan
lima hari kerja dalam seminggu. Disamping itu pemerintah mengambil
kebijakan yang memungkinkan memindahkan libur nasional keawal atau
akhir pekan. Kondisi ini akan menambah jumlah waktu luang bagi para
pekerja. Waktu luang tersebut merupakan syarat bagi seseorang untuk
melakukan perjalanan wisata, sebab banyak orang yang memiliki uang
yang cukup, akan tetapi waktu luangnya sangat terbatas sehingga tidak
dapat melakukan perjalanan wisata. Dengan kata lain kondisi ini
merupakan peluang bagi pemasar untuk dapat merubah wisatawan
potensial menjadi wisatawan aktual. Jadi paling tidak saat ini pariwisata
nasional dapat memanfaatkan kondisi diatas, yaitu dengan melayani
wisatawan nusantara yang membatalkan perjalanan keluar negeri, dan
mereka yang waktu luangnya meningkat agar dimanfaatkan untuk
kegiatan wisata.
Penawaran pariwisata diharapkan dapat menyumbang sejumlah
uang antara lain dari pengeluaran wiasatawan asing, transportasi,
pengembalian modal dari investasi pariwisata di luar negeri, pengiriman
uang oleh pekerja bidang pariwisata di luar negeri dan sebagainya. Hal ini
memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan asli daerah (PAD).
Karena industri pariwisata pada umumnya berorientasi pada penjualan
37
jasa, dimana salah satu sifat dari produksi jasa adalah dihasilkanya melalui
padat karya, maka dengan berkembangnya pariwisata akan membuka
banyak kesempatan kerja. Akibat langsung terhadap kesempatan kerja ini
terutama akan sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang yang
umumnya aktivitas ekonominya masih terbatas. Sebagai contoh yaitu Bali
merupakan daerah yang pariwisatanya berkembang cukup pesat sehingga
sektor pariwisata mampu lapangan kerja seper tiga dari penduduknya yang
berjumlah 3,5 juta orang (lin, 2003).
8. Keterkaitan Industri Pariwisata dan Pertumbuhan Ekonomi.
Pengembangan pariwisata dianggap penting oleh pemerintah,
mengingat Indonesia sebagai negara berkembang sehingga praktis sektor
industri pariwisata belum begitu menonjol. Untuk itu sumber pertumbuhan
nasional yang dimiliki mungkin bisa dianggap dominan adalah kepariwisataan
(keindahan, kekayaan alam, peninggalan sejarah, budaya dan adat istiadat
tradisional). Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, telah
menetapkan tujuan-tujuan dalam sektor pariwisata sebagai berikut:
a. Menjadikan kepariwisataan sebagi sektor andalan guna menggerakkan
kegiatan ekonomi.
b. Memperbesar penerimaan devisa.
c. Memperluas dan memeratakan kesempatan usaha dan memperluas
lowongan pekerjaan terutama bagi masyarakat setempat.
38
d. Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari sudut pembangunan negara, pariwisata merupakan bagian yang
integral dari pembangunan nasional. Pariwisata mempunyai manfaat dan
peranan sebagai berikut:
a. Peranan pariwisata dalam bidang idiologi sebagai wahana efektif untuk
menanamkan jiwa semangat dan nilai-nilai luhur kebudayaan nasional.
b. Manfaat wisata dalam bidang politik, dengan dibangunya obyek wisata
yang tersebar diseluruh nusantara dan penyebaran kegiatan berwisata
keberbagai daerah akan menambah kecintaan dan rasa bangga terhadap
semua kekayaan yang dimiliki oleh bangsa indonesia, manfaat pariwisata
dalam bidang ekonomi, akan meningkatkan penerimaan devisa negara dan
penerimaan negara yang berupa:
Ø Pajak langsung (pajak penghasilan maupun pajak atas pengunaan
fasilitas yang terkait dengan pariwisata), pajak tak langsung (bea
masuk dan cukai yang diterima negara yang diterima dari sektor
pariwisata maupun yang terkait).
Ø Meningkatkan dan memeratakan pendapatan masyarakat, melalui
multiplier effect dari industri pariwisata.
Ø Meningkatkan pembangunan daerah.
c. Manfaat pariwisata dalam bidang sosial dan budaya. Turut berupaya
dalam peningkatan obyek-obyek wisata, pertumbuhan perkumpulan seni
39
dan budaya, pertumbuhan hasil kerajinan dan pelestarian peninggalan
sejarah.
9. Hasil Penelitian Terdahulu.
Sri soetanti (1997) mengadakan penelitian mengenai perkembangan
pariwisata terhadap peningkatan pendapatan daerah di daerah kotamadya
Surakarta, dengan mengambil sampel dari tahun 1989-1995. Hipotesis yang
diajukan adalah jumlah kunjungan wisatawan ke surakarta, ada kecenderungan
meningkat dan pendapatan daerah surakarta sektor pariwisata diduga mempunyai
kontribusi yang meningkat terhadap pendapatan daerah. Dan diduga jumlah
wisatawan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Alat uji yang
digunakan adalah analisis regresi sederhana, dengan model :
Y= β₀ + β₁ + U �
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada kenaikan dalam jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara, karena hasil analisi trend metode regresi,
teryata koefisien regresi memiliki nilai t= 1,777 dan probabilitas = 0,13577 yang
berarti trend tersebut tidak meyakinkan pada tarif signifikan 5%.
Soeratno (2000) mengadakan penelitian tentang lingkungan Taman
Wisata Budaya Candi Borobudur sebagai salah satu sumber pendapatan daerah
Kabupaten Magelang. Hipotesis yang di ajukan adalah dari sekian banyak obyek
wisata di propinsi jawa tengah yang jumlahnya lebih dari 20 buah. Taman Wisata
Budaya Candi Borobudur merupakan obyek wisata yang paling banyak
40
dikunjungi dan berpendapatan paling tinggi. Dengan jumlah pengunjung pada
tahun 1997 sebanyak 2,28 juta orang atau 15,98% dari total pengunjung diseluruh
obyek wisata yang ada di propinsi jawa tengah, sedangkan jumlah pendapatan PT
Taman wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko pada tahun 1997
sebesar Rp. 3.166,31 juta atau 30,32% dari total pendapatan seluruh obyek wisata
di Propinsi Jawa Tengah.
Artikel tersebut mencoba mengetahui peran pendapatan dari Taman
Wisata Budaya Candi Borobudur dan lingkungan sekitarnya terhadapa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Magelang selama periode 1990-1997.
Sedangkan pendapatan yang dimaksud dibatasi hanya 3 sumber yang berkaitan
langsung dengan pengelolaan Taman Wisata Budaya Candi Borobudur yaitu:
pendapatan dari penjualan karcis tanda masuk, parkir kendaraan, sewa kios
souvenir dan rumah makan. Hasil penelitian ini menunjukan elastisitas setoran PT
Taman Wisata Budaya Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Magelang selama periode 1991-1997 adalah
rata-rata sebesar 2, ini apabila setoran tersebut naik 1% maka PAD Kabupaten
Magelang akan naik sebesar 2% apabila kabupaten menghendaki peningkatan
yang berarti pada PADnya yang dapat dilakukan salah satunya adalah menarik
jumlah wisatawan yang lebih banyak. Dengan wisatawan yang lebih banyak akan
meningkatkan hasil penjualan tiket masuk dan seterusnya akan meningkatkan
setoran ke Kabupaten Magelang.
41
10. Kerangka Pemikiran.
Dalam penelitian ini akan dicari pengaruh jumlah wisatawan, rata-rata
lama menginap wisatawan, serta biaya pengelolaan pariwisata di Kabupaten
Wonogiri terhadap sektor pariwisata dan juga pengaruh pendapatan sektor
pariwisata serta kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dimana
menggunakan variabel wisatawan karena semakin banyak wisatawan yang
berkunjung maka semakin besar pendapatan yang di terima di sektor pariwisata,
sedangkan rata-rata lama menginap dapat dilihat bahwa semakin besar wisatawan
yang menginap maka akan memperbesar pendapatan di sektor pariwisata melalui
pajak retribusi hotel, dan untuk variabel biaya pengelolaan pariwisata
berpengaruh terhadap jumlah pendapatan di sektor pariwisata. Berikut ini skema
kerangka pemikiran untuk mengetahui potensi wisata yaitu:
42
11. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat ditarik suatu hipotesis
yaitu sebagai berikut:
1. Pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Wonogiri mengalami kenaikan
dari tahun ketahun.
2. Kontribusi pendapatan yang diberikan oleh sektor pariwisata dinilai
mengalami kenaikan, walaupun pada tahun 2005 mengalami penurunan
pendapatan namun tidak pada tahun-tahun berikutnya hal tersebut karena
adanya usaha-usaha seperti promosi pariwisata, sarana transportasi yang
lancar, kemudahan birokrasi dan keimigrasian, penginapan yang nyaman, dan
kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh dinas
Jumlah Wisatawan
Biaya Pengelolaan
Pendapatan Pariwisata
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Rata-rata lama menginap
43
pariwisata dan kebudayaan dalam rangka peningkatan pariwisata di
Kabupaten Wonogiri.
3. Faktor-faktor seperti jumlah wisatawan, biaya pengelolaan, rata-rata lama
menginap wisatawan sangat mempengaruhi pendapatan daerah. Jika faktor-
faktor tersebut meningkat maka pendapatan daerah Kabupaten Wonogiri pun
akan mengalami peningkatan.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkup wilayah Wonogiri sedang lingkup
kajianya akan dilihat dari perkembangan pendapatan pariwisata dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya, sehingga dapat dilihat dan diteliti seberapa
jauh kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonogiri.
B. Jenis Data dan S umber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini dikategorikan
sebagai data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber, dengan cara
mengambil data-data statistik yang telah ada serta dokumen-dokumen lain
yang terkait yang diperlukan. Data sekunder adalah data yang diterbitkan oleh
organisasi yang bukan pengolahnya. Data ini dikumpulkan dari dinas
pariwisata dan kebudayaan kabupaten wonogiri, Badan Pusat Statistik (BPS),
dan instansi-instansi yang terkait.
C. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diterima dari
potensi daerah yang berupa pajak milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah juga pendapatan daerah yang sah.
45
2. Pendapatan Pariwisata
Pendapatan pariwisata adalah bagian dari pendapatan asli daerah
yang berasal dari kegiatan kepariwisataan seperti retribusi tempat rekreasi
dan olah raga, pajak hotel dan restoran, pajak keramaian dan retribusi
penginapan dengan satuan rupiah.
3. Jumlah Wisatawan
Jumlah wiasatawan adalah semua orang dari dalam maupun luar
negeri yang datang dan menginapdi hotel berbintang mapun non bintang
dengan tujuan menikmati pelayanan yang disediakan oleh hotel tersebut,
dengan satuan orang.
4. Biaya Pengelolaan Pariwisata
Adalah besarnya pengeluaran sektor pariwisata yang digunakan
baik untuk pembangunan, pengembangan dan pemasaran sektor
pariwisata, dalam satuan rupiah.
D. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis uji ekonometrika yaitu uji untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan
asumsi klasik yang meliputi uji multikolenearitas, uji homoskedastisitas, dan uji
multikolenearitas. Sedangkan uji ekonomi teori merupakan pengujian yang
didasarkan pada konsep yang terdapat dalam teori-teori ekonomi, dimana
pengujian akan berhubungan dengan tanda koefisien yang menunjukan hubungan
46
variabel independen dengan variabel dependen serta menunjukan seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
E. Uji Statistik
1. Uji Hipotesis I
Untuk mengetahui perkembangan sumbangan sektor pariwisata terhadap
pendapatan asli daerah, akan dirumuskan dengan menggunakan analisis sebagai
berikut.
Model : YO = a + b X
Dimana :
YO = Jumlah penerimaan pendapatan pariwista di Kabupaten Wonogiri
a = Konstanta.
b = Besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan 1
unit variabel X
X = Tahun.
Untuk mencari koefisien a dan b digunakan rumus :
a = N= Jumlah data b=
Penggunaan model trend linear ini bertujuan untuk melihat
perkembangan hubungan variabel X dan Y selama periode penelitian maupun
prospeknya di masa mendatang.
1. Bila b<0, maka perkembangan hubungan Y dan X akan turun.
2. Bila b>0, maka perkembangan hubungan Y dan X adalah naik.
47
2. Uji Hipotesis II
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan sektor
pariwisata terhadap pendapatan asli daerah, seperti berikut :
Kontribusi =
Dimana :
YPAR = Nilai pendapatan sektor pariwisata
PAD = Nilai PAD
Perhitungan tersebut menghasilkan kontribusi pendapatan pariwisata
terhadap pendapatan asli daerah dan juga menghitung perkembangannya dengan
menggunakan analisis, sebagai berikut :
Model : YO = a + b X
Dimana :
YO = Jumlah penerimaan pendapatan pariwista di Kabupaten Wonogiri
a = Konstanta.
b = Besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan 1
unit variabel X
X = Tahun.
Koefisien a dan b digunakan rumus sebagai berikut :
a = N= Jumlah data b=
48
3. Uji Hipotesis III
a. Analisis Regresi
Untuk mengetahui apakah faktor-faktor sosial ekonomi seperti jumlah
wisatawan, lama menginap wisatawan dan biaya pengelolaan berpengaruh
positif terhadap pendapatan pariwisata di kabupaten Wonogiri digunakan
analisis linier berganda.
Model yang digunakan sebagai berikut :
LnPPt = βO + β1 Ln WSTt +β2 Ln LMWt + β3 LnBPt +ei
Dimana:
PPt = Pendapatan pariwisata pada periode t
Ln = Logaritma natural.
βo = Konstanta.
β1 -β3 = Koefisien regresi masing-masing variabel.
WSTt = Jumlah wisatawan pada periode t.
LMWt = rata-rata lama menginap wisatawan di propinsi Jawa Tengah
pada periode tertentu.
BPt = Biaya pengelolaan pariwisata di Kabupaten Wonogiri pada periode
t.
ei = Variabel pengganggu.
Selanjutnya terhadap analisis regresi yang ada dilakukan pengujian
sebagai berikut :
49
=t t a b e l
i. Pengujian secara induvidual (Uji-t).
Uji statistik dilakukan untuk mengetahui kebenaran atau kepalsuan
dari hipotesis nol. Ada tiga uji statistik yang dilakukan yaitu:
1) Uji t
Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial untuk
mengetahui signifikansi masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Dalam Uji t dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Menentukan Hipotesis
Ho : βi = 0 (berarti variabel independen secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen)
Ha : βi ≠ 0 (berarti variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen)
b. Menentukan nilai α
c. Melakukan Penghitungan nilai t sebagai berikut :
t tabel = ; d f = N-K
dimana ; α = derajat signifikasi
N = banyaknya data yang digunakan
K = banyaknya parameter atau koefisien regresi plus konstanta
t hitung =
dimana ; = koefisien regresi variabel ke-i
Se = Standard error
50
kriteria Pengujian
Gambar 3.1 Ho diterima
Aturan Uji t
Ho diterima apabila –t α/2 ≤ t ≤ t α/2
Ho ditolak apabila t < -t α/2 atau t > α/2
d. Kesimpulan
a. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya
koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
b. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan.
ii. Pengujian secara serentak (Uji-F).
Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersama-sama.
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya atau untuk
mengetahui apakah persamaan model cukup eksis untuk digunakan. Dalam uji F
ini dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Menentukan hipotesis:
Ho = β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (berarti secara bersama-sama variabel
independen tidak mempengaruhi variabel dependen)
51
Ha ≠ β1≠ β2≠ β3≠ β4≠ 0 (berarti secara bersama-sama variabel
independen mempengaruhi variabel dependen)
b). Menentukan nilai α
c). Melakukan penghitungan nilai F
F tabel à F α ; (N-K) ; (K-1)
Dimana; α = Derajat signifikasi
N = Jumlah data
K = Jumlah parameter dalam model termasuk konstanta
Fhit = R2 / (k-1)
(1-R2) / (N-k)
Dimana;
R2 = koefisien determinasi berganda
K = banyaknya parameter total yang dipakai rekan
N = banyaknya observasi
d). Kriteria pengujian
Ho diterima apabila F hitung ≤ F tabel
Ho ditolak apabila F hitung > F tabel
e). Kesimpulan
1. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
52
2. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
iii. Determinasi Berganda (R2 )
Nilai yang sering dilambangkan dengan R2 ini untuk mengukur kebaikan
sesuai dengan persamaan regresi, ditentukan apabila semakin tinggi pula
presentase variabel-variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen
secara bersama-sama.
R2 =
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1, semakin mendekati angka 1 dikatakan
model tersebut makin baik.
F. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih dari
satu hubungan linear pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari
model regresi (Gujarati, 1995 : 320).
Salah satu asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan
antara beberapa atau semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model
terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang
besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi.
Untuk menguji ada atau tidaknya masalah multikolinearitas dalam suatu
model empirik setidaknya ada 2 cara, yaitu dengan mengunakan :
53
a. Korelasi Parsial
Pedoman yang digunakan dalam pendekatan ini adalah apabila nilai
R2a lebih tinggi dari nilai R2 pada regresi antar variabel bebas, maka dalam
model empirik tidak terdapat adanya multikolinearitas dan sebaliknya.
b. Pendekatan Koutsoyiannis.
Nilai R2 pada regresi dengan tiga variabel bebas memberikan nilai R
2
yang lebih tinggi dibandingkan R2 pada regresi pada masing-masing variabel
bebas. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel memang layak/berguna
untuk dimasukkan dalam model.
b. Uji Homoskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi
yang mempunyai variabel yang tidak sama, sehingga penaksir OLS tidak efisien.
Dari hasil regresi dilakukan uji t jika nilai probabilitas semua variabel independen
signifikan, maka terjadi heteroskedastisitas.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Park yaitu dengan meregresi
residual yang dikuadratkan dengan variable independen. Jika regresi tersebut
menghasilkan problabilitas di atas 0,05 maka variable bebas tersebut tidak
signifikan padatingkat α = 5%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pada
tingkat α = 5% semua koefisien regresi tidak signifikan yang berarti tidak terdapat
masalah heteroskedastisitas.
54
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota
serangkaian obeservasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang (Gujarati, 1995:
400-401). Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat autokorelasi
diantara rangkaian variabel yang diperoleh. Pengujian terhadap gejala
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin –Watson, yaitu
dengan membandingkan angka Durbin –Watson yang diperoleh dari perhitungan
analisa regresi dengan angka Durbin –Watson dalam tabel dengan derajat
kebebasan (N-k) dan tingkat signifikan tertentu. Angka Durbin –Watson dalam
tabel menunjukkan nilai distribusi antar batas bawah (dL) dan batas atas (dU).
Deteksi autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik
Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel. Mekanisme uji Durbin-
Watson adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995: 423):
1) Lakukan regresi OLS dan dapatkan residualnya.
2) Hitung nilai d (Durbin-Watson).
3) Dapatkan nilai kritis dL dan dU.
Apabila hipotesis nol adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif,
maka jika :
d < dL : menolak Ho
d > dU : tidak menolak Ho
dL ≤ d ≤ dU : pengujian tidak menyakinkan
Apabila hipotesis nol adalah bahwa tidak ada serial korelasi negatif,
maka jika :
55
d > 4 – dL : menolak Ho
d < 4 – dU : tidak menolak Ho
4 –dU ≤ d ≤ 4 – dL : pengujian tidak meyakinkan
Apabila hipotesis nol adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial
autokorelai baik positif maupun negatif, maka jika:
d < dL : menolak Ho
d < 4 - dL : menolak Ho
dU < d < 4 - dL : menerima Ho
dL ≤ d ≤ dU atau 4 –dU ≤ d ≤ 4 - dL : pengujian tidak meyakinkan
Uji autokorelasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Tidak ada
Autokorelasi
Autokorelasi Ragu- Ragu- Autokorelasi
Positif ragu ragu Negatif
0 dL dU 4- dU 4 – dL 4
Gambar 3.2 Durbin –Watson Test
Dari model akan didapat nilai R , kemudian nilai ini dimasukkan
dalam rumus sebagai berikut : (n-1) R , dimana n adalah jumlah observasi,
kemudian dilakukan pengujian dengan hipotesa sebagai berikut:
Ho : ρ = 0 berarti tidak ada masalah autokorelasi
Ha : ρ ≠ 0 berarti ada masalah autokorelasi
56
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Wonogiri
1. Letak Geografis
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah tujuan wisata di propinsi
Jawa Tengah yang berjarak +32 km dari kota Solo kearah selatan. Kabupaten
Wonogiri merupakan salah satu daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit dan
memiliki keanekaragaman biji tambang, keindahan alam, budaya serta sifat dan
sikap keramah-tamahan dan kegotong-royongan dari penduduknya yang pada
tahun 1993 berjumlah sekitar 1.047.460 jiwa dengan luas wilayah +192.236 Ha.
Kabupaten Wonogiri yang terletak di sebelah selatan garis katulistiwa
dengan koordinat 70 320-80 LS dan 1100 410 -1110 180 BT dengan jarak +133 km
dari Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah. Pada masa lalu Jawa Tengah terkenal dengan
daerah yang gersang dengan topografis berbukit dan jurang-jurang yang terjal.
Sebagian besar permukaan tanahnya yang berkapur ini seakan sulit dijamin
perkembangan jaman, sehingga memperlihatkan sosok agraris tradisional.
Dengan kondisi alam yang seperti tersebut di atas itulah, maka tidak
mengherankan apabila sebagian besar penduduknya lebih senang untuk
berimigrasi ke kota besar untuk mencari nafkah. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa para perantau tersebut terkenal dengan sosok perkerja yang ulet, tekun,
jujur dan kuat. Adapun hasil-hasil produksi dari sektor pertanian antara lain adalah
padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, canthel (sorgum), kacang tanah,
57
sedangkan dari sektor industri yaitu industri makanan, obat-obatan dan kerajinan,
antara lain : genting, kerajinan rotan, mebel kayu, tatah sungging (wayang kulit),
batu mulia, logam, batu kaca, batu kapur, jamu, tahu/tempe, brem, gaplek/cassava,
cabuk, dan thiwul. Kesenian khas Wonogiri yang terkenal antara lain yaitu wayang
kulit, kethek ogling, reog, kerhoprak ledhek atau tayub.
Secara administratif Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu
Kabupaten yang berbeda dalam wilayah propinsi Jawa Tengah yang terbagi
menjadi 25 Kecamatan dan terdiri dari 294 Kelurahan. Adapun batas-batas
wilayah Kabupaten Wonogiri adalah :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karanganyar (Jawa Tengah)
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur)
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan
Samudra Indonesia
d. Sebelah barat berbatasan dengan Daerah Istimmewa Yogyakarta
Dengan demikian secara umum Kabupaten Wonogiri teletak diantara
empat kabupaten yang termasuk dalam tiga propinsi. (Sumber Dinas Pariwisata
Kabupaten Wonogiri).
2. Penduduk
Gambaran umum penduduk Kabupaten Wonogiri yang pada umumnya
bermata pencarian sebagai perantau hal ini disebabkan karena keadaan daerah
yang gersang dengan topografis berbukit dan jurang-jurang yang terjal. Sebagian
58
besar permukaan tanahnya yang berkapur ini seakan sulit dijamin perkembangan
jaman, sehingga memperlihatkan sosok agraris tradisional.
Dengan kondisi alam yang seperti tersebut di atas itulah, maka tidak
mengherankan apabila sebagian besar penduduknya lebih senang untuk
berimigrasi ke kota besar untuk mencari nafkah. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa para perantau tersebut terkenal dengan sosok perkerja yang ulet, tekun,
jujur dan kuat.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Tahun 2003-2007.
PERTUM BUHAN ALAM IAH PENDUDUK BESERTA PROSENTASENYA
KABUPATEN WONOGIRI AKHIR TAHUN 2003 - 2007
TAHUNJUMLAH
PENDUDUK PERTUM BUHAN ALAM IAH JUMLAH Laki-Laki % Perempuan % L+P %
2003
2004
2005
2006
2007
1.112.825
1.117.115
1..121.454
1.127.907
1.181.114
3.532
2.606
2.785
3.840
3.742
0,64
0,47
0,50
0,68
0,63
3,423
2,344
2,587
3,766
3.623
0,61
0,42
0,46
0,67
0,62
6,955
4,950
5,372
7,606
7,365
0,62
0,44
0,48
0,67
0,62
59
Table 4.2 Tingkat Kepadatan Penduduk
KEPADATAN PENDUDUK DIPERINCI PER KECAM ATAN PER
KILOM ETER PERSEGI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2005-2007
Kecamatan Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
KK JIWA KK JIWA KK JIWA 1. Pracimantoro
2. Paranggupito
3. Giritontro
4. Giriwoyo
5. Batuwarno
6. Karangtengah
7. Tirtomoy
8. Nguntoronadi
9. Baturetno
10. Eromoko
11. Wuryantoro
12. Manyaran
13. Selogiri
14. Wonogiri
15. Ngadirojo
16. Sidoharjo
17. Jatiroto
18. Kismantoro
112
68
98
106
93
58
135
79
134
91
103
148
199
244
138
173
140
142
470
325
402
469
417
291
609
348
576
410
383
574
1079
1051
638
830
686
567
112
68
98
106
93
58
135
79
134
91
103
148
199
244
138
173
140
142
474
326
403
469
422
292
611
349
579
411
384
574
1.090
1.059
642
836
693
571
157
100
122
145
123
88
187
110
174
126
114
166
310
301
206
238
206
166
518
318
399
487
413
289
667
359
625
423
399
591
1.147
1.084
696
861
723
613
60
19. Purwantoro
20. Bulukerto
21. Puhpelem
22. Slogohimo
23. Jatisrono
24. Jatipurno
25. Girimarto
197
220
136
192
325
171
220
990
890
669
836
1.349
727
782
197
220
136
192
325
171
220
996
894
672
840
1.357
733
786
279
259
208
245
399
223
246
1.020
917
708
909
1.409
784
837
Kab. Wonogiri 140 615 140 619 185 648
Sumber Data WDA 2007
3. Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata
Di daerah Kabupaten Wonogiri mempunyai potensi wisata yang menarik
dan patut untuk dikunjungi. Mengingat daerah Wonogiri bamyak memiliki obyek
wisata untuk dikembangkan sehingga dapat menambah pemasukan bagi
pendapatan khas daerah. Potemsi wisata yang dimiliki Kabupaten Wonogiri
antara lain temasuk jenis wisata alam, wisata alam, wisata budaya dan wisata
budaya buatan. Potensi sumber daya alam yang ada di Kabupaten Wonogiri dapat
dijadikan andalan sebagai daya tarik wisata. Potensi yang dapat dikembangkan di
Kabupaten Wonogiri antara lain :
1. Obyek Wisata Alam
a) Obyek Wisata Pantai Sembukan
61
Obyek wisata sp iritual sembukan merupakan salah satu obyek wisata
sp iritual di Kabupaten Wonogiri. Obyek wisata tersebut berupa wisata pantai
yang terletak di desa Paranggupito Kecamatan Paranggupito yang berjarak 60
km dari kota Kabupaten Wonogiri kearah Selatan, memerlukan waktu
perjalanan kira-kira 2 jam dengan kendaran bermotor, selain termasuk wisata
alam, obyek wisata (sp iritual) yang mempunyai beberapa sarana ibadah antara
lain masjid, paseban, dan sanggar. Konon di Pantai sembukan tersebut
merupakan pintu gerbang ke-13 Kerajaan Ratu Kidul. Pantai Sembukan ini
selalu dilewati oleh Kanjeng Ratu Kidul saat menghadiri pertemuan dengan
Raja Kasunanan Surakarta (Paku Buwono).
Event wisata budaya di Pantai Sembukan ini diadakan setiap setahun
sekali yang dinamakan Labuhan Ageng Sembukan. Setiap pelaksanaan
Labuhan Larung Ageng tersebut diikuti oleh Keraton Surakarta, Pemerintah
Kabupaten Wonogiri maupun masyarakat desa Parangguppito. Event ini
sangat menarik dan selalu mendatangkan wisatawan yang cukup banyak. Pada
umumnya wisatawan yang datang mengharapkan berkah untuk kesuksesan
dan kebahagiaan.
Selain masyarakat awam juga banyak para penjabat yang datang ke
obyek wisata ini untuk melakukan meditasi, memohon agar semua cita-
citanya dapat terkabulkan dan ternyata banyak yang berhasil juga. (Pesona
Wisata Kabupaten Wonogiri).
b) Obyek Wisata Pantai Nampu
62
Obyek wisata Pantai Nampu terletak di wilayah desa Gunturharjo
Kecamatan Paranggupito yang berjarak 60 km dari kota Kabupaten Wonogiri.
Pantai Nampu ini merupakan salah satu obyek wisata pantai di wilayah
Kabupaten Wonogiri ke arah selatan. Pantai Nanpu mempunyai kekayaan
alam pasir putih, gelombang air yang besar sehingga sangat cocok untuk
kegiatan olah raga air seperti selancar dan sebagainya. (Pesona Wisata
Kabupaten Wonogiri).
c) Obyek Wisata Goa Ngantap
Terletak di wilayah Kecamatan Giritontro yang berjarak + 4 km dari
Kecamatan Giritontro atau + 50 km dari kota Kabupaten Wonogiri. Goa ini
mempunyai Stalagtite dan stalagmite yang sangat indah. Goa Ngantap ini
terletak di gugusan kawasan karet yang membentang dari Giritontro sampai
pracimantoro. (Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri)
d) Obyek Wisata Goa Puteri Kencana
Goa Puteri Kencana adalah goa alam yang terletak di desa Wonodadi,
Kecamatan Pracimantoro. Goa Puteri Kencana berjarak + 6 km dari
Kecamatan Pracimantoro atau +40 km dari kota Wonogiri kearah selatan.
Kawasan ini berada sekitar 250 m di atas permukan laut. Goa Puteri Kencana
juga termasuk obyek wisata budaya (sp iritual). Pada setiap tahunnya di Goa
Puteri Kencana diadakan upacara ritual. Upacara ritual tersebut dilaksanakan
di area parkir sebelah kiri bawah pintu masuk Goa Puteri Kencana, upacara
tersebut dilaksanakan untuk menghormati para leluhur.(Pesona Wisata
Kabupaten Wonogiri)
63
e) Obyek Wisata Cagar Alam Donoloyo
Obyek Wisata Cagar Alam hutan jati Donoloyo sangat sakral. Kayu
jati di hutan ini khusus digunakan untuk menbangun Istana Raja Surakarta.
Apabila keraton Surakarta membutuhkan kayu untuk menbangun atau
memperbaiki keraton maka diambillah kayu dari hutan jati donoloyo tersebut.
Obyek wisata cagar alam Donoloyo banyak dikunjungi oleh wisatawan
khusus atau pecinta alam.(Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri)
f) Obyek Wisata Gunung Gandul
Obyek Wisata Gunung Gandul termasuk gugusan gunung seribu yang
terletak di kota Wonogiri yang berjarak kira-kira 3 km dari kantor Bupati
Wonogiri. Gunung Gandul adalah merupakan areal wisata wana wisata
sekaligus menjadi gardu pandang Wonogiri. Obyek wisata tersebut banyak
dikunjungi muda-mudi yang senang bertualang untuk menikmati keindahan
alam sekaligus menyaksikan indahnya kota Wonogiri. (Pesona Wisata
Kabupaten Wonogiri)
g) Obyek Wisata Air Terjun Setren Girimanik
Kawasan wisata Girimanik adalah merupakan kawasan wisata alam
yang beriklim sejuk dan di dukung dengan panaroma alam yang sangat indah.
Di kawasan wisata ini terdapat 3 buah air terjun yang dinamakan Air Terjun
Girimanik Moyo dan Air Terjun Tinjo Moyo. Air Terjun Tinjo Moyo
mempunyai ketinggian 30 m. Di obyek wisata Setren Girimanik tersebut juga
terdapat sebuah tempat sakral peninggalan atau petilasan Raden Mas Said
yang di kenal dengan nama batu besi.
64
2. Obyek Wisata S piritual
a) Sendang Drajat
Sendang Drajat adalah merupakan sebuah sendang yang sangat
dipercayai untuk meningkatkan drajat seseorang apabila meminum air
sendang ini. Menurut cerita sendang ini juga menjadi tempat pemandian
Pangeran Samber Nyowo saat bertapa di pertapaan Girimanik. Sendang ini
dipercayai oleh khalayak bahwa orang yang sulit mencari jodoh apabila mandi
air di sendang ini segera akan menemukan jodohnya. Bagi para pengunjung
yang sedang datang bulan atau sudah berkeluarga di larang untuk mandi di
sendang tersebut agar tidak menemui hal-hal yang tidak diinginkan.
b) Sendang Glambreh
Pada zaman dahulu sendang ini pernah digunakan untuk mandi Roro
Mendut. Pada saat itu kemben yang digunakan Roro Mendut terlepas
sehingga kelihatan ngelambreh (jawa), karena itu maka dinamakan Sendang
Nglambreh. Luas sendang nglambreh ini sekitar 100 m. Airnya sangat dingin,
menurut cerita air telaga nglambreh berkhasiat untuk awet muda, bagi wanita
yang mencuci muka di telaga tersebut akan terlihat cantik dan apabila kaum
pria akan terlihat lebih tampan. Telaga yang airnya sangat jernih tersebut
berada diantara tebing-tebing gunung yang berhutan sangat lebat sehingga
sangat rindang.
65
c) Pertapaan Girimanik
Pertapaan Girimanik adalah sebuah bukit yang digunakan untuk
bertapa Raden Mas Said saat bergerilya melawan penjajah Belanda agar
diberikan kejayaan dan kemenangnan. Tempat tersebut kemudian disakralkan
orang untuk tempat meditasi agar permohonannya dapat terkabul. Sampai
sekarang tempat tersebut banyak dikunjungi oleh para pengusaha, penjabat
dan seniman untuk mendapatkan berkah. (Pesona Wisata Kabupaten
Wonogiri)
3. Obyek Wisata Buatan
1) Obyek Wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur
Letak Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur di desa sendang secara
administratife berada di 6 (enam) wilayah kecamatan, seperti Kecamatan
Wonogiri, Wuryantoro, Eromoko, Giriwoyo, Baturetno, dan Nguntoronadi.
Waduk Gajah Mungkur berjarak 6 km dari kota Wonogiri ke arah
barat daya. Berdasarkan proyek Bengawan Solo 1999, luas daerah Tangkapan
Air (WTA) Waduk serba guna Gajah Mungkur Wonogiri adalah seluas 1,350
m2, terdiri atas 1.260 km2 daerah pengaliran sungai dan 90 km2 daerah
genangan waduk.
Terdapat 6 (enam) sungai besar yang mengalir ke Waduk Gajah
Mungkur yaitu Kali Keduang (426 km2), Kali Tirtomoyo (206 km2), Kali
66
Temon (69 km2), Kali Bengawan Solo (200 km
2), Kali Alang (235 km
2), Kali
Wuryantoro (73 km2), dan sungai-sungai kecil lainnya (51 km2).
Obyek Wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur merupakan salah
satu obyek wisata buatan di Kabupaten Wonogiri, yang dikelola oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri. Obyek wisata tersebut memiliki
beberapa atraksi wisata tirta seperti keindahan genangan air waduk yang dapat
menikmati dengan perahu motor, jet sky dan jet boat. Pengunjung dapat
menikmati suasana sekitar waduk yang asri sambil naik gajah atau kereta
kelinci. Atraksi lainnya adalah kebun binatang mini (taman satwa), kolam
renang, mainan anak-anak, sarana olah raga ganthole dan lain-lain. Selain itu
juga ada event wisata budaya berbagai jenis kesenian yang duitampilkan
antara lain tarian tradisional seperti tayuban, kethek ogleng, wayang kulit,
reog, dan sajian hiburan musik. Selain itu setiap tahun pada bulan suro
menampilkan atraksi budaya dapat Kabupaten Wonogiri antara lain :
2) Kegiatan Ruwatan Masal
Tradisi ruatan saat ini sudah menjadi salah satu bagian dari event
tahunan yang tetap diadakan dan keberadaanya telah menjadi salah satu
bagian dari paket wisata yang ditetapkan oleh Dinas Perhubungan, Pariwisata
dan Seni Budaya Kabupaten Wonogiri. Tradisi ruatan diselanggarakan sejak
tahun 1991. Pelaksanaannya bersamaan dengan upacara Jamasan Pusaka
Mangkunegoro 1. Tradisi ruatan ini bertujuan untuk melestarikan seni budaya
67
atau tradisi jawa yang merupakan aset pariwisata yang menarik bagi
wisatawan.
Bagi sebagian besar masyarakat jawa yang masih memegang teguh
adat dan tradisi, ruatan bukan hanya sekedar sebuah acara melainkan juga
sebagai simbol pemujan atau penolak bala. Menurut cerita jawa baru, manusia
yang di ruat adalah mereka yang termasuk ke dalam golongan yang menjadi
jatah makan Bethara Kala. Melalui tata cara upacara tertentu, maka seseorang
yang digariskan hidup dalam ancaman malapetaka dapat dihindarkan. Di masa
lampau ruatan hanya diselenggarakan oleh masyarakat jawa terutama yang
masih tetap setia pada tradisi dan adat istiadat leluhurnya. Sampai saat ini
masih sering diadakan, bahkan persertanya bukan hanya datang dari
masyarakat jawa sendiri melainkan dari berbagai penjuru nusantara.
3) Upacara Jamasan Pusaka Mangkunegoro 1
Upacara Jamasan Pusaka Mangkunegoro 1 diselenggarakan setiap
tahun pada bulan suro. Upacara ritual tersebut erat kaitanya dengan sejarah
perjuangan Raden Mas Said saat melakukan perang gerilya di wilayah
Wonogiri. Maksud dan tujuan diselenggarakannya upacara tradisional
Jamasan Pusaka Mangkunegoro 1 tersebut adalah untuk memuliakan benda-
benda pusaka peninggalan leluhur yang terdapat di Wonogiri, sehingga secara
awal atau dini apabila terjadi kerusakan atau kerapuhan pada pusaka-pusaka
tersebut.
68
4) Pekan Gebyar Gajah Mungkur
Event ini diselenggarakan setiap syawal dengan puncak acara Andium
Ketupat Lebaran. Event tersebut selama satu minggu dengan kegiatan yang
dilaksanakan adalah pentas kesenian selama satu minggu yang berupa pentas
orkes melayu, campur sari dan lain-lain dengan tujuan untuk menghibur
masyarakat yang berkunjung ke obyek wisata Waduk Gajah Mungkur. Event
pariwisata ini dikunjungi tidak kurang 100.000 pengunjung, Gebyar Gajah
Mungkur ditutup dengan atraksi budaya Sedekah Bumi yaitu berupa upacara
ritual yang dilaksanakan oleh Bupati Wonogiri dengan menyebar ketupat
(andum ketupat) sebanyak 15.000 pengunjung yang datang secara simbolis
dari panggung hiburan permanen yang ada di kawasan obyek wisata Waduk
Gajah Mungkur. Ritual yang didasari filosofi makna ”kupat” (ketupat)
sebagai simbol “ngaku lepat” yang mengandung arti pengakuan bahwa
manusia tidak luput dari salah khilaf kepada sesama.
Disamping event-event budaya, event-event olah raga nasional yang
rutin digelar di kawasan Waduk Gajah Mungkur adalah lomba dayung tingkat
Nasional, lomba balap sepeda mengelilingi waduk, lomba layang gantung
(ganthole) tingkat Nasional dan tingkat Intersional. Lomba layang gantung
(ganthole) adalah merupakan kegiatan olah raga udara yang sudah diadakan
sejak tahun 1980-an dan mengalami masa keemasan pada tahun 1994 di mana
pada waktu itu diadakan lomba kejuruan ganthole tingkat Internasional. Salah
satu daya tariknya adalah termal yang terbilang fantastis. Melayang dari bukit
69
joglo yang berada pada ketinggian 400 m di atas permukaan laut atau melesat
dari lokasi peluncuran lain yang lebih rendah sekitar 180 m di atas permukaan
laut. Para olah ragawan, para wisatawan dapat melayang berjam-jam
menggunakan ganthole atau parah layang serta dapat merasakan nikmatnya
terbang. Selain olah ragawan, para wisatawan pun di beri kesempatan oleh
para tandem master ganthole untuk menikmati terbang melayang bersama
mereka sebagai wisata udara. (RIPDA Kabupaten Wonogiri tahun 2004-2014
hal 14- 42).
5) Obyek Wisata Monumen Bedol Desa
Obyek Wisata Monumen Bedol Desa adalah sebuah monumen yang
dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri untuk menghormati
penduduk Wonogiri yang dipindahkan (trasmigrasi ke sitiung), di mana
tempat tinggalnya kemudian di bangun Waduk Gajah Mungkur. Bendungan
serba guna ini merupakan hasil pengorbanan sebagian masyarakat Wonogiri
demi pembangunan, karena 51 desa ditenggelamkan dan 60.000 jiwa rela di
transmigrasikan ke luar jawa dengan sistem bedol desa. Untuk menghormati
jasa dan pengorbanan mereka, Pemerintah Kabupaten Wonogiri membuat
“Monumen Bedol Desa” di dekat pintu air Waduk Gajah Mungkur (Pesona
Wisata Kabupaten Wonogiri).
6) Obyek Wisata Agro Wisata Alam Asri Cakaran
Taman rekreasi ini terletak di desa Sendang Kecamatan Wonogiri
sekitar + 9 km ke arah barat daya dari kota Wonogiri. Taman rekreasi ini di
70
bangun di perairan Waduk Gajah Mungkur. Tempat ini merupakan lokasi
pembudidayaan berbagai jenis ikan air tawar dengan memanfaatkan genangan
air waduk dengan sistem jala dan karamba terapung (RIPPDA Kabupaten
Wonogiri tahun 2004-2014 hal 42).
7) Obyek Wisata Museum Wayang Kulit
Obyek Wisata museum Wayang Kulit Indonesia terletak di Kecamatan
Wuryantoro, jaraknya +15 km dari kota Kabupaten Wonogiri. Museum
Wayang Kulit terletak di pinggir jalan raya, tepatnya di Padepokan Pak Bei
Tani. Museum wayang kulit tersebut adalah satu-satunya museum wayang
kulit di Jawa Tengah.( Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri)
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Hipotesis I
Pendapatan yang diterima Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri tidak
sepenuhnya berasal dari semua obyek yang ada di Kabupaten Wonogiri. Hanya
ada beberapa obyek yang dikelola penuh dan beberapa obyek lainnya yang
merupakan bagi hasil.
Untuk mengetahui perkembangan sumbangan pendapatan sektor pariwisata
terhadap pendapatan asli daerah, akan dirumuskan dengan menggunakan analisis
berikut
Model : YO = a + b X
Dimana :
YO = Jumlah penerimaan pendapatan pariwista di Kabupaten Wonogiri
71
a = Konstanta.
b = Besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan 1 unit
variabel X
X = Tahun.
Tabel 4.3 Perhitungan Pendapatan Pariwisata
No. Tahun Pendapatan
Pariwisata (Y) X X
2 XY
1. 2000 171.401.984 -4 16 -685607936 2. 2001 326.733.952 -3 9 -980201856 3. 2002 335.723.678 -2 4 -671447356 4. 2003 335.123.928 -1 1 -335123928 5. 2004 360.944.339 0 0 0 6. 2005 401.312.551 1 1 401312551 7. 2006 508.755.631 2 4 1017511262 8. 2007 650.679.013 3 9 1952037039 9. 2008 735.538.592 4 16 542154368 10. ∑ 3.826.213.668 0 60 1.240.634.144
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri
Untuk mencari koefisien a dan b digunakan rumus :
a = N= Jumlah data b=
Hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus, seperti berikut:
a = = = 425.134.825
b= = = 20.677.235,73
didapat persamaan :
Y= 358.468.185,3 + 20.677.235,73 X…………………………………….(4.3)
72
Persentase yang di dapat menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
Perhitungan perkembangan pendapatan pariwisata pada tahun-tahun berikutnya
terdapat peningkatan terus menerus pada tahun-tahun berikutnya
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Trend Perkembangan Pendapatan Pariwisata
No. Tahun X Y= 358.468.185,3 + 20.677.235,73 X 1. 2009 5 461.854.364 2. 2010 6 482.531.599 3. 2011 7 503.208.835 4. 2012 8 523.886.071
Dari analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
pendapatan pariwisata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut
sebagai keberhasilan dari pemerintah daerah dalam mengelola pariwisata di
kabupaten Wonogiri. Dimana pemerintah daerah mampu meningkatkan
pelayanan,perbaikan dan peningkatan fasilitas publik di lingkungan obyek wisata
yang membuat daya tarik tersendiri untuk wisatawan. Karena salah satu faktor
pendukung dalam peningkatan pendapatan pariwisata yaitu dengan
meningkatnya jumlah wisatawan. Selain itu meningkatnya pendapatan pariwisata
juga disebabkan diselenggarakannya event-event khusus yang menarik minat
wisatawan, giatnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mempromosikan potensi
obyek wisata yang ada di Kabupaten Wonogiri serta mengikuti pameran-
pameran nasional.
2. Analisis Hipotesis II
Salah satu potensi yang dapat dijadikan sumber keuangan pada kabupaten
Wonogiri adalah pada pemungutan retribusi daerah, khususnya penerimaan
73
retribusi pada sektor pariwisata karena merupakan salah satu komponen dari
retribusi daerah dan sebagai salah satu faktor untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Wonogiri.
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan sektor
pariwisata terhadap pendapatan asli daerah, seperti berikut :
Kontribusi =
Dimana :
YPAR = Nilai pendapatan sektor pariwisata
PAD = Nilai PAD
Perhitungan tersebut menghasilkan kontribusi pendapatan pariwisata terhadap
pendapatan asli daerah dan juga menghitung perkembangannya dengan
menggunakan analisis, sebagai berikut :
Model : YO = a + b X
Dimana :
YO = Jumlah penerimaan pendapatan pariwista di Kabupaten Wonogiri
a = Konstanta.
b = Besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan 1 unit
variabel X
X = Tahun.
74
Tabel 4.5 Perhitungan Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
No. Tahun Pendapatan Asli
Daerah(PAD)
Pendapatan
Pariwisata Y% X X2 XY
1. 2000 82.917.290.956 171.401.984 0,206 -4 16 -0,824
2. 2001 246.052.316.489 326.733.952 0,132 -3 9 -0,396
3. 2002 290.519.047.826 335.723.678 0,115 -2 4 -0,23
4. 2003 350.740.898.225 335.123.928 0,095 -1 1 -0,095
5. 2004 373.132.263.305 360.944.339 0,096 0 0 0
6. 2005 391.630.896.577 401.312.551 0,102 1 1 0,102
7. 2006 547.777.589.748 508.755.631 0,092 2 4 0,184
8. 2007 641.317.864.732 650.679.013 0,101 3 9 0,303
9. 2008 715.680.264.650 735.538.592 0,019 4 16 0,076
∑ 3.639.768.432.508 3.826.213.668 0,958 0 60 -0,88
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri.
Koefisien a dan b digunakan rumus sebagai berikut :
a = N= Jumlah data b=
Hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus, seperti berikut:
a = = = 0,106
b= = = -0,015
75
didapat persamaan :
Y = 0,106 – 0,015 X……………………………………………………..(4,5)
Persentase yang di dapat ternyata menunjukkan kecenderungan yang
menurun. Perhitungan trend kontribusi otomatis terdapat penurunan terus
menerus pada tahun-tahun berikutnya
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Trend Kontribusi Pendapatan Pariwisata
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
No. Tahun X Y= 0,106 – 0,015 X
1. 2009 5 0,031
2. 2010 6 0,016
3. 2011 7 0,001
4. 2012 8 -0,029
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pariwisata
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah mengalami penurunan dari tahun
ke tahun. Penurunan yang terjadi mungkin disebabkan karena ada sektor lain
yang menyumbangkan kontribusi yang lebih besar dari sektor pariwisata.
Walaupun pendapatan pariwisata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
namun dilihat dari perhitungan diatas ternyata pendapatan periwisata belum
dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD), karena diimbangi pula kenaikan penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Wonogiri yang sangat tajam dari sektor-sektor lain.
76
3. Analisis Hipotesis III
Dari hasil pengolahan yang dilakukan, pengujian difokuskan untuk
mengetahui faktor- faktor sosial ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap
pendapatan pariwisata di Kabupaten Wonogiri. Hal ini dapat dilihat melalui
besarnya variabel-variabel yang mempengaruhi seperti variabel Jumlah
wisatawan (WSTt), variabel rata-rata lama menginap wisatawan (LMWt), dan
juga variabel biaya pengelolaan pariwisata (BPt). Data-data yang digunakan
untuk pengolahan hasil menggunakan interpolasi data tahun 2003 sampai tahun
2007.
a. Pengujian Model
Koefisien determinasi (R2) adalah suatu cara untuk mengetahui
besarnya variasi perubahan variabel independen yang mampu menjelaskan
variasi perubahan variabel dependen. Hasil perhitungan model regresi
diperoleh R2 sebesar 0.955752. Artinya variabel pendapatan pariwisata
mampu dijelaskan oleh variabel jumlah wisatawan, rata-rata lama menginap
wisatawan dan biaya pengelolaan pariwisata sebesar 95,57% sedangkan
sisanya 4,43% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam
model ini.
1) Uji F
Uji F ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen secara keseluruhan.Pada uji F
diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 115,1981 sedangkan nilai untuk Ftabel
77
adalah 3,59. Berdasarkan pada periode pengujian hipotesis dengan uji F,
karena nilai F hitung (115,1981) > F tabel (3,59) maka hipotesis H0 ditolak dan
Ha diterima, berarti secara bersama- sama variabel jumlah wisatawan,
lolaan wisatawan rata-rata lama menginap, biaya pengelolaan berpengaruh
secara statistik dan signifikan terhadap variabel pendapatan pariwisata di
kabupaten Wonogiri.
2) Uji t (t-test)
Untuk memperkuat asumsi adanya pengaruh antara variabel
pendapatan pariwisata kabupaten Wonogiri pada tahun 2003 sampai tahun
2007 (Y) yang dinilai melalui variabel- variabel bebas yaitu jumlah
wisatawan (WSTt), Rata-rata lama menginap pariwisata (LMWt), dan
biaya pengelolaan pariwisata(BPt) maka dilakukan uji hipotesis. Pengujian
hipotesis ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat
signifikan diantar variabel bebas dan variabel terikat.
Berdasarkan tingkat kepercayaan akan kebenaran koefisien regresi
yang diperoleh dalam perhitungan, maka akan digunakan uji t, yaitu
dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Kriteria pengujian
lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menguji signifikan tidaknya
koefisien regresi, yaitu dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai
probabilitas yang didapatkan lebih kecil derajat signifikan 5% maka nilai
koefisien regresi yang didapatkan mempunyai pengaruh yang signifikan,
jika nilai probabilitas yang didapatkan lebih kecil dari 10% dan 20% maka
78
nilai koefisien regresi yang didapatkan mempunyai pengaruh yang tidak
benar- benar signifikan, demikian juga sebaliknya.
a) Kontribusi jumlah wisatawan (WSTt) terhadap pendapatan pariwisata
Hasil perhitungan model regresi pada variabel jumlah wisatawan
diperoleh kesimpulan bahwa jumlah wisatawan mempengaruhi
pendapatan pariwisata kabupaten Wonogiri.
b) Kontribusi rata-rata lama menginap wisatawan (LMWt) terhadap
pendapatan pariwisata.
Hasil perhitungan model regresi pada variabel rata-rata lama
menginap wisatawan dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama menginap
wisatawan tidak mempengaruhi pendapatan pariwisata kabupaten
Wonogiri.
c) Kontribusi biaya pengelolaan pariwisata (BPt) terhadap pendapatan
pariwisata
Hasil perhitungan model regresi pada variabel biaya
pengelolaan pariwisata diketahui bahwa biaya pengelolaan pariwisata
mempengaruhi pendapatan pariwisata kabupaten Wonogiri.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi dimana dalam suatu model
regresi terdapat korelasi linier antara beberapa atau seluruh variabel
penjelas. Untuk mengetahui ada dan tidaknya gejala multikolinearitas
salah satu metode pendeteksinya adalah dengan metode Klein, yaitu
79
membandingkan nilai (r2) dengan nilai R
2. apabila nilai R
2 > (r
2), berarti
tidak terjadi gejala multikolinearitas, sedangkan apabila nilai R2 < (r2)
berarti terjadi gejala multikolinearitas. Hasil Correlation Matrix dengan
menggunakan metode Klein ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas
Hubungan antar
variabel r2 R2 Keterangan
WSTt terhadap
LMWt 0,252536 0.955752
Tidak terdapat
multikolinearitas
WSTt terhadap BPt 0,625238 0.955752
Tidak terdapat
multikolinearitas
LMWt terhadap
WSTt 0,252536 0.955752
Tidak terdapat
multikolinearitas
LMWt terhadap
BPt 0,792990 0.955752
Tidak terdapat
multikolinearitas
BPt terhadap WSTt 0,625238 0.955752
Tidak terdapat
multikolinearitas
BPt terhadap
LMWt 0,792990 0.955752
Tidak terdapat
multikolinearitas
80
2) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika muncul gangguan dalam fungsi
regresi yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam
sampel kecil ataupun besar (tetapi masih tetap tidak bias dan konsisten).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Park yaitu dengan
meregresi residual yang dikuadratkan dengan variabel independen. Jika
regresi tersebut menghasilkan probabilitas di atas 0,05 maka variabel
bebas tersebut tidak signifikan pada derajat α = 5%. Dari hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa pada derajat α = 5% semua koefisien regresi
tidak signifikan yang berarti tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
Tabel 4.9 Uji Heteroskedastisitas
Variabel Nilai Probabilitas Keterangan
WSTt 0,2189 Tidak terdapat heteroskedastisitas
LMWt 0,7709 Tidak terdapat heteroskedastisitas
BPt 0,8789 Tidak terdapat heteroskedastisitas
3) Uji Autokorelasi
Autokorelasi ditemukan jika terdapat korelasi diantara anggota
serangkaian observasi yang disusun menurut waktu (time series) atau
menurut urutan ruang /tempat (cross section). Korelasi yang dimaksud
adalah di antara kesalahan pengganggu.
81
Dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi pada model
regresi dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin –
Watson, yaitu dengan membandingkan angka Durbin –Watson yang
diperoleh dari perhitungan analisa regresi dengan angka Durbin –
Watson dalam tabel dengan derajat kebebasan (N-k) dan tingkat
signifikan tertentu. Angka Durbin – Watson dalam tabel menunjukkan
nilai distribusi antar batas bawah (dL) dan batas atas (dU).
Apabila hipotesis nol adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak
ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif, maka jika:
d < dL : menolak Ho
d < 4 - dL : menolak Ho
dU < d < 4 - dL : menerima Ho
dL ≤ d ≤ dU atau 4 –dU ≤ d ≤ 4 - dL : pengujian tidak meyakinkan
Nilai Durbin –Watson = 0.539616
Uji autokorelasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Tidak ada Autokorelasi Autokorelasi Ragu- Ragu- Autokorelasi Positif ragu ragu Negatif
0 dL dU 4- dU 4 – dL 4
0 0,998 1,676 2,324 3 4 Gambar 4.1 Pengujian Autokorelasi
82
Berdasarkan hasil analisis regresi nilai d yang didapat sebesar
0,539616. Nilai kritis d pada tingkat signifikansi 5%, nilai dl adalah
0,998 dan nilai du adalah 1,676. Sehingga 0<d (0,539616) < dl (0,998),
maka menerima Ho karena d berada di daerah autokorelasi positif.
Kurva Perkembangan Pariwisata Kabupaten Wonogiri
Gambar 4.2 Kurva Perkembangan Pariwisata
c. Interprestasi Hasil Secara Ekonomi
1. Pada analisis perhitungan perkembangan pendapatan sektor
pariwisata di Kabupaten Wonogiri didapat persamaan sebagai berikut:
Y= 358.468.185,3 + 20.677.235,73 X
Dimana dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Wonogiri mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari
tanda positif di persamaan diatas. Meningkatnya pendapatan pariwisata
sebesar 20.677.235,73 tiap tahun merupakan peningkatan yang cukup
0
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
600000000
700000000
800000000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
171401984
83
besar dilihat dari besarnya pendapatan periwisata tiap tahunnya.
Meningkatnya pendapatan pariwisata dapat dilihat dari bertambahnya
jumlah wisatawan yang berkunjung di Wonogiri tiap tahunnya, namun
pendapatan tersebut sayangnya belum semua masuk Pendapatan Asli
Daerah (PAD) karena ada sebagian obyek wisata yang masih menjadi
milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Walaupun diharapkan dengan
bertambahnya pendapatan sektor pariwisata diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Wonogiri.
Sehingga pemerintah Kabupaten Wonogiri perlu untuk berusaha agar
aset-aset periwisata yang masih menjadi milik pemerintah Provinsi Jawa
Tengah dapat segera dipindah alihkan menjadi milik pemerintah daerah
Kabupaten Wonogiri.
2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah
(PAD) Kabupaten Wonogiri.
Pada analisis perhitungan kontribusi sektor pariwisata terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 0,106 – 0,015 X
Dimana dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa kontribusi
sektor terhadap PAD mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal
tersebut dapat dilihat dari tanda negatif pada persamaan di atas.
Penurunan kontribusi sektor pariwisata tersebut mungkin
diakibatkan karena kenaikan pendapatan sektor pariwisata diimbangi
84
pula dengan kenaikan jumlah pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor-
sektor lain dengan jumlah yang lebih besar. Sektor pertanian misalnya
merupakan salah satu faktor yang menyumbangkan pendapatan yang
lebih besar karena sebagian penduduk di Kabupaten Wonogiri memiliki
pekerjaan sebagai petani, selain itu daerah Kabupaten Wonogiri juga
memiliki potensi daerah yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian
yang sangat luas. Peranan masyarakat sendiri dalam industri pariwisata
masih begitu kurang mungkin kurangnya penyuluhan dari pemerintah
daerah tentang keuntungan dalam pengelolaan industri pariwisata itu
sendiri serta masih minimnya keahlian masyarakat dalam pengelolaan
industri pariwisata. Sehingga sektor pariwisata belum dapat memberikan
kontribusi yang besar terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di
Kabupaten Wonogiri.
3. Pengaruh jumlah wisatawan terhadap jumlah pendapatan
pariwisata di Kabupaten Wonogiri.
Nilai koefisien regresi jumlah wisatawan dari hasil perhitungan
adalah 0,469890. Artinya jika jumlah wisatawan meningkat 1% maka
pendapatan pariwisata di Kabupaten Wonogiri akan meningkat sebesar
0,47%.
Dari analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel
jumlah wisatawan dapat mempengaruhi pendapatan pariwisata. Dimana
peningkatan jumlah wisatawan juga akan menyebabkan peningkatan
85
terhadap pendapatan pariwisata di Kabupaten Wonogiri. Namun
ternyata peningkatan jumlah wisatawan masih relatif kecil kontribusinya
terhadap pendapatan pariwisata dilihat dari persentasenya pendapatan
pariwisata hanya meningkat sebesar 0,47% karena yang diharapkan
lebih dari persentase tersebut. Sehingga pemerintah daerah harus terus
berusaha untuk meningkatkan pelayanan, perbaikan dan peningkatan
fasilitas publik terhadap para wisatawan agar jumlah wisatawan terus
meningkat. Selain itu peningkatan jumlah wisatawan juga akan
berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar
dengan penjualan cinderamata maupun dalam penyediaan tempat-
tempat hunian untuk wisatawan sehingga pendapatan masyarakat sekitar
juga akan meningkat.
4. Pengaruh rata-rata lama menginap wisatawan terhadap jumlah
pendapatan pariwisata di Kabupaten Wonogiri.
Nilai koefisien regresi rata-rata lama menginap wisatawan dari
hasil perhitungan adalah 0,098020. Artinya jika rata-rata lama menginap
wisatawan meningkat 1% maka pendapatan pariwisata di Kabupaten
Wonogiri akan meningkat sebesar 0,1%.
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa variabel rata-
rata lama menginap wisatawan mempengaruhi pendapatan pariwisata
Kabupaten Wonogiri. Namun variabel rata-rata lama menginap
wisatawan belum memberikan kontribusi yang besar terhadap
86
pendapatan periwisata karena hanya memberikan kontribusinya sebesar
0,1%. Hal tersebut mungkin disebabkan karena wisatawan yang
berkunjung ke obyek wisata di Kabupaten Wonogiri rata-rata menginap
atau tinggal sementara di daerah obyek wisata namun masih relatif
kecil. Sehingga pendapatan pariwisata melalui pajak hotel dan restoran
juga dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap pendapatan
pariwisata karena meningkatnya jumlah wisatawan yang menginap.
5. Pengaruh biaya pengelolaan pariwisata terhadap jumlah
pendapatan pariwisata di Kabupaten Wonogiri.
Nilai koefisien regresi biaya pengelolaan pariwisata dari hasil
perhitungan adalah 0.213900. Artinya jika biaya pengelolaan pariwisata
meningkat 1% maka pendapatan pariwisata di Kabupaten Wonogiri
akan meningkat sebesar 0,21%.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa biaya pengelolaan
pariwisata mempengaruhi pendapatan pariwisata di Kabupaten
Wonogiri. Biaya pengelolaan pariwisata yang dikeluarkan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri pada umumnya
digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pariwisata yang berupa
event-event seperti festival-festival, lomba-lomba, bazar, pentas seni
(Campur sari, wayang) yang dilakukan dalam rangka menarik minat
wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk
meningkatkan pendapatan pariwisata. Walaupun variabel biaya
87
pengelolaan pariwisata memberikan kontribusinya terhadap pendapatan
pariwisata namun persentase yang diberikan masih relatif kecil karena
hanya sebesar 0,21%. Hal tersebut mungkin dikarenakan biaya yang
dikeluarkan lebih banyak daripada penerimaan yang didapat.
Sehingga untuk mendapatkan tingkat efisiensi dalam biaya
pengelolaan pariwisata dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Menekan biaya yang digunakan untuk merealisasikan penerimaan
pungutan retribusi pada sektor pariwisata.
b) Mengupayakan peningkatan penerimaan retribusi melalui pendataan
obyek dan daya tarik wisata, pembinaan dan pengembangan kegiatan
sarana pariwisata, dan penyesuaian tarif.
c) Mengadakan pengawasan atau pengendalian terhadap pelaksanaan
pungutan retribusi pada sektor pariwisata.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab IV, maka dapat disimpulkan hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Pekembangan pendapatan pariwisata menunjukkan kecenderungan
meningkat. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa pendapatan Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri cukup baik. Dengan
meningkatnya pendapatan tersebut diharapkan memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten Wonogiri. Namun pada
kenyataannya pendatapan pariwisata tidak semuanya masuk ke
Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena sebagian masuk ke Pendapatan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah karena masih terdapat beberapa obyek
wisata yang menjadi milik pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Sehingga
masih diperlukan usaha bagi pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri agar
aset-aset tersebut dapat segera dijadikan sebagai aset pemerintah daerak
Kabupaten Wonogiri.
2. Kontribusi pendapatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan terhadap
pertumbuhan ekonomi yang dilihat melalui Pendapatan Asli Daerah
(PAD) masih mengalami penurunan. Walaupun pendapatan pariwisata
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, namun dilihat dari
perhitungan diatas ternyata pendapatan periwisata belum dapat
89
memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD), karena diimbangi pula kenaikan penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Wonogiri yang sangat tajam dari sektor-sektor
lain.
3. Jumlah wisatawan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
besarnya pendapatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Wnogiri. Sehingga diperlukan usaha Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
untuk meningkatkan promosi dan perbaikan fasilitas publik obyek wisata,
sehingga dapat menarik wisatawan agar berkunjung. Selain itu
peningkatan jumlah wisatawan diharapkan akan berpengaruh terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan penjualan
cinderamata maupun dalam penyediaan tempat-tempat hunian untuk
wisatawan sehingga pendapatan masyarakat sekitar juga akan meningkat.
4. Biaya pengelolaan pariwisata mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Wonogiri. Hal ini disebabkan karena biaya pengelolaan digunakan untuk
membiayai semua kegiatan pariwisata di Kabupaten Wonogiri yang
dilakukan dalam rangka menarik minat wisatawan, baik wisatawan
domestik maupun wisatawan asing untuk meningkatkan pendapatan
pariwisata.
90
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka penulis menyarankan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Wonogiri perlu terus meningkatkan pelayanan
publik di daerah wisata seperti kebersihan, kenyamanan dan pelayanan
sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan. Karena saat ini fasilitas
publik di tempat wisata Kabupaten Wonogiri kurang begitu baik. Selain itu
jika jumlah wisatawan dapat meningkat dari tahun ke tahun maka
diharapkan pendapatan pariwisata dapat meningkat juga. Namun
pemerintah juga harus dapat mengoptimalkan agar pengeluaran yang di
keluarkan tidak melebihi pendapatan yang masuk.
2. Pemerintah Kabupaten Wonogiri harus terus berupaya meningkatkan
strategi pemasaran pariwisata yang berdasarkan pada prioritas
pengembangan obyek wisata, pangsa pasar, media yang tepat, pola kerja
sama dan kemitraan serta promosi yang berkesinambungan. Promosi dapat
dilakukan melalui berbagai kegiatan-kegiatan pariwisata yang berupa
event-event seperti festival-festival, lomba-lomba, bazar, pentas seni
(Campur sari, wayang) yang dilakukan dalam rangka menarik minat
wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan. Bahkan bisa melakukan kerja
sama dengan pemerintah Kabupaten lain atau instansi terkait untuk
memperluas promosi pariwisata. Selain itu karena industri pariwisata
91
memerlukan dana investasi yang besar dengan jangka panjang maka
pemerintah juga perlu untuk menarik para investor yang berminat
menanamkan modalnya bagi perkembangan pariwisata di Kabupaten
Wonogiri. Hal ini disebabkan karena investasi di sektor pariwisata sangant
penting bagi pemerintah Kabupaten Wonogiri untuk menumbuhkan sektor-
sektor ekonomi lainnya.
92
DAFTAR PUSTAKA
Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain.1995. Ekonometrika Dasar.
Erlangga: Jakarta.
Gromang, Frans. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Mardiasmo.2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta: ANDI.
Santoso, Eko Purwo. 2006. Analisis Sumbangan Sektor Pariwisata
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Gunung Kidul
(Tahun 1991-2005). Skripsi Fakultas Ekonomi UNS. (Tidak
Dipublikasikan.
Soeratno. “Lingkungan Taman Wisata Budaya Candi Borobudur Sebagai
Salah Satu Sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Magelang”. Telaah
Bisnis (Volume 1, Nomor 2, Desember 2000: 87-98). Universitas Gajah
Mada.
Spillane, James J. 2001. Ekonomi Pariwisata (Sejarah dan Prospeknya).
Cetakan Ke-13. Yogyakarta: Kanisius.
Suwantoro, Gamal.2004. Dasar-dasar Pariwisata. Cetakan Keempat.
Yogyakarta: ANDI.
Tim Dosen Fakultas Ekonomi UNS. 2004. Modul Lab Ekonometrika.
Surakarta: Fakultas Ekonomi UNS.