Post on 11-Jan-2016
description
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET
DARI INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT
PERIODE 1980 – 2008
Dwi Hastuti L.K, Jumri, Meri Krismayanti
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga karet alam dunia, harga karet sintetis, konsumsi karet alam Amerika, konsumsi karet sintetis Amerika, produksi karet alam dalam negeri, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, dan GDP riil Amerika terhadap volume ekspor karet Indonesia pada tahun 1980-2008.
Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi log linier dengan metode kuadrat terkecil (OLS). Sedangkan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya digunakan model regresi berganda dengan alat analisis koefisien determinasi (R2) dan pengujian secara parsial menggunakan uji t-statistik dan pengujian secara serempak menggunakan uji F-statistik. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik, dimana semua pengujian di atas menggunakan perhitungan program EViews.
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa secara statistik yang mempengaruhi volume ekspor karet Indonesia ke Amerika adalah harga karet alam dunia, harga karet sintetis, konsumsi karet sintetis Amerika, produksi karet alam dalam negeri dan juga nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Sedangkan konsumsi karet alam Amerika dan GDP riil Amerika tidak mempengaruhi volume ekspor karet Indonesia ke Amerika secara nyata.
Kata kunci : harga karet alam dunia, harga karet sintetis, konsumsi karet alam Amerika, konsumsi karet sintetis Amerika, produksi karet alam dalam negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, GDP riil Amerika.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Adanya pergeseran dominan dari ekspor sektor migas ke arah sektor non migas
merubah pola struktur ekspor Indonesia. Dimana ekspor non migas dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan.
1
Peningkatan ekspor non migas salah satunya adalah berasal dari sektor pertanian.
Komoditi pertanian yang diekspor antara lain karet, udang, kopi, teh, tembakau dan yang
lain. Karet merupakan salah satu komoditi utama yang jumlah volume ekspornya untuk
saat ini menduduki peringkat paling besar.
Tabel 1.Volume Hasil Pertanian Yang di Ekspor
Tahun 1998 – 2002
TahunKaret Udang Kopi Teh Tembakau
1 2 1 1 21998 1641.2 140 452.1 363.0 63.9 39 902.9 1999 1494.6 106 374.0 358.0 94.0 30 231.7 2000 1379.6 114 035.1 345.6 102.
2 30 560.7
2001 1453.4 127 334.3 254.8 95.0 35 601.0 2002 1496.0 122 050.0 322.5 95.5 30 707.0 Ket : 1. 000 M Ton 2. 000 Kg
Sumber : BPS, Statistik Indonesia 1998.
Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar di dunia
disamping Malaysia dan Thailand. Keunggulan Indonesia dalam peningkatan produksi
karet untuk masa yang akan datang adalah masih tersedianya lahan tropis yang cukup
besar yang sesuai untuk penanaman pohon karet. Produksi karet di Malaysia dan
Thailand terus mengalami penurunan karena kebijakan pemerintahnya. Diantara beberapa
negara tujuan utama ekspor karet Indonesia seperti Jepang, Singapura, Amerika Serikat,
Jerman, Inggris dan lainnya, Amerika Serikat merupakan negara yang paling banyak
mengimpor karet dari Indonesia.
2
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1998 1999 2000 2001 2002 2003
JEPANGSINGAPURAAMERIKA
BELGIAINGGRISPERANCIS
ITALIAPOLANDIALAINNYA
Gambar 1.
Ekspor Karet Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 1998-2003
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa ekspor karet ke Negara Amerika lebih
tinggi dari Negara-negara yang lain, hal ini dikarenakan meningkatnya perkembangan
industri ban dan industri lainnya di Amerika. Pada tahun 1998 jumlah ekspor karet
Amerika sebesar 726.5 ribu milyar ton, sedangkan pada tahun 1999 sampai tahun 2003
jumlah ekspor karet Amerika mengalami penurunan mencapai 598.1 ribu milyar ton.
Namun Amerika tetap menjadi Negara pengimpor karet terbesar di Dunia.
Sekarang ini konsumen karet dunia semakin meningkat. Sampai tahun 2005
konsumsi karet dunia akan naik dari 15 juta ton menjadi 20 juta ton. Selain itu harga
karet dunia menembus 1 dollar AS per kilogram dan diyakini akan terus naik mendekati
1,77 dollar AS per kilogram seperti pada masa kejayaan karet pada tahun 1958. Dengan
asumsi tersebut, maka ke depan prospek komoditas perkebunan yang paling menjanjikan
adalah karet (Kompas 5 april 2003). Karena itu, investasi paling berharga dalam
perkebunan saat ini adalah peremajaan pohon karet petani.
3
Berdasarkan uraian di atas maka penulis berusaha untuk mengetahui lebih jauh
mengenai seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa faktor terkait
terhadap permintaan ekspor karet. Untuk itu penulis menuangkannya dalam skripsi
dengan judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR KARET DARI INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT PERIODE 1980
– 2008.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di identifikasikan permasalahannya
adalah Berapa besar pengaruh harga karet alam dunia, harga karet sintetis, konsumsi
karet alam Amerika, konsumsi karet sintetis Amerika, produksi karet alam dalam negeri,
nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, dan GDP riil Amerika terhadap volume
ekspor karet Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian skripsi ini adalah untuk
menganalisis pengaruh harga karet alam dunia, harga karet sintetis, konsumsi karet alam
Amerika, konsumsi karet sintetis Amerika, produksi karet alam dalam negeri, nilai tukar
rupiah terhadap Dollar Amerika, dan GDP riil Amerika terhadap volume ekspor karet
Indonesia?
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Kerangka Pemikiran
Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini
terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat
dari karet seperti ban kendaraan, sepatu dan sandal karet. Spesifikasi teknis karet alam
yang dihasilkan oleh Indonesia, sesuai dengan Keputusan Menteri Perdagangan No.
143/Kp/VI/69 Tanggal 18 Juni 1969, digolongkan kedalam jenis mutu SIR-5CV, SIR-3L,
SIR-3WF, SIR-5L, SIR-5, SIR-10, SIR-20, dan SIR-50. Karet spesifikasi teknis tersebut
dihasilkan oleh industri crumb rubber Indonesia dalam bentuk bandela dari bahan olahan
karet, latek, slab, sheet, ataupun crepe yang dihasilkan baik oleh perkebunan besar
maupun perkebunan rakyat.
4
Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan
permintaan (demand). Dalam teori perdagangan internasional disebutkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran
(Krugman dan Obstfeld, 2000; Salvatore, 1996). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi
oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan
dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar
riil, kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan
kebijakan deregulasi. Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam sistem
perdagangan internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke
luar negeri. Faktor-faktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk
merupakan dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor (Kotler dan Amstrong
(1996), diterjemahkan oleh Sindoro (1997).
Berdasarkan teori perdagangan internasional, motivasi utama untuk melakukan
perdagangan internasional adalah mendapatkan gains from trade meningkatkan
pendapatan dan menurunkan biaya (cost). Perdagangan internasional memberikan akses
terhadap barang yang lebih murah bagi konsumen dan pemilik sumber daya (resources)
memperoleh peningkatan pendapatan karena menurunnya biaya produksi (Appleyard et.
all, 2006). Adanya perdagangan luar negeri akan memberikan dampak positif pada suatu
negara berupa:
(i) sarana meningkatkan kemakmuran masyarakat melalui proses pertukaran;
(ii) dengan adanya spesialisasi dan pembagian kerja, suatu negara dapat mengekspor
komoditi yang diproduksi lebih murah untuk dipertukarkan dengan barang yang
dihasilkan negara lain, yang jika diproduksi sendiri biayanya mahal;
(iii) akibat adanya perluasan pasar produk dan pergeseran kegiatan, suatu negara
mendapat keuntungan berupa naiknya tingkat pendapatan nasional, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan output dan laju pertumbuhan ekonomi;
(iv) dapat mendorong kenaikan investasi dan tabungan melalui alokasi sumber-sumber
yang lebih efisien;
manfaat-manfaat tidak langsung lainnya seperti keinginan memproduksi barang dengan
kualitas yang lebih baik, terciptanya iklim persaingan yang sehat, sarana pemasukan
5
modal asing, meningkatkan teknologi dan sebagainya (Jhingan, 1994 dalam Mulyanto,
1999).
Kebutuhan karet alam terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup
manusia. karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai
komoditi perkebunan. Secara fundamental harga karet alam dipengaruhi oleh permintaan
(konsumsi) dan penawaran (produksi) serta stock/cadangan, dan masing-masing faktor
tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Keadaan industri karet alam semakin buruk menyebabkan tiga negara eksportir
utama yakni Thailand, Indonesia dan Malaysia, bersepakat menaikkan harga melalui
pengurangan ekspor sebesar 10% serta produksi sebesar 4 (empat) % pada tahun 2002
dan 2003. Secara konseptual dapat ditunjukkan bahwa, dengan asumsi tiga produsen
karet alam dunia yang bersepakat tersebut secara bersama-sama adalah cukup besar
sehingga mampu mempengaruhi harga maka dampak jangka pendek dari kuota ekspor
adalah ekses demand pada pasar internasional yang berakibat pada naiknya harga karet
alam dunia.
Pelepasan asumsi autarky yang berarti terjadi perdagangan luar negeri sehingga
jumlah barang yang ditawarkan pada pasar impor semakin besar dan jumlah penawaran
di negara produsen berkurang. Perubahan penawaran di masing masing negara akan
bergerak terus hingga harga di kedua Negara menjadi sama, harga dunia yang
ditransmisikan ke pasar domestic menyebabkan produsen karet alam domestik akan
meningkatkan produksinya.
Harga ekspor yang semakin tinggi apabila ditransmisikan dan dijadikan dasar
dalam menentukan harga produsen menyebabkan produsen dalam negeri akan
menghasilkan lebih. Komitmen menjaga kesepakatan tripartite akan menyebabkan stok
karet alam di pasar domestik semakin bertambah. Stok dalam negeri dapat dikurangi
dengan menurunkan harga domestik melalui instrumen kebijakan pemerintah seperti
subsidi harga dan operasi pasar. Subsidi harga akan mengakibatkan permintaan domestik
bertambah. Penomena yang mirip dengan paradoks metzler dapat terjadi dalam jangka
panjang. (Caves, 1996).
Hasil kajian teoritis diatas secara ringkas menunjukkan bahwa pengurangan kuota
ekspor karet alam sebesar 10 % pada jangka pendek dapat menaikkan harga
6
keseimbangan pasar dunia, namun pada jangka panjang, dengan asumsi produsen respon
pada kenaikan harga, akan mengakibatkan penawaran meningkat, permintaan menurun,
dan pada akhirnya harga akan turun. Keseimbangan perdagangan karet alam Indonesia
dalam jangka panjang berakhir pada kuantitas perdagangan dan harga yang lebih rendah.
Dampak pengurangan produksi terhadap kinerja perdagangan adalah kenaikan
harga. Hal yang sama juga terjadi pada perdagangan karet alam Indonesia. Apabila
Indonesia bersama-sama dengan Malaysia dan Thailand sebagai Negara produsen besar
karet alam mengurangi produksi maka harga karet alam dunia akan naik. Berbeda halnya
dengan instrument pengurangan kuota ekspor yang dapat berakibat pada peningkatan
beban produsen akibat penumpukan stok, pengurangan produksi secara sistematis dapat
menghidari eksportir dari ekses penawaran sehingga harga yang tinggi diharapkan dapat
lebih stabil. Namun, sama halnya dengan dampak pengurangan kuota ekspor, dalam
jangka panjang perusahaan berbahan baku karet alam yang memiliki struktur pembiayaan
tinggi akan meninggalkan pasar atau beralih menggunakan karet sintetis. Kebijakan
pengurangan produksi dalam jangka pendek akan menaikkan harga karet alam di pasar
dunia meskipun dalam jangka panjang harga akan kembali ke posisi semula dengan
kuantitas perdagangan yang lebih sedikit. Keterkaitan antar variable dalam perdagangan
karet alam di Indonesia, dapat dilihat pada pada gambar 2. berikut:
7
Gambar 2. Diagram alur keterkaitan antar variabel dalam perdagangan karet alam Indonesia ( Jurnal Dompak MT Napitupulu, 2004)
Sumber : GAPKINDO, Jakarta.
2.2. Hipotesis
Dilihat dari kerangka pemikiran dan penelitian sebelumnya diatas diduga bahwa
harga karet alam dunia, harga karet sintetis, konsumsi karet alam Amerika, konsumsi
karet sintetis Amerika, produksi karet alam dalam negeri, nilai tukar rupiah terhadap
8
Dollar Amerika, dan GDP riil Amerika sebagai pengimpor akan berpengaruh signifikan
terhadap volume ekspor karet Indonesia.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah harga karet alam dunia, harga karet sintetis,
konsumsi karet alam Amerika, konsumsi karet sintetis Amerika, produksi karet alam
dalam negeri, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, dan GDP riil Amerika periode
tahun1980-2008.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu
suatu bentuk penelitian yang bertujuan menggambarkan serta menganalisis keadaan yang
sebenarnya pada suatu organisasi, khususnya yang berhubungan dengan masalah-masalah
yang diteliti.
3.2. Operasionalisasi Variabel
Menurut Moh. Nazir (2003), operasional variabel memberikan gambaran
bagaimana suatu definisi diberikan kepada variabel dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
variabel tersebut. Di bawah ini adalah tabel operasional variabel yang digunakan dalam
penelitian ini:
Tabel 3.7Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Indikator/ukuran LambangVolume ekspor karet
Jumlah unit karet yang dijual ke Amerika
000 Milyar ton Y
Harga karet alam dunia
Harga karet alam di pasar internasional
US $/ton X1
Harga karet sintetis dunia
Harga karet sintetis di pasar internasaional
US $/ton X2
Konsumsi karet alam Amerika
Jumlah konsumsi karet alam di Amerika 000 Ton X3
Konsumsi karet sintetis Amerika
Jumlah konsumsi karet sintetis di Amerika 000 Ton X4
Produksi Hasil produksi karet alam
9
karet alam dalam negeri
yang dihasilkan di Indonesia
000 Ton X5
Nilai tukar
Harga dollar Amerika yang dinyatakan atau dibandingkan dengan rupiah
Rupiah per USD (Rp/US$) X6
GDP riil Amerika
Totalitas pendapatan yang diterima oleh masyarakat Amerika
Milyar Dollar(US$)
X7
3.4. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian yang akan dilakukan adalah mencari
dan mengumpulkan sumber dan jenis data, yang disesuaikan dengan pendekatan analisis.
Data yang digunakan adalah data time series yang bersumber dari Statistik Ekonomi dan
Perkebunan Indonesia terbitan Direktorat Jenderal Perkebunan dan Biro Pusat Statistik
(BPS). Dimana banyaknya anggota adalah tujuh belas (n = 29) yaitu tahun 1980– 2008.
Sumber data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data
sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh tidak berhubungan langsung dengan
subjek penelitian, yang sifatnya membantu namun dapat memberikan informasi untuk
bahan penelitian. Sumber data yang dimaksud adalah dokumen-dokumen yang ada di
Biro Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perkebunan serta jurnal-jurnal yang berhubungan
langsung dengan kegiatan penelitian.
3.5 Model Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan uji ekonometrika model
regresi log linier berganda. Untuk menaksir fungsi regresi populasi (PRF) atas dasar
fungsi regresi sampel (SRF) seakurat mungkin dapat dilakukan dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil (OLS). Metode kuadrat terkecil dikemukakan oleh Carl Frederich
Gauss, yaitu seorang ahli matematika yang berasal dari Jerman (Gujarati:1984). Dengan
asumsi-asumsi tertentu, metode OLS mempunyai beberapa sifat statistik yang diperlukan
sebagai alat regresi untuk penaksiran maupun pengujian hipotesa. Pengujian hipotesa
dilakukan melalui pengujian secara serempak maupun secara parsial.
10
Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
LogY = Log β0 + β1 LogX1 + β2 LogX2 + β3 LogX3 + β4 LogX4 + β5 LogX5 +
β6LogX6 + β7 LogX7 + e
Keterangan :
Y = Volume ekspor karet Indonesia (000 M.Ton)
X1 = Harga Karet Alam Dunia (US $/ton)
X2 = Harga Karet Sintetis (US $/ton)
X3 = Konsumsi karet alam Amerika (000 Ton)
X4 = Konsumsi karet sintetis Amerika (000 Ton)
X5 = Produksi Karet Alam Dalam Negeri (000 Ton)
X6 = Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (Rp)
X7 = GDP riil Amerika (M US $)
β0 = Konstanta regresi
β1 = koefisien regresi faktor harga karet alam dunia
β2 = koefisien regresi faktor harga karet sintetis
β3 = koefisien regresi faktor konsumsi karet alam Amerika
β4 = koefisien regresi faktor konsumsi karet sintetis Amerika
β5 = koefisien regresi faktor produksi karet alam Dalam Negeri
β6 = koefisien regresi faktor nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
β7 = koefisien regresi faktor GDP riil Amerika
e = variabel pengganggu
3.6. Teknik Analisis Data
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel bebas dalam menerangkan secara keseluruhan terhadap variabel
terikat. Rumus yang digunakan adalah:
Pengujian Hipotesis Secara Parsial (uji t)
Pengujian secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji t yang
bertujuan untuk menguji parameter estimasi secara parsial dengan tingkat
2
kepercayaan tertentu dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
independent. Uji signifikansi ini merupakan langkah yang dilakukan untuk
menentukan keputusan menerima atau menolak Ho (hipotesis yang salah/hipotesis
null) berdasarkan nilai uji yang diperoleh dari data.
Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F)
Untuk mengetahui proporsi variabel dalam variabel dependent yang
dijelaskan oleh variabel independent secara bersama-sama dapat dilakukan
dengan menggunakan uji analisis varians (uji F). Tujuannya adalah untuk menguji
variabel dependent manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel
independentnya. Dengan derajat kebebasan tertentu nilai F dapat menunjukkan
nilai kemiringan yang sebenarnya dari model.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dimaksudkan Untuk melakukan estimasi terhadap
variabel- variabel yang diteliti, penelitian ini menggunakan asumsi klasik, yang
meliputi uji Autokorelasi, heteroshedastisitas dan multikolinieritas.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis serta pembahasan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor karet Indonesia sebagai
dependent variabel, yaitu harga karet alam Dunia, harga karet sintetis, konsumsi
karet alam Amerika, konsumsi karet sintetis Amerika, produksi karet alam dalam
negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dan GDP riil negara Amerika
sebagai independent variabel. Model ekonometrika dari penelitian ini dianalisis
menggunakan Program E-views dan untuk menghindari kesalahan yang lebih
besar pada model non linier model diubah ke dalam bentuk regresi log linier
dengan metode OLS.
TABEL 4.1.Hasil Analisis Regresi Log Linier Metode OLS
Variabel Koefisien Standar Error t. statistic Probabilitas
3
C 7.389861 1.565710 4.719814 0.0001 Log X1 0.283221 0.117783 2.404591 0.0255Log X2 -0.167798 0.041719 -4.022121 0.0006Log X3 0.466784 0.545831 0.855181 0.4021Log X4 0.426374 0.120208 3.546973 0.0019Log X5 -1.642413 0.426012 -3.855322 0.0009Log X6 0.419915 0.118207 3.552370 0.0019Log X7 0.060055 0.345531 0.173804 0.8637R-Squared 0.867913F-Statistik 19.71231
Keterangan : data diolah ( sumber : program Eview – metode OLS)
Adapun hasil regresi yang telah diolah dalam bentuk persamaan linier
adalah:
LogY = 7.389861 + 0.283221 log X1 – 0.167798 log X2 + 0.466784 log X3 +
0.426374 log X4 – 1.642413 log X5 + 0.419915 log X6 + 0.060055 log
X7 + e
4.1.1 Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi ini menunjukkan tingkat/ derajat keakuratan
hubungan antara independent variable dengan dependent variable. Dari hasil
regresi diperoleh nilai R2 = 0.867913, yang berarti bahwa variabel volume ekspor
karet Indonesia sebagai variabel dependent mampu dijelaskan oleh variabel-
variabel independent yaitu harga karet alam Dunia, harga karet sintetis, konsumsi
karet alam Amerika, konsumsi karet sintetis Amerika, produksi karet alam dalam
negeri, nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika dan GDP riil negara Amerika
sebesar 86,7913 % dan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
model.
4.1.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Untuk mengetahui tingkat signifikan secara lebih lengkap mengenai
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara individual (parsial) dapat
diketahui dari hasil analisis log linier dengan metode OLS. Berdasarkan hasil
4
estimasi regresi OLS, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa variabel harga
karet alam dunia (X1), harga karet sintetis (X2), Konsumsi karet sintetis Amerika
(X4), produksi karet alam dalam negeri (X5), dan nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika (X6) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yaitu Volume ekspor karet Indonesia (Y). Sedangkan variabel konsumsi
karet alam Amerika (X3) dan GDP riil Amerika (X7) secara parsial berpengaruh
tidak signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia (Y). Hal ini dapat
diketahui dari nilai probabilitas (t-hitung) masing-masing variabel.
4.1.3 Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F)
Pengujian secara serempak menggunakan uji F. Uji F bertujuan untuk
menguji apakah independent variable berpengaruh secara bersama-sama
(menyeluruh) terhadap dependent variable.
Hasil yang diperoleh yaitu nilai F.hitung > F.tabel, maka keputusannya
adalah Hipotesa null (Ho) akan ditolak dan Hi akan diterima sehingga hasil dari
uji F menyatakan variable harga karet alam dunia, harga karet sintetis, konsumsi
karet alam Amerika, konsumsi karet sintetis Amerika, produksi karet alam dalam
negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan GDP riil Amerika
berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia.
4.1.4 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi, multikolinier, dan heteroskedastisitas dalam hal estimasi karena
apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut maka uji t dan uji F
yang dilakukan sebelumnya tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan
kesimpulan yang diperoleh.
Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson (DW)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kejadian korelasi
serial (autokorelasi) dalam suatu model yang digunakan. Dimana dengan secara
lebih jelasnya akan mengetahui gejala adanya korelasi antara variabel bebas yang
digunakan dengan variabel terikatnya.
Adapun batas-batas kritis dari Durbin Watson Statistik adalah sebagai
berikut:
5
dl = 0.900 4 – dl = 3.100
du = 2.052 4 – du = 1.948
DW = 1.389
BATAS KRITERIA DURBIN WATSON
Korelasi Daerah tidak terdapat Daerah Korelasi
Positip Ragu-ragu serial korelasi Ragu-ragu Negatip
0 dl du 4 – du 4 -
dl
0.900
2.052
1.948 3.100
1.389
keadaan hasil regresi pada model diperoleh nilai Durbin-Watson statistik sebesar
1.544 yaitu berada di daerah “ragu-ragu”, yang menyimpulkan bahwa dalam
variabel yang mempengaruhi permintaan kakao (LogY) tidak dapat diputuskan,
karena nilai 4-du > DW < 4-dl atau 1.948 > 1.389 < 3.100. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak dapat diputuskan ada atau tidaknya serial korelasi dalam
persamaan regresi diatas.
Uji Heteroskedastis
Heteroskedastis terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varians
yang sama untuk semua observasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah
Heteroskedastisitas adalah dengan melihat white Heteroskedasticity Test, jika nilai
probability dari hasil analisis kurang dari 0,05 berarti tidak tejadi heteroskedastis.
Model yang dipakai dalam penelitian ini lolos dari heteroskedastis, hal ini
terbukti dengan hasil nilai probability 0.317870 artinya tidak terjadi
heteroskedastis dalam model penelitian ini, sehingga layak digunakan sebagai
model.
6
Uji Multikolinieritas
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antar variabel penjelas
sehingga dapat dikatakan ada tidaknya gejala multikolinearitas diantara variabel
penjelas. Untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari
hasil analisis log linier dengan metode OLS. Dari tabel tersebut tampak bahwa
hanya antara variable log X3 dan log X7 memiliki koefisien yang cukup besar,
yaitu 0,86 sehingga patut diduga adanya hubungan linear antara kedua variable
tersebut. Karena variable- variable X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 hanya sebagai
eksperimen maka uji multikolinearitas ini dianggap lolos.
4.2 Pembahasan
Dari hasil estimasi persamaan di atas, diketahui bahwa hanya ada lima (5)
variable dari tujuh (7) variable independen yang berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap variable dependen. Adapun nilai konstanta adalah sebesar
7.389861. Volume ekspor karet adalah sebesar 7.389861 persen. Untuk lebih
jelasnya interpretasi dari hasil estimasi sebagaimana persamaan di atas adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat Kepekaan Harga Karet Alam Dunia Terhadap Volume Ekspor Karet Indonesia.
Dari hasil regresi diperoleh nilai koefisien harga karet alam dunia adalah
sebesar 0.283221. Dan dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara harga karet
alam dan volume ekspor karet alam Indonesia memiliki hubungan yang positif.
Artinya, apabila harga karet alam meningkat satu persen, maka volume ekspor
karet alam Indonesia akan naik sebesar 0.283221 persen, demikian pula
sebaliknya. Harga karet alam dunia ini berpengaruh signifikan terhadap volume
ekspor karet Indonesia dan bersifat inelastis. Perkembangan harga karet alam di
pasar domestik rata-rata pertahun selama periode tahun 1980-1997 tidak lebih dari
US$ 1819/ton. Saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, dimana nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika merosot tajam. Komoditas yang berorientasi
ekspor mendapat imbas positif, yaitu meningkatnya harga domestik karet alam
menjadi US$ 917,2/ton. Walau kemudian di tahun 1999 karet alam menurun
7
kembali menjadi US$ 905,8/ton, namun meningkat kembali tahun 2000 hingga
tahun 2008 hingga mencapai US$ 3661,7/ton. Dilihat dari perkembangannya
harga karet alam dunia terus mengalami fluktuasi seiring dengan naik turunnya
nilai kurs, sehingga harga karet alam ini akan terus mengalami kenaikkan. Hal ini
menjelaskan bahwa peranan harga karet alam dunia berpengaruh kecil terhadap
ekspor, karena adanya kuota untuk ekspor karet alam dari Indonesia. Sehingga
dengan meningkatnya harga karet alam dunia, volume ekspor karet alam Indonesia
belum tentu terus meningkat. Adanya kuota tersebut merupakan hasil musyawarah
dari tiga produsen karet alam terbesar di dunia yaitu Indonesia, Malaysia dan
Thailand.
b. Tingkat Kepekaan Harga Karet Sintetis Terhadap Volume Ekspor Karet Indonesia.
Dari hasil regresi diperoleh nilai koefisien harga karet sintetis adalah sebesar
0.167798. Dan dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara harga karet sintetis
dan volume ekspor karet alam Indonesia memiliki hubungan yang negatif.
Artinya, apabila harga karet sintetis meningkat satu persen, maka volume ekspor
karet alam Indonesia akan menurun sebesar 0.167798 persen, demikian pula
sebaliknya. Harga karet sintetis ini berpengaruh signifikan terhadap volume
ekspor karet Indonesia dan bersifat inelastis. Perkembangan harga karet sintetis di
pasar domestik rata-rata pertahun selama periode tahun 1980-1997 mencapai US$
10351,4/ton, dan di tahun 1999 hingga tahun 2000 harga terus meningkat hingga
mencapai US$ 45456,18/ton, namun menurun kembali tahun 2001 hingga tahun
2005 yang mencapai US$ 1607/ton dan terus meningkat menjadi US$ 3611,5/ton
di tahun 2008. Dilihat dari perkembangannya, harga karet sintetis ini mengalami
fluktuasi harga, dimana harga akan terus meningkat hingga tahun berikutnya,
sedangkan volume ekspor karet alam belum tentu naik. Hal ini menjelaskan bahwa
peranan harga karet sintetis berpengaruh kecil terhadap volume ekspor karet
Indonesia. Ini terjadi karena karet sintetis belum bisa menggantikan keunggulan karet
alam. Selain itu, industri yang menggunakan bahan baku karet sintetis juga masih
sedikit yang mungkin disebabkan mahalnya harga karet sintetis itu sendiri. Dimana
pada saat harga karet sintetis naik maka jumlah produksi karet sintetis semakin
8
banyak sehingga pasokan karet sintetis terpenuhi dan berakibat menurunnya ekspor
karet alam Indonesia.
c. Tingkat Kepekaan Konsumsi Karet Alam Amerika Terhadap Volume Ekspor Karet Indonesia.
Dari hasil regresi diperoleh nilai koefisien konsumsi karet alam Amerika
adalah sebesar 0.466784. Dan dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara
konsumsi karet alam Amerika dan volume ekspor karet memiliki hubungan yang
positif. Artinya, apabila konsumsi karet alam meningkat satu persen, maka
volume ekspor karet akan meningkat sebesar 0.466784 persen, demikian pula
sebaliknya. Konsumsi karet alam ini tidak berpengaruh signifikan terhadap
volume ekspor karet Indonesia. Perkembangan konsumsi karet alam Amerika ini
terus mengalami kenaikkan dari tahun 1980-2008, namun dilihat dari
perkembangannya konsumsi karet alam kalah saing di bandingkan dengan
konsumsi karet sintetis. Hal ini menjelaskan bahwa peranan konsumsi karet alam
Amerika tidak berpengaruh secara nyata terhadap volume ekspor karet Indonesia
karena Amerika lebih banyak mengkonsumsi karet sintetis dibandingkan dengan
karet alam.
d. Tingkat Kepekaan Konsumsi Karet Sintetis Amerika Terhadap Volume Ekspor Karet Indonesia.
Dari hasil regresi diperoleh nilai koefisien konsumsi karet sintetis Amerika
adalah sebesar 0.426374. Dan dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara
konsumsi karet sintetis Amerika dan volume ekspor karet Indonesia memiliki
hubungan yang positif. Artinya, apabila konsumsi karet sintetis Amerika
meningkat satu persen, maka volume ekspor karet alam Indonesia akan meningkat
sebesar 0.426374 persen, demikian pula sebaliknya. Konsumsi karet sintetis ini
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia dan bersifat
inelastis. Dilihat dari perkembangannya, konsumsi karet sintetis ini terus
mengalami peningkatan, hal ini menjelaskan bahwa konsumsi karet sintetis
berpengaruh kecil terhadap volume ekspor karet Indonesia, karena pada kenyataannya
Masyarakat Amerika lebih memilih mengkonsumsi karet sintetis di bandingkan
dengan karet alam. Hal ini terjadi karena konsumsi karet sintetis naik maka ekspor
9
karet alam Indonesia juga akan naik, sehingga adanya excess demand yang dilakukan
oleh pabrik besar yaitu karet alam di jadikan sebagai bahan mentah untuk mengolah
karet sintetis.
e. Tingkat Kepekaan Produksi Karet Alam Dalam Negeri Terhadap Volume Ekspor Karet Indonesia.
Dari hasil regresi diperoleh nilai koefisien produksi karet alam dalam negeri
adalah sebesar 1.642413. Dan dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara
produksi karet alam dalam negeri dan volume ekspor karet Indonesia memiliki
hubungan yang negatif. Artinya, apabila produksi karet alam dalam negeri
meningkat satu persen, maka volume ekspor karet Indonesia akan menurun
sebesar 1.642413 persen, demikian pula sebaliknya. Produksi karet alam dalam
negeri berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet. Perkembangan
produksi karet alam Indonesia terus mengalami kenaikan pada tahun 1980 sampai
tahun 2008 mencapai 2921 ribu ton karena luas areal karet Indonesia mencapai 5
juta hektar lebih terluas di dunia. Malaysia dan Thailand yang merupakan pesaing
utama Indonesia memiliki luas lahan yang jauh di bawah angka tersebut. Dilihat
dari perkembanganannya produksi karet alam dalam negeri terus meningkat
dibandingkan dengan Negara produsen karet lainnya. Hal ini menjelaskan bahwa
produksi karet alam dalam negeri sangat berpengaruh secara nyata terhadap volume
ekspor alam Indonesia. Hal ini terjadi karena hasil produksi karet alam Indonesia
lebih banyak dari Negara produsen karet Malaysia dan Thailand, namun karena
adanya Quota dari tiga Negara maka Indonesia tidak bisa bebas mengekspor karet ke
luar negeri karena produksi karet alam Indonesia masih di bawah quota sehingga
digunakan sebagai persediaan di dalam negeri. Tapi karena luas dan produksi karet
alam Indonesia lebih banyak, sehingga Indonesia memiliki peluang besar untuk
mengekspor karet alam lebih banyak ke luar negeri, hal ini terjadi karena adanya hasil
peremajaan pohon karet alam Indonesia yang melebihi Negara produsen karet
lainnya.
f. Tingkat Kepekaan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Terhadap Volume Ekspor Karet Indonesia.
10
Dari hasil regresi diperoleh nilai koefisien nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika adalah sebesar 0.419915. Dan dilihat dari arah koefisiennya, ternyata
antara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan volume ekspor karet
Indonesia memiliki hubungan yang positif. Artinya, apabila nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika meningkat satu persen, maka volume ekspor karet
Indonesia akan meningkat sebesar 0.419915 persen, demikian pula sebaliknya.
Nilai tukar rupiah ini berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet dan
bersifat inelastis. Perkembangan nilai tukar rupiah setelah diterapkannya sistem
nilai tukar mengambang terus mengalami tekanan yang cukup kuat sampai akhir
1997. Mulai Januari 1998 cenderung fluktuatif. Secara umum, nilai tukar tahun
2005 merosot apabila dibandingkan dengan tahun 2004. Hal ini tercermin dari
rata-rata indeks nilai tukar riil efektif (Real Effective Exchange Rate/REER) pada
tahun 2004 sebesar 33,83 sedangkan tahun 2005 menjadi 31,96 atau mengalami
kemerosotan sebesar 5,5 persen. Pada awal tahun 2000, kondisi kurs rupiah telah
mulai recovery dari krisis. Rupiah cenderung menguat sejak awal tahun 2001
hingga sekarang. Hal ini menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh kecil
terhadap volume ekspor, Ini terjadi karena apabila Dollar makin kuat maka harga
karet alam tersebut seakan-akan menjadi lebih murah.
g. Tingkat Kepekaan GDP riil Amerika Terhadap Volume Ekspor Karet Indonesia.
Dari hasil regresi diperoleh nilai koefisien GDP riil Amerika adalah sebesar
0.060055. Dan dilihat dari arah koefisiennya, ternyata antara GDP riil Amerika
dan volume ekspor karet Indonesia memiliki hubungan yang positif. Artinya,
apabila GDP riil Amerika meningkat satu persen, maka volume ekspor karet
Indonesia akan meningkat sebesar 0.060055 persen, demikian pula sebaliknya.
GDP riil Amerika ini tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet.
Perkembangan GDP riil Amerika periode 1994 – 1997 perekonomian masyarakat
Amerika mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Memasuki tahun 1998 dan
1999 perekonomian terpuruk, yakni mengalami kemunduran masing-masing
menjadi US$ 7178,2 M pada tahun 1998 dan US$ 9268,4 M pada tahun 1999.
Namun peningkatan perekonomian masyarakat yang melonjak pun mulai terlihat
11
pada tahun 2000 – 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa fundamental ekonomi
yang dibangun sangat kuat. Dilihat dari perkembangannya GDP riil Amerika
sangat besar, tapi tidak berpengaruh secara nyata terhadap volume ekspor karet
Indonesia. Hal ini karena makin besarnya GDP yang dimiliki Negara Amerika
maka belum tentu daya beli Amerika akan meningkat, seiring dengan
berkembangnya industri-industri di Amerika sehingga karet alam lebih
diprioritaskan untuk keperluan industry maka masyarakat lebih banyak
menggunakan karet sintetis dibandingkan dengan karet alam.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Hasil pengujian secara parsial (uji t) diperoleh kesimpulan bahwa:
- Variabel harga karet alam dunia, harga karet sintetis, konsumsi karet sintetis
Amerika, produksi karet alam dalam negeri dan nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika mempunyai pengaruh signifikan terhadap volume ekspor
karet Indonesia.
- Variabel konsumsi karet alam Amerika dan GDP riil Amerika terhadap
volume ekspor karet Indonesia secara Statistik tidak signifikan. Hal ini
menjelaskan peranan konsumsi karet alam Amerika tidak berpengaruh
karena Amerika lebih banyak mengkonsumsi karet sintetis dibandingkan
dengan karet alam dan makin besarnya GDP yang dimiliki Negara Amerika
maka belum tentu daya beli Amerika akan meningkat, seiring dengan
berkembangnya industri-industri di Amerika sehingga sehingga karet alam
lebih diprioritaskan untuk keperluan industry maka masyarakat lebih banyak
menggunakan karet sintetis dibandingkan dengan karet alam.
Sehingga dapat diketahui bahwa variabel harga karet alam dunia, harga karet
sintetis, konsumsi karet sintetis Amerika, produksi karet alam dalam negeri
dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mempunyai pengaruh secara
12
nyata terhadap volume ekspor karet Indonesia. Sedangkan variabel
konsumsi karet alam Amerika dan GDP riil Amerika tidak mempunyai
pengaruh secara nyata dalam penelitian ini pada periode pengamatan yaitu
tahun 1980-2003.
2. Secara bersama-sama variabel-variabel bebas yang digunakan pada penelitian
ini mempunyai pengaruh terhadap ekspor karet dari Indonesia ke Amerika.
3. Nilai R-squared pada penelitian ini sebesar 0.867913 artinya bahwa variabel
volume ekspor karet sebagai variabel dependent mampu dijelaskan oleh
variabel-variabel independent yang digunakan pada penelitian ini sebesar
86.7913 % dan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.
4. Untuk hasil pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini tidak ditemukan
adanya penyimpangan-penyimpangan, sehingga dapat dikatakan data bebas
dari autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan pada penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Karena di Indonesia peranan karet cukup penting bagi perekonomian nasional
dan ekspor pun cukup tinggi, maka untuk meningkatkan perkembangan karet
diperlukan peningkatan produktifitas dan mutu terlebih dahulu. Untuk itu,
kebijakan pengembangan karet (terutama program peremajaan pohon karet)
harus segera dilaksanakan.
2. Diharapkan adanya pengembangan penelitian, khususnya mengenai variabel-
variabel lainnya sebagai determinan dalam analisis ekspor karet.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. S., 2002, Harga karet di pasaran internasional belakangan ini mulai
mantap. Harian Umum Kompas, 18 Agustus 2002. Jakarta.
13
Anwar, C. 2005. Prospek Karet Alam Indonesia di Pasar Internasional: Suatu
Analisis Integrasi Pasar dan Keragaan Ekspor. Disertasi Doktor. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Pusat Statistik, 1980-2008, Statistik Indonesia, Tasikmalaya.
--------------------------, 1980-2008, Statistik Perdagangan Luar Negeri,
Tasikmalaya.
Basri, Faisal H., 2002, Perekonomian Indonesia : Tantangan dan Harapan Bagi
Kebangkitan Ekonomi Indonesia, Jakarta : Erlangga.
Deptan. 2006. Basis Data Statistik Pertanian ( http://database.deptan.go.id/ ).
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1995. Rancangan Rencana Pembangunan Lima
Tahun Keenam (Repelita VI) Sub-sektor Perkebunan (1994/1995–
1998/1999). Departemen Pertanian, Jakarta.
GAPKINDO, Bulletin Karet: Informasi pasar & perkembangan karet Indonesia.
Berbagai terbitan. GabunganPerusahaan Karet Indonesia. Jakarta.
Gujarati, Damodar, 1984, Ekonometrika Dasar, Terjemahan, Jakarta : Erlangga.
Hady, Dr. Hamdy, 2001, Ekonomi Internasional : Teori dan Kebijakan
Perdagangan Internasional, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Hakim, Abdul, 2002, Ekonomi Pembangunan, Edisi Pertama, Ekonisia,
Jogjakarta.
IRSG. 1980 – 2002.. Rubber Statistical Bulletin. Internasional Rubber Study
Group, London. Berbagai terbitan. h -. (Koutsoyannis, 1977
Mankiw, N.Gregory, 2001, Pengantar Ekonomi, Edisi Kedua, Jakarta : Erlangga.
Napitupulu, Dompak MT. 2004. Dampak Kesepakatan Tripartite Terhadap
Peningkatan Harga dan Perolehan Devisa dari Perdagangan Karet Alam
Indonesia. Program Pascasarjana. Fakultas pertanian. Universitas
Brawijaya, Malang.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Modul Praktek Econometric View,
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta.
14
Rachman, B., A.H. Malian, A. Djulin, T. Nurasa dan J. Situmorang. 2003. Studi
Pengembangan Agribisnis Perkebunan Rakyat Dalam Perspektif
Globalisasi. Laporan Hasil Penelitian Puslibang Sosial Ekonomi Pertanian,
Bogor.
Republik Indonesia, Berbagai Edisi, International Financial Statistic, Bank
Indonesia, Jogjakarta.
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus, 2004, Ilmu Makro Ekonomi,
Terjemahan, Edisi Tujuh Belas, Jakarta : Media Global Edukasi.
Salvatore, Dominick, 1997, Ekonomi Internasional, Edisi Kelima, Jakarta :
Erlangga.
Saragih, B. 1999. Peluang Agribisnis Karet. Majalah Tropis I (03), Februari 1999.
Dimuat dalan Bulletin Karet XXI (04). Gabungan Perusahaan Karet Indonesia,
Jakarta.
Suherman, Rosyidi, 1996, Pengantar Teori Ekonomi : Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sukirno Sadono, 2002, Pengantar Teori Mikroekonomi, edisi ke 3, Jakarta : PT.
Grafindo Persada.
Syarbaini. Z., 2001. Harga Karet Alam Diprediksi Membaik Akhir Tahun 2001,
Harian Umum Kompas 12 Mei 2001. Jakarta.
Waluya, Drs. Harry, 1995, Ekonomi Internasional, Jakarta : Rineka Cipta.
Wulandari, Ajeng. 2005. Analisi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor
Karet Dari Indonesia Ke Amerika Kurun Waktu 1980-2003. Fakultas
Ekonomi. Universitas Islam Indonesia, Jogyakarta.
15