Post on 20-Nov-2021
Analisis dan Implementasi Wifi Seamless Pada Jaringan Hotspot
Sekolah Menggunakan CAPSMAN (Controlled Access Point
System Manager)
(Studi Kasus : SMK Telekomunikasi Tunas Harapan)
Artikel Ilmiah
Peneliti:
Rony Setyawan (672015155)
Dr. Indrastanti R. Widiasari, MT.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2018
Analisis dan Implementasi Wifi Seamless Pada Jaringan Hotspot
Sekolah Menggunakan CAPSMAN (Controlled Access Point
System Manager)
(Studi Kasus : SMK Telekomunikasi Tunas Harapan)
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Peneliti:
Rony Setyawan (672015155)
Dr. Indrastanti R. Widiasari, MT.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga 2018
PERNYATAAN
Artikel Ilmiah berikut ini:
Judul : Analisis dan Implementasi Wifi Seamless Pada Jaringan
Hotspot Sekolah Menggunakan CAPSMAN (Controlled
Access Point System Manager)
(Studi Kasus : SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
Pembimbing : Dr. Indrastanti Ratna Widiasari, MT.
adalah benar hasil karya saya:
Nama : Rony Setyawan
NIM : 672015155
Saya menyatakan tidak mengambil sebagian atau seluruhnya dari hasil karya
orang lain kecuali sebagaimana yang tertulis pada daftar pustaka.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam penulisan karya ilmiah.
Salatiga, 24 Agustus 2019
Rony Setyawan
Analisis dan Implementasi Wifi Seamless Pada Jaringan Hotspot Sekolah
Menggunakan CAPSMAN (Controlled Access Point System Manager)
(Studi Kasus : SMK Telekomunikasi Tunas Harapan)
1)Rony Setyawan , 2)Indrastanti R. Widiasari
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Dr. O. Notohamidjojo, Salatiga 50714, Indonesia
E-mail : 1) 672015155@student.uksw.edu, 2) indrastanti@uksw.edu
Abstract
This study aims to make Seamless Wifi on the Hotspot network at SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan to meet the needs of the internet network in Vocational Schools. Unlimited use of wifi is
the main choice because at SMK Telekomunikasi Tunas Harapan applies the moving class method
in teaching and learning activities. With unlimited wifi, network administrators create an SSID
from each of the same access points and use one SSID to configure when a user is connected to a hotspot network. In order for users to only do one login, unlimited wifi is the right choice so that
the administrator can make changes to the SSID name and password at one point. With that, the
user does not need to enter again when the user moves from one of the access points or moves and
if one of the access points dies because with a smooth wifi the user will be connected to the nearest
access point without having to connect back to the hotspot and connect to the Internet network.
Keywords : Wifi Seamless, DD-WRT, DHCP forwarder.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membuat Wifi Seamless pada jaringan Hotspot di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan untuk memenuhi kebutuhan jaringan internet di SMK.
Penggunaan wifi seamless adalah pilihan utama karena di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
menerapkan metode moving kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya wifi seamless
maka administrator jaringan membuat SSID dari setiap access point sama dan menggunakan satu
SSID untuk melakukan konfigurasi ketika pengguna akan terkoneksi dengan jaringan hotspot.
Agar pengguna hanya melakukan satu kali login maka wifi seamless adalah pilihan yang tepat agar
administrator dapat melakukan perubahan nama SSID dan password pada satu titik. Dengan itu
pengguna tidak harus melakukan login ulang ketika pengguna menjauhi salah satu access point
atau berpindah tempat dan apabila salah satu access point mati, dengan wifi seamless pengguna akan terkoneksi dengan access point terdekat secara otomatis tanpa harus login ulang agar
terkoneksi dengan hotspot dan terhubung ke jaringan internet.
Kata Kunci : Wifi Seamless, DD-WRT, DHCP forwarder.
1. Pendahuluan
Maraknya perkembangan teknologi membuat masyarakat tidak bisa lepas dari
internet, itulah sebabnya di tempat-tempat seperti kampus, perkantoran atau
sekolah disediakan fasilitas hotspot. Hotspot sendiri adalah lokasi dimana user
dapat mengakses internet melalui mobile computer (seperti laptop atau smart
phone) tanpa menggunakan koneksi kabel. Jaringan hotspot menggunakan
jaringan wireless yang menggunakan radio frekuensi untuk melakukan
komunikasi antara perangkat komputer dengan access point (AP). Pada umumnya
peralatan wifi hotspot menggunakan standardisasi IEEE 802.11b atau IEEE
802.11g dengan menggunakan beberapa tingkat keamanan seperti WEP dan atau
WPA[1].
Wifi Seamless adalah layanan jaringan internet untuk publik berbasis wireless
atau hotspot yang disediakan oleh Telkom. Dengan wifi Seamless, pengguna dapat
mengakses wifi secara seamless (otomatis) yang masih menggunakan topologi
Basic Service Set (BSS). Ketika pengguna berjalan menjauhi salah satu access
point atau salah satu AP mati, kemudian mulai kehilangan sinyal, mobile station
(MS) secara otomatis terkoneksi dengan AP yang lain tanpa harus melakukan
konfigurasi ulang. Perangkat yang mendukung adalah AP TP-Link TLWR740N
dan cAP lite RBcAP-2nd dengan menggunakan firmware DD-WRT yang
mendukung DHCP forwarder. Wifi Seamless memberikan kemudahan bagi
pengguna jika terdapat lebih dari satu AP dalam suatu area.
Berdasarkan latar belakang yang ada, penelitian ini menerapkan wifi seamless
pada jarngan hotspot di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan untuk memenuhi
kebutuhan jaringan internet di SMK. Penggunaan wifi seamless adalah pilihan
utama karena di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan menerapkan metode
moving kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam penggunaanya hotspot
sendiri memiliki kekurangan yaitu jumlah pengguna yang dapat di layani. Oleh
karena itu apabila terdapat banyak pengguna maka di butuhkan banyak access
point sebagai penyedia layanan hotspot. Ketika ada banyak access point maka ada
banyak SSID yang tampil ketika pengguna terhubung.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Falah Husni, dkk (2018) tentang implementasi
wireless roaming menggunakan Mikrotik Wireless Distribution System (WDS)
pada STMIK Lombok Roaming yang berjalan antar access point pada jaringan
hotspot yang dibangun bisa berjalan tapi membutuhkan lebih banyak waktu dalam
proses perpindahan dari satu access point ke access point lainnya[2].
Berasarkan penelitian yang telah dilakukan Kusuma Sejati A, F, dkk (2012)
didapat kesimpulan bahwa dengan menerapkan topologi ESS (Extended Service
Set) yang memakai internal wireless roaming, jaringan hotspot yang dibangun
memiliki mobilitas serta reliability yang lebih baik dibandingkan dengan jaringan
hotspot yang menggunakan topologi BSS (Basic Service Set). Ketika client
berjalan menjauhi salah satu AP dan client mendekati AP lainnya maka client
berpindah koneksi ke AP terdekat tanpa harus konfigurasi ulang. Salah satu
topologi ESS adalah penggunaan WDS, tetapi dalam implementasinya
penggunaan WDS menurunkan throughtput[3].
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengembangan Sistem
Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan Elnizar Afdal (2014)
dijelaskan bahwa kapasitas throughput yang tinggi dan tingkat latency yang
rendah merupakan pertimbangan utama dalam setiap pengembangan teknologi
jaringan komputer. Munculnya IEEE 802.11ac-2013 sebagai standar yang
pertama sekali ditetapkan untuk gigabit WLAN memungkinkan pengguna
teknologi ini untuk memperoleh throughput yang sangat tinggi pada lingkungan
multi-user[4].
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ahmad Jalaluddin Al Fuadi
(2015) didapat kesimpulan bahwa kinerja jaringan dari model koneksi langsung
lebih baik dibandingkan dengan model koneksi bridging/relay. Perbedaan kinerja
jaringan disebabkan perbedaan kecepatan media transmisi yang digunakan
sebagai penghubung antar AP. Model koneksi langsung memiliki kecepatan
maksimum 100 Mbps. Sementara itu, model koneksi bridging/relay memiliki
kecepatan maksimum 15 Mbps[5].
Antonius Windy Purwanto (2014) dalam penelitian nya di jelaskan bahwa
dengan menerapkan topologi ESS (Extended Service Set) yang memakai internal
wireless roaming, jaringan hotspot yang dibangun memiliki mobilitas serta
reliability yang lebih baik dibandingkan dengan jaringan hotspot yang
menggunakan topologi BSS (Basic Service Set). Ketika client berjalan menjauhi
salah satu AP dan client mendekati AP lainnya maka client akan berpindah
koneksi ke AP terdekat tanpa harus konfigurasi ulang. Salah satu topologi ESS
adalah penggunaan WDS, akan tetapi dalam implementasi nya penggunaan WDS
akan menurunkan throughtput[6].
3. Metode Penelitian
Tahapan penelitian yang digunakan dalam Implementasi Wifi Seamless di
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan terdiri dalam beberapa tahapan antara lain
sebagai berikut ditunjukan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan Penelitian
Tahap-tahap dalam tahapan penelitian pada Gambar 1, dijelaskan sebagai
berikut. Pada tahap ini Data yang peneliti ambil berdasarkan keberhasilan
konfigurasi CAPsMAN dan pengaksesan Hotspot oleh pengguna.
Metode pengumpulan data dibagi menjadi tiga ,Studi pustaka merupakan
pengumpulan bahan – bahan yang berkaitan dengan judul skripsi dengan mncari
di perpustakaan atau ebook. Observasi Penulis melakukan pengamatan langsung
ke SMK Telekomunikasi Tunas Harapan untuk dapat menentukan topologi yang
dibangun. Studi Literatur Pada tahap ini penulis melakukan penelitian terhadap
peneltian sebelumnya yang memiliki kesamaan agar dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari sistem yang dibangun.
Metode Pengembangan Sistem Dalam metode pengembangan sistem peneliti
menggunakan metode NDLC (Network Development Life Cycle). Menurut Mateus
Dhias Adhi Nugraha (2015), NDLC adalah suatu pendekatan proses dalam
komunkasi data yang menggambarkan siklus yang tiada awal dan tiada akhir
dalam sebuah jaringan komputer.
Gambar 2. Tahapan Pengembangan Sistem
Berdasarkan Gambar 2 merupakan tahapan pengembangan sistem antara lain
sebagai berikut. Analisis Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data berupa
topologi jaringan hotspot yang ada di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan.
Pengumpulan data meliputi letak dan area yang dapat dicakup oleh masing –
masing hotspot. Analisis dilakukan selama 2 minggu di awal bulan September
2018. Desain Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka dibuat sebuah desain
topologi baru yang sesuai dengan keadaan di SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan. Desain topologi jaringan baru yang dibuat diharapkan dapat
mempermudah manajemen jaringan hotspot. Proses desain dilakukan 2 minggu
akhir bulan September 2018 setelah analisis selesai dilaksanakan. Simulasi
Sebelum dilakukan implementasi berdasarkan desain yang telah dibuat. Maka
sebelumnya dilakukan simulasi sehingga di ketahui keberhasilan dari desain yang
dibuat sebelumnya. Simulasi dilakukan selama 1 minggu di awal bulan Oktober
2018 untuk menguji keberhasilan dari sistem. Implementasi Hasil dari simulasi
yang telah dilakukan maka di implementasikan langsung pada jaringan hotspot
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan. Implementasi dikerjakan selaman 3
minggu dimulai dari minggu ke 2 bulan Oktober 2018. Pada minggu ke 3
bersamaan dengan proses monitoring jaringan yang telah terpasang. Monitoring
Proses monitoring dilakukan setelah jaringan baru terpasang. Monitoring
dilakukan selama 4 minggu mulai dari minggu ke 3 bulan Oktober sampai minggu
ke 3 bulan November 2018 untuk mengumpulkan data – data dari sistem yang
telah berjalan. Manajemen Manajemen dilakukan pada akhir masa penelitian.
Pada tahapan manajemen ini dilakukan perubahan – perubahan pada sistem baru
yang berjalan apabila ada permasalahan. Manajemen dilakukan berdasarkan hasil
monitoring yang didapat pada tahapan sebelumnya. Sedangkan untuk alur proses
pengembangan sistem dapat dilihat pada Gambar 3.
Analisis Desain Simulasi Implementasi Monitoring Manajemen
Gambar 3. Alur Implementasi Sistem
Gambar 3 menunjukkan alur implementasi sistem yaitu konfigurasi yang
dilakukan pada Router CAPsMAN Server dan CAP sebagai berikut. Konfigurasi
CAPsMAN Server dilakukan pada router mikrotik RB1100 yang berada di
gedung A dimana IP Publik yang dimiliki SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
berada. Konfigurasi pada CAP dilakukan terutama pada pemberian alamat IP pada
interface ether 1 dan pengaturan CAP Client agar mengarah ke CAPsMAN
Server. Provisisoning dilakukan pada CAPsMAN Server agar semua CAP yang
sudah terhubung ke CAPsMAN Server dapat menerima pengaturan SSID yang
dibuat. Manajemen CAP agar menggunakan local link internet. Local link internet
yang dimaksud adalah CAP menggunakan internet yang dimiliki di jaringan nya
sendiri, sehingga tidak menggunakan bandwidth yang ada pada Router IP Publik.
Ini dilakukan karena besar bandwidth pada IP Publik 20 Mbps sedangkan
bandwidth internet yang dimiliki di CAP 50 Mbps ditunjukan pada Gambar 3
Alur Implementasi Sistem.
4. Pembahasan dan Hasil Pengujian
CAPsMAN (Controlled Access Point System Manager) adalah fitur baru dari
MikroTik yang dapat memanager perangkat Access Point di produk MikroTik
dalam jumlah banyak dengan satu perangkat terpusat sehingga tidak perlu
mengatur Acces Point satu per satu. Dalam CAPsMAN terdapat beberapa istilah
penyebutan perangkat. CAP (Controlles Access Point), yaitu perangkat wireless
access point yang akan dikonfigurasi terpusat. System Manager (CAPsMAN),
yaitu perangkat yang di gunakan untuk mengatur CAP, Konfigurasi, SSID,
Frekuensi, Channel, Autentikasi dan sebagainya dapat disetting dari CAPsMAN.
CAPsMAN dapat berfungsi, perangkat yang menjadi CAP harus membentuk
koneksi manajemen dengan perangkat CAPsMAN. Komunikasi antara
CAPsMAN dan CAP dapat di bentuk dengan 2 metode. MAC layer connection,
yaitu komunikasi yang terbentuk apabila CAP dan CAPsMAN berada pada
segment layer 2 yang sama dalam bentuk fisik maupun layer 2 tunnel. IP
(protocol UDP), yaitu komunikasi yang terbentuk jika CAPsMAN dan CAP
menggunakan IP Address (layer 3). Sehingga antara CAPsMAN dan CAP dapat
terhubung walaupun dengan network yang berbeda, dengan cara ini CAPsMAN
bias terhubung walaupun berbeda lokasi secara geografis.
Dari hasil analisi yang diperoleh maka dilakukan perubahan topologi yang
sebelumnya telah ada. Perubahan topologi yang dilakukan berdasarkan coverage
area dari masing – masing access point. Jumlah access point mikrotik yang
dipasang pada topologi baru sebanyak 20 access point dan untuk access point tp-
link dilepas karena sinyal yang dipancarkan terlalu jauh akan tetapi tidak dapat
dilakukan koneksi, ditunjukkan pada Gambar 4 Topologi Jaringan yang
Direncanakan.
Gambar 4. Topologi Jaringan yang Direncanakan.
Monitoring pengguna aktif dilakukan untuk mengetahui lokasi – lokasi yang
paling banyak digunakan untuk terhubung ke internet. Dari hasil monitoring
pengguna aktif juga dapat diambil informasi sinyal yang diperoleh pengguna pada
lokasi – lokasi tertentu. Banyak nya jumlah pengguna yang terhubung ke CAP
akan mempengaruhi area yang di kover oleh CAP.
Untuk mengatur sinyal yang dapat terhubung ke CAP maka dibuatlah
pengaturan access list. Gambar 5 menunjukan konfigurasi acess list yang
mengatur besar sinyal yang dapat terhubung ke CAP.
Gambar 5. Hasil konfigurasi Access List
Dari Gambar 5 dapat diambil informasi bahwa sinyal dibawah atau sama
dengan -75 dapat terhubung ke CAP dan sinyal yang berada di atas -75 tidak akan
dapat terhubung ke CAP. Dengan pengaturan access list maka pengguna harus
mendekat ke lokasi yang di kover oleh masing – masing CAP. Penambahan
konfigurasi ini dilakaukan agar pengguna yang jarak nya terlalu jauh dari CAP
tidak dapat terhubung karena apabila ada pengguna yang berjarak terlalu jauh
maka dapat mengganggu koneksi seluruh pengguna yang terhubng ke CAP.
Pengguna yang sinyal nya terlalu rendah dapat mengganggu pengguna lain.
Pada saat ada pengguna yang sinyal nya rendah maka membutuhkan resource
yang lebih untuk melayani pengguna tersebut.
Gambar 6. List Pengguna Aktif Setelah Access List
Access list diterapkan sinyal yang berada di bawah – 75 tidak diijinkan untuk
terhubung ke jaringan hotspot yang telah dibangun. Ini dilakukan untuk
memelihara koneksi agar stabil dan seluruh pengguna dilayani dengan baik.
Dari hasil monitoring yang dilakukan diperoleh informasi bahwa konfigurasi
CAPsMAN dan CAP telah berjalan dengan baik. Pemasangan konfigurasi
CAPsMAN tidak mempengaruhi coverage dari masing – masing access point.
Dengan demikian tidak dibutuhkan penambahan konfigurasi dikarenakan sudah
berjalan dengan baik konfigurasi baru yang diterapkan.
Pengujian dilakukan untuk mencari konfigurasi terbaik dalam menentukan
jarak antar access point dan besaran sinyal yang dapat di kover oleh masing –
masing access point sebelum dilakukan implementasi. Hasil simulasi yang telah
dilakukan diperoleh hasil yang ditunjukan pada Tabel 1.
Table 1 Hasil Pengujian Jaringan Baru
No Jarak pengujian Terhalang Tembok Signal Diperoleh
1. 5 meter Tidak -39
2. 10 meter Tidak -59
3. 15 meter Tidak -70
4. 5 meter Ya -45
5. 10 meter Ya -70
6. 15 meter Ya -89
Berdasarkan hasil pengujian jaringan pada Tabel 1 diambil keputusan bahwa
jarak aman yang digunakan dalam pemasangan access point adalah 20 meter.
Dengan pengaturan jarak 20 meter pengguna yang berada di antara access point
memiliki backup access point ketika menjauh dari access point yang pertama,
ditunjukan pada Gambar 7 Hasil Pengujian Penempatan Access Ponit Jaringan
Baru.
Gambar 7. Hasil Pengujian Penempatan Access Point Jaringan Baru
Dalam proses pengambilan data penelitian ini, peneliti menggunakan simulasi
pengujian sebagai berikut. Peneliti melakukan pengujian dengan 2 skenario di 9
titik sesuai dengan analisis awal. Pengujian menggunakan aplikasi inSSIDer untuk
menguji kekuatan sinyal
Gambar 8. Pengujian Area
Pengujian dilakukan di area AP 1 dengan menghubungkan ke SSID dan
menjalankan aplikasi inSSIDer untuk mengetahui kekuatan sinyal yang didapat.
Selama pengujian client tidak berpindah tempat selama 5 menit untuk mengetahui
apakah ada perubahan sinyal selama berada di area AP 1. Data yang telah
diperoleh dikumpulkan dalam sebuah tabel pengujian. Tabel pengujian data sinyal
yang diperoleh ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 2 Tabel Pengujian Area
No Menit ke Sinyal (dBm)
1 1 -50 dBm
2 2 -50 dBm
3 3 -50 dBm
4 4 -50 dBm
5 5 -50 dBm
Hasil pengujian yang diperoleh menjadi tolak ukur keberhasilan sistem yang
dibangun. Hasil pengujian dibandingkan dengan analisis awal sebelum sistem
baru yang dibangun
Gambar 9. Pengujian Area Roaming
Pengujian dilakukan di area antara AP 1 dan area AP 2 dengan
menghubungkan ke SSID dan menjalankan aplikasi inSSIDer untuk mengetahui
kekuatan sinyal yang didapat. Selama pengujian client tidak berpindah tempat
selama 5 menit untuk mengetahui apakah terdapat perubahan sinyal selama berada
di area antara AP 1 dan AP 2. Data yang telah diperoleh dikumpulkan dalam
sebuah tabel pengujian. Tabel pengujian data sinyal yang diperoleh ditunjukan
pada Table 3.
Table 3 Tabel Pengujian Area Roaming
No Menit ke Sinyal (dBm)
1 1 -54 dBm
2 2 -54 dBm
3 3 -54 dBm
4 4 -54 dBm
5 5 -54 dBm
Dari hasil pengujian yang kedua didapatkan bahwa jika client berada di antara
2 AP yg berbeda maka sinyal cenderung lebih kecil daripada sinyal pada area AP
1. Dengan pengaturan jarak 20 meter pengguna yang berada di antara access point
memiliki backup access point ketika menjauh dari access point yang pertama,
ditunjukan pada Gambar 7.
Pengujian dilakukan dengan melakukan scanning pada titik sesuai dengan
saat analisis awal jaringan dilakukan. Pengujian dilakukan dua kali yaitu
pengujian pada area yang di kover dan pengujian pada area roaming.
Tabel 4 Pengujian di Area Lantai 1
No Menit Ke Sinyal (dBm)
1 1 -44 dBm
2 2 -44 dBm
3 3 -42 dBm
4 4 -43 dBm
5 5 -44 dBm
Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian pada area lantai 1. Sinyal yang
diperoleh berada diantara -42 dBm sampai -44 dBm.
Tabel 5 Pengujian di Area Roaming Lantai 1
No Menit Ke Sinyal (dBm)
1 1 -44 dBm
2 2 -44 dBm
3 3 -45 dBm
4 4 -46 dBm
5 5 -47 dBm
Tabel 5 menunjukkan hasil pengujian di area roaming lantai 1. Hasil
pengujian menunjukan bahwa sinyal yang diperoleh cenderung lebih besar
daripada sinyal pada area lantai 1. Dengan adanya access list ketika client
berpindah lantai 2 client secara otomatis tersambung dengan AP lantai 2.
Tabel 6 Pengujian di Area Lantai 2
No Menit Ke Sinyal (dBm)
1 1 -51 dBm
2 2 -53 dBm
3 3 -52 dBm
4 4 -52 dBm
5 5 -52 dBm
Hasil pengujian pada Tabel 6 menunjukkan hasil sinyal yang diperoleh di
lantai 2. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -51 dBm sampai -53 dBm.
Tabel 7 Pengujian di Area Roaming Lantai 2
No Menit Ke Sinyal (dBm)
1 1 -50 dBm
2 2 -52 dBm
3 3 -52 dBm
4 4 -51 dBm
5 5 -49 dBm
Hasil pengujian pada Tabel 7 menunjukkan hasil sinyal yang diperoleh di
area roaming lantai 2. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -49 dBm sampai -52
dBm. Dengan pengaturan jarak 20 meter dan pengaturan access list ketika client
berpindah menuju lantai 3 client secara otomatis tersambung dangan AP lantai 3
Tabel 8 Pengujian di Area Lantai 3
No Menit Ke Sinyal (dBm)
1 1 -48 dBm
2 2 -47 dBm
3 3 -47 dBm
4 4 -45 dBm
5 5 -46 dBm
Hasil pengujian pada Tabel 8 menunjukkan hasil sinyal yang diperoleh di
area lantai 3. Sinyal yang diperoleh berkisar antara -45 dBm sampai -48 dBm.
Tabel 9 Pengujian di Area Roaming Lantai 3
No Menit Ke Sinyal (dBm)
1 1 -46 dBm
2 2 -45 dBm
3 3 -48 dBm
4 4 -45 dBm
5 5 -46 dBm
Hasil pengujian pada Tabel 9 menunjukkan hasil sinyal yang diperoleh di
area roaming lantai 3. Sinyal yang diperoleh antara -45 dBm sampai -48 dBm.
Tahapan setelah pengujian sinyal selesai, kemudian melakukan pengujian
terhadap captive portal yang telah dihubungkan dengan CAPSMAN.
Keberhasilan captive portal ditunjukan dengan muncul nya halaman login
sebelum koneksi ke internet dapat berjalan. Gambar 10 menunjukan halaman
login captive portal yang telah terhubung dengan jaringan CAPSMAN. Dari
Gambar 10 dapat dibuktikan bahwa pengguna menggunakan SSID
Seamless_SMKTTH dan muncul halaman login dengan halaman smktth.seamless.
Tabel 10 Perbandingan Jumlah SSID Lantai 1
No SSID Sebelum
Konfigurasi
SIGNA
L (dBm)
SSID Setelah
Konfigurasi
SSIGNAL
(dBm)
1. Headmaster_room -88 Ap Server -79
2. IndiSchool@wifi.id -49 Kasek -95
3. Kasek -70 Plongoh -86
4. Kesiswaan -88 Lab MM -82
5. Kurikulum -84 MM Lab 1 -78
6. LAB MM 1 -95 Seamless
SMKTTH
-42
7. LAB MM 2 -81
8. LAB MM 3 -77
9. LAB_MM -82
10. Lantai 1 – 1 -49
11. Lantai 1 – 2 -95
12. Lantai 1 – 3 -84
13. Lantai 1 – 4 -95
14. Lantai 1 – 5 -63
15. Lantai 2 – 2 -86
16. Lantai 2 – 3 -83
17. Lantai 2 – 4 -80
18. Lantai 2 – 5 -82
19. Lantai 2 – 6 -77
20. Lantai 3 – 1 -83
21. Lantai 3 – 2 -84
22. Lantai 3 – 3 -81
23. Lantai 3 – 5 -95
24. Lantai 3 – 6 -95
25. Link Lantai 1 -79
26. Plongoh -78
Jumlah
SSID
26 6
Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat diambil informasi bahwa SSID
sebelum konfigurasi baru diimplementasikan berjumlah 26 setelah di
implementasikan berjumlah 6. Sinyal yang diperoleh dari implementasi jaringan
baru sebesar -42, dapat disimpulkan bahwa jaringan baru lebih baik daripada
jaringan lama karena adanya access list dan pengujian berdasarkan dari AP
dengan sinyal terbaik.
Tabel 11 Perbandingan Jumlah SSID Lantai 2
No SSID Sebelum
Konfigurasi
SIGNAL
(dBm)
SSID Setelah
Konfigurasi
SIGNAL
(dBm)
1. AP SERVER -81 Ap Server -86
2. @wifi.id -36 Kasek -56
3. AsianGame@wifi.i
d
-36 Cyber Perpus 2 -85
4. Cyber perpus 2 -85 Lab MM -85
5. Flashzone-seamless -95 MM Lab 1 -86
6. Headmaster_room -68 Seamless
SMKTTH
-51
7. IndiSchool@wifi.id -35
8. Kasek -54
9. Lantai 1 – 1 -83
10. Lantai 1 – 2 -84
11. Lantai 1 – 4 -86
12. Lantai 1 – 5 -85
13. Lantai 2 – 2 -95
14. Lantai 2 – 3 -56
15. Lantai 2 – 4 -53
16. Lantai 2 – 5 -87
17. Lantai 2 – 6 -73
18. Lantai 3 – 1 -86
19. Lantai 3 – 4 -68
20. Lantai 3 – 5 -86
21. Lantai 3 – 6 -75
22. Link Lantai 1 -92
23. Ruang Guru
Multimedia
-90
24. seamless@wifi.id -34
25. Smktth-seamless -83
26. SSID2 -69
Jumlah
SSID
26 6
Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat diambil informasi bahwa SSID
sebelum konfigurasi baru diimplementasikan berjumlah 26 setelah di
implementasikan berjumlah 6. Sinyal yang diperoleh dari implementasi jaringan
baru sebesar -51, karena jaringan baru SSID dibuat hanya satu SSID. Pengujian
berdasarkan AP dengan sinyal terbaik, maka dapat disimpulkan bahwa jaringan
baru lebih baik daripada jaringan lama.
Tabel 12 Perbandingan Jumlah SSID Lantai 3
No SSID Sebelum
Konfigurasi
SIGNA
L (dBm)
SSID Setelah
Konfigurasi
SIGNA
L (dBm)
1. AP Server -95 Kasek -75
2. @wifi.id -68 Plongoh -79
3. AsianGame@wifi.id -68 Lab MM -86
4. Asrama-seamless -95 Seamless SMKTTH -48
5. Cyber Perpus 2 -86
6. Flashzone-seamless -69
7. Headmaster room -91
8. IndiSchool@wifi.id -69
9. Kasek -80
10. Lantai 2 – 3 -89
11. Lantai 2 – 4 -87
12. Lantai 2 – 6 -91
13. Lantai 3 – 1 -68
14. Lantai 3 – 2 -81
15. Lantai 3 – 3 -85
16. Lantai 3 – 4 -39
17. Lantai 3 – 5 -71
18. Lantai 3 – 6 -59
19. Link lantai 1 -93
20. Not free man ! -87
21. Plongoh -83
22. seamless@wifi.id -68
23. SSID 4 -90
24.
25.
26.
Jumlah
SSID
23 4
Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat diambil informasi bahwa SSID
sebelum konfigurasi baru diimplementasikan berjumlah 23 setelah di
implementasikan berjumlah 4. Sinyal yang diperoleh dari implementasi jaringan
baru sebesar -44, karena dengan jaringan baru menerapkan access list dan hasil
yang di peroleh berdasarkan AP dengan sinyal terbaik, maka dapat disimpulkan
bahwa jaringan baru lebih baik daripada jaringan lama.
Gambar 10. Tampilan Halaman Login Captive Portal.
Dengan munculnya halaman login menandakan proses penghubungan
CAPSMAN dan captive portal dapat berjalan dengan baik. Perbandingan
dilakukan dengan membandingkan jumlah SSID yang muncul saat dilakukan
scanning sebelum dan sesudah konfigurasi baru. Hasil perbandingan yang
diperoleh dari pengujian yang dilakukan ditunjukan pada Tabel 10.
5. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan hasil implementasi
Wifi Seamless di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam implementasi jaringan baru yang menggunakan
CAPSMAN sebagai manajemen jaringan, hotspot dapat berjalan dengan baik
dibuktikan dengan perbandingan data yang telah dilakukan. Perbandingan
jaringan lama dengan jaringan baru menunjukan bahwa konfigurasi jaringan baru
lebih baik dibandingkan dengan jaringan lama. Pembuktian tersebut berdasarkan
analisis data sinyal yang diperoleh selama pengujian. Jaringan CAPsMAN yang
dibangun dapat berjalan melalui jaringan internet yang berbeda sumber dan
CAPsMAN dapat di konfigurasi pada router yang memiliki IP Publik sehingga
dapat diakses dari manapun oleh administrator jaringan.
Pemasangan CAPSMAN pada IP Publik membuat CAPSMAN rentan
mendapat serangan oleh hacker. Untuk menanggulangi hal tersebut penulis
menyarankan untuk membatasi port – port yang dapat diakses dari internet dan
hak akses user yang dapat mengakses ke dalam jaringan CAPSMAN. Sealain itu
penulis juga menyarankan untuk melakukan monitoring secara berkala untuk
mengetahui performas jaringan baru yang telah di implementasikan.
6. Daftar Pustaka [1] G. D. Hantoro, "WiFi (Wireless LAN) Jaringan Komputer Tanpa Kabel," 2009.
[2] Husni, Falah. dkk. 2018. Implementasi Wireless Roaming Menggunakan
Mikrotik Wireless Distribution System (WDS) Pada STMIK Lombok. Vol
1. No 1. STMIK LOMBOK. Lombok. page 42.
[3] Sejati, Kusuma, A, F. dkk 2012. Perancangan dan Analisis External
Wireless Roaming Pada Jaringan Hotspot Menggunakan Dua Jaringan
Mobile Broadband. ISBN 979-26-0255-0.
[4] Afdhal. Elnizar. 2014. IEEE 802.11ac sebagai Standar Pertama untuk
Gigabit Wireless LAN. Vol 11. No 1. Page 36-44.
[5] Jalaluddin, Ahmad Al Fuadi. 2015. Analisis dan Evaluasi Infrasturktur
Jaringan Nirkabel Berbasiskan Standart IEEE 802.11 (Studi Kasus di
Institut Pertanian Bogot). Skipsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[6] Windy, Antonius Purwanto. 2014. Analisis Wireless Roaming Pada
Jaringan Hotspot. Skipsi. Yogyakarta: Teknik Informatika Universitas
Santa Dharma.
[7] Purbo, Onno W. 2018. Internet-TCP/IP: Konsep dan Implementasi.
Yogyakarta: Andi Publisher.
[8] Perdana, Farras. 2017. CAPSMAN Mikrotik Wireless Controller. IDN.
[9] Towidjojo, Rendra, 2016. Konsep dan Impementasi Routing Dengan
Router Mikrotik. Jasakom.
[10] Zam, Elvy Zamidra. 2014. Cara Mudah Membuat Jaringan Wireless.PT.
Elex Media Komputindo.