Post on 02-Jan-2016
Tugas Kesehatan Lingkungan Pemukiman
Perkotaan
Disusun oleh :
1. Syafran Arrazy
2. Rudi Harto
3. Muhammad Rinaldy
4. Amrina Rosada
5. Sri Widyaningsih
6. Defi Andita
7. Ayudia
8. Dessy Anggraini
9. Dyta Novita Sari
10. Ellis Sepianessi
11. Rizka Isti Qomarya
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
Analisis Permasalahan Bencana Di Kota Palembang
Latar Belakang
Palembang terletak pada 2°59′27.99″ LS-104°45′24.24″ BT. Luas wilayah Kota
Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut.
Palembang beriklim tropis dengan angin lembab nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3
km/jam-4,5 km/jam. Suhu kota berkisar antara 23,4-31,7°C. Curah hujan per tahun berkisar
antara 2.000 mm-3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75-89% dengan rata-rata
penyinaran matahari 45%. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian kecil
wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi, yaitu pada bagian utara
kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim hujan daerah
tersebut tergenang. Tanah dataran tidak tergenang air: 49 %, tanah tergenang musiman: 15 %,
tanah tergenang terus menerus: 37 %. Keadaan topografi tanah ini merupakan salah satu
penyebab dasr mengapa banjir sering terjadi di Palembang.
Berdasarkan informasi yang diperoleh pada tahun 2010 dari Yulizar Dinoto, kepala
pelaksanan BNPB wilayah Sumsel, di Palembang, Jumat (5/11/2010), beberapa bencana yang
mungkin mengancam Palembang dan wilayah Sumsel lainnya adalah Banjir, Gempabumi,
Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem, Longsor, Kebakaran Hutan dan Lahan.
Sedangkan data dari Indeks Rawan Bencana (IRBI) provinsi Sumatera Selatan 2011,
Kota Palembang menduduki kelas rawan banjir tinggi dengan peringkat nasional 162.
Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Palembang, bahwa terdapat 44 titik
banjir, lokasi-lokasi tersebut diantaranya Ilir Timur I (16 titik banjir), Ilir Timur II (12 titik
banjir), Ilir Barat I(4 titik banjir), Kalidoni (3 titik banjir), Seberang Ulu II(2 titik banjir), dan
Sako (1 titik banjir).
Di Kota Palembang sendiri masalah yang sering dihadapi adalah permasalahan banjir.
- Permasalahan banjir di kota palembang kurang mendapatkan perhatian dari pihak yang
berwenang ini terbukti bahwa tidak ada dana yang dialokasikan khusus untuk penanganan
banjir.
- Anggaran di PU pengairan SUMSEL pada tahun ini hanya sedikit untuk normalisasi air
di kawasan Jakabaring, sedangkan untuk di daerah perkotaan di palembang tidak ada.
Permasalahan
Sebenarnya, masalah banjir di kota ini bukan karena semata-mata bencana yang
datang sendiri, melainkan penyebab sesungguhnya permasalahan ini adalah kebijakan atau
perizinan pemerintah yang merusak kelangsungan lingkungan hidup (LH). Selain itu, tidak
efektifnya drainase yang ada di kota ini termasuk kolam retensi. Minimnya ruang terbuka
hijau (RTH), alih fungsi rawa secara masif dan tidak efektifnya keberadaan drainase dan
kolam retensi serta sampah-sampah sehingga banjir permanen selalu terjadi. Ditambah lagi
dengan kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya yang
menambah deret panjang penyebab masalah banjir di Kota Palembang. Berikut akan
dijelaskan penyebab banjir yang terjadi di kota Palembang:
1. Berkurangnya fungsi kondisi fisik saluran air, diantaranya:
Sedimentasi, terutama diakibatkan oleh sampah.
Kapasitas saluran yang kurang memadai.
Fisik saluran yang kurang memadai.
Arah saluran ke pembuangan yang terlalu panjang dan berkelok-kelok.
2. Perubahan Tata Guna Lahan
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya lahan hijau atau rawa yang dialihfungsikan
menjadi tempat pemukiman, perkantoran, hotel, mal, atau ruko di daerah Kota
Palembang sehingga akhirnya itu perlahan-lahan malah mengikis atau mengurangi
daerah resapan air. Kasus seperti ini misalnya tampak di lingkungan warga Lorong
Pabrik Gelas, Kalidoni. Kawasan di sekitar tersebut yang awalnya adalah areal rawa,
tapi kemudian dialihfungsikan menjadi ruko. Akibatnya, ketika daerah tersebut
diguyur hujan, banjir pun bertandang akibat titik-titik yang mulanya menjadi resapan
air kini sudah mulai berkurang.
3. Kondisi Sosial dan Perilaku Masyarakat
Ini sangat berhubungan dengan perilaku masyarakat di wilayah DAS sungai. Tata cara
pembuangan sampah yang tidak benar mengakibatkan terganggunya sistim
pengaliran. Cukup banyak masyarakat baik sengaja maupun tidak sengaja
membangun bangunan yang menghambat lajunya pengaliran. Selain itu masyarakat
tidak menjaga kebersihan saluran air dari sampah-sampah secara berkala atau
kontinyu.
d. Gangguan Infrastruktur Lainnya
Banyaknya fasilitas baik milik pemerintah, swasta maupun masyarakat yang
mengurangi luas penampang saluran seperti pipa-pipa air di saluran drainase,
tertutupinya out let gorong-gorong kabel telepon, pipa PDAM, jaringan gas dan
listrik.
Saran
Untuk Pemkot Palembang segera tanggulangi dan atasi permasalahan banjir, dengan
cara memperhatikan berbagai aspek lingkungan hidup di perkotaan, perbaiki tata
pembangunan kota, perluas ruang terbuka hijau, lakukan konservasi rawa yang tersisa dan
benahi sistem drainase. Selain itu langkah pertama yang harus diambil oleh BNPB ( Badan
Nasional Penanggulangan Bencana) adalah antisipasi dan sosialisasi ke warga. Langkah tepat
tersebut dapat dilakukan mulai dari penyiapan sumber daya manusia dan logistik, yang bisa
dikerahkan kapan saja jika bencana terjadi terutama untuk wilayah-wilayah yang rawan
bencana alam.