Post on 16-Oct-2021
ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN FINANSIAL PERIKANAN BAGAN RAMBO DI PUSAT PELELANGAN IKAN
DESA WEWANGRIU KECAMATAN MALILI KABUPATEN LUWU TIMUR
SKRIPSI
IKHZAN FRENDI HARTONO L231 14 316
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN FINANSIAL PERIKANAN BAGAN
RAMBO DI PUSAT PELELANGAN IKAN DESA WEWANGRIU
KECAMATAN MALILI KABUPATEN LUWU TIMUR
Disusun dan Diajukan Oleh :
Ikhzan Frendi Hartono
L231 14 316
Menyetujui :
Tanggal Ujian: November 2018
Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Najamuddin, M.Sc
Nip. 196007011986011001
Pembimbing II
Ir. Mahfud Palo, M.Si
Nip. 196003121986011002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan
Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, M.Si
Nip. 19690605 199303 2 002
Ketua Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Mukti Zainuddin, S.Pi., M.Sc., Ph.D
Nip. 19710307 199702 1 002
ABSTRAK
Ikhzan Frendi Hartono. “Analisis Aspek Teknis dan Finansial Perikanan Bagan Rambo di Pusat Pelelangan Ikan Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur” Dibimbing oleh Najamuddin dan Mahfud Palo.
Penelitian ini bertujuan menganalisis aspek teknis dan finansial usaha perikanan tangkap bagan rambo yang ada di Pusat Pelelangan Ikan Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur. Penelitian dilakukan dengan metode sensus terhadap 4 unit bagan rambo di lokasi penelitian. Parameter yang diamati meliputi aspek teknis dan finansial. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bagan rambo memiliki konstruksi yang terdiri dari kapal pengantar, bagan, jaring, lampu, rangka, rumah bagan, serta alat bantu pendukung lainnya. Kapal dengan ukuran lebih besar dari 32 m tidak menggunakan bingkai jaring, diganti dengan tali ris dan pemberat. Pengoperasian bagan rambo dimulai dari tahap persiapan, setting, pemadaman lampu, Hauling, pengangkatan/penanganan hasil tangkapan dan kembali ke fishing base. Lama operasi penangkapan berkisar antara 12 - 14 jam per tripnya dengan produksi rata rata 265 kg - 345 kg per trip. Keuntungan usaha pada musim puncak berkisar Rp.364.243.929 - Rp.432.198.750, musim sedang berkisar Rp.179.671.964 - Rp.274.376.429 dan musim paceklik berkisar Rp.61.444.714 - Rp.91.234.714 dengan nilai R/C rasio > 1,1 setiap musimnya. Aspek teknis sangat mempengaruhi jumlah produksi penangkapan terutama pada intensitas penggunaan lampu, ukuran alat tangkap dan penentuan daerah penangkapan serta Usaha perikanan bagan rambo masih layak untuk dikembangkan.
Kata Kunci : Bagan Rambo, Aspek Teknis, Aspek Finansial, Luwu Timur
ABSTRACT
Ikhzan Frendi Hartono. "Analysis of Technical and Financial Aspects of Fisheries Large Lift Net on Fish Auction Center Wewangriu Village Malili sub-District East Luwu Regency" In by Najpamuddin and Mahfud Palo
This research have as a purpose to analyze the technical and financial
aspects of fisheries large lift net on Fish Auction Center Wewangriu Village Malili sub-District East Luwu Regenpcy. The research process is carried out by census method to 4 units large lift net at the sites. Parameters of this observation was included of technical and financial aspects. The results from the research showed large lift net has a construction consisting of towing boat, large lift nets, nets, lights, frameworks, the boat House, and other support tools. The measurements of the boat more than 32 meters and not using frame nets, replaced with slinker line and ballas.. Operation of large lift net start from preparation stage, setting, turn of lights, Hauling, lifting/handling of the catch and return to the fishing base. The duration of fishing operations between 12 to 14 hours and production average between 265 kg - 345 kg per trip. Business profits in peak season between Rp. 364 243 929 - Rp.432.198.750, the seasons were ranged Rp.179.671.964 - Rp.274.376.429 and famine range Rp.91.234.714 - Rp.61.444.714 up to the value of R/C ratio > 1.1 each season. Technical aspects greatly influence the amount of production, expectially on the intensity of the use of lights, the size fishing gear and the determination of fishing areas as well as large lift net business worth developed.
Keywords: Large Lift Net, Technical Aspects, Financials Aspects, East Luwu
RIWAYAT HIDUP
Ikhzan Frendi Hartono lahir di Luwu Timur, pada hari Selasa
tanggal 01 April 1997. Penulis merupakan anak bungsu dari
pasangan Misirun dan Musri. Pada tahun 2002 penulis
memasuki sekolah dasar di SDN 240 Podomoro dan lulus
pada tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan ke SMPN 3 Malili dan lulus pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN
1 Luwu Timur dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014
penulis melanjutkan pendidikan ke Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin melalui Jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun
2014. Penulis aktif dibeberapa organisasi seperti Unit Kegiatan Mahasiswa Mapala
Perikanan Greenfish Universitas Hasanuddin dan Himpunan Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Dalam rangka menyelesaikan pendidikan
dan merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan penulis
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Aspek Teknis dan Finansial
Perikanan Bagan Rambo di Pusat Pelelangan Ikan Desa Wewangriu Kecamatan
Malili Kabupaten Luwu Timur” yang dibimbing oleh bapak Prof. Dr. Ir. Najamuddin,
M.Sc dan bapak Ir. Mahfud Palo, M.Si.
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
pemilik segala kesempurnaan, memiliki segala ilmu dan kekuatan yang tak
terbatas, yang telah memberikan kami kekauatan, kesabaran, kertenangan dan
karunia selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam
tercurahkan kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW, nabi pembawa cahaya
ilmu pengetahuan yang terus berkembang hingga kita merasakan nikmatnya hidup
zaman ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Aspek
Teknis dan Finansial Perikanan Bagan Rambo di Pusat Pelelangan Ikan Desa
Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur yang merupakan salah
satu syarat dalam menyelesaikan studi Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya
Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Pada penelitian ini, hambatan dan rintangan yang dihadapi merupakan
proses yang menjadi kesan dan pendewasaan diri. Semua ini tentunya tidak lepas
dengan adanya kemauan yang kuat dalam hati dan kedekatan kepada Allah SWT.
Melalui kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan ucapan terkhusus
untuk kedua orang tua, Ayahanda Misirun dan Ibunda Musri tercinta yang telah
menjadi orang tua yang sangat sabar dalam menghadapi semua keluh kesah
penulis, serta telah memberikan dukungan, kasih sayang, perhatian dan doa yang
tiada batas karena telah menjadi penguat bagi penulis, penulis tidak mampu
melangkah sejauh ini tanpa bimbingan kedua orang tua tercinta. Semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepda keluarga.
Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof.
Dr. Ir. Najamuddin, M.Sc selaku pembimbing ketua dan Bapak Ir. Mahdud Palo,
M.Si selaku pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan waktu dan
tenaga dalam memimbing dan memberikan petunjuk dari awal penelitian hingga
selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. St. Ir. Aisyah Fahrum, M.Si selaku Dekan Fakultas ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc. selaku Ketua Departemen Perikanan
Fakultas ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Mukti Zainuddin, S.Pi, M.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas iImu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Dr. Ir. Andi Assir Marimba, M.Sc, Bapak Ir. Ilham Jaya, MM dan
Bapak Dr. Ir. Faisal Amir, M.Si selaku penguji yang telah memberikan
pengetahuan baru dan masukan saran dan kritik yang membangun.
5. Dosen dan Staf Dosen Fakultas ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin.
6. Pemilik Usaha Perikanan Bagan Rambo di Desa Wewangriu, terima kasih
atas bantuan dan keramahan kepada penulis selama proses pengambilan data
penelitian ini.
Ucapan terima kasih dan limpahan kasih sayang melalui skripsi ini penulis
sampaikan kepada mereka yang telah berperan serta dalam proses penelitian,
penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.
1. Untuk Kedua Kakak kandung Rumini, S.Pd dan Huang Tshitshi atas
segala dukungan, motivasi, dan semangat yang selalu diberikan selama
proses penyusunan skripsi ini.
2. Untuk Keluarga Besar Bapak Tawil dan Ibu ST Fatimah, SE atas segala
dukungan, motivasi, dan semangat yang selalu diberikan selama proses
penyusunan skripsi ini.
3. Untuk teman sedari SMA St Nurul Azizah Mualim atas segala dukungan,
bantuan dan semangat yang selalu diberikan selama proses penyusunan
skripsi ini.
4. Untuk teman seperjuangan Muh Fadhli Tawil dan Muchlis Muis terima kasih
atas segala bentuk dan dukungan, motivasi, semangat dan bantuan yang
diberikan penulis selama proses perkuliahan hingga proses penyelesaian
skripsi ini.
5. Untuk saudari Nurpaidah, S.pt dan Zarah Mawarni Agus, S.Pt atas segala
bentuk dukungan, motivasi, semangat dan bantuan yang diberikan kepada
penulis selama proses perkuliahan hingga proses penyelesaian skripsi ini.
6. Untuk saudari Novia Fitra Wati, SH atas segala bentuk dukungan, motivasi,
semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama proses
perkuliahan hingga proses penyelesaian skripsi ini.
7. Untuk teman seperjuangan Sari Multazam, S.Pi, Arwita Irawati, S.Pi
Hardianty Aksar, S.pi dan Andi Utami Batari, S.Pi atas segala bentuk
dukungan, motivasi, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis
selama penelitian hingga proses penyelesaian skripsi ini.
8. Untuk teman kkn Fajar Indrawan BZA, SH, Rafiqa Sukri, SH, Yulianti
Mangalik, Gretya Mayelan dan Rhya Febrianti, S.Ap atas segala bentuk
dukungan, motivasi, semangat dan bantuan yang diberikan penulis selama
proses perkuliahan hingga proses penyelesaian skripsi ini.
9. Untuk seluruh teman – teman KKN Gel 96 Kecamatan Suppa yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu terima kasih atas segala bentuk bantuan,
dukungan, dan semangat yang diberikan selama ini kepada penulis.
10. Untuk seluruh teman – teman seperjuangan PSP Angkatan 2014 yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih atas segala bentuk bantuan,
dukungan, dan semangat yang diberikan selama ini kepada penulis.
11. Untuk seluruh teman- teman angkatan Buntal 2014 (Tetraodon sp) terima
kasih atas dukungan, semangat yang selama ini diberikan kepada penulis.
12. Pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu, terima kasih semuanya.
Dengan kata pengantar ini, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan dan segala kritik serta saran membangun
sangat diharapkan dalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan terutama kepada penulis.
Makassar, 14 November 2018
Ikhzan Frendi Hartono
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ Xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Tujuan dan Kegunaan ............................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
A. Aspek Teknis ........................................................................................... 3 B. Deskripsi Alat Tangkap ........................................................................... 3 C. Teknologi Alat Bantu Penangkapan ........................................................ 8 D. Aspek Finansial ....................................................................................... 9
III. BAHAN DAN METODE ............................................................................... 13
A. Waktu dan Tempat ................................................................................ 13 B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 13 C. Metode Penelitian .................................................................................. 14 D. Parameter Pengamatan ........................................................................ 14 E. Analisis Data ......................................................................................... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 18
A. Aspek Teknis ........................................................................................... 18 B. Metode Pengoperasian ............................................................................ 36 C. Waktu, Lama Trip dan Musim Penangkapan ........................................... 40 D. Daerah Penangkapan .............................................................................. 41 E. Hasil Tangkapan ...................................................................................... 43 F. Aspek Finansial ....................................................................................... 49
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 64
A. Simpulan ................................................................................................. 64 B. Saran ....................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN ....................................................................................................... 67
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Alat dan bahan ..................................................................................... 13
2. Ukuran kapal pengantar bagan rambo di Desa Wewangriu Kecam- atan Malili Kabupaten Luwu Timur ....................................................... 19
3. Ukuran penopang bangunan bagan rambo di Desa Wewangriu Kecam- atan Malili Kabupaten Luwu Timur ....................................................... 20
4. Ukuran rangka bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur ........................................................................ 21
5. Jenis jenis hasil tangkapan bagan rambo ............................................ 43
6. Biaya investasi unit bagan rambo di Desa Wewangriu ........................ 50
7. Komponen biaya tetap unit bagan rambo di Desa Wewangriu Keca- matan Malili.......................................................................................... 51
8. Biaya variabel unit bagan rambo pada musim puncak (Januari – Maret) ................................................................................. 54
9. Biaya variabel unit bagan rambo pada musim sedang (Agustus – Desember) ........................................................................ 55
10. Biaya variabel unit bagan rambo pada musim paceklik (April – Juli) .... 56
11. Total penerimaan, total biaya dan keuntungan musim puncak (Januari – Maret) ................................................................................. 57
12. Total penerimaan, total biaya dan keuntungan musim sedang (Agustus – Desember) ......................................................................... 58
13. Total penerimaan, total biaya dan keuntungan musim paceklik (April – Juli) .......................................................................................... 59
14. R/C rasio bagan rambo musim puncak (Januari – Maret) ................... 60
15. R/C rasio bagan rambo musim sedang (Agustus – Desember) ............ 60
16. R/C rasio bagan rambo musim paceklik (April – Juli) ........................... 60
17. Pembagian hasil periode 1 (Januari – Juni) unit bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili ............................................................... 62
18. Pembagian hasil periode 2 (Juli – Desember) unit bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili ............................................................... 63
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Peta lokasi penelitian ........................................................................... 13
2. Bagan rambo yang beroperasi di Perairan Kecamatan Malili .............. 18
3. Rangka pada bagan rambo .................................................................. 22
4. Waring yang digunakan bagan rambo.................................................. 23
5. Rumah bagan rambo ........................................................................... 24
6. Roller jaring pada bagan rambo ........................................................... 26
7. Roller jangkar pada bagan rambo ........................................................ 26
8. Mesin roller jaring pada bagan rambo .................................................. 27
9. Mesin genset pada bagan rambo ........................................................ 28
10. (1)Mesin penggerak towing boat satu, (2) Mesin penggerak towing boat dua ................................................................................... 29
11. Mesin pompa air pada bagan rambo .................................................... 29
12. Lampu merkuri kuning 500 watt .......................................................... 31
13. Lampu merkuri kuning 1000 watt ......................................................... 31
14. Lampu merkuri putih 400 watt .............................................................. 32
15. Lampu sorot 500 watt .......................................................................... 32
16. Panel Saklar Lampu ............................................................................ 33
17. (1) Pemberat jaring, (2) Pemberat di ujung jaring pengganti bingkai pada bagan rambo .............................................................................. 34
18. Serok yang digunakan pada bagan rambo ........................................... 34
19. Gancu yang digunakan pada bagan rambo ......................................... 35
20. Basket plastik yang digunakan pada bagan rambo .............................. 35
21. Box styrofoam yang digunakan pada bagan rambo ............................. 36
22. Peta daerah penangkapan bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili ................................................................................. 42
23. Grafik produksi hasil tangkapan unit kapal 1 ........................................ 44
24. Grafik produksi hasil tangkapan unit kapal 2 ........................................ 45
25. Grafik produksi hasil tangkapan unit kapal 3 ........................................ 46
26. Grafik produksi hasil tangkapan unit kapal 4 ........................................ 47
27. Grafik gabungan produksi keseluruhan unit ......................................... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Sketsa bagan rambo (ukuran dan letak lampu) di Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur .............................................. 67
2. Foto kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama penelitian di unit bagan rambo Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur........ 69
3. Foto hasil tangkapan yang dominan pada bagan rambo di Desa Wew-
angriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur. ................................... 71
4. Titik koordinat penangkapan unit bagan rambo di desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur .............................................. 73
5. Biaya investasi dan penyusutan setiap unit bagan rambo di desa We-
wangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur ................................. 74 6. Biaya operasional setiap unit bagan rambo di Desa Wewangriu Keca-
matan Malili Kabupaten Luwu Timur berdasarkan musim ...................... 76 7. Biaya perawatan setiap unit bagan rambo di Desa Wewangriu Kecam-
atan Malili Kabupaten Luwu Timur berdasarkan musim ......................... 78 8. Upah harian setiap unit bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan
Malili Kabupaten Luwu Timur berdasarkan musim ................................. 82 9. Pendapatan total setiap unit bagan rambo di Desa Wewangriu Kecam-
atan Malili Kabupaten Luwu Timur berdasarkan musim ......................... 84
10. Rincian analisis keuntungan dan R/C rasio setiap unit bagan rambo di Desa We- wangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur berdasar- kan musim ............................................................................................. 85
11. Perhitungan sistem bagi hasil nelayan bagan rambo yang ada di Desa
Wewangriu Kecamatan Malili ................................................................ 87
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perairan yang
sangat luas yang mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang
bermacam-macam seperti perikanan. Keanekaragaman hayati terhadap
sumberdaya perikanan haruslah dimanfaatkan secara optimal dan lestari sehingga
dapat menjadi andalan pendapatan suatu daerah.
Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Luwu Timur cukup memadai
untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam dan luar daerah. Adapun potensi
perikanan tangkap yang dominan berasal dari jenis ikan pelagis kecil seperti
tembang, teri, kembung, dan lain lain. Lokasi perikanan tangkap tersebar di 4
(empat) kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Malili, Angkona, Wotu dan Burau
(Dinas Kelautan dan Perikanan LUTIM, 2018).
Bagan perahu (Boat lift net) adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan
dengan cara menurunkan jaring ke kolom perairan dan diangkat kembali setelah
banyak ikan di atasnya, dalam pengoperasiannya menggunakan perahu untuk
berpindah-pindah ke lokasi lainnya yang diperkirakan banyak ikannya (Subani,
1989). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan
pada usaha perikanan tangkap adalah mengusahakan agar unit usaha
penangkapan lebih produktif, yakni dengan jumlah hasil tangkapan yang optimal.
Selain itu unit penangkapan tersebut haruslah bersifat ekonomis, efisien dan
menggunakan teknologi yang sesuai dengan kondisi tempat serta tidak merusak
kelestarian sumberdaya perikanan. Kegiatan ini juga memerlukan investasi yang
tidak sedikit sehingga perlu adanya perencanaan supaya usaha tersebut tidak
mengalami kerugian.
2
Usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap bagan rambo merupakan
usaha yang potensial dengan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi yaitu
berupa ikan pelagis kecil yang memiliki harga jual tinggi, untuk itu diperlukan
Informasi mengenai modal, biaya biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi,
keuntungan dan kelayakan usaha penangkapan bagan rambo di Kecamatan Malili
Kabupaten Luwu Timur agar dapat menciptakan usaha yang berkelanjutan. Studi
aspek teknis dan finansial usaha perikanan sangat diperlukan karena ketidak
pastian usaha yang dipengaruhi oleh musim penangkapan. Penelitian ini mengkaji
aspek teknis dan finansial, pengkajian aspek teknis bertujuan untuk mengetahui
konstruksi bagan rambo , metode pengoperasian dan beberapa aspek teknis
lainya. Sedangkan aspek finansial dikaji untuk mengetahui tingkat keuntungan
usaha dan kelayakan usaha perikanan bagan rambo di wilayah tersebut.
B. Tujuan dan kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis aspek teknis dan finansial usaha
perikanan tangkap bagan rambo di Pusat Pelelangan Ikan Desa Wewangriu
Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur.
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
nelayan atau pemilik usaha perikanan tangkap bagan rambo di kecamatan Malili,
sebagai informasi untuk mengetahui kebutuhan kelayakan usaha, modal kerja dan
dapat mengetahui sejauh mana peluang bisnis kegiatan perikanan bagan rambo
di Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Aspek teknis
Monintja, dkk (1986) mengatakan bahwa aspek teknis dari suatu usaha
penangkapan yang perlu diperhatikan adalah jenis alat tangkap dan ukuranya,
jenis perahu/kapal (termasuk jenis penggerak yang digunakan), kualifikasi tenaga
kerja yang diperlukan, metode penangkapan, lama trip, jumlah trip per bulan,
jumlah trip per tahun, penangan hasil tangkapan selama operasi, daerah
penangkapan, waktu penangkapan, dan kualifikasi penangkapan dari unit yang di
usahakan.
1. Deskripsi alat tangkap
Bagan rambo diklasifikasikan dalam alat tangkap jaring angat (lift net).
Bagan rambo sering dioperasikan pada malam hari di perairan pantai. Alat
tangkap ini menggunakan cahaya lampu sebagai alat bantu untuk mengumpulkan
ikan. Bagan rambo di Sulawesi Selatan umumnya menggunakan jaring dengan
panjang 45 m dan lebar 45 meter (berbentuk persegi) dengan ukuran mata (mesh
size) 0.5 cm dan terbuat dari waring. Pada bagian tepi jaring terdapat tali ris yang
berfungsi untuk menguatkan tepi jaring sehingga tidak terbelit dan pada setiap tepi
jaring dilengkapi dengan tali yang berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat
jaring pada saat pengoperasianya (Sudirman dan Mallawa, 2012).
2. Konstruksi bagan rambo
Bagan rambo memiliki konstruksi yang berbeda dengan bagan perahu
biasa, komponen yang dimiliki bagan ini lebih kompleks dengan konstruksi yang
lebih kuat serta mempunyai ukuran yang lebih besar. Berikut adalah komponen
dari bagan rambo:
4
a. Perahu
Satu unit bagan rambo terdiri dari dua perahu yaitu perahu utama (main
boat) dan perahu pengantar. Perahu utama berfungsi untuk menopang bangunan
bagan salah satunya rangka. Perahu utama memiliki bentuk yang pipih
memanjang dengan bentuk haluan dan buritan sama. Sedangkan perahu
pengantar memiliki bentuk yang memanjang seperti perahu pada umumnya.
Perahu pengantar dilengkapi palka yang berfungsi untuk menyimpan hasil
tangkapan bagan rambo (Sudirman dan Nessa 2011).
Perahu pengantar merupakan perahu yang digunakan untuk menarik
bagan rambo dari fishing base ke fishing ground atau daerah penangkapan serta
memindahkan bagan rambo dari fishing ground yang satu ke fishing ground
lainnya. Perahu ini juga digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dari fishing
ground ke fishing base serta untuk membawa perlengkapan operasional dari
fishing base ke fishing ground atau sebaliknya (Sudirman dan Nessa 2011).
b. Rangka
Rangka merupakan tempat menggantungnya bingkai jaring dan jaring
selain itu rangka juga merupakan tempat untuk menggantungkan lampu bagan
rambo. Rangka bagan rambo ditahan dengan menggunakan dua tiang berbentuk
bulat yang berfungsi sebagai penyangga rangka bagan. Rangka juga dilengkapi
dengan kawat baja, panjang kawat baja tergantung jarak pada tiang. Penggunaan
kawat baja pada tiang berfungsi agar kedudukan rangka bagan lebih kuat, rata dan
stabil. Ukuran panjang dan lebar rangka berbeda beda untuk setiap bagan rambo
tergantung unit bagan rambo (Mallawa, 2012).
c. Jaring
Jaring pada bagan rambo terbuat dari bahan waring berwarna hitam
(Polypropylene) dengan mesh size 0.5 cm. Pada bagian tepi jaring dipasang tali
ris sebagai pinggiran jaring yang terbuat dari bahan polyethylen. Jaring bagan
5
rambo memiliki bentuk menyerupai kelambu terbalik. Ukuran jaring pada bagan
rambo tergantung ukuran dari unit penangkapannya (Sudirman dan Mallawa,
2012).
d. Roller
Berdasarkan fungsinya roller atau pemutar tali pada bagan rambo terdiri
dari 3 jenis yaitu : roller jangkar yang berfungsi menaikan dan menurunkan jangkar,
roller untuk kerangka jaring berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan jaring
pada saat hauling, dan roller pemberat untuk menahan bingkai jaring pada saat
arus air sangat kencang (Sudirman dan Mallawa, 2012).
e. Generator set (genset)
Genset atau generator set merupakan sumber energi listrik utama pada
bagan. Sumber energi listrik dari genset digunakan untuk menyalakan lampu pada
rangka dan rumah bagan. generator yang digunakan pada bagan perahu
berkekuatan 115PK (Assir dkk, 2017).
f. Lampu (pencahayaan)
Lampu merupakan komponen pada bagan rambo yang digunakan untuk
mengumpulkan ikan ke catchable area. Jenis lampu yang digunakan bagan rambo
cukup bervariasi namun yang sering dijumpai ialah lampu jenis merkuri. Peletakan
lampu pada bagan rambo terbagi menjadi tiga yaitu lampu bagian luar yang
berfungsi untuk menarik agar kawanan ikan mendatangi catchable area,
Penggunaan jumlah dan besar intensitas cahaya lampu ini juga berpengaruh
terhadap jumlah hasil tangkapan (Haruna, 2010)
g. Rumah Bagan
Rumah bagan merupakan bagunan yang terletak di main boat. Rumah
bagan berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat saklar dan panel lampu, genset
dan tempat peralatan serta perlengkapan operasional lainnya (Sudirman dan
Mallawa, 2012)..
6
3. Metode pengoperasian
Sudirman dan Nessa (2011) mengatakan pengoperasian bagan rambo
dibutuhkan 16-20 orang ABK yang dipimpin oleh seorang juragan laut atau disebut
dengan punggawa laut. Juragan laut bertanggung jawab penuh terhadap seluruh
operasi penangkapan ikan. Terdapat beberapa tahapan dalam pengoperasian
bagan rambo yaitu tahap persiapan, penurunan jaring (setting), pengangkatan
jaring (hauling) dan pengangkatan hasil tangkapan.
Persiapan operasi penangkapan bagan rambo dimulai dengan penentuan
fishing ground. Pada tahapan ini di persiapankan pula kebutuhan operasional apa
saja yang diperlukan untuk melakukan operasi penangkapan ikan misalnya bahan
bakar, bekal, dan es untuk penanganan hasil tangkapan. Untuk menuju fishing
ground nelayan bagan rambo menggunakan kapal pengantar (towing boat),
sebelum melakukan setting biasanya nelayan memperbaiki jaringnya terlebih
dahulu apabila ada kerusakan pada jaring (Ramadhan dan Wijayanto, 2016).
Penurunan jaring (setting) merupakan tahapan diturunkannya jaring
kedalam perairan. Sebelum dilakukan penurunan jaring terlebih dahulu dilakukan
proses pengikatan jaring pada bagian bingkai dan penyalaan lampu pada bagan
rambo. Setelah jaring diturunkan proses selanjutnya yaitu menunggu gerombolan
ikan berkumpul di cactable area (soaking). Waktu yang dibutuhkan untuk soaking
dan penyalaan lampu berbeda beda tergantung waktu hauling, musim dan kondisi
cuaca. Sebelum dilakukan proses pengangkatan jaring (hauling), dilakukan
pemadaman lampu secara berkala agar ikan semakin mendekati dan terfokus
pada catchable area. Proses pengangkatan jaring (hauling) dilakukan setelah
kapten kapal merasa sudah banyak ikan yang terkumpul di catchable area. Bingkai
jaring diangkat menggunakan bantuan roller dan harus dilakukan dengan cepat
7
agar ikan tidak memiliki kesempatan meloloskan diri. Umumnya waktu yang
dibutuhkan untuk penarikan jaring berkisar 10 menit (Mallawa, 2012)
Proses pengangkatan hasil tangkapan dimulai ketika bingkai jaring sudah
naik sampai di rangka bagan. Kemudian dilakukan penggiringan ikan kesalah satu
sisi kapal yang berfungsi sebagai kantong dan lampu dinyalakan kembali untuk
penerangan. Setelah ikan terkumpul dilakukan pengangkatan ikan ke atas kapal
menggunakan serok dan dilakukan penyortiran serta penanganan hasil tangkapan
(Sudirman dan Nessa, 2011).
4. Daerah dan musim penangkapan
Daerah penangkapan bagan rambo mulai dari perairan pantai sampai laut
dalam. Pada bulan gelap biasanya nelayan melakukan penangkapan di perairan
yang lebih dalam atau jauh dari pantai, sedangkan pada bulan seperempat
nelayan melakukan penangkapan pada perairan pantai. Kedalaman daerah
penangkapan bagan rambo tergantung panjang tali pengikat jaring biasanya
berkisar antara 20 – 50 meter. Dasar perairan berpasir atau pasir berlumpur dan
arus yang tidak terlalu kuat. Penggunaan bagan rambo oleh nelayan banyak
dijumpai diperairan Sulawesi Selatan (Mallawa, 2012).
Keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan sangat didukung oleh
pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan, sehingga dapat menciptakan
usaha penangkapan ikan yang efektif dan efisien. Suatu daerah perairan
dinamakan daerah penangkapan yang baik apabila memenuhi persyaratan yaitu
daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun, alat tangkap dapat
dijangkau oleh kapal ikan. Penentuan daerah penangkapan ikan oleh nelayan
biasanya hanya menggunakan insting serta informasi dari nelayan lain yang biasa
mengoperasikan alat tangkap yang sama. Kedalaman perairan mencapai 20 meter
hingga 32 meter (Ramadhan dkk, 2016).
8
Ikan yang menjadi target penangkapan bagan adalah jenis ikan pelagis
kecil yang memiliki sifat fototaksis positif atau jenis jenis ikan yang tertarik terhadap
cahaya. Kecenderungan ini disebabkan daya tembus cahaya pada saat
pengoperasian hanya berada di permukaan. Ikan yang tertangkap dengan alat
tagkap bagan perahu yaitu : selar (Trevallies), ikan tembang (Clupea sp), cumi-
cumi (Loligo sp), ikan kembung (Rastrelliger sp), Alu-alu dan ikan petek
(Leiognathus sp), dan lain lain. Selain ikan pelagis kecil terdapat juga jenis ikan
preador dan demersal yang sifatnya ikut tertangkap oleh bagan (Sani dkk, 2016).
Operasi penangkapan bagan rambo dilakukan pada saat gelombang laut
tidak tinggi sehingga musim penangkapan bergantung pada lokasi daerah
penangkapan ikan. Nelayan dipantai barat Sulawesi Selatan melakukan operasi
penangkapan pada musim timur yaitu bulan April – September setiap tahunnya,
sebaliknya nelayan di pantai timur Sulawesi Selatan melakukan penangkapannya
pada musim barat yaitu Oktober – Maret setiap tahunnya biasanya terjadi
pergerakan bagan rambo dari timur kebarat atau sebaliknya tergantung kondisi
meteorologi (Mallawa, 2012).
B. Teknologi alat bantu penangkapan
Teknologi alat bantu penangkapan merupakan teknologi yang digunakan
untuk membantu dalam proses penangkapan. Salah satu alat bantu yang sering
digunakan oleh nelayan bagan perahu di perairan indonesia yaitu rumpon.
Rumpon merupakan alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan
agar berkumpul dalam suatu catchable area. Penggunaan rumpon pada proses
penangkapan bagan perahu dapat meningkatkan hasil tangkapan (Mallawa,
2012).
Teknologi penangkapan ikan dengan bagan perahu menggunakan alat
bantu cahaya di kenal sebagai light fishing. Sumber cahaya yang digunakan ialah
9
lampu mercury, lampu neon dan lampu LED. Penggunaan cahaya dimaksudkan
untuk menarik dan mengkonsentrasikan kawanan ikan pada areal pencahayaan
dan catchable area bagan. Selain itu intensitas cahaya sangat menentukan
terhadap illuminasi cahaya yang masuk kedalam air. Prinsip penangkapan pada
alat tangkap bagan adalah dengan memanfaatkan tingkah laku ikan, yaitu respon
ikan terhadap cahaya terutama pada ikan-ikan yang bersifat fototaksis positif
(Haruna, 2010).
Seiring modernnya zaman bagan perahu juga menggunakan alat bantu
penangkapan seperti GPS dan teknologi hidroakustik untuk meningkatkan hasil
tangkapan. Kurnia dkk (2015) dalam penelitianya mengatakan Tingkat
produktivitas alat tangkap dan produksi hasil tangkapan bagan perahu mengalami
peningkatan dengan pemanfaatan teknologi hidroakustik. Dengan menggunakan
teknologi hidroakustik nelayan dapat mengetahui pola persebaran ikan sehingga
dapat membantu dalam penentuan waktu hauling.
C. Aspek finansial
Aspek finansial menyelidiki terutama perbandingan antara pengeluaran
dan penerimaan usaha, apakah usaha itu akan terjamin dananya yang diperlukan,
apakah usaha mampu membayar kembali dana tersebut, apakah usaha akan
berkembang sedemikian rupa sehingga finansial dapat berdiri sendiri
(Kadariah,1988).
Analisis finansial dilakukan untuk proyek proyek yang diprakarsai oleh
pihak swasta atau individual. Hal ini berbeda prinsip yang mendasar dengan
proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pihak swasta/individual bertujuan
untuk memperoleh keuntungan yang maksimum, sedangkan pihak pemerintah
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial secara agregat. Analisis
finansial dilihat dari sudut pandang badan usaha atau orang orang yang
10
menginvestasikan modalnya dalam keproyekan atau kepentingan langsung dalam
proyek (Pasaribu, 2005).
Usaha penangkapan ikan merupakan suatu usaha yang mempunyai tujuan
untuk mencari keuntungan/laba yang sebesar-besarnya. Keuntungan usaha hasil
perikanan diperoleh setelah penerimaan dari penjualan hasil tangkapan atau
produksi ikan dikurangi dengan total biaya dengan asumsi bahwa apabila hasilnya
tinggi maka penerimaannya akan tinggi dan keuntungannya juga semakin tinggi.
Selain besarnya penerimaan, keuntungan yang besar dapat juga diperoleh dengan
menekan biaya operasional yang dikeluarkan (Ningsih dkk, 2016).
Soekartawi (1995) menyatakan bahwa efisisensi usaha penangkapan
dtentukan dengan cara anatara lain mengukur produktivitas usaha dengan Benefit-
Cost Ratio. Benefit-Cost Ratio adalah perbandingan antara nilai sekarang dan
keuntungan dengan nilai sekarang dari biaya pada waktu yang sama. Berdasarkan
perhitungan B/C ratio, apabila didapatkan nilai B/C > 1 dapat diartikan bahwa
manfaat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan selama usaha ini
berlangsung atau usaha tersebut menguntungkan (secara ekonomis) dan
dikatakan layak untuk diteruskan. Sebaliknya bila B/C < 1 maka usaha tersebut
secara ekonomis dikatakan tidak menguntungkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
cara lain yang digunakan untuk mengukur produktivitas usaha yaitu dengan NPV
(Net Present Value) dan IRR (Internal Rate of return). Suatu usaha layak
dikembangkan apabila NPV positif dan nilai IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang digunakan.
Menurut Sugiarto dkk (2005) analisis usaha yang sederhana dapat
dilakukan dengan menggunakan formula Total Cost (TC), Total Revenue (TR) dan
keuntungan. Total cost adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam
menghasilkan output. Total revenue adalah jumlah penerimaan total suatu
perusahaan yang diperoleh dari besarnya tingkat produksi dikalikan dengan
11
tingkat harga. Keuntungan dapat diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan
total biaya yang dikeluarkan.
Analisis finansial untuk mengetahui kelayakan usaha undiscontinued factor
yaitu perhitungan tanpa menggunakan suku bunga. Analisis ekonomi adalah
keuntungan, Revenue Cost Ratio (R/C) dan Payback Period (PP). Revenue Cost
ratio (R/C) merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relatif suatu usaha
dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut (Efendi
dan Oktariza, 2006).
Variable Cost (biaya tidak tetap ) merupakan jenis biaya yang selalu
berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya
tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat
dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variable cost per
unit dikalikan dengan penjualan dalam unit (Poerwanto, 2014).
Fixed Cost (biaya tetap) merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak
terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu
(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu.
Contoh pada perikanan tangkap ialah: Mesin, Perahu, Alat Tangkap (Poerwanto,
2014).
Usaha perikanan laut maupun darat atas dasar perjanjian bagi hasil harus
diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari nelayan pemilik dan
nelayan penggarap serta pemilik tambak dan penggarap tambak yang
bersangkutan, hingga mereka masing-masing menerima bagian dari hasil usaha
itu sesuai dengan jasa yang diberikannya. Jika suatu usaha perikanan
diselenggarakan atas dasar perjanjian bagi hasil, maka dari hasil usaha itu kepada
pihak nelayan penggarap paling sedikit harus diberikan bagian sebagai berikut
(Hukumonline, 2018) :
12
1. jika dipergunakan perahu layar: minimum 75% (tujuh puluh lima perseratus)
dari hasil bersih;
2. jika dipergunakan kapal motor: minimum 40% (empat puluh perseratus) dari
hasil bersih.
beban-beban yang menjadi tanggungan bersama dari nelayan pemilik dan
pihak nelayan penggarap ialah ongkos lelang, uang rokok/jajan dan biaya
perbekalan untuk para nelayan penggarap selama di laut, biaya untuk sedekah
laut (selamatan bersama) serta iuran-iuran yang disahkan oleh Pemerintah
Daerah Tingkat II yang bersangkutan seperti untuk koperasi, dan pembangunan
perahu/kapal, dana kesejahteraan, dana kematian dan lain-lainnya. sedangkan
beban-beban yang menjadi tanggungan nelayan pemilik ialah ongkos
pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat-alat lain yang dipergunakan,
penyusutan dan biaya eksploitasi usaha penangkapan, seperti untuk pembelian
solar, minyak, es dan lain sebagainya (Hukumonline, 2018).
13
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu Mei sampai dengan Juli
2018 disekitar perairan Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur Sulawesi
Selatan.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
B. Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan
No Alat Dan Bahan Kegunaan
1 Unit Bagan Rambo Untuk menangkap ikan
2 Kamera Dokumentasi
3 Meteran Pengukuran kapal dan alat tangkap
4 Alat tulis menulis Pencatatan dan dokumentasi
5 Kuisioner Pengumpulan data
6 Microsoft Excel Pengolahan data
7 PC/Laptop Pengolahan data
14
C. Metode penelitian
Metode pengambilan data menggunakan metode sensus, wawancara,
studi pustaka, dan dokumentasi. Total unit penangkapan yang ada di lokasi
penelitian sebanyak 4 unit, sehingga pengambilan data dilakukan pada seluruh
unit penangkapan bagan rambo yang ada dilokasi. Pengumpulan data dilakukan
dengan turun langsung kelapangan, melakukan pengambilan data dan wawancara
langsung. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara nelayan dengan menggunakan kouisioner,
pengamatan langsung dan ikut serta dalam proses penangkapan. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari laporan dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Luwu
Timur.
D. Parameter pengamatan
1. Aspek teknis
Berikut adalah parameter yang diamati dalam aspek teknis :
a. Deskripsi Alat Tangkap
b. Dimensi Kapal (L, B dan D) jenis mesin yang digunakan dan jenis bahan
bakar yang digunakan.
c. Dimensi rangka bagan rambo.
d. Metode pengoperasian alat tangkap
e. Waktu, lama trip dan musim penangkapan (puncak, biasa dan paceklik).
f. Daerah penangkapan.
g. Hasil tangkapan
h. Alat bantu penangkapan.
2. Aspek finansial
Berikut adalah parameter yang diamati dalam aspek finansial :
a. Biaya investasi (modal) yang merupakan biaya yang ditanamkan dalam
memulai usaha.
15
b. Biaya tidak tetap (Variabel Cost), meliputi biaya operasional, biaya perawatan
dan upah ABK.
c. Keuntungan, merupakan besarnya keuntungan yang didapat setelah biaya
hasil penjualan ikan dikurangi selama setahun dikurangi total biaya tahunan.
d. Nilai R/C rasio.
E. Analisis data
1. Aspek teknis
Analisis teknis unit usaha bagan rambo didasarkan faktor teknis dan unit
usaha tersebut. Analisis teknis meliputi:
a. Deskripsi alat tangkap mendeskripsikan bahan yang digunakan, dimensi dan
ukuran kapal serta rangka bagan rambo, kapal pengantar, konstruksi alat
tangkap bagan rambo dan jumlah lampu serta daya lampu yang digunakan.
b. Jenis mesin yang digunakan, kekuatan mesin dan jenis bahan bakar yang
digunakan (Mesin kapal pengantar, mesin penggerak utama, mesin generator
dan mesin roller).
c. Metode pengoperasian alat tangkap, dianalisis secara deskriptif mulai dari
tahapan persiapan sampai proses pengoperasian bagan rambo.
d. Waktu, lama trip dan musim penangkapan (puncak, biasa dan paceklik)
e. Deskripsi daerah penangkapan bagan rambo.
f. Poduksi hasil tangkapan akan dianalisa secara deskriptif pada setiap operasi
penangkapan meliputi jumlah trip dan total hasil tangkapan serta disajikan
dalam bentuk grafik.
g. Alat bantu penangkapan yang digunakan pada proses pengoperasian bagan
rambo.
16
2. Aspek finansial
Pada aspek finansial data yang dianalisis meliputi biaya tetap/investasi
diantaranya biaya pembelian kapal, alat tangkap, mesin kapal dan alat-alat lain.
Biaya total meliputi biaya penyusutan, biaya perawatan, biaya perijinan, sedekah
laut, biaya operasional dan biaya tenaga kerja (permusim dan pertahun).
Penerimaan meliputi nilai produksi dari penjualan hasil tangkapan (permusim), dan
keuntungan diperoleh dari pengurangan penerimaan dengan biaya total..
Metode yang digunakan untuk mengukur aspek finansial penangkapan
adalah dengan menghitung nilai-nilai sebagai berikut:
a. Analisis R/C
Menurut Suratiyah (2015), R/C adalah perbandingan antara penerimaan
dengan biaya total yang diukur setiap musimnya.
R/C =𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑇𝑅)
Biaya Total (TC)
Dimana :
Revenue = Besarnya penerimaan yang diperoleh
Cost = Besarnya biaya yang dikeluarkan
Ada tiga kriteria dalam perhitungannya, yaitu:
Apabila R/C > 1 artinya usaha tersebut menguntungkan.
Apabila R/C = 1 artinya usaha tersebut impas.
Apabila R/C < 1 artinya usaha tersebut rugi
b. Analisis Keuntungan
Keuntungan usaha setiap musimnya diperoleh dengan menggunakan
persamaan yang dikemukakan oleh (Soekatawi, 1995)
K = PT – (BT+BV)
dimana :
K = Keuntungan yang diperoleh
17
PT = Pendapatan total
BT = Biaya tetap
BV = Biaya variabel
Pendapatan total diperoleh dari harga penjualan hasil tangkapan setisp
musim, sedangkan biaya total merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan,
baik biaya tetap maupun biaya variabel.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Aspek teknis
1. Deskripsi Alat tangkap
Bagan rambo diklasifikasikan sebagai jaring angkat (lift net).
Pengoperasian bagan rambo dilakukan pada malam hari pada perairan dengan
kedalaman 30 - 50 m. Bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili terdiri
dari dua bagian yaitu kapal pengantar/towing boat dan bagan. Konstruksi bagan
rambo terdiri dari kapal pengantar, bagan rambo, jaring, rangka, rumah bagan dan
beberapa alat bantu yang memudahkan pengoperasian. Jaring yang digunakan
berukuran 29 – 38 m2 berbahankan waring dengan mesh size 0.5 cm. Bagan
rambo menggunakan lampu sebagai alat bantu utama untuk mengumpulkan ikan.
Alat tangkap ini terdiri dari dua kapal yaitu kapal utama yang berfungsi sebagai
penopang rangka bagan dan kapal pengantar yang berfungsi menarik bagan
rambo untuk berpindah lokasi serta untuk mengangkut hasil tangkapan. Pada
bagian tepi jaring terdapat tali ris yang berfungsi untuk menguatkan tepi jaring
serta terdapat 14 batu sebagai pemberat. Pada setiap pemberat terdapat tadi yang
terhubung langsung dengan roller untuk mempermudah proses pengangkatan dan
penurunan jaring.
Gambar 2. Bagan rambo yang beroperasi di Perairan Kecamatan Malili
19
a. Kapal pengantar
Kapal pengantar atau biasa disebut towing boat berfungsi sebagai alat
transportasi nelayan untuk pergi ke fishing ground serta mengangkut hasil
tangkapan. Selain itu kapal pengantar berfungsi untuk menarik bagan rambo dari
lokasi yang satu ke lokasi yang lain. Kapal ini dilengkapi dengan 2 propeler dan 2
mesin penggerak. Kapal pengantar memiliki ukuran yang hampir sama setiap
unitnya. Kapal pengantar tidak memiliki palka tertutup, hanya lambung kapal yang
di jadikan tempat penyimpanan hasil tangkapan. Kapal pengantar terbuat dari kayu
besi yang bisa bertahan hingga 7 tahun. Ukuran kapal pengantar yang digunakan
bagan rambo dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ukuran kapal pengantar bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
No Unit Kapal Panjang (L) Lebar (B) Tinggi (D)
1 Perak 17 1.8 1.3
2 Tolaraya 18 1.7 1.3
3 Sumber Kehidupan 18 2 1.5
4 Jembatan Rezki 17 2 1.3
Pada Tabel 2 dapat dilihat ukuran dari kapal pengantar yang di gunakan
pada bagan rambo di Desa Wewangriu. Unit kapal 3 (sumber kehidupan) memiliki
ukuran yang paling besar yaitu panjang 18 m, lebar 2 m dan tinggi 1.5 m. Ukuran
kapal pengantar umunya disesuaikan dengan ukuran dan tinggi bagan rambo. Hal
tersebut dilakukan untuk mengurangi resiko terbenturnya kapal pengantar dengan
rangka bagan. Untuk lebih jelasnya, sketsa unit bagan rambo dapat dilihat pada
Lampiran 1.
b. Bagan rambo
Bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili terdiri dari penopang
bangunan bagan (perahu utama), rangka bagan, jaring, rumah bagan dan
beberapa alat bantu lainnya. Bangunan penopang berfungsi sebagai tempat
20
rangka bagan serta bangunan lainnya dengan ukuran panjang berkisar antara 25
- 32 m, lebar berkisar antara 2,5 - 3 m dan tinggi 3 - 4 m. Bagan rambo memiliki
palka yang terletak tepat dibawah rumah bagan. Ukuran penopang bangunan
bagan tergantung pada ukuran rangka bagan. Penopang ini terbuat dari bahan
kayu besi dan bisa bertahan hingga 25 tahun selama dilakukan perawatan fisik
setiap tahunnya. Berikut adalah ukuran penopang bangunan bagan (perahu
utama) bagan rambo yang berada di Desa Wewangriu Kecamatan Malili
Tabel 3. Ukuran penopang bangunan bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
No Unit Kapal Panjang (L) Lebar (B) Tinggi (D)
1 Perak 31 3.6 4
2 Tolaraya 32 3.8 4
3 Sumber Kehidupan 32 4 5
4 Jembatan Rezki 25 3 3.5
Pada Tabel 3 dapat dilihat ukuran bangunan penopang bangunan bagan
rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili. Unit kapal 3 memiliki ukuran paling
besar yaitu panjang 32 m, lebar 4 m dan tinggi 4,5 m untuk naik ke kapal ini
dibutuhkan tangga tidak seperti bagan lainnya. Ukuran bangunan penopang bagan
terkecil berada pada unit kapal 4 dengan ukuran panjang 25 m, lebar 3 m, dan
tinggi 3,5 m. Semakin besar ukuran bangunan penopang bagan maka semakin
besar pula rangka yang di topangnya. Ukuran penopang bangunan bagan yang
ada dilokasi penelitian relatif lebih besar apabila dibandingkan dengan bagan
rambo yang berada di Kabupaten Barru dengan panjang 29 m, lebar 2,53 m dan
tinggi 2,4 m (Sudirman dan Nessa 2011). Berikut adalah bagian bagian dari bagan
rambo:
1) Rangka
Rangka bagan rambo yang berada di Desa Wewangriu terdiri dari
susunan balok kayu dan ditopang oleh perahu bagan. Pada rangka bagan rambo
21
terdapat sepasang balok yang melintang dari haluan hingga buritan yang berfungsi
sebagai pijakan dan tempat menggantung jaring ketika proses hauling, selain itu
rangka juga merupakan tempat menggantungkan lampu bagan dan tempat
dudukan roller serta kegiatan lainnya. Ukuran rangka dari setiap unit bagan rambo
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Ukuran Rangka Bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
No Unit Kapal Panjang (L) Lebar (B)
1 Perak 33 32
2 Tolaraya 34 33
3 Sumber Kehidupan 34 33
4 Jembatan Rezki 27 26
Bagan rambo di Desa Wewangiu memiliki ukuran rangka dengan panjang
27 – 34 m dan lebar 26 – 33 m. Ukuran rangka umunya mempunyai selisih 1 hingga
2 m dengan panjang bangunan penopang bagan rambo. Dari keempat unit kapal
diatas, kapal 2 dan 3 memiliki ukuran terbesar yaitu panjang 34 m dan lebar 33 m.
Bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili memiliki ukuran yang relatif
besar apabila dibandingkan dengan bagan rambo yang ada di Perairan Sinjai dan
Perairan Kabupaten Luwu. Menurut hasil penelitian Hardiansyah (2017) bagan
rambo di Perairan Kabupaten Luwu memiliki ukuran panjang 33 m dan lebar 30 m.
kemudian menurut hasil penelitian Nursam (2013) bagan rambo di Perairan
Kabupaten Sinjai memiliki ukuran panjang 26 m dan lebar 26 m. Rangka bagan
rambo diperkuat dengan menggunakan tali kawat yang terhubung langsung
dengan 2 buah tiang yang ada pada bangunan penopang bagan. Selain untuk
memperkuat, kawat juga berfungsi agar bagan rambo dapat seimbang.
22
Gambar 3. Rangka pada bagan rambo
Pada rangka bagan terdapat semacam bale bale yang berjumlah 2 buah.
Salah satu bale bale tersebut berfungsi sebagai dapur tempat memasak ABK,
sedangkan yang lainnya berfungsi sebagai tempat istirahat atau tempat menaruh
ikan sebelum diturunkan kekapal pengantar. Bale bale ini memiliki ukuran panjang
5 m dan lebar 3 m.
2) Jaring
Jaring yang digunakan oleh nelayan bagan rambo di Desa Wewangiu
Kecamatan Malili seperti jaring yang digunakan bagan pada umumnya yaitu
berbahankan waring berwarna hitam (Polypropylene) dengan mesh size 0.5cm
(Gambar 4). Waring dijahit dan disatukan menjadi satu menggunakan benang
katrol. Nelayan di Desa Wewangriu tidak menggunakan bingkai jaring. Bingkai
jaring diganti menggunakan pemberat yang dibungkus waring yang terhubung
langsung dengan roller dan disambungkan dengan tali ris pada setiap ujung
jaring.Tali ris yang digunakan berbahan polyetihlen no 16 dan pemberat yang
digunakan ialah batu. Ukuran jaring yang digunakan nelayan di Desa Wewangiriu
berkisar antara 29 – 38 m2.
23
Gambar 4. Waring yang digunakan pada bagan rambo
Bingkai jaring berfungsi untuk membuat jaring membentuk kerangka dan
terbuka pada saat operasi penangkapan (Sudirman dan Nessa, 2011).
Penggunaan bingkai jaring dianggap kurang efektif oleh nelayan bagan rambo di
Desa Wewangriu. Hal tersebut dikarenakan bingkai jaring mudah rusak ketika di
terjang arus kuat. Sehingga digunakan pemberat batu dan tali ris sebagai
pengganti bingkai untuk membuat jaring berbentuk kerangka serta terbuka pada
saat berada di dalam perairan. Bagan rambo yang ada di Perairan Kabupaten luwu
masih menggunakan bingkai yang di ikat ke tepi jaring menggunakan tali ris
(Hardiansyah, 2017).
3) Rumah bagan
Rumah bagan merupakan tempat yang digunakan ABK untuk istirahat.
Selain itu rumah bagan juga berfungsi sebagai tempat genset, saklar lampu dan
peralatan lainnya. Terdapat pula fasilitas hiburan didalam rumah bagan seperti
televisi dan speaker (Gambar 5).
24
Gambar 5. Rumah bagan rambo
c. Anak Buah Kapal (ABK)
Bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili memiliki jumlah ABK 8
– 11 orang. Unit kapal 1, 2 dan 3 dioperasikan oleh 11 orang sedangkan unit kapal
4 dioperasikan oleh 8 orang, banyaknya ABK tergantung ukuran dari bagan rambo.
Pada satu unit bagan rambo terdapat 1 kapten (pawang), 1 operator towing boat
dan sisanya adalah sawi biasa. Kapten atau pawang bertanggung jawab penuh
terhadap seluruh operasi penangkapan ikan mulai dari penentuan lokasi fishing
ground hingga menentukan waktu setting dan hauling. Tugas lain dari seorang
pawang yaitu mengatur pencahayaan lampu, memberikan isyarat sebelum
melakukan hauling dan mengawasi bagian kelistrikan (lampu dan genset).
Kemudian operator towing boat bertugas untuk mengoperasikan (menyetir) kapal
serta menjaga kebersihan kapal pengantar. Sedangkan sawi biasa merupakan
sawi yang tidak mempunyai kewajiban tambahan selain menjadi buruh kerja
bagan. Jumlah ABK diatas tentu relatif lebih banyak dibandingkan ABK yang
bertugas pada unit bagan rambo yang ada di perairan Sinjai yang hanya 8 orang
dengan ukuran bagan panjang 26 m dan lebar 26 m (Nursam, 2013).
2. Deskripsi Alat bantu penangkapan
Jenis alat bantu yang digunakan pada alat tangkap dipengaruhi oleh ikan
yang menjadi tujuan tangkapannya dan metode pengoperasiannya. Alat tangkap
yang ditujukan untuk menangkap ikan pelagis kecil umumnya menggunakan
25
cahaya dan rumpon sebagai alat bantu penangkapan. Sesuai fungsinya lampu dan
rumpon digunakan untuk mengumpulkan ikan (Mallawa, 2012). Pada saat
penelitian nelayan bagan rambo hanya menggunakan alat bantu cahaya (lampu)
untuk mengumpulkan ikan. Sebelumnya nelayan bagan rambo di Desa Wewangriu
pernah menggunakan rumpon. Namun karena maraknya pencurian hasil
tangkapan rumpon maka nelayan tidak menggunakan rumpon lagi. Selain lampu
nelayan menggunakan beberapa alat bantu guna mempermudah dalam proses
penangkapan, baik dalam penangkapan ikan dan pengumpulan ikan. Adapun jenis
alat bantu yang digunakan pada unit bagan rambo di Kecamatan Malili adalah
sebagai berikut:
a. Roller
Roller jaring terletak dibagian haluan bagan, roller ini terbuat dari bahan
kayu ulin atau kayu besi bundar dengan diameter 30 - 40 cm serta memiliki
panjang 31 - 34 m (Gambar 6). Nelayan memodifikasi as roda dengan gardan
penggerak mobil agar roller dapat digerakan oleh mesin. Keberhasilan
penangkapan dengan menggunakan bagan rambo sangat tergantung pada
kecepatan pengangkatan jaring ke permukaan air saat hauling. Untuk itu
digunakan roller agar proses pengangkatan jaring lebih mudah dan cepat.
Menurut Sulaiman 2015, bagan perahu/rambo menggunakan 4 buah roller
diantaranya adalah roller bingkai jaring, roller jangkar, roller waring dan roller arus
yang setiap roller memiliki fungsi berbeda. Berbeda dengan yang dikemukakan
oleh Sulaiman (2015), nelayan bagan rambo di Desa Wewangriu hanya
menggunakan 2 jenis roller yaitu roller jangkar dan roller jaring. Apabila arus kuat
nelayan hanya mengendorkan tali jangkar yang bertujuan agar jaring tetap lurus
apabila sedang hauling.
26
Gambar 6. Roller jaring pada bagan rambo
Roller kedua yaitu roller jangkar, roller ini berfungsi untuk mempermudah
dalam proses menurunkan dan menaikkan jangkar. Roller jangkar memiliki
panjang 3 - 4 m berbahankan kayu ulin atau kayu besi dengan diameter 30 - 40cm
dan terletak dibagian haluan kapal (Gambar 7). Roller jangkar tidak menggunakan
mesin, hanya diputar secara manual (tenaga manusia) dibutuhkan minimal 4 orang
untuk memutar roller ini.
Gambar 7. Roller jangkar pada bagan rambo
b. Mesin
1) Mesin roller
Sebelum menggunakan mesin, roller jaring diputar secara manual oleh 8-10
orang dalam sekali penarikan. Roller jaring bagan rambo yang ada di Desa
Wewangriu ditarik menggunakan marine engine dengan tenaga 24 PK – 29 PK
(Gambar 8). Mesin roller biasa diletakan didalam rumah bagan, namun ada pula
27
yang meletakannya di bagian luar. Mesin menyalurkan tenaganya melalui belt
(pambel) yang terhubung langsung ke gardan penggerak roller. Dalam sekali
operasi mesin roller membutuhkan 5 liter solar atau lebih tergantung jumlah
hauling. Penggunaan mesin roller sangat memudahkan nelayan bagan rambo
dalam proses pengangkatan maupun penurunan jaring. Teknologi alat bantu ini
sudah diterapkan sejak tahun 2015 oleh nelayan di Desa Wewangriu. Mesin bisa
bertahan sekitar 7 - 10 tahun.
Gambar 8. Mesin roller jaring pada bagan rambo
2) Generator set (genset)
Besar kekuatan listrik yang dibutuhkan tergantung daya dan jumlah lampu
yang digunakan dalam satu unit bagan. Bagan rambo di Desa Wewangriu
umumnya menggunakan marine engine Yanmar 3000 TF untuk mesin genset.
Daya yang dihasilkan oleh mesin tersebut ialah 30 DK atau setara 29,8 PK.
(gambar 9). Solar yang dibutuhkan mesin ini dalam sekali operasi berkisar antara
30-35 liter per malam. Mesin genset diletakan didalam rumah bagan. Mesin ini
dapat digunakan selama 5-7 tahun.
28
Gambar 9. Mesin genset pada bagan rambo
3) Mesin penggerak kapal pengantar/towing boat
Untuk memindahkan bagan rambo ke satu fishing ground ke fishing ground
lainnya bagan rambo tentunya diperlukan tenaga yang besar dan efisien. Oleh
karena itu nelayan bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili umumnya
memodifikasi mesin mobil mitsubishi colt 120 PS (Gambar 10). Dari ke empat unit
bagan rambo hanya unit kapal 4 menggunakan marine engine. Selain digunakan
sebagai penarik bagan rambo towing boat juga digunakan untuk mengangkut hasil
tangkapan dan mengantar jemput ABK serta keperluan operasi penangkapan
(Sudirman dan Nessa, 2011). Mesin yang digunakan berjumlah dua buah dan
masing masing mesin memiliki propeler, sehingga tenaga yang dihasilkan oleh
kedua mesin tersebut ialah 240 PK. Tenaga besar yang dihasilkan oleh dua buah
mesin tersebut dapat mempercepat dalam proses penarikan mengingat ukuran
bagan rambo yang besar. Selain itu tenaga besar tersebut memungkinkan nelayan
untuk mencari daerah penangkapan yang jauh. Solar atau bahan bakar yang
dibutuhkan dalam sekali operasi berkisar antara 35-50 liter tergantung jarak yang
ditempuh dalam sekali operasi. Masa pakai mesin ini berkisar antara 8-10 tahun
tergantung perawatan dan frekuensi pemakaiannya.
29
Gambar 10. (1) Mesin penggerak kapal pengantar 1, (2) Mesin pen- ggerak kapal pengantar 2.
4) Mesin pompa air
Mesin pompa sangat dibutuhkan bagan rambo untuk menguras air yang
masuk di dalam lambung kapal. Nelayan menggunakan pompa air karena pada
siang hari genset tidak menyala. Sehingga untuk menghemat biaya nelayan
menggunakan mesin pompa yang menghasilkan tenaga 3 PK (Gambar 11) untuk
menguras air pada bangunan penopang bagan. Selain menggunakan mesin
pompa bensin adapula bagan rambo yang menggunakan mesin pompa listrik.
Gambar 11. Mesin pompa air pada bagan rambo
c. Lampu
Prinsip pengoperasian bagan rambo ialah memanfaatkan sifat ketertarikan
ikan terhadap cahaya sehingga digunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan
bagan rambo yang berfungsi mengundang ikan untuk berkumpul di catchable area
bagan rambo. Jenis lampu yang digunakan nelayan bagan rambo di Kecamatan
Malili umunya lampu mercury. Dari 4 unit sampel hanya satu unit bagan rambo
1 2
30
yang menggunakan lampu berjenis LED. Sulaiman (2015) mengatakan bahwa
lampu LED mempunyai pancaran sinar yang lebih baik jika dibandingkan dengan
lampu merkuri. Lampu merkuri mempunyai sebaran yang lebih kearah horizontal
dan vertikal sedangkan LED mempunyai sebaran cahaya yang lebih banyak
kearah vertikal dalam arti lain cahaya lampu LED lebih menembus perairan
daripada lampu merkuri. Namun nelayan lebih menganggap lampu merkuri tetap
efektif dalam proses penangkapan ikan.
Selain menggunakan lampu berwarna kuning dan putih terdapat pula unit
kapal yang menggunakan lampu merkuri berwarna hijau 1500 watt. Lampu hijau
memiliki fungsi yang sama dengan lampu kuning, yaitu untuk mengundang ikan
yang jauh untuk datang di catchable area bagan. Nelayan beranggapan bahwa
dengan cahaya berwarna hijau ikan lebih cepat terkumpul. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2016) bahwa ikan pelagis kecil
lebih responsif terhadap cahaya lampu hijau karena berdasarkan habitatnya, ikan
tersebut telah teradaptasi dengan warna cahaya hijau.
Bagan rambo di Desa Wewangriu memiliki daya lampu yang berbeda beda
setiap unitnya. Daya yang dimiliki setiap unit bagan rambo berkisar antara 11 840
watt hingga 24 600 watt. Jumlah daya yang dimiliki unit kapal 1 ialah 23 600 watt
(2 buah lampu merkuri hijau 1500 watt, 2 buah lampu merkuri kuning 1000 watt, 8
buah lampu merkuri kuning 500 watt, 34 buah lampu merkuri putih 400 watt, 2
buah lampu sorot 500 watt). Daya lampu unit kapal 2 ialah 21 100 watt (4 buah
lampu merkuri kuning 1000 watt, 5 buah lampu merkuri kuning 500 watt, 34 buah
lampu merkuri putih 400 watt, 2 buah lampu sorot 500 watt). Daya lampu terbesar
dimiliki Unit kapal 3 dengan total daya 24 600 watt (8 buah lampu merkuri kuning
1000 watt, 4 buah lampu merkuri kuning 500 watt, 2 buah lampu sorot 500 watt,
34 buah lampu merkuri putih 400 watt). Sedangkan daya terkecil dimiliki oleh unit
31
kapal 4 yaitu sebesar 11 840 watt (16 buah LED putih 40 watt, 2 buah lampu sorot
500 watt, 28 buah lampu merkuri putih 400 watt).
Lampu merkuri kuning 500 watt (Gambar 12) dan 1000 watt (Gambar 13)
umumnya terletak pada bagian luar haluan dan buritan serta pada dua buah tiang
kapal, kemudian lampu merkuri putih 400 watt (Gambar 14) terletak pada bagian
bawah rangka bagan dan lampu sorot 500 watt (Gambar 15) terletak di samping
kanan kiri kapal utama untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Masing
masing lampu memilki terafo tersendiri, sehingga jumlah terafo yang dibutuhkan
tergantung jumlah lampu yang digunakan.
Gambar 12. Lampu merkuri kuning 500 watt
Gambar 13. Lampu merkuri kuning 1000 watt
32
Gambar 14. Lampu merkuri putih 400 watt
Gambar 15. Lampu fokus 500 watt
Setiap lampu yang berada di bagan rambo memiliki fungsi yang berbeda.
Seperti lampu kuning bagian luar, lampu ini berfungsi untuk menarik ikan yang
jauh agar mendekat ke catchable area bagan rambo. Kemudian lampu putih di
bawah rangka dimaksudkan agar ikan yang datang berkumpul disekitaran rangka
bagan rambo, dan lampu fokus berfungsi untuk memusatkan ikan kebagian
samping kanan dan kiri bawah kapal utama (Nurlindah, 2017). Untuk
mempermudah dalam proses pemadaman dan penyalaan lampu, nelayan
menempatkan saklar lampu dalam satu buah panel. Setiap lampu memiliki saklar
masing masing yang disusun sesuai urutan lampu di rangka bagan rambo.
33
Gambar 16. Panel saklar lampu
d. Pemberat
Pemberat yang terdapat pada bagan rambo di Kecamatan Malili terbuat
dari batu yang dibungkus waring dan diikat oleh tali polyethilen. Dari 4 sampel yang
berada dilokasi penelitian terdapat 3 unit penangkapan menggunakan pemberat
dan tali ris pada ujung jaring sebagai pengganti bingkai. Sedangkan satu unit lagi
masih menggunakan bingkai jaring. Nelayan bagan rambo di Kecamatan Malili
beranggapan bahwa penggunaan bingkai bambu/kayu kurang efektif karena
mudah pecah apabila di terpa arus kuat. Pemberat dan tali ris diujung jaring
dianggap mempermudah dalam proses penarikan jaring serta mengurangi
kemungkinan ikan lari dari catchable area bagan ketika proses hauling
berlangsung. Untuk menjaga agar jaring terbentang sempurna pada saat
menaikan dan menurunkan jaring nelayan menggunakan 4 buah pemberat batu
yang memiliki ukuran setengah dari pemberat di ujung jaring (Gambar 17 (1)).
Empat buah pemberat tersebut diletakan pada sisi kanan kiri bagian haluan dan
buritan serta ditarik keatas apabila ujung jaring sudah naik keatas permukaan.
Jumlah pemberat di ujung jaring yang terhubung langsung dengan roller ialah 14
buah masing masing 8 buah dibagian haluan serta buritan bagan dan 6 buah di
samping kanan serta kiri bagan rambo (Gambar 17 (2)).
34
Gambar 17. (1) Pemberat jaring, (2) Pemberat di ujung jaring pengganti bingkai
e. Serok dan gancu
Serok merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengangkat hasil
tangkapan keatas kapal. Serok terdiri dari waring yang dijahit menyerupai kantong
dan kayu/bambu dengan panjang 3 meter (Gambar 18). Pada ujung serok juga di
ikatkan tali yang berfungsi mempermudah pengangkatan. Pengangkatan serok
umunya dilakukan oleh 3-4 orang.
Gambar 18. Serok yang digunakan pada bagan rambo
Bagan rambo di Kecamatan Malili sering menangkap ikan baracuda atau
tenggiri, sehingga diperlukan gancu untuk mengangkat ikan tersebut keatas kapal
(Gambar 19). Selain itu gancu juga berfungsi untuk menarik bagian ujung jaring
keatas apabila jaring yang naik pada saat hauling tidak sempurna.
1 2
35
Gambar 19. Gancu yang digunakan pada bagan rambo
f. Basket plastik dan styrofoam
Basket plastik digunakan untuk mempermudah proses penyortiran dan
membersihkan hasil tangkapan. Jumlah basket yang dimiliki satu unit bagan
rambo di Kecamatan Malili berkisar antara 25 - 30 basket plastik (Gambar 20).
Basket plastik juga merupakan wadah sementara hasil tangkapan sebelum di
masukan kedalam styrofoam. Basket plastik digunakan untuk mempermudah
dalam proses pengangkatan hasil tangkapan ke atas kapal pengantar. Sedangkan
Styrofoam berfungsi sebagai tempat penyimpanan es dan hasil tangkapan
(Gambar 21). Styrofoam akan membuat pencairan es melambat sehingga dapat
membuat ikan tetap segar saat tiba di tempat pelelangan ikan. Jumlah styrofoam
pada satu unit bagan rambo berkisar 40-60 buah styrofoam yang disimpan dipalka
tepat dibawah rumah bagan.
Gambar 20. Basket plastik yang digunakan pada bagan rambo
36
Gambar 21. Box styrofoam yang digunakan pada bagan rambo
B. Metode pengoperasian
Satu unit bagan rambo dioperasikan oleh 11 ABK yang terdiri dari 9 sawi,
1 operator towing boat, dan 1 kapten atau pawang. Bagan rambo naik kedaratan
hanya 5 bulan sekali atau 2 kali dalam setahun. Kapten atau pawang bertanggung
jawab penuh terhadap seluruh operasi penangkapan ikan mulai dari penentuan
lokasi fishing ground hingga menentukan waktu setting dan hauling. Tugas lain
dari seorang pawang yaitu mengatur pencahayaan lampu, memberikan isyarat
sebelum melakukan hauling dan mengawasi bagian kelistrikan (lampu dan
genset). Kemudian operator towing boat bertugas untuk mengoperasikan
(menyetir) kapal serta menjaga kebersihan kapal pengantar.
Proses penangkapan ikan pada bagan rambo dimulai dengan terlebih
menentukan fishing ground terlebih dahulu. Nelayan bagan rambo menentukan
fishing ground dengan melihat hasil tangkapan nelayan lain pada malam
sebelumnya (Saputra, 2017). Hal yang dikemukakan oleh Saputra (2017) sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh nelayan bagan rambo di Desa Wewangriu dalam
menentukan lokasi penangkapan. Operasi penangkapan pada bagan rambo
dimulai pada saat matahari tenggelam atau sekitar pukul 18.20 WITA. Apabila
bagan rambo tidak berpindah lokasi penangkapan, setting dilakukan oleh 3 sawi
yang bertugas menjaga bagan rambo. Nelayan bagan rambo menggunakan kapal
37
pengantar untuk ke lokasi penangkapan serta untuk mengangkut hasil tangkapan
menuju tempat pelelangan ikan. Dalam pengoperasian bagan rambo terdapat
beberapa tahap sebagai berikut:
a. Persiapan Operasi
Sebelum melakukan kegiatan melaut biasanya nelayan melakukan
persiapan keberangkatan seperti pemeriksaan pada semua elemen kapal
pengantar dan unit bagan rambo. Pemeriksaan kapal pengantar dilakukan oleh
operator yang bertanggung jawab penuh terhadap kebersihan dan mesin kapal
pengantar, sedangkan untuk unit bagan rambo pemeriksaan dilakukan oleh 3
orang sawi yang bertugas menjaga bagan rambo. Selain mempersiapkan alat
tangkap, nelayan juga mempersiapkan perbekalan, air, es dan bahan bakar.
Adapun perbekalan yang dibawa setiap hari adalah air tawar, solar, es
balok, bahan makanan dan rokok. Perbekalan yang disiapkan untuk beberapa hari
misalnya beras dan perbekalan lainnya. Persiapan biasa mulai dilakukan pada
pukul 10.00-17.00 WITA. Nelayan mempersiapkan air dan solar pada pada pukul
10.00 dan mempersiapkan perbekalan serta es sekitar 1 jam sebelum berangkat
ke fishing ground.
Setelah nelayan selesai mempersiapkan kebutuhan operasi penangkapan,
nelayan pun berangkat ke fishing ground dengan menggunakan kapal
pengantar/towing boat. Apabila bagan rambo akan di pindahkan nelayan
berangkat dari fishing base pada pukul 16.00 WITA dan berangkat pukul 17.30
WITA apabila tidak berpindah lokasi penangkapan. Waktu keberangkatan nelayan
juga tergantung jarak yang ditempuh untuk mencapai fishing ground. Jarak lokasi
penangkapan antara bagan satu dengan lainya tidak begitu jauh.
Waktu yang dibutuhkan nelayan untuk sampai ke fishing ground berkisar
antara 1-2 jam. Setelah tiba di fishing ground nelayan menaikan perbekan air, dan
bahan bakar ke atas bagan rambo melalui bagian buritan kapal. Setelah selesai
38
menaikkan perbekalan, nelayan bersiap untuk menarik bagan rambo dengan
menarik jangkar dan mempersiapkan tali yang digunakan untuk menarik. Setelah
proses penarikan selesai nelayan mengikatkan kapal pengantar di bagian buritan
bagan. Persiapan yang dilakukan sebelum penurunan jaring ialah pengecekan
jaring dan pengecekan kembali lampu.
b. Setting
Setelah pemeriksaan jaring dan lampu selesai, nelayan mulai melepas
jaring yang di ikatkan pada rangka dan mulai menurunkan jaring dengan
menggunakan mesin roller serta menyalakan lampu. Jaring diturunkan pada
kedalam 30-50 meter. Agar jaring terbentang sempurna nelayan menurunkan 4
buah pemberat batu yang berada pada haluan dan buritan bagan. Waktu yang
dibutuhkan dalam proses ini berkisar antara 10-15 menit. Apabila bagan tidak
berpindah lokasi penangkapan setting dilakukan pada pukul 18.20 oleh sawi
penjaga sebelum nelayan yang lain tiba. Selama proses setting berlangsung
nelayan melakukan kegiatan seperti memancing, makan malam dan istirahat.
Sementara itu ada 3 orang nelayan yang bertugas menjaga jaring dan jangkar.
Lama proses perendaman jaring (soaking) berkisar antara 3 - 4 jam. Nelayan juga
biasa melakukan kegiatan perbaikan lampu yang mati pada saat setting.
c. Proses pemadaman lampu
Sebelum jaring diangkat, terlebih dahulu dilakukan pemadaman lampu
yang dilakukan secara bertahap dan menyisakan lampu fokus/sorot pada kedua
sisi bangunan penopang bagan. Lampu dipadamkan secara bertahap bertujuan
agar ikan yang telah terkumpul tidak terkejut dan tetap didalam catchable area
bagan rambo serta cenderung mendekati cahaya lampu fokus. Sehingga dapat
memperkecil kemungkinan lolosnya ikan pada saat penarikan jaring.
Lampu pertama yang dimatikan ialah lampu yang berada pada bagian luar
rangka dan lampu tiang yang berfungsi menarik ikan yang jauh agar mendekati
39
sumber cahaya atau catchable area bagan rambo. Lama pemadaman lampu
tersebut berkisar 3-5 menit. Pemadaman lampu juga dilakukan pada lampu
dibawah rangka mulai dari bagian luar hingga menyisakan lampu fokus, waktu
yang dibutuhkan kurang lebih 10-15 menit.
d. Hauling
Hauling dilakukan setelah pawang melihat secara visual kawanan ikan
yang berada pada bagian bawah kapal utama, jika ikan sudah terfokus pawang
akan memberikan isyarat pada sawi lainnya bahwa jaring akan ditarik. Tahap
selanjutnya adalah pemutaran roller untuk menarik atau mengangkat jaring keatas.
Pada saat penarikan jaring, jangkar juga dikendorkan agar ujung jaring berada
tepat dibawah rangka. Pada saat penarikan masing masing sawi menjaga tali roller
yang terhubung langsung dengan pemberat untuk memastikan ujung jaring naik
dengan sempurna. Roller diputar menggunakan mesin yang memudahkan operasi
penangkapan ikan. Waktu yang dibutuhkan untuk menarik ujung jaring sampa ke
rangka tergantung kecepatan arus dan kedalaman jaring diturunkan, lama
penarikan jaring umunya berkisar antara 10-15 menit. Setelah ujung jaring naik di
rangka bagan, lampu mulai dinyalakan kembali, namun hanya bagian buritan saja.
Hal tersebut dilakukan agar ikan terfokus ke bagian buritan kapal.
e. Pengangkatan dan penanganan hasil tangkapan
Setelah lampu dinyalakan kembali, nelayan mulai menggiring ikan
kebagian buritan kapal dengan cara menarik dan mengikatkan jaring ke rangka
bagan. diperlukan 9-10 orang dalam proses penggiringan ini, kemudian ikan di
giring kesalah satu sisi bagan yang ada diburitan dekat dengan geladak kapal.
Setelah ikan terkumpul, ikan dinaikkan di atas geladak kapal menggunakan serok.
Waktu yang dibutuhkan pada tahap ini berkisar antara 10-15 menit. Setelah ikan
di naikkan, jaring diturunkan dan semua lampu dinyalakan kembali (setting 2).
40
Setelah semua hasil tangkapan naik di atas bagan, ikan disortir sesuai
jenisnya. Hasil penyortiran dimasukkan kedalam basket yang terbuat dari bahan
plastik. Setelah selesai disortir, ikan yang berada pada basket dibawa turun ke
kapal pengantar untuk dimasukkan kedalam styrofoam dan dilakukan penanganan
khusus yaitu pembersihan serta pemberian es. Tujuan dilakukan pengesan agar
ikan tersebut tidak mengalami pembusukan. Lama penyortiran dan penanganan
hasil tangkapan tergantung pada jumlah hasil tangkapan berkisar antara 15 - 25
menit. Untuk hauling terakhir atau hauling sebelum kembali ke fishing base ikan
langsung dinaikkan ke kapal pengantar, kemudian penyortiran dan pengesan
dilakukan selama perjalanan menuju fishing base.
f. Kembali ke fishing base
Hauling terakhir biasanya dilakukan pada jam 05.00 WITA (subuh), hasil
tangkapan langsung dinaikkan dan disortir di atas kapal pengantar. Sementara itu
nelayan yang tidak bertugas menjaga bagan bersiap untuk kembali ke fishing
base. Selama perjalanan nelayan melakukan penyortiran dan penanganan hasil
tangkapan. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke fishing base lebih cepat
karena kapal pengantar di pacu dengan kecepatan tinggi. Hal ini dilakukan agar
nelayan cepat tiba di tempat pelelangan ikan untuk menjual hasil tangkapannya.
Setelah tiba di tempat pelelangan ikan dijual sesuai jenis dan dijual perbox.
Sementara pawang melakukan transaksi, nelayan yang lain membersihkan kapal,
styrofoam dan basket yang digunakan. Nelayan mengambil solar setelah selesai
melakukan transaksi di tempat pelelangan. Setelah mengambil solar nelayan
kembali ke fishing base dan mengikatkan kapal pengantar kekayu atau kapal lain.
C. Waktu, lama trip dan musim penangkapan
Bagan rambo merupakan alat tangkap yang dioperasikan malam hari, hal
ini dikarenakan alat bantu utama bagan rambo ialah lampu. Nelayan bagan rambo
41
di desa Wewangriu memulai kegiatan operasi penangkapan pukul 16.30 sampai
08.30 WITA. Jadi lama nelayan melakukan kegiatan penangkapan setiap kali trip
terhitung mulai berangkat dari fishing base ke fishing ground hingga kembali ke
fishing base berkisar antara 12-14 jam.
Menurut hasil penelitian Gaffar (2015), dari analisis musim penangkapan
ikan menggunakan metode rata rata dengan data kuartal, didapatkan bahwa ikan
teri di perairan Teluk Bone dapat ditangkap sepanjang tahun. Nelayan bagan
rambo di Desa Wewangriu mengenal 3 musim berdasarkan jumlah hasil
tangkapan yaitu musim puncak yang terjadi pada bulan Januari hingga maret
dengan frekuensi meluat sebanyak 27 trip per bulan, musim sedang terjadi pada
bulan Agustus hingga Desember dengan frekuensi melaut sebanyak 26 trip per
bulan dan musim paceklik terjadi pada bulan April hingga Juli dengan frekuensi
melaut sebanyak 25 trip perbulanya. Setiap 5 bulan sekali nelayan bagan rambo
menaikkan alat tangkapanya ke fishing base, hal ini biasa dilakukan pada musim
sedang bulan Desember dan paceklik bulan Juni.
D. Daerah penangkapan
Daerah penangkapan bagan rambo mulai dari perairan pantai sampai laut
dalam. Pada bulan gelap biasanya nelayan melakukan penangkapan di perairan
yang lebih dalam atau jauh dari pantai, sedangkan pada bulan seperempat
nelayan melakukan penangkapan pada perairan pantai. Kedalaman daerah
penangkapan bagan rambo tergantung panjang tali pengikat jaring biasanya
berkisar antara 20 – 50 meter. Dasar perairan berpasir atau pasir berlumpur dan
arus yang tidak terlalu kuat. Penggunaan bagan rambo oleh nelayan banyak
dijumpai diperairan Sulawesi Selatan (Mallawa, 2012).
Selama penelitian nelayan bagan rambo di Desa Wewangriu melakukan
operasi penangkapan di sekitaran Pulau Bulupoloe yang berjarak 3 - 4 mil dari
42
fishing base (terutama pada musim paceklik). Nelayan menentukan daerah
penangkapan ikan menggunakan pengamatan visual serta pengalaman melaut
seperti tangkapan malam sebelumnya dan tangkapan bagan rambo yang lain.
pada musim puncak dan sedang nelayan biasanya menangkap ke perairan Tolala
Sulawesi Tenggara bahkan biasanya sampai ke perairan Palopo. Daerah
penangkapan bagan rambo selama dilakukan penelitian dapat dilihat pada
Gambar 22..
Gambar 22. Peta daerah penangkapan bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili
Dapat dilihat pada Gambar 22 nelayan bagan rambo melakukan kegiatan
operasi penangkapan di sekitaran Pulau Bulupoloe dan cenderung memiliki jarak
yang berdekatan satu sama lainnya. Selama penelitian posisi daerah
penangkapan berkisar antara 1200 59' 25" LS - 1200 56' 14" LS dan -20 47' 11" BT
hingga -20 48' 06" BT. Jarak terdekat ialah berkisar antara 2-3 mil dari fishing base.
Keberhasilan operasi penangkapan bagan rambo sangat dipengaruhi oleh kondisi
oseanografi seperti arus. Apabila arus perairan cepat maka jaring tidak bisa
terbentang sempurna sehingga kemungkinan ikan lolos lebih besar. Selain itu
bulan terang juga mempengaruhi keberhasilan operasi penangkapan. Apabila
bulan terang ikan tidak bisa terfokus di bagan rambo dan lebih cenderung tersebar.
43
Namun nelayan bagan rambo di Desa Wewangriu tetap melakukan operasi
penangkapan pada saat bulan terang. Sesuai yang dikemukakan oleh Saputra
(2017), apabila hasil tangkapan yang didapatkan banyak, pawang atau kapten
kapal tidak memindahkan bagan atau berada pada titik tersebut selama 2-3 hari.
sebaliknya apabila hasil tangkapan kurang, bagan dipindahkan ke titik tangkapan
lain.
E. Hasil tangkapan
Dalam kegiatan operasi penangkapan ikan setiap alat tangkap mempunyai
jenis ikan tangkapan yang berbeda beda. Berdasarkan hasil observasi selama
penelitian, ikan yang tertangkap pada bagan rambo ialah ikan Kembung
Perempuan (Rastrelliger brachysoma), Teri (Stolephorus sp), Tembang
(Sardinella sp), Peperek (Leighanthus equulus), Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta), Barakuda (Sphyraena barracuda), Selar Kuning (Selaroides
leptolepis) dan Kerung kerung (Therapon theraps). Dari 8 jenis hasil tangkapan di
atas, ikan yang dominan tertangkap selama dilakukan penelitian ialah ikan teri,
tembang, peperek , dan kembung perempuan. Berikut adalah jenis dan nama
ilmiah ikan yang tertangkap di bagan rambo selama dilakukan penelitian (Tabel 5).
Tabel 5. Jenis - jenis hasil tangkapan bagan rambo
No Nama Indonesia Nama Lokal Nama Ilmiah Nama
Internasional
1 Tembang Tembang Sardinella sp Fringerscale sardinella
2 Teri Lure Stolephorus sp Anchovies
3 Peperek Pete’ Leighanthus equulus Ponyfish
4 Kembung Perempuan
Carede Rastrelliger brachysoma
Shor Mackerel
5 Kerung kerung Kerung Kerung
Therapon theraps Largescaled terapon
6 Selar Kuning Katombo Selaroides leptolepis Yellowstripe scad trevally
7 Barakuda Dolo Dolo Sphyraena barracuda Pickhandle barracuda
8 Kembung Lelaki Banyara Rastrelliger kanagurta Indian mackerel 9 dan Tangkapan Lainnya
44
Menurut nelayan, sedikitnya jenis tangkapan ini disebabkan karena sedang
terjadi musim paceklik. Nelayan hanya menangkap di lokasi yang dekat dari fishing
base dengan jarak 2 – 3 mil dan dapat ditempuh selama 1-2 jam. Selain karena
sedang berlangsung musim paceklik, kurang bervariasinya jenis tangkapan juga
dikarenakan sudah rusaknya kondisi perairan yang disebabkan oleh alat tangkap
yang tidak ramah lingkungan (trawl dan cantrang). Berikut adalah grafik yang
menunjukan jumlah produksi dari bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan
Malili per unitnya selama 30 trip.
Gambar 23. Grafik produksi hasil tangkapan unit kapal 1
Pada Gambar 23 dapat dilihat produksi penangkapan unit kapal 1. Dimana
terjadi fluktuasi jumlah hasil tangkapan dari trip ke 1 hingga ke trip 30. Total
produksi hasil tangkapan selama 30 trip sebanyak 9.500 kg dengan produksi rata
rata 317 kg per tripnya. Produksi tertinggi terdapat pada trip ke 3 sebanyak 1.160
kg (Tembang 160 kg, Teri 1000 kg). Pada trip ke 3 terjadi peningkatan drastis dari
trip sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi perairan pada saat itu cukup baik
selain itu, Trip ke 3 berada pada fase bulan terang ke gelap sepenuhnya yaitu
pada tanggal 29 Sya’ban 1439 hijriah. Produksi terendah terdapat pada trip ke 24
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Has
il Ta
ngk
apan
(K
g)
Trip Penangkapan
45
sebesar 140 kg (Tembang 40 kg, Teri 100 kg), kemudian pada trip ke 4 - 30
Produksi hasil tangkapan setiap unitnya di bawah 500 kg.
Gambar 24. Grafik produksi hasil tangkapan unit kapal 2
Pada Gambar 24 dapat dilihat produksi penangkapan unit kapal 2. Dimana
terjadi fluktuasi jumlah hasil tangkapan dari trip ke 1 hingga ke trip 30. Total
produksi selama 30 trip sebanyak 9.310 kg dengan Produksi rata rata hasil
tangkapan 310 kg per tripnya. Produksi tertinggi sebanyak 880 kg (Tembang 280
kg, Teri 400 kg) pada trip ke 4. Di karenakan pada trip sebelumnya (trip ke 3)
produksi unit ini rendah dari unit kapal lainnya, nelayan memindahkan bagan
rambo ke daerah penangkapan lain atau mendekat kedaerah penangkapan kapal
lainya. Trip ke 4 dilakukan tepat pada saat bulan gelap sempurna yaitu pada
tanggal 30 Sya’ban 1439 hijriah. Produksi terendah terjadi pada trip ke 25 dan 29
dengan hasil tangkapan sebanyak 140 kg (Tembang 40 kg, Teri 100 kg).
Rendahnya hasil tangkapan pada trip ke 29 disebabkan karena rusaknya genset.
Sehingga unit kapal 2 hanya melakukan hauling sebanyak satu kali.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Has
il Ta
ngk
apan
(K
g)
Trip Penangkapan
46
Gambar 25. Grafik Produksi Hasil Tangkapan Unit Kapal 3
Pada Gambar 25 dapat dilihat produksi penangkapan unit kapal 3. Dimana
terjadi fluktuasi jumlah hasil tangkapan dari trip ke 1 hingga ke trip 30. Total
produksi selama 30 trip sebanyak 10.360 kg dengan produksi rata rata 345 kg per
tripnya. Produksi tertinggi terdapat pada trip ke 3 yaitu sebanyak 1.110 kg
(Tembang 160 kg, Teri 950 kg). Pada trip ke 3 terjadi peningkatan drastis dari trip
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi perairan pada saat itu cukup baik
selain itu, Trip ke 3 berada pada fase bulan terang ke gelap sepenuhnya yaitu
pada tanggal 29 Sya’ban 1439 hijriah. Pada trip ke 3 unit kapal ini berada pada
daerah penangkapan yang tidak begitu jauh dengan unit kapal 1. Produksi pada
trip selanjutnya (trip 4 hingga 30) berada dibawah 500 kg. Pada trip ke 17 dan 18
produksi unit ini mengalami peningkatan, dimana terjadi kondisi yang sama
dengan trip ke 3. Produksi terendah terdapat pada trip ke 23 dan 30 yaitu sebanyak
130 kg (Tembang 80 kg, Teri 40 kg). Diantara 3 kapal lainnya unit kapal ini memilki
jumlah produksi terbanyak.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Has
il Ta
ngk
apan
(K
g)
Trip Penangkapan
47
Gambar 26. Grafik Produksi Unit Kapal 4
Pada Gambar 26 dapat dilihat produksi penangkapan unit kapal 4. Dimana
terjadi fluktuasi jumlah hasil tangkapan dari trip ke 1 hingga ke trip 30. Total
produksi selama 30 trip sebanyak 7.950 kg dengan produksi rata rata 265 kg per
tripnya. Berbeda dengan unit kapal lainnya, produksi unit kapal 4 cenderung
rendah dengan hasil tangkapan tidak lebih dari 500 kg. Produksi tertinggi terdapat
pada trip ke 3 ,5 dan 10 yaitu sebanyak 410 kg. Trip 3 dan 10 (Tembang 160 kg,
Teri 250 kg) dan trip ke 5 (Tembang 120 kg, Teri 250 kg, Peperek 40 kg). kemudian
produksi terendah terdapat pada pada trip ke 29 yaitu sebanyak 90 kg (Tembang
40 kg, Teri 50 kg). Selama dilakukan penelitian, unit kapal 4 hanya menangkap di
perairan dengan jarak 2 – 3 mil dari fishing base. Mengingat kondisi cuaca yang
kurang bagus dan ukuran dari kapal itu sendiri. Selain itu unit kapal ini memiliki
ukuran yang terkecil dan daya yang digunakan cukup kecil dibandingkan unit kapal
lainnya.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Has
il Ta
ngk
apan
(kg
)
Trip Penangkapan
48
Gambar 27. Grafik gabungan produksi kesuluhan unit kapal
Pada Gambar 27 dapat dilihat produksi semua unit penangkapan bagan
rambo selama 30 trip. Dari ke 4 unit kapal, kapal 3 memiliki produksi terbanyak
10.360 kg dengan rata rata produksi sebesar 345 kg per trip, kemudian di ikuti
kapal 1 dan 2 sebanyak 9.500 dan 9.310 kg dengan rata rata produksi 317 kg dan
310 kg per trip. Produksi terendah terdapat pada unit kapal 4 yaitu sebesar 7.950
kg dengan rata rata produksi sebesar 275 kg per tripnya. Produksi rata rata per
trip dari ke 4 unit kapal diatas relatif cukup besar apabila dibandingkan dengan
produksi bagan rambo di perairan sinjai yang memiliki produksi rata rata 127 kg
per tripnya dengan total daya lampu merkuri sebesar 11 300 watt (Nursam, 2013).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) nelayan bagan perahu yang
beroperasi di perairan kepulauan Selayar memiliki produksi rata rata 673 kg per
tripnya, namun hal tersebut terjadi di musim barat (puncak).
Peningkatan yang drastis terjadi di setiap unit penangkapan pada trip ke 3
dengan total produksi 410 – 1.160 kg dan pada trip ke 4 terjadi pula peningkatan
produksi, namun hanya pada unit kapal 2 saja. Kemudian pada trip ke 5 - 30
Produksi hasil tangkapan setiap unitnya di bawah 500 kg. Pada trip 17 dan 18
terjadi kenaikan produksi pada unit kapal 3 dengan hasil tangkapan di atas 600 kg.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Has
il Ta
ngk
apan
(K
g)
Trip Penangkapan
Series1 Series2 Series3 Series4Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3 Kapal 4
49
Penangkapan ikan pada trip ke 1 – 21 dilakukan di bulan Mei hingga awal Juni dan
trip ke 22- 30 dilakukan pada bulan Juli.
Peningkatan dan penurunan produksi penangkapan di pengaruh oleh
faktor oceanografi, pengaruh fase bulan dan kondisi cuaca pada saat dilakukan
operasi penangkapan. Pada kondisi cuaca buruk beberapa nelayan tidak mau
mengambil resiko untuk menangkap dengan jarak yang jauh. Secara teknis unit
kapal 3 merupakan unit yang memiliki daya lampu dan ukuran paling besar
diantara unit kapal lainnya. Sedangkan, unit kapal 4 merupakan unit yang memiliki
daya lampu dan ukuran paling kecil diantara lainnya. Selain itu pengalaman dalam
menentukan daerah penangkapan dapat juga mempengaruhi jumlah prokuksi
hasil tangkapan. Kenaikan produksi hasil tangkapan terjadi pada trip ke 3 di setiap
unit bagan rambo. Kenaikan produksi dipengaruhi oleh kondisi perairan yang baik
serta berada pada fase bulan terang ke gelap sepenuhnya yaitu pada tanggal 29
Sya’ban 1439 hijriah walaupun kondisi cuaca pada saat itu cukup buruk.
Peningkatan drastis hanya terjadi pada unit kapal 1 dan 3, dimana kedua kapal
tersebut memiliki daerah penangkapan yang jauh dari yang lainnya. Pada trip
selanjutnya atau trip ke 4 semua nelayan yang berada di perairan tersebut
mendekat ke daerah penangkapan unit kapal 1 dan 3 yang memiliki produksi
tertinggi pada malam sebelumnya. Pada trip ke 4 peningkatan hasil tangkapan
hanya terjadi pada unit kapal 2 dan terjadi penurunan produksi pada unit kapal
lainnya.
F. Aspek finansial
1. Biaya investasi
Biaya investasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh biaya
yang ditanamkan dalam pembuatan kapal atau pembelian kapal, alat tangkap,
mesin serta peralatan lainnya. besarnya investasi sangat dipengaruhi oleh
besarnya skala usaha serta teknologi yang digunakan. Semakin besar skala usaha
50
dan teknologi yang digunakan maka semakin besar pula investasi yang
ditanamkan. Nilai investasi tiap unit bagan rambo yang berada di Desa Wewangriu
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Biaya investasi unit bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili
No Investasi Biaya Investasi (Rp)
Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3 Kapal 4
1 Bagan Rambo 470.000.000 450.000.000
450.000.000
350.000.000
2 Jaring 24.000.000 27.000.000 27.000.000 22.800.000
3 Mesin Genset 38.000.000 38.000.000 38.000.000 38.000.000
4 Mesin Roller 7.000.000 7.000.000 38.000.000 10.000.000
5 Tali PE no 16 7.800.000 6.500.000 7.800.000 6.500.000
6 Lampu 1500 watt
8.500.000 - - -
7 Lampu 1000 watt
5.800.000 11.600.000 23.200.000 -
8 Lampu 500 watt
4.560.000 2.280.000 2.280.000 -
9 Lampu Fokus 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
10 Lampu LED 40 watt
- - - 8.000.000
11 Lampu 400 watt
14.280.000 14.280.000 14.280.000 11.760.000
12 styrofoam 3.000.000 4.000.000 4.000.000 2.500.000
Basket plastik 500.000 500.000 500.000 500.000
13 Jergen 1.300.000 1.500.000 1.500.000 900.000
14 Mesin Kapal pengantar
96.000.000 68.000.000 76.000.000 48.000.000
15 tali Jangkar 15.000.000 26.000.000 26.000.000 15.000.000
16 Kapal Pengantar
39.000.000 37.000.000 35.000.000 30.000.000
Jumlah 735.740.000 694.660.000 744.560.000 544.960.000
51
Pada Tabel 6 dapat dilihat besarnya biaya investasi yang dibutuhkan per
unit bagan rambo. Biaya investasi berkisar antara Rp. 544.960.000 hingga Rp.
744.560.000. investasi yang dibutuhkan untuk satu unit bagan rambo relatif besar
dibandingkan dengan usaha bagan perahu (bagan pete pete) di perairan
Kabupaten Barru Sulawesi Selatan yang hanya Rp. 300.985.400 per unitnya
(Sulaiman, 2015). Tingginya nilai investasi ini dikarenakan besarnya skala usaha
unit penangkapan ini serta teknologi yang digunakan Biaya investasi tertinggi
terdapat pada unit 3 dan biaya investasi terendah pada unit 4. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Biaya tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak tergantung dari besar
kecilnya output yang diperoleh atau biaya yang tetap dikeluarkan walapun tidak
dilakukan produksi. Usaha perikanan bagan rambo di Desa Wewangriu
Kecamatan Malili memiliki komponen biaya tetap yang terdiri dari penyusutan,
perizinan dan biaya retibusi. Dari ketiga komponen tersebut biaya penyusutan
memiliki jumlah paling besar diantara biaya lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 7 besaran dari setiap komponen biaya tetap.
Tabel 7. Komponen biaya tetap unit bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili
Pada Tabel 7 dapat dilihat besaran dari komponen biaya tetap pada setiap
unit kapal. Biaya tetap berkisar antara Rp. 73.223.571 hingga Rp. 97.629.286.
Biaya tertinggi terdapat pada unit kapal 3 dan biaya terendah terdapat pada unit
No Jenis Biaya Biaya/tahun (Rp)
Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3 Kapal 4
1 Penyusutan 88.509.286 87.690.000 99.214.286 71.098.571
2 Perizinan (SIPI)
300.000 300.000 300.000 300.000
3 Retribusi 1.825.000 1.825.000 1.825.000 1.825.000
Jumlah 90.634.286 89.815.000 97.629.286 73.223.571
52
kapal 4. Besarnya biaya penyusutan tergantung dari nilai awal (investasi) dan
lama alat tangkap tersebut dapat digunakan. Daya tahan alat tangkap dapat
berkurang karena pengaruh umur serta pemakaian, sehingga nilai awalnya akan
menyusut selama pemakaian. Biaya penyusutan didapatkan dari membagi nilai
awal dengan umur ekonomis dari alat tangkap. Apabila nilai investasi tinggi dan
masa pemakainnya singkat maka biaya penyusutannya besar. Sebaliknya apabila
nilai investasi kecil dan masa pemakaiannya lama maka biaya penyusutannya
kecil. Besarnya biaya tetap tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi salah
satu contoh dari biaya tetap ialah biaya penyusutan dari investasi (Soekartawi,
1995).
3. Biaya tidak tetap (variable cost)
Biaya tidak tetap atau biaya variabel merupakan biaya yang tidak tetap
jumlahnya karena dipengaruhi musim atau beberapa faktor lainnya. Biaya variabel
terbesar biasanya berada pada musim puncak dikarenakan jumlah hasil
tangkapan lebih besar yang di ikuti naiknya upah harian ABK dan biaya
operasional. Sedangkan biaya terkecil biasanya berada pada musim paceklik,
dimana frekuensi penangkapan pada musim paceklik relatif sedikit serta hasil
tangkapan sedikit di ikuti turunnya upah harian ABK dan biaya operasional. Biaya
variabel meliputi biaya operasional, perawatan dan upah ABK.
a. Biaya operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
proses penangkapan ikan. Biaya operasional atau perongkosan unit bagan rambo
di Desa Wewangriu ditanggung bersama oleh pemilik kapal dan ABK. Besarnya
biaya operasional unit bagan rambo di Desa Wewangriu tergantung pada
musimnya. Pada musim puncak biaya operasional berkisar antara Rp. 65.512.500
hingga Rp. 88.336.250 dengan jumlah trip 75 – 85 trip. Kemudian pada musim
sedang biaya operasional berkisar antara Rp. 79.700.000 hingga Rp. 98.496.000
53
dengan jumlah trip 100 – 108 trip. Sementara itu biaya operasional pada musim
paceklik berkisar antara Rp. 64.395.000 hingga Rp. 94.820.000 dengan jumlah
trip 90 - 105 trip. Besar biaya operasional setiap musimnya ditentukan oleh
banyaknya hari operasi (trip) dalam satu musim. Semakin banyak hari operasi
yang dilakukan nelayan maka semakin banyak juga biaya operasional yang
dibutuhkan dalam satu musim. Komponen dari biaya operasional yaitu bahan
bakar (solar), perbekalan, es balok dan rokok. Untuk lebih jelasnya, besarnya
biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 6.
b. Biaya perawatan/pemeliharaan
Biaya perawatan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan,
penggantian, dan pemeliharaan bagian bagian dari unit usaha bagan rambo.
Kegiatan pemeliharaan sangat perlu dilakukan untuk kelangsungan kerja unit
penangkapan, selain itu tingkat perawatan juga mempengaruhi umur ekonomis
atau umur pakai suatu unit usaha. Besarnya biaya untuk perawatan tergantung
pada tingkat kerusakan yang dialami oleh unit alat tangkap tersebut. Biaya
perawatan terbesar biasanya terjadi pada musim sedang dan paceklik atau pada
saat bagan rambo kembali ke fishing base. Beberapa kegiatan perawatan yang
dilakukan ialah penggantian lampu yang pecah atau putus, penggantian balok
balok rangka, penggantian kawat yang putus dan perawatan mesin (penggantian
onderdil, servis, ganti oli) serta beberapa kerusakan lainnya. Perawatan mesin
memiliki frekuensi tertinggi diantara perawatan lainnya baik itu mesin genset
ataupun mesin penggerak perahu pengantar. Besarnya biaya perawatan unit
bagan rambo di Desa Wewangriu dapat dilihat pada Lampiran 7.
c. Upah ABK
Usaha perikanan bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili
Kabupaten Luwu Timur dioperasikan 9 – 11 orang ABK per unit penangkapan yang
terdiri dari 1 kapten/pawang, 1 operator kapal pengantar dan sisanya adalah sawi
54
biasa. Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari usaha, maka pemilik
melakukan sistem bagi hasil antara usaha dan tenaga kerja. Seokartawi (1995)
mengatakan bahwa untuk mengetahui analisis kelayakan suatu usaha akan lebih
baik jika memperhitungkan semua biaya tenaga kerja dan peralatan lainnya
meskipun usaha tersebut milik sendiri (andaikan semua dianggap sewa).
Nelayan bagan rambo memiliki dua jenis upah, yaitu upah harian dan upah
per 5 bulan. Upah harian merupakan upah yang besarnya tergantung dari jumlah
hasil tangkapan perharinya. Upah harian didapatkan dengan cara mengambil 30%
dari hasil penjualan per harinya, kemudian 30 % tersebut dibagi dua 15% untuk
punggawa (pemilik kapal) dan 15 % untuk sawi. 15% untuk sawi dibagi lagi menjadi
13 bagian, 3 bagian kapten dan untuk sawi biasa mendapatkan 1 bagian per orang.
Upah harian ada ketika hasil penjualan per tripnya di atas 3 juta rupiah. Upah per
5 bulan merupakan upah yang diberikan setelah menghitung keuntungan bersih
dengan pembagian 50% pemilik dan 50% untuk ABK. Untuk lebih jelasnya upah
harian dapat dilihat pada Lampiran 8.
Total biaya variabel dari masing masing unit bagan rambo per musimnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Biaya variabel unit bagan rambo pada musim puncak (Januari – Maret)
No Unit Kapal Biaya Variabel (Rp)
Total (Rp) Operasional Upah Abk Perawatan
1 Perak 78.680.000 261.120.000 2.700.000 330.980.000
2 Tolaraya 88.336.250 276.250.000 5.900.000 370.486.250
3 Sumber kehidupan
86.147.500 276.250.000 2.550.000 364.947.500
4 Jembatan Reski
65.512.500 151.500.000 1.770.000 218.782.500
Dari Tabel 8 dapat dilihat besarnya nilai biaya variabel dari masing masing
unit kapal pada musim puncak. Musim puncak berlangsung selama 3 bulan
(Januari hingga Maret). Biaya variabel berkisar antara Rp. 218.782.500 hingga
55
Rp.370.486.250 dengan biaya tertinggi terdapat pada unit kapal 2 dan biaya
terendah terdapat pada unit kapal 4. Besaran biaya di musim puncak cukup tinggi
tertutama pada upah harian ABK yang tentunya berbanding lurus dengan jumlah
produksi. Pada musim ini biaya perawatan relatif kecil, hal ini disebabkan karena
bagan rambo berada dilaut sehingga hanya perawatan kecil yang dilakukan atau
perawatan yang memungkinkan dilakukan diatas laut.
Tabel 9. Biaya variabel unit bagan rambo pada musim sedang (Agustus – Desember)
No Unit Kapal Biaya Variabel (Rp)
Total (Rp) Operasional Upah Abk Perawatan
1 Perak 95.313.750 163.800.000 16.580.000 275.693.750
2 Tolaraya 98.496.000 196.560.000 14.900.000 306.526.000
3 Sumber kehidupan
93.096.000 196.560.000 17.070.000 318.510.000
4 Jembatan Reski
79.700.000 128.000.000 4.200.000 212.400.000
Dari Tabel 9 dapat dilihat besarnya nilai biaya variabel dari masing masing
unit kapal pada musim sedang. Musim sedang berlangsung selama 5 bulan
(Agustus hingga Desember). Biaya Variabel berkisar antara Rp. 212.400.000
hingga Rp. 318.510.000 dengan biaya tertinggi terdapat pada unit kapal 3 dan
biaya terendah terdapat pada unit kapal 4. Berbeda dengan musim puncak, pada
musim sedang biaya perawatan dan operasional relatif cukup besar. Besarnya
biaya operasional disebabkan karena tingginya frekuensi melaut pada musim ini.
Kemudian tingginya biaya perawatan pada musim sedang disebabkan kerena
nelayan menaikkan bagan rambo kedaratan tepatnya bulan Desember dan
melakukan perawatan secara keseluruhan (penggantian jaring, balok rangka dan
lain lain). sehingga biaya yang dibutuhkan dalam melakukan perawatan unit
penangkapan juga cukup besar.
56
Tabel 10. Biaya variabel unit bagan rambo pada musim paceklik (April – Juli)
No Unit Kapal Biaya Variabel (Rp)
Total (Rp) Operasional Upah Abk Perawatan
1 Perak 79.611.000 92.820.000 12.900.000 185.331.000
2 Tolaraya 85.102.500 122.850.000 14.900.000 222.852.500
3 Sumber kehidupan
94.820.000 111.930.000 13.900.000 218.926.000
4 Jembatan Reski
64.395.000 63.000.000 4.200.000 131.595.000
Dari Tabel 10 dapat dilihat besarnya nilai biaya variabel dari masing masing
unit kapal pada musim paceklik. Musim paceklik berlangsung selama 4 bulan (April
hingga Juli). Total biaya berkisar antara Rp. 131.595.000 hingga Rp. 222.852.500
dengan biaya tertinggi terdapat pada unit kapal 3 dan biaya terendah terdapat
pada unit kapal 4. Sama seperti musim sedang, biaya perawatan dan operasional
relatif cukup besar pada musim paceklik. Unit kapal 3 memiliki frekuensi
penangkapan tertinggi diantara 3 kapal lainnya, hal inilah yang menyebabkan
tingginya biaya operasional pada unit tersebut. Tingginya biaya perawatan pada
musim paceklik disebabkan pada musim ini nelayan menaikkan bagan rambo
kedaratan tepatnya bulan Juni dan melakukan perawatan secara keseluruhan
seperti pada musim sedang.
Dari Tabel 8,9 dan 10 unit kapal 4 memiliki biaya variabel terendah tiap
musimnya. Hal ini dikarenakan unit kapal ini baru berumur 1 tahun sehingga tidak
terdapat perawatan yang cukup berat pada kapal ini. Selain itu unit kapal ini juga
memiliki trip penangkapan paling sedikit diantara 3 unit lainnya serta hanya
memiliki 8 orang ABK saja. Tingginya biaya perawatan pada musim paceklik dan
sedang dikarenakan saat musim tersebut (bulan Juni dan Desember) bagan
rambo naik kedaratan. Sehingga nelayan dapat melakukan perbaikan total
terhadap unit penangkapannya. Umur suatu unit penangkapan tentu
mempengaruhi besarnya biaya variabel dalam satu musim. Kapal 3 merupakan
57
unit tertua dengan umur 17 tahun, unit kapal 2 berumur 15 tahun dan unit kapal 1
berumur 16 tahun. Jumlah pekerja atau ABK juga mempengaruhi biaya variabel
terutama di upah dan operasionalnya. Untuk lebih jelasnya uraian biaya variabel
per unit kapal dapat dilihat pada Lampiran 6,7 dan 8.
4. Analisis keuntungan
Analisis keuntungan digunakan untuk mengetahui nilai keuntungan suatu
usaha pada suatu waktu tertentu. Perhitungan pendapatan didasarkan pada
pendapatan bersih per unit bagan rambo dan besarnya pendapatan tenaga kerja.
Pendapatan bersih diperoleh dari selisih pendapatan total dengan biaya total
(Soekartawi,1995). Nelayan bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili
memperoleh keuntungan dengan cara megurangi pendapatan total dengan biaya
total per 5 bulan dengan aturan biaya total ditanggung bersama (punggawa dan
sawi). Kemudian keuntungan dibagi dua menjadi 50% punggawa dan 50 % sawi.
Biaya total yang dikeluarkan pada tiap unit usaha bagan rambo diperoleh
dengan menjumlah biaya tetap dan biaya variabel. Keuntungan suatu usaha
diperoleh dari selisih penerimaan total dengan biaya total. Besarnya biaya total,
penerimaan total dan keuntungan setiap unit per musimnya dapat dilihat pada
Tabel berikut
Tabel 11. Total penerimaan, biaya total dan keuntungan musim puncak (Januari –
Maret)
No Unit Kapal Total
Penerimaan (Rp) Biaya Total(Rp) Keuntungan
1 Perak 840.000.000 421.614.286 418.385.714
2 Tolaraya 892.500.000 460.301.250 432.198.750
3 Sumber kehidupan
892.500.000 462.576.786 429.923.214
4 Jembatan Reski
656.250.000 292.006.071 364.243.929
58
Pada Tabel 11 dapat dilihat jumlah keuntungan yang didapatkan setiap unit
kapal pada musim puncak. Keuntungan berkisar antara Rp. 364.243.929 hingga
Rp.432.198.750. Keuntungan tertinggi terdapat pada unit kapal 2 yaitu sebesar
Rp.432.198.750 dengan penerimaan total Rp.892.500.000 dan biaya total
Rp.460.301.250. sedangkan keuntungan terendah pada musim puncak terdapat
pada unit kapal 4 yaitu sebesar Rp.364.243.929 dengan penerimaan total
Rp.292.006.071 dan biaya total Rp.364.243.929.
Tabel 12. Total penerimaan, biaya total dan keuntungan musim sedang (Agustus
– Desember)
No Unit Kapal Total
Penerimaan (Rp) Biaya Total (Rp) Keuntungan
1 Perak 546.000.000 366.328.036 179.671.964
2 Tolaraya 648.000.000 396.341.000 251.659.000
3 Sumber kehidupan
648.000.000 416.139.286 231.860.714
4 Jembatan Reski
560.000.000 285.623.571 274.376.429
Pada Tabel 12 dapat dilihat jumlah keuntungan yang didapatkan setiap unit
kapal pada musim sedang. Keuntungan berkisar antara Rp.179.671.964 hingga
Rp.274.376.429. Keuntungan tertinggi terdapat pada unit kapal 4 sebesar
Rp.274.376.429 dengan pendapatan total Rp. 560.000.000 dan biaya total
Rp.285.623.571. Sedangkan keuntungan terendah terdapat pada unit kapal 1
sebesar Rp.179.671.964 dengan pendapatan total Rp.546.000.000 dan biaya total
Rp.366.328.036.
59
Tabel 13. Total penerimaan, biaya Total dan keuntungan musim paceklik (April –
Juli)
No Unit Kapal Total
Penerimaan (Rp) Biaya Total (Rp) Keuntungan
1 Perak 306.000.000 275.965.286 91.234.714
2 Tolaraya 378.000.000 312.667.500 65.332.500
3 Sumber kehidupan
378.000.000 316.555.286 61.444.714
4 Jembatan Reski
270.000.000 204.818.571 65.181.429
Pada Tabel 13 dapat dilihat jumlah keuntungan yang didapatkan setiap unit
kapal pada musim sedang. Keuntungan berkisar antara Rp.61.444.714 hingga
Rp.91.234.714. Keuntungan tertinggi terdapat pada unit kapal 1 sebesar
Rp.91.234.714 dengan pendapatan total Rp.306.000.000 dan biaya total
Rp.275.965.286. Sedangkan keuntungan terendah terdapat pada unit kapal 3
sebesar Rp. 61.444.714 dengan pendapatan total Rp.378.000.000 dan biaya total
Rp. 316.555.286.
Keuntungan rata rata yang diperoleh ke 4 unit kapal selama setahun ialah
sebesar Rp.669.206.428. Keuntungan tersebut relatif lebih besar dibandingkan
bagan lainnya (bagan perahu/pete pete). Berdasarkan hasil penelitian Sulaiman
(2015) keuntungan yang didapatkan oleh pemilik usaha bagan perahu di perairan
Kabupaten Barru selama setahun ialah Rp. 167.613.066. Dari perbedaan tersebut
dapat disimpulkan bahwa usaha bagan rambo lebih menguntungkan dari usaha
bagan perahu (bagan pete pete).
5. Analisis R/C
Dalam menentukan apakah suatu usaha layak untuk dilaksanakan atau
tidak, maka digunakan kriteria investasi. Kriteria investasi yang umum digunakan
dalam suatu analisis R/C rasio (Return cost ratio) yang dikenal sebagai
perbandingan antara biaya dan penerimaan. Pada penelitian ini R/C dihitung
60
berdasarkan musim penangkapan. Berdasarkan hasil perhitungan R/C pada
Lampiran 11, nilai R/C setiap unit bagan rambo per musimnya dapat dilihat pada
Tabel 14, 15, dan 16.
Tabel 14. R/C rasio bagan rambo musim puncak (Januari – Maret)
No Unit Kapal R/C rasio
1 Perak 2,0
2 Tolaraya 1.9
3 Sumber kehidupan 1,9
4 Jembatan Reski 2,2
Tabel 15. R/C rasio bagan rambo musim sedang (Agustus – Desember)
No Unit Kapal R/C rasio
1 Perak 1,5
2 Tolaraya 1,6
3 Sumber kehidupan 1,6
4 Jembatan Reski 2,0
Tabel 16. R/C rasio bagan rambo musim paceklik (April – Juli)
No Unit Kapal R/C rasio
1 Perak 1,3
2 Tolaraya 1,2
3 Sumber kehidupan 1,2
4 Jembatan Reski 1,3
Pada Tabel 14, 15 dan 16 dapat dilihat nilai R/C rasio pada ke 4 unit bagan
rambo pada musim puncak berkisar antara 1,9 – 2,2, musim sedang berkisar
antara 1,5 – 2,0 dan musim paceklik berkisar antara 1,2 – 1,3. Nilai R/C di atas
menunjukan bahwa usaha bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili
Kabupaten Luwu Timur menguntungkan dan layak untuk dikembangkan baik pada
musim paceklik. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Soekartawi (1995) bahwa kriteria suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan
apabila nilai R/C rasionya lebih dari 1. Berdasarkan hasil penelitian Sulaiman
61
(2015) nilai R/C rasio bagan perahu di perairan Kabupaten Barru relatif kecil
dibandingkan bagan rambo yaitu 1.1 per tahunnya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa usaha bagan rambo lebih layak dari usaha bagan perahu.
6. Sistem bagi hasil
Sistem bagi hasil yang digunakan nelayan bagan rambo di Desa
Wewangriu Kecamatan Malili ialah 50% punggawa dan 50%. Pembagian hasil
dilakukan 5 bulan sekali atau 2 kali dalam satu tahun (bulan Juni dan Desember)
dan biasa disebut upah per 5 bulan. Upah per 5 bulan merupakan upah yang dibagi
setelah mengeluarkan biaya variabel (perawatan, operasional dan upah harian)
dari pendapatan total dalam 5 bulan. Sama seperti upah harian, upah per 5 bulan
untuk setiap sawi memiliki jumlah yang berbeda tergantung tugas dan bagiannya.
50 % bagian sawi dibagi menjadi 15 bagian yang terdiri dari 4 bagian kapten, 2
bagian operator dan 1 bagian untuk masing masing sawi biasa.
Pada dasarnya jumlah perolehan di dasarkan pada banyaknya peranan
yang diambil, sehingga tentunya sebagai pemodal punggawa memperoleh bagian
yang jauh lebih besar dibandingkan sawi yang hanya menjalankan usahanya.
Pembagian hasil nelayan bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili
sudah sesuai dengan undang undang bagi hasil dengan mengambil diatas 40 %
persen dari keuntungan untuk sawi. Namun ada beberapa hal yang belum sesuai
yaitu pada pembebanan biaya operasional dan perawatan kepada sawi. Menurut
undang undang no 16 tahun 1964 pasal 4 beban-beban yang menjadi tanggungan
nelayan pemilik: ongkos pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat-alat
lain yang dipergunakan, penyusutan dan biaya eksploitasi usaha penangkapan,
seperti untuk pembelian solar, es dan lain sebagainya (Hukumonline, 2018).
Terlepas dari itu semua tidak ada kecemburuan sosial yang timbul dalam
suatu kelompok nelayan bagan rambo. Nelayan menganggap wajar ketika semua
biaya ditanggung bersama. Hal tersebut dikarenakan nelayan sadar akan semua
62
biaya yang dikeluarkan bukan hanya untuk kebutuhan pemilik usaha melainkan
kebutuhan nelayan itu sendiri. Selain itu Rasa kekeluargaan nelayan di Desa
Wewangriu juga masih sangat kental. Sawi tetap siap sedia untuk melakukan
pekerjaan yang diperintahkan oleh punggawa baik itu bukan dilaut. Sebaliknya,
apabila ada sawi yang memiliki hutang kepada punggawa, maka proses
pelunasannya tidak begitu dipermasalahkan, sebab adanya pemakluman dari
punggawa akan kondisi ekonomi keluarga para sawinya. Hal ini menunjukkan
bahwa ekspektasi tentang punggawa yang begitu otoritas nyatanya berbanding
terbalik sebab punggawa pada usaha bagan rambo begitu mengutamakan
kepentingan sawinya.
Dalam setahun dilakukan 2 kali pembagian hasil yaitu periode 1 (Januari –
Juni) dan periode 2 (Juli – Desember). Periode 1 berlangsung pada musim puncak
dan paceklik dengan jumlah trip sebanyak 138 - 153 kali. Periode 2 berlangsung
pada musim paceklik dan sedang dengan jumlah trip sebanyak 138 – 145 kali. Dari
hasil perhitungan pada Lampiran 11. didapatkan keuntungan usaha pada periode
1 berkisar antara Rp.407.698.214 hingga Rp.479.208.857. Pada periode 2
keuntungan berkisar antara Rp.210.083.536 hingga Rp.296.103.571.
Tabel 17. Pembagian hasil periode 1 (Januari – Juni) unit bagan rambo di Desa wewangriu Kecamatan Malili
No Pembagian
Hasil
Pendapatan (Rp)
Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3 Kapal 4
1 Punggawa 239.604.429 237.254.661 234.857.991 203.849.107
2 Kapten 63.894.514 63.267.910 62.628.798 67.949.702
3 Operator perahu
31.947.257 31.633.955 31.314.399 33.974.851
4 Sawi 15.973.629 15.816.977 15.657.199 16.987.426
Pada Tabel 17 dapat dilihat pembagian hasil antara punggawa dan sawi
pada periode 1 (Januari – Juni). Pendapatan punggawa berkisar antara
63
Rp.203.849.107 hingga Rp.239.604.429, kapten berkisar Rp.62.628.798 hingga
Rp.67.949.702, operator perahu berkisar Rp.31.314.399 hingga Rp.33.974.851
dan sawi biasa berkisar Rp. 15.657.199 hingga Rp.16.987.426. Pendapatan
cenderung lebih tinggi pada unit kapal 4. Hal tersebut dikarenakan jumlah
sawi/ABK pada kapal 4 lebih sedikit dibandingkan kapal lainnya yaitu hanya 8
orang.
Tabel 18. Pembagian hasil periode 2 (Juli - Desember) unit bagan rambo di Desa wewangriu Kecamatan Malili
No Pembagian
Hasil
Pendapatan (Rp)
Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3 Kapal 4
1 Punggawa 105.041.768 137.340.464 126.756.331 148.051.786
2 Kapten 28.011.138 36.624.124 33.801.688 49.350.595
3 Operator perahu
14.005.569 18.312.062 16.900.844 24.675.298
4 Sawi 7.002.785 9.156.031 8.450.422 12.337.649
Pada Tabel 18 dapat dilihat pembagian hasil antara punggawa dan sawi
pada periode 2 (Juli – Desember). Pendapatan punggawa berkisar antara
Rp.105.041.768 hingga Rp.148.051.786, kapten berkisar Rp.28.011.138 hingga
Rp.49.350.595, operator perahu berkisar Rp.14.005.569 hingga Rp.24.675.298
dan sawi biasa berkisar Rp.7.002.785 hingga Rp.12.337.649. Pendapatan
tertinggi pada periode 2 terdapat pada unit kapal 4. Hal tersebut dikarenakan
jumlah sawi/ABK pada kapal 4 lebih sedikit dibandingkan kapal lainnya yaitu hanya
8 orang.
64
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap usaha perikanan bagan
rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Aspek teknis sangat mempengaruhi jumlah produksi penangkapan terutama
pada intensitas penggunaan lampu, ukuran alat tangkap dan penentuan
daerah penangkapan.
2. Usaha perikanan bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili
Kabupaten Luwu Timur menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan penelitian lanjutan tentang
efektifitas penggunaan pemberat sebagai pengganti bingkai terhadap
dalam usaha bagan rambo.
65
DAFTAR PUSTAKA Assir, A., M. Palo., I. Jaya. dan R.K. Sari. 2017. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan
Bagan Perahu Yang Beroperasi Di Laut Flores Kabupaten Kepulauan
Selayar Pada Musim Angin Muson Barat. Jurnal IPTEKS PSP. 4(7). 108
– 111.
Dinas Kelautan dan Perikanan LUTIM. 2018. Potensi Perikanan Tangkap.
http://www.luwutimurkab.go.id/lutim/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=1547:potensi-perikanan-tangkap&catid=89:potensi-
perikanan-kab-luwu-timur&Itemid=198#. (Diakses 29 Januari 2018 jam
23.00 WITA).
Efendi, I. dan W. Oktariza. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Gaffar, K. 2015. Pendugaan Musim Penangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp) di
Perairan Teluk Bone. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Hasanuddin. Makassar (Tidak dipublikasikan)
Hardiansyah. 2017. Hubungan Faktor Oceanografi Terhadap Hasil Tangkapan
Ikan Teri (Stolephorus sp) Dengan Menggunakan Bagan Rambo (Large
Lift Net) di Perairan Teluk Bone Periode Musim Timur 2017. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Makassar (Tidak dipublikasikan)
Hukumonline. 2018. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1964 Tentang Bagi Hasil Perikanan. http://www.hukumonline.com/pusatdata/ downloadfile/lt4c3d68a97c853/parent/24751. (Diakses 06 Oktober 2018 jam 23.10 WITA)
Haruna. 2010. Distribusi Cahaya Lampu Dan Tingkah Laku Ikan Pada Proses
Penangkapan Bagan Perahu Di Perairan Maluku Tengah. Jurnal
Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. 1(1). 22 – 29.
Kadariah. 1988. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Bina Aksara. Jakarta.
Kurnia, M., Sudirman dan A. Nelwan. 2015. Studi Pola Kedatangan Ikan Pada
Area Penangkapan Bagan Perahu Dengan Teknologi Hidroakustik. Jurnal
IPTEKS PSP. 2(3). 261-271.
Mallawa, A. 2012. Dasar Dasar Penangkapan Ikan. Masagena Press. Makassar.
Monintja, D.R., B.P. Pasaribu, I. Jaya. 1986. Manajemen Penagkapan Ikan.
Fakultas Perikanan. IPB. Bogor
Ningsih, R.S., A.K. Mudzakir dan A. Rosyid. 2013. Analisis Kelayakan Finansial
Usaha Perikanan Payang Jabur (Boat Seine) Di Pelabuhan Perikanan
Pantai Asemdoyong Kabupaten Pemalang. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology, 2(3) : 223-232.
Nurlindah, A. 2017. Analisis Komposisi Jenis Tangkapan Pada Bagan Perahu
Berdasarkan Periode Bulan Di Perairan Kabupaten Barru. Skripsi
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Makassar. (Tidak dipublikasikan)
66
Nursam, M. 2013. Perbandingan Produktifitas Bagan Rambo Berdasarkan Waktu
Hauling dan Hubungannya Dengan Faktor Oceanografi Di Perairan
Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar (Tidak dipublikasikan)
Pasaribu, A.M. 2005. Perencanaan dan Evaluasi Proyek Perikanan. Hasanuddin
University Press (LEPHAS). Makassar.
Poerwanto, H. 2014. Analisis dan Fungsi Breakeven. Jakarta
Ramadhan, H. dan D. Wijayanto. 2016. Analisis Teknis Dan Ekonomis Perikanan
Tangkap Bagan Perahu (Boat Lift Net) Di Pelabuhan Perikanan Pantai
Morodemak, Kabupaten Demak. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology, 5(1) : 170-177.
Sani, A.R., Pramonowibowo dan I. Triarso. 2016. Analisis Sebaran Daerah
Penangkapan Ikan Pelagis Kecil Dengan Alat Tangkap Bagan Perahu Di
Perairan Kabupaten Belitung. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology, 5(4) : 71-79.
Saputra, D. 2017. Produktifitas Penangkapan Berdasarkan Waktu Hauling Bagan
Rambo Kaitanya Dengan Kondisi Oseanografi Di Wilayah Perairan
Kabupaten Barru. Skirpsi Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Hasanuddin. Makassar. (Tidak dipublikasikan)
Sari, R.K. 2017. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Bagan Perahu Yang Beroperasi
di Laut Flores Kabupaten Kepulauan Selayar Pada Musim Barat. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Makassar (Tidak dipublikasikan)
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut (Edisi Khusus). 5 : 248.
Sudirman dan M. N. Nessa. 2011. Perikanan Bagan dan Aspek Pengelolahanya.
UMM Press: Malang.
Sudirman dan A. Mallawa. 2012. Teknik Penangkapan Ikan. PT Rineka Cipta:
Jakarta.
Sugiarto, T. Herlambang, Brastoro, R. Sudjana, S. Kelana. 2005. Ekonomi Mikro:
Sebuah Kajian Komprehensif. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Sulaiman, M. 2015. Pengembangan Lampu Light Emitting Diode (LED) Sebagai
Pemikat Ikan Pada Perikanan Bagan Petepete Di Sulawesi Selatan.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak
dipublikasikan)
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Utami, E. 2006. Analisis Respons Tingkah Laku Ikan Pepetek (Secutor insidiator)
Terhadap Intensitas Cahaya Berwarna. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor
66
LAMPIRAN
67
Lampiran 1. Sketsa Bagan Rambo (ukuran dan letak lampu) di Desa Wewangriu
Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
Bagan Rambo Tampak Atas
Bagan Rambo Tampak Samping
68
Kapal Pengantar/Towing Boat
69
Lampiran 2. Foto Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama penelitian di unit bagan rambo Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur.
Penarikan roller jangkar
Penyortiran hasil tangkapan
Pengiringan ikan
70
Menaikan hasil tangkapan ke kapal pegantar
Pengukuran bagan rambo
Pengukuran kapal pengantar
71
Lampiran 3. Foto hasil tangkapan yang dominan pada bagan Rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur.
Ikan Tembang
Ikan Teri
Ikan Peperek
72
Kembung Perempuan
73
Lampiran 4. Titik koordinat penangkapan unit bagan Rambo Didesa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
No Tanggal Produksi (kg)
Masehi Hijriah Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3 Kapal 4
1 12-Mei-18 26 Sya’ban 1439 180 220 240 230
2 14-Mei-18 28 Sya’ban 1439 260 250 310 310
3 15-Mei-18 29 Sya’ban 1439 1160 560 1110 410
4 16-Mei-18 30 Sya’ban 1439 470 880 640 320
5 19-Mei-18 3 Ramadhan 1439 420 470 330 410
6 20-Mei-18 4 Ramadhan 1439 470 370 410 180
7 21-Mei-18 5 Ramadhan 1439 380 460 460 410
8 22-Mei-18 6 Ramadhan 1439 450 290 310 250
9 23-Mei-18 7 Ramadhan 1439 270 450 420 360
10 25-Mei-18 9 Ramadhan 1439 400 380 410 410
11 26-Mei-18 10 Ramadhan 1439 230 260 300 320
12 28-Mei-18 12 Ramadhan 1439 360 230 340 300
13 29-Mei-18 13 Ramadhan 1439 180 350 220 280
14 30-Mei-18 14 Ramadhan 1439 170 220 230 130
15 01-Jun-18 16 Ramadhan 1439 320 320 340 270
16 02-Jun-18 12 Ramadhan 1439 400 410 180 350
17 07-Jun-18 23 Ramadhan 1439 170 320 630 220
18 08-Jun-18 24 Ramadhan 1439 270 270 640 260
19 09-Jun-18 25 Ramadhan 1439 180 180 330 260
20 15-Jul-18 2 Syawal 1439 350 330 290 180
21 16-Jul-18 3 Syawal 1439 180 270 240 270
22 17-Jul-18 4 Syawal 1439 180 220 220 320
23 19-Jul-18 6 Syawal 1439 270 170 130 170
24 20-Jul-18 7 Syawal 1439 140 240 240 170
25 21-Jul-18 8 Syawal 1439 190 140 490 230
26 23-Jul-18 10 Syawal 1439 230 230 180 260
27 25-Jul-18 12 Syawal 1439 170 220 180 220
28 27-Jul-18 14 Syawal 1439 280 230 270 230
29 28-Jul-18 15 Syawal 1439 380 140 140 90
30 29-Jul-18 16 Syawal 1439 390 230 130 130
Jumlah 9500 9310 10360 7950
74
Lampiran 5. Biaya Investasi dan penyusutan setiap unit bagan Rambo Didesa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur
Rincian biaya investasi dan penyusutan unit kapal 1 (Perak)
Rincian biaya Investasi dan penyusutan unit kapal 2 (Tolaraya)
NO Jenis Investasi Jumlah
Total (Rp) Umur
ekonomis (thn) Penyusutan
1 Bagan Rambo 1 unit 470.000.000 25 18.800.000 2 Jaring 35 m2 24.000.000 1 24.000.000 3 Mesin Genset Yanmar 1 unit 38.000.000 5 7.600.000 4 Mesin Roller Jiangdong 1 unit 7.000.000 10 700.000 5 Tali PE no 16 6 roll 7.800.000 1 7.800.000 6 Lampu 400 watt 34 buah 14.280.000 4 3.570.000 7 Lampu 1500 watt 2 buah 8.500.000 4 2.125.000 8 Lampu 500 watt 8 buah 4.560.000 4 1.140.000 9 Lampu 1000 watt 2 buah 5.800.000 4 1.450.000 10 Lampu sorot 500 watt 2 buah 1.200.000 4 300.000 11 Styrofoam 30 buah 3.000.000 1 3.000.000 12 Basket plastik 20 buah 500.000 1 500.000 13 Jergen 22 buah 1.300.000 5 260.000
14 Mesin Mitsubhishi 120 PS
2 buah 96.000.000 10 9.600.000
15 Tali Nylon (jangkar) no 30 mm
220 m 15.000.000 7 2.142.857
16 Kapal Pengantar 1 buah 39.000.000 7 5.571.429
Jumlah 735.740.000 88.509.286
NO Jenis Investasi Jumlah
Total (Rp) Umur
ekonomis (thn) Penyusutan
1 Bagan Rambo 1 unit 450.000.000 25 18.000.000 2 Jaring 38 m2 27.000.000 1 27.000.000 3 Mesin Genset Yanmar 1 unit 38.000.000 5 7.600.000 4 Mesin Roller Jiangdong 1 unit 7.000.000 10 700.000 5 Tali PE no 16 5 roll 6.500.000 1 6.500.000 6 Lampu 1000 watt 4 buah 11.600.000 4 2.900.000 7 Lampu 500 watt 4 buah 2.280.000 4 570.000 8 Lampu 400 watt 34 buah 14.280.000 2,5 3.570.000 9 Lampu sorot 500 watt 2 buah 1.000.000 4 250.000 10 Styrofoam 40 buah 4.000.000 1 4.000.000 11 Basket plastik 20 buah 500.000 1 500.000 12 Jergen 25 buah 1.500.000 5 300.000 13 Mesin Mitshubishi 120
PS 2 unit 68.000.000 10 6.800.000
14 Tali nylon (jangkar) no 30
440 m 26.000.000 7 3.714.286
15 Kapal Pengantar 1 unit 37.000.000 7 5.285.714
Jumlah 694.660.000
87.690.000
75
Rincian biaya investasi dan penyusutan unit kapal 3 (Sumber Kehidupan)
NO Jenis Investasi Jumlah Total (Rp) Umur
ekonomis (thn) Penyusutan
1 Bagan Rambo 1 unit 450.000.000 25 18.000.000 2 Jaring 38 m2 27.000.000 1 27.000.000 3 Mesin Genset Yanmar 1 unit 38.000.000 5 7.600.000 4 Mesin Roller Yanmar 1 unit 38.000.000 10 3.800.000 5 Tali PE no 16 6 roll 7.800.000 1 7.800.000 6 Lampu 1000 watt 8 buah 23.200.000 4 5.800.000 7 Lampu 500 watt 4 buah 2.280.000 4 570.000 8 Lampu 400 watt 34 buah 14.280.000 4 3.570.000 9 Lampu sorot 500 watt 2 buah 1.000.000 4 250.000 10 Styrofoam 40 buah 4.000.000 1 4.000.000 11 Basket plastik 20 buah 500.000 1 500.000 12 Jergen 25 buah 1.500.000 5 300.000
13 Mesin Mitshubishi 120 PS
2 unit 76.000.000 10 7.600.000
14 Tali Nylon (Jangkar) no 30
440 m 26.000.000 7 3.714.286
15 Kapal Pengantar 1 unit 35.000.000 7 5.000.000
Jumlah 744.560.000 95.504.286
Rincian biaya Investasi dan penyusutan unit kapal 4 (Jembatan reski)
NO Jenis Investasi Jumlah Total (Rp) Umur
ekonomis (thn) Penyusutan
1 Bagan Rambo 1 unit 350.000.000 25 14.000.000
2 Jaring 29 m 22.800.000 1 22.800.000
3 Mesin Genset yanmar 1 unit 38.000.000 5 7.600.000
4 Mesin Roller jiangdong 1 unit 10.000.000 10 1.000.000
5 Tali PE no 16 5 roll 6.500.000 1 6.500.000
6 Lampu LED 40 watt 16 buah 8.000.000 5 1.600.000
7 Lampu 400 watt 28 buah 11.760.000 4 2.940.000
8 Lampu sorot 500 watt 2 buah 1.000.000 4 250.000
9 Styrofoam 25 buah 2.500.000 1 2.500.000
10 basket 20 buah 500.000 1 500.000
11 Jergen 15 buah 900.000 5 180.000
12 Mesin Yanmar 30 DK dan Jiangdong 24 DK
2 buah 48.000.000
10 4.800.000
13 tali Jangkar 220 m 15.000.000 7 2.142.857
14 Kapal Pengantar 1 unit 30.000.000 7 4.285.714
Jumlah 549.160.000 71.098.571
76
Lampiran 6. Biaya operasional harian setiap unit bagan Rambo Didesa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur berdasarkan musim
Rincian biaya operasional per trip unit kapal 1 (Perak)
No Jenis Kebutuhan Biaya/Trip (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Solar 463.500 437.750 360.500
2 Perbekalan 150.000 150.000 150.000
3 Rokok 220.000 220.000 220.000
4 ES Batu 150.000 100.000 50.000
Jumlah 983.500 907.750 780.500
Rincian biaya operasional per trip kapal 2 (Tolaraya)
No Jenis Kebutuhan Biaya/Trip (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Solar 489.250 412.000 360.500
2 Perbekalan 150.000 150.000 150.000
3 Rokok 250.000 250.000 250.000
4 ES Batu 150.000 100.000 50.000
Jumlah 1.039.250 912.000 810.500
Rincian biaya operasional harian unit kapal 3 (Sumber Kehidupan)
No Jenis Kebutuhan Biaya/Trip (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Solar 463.500 412.000 412.000
2 Perbekalan 150.000 150.000 150.000
3 Rokok 250.000 250.000 250.000
4 ES Batu 150.000 100.000 50.000
Jumlah 1.013.500 912.000 862.000
Rincian biaya operasional harian unit kapal 4 (Jembatan Reski)
No Jenis Kebutuhan Biaya/Trip (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Solar 463.500 412.000 360.500
2 Perbekalan 150.000 150.000 150.000
3 Rokok 160.000 160.000 160.000
4 ES Batu 100.000 75.000 45.000
Jumlah 873.500 797.000 715.500
77
Rincian biaya operasional per musim unit kapal 1 (perak)
No Musim Biaya (Rp)
Trip Biaya per trip Biaya per musim
1 Puncak 80 983.500 78.680.000
2 Sedang 105 907.750 95.313.750
3 Paceklik 102 780.500 79.611.000
Jumlah (tahun) 287 253.604.750
Rincian biaya operasional per musim unit kapal 2 (Tolaraya)
No Musim Biaya (Rp)
Trip Biaya per trip Biaya per musim
1 Puncak 85 1.039.250 88.336.250
2 Sedang 108 912.000 98.496.000
3 Paceklik 105 810.500 85.102.500
Jumlah (tahun) 298 271.934.750
Rincian biaya operasional per musim unit kapal 3 (Sumber Kehidupan)
No Musim Biaya (Rp)
Trip Biaya per trip Biaya per musim
1 Puncak 85 1.013.500 86.147.500
2 Sedang 108 912.000 93.096.000
3 Paceklik 105 862.000 94.820.000
Jumlah (tahun) 298 284.123.500
Rincian biaya operasional per musim unit kapal 4 (Jembatan Reski)
No Musim Biaya (Rp)
Trip Biaya per trip Biaya per musim
1 Puncak 75 873.500 65.512.500
2 Sedang 100 797.000 79.700.000
3 Paceklik 90 715.500 64.395.000
Jumlah (tahun) 265 209.607.500
78
Lampiran 7. Biaya Perawatan setiap unit bagan Rambo Didesa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur berdasarkan musim
Rincian biaya perawatan unit kapal 1(Perak)
a. Musim Puncak
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp
1 Lampu dan Kabel 800.000 1 800.000
2 Oli Mesin 400.000 1 400.000
3 Service mesin kapal 1.000.000 1 1.000.000
4 Styrofoam 500.000 1 500.000
Jumlah 2.700.000
b. Musim Sedang
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp
1 Waring 10.000.000 1 10.000.000
2 Pengecatan kapal 5.000.000 1 5.000.000
3 Lampu 900.000 1 900.000
4 Basket 680.000 1 680.000
5 Service mesin 3.000.000 1 3.000.000
6 Oli mesin 400.000 2 800.000
Jumlah 16.580.000
c. Musim Paceklik
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp)
1 Waring 7.000.000 1 7.000.000
2 Balok kayu 3.000.000 1 3.000.000
3 Lampu 900.000 1 900.000
4 Tali PE(roller) 1.500.000 1 1.500.000
5 Kawat 500.000 1 500.000
Jumlah 12.900.000
79
Rincian biaya perawatan unit kapal 2(Tolaraya)
a. Musim Puncak
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp
1 Lampu dan Kabel 1.000.000 1 1.000.000
2 Tali PE(roller) 2.600.000 1 2.600.000
3 Oli mesin 400.000 2 800.000
4 Service mesin kapal 1.000.000 1 1.000.000
5 Styrofoam dan basket 500.000 1 500.000
Jumlah 5.900.000
b. Musim Sedang
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp
1 Waring 5.000.000 1 5.000.000
2 sayap (balok) 3.000.000 1 3.000.000
3 Lampu 570.000 1 570.000
4 Tali PE(roller) 2.600.000 1 2.600.000
5 Baut 300.000 1 300.000
6 oli mesin 400.000 2 800.000
Jumlah 31.580.000
c. Musim Paceklik
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp)
1 Waring 7.000.000 1 7.000.000
2 Sayap (balok) 3.000.000 1 3.000.000
3 Lampu 1.000.000 1 1.000.000
4 Tali PE(roller) 2.600.000 1 2.600.000
5 Oli Mesin 400.000 2 800.000
6 Kawat 500.000 1 500.000
Jumlah 14.900.000
80
Rincian biaya perawatan unit kapal 3(Sumber Kehidupan)
a. Musim Puncak
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp
1 Kabel 250.000 1 250.000
2 Oli Mesin 400.000 2 800.000
3 Service mesin 1.000.000 1 1.000.000
4 Styrofoam 500.000 1 500.000
Jumlah 2.250.000
b. Musim Sedang
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp
1 Waring 5.000.000 1 5.000.000
2 Sayap (balok) 7.000.000 1 7.000.000
3 Lampu 670.000 1 670.000
4 Tali PE(roller) 2.600.000 1 2.600.000
5 Styrofoam/basket 500.000 1 500.000
6 Kawat 500.000 1 500.000
7 Oli mesin 400.000 2 800.000
Jumlah 17.070.000
c. Musim Paceklik
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp)
1 Waring 5.000.000 1 7.000.000
2 Sayap (balok) 3.500.000 1 3.000.000
3 Lampu 1.000.000 1 1.000.000
4 Tali PE(roller) 2.600.000 1 2.600.000
5 Kawat 500.000 1 300.000
6 Servise mesin 600.000 1 600.000
7 Oli mesin 400.000 2 800.000
Jumlah 13.900.000
81
Rincian biaya perawatan unit kapal 4 (Jembatan Reski)
a. Musim Puncak
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp
1 Peralatan masak 500.000 1 500.000
2 Lampu 570.000 1 570.000
3 Oli mesin 350.000 2 700.000
Jumlah 1.770.000
b. Musim Sedang
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp
1 Waring 2.000.000 1 2.000.000
2 Lampu 1.000.000 1 1.000.000
3 Oli mesin 350.000 2 700.000
4 Service mesin 1.000.000 1 1.000.000
Jumlah 4.700.000
c. Musim Paceklik
No Jenis Perawatan Biaya (Rp) Frekuensi Total Biaya
(Rp)
1 Styrofoam 500.000 1 500.000
2 Lampu 1.500.000 1 1.500.000
3 Oli mesin 350.000 2 700.000
4 Tali roller 1.500.000 1 1.500.000
5 Service mesin 500.000 1 500.000
Jumlah 4.200.000
82
Lampiran 8. Upah harian setiap unit bagan rambo di Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur berdasarkan musim
Rincian upah harian unit kapal 1 (Perak)
No Pembagian Upah
Harian
Jumlah (org)
Upah harian (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Punggawa 1 1.632.000 780.000 455.000
2 Kapten 1 414.000 180.000 105.000
3 Operator perahu 1 138.000 60.000 35.000
4 Sawi 9 1.080.000 540.000 315.000
Jumlah 11 3.264.000 1.560.000 910.000
Rincian upah harian unit kapal 2 (Tolaraya)
No Pembagian Upah
Harian
Jumlah (org)
Upah harian (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Punggawa 1 1.625.000 910.000 585.000
2 Kapten 1 375.000 210.000 135.000
3 Operator perahu 1 125.000 70.000 45.000
4 Sawi 9 1.125.000 630.000 405.000
Jumlah 11 3.250.000 1.820.000 1.170.000
Rincian upah harian unit kapal 3 (Sumber Kehidupan)
No Pembagian Upah
Harian
Jumlah (org)
Upah harian (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Punggawa 1 1.625.000 910.000 533.000
2 Kapten 1 375.000 210.000 123.000
3 Operator perahu 1 125.000 70.000 41.000
4 Sawi 9 1.125.000 630.000 369.000
Jumlah 11 3.250.000 1.820.000 1.066.000
Rincian upah harian unit kapal 4 (Jembatan reski)
No Pembagian Tugas ABK
Jumlah (org)
Upah harian (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Punggawa 1 1.010.000 640.000 350.000
2 Kapten 1 303.000 192.000 105.000
3 Operator perahu 1 101.000 64.000 35.000
4 Sawi 6 606.000 384.000 210.000
Jumlah 8 2.020.000 1.280.000 700.000
83
Rincian upah harian per musim unit kapal 1 (perak)
No Pembagian Upah Harian
Jumlah (org)
Upah harian (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Punggawa 1 124.800.000 81.900.000 46.410.000
2 Kapten 1 28.800.000 18.900.000 10.710.000
3 Operator perahu 1 9.600.000 6.300.000 3.570.000
4 Sawi 9 86.400.000 56.700.000 32.130.000
Jumlah 11 249.600.000 163.800.000 92.820.000
Rincian upah harian per musim unit kapal 2 (tolaraya)
No Pembagian Upah Harian
Jumlah (org)
Upah harian (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Punggawa 1 138.125.000 98.280.000 61.425.000
2 Kapten 1 31.875.000 22.680.000 14.175.000
3 Operator perahu 1 10.625.000 7.560.000 4.725.000
4 Sawi 9 95.625.000 68.040.000 42.525.000
Jumlah 11 276.250.000 196.560.000 122.850.000
Rincian upah harian per musim unit kapal 3 (Sumber Kehidupan)
No Pembagian Upah Harian
Jumlah (org)
Upah harian (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Punggawa 1 138.125.000 98.280.000 55.965.000
2 Kapten 1 31.875.000 22.680.000 12.915.000
3 Operator perahu 1 10.625.000 7.560.000 4.305.000
4 Sawi 9 95.625.000 68.040.000 38.745.000
Jumlah 11 276.250.000 196.560.000 111.930.000
Rincian upah harian per musim unit kapal 4 (Jembatan reski)
No Pembagian Tugas ABK
Jumlah (org)
Upah harian (Rp)
Puncak Sedang Paceklik
1 Punggawa 1 75.750.000 64.000.000 31.500.000
2 Kapten 1 22.725.000 19.200.000 9.450.000
3 Operator perahu 1 7.575.000 6.400.000 3.150.000
4 Sawi 6 45.450.000 38.400.000 18.900.000
Jumlah 8 151.500.000 128.000.000 63.000.000
84
Lampiran 9. Pendapatan total setiap unit bagan Rambo Didesa Wewangriu
Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur berdasarkan musim
Rincian pendapatan total unit kapal 1 (perak)
No Musim Produksi /trip (Box)
Harga Jual (perbox)
Jumlah Trip
Total Pendapatan
(Rp)
1 Puncak 30 350.000 80 840.000.000
2 Paceklik 5 600.000 102 306.000.000
3 Sedang 13 400.000 105 546.000.000
Jumlah 287 1.692.000.000
Rincian pendapatan total unit kapal 2 (Tolaraya)
No Musim Produksi /trip (Box)
Harga Jual (perbox)
Jumlah Trip
Total Pendapatan
(Rp)
1 Puncak 30 350.000 85 892.500.000
2 Paceklik 6 600.000 105 378.000.000
3 Sedang 15 400.000 108 648.000.000
Jumlah 298 1.918.500.000
Rincian pendapatan total unit kapal 3 (Sumber Kehidupan)
No Musim Produksi /trip (Box)
Harga Jual (perbox)
Jumlah Trip
Total Pendapatan
(Rp)
1 Puncak 30 350.000 85 892.500.000
2 Paceklik 6 600.000 105 378.000.000
3 Sedang 15 400.000 108 648.000.000
Jumlah 298 1.918.500.000
Rincian pendapatan total unit kapal 4 (Jembatan Reski)
No Musim Produksi /trip (Box)
Harga Jual (perbox)
Jumlah Trip
Total Pendapatan
(Rp)
1 Puncak 25 350.000 75 656.250.000
2 Paceklik 5 600.000 90 270.000.000
3 Sedang 14 400.000 100 560.000.000
Jumlah 265 1.486.250.000
85
Lampiran 10. Rincian analisis keuntungan dan R/C rasio setiap unit bagan Rambo Didesa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur berdasarkan musim
a. Unit kapal 1 (Perak)
No Musim Biaya Variabel
(BV)
Biaya Tetap
(BT)
Pendapatan total (PT)
Keuntungan (K=PT-(BV +BT))
R/C
(R/C=PT/(BV+BT))
1 Puncak 330.980.000 90.634.286 840.000.000 418.385.714 2,0
2 Sedang 275.693.750 90.634.286 546.000.000 179.671.964 1,5
3 Paceklik 185.331.000 90.634.286 367.200.000 91.234.714 1,3
b. Unit kapal 2 (Tolaraya)
No Musim Biaya Variabel
(BV)
Biaya Tetap
(BT)
Pendapatan total (PT)
Keuntungan (K=PT-(BV +BT))
R/C
(R/C=PT/(BV+BT))
1 Puncak 370.486.250 89.815.000 892.500.000 432.198.750 1,9
2 Sedang 306.526.000 89.815.000 648.000.000 251.659.000 1,6
3 Paceklik 222.852.500 89.815.000 378.000.000 65.332.500 1,2
c. Unit kapal 3 (Sumber Kehidupan)
No Musim Biaya Variabel
(BV)
Biaya Tetap
(BT)
Pendapatan total (PT)
Keuntungan (K=PT-(BV +BT))
R/C
(R/C=PT/(BV+BT))
1 Puncak 370.486.250 89.815.000 892.500.000 429.923.214 1,9
2 Sedang 306.526.000 89.815.000 648.000.000 231.860.714 1,6
3 Paceklik 222.852.500 89.815.000 378.000.000 61.444.714 1,2
86
Lanjutan lampiran 10
d. Unit kapal 4 (Jembatan Reski)
No Musim Biaya Variabel
(BV)
Biaya Tetap
(BT)
Pendapatan total (PT)
Keuntungan (K=PT-(BV +BT))
R/C
(R/C=PT/(BV+BT))
1 Puncak 218.782.500 73.223.571 656.250.000 364.243.929 2,2
2 Sedang 212.400.000 73.223.571 560.000.000 274.376.429 2,0
3 Paceklik 131.595.000 73.223.571 270.000.000 65.181.429 1,3
87
Lampiran 11. Perhitungan sistem bagi hasil nelayan bagan rambo yang ada di Desa Wewangriu Kecamatan Malili
a. Unit kapal 1
Sistem bagi hasil : hasil dari keuntungan bersih dibagi menjadi 2
(Punggawa 50 % dan untuk sawi 50%)
a) Bagi hasil periode 1 (januari – juni)
No Musim Jumlah Trip Keuntungan (Rp)
1 Puncak (jan-Maret) 80 418.385.714
2 Paceklik (Apr-Jun) 68 60.823.143
Jumlah 148 479.208.857
Keuntungan periode 1 (Januari – Juni) = Rp.479.208.857
Bagi Hasil = Rp.479.208.857,- x 50 % = Rp.239.604.429
Bagian Punggawa (50%) = Rp.239.604.429
Bagian Sawi (50%) = Rp.239.604.429
Pembagian upah sawi periode 1
50 % bagian sawi dibagi menjadi 15 bagian yang terdiri dari 4 bagian kapten, 2
bagian operator dan 1 bagian untuk masing masing sawi biasa.
Upah per bagian = Rp.239.604.429
15 = Rp. 15.973.629
No Upah ABK Bagian Upah Per
Periode (Rp) Upah Per bulan
(5 bulan)
1 Kapten (pawang) 4 63.894.514 12.778.903
2 Operator 2 31.947.257 6.389.451
3 Sawi Biasa 1 15.973.629 3.194.726
b) Bagi hasil periode 2 (Juli – Desember)
No Musim Jumlah Trip Keuntungan (Rp)
1 Pacellik (juni-Juli) 34 30.411.571
2 Sedang (Aug - Desember)
105 179.671.964
Jumlah 139 210.083.536
Keuntungan periode 2 (Januari – Juni) = Rp. 210.083.536
88
Bagi Hasil = Rp. 210.083.536,- x 50 % = Rp.105.041.768
Bagian Punggawa (50%) = Rp.105.041.768
Bagian Sawi (50%) = Rp.105.041.768
Pembagian upah sawi periode 2
50 % bagian sawi dibagi menjadi 15 bagian yang terdiri dari 4 bagian kapten, 2
bagian operator dan 1 bagian untuk masing masing sawi biasa.
Upah per bagian = Rp.105.041.768
15 = Rp. 7.002.785
No Upah ABK Bagian Upah Per
Periode (Rp) Upah Per bulan
(5 bulan)
1 Kapten (pawang) 4 28.011.138 5.602.228
2 Operator 2 14.005.569 2.801.114
3 Sawi Biasa 1 7.002.785 1.400.557
b. Unit kapal 2
Sistem bagi hasil : hasil dari keuntungan bersih dibagi menjadi 2
(Punggawa 50 % dan untuk sawi 50%)
a) Bagi hasil periode 1 (januari – juni)
No Musim Jumlah Trip Keuntungan (Rp)
1 Puncak (jan-Maret) 85 432.198.750
2 Paceklik (Apr-Jun) 68 42.310.571
Jumlah 153 474.509.321
Keuntungan periode 1 (Januari – Juni) = Rp.474.509.321
Bagi Hasil = Rp.474.509.321 x 50 % = Rp.237.254.661
Bagian Punggawa (50%) = Rp.237.254.661
Bagian Sawi (50%) = Rp.237.254.661
Pembagian upah sawi periode 1
50 % bagian sawi dibagi menjadi 15 bagian yang terdiri dari 4 bagian kapten, 2
bagian operator dan 1 bagian untuk masing masing sawi biasa.
Upah per bagian = Rp.237.254.661
15 = Rp.15.816.977
89
No Upah ABK Bagian Upah Per
Periode (Rp) Upah Per bulan
(5 bulan)
1 Kapten (pawang) 4 63.267.910 12.653.582
2 Operator 2 31.633.955 6.326.791
3 Sawi Biasa 1 15.816.977 3.163.395
b) Bagi hasil periode 2 (Juli – Desember)
No Musim Jumlah Trip Keuntungan (Rp)
1 Pacellik (juni-Juli) 37 23.021.929
2 Sedang (Aug - Desember)
108 251.659.000
Jumlah 145 274.680.929
Keuntungan periode 2 (Januari – Juni) = Rp.274.680.929
Bagi Hasil = Rp.274.680.929 x 50 % = Rp.137.340.464
Bagian Punggawa (50%) = Rp.137.340.464
Bagian Sawi (50%) = Rp.137.340.464
Pembagian upah sawi periode 2
50 % bagian sawi dibagi menjadi 15 bagian yang terdiri dari 4 bagian kapten, 2
bagian operator dan 1 bagian untuk masing masing sawi biasa.
Upah per bagian = Rp.137.340.464
15 = Rp. 9.156.031
No Upah ABK Bagian Upah Per
Periode (Rp) Upah Per bulan
(5 bulan)
1 Kapten (pawang) 4 36.624.124 7.324.825
2 Operator 2 18.312.062 3.662.412
3 Sawi Biasa 1 9.156.031 1.831.206
90
c. Unit kapal 3
Sistem bagi hasil : hasil dari keuntungan bersih dibagi menjadi 2
(Punggawa 50 % dan untuk sawi 50%)
a) Bagi hasil periode 1 (januari – juni)
No Musim Jumlah Trip Keuntungan (Rp)
1 Puncak (jan-Maret) 85 429.923.214
2 Paceklik (Apr-Jun) 68 39.792.767
Jumlah 153 469.715.982
Keuntungan periode 1 (Januari – Juni) = Rp.469.715.982
Bagi Hasil = Rp.469.715.982 x 50 % = Rp.234.857.991
Bagian Punggawa (50%) = Rp.234.857.991
Bagian Sawi (50%) = Rp.234.857.991
Pembagian upah sawi periode 1
50 % bagian sawi dibagi menjadi 15 bagian yang terdiri dari 4 bagian kapten, 2
bagian operator dan 1 bagian untuk masing masing sawi biasa.
Upah per bagian = Rp.234.857.991
15 = Rp.15.657.199
No Upah ABK Bagian Upah Per
Periode (Rp) Upah Per bulan
(5 bulan)
1 Kapten (pawang) 4 62.628.798 12.525.760
2 Operator 2 31.314.399 6.262.880
3 Sawi Biasa 1 15.657.199 3.131.440
b) Bagi hasil periode 2 (Juli – Desember)
No Musim Jumlah Trip Keuntungan (Rp)
1 Pacellik (juni-Juli) 37 21.651.947
2 Sedang (Aug - Desember)
108 231.860.714
Jumlah 145 253.512.661
Keuntungan periode 2 (Januari – Juni) = Rp.253.512.661
Bagi Hasil = Rp.253.512.661 x 50 % = Rp.126.756.331
Bagian Punggawa (50%) = Rp.126.756.331
91
Bagian Sawi (50%) = Rp.126.756.331
Pembagian upah sawi periode 2
50 % bagian sawi dibagi menjadi 15 bagian yang terdiri dari 4 bagian kapten, 2
bagian operator dan 1 bagian untuk masing masing sawi biasa.
Upah per bagian = Rp.126.756.331
15 = Rp.8.450.422
No Upah ABK Bagian Upah Per
Periode (Rp) Upah Per bulan
(5 bulan)
1 Kapten (pawang) 4 33.801.688 6.760.338
2 Operator 2 16.900.844 3.380.169
3 Sawi Biasa 1 8.450.422 1.690.084
d. Unit kapal 4
Sistem bagi hasil : hasil dari keuntungan bersih dibagi menjadi 2
(Punggawa 50 % dan untuk sawi 50%)
a) Bagi hasil periode 1 (januari – juni)
No Musim Jumlah Trip Keuntungan (Rp)
1 Puncak (jan-Maret) 75 364.243.929
2 Paceklik (Apr-Jun) 60 43.454.286
Jumlah 135 407.698.214
Keuntungan periode 1 (Januari – Juni) = Rp.407.698.214
Bagi Hasil = Rp.407.698.214 x 50 % = Rp.203.849.107
Bagian Punggawa (50%) = Rp.203.849.107
Bagian Sawi (50%) = Rp.203.849.107
Pembagian upah sawi periode 1
50 % bagian sawi dibagi menjadi 12 bagian yang terdiri dari 4 bagian kapten, 2
bagian operator dan 1 bagian untuk masing masing sawi biasa.
Upah per bagian = Rp.203.849.107
12 = Rp.16.987.426
92
No Upah ABK Bagian Upah Per
Periode (Rp) Upah Per bulan
(5 bulan)
1 Kapten (pawang) 4 67.949.702 13.589.940
2 Operator 2 33.974.851 6.794.970
3 Sawi Biasa 1 16.987.426 3.397.485
b) Bagi hasil periode 2 (Juli – Desember)
No Musim Jumlah Trip Keuntungan (Rp)
1 Pacellik (juni-Juli) 30 21.727.143
2 Sedang (Aug - Desember)
108 274.376.429
Jumlah 138 296.103.571
Keuntungan periode 2 (Januari – Juni) = Rp.296.103.571
Bagi Hasil = Rp.296.103.571 x 50 % = Rp.148.051.786
Bagian Punggawa (50%) = Rp.148.051.786
Bagian Sawi (50%) = Rp.148.051.786
Pembagian upah sawi periode 2
50 % bagian sawi dibagi menjadi 15 bagian yang terdiri dari 4 bagian kapten, 2
bagian operator dan 1 bagian untuk masing masing sawi biasa.
Upah per bagian = Rp.148.051.786
12 = Rp.12.337.649
No Upah ABK Bagian Upah Per
Periode (Rp) Upah Per bulan
(5 bulan)
1 Kapten (pawang) 4 49.350.595 9.870.119
2 Operator 2 24.675.298 4.935.060
3 Sawi Biasa 1 12.337.649 2.467.530