Post on 09-Mar-2019
ANALISA YURIDIS KESETARAAN KEDUDUKANKREDITUR DAN DEBITUR DALAM
PERJANJIAN KREDIT(STUDI KASUS PADA PT.BANK X DI JAKARTA)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan
VERONIKA FARIDA RISWANTI, SH0906583182
UNIVERSITAS INDONESIAFAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATANDEPOK
JULI 2011
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Veronika Farida Riswanti, SH
NPM : 0906 583182
Tanda Tangan :
Tanggal :
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
iiiAnalisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat,
rahmat, kasih dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Analisa Yuridis
Kesetaraan Kedudukan Kreditur dan Debitur dalam Perjanjian Kredit (Studi
Kasus pada PT.Bank X di Jakarta)” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai
gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu dengan rasa syukur dan bangga saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
(1) Ibu Arikanti Natakusumah, S.H selaku dosen pembimbing tesis yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam
penyusunan tesis ini.
(2) Bapak Dr. Drs. Widodo Suryandono, SH, MH., selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan
Pembimbing Akademis beserta Ibu R. Ismala Dewi, SH., MH. selaku
Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Indonesia;
(3) Seluruh Bapak/Ibu staff Kesekretariatan Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Ibu Ain, Bapak Budi,
Bapak Bowo, Bapak Parman, dan yang lain, yang telah banyak membantu
Penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan tesis.
(4) Seluruh Dosen Magister Kenotariatan yang telah membimbing saya dan
memberikan ilmunya yang bermanfaat, namun yang tidak dapat disebutkan
satu persatu;
(5) Suamiku tercinta Yustisia Adiwibowo,SH.,MH., dan anak-anakku
Benedictus Prima Durand Adiwibowo, Matius Gama Adiwibowo (alm), dan
anakku yang masih dalam kandunganku, terima kasih atas dukungan, cinta,
kasih dan sayang serta doa yang kalian berikan untuk mama sehingga mama
dapat menyelesaikan kuliah dan tesis ini.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
v
(6) Bapakku Andreas Ngadimin (alm) – terima kasih atas semangat dan
pemikiran yang telah bapak tanamkan kepadaku untuk tetap belajar dan
menuntut ilmu setinggi mungkin - dan Ibuku Maria Margaretha Mujirah
serta Ibu Mertuaku Anna Maria Sumini yang selalu memberikan dukungan
yang begitu besar, doa serta semangat. Serta seluruh keluarga besar Andreas
Ngadimin (kakakku Isti, Adikku Tanto (alm), Tanti dan Ius, serta semua
keponakanku), saya sangat bersyukur menjadi salah satu bagian dari
keluarga ini.
(7) Bapak Mayang Wahyu Wibawa,SH.MKN, selaku pimpinan di Credit
Documentation pada PT.Bank OCBC NISP,Tbk, Cabang Tangerang dan
teman-temanku di Credit Documentation pada PT.Bank OCBC NISP,Tbk
Cabang Tangerang yaitu Melisa, Yeni, Irnis, mbak Iis, Mbak Susi, yang
selama saya kuliah telah menberikan dorongan, semangat, dan kerja sama
yang sangat baik sehingga saya dapat menyelesaiakan magister kenotariatan
ini.
(8) Teman-teman angkatan 2009 yang memberikan banyak informasi, ilmu,
kebahagiaan dan kenangan indah selama 2 tahun ini, namun karena terlalu
banyak tidak dapat disebutkan satu persatu;
(9) Sahabat-sahabat di MKN Ceria (Chekky, Irnis, teh Iroh, Ira, Nopah, Winda,
Anisa, Mbak Erna, Shinta), yang senantiasa memberikan dukungan dan
perhatian selama 2 tahun ini;
(10) Seluruh pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
membantu terselesaikannya penulisan tesis ini.
Depok, 28 Juni 2011
Penulis
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangandibawah ini :
Nama : Veronika Farida Riswanti, SHNPM : 0906 583182Program Studi : Magister KenotariatanFakultas : HukumJenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisa Yuridis Kesetaraan Kedudukan Kreditur dan Debitur dalamPerjanjian Kredit (Studi Kasus pada PT.Bank X di Jakarta)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, danmempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetapmencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik HakCipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : DepokPada Tanggal :
Yang menyatakan,
Veronika Farida Riswanti, SH
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
vii
ABSTRAK
Nama : Veronika Farida Riswanti, SHProgram Studi : Magister KenotariatanJudul :Analisa Yuridis Kesetaraan Kedudukan Kreditur dan Debitur
Dalam Perjanjian Kredit (Studi Kasus pada PT.Bank X diJakarta)
.Kedudukan para pihak dalam suatu perjanjian kredit harus setara dan
seimbang. Dalam suatu Perjanjian Kredit seringkali terjadi ketidakseimbangankedudukan antara Kreditur dan Debitur. Penelitian ini dianalisis secara deskriptifanalitik dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Suatu Perjanjiankredit yang biasanya merupakan perjanjian baku dan memuat aturan-aturanstandar yang telah ditetapkan oleh kreditur, harus tetap memperhatikankeseimbangan kedudukan antara kreditur dan debitur. Dengan demikianperjanjian kredit yang dibuat akan dilaksanakan dengan itikad baik dan tanpaadanya paksaan terhadap masing-masing pihak, karena masing-masing pihakmemiliki kedudukan yang seimbang.
Kata Kunci :Perjanjian Kredit, kesetaraan, Debitur, Kreditur, Perjanjian Baku.
ABSTRACT
Name : Veronika Farida Riswanti, SHStudy Program : Master of NotaryTitle : Legal Analysis the Equality Position of Creditor and Debtor in
the Loan Agreement (Case Study at PT. Bank X in Jakarta)
The position of the parties in the loan agreement shall be equal andbalance. In the Loan Agreement often happens inequality position betweenCreditor and Debtor. This research is analyzed by descriptive analytic with thelegal analytic approach. A loan agreement which is commonly as standardcontract set up by Creditor, must remain pay attention to the equality position ofCreditor and Debtor. Therefore the loan agreement can be performed in good faithand without duress to each party, since each party has equal position.
Keywords:Loan Agreement, Equality, Debtor, Creditor, Standard Contract.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………………..ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………..iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …………………..v
ABSTRAK ……………………………………………………………………….vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….vii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….ix
1. BAB I ………………………………………………………………………....1
1.1.Latar Belakang ……………………………………………………………1
1.2.Pokok Permasalahan ……………………………………………………...3
1.3Tujuan Penelitian ………………………………………………………….3
1.4.Kerangka Teori …………………………………………………………...4
1.5.Metode Penelitian ……………………………………………………….11
1.6.Sistematika Penulisan ……………………………………………………14
2. BAB II……………………………………………………………………… 15
2.1.Perjanjian Kredit ………………………………………………………...15
2.1.1.Pengertian , Definisi Perjanjian Kredit ……………………………......15
2.1.2.Sifat Perjanjian Kredit …………………………………………………16
2.1.3.Ruang Lingkup Perjanjian Kredit …………………………………......18
2.1.4.Asas-asas Dalam Perjanjian Kredit ……………………………………19
2.1.5.Syarat Sahnya Perjanjian ………………………………………………21
2.2.Prinsip Bank Dalam Pemberian Kredit kepada Debitur …………………26
2.2.1.Prinsip Manajemen Risiko dan Penetapan Kualitas Kredit …………...26
2.2.1.1.Prinsip Manajemen Risiko …………………………………………..26
2.2.1.2Prinsip Penetapan Kualitas Kredit ……………………………………29
2.3.Dasar Hukum Perjanjian Kredit …………………………………………32
2.4.Bentuk Perjanjian Kredit ………………………………………………..34
2.4.1.Perjanjian Standar atau Perjanjian Baku ………………………………34
2.4.2.Format Perjanjian Kredit pada PT.Bank X ……………………………38
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
2.4.2.1.Perjanjian Kredit Dalam Bentuk Notariil Akta ……………………..38
2.4.2.2.Perjanjian Kredit yang Dibuat Dengan Akta Dibawah Tangan …….39
2.5.Proses Pembuatan Akta Perjanjian Kredit ……………………………...40
2.5.1.Prosedur Administrasi Perbankan ……………………………………..41
2.5.2.Penyidikan dan Analisis Kredit ………………………………………..43
2.5.3.Persiapan Dokumen Legal dan Penandatanganan Akta ……………….45
2.5.4.Permasalahan Teknis yang dihadapai oleh Notaris dan Bank …………46
2.6.Kesetaraan Kedudukan Kreditur dan Debitur Dalam Perjanjian Kredit ...47
2.6.1.Perjanjian Standar vs Asas Kebebasan Berkontrak ……………….......47
2.6.2.Hubungan Antara Bank Dengan Debitur ………………………….......53
2.6.3.Klausul Penting dalam Akta Perjanjian Kredit ………………………. 56
2.6.4.Permasalahan Hukum yang Timbul Dalam Perjanjian Kredit ………...60
3. BAB III
3.1.Kesimpulan ………………………………………………………………61
3.2.Saran ……………………………………………………………………..62
DAFTAR REFERENSI …………………………………………………………63
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesetaraan kedudukan para pihak dalam suatu perjanjian kredit hingga
saat ini masih dipertanyakan. Hal ini disebabkan karena perjanjian kredit
termasuk dalam perjanjian baku atau perjanjian standar, dimana dalam
perjanjian standar maka isi perjanjian ditentukan oleh salah satu pihak, yaitu
pihak yang memiliki kedudukan lebih kuat, dalam hal ini Bank selaku kreditur.
Pemberian kredit oleh Bank sebagai lembaga keuangan dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini sejalan dengan
tujuan yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
(selanjutnya disebut Undang-undang Perbankan) yaitu dalam Penjelasan
Umum :
”Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yangsemakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yangdapat menunjang sekaligus dapat berdampak kurang menguntungkan.Sementara itu perkembangan perekonomian nasional senantiasabergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. Olehkarena itu diperlukan berbagai penyesuaian kebijakan dibidangekonomi termasuk sektor perbankan sehingga diharapkan akan dapatmemperbaiki dan memperkukuh perekonomian nasional.”1
Peranan perbankan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat harus lebih ditingkatkan sehingga hal ini akan
memperkuat struktur perekonomian nasional. Peranan perbankan dalam
menyalurkan dana kepada masyarakat diwujudkan dengan pemberian kredit.
Dalam pemberian kredit bank harus bertindak hati-hati. Kehati-hatian ini erat
kaitannya karena dana yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
kredit merupakan dana yang diperoleh bank dari menghimpun dana
1Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7Tahun 1992 tentang Perbankan .
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
2
masyarakat lain yang berupa tabungan. Disini terdapat risiko yang harus
ditanggung oleh bank selaku kreditur, yaitu risiko adanya debitur yang tidak
dapat mengembalikan hutang pada waktu yang telah diperjanjian atau dengan
kata lain risiko adanya kredit macet.
Berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Perbankan,
disebutkan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan
analisis yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan
nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Dalam penjelasannya disebutkan
bahwa untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit,
bank harus melakukan penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan,
modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur. Ketentuan ini wajib
dilaksanakan oleh seluruh bank umum yang berada di Indonesia yang
menyalurkan kredit kepada masyarakat.
Selain ini salah satu penerapan prinsip kehati-hatian tersebut, bank
dalam memberikan kredit adalah pada saat proses kredit tersebut yang diawali
dengan suatu perjanjian kredit. Dalam praktek perbankan perjanjian kredit
biasanya dibuat dan disiapkan oleh bank selaku kreditur, yang berisi tentang
ketentuan-ketentuan kredit yang mengikat bank selaku kreditur dan debitur
selaku penerima kredit. Perjanjian kredit bank dikategorikan dalam perjanjian
baku atau perjanjian standar. Dalam perjanjian baku atau standar maka
ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian dibakukan dan disusun oleh
suatu organisasi perusahaan atau perdagangan. Ketentuan-ketentuan itu
disebut dengan syarat-syarat baku. Selanjutnya yang disebut syarat-syarat
baku adalah syarat-syarat konsep tertulis yang dimuat dalam beberapa
perjanjian yang masih akan dibuat, yang jumlahnya tidak tentu, tanpa
membicarakan lebih dahulu isinya.
Pada dasarnya dalam suatu perjanjian para pihak saling bersepakat
untuk membicarakan hal-hal yang mereka kehendaki, namun dalam perjanjian
kredit, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai isi perjanjian kredit telah
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
3
ditetapkan oleh salah satu pihak yang kuat (kreditur), sedangkan debitur hanya
dalam posisi yang lemah sehingga menerima saja isi perjanjiannya.
Meskipun perjanjian kredit tersebut dirasa tidak adil, dan
menimbulkan rasa ketidakpuasan dari pihak debitur akan tetapi dalam praktek
perjanjian itu tumbuh karena keadaan menghendaki dan harus diterima
sebagai suatu kenyataan. Berpokok pangkal dari hal tersebut maka dalam
tulisan ini akan dibahas tentang :
“Kesetaraan kedudukan kreditur dan debitur dalam suatu akta
perjanjian kredit (studi kasus pada PT.Bank X di Jakarta)”.
I.2. Pokok Permasalahan
1.2.1 Bagaimanakah kedudukan bank selaku kreditur dan debitur dalam
suatu perjanjian kredit?
1.2.2 Apakah suatu perjanjian baku dalam hal ini perjanjian kredit dapat
diubah sebagaimana keinginan para pihak (dalam hal ini debitur,
apabila isi perjanjian kredit tidak sesuai dengan kehendaknya)?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Obyektif
a. Untuk meneliti kesetaraan kedudukan para pihak dalam suatu
perjanjian kredit bank, yang notabene adalah suatu perjanjian
baku atau perjanjian standar.
b. Untuk meneliti apakah klausula-klasula baku dalam suatu
perjanjian kredit masih dapat dilakukan perubahan apabila
klausula baku tersebut merugikan pihak debitur.
1.3.1. Tujuan Subyektif
Untuk memenuhi syarat akademis pembuatan TESIS pada Fakultas
Hukum Paska Sarjana Universitas Indonesia Jurusan Magister Kenotariatan.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
4
1.4. Kerangka Teori
1.4.1. Hal-Hal Berkaitan Dengan Kredit
a. Perjanjian Kredit
Menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.
Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari bahasa Belanda
overeenkomst. Overeenkomst ini berasal dari kata kerja overeenkomen yang
berarti sepakat atau setuju. Hingga saat ini ada berbagai macam pendapat
mengenai terjemahan kata overeenkomst. Ada sarjana yang menterjemahkan
overeenkomst dengan persetujuan dan ada yang menterjemahkan dengan
perjanjian.
Menurut Subekti, Overeenkomst dapat diartikan sebagai perjanjian
ataupun sebagai persetujuan karena keduanya mempunyai arti yang sama
yaitu bahwa kedua belah pihak setuju untuk suatu hal.2 Kata overeenkomst
menurut Sudikno hanya perjanjian saja, karena menurut beliau salah satu
syarat sahnya overeenkomst adalah adanya toesteming, yang dapat diartikan
sebagai persetujuan, persesuaian kehendak atau kata sepakat. 3 Jadi istilah
persetujuan itu sudah terkandung dalam kata perjanjian. Selanjutnya dalam
karya tulis ini akan digunakan istilah perjanjian sebagai terjemahan
overeenkomst.
Dalam KUHPerdata pengertian perjanjian dapat dilihat dalam Pasal
1313 KUHPerdata. Perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata dinyatakan
sebagai berikut :”Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lain
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Perumusan perjanjian seperti yang tercantum dalam Pasal 1313
KUHPerdata, menurut para sarjana mengandung banyak kelemahan yaitu
2 Subekti, Hukum Perjanjian, hal.13 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), hal.97.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
5
disatu sisi kurang lengkap namun disisi lain terlalu luas. Menurut Sri Soedewi
Mascjhoen Sofwan, dikatakan kurang lengkap karena perjanjian dalam Pasal
1313 KUHPerdata hanya mencakup perbuatan sepihak saja, hal ini dapat
dilihat dari kata “dengan mana satu atau lebih“, sedangkan dalam
kenyataannya banyak dijumpai perjanjian timbal balik. Dikatakan terlalu luas
karena pengertian tersebut tidak memberikan batasan pada kata perbuatan
sehingga perbuatan ini mencakup juga tindakan-tindakan seperti perwakilan
sukarela atau melakukan tugas tanpa kuasa (zaakwarneming) dan perbuatan
melawan hukum (onrechtmatigedaad) serta mencakup pula hal membuat
janji-janji atau perjanjian dalam perkawinan dimana perbuatan itu termasuk
dalam lingkup hukum keluarga yang juga menimbulan perjanjian, tetapi
istimewa sifatnya yaitu dikuasai oleh ketentuan-ketentuan tersendiri, sehingga
Buku III KUHPerdata tidak berlaku terhadapnya, setidak-tidaknya tidak
berlaku secara langsung.4
Senada dengan pendapat Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, R.Setiawan
mengemukakan juga bahwa pengertian perjanjian menurut Pasal 1313
KUHPerdata selain kurang lengkap juga sangat luas, sehingga diperlukan
perbaikan dalam perumusannya. Menurut beliau perjanjian adalah suatu
perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau
saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.5
Menurut Sudikno pengertian perjanjian adalah: Hubungan hukum
antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan
akibat hukum. Dua pihak itu sepakat untuk menentukan peraturan atau kaedah
atau hak dan kewajiban, yang mengikat mereka untuk ditaati dan dijalankan.
Kesepakatan itu adalah untuk menimbukan hak dan kewajiban dan kalau
kesepakatan itu dilanggar maka ada akibat hukumnya dan si pelanggar dapat
dikenai akibat.6
4 Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, Hukum Pertanggungan Bag.B, hal.15 R.Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, hal 49.6 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), hal.97.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
6
b. Pengertian Dan Unsur-Unsur Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang berarti
kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang
atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima
kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu
yang telah diperjanjikan. Dengan akan diterimanya kontra prestasi di masa
mendatang maka jelas tergambar bahwa kredit dalam arti ekonomi adalah
penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang baik dalam
bentuk barang, jasa, maupun uang. Disini terlihat juga bahwa waktu adalah
faktor utama yang memisahkan prestasi dan kontra prestasi.
Adapun unsur-unsur kredit adalah:
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit
bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang,
barang maupun jasa akan benar-benar diterimanya
kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa mendatang.
2. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara
pemberian prestasi dan kontra prestasi yang akan diterima
dimasa yang akan datang.
3. Risiko, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapai
sebagai akibat adanya jangka waktu yang memisahkan
antara prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima
dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin
tinggi resiko yang akan muncul.
4. Prestasi, atau obyek kredit tidak saja diberikan dalam
bentuk uang namun dapat juga diberikan dalam bentuk
barang atau jasa.
c. Tujuan Pemberian Kredit
Di negara-negara liberal tujuan pemberian kredit didasarkan kepada
usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang
dianut oleh Negara yang bersangkutan yaitu dengan pengorbanan sekecil-
kecilnya untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
7
Oleh karena pemberian kredit dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya maka bank hanya boleh meneruskan
simpanan masyarakat kepada nasabah dalam bentuk kredit, jika ia betul-betul
merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit akan mampu untuk
mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dari faktor kemampuan dan
kemauan tersebut tersimpul unsur keamanan (safety) dan unsur keuntungan
(profitability) dari suatu kredit.
Unsur keamanan adalah bahwa prestasi yang diberikan dalam bentuk
uang, barang, atau jasa itu benar-benar terjamin pengembaliaannya, sehingga
keuntungan (profitability) akan dapat menjadi kenyataan. Sedangkan
keuntungan yang merupakan tujuan pemberian kredit akan terjelma dari bunga
yang diterima.
Indonesia sebagai suatu negara yang menjadikan Pancasila sebagai
dasar atau falsafahnya, maka tujuan kredit tidak semata-mata untuk mencari
keuntungan melainkan disesuaikan dengan tujuan Negara kita yaitu mencapai
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu tujuan
kredit di Indonesia adalah :
1) Turut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
2) Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan
fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
3) Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin,
dan dapat memperluas usahanya.
Dari tujuan tersebut tersimpul adanya kepentingan yang seimbang
antara :
1) Kepentingan pemerintah
2) Kepentingan masyarakat (rakyat)
3) Kepentingan pemilik modal (pengusaha)
Oleh karena itu kebijakan kredit perbankan harus disesuaikan pula
dengan kebijakan dibidang ekonomi dan pembangunan yang berlaku dinegara
kita, sehingga secara umum dapat dikemukakan bahwa kebijakan kredit
perbankan adalah sebagai berikut:
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
8
1) Pemberian kredit harus seirama dan sesuai dengan kebijakan
moneter dan ekonomi.
2) Pemberian kredit harus selektif dan diarahkan kepada sektor-sektor
yang diprioritaskan.
3) Bank dilarang memberikan kredit kepada usaha-usaha yang
diragukan bank abilitynya.
4) Setiap kredit harus diikat dengan suatu perjanjian kredit (akad
kredit), disini tersirat pertimbangan yuridis dari revenue
(penghasilan pemerintah dengan adanya bea materai kredit).
5) Pelarangan Overdraft (penarikan uang dari bank melebihi saldo pada
giro atau melebihi plafond kredit yang diberikan)
6) Pelarangan pemberian kredit untuk membayar pajak dan bea cukai.
7) Pelarangan pemberian kredit tanpa jaminan ( pertimbangan
keamanan)
Adapun fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan
perdagangan adalah:
1)Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang.
2) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
3) Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang
4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan usaha
6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan
7) Kredit sebgai alat untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
8) Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
1.4.2. Perjanjian Baku
1.Pengertian Perjanjian Baku
Peranan perjanjian dalam dunia usaha semakin jelas dirasakan
sebagai salah satu faktor yang merupakan kebutuhan, apabila pengusaha
mengadakan perjanjian dengan pengusaha, umumnya sudah dapat
dipahami dengan syarat-syarat yang mereka setujui bersama, mereka akan
mencapai tujuan ekonomi yang mereka harapkan. Setelah diberlakukan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
9
untuk semua konsumen dalam jumlah banyak dan kasusnya sama,
dirasakan perlu untuk mempersiapkan terlebih dahulu isi dan bentuk
perjanjian.
Kebijaksanaan mempersiapkan terlebih dahulu isi dan bentuk
perjanjian diharapkan demi kelancaran usaha perusahaan dengan tanpa
merugikan pihak lain alam perjanjian. Perjanjian yang demikian disebut
perjanjian baku.
Dalam prespektif umum perjanjian baku adalah suatu kesepakatan
antara kedua belah pihak dimana hal-hal yang disepakati itu dibuatkan
perjanjian yang dibakukan sebelumnya. Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian
baku telah disusun dan disiapkan oleh salah satu pihak dalam hal ini adalah
pihak yang mempunyai kemampuan ekonomi diatas pihak yang lain.
Ketentuan-ketentuan itu disebut dengan syarat-syarat baku. Selanjutnya yang
disebut syarat-syarat baku adalah syarat-syarat konsep tertulis yang dimuat
dalam beberapa perjanjian yang masih akan dibuat, yang jumlahnya tidak
tentu, tanpa membicarakan lebih dahulu isinya.
Pada dasarnya dalam perjanjian para pihak saling sepakat untuk
membicarakan hal-hal yang mereka kehendaki, namun dalam perjanjian baku
syarat-syarat baku sebagai isi perjanjian telah ditetapkan oleh salah satu pihak
yang kuat (kreditur), sedangkan debitur hanya dalam posisi lemah sehingga
menerima saja isi perjanjian tersebut.
Apabila debitur membuat suatu perjanjian, seharusnya debitur telah
melihat dan mengetahui isi perjanjian, sehingga bila tidak menyetujui sudah
sepantasnya apabila ia mengusulkan untuk merubah isi perjanjian. Namun lain
kenyataan dengan yang terjadi dalam perjanjian baku, bila debitur tidak
menyetujui salah satu syarat atau isi perjanjian, maka tidak ada pilihan lain
kecuali hanya bersikap menerima atau menolak, sehingga kemungkinan untuk
merubah isi perjanjian tidak ada sama sekali.
2.Cara Pengikutsertaan Syarat-syarat Baku
Ada beberapa caa yang digunakan dalam mengikutsertakan syarat-
syarat baku yaitu melalui :
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
10
a. Metode Pendantanganan
Metode ini adalah paling aman yaitu dengan cara syarat-syarat
dimasukkan dalam suatu dokumen kontrak dan meminta kepada pihak
peserta kontrak untuk menandatanganinya. Orang yang membubuhkan
tanda tangan diatas dokumen telah terikat dengan isi dokumen yang
bersangkutan.
b. Penunjukkan dalam dokumen kontrak
Metode ini tidak memuat syarat-syarat baku dalam perjanjian tetapi
dengan penunjukan syarat-syarat baku yang memuat dalam tempat lain.
Biasanya syarat-syarat umum pihak lain hanya berlaku jika tidak
bertentangan dengan syarat umumnya sendiri.
c. Pemberitahuan diatas dokumen-dokumen kontrak atau kertas surat.
Pemberitahuan atau pengiriman dokumen-dokumen kontrak untuk
ditandatangani sering terjadi pada bidang-bidang usaha tertentu. Dibidang
lain ada kebiasaan untuk mencetak syarat-syarat baku diatas dokumen
kontrak yang tidak ditandatangani semisal surat angkutan, surat
penerimaan dan sebagainya. Orang yang dalam waktu yang singkat tidak
mengajukan keberatan terhadap isi surat dianggap telah menyetujui isi
perjanjian.
d. Pemberitahuan atau penunjukan diatas papan pengumuman.
Untuk berlakunya syarat-syarat baku yang ditempatkan diatas papan
pengumuman maka penempatannya ditempat jelas dan diketahui para
pihak serta ditulis dan dicetak dengan huruf yang mudah dibaca.
3.Tanggung Jawab dan Eksonerasi.
Masalah tanggung jawab dirumuskan dalam syarat-syarat perjanjian.
Dalam rumusan tersebut terdapat tanggung jawab yang menjadi beban
kreditur dan beban debitur. Apabila ditelaah lebih cermat, beban tanggung
jawab debitur lebih ditonjolkan daripada beban tanggung jawab kreditur.
Keadaan ini dirumuskan sedemikian rapi dalam syarat-syarat perjanjian,
sehingga relatif singkat dan kurang dapat dipahami oleh debitur ketika
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
11
membuat perjanjian dengan kreditur. Syarat yang berisi pembebasan tanggung
jawab ini disebut klausula eksonerasi.
Klausula eksonerasi adalah syarat yang secara khusus membebaskan
kreditur dari tanggung jawab terhadap akibat yang merugikan yang timbul
dari pelaksanaan perjanjian. Klausula eksonerasi hanya dapat digunakan
dalam pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik. Tujuan utama klausula
eksonerasi adalah mencegah pihak debitur untuk merugikan kepentingan
kreditur.
1.5. Metode Penelitian
Berbagai pengertian yang menjadi bagian metodologi yang akan
dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan penelitian yuridis normatif. Penelitian
yuridis normatif adalah penelitian yang hanya bersandar pada norma hukum
saja
2. Tipe Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitis yaitu suatu
penelitian yang dilakukan dengan mana sudah ada teori atau pengetahuan
tentang obyek yang akan diteliti sehingga diharapkan dapat mempertegas
hipotesa dalam rangka membantu menyusun teori-teori baru ataupun
memperkuat teori lama. Penelitian ini dilakukan terlebih dahulu menjelaskan
secara umum mengenai permasalahan yang akan dibahas sebelum dianalisa
lebih lanjut.
3. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah: Studi kepustakaan
1) Pada metode ini penulis mempergunakan Content Identification terhadap
bahan-bahan hukum yang akan diteliti, yaitu dengan membuat
form/lembar dokumen berfungsi untuk mencatat informasi / atau data dari
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
12
bahan-bahan hukum yang diteliti yang berkaitan dengan masalah
penelitian yang dirumuskan.
Adapun bahan hukum yang menjadi obyek penelitian adalah :
1) Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang
memiliki kekuatan mengikat secara yuridis meliputi :
1. Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan (selanjutnya disebut Undang-undang
Perbankan)
2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana diubah dengan Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia menjadi Undang-undang.
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009
Tanggal 27 Januari 2009 tentang Bank Umum
4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006
Tanggal 5 Oktober 2006 Tentang Perubahan atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005
tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
5. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/2/PBI/2009
tanggal 29 Januari 2009 tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005
tentang Pemenuhan Kualitas Aktiva Bank Umum.
6. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/5/DPNP
tanggal 28 Januari 2009 tentang Bank Umum
7. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/6/DPNP
tanggal 18 Februari 2011 tentang Pedoman
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
13
Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk
Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan
Standar.
8. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/5/DPNP
tanggal 8 Februari 2011 tentang Transparansi
Informasi Suku Bunga Daar Kredit.
9. Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup
10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
2) Bahan Hukum Sekunder merupakan bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang
meliputi:
a. Hasil karya ilmiah
b. Hasil-hasil penelitian sebelumnya
c. Surat kabar
3) Bahan hukum tersier, merupakan bahan-bahan yang
menjelaskan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, yang meliputi :
a. Bibliografi
b. Ensiklopedia
c. Kamus
4. Metode Analisa Data
Pada tahap ini data yang dikumpulkan akan diolah dan dimanfaatkan
sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menjawab persoalan
penelitian. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, karena data yang diperoleh bukan berupa angka atau
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
14
tidak akan diangkakan secara statistik, namun merupakan informasi naratif
yang tidak mementingkan banyak data tetapi detail dan rincinya data.
Menurut Soerjono Soekanto, analisis data kualitatif adalah suatu cara
analisis yang menghasilkan data deskriptif-analisis, yaitu apa yang dinyatakan
oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata, yang
diteliti dan dipelajari secara utuh.7
5. Bentuk Hasil Penelitian
Bentuk hasil penelitian adalah deskriptif analitik artinya penelitian
dengan menggunakan data-data yang telah dianalisis disajikan dengan
pemaparan yang logis dengan menguraikan bagian-bagian masalah secara
komprehensif serta menggambarkan obyek penelitian secara sistematis
kemudian diuraikan bagian-bagiannya (analisa) sesuai dengan identifikasi
masalah yang ditentukan diawal penelitian.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisikan latar belakang masalah,
kemudian perumusan masalah, kerangka teori, tujuan penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan tentang isi penulisan
secara keseluruhan.
BAB II Analisis, pada bab ini menguraikan ketentuan-ketentuan
yuridis dan identifikasi masalah yuridis yang timbul berdasarkan data-data
yang ditemukan dan peraturan-peraturan yang berkaitan.
BAB III Penutup, Kesimpulan dan Saran, pada bab ini adalah
pembahasan inti dari apa yang telah dibahas dan merupakan jawaban dari
perumusan masalah .
7 Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, hal.250
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
15
BAB II
2.1. PERJANJIAN KREDIT
2.1.1. Pengertian, Definisi Perjanjian Kredit
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukanlah perkatan yang asing
bagi masyarakat Indonesia. Perkataan kredit tidak hanya dikenal oleh mayarakat
kota besar namun juga masyarakat di pedesaan.
Kata ”Kredit” berasal dari bahasa Romawi yaitu ”Credere” artinya
Percaya atau kepercayaan. Kepercayaan yang dimaksud adalah kepercayaan
dalam penundaan pembayaran, baik penundaan utang piutang maupun penundaan
jual beli. Debitur tidak wajib membayar hutangnya secara langsung atau tunai
namun dapat dilakukan dengan cara mencicil atau bertahap. Oleh karena itu
karena dasar dari kredit adalah kepercayaan, maka seseorang atau suatu badan
yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur)
dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah
dijanjikannya.
Dengan demikian prestasi dan kontraprestasi dapat berupa sebagai
berikut :
- barang terhadap barang
- barang terhadap uang
- barang terhadap jasa
- jasa terhadap jasa
- jasa terhadap uang
- jasa terhadap barang
- uang terhadap uang
- uang terhadap barang
- uang terhadap jasa
dengan akan diterimanya kontraprestasi pada masa yang akan datang,
maka jelas tergambar bahwa kredit dalam arti ekonomis adalah penundaan
pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang baik dalam bentuk barang, jasa
maupun uang. Disini terlihat bahwa faktor waktu adalah faktor utama yang
memisahkan antara prestasi dengan kontraprestasi.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
16
Dalam hukum perdata terdapat beberapa pendapat tentang arti kredit
tersebut, antara lain : Savelberg menyatakan ”kredit” mempunyai arti antara lain :
- Sebagai dasar dari setiap perikatan (verbentenis) dimana seseorang berhakmenuntut sesuatu dari orang lain.
- Sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada oranglain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu(commodatus, depositus, regulare, pignus).8
Sedangkan Levy merumuskan arti hukum dari kredit sebagai berikut :
”Menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secarabebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjamanitu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjamanitu dibelakang hari.”9
Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang Perbankan, mengatakan :
”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakandengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antarabank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasiutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga;”10
2.1.2. Sifat Perjanjian Kredit
Dalam Hukum Perdata, Perjanjian kredit termasuk dalam perjanjian
pinjam uang sebagaimana diatur dalam Bab XIII Buku III KUHPerdata
mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari isi Pasal 1754 KUHPerdata yang
berbunyi :
”Pinjam meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satumemberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barangyang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yangbelakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dankeadaan yang sama pula.”11
Perjanjian pinjam uang ini bersifat riil, tersimpul dari kalimat ”pihak yang
satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang
8 Dikutip dari buku H.M.A.Savelberg, De crediet Hypotheek, diss, 1885, Hal.33.9 Mr.J.A.Levy, Rekening Courant, 1873 hal.192.10
Pasal 1 angka 11,. Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telahdiubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undangNomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan .11 Pasal 1253 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
17
yang habis karena pemakaian” (dalam hal ini adalah uang). Apabila kedua belah
pihak telah sepakat dengan unsur-unsur yang terdapat dalam perjanjian pinjam
uang, maka tidak berarti bahwa perjanjian tentang pinjam uang itu telah terjadi.
Perjanjian baru terjadi apabila telah dilakukan penyerahan sejumlah uang kepada
pihak peminjam. Saat penyerahan uang tersebut maka lahirlah perjanjian pinjam
uang tersebut.
Ada beberapa pendapat tentang sifat dari perjanjian kredit antara lain :
1. Windscheid, mengemukakan bahwa perjanjian kredit adalah
perjanjian dengan syarat tangguh, yang pemenuhannya
tergantung kepada peminjam, yakni kalau penerima kredit
menerima dan mengambil pinjaman itu (pasal 1253
KUHPerdata).12
2. Goudeket, menurut ajaran ini, perjanjian kredit yang didalamnya
memuat perjanjian pinjam uang adalah perjanjian yang bersifat
konsesuil dan obligatoir. Perjanjian ini mempunyai kekuatan
mengikat sesuai dengan Pasal 1338 KUHPerdata.13
3. Losecaat Vermeer, mengatakan bahwa pertama-tama pihak
membuka perjanjian, dimana pihak yang meminjamkan
berkewajiban untuk menyerahkan uang dan pihak peminjam
berkewajiban untuk menerima uang. Pada saat uang itu
diserahkan, maka perjanjian itu beralih dari perjanjian ”untuk”
meminjamkan uang menjadi perjanjian pinjam uang.14
4. Menurut Prof.Dr.Mariam Darus Badrulzaman,SH, perjanjian
kredit bank adalah ”perjanjian pendahuluan”
(voorovereenkomst) dari penyerahan uang. Perjanjian
pendahuluan merupakan hasil permufakatan antara pemberi dan
penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum
12 Dikutip dari Buku H.M.A Savelberg, De Crediet hypotheek diss, 1883, hal.513 Dikutip dari Buku Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam PerjanjianKredit Bank Dengan Jaminan Hypotheek serta Hambatan-hambatannya dalam praktek di Medan,hal.2714 Dikutip dari buku A.Ruschen, Crediethypotheken, diss.Groninggen, 1955, hal.15
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
18
antara keduanya. Perjanjian ini bersifat konsesuil (pacta de
contrahendo) obligatoir.15
Penulis setuju dengan pendapat dari Mariam Darus Badrulzaman mengenai
perjanjian kredit, dimana perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan.
2.1.3. Ruang Lingkup Perjanjian Kredit
Dilihat dari ruang lingkupnya, perjanjian kredit yang akan dibahas dalam
tulisan ini adalah perjanjian kredit dengan bentuk :
a. Akta Notaris
b. Akta dibawah tangan
Adapun kedua bentuk perjanjian ini, dari segi isi bersifat baku dan ditentukan oleh
pihak Bank selaku kreditur.
Perjanjian kredit yang dibuat dibawah tangan biasanya dilakukan untuk
kredit-kredit dengan jumlah debitur yang banyak seperti perjanjian kredit
pemilikan rumah, kredit multi guna, maupun kredit kepemilikan kendaraan
bermotor atau biasanya disebut kredit untuk keperluan konsumtif. Hal ini
dilakukan adalah untuk menekan biaya yang mungkin timbul jika perjanjian kredit
dilakukan dengan akta notaris. Sedangkan untuk perjanjian kredit yang dilakukan
dalam bentuk akta notaris biasanya adalah perjanjian kredit yang memiliki
plafond besar (kecuali untuk perjanjian kredit dengan jaminan deposito-back to
back credit). Perjanjian kredit dengan akta notaris biasanya digunakan untuk
kredit komersiil atau kredit untuk mendapatkan modal kerja.
Dari segi subyek penelitian yang diteliti adalah perjanjian kredit pada
salah satu Bank swasta tertua keempat di Indonesia yang pada tahun ini telah
genap berusia 70 tahun (selanjutnya disebut Bank X). Latar belakang penulis
memilih Bank X ini adalah karena usia Bank X ini sudah cukup lama dan bank
tersebut mampu bertahan dari segala permasalahan keuangan yang dihadapi oleh
negara kita seperti krisis ekonomi yang menimpa Indonesia beberapa kali.
Dari segi jenis kredit, maka yang akan dibahas adalah perjanjian kredit
secara umum baik itu untuk kredit modal kerja atau kredit komersil maupun
15 Mariam Darius Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank DenganJaminan Hypotheek serta Hambatan-Hambatannya Dalam Praktek di Medan hal.28
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
19
kredit konsumer. Pada Bank X ini ada ketentuan umum yang berlaku untuk semua
jenis kredit.
2.1.4. Asas-asas hukum dalam Perjanjian Kredit
Menurut Sudikno, asas hukum bukan merupakan kaedah hukum yang
kongkrit, melainkan merupakan latar belakang peraturan umum yang kongkrit dan
bersifat abstrak.16 Dalam hukum perjanjian dikenal beberapa asas hukum yang
berkaitan dengan lahirnya perjanjian, isi perjanjian dan pelaksanaan perjanjian
yang merupakan kehendak para pihak dalam mencapai tujuan yang diinginkan
dalam perjanjian. Asas-asas hukum tersebut adalah :
1. Asas Kebebasan Berkontrak
2. Asas Konsesualisme
3. Asas Pacta Sunt Servanda
4. Asas Itikad Baik
Dalam perjanjian kredit, ada asas-asas hukum tersebut yang akan berlaku
dan mengikat para pihak yang melakukan perjanjian. Asas Kebebasan Berkontrak
dapat dilihat dari kata ”semua persetujuan” yang terdapat dalam Pasal 1338
KUHPerdata. Asas ini berarti bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian
apa saja walaupun perjanjian tersebut belum atau tidak diatur dalam undang-
undang. Dari kata ”semua persetujuan” dapat disimpulkan bahwa masyarakat
diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk :
1. mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian
2. mengadakan perjanjian dengan siapa saja
3. menentukan isi perjanjian dan syarat-syarat perjanjian yang dibuatnya,
ketentuan ini dalam perjanjian kredit bank seringkali menjadi rancu
dikarenakan perjanjian kredit bank biasanya berbentuk perjanjian
standar. Adapun mengenai perjanjian standar atau baku akan dibahas
secara tersendiri dalam tulisan ini.
4. menentukan peraturan hukum mana yang berlaku bagi perjanjian yang
dibuatnya.
16 Op.Cit., hal.33
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
20
Adapun asas kebebasan berkontrak ini pelaksanaannya dibatasi oleh 3
(tiga) hal sebagaimana tercantum dalam Pasal 1337 KUHPerdata yaitu :
- Perjanjian tersebut tidak dilarang oleh undang-undang
- Perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan kesusilaan
- Perjanjian itu tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
Dalam perjanjian kredit bank, asas kebebasan berkontrak ini dibatasi juga
oleh :
- Adanya standarisasi dalam perjanjian. Hal ini disebabkan adanya
perkembangan ekonomi yang menghendaki segala serba cepat. Disini
biasanya salah satu pihak berkedudukan ekonomi yang lebih kuat akan
membuat perjanjian baku (standar), baik dalam bentuk maupun isinya.
- Woeker Ordonantie 1938 yang merupakan campur tangan pemerintah
untuk melindungi pihak yang secara ekonomis lemah kedudukannya
dan adanya perlindungan pemerintah terhadap nasabah bank.Usaha
pemerintah untuk memberantas perjanjian-perjanjian yang tidak
memenuhi rasa keadilan, seperti perjanjian yang prestasi dan kontra
prestasinya tidak seimbang.
- Tidak bertentangan dengan moral, adat kebiasaan dan ketertiban umum.
- Perkembangan ekonomi dalam bentuk pemusatan atau penggabungan
usaha menjadi badan-badan usaha tertentu, yang akan mengurangi
kebebasan berkontrak seseorang karena dibatasi oleh ketentuan dalam
badan usaha tersebut.
Asas konsesualisme diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata juncto
Pasal 1320 angka 1 KUHPerdata. Konsensus antara para pihak dapat diketahui
dari kata ”dibuat secara sah”, sedangkan untuk sahnya perjanjian diperlukan
empat syarat yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang salah satunya
menyebutkan : ”sepakat mereka yang mengikatkan dirinya” (Pasal 1320 angka 1
KUHPerdata). Arti dari asas ini menurut Subekti adalah : ”pada dasarnya
perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu dilahirkan sejak detik
tercapainya kesepakatan.17
17 Subekti, Hukum Perjanjian, hal.15.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
21
Asas Pacta Servanda, asas ini disebut juga asas kekuatan mengikat
perjanjian, karena hal ini berkaitan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt
servanda ini diatur dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, dari kalimat ”......
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dari kalimat
tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah mempunyai
kekuatan mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya, sehingga para pihak harus tunduk dan melaksanakan mengenai
segala sesuatu yang telah diperjanjikan. Asas ini menimbulkan kepastian hukum
bagi para pihak karena para pihak yang telah memperjanjikan sesuatu
memperoleh keyakinan bahwa perjanjian itu dijamin pelaksanaanya.
Asas Itikad Baik, asas ini berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian yaitu
perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.Asas itikad baik ini diatur dalam
Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata :”persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad
baik”. Artinya dalam melaksanakan perjanjian maka para pihak harus
mendasarkan pada itikad baik dari diri masing-masing yaitu para pihak tidak
boleh melaksanakan perjanjian yang bertentangan dengan norma kepatutan dan
kesusilaan, sehingga menimbulkan keadilan bagi keduabelah pihak dan tidak
merugikan salah satu pihak. Adapun akibat dari pelanggaran asas itikad baik
adalah perjanjian itu dapat dimintakan pembatalan kepada hakim pengadilan.
Asas kepribadian diatur dalam Pasal 1315 KUHPerdata juncto Pasal 1340
KUHPerdata. Arti dari asas ini adalah apabila ada 2 (dua) pihak membuat
perjanjian satu sama lain, maka yang terikat dalam perjanjian tersebut hanyalah
mereka sendiri, pihak ketiga tidak akan memperoleh keuntungan ataupun
menderita kerugian karena perjanjian tersebut.
2.1.5. Syarat sahnya Perjanjian
Dalam membuatnya suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat
tertentu supaya perjanjian tersebut menjadi sah mengikat para pihak yang
membuatnya. Adapun syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata
adalah :
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
22
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri
Dalam perjanjian para pihak harus saling sepakat atau harus ada
persetujuan kehendak mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan.
Persetujuan kehendak itu sifatnya harus bebas artinya benar-benar tidak ada
paksaan dari pihak manapun dan merupakan keinginan sukarela dari masing-
masing pihak yang membuat perjanjian. Selain itu persetujuan kehendak juga
harus bebas dari penipuan, kekhilafan, dan paksaan. Hal ini diatur dalam pasal
1321 KUHPerdata yaitu :”Tiada sepakat yang sah apabila sepakat diberikan
dengan kekhilafan, paksaan dan penipuan.” Jadi persetujuan kehendak diperoleh
tanpa kekhilafan, paksaan dan penipuan. Bila persetujuan diperoleh karena ketiga
hal diatas maka terjadilah cacat kehendak dalam perjanjian itu.
Kekhilafan atau kesesatan terjadi bila salah satu pihak khilaf tentang hal
yang pokok yang diperjanjikan atau tentang sifat-sifat penting barang yang
menjadi obyek perjanjian atau mengenai orang dengan siapa diadakan perjanjian.
Kekhilafan (dwaling) itu harus sedemikian rupa, sehingga seandainya
orang itu tidak khilaf mengenai hal itu maka orang itu tidak akan menyetujuinya.18
Kekhilafan diatur dalam Pasal 1322 KUHPerdata. Dalam pasal ini
kekhilafan meliputi dua hal, yaitu kekhilafan terjadi mengenai hakekat barang
yang menjadi pokok perjanjian, dan kekhilafan mengenai orang yang
mengikatkan diri dalam perjanjian. Apabila dalam suatu perjanjian terjadi
kekhilafan maka dapat dimintakan pembatalan perjanjian. Adapun pihak yang
dapat meminta pembatalan perjanjian adalah :
a. Pihak yang tidak cakap menurut hukum, dalam hal ini yang meminta
pembatalan adalah orang tua atau walinya ataupun orang yang tidak
cakap itu sendiri apabila ia telah menajdi cakap.
b. Pihak yang memberikan perijinannya atau menyetujui perjanjian
tersebut secara tidak bebas.19
Ada tiga syarat untuk memintakan pembatalan perjanjian, seperti yang
tercantum dalam Pasal 1266 KUHPerdata yaitu :
- Harus ada perjanjian timbal balik
- Harus ada ingkar janji
18 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, hal.9119 Subekti, op.cit., hal 23
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
23
- Harus dengan putusan hakim
Paksaan (dwang) yang dimaksud adalah paksaan rohani dan bukan
paksaan badan (fisik). Paksaan ini diatur didalam Pasal 1324 KUHPerdata yang
intinya adalah perbuatan yang sedemikian rupa menimbulkan ketakutan pada
seseorang bahwa dirinya atau kekayaannya terancam oleh suatu kerugian yang
nyata. Akibat dari adanya paksaan dalam suatu perjanjian adalah perjanjian yang
telah atau sedang dilaksanaka dapat dimintakan pembatalannya, hal ini diatur
dalam Pasal 1323 KUHPerdata.
Penipuan (bedrog) terjadi bila salah satu pihak dengan sengaja
memberikan keterangan-keterangan yang palsu atau tidak benar dan disertai
dengan tipu muslihat untuk membujuk pihak lawannya memberikan
perijinannya.20 Penipuan ini diatur dalam Pasal 1328 KUHPerdata dan adanya
harus dibuktikan. Dengan penipuan maka pihak yang dirugikan dapat meminta
pembatalan atas perjanjian yang telah dibuat.
Menurut Subekti cara pembatalan perjanjian adalah :
1. Pihak yang berkepentingan secara aktif sebagai penggugat meminta
kepada hakim supaya perjanjian itu dibatalkan.
2. Menunggu sampai pihak yang melakukan penipuan, paksaan atau
kekhilafan digugat didepan hakim untuk memenuhi perjanjian tersebut.21
Hak untuk meminta pembatalan menurut Pasal 1454KUHPerdata dibatasi
waktunya yaitu dalam hal paksaan, yaitu sejak hari paksaan itu telah berhenti,
sedangkan dalam hal penipuan dan kekhilafan, yaitu sejak hari diketahuinya
penipuan atau kekhilafan tersebut. Selain cacat kehendak yang diatur dalam
KUHPerdata, ada juga penyebab cacat kehendak diluar KUHPerdata yaitu
penyalahgunaan keadaan. Penyalahgunaan keadaan terjadi bila salah satu pihak
yang mempunyai keunggulan ekonomis dan fisik melakukan tekanan terhadap
pihak yang lain sedemikian rupa sehingga pihak yang lain ini terpaksa melakukan
perjanjian yang memberatkannya.
20 Subekti, ibid hal.2421 Subekti, ibid hal. 50-51
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
24
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Pada hakikatnya, seseorang adalah cakap untuk membuat suatu perjanjian
kecuali apabila oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap. Hal ini ditentukan
dalam Pasal 1329 KUHPerdata. Selanjutnya menurut Pasal 1330 KUHPerdata,
seseorang dikatakan tidak cakap membuat perjanjian bila :
a. Orang tersebut belum dewasa.
Menurut Pasal 330 ayat (1) KUHPerdata yaitu : ”mereka yang belum
mencapai umur genap duapuluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu
telah kawin”. Kriteria yang tercantum dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa : Anak yang
belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya
selama mereka tidak dicabut kekuasaanya.
Berdasarkan Pasal 47 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
maka seseorang dianggap belum dewasa bila belum berusia 18
(delapanbelas) tahun atau belum pernah menikah.
b. Orang-orang yang berada dibawah pengampuan.
Menurut Pasal 433 KUHPerdata, maka orang yang berada dibawah
pengampuan adalah :”setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam
keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap harus ditaruh dibawah
pengampuan, pun jika ia kadang-kadang cakap menggunakan
pikirannya”. Berdasarkan Pasal 452 ayat (1) KUHPerdata terdapat
ketentuan bahwa : ”setiap orang yang ditaruh dibawah pengampuan
mempunyai kedudukan yang sama dengan seseorang yang belum
dewasa”.
c. Wanita yang telah bersuami.
Untuk wanita yang telah bersuami, di Indonesia berdasarkan Undang-
undang No.1 Tahun 1974 yaitu tentang perkawinan, maka mereka
dinyatakan cakap melakukan perbuatan hukum, artinya perbuatan
hukum yang dilakukan istri sah menurut hukum dan tidak dapat
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
25
dimintakan pembatalan kepada hakim. Hal ini jelas terlihat dari Pasal
31 Undang-undang No.1 Tahun 1974 yaitu :
1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan
pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
2. Masing-masing pihak berhak melakukan perbuatan hukum.
Akibat dari ketidakcakapan membuat perjanjian adalah perjanjian yang
dibuat dapat dimintakan pembatalannya kepada hakim. Jika pembatalannya tidak
dimintakan oleh para pihak yang berkepentingan maka perjanjian tersebut tetap
berlaku bagi para pihak.
3. Suatu hal tertentu
Yang dimaksud adalah prestasi yang harus dipenuhi dalam perjanjian.
Dalam perjanjian prestasi harus tertentu atau harus ditentukan, karena hal ini akan
menetapkan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Jika prestasi kabur atau tidak
jelas, maka perjanjian tidak dapat dilaksanakan sehingga dianggap tidak ada
obyek perjanjian.
4. Suatu sebab yang halal
Yang dimaksud dengan suatu sebab yang halal adalah isi perjanjian itu
sendiri, yang menggambarkan tujuan yang hendak dicapai oleh para pihak. Tujuan
ini tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan
kesusilaan.
Dari keempat syarat sahnya perjanjian tersebut diatas, dapat dikelompokkan lagi
kedalam dua kelompok yaitu :
a. Syarat Subyektif, syarat ini meliputi syarat pertama dan syarat kedua, yaitu
kata sepakat dan kecakapan para pihak dalam membuat perjanjian.
Disebut syarat subyektif karena mengenai subyek atau para pihak yang
mengadakan perjanjian. Bila syarat ini tidak dipenuhi maka akan
mempunyai akibat hukum yang tidak sempurna sehingga perjanjian ini
dapat dimintakan pembatalannya.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
26
b. Syarat obyektif, syarat ini meliputi syarat ketiga dan keempat yaitu
mengenai suatu hal tertentu dan sebab yang halal. Disebut syarat obyektif
karena merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh obyek perjanjian. Bila
syarat ini tidak dipenuhi maka perjanjian itu tidak akan mempunyai akibat
hukum sama sekali sehingga perjanjian itu batal demi hukum.
2.2. Prinsip Bank dalam Pemberian Kredit kepada Debitur.
2.2.1. Prinsip Manajemen Risiko dan Penetapan Kualitas Kredit
2.2.1.1. Prinsip Manajemen Risiko
Risiko yang sering terjadi dalam suatu pemberian kredit adalah risiko
adanya kredit macet atau yang sering disebut Non Performing Loan (NPL). Faktor
penyebab timbulnya kredit macet adalah :
- penyalahgunaan kredit
- managemen penggunaan kredit yang buruk
- kondisi perekonomian dalam suatu negara semisal dalam kondisi krisis
ekonomi.
Atas risiko yang mungkin timbul tersebut, maka bank-bank dalam
menyalurkan kredit kepada masyarakat harus benar-benar menerapkan ketentuan
Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Perbankan yaitu :
Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yangmendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debituruntuk melunai hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksudsesuai dengan yang diperjanjikan.
Oleh karena itu bank dalam memberikan kredit kepada debitur harus
menerapkan prinsip mengenal nasabah (know your customer). Dalam
menerapkan prinsip ini bank wajib untuk :
- Menetapkan kebijakan penerimaan nasabah; menetapkan kebijakan
dan prosedur dalam mengidentifikasi nasabah;
- Menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening
dan transaksi nasabah.
- Menetapkan kebijakan dan prosedur managemen risiko yang berkaitan
dengan penerapan prinsip mengenal nasabah.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
27
Bank wajib menyampaikan laporan transaksi keuangan mencurigakan
kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) paling lambat
3 (tiga) hari kerja setelah diketahui adanya unsur transaksi keuangan yang
mencurigakan. Bank Indonesia melakukan penilaian dan pengenaan sanksi atas
penerapan prinsip mengenal nasabah dan kewajiban lain terkait dengan undang-
undang tentang tindak pidana pencucian uang bagi bank umum. Penilaian
dimaksud untuk memperoleh gambaran umum yang menyeluruh mengenai
efektifitas penerapan prinsip Know Your Customer (KYC) dan Undang-Undang
Tindak Pidana Pencucian Uang pada Bank Umum sehingga dapat diketahui
tingkat kepatuhan Bank Umum serta untuk mengidentifikasi langkah-langkah
perbaikan yang diperlukan.
Penilaian dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia yang
mencakup 5 (lima) faktor manajemen risiko, yakni :
1. pengawasan aktif oleh pengurus
2. kebijakan dan prosedur
3. Pengendalian intern dan fungsi audit intern
4. Sistem informasi manajemen
5. Sumber daya manusia dan pelatihan
Hasil penilaian penerapan Know Your Customer (KYC) dan Undang-undang
Tindak Pidana Pencucian Uang diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan
Bank Umum melalui faktor manajemen.
Keyakinan bank diperoleh berdasarkan analisis yang mendalam dan itikad
serta kesanggupan, kemampuan debitur untuk melunasi hutangnya. Dalam prinsip
perbankan analisis yang mendalam dikenal sebagai prinsip kehati-hatian
(prudential principle), yang termasuk dalam prinsip kehati-hatian adalah :
1. Prinsip 5 C (The Five C of Credit Analysis)
Prinsip 5 C meliputi :
a. Character atau kepribadian debitur, prinsip ini digunakan untuk menilai
kejujuran dan itikad baik calon debitur sehingga tidak menyulitkan
penagihan di kemudian hari.
b. Capacity atau kemampuan membayar kredit yang diajukan dengan melihat
propek usaha
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
28
c. Capital atau modal usaha yang telah ada pada debitur sehingga fungsi
bank sebenarnya dalam penyediaan modal hanyalah sebagai pemberi
modal tambahan saja.
d. Collateral atau jaminan yang mudah dicairkan.
e. Condition of economy atau prospek usaha debitur, hal ini penting agar
kredit yang dikucurkan akan memberikan manfaat bagi debitur untuk
mengembangkan usaha yang dimiliki sehingga nantinya debitur
mempunyai kemampuan untuk mengembalikan uang kepada Bank.
2. Prinsip 7 P
Prinsip 7 P adalah :
- Party atau para pihak yang mengadakan perjanjian saling mengenal
karakter satu sama lain. Tidak hanya bank yang harus mengenal
nasabah yang akan mengajukan kredit tetapi juga nasabah calon
debitur juga harus mengenal kesehatan bank dimana dia akan
mendapatkan kredit.
- Purpose atau tujuan yang hendak dicapai dengan adanya peminjaman
kredit
- Payment atau pembayaran yang akan dikembalikan oleh nasabah.
Dalam hal ini bank harus melihat pendapatan nasabahnya, bagaimana
nasabah tersebut dapat membayar kredit dengan lancar, tentu juga
dipengaruhi oleh pendapatannya.
- Profitability atau perolehan laba yang akan diperoleh bank.
Pengucuran kredit oleh bank merupakan salah satu cara bank untuk
mendapatkan laba atau keuntungan. Keuntungan mana diambil dari
bunga kredit, provisi kredit, administrasi kredit dan lain sebagainya.
- Protection atau perlindungan yang berupa jaminan nasabah apabila
terjadi sesuatu hal diluar yang telah direncanakan dan diperjanjikan
oleh para pihak.
- Personality atau kepribadian nasabah berdasarkan tingkah laku dan
kepribadian nasabah dalam kehidupan sehari-hari atau dimasa lalunya.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
29
- Prospect atau nilai usaha debitur dimasa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak.
3. Prinsip 3 R
Prinsip 3 R adalah sebagai berikut :
- Returns atau hasil yang diperoleh debitur ketika kredit itu dimanfaatkan.
Bank harus mempertimbangkan apakah kredit yang diajukan akan
membawa manfaat sehingga debitur mampu mengembalikan kredit beserta
bunga, biaya-biaya dan sebagainya.
- Repayment atau pembayaran kembali. Bank harus memperhatikan
kemampuan membayar kredit debitur sesuai dengan waktu yang
disediakan.
- Risk Bearing Ability atau kemampuan debitur menanggung risiko bila
terjadi hal-hal diluar dugaan keduabelah pihak sehingga menyebabkan
kredit menjadi macet.
Prinsip kehati-hatian juga dipertegas dengan ketentuan Pasal 11 Undang-
undang Perbankan. Dalam pasal 11, Bank Indonesia menetapkan mengenai
ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK).
Selain prinsip Know Your Customer dan Prinsip Kehati-hatian, bank juga
memegang teguh prinsip Penetapan Kualitas Kredit.
2.2.1.2. Prinsip Penetapan Kualitas Kredit.
Selain hal tersebut diatas, bank dalam memberikan kredit harus pula
mematuhi ketentuan dari Bank Indonesia yaitu Surat Edaran Bank Indonesia
No.7/3/DPNP tertanggal 31 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum. Dimana dalam SEBI tersebut mengatur tentang bagaimana bank harus
mengelola risiko kredit dan meminimalkan potensi kerugian dari penyediaan dana.
Hal tersebut dapat dicapai dengan salah satu cara yaitu dengan penetapan kualitas
kredit yang merupakan hasil penilaian atas faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kondisi dan kinerja debitur yang terdiri dari prospek usaha, kinerja
(performance) debitur, dan kemampuan membayar debitur. Dalam menilai
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
30
prospek usaha, bank perlu memperhatikan upaya yang dilakukan debitur dalam
rangka memelihara lingkungan hidup.
Dalam point II SEBI tersebut diatas mengatur tentang kualitas kredit.
Dimana dibagi dalam beberapa bagian yaitu :
a. Penetapan Kualitas Kredit
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penetapan kualitas kredit
meliputi :
1. Prospek Usaha
Penilaian terhadap prospek usaha dilakukan berdasarkan penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a. potensi pertumbuhan usaha
b. kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan
c. kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja
d. dukungan dari grup atau afilisi dan
e. upaya yang dilakukan debitur dalam rangka pemeliharaan
lingkungan hidup.
2. Kinerja (performance) debitur
Penilaian terhadap kinerja (performance) debitur dilakukan
berdasarkan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a. perolehan laba
b. struktur permodalan
c. arus kas
d. sensitivitas terhadap risiko pasar
3. Kemampuan membayar :
Penilaian terhadap kemampuan membayar dilakukan berdasarkan
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a. ketepatan pembayaran pokok dan bunga
b. ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur
c. kelengkapan dan dokumentasi kredit
d. kepatuhan terhadap perjanjian kredit
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
31
e. kesesuaian penggunaan dana dan
f. kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan mempertimbangkan
materialitas dan signifikansi dari faktor penilaian dan komponen, serta relevansi
dari faktor penilaian dan komponen tersebut terhadap karakteristik debitur yang
bersangkutan. Berdasarkan penilaian tersebut maka ditetapkan kualitas kredit
menjadi :
- lancar
- dalam perhatian khusus
- kurang lancar
- diragukan
- macet 22
b. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Salah satu kriteria dalam penilaian prospek usaha adalah upaya yang
dilakukan debitur dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, khususnya debitur
berskala besar yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. Hal ini
sejalan dengan penjelasan Pasal 8 Undang-undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang antara lain
menyatakan bahwa salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyaluran
penyediaan dana adalah hasil Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
bagi perusahaan berkala besar dan atau berisiko tinggi. Kewajiban AMDAL ini
tercantum dalam Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
AMDAL.
AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha
dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan.
Hasil AMDAL diperlukan untuk memastikan kelayakan proyek yang dibiayai dari
aspek lingkungan. Kegiatan berdampak penting yang dilakukan tanpa AMDAL
dapat membawa dampak yang merugikan dikemudian hari karena tidak adanya
22 SEBI No.7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
32
perencanaan pengelolaan lingkungan yang memadai oleh debitur sehingga tidak
akan diketahui dampak yang mungkin timbul dari kegiatan usaha debitur. Hal ini
selanjutnya dapat berdampak kepada kelangsungan usaha dan kemampuan debitur
untuk mengembalikan penyediaan dana. Selain itu, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 tahun 1999, AMDAL merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan. Jenis
rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun
2001 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.
Selain pada awal pelaksanaan kegiatan usaha, upaya pengelolaan lingkungan
hidup juga wajib dilakukan oleh debitur secara terus menerus. Untuk ini
Kementrian Lingkungan Hidup telah melakukan Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER).
Perusahaan-perusahaan yang diikusertakan dalam PROPER adalah :
1. Perusahaan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.
2. Perusahaan yang mempunyai dampak pencemaran atau kerusakan
lingkungan sangat besar
3. Perusahaan yang mencemari dan merusak lingkungan dan atau berpotensi
mencemari dan merusak lingkungan.
4. Perusahaan publik yang terdaftar pada pasar modal baik didalam maupun
diluar negeri; atau
5. Perusahaan yang berorientasi ekspor
2.3. DASAR HUKUM PERJANJIAN KREDIT
Berikut ini diuraikan tentang beberapa peraturan yang mendasari perjanjian
kredit yaitu :
1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Buku Ketiga tentang Perikatan
khususnya tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau
perjanjian (pasal 1313 s/d 1456)
2. Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
33
Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya
disebut Undang-undang Perbankan)
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana
diubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia menjadi Undang-undang.
4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009 Tanggal 27 Januari 2009
tentang Bank Umum
5. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Tanggal 5 Oktober 2006
Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005
tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
6. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/2/PBI/2005 tentang Pemenuhan Kualitas Aktiva Bank Umum.
7. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/5/DPNP tanggal 28 Januari 2009
tentang Bank Umum
8. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011
tentang Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk
Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar.
9. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011
tentang Transparansi Informasi Suku Bunga Daar Kredit.
10. Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan.
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001
tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
34
2.4. BENTUK PERJANJIAN KREDIT
2.4.1. Perjanjian Standar atau Perjanjian Baku
Pada dasarnya suatu perjanjian didasarkan pada asas kebebasan berkontrak
diantara kedua belah pihak atau lebih yang mempunyai kedudukan seimbang dan
masing-maing pihak berusaha untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain
yang diperlukan untuk terjadinya perjanjian tersebut melalui proses negosiasi
diantara keduanya. Namun kecenderungan dimasa sekarang makin banyak
perjanjian yang terjadi bukan melalui proses negosiasi yang seimbang diantar para
pihak melainkan salah satu pihak telah menyiapkan standard kontrak yang
didalamnya telah tercantum syarat-syarat baku pada suatu formulir yang telah
dicetak dan kemudian disodorkan kepada pihak lain tanpa melalui proses
negosiasi atas syarat-syarat yang disodorkan. Perjanjian yang demikian ini disebut
dengan perjanjian standar atau perjanjian baku atau perjanjian adhesi.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, perjanjian baku adalah perjanjian yang
hampir seluruh klausul-klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak
lain yang pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau
meminta perubahan.23 Oleh karena itu meskipun suatu perjanjian dibuat dengan
akta notaris namun bila hanya mengambil alih klausul-klausul yang telah
dibakukan oleh salah satu pihak tanpa memberikan peluang kepada pihak lain
untuk melakukakan negosiasi, maka perjanjian tersebut tetaplah disebut perjanjian
baku.
Penerapan perjanjian baku biasanya digunakan pada transaksi polis
asuransi, konosemen perkapalan (bill of lading), perjanjian jual beli mobil,
perjanjian credit card, transaksi perbankan seperti perjanjian kredit bank,
perjanjian jual beli rumah dengan developer, dan lain sebagainya.
Sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka ciri-ciri
perjanjian baku mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan tuntutan
masyarakat. Ciri-ciri tersebut mencerminkan prinsip ekonomi dan kepastian
hukum yang berlaku di Negara yang bersangkutan. Prinsip ekonomi dan kepastian
hukum dalam perjanjian baku dilihat dari kepentingan pengusaha bukan dari
23 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi ParaPihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, hal.66.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
35
kepentingan konsumen. Dalam pembakuan syarat-syarat perjanjian, kepentingan
ekonomi pengusaha lebih terjamin karena konsumen hanya menyetujui syarat-
syarat yang disodorkan oleh pengusaha. Adapun ciri-ciri perjanjian baku yang
berlaku umum adalah :
a. Bentuk perjanjian adalah tertulis
Naskah perjanjian untuk jenis perjanjian baku dibuat secara tertulis. Kata-kata
atau kalimat yang berisi ketentuan baku dibuat secara tertulis berupa akta
otentik (akta notaris) maupun akta dibawah tangan. Karena dibuat secara
tertulis maka kata-kata ataupun kalimat dalam perjanjian baku dibuat secara
rapi dan teratur. Seringkali perjanjian baku ditulis dengan huruf yang sangat
kecil dan rapat, sehingga hal tersebut akan sangat merugikan bagi konsumen
atau pihak yang memiliki kemampuan ekonomi lebih rendah, karena
konsumen akan lebih sulit memahami dan mengerti isi dari perjanjian tersebut.
b. Format perjanjian yang dibakukan
Format perjanjian meliputi model, rumusan, dan ukuran. Format ini dibakukan
artinya sudah ditentukan model, rumusan dan ukurannya, sehingga tidak dapat
diganti, diubah atau dibuat dengan cara lain karena sudah dicetak. Rumusan
syarat-syarat perjanjian dapat dibuat secara rinci dengan menggunakan nomor
atau pasal-pasal, atau secara singkat berupa klausul-klausul tertentu yang
mengandung arti tertentu yang hanya dipahami oleh pengusaha sedangkan
konsumen akan mengalami kesulitan untuk memahaminya dalam waktu
singkat.
c. Syarat-syarat perjanjian ditentukan oleh pihak yang kedudukan ekonominya
lebih kuat
Syarat-syarat perjanjian yang merupakan pernyataan kehendak ditentukan
sendiri oleh pihak yang kedudukan ekonominya lebih kuat sehingga sifatnya
cenderung lebih menguntungkan pihak yang kedudukan ekonominya lebih
kuat. Hal ini tergambar dari klausula eksonerasi berupa pembebasan tanggung
jawab pengusaha beralih menjadi tanggung jawab konsumen.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
36
d. Pihak yang memiliki kemampuan ekonomi lebih lemah hanya dapat menerima
isi perjanjian atau menolaknya
Dalam perjanjian baku, konsumen atau pihak yang memiliki kedudukan
ekonomi lebih rendah hanya akan menerima atau menolak perjanjian tersebut.
Jika ia menerima maka ia harus menandatangani perjanjian terebut dengan
segala konsekuensi yang akan timbul dari perjanjian tersebut. Menawar
syarat-syarat baku berarti dia menolaknya.
e. Penyelesaian sengketa melalui musyawarah atau juga dapat melalui proses
peradilan
Dalam perjanjian baku ada klausula standar mengenai penyelesaian sengketa.
Seperti pada umumnya perjanjian yang berlaku di Indonesia, maka biasanya
dalam perjanjian baku disebutkan bahwa sebelum menempuh jalan peradilan
maka sengketa yang ada akan diselesaikan secara musyarawah dan mufakat.
f. Isi perjanjian baku lebih menguntungkan pihak yang memiliki kemampuan
ekonomi lebih.
Dikarenakan baik format, rumusan maupun bentuk perjanjian baku dirancang
oleh pengusaha atau pihak yang memiliki kemampuan ekonomi lebih kuat
maka tentu saja perjanjian tersebut menguntungkan pihak pengusaha.
Keuntungan yang didapat oleh pengusaha adalah :
- efisiensi biaya, waktu dan tenaga
- kepraktisan
- penyelesaian perjanjian yang lebih cepat artinya konsumen tinggal
disodori formulir perjanjian dan kemudian apabila menyetujui maka
formulir tersebut tinggal ditandatangani oleh konsumen.
- Homogenitas perjanjian yang dibuat dalam jumlah yang banyak.
Berdasarkan ciri-ciri perjanjian baku diatas, maka perjanjian kredit bank di
Indonesia dibuat dalam bentuk perjanjian baku atau dibuat dengan klausul-klausul
baku, maka timbul beberapa masalah yaitu mengenai keabsahan perjanjian baku
itu sendiri.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
37
Keabsahan perjanjian baku itu sendiri muncul beberapa pendapat hukum
dari para sarjana antara lain :
- Sluijter mengatakan bahwa perjanjian baku bukan perjanjian sebab
kedudukan pengusaha adalah seperti pembentuk undang-undang
swasta (legio particuliere wetgever), sedangkan Pitlo menyatakan
bahwa perjanjian baku sebagai perjanjian paksa (dwang contract).24
- Stein mengatakan bahwa perjanjian baku dapat diterima sebagai
perjanjian berdasarkan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan (fictie
van wil en vetrouwen) yang membangkitkan kepercayaan bahwa para
pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian itu. Jika debitur
menerima dokumen perjanjian itu, berarti secara sukarela setuju pada
isi perjanjian itu. 25
- Asser Rutten mengatakan bahwa setiap orang yang menandatangani
perjanjian bertanggung jawab pada isi dan apa yang ditandatanganinya.
Jika ada orang yang membubuhkan tandatangannya pada suatu
formulir perjanjian baku, tanda tangan itu membangkitkan
kepercayaan bahwa yang menandatangani mengetahui dan
menghendaki isi formulir yang ditandatangani. Tidak mungkin
seseorang menandatangani apa yang tidak diketahui isinya.26
- Hodius dalam disertasinya mempertahankan bahwa perjanjian baku
mempunyai kekuatan mengikat berdasarkan “kebiasaan” (gebruik)
yang berlaku dilingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan.27
- Sutan Remy Sjahdeini berpendapat bahwa keabsahan perjanjian baku
tidak perlu dipersoalkan tetapi perlu aturan-aturan dasarnya sebagai
aturan-aturan mainnya agar klausul-klausul atau ketentuan-ketentuan
dalam perjanjian baku itu baik sebagian maupun seluruhnya mengikat
pihak lainnya.28
24 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku (standar) Perkembangannya di Indonesia. Dimuatdalam : Beberapa Guru Besar Berbicara tentang Hukum dan Pendidikan Hukum (Kumpulanpidato-pidato pengukuhan) hal.105 dan hal.106.25 Dikutip dari buku Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit.hal6826 Ibid27 Ibid28 Sutan Remy Sjahdeini, op.cit. hal.71
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
38
Masalah utama mengenai dimuatnya klausul-klausul yang memberatkan
didalam suatu perjanjian baku adalah keabsahan dari klausul-klausul yang
memberatkan itu. Di Indonesia belum ada ketentuan undang-undang maupun
yurisprudensi yang secara spesifik memberikan aturan-aturan dasar yang harus
diperhatikan apabila sesuatu pihak dalam suatu perjanjian menghendaki agar
klausul yang memberatkan dalam perjanjian baku berlaku bagi hubungan hukum
antara pihaknya dengan mitra janjinya. Namun di beberapa Negara sudah
diberlakukan aturan dasar bagi suatu perjanjian baku untuk dapat berlaku dan
mengikat para pihak yang membuatnya.
2.4.2. Format Perjanjian Kredit di PT.Bank X
Berdasarkan Pasal 1 butir (11) Undang-undang Perbankan, yang dimaksud
dengan kesepakatan atau persetujuan pinjam meminjam adalah bentuk perjanjian
kredit. Meskipun pada umum suatu perjanjian tidak harus dibuat secara tertulis,
namun kiranya kesepakatan pada perjanjian kredit perbankan harus dibuat dalam
suatu perjanjian tertulis.
Ketentuan ini terdapat pada Penjelasan Pasal 8 Undang-undang Perbankan
yang mewajibkan kepada bank pemberi kredit untuk membuat perjanjian secara
tertulis. Keharusan perjanjian perbankan harus berbentuk tertulis telah ditetapkan
dalam pokok-pokok ketentuan perkreditan oleh Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang Perbankan.
Pada PT.Bank X yang menjadi obyek penelitian penulis, dalam
menguncurkan dana dalam bentuk kredit maka semua debitur harus
menandatangani perjanjian kredit baik itu berbentuk standar form (untuk kartu
kredit, memakai formulir standar), maupun dalam bentuk akta baik itu akta notaris
maupun akta dibawah tangan. Berikut ini akan dibahas perjanjian apa saja yang
meneggunakan akta notaris maupun akta dibawah tangan.
2.4.2.1. Perjanjian Kredit dalam bentuk Notariil Akta
Perjanjian kredit dibuat dalam bentuk akta notaris ditujukan agar akta yang
dihasilkan adalah akta otentik. Akta otentik adalah surat atau tulisan yang sengaja
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
39
dibuat dan ditandatangani, yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar
suatu hak untuk dijadikan sebagai alat bukti. Berdasarkan Pasal 1868 KUHPerdata,
akta otentik adalahsuatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk
itu ditempat dimana akta itu dibuatnya.
Dengan kata lain, undang-undang mengatakan bahwa bentuk akta sudah
ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh dan / atau pegawai umum yang biasa
disebut notaris. Perjanjian kredit yang berbentuk akta otentik pada umumnya
untuk pemberian kredit dalam jumlah besar dengan waktu menengah atau panjang.
Perjanjian kredit dalam bentuk akta notaris digunakan oleh PT.Bank X
untuk kredit-kredit sebagai berikut :
a. Kredit sindikasi
b. Kredit Korporasi
c. Kredit modal kerja (kredit komersil)
d. Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Multi Guna
Penggunaan ini didasarkan pada tingkat kesulitan kredit yang mungkin
timbul. Semakin kompleks kredit yang diberikan maka semakin tinggi pula
permasalahan yang mungkin timbul. Dengan demikian bank memutuskan untuk
menggunakan akta notaris dalam perjanjian kreditnya selain untuk lebih menjamin
kepastian dalam hal pembuktian juga karena notaris adalah pihak yang netral
dalam pembuatan perjanjian kredit tersebut.
2.4.2.2. Perjanjian Kredit yang dibuat dengan akta dibawah tangan
Perjanjian kredit dibuat dengan akta dibawah tangan artinya perjanjian
tersebut dibuat tanpa peran pejabat yang berwenang dalam pembuatan akta.
Perjanjian kredit yang dibuat oleh PT.Bank X dengan akta dibawah tangan
adalah :
1. Perjanjian kredit pemilikan kendaraan
2. Perjanjian kredit dengan agunan tunai (back to back)
3. Perjanjian kredit untuk segmentasi khusus mikro
4. Perjanjian Perpanjangan Jangka Waktu Kredit untuk Kredit Komersil dan
Korporasi.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
40
Perjanjian ini dibuat dibawah tangan karena adanya tuntutan baik itu dari
debitur dimana bank diharapkan untuk dapat segera memproses kredit debitur dan
kemudian mencairkannya dengan waktu yang singkat serta adanya kesederhanaan
permasalahan yang timbul. Selain itu juga jumlah debitur yang cenderung banyak
menyebabkan bank memutuskan untuk menggunakan perjanjian kredit yang
dibuat dibawah tangan.
Selain itu penggunaan perjanjian kredit dalam bentuk akta dibawah tangan
untuk kredit komersil atau korporasi adalah untuk proses perpanjangan jangka
waktu fasilitas kredit maupun untuk perjanjian back to back (kredit dengan
agunan tunai), ini dilatarbelakangi agar proses kredit menjadi lebih cepat dan
tidak mengeluarkan biaya yang lebih banyak terutama untuk biaya pembuatan
akta perjanjian kredit secara notariil.
2.5. PROSES PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN KREDIT
Sebelum memasuki tahap pembuatan akta perjanjian kredit. Proses kredit
pada PT.Bank X dilakukan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam
pemberian kredit. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan meliputi kebijakan
pokok dalam perkreditan, tata cara penilaian kualitas kredit, pembentukan
penyisihan penghapusan kredit dan profesionalisme serta integritas pejabat
perkreditan.
Kebijakan pokok dalam perkreditan di PT.Bank X mencakup pokok-pokok
pengaturan mengenai tata cara pemberian kredit yang sehat, pengaturan
pemberian kredit pada pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur besar
tertentu, kredit yang mengandung risiko tinggi serta kredit yang perlu dihindari.
PT.Bank X menetapkan tata cara pemberian kredit yang sehat yaitu :
- Bank akan menempuh prosedur-prosedur perkreditan yang sehat
mulai dari tahap awal pemrosesan permohonan kredit, penilaian
kredit, persetujuan kredit, pengikatan kredit, pencairan kredit,
dokumentasi dan administrasi kredit serta pengawasan dan
pemeliharaan kredit sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Kredit
yang berlaku.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
41
- Bank akan melakukan pemantauan, pengawasan dan pembinaan
yang lebih intensif terhadap kredit yang perlu mendapat perhatian
khusus yakni kredit yang kolekbilitasnya Dalam Perhatian Khusus,
Kurang Lancar, Diragukan atau Macet.
- Bank tidak akan mengkapitalisasi tunggakan bunga kredit yang
melebihi 3 (tiga) bulan kecuali kalau ada hal-hal yang dapat
dipertanggungjawabkan.
- Bank akan menempuh prsedur penyelesaian kredit bermasalah
yang prosedur restrukturisasi kredit, dan prosedur
penghapusbukuan kredit macet serta tata cara pelaporannya
berdasarkan prinsip yang sehat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
- Bank akan melakukan penyelesaian barang agunan yang telah
dikuasai bank yang diperoleh dari hasil penyelesaian kredit sesuai
dengan prinsip hukum yang berlaku.
Ada beberapa jenis kredit yang dihindari untuk diproses oleh PT.Bank X
yaitu :
- Kredit tanpa jaminan
- Kredit untuk tujuan spekulasi
- Kredit yang diberikan tanpa informasi keuangan yang cukup, dengan
catatan bahwa informasi untuk kredit-kredit kecil dapat disesuaikan
seperlunya oleh bank.
- Kredit dengan keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh bank
- Kredit bermasalah pada bank atau pihak lain
- Kredit tanpa sumber pembiayaan kembali yang jelas
- Kredit kepada debitur yang mempunyai akhlak atau integritas yang
tidak baik.
Dari hal-hal diatas, sebelum suatu kredit dicairkan atau dikucurkan kepada
debitur, maka harus melalui suatu proses sebagai berikut :
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
42
2.5.1. Prosedur Administrasi Perbankan
Ada beberapa langkah atau tahapan yang harus dilewati oleh calon debitur
dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit dari PT.Bank X. Tahapan-tahapan itu
adalah :
1. Permohonan kredit
2. Calon debitur atau debitur sebelum mendapatkan fasilitas kredit harus
mengajukan permohonan kredit. Permohonan kredit tersebut dapat
berupa :
3. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit
4. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan
5. Permohonan perpanjangan atau pembaharuan masa berlaku kredit yang
telah berakhir jangka waktunya
6. Permohonan-permohonan lain untuk perubahan syarat-syarat fasilitas
kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan
atau pengunduran jadwal angsuran, dan lain sebagainya
Setelah permohonan kredit diserahkan kepada bank dalam hal ini diwakili oleh
pihak marketing lending, maka calon debitur atau debitur harus menyerahkan
berkas pendukung lainnya seperti :
- data legalitas calon debitur
- data keuangan calon debitur
- data usaha calon debitur
- tujuan penggunaan kredit
- data jaminan yang akan diberikan oleh debitur untuk menjamin fasilitas
kredit yang diterimanya dan
- data-data lainnya yang diperlukan menurut fasilitas kredit yang hendak
diperolehnya.
Setiap surat permohonan dan lampiran berkas debitur yang diserahkan
kepada Bank akan dicatat dalam suatu buku regiter khusus. Permohonan
dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk
pengajuan menurut jenis kreditnya. Selama permohonan kredit dalam proses,
maka berkas-berkas permohonan harus diperlihara dalam berkas permohonan oleh
marketing lending bank.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
43
2.5.2. Penyidikan dan Analisa Kredit
Sebelum permohonan kredit diajukan kepada komite kredit, maka terhadap
calon debitur akan dilakukan penyidikan dan analisa kredit. Yang dimaksud
dengan penyidikan kredit adalah bank akan melakukan :
1. wawancara dengan calon debitur
2. pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang
diajukan oleh calon debitur baik data intern maupun data ekstern. Dalam
hal ini termasuk informasi antar bank, pemeriksaan dalam daftar hitam
dan daftar-daftar kredit macet. Pemeriksaan ini salah satunya melalui
proses BI checking.
3. Pemeriksaan / penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-
hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.
4. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah
dilaksanakan.
Setiap permohonan kredit yang telah sesuai dengan syarat dan kriteria
bank seperti target market dan Risk Asset Acceptance Criteria (RAAC) harus
dianalisa dengan cermat, seksama serta tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan permohonan kredit, agar dapat diperoleh keyakinan
berdasarkan penilaian yang obyektif atas kelayakan kredit yang diajukan.
Melalui analisa kredit, bank dapat mempertimbangkan faktor risiko yang
mungkin timbul dari usaha debitur baik yang ditimbulkan oleh faktor internal
seperti kinerja debitur maupun faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, politik,
sosial dan peraturan pemerintah. Proses penilain ini harus dilakukan baik itu untuk
kredit baru, tambahan maupun untuk proses perubahan lainnya.
Proses analisa kredit yang dilakukan harus meliputi :
1. Analisa Kuantitatif
Dilakukan melalui analisa laporan keuangan debitur baik historis
maupun proyeksi. Melalui ini bank dapat mengetahui kinerja dan
keuangan debitur sehingga bank mengetahui kebutuhan dana yang
diperlukan oleh debitur diselaraskan dengan kemampuan debitur untuk
mengembalikan kredit.
2. Analisa Kualitatif
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
44
Dilakukan dengan menganalisa faktor-faktor diluar faktor finansial
yang dapat mempengaruhi pengembalian kredit seperti karakter dan
reputasi debitur, kemampuan dan pengalaman manajemen,
pengalaman dalam industri tersebut, market share, prospek dan
persaingan usaha, tren bisnis serta faktor-faktor lainnya.
Ada beberapa aturan yang harus dilaksanakan dalam proses analisa kredit yaitu :
1. bank akan memperpanjang kredit kepada debitur yang memiliki
integritas, etika bisnis dan karakter yang teruji. Bank tidak akan
memperpanjang kredit kepada peminjam dimana reputasi bank
dipertaruhkan.
2. Struktur fasilitas akan disesuaikan sehingga akan memenuhi kebutuhan
dari peminjam dan diyakini dengan fasilitas tersebut peminjam dapat
mengembalikan kreditnya kepada bank.
Setelah itu akan dilakukan analisa terhadap kerdit dengan proses :
1. kelengkapan data pokok minimal dan analisa pendahuluan
2. Penelitian data
3. penelitian atas realisasi usaha
4. penelitian atas rencana-rencana usaha
5. penelitian dan penilaian barang-barang jaminan tambahan
6. financial statement
7. penelitian atas laporan keuangan
8. analisa kebutuhan modal kerja
9. analisa kebutuhan investasi.
Diharapkan dengan telah dilakukannya analisa kredit yang mendalam bank
yang bersangkutan telah pula menerapkan manajemen risiko, sehingga NPL pada
bank tersebut rendah, maka semakin rendah nilai NPL maka semakin sehatlah
bank tersebut.
Setelah analisa selesai dilakukan maka masuk ke tahap persetujuan kredit.
Persetujuan kredit pada PT.Bank X dilakukan oleh suatu komite yang akan
memutuskan jenis kredit yang akan diberikan, jumlah plafond yang akan
diberikan. Komite kredit dalam melaksanakan tugasnya menimbang banyak faktor
yang ada sebelum akhirnya mengeluarkan keputusan kredit. Keputusan kredit
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
45
dapat berupa menolak ataupun mengabulkan permohonan kredit debitur. Setelah
keputusan kredit ditentukan, maka proses selanjutnya adalah persiapan akad kredit
dan pencairan fasilitas kredit.
2.5.3. Persiapan Dokumen Legal dan Penandatanganan Akta
Setelah keputusan kredit dihasilkan, maka akan dilaksanakan akad kredit.
Akad kredit ini dapat dilakukan dihadapan pejabat bank yang ditunjuk (dalam hal
ini biasanya legal officernya) – maka perjanjian kreditnya dibuat dibawah tangan,
namun jika perjanjian kredit dibuat secara akta notaris maka debitur harus
menghadap notaris.
Jika penandatangan akta perjanjian kredit dilakukan didepan notaris maka
ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu :
a. persiapan legal dokumen atau persiapan adminitrasi sebelum
penandatangan akta perjanjian kredit. Disini notaris akan mendapatkan
order dari pejabat bank untuk membuat akta perjanjian kredit disertai
dengan dokumen pendukung lainnya seperti data legalitas debitur, data
jaminan dan lain sebagainya. Disini notaris akan melihat apakah dokumen
yang diserahkan oleh bank sudah lengkap atau belum jika belum maka
notaris akan meminta bank untuk melengkapinya.
b. setelah semua siap, maka ditentukanlah hari akad kredit. Ada beberapa
debitur besar(mempunyai kemampuan ekonomi yang kuat) akan meminta
terlebih dahulu draft perjanjiannya. Diproses ini terjadi negosiasi atas isi
perjanjian kredit yang telah disiapkan oleh notaris berdasarkan draft dari
bank. Apabila permohonan perubahan perjanjian itu dikabulkan oleh bank
maka berubahlah isi perjanjian tersebut sesuai dengan kesepakatan.
Perubahan perjanjian ini dimungkinkan karena bank sebagai institusi juga
bersaing dengan bank-bank lain untuk mendapatkan keuntungan dari
kredit. Hal ini dilatarbelakangi fungsi bank sebagai fungsi intermediari,
dimana bank harus juga mengucurkan kredit supaya dapat membayar
bunga tabungan, deposito, dan lain sebagainya.
c. penandatanganan perjanjian kredit, ini merupakan kegiatan terpenting dari
seluruh rangkaian kegiatan persiapan administrasi dan dokumen legal oleh
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
46
debitur dan bank.hal ini penting karena sejak dilakukan penandatanganan
maka terciptalah hubungan hukum antara debitur dengan bank.
2.5.4. Permasalahan teknis yang dihadapi oleh Notaris dan Bank
Seperti halnya pembuatan akta yang lainnya, notaris juga mengalami
banyak kendala dalam proses administrasi. Kendala-kendala itu memang pada
umumnya bersifat teknis, namun sebagaian pula terkait dengan aspek legal atau
yuridis.
Kesulitan dalam aspek yuridis misalnya terlihat dari banyaknya
kekurangan data legal yang harusnya dimiliki oleh debitur. Seperti tidak
lengkapnya anggaran dasar berikut perubahannya dan persetujuan dari Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam aspek teknis semisal salah satu komisaris sedang berada
diluar negeri atau diluar kota dan hal itu baru diketahui mendekati akad kredit
dilaksanakan. Notaris harus juga peka dan jeli dalam menghadapi masalah
tersebut. Kesulitan yang lain misalnya dalam anggaran dasar untuk meminta atau
mengagunkan kekayaan harus dengan persetujuan RUPS, sementara para
pemegang saham tidak berada dalam suatu kota yang sama. Kesemua urusan ini
tentu memerlukan waktu untuk menyelesaikannya, namun kadang-kadang dari
pihak bank mengejar agar akad kredit segera dilaksanakan, karena adanya
tuntutan target dari marketing bank yang harus dicapai.
Dalam prakteknya antara notaris dan pejabat bank yang terkait harus
memiliki sinergi yang sama, sehingga tidak ada benturan-benturan yang akan
mengakibatkan kondisi yang tidak mengenakan bagi kedua belah pihak. Notaris
adalah partner bank, dan sebagai partner bank maka bank akan memilih notaris-
notaris yang kredibel dan terpercaya untuk menjadi partnernya, sehingga
kedudukan bank selaku kreditur dalam perjanjian kredit tetap terlindungi.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
47
2.6. KESETARAAN KEDUDUKAN KREDITUR DAN DEBITUR
DALAM PERJANJIAN KREDIT
2.6.1. Perjanjian Standar Vs Asas Kebebasan Berkontrak
Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan bahwa suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dalam sistem
hukum kita perjanjian kredit ini merupakan bagian dari perjanjian yang
secara umum diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata.
Hukum perjanjian menganut sistem terbuka dimana
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak
melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Oleh karena itu pasal-
pasal dalam hukum perjanjian dapat diposisikan sebagai hukum
pelengkap (optional law). Ini berarti bahwa pasal-pasal itu boleh saja
tidak digunakan atau disingkirkan apabila dikehendaki oleh para pihak
dalam membuat suatu perjanjian.
Implikasi dari sistem terbuka ini adalah para pihak
diperbolehkan membuat ketentuan sendiri yang menyimpang dari
pasal-pasal hukum perjanjian. Para pihak dapat secara flexibel
mengatur kepentingan mereka dalam klausul perjanjian yang dibuat.
Implikasi dari sistem terbuka ini telah diantisipasi oleh Pasal 1338
KUHPerdata yang menyatakan bahwa : semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Namun jika para pihak tidak mengatur secara tersendiri
dalam perjanjiannya maka berarti mereka tunduk kepada peraturan
undang-undang yang mengaturnya.
Jika hubungkan dengan asas perjanjian yaitu asas
konsesualisme, maka pasal 1338 KUHPerdata ini menganut sistem
terbuka yang dalam perjanjian disebut asas konsesualisme, dan ini
berlaku sebagai undang-undang yang mengikat para pihak yang
terlibat dalam perjanjian tersebut.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
48
Asas konsesualisme mengandung arti bahwa perjanjian dan
perikatan yang timbul karenanya sudah lahir sejak terjadinya
kesepakatan. Ini berarti bahwa perjanjian ini sudah sah apabila telah
terjadi kesepakatan mengenai hal-hal pokok dalam perjanjian dan tidak
diperlukan suatu bentuk formalitas bagi perjanjian ini. Dengan kata
lain, perjanjian itu sudah sah dan mengikat sejak terjadinya
kesepakatan.
Syarat formalitas yang disebut diatas berarti bahwa sebuah
bentuk perjanjian tidak harus dilaksanakan dalam bentuk formal
seperti akta notaris, tetapi dapat dibuat juga dibawah tangan. Yang
terpenting untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi keempat
unsur yang dimaksud dalam Pasal 1338 KUHPerdata yaitu :
Sepakat orang yang mengikatkan diri
Kecakapan para pihak yang membuat perjanjian
Suatu hal tertentu
Sebab yang halal.
Apabila sudah dipenuhi keempat unsur syarat sahnya perjanjian
maka perjanjian dengan sendirinya menjadi sah dan mengikat para
pihak sebagai undang-undang tanpa memerlukan formalitas tertentu.
Sebagaimana diuraikan dalam format perjanjian kredit pada
PT.Bank X, maka secara yuridis ada 2 (dua) cara pengikatan kredit
yang dapat dilakukan oleh bank dengan debiturnya. Yang pertama
adalah perjanjian kredit yang dibuat secara dibawah tangan tanpa
kehadiran notaris, disini bentuk perjanjiannya dan isi perjanjiannya
adalah standar, sama semua untuk semua debitur yang berbeda hanya
isian komparisi para pihak, plafond kredit, jaminan, biaya-biaya kredit
yang tentu aja berbeda untuk masing-masing debitur disesuaikan
dengan jumlah plafond kredit yang diterimanya. Namun ketentuan
secara umumnya sama untuk semua debitur.
Perjanjian dibawah tangan ini pada PT.Bank X ditandatangani
oleh debitur beserta pasangan sahnya (jika debitur perorangan) atau
direktur dengan persetujuan dewan komisaris atau RUPS (jika
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
49
debiturnya berbentuk badan hukum) beserta penjamin beserta
pasangan atau direktur penjamin dengan persetujuan dewan komisaris
atau RUPS (jika penjaminnya berbentuk badan hukum), sedangkan
dari pihak bank diwakili oleh Pejabat Bank yang mendapatkan kuasa
dari Direksi untuk menandatangani perjanjian kredit tersebut.
Keuntungan perjanjian kredit dilaksanakan dengan akta
dibawah tangan adalah pembuatan aktanya lebih efisien, karena para
pihak tidak perlu mengeluarkan biaya notaris untuk pembuatan akta
perjanjian kredit. Sementara kelemahannya adalah pembuktian akta
dibawah tangan kurang sempurna berbeda dengan akta notaris yang
memiliki kekuatan pembuktian yang mutlak dan sempurna.
Dalam praktek pada PT.Bank X jika debitur tidak setuju
dengan klausul perjanjian dibawah tangan akan sulit untuk
merubahnya hal ini dikarenakan perjanjian dibawah tangan bersifat
standar atau baku, dan perjanjian ini ditujukan untuk mass product atau
untuk jumlah debitur yang banyak. Sehingga hal ini akan sangat
menyulitkan bagi bank untuk merevisi satu persatu akta perjanjian
kredit sesuai dengan kehendak masing-masing debitur. Oleh karena itu
dengan ditandatanganinya perjanjian kredit tersebut maka debitur telah
menyetujui, menyepakati dan tunduk serta melaksanakan perjanjian
tersebut dengan sebaik-baiknya.
Jenis kedua adalah perjanjian kredit yang dibuat secara notariil
akta atau dengan akta notaris. Untuk perjanjian kredit dengan akta
notaris telah memenuhi ketentuan syarat-syarat formalitas, karena
perjanjian tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam undang-undang.
Keuntungannya adalah pada kekuatan pembuktiannya yang
bersifat sempurna, atau disebut juga kekuatan pembuktian yang otentik.
Sedangkan kelemahannya adalah pada segi biaya notaris yang harus
dibayarkan dan menjadi beban debitur.
Dari uraian diatas, terlihat pertentangan yang fundamental
antara kedua perjanjian baku (perjanjian dibawah tangan) dengan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
50
perjanjian kredit akta notaris. Esensi antagonisnya terlihat dari
perjanjian kredit dibawah tangan yang sempit dan tertutup. Perjanjian
kredit dengan akta notaris pada prinsipnya memberikan ruang gerak
bagi para pihak untuk menyatakan kehendaknya masing-masing.
Artinya secara teoritis yuridis, masing-masing pihak memiliki posisi
yang seimbang dalam bernegosiasi menentukan isi perjanjian.
Tetapi dalam praktek sulit sekali hal ini dilaksanakan
mengingat bank sebagai pemilik kapital yang memiliki posisi yang
kuat berhadapan dengan debitur yang memerlukan dana dari bank.
Demikianlah kenyataannya yang terjadi dalam perjanjian kredit bank
sekalipun perjanjian kreditnya dibuat dengan akta notaris.
Dalam praktek pada PT.Bank X, untuk debitur dengan segmen
komersil, korporate maka debitur lebih leluasa dalam menentukan isi
perjanjian kredit. Debitur tidak hanya serta merta menandatangani
perjanjian kredit karena debitur masih dapat merubah isi perjanjian,
tetapi tentu saja tidak serta merta seluruh perjanjian diubah sesuai
dengan kemauan debitur.
Perjanjian kredit pada PT.Bank X memang sudah dibuat
standar, baik yang dibawah tangan maupun yang notariil. Namun
untuk perjanjian kredit dengan akta notaris, debitur berhak untuk tidak
setuju akan suatu klausul dan meminta bank untuk merubahnya.
Namun permintaan debitur ini tidak secara serta merta akan langsung
dikabulkan oleh bank. Bank akan melihat apakah yang akan diubah itu
adalah ketentuan-ketentuan yang pokok ataukah hanya ketentuan
pelengkap saja.
Bank dalam memberikan kredit kepada debitur harus juga
menaati peraturan pemerintah, peraturan dari Bank Indonesia, dimana
banyak sekali ketentuan-ketentuan dari Bank Indonesia yang harus
dilaksanakan oleh bank dan itu dituangkan kembali oleh bank ke
dalam perjanjian kredit yang dibuat antara bank dengan debitur.
Ketentuan-ketentuan tersebut misalnya tentang ketentuan batas
maksimum pemberian kredit, ketentuan tentang AMDAL, ketentuan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
51
tentang appraisal independen, pelaporan ke Bank Indonesia dan lain
sebagainya.
Pada prakteknya, PT.Bank X telah memiliki pedoman bagi
penyimpangan-penyimpangan atas diubahnya atau bahkan dihapusnya
klausul dalam perjanjian kredit. Disini berarti bahwa standar baku
perjanjian kredit tidak 100% diterapkan. Debitur masih dapat
menyatakan kehendaknya. Hanya saja keinginan debitur tersebut
dibatasi oleh peraturan perundang-undangan yang harus ditaati oleh
bank dalam rangka pemberian kredit. Dan tentu saja perubahan
perjanjian tersebut juga pasti tidak boleh merugikan pihak bank selaku
pihak yang telah mengeluarkan dana. Kepentingan bank selaku
kreditur tetap harus dilindungi.
Dari penjelasan diatas dapatlah dilihat bahwa pada kasus-kasus
tertentu kedudukan bank dengan debitur dalam pembuatan perjanjian
kredit adalah seimbang dimana debitur dapat bebas pula menyatakan
pendapatnya untuk bernegosiasi tentang isi perjanjian. Namun untuk
perjanjian kredit dibawah tangan, maka disini ada ketidakseimbangan
kedudukan antara bank dengan debitur. Debitur tidak memiliki pilihan
atau kesempatan untuk bernegosiasi mengenai isi perjanjian. Terlihat
berat sebelah memang, disatu sisi ketika bank berhadapan dengan
pihak debitur yang kuat kondisi ekonominya bank melemah namun
jika berhadapan dengan debitur yang tidak kuat kondisi ekonominya
maka bank tidak memberikan kesempatan debitur untuk menyatakan
kehendaknya guna bernegosiasi dalam menentukan isi perjanjian kredit.
Ketidakseimbangan kedudukan ini menciptakan keterbatasan
pelaksanaan atas asas kebebasan berkontrak. Kebebasan berkontrak
hanya dapat mencapai keadilan jika para pihak memiliki bargaining
power yang seimbang. Jika bargaining power tidak seimbang maka
suatu perjanjian akan menjurus kepada hasil yang tidak seimbang atau
tidak sesuai. Bargaining power yang tidak seimbang terjadi bila pihak
yang kuat dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lemah
mengikuti syarat-syarat perjanjian yang diajukan kepadanya, dan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
52
kekuasaan tersebut digunakan untuk memaksakan kehendak sehingga
membawa keuntungan bagi pihak yang kuat. Akibatnya perjanjian
tersebut menjadi tidak masuk akal dan bertentangan dengan aturan-
aturan yang adil.
Dalam masyarakat sering tertangkap kesan bahwa dalam
perjanjian kredit maka bank memiliki kedudukan yang kuat. Namun
sering kali bank berada pada posisi yang lemah bila berhadapan
dengan debitur. Posisi bank dapat berbeda ada saat kredit akan
diberikan (pada saat para pihak melakukan negosiasi untuk memasuki
perjanjian kredit) dibandingkan saat kredit telah digunakan oleh
debitur. Kedudukan bank juga tergantung pada golongan debitur yang
menikmati kredit.
Pada waktu kredit akan diberikan, pada umumnya memang
bank dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan calon debitur.
Hal tersebut karena pada saat pembuatan perjanjian, calon debitur
sangat membutuhkan bantuan kredit itu dari bank. Dalam hal demikian
calon debitur tidak banyak menuntut karena mereka kawatir pemberian
kredit tersebut akan dibatalkan oleh bank. Hal ini menyebabkan posisi
tawar menawar bank menjadi kuat. Keadaan ini hanya benar jika calon
debiturnya adalah golongan ekonomi lemah yang jumlahnya banyak
sedangkan bank sebagai pemilik dana jumlahnya terbatas. Tetapi
setelah kredit diberikan berdasarkan perjanjian kredit ternyata
kedudukan bank lemah, hal ini karena bergantung pada integritas
debitur. Jika debitur punya integritas yang baik dan bagus dan tidak
menyalahgunakan pemakaian kredit maka kredit yang diberikan akan
lancar, namun jika integritas debitur jelek maka tidak mustahil akan
terjadi kredit macet. Untuk mendapatkan pelunasan atas kredit macet
tersebut maka bank harus menempuh jalur pengadilan yang tentunya
ini memakan waktu yang lama.
Dalam hal bank berhadapan dengan calon debitur konglomerat,
maka justru bank yang berada dalam kedudukan lemah. Golongan
konglomerat yang jumlahnya tidak banyak ini sering menjadi obyek
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
53
persaingan antar bank. Dengan mudah para konglomerat ini berpindah
bank. Agar bank tidak kehilangan debitur golongan ini yang besar
sumbangannya terhadap profitabilitas bank, maka bank sering bersifat
mengalah terhadap tuntutan-tuntutan dan persyaratan-persyaratan yang
diminta oleh para konglomerat ini. Yang lebih parah lagi apabila
nantinya terjadi kredit macet maka sebagai akibat kurangnya sarana-
sarana hukum yang tidak memadai untuk membela kepentingan bank,
maka semakin parah lagi kedudukannya.
Menurut KUHPerdata, perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik, sedangkan itikad baik itu tidak saja bekerja setelah
perjanjian dibuat tetapi juga mulai dilakukan seaktu para pihak
menghendaki untuk melaksanakan perjanjian. Oleh karena itu
pembuatan perjanjian kredit harus didasarkan pada asas kemitraan.
Asas kemitraan mengharuskan adanya sikap dari para pihak bahwa
yang melakukan perjanjian adalah antara dua mitra janji bukan dua
lawan janji. Landasan asas kemitraan pada pembuatan perjanjian kredit
bukan saja karena bekerjanya asas itikad baik, tetapi juga karena
debitur adalah mitra usaha bank. Bukan saja debitur yang memerlukan
bank, namun bank pula memerlukan debitur sebagai mitra usaha.
Debitur tidak dapat berkembang usahanya tanpa bank demikian juga
bank tidak dapat berkembang usahanya tanpa debitur. Oleh karena
bank dan debitur harus saling menjadi mitra, maka dalam perjanjian
diantara mereka tidak boleh ada yang lebih kuat kedudukannya.
2.6.2. Hubungan antara Bank dan Debitur
Terlebih dahulu dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai
pengertian bank dan nasabah debitur. Pasal 1 ayat (2) Undang-undang
Perbankan menyebutkan : ”Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari mayarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
54
masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”29
Selanjutnya fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat. 30 Fungsi perbankan ini
dikenal sebagai fungsi financial intermediary. Fungsi bank sebagai
perantara keuangan dapat dipersamakan dengan fungsi bank dalam
melakukan transformasi asset. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
secara umum sistem perbankan penting peranannya dalam perekononian
suatu negara, bukan saja karena fungsinya sebagai perantara keuangan dan
sebagai pelaku dalam sistem pembayaran, tetapi juga karena fungsi
perbankan sebagai sarana untuk pelaksanaan / transmisi kebijakan moneter
yang dilakukan pemerintah/bank sentral.31
Selanjutnya yang disebut nasabah adalah pihak yang menggunakan
jasa bank, sedangkan nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan
itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.32
Dari pengertian bank dan nasabah debitur tersebut diatas muncul
pertanyaan lalu hubungan hukum apa yang timbul diantara keduanya.
Jawabnya adalah hubungan hukum keperdataan, karena hubungan hukum
mereka timbul akibat adanya perjanjian kredit yang dibuat diantara mereka.
Disini keberadaan perjanjian kredit sangat penting mengatur kehendak
para pihak sesuai dengan yang disepakati.
Dalam pandangan CH.Gatot Wardoyo, perjanjian kredit
mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya
perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau
29 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah denganUndang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7Tahun 1992 tentang Perbankan .
30Pasal 6 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan .31 Yunus Husein, Rahasia Bank, Privasi versus Kepentingan Umum, hal.1732 Pasal 1 angka 16 dan angka 18 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
55
tidaknya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian
pengikatan jaminan.
2. perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-
batasan hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.
3. perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring
kredit.33
Dalam konteks perjanjian kredit, bentuk hubungan hukum antara
bank dengan debitur dapat dimasukkan dalam konstruksi hukum pinjam
meminjam. Hal ini disebut juga perjanjian pinjam mengganti
(verbruiklening) sebagaimana diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata.
Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam, pihak yang menerima pinjaman
menjadi pemilik barang yang dipinjam, dan jika barang itu musnah maka
kemusnahan itu adalah atas tanggungannya. Dilihat dari sisi jumlahnya,
utang yang terjadi karena peminjaman uang hanyalah terdiri atas jumlah
yang disebutkan dalam perjanjian.
Hubungan antara bank dengan nasabah baik itu nasabah
penyimpan maupun nasabah debitur, bukan sekedar bersifat hubungan
kontraktual biasa, tetapi juga bersifat fiduciary relation, confidential
relation dan prudential relation. Dengan demikian, hubungan hukum
antara bank dan nasabah tidak saja hanya membebankan kewajiban-
kewajiban sebagaimana tertera dalam perjanjian antara bank dengan
nasabah, tetapi juga kewajiban-kewajiban khusus atau superadded
obligations kepada masing-masing pihak.34
Hubungan hukum tersebut pada prinsipnya didasarkan pada asas
kebebasan berkontrak dan bersifat kontraktual sebagaimana diatur dalam
Pasal 1338 KUHPerdata. Namun implementasi asas kebebasan berkontrak
tidak luput dari berbagai kelemahan. Asas kebebasan berkontrak yang
tidak terbatas bahkan dapat menciptakan ketidakadilan apabila keduabelah
pihak mempunyai kedudukan yang tidak seimbang. Hal ini disebabkan
33 Ch.Gatot Wardoyo, “Sekitar Klausul-klausul Perjanjian Kredit Bank”, dalam Bank danManajemen, November-Desember 1992, hal.64-69, sebagaimana dikutip Muhamad Djumhana,op.cit., hal.388, lihat juga Sodikin, “Pemberian Kredit Perbankan yang Berwawasan Lingkungan,”dalam Jurnal Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta, Vol.I No.3 Juni 2001, hal.53-66.34 Sutan Remy Sjahdeini, op cit hal 297.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
56
karena perjanjian-perjanjian yang dihasilkan akan berat sebelah dan sering
mengandung klausul-klausul yang secara tidak wajar akan memberatkan
bagi salah satu pihak. Hal seperti ini dapat kita temui dihampir semua
perjanjian kredit bank.
Selain dari ketentuan pasal 1338 KUHPerdata, hubungan hukum
antara bank dengan nasabah debitur juga terlihat dari ketentuan Paal 1339
KUHPerdata yaitu : ”semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu
nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu,
tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang dimuat didalam bab ini dan
bab yang lalu.” dari isi pasal ini , terlihat bahwa dasar utama dari
penerapan pasal ini adalah asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur
dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Artinya Pasal 1339 KUHPerdata
merupakan pengembangan lebih lanjut dari Pasal 1338 KUHPerdata. Oleh
karena itu perjanjian kredit yang tidak bernama menurut Pasal 1339
KUHPerdata ini termasuk dalam aturan pasal ini.
2.6.3. Klausul penting dalam Akta Perjanjian Kredit
Dalam praktek perbankan, isi dan format perjanjian kredit tidak sama
untuk semua bank, namun pada umumnya memuat ketentuan tentang :
1. Peruntukan atau tujuan pemberian fasilitas kredit harus jelas, seperti
kredit permodalan yang harus digunakan untuk pengembangan modal
usaha. Fasilitas semacam ini tidak boleh untuk kepentingan konsumtif
karena akan berpengaruh pada proses pengembaliannya
2. jumlah kredit atau maksimum plafond yang diberikan bank kepada
debitur harus dicantumkan secara jelas.
3. jangka waktu kredit dan cara pembayaran sampai dengan jatuh tempo.
Dalam hal ini ada 2 cara pembayaran yaitu dengan diangsur atau
dibayar lunas sekaligus. Salah satu hak debitur disini adalah melunasi
kredit yang belum jatuh tempo atau dengan kata lain debitur
mengakhiri kredit sebelum jangka waktu berakhir. Dalam hal ini biasa
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
57
nya debitur harus membayar seluruh hutangnya termasuk bunga, denda
dan biaya-biaya lainnya.
4. bunga, provisi, dan biaya-biaya lainnya.
5. Klausula opeisbarheid atau disebut juga tiger clause, adalah klausul
yang memuat hak-hak bank untuk mengakhiri perjanjian kredit secara
sepihak, kendati jangka waktu perjanjian kredit tersebut belum
berakhir. Dengan kata lain klausul ini merupakan kehilangan
kewenangan bertindak atau kehilangan hak bagi debitur untuk
mengurus harta kekayaannya yang dijadikan barang jaminan karena
kelalaian debitur memenuhi ketentuan dalam perjanjian kredit.
6. klausula mengenai jaminan dari debitur kepada Bank beserta kuasa-
kuasa yang menyertainya. Pemberian jaminan biasanya diikat dengan
suatu akta pemberian jaminan tersendiri. Termasuk dalam hal ini
pembayaran pajak dan asuransi atas barang jaminan tersebut.
7. Klausul ketaatan pada ketentuan bank. Klausul ini dimaksudkan bila
tidak terdapat hal-hal lain yang tidak diperjanjikan secara khusus tetapi
dipandang perlu sehingga sudah dianggap telah diperjanjikan secara
umum.
8. klausul mengenai asuransi, yang bertujuan mengalihkan risiko yang
mungkin timbul baik atas barang agunan maupun atas kredit itu sendiri.
9. klausul mengenai tindakan debitur yang dilarang oleh bank. Klausul
ini terdiri dari berbagai hal yang mengandung konsekuensi yuridis dan
ekonomis dalam rangka pengamanan kepentingan bank dalam
mencapai tujuannya. Hal-hal yang dilarang antara lain : larangan
meminta kredit kepada pihak lain tanpa ijin dari bank, larangan
mengubah susunan pengurus tanpa ijin dari bank, berganti jenis usaha
tanpa ijin dari bank, dan lain sebagainya.
10. Klausul mengenai jaminan debitur bahwa semua data yang diberikan
kepada bank adalah benar dan debitur tidak melakukan kebohongan.
11. klausul mengenai hal-hal lain. Ini merupakan pasal tambahan yang
biasanya berisi hal-hal yang belum diatur dalam pasal-pasal perjanjian
kredit.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
58
12. klausul penyelesaian sengketa, yang berisi model penyelesaian
sengketa jika terjadi sengketa hukum antara debitur dengan bank.
Termasuk disini ditentukan wilayah yurisdiksi pengadilan yang akan
ditunjuk.
13. klausul penutup yang memuat berapa ekseplar perjanjian ini dibuat,
tanggal dan tempat penandatanganan.
Ketentuan tersebut bukan hanya untuk perjanjian kredit yang dibuat
dibawah tangan namun juga berlaku untuk perjanjian kredit yang dibuat dengan
akta notaris. Hanya saja untuk perjanjian kredit dalam bentuk akta notaris akan
berbeda bentuk dengan perjanjian kredit dibawah tangan, karena untuk perjanjian
kredit akta notaris tentu saja harus memenuhi ketentuan tentang akta sebagaimana
diatur dalam Undang-undang jabatan notaris.
Pada PT.Bank X, ketentuan-ketentuan diatas dapat dirinci sebagai berikut :
1. Penafsiran perjanjian, berisi mengenai definisi dari istilah-istilah yang
ada dalam perjanjian kredit
2. Fasilitas kredit berisi tentang plafond kredit yang diberikan, prasyarat
yang harus dipenuhi oleh debitur sebelum fasilitas kredit diberikan,
tujuan penggunaan kredit, cara penarikan fasilitas kredit serta tiger
clause yaitu hak bank untuk membatalkan kredit dan debitur harus
segera melunasi fasilitas kredit apabila kualitas activa debitur menurun
menjadi kurang lancar, diragukan atau macet berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia.
3. Ketentuan tentang Pembayaran berisi tentang cara pembayaran,
perhitungan bunga, denda, kuasa konversi untuk pembayaran dengan
mata uang asing kemudian dikonversi ke mata uang rupiah.
4. ketentuan kerugian dalam pendanaan.
5. Pernyataan dan Jaminan Debitur, berisi tentang status debitur,
informasi debitur, perjanjian kredit yang dibuat tidak melanggar
ketentuan undang-undang, debitur tidak tersangkut perkara, debitur
tidak keadaan wanprestasi.
6. kewajiban debitur berisi bank berhak memeriksa agunan yang
diberikan oleh debitur, debitur wajib memberitahukan kepada bank
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
59
jika ada peristiwa penting, kewajiban pajak debitur, Asuransi, biaya-
biaya yang timbul, debitur wajib membuka rekening pada bank,
jaminan kredit, penilaian aset agunan, debitur wajib menyerahkan
laporan keuangan kepada bank, debitur wajib melakukan pencegahan
kerusakan lingkungan,
7. pembatasan yaitu debitur harus meminta ijin kepada bank jika
melakukan hal-hal sebagai berikut : pembayaran lebih cepat atau awal,
perubahan jenis usaha, pengalihan kekayaan, penerimaan fasilitas
keuangan dari pihak lain, mengagunkan kekayaan kepada pihak lain,
meminjamkan uang kepada pihak lain, penyertaan usaha pada pihak
lain, pembelian barang modal atau harta tetap, pembayaran kepada
pemegang saham (jika debitur berbentuk badan hukum).
8. peristiwa pengakhiran komitmen yaitu pelanggaran kewajiban
membayar, pelanggaran kewajiban lainnya, pernyataan tidak benar,
debitur pailit, perubahan pada debitur, penyitaan harta debitur, adanya
cross collateral dan cross default, pencabutan ijin, pelaksanaan putusan
pengadilan, tuntutan pidana kepada debitur, perubahan kondisi
perekonomian dan peraturan.
9. ketentuan lain berisi pembuktian jumlah hutang, bukti pelanggaran,
berlakunya perjanjian, pengalihan hak dan kewajiban, kuasa dan
wewenang, kompensasi / perhitungan, pemberian informasi,
penghentian / pengakhiran fasilitas kredit, hukum yang berlaku,
pemilihan domisili, berakhirnya perjanjian.
Akhirnya yang perlu diperhatikan dalam proses pemberian kredit ini
adalah pengawasan Bank Indonesia terhadap pemberian kredit. Yang dimaksud
disini bukan hanya pengawasan bersifat finansial saja melainkan juga pengawasan
dalam bentuk substansial dengan perjanjian kredit. Dengan kata lain dalam rangka
menciptakan hubungan hukum yang seimbang dalam perjanjian antara bank
dengan nasabah diperlukan pengawasan tentang sejauh mana pengaturan klausul-
klausul perjanjian kredit tidak memberikan dampak yang merugikan kepada
debitur. Dengan demikian posisi bank yang sangat dominan berhadapan dengan
debitur dapat dihindari. Atau sebaliknya posisi bank tidak dirugikan bila
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
60
berhadapan dengan debitur konglomerat pemilik dana dalam proses pinjam
meminjam uang.
2.6.4. Permasalahan Hukum yang timbul dalam Perjanjian Kredit
Dalam pemberian kredit, PT.Bank X seringkali menemukan masalah yang
timbul. Permasalahan itu muncul dari pemberian kredit dengan segmen konsumer
maupun segmen komersil. Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa
permasalahan yang timbul sehubungan dengan pemberian kredit.
1. pembayaran hutang atau bunga yang tidak lancar oleh debitur tertentu. Hal ini
menyebabkan kredit macet sehingga NPL bank menjadi tinggi. Ini tidak baik
bagi kesehatan bank. Untuk itu bank akan berusaha membantu debitur dengan
cara diberikan restrukturisasi kredit semisal dengan memperpanjang jangka
waktu kredit, merubah jenis fasilitas kredit.
2. pelanggaran pasal-pasal dalam perjanjian. Dalam hal adanya pelanggaran
pelaksanakan pasal-pasal dalam perjanjian maka bank akan memberikan
teguran kepada debitur secara bertahap, jika tetap tidak dihiraukan maka bank
akan mengambil tindakan tegas sebagaimana tercantum dalam perjanjian
kredit.
3. pelanggaran pasal-pasal dalam perjanjian pengikatan jaminan semisal debitur
menyewakan rumah jaminan tanpa persetujuan bank, atau debitur melakukan
perubahan bentuk bangunan tanpa persetujuan bank.
Praktek yang terjadi apabila terjadi permasalah antara debitur dengan bank, tidak
serta merta bank akan menghentikan pemberian fasilitas kredit kepada debitur.
Bank akan menganalisa apakah penyebab debitur melanggar perjanjian kredit dan
bank juga akan meminta alasan debitur mengapa dia melakukan pelanggaran
tersebut, karena pada dasarnya hubungan bank dengan debitur berdasarkan pada
kepercayaan.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
61
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Setelah menguraikan beberapa aspek dalam perjanjian kredit pada
PT.Bank X, baik itu dari format perjanjian maupun isi perjanjian berikut
permasalahan-permasalahan yang timbul maka dapatlah disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Bahwa dalam pemberian kredit yang dilakukan oleh PT.Bank X dapat
disimpulkan keseimbangan kedudukan para pihak dalam perjanjian kredit
pada PT.Bank X, ada 2 (dua) hal yang dapat ditarik kesimpulan yaitu :
a. Pada perjanjian kredit yang dibuat secara dibawah tangan telah
dipersiapkan bentuk maupun isinya oleh pihak bank, maka dalam
perjanjian kredit ini debitur tidak dapat melakukan perubahan atas isi
perjanjian kredit, dalam perjanjian ini debitur hanya mendapatkan 2
buah tawaran yaitu menerima perjanjian kredit tersebut atau menolak
atau istilah lainnya “take it or leave it”.
b. Perjanjian kredit yang dibuat dalam notariil akta, masih dimungkinkan
debitur meminta kepada bank untuk merubah isi atau klausul
perjanjian kredit yang tidak sesuai dengan keinginan debitur. Namun
perubahan ini juga dibatasi karena dalam pemberian kredit bank harus
menaati pula ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh Bank
Indonesia.
2. Dalam perjanjian kredit pada PT.Bank X, sebagaimana diuraikan diatas ada
beberapa debitur yang dapat melakukan perubahan atas perjanjian kredit yang
berbentuk perjanjian baku, yaitu debitur-debitur dengan plafond kredit yang
besar, karena dengan plafond kredit yang besar maka bank akan memperoleh
keuntungan yang cukup besar pula. Disini terlihat adanya perbedaan perlakuan
kepada para debitur. Bank tidak memberikan perlakuan yang sama kepada
debiturnya. Terhadap debitur yang memiliki tingkat ekonomi lebih rendah,
bank bertindak lebih kaku dibandingkan jika bank berhadapan dengan debitur
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
62
yang mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup kuat, dimana bank menjadi
lebih lunak atau mau diajak bernegosiasi atau bahkan kadang-kadang bank
cenderung bersikap sangat lunak. Namun berdasarkan penelitian yang
dilakukan di PT.Bank X, bank tersebut tetap memegang teguh ketentuan
perkreditan yang telah digariskan oleh Bank Indonesia. Hal ini terbukti pula
dengan rendahnya tingkat kredit macet yang ada pada PT.Bank X.
3.2.SARAN
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dapatlah disampaikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Bank dalam memberikan kredit kepada masyarakat harus menaati ketentuan-
ketentuan dan aturan hukum yang berlaku. Hal ini karena perjanjian kredit
adalah merupakan hubungan hukum perdata yang tercipta antara debitur dan
bank. Bank harus pula menaati dan melaksanakan ketentuan dari aspek-
aspek hukum perjanjian yang menjadi dasar perjanjian kredit bank. Bank
harus tetap menjaga agar ada keseimbangan kedudukan antara debitur
dengan bank.
2. Bank meskipun sebagai pihak kreditur yang notabene pihak yang
mengeluarkan uang kepada debitur, tetaplah memberikan kesempatan
kepada debitur apabila ingin melakukan perubahan isi atau klausul
perjanjian kredit yang tidak sesuai dengan kehendaknya atau yang
memberatkan kedudukan debitur. Perubahan mana tidak boleh melanggar
ketentuan perkreditan yang telah digariskan oleh pemerintah melalui Bank
Indonesia. Dengan demikian semua pihak baik debitur maupun bank akan
mendapatkan hak dan kewajibannya secara setara dan seimbang.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
63
DAFTAR REFERENSI
1. BUKU
Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan, Aditya Bakti, Bandung
____________________, 1992, Perjanjian Baku Dalam Praktek PerusahaanPerdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung
Endang Mintorowati, 1997, Hukum Perjanjian, Universitas Negeri SurakartaPress, Surakarta
Febby M.Sukatendel, 2006, Kredit dan Masalah Keuangan, Panduan BantuanHukum di Indonesia, YLBHI, Jakarta
Gatot Wardoyo.CH., Edisi November-Desember 1992 “Sekitar Klausul-klausul Perjanjian Kredit Bank”, Bank dan Manajemen.
Hermansyah S.H., M.Hum., 2006, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,Kencana, Jakarta.
Klyen, M.W., 1977, Compendium Hukum Belanda, Leiden
Krippendorf, 1993 Analisis isi : Pengantar Teori dan Metodologi, RajaGrafindo, Jakarta
Levy, JA., 1873, Rekening Courant, Edisi 5, Holt, Rinehart & Winston, Inc,New York.
Lexy J.Moleong, 1995, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja RosdaKarya.
Mariam Darius Badrulzaman, 1983, Beberapa Masalah Hukum DalamPerjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Hypotheek serta Hambatan-Hambatannya Dalam Praktek di Medan, Alumni, Bandung.
__________________________, 1981, Perjanjian Baku (standar)Perkembangannya di Indonesia. Dimuat dalam : Beberapa GuruBesar Berbicara tentang Hukum dan Pendidikan Hukum (Kumpulanpidato-pidato pengukuhan), Alumni, Bandung.
Matthew B.Miles dan A.Michael Huberman, Penerjemah Tjetjep RohendiRohidi, Analisa Data Kualitatif, Universitas Indonesia Press, Jakarta,1992
Munir Fuady, S.H., M.H., LL.M., 1996, Hukum Perkreditan Kontemporer,PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
64
Panggabean.H.P.,“Berbagai Masalah Yuridis Yang Dihadapi PerbankanMengamankan Pengembalian Kredit Yang Disalurkan“, MajalahVaria Peradilan, No.80/1992
Rommy Sautma Hotma Bako, 1995, Hubungan Bank dan Nasabah TerhadapProduk Tabungan dan Deposito, Citra Aditya Bakti, Bandung
Ruschen.A., 1955, Crediethypotheken, diss.Groninggen.
Savelberg, HMA., 1885, De Crediet Hypotheek, diss.
Setiawan. R, S.H., 1987, Pokok-pokok Hukum Perikatan, PT.Bina Cipta,Bandung.
Sodikin, Juni 2001, “Pemberian Kredit Perbankan yang BerwawasanLingkungan,” dalam Jurnal Hukum Universitas MuhammadiyahJakarta, Vol.I No.3.
Soerjono Soekamto, S.H., M.A., DR., 2008, Pengantar Penelitian Hukum,Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
_________________________________, Sri Mamudji, S.H., M.L.L.1983,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT.Raja GrafindoPersada – Divisi Buku Perguruan Tinggi, Jakarta.
Sri Mamudji, Hang Rahardjo, Agus Supriyanto, Daly Erni, Dian PudjiSimatupang, 2005, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum, BadanPenerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.
Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, S.H.,Dr., Prof., 1980, Hukum PertanggunganBag.B, Seksi Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Univeritas GadjahMada, Yogyakarta.
__________________________________, 1980, Hukum Jaminan diIndonesia Pokok-pokok Hukum Jaminan Perorangan, Liberty,Yogyakarta
Subekti. R., S.H., Prof., 1982, Hukum Perjanjian; PT.Inter Masa, Jakarta.
__________________, Tjitrosudibio,R., 2009, Kitab Undang-Undang HukumPerdata, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.
Sudikno Mertokusumo,S.H., Prof., 1985 Mengenal Hukum (SuatuPengantar); Liberty, Yogyakarta.
Suryodiningrat, R.M. , 1985, Asas-asas Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
65
Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan YangSeimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank DiIndonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta
Yahya Harahap,M, 1986, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung
Yunus Husein, 2003, Rahasia Bank, Privasi versus Kepentingan Umum,Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telahdiubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentangPerubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentangPerbankan (selanjutnya disebut Undang-undang Perbankan)
Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimanadiubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-undang.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009 Tanggal 27 Januari 2009tentang Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Tanggal 5 Oktober 2006Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor7/2/PBI/2005 tentang Pemenuhan Kualitas Aktiva Bank Umum.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/5/DPNP tanggal 28 Januari 2009tentang Bank Umum
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011tentang Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untukRisiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011tentang Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit.
Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa MengenaiDampak Lingkungan.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Universitas Indonesia
66
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentangJenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
66
DAFTAR REFERENSI
Badrulzaman, Mariam Darius, 1983, Beberapa Masalah Hukum Dalam
Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Hypotheek serta Hambatan-
Hambatannya Dalam Praktek di Medan, Alumni, Bandung.
__________________________, 1981, Perjanjian Baku (standar)
Perkembangannya di Indonesia. Dimuat dalam : Beberapa Guru
Besar Berbicara tentang Hukum dan Pendidikan Hukum (Kumpulan
pidato-pidato pengukuhan), Alumni, Bandung.
Bako, Rommy Sautma Hotma, 1995, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap
Produk Tabungan dan Deposito, Citra Aditya Bakti, Bandung
Fuady, Munir, S.H., M.H., LL.M., 1996, Hukum Perkreditan Kontemporer,
PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.
Harahap, M, Yahya, 1986, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung
Hermansyah S.H., M.Hum., 2006, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,
Kencana, Jakarta.
Husein,Yunus 2003, Rahasia Bank, Privasi versus Kepentingan Umum,
Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Klyen, M.W., 1977, Compendium Hukum Belanda, Leiden
Krippendorf, 1993 Analisis isi : Pengantar Teori dan Metodologi, Raja
Grafindo, Jakarta
Levy, JA., 1873, Rekening Courant.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
67
Mamudji, Sri, Hang Rahardjo, Agus Supriyanto, Daly Erni, Dian Pudji
Simatupang, 2005, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum, Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.
Mertokusumo, Sudikno,S.H., Prof., 1985 Mengenal Hukum (Suatu
Pengantar); Liberty, Yogyakarta.
Mintorowati, Endang, 1997, Hukum Perjanjian, Universitas Negeri Surakarta
Press, Surakarta
Miles, B.Matthew dan A.Michael Huberman, Penerjemah Tjetjep Rohendi
Rohidi, Analisa Data Kualitatif, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
1992
Moleong, J Lexy, 1995, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja Rosda
Karya.
Muhammad, Abdulkadir, 1990, Hukum Perikatan, Aditya Bakti, Bandung
____________________, 1992, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan
Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung
Panggabean.H.P.,“Berbagai Masalah Yuridis Yang Dihadapi Perbankan
Mengamankan Pengembalian Kredit Yang Disalurkan“, Majalah
Varia Peradilan, No.80/1992
Ruschen.A., 1955, Crediethypotheken, diss.Groninggen.
Savelberg, HMA., 1885, De Crediet Hypotheek, diss.
Setiawan. R, S.H., 1987, Pokok-pokok Hukum Perikatan, PT.Bina Cipta,
Bandung.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
68
Sodikin, Juni 2001, “Pemberian Kredit Perbankan yang Berwawasan
Lingkungan,” dalam Jurnal Hukum Universitas Muhammadiyah
Jakarta, Vol.I No.3.
Soekamto, Soerjono, S.H., M.A., DR., 2008, Pengantar Penelitian Hukum,
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
_________________________________, Sri Mamudji, S.H., M.L.L.1983,
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT.Raja Grafindo
Persada – Divisi Buku Perguruan Tinggi, Jakarta.
Sofwan, Sri Soedewi Mascjhoen, S.H.,Dr., Prof., 1980, Hukum
Pertanggungan Bag.B, Seksi Hukum Perdata, Fakultas Hukum,
Univeritas Gadjah Mada, Yogyakarta.
__________________________________, 1980, Hukum Jaminan di
Indonesia Pokok-pokok Hukum Jaminan Perorangan, Liberty,
Yogyakarta
Subekti. R., S.H., Prof., 1982, Hukum Perjanjian; PT.Inter Masa, Jakarta.
Sukatendel, M,Febby, 2006, Kredit dan Masalah Keuangan, Panduan
Bantuan Hukum di Indonesia, YLBHI, Jakarta
Suryodiningrat, R.M. , 1985, Asas-asas Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung
Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang
Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di
Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
69
Wardoyo, Gatot.CH., Edisi November-Desember 1992 “Sekitar Klausul-
klausul Perjanjian Kredit Bank”, Bank dan Manajemen.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Indonesia. Undang-undang Dasar 1945.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Buku Ketiga tentang Perikatan
khususnya tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak
atau perjanjian (pasal 1313 s/d 1456)
Indonesia, Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan (selanjutnya disebut Undang-undang Perbankan)
_________, Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-
undang.
__________, Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang
Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
70
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009 Tanggal 27 Januari 2009
tentang Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Tanggal 5 Oktober 2006
Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/2/PBI/2005 tentang Pemenuhan Kualitas Aktiva Bank Umum.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/5/DPNP tanggal 28 Januari 2009
tentang Bank Umum.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011
tentang Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk
Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011
tentang Transparansi Informasi Suku Bunga Daar Kredit.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
1
PERJANJIAN PENYEDIAAN FASILITAS KREDIT.Nomor :
Perjanjian Penyediaan Fasilitas Kredit tertanggal dibuat oleh dan antara :
1. , suatu yang didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia,berkedudukan dan berkantor pusat di , jalan ..................,dalam hal ini diwakilioleh selaku , oleh karenanya mewakili Direksi dan dalam melakukantindakan hukum tersebut di bawah ini, telah mendapatkan persetujuan DewanKomisaris yaitu selaku yang turut pula menandatangani Perjanjian ini.- Selanjutnya disebut ”Debitur”
2. PT Bank OCBC NISP Tbk., suatu perseroan terbatas dan bank yang didirikanmenurut hukum Republik Indonesia, berkedudukan dan berkantor pusat di JakartaSelatan, jalan Prof. Dr. Satrio nomor 25, dalam hal ini diwakili olehberdasarkan- Selanjutnya disebut ”Bank”
Untuk selanjutnya Debitur bersama-sama dengan Bank disebut ”Para Pihak”
Para Pihak terlebih dahulu menyatakan sebagai berikut :(1). Debitur telah mengajukan permohonan Fasilitas Kredit kepada Bank dan Bank telah
menyetujui untuk menyediakan Fasilitas Kredit kepada Debitur.(2) Persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham/RUPS
sebagaimana tercantum di atas, termasuk juga untuk perpanjangan terhadapPerjanjian.
Maka berhubung dengan hal yang diuraikan di atas, selanjutnya Para Pihak menyatakantelah saling sepakat dan setuju untuk membuat dan menetapkan Perjanjian PenyediaanFasilitas Kredit dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pasal 1. Penafsiran Perjanjian
1.1. Definisi”Addendum" berarti setiap perpanjangan, perubahan, penambahan, penegasan,pernyataan kembali atau tambahan pengaturan lainnya yang dibuat dan disepakatiPara Pihak yang merupakan satu kesatuan dengan Perjanjian dan/atau perjanjiankredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjian yangtelah ada.“Dokumen Kredit” berarti :a. Perjanjian ;b. Semua dan setiap perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan
lainnya atau lampiran Perjanjian;c. Surat Aksep.d. Pemberitahuan penarikan/pencairan Fasilitas Kredit"Fasilitas Kredit" berarti fasilitas keuangan/finansial yang disediakan oleh Bankkepada Debitur berdasarkan permohonan Debitur, yang akan ternyata dalamPerjanjian;”Hari Kerja” berarti hari (selain hari sabtu, hari minggu dan hari libur nasional) dimanaBank buka melaksanakan transaksi kliring serta menjalankan kegiatannya ;“Jaminan Fasilitas Kredit” berarti segala sesuatu yang diserahkan oleh Debiturdan/atau pihak lain kepada Bank, yang diikat berdasarkan perjanjian pengikatanjaminan, guna menjamin pembayaran kembali secara lunas sebagaimana mestinyadari suatu Jumlah Terhutang“Jumlah Terhutang” berarti seluruh jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayarkembali oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Kredit dan/atau transaksi keuangan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
2
lainnya, terdiri atas pinjaman/ hutang pokok (Pinjaman Uang), bunga, bunga denda,biaya, ongkos, pajak serta kewajiban lain yang wajib dibayar ;"Kesanggupan Menyediakan Fasilitas Kredit" berarti janji dan kesanggupan Bankuntuk menyediakan Fasilitas Kredit kepada Debitur ;”Kredit” berarti penggunaan atas Fasilitas Kredit yang jenisnya akan diuraikan dalamperjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiranPerjanjian;"Perjanjian" berarti Perjanjian Penyediaan Fasilitas Kredit ini, berikut seluruhAddendumnya;"Peristiwa Pengakhiran Komitmen" berarti peristiwa atau keadaan yangmenyebabkan berhentinya Kesanggupan Menyediakan Fasilitas Kredit dari Bank, dantimbulnya kewajiban Debitur untuk segera dan seketika melunasi Jumlah Terhutang,atau suatu peristiwa atau keadaan yang dengan lewatnya waktu atau karenapemberitahuan (atau karena keduanya) menyebabkan berhentinya KesanggupanMenyediakan Fasilitas Kredit dari Bank, dan timbulnya kewajiban Debitur untuksegera dan seketika melunasi Jumlah Terhutang;"Pinjaman Uang" berarti jumlah uang dalam rupiah atau mata uang asing yangdipinjamkan sebagai pinjaman pokok oleh Bank kepada Debitur berdasarkanperjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiranPerjanjian ;“Tanggal Penyerahan Pinjaman Uang" berarti tanggal dimana Bank menyerahkansuatu Pinjaman Uang kepada Debitur dengan dan menurut syarat serta ketentuandalam perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiranPerjanjian ;
1.2. Definisi, Judul Pasal atau AyatDefinisi, judul pasal atau ayat dalam Perjanjian hanya untuk kemudahan dan tidakmempengaruhi penafsiran Perjanjian.
Pasal 2. Fasilitas Kredit
2.1. Kesanggupan Menyediakan Fasilitas Kredita. Berdasarkan syarat serta ketentuan dalam Perjanjian, Bank menyediakan
Fasilitas Kredit kepada Debitur, dengan nomor yang diadministrasikan danditatausahakan oleh Bank serta nilai tukar/kurs yang berlaku di Bank, yangpada setiap waktu tidak melebihi hutang pokok sebesar atauekuivalennya (”Plafond Kredit”), dan/atau sejumlah hutang pokok atauekuivalennya yang dapat ditentukan dikemudian hari berdasarkan perubahan,penambahan, penegasan atau pernyataan kembali yang dari waktu ke waktudapat dibuat terhadap Perjanjian dan atau Addendumnya.
b. Penggunaan dari Fasilitas Kredit tersebut akan ternyata dalam perjanjian kreditdan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjianberdasarkan permohonan yang diajukan oleh Debitur kepada, dan yangdisetujui oleh Bank, dan akan diuraikan/diatur dalam perjanjian kredit dan/atauperjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjian yang akandibuat oleh Para Pihak, yang merupakan kesatuan dan bagian tidakterpisahkan dari Perjanjian.
c. Sekalipun telah dibuat Perjanjian, Bank tidak berkewajiban untuk menyetujuipermohonan penyediaan Kredit dan transaksi keuangan lainnya yang diajukanDebitur pada Bank.
d. Sepanjang disetujui Bank, Debitur dapat melakukan penarikan Kredit dalammata uang asing (multi currency) dengan menggunakan kurs yang ditentukanoleh Bank (konversi), dimana jika jumlah konversi melebihi nilai Kredit awalmaka Debitur setuju dan sepakat untuk menyerahkan tambahan JaminanFasilitas Kredit kepada Bank atau jika Debitur tidak dapat memenuhikewajibannnya tersebut maka Debitur setuju dan sepakat untuk membayarlunas, penuh dan dengan seketika dan sekaligus semua dan setiap selisih
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
3
Kredit tersebut kepada Bank.2.2. Pra Syarat
Debitur dapat menggunakan Fasilitas Kredit, jika Bank telah menetapkan bahwasemua dan setiap pra syarat (“Pra Syarat”) tersebut di bawah ini telah dipenuhi dandiperoleh :a. Debitur telah memenuhi semua dokumen yang dipersyaratkan Bank;b. Semua dan setiap perjanjian pengikatan jaminan telah dibuat, ditandatangani,
berlaku dan mengikat terhadap pihak-pihak dalam perjanjian tersebut ;c. Debitur telah membuka dan memelihara Rekening Debitur ;d. Setiap pernyataan dan jaminan yang termuat dalam Pasal 5 Perjanjian, benar
dan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya;e. Sepanjang diketahui Bank, Debitur tidak termasuk dalam Daftar Hitam
Nasional (DHN) dan tidak memiliki kredit macet pada pihak manapun dandimanapun;
f. Tidak terjadi atau berlangsung suatu Peristiwa Pengakhiran Komitmen ;g. Penyediaan Fasilitas Kredit oleh Bank tidak melanggar peraturan perundangan
yang berlaku, antara lain (tetapi tidak terbatas) peraturan mengenai batasmaksimum pemberian kredit (BMPK) yang ditetapkan oleh instansi yangberwenang.
2.3. Penggunaan Kredit.a. Debitur akan menggunakan Pinjaman Uang untuk keperluan yang diuraikan
dalam perjanjian kredit atau lampiran Perjanjian ;b. Debitur bertanggung jawab penuh dan membebaskan Bank dari segala
tuntutan, gugatan atau tanggung jawab berupa apapun yang dialami oleh Banksehubungan dengan atau sebagai akibat penggunaan Pinjaman Uang yangdipinjam oleh Debitur dari Bank ;
2.4. Surat Aksep dan Pemberitahuan penarikan/pencairan Fasilitas Kredita. Sesuai dengan jenis Kredit, maka sebelum menerima suatu Pinjaman Uang
dari Bank, Debitur dapat menanda tangani dan menyerahkan Surat (surat)Aksep dan Pemberitahuan penarikan/pencairan Fasilitas Kredit kepada Banksebagai bukti kewajiban Debitur melakukan pembayaran kembali atasPinjaman Uang pada tanggal jatuh waktu/pembayaran Surat Aksep danPemberitahuan penarikan/pencairan Fasilitas Kredit.
b. Penerbitan Surat Aksep dan Pemberitahuan penarikan/pencairan FasilitasKredit oleh Debitur sekali-kali tidak menghapuskan, mengurangi ataumempengaruhi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutanpembayaran terhadap Debitur berdasarkan Dokumen Kredit yang lain.
2.5. a. Bank berhak sewaktu-waktu tanpa syarat untuk merubah ketentuan Perjanjiantermasuk tetapi tidak terbatas pada menurunkan / mengurangi / menarikkembali / mengakhiri dan/atau memperpendek jangka waktu Kredit /membatalkan Kesanggupan Menyediakan Fasilitas Kredit.
b. Bank berhak secara otomatis membatalkan Kesanggupan MenyediakanFasilitas Kredit yang belum ditarik oleh Debitur, dalam hal kualitas aktivaDebitur menurun menjadi kurang lancar, diragukan atau macet berdasarkanketentuan Bank Indonesia.
Pasal 3. Ketentuan Tentang Pembayaran
3.1 Cara Pembayarana. Debitur wajib membayar kembali kepada Bank, Jumlah Terhutang berdasarkan
Dokumen Kredit dengan mata uang yang sama dengan mata uang PinjamanUang yang harus telah diterima dan dapat digunakan oleh Bank (same dayavailable funds) pada hari pembayaran yang ditetapkan Bank.
b. Jika Debitur akan melakukan pembayaran dengan mata uang yang tidak sama,maka harus dilakukan terlebih dahulu transaksi jual beli valuta asing di Bankdan resiko atas transaksi tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan Debitur.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
4
c. Paling lambat 1 (satu) Hari Kerja sebelum tanggal di mana suatu JumlahTerhutang wajib dibayar, Debitur wajib menyediakan dana dalam RekeningDebitur dalam jumlah yang cukup untuk membayar lunas Jumlah Terhutang.
d. Pada tanggal pembayaran yang telah ditetapkan, Bank diberi kuasa danwewenang oleh Debitur untuk memotong/mendebet Rekening Debitur sebesarJumlah Terhutang berdasarkan Dokumen Kredit.
3.2. Perhitungan BungaBunga yang wajib dibayar oleh Debitur kepada Bank atas Pinjaman Uang dihitungmulai dari Tanggal Penyerahan Pinjaman dari Pinjaman Uang sampai tanggalseluruh Pinjaman Uang telah dibayar lunas kepada Bank, sesuai dengan jumlah hariyang lewat dan berdasarkan perhitungan 1 (satu) tahun adalah 360 (tiga ratus enampuluh) hari.
3.3. Dendaa. Jika Debitur tidak membayar lunas Jumlah Terhutang berdasarkan Dokumen
Kredit baik pada tanggal pembayaran yang telah ditentukan atau dalam kejadiandi mana pembayaran wajib dilakukan lebih cepat, maka Debitur wajib membayardenda atas jumlah yang tidak dibayar tersebut kepada Bank, yang besarnyaakan ditetapkan dalam setiap perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksikeuangan lainnya atau lampiran Perjanjian.
b. Denda (i) terhutang mulai hari dan tanggal jumlah uang yang bersangkutanwajib dibayar lunas sampai dengan hari dan tanggal jumlah uang tersebutdibayar lunas, (ii) dihitung sesuai dengan jumlah hari yang telah lewat, dan (iii)wajib dibayar dengan sekaligus lunas oleh Debitur kepada Bank seketika ditagiholeh Bank.
c. Apabila Debitur akan melakukan pelunasan lebih cepat dari masing-masingjangka waktu Kredit yang telah disepakati Para Pihak yang menyebabkanberakhirnya perjanjian, Debitur bersedia dikenakan denda sesuai yang diaturdalam perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya ataulampiran Perjanjian .
3.4 Kewajiban Pembayaran Yang Disebabkan Suatu HalApabila di kemudian hari diberlakukan atau diundangkannya peraturan oleh instansiyang berwajib, yang melarang, membatasi atau menghambat pembayaran dalammata uang asing kepada Bank, Para Pihak sepakat bahwa hal tersebut bukantermasuk suatu keadaan memaksa (force majeure), sehingga Debitur tetapberkewajiban untuk melaksanakan pembayaran kepada Bank berdasarkan DokumenKredit dalam mata uang atau dengan cara lain yang sah yang dapat ditentukan olehBank.
3.5 Kuasa KonversiApabila di kemudian hari terjadi peristiwa yang mengakibatkan nilai mata uangRupiah secara material menjadi melemah atau terdepresiasi terhadap mata uangDollar Amerika Serikat (US $) atau mata uang asing lainnya maka:a. Debitur sepakat serta memberikan hak dan kuasa kepada Bank untuk
melakukan konversi atas Jumlah Terhutang dalam mata uang asing menjadimata uang Rupiah yang berlaku di Bank dengan pemberitahuan tertulis 7 (tujuh)hari kerja sebelumnya.
b. Apabila atas dilakukannya konversi ke dalam mata uang rupiah tersebutmengakibatkan Jumlah Terhutang melebihi plafond kredit Para Pihak makaDebitur setuju dan sepakat untuk menyerahkan tambahan Jaminan FasilitasKredit kepada Bank.
c. Apabila Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksuddalam sub (b) ayat ini, maka Debitur setuju dan sepakat untuk membayar lunas,penuh dan dengan seketika dan sekaligus semua dan setiap Jumlah Terhutangdari Debitur kepada Bank, berdasarkan Dokumen Kredit.
Pasal 4. Kerugian Dalam Pendanaan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
5
Debitur wajib membayar dengan seketika dan sekaligus kepada Bank, semua biaya yangsudah dikeluarkan oleh Bank untuk menyediakan dana Pinjaman Uang jika Debitur tidakmenggunakan suatu Pinjaman Uang dari Bank (i) pada Tanggal Penyerahan Pinjaman(ii) dalam jumlah pinjaman yang diminta berdasarkan suatu surat pemberitahuan meminjampinjaman yang diterima oleh Bank, dalam waktu yang ditetapkan pada perjanjian kreditdan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjian.
Pasal 5. Pernyataan Dan Jaminan Debitur
Selama Perjanjian ini masih berlaku, Debitur dengan ini menyatakan dan menjamin sebagaiberikut:a. Status Debitur
Debitur adalah suatu badan hukum atau badan usaha yang sah, yang didirikanmenurut hukum Republik Indonesia, berkedudukan di Indonesia dan pada saat iniDebitur tidak dalam keadaan telah bubar atau dilikuidasi, atau dinyatakan dalamkeadaan pailit atau diberikan penundaan kewajiban pembayaran utang, serta akantetap mempertahankan eksistensi ijin usahanya.
b. Informasi DebiturPada tanggal Perjanjian ini, informasi mengenai akta pendirian, akta perubahan,susunan pemegang saham, susunan pengurus Debitur atau susunan Direksi, SusunanDewan Komisaris, yang disampaikan kepada Bank adalah benar dan masih berlaku.
c. Perjanjian Tidak Melanggar Undang-undang Atau Perjanjian Lain.Pembuatan, penandatanganan dan pelaksanaan Dokumen Kredit dan perjanjianpengikatan jaminan tidak melanggar atau bertentangan dengan :1. suatu peraturan perundang-undangan Republik Indonesia, atau2. suatu perjanjian, dokumen, janji atau perikatan di mana Debitur merupakan
pihak di dalamnya.d. Perkara
Debitur tidak terlibat, dan (sepanjang diketahui secara wajar oleh Debitur) tidaktersangkut atau terlibat dalam suatu perkara perdata, perkara pidana, perkaraperwasitan (arbitrase) atau perkara administrasi di muka Pengadilan, BadanPerwasitan/Arbitrase atau instansi Pemerintah yang dapat mempengaruhi secaramaterial terhadap usaha, kekayaan atau keadaan keuangan Debitur.
e. Cidera Janji /Wanprestasi dan Tunggakan PajakDebitur tidak dalam keadaan cidera janji (wanprestasi) dengan pihak lain atau dalamperjanjian lain serta tidak mempunyai tunggakan pajak dalam bentuk apapun.
Pernyataan dan Jaminan Debitur ini dianggap dinyatakan kembali pada saat Debiturmelakukan penarikan/pencairan Fasilitas Kredit.
Pasal 6. Kewajiban Debitur
6.1. Inspeksia. Berdasarkan pemberitahuan tertulis 2 (dua) Hari Kerja sebelumnya,
senantiasa memberi ijin kepada Bank atau para petugas yang diberi kuasaoleh Bank untuk melakukan peninjauan dan pemeriksaan terhadap kegiatanusaha Debitur dan Jaminan Kredit.
b. Semua biaya, ongkos dan upah untuk melakukan peninjauan danpemeriksaan tersebut menjadi tanggungan/beban dan wajib dibayar olehDebitur.
6.2. Pemberitahuan Peristiwa PentingDalam waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam, Debitur wajib memberitahukansecara tertulis kepada Bank setelah mengetahui tentang terjadinya peristiwa yangmelibatkan Debitur dan/atau Penjamin (jika ada) atau usahanya dengan suatuperkara termasuk tetapi tidak terbatas pada perkara perdata, perkara pidana danperkara tata usaha, yang dapat mempengaruhi kemampuan Debitur dalammelaksanakan kewajibannya kepada Bank.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
6
6.3. Kewajiban PajakMembayar semua dan setiap kewajiban pajak pada waktunya dan dengansebagaimana mestinya dan untuk pembayaran pajak tersebut Debitur telahmembuat cadangan seperlunya.
6.4. Asuransia. Debitur atas biaya sendiri, wajib mengasuransikan seluruh Jaminan Fasilitas
Kredit terhadap risiko/bahaya apapun dan menutup asuransi lainnya, denganmencantumkan Banker’s Clause, sejumlah pertanggungan dengan memakaisyarat-syarat dan perusahaan asuransi yang ditetapkan dan disetujui olehBank. Debitur wajib menyerahkan semua asli dokumen asuransi kepada danuntuk disimpan oleh Bank.
b. Debitur wajib memberitahukan kepada Bank secara tertulis 14 (empat belas)hari kalender sebelum jatuh tempo asuransi.
c. Apabila pertanggungan asuransi telah diselenggarakan atas namaDebitur/penjamin maka Bank diberikan kuasa oleh Debitur untuk mengajukanperubahan atas polis asuransi tersebut, termasuk juga memperpanjangjangka waktu berlakunya dengan biaya menjadi tanggungan dan harus dibayaroleh Debitur.
d. Apabila penutupan asuransi tersebut pada sub (a) dan sub (b) ayat ini tidakterlaksana, Debitur memberikan kuasa kepada Bank, untuk melakukanpenutupan asuransi sendiri pada perusahaan asuransi yang ditunjuk olehBank untuk sejumlah pertanggungan, dengan biaya dan premi asuransimenjadi tanggungan Debitur. Ketidakterlaksanaan penutupan asuransi tidakmenjadi tanggung jawab Bank.
6.5. Biayaa. Debitur wajib menyediakan dimuka pada Rekening Debitur, semua biaya yang
harus dibayar oleh Debitur kepada Bank, Notaris dan/atau Pejabat PembuatAkta Tanah, sehubungan pengikatan dan pelaksanaan ketentuan DokumenKredit dan perjanjian pengikatan jaminan.
b. Membayar kepada Bank, semua biaya sehubungan pengikatan pelaksanaanketentuan Dokumen Kredit dan perjanjian pengikatan jaminan serta semuaperjanjian atau dokumen yang terkait, termasuk tetapi tidak terbatas padabiaya penutupan asuransi, biaya pemeriksaan/peninjauan jaminan dan biaya-biaya yang diperlukan untuk penyelesaian kredit jika Debitur wanprestasitermasuk biaya penagihan, biaya-biaya yang terkait dengan penyidikan olehpihak yang berwajib, biaya berperkara di Pengadilan, Penasehat Hukum,Pengacara, Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
c. Bank dengan ini pula diberi kuasa oleh Debitur untuk mendebet RekeningDebitur untuk pembayaran biaya-biaya tersebut pada sub (a) dan sub (b) ayatini.
6.6 Rekening Debitura. Pembukaan Rekening
Debitur wajib membuka suatu rekening/account dalam rupiah atau mata uangasing atas nama Debitur pada Bank, dan memelihara rekening/accounttersebut selama Debitur masih berkewajiban membayar suatu jumlah uangkepada Bank berdasarkan suatu Dokumen Kredit.
b. Fungsi Rekening Debitur, antara lain :1. menampung hasil Pinjaman Uang yang dibayar oleh Bank kepada
Debitur berdasarkan Fasilitas Kredit, dan2. melaksanakan pembayaran hutang/kewajiban Debitur berdasarkan
Dokumen Kredit.6.7 Jaminan Fasilitas Kredit
a. Untuk menjamin semua dan setiap Jumlah Terhutang dari Debitur kepadaBank berdasarkan Dokumen Kredit, maka Debitur dan/atau pihak lainmenyerahkan Jaminan Fasilitas Kredit yang pengikatannya dilakukanberdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, yaitu berupa :
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
7
b. Para Pihak sepakat dan setuju bahwa Jaminan Fasilitas Kredit ini berikutpengikatan jaminannya, menjadi jaminan atas Jumlah Terhutang yang akanada di kemudian hari berupa perubahan atau penambahan, yang merupakansatu kesatuan dan tidak terpisahkan dari Perjanjian.
6.8 Penilaian Aset Agunana. Debitur bertanggung jawab atas penilaian Jaminan Fasilitas Kredit,
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.b. Semua biaya untuk melakukan penilaian tersebut menjadi tanggungan/beban
dan wajib dibayar oleh Debitur.6.9 Laporan Keuangan
a. Debitur perusahaan atau badan yang menerima kredit/fasilitas penyediaandana dengan total eksposur sebesar sama dengan atau melebihiRp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) atau ekuivalennya dan Debiturtersebut bukan (i) merupakan Debitur perusahaan atau badan yang berbentukPerseroan Terbatas yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dan/ataumengelola dana masyarakat dan/atau (ii) menerbitkan Surat Pengakuan Utangkepada masyarakat dan/atau (iii) merupakan perseroan terbuka dan/atau(iv) merupakan persero dan/atau (v)memiliki asset dan/atau jumlah peredaranusaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp.50.000.000.000,- (lima puluhmilyar rupiah) dan/atau (vi) diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan,wajib menyerahkan kepada Bank :1. dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak berakhirnya bulan keenam
(ke 6) dari suatu tahun buku Debitur, laporan keuangan Debitur yangterkini (yang dinyatakan sah oleh Direksi Debitur/RUPS Debitur), palingsedikit terdiri atas Neraca dan Perhitungan Laporan Laba- Rugi yangdisusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang umum diterima diIndonesia dan diterapkan secara terus menerus dan selaras (consistent)dengan pembuatan Neraca dan Perhitungan Laporan Laba- Rugi untukjangka waktu yang lalu.
2. dalam waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak berakhirnya suatutahun buku, laporan keuangan Debitur yang terkini (yang dinyatakan saholeh RUPS Debitur) untuk tahun buku yang baru lalu, paling sedikit terdiriatas Neraca dan Perhitungan Laporan Laba- Rugi yang disusun menurutprinsip akuntansi yang umum diterima di Indonesia serta diterapkansecara terus menerus dan selaras (consistent) dengan pembuatanNeraca dan Perhitungan Laporan Laba- Rugi untuk tahun buku -tahunbuku yang lalu.
b. Debitur perusahaan atau badan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang (i)kegiatan usahanya adalah menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakatdan/atau (ii) menerbitkan Surat Pengakuan Utang kepada masyarakatdan/atau (iii) merupakan perseroan terbuka dan/atau (iv) merupakan perserodan/atau (v) memiliki jumlah asset dan/atau jumlah peredaran usaha denganjumlah nilai paling sedikit minimal Rp.50.000.000.000,- (lima puluh milyarrupiah) dan/atau (vi) diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan, wajibmenyerahkan kepada Bank.1. dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak berakhirnya bulan keenam
(ke 6) dari suatu tahun buku Debitur, laporan keuangan Debitur yangterkini, yang meliputi : Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan PerubahanEkuitas, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan yangmencantumkan utang piutang termasuk kredit bank dan DaftarPenyertaan Modal yang disetujui oleh Direksi perseroan Debitur).
2. dalam waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak berakhirnya suatutahun buku, laporan keuangan Debitur yang terkini untuk tahun bukuyang baru lalu, yang meliputi : Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
8
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuanganyang mencantumkan utang piutang termasuk kredit bank dan DaftarPenyertaan Modal (yang telah diperiksa/diaudit oleh Akuntan Publik yangdisetujui oleh Bank serta telah mendapat pengesahan RUPS Debitur).
6.10 Pencegahan Kerusakan Lingkungana. Debitur menjamin bahwa (sepanjang disyaratkan oleh peraturan pemerintah
dan/atau instansi terkait) dalam melakukan kegiatan usahanya yang dibiayaidengan Fasilitas Kredit oleh Bank, telah memenuhi persyaratan atau standardyang ditetapkan oleh ketentuan perundangan yang mengatur tentang AMDAL(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan), dan menyadari akan tanggung jawabsosial kepada masyarakat dan lingkungan sosial/hidup.
b. Debitur segera memberitahukan kepada Bank setiap terjadi atau timbulperistiwa pencemaran/kerusakan lingkungan serta tuntutan hukum yangdiajukan terhadap Debitur mengenai atau yang berhubungan denganpencemaran atau kerusakan terhadap lingkungan atau yang berhubungandengan peraturan tentang lingkungan.
6.11 Perubahan Pada Debitur.a. Debitur harus memperoleh persetujuan tertulis Bank lebih dahulu :
1. sebelum para pemegang saham Debitur dalam suatu Rapat UmumPemegang Saham atau dengan cara lain mengambil keputusanmembuat perubahan terhadap akta anggaran dasar Debitur yang manaperubahan tersebut harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukumdan Hak Asasi Manusia (Menhum dan HAM), atau
2. sebelum suatu atau seorang pemegang saham Debitur menjual ataumemindahkan hak (seluruh atau sebagian) sahamnya kepada pihak lainyang pada saat ini bukan pemegang saham dalam Debitur, ataumenjaminkan atau mengagunkan (seluruh atau sebagian) sahamnyakepada pihak lain. Penjualan dan/atau pemindahan saham manamengakibatkan perubahan kepemilikan pemegang saham mayoritasperseroan Debitur.
b. Debitur wajib mengirim pemberitahuan tertulis terlebih dahulu kepada Banksebelum para pemegang saham Debitur dalam suatu Rapat Umum PemegangSaham atau dengan cara lain, mengambil keputusan membuat perubahanterhadap susunan pengurus atau anggota Direksi dan atau Komisaris Debitur.
c. Segera setelah terjadi peristiwa yang diuraikan dalam sub (a) atau sub (b) ayatini, menyerahkan kepada Bank salinan akta atau fotocopy yang disahkankecocokannya dengan surat aslinya oleh Notaris, akta-akta atau dokumenyang membuktikan terjadinya peristiwa tersebut, berikut bukti persetujuan ataupelaporan/pemberitahuan dan pendaftaran akta atau dokumen tersebut olehatau pada instansi yang berwenang.
Pasal 7. Pembatasan
Debitur wajib memperoleh persetujuan tertulis dari Bank lebih dahulu sebelum Debiturmelakukan salah satu tindakan sebagai berikut :7.1. Pembayaran Lebih Cepat/Awal Hutang
Membayar lebih awal/cepat sebelum tanggal pembayaran yang telah ditentukan,hutang Debitur kepada orang/pihak lain, kecuali hutang yang dibuat dalam rangkamenjalankan usaha sehari-hari.
7.2. Perubahan Jenis UsahaMengubah usaha yang sekarang dijalankan/diusahakan oleh Debitur.
7.3. Pengalihan KekayaanMenjual atau dengan cara lain memindahkan hak seluruh atau sebagian besarkekayaan/aset milik Debitur, kecuali menjual barang-barang dalam rangkamenjalankan usaha sehari-hari
7.4. Penerimaan Fasilitas Keuangan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
9
Menerima fasilitas atau akomodasi keuangan dalam bentuk apapun dari pihak lainyang mengakibatkan Debitur menjadi berhutang kepada pihak lain,atau mengikat diri sebagai penjamin atau penanggung (borg, avaliste atauguarantor) kecuali :a. membuat/menerima hutang dan kewajiban pembayaran sehubungan dengan
pembelian barang dan/atau penerimaan jasa dalam rangka menjalankan/mengusahakan usaha Debitur sehari-hari dengan jangka waktu pembayarantidak melebihi 1 (satu) tahun sejak tanggal dibuatnya, atau
b. memperpanjang berlakunya fasilitas pinjaman uang atau fasilitas keuangan lainyang sebelum tanggal Perjanjian ini telah diterima oleh Debitur dari pihak lain
7.5. Mengagunkan KekayaanMengagunkan aset/kekayaan Debitur dengan cara bagaimanapun kepada pihaklain.
7.6. Meminjamkan UangMeminjamkan uang atau memberikan kredit dengan cara bagaimanapun dan hinggajumlah berapapun kepada pihak lain, kecuali :a. memberi pinjaman uang atau kredit dalam rangka menjalankan usaha Debitur
sehari-hari, ataub. memberi pinjaman uang dalam bentuk deposito berjangka atau dengan cara lain
kepada bank, atauc. memberi pinjaman uang kepada para karyawan Debitur dalam rangka
menjalankan usaha sehari-hari;7.7. Penyertaan Pada Perseroan Lain
Dengan cara bagaimanapun turut serta atau mengambil bagian dalam permodalanatau membeli/memperoleh saham atau dengan cara lain melakukan investasi dalamsuatu perseroan;
7.8 Pembelian Barang Modal Atau Harta TetapMelakukan pembelian atau dengan cara lain memperoleh barang modal atau barangtidak bergerak yang melebihi 20% (dua puluh persen) dari ekuitas.
7.9. Pembayaran Kepada Pemegang SahamMembayar, menyatakan dapat dibayar atau membagikan dividen atau pembagiankeuntungan lain berupa apapun kepada para pemegang saham Debitur, kecualimenerbitkan dividen saham (stock dividend) yang berasal dari kapitalisasi laba yangbelum ditentukan peruntukannya atau saham bonus yang berasal dari kapitalisasidana cadangan Debitur, atau membeli kembali saham yang telah diterbitkan olehDebitur, atau membayar kembali harga nominal saham yang diterbitkan oleh Debiturdalam rangka mengurangi modal disetor Debitur.
Pasal 8. Peristiwa Pengakhiran Komitmen.
8.1 Salah satu dari antara peristiwa atau keadaan yang disebut di bawah inimerupakan Peristiwa Pengakhiran Komitmen :a. Pelanggaran Kewajiban Membayar
Pada tanggal yang ditetapkan dalam suatu Dokumen Kredit, Debitur tidakmembayar lunas kepada Bank setiap dan semua Jumlah Terhutangberdasarkan salah satu Dokumen Kredit.
b. Pelanggaran Kewajiban LainDebitur tidak melaksanakan sesuatu kewajiban berdasarkan Perjanjian inidan perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya ataulampiran Perjanjian, selain yang diuraikan dalam sub ayat (a) di atas ini.
c. Pernyataan Tidak BenarSuatu pernyataan atau jaminan yang dibuat/diberikan oleh (i) Debiturdalam suatu Dokumen Kredit atau (ii) Pemilik jaminan dalam suatuperjanjian pengikatan jaminan, ternyata atau terbukti tidak benar atau tidaksesuai dengan kenyataan sebenarnya.
d. Tindakan Pemerintah
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
10
Pemerintah melarang, mencegah, membatasi atau menghalangi Debiturmenjalankan usahanya atau melaksanakan kewajiban Debitur berdasarkansuatu Dokumen Kredit.
e. KepailitanDebitur :1. dinyatakan oleh instansi yang berwenang atau mengajukan
permohonan dalam keadaan pailit atau diberikan penundaankewajiban pembayaran hutang.
2. dimohon oleh orang/pihak lain kepada instansi yang berwenang untukdinyatakan pailit dan permohonan tersebut tidak ditarik atau dicabutkembali dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal permohonantersebut diterima oleh instansi yang bersangkutan.
f. Perubahan Pada DebiturJika Debitur dibubarkan dan dinyatakan berada dalam likuidasi.
g. PenyitaanSeluruh atau sebagian kekayaan/aset lain yang sekarang telah atau dikemudian hari dimiliki atau diperoleh Debitur, atau yang menjadi objekJaminan, dengan cara dan alasan apapun disita, dirampas, dibekukan ataudinasionalisasi oleh atau atas perintah instansi yang berwenang (termasuktetapi tidak terbatas oleh Pengadilan).
h. Cross Collateral dan Cross Default1. Jika Debitur tidak melakukan suatu kewajiban atau melanggar suatu
ketentuan dalam suatu perjanjian yang dibuat oleh dan antara Debiturdengan pihak lain mengenai pemberian fasilitas atau akomodasikeuangan oleh pihak lain tersebut kepada Debitur.
2. Jika Jaminan Fasilitas Kredit yang tercantum dalam Perjanjiandigunakan untuk menjamin Debitur lain yang telah disetujui olehBank maka terjadinya Peristiwa Pengakhiran Komitment bagi salahsatu Debitur, akan menyebabkan Peristiwa Pengakhiran Komitmentbagi Debitur lainnya.
i. Pelanggaran Dalam Perjanjian Atau Peristiwa LainJika pada tanggal atau waktu yang telah ditentukan, Debitur tidakmembayar lunas dan dengan sebagaimana mestinya kepada Bank suatujumlah uang, berupa hutang pokok, bunga atau lain jumlah uang, yang :1. berdasarkan perjanjian berupa apapun (selain Dokumen Kredit dan
perjanjian pengikatan jaminan) yang telah atau akan dibuat oleh danantara Para Pihak, atau
2. berdasarkan peristiwa apapun yang telah atau di kemudian hari akanterjadi atau timbul.
j Pencabutan Ijin.Suatu ijin, lisensi atau persetujuan yang diberikan atau dikeluarkan olehinstansi yang berwenang kepada Debitur untuk mengusahakan usahanyadicabut atau ditarik kembali, atau dinyatakan tidak berlaku oleh instansiyang berwenang.
k. Pelaksanaan Keputusan PengadilanJika terhadap Debitur akan dilaksanakan (dieksekusi) suatu keputusanPengadilan yang menghukum Debitur untuk membayar sejumlah uang dankeputusan tersebut tidak dibayar atau dicabut kembali dalam waktu 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal dikeluarkan perintah untuk melaksanakankeputusan tersebut.
l. Tuntutan PidanaDebitur dituntut dalam bidang Hukum Pidana oleh instansi yangberwenang yang menurut keputusan Bank dapat menimbulkan akibatburuk terhadap usaha Debitur atau memberikan keyakinan kepada Bankbahwa Debitur tidak mampu melaksanakan kewajibannya masing-masingkepada Bank dalam atau berdasarkan suatu Dokumen Kredit.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
11
m. Perubahan Kondisi Perekonomian dan PeraturanJika setelah tanggal Perjanjian ini terjadi suatu peristiwa atau timbul danberlangsung perubahan kondisi perekonomian dan peraturan, yangmenurut pandangan Bank sendiri (i) dapat mempengaruhi keputusan Bankdalam memberikan kredit kepada Debitur atau (ii) secara wajar memberikeyakinan kepada Bank bahwa Debitur tidak mungkin dapat melaksanakankewajiban (antara lain kewajiban pembayaran) kepada Bank berdasarkansuatu Dokumen Kredit.
8.2. Jika terjadi atau berlangsung suatu Peristiwa Pengakhiran Komitmen, makaDebitur sepakat dan memberikan hak dan kewenangan kepada Bank, padasetiap waktu dan dari waktu ke waktu setelah terjadi atau selama berlangsungPeristiwa Pengakhiran Komitmen, melakukan setiap tindakan sebagai berikut :a. dengan suatu pemberitahuan tertulis (”Pemberitahuan Peristiwa
Pengakhiran Komitmen”) yang dikirim oleh Bank kepada Debitur :1. menyatakan bahwa Kesanggupan Menyediakan Fasilitas Kredit telah
berhenti atau berakhir dengan seketika, sejak tanggal yang ditetapkandalam Pemberitahuan Peristiwa Pengakhiran Komitmen dan untuk ituBank tidak lagi berkewajiban untuk meminjamkan Pinjaman Uangkepada Debitur, berdasarkan Fasilitas Kredit dan melaksanakankewajiban lain berdasarkan Perjanjian ini dan setiap perjanjian kreditdan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiranPerjanjian.
2. menyimpang dari ketentuan lain dalam Perjanjian ini dan setiapperjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya ataulampiran Perjanjian, melaksanakan penagihan kepada Debitur untukpada tanggal yang ditentukan dalam Pemberitahuan PeristiwaPengakhiran Komitmen, untuk membayar lunas, penuh dan denganseketika dan sekaligus semua dan setiap Jumlah Terhutang dariDebitur kepada Bank, berdasarkan Dokumen Kredit hingga tanggal dimana seluruh jumlah uang tersebut telah dibayar lunas. Dalam kejadiandemikian maka semua dan setiap Jumlah Terhutang yang wajib dibayarsebagaimana yang diuraikan di atas, menjadi jatuh tempo (Opeisbaar)dan karena itu wajib dibayar dengan seketika dan sekaligus lunas olehDebitur (atau para pengganti/penerus hak Debitur) kepada Bank padatanggal yang ditentukan dalam Pemberitahuan Peristiwa PengakhiranKomitmen, dan
b. Melaksanakan/menjalankan upaya hukum sesuai dengan syarat danketentuan yang termuat dalam perjanjian pengikatan jaminan yangbersangkutan.
c. Apa yang ditetapkan dalam ayat ini sekali-kali tidak mengurangi hak danwewenang Bank untuk menjalankan/melaksanakan hak dan wewenangberdasarkan ketentuan lain dalam Perjanjian.
Pasal 9. Ketentuan Lain.
9.1. Pembuktian Jumlah Terhutang.a. Seluruh dan setiap Jumlah Terhutang Debitur kepada Bank akan terbukti dari
pembukuan/penatausahaan/penomoran/suatu catatan/ administrasi atas namaDebitur (yang merupakan bukti yang sah dan mengikat terhadap Debitur) yangdibuat oleh Bank, sehubungan dengan penyediaan Fasilitas Kredit yangtermuat dalam Perjanjian, yang mencatat jenis Kredit yang disediakan,Pinjaman Uang yang telah di dipinjamkan oleh Bank kepada Debitur,pembayaran kembali Kredit serta perhitungan dan pembayaran bunga, bungadenda, biaya, dan lain jumlah uang yang wajib dibayar oleh Debiturberdasarkan Dokumen Kredit.
b. Jika jumlah uang yang telah dibayar oleh Debitur kepada Bank berdasarkan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
12
suatu Dokumen Kredit melebihi jumlah yang sebenarnya terhutang olehDebitur, maka Bank wajib membayar kembali jumlah uang kelebihan itukepada Debitur akan tetapi tanpa Bank wajib membayar bunga, denda atauganti rugi lain kepada Debitur atas jumlah uang kelebihan tersebut dan Debiturdengan ini pula melepaskan haknya mengajukan tuntutan/gugatan kepadaBank untuk membayar bunga atau ganti rugi lain berupa dan berapapun ataskelebihan pembayaran tersebut.
9.2. Bukti PelanggaranJika Debitur wajib melaksanakan suatu kewajiban berdasarkan suatu DokumenKredit dalam suatu jangka waktu tertentu, maka Debitur akan terbukti telah tidakmelaksanakan kewajiban tersebut dengan lewatnya jangka waktu yang ditentukanuntuk melaksanakan kewajiban tersebut, sehingga mengenai pelanggaran itu tidakdiperlukan teguran atau bukti berupa apapun dan dari siapapun.
9.3. Berlakunya PerjanjianPerjanjian ini berlaku dan mengikat terhadap Para Pihak serta para pengganti/penerus hak masing-masing terhitung sejak tanggal yang disebut dalam bagianpermulaan Perjanjian ini hingga tanggal di mana semua dan setiap kewajiban yangtermuat dalam Perjanjian ini dan setiap perjanjian kredit dan/atau perjanjiantransaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjian telah dilaksanakan denganpenuh dan sebagaimana mestinya oleh Debitur dan/atau para pengganti/ penerushaknya.
9.4. Pengalihan Hak Dan Kewajibana. Para Pihak sepakat bahwa Bank berhak untuk mengalihkan / memindahkan
atau mengoperkan seluruh atau sebagian hak dan kewajiban Bankberdasarkan Dokumen Kredit kepada pihak lain yang ditetapkan oleh Bank,tanpa lebih dahulu mendapat persetujuan tertulis Debitur.
b. Bank, atau pihak yang menerima pengalihan, pemindahan ataupengoperan, akan mengirim pemberitahuan tertulis kepada Debitur setelahBank mengalihkan atau memindahkan atau mengoperkan hak dan kewajibanBank dalam Dokumen Kredit sebagaimana diuraikan di atas.
9.5. Kuasa dan Wewenanga. Setiap kuasa dan wewenang yang diberikan oleh Debitur berdasarkan
Dokumen Kredit merupakan bagian terpenting dan tidak terpisahkan dariDokumen Kredit tersebut yang tidak akan dibuat oleh Para Pihak tanpaadanya kuasa-kuasa dan wewenang-wewenang dimaksud.
b. Kuasa-kuasa dan wewenang-wewenang sebagaimana dimaksud, dapatdilaksanakan tanpa harus dibuktikan lagi dengan dokumen lainnya, serta tidakdapat ditarik atau dicabut kembali, juga tidak menjadi berakhir atau hapus jikaDebitur dibubarkan atau dilikuidasi atau karena timbul peristiwa apapun, danPara Pihak dengan ini melepaskan dan menyatakan tidak berlaku Pasal1813, 1814 dan Pasal 1816 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
9.6. Kompensasi/Perhitungan.a. Dengan tidak mengurangi hak dan upaya lain yang telah dan di kemudian hari
akan diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau dalam DokumenKredit, Debitur memberikan hak, kuasa dan wewenang penuh kepada Bank,jika terjadi atau berlangsung suatu Peristiwa Pengakhiran Komitmen, padasetiap waktu, tanpa perlu mengirim pemberitahuan atau teguran apapunkepada Debitur, untuk mengkompensasikan/memperhitungkan sertamenggunakan dana simpanan Debitur berupa dan dalam bentuk apapunpada Bank, termasuk tetapi tidak terbatas pada jumlah uang yang terdapatdalam rekening Debitur dan terhadap seluruh Jumlah Terhutang oleh Debiturkepada Bank berdasarkan Dokumen Kredit.
b. Sehubungan dengan pelaksanaan ayat ini, Para Pihak melepaskan danmenyatakan tidak berlaku ketentuan dalam Pasal 1427 Kitab Undang-undangHukum Perdata, sepanjang Pasal tersebut mensyaratkan bahwa untuk dapatmelakukan kompensasi/ perhitungan hutang suatu piutang harus sudah wajib
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
13
dibayar/jatuh waktu.c. Bank akan mengirim pemberitahuan tertulis kepada Debitur mengenai telah
dilakukannya pemotongan atau pendebetan terhadap rekening/account bankDebitur yang diuraikan di atas.
9.7. Pemberian InformasiBank berhak memberikan semua informasi yang dipandang baik oleh Bankmengenai Debitur dan usaha Debitur serta segala sesuatu yang mengenai atauberhubungan dengan Dokumen Kredit dan perjanjian pengikatan jaminan kepada:a. instansi atau pihak yang berwenang, antara lain (tetapi tidak terbatas) kepada
advokat atau konsultan hukum atau Notaris, sehubungan dengan dan dalamrangka melaksanakan hak dan wewenang Bank berdasarkan Dokumen Kreditdan perjanjian pengikatan jaminan.
b. orang/pihak lain, sehubungan dengan dan dalam rangka mengalihkan ataumengoperkan hak, wewenang serta kewajiban Bank berdasarkan DokumenKredit dan perjanjian pengikatan jaminan kepada pihak/orang lain tersebut.
9.8. Penghentian / Pengakhiran Fasilitas KreditMengenai penghentian/pengakhiran pemberian Fasilitas Kredit ini, Para Pihakmelepaskan Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
9.9. Hukum Yang BerlakuTerhadap Perjanjian ini berlaku, dan harus ditafsirkan berdasarkan hukum RepublikIndonesia.
9.10. Pemilihan Domisilia. Mengenai setiap Dokumen Kredit dan perjanjian pengikatan jaminan; dan
segala akibat hukum dan pelaksanaannya, Debitur memilih domisili tetapdan seumumnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri di
b. Pemilihan domisili dalam ayat ini sekali-kali tidak menghapuskan ataumengurangi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan/gugatanterhadap Debitur mengenai segala sesuatu yang termuat dalam, atauberkaitan dengan, Dokumen Kredit dan perjanjian pengikatan jaminan diPengadilan lain di manapun.
c. Debitur dengan ini mengakui dan menerima, serta dengan ini pulamelepaskan semua dan setiap haknya untuk tidak mengakui atau menerima,kewenangan Pengadilan yang ditetapkan/dipilih oleh Bank.
9.11. Berakhirnya PerjanjianPerjanjian ini demi hukum akan berakhir dan tidak lagi mempunyai kekuatanmengikat terhadap Para Pihak jika :a. tidak ada perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya
atau lampiran Perjanjian yang ditanda tangani oleh Para Pihak, ataub. semua dan setiap jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh
Debitur kepada Bank berdasarkan Dokumen Kredit telah dibayar lunas,penuh dan dengan sebagaimana mestinya kepada Bank, dan Bankberdasarkan Dokumen Kredit tidak lagi berkewajiban meminjamkanPinjaman Uang dan melaksanakan kewajiban lain kepada Debitur.
c. berdasarkan kesepakatan, kesepakatan mana akan dituangkan dalampemberitahuan surat atau perjanjian tertulis yang dibuat dan ditandatanganioleh dan antara Bank dan Debitur yang merupakan satu kesatuan danbagian tidak terpisahkan dengan Dokumen Kredit.
Demikian Perjanjian ini, dibuat dan ditanda tangani di pada tanggal tersebut di bagianpermulaan Perjanjian ini.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
14
BANK DEBITUR
Materai
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
1
PERJANJIAN PENYEDIAAN FASILITAS KREDIT.Nomor :
Perjanjian Penyediaan Fasilitas Kredit tertanggal dibuat oleh dan antara :
1. , , bertempat tinggal di , dalam hal ini bertindak dengan persetujuanisteri/suaminya, , swasta, bertempat tinggal pada alamat yang sama dengansuami/istrinya tersebut di atas, yang turut menandatangani Perjanjian.- Selanjutnya disebut ”Debitur”
2. PT Bank OCBC NISP Tbk., suatu perseroan terbatas dan bank yang didirikanmenurut hukum Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta Selatan, dan berkantorpusat di Jalan Prof. Dr. Satrio nomor 25, Jakarta Selatan, dalam hal ini diwakili olehberdasarkan- Selanjutnya disebut ”Bank”
Untuk selanjutnya Debitur bersama-sama dengan Bank disebut ”Para Pihak”
Para Pihak terlebih dahulu menyatakan sebagai berikut :Debitur telah mengajukan permohonan Fasilitas Kredit kepada Bank dan Bank telahmenyetujui untuk menyediakan Fasilitas Kredit kepada Debitur.
Maka berhubung dengan hal yang diuraikan di atas, selanjutnya Para Pihak menyatakantelah saling sepakat dan setuju untuk membuat dan menetapkan Perjanjian PenyediaanFasilitas Kredit ini, dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1. Penafsiran Perjanjian
1.1. Definisi”Addendum" berarti setiap perpanjangan, perubahan, penambahan, penegasan,pernyataan kembali atau tambahan pengaturan lainnya yang dibuat dan disepakatiPara Pihak yang merupakan satu kesatuan dengan Perjanjian dan/atau perjanjiankredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjian yangtelah ada.“Dokumen Kredit” berarti :a. Perjanjian ;b. Semua dan setiap perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan
lainnya atau lampiran Perjanjian;c. Surat Aksep;d. Pemberitahuan penarikan/pencairan Fasilitas Kredit."Fasilitas Kredit" berarti fasilitas keuangan/finansial yang disediakan oleh Bankkepada Debitur berdasarkan permohonan Debitur, yang akan ternyata dalamPerjanjian;”Hari Kerja” berarti hari (selain hari sabtu, hari minggu dan hari libur nasional) dimanaBank buka melaksanakan transaksi kliring serta menjalankan kegiatannya ;“Jaminan Fasilitas Kredit” berarti segala sesuatu yang diserahkan oleh Debiturdan/atau pihak lain kepada Bank, yang diikat berdasarkan perjanjian pengikatanjaminan, guna menjamin pembayaran kembali secara lunas sebagaimana mestinyadari suatu Jumlah Terhutang“Jumlah Terhutang” berarti seluruh jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayarkembali oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Kredit dan/atau transaksi keuanganlainnya, terdiri atas pinjaman/ hutang pokok (Pinjaman Uang), bunga, bunga denda,biaya, ongkos, pajak serta kewajiban lain yang wajib dibayar ;"Kesanggupan Menyediakan Fasilitas Kredit" berarti janji dan kesanggupan Bankuntuk menyediakan Fasilitas Kredit kepada Debitur ;”Kredit” berarti penggunaan atas Fasilitas Kredit yang jenisnya akan diuraikan dalamperjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiran
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
2
Perjanjian;"Perjanjian" berarti Perjanjian Penyediaan Fasilitas Kredit ini, berikut seluruhAddendumnya;"Peristiwa Pengakhiran Komitmen" berarti peristiwa atau keadaan yangmenyebabkan berhentinya Kesanggupan Menyediakan Fasilitas Kredit dari Bank, dantimbulnya kewajiban Debitur untuk segera dan seketika melunasi Jumlah Terhutang,atau suatu peristiwa atau keadaan yang dengan lewatnya waktu atau karenapemberitahuan (atau karena keduanya) menyebabkan berhentinya KesanggupanMenyediakan Fasilitas Kredit dari Bank, dan timbulnya kewajiban Debitur untuksegera dan seketika melunasi Jumlah Terhutang;"Pinjaman Uang" berarti jumlah uang dalam rupiah atau mata uang asing yangdipinjamkan sebagai pinjaman pokok oleh Bank kepada Debitur berdasarkanperjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiranPerjanjian ;“Tanggal Penyerahan Pinjaman Uang" berarti tanggal dimana Bank menyerahkansuatu Pinjaman Uang kepada Debitur dengan dan menurut syarat serta ketentuandalam perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiranPerjanjian ;
1.2. Definisi, Judul Pasal atau AyatDefinisi, judul pasal atau ayat dalam Perjanjian ini hanya untuk kemudahan dan tidakmempengaruhi penafsiran Perjanjian ini.
Pasal 2. Fasilitas Kredit
2.1. Kesanggupan Menyediakan Fasilitas Kredita. Berdasarkan syarat serta ketentuan dalam Perjanjian, Bank menyediakan
Fasilitas Kredit kepada Debitur, dengan nomor yang diadministrasikan danditatausahakan oleh Bank serta nilai tukar/kurs yang berlaku di Bank, yang padasetiap waktu tidak melebihi hutang pokok sebesar atau ekuivalennya(”plafond kredit”), dan/atau sejumlah hutang pokok atau ekuivalennya yangdapat ditentukan dikemudian hari berdasarkan perubahan, penambahan,penegasan atau pernyataan kembali yang dari waktu ke waktu dapat dibuatterhadap Perjanjian dan atau Addendumnya.
b. Penggunaan dari Fasilitas Kredit tersebut akan ternyata dalam perjanjian kreditdan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjianberdasarkan permohonan yang diajukan oleh Debitur kepada, dan yang disetujuioleh Bank, dan akan diuraikan/diatur dalam perjanjian kredit dan/atau perjanjiantransaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjian yang akan dibuat olehPara Pihak, yang merupakan kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dariPerjanjian.
c. Sekalipun telah dibuat Perjanjian, Bank tidak berkewajiban untuk menyetujuipermohonan penyediaan Kredit dan transaksi keuangan lainnya yang diajukanDebitur pada Bank.
d. Sepanjang disetujui Bank, Debitur dapat melakukan penarikan Kredit dalammata uang asing (multi currency) dengan menggunakan kurs yang ditentukanoleh Bank (konversi), dimana jika jumlah konversi melebihi nilai Kredit awalmaka Debitur setuju dan sepakat untuk menyerahkan tambahan JaminanFasilitas Kredit kepada Bank atau jika Debitur tidak dapat memenuhikewajibannnya tersebut maka Debitur setuju dan sepakat untuk membayarlunas, penuh dan dengan seketika dan sekaligus semua dan setiap selisih Kredittersebut kepada Bank.
2.2. Pra SyaratDebitur dapat menggunakan Fasilitas Kredit, jika Bank telah menetapkan bahwasemua dan setiap pra syarat (“Pra Syarat”) tersebut di bawah ini telah dipenuhi dandiperoleh :a. Debitur telah memenuhi semua dokumen yang dipersyaratkan Bank;
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
3
b. Semua dan setiap perjanjian pengikatan jaminan telah dibuat, ditandatangani,berlaku dan mengikat terhadap pihak-pihak dalam perjanjian tersebut ;
c. Debitur telah membuka dan memelihara Rekening Debitur ;d. Setiap pernyataan dan jaminan yang termuat dalam Pasal 5 Perjanjian, benar
dan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya;e. Sepanjang diketahui Bank, Debitur tidak termasuk dalam Daftar Hitam Nasional
(DHN) dan tidak memiliki kredit macet pada pihak manapun dan dimanapun;f. Tidak terjadi atau berlangsung suatu Peristiwa Pengakhiran Komitmen ;g. Penyediaan Fasilitas Kredit oleh Bank tidak melanggar peraturan perundangan
yang berlaku, antara lain (tetapi tidak terbatas) peraturan mengenai batasmaksimum pemberian kredit (BMPK) yang ditetapkan oleh instansi yangberwenang.
2.3. Penggunaan Hasil Fasilitas Kredita. Debitur akan menggunakan Pinjaman Uang untuk keperluan yang diuraikan
dalam perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya ataulampiran Perjanjian.
b. Debitur bertanggung jawab penuh dan membebaskan Bank dari segala tuntutan,gugatan atau tanggung jawab berupa apapun yang dialami oleh Banksehubungan dengan atau sebagai akibat penggunaan Pinjaman Uang yangdipinjam oleh Debitur dari Bank.
2.4. Surat Aksep dan Pemberitahuan penarikan/pencairan Fasilitas Kredita. Sesuai dengan jenis Kredit, maka sebelum menerima suatu Pinjaman Uang dari
Bank, Debitur wajib menanda tangani dan menyerahkan Surat (surat) Aksep danPemberitahuan penarikan/pencairan Fasilitas Kredit kepada Bank sebagai buktikewajiban Debitur melakukan pembayaran kembali atas Pinjaman Uang padatanggal jatuh waktu/pembayaran Surat Aksep dan Pemberitahuanpenarikan/pencairan Fasilitas Kredit.
b. Penerbitan Surat Aksep dan Pemberitahuan penarikan/pencairan Fasilitas Kreditoleh Debitur sekali-kali tidak menghapuskan, mengurangi atau mempengaruhihak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan pembayaran terhadapDebitur berdasarkan Dokumen Kredit yang lain.
2.5. a. Bank berhak sewaktu-waktu tanpa syarat untuk merubah ketentuan Perjanjiantermasuk tetapi tidak terbatas pada menurunkan / mengurangi / menarik kembali/ mengakhiri dan/atau memperpendek jangka waktu Kredit / membatalkanKesanggupan Menyediakan Fasilitas Kredit.
b. Bank berhak secara otomatis membatalkan Kesanggupan Menyediakan FasilitasKredit yang belum ditarik oleh Debitur, dalam hal kualitas aktiva Debitur menurunmenjadi kurang lancar, diragukan atau macet berdasarkan ketentuan BankIndonesia.
Pasal 3. Ketentuan Tentang Pembayaran
3.1 Cara Pembayarana. Debitur wajib membayar kembali kepada Bank, Jumlah Terhutang berdasarkan
Dokumen Kredit dengan mata uang yang sama dengan mata uang PinjamanUang yang harus telah diterima dan dapat digunakan oleh Bank (same dayavailable funds) pada hari pembayaran yang ditetapkan Bank.
b. Jika Debitur akan melakukan pembayaran dengan mata uang yang tidak sama,maka harus dilakukan terlebih dahulu transaksi jual beli valuta asing di Bank danresiko atas transaksi tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan Debitur.
c. Paling lambat 1 (satu) Hari Kerja sebelum tanggal di mana suatu JumlahTerhutang wajib dibayar, Debitur wajib menyediakan dana dalam RekeningDebitur dalam jumlah yang cukup untuk membayar lunas Jumlah Terhutang.
d. Pada tanggal pembayaran yang telah ditetapkan, Bank diberi kuasa danwewenang oleh Debitur untuk memotong/mendebet Rekening Debitur sebesarJumlah Terhutang berdasarkan Dokumen Kredit.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
4
3.2. Perhitungan BungaBunga yang wajib dibayar oleh Debitur kepada Bank atas Pinjaman Uang dihitungmulai dari Tanggal Penyerahan Pinjaman dari Pinjaman Uang sampai tanggalseluruh Pinjaman Uang telah dibayar lunas kepada Bank, sesuai dengan jumlah hariyang lewat dan berdasarkan perhitungan 1 (satu) tahun adalah 360 (tiga ratus enampuluh) hari.
3.3. Denda.a. Jika Debitur tidak membayar lunas Jumlah Terhutang berdasarkan Dokumen
Kredit baik pada tanggal pembayaran yang telah ditentukan atau dalam kejadiandi mana pembayaran wajib dilakukan lebih cepat, maka Debitur wajib membayarbunga denda atas jumlah yang tidak dibayar tersebut kepada Bank, yangbesarnya akan ditetapkan dalam setiap perjanjian kredit dan/atau perjanjiantransaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjian.
b. Denda (i) terhutang mulai hari dan tanggal jumlah uang yang bersangkutanwajib dibayar lunas sampai dengan hari dan tanggal jumlah uang tersebutdibayar lunas, (ii) dihitung sesuai dengan jumlah hari yang telah lewat, dan(iii) wajib dibayar dengan sekaligus lunas oleh Debitur kepada Bank seketikaditagih oleh Bank.
c. Apabila Debitur akan melakukan pelunasan atau pembayaran lebih cepat darimasing-masing jangka waktu Kredit yang telah disepakati Para Pihak, Debiturakan dikenakan denda sesuai yang diatur dalam perjanjian kredit dan/atauperjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjian .
3.4 Kewajiban Pembayaran Yang Disebabkan Suatu HalApabila di kemudian hari diberlakukan atau diundangkannya peraturan oleh instansiyang berwajib, yang melarang, membatasi atau menghambat pembayaran dalammata uang asing kepada Bank, Para Pihak sepakat bahwa hal tersebut bukantermasuk suatu keadaan memaksa (force majeure), sehingga Debitur tetapberkewajiban untuk melaksanakan pembayaran kepada Bank berdasarkan DokumenKredit dalam mata uang atau dengan cara lain yang sah yang dapat ditentukan olehBank.
3.5 Kuasa KonversiApabila di kemudian hari terjadi peristiwa yang mengakibatkan nilai mata uangRupiah secara material menjadi melemah atau terdepresiasi terhadap mata uangDollar Amerika Serikat (US $) atau mata uang asing lainnya maka :a. Debitur sepakat serta memberikan hak dan kuasa kepada Bank untuk
melakukan konversi atas Jumlah Terhutang dalam mata uang asing menjadimata uang rupiah yang dipandang baik oleh Bank dengan pemberitahuantertulis 7 (tujuh) hari kerja sebelumnya.
b. Apabila atas dilakukannya konversi ke dalam mata uang rupiah tersebutmengakibatkan Jumlah Terhutang melebihi nilai yang telah disepakati ParaPihak maka Debitur setuju dan sepakat untuk menyerahkan tambahan JaminanFasilitas Kredit kepada Bank.
c. Apabila Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksuddalam sub (b) ayat ini maka Debitur setuju dan sepakat untuk membayar lunas,penuh dan dengan seketika dan sekaligus semua dan setiap Jumlah Terhutangdari Debitur kepada Bank, berdasarkan Dokumen Kredit.
Pasal 4. Kerugian Dalam PendanaanDebitur wajib membayar dengan seketika dan sekaligus kepada Bank, semua biaya yangsudah dikeluarkan oleh Bank untuk menyediakan dana Pinjaman Uang jika Debitur tidakmenggunakan suatu Pinjaman Uang dari Bank (i) pada Tanggal Penyerahan Pinjaman(ii) dalam jumlah pinjaman yang diminta berdasarkan suatu surat pemberitahuan meminjampinjaman yang diterima oleh Bank, dalam waktu yang ditetapkan pada perjanjian kreditdan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjian.
Pasal 5. Pernyataan Dan Jaminan Debitur:
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
5
Selama Perjanjian ini masih berlaku, Debitur dengan ini menyatakan dan menjamin sebagaiberikut:a. Status Debitur
Debitur adalah warganegara Indonesia dan menurut hukum berhak serta berwenanguntuk membuat, menandatangani dan melaksanakan Dokumen Kredit dan perjanjianpengikatan Jaminan.
b. Informasi DebiturPada tanggal Perjanjian ini, informasi mengenai data diri Debitur yang disampaikankepada Bank adalah tepat, benar serta sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya
c. Perjanjian Tidak Melanggar Undang-undang Atau Perjanjian Lain.Pembuatan, penandatanganan dan pelaksanaan Dokumen Kredit dan perjanjianpengikatan jaminan tidak melanggar atau bertentangan dengan :1. suatu peraturan perundang-undangan Republik Indonesia, atau2. suatu perjanjian, dokumen, janji atau perikatan di mana Debitur merupakan
pihak di dalamnya.d. Perkara
Debitur tidak terlibat, dan (sepanjang diketahui secara wajar oleh Debitur) tidaktersangkut atau terlibat dalam suatu perkara perdata, perkara pidana, perkaraperwasitan atau perkara administrasi di muka Pengadilan, Badan Perwasitan atauinstansi Pemerintah yang dapat mempengaruhi secara material terhadap usaha,kekayaan atau keadaan keuangan Debitur.
e. Cidera Janji /Wanprestasi dan Tunggakan PajakDebitur tidak dalam keadaan cidera janji (wanprestasi) dengan pihak lain atau dalamperjanjian lain serta tidak mempunyai tunggakan pajak dalam bentuk apapun.
Pernyataan dan Jaminan Debitur ini dianggap dianggap dinyatakan kembali pada saatDebitur melakukan penarikan/pencairan Fasilitas Kredit.
Pasal 6. Kewajiban.Debitur :
6.1. Inspeksia. Berdasarkan pemberitahuan tertulis 2 (dua) Hari Kerja sebelumnya,
senantiasa memberi ijin kepada Bank atau para petugas yang diberi kuasaoleh Bank untuk melakukan peninjauan dan pemeriksaan terhadap kegiatanusaha Debitur dan Jaminan Kredit ;
b. Semua biaya, ongkos dan upah untuk melakukan peninjauan danpemeriksaan menjadi tanggungan/beban dan wajib dibayar oleh Debitur.
6.2. Pemberitahuan Peristiwa PentingDalam waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam, Debitur wajib memberitahukansecara tertulis kepada Bank setelah mengetahui tentang terjadinya peristiwa yangmelibatkan Debitur atau usahanya dan/atau Penjamin (jika ada) dengan suatuperkara termasuk tetapi tidak terbatas pada perkara perdata, perkara pidana danperkara tata usaha, yang dapat mempengaruhi kemampuan Debitur dalammelaksanakan kewajibannya kepada Bank.
6.3. Kewajiban PajakMembayar semua dan setiap kewajiban pajak pada waktunya dan dengansebagaimana mestinya dan untuk pembayaran pajak tersebut Debitur telahmembuat cadangan seperlunya.
6.4. Asuransia. Debitur atas biaya sendiri, wajib mengasuransikan seluruh Jaminan Fasilitas
Kredit terhadap risiko/bahaya apapun dan menutup asuransi lainnya, denganmencantumkan Banker’s Clause, sejumlah pertanggungan dengan memakaisyarat-syarat dan perusahaan asuransi yang ditetapkan dan disetujui olehBank. Debitur wajib menyerahkan semua asli dokumen asuransi kepada danuntuk disimpan oleh Bank.
b. Apabila pertanggungan asuransi telah diselenggarakan atas namaDebitur/penjamin maka Bank diberikan kuasa oleh Debitur untuk mengajukan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
6
perubahan atas polis asuransi tersebut, termasuk juga memperpanjangjangka waktu berlakunya dengan biaya menjadi tanggungan dan harus dibayaroleh Debitur.
c. Debitur wajib memberitahukan kepada Bank secara tertulis 14 (empat belas)hari kalender sebelum jatuh tempo asuransi
d. Apabila penutupan asuransi tersebut pada sub (a) dan sub (b) ayat ini tidakterlaksana, Debitur memberikan kuasa kepada Bank, untuk melakukanpenutupan asuransi sendiri pada perusahaan asuransi yang ditunjuk olehBank untuk sejumlah pertanggungan, dengan biaya dan premi asuransimenjadi tanggungan Debitur. Ketidakterlaksanaan penutupan asuransi tidakmenjadi tanggung jawab Bank.
6.5. Biayaa. Debitur wajib menyediakan dimuka pada Rekening Debitur, semua biaya yang
harus dibayar oleh Debitur kepada Bank, Notaris dan/atau Pejabat PembuatAkta Tanah, sehubungan pengikatan dan pelaksanaan ketentuan DokumenKredit dan perjanjian pengikatan jaminan.
b. Membayar kepada Bank, semua biaya sehubungan pengikatan pelaksanaanketentuan Dokumen Kredit dan perjanjian pengikatan jaminan serta semuaperjanjian atau dokumen yang terkait, tetapi tidak terbatas pada biayapenutupan asuransi, biaya pemeriksaan/peninjauan jaminan dan biaya-biayayang diperlukan untuk penyelesaian kredit jika Debitur wanprestasi termasukbiaya penagihan, biaya-biaya yang terkait dengan penyidikan oleh pihak yangberwajib, biaya berperkara di Pengadilan, Penasehat Hukum, Pengacara,Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
c. Bank dengan ini pula diberi kuasa oleh Debitur untuk mendebet RekeningDebitur untuk pembayaran biaya-biaya tersebut pada sub (a) dan sub (b) ayatini.
6.6 Rekening Debitura. Pembukaan Rekening
Debitur wajib membuka suatu rekening/account dalam rupiah atau mata uangasing atas nama Debitur pada Bank, dan memelihara rekening/accounttersebut selama Debitur masih berkewajiban membayar suatu jumlah uangkepada Bank berdasarkan suatu Dokumen Kredit.
b. Fungsi Rekening Debitur1. menampung hasil Pinjaman Uang yang dibayar oleh Bank kepada
Debitur berdasarkan Fasilitas Kredit, dan2. melaksanakan pembayaran hutang/kewajiban Debitur berdasarkan
Dokumen Kredit.6.7 Jaminan Fasilitas Kredit
a. Untuk menjamin semua dan setiap Jumlah Terhutang dari Debitur kepadaBank berdasarkan Dokumen Kredit, maka Debitur dan/atau pihak lainmenyerahkan Jaminan Fasilitas Kredit yang pengikatannya dilakukanberdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, yaitu berupa :
b. Para Pihak sepakat dan setuju bahwa Jaminan Fasilitas Kredit ini berikutpengikatan jaminannya, menjadi jaminan atas Jumlah Terhutang yang akanada di kemudian hari berupa perubahan atau penambahan, yang merupakansatu kesatuan dan tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
6.8 Penilaian Aset Agunana. Debitur bertanggung jawab atas penilaian Jaminan Fasilitas Kredit,
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.b. Semua biaya untuk melakukan penilaian tersebut menjadi tanggungan/beban
dan wajib dibayar oleh Debitur.6.9 Pencegahan Kerusakan Lingkungan
a. Debitur menjamin bahwa (sepanjang disyaratkan oleh peraturan pemerintah
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
7
dan/atau instansi terkait) dalam melakukan kegiatan usahanya yang dibiayaidengan Fasilitas Kredit oleh Bank, telah memenuhi persyaratan atau standardyang ditetapkan oleh ketentuan perundangan yang mengatur tentang AMDAL(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan), dan menyadari akan tanggung jawabsosial kepada masyarakat dan lingkungan sosial/hidup.
b. Debitur segera memberitahukan kepada Bank setiap terjadi atau timbulperistiwa pencemaran/kerusakan lingkungan serta tuntutan hukum yangdiajukan terhadap Debitur mengenai atau yang berhubungan denganpencemaran atau kerusakan terhadap lingkungan atau yang berhubungandengan peraturan tentang lingkungan.
Pasal 7. Pembatasan
Debitur wajib memperoleh persetujuan tertulis Bank lebih dahulu sebelum Debiturmelakukan salah satu tindakan sebagai berikut :7.1. Pembayaran Lebih Cepat/Awal Hutang
Membayar lebih cepat/awal sebelum tanggal pembayaran yang telah ditentukan,hutang Debitur kepada orang/pihak lain, kecuali hutang yang dibuat dalam rangkamenjalankan usaha sehari-hari;
7.2. Perubahan Jenis UsahaMengubah usaha yang sekarang dijalankan/diusahakan oleh Debitur.
7.3. Pengalihan KekayaanMenjual atau dengan cara lain memindahkan hak seluruh atau sebagian besarkekayaan/aset milik Debitur, kecuali:a. menjual barang-barang dalam rangka menjalankan usaha sehari-hari, danb. menjual atau dengan cara lain mengalihkan barang-barang yang sudah tidak
berguna atau tidak dapat dipakai lagi (obsolete).7.4. Penerimaan Fasilitas Keuangan
Menerima fasilitas atau akomodasi keuangan dalam bentuk apapun dari pihak lainyang mengakibatkan Debitur menjadi berhutang kepada pihak lain tersebut,atau mengikat diri sebagai penjamin atau penanggung (borg, avaliste atauguarantor) hutang/kewajiban orang/pihak lain, kecuali :a. membuat/menerima hutang dan kewajiban pembayaran sehubungan dengan
pembelian barang dan/atau penerimaan jasa dalam rangka menjalankan/mengusahakan usaha Debitur sehari-hari dengan jangka waktu pembayarantidak melebihi 1 (satu) tahun sejak tanggal dibuatnya, atau
b. memperpanjang berlakunya fasilitas pinjaman uang atau fasilitas keuanganlain yang sebelum tanggal Perjanjian ini telah diterima oleh Debitur dari pihaklain.
7.5. Mengagunkan KekayaanMengagunkan aset/kekayaan Debitur dengan cara bagaimanapun kepada pihak lain
7.6. Meminjamkan UangMeminjamkan uang atau memberikan kredit dengan cara bagaimanapun dan hinggajumlah berapapun kepada pihak, kecuali :a. memberi pinjaman uang atau kredit dalam rangka menjalankan usaha Debitur
sehari-hari, ataub. memberi pinjaman uang dalam bentuk deposito berjangka atau dengan cara
lain kepada bank, atauc. memberi pinjaman uang kepada para karyawan Debitur dalam rangka
menjalankan usaha sehari-hari.7.7. Penyertaan Pada Perseroan
Dengan cara bagaimanapun turut serta atau mengambil bagian dalam permodalanatau membeli/memperoleh saham atau dengan cara lain melakukan investasi dalamsuatu perseroan ;
7.8 Pembelian Barang Modal Atau Harta TetapMelakukan pembelian atau dengan cara lain memperoleh barang modal atau barang
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
8
tidak bergerak -yang melebihi 20% (dua puluh persen) dari ekuitas.
Pasal 8. Peristiwa Pengakhiran Komitmen.
8.1 Salah satu dari antara peristiwa atau keadaan yang disebut di bawah inimerupakan Peristiwa Pengakhiran Komitmen:a. Pelanggaran Kewajiban Membayar
Pada tanggal yang ditetapkan dalam suatu Dokumen Kredit, Debitur tidakmembayar lunas kepada Bank setiap dan semua Jumlah Terhutangberdasarkan salah satu Dokumen Kredit.
b. Pelanggaran Kewajiban LainDebitur tidak melaksanakan sesuatu kewajiban berdasarkan Perjanjian inidan perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya ataulampiran Perjanjian, selain yang diuraikan dalam sub ayat (a) di atas ini.
c. Pernyataan Tidak BenarSuatu pernyataan atau jaminan yang dibuat/diberikan oleh (i) Debitur dalamsuatu Dokumen Kredit atau (ii) Pemilik jaminan dalam suatu perjanjianpengikatan jaminan, ternyata atau terbukti tidak benar atau tidak sesuaidengan kenyataan sebenarnya.
d. Tindakan PemerintahSuatu instansi Pemerintah melarang, mencegah, membatasi ataumenghalangi Debitur menjalankan usahanya atau melaksanakan kewajibanmasing-masing berdasarkan suatu Dokumen Kredit.
e. KepailitanDebitur :1. dinyatakan oleh instansi yang berwenang atau mengajukan
permohonan dalam keadaan pailit atau diberikan penundaan kewajibanpembayaran hutang.
2. dimohon oleh orang/pihak lain kepada instansi yang berwenang untukdinyatakan pailit dan permohonan tersebut tidak ditarik atau dicabutkembali dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal permohonantersebut diterima oleh instansi yang bersangkutan.
f. PenyitaanSeluruh atau sebagian kekayaan/aset lain yang sekarang telah atau dikemudian hari dimiliki atau diperoleh Debitur, atau yang menjadi objekJaminan, dengan cara dan alasan apapun disita, dirampas, dibekukan ataudinasionalisasi oleh atau atas perintah instansi yang berwenang (termasuk,tetapi tidak terbatas oleh Pengadilan).
g. Cross Collateral dan Cross Default1. Jika Debitur tidak melakukan suatu kewajiban atau melanggar suatu
ketentuan dalam suatu perjanjian yang dibuat oleh dan antara Debiturdengan pihak lain mengenai pemberian fasilitas atau akomodasikeuangan oleh pihak lain tersebut kepada Debitur.
2. Jika Jaminan Fasilitas Kredit yang tercantum dalam Perjanjian inidigunakan untuk menjamin Debitur lain yang telah disetujui oleh Bankmaka terjadinya Peristiwa Pengakhiran Komitment bagi salah satuDebitur, akan menyebabkan Peristiwa Pengakhiran Komitment bagiDebitur lainnya.
h. Pelanggaran Dalam Perjanjian Dengan Pihak LainDebitur tidak melakukan suatu kewajiban atau melanggar suatu ketentuandalam suatu perjanjian yang dibuat oleh dan antara Debitur dengan pihaklain mengenai pemberian fasilitas atau akomodasi keuangan oleh pihak laintersebut kepada Debitur.
i. Pelanggaran Dalam Perjanjian Atau Peristiwa LainJika pada tanggal atau waktu yang telah ditentukan, Debitur tidak membayarlunas kepada Bank hutang pokok, bunga atau lain jumlah uang, yang :
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
9
1. berdasarkan perjanjian berupa apapun (selain Dokumen Kredit danperjanjian pengikatan jaminan) yang telah atau akan dibuat oleh danantara Para Pihak, atau
2. berdasarkan peristiwa apapun yang telah atau di kemudian hari akanterjadi atau timbul.
j. Pencabutan Ijin.Suatu ijin, lisensi atau persetujuan yang diberikan atau dikeluarkan olehinstansi yang berwenang kepada Debitur untuk mengusahakan usahanyadicabut atau ditarik kembali, atau dinyatakan tidak berlaku oleh instansi yangberwenang.
k Pelaksanaan Keputusan PengadilanJika terhadap Debitur akan dilaksanakan (dieksekusi) suatu keputusanPengadilan yang menghukum Debitur untuk membayar sejumlah uang dankeputusan tersebut tidak dibayar atau dicabut kembali dalam waktu 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal dikeluarkan perintah untuk melaksanakankeputusan tersebut.
l. Tuntutan PidanaDebitur dituntut dalam bidang Hukum Pidana oleh instansi yang berwenangyang menurut keputusan Bank dapat menimbulkan akibat buruk terhadapusaha Debitur atau memberikan keyakinan kepada Bank bahwa Debitur tidakmampu melaksanakan kewajibannya masing-masing kepada Bank dalamatau berdasarkan suatu Dokumen Kredit.
m. Perubahan Kondisi Perekonomian dan PeraturanJika setelah tanggal Perjanjian ini terjadi suatu peristiwa atau timbul danberlangsung perubahan kondisi perekonomian dan peraturan, yang menurutpandangan Bank sendiri (i) dapat mempengaruhi keputusan Bank dalammemberikan kredit kepada Debitur atau (ii) secara wajar memberi keyakinankepada Bank bahwa Debitur tidak mungkin dapat melaksanakan kewajiban(antara lain kewajiban pembayaran) kepada Bank berdasarkan suatuDokumen Kredit.
n. Debitur dan/atau pemilik Jaminan Fasilitas Kredit Meninggal DuniaDebitur dan/atau salah seorang pemilik Jaminan Fasilitas Kredit meninggaldunia
8.2. Jika terjadi atau berlangsung suatu Peristiwa Pengakhiran Komitmen, makaDebitur sepakat dan memberikan hak dan kewenangan kepada Bank, pada setiapwaktu dan dari waktu ke waktu setelah terjadi atau selama berlangsung PeristiwaPengakhiran Komitmen, melakukan setiap tindakan sebagai berikut :a. dengan suatu pemberitahuan tertulis (”Pemberitahuan Peristiwa Pengakhiran
Komitmen”) yang dikirim oleh Bank kepada Debitur :1. menyatakan bahwa Kesanggupan Menyediakan Fasilitas Kredit telah
berhenti atau berakhir dengan seketika, sejak tanggal yang ditetapkandalam Pemberitahuan Peristiwa Pengakhiran Komitmen dan untuk ituBank tidak lagi berkewajiban untuk meminjamkan Pinjaman Uangkepada Debitur, berdasarkan Fasilitas Kredit dan melaksanakankewajiban lain berdasarkan Perjanjian ini dan setiap perjanjian kreditdan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau lampiranPerjanjian .
2. menyimpang dari ketentuan lain dalam Perjanjian ini dan setiapperjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya ataulampiran Perjanjian, melaksanakan penagihan kepada Debitur untukpada tanggal yang ditentukan dalam Pemberitahuan PeristiwaPengakhiran Komitmen, untuk membayar lunas, penuh dan denganseketika dan sekaligus semua dan setiap Jumlah Terhutang dariDebitur kepada Bank, berdasarkan Dokumen Kredit hingga tanggal dimana seluruh jumlah uang tersebut telah dibayar lunas. Dalamkejadian demikian maka semua dan setiap Jumlah Terhutang yang
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
10
wajb dibayar sebagaimana diuraikan di atas, menjadi jatuh tempo(Opeisbaar) dan karena itu wajib dibayar dengan seketika dansekaligus lunas oleh Debitur (atau para pengganti/penerus hak Debitur)kepada Bank pada tanggal yang ditentukan dalam PemberitahuanPeristiwa Pengakhiran Komitmen, dan
b. Melaksanakan/menjalankan upaya hukum sesuai dengan syarat danketentuan yang termuat dalam Perjanjian Pengikatan Jaminan yangbersangkutan.
c. Apa yang ditetapkan dalam ayat ini sekali-kali tidak mengurangi hak danwewenang Bank untuk menjalankan/melaksanakan hak dan wewenangberdasarkan ketentuan lain dalam Perjanjian.
Pasal 9. Ketentuan Lain.
9.1. Pembuktian Hutang.a. Seluruh dan setiap Jumlah Terhutang Debitur kepada Bank akan terbukti dari
pembukuan/penatausahaan/penomoran/suatu catatan/ administrasi atasnama Debitur (yang merupakan bukti yang sah dan mengikat terhadapDebitur) yang dibuat oleh Bank, sehubungan dengan penyediaan FasilitasKredit yang termuat dalam Perjanjian, yang mencatat jenis Fasilitas Kredityang disediakan, Pinjaman Uang yang telah di dipinjamkan oleh Bankkepada Debitur, pembayaran kembali Fasilitas Kredit serta perhitungan danpembayaran bunga, bunga denda, biaya, dan lain jumlah uang yang wajibdibayar oleh Debitur berdasarkan Dokumen Kredit.
b. Jika jumlah uang yang telah dibayar oleh Debitur kepada Bank berdasarkansuatu Dokumen Kredit melebihi jumlah yang sebenarnya terhutang olehDebitur, maka Bank wajib membayar kembali jumlah uang kelebihan itukepada Debitur akan tetapi tanpa Bank wajib membayar bunga, denda atauganti rugi lain kepada Debitur atas jumlah uang kelebihan tersebut danDebitur dengan ini pula melepaskan haknya mengajukan tuntutan/gugatankepada Bank untuk membayar bunga atau ganti rugi lain berupa danberapapun atas kelebihan pembayaran tersebut.
9.2. Bukti PelanggaranJika Debitur wajib melaksanakan suatu kewajiban berdasarkan suatu DokumenKredit dalam suatu jangka waktu tertentu, maka Debitur akan terbukti telah tidakmelaksanakan kewajiban tersebut dengan lewatnya jangka waktu yang ditentukanuntuk melaksanakan kewajiban tersebut, sehingga mengenai pelanggaran itu tidakdiperlukan teguran atau bukti berupa apapun dan dari siapapun.
9.3 Berlakunya PerjanjianPerjanjian ini berlaku dan mengikat terhadap Para Pihak serta para pengganti/penerus hak masing-masing terhitung sejak tanggal yang disebut dalam bagianpermulaan Perjanjian ini hingga tanggal di mana semua dan setiap kewajiban yangtermuat dalam Perjanjian ini dan setiap perjanjian kredit dan/atau perjanjiantransaksi keuangan lainnya atau lampiran Perjanjian telah dilaksanakan denganpenuh dan sebagaimana mestinya oleh Debitur dan/atau para pengganti/ penerushaknya.
9.4. Pengalihan Hak Dan Kewajibana. Bank berhak untuk mengalihkan / memindahkan atau mengoperkan seluruh
atau sebagian hak dan kewajiban Bank berdasarkan Dokumen Kredit kepadapihak lain yang ditetapkan oleh Bank .
b. Bank, atau pihak yang menerima pengalihan, pemindahan ataupengoperan, akan mengirim pemberitahuan tertulis kepada Debitur setelahBank mengalihkan atau memindahkan atau mengoperkan hak dan kewajibanBank dalam Dokumen Kredit sebagaimana diuraikan di atas.
9.5. Kuasa dan Wewenanga. Setiap kuasa dan wewenang yang diberikan oleh Debitur berdasarkan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
11
Dokumen Kredit merupakan bagian terpenting dan tidak terpisahkan dariDokumen Kredit tersebut yang tidak akan dibuat oleh Para Pihak tanpa adanyakuasa-kuasa dan wewenang-wewenang dimaksud.
b. Kuasa-kuasa dan wewenang-wewenang sebagaimana dimaksud, dapatdilaksanakan tanpa harus dibuktikan lagi dengan dokumen lainnya, serta tidakdapat ditarik atau dicabut kembali, juga tidak menjadi berakhir atau hapus jikaDebitur dibubarkan atau dilikuidasi atau karena timbul peristiwa apapun, danpara pihak dengan ini melepaskan dan menyatakan tidak berlaku Pasal 1813,1814 dan Pasal 1816 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
9.6. Kompensasi/Perhitungan.a. Dengan tidak mengurangi hak dan upaya lain yang telah dan di kemudian hari
akan diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau dalam DokumenKredit, Debitur memberikan hak, kuasa dan wewenang penuh kepada Bank,jika terjadi atau berlangsung suatu Peristiwa Pengakhiran Komitmen, padasetiap waktu tanpa perlu mengirim pemberitahuan atau teguran apapunkepada Debitur, untuk mengkompensasikan/memperhitungkan sertamenggunakan dana simpanan Debitur berupa dan dalam bentuk apapun padaBank, termasuk tetapi tidak terbatas pada jumlah uang yang terdapat dalamrekening Debitur dan terhadap seluruh jumlah uang yang terhutang olehDebitur kepada Bank berdasarkan suatu Dokumen Kredit.
b. Sehubungan dengan pelaksanaan ayat ini, para pihak melepaskan danmenyatakan tidak berlaku ketentuan dalam Pasal 1427 Kitab Undang-undangHukum Perdata, sepanjang Pasal tersebut mensyaratkan bahwa untuk dapatmelakukan kompensasi/ perhitungan hutang suatu piutang harus sudah wajibdibayar/ jatuh waktu.
c. Bank akan mengirim pemberitahuan tertulis kepada Debitur mengenai telahdilakukannya pemotongan atau pendebetan terhadap rekening/account bankDebitur yang diuraikan di atas.
9.7. Pemberian InformasiBank berhak memberikan semua informasi yang dipandang baik oleh Bankmengenai Debitur dan usaha Debitur serta segala sesuatu yang mengenai atauberhubungan dengan Dokumen Kredit dan perjanjian pengikatan jaminan kepada:a.
b.
instansi atau pihak yang berwenang, antara lain (tetapi tidak terbatas) kepadaadvokat atau konsultan hukum atau Notaris, sehubungan dengan dan dalamrangka melaksanakan hak dan wewenang Bank berdasarkan Dokumen Kreditdan perjanjian pengikatan jaminan.orang/pihak lain, sehubungan dengan dan dalam rangka mengalihkan ataumengoperkan hak, wewenang serta kewajiban Bank berdasarkan DokumenKredit dan perjanjian pengikatan jaminan kepada pihak/orang lain tersebut.
9.8. Penghentian / Pengakhiran Fasilitas KreditMengenai penghentian/pengakhiran pemberian Fasilitas Kredit ini ini, Debiturmelepaskan Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
9.9. Hukum Yang BerlakuTerhadap Perjanjian ini berlaku, dan harus ditafsirkan berdasarkan hukum RepublikIndonesia.
9.10. Pemilihan Domisilia. Mengenai setiap Dokumen Kredit dan perjanjian pengikatan jaminan; dan
segala akibat hukum dan pelaksanaannya, Debitur memilih domisili tetap danseumumnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri di
b. Pemilihan domisili dalam ayat ini sekali-kali tidak menghapuskan ataumengurangi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan/gugatanterhadap Debitur mengenai segala sesuatu yang termuat dalam, atau berkaitandengan, Dokumen Kredit dan perjanjian pengikatan jaminan di Pengadilan laindi manapun.
c. Debitur dengan ini mengakui dan menerima, serta dengan ini pulamelepaskan semua dan setiap haknya untuk tidak mengakui atau menerima,
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
12
kewenangan Pengadilan yang ditetapkan/dipilih oleh Bank.9.11. Berakhirnya Perjanjian
Perjanjian ini demi hukum akan berakhir dan tidak lagi mempunyai kekuatanmengikat terhadap Bank dan Debitur jika :a. tidak ada perjanjian kredit dan/atau perjanjian transaksi keuangan lainnya atau
lampiran Perjanjian yang ditanda tangani oleh Para Pihak, ataub. semua dan setiap jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh Debitur
kepada Bank berdasarkan Dokumen Kredit telah dibayar lunas, penuh dandengan sebagaimana mestinya kepada Bank, dan Bank berdasarkanDokumen Kredit tidak lagi berkewajiban meminjamkan Pinjaman Uang danmelaksanakan kewajiban lain kepada Debitur.
c. berdasarkan kesepakatan, kesepakatan mana akan dituangkan dalampemberitahuan surat atau perjanjian tertulis yang dibuat dan ditandatanganioleh dan antara Bank dan Debitur yang merupakan satu kesatuan dan bagiantidak terpisahkan dengan Dokumen Kredit.
Demikian Perjanjian ini, dibuat dan ditanda tangani di pada tanggal tersebut di bagianpermulaan Perjanjian ini.
BANK DEBITUR
materai
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAHNomor :
Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah tertanggal dibuat oleh dan antara:1. .........................., swasta, bertempat tinggal di , dalam hal ini bertindak dengan
persetujuan isterinya,......................., swasta, bertempat tinggal pada alamat bersamadengan suaminya tersebut di atas, yang turut menandatangani Perjanjian ini sebagaitanda persetujuannya ;- Selanjutnya disebut ”Debitur”.
2. PT Bank OCBC NISP Tbk., suatu perseroan terbatas dan bank yang didirikanmenurut hukum Republik Indonesia, berkedudukan dan berkantor pusat di JakartaSelatan, OCBC NISP Tower, Jalan Prof. Dr. Satrio nomor 25 Jakarta Selatan, dalamhal ini diwakili oleh ................... berdasarkan.....- Selanjutnya disebut ”Bank”.
Bank dan Debitur secara bersama-sama selanjutnya disebut ”Para Pihak”.
Para Pihak terlebih dahulu menerangkan sebagai berikut :
Debitur telah mengajukan permohonan kepada Bank agar kepada Debitur dapatdisediakan Kredit Pemilikan Rumah (”KPR”), dan sebaliknya Bank menyetujui untukmenyediakan KPR kepada Debitur.
Maka berhubung dengan apa yang diuraikan di atas, Para Pihak telah sepakat untuk dandengan ini membuat/menetapkan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (selanjutnyadisebut ”Perjanjian”), dengan ketentuan dan persyaratan sebagai berikut :
Pasal 1. Fasilitas KPR
1.1. Pagu FasilitasBank dengan ini menyediakan Fsilitas KPR kepada Debitur sebesar , dan sebaliknyaDebitur dengan ini mengakui menerima pagu kredit sebesar tersebut di atas, yangdiadministrasikan oleh Bank dalam suatu rekening sesuai dengan ketentuan Bank
1.2. Tanggal akhir Perjanjian ini berarti salah satu tanggal tersebut di bawah ini (yang mana yangpaling awal) :a. tanggal , ataub. tanggal dimana Bank mengakhiri/menghentikan Perjanjian ini berdasarkan dan menurut
syarat serta ketentuan dalam Perjanjian ini;c. tanggal dimana hutang pokok dan setiap jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh
Debitur kepada Bank berdasarkan Perjanjian ini telah dibayar lunas;1.3. Prasyarat
Debitur diperkenankan untuk menggunakan/menarik KPR, jika Bank telah menetapkan bahwasemua dan setiap pra syarat (“Pra Syarat”) tersebut di bawah ini telah dipenuhi :a. Bank telah menerima dari Debitur, dokumen (-dokumen) sebagai berikut :
1.2.3.
4.
5.
surat-surat mengenai identitas Debitur dan isteri/suami Debitur ;surat ijin usaha dan surat nomor pokok wajib pajak (NPWP) Debitur ;asli dokumen kepemilikan setiap barang yang menjadi objek Jaminan atau dokumenlain yang dapat diterima oleh Bank ;asli polis asuransi mengenai asuransi atas barang-barang yang menjadi objekJaminan berikut surat banker's clause untuk kepentingan Bank ;dokumen lain yang berkaitan dengan KPR yang secara wajar dapat diminta olehBank ;
b. Semua dan setiap perjanjian pengikatan jaminan telah dibuat, ditandatangani dan berlakudan mengikat terhadap pihak-pihak dalam perjanjian tersebut ;
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
1.4.
c.
d.e.
Debitur telah membuka dan memelihara Rekening Debitur sebagaimana diatur dalam pasal3.2 Perjanjian ini ;Tidak terjadi atau berlangsung suatu Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi ;Penyediaan KPR oleh Bank kepada Debitur tidak melanggar peraturan perundangan yangberlaku, antara lain (tetapi tidak terbatas) peraturan mengenai batas maksimum pemberiankredit yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.Debitur sepakat dan memberikan wewenang kepada Bank untuk setiap saat mengurangi /menarik kembali / menghentikan perjanjian / membatalkan pagu kredit yang belum ditarikberdasarkan pertimbangan Bank, baik karena menurunnya kualitas kredit, menurunnya nilaibarang jaminan, menurunnya keadaan likuiditas Debitur atau karena sebab lain yang dapatmengakibatkan Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank. Pertimbanganmana dilakukan dengan mengacu kepada kebijakan Bank dan peraturan/ketentuan tentangmanajemen risiko yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
1.5. Surat Aksepa.
b.
Sebagai syarat penarikan KPR, maka Debitur wajib menandatangani dan menyerahkanSurat Aksep.Penerbitan Surat Aksep oleh Debitur sekali-kali tidak menghapuskan, mengurangi ataumempengaruhi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan pembayaran terhadapDebitur berdasarkan Perjanjian ini.
1.6. Bungaa. Tarip Suku Bunga.-
Atas hutang pokok yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan KPR, Debiturwajib membayar bunga kepada Bank dengan tarip suku bunga per tahun sebesar %( persen) yang dihitung secara efektif dan berlaku selama 12 (dua belas) bulan;
b. Perubahan Tarip Suku Bunga.Suku bunga mana berlaku untuk jangka waktu ............... (................) bulan terhitung sejaktanggal penandatanganan Perjanjian ini, dan untuk selanjutnya akan berlaku ketentuansuku bunga sesuai dengan ketentuan Bank.
c. Pembayaran Bunga.Bunga tersebut dalam sub ayat (a) wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Bank sesuaidengan ketentuan dalam ayat 1.6. di bawah ini.
1.7. Pembayaran Kembali Pinjaman Uanga.
b.
Seluruh hutang pokok yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan KPRditambah dengan bunga yang diuraikan dalam ayat 1.5 di atas ini, wajib dibayar sampailunas, penuh dan dengan sebagaimana mestinya oleh Debitur kepada Bank dalamangsuran masing-masing sebesar Rp. , untuk pertama kali wajib dibayar pada tanggal
, dan dilanjutkan pada tanggal yang sama pada setiap bulannya hingga lunas(masing-masing disebut “Pembayaran Angsuran”) ;Ketentuan dalam ayat 1.6. ini tidak mengurangi ketentuan lain dari Perjanjian ini.
1.8. Provisi dan Biaya Administrasia. Provisi Kredit
Untuk penyediaan KPR, Debitur wajib membayar provisi kredit kepada Bank sebesar% ( ) dari Pagu KPR, dan wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Bank segera dansekaligus pada tanggal Perjanjian ini .
b. Biaya AdministrasiUntuk penyediaan KPR, Debitur diwajibkan juga membayar biaya administrasi kepada Banksebesar ( ), dan wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Bank segera dansekaligus pada tanggal Perjanjian ini.
1.9. Pembayaran Kembali Lebih Cepat/AwalApabila Debitur akan membayar lebih cepat untuk melunasi KPR (menyelesaikan sisaoutstanding KPR), maka Debitur wajib membayar denda / penalti sebesar ( ) darijumlah pelunasan yang dibayar.
Pasal 2. Ketentuan Tentang Pembayaran
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
2.1. Cara Pembayaran.a.
b.
Paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal pembayaran, Debiturwajib menyediakan dana dalam Rekening Debitur guna membayar lunasjumlah uang yang wajib dibayar;Bank dengan ini diberi kuasa dan wewenang oleh Debitur sekarang untuknantinya untuk memotong/mendebet Rekening Debitur sebesar jumlahuang yang wajib dibayar oleh Debitur berdasarkan Perjanjian ini.
2.2. Bunga Dendaa.
b.
Jika Debitur tidak membayar lunas suatu jumlah Pembayaran Angsuranpada tanggal pembayaran angsuran yang telah ditentukan, maka dengantidak mengurangi kewajiban Debitur untuk tetap membayar jumlah uangyang harus dibayarnya itu, Debitur wajib membayar bunga denda atasjumlah yang tidak dibayar tersebut kepada Bank, sebesar () per hari atas jumlah uang yang tidak dibayar tersebut;Bunga denda tersebut wajib dibayar dengan sekaligus lunas oleh Debiturkepada Bank, selambat-lambatnya pada tanggal pembayaran angsuranberikutnya.
Pasal 3. Kewajiban
Terhitung mulai tanggal Perjanjian ini dan selama Debitur masih berkewajiban membayarsuatu jumlah uang kepada Bank, Debitur wajib melakukan tindakan sebagai berikut :3.1. Asuransi.
- Selama hutang pokok atau suatu jumlah uang yang terhutangberdasarkan suatu Perjanjian ini masih belum terbayar lunas, Debiturwajib mengasuransikan Jaminan dan/atau asuransi Jiwa padaperusahaan asuransi yang ditunjuk serta untuk nilai dan dengan syaratasuransi yang disetujui oleh Bank, dengan biaya Debitar sendiri,dengan memakai Banker’s Clause, dan menyerahkan dokumen yangberkaitan kepada dan untuk disimpan oleh Bank.
- Apabila pertanggungan asuransi telah diselenggarakan atas namaDebitar, maka Bank diberi kuasa oleh Debitur untuk mengajukanperubahan atas polis asuransi tersebut, termasuk juga memperpanjangjangka waktu berlakunya dengan biaya menjadi tanggungan dan harusdibayar oleh Debitur
3.2. Rekening DebiturDebitur wajib membuka suatu rekening atas nama Debitur pada Bank, danmemelihara rekening tersebut selama Debitur masih berkewajiban membayarsuatu jumlah uang kepada Bank (selanjutnya disebut "Rekening Debitur").
3.3. JaminanUntuk menjamin pelaksanaan yang tertib dan sebagaimana mestinya semuadan setiap kewajiban pembayaran Debitur kepada Bank berdasarkanPerjanjian ini, maka Debitur menyerahkan jaminan yang pengikatannyadilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku, yaitu berupa :
3.4. Penilaian JaminanDebitur bertanggung jawab bahwa dari waktu ke waktu (sebagaimanaditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku) barang jaminan akanditaksir nilai atau harganya oleh penilai independen atau intern Bank sesuaiketentuan yang berlaku, dan semua biaya, ongkos dan upah untuk melakukanpenilaian tersebut di atas adalah tanggungan/beban dan wajib dibayar olehDebitur.
3.5. Biaya PenagihanSegala biaya yang timbul sebagai akibat dari kelalaian Debitur termasuk biayapenagihan dari pengacara, biaya lelang, biaya juru sita dan lain sebagainya,
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
menjadi beban dan tanggung jawab Debitur.
Pasal 4. Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi
4.1. Salah satu dari keadaan yang disebut di bawah ini merupakan pelanggaran/wanprestasidalam Perjanjian ini :a. Pelanggaran Kewajiban Membayar
Pada tanggal yang ditetapkan dalam Perjanjian ini, Debitur tidak membayar lunaskepada Bank suatu jumlah uang yang wajib dibayarnya, baik jumlah hutang pokok,bunga, bunga denda, upah atau jumlah lain yang wajib dibayar;
b. Pelanggaran Kewajiban LainDebitur melanggar suatu ketentuan dalam Perjanjian ini selain yang diuraikan dalamsub ayat (a) di atas ini.
c. Pernyataan Tidak BenarSuatu pernyataan atau jaminan yang dibuat/diberikan oleh Debitur dalam Perjanjian ini,ternyata atau terbukti tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya ;
d. KepailitanDebitur :1. dinyatakan oleh instansi yang berwenang dalam keadaan pailit atau diberikan
penundaan kewajiban pembayaran hutang ;2. mengajukan permohonan kepada instansi yang berwenang untuk dinyatakan
pailit atau diberikan penundaan kewajiban pembayaran hutang ;3. dimohon oleh orang/pihak lain kepada instansi yang berwenang untuk
dinyatakan pailit dan permohonan tersebut tidak ditarik atau dicabut kembalidalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal permohonan tersebut diterima olehinstansi yang bersangkutan;
4. secara tertulis mengaku tidak mampu membayar hutangnya atau melaksanakankewajiban pembayarannya kepada orang/ pihak lain;
e. Perubahan Pada DebiturJika Debitur meninggal dunia atau dinyatakan oleh instansi yang berwenang berada dibawah pengampuan pihak lain (curatele) ;
f. PenyitaanAtas seluruh atau sebagian kekayaan/aset Debitur dikenakan sitaan atas perintahPengadilan;
g. Tuntutan HukumDebitur tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa apapun dengan pihak manapunbaik di dalam maupun di luar pengadilan.;
h. Perubahan MendasarJika setelah tanggal Perjanjian ini terjadi suatu peristiwa atau timbul dan berlangsungsuatu keadaan berupa apapun dalam bidang politik, keuangan atau ekonomi, yangmenurut keputusan Bank (keputusan mana mengikat terhadap Debitur) adalahsedemikian rupa seandainya informasi tersebut diketahui oleh Bank atau peristiwa ataukeadaan tersebut terjadi atau timbul sebelum Perjanjian ini ditandatangani (i) dapatmempengaruhi keputusan Bank dalam memberikan kredit kepada Debitur atau (ii)secara wajar memberi keyakinan kepada Bank bahwa Debitur tidak mungkin dapatmelaksanakan kewajiban (antara lain kewajiban pembayaran) kepada Bankberdasarkan Perjanjian ini.
4.2. Jika terjadi salah satu dari keadaan tersebut, maka Perjanjian menjadi jatuh tempo, untuk ituBank berhak dan berwenang, pada setiap waktu dan dari waktu ke waktu setelah terjadi atauselama berlangsung keadaan tersebut, melakukan setiap tindakan sebagai berikut :a.b.
menyatakan bahwa Perjanjian telah berhenti atau berakhir ;menyimpang dari ketentuan lain dalam Perjanjian ini, menuntut kepada Debitur (ataupara ahli waris Debitur) untuk segera membayar lunas, penuh dan seketika sertasekaligus semua hutang pokok, bunga, bunga denda, upah atau jumlah lain yang wajibdibayar berdasarkan Perjanjian ini kepada Bank;
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
c. Melaksanakan/menjalankan semua dan setiap hak, wewenang dan kekuasaan yangdimiliki/dipunyai oleh Bank dalam perjanjian pengikatan jaminan.
Pasal 5. Ketentuan Lain
5.1. Bukti PelanggaranJika Debitur wajib melaksanakan suatu kewajiban dalam atau berdasarkan Perjanjian inidalam suatu jangka waktu tertentu, maka Debitur akan terbukti telah tidak melaksanakankewajiban tersebut dengan lewatnya jangka waktu yang ditentukan untuk melaksanakankewajiban tersebut, sehingga mengenai pelanggaran itu tidak diperlukan teguran atau buktiberupa apapun dan dari siapapun.
5.2. Berlakunya PerjanjianPerjanjian ini berlaku dan mengikat terhadap Para Pihak serta para pengganti/penerushak/ahli warisnya masing-masing terhitung sejak tanggal yang disebut dalam bagianpembukaan Perjanjian ini hingga tanggal di mana semua dan setiap kewajiban yangtermuat dalam Perjanjian ini telah dilaksanakan dengan penuh dan sebagaimana mestinyaoleh pihak yang berkewajiban melaksanakan kewajiban tersebut.
5.3. Pengalihan Hak Dan Kewajibana. Bank berhak dan dengan ini untuk nantinya telah mendapat persetujuan dari Debitur,
untuk mengalihkan / memindahkan atau mengoperkan seluruh atau sebagian hakdan kewajiban Bank berdasarkan Perjanjian ini kepada pihak lain yang ditetapkanoleh Bank.
b. Bank atau pihak yang menerima pengalihan akan mengirim pemberitahuan tertuliskepada Debitur setelah Bank mengalihkan atau memindahkan atau mengoperkanhak dan kewajiban Bank dalam Perjanjian ini sebagaimana diuraikan di atas.
5.4. Kuasa Tidak Dapat DicabutSetiap kuasa dan wewenang yang diberikan oleh Debitur dalam atau berdasarkanPerjanjian ini merupakan bagian terpenting dan tidak terpisah dari Perjanjian ini yang tidakakan dibuat oleh Para Pihak tanpa adanya kuasa dan wewenang tersebut dan sebagaidemikian maka pemberian kuasa dan wewenang tersebut tidak dapat ditarik/dicabutkembali dan juga tidak menjadi berakhir/hapus jika Debitur meninggal atau karena timbulperistiwa apapun dan para pihak dengan ini melepaskan dan menyatakan tidak berlakuPasal 1813, 1814 dan Pasal 1816 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
5.5. Kompensasi/Perhitungana. Dengan tidak mengurangi hak dan upaya lain yang telah dan di kemudian hari akan
diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau dalam Perjanjian, Bank berhakdan berwenang, dan dengan ini pula diberi kuasa dan wewenang penuh olehDebitur, jika terjadi atau berlangsung suatu Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi,pada setiap waktu dan dari waktu ke waktu, tanpa perlu mengirim pemberitahuanatau teguran apapun kepada Debitur, untuk mengkompensasikan/memperhitungkanserta menggunakan uang simpanan Debitur (tetapi tidak terbatas) jumlah uang yangterdapat dalam Rekening Debitur berupa apapun pada Bank dan terhadap seluruhjumlah uang yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Perjanjian ini.
b.
c.
Sehubungan dengan pelaksanaan ayat ini, para pihak melepaskan dan menyatakantidak berlaku ketentuan dalam Pasal 1427 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,sepanjang Pasal tersebut mensyaratkan bahwa untuk dapat melakukan kompensasi/perhitungan hutang suatu piutang harus sudah wajib dibayar/ jatuh waktu.Bank akan mengirim pemberitahuan tertulis kepada Debitur mengenai telahdilakukannya pemotongan atau pendebetan terhadap rekening/account bank Debituryang diuraikan di atas.
5.6. Penghentian PerjanjianMengenai Perjanjian ini, Debitur melepaskan Pasal 1266 Kitab Undang-undang HukumPerdata.
5.7. Hukum Yang BerlakuTerhadap Perjanjian ini berlaku dan harus ditafsirkan berdasarkan hukum Republik
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Indonesia.5.8. Pemilihan Domisili
a. Mengenai Perjanjian ini dan segala akibat hukum dan pelaksanaannya, Debiturmemilih domisili tetap dan seumumnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri di
b. Pemilihan domisili dalam sub ayat (a) ini sekali-kali tidak menghapuskan ataumengurangi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan/gugatan terhadapDebitur (atau para ahli waris Debitur) mengenai segala sesuatu yang termuat dalam,atau berkaitan dengan Perjanjian ini dan perjanjian pengikatan jaminan diPengadilan lain di manapun.
Demikian Perjanjian ini, dibuat dan ditanda tangani di pada tanggal tersebut di bagianpermulaan Perjanjian ini.
BANK DEBITUR
10-1
0;C
RD
.28.
5/C
OD
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
KPR Konstruksi-Renovasi/ Okt/10
- 1 -
PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAHNomor :
Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah tertanggal dibuat oleh dan antara:
1. ................., swasta, bertempat tinggal di , dalam hal ini bertindak dengan persetujuanisterinya, .................., swasta, bertempat tinggal pada alamat bersama dengan suaminya tersebut diatas, yang turut menandatangani Perjanjian ini sebagai tanda persetujuannya ;- Selanjutnya disebut ”Debitur”.
2. PT Bank OCBC NISP Tbk., suatu perseroan terbatas dan bank yang didirikan menurut hukumRepublik Indonesia, berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta Selatan, OCBC NISP Tower,Jalan Prof. Dr. Satrio nomor 25 Jakarta Selatan, dalam hal ini diwakili oleh ................... berdasarkan....- Selanjutnya disebut ”Bank”.
Bank dan Debitur secara bersama-sama selanjutnya disebut ”Para Pihak”.
Para Pihak terlebih dahulu menerangkan sebagai berikut :
Debitur telah mengajukan permohonan kepada Bank agar kepada Debitur dapat disediakan KreditPemilikan Rumah (”KPR”), dan sebaliknya Bank menyetujui untuk menyediakan KPR kepada Debitur.
Maka berhubung dengan apa yang diuraikan di atas, Para Pihak telah sepakat untuk dan dengan inimembuat/menetapkan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (selanjutnya disebut ”Perjanjian”), denganketentuan dan persyaratan sebagai berikut :
Pasal 1. Fasilitas KPR
1.1. Pagu FasilitasBank dengan ini menyediakan KPR kepada Debitur sebesar Rp. [ ] [ rupiah], yangdapat ditarik sekaligus atau secara bertahap, yang diadministrasikan oleh Bank dalam suaturekening sesuai dengan ketentuan Bank.
1.2. Tanggal akhir Perjanjian ini berarti salah satu tanggal tersebut di bawah ini (yang mana yangpaling awal) :a. tanggal , ataub. tanggal dimana Bank mengakhiri/menghentikan Perjanjian ini berdasarkan dan menurut
syarat serta ketentuan dalam Perjanjian ini;c. tanggal dimana hutang pokok dan setiap jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar
oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Perjanjian ini telah dibayar lunas;1.3. Tata Cara Penggunaan Fasilitas
Penarikan pagu fasilitas tersebut akan dilakukan secara bertahap oleh Debitur sesuai denganperkembangan pembangunan, pencairan pertama sebesar Rp. [ ] [ rupiah ]dilaksanakan saat realisasi kredit, penarikan kedua sebesar Rp. [ ] [ ] dilaksanakansaat perkembangan pembangunan mencapai [ ] % ( persen), penarikan ketigasebesar Rp. [ ] [ ] dilaksanakan saat perkembangan pembangunan sudah mencapai………… % (…………… persen), dalam hal ini maka Debitur berkewajiban untukmemberitahukan secara tertulis terlebih dahulu kepada Bank mengenai jumlah-jumlah yangakan ditarik dan selanjutnya akan dilakukan penilaian atas Jaminan oleh Bank, denganketentuan bahwa kreditnya tersebut harus dilunasi/dibayar selambat-lambatnya pada TanggalAkhir Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.2 di atas.
1.4. PrasyaratDebitur diperkenankan untuk menggunakan/menarik KPR, jika Bank telah menetapkan bahwasemua dan setiap pra syarat (“Pra Syarat”) tersebut di bawah ini telah dipenuhi :a. Bank telah menerima dari Debitur, dokumen (-dokumen) sebagai berikut :
1.2.3.
4.
5.
surat-surat mengenai identitas Debitur dan isteri/suami Debitur ;surat ijin usaha dan surat nomor pokok wajib pajak (NPWP) Debitur ;asli dokumen kepemilikan setiap barang yang menjadi objek Jaminan ataudokumen lain yang dapat diterima oleh Bank ;asli polis asuransi mengenai asuransi atas barang-barang yang menjadi objekJaminan berikut surat banker's clause untuk kepentingan Bank ;dokumen lain yang berkaitan dengan KPR yang secara wajar dapat diminta olehBank ;
b.
c.
d.e.
Semua dan setiap perjanjian pengikatan jaminan telah dibuat, ditandatangani danberlaku dan mengikat terhadap pihak-pihak dalam perjanjian tersebut ;Debitur telah membuka dan memelihara Rekening Debitur sebagaimana diatur dalampasal 3.2 Perjanjian ini ;Tidak terjadi atau berlangsung suatu Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi ;Penyediaan KPR oleh Bank kepada Debitur tidak melanggar peraturan perundangan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
KPR Konstruksi-Renovasi/ Okt/10
- 2 -
yang berlaku, antara lain (tetapi tidak terbatas) peraturan mengenai batas maksimumpemberian kredit yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
1.5 Debitur sepakat dan memberikan wewenang kepada Bank untuk setiap saat mengurangi /menarik kembali / menghentikan perjanjian / membatalkan pagu kredit yang belum ditarikberdasarkan pertimbangan Bank, baik karena menurunnya kualitas kredit, menurunnya nilaibarang jaminan, menurunnya keadaan likuiditas Debitur atau karena sebab lain yang dapatmengakibatkan Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank. Pertimbanganmana dilakukan dengan mengacu kepada kebijakan Bank dan peraturan/ketentuan tentangmanajemen risiko yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
1.6. Surat Aksepa.
b.
Sebagai syarat penarikan KPR, maka Debitur wajib menandatangani dan menyerahkanSurat Aksep.Penerbitan Surat Aksep oleh Debitur sekali-kali tidak menghapuskan, mengurangi ataumempengaruhi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan pembayaranterhadap Debitur berdasarkan Perjanjian ini.
1.7. Bungaa. Tarip Suku Bunga.
Atas hutang pokok yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan KPR, Debiturwajib membayar bunga kepada Bank dengan tarip suku bunga per tahun sebesar
( ) yang dihitung secara efektif dan berlaku selama 12 (dua belas) bulan;b. Perubahan Tarip Suku Bunga.
Suku bunga mana berlaku untuk jangka waktu .......... (...............) bulan terhitung sejaktanggal penandatanganan Perjanjian ini, dan untuk selanjutnya akan berlaku ketentuansuku bunga sesuai dengan ketentuan Bank.
c. Pembayaran Bunga.1. Selama masa grace periodnya belum jatuh tempo, maka Bunga dihitung setiap
bulan dari saldo debet harian rekening kredit Debitur, perhitungan mana pertamakali akan dilakukan pada tanggal pencairan kredit berdasarkan perjanjian ini daribulan yang berjalan dan dilanjutkan pada tiap tanggal realisasi kredit dari bulan-bulan berikutnya.Bunga yang belum dibayar/dilunasi Debitur pada waktu-waktu yang ditetapkan akanmenambah saldo debet rekening kredit Debitur pada Bank
2. Setelah masa grace periodnya jatuh tempo, maka :a. Bunga akan dihitung dari jumlah baki debet yang terhutang, dan pembebanan
bunganya dilakukan pada setiap tanggal yang sama dengan tanggal pencairankredit berdasarkan perjanjian ini.
b. Bunga mana wajib lunas dibayar pada setiap bulannya berikut angsuran pokokkreditnya yaitu sebagaimana diatur dalam ayat 1.8. huruf b di bawah ini.
1.8. Pembayaran Kembali Pinjaman Uanga.
b.
c.
d.
Atas hutang pokok yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan KPR, kepadaDebitur diberikan masa Grace Period selama [ ] [ ] bulan sejak ditandatanganinyaPerjanjian ini.Seluruh hutang pokok yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan KPRditambah dengan bunga yang diuraikan dalam ayat 1.7. di atas ini, wajib dibayar sampailunas, penuh dan dengan sebagaimana mestinya oleh Debitur kepada Bank dalam [] [ ] kali angsuran masing-masing sebesar [ ], untukpertama kali wajib dibayar pada tanggal , dan dilanjutkan pada tanggal yang samapada setiap bulannya hingga lunas (masing-masing disebut “Pembayaran Angsuran”) ;Menunjuk kepada ayat 1.7 huruf b, maka angsuran mana dapat diubah setiap saat olehBank.Ketentuan dalam ayat 1.8. ini tidak mengurangi ketentuan lain dari Perjanjian ini.
1.9. Provisi dan Biaya Administrasia. Provisi Kredit
Untuk penyediaan KPR, Debitur wajib membayar provisi kredit kepada Bank sebesar[ ] dari Pagu KPR, dan wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Bank
segera dan sekaligus pada tanggal Perjanjian ini .b. Biaya Administrasi
Untuk penyediaan KPR, Debitur diwajibkan juga membayar biaya administrasi kepadaBank sebesar [ ], dan wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Banksegera dan sekaligus pada tanggal Perjanjian ini.
1.10. Pembayaran Kembali Lebih Cepat/AwalApabila Debitur akan membayar lebih cepat untuk melunasi KPR (menyelesaikan sisaoutstanding KPR), maka Debitur wajib membayar denda / penalti sebesar [ ] darijumlah pelunasan yang dibayar, apabila pembayaran tersebut dilakukan dalam waktu sebelum[ ] [ ] bulan sejak ditandatanganinya Perjanjian ini.
Pasal 2. Ketentuan Tentang Pembayaran
2.1. Cara Pembayaran.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
KPR Konstruksi-Renovasi/ Okt/10
- 3 -
a.
b.
Paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal pembayaran, Debitur wajibmenyediakan dana dalam Rekening Debitur guna membayar lunas jumlah uang yangwajib dibayar;Bank dengan ini diberi kuasa dan wewenang oleh Debitur sekarang untuk nantinyauntuk memotong/mendebet Rekening Debitur sebesar jumlah uang yang wajib dibayaroleh Debitur berdasarkan Perjanjian ini.
2.2. Bunga Dendaa.
b.
Jika Debitur tidak membayar lunas suatu jumlah Pembayaran Angsuran pada tanggalpembayaran angsuran yang telah ditentukan, maka dengan tidak mengurangi kewajibanDebitur untuk tetap membayar jumlah uang yang harus dibayarnya itu, Debitur wajibmembayar bunga denda atas jumlah yang tidak dibayar tersebut kepada Bank, sebesar
( ) per hari atas jumlah uang yang tidak dibayar tersebut;Bunga denda tersebut wajib dibayar dengan sekaligus lunas oleh Debitur kepada Bank,selambat-lambatnya pada tanggal pembayaran angsuran berikutnya.
Pasal 3. Kewajiban
Terhitung mulai tanggal Perjanjian ini dan selama Debitur masih berkewajiban membayar suatu jumlahuang kepada Bank, Debitur wajib melakukan tindakan sebagai berikut :3.1. Asuransi.
- Selama hutang pokok atau suatu jumlah uang yang terhutang berdasarkan suatuPerjanjian ini masih belum terbayar lunas, Debitur wajib mengasuransikan Jaminandan/atau asuransi Jiwa pada perusahaan asuransi yang ditunjuk serta untuk nilai dandengan syarat asuransi yang disetujui oleh Bank, dengan biaya Debitar sendiri,dengan memakai Banker’s Clause, dan menyerahkan dokumen yang berkaitankepada dan untuk disimpan oleh Bank.
- Apabila pertanggungan asuransi telah diselenggarakan atas nama Debitar, makaBank diberi kuasa oleh Debitur untuk mengajukan perubahan atas polis asuransitersebut, termasuk juga memperpanjang jangka waktu berlakunya dengan biayamenjadi tanggungan dan harus dibayar oleh Debitur
3.2. Rekening DebiturDebitur wajib membuka suatu rekening atas nama Debitur pada Bank, dan memelihararekening tersebut selama Debitur masih berkewajiban membayar suatu jumlah uang kepadaBank (selanjutnya disebut "Rekening Debitur").
3.3. JaminanUntuk menjamin pelaksanaan yang tertib dan sebagaimana mestinya semua dan setiapkewajiban pembayaran Debitur kepada Bank berdasarkan Perjanjian ini, maka Debiturmenyerahkan jaminan yang pengikatannya dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku,yaitu berupa :
3.4. Penilaian JaminanDebitur bertanggung jawab bahwa dari waktu ke waktu (sebagaimana ditetapkan olehperaturan perundangan yang berlaku) barang jaminan akan ditaksir nilai atau harganya olehpenilai independen atau intern Bank sesuai ketentuan yang berlaku, dan semua biaya, ongkosdan upah untuk melakukan penilaian tersebut di atas adalah tanggungan/beban dan wajibdibayar oleh Debitur.
3.5. Biaya PenagihanSegala biaya yang timbul sebagai akibat dari kelalaian Debitur termasuk biaya penagihan daripengacara, biaya lelang, biaya juru sita dan lain sebagainya, menjadi beban dan tanggungjawab Debitur.
Pasal 4. Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi
4.1. Salah satu dari keadaan yang disebut di bawah ini merupakan pelanggaran/wanprestasidalam Perjanjian ini :a. Pelanggaran Kewajiban Membayar
Pada tanggal yang ditetapkan dalam Perjanjian ini, Debitur tidak membayar lunaskepada Bank suatu jumlah uang yang wajib dibayarnya, baik jumlah hutang pokok,bunga, bunga denda, upah atau jumlah lain yang wajib dibayar;
b. Pelanggaran Kewajiban LainDebitur melanggar suatu ketentuan dalam Perjanjian ini selain yang diuraikan dalamsub ayat (a) di atas ini.
c. Pernyataan Tidak BenarSuatu pernyataan atau jaminan yang dibuat/diberikan oleh Debitur dalam Perjanjian ini,ternyata atau terbukti tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya ;
d. KepailitanDebitur :1. dinyatakan oleh instansi yang berwenang dalam keadaan pailit atau diberikan
penundaan kewajiban pembayaran hutang ;
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
KPR Konstruksi-Renovasi/ Okt/10
- 4 -
2. mengajukan permohonan kepada instansi yang berwenang untuk dinyatakanpailit atau diberikan penundaan kewajiban pembayaran hutang ;
3. dimohon oleh orang/pihak lain kepada instansi yang berwenang untukdinyatakan pailit dan permohonan tersebut tidak ditarik atau dicabut kembalidalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal permohonan tersebut diterima olehinstansi yang bersangkutan;
4. secara tertulis mengaku tidak mampu membayar hutangnya atau melaksanakankewajiban pembayarannya kepada orang/ pihak lain;
e. Perubahan Pada DebiturJika Debitur meninggal dunia atau dinyatakan oleh instansi yang berwenang berada dibawah pengampuan pihak lain (curatele) ;
f. PenyitaanAtas seluruh atau sebagian kekayaan/aset Debitur dikenakan sitaan atas perintahPengadilan;
g. Tuntutan HukumDebitur tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa apapun dengan pihak manapunbaik di dalam maupun di luar pengadilan.;
h. Perubahan MendasarJika setelah tanggal Perjanjian ini terjadi suatu peristiwa atau timbul dan berlangsungsuatu keadaan berupa apapun dalam bidang politik, keuangan atau ekonomi, yangmenurut keputusan Bank (keputusan mana mengikat terhadap Debitur) adalahsedemikian rupa seandainya informasi tersebut diketahui oleh Bank atau peristiwa ataukeadaan tersebut terjadi atau timbul sebelum Perjanjian ini ditandatangani (i) dapatmempengaruhi keputusan Bank dalam memberikan kredit kepada Debitur atau (ii)secara wajar memberi keyakinan kepada Bank bahwa Debitur tidak mungkin dapatmelaksanakan kewajiban (antara lain kewajiban pembayaran) kepada Bankberdasarkan Perjanjian ini.
4.2. Jika terjadi salah satu dari keadaan tersebut, maka Perjanjian menjadi jatuh tempo, untuk ituBank berhak dan berwenang, pada setiap waktu dan dari waktu ke waktu setelah terjadi atauselama berlangsung keadaan tersebut, melakukan setiap tindakan sebagai berikut :a.b.
menyatakan bahwa Perjanjian telah berhenti atau berakhir ;menyimpang dari ketentuan lain dalam Perjanjian ini, menuntut kepada Debitur (ataupara ahli waris Debitur) untuk segera membayar lunas, penuh dan seketika sertasekaligus semua hutang pokok, bunga, bunga denda, biaya atau jumlah lain yang wajibdibayar berdasarkan Perjanjian ini kepada Bank;
c. Melaksanakan/menjalankan semua dan setiap hak, wewenang dan kekuasaan yangdimiliki/dipunyai oleh Bank dalam perjanjian pengikatan jaminan.
Pasal 5. Ketentuan Lain
5.1. Bukti PelanggaranJika Debitur wajib melaksanakan suatu kewajiban dalam atau berdasarkan Perjanjian inidalam suatu jangka waktu tertentu, maka Debitur akan terbukti telah tidak melaksanakankewajiban tersebut dengan lewatnya jangka waktu yang ditentukan untuk melaksanakankewajiban tersebut, sehingga mengenai pelanggaran itu tidak diperlukan teguran atau buktiberupa apapun dan dari siapapun.
5.2. Berlakunya PerjanjianPerjanjian ini berlaku dan mengikat terhadap Para Pihak serta para pengganti/penerushak/ahli warisnya masing-masing terhitung sejak tanggal yang disebut dalam bagianpembukaan Perjanjian ini hingga tanggal di mana semua dan setiap kewajiban yangtermuat dalam Perjanjian ini telah dilaksanakan dengan penuh dan sebagaimana mestinyaoleh pihak yang berkewajiban melaksanakan kewajiban tersebut.
5.3. Pengalihan Hak Dan Kewajibana. Bank berhak dan dengan ini untuk nantinya telah mendapat persetujuan dari Debitur,
untuk mengalihkan / memindahkan atau mengoperkan seluruh atau sebagian hakdan kewajiban Bank berdasarkan Perjanjian ini kepada pihak lain yang ditetapkanoleh Bank.
b. Bank atau pihak yang menerima pengalihan akan mengirim pemberitahuan tertuliskepada Debitur setelah Bank mengalihkan atau memindahkan atau mengoperkanhak dan kewajiban Bank dalam Perjanjian ini sebagaimana diuraikan di atas.
5.4. Kuasa Tidak Dapat DicabutSetiap kuasa dan wewenang yang diberikan oleh Debitur dalam atau berdasarkanPerjanjian ini merupakan bagian terpenting dan tidak terpisah dari Perjanjian ini yang tidakakan dibuat oleh Para Pihak tanpa adanya kuasa dan wewenang tersebut dan sebagaidemikian maka pemberian kuasa dan wewenang tersebut tidak dapat ditarik/dicabutkembali dan juga tidak menjadi berakhir/hapus jika Debitur meninggal atau karena timbulperistiwa apapun dan para pihak dengan ini melepaskan dan menyatakan tidak berlakuPasal 1813, 1814 dan Pasal 1816 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
5.5. Kompensasi/Perhitungan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
KPR Konstruksi-Renovasi/ Okt/10
- 5 -
a. Dengan tidak mengurangi hak dan upaya lain yang telah dan di kemudian hari akandiberikan oleh peraturan perundang-undangan atau dalam Perjanjian, Bank berhakdan berwenang, dan dengan ini pula diberi kuasa dan wewenang penuh olehDebitur, jika terjadi atau berlangsung suatu Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi,pada setiap waktu dan dari waktu ke waktu, tanpa perlu mengirim pemberitahuanatau teguran apapun kepada Debitur, untuk mengkompensasikan/memperhitungkanserta menggunakan uang simpanan Debitur (tetapi tidak terbatas) jumlah uang yangterdapat dalam Rekening Debitur berupa apapun pada Bank dan terhadap seluruhjumlah uang yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Perjanjian ini.
b.
c.
Sehubungan dengan pelaksanaan ayat ini, para pihak melepaskan dan menyatakantidak berlaku ketentuan dalam Pasal 1427 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,sepanjang Pasal tersebut mensyaratkan bahwa untuk dapat melakukan kompensasi/perhitungan hutang suatu piutang harus sudah wajib dibayar/ jatuh waktu.Bank akan mengirim pemberitahuan tertulis kepada Debitur mengenai telahdilakukannya pemotongan atau pendebetan terhadap rekening/account bank Debituryang diuraikan di atas.
5.6. Penghentian PerjanjianMengenai Perjanjian ini, Debitur melepaskan Pasal 1266 Kitab Undang-undang HukumPerdata.
5.7. Hukum Yang BerlakuTerhadap Perjanjian ini berlaku dan harus ditafsirkan berdasarkan hukum RepublikIndonesia.
5.8. Pemilihan Domisilia. Mengenai Perjanjian ini dan segala akibat hukum dan pelaksanaannya, Debitur
memilih domisili tetap dan seumumnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri di
b. Pemilihan domisili dalam sub ayat (a) ini sekali-kali tidak menghapuskan ataumengurangi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan/gugatan terhadapDebitur (atau para ahli waris Debitur) mengenai segala sesuatu yang termuat dalam,atau berkaitan dengan Perjanjian ini dan perjanjian pengikatan jaminan diPengadilan lain di manapun.
Demikian Perjanjian ini, dibuat dan ditanda tangani di pada tanggal tersebut di bagianpermulaan Perjanjian ini
BANK DEBITUR
10.1
0;C
RD
.74.
0/C
OD
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
PERJANJIAN KREDIT MULTI GUNANomor :
Perjanjian Kredit Multi Guna tertanggal dibuat oleh dan antara:1. , bertempat tinggal di , dalam hal ini bertindak dengan persetujuan
isteri/suaminya, , swasta, bertempat tinggal pada alamat bersama dengan suami/isterinyatersebut di atas, yang turut menandatangani Perjanjian ini ;- Selanjutnya disebut ” Debitur ”.
2. PT Bank OCBC NISP Tbk., suatu perseroan terbatas dan bank yang didirikan menurut hukumRepublik Indonesia, berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta Selatan, OCBC NISP Tower,Jalan Prof. Dr. Satrio nomor 25 Jakarta Selatan, dalam hal ini diwakili oleh ................... berdasarkan.....- Selanjutnya disebut ” Bank ”.
Bank dan Debitur terlebih dahulu menerangkan sebagai berikut:
Debitur telah mengajukan permohonan kepada Bank agar kepada Debitur dapat disediakan Kredit MultiGuna (KMG), dan sebaliknya Bank menyetujui untuk menyediakan KMG kepada Debitur.
Maka berhubung dengan apa yang diuraikan di atas, Bank dan Debitur telah sepakat untuk dan denganini membuat/menetapkan Perjanjian Kredit Muti Guna (selanjutnya disebut ”Perjanjian ”) denganketentuan dan persyaratan sebagai berikut :
Pasal 1. Fasilitas KMG
1.1. Pagu FasilitasBank dengan ini menyediakan Fasilitas KMG kepada Debitur sebesar , dan sebaliknyaDebitur dengan ini mengakui menerima pagu kredit sebesar tersebut di atas, yangdiadministrasikan oleh Bank dalam suatu rekening sesuai dengan ketentuan Bank.
1.2. Tanggal akhir Perjanjian ini berarti salah satu tanggal tersebut di bawah ini (yang mana yangpaling awal):a. tanggal , ataub. tanggal dimana Bank mengakhiri/menghentikan Perjanjian ini berdasarkan dan menurut
syarat serta ketentuan dalam Perjanjian ini;c. tanggal dimana hutang pokok dan setiap jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh
Debitur kepada Bank berdasarkan Perjanjian ini telah dibayar lunas;1.3. Prasyarat
Debitur diperkenankan untuk menggunakan/menarik KMG, jika Bank telah menetapkan bahwasemua dan setiap pra syarat (“Pra Syarat”) tersebut di bawah ini telah dipenuhi :a. Bank telah menerima dari Debitur dokumen sebagai berikut :
1.2.3.
4.
5.
surat-surat mengenai indentitas Debitur dan isteri/suami Debitur ;surat ijin usaha dan surat nomor pokok wajib pajak (NPWP) Debitur ;asli dokumen kepemilikan setiap barang yang menjadi objek Jaminan atau dokumenlain yang dapat diterima oleh Bank ;asli polis asuransi mengenai asuransi atas barang-barang yang menjadi objekJaminan berikut surat banker's clause untuk kepentingan Bank ;dokumen lain yang berkaitan dengan KMG yang secara wajar dapat diminta olehBank ;
b.
c.
d.e.
Semua dan setiap perjanjian pengikatan jaminan telah dibuat, ditandatangani dan berlakudan mengikat terhadap pihak-pihak dalam perjanjian tersebut ;Debitur telah membuka dan memelihara Rekening Debitur sebagaimana diatur dalam pasal3.2 Perjanjian ini ;Tidak terjadi atau berlangsung suatu Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi ;Penyediaan KMG oleh Bank kepada Debitur tidak melanggar peraturan perundangan yangberlaku, antara lain (tetapi tidak terbatas) peraturan mengenai batas maksimum pemberiankredit yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
1.4.
1.5
Debitur sepakat dan memberikan wewenang kepada Bank untuk setiap saat mengurangi /menarik kembali / menghentikan perjanjian / membatalkan pagu kredit yang belum ditarikberdasarkan pertimbangan Bank, baik karena menurunnya kualitas kredit, menurunnya nilaibarang jaminan, menurunnya keadaan likuiditas Debitur atau karena sebab lain yang dapatmengakibatkan Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank. Pertimbangan manadilakukan dengan mengacu kepada kebijakan Bank dan peraturan/ketentuan tentang manajemenrisiko yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Surat Aksepa. Sebagai syarat penarikan KMG, maka Debitur wajib menandatangani dan menyerahkan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
b.Surat AksepPenerbitan Surat Aksep oleh Debitur sekali-kali tidak menghapuskan, mengurangi ataumempengaruhi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan pembayaran terhadapDebitur berdasarkan Perjanjian ini.
1.6. Bungaa. Tarip Suku Bunga.-
Atas hutang pokok yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan KMG, Debiturwajib membayar bunga kepada Bank dengan tarip suku bunga per tahun sebesar %( persen) yang dihitung secara effektif.
b. Perubahan Tarip Suku Bunga.Suku bunga mana berlaku untuk jangka waktu ................ (..................) bulan terhitung sejaktanggal penandatanganan perjanjian ini, dan untuk selanjutnya akan berlaku ketentuansuku bunga sesuai dengan ketentuan Bank.
c. Pembayaran Bunga.Bunga tersebut dalam sub ayat (a) wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Bank sesuaidengan ketentuan dalam ayat 1.6. di bawah ini.
1.7. Pembayaran Kembali Pinjaman Uanga.
b.
Seluruh hutang pokok yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan KMGditambah dengan bunga yang diuraikan dalam ayat 1.5 di atas ini, wajib dibayar sampailunas, penuh dan dengan sebagaimana mestinya oleh Debitur kepada Bank dalamangsuran masing-masing sebesar Rp. , untuk pertama kali wajib dibayar pada tanggal
, dan dilanjutkan pada tanggal yang sama pada setiap bulannya hingga lunas(masing-masing disebut “Pembayaran Angsuran”) ;Ketentuan dalam ayat 1.6. ini tidak mengurangi ketentuan lain dari Perjanjian ini.
1.8. Provisi dan Biaya Administrasia. Provisi Kredit
Untuk penyediaan KMG, Debitur wajib membayar provisi kredit kepada Bank sebesar% ( ) dari Pagu KMG, dan wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Bank
segera dan sekaligus pada tanggal Perjanjian ini .b. Biaya Administrasi
Untuk penyediaan KMG, Debitur diwajibkan juga membayar biaya administrasi kepadaBank sebesar ( ), dan wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Bank segeradan sekaligus pada tanggal Perjanjian ini.
1.9. Pembayaran Kembali Lebih Cepat/AwalApabila Debitur akan membayar lebih cepat untuk melunasi KMG (menyelesaikan sisaoutstanding KMG) sebelum lewat .......... (...............) bulan sejak tanggal Perjanjian ini, makaDebitur wajib membayar denda / penalti sebesar ( ) dari jumlah pelunasan yangdibayar.
Pasal 2. Ketentuan Tentang Pembayaran
2.1. Cara Pembayaran.a.
b.
Paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal pembayaran, Debitur wajibmenyediakan dana dalam Rekening Debitur guna membayar lunas jumlah uang yangwajib dibayar;Bank dengan ini diberi kuasa dan wewenang oleh Debitur sekarang untuk nantinyauntuk memotong/mendebet Rekening Debitur sebesar jumlah uang yang wajib dibayaroleh Debitur berdasarkan Perjanjian ini.
2.2. Bunga Dendaa.
b.
Jika Debitur tidak membayar lunas suatu jumlah Pembayaran Angsuran pada tanggalpembayaran angsuran yang telah ditentukan, maka dengan tidak mengurangi kewajibanDebitur untuk tetap membayar jumlah uang yang harus dibayarnya itu, Debitur wajibmembayar bunga denda atas jumlah yang tidak dibayar tersebut kepada Bank, sebesar
( ) perhari atas jumlah uang yang tidak dibayar tersebut;Bunga denda tersebut wajib dibayar dengan sekaligus lunas oleh Debitur kepada Bank,selambat-lambatnya pada tanggal pembayaran angsuran berikutnya.
Pasal 3. Kewajiban
Terhitung mulai tanggal Perjanjian ini dan selama Debitur masih berkewajiban membayar suatu jumlahuang kepada Bank, Debitur wajib melakukan tindakan sebagai berikut :3.1. Asuransi.
- Selama hutang pokok atau suatu jumlah uang yang terhutang berdasarkan suatuPerjanjian ini masih belum terbayar lunas, Debitur wajib mengasuransikan Jaminandan/atau asuransi Jiwa pada perusahaan asuransi yang ditunjuk serta untuk nilai dandengan syarat asuransi yang disetujui oleh Bank, dengan biaya Debitar sendiri,dengan memakai Banker’s Clause, dan menyerahkan dokumen yang berkaitan
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
kepada dan untuk disimpan oleh Bank.- Apabila pertanggungan asuransi telah diselenggarakan atas nama Debitar, maka
Bank diberi kuasa oleh Debitur untuk mengajukan perubahan atas polis asuransitersebut, termasuk juga memperpanjang jangka waktu berlakunya dengan biayamenjadi tanggungan dan harus dibayar oleh Debitur
3.2. Rekening DebiturDebitur wajib membuka suatu rekening atas nama Debitur pada Bank, dan memelihararekening tersebut selama Debitur masih berkewajiban membayar suatu jumlah uang kepadaBank (selanjutnya disebut "Rekening Debitur").
3.3. JaminanUntuk menjamin pelaksanaan yang tertib dan sebagaimana mestinya semua dan setiapkewajiban pembayaran Debitur kepada Bank berdasarkan Perjanjian ini, maka Debiturmenyerahkan jaminan yang pengikatannya dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku,yaitu berupa :
3.4. Penilaian JaminanDebitur bertanggung jawab bahwa dari waktu ke waktu (sebagaimana ditetapkan olehperaturan perundangan yang berlaku) barang jaminan akan ditaksir nilai atau harganya olehpenilai independen atau intern Bank sesuai ketentuan yang berlaku, dan semua biaya, ongkosdan upah untuk melakukan penilaian tersebut di atas adalah tanggungan/beban dan wajibdibayar oleh Debitur
3.5. Biaya PenagihanSegala biaya yang timbul sebagai akibat dari kelalaian Debitur termasuk biaya penagihan daripengacara, biaya lelang, biaya juru sita dan lain sebagainya, menjadi beban dan tanggungjawab Debitur.
Pasal 4. Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi
4.1. Salah satu dari keadaan yang disebut di bawah ini merupakan pelanggaran/wanprestasidalam Perjanjian ini :a. Pelanggaran Kewajiban Membayar
Pada tanggal yang ditetapkan dalam Perjanjian ini, Debitur tidak membayar lunaskepada Bank suatu jumlah uang yang wajib dibayarnya, baik jumlah hutang pokok,bunga, bunga denda, upah atau jumlah lain yang wajib dibayar;
b. Pelanggaran Kewajiban LainDebitur melanggar suatu ketentuan dalam Perjanjian ini selain yang diuraikan dalamsub ayat (a) di atas ini.
c. Pernyataan Tidak BenarSuatu pernyataan atau jaminan yang dibuat/diberikan oleh Debitur dalam Perjanjian ini,ternyata atau terbukti tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya ;
d. KepailitanDebitur :1. dinyatakan oleh instansi yang berwenang dalam keadaan pailit atau diberikan
penundaan kewajiban pembayaran hutang ;2. mengajukan permohonan kepada instansi yang berwenang untuk dinyatakan
pailit atau diberikan penundaan kewajiban pembayaran hutang ;3. dimohon oleh orang/pihak lain kepada instansi yang berwenang untuk
dinyatakan pailit dan permohonan tersebut tidak ditarik atau dicabut kembalidalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal permohonan tersebut diterima olehinstansi yang bersangkutan;
4. secara tertulis mengaku tidak mampu membayar hutangnya atau melaksanakankewajiban pembayarannya kepada orang/ pihak lain;
e. Perubahan Pada DebiturJika Debitur meninggal dunia atau dinyatakan oleh instansi yang berwenang berada dibawah pengampuan pihak lain (curatele) ;
f. PenyitaanAtas seluruh atau sebagian kekayaan/aset Debitur dikenakan sitaan atas perintahPengadilan;
g. Tuntutan HukumDebitur tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa apapun dengan pihak manapunbaik di dalam maupun di luar pengadilan.;
h. Perubahan MendasarJika setelah tanggal Perjanjian ini terjadi suatu peristiwa atau timbul dan berlangsungsuatu keadaan berupa apapun dalam bidang politik, keuangan atau ekonomi, yangmenurut keputusan Bank (keputusan mana mengikat terhadap Debitur) adalahsedemikian rupa seandainya informasi tersebut diketahui oleh Bank atau peristiwa ataukeadaan tersebut terjadi atau timbul sebelum Perjanjian ini ditandatangani (i) dapat
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
mempengaruhi keputusan Bank dalam memberikan kredit kepada Debitur atau (ii)secara wajar memberi keyakinan kepada Bank bahwa Debitur tidak mungkin dapatmelaksanakan kewajiban (antara lain kewajiban pembayaran) kepada Bankberdasarkan Perjanjian ini.
4.2. Jika terjadi salah satu dari keadaan tersebut, maka Perjanjian menjadi jatuh tempo, untuk ituBank berhak dan berwenang, pada setiap waktu dan dari waktu ke waktu setelah terjadi atauselama berlangsung keadaan tersebut, melakukan setiap tindakan sebagai berikut :a.b.
menyatakan bahwa Perjanjian telah berhenti atau berakhir ;menyimpang dari ketentuan lain dalam Perjanjian ini, menuntut kepada Debitur (ataupara ahli waris Debitur) untuk segera membayar lunas, penuh dan seketika sertasekaligus semua hutang pokok, bunga, bunga denda, upah atau jumlah lain yang wajibdibayar berdasarkan Perjanjian ini kepada Bank;
c. Melaksanakan/menjalankan semua dan setiap hak, wewenang dan kekuasaan yangdimiliki/dipunyai oleh Bank dalam perjanjian pengikatan jaminan.
Pasal 5. Ketentuan Lain
5.1. Bukti PelanggaranJika Debitur wajib melaksanakan suatu kewajiban dalam atau berdasarkan Perjanjian inidalam suatu jangka waktu tertentu, maka Debitur akan terbukti telah tidak melaksanakankewajiban tersebut dengan lewatnya jangka waktu yang ditentukan untuk melaksanakankewajiban tersebut, sehingga mengenai pelanggaran itu tidak diperlukan teguran atau buktiberupa apapun dan dari siapapun.
5.2. Berlakunya PerjanjianPerjanjian ini berlaku dan mengikat terhadap Debitur dan Bank serta parapengganti/penerus hak/ahli warisnya masing-masing terhitung sejak tanggal yang disebutdalam bagian pembukaan Perjanjian ini hingga tanggal di mana semua dan setiapkewajiban yang termuat dalam Perjanjian ini telah dilaksanakan dengan penuh dansebagaimana mestinya oleh pihak yang berkewajiban melaksanakan kewajiban tersebut.
5.3. Pengalihan Hak Dan Kewajibana. Bank berhak dan dengan ini untuk nantinya telah mendapat persetujuan dari Debitur,
untuk mengalihkan / memindahkan atau mengoperkan seluruh atau sebagian hakdan kewajiban Bank berdasarkan Perjanjian ini kepada pihak lain yang ditetapkanoleh Bank.
b. Bank atau pihak yang menerima pengalihan akan mengirim pemberitahuan tertuliskepada Debitur setelah Bank mengalihkan atau memindahkan atau mengoperkanhak dan kewajiban Bank dalam Perjanjian ini sebagaimana diuraikan di atas.
5.4. Kuasa Tidak Dapat DicabutSetiap kuasa dan wewenang yang diberikan oleh Debitur dalam atau berdasarkanPerjanjian ini merupakan bagian terpenting dan tidak terpisah dari Perjanjian ini yang tidakakan dibuat oleh para pihak tanpa adanya kuasa dan wewenang tersebut dan sebagaidemikian maka pemberian kuasa dan wewenang tersebut tidak dapat ditarik/dicabutkembali dan juga tidak menjadi berakhir/hapus jika Debitur meninggal atau karena timbulperistiwa apapun dan para pihak dengan ini melepaskan dan menyatakan tidak berlakuPasal 1813, 1814 dan Pasal 1816 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
5.5. Kompensasi/Perhitungana. Dengan tidak mengurangi hak dan upaya lain yang telah dan di kemudian hari akan
diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau dalam Perjanjian, Bank berhakdan berwenang, dan dengan ini pula diberi kuasa dan wewenang penuh olehDebitur, jika terjadi atau berlangsung suatu Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi,pada setiap waktu dan dari waktu ke waktu, tanpa perlu mengirim pemberitahuanatau teguran apapun kepada Debitur, untuk mengkompensasikan/memperhitungkanserta menggunakan uang simpanan Debitur (tetapi tidak terbatas) jumlah uang yangterdapat dalam Rekening Debitur berupa apapun pada Bank dan terhadap seluruhjumlah uang yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Perjanjian ini.
b.
c.
Sehubungan dengan pelaksanaan ayat ini, para pihak melepaskan dan menyatakantidak berlaku ketentuan dalam Pasal 1427 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,sepanjang Pasal tersebut mensyaratkan bahwa untuk dapat melakukan kompensasi/perhitungan hutang suatu piutang harus sudah wajib dibayar/ jatuh waktu.Bank akan mengirim pemberitahuan tertulis kepada Debitur mengenai telahdilakukannya pemotongan atau pendebetan terhadap rekening/account bank Debituryang diuraikan di atas.
5.6. Penghentian PerjanjianMengenai Perjanjian ini, Debitur melepaskan Pasal 1266 Kitab Undang-undang HukumPerdata.
5.7. Hukum Yang BerlakuTerhadap Perjanjian ini berlaku, dan harus ditafsirkan berdasarkan hukum Republik
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Indonesia.5.8. Pemilihan Domisili
a. Mengenai Perjanjian ini dan segala akibat hukum dan pelaksanaannya, Debiturmemilih domisili tetap dan seumumnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri di
b. Pemilihan domisili dalam sub ayat (a) ini sekali-kali tidak menghapuskan ataumengurangi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan/gugatan terhadapDebitur (atau para ahli waris Debitur) mengenai segala sesuatu yang termuat dalam,atau berkaitan dengan Perjanjian ini dan perjanjian pengikatan jaminan diPengadilan lain di manapun.
Demikian Perjanjian ini, dibuat dan ditanda tangani di pada tanggal tersebut di bagianpermulaan Perjanjian ini.
BANK DEBITUR
10-1
0;C
RD
.37.
5/C
OD
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
PERJANJIAN FASILITAS KREDIT PEMILIKAN MOBILNomor :
Perjanjian Fasilitas Kredit Pemilikan Mobil tertanggal dibuat oleh dan antara:1. , bertempat tinggal di , dalam hal ini bertindak dengan
persetujuan isteri/suaminya, , swasta, bertempat tinggal pada alamat bersamadengan suami/isterinya tersebut di atas, yang turut menandatangani Perjanjian ini ;- Selanjutnya disebut ” Debitur ”.
2. PT Bank OCBC NISP Tbk., suatu perseroan terbatas dan bank yang didirikanmenurut hukum Republik Indonesia, berkedudukan dan berkantor pusat di JakartaSelatan, OCBC NISP Tower, Jalan Prof. Dr. Satrio nomor 25 Jakarta Selatan, dalamhal ini diwakili oleh ................... berdasarkan .....Selanjutnya disebut ” Bank ”.
Bank dan Debitur terlebih dahulu menerangkan sebagai berikut:
Debitur telah mengajukan permohonan kepada Bank agar kepada Debitur dapatdisediakan Fasilitas Kredit Pemilikan Mobil (KPM), dan sebaliknya Bank menyetujui untukmenyediakan Fasilitas KPM kepada Debitur.
Maka berhubung dengan apa yang diuraikan di atas, Bank dan Debitur telah sepakatuntuk dan dengan ini membuat/menetapkan Perjanjian Fasilitas Kredit Pemilikan Mobil(selanjutnya disebut ”Perjanjian ”) dengan ketentuan dan persyaratan sebagai berikut :
Pasal 1. Fasilitas KPM
1.1. Pagu FasilitasBank dengan ini menyediakan Fasilitas KPM kepada Debitur sebesar , dan sebaliknyaDebitur dengan ini mengakui menerima pagu kredit sebesar tersebut di atas, yangdiadministrasikan oleh Bank dalam suatu rekening sesuai dengan ketentuan Bank.
1.2. Tanggal akhir Perjanjian ini berarti salah satu tanggal tersebut di bawah ini (yang mana yangpaling awal):a. tanggal , ataub. tanggal dimana Bank mengakhiri/menghentikan Perjanjian ini berdasarkan dan menurut
syarat serta ketentuan dalam Perjanjian ini;c. tanggal dimana hutang pokok dan setiap jumlah uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh
Debitur kepada Bank berdasarkan Perjanjian ini telah dibayar lunas;1.3. Prasyarat
Debitur diperkenankan untuk menggunakan/menarik Fasilitas KPM, jika Bank telah menetapkanbahwa semua dan setiap pra syarat (“Pra Syarat”) tersebut di bawah ini telah dipenuhi :a. Bank telah menerima dari Debitur dokumen sebagai berikut :
1.2.
surat-surat mengenai indentitas Debitur dan isteri/suami Debitur ;asli bukti kepemilikan atas barang yang menjadi objek Jaminan, seperti tetapi tidakterbatas :a)
b)
Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor atau surat lain yang membuktikankepemilikan atas kendaraan bermotor;polis asuransi mengenai asuransi atas kendaraan bermotor, berikut buktipembayaran premi serta lain biaya asuransi dan dokumen banker's clauseuntuk kepentingan Bank (sepanjang telah dilakukan penutupan asuransi) ;
3. dokumen lain yang berkaitan dengan Fasilitas KPM yang secara wajar dapat dimintaoleh Bank ;
b.
c.
Perjanjian ini dan perjanjian pengikatan jaminan telah dibuat, ditandatangani dan berlakudan mengikat terhadap pihak-pihak dalam dokumen dan perjanjian tersebut ;Debitur telah membuka dan memelihara Rekening Debitur ;
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
d.
e.f.
Setiap pernyataan dan jaminan yang termuat dalam Pasal 3 Perjanjian ini benar dansesuai dengan kenyataan sebenarnya ;Pada waktu itu tidak terjadi atau berlangsung suatu Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi ;Penyediaan Fasilitas KPM oleh Bank kepada Debitur tidak melanggar peraturanperundangan yang berlaku, antara lain (tetapi tidak terbatas) peraturan mengenai batasmaksimum pemberian kredit yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
1.4.
1.5.
Debitur sepakat dan memberikan wewenang kepada Bank untuk setiap saat mengurangi /menarik kembali / menghentikan perjanjian / membatalkan pagu kredit yang belum ditarikberdasarkan pertimbangan Bank, baik karena menurunnya kualitas kredit, menurunnya nilaibarang jaminan, menurunnya keadaan likuiditas Debitur atau karena sebab lain yang dapatmengakibatkan Debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank. Pertimbangan manadilakukan dengan mengacu kepada kebijakan Bank dan peraturan/ketentuan tentang manajemenrisiko yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Surat Aksepa.
b.
Sebagai syarat penarikan Fasilitas KPM, maka Debitur wajib menandatangani Surat Aksep,untuk membuktikan kewajiban Debitur guna membayar kembali hutang pokok tersebut padatanggal jatuh waktu/pembayaran Surat Aksep;Penerbitan Surat Aksep oleh Debitur sekali-kali tidak menghapuskan, mengurangi ataumempengaruhi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan pembayaran terhadapDebitur berdasarkan Perjanjian ini.
1.6. Bungaa Tarip Suku Bunga.-
Atas hutang pokok yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Fasilitas KPM,Debitur wajib membayar bunga kepada Bank dengan tarip suku bunga per tahun sebesar
% ( persen) yang dihitung secara flat in advance ;b Pembayaran Bunga.
Bunga tersebut dalam sub ayat (a) wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Bank sesuaidengan ketentuan dalam ayat 1.6. di bawah ini.
1.7. Pembayaran Kembali Pinjaman Uanga.
b.
Seluruh hutang pokok yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Fasilitas KPMditambah dengan bunga yang diuraikan dalam ayat 1.5 di atas ini, wajib dibayar sampailunas, penuh dan dengan sebagaimana mestinya oleh Debitur kepada Bank dalamangsuran masing-masing sebesar Rp. , untuk pertama kali wajib dibayar pada tanggal
, dan dilanjutkan pada tanggal yang sama pada setiap bulannya hingga lunas(masing-masing disebut “Pembayaran Angsuran”) ;Ketentuan dalam ayat 1.6. ini tidak mengurangi ketentuan lain dari Perjanjian ini.
1.8. Biaya AdministrasiUntuk penyediaan Fasilitas KPM, Debitur diwajibkan membayar biaya administrasi kepada Banksebesar ( ), dan wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Bank segera dan sekaliguspada tanggal penyerahan pinjaman.
1.9. Pembayaran Kembali Lebih Cepat/AwalApabila Debitur akan melunasi fasilitas KPM sebelum waktunya, maka Debitur wajib membayardenda / penalti sebesar 1 % (satu prosen) dari jumlah pembayaran/pelunasan yang dibayar.
Pasal 2. Ketentuan Tentang Pembayaran
2.1. Cara Pembayaran.a.
b.
Paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal pembayaran, Debiturwajib menyediakan dana dalam Rekening Debitur guna membayar lunasjumlah uang yang wajib dibayar;Bank dengan ini diberi kuasa dan wewenang oleh Debitur sekarang untuknantinya untuk memotong/mendebet Rekening Debitur sebesar jumlahuang yang wajib dibayar oleh Debitur berdasarkan Perjanjian ini.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
2.2. Bunga Dendaa.
b.
Jika Debitur tidak membayar lunas suatu jumlah Pembayaran Angsuranpada tanggal pembayaran angsuran yang telah ditentukan, maka dengantidak mengurangi kewajiban Debitur untuk tetap membayar jumlah uangyang harus dibayarnya itu, Debitur wajib membayar bunga denda atasjumlah yang tidak dibayar tersebut kepada Bank, sebesar () perhari atas jumlah uang yang tidak dibayar tersebut;Bunga denda tersebut wajib dibayar dengan sekaligus lunas oleh Debiturkepada Bank, selambat-lambatnya pada tanggal pembayaran angsuranberikutnya.
Pasal 3. Kewajiban
Terhitung mulai tanggal Perjanjian ini dan selama Debitur masih berkewajiban membayarsuatu jumlah uang kepada Bank, Debitur wajib melakukan tindakan sebagai berikut :3.1. Asuransi.
Selama hutang pokok atau suatu jumlah uang yang terhutang berdasarkansuatu Perjanjian ini masih belum terbayar lunas, Debitur wajibmengasuransikan atas barang jaminan, pada perusahaan asuransi yangditunjuk serta untuk nilai dan dengan syarat asuransi yang disetujui oleh Bank,dengan memakai Banker’s Clause, dan menyerahkan dokumen yang berkaitankepada dan untuk disimpan oleh Bank.
3.2. Rekening DebiturDebitur wajib membuka suatu rekening atas nama Debitur pada Bank, danmemelihara rekening tersebut selama Debitur masih berkewajiban membayarsuatu jumlah uang kepada Bank (selanjutnya disebut "Rekening Debitur").
3.3. JaminanUntuk menjamin pelaksanaan yang tertib dan sebagaimana mestinya semuadan setiap kewajiban pembayaran Debitur kepada Bank berdasarkanPerjanjian ini, maka Debitur/Penjamin menyerahkan jaminan yangpengikatannya dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku, yaitu berupa :
3.4. Penilaian JaminanDebitur bertanggung jawab bahwa dari waktu ke waktu (sebagaimanaditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku) barang jaminan akanditaksir nilai atau harganya oleh penilai intern Bank, dan semua biaya, ongkosdan upah untuk melakukan penilaian tersebut di atas adalah tanggungan/bebandan wajib dibayar oleh Debitur
3.5. Biaya PenagihanSegala biaya yang timbul sebagai akibat dari kelalaian Debitur termasuk biayapenagihan dari pengacara, biaya lelang, biaya juru sita dan lain sebagainya,menjadi beban dan tanggung jawab Debitur.
Pasal 4. Keadaan Pelanggaran/Wanprestasi
4.1. Salah satu dari keadaan yang disebut di bawah ini merupakan pelanggaran/wanprestasidalam Perjanjian ini :a. Pelanggaran Kewajiban Membayar
Pada tanggal yang ditetapkan dalam Perjanjian ini, Debitur tidak membayar lunaskepada Bank suatu jumlah uang yang wajib dibayarnya, baik jumlah hutang pokok,bunga, bunga denda, upah atau jumlah lain yang wajib dibayar;
b. Pelanggaran Kewajiban LainDebitur melanggar suatu ketentuan dalam Perjanjian ini selain yang diuraikan dalamsub ayat (a) di atas ini.
c. Pernyataan Tidak Benar
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
Suatu pernyataan atau jaminan yang dibuat/diberikan oleh Debitur dalam Perjanjian ini,ternyata atau terbukti tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya ;
d. KepailitanDebitur :1. dinyatakan oleh instansi yang berwenang dalam keadaan pailit atau diberikan
penundaan kewajiban pembayaran hutang ;2. mengajukan permohonan kepada instansi yang berwenang untuk dinyatakan
pailit atau diberikan penundaan kewajiban pembayaran hutang ;3. dimohon oleh orang/pihak lain kepada instansi yang berwenang untuk
dinyatakan pailit dan permohonan tersebut tidak ditarik atau dicabut kembalidalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal permohonan tersebut diterima olehinstansi yang bersangkutan;
4. secara tertulis mengaku tidak mampu membayar hutangnya atau melaksanakankewajiban pembayarannya kepada orang/ pihak lain;
e. Perubahan Pada DebiturJika Debitur meninggal dunia atau dinyatakan oleh instansi yang berwenang berada dibawah pengampuan pihak lain (curatele) ;
f. PenyitaanAtas seluruh atau sebagian kekayaan/aset Debitur dikenakan sitaan atas perintahPengadilan;
g. Tuntutan HukumDebitur tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa apapun dengan pihak manapunbaik di dalam maupun di luar pengadilan.;
h. Perubahan MendasarJika setelah tanggal Perjanjian ini terjadi suatu peristiwa atau timbul dan berlangsungsuatu keadaan berupa apapun dalam bidang politik, keuangan atau ekonomi, yangmenurut keputusan Bank (keputusan mana mengikat terhadap Debitur) adalahsedemikian rupa seandainya informasi tersebut diketahui oleh Bank atau peristiwa ataukeadaan tersebut terjadi atau timbul sebelum Perjanjian ini ditandatangani (i) dapatmempengaruhi keputusan Bank dalam memberikan kredit kepada Debitur atau (ii)secara wajar memberi keyakinan kepada Bank bahwa Debitur tidak mungkin dapatmelaksanakan kewajiban (antara lain kewajiban pembayaran) kepada Bankberdasarkan Perjanjian ini.
4.2. Jika terjadi salah satu dari keadaan tersebut, maka Perjanjian menjadi jatuh tempo, untuk ituBank berhak dan berwenang, pada setiap waktu dan dari waktu ke waktu setelah terjadi atauselama berlangsung keadaan tersebut, melakukan setiap tindakan sebagai berikut :a.b.
menyatakan bahwa Perjanjian telah berhenti atau berakhir ;menyimpang dari ketentuan lain dalam Perjanjian ini, menuntut kepada Debitur (ataupara ahli waris Debitur) untuk segera membayar lunas, penuh dan seketika sertasekaligus semua hutang pokok, bunga, bunga denda, upah atau jumlah lain yang wajibdibayar berdasarkan Perjanjian ini kepada Bank;
c. Melaksanakan/menjalankan semua dan setiap hak, wewenang dan kekuasaan yangdimiliki/dipunyai oleh Bank dalam perjanjian pengikatan jaminan.
Pasal 5. Ketentuan Lain
5.1. Bukti PelanggaranJika Debitur wajib melaksanakan suatu kewajiban dalam atau berdasarkan Perjanjian inidalam suatu jangka waktu tertentu, maka Debitur akan terbukti telah tidak melaksanakankewajiban tersebut dengan lewatnya jangka waktu yang ditentukan untuk melaksanakankewajiban tersebut, sehingga mengenai pelanggaran itu tidak diperlukan teguran atau buktiberupa apapun dan dari siapapun.
5.2. Berlakunya PerjanjianPerjanjian ini berlaku dan mengikat terhadap Debitur dan Bank serta parapengganti/penerus hak/ahli warisnya masing-masing terhitung sejak tanggal yang disebut
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
dalam bagian pembukaan Perjanjian ini hingga tanggal di mana semua dan setiapkewajiban yang termuat dalam Perjanjian ini telah dilaksanakan dengan penuh dansebagaimana mestinya oleh pihak yang berkewajiban melaksanakan kewajiban tersebut.
5.3. Pengalihan Hak Dan Kewajibana. Bank berhak dan dengan ini untuk nantinya telah mendapat persetujuan dari Debitur,
untuk mengalihkan / memindahkan atau mengoperkan seluruh atau sebagian hakdan kewajiban Bank berdasarkan Perjanjian ini kepada pihak lain yang ditetapkanoleh Bank.
b. Bank atau pihak yang menerima pengalihan akan mengirim pemberitahuan tertuliskepada Debitur setelah Bank mengalihkan atau memindahkan atau mengoperkanhak dan kewajiban Bank dalam Perjanjian ini sebagaimana diuraikan di atas.
5.4. Kuasa Tidak Dapat DicabutSetiap kuasa dan wewenang yang diberikan oleh Debitur dalam atau berdasarkanPerjanjian ini merupakan bagian terpenting dan tidak terpisah dari Perjanjian ini yang tidakakan dibuat oleh para pihak tanpa adanya kuasa dan wewenang tersebut dan sebagaidemikian maka pemberian kuasa dan wewenang tersebut tidak dapat ditarik/dicabutkembali dan juga tidak menjadi berakhir/hapus jika Debitur meninggal atau karena timbulperistiwa apapun dan para pihak dengan ini melepaskan dan menyatakan tidak berlakuPasal 1813, 1814 dan Pasal 1816 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
5.5. Penghentian PerjanjianMengenai Perjanjian ini, Debitur melepaskan Pasal 1266 Kitab Undang-undang HukumPerdata.
5.6. Hukum Yang BerlakuTerhadap Perjanjian ini berlaku, dan harus ditafsirkan berdasarkan hukum RepublikIndonesia.
5.7. Pemilihan Domisilia. Mengenai Perjanjian ini dan segala akibat hukum dan pelaksanaannya, Debitur
memilih domisili tetap dan seumumnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri di
b. Pemilihan domisili dalam sub ayat (a) ini sekali-kali tidak menghapuskan ataumengurangi hak dan wewenang Bank untuk mengajukan tuntutan/gugatan terhadapDebitur (atau para ahli waris Debitur) mengenai segala sesuatu yang termuat dalam,atau berkaitan dengan Perjanjian ini di Pengadilan lain di manapun.
Demikian Perjanjian ini, dibuat dan ditanda tangani di pada tanggal tersebut di bagianpembukaan Perjanjian ini.
BANK DEBITUR
10-1
0;C
RD
.29.
3/C
OD
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
1
PERJANJIAN KREDIT REKENING KORANNomor :
Perjanjian Kredit Rekening Koran tertanggal dibuat oleh dan antara:
1. PT , suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia,berkedudukan di dalam hal ini diwakili oleh selaku yang mewakili DireksiDebitur, dengan persetujuan- Selanjutnya disebut ” Debitur ”
2. PT Bank OCBC NISP Tbk., suatu perseroan terbatas dan bank yang didirikan menuruthukum Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta, dalam hal ini diwakili oleh- Selanjutnya disebut ” Bank ”
Bank dan Debitur terlebih dahulu menyatakan sebagai berikut:(1) Bank dan Debitur telah membuat dan menandatangani Perjanjian Penyediaan Fasilitas
Kredit tertanggal nomor (selanjutnya perjanjian tersebut, berikutadendumnya, disebut ”Perjanjian Penyediaan Fasilitas”), menurut dan dengan syaratserta ketentuan yang termuat dalam perjanjian tersebut Bank dari waktu ke waktu dapatmenyediakan Fasilitas Kredit (sebagaimana didefinisikan dalam Perjanjian PenyediaanFasilitas) kepada Debitur;
(2) Fasilitas Kredit yang dapat disediakan oleh Bank kepada Debitur berdasarkan PerjanjianPenyediaan Fasilitas, antara lain, berupa Kredit Rekening Koran (sebagaimana akandidefinisikan di bawah ini);
(3) Sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam Perjanjian Penyediaan Fasilitas, Bank danDebitur sekarang hendak menyatakan rincian serta segala sesuatu yang mengenai atauberhubungan dengan Kredit Rekening Koran yang akan disediakan oleh Bank kepadaDebitur, dalam Perjanjian ini;
(4) Perjanjian ini merupakan Perjanjian Kredit yang didefinisikan dalam PerjanjianPenyediaan Fasilitas dan sebagai demikian maka Perjanjian ini merupakan kesatuan danbagian yang tidak terpisah Perjanjian Penyediaan Fasilitas;
Maka berhubung dengan apa yang diuraikan di atas, Bank dan Debitur telah saling bersetujuuntuk dan dengan ini membuat/menetapkan perjanjian sebagai berikut :
Pasal 1. Arti Istilah
1.1.
1.2.
Setiap istilah yang menggunakan huruf besar yang digunakan dalam Perjanjian inimempunyai arti sebagaimana istilah tersebut didefinisikan dalam Perjanjian PenyediaanFasilitas, kecuali jika Perjanjian ini memberi definisi sendiri terhadap istilah tersebut dalamhal mana istilah tersebut mempunyai arti sebagaimana didefinisikan dalam Perjanjian ini.Selanjutnya, setiap istilah tersebut di bawah ini mempunyai arti, berturut-turut, sebagaiberikut :“Kredit Rekening Koran” berarti fasilitas pinjaman uang secara revolving yang diberikanoleh Bank kepada Debitur berdasarkan dan menurut syarat serta ketentuan dalamPerjanjian ini dan Perjanjian Penyediaan Fasilitas, yang diuraikan dalam ayat 2.1 Pasal 2Perjanjian ini;“Jumlah Komitmen Kredit Rekening Koran” berarti Rp. ;“Masa Penyediaan Kredit Rekening Koran” berarti jangka waktu yang dimulai sejaktanggal Perjanjian ini dan berakhir pada Tanggal Akhir Penyediaan Kredit RekeningKoran;“Perjanjian ini” berarti “Perjanjian Kredit Rekening Koran yang termuat dalam dokumenini, berikut perpanjangan, perubahan, tambahan, penegasan dan pernyataan kembalinyayang dikemudian hari dapat dibuat terhadap Perjanjian ini ;“Tanggal Akhir Penyediaan Kredit Rekening Koran” berarti salah satu tanggal tersebut dibawah ini (yang mana yang paling awal) :a.b.
c.
Tanggal , atauTanggal yang merupakan perpanjangan tanggal yang disebut dalam (a) di atas ini,atauTanggal dimana Bank mengakhiri/menghentikan Kesanggupan MenyediakanFasilitas berdasarkan dan menurut syarat serta ketentuan dalam Perjanjian ini danperjanjian Penyediaan Fasilitas ;
“Tanggal Pembayaran Bunga” berarti setiap tanggal ;
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
2
Pasal 2. Fasilitas Kredit Rekening Koran.
2.1. Kesanggupan Menyediakan Fasilitas.Bank dengan ini menyediakan fasilitas kredit (”Kredit Rekening Koran”) kepada Debitur,menurut dan dengan syarat serta ketentuan dalam Perjanjian ini, Bank akanmeminjamkan pinjaman uang berdasarkan Kredit Rekening Koran yakni berupa pinjamanuang, bunga dan lain jumlah yang wajib dibayar, pada setiap waktu tidak melebihi JumlahKomitmen Kredit Rekening Koran.
2.2. Penggunaan Kredit Rekening Koran.Debitur wajib menggunakan pinjaman uang yang dipinjam untuk membiayai modal kerjaDebitur
2.3. Tata Cara Penggunaan FasilitasDengan tidak mengurangi ketentuan lain dalam Perjanjian ini dan Perjanjian PenyediaanFasilitas, antara lain (akan tetapi tidak terbatas) ketentuan dalam Pasal 2 PerjanjianPenyediaan Fasilitas, suatu pinjaman uang dapat dipinjamkan oleh Bank kepada Debiturberdasarkan Kredit Rekening Koran dengan cara dimana Bank akan membayarkanCheque, Bilyet Giro, atau surat perintah pembayaran lain yang ditarik oleh Debiturterhadap rekening/account Debitur pada Bank (“Rekening Koran), melebihi saldo/bakidebet yang ada dalam Rekening Koran sehingga menciptakan saldo/baki debet, akantetapi dengan ketentuan bahwa besarnya saldo/baki debet dalam Rekening Koran tidakmelebihi Jumlah Komitmen Kredit Rekening Koran.
2.4. Pembayaran Kembalia. Jumlah uang yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Kredit Rekening
Koran, yakni jumlah saldo/baki debet pada Rekening Koran, wajib dibayar dan dibayarkembali oleh Debitur kepada Bank dari waktu ke waktu dengan cara menyetor ataumentransfer jumlah uang ke dalam Rekening Koran, di mana setiap penyetoran atautransfer akan mengurangi saldo/baki debet pada Rekening Koran.
b. Akan tetapi, demikian itu dengan ketentuan bahwa Debitur wajib membayar danmembayar kembali sampai lunas seluruh jumlah uang yang terhutang oleh Debiturkepada Bank berdasarkan Kredit Rekening Koran, yakni saldo/baki debet padaRekening Koran, paling lambat pada Tanggal Akhir Penyediaan Kredit RekeningKoran.
2.5. Bungaa.
b.
c.
Atas jumlah uang yang terhutang oleh Debitur kepada Bank berdasarkan KreditRekening Koran, Debitur wajib membayar bunga kepada Bank dengan tarip sukubunga pertahun sebesar % ( persen), jumlah bunga yang wajib dibayarakan ditambahkan pada saldo/baki debet pada Rekening KoranBank berhak pada setiap waktu dan dari waktu ke waktu meninjau kembali besarnyatarip suku bunga tersebut dan tarip suku bunga yang diubah tersebut akan berlakudan mengikat terhadap Debitur.Debitur wajib membayar sampai lunas dan dengan sebagaimana mestinya kepadaBank bunga atas jumlah uang yang terhutang berdasarkan Kredit Rekening Koranpada setiap Tanggal Pembayaran Bunga.
2.6. Provisi dan Biaya Administrasia. Provisi Kredit
Untuk Perjanjian ini, Debitur wajib membayar provisi kredit kepada Bank sebesar% ( ) dari Jumlah Komitmen Kredit Rekening Koran, yang wajib dibayar
lunas oleh Debitur kepada Bank segera dan sekaligus pada tanggal Perjanjian ini.b. Biaya Administrasi
Debitur juga diwajibkan membayar biaya administrasi kepada Bank sebesar (), yang wajib dibayar lunas oleh Debitur kepada Bank segera dan sekaligus
pada tanggal Perjanjian ini.2.7. Fasilitas Revolving
Setiap jumlah uang yang telah dibayar oleh Debitur kepada Bank untuk membayarkembali atau membayar kembali lebih cepat/awal suatu jumlah uang yang terhutangberdasarkan Kredit Rekening Koran dapat dipinjam kembali oleh Debitur dari Bank,dengan dan menurut syarat dan ketentuan dalam Perjanjian ini.
Pasal 3. Lain-lain Ketentuan.
3.1. JaminanSemua dan setiap Jaminan dan perjanjian pengikatan jaminan yang diuraikan dalamPerjanjian Penyediaan Fasilitas menjamin pembayaran dan pembayaran kembali yanglunas, penuh dan dengan sebagaimana mestinya semua dan setiap jumlah uang yangterhutang dan wajib dibayar oleh Debitur kepada Bank berdasarkan Kredit RekeningKoran yang termuat dalam Perjanjian ini.
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011
3
3.2. Perjanjian Penyediaan Fasilitas.Perjanjian ini merupakan kesatuan dan bagian yang tidak terpisah dari PerjanjianPenyediaan Fasilitas. Sebagai demikian, terhadap Kredit Rekening Koran berlaku danmengikat (dan Debitur wajib melaksanakan) semua dan setiap ketentuan yang termuatdalam Perjanjian Penyediaan Fasilitas, antara lain (akan tetapi tidak terbatas) Pasal 9 (Peristiwa Pengakhiran Komitmen) serta ayat 10.12 (Hukum Yang Berlaku) dan ayat 10.13(Pemilihan Domisili) Pasal 10, syarat dan ketentuan mana harus dianggap termuat sertadinyatakan kembali kata demi kata dalam Perjanjian ini.
3.3. Berlakunya Perjanjian.Perjanjian ini berlaku dan mengikat terhadap Debitur dan Bank serta parapengganti/penerus hak masing-masing terhitung sejak tanggal yang disebut dalam bagianpermulaan Perjanjian ini hingga tanggal di mana semua dan setiap kewajiban yangtermuat dalam Perjanjian ini telah dilaksanakan dengan penuh dan sebagaimanamestinya oleh pihak yang berkewajiban melaksanakan kewajiban tersebut.
Demikian Perjanjian ini, dibuat dan ditanda tangani di pada tanggal tersebut di bagianpermulaan Perjanjian ini.
BANK DEBITUR
12-0
8;C
RD
.23.
1/C
OD
Analisa yuridis...,Veronika Farida Riswanti,FHUI,2011