Post on 02-Aug-2015
AMALGAM KEDOKTERAN GIGI
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
ilmu teknologi material kedokteran gigi (itmkg)
Oleh
Michael Bing 160110110083
Husna Nuridia Utami 160110110084
Muhammad Faisyal A’lauddin M 160110110085
Gina Drismayasari 160110110086
Detin Nitami 160110110087
Carolina Saputra 160110110088
Nona Viona 160110110089
Dhio Adhinugera Marendra 160110110090
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah yang berjudul Amalgam Kedokteran Gigi ini diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah ilmu teknologi material kedokteran gigi
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu mengenai teknologi
material dalam bidang kedokteran gigi.
Jatinangor, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
1.1 Syarat Umum Bahan Cetak
1.1.1 Definisi dan Indikasi
1.1.2 Komposisi dan Fungsi Masing-masing Komponen
1.2 Alloy Amalgam…………………………….. 1
1.2.1 Definisi
1.2.2 Prosedur Pembuatan
1.3 Klasifikasi …………………………………………… 3
1.4 Reaksi Kimia Amalgam………………………………………………. 5
1.5 Tahapan Manipulasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1.6 Macam Hg dan Higiene Hg
1.7 Macam-macam Kegagalan Amalgam
1.8 Sifat Fisis, Mekanis, dan Klinis yang Penting
1.8.1 Perubahan Dimensi
1.8.2 Termal Ekspansi dan Termal Kontraksi
1.8.3 Strength
1.8.4 Creep
1.8.5 Brittleness
1.8.6 Hardness
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 AMALGAM KEDOKTERAN GIGI (DENTAL AMALGAM)
1.1.1 Definisi dan Indikasi
Amalgam kedokteran gigi (dental amalgam) dibuat dengan cara mencampurkan
merkuri cair dengan zat-zat padat yang merupakan perpaduan dari perak, timah, tembaha, dan
kadang seng, paladium, indium, dan selenium. Kombinasi dari logam padat tersebut disebut
dengan amalgam alloy. Sangat oenting untuk dapat membedakan antara amalgam kedokteran
gigi dan amalgam alloy (Restorative Dental Materials).
Amalgam kedokteran gigi merupakan alloy yang terdiri dari merkuri, perak, tembaga,
dan timah,dan mungkin juga bisa mengandung palladium, zinc, dan elemen-elemen lain untuk
meningkatkan karakteristik dan kinerja klinis amalgam itu sendiri. (Phillips’ Science of
Dental Materials)
Indikasi utama bahan restorasi amalgam adalah sebagai bahan tambal posterior.
Restorasi dental amalgam ini sangat baik karena secara teknik tidak sensitif, dapat
mempertahankan bentuk anatomi dari gigi, tidak mudah fraktur, dan tahan lama.
Bahan tambal amalgam dipergunakan sejak awal abad 19 dibuat dari campuran koin
perak spanyol/meksiko degan air raksa. Standardisasi amalgam merupakan standardisasi
pertama yang dibuat American Dental Association (ADA) tahun 1919, sehingga disebut ADA
Spefications No.1.
1.1.2 Komposisi dan Fungsi Masing-Masing Komponen
Perak (Ag) 67-74%
a. Elemen utama dalam reaksi
b. Menaikkan setting expansion
c. Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
d. Memperputih alloy
e. Menaikkan strength
f. menurunkan creep
Timah (Sn) 25-28%
a. Mengontrol reaksi antara silver&mercury
b. Mengurangi strength & hardness
c. Mengurangi resistance terhadap tarnish & korosi
Tembaga (Cu) 0-6%
a. Menaikkan hardness & strength
b. Menaikkan setting expansion
Seng (Zn) 0-2%
a. Dalam jumlah kecil, tidak memengaruhi setting reaction & sifat amalgam
b. Zinc menyebabkan tertundanya ekspansi jika campuran amalgam
terkontaminasi oleh uap lembab selama manipulasi
c. Mencegah masuknya O2 ketika terjadi fusi logam paduan
Air raksa (Hg) 0-3%
Kadang-kadang ditambahkan untuk menciptakan kondisi pre-amalgamisasi
pada logam paduan.
1.2 Alloy Amalgam
1.3 Klasifikasi Alloy Amalgam
Berdasarkan kandungan komponen alloy, amalgam dibedakan menjadi tiga, yaitu Biner,
Terner, dan Kuarterner. Biner menggunakan alloy dengan dua logam, terner menggunakan tiga
logam, dan kuarterner menggunakan alloy dengan empat logam.
Berdasarkan bentuk partikel alloy, amlgam dibedakan menjadi dua, yaitu Lathe cut dan
Spherical. Lathe cut memiliki bentuk partikel alloy tidak teratur. Batangan logam perak-timah yang
keras diletakkan di mesin giling. Hasilnya adalah serpihan-serpihan logam yang bentuknya seperti
jarum tidak teratur. Sedangkan spherical memiliki bentuk partikel alloy bulat-bulat seperti bola.
Dibentuk berdasarkan proses anatomisasi. Alloy cair dipercikkan pada temperatur ruangan dengan gas
inert. Jika droplet mengeras sebelum mengenai permukaan, maka bentuk partikel spherical pun
terbentuk.
1.4 Reaksi Kimia Amalgam
Reaksi amalgamasi (reaksi permukaan):
Hg + Ag3Sn Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn7 .8Hg
γ γ γ’ γ2
tidak bereaksi BCC Heksagonal
Ketika bubuk dibasahi oleh Hg maka terjadi absorbsi, difusi Hg dalam partikal alloy
terbentuk fase γ’ dan γ2 yang terjadi pada daerah permukaan. Kristalisasi fase γ’ dan γ2
maka pertumbuhannya bertambah dan amalgam mengeras.
Peranan unsur amalgam terhadap reaksi pengerasan dan struktur amalgam:
1. Alloy konvensional
Ag dan Sn Ag3Sn (fase ikatan intermetalik)
Mengandung : Ag 73 %, 15 % Sn sisanya
Ag : Ketahanan terhadap tranish, mempermudah amalgam
Sn : Mempermudah amalgamasi bila berlebihan kontraksi amalgam,
menurunkan kekuatan dan kekerasan
Cu : Kekuatan dan kekerasan dalam jumlah sedikit menggantikan Ag
Zn : Oxygen pemkan O2
2. Mekanisme pengerasan
Selama dan sesudah pengadukan, fase γ larut dalam Hg.
Struktur massa mengeras terdiri dari:
- inti γ yang tidak bereasi
- matrik terdiri dari γ2 dan γ’
Proses tersebut membentuk jaringan yang kontinu setelah mengras, rekasi
selanjutnya adalah terjadinya dengan proses difusi.
3. High cooper Alloy
Telah mengeras dan benar” bebas dari komponen γ2
Kombinasi alloy reaksi campuran Ag3Sn (lathe cut) dan AgCu (buat) dengan
Hg terjadi 2 tahap:
- Seperti reaksi pada alloy konvesional. AgCu tidak ambil bagian Zn
- Reaksi antara γ2 & AgCu (buat) pembentukan gabungan CuSn dan γ’
besar
Sn7.8Hg (γ2 ) + AgCu Cu6Sn5 + Ag2Hg3 (γ’)
Cu6Sn5 berada mengelilingi partikel AgCu
Pada pengerasan akhir:
Ag3Sn & AgCu (inti) dikelilingi Cu6Sn5 & γ’ (matrik)
Pada alloy dengan komposisi tunggal Cu6Sn5 berada dalam γ’ (tidak
mengelilingi)
10% Au menggantikan sedikit Ag pada Alloy amalgam amalgam bebas fase
γ2
Jika fase γ2 tidak ada maka, maka:
- Tidak ada korosi
- Kekuatan meningkat
- Sifat alir / creep menurun
- Kekuatan pinggiran amalgam pada restorasi bertambah
1.4.1 Setting Reaction (Reaksi Pengerasan)\
a. Pada logam berkandungan tembaga rendah, amalgamasi terjasi ketika
raksa berkontak dengan permukaan logam paduan
b. Triturasi menyebabkan perak dan timah di bagian luar logam paduan
larut dalam raksa
c. Raksa berdifusi ke dalam paduan logam
d. Raksa memiliki daya larut terbatas untuk perak dan timah, bila batas
daya larut terlampaui, kristal” dari 2 senyawa logam biner akan
berpresipitasi dalam raksa
e. Kedua senyawa itu (Ag2Hg3 fase γ’ dan Sn7 .8Hg heksagonal
fase γ2 ) tersusun rapat
f. Karena kelarutan perak dalam raksa lebih rendah daripada timah, maka
fase γ1 akan berpresipitasi terlebih dahulu daripada γ2
g. Kristal γ2 dan γ’ akan bertumbuhan sehingga amalgam menjadi keras
h. Kontraksi selanjutnya diabsorbsi Hg oleh sisa partikel amalgam
i. Tidak ada Hg yang bebas saat final setting pada amalgam
Perubahan dimensi amalgam selama pengerasan:
- Total perubahan dimensi setelah 24 jam hasilnya berkurang 20 mm (± 0.20 %)
- Klinis loss anatomi, postoperative pain (karena ekspansi), microleakage (karena
kontraksi)
- Proses pengerasan: kombinasi dari larutan dan kristalisasi (presipitasi)
- Iritasi kontraksi dari absorb hg (difusi) oleh partikel alloy amalgam
- Ekspansi berhubungan dengan pembentukan dan pertumbuhan γ1, γ2 dan fase cusn
(matrik)
- Kontraksi selanjutnya dari absorbsi hg oleh sisa pertikel alloy amalgam
- Hg organometalik yang mengeras mengakibatkan bahaya dari uapnya
1.4.2 Delayed Expantion
Ekspansi tertunda terkait dengan seng dalam amalgam. Efeknya disebabkan
oleh reaksi seng dengan air dan yang tidak ada dalam amalgam nonzinc. Hal ini sudah
jelas didemonstrasikan bahwa zat pencemar adalah air. Hidrogen diproduksi oleh aksi
elektrolitik yang melibatkan seng dan air. Hidrogen tidak bergabung
dengan amalgam, melainkan berkumpul dalam restorasi, meningkatkan tekanan
internal ke tingkat yang cukup tinggi untuk menyebabkan amalgam creep, sehingga
menghasilkan perluasan yang sedang diamati. Kontaminasi amalgam dapat terjadi
pada hampir setiap saat selama manipulasi dan dimasukkan ke dalam rongga. Jika
daerah operasi tidak kering, amalgam dapat menjadi terkontaminasi oleh uap air dari
jarum suntik udara-air, dari kontak langsung dengan tangan, atau dengan air liur
selama kondensasi. Singkatnya, setiap kontaminasi dari seng yang mengandung
amalgam dengan kelembaban, apa pun sumbernya, menyebabkan ekspansi
tertunda. Perlu dicatat bahwa kontaminasi pasti terjadi selama triturasi atau
kondensasi. Setelah amalgam mengental, permukaan eksternal mungkin berkontak
dengan air liur tanpa terjadinya ekspansi tertunda.
1.4.3 Korosi
Korosi adalah penurunan kualitas permukaan / subsurface restorasi karena
reaksi kimia/elektrokimia. Fase g2 mudah mengalami korosi. Restorasi amalgam jika
kontak dengan restorasi emas akan menyebabkan amalgam korosi dan Hg akan masuk
kedalam restorasi emas. Daya tahan terhadap korosi akan meningkat bila amalgam
dipoles benar-benar mengkilap, hindari kontak dengan tambalan emas,karena akan
terjadi korosi akibat akumulasi air raksa pada restorasi emas.
Bila g2 mengalami korosi, akan terbentuk 2 produk :
1. Terbentuk ion Sn2+ dengan adanya saliva ® didapat produk korosi SnO2 &
Sn(OH)2Cl
2. Terbentuk Hg ® dapat bereaksi dengan sisa Ag yang sebelumnya tidak
bereaksi.
Korosi pada amalgam High Copper
- Tidak terdapat fase g2
- Yang paling rentan terhadap korosi adalah Cu6Sn5
- Volume korosi lebih kecil dari amalgam konvensional
- Tidak terbentuk Hg sebagai hasil korosi
Korosi aktif dari bahan tambal amalgam yang baru diaplikasikan biasanya
terjadi pada bagian tambalan yang bersinggungan dengan gigi. Produk korosi yang
paling umum ditemukan adalah oksida dan klorid dari timah. Korosi dapat pula
disebabkan oleh perbedaan sifat elektromagnetik antara 2 logam yang dijadikan
tambalan, misalnya pada tambalan amalgam yang bersinggungan dengan tambalan
emas. Ini disebabkan karena terbentuknya listrik galvanis.
1.5 Tahapan Manipulasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1.5.1 Tahapan Manipulasi
1. Tirturasi
Proses pembuatan bahan tambal amalgam dimulai dengan tirturasi,
yaitu mencampur logam paduan dan air raksa yang dilakukan oleh dokter gigi
atau perawat gigi. Setelah dicampur akan didapat massa plastis yang mirip
dengan kondisi logam antara temperatur cair dan padat. Pencampuran logam
paduan dan air raksa dapat dilakukan secara manual menggunakan lumping
alu atau dengan mesin yang disebut amalgator. Lumpang alu terbuat dari
gelas, bagian dalam lumping dan ujung alu dibuat kasar dengan cara
menggosoknya menggunakan pasta karborundum. Cara ini jarang digunakan
lagi sejak adanya amalgator yang bekerja dengan cara menggetarkan logam
paduan dengan air raksa di dalam suatu kapsul yang berisi logam atau plastik
yang berbentuk silinder.
Sbeleum tirturasi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran terhadap kedua bahan
yang akan dicampur tersebut. Pengukuran logam paduan dilakukan dengan
penimbangan, sementara untuk pengukuran air raksa selain dengan
penimbangan juga dilakukan dengan menggunakan takaran volume yang
merupakan mulut dari dispenser/botol penyimpanan air raksa.
2. Kondensasi
Kondensasi adalah proses memasukkan amalgam ke dalam kavitas gigi
yang telah dipreparasi menggunakan stopper amalgam atau pistol
amalgamsehingga tercapai kepadatan maksimal dari amalgam. Pada saat
kondensasi dilakukan penekanan untuk memadatkan amalgam, besarnya
tekanan yang ideal adalah 66,7 N tetapi penelitian menunjukkan rata-rata
besarnya tekanan yang dibuat oleh tangan operator rata-rata 13,3-17,8 N.
3. Pengukiran
Setelah kavitas terisi penuh, dilakukan pembentukan dan pengukiran
dengan burnisher sampai mendekati bentuk anatomi gigi ideal
4. Reaksi Pengerasan
Pada amalagam berkandungan tembaga rendah, amalagamisasi terjadi
ketika air raksa berkontak dengan permukaan logam paduan. Proses tirturasi
menyebabkan perak dan timah di bagian luar logam paduan larut dalam air
raksa, dan pada saat yang bersamaan air raksa berdifusi ke dalam paduan
logam.
5. Pemolesan
Pemolesan dilakukan setelah 24 jam, untuk amalgam dengan Cu tinggi
diperlukan waktu lebih singkat lagi. Tujuan pemolesan adalah:
a) Mencegah menyangkutnya sisa makan
b) Mencegah infeksi gusi dan lidah
c) Untuk estetika
d) Mencegah tarnish dan korosi
Pemolesan dilakukan dengan menggunakan batu poles dan karet poles yang
umumnya terdiri dari dua macam yaitu yang berwarna merah dan hijau. Batu
digunakan untuk memoles bagian yang kasar, karet merah untuk memoles
bagian yang halus, dan karet hijau untuk mengkilapkan.
1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1. Toksisitas
Bagian berbahaya dari amalgam adalah air raksanya. Unsur ini akan
mengalami proses pelepasan atau penguapan pada saat tirturasi, kondensasi,
dan pemolesan. Air raksa dalam bentuk uap ini yang memiliki sifat yang
sangat toksik.
2. Kekuatan
Kekuatan merupakan salah satu karakteristik penting yang harus
dimiliki bahan tambal, termasuk amalgam. Apabila bahan tambal kurang kuat
akan mudah sekali utuk patah, terutama di daerah tepi. Patahan ini akan
mempercepat terjadinya korosi, karies sekunder, serta kegagalan klinis yang
lebih berat.
3. Daya alir atau creep
Menurut ADAS no.1 untuk bahan tambal amalgam dipersyaratkan
mempunyai daya alir dibawah 3%. Tingkatan daya alir menurut penelitian
terbukti berhubungan dengan kerusakan tepi amalgam, yaitu makin tinggi
daya alir makin besar tingkat kerusakan tepinya.
4. Perubahan Dimensi
Idealnya amalgam tidak mengalami perubahan dimensi sama sekali,
namun sayangnya hal ini terjadi pada amalgam baik yang terlihat secara visual
maupun yang berlangsug secara mikroskopis. Secara visual perubahan
dimensi dapat menyebabkan gagalnya tambalan amalgam karena karies
ekunder, patahnya tepi tambalan, atau pecahnya tambalan. Di tingkat
mikroskopis, perubahan dimensi menyebabkan korosi, tarnish, perubahan
γ menjadi β serta tekanan yang berkaitan dengan daya kunyah.
5. Perambatan panas
Sebagai bahan logam, amalgam memiliki sifat yang baik sebagai
penghantar panas. Pada kondisi ekstrim sifat ini dapat mengganggu pulpa pada
gigi bertambalan amalgam. Penggunaan semen dasar adalah salah satu cara
agar ada isolator yang mencegah perambatan panas dari tambalan amalgam
sampai ke pulpa
1.6 Macam Hg dan Higiene Hg (Biokompabilitas Hg)
Biokompatibilitas menjadi salah satu factor pertimbangan dalam pemilihan material bahan
kedokteran gigi karena bahan-bahan tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap pasien tetapi juga
berpengaruh terhadap dokter gigi itu sendiri. Air raksa atau merkuri dipakai sebagai bahan campuran
tumpatan gigi geligi terutama gigi posterior yaitu amalgam. Amalgam masih banyak dipergunakan,
baik di dalam maupun diluar negri karena kelebihannya jika dibandingkan dengan bahan tumpatan
lain seperti : kekuatan menahan daya kunyah, ekonomis, masa kadaluarsa yang panjang, dan teknik
manipulasi yang mudah.
Namun, ada juga anggapan yang mengatakan bahwa amalgam berbahaya bagi kesehatan
tubuh pasien yang dibuktikan dengan berbagai kasus keracunan di Minamata. Merkuri dalam keadaan
bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh oleh karena itu merkuri di dalam
amalgam di anggap berbahaya. Bahaya merkuri tidak hanya mengancam kesehatan pasien tetapi juga
dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup pada saat mengaduk amalgam dapat
menimbulkan efek toksik kumulatif. Tentu saja, amalgampada saat mengaduk amalgam
dapat menimbulkan efek toksik kumulatif. Tentu saja, amalgam sebagai material yang
mengandung merkuri tidak lepas dari kemungkinan untuk menimbulkan efek – efek negatif pada
pasien maupun dokter gigi.
1.7 Macam-macam Kegagalan Amalgam
Bentuk kegagalan tambalan amalgam diantaranya adalah karies sekunder, pecahnya tepi
tambalan, tarnish, serta kebocoran tepi. Kebocoran tepi adalah kegagalan yang paling sering terjadi.
1. Kebocoran Tepi
Kebocoran tepi pada tambalan amalgam dapat terdeteksi dengan adanya parit
diantara tambalan dengan dinding kavitas yang dapat berlanjut dengan pembentukan karies
sekunder. Pembentukan karies sekunder akan semakin cepat bila kebersihan mulut pasien
tidak baik.
Penyebab pertama kebocoran tepi adalah karena bentuk preparasi yang kurang baik, ada
email yang dibiarkan menggantung tanpa tanpa dukungan di daerah tepi kavitas. Penyebab
kedua adalah kelebihan air raksa, sedangkan penyebab terakhir adaah keroposnya tambalan
amalgam.
Kebocoran awal pada bagian marginal atau tepi suatu restorasi berbanding terbalik
dengan waktu; hal ini disebabkan karena terjadinya penyumbatan mikrofissure oleh
hancuran bahan korosi
2. Tarnish dan Korosi
Terbetuknya tarnish dan korosi, oleh sebagian peneliti dianggap sebagai pengaruh
lingkungan rongga mulut. Amalgam konvensional yang telah mengeras susunan
heterogennya mengundang korosi. Korosi pada amalgam konvensional menurunkan sifat
mekanik 30%. Korosi aktif dari bahan tambal amalgam yang baru diaplikasikan biasanya
terjadi pada bagian tambalan yang bersinggungan dengan gigi. Produk korosi yang paling
umum ditemukan pada amalgam adalah oksida dan klorid dari timah, pada amalgam yang
banyak mengandung tembaga produk korosinya dalam bentuk tembaga.
Korosi dapat pula disebabkan oleh perbedaan sifat eektromagnetik antara 2 logam
yang dijadikan tambalan, misalnya pada tambalan amalgam yang bersinggungan dengan
tambalan emas. Ini disebabkan karena terbantuknya listrik galvanis.
Daya tahan terhadap korosi akan meningkat bila amalgam dipoles benar-benar mengkilap
hindari kontak degan tambalan emas, terjadi korosi akibat air raksa pada restorasi emas.
Korosi pada amalgam konvensional : bahan yang telah set adalah heterogen
sehingga dapat mengundang terjadinya korosi. Dari ketiga fase yang ada, fase γ2 adalah
yang paling aktif secara elektrokimia dan bertindak sebagai anodik terhadap fase γ dan γ1.
Begitu γ2 mengalami korosi, terbentuk dua produk sebagai berikut :
1. Terbentuk ion Sn 2+ : dengan adanya saliva ditemui produk korosi seperti SnO2 dan
Sn(OH)5Cl
2. Terbentuh Hg yang dapat bereaksi dengan sisa fase γ yang sebelumnya bereaksi.
Daya tahan terhadap korosi meningkat apabila amalgam dipoles. Pemolesan
menghilangkan lubang-lubang kecil dan menghaluskan permukaan yang kasar yang
membantu konsentrasi sel korosi. Bila amalgam berkontak dengan suatu restorasi yang
terbuat dari emas, dapat terbentuk suatu sel elektrolit yang cenderung mendorong
terjadinya korosi bahan amalgam dan penumpukan mercury pada restorasi emas. Korosi
yang terjadi pada amalgam konvensional dalam jangka lama dapat berpengaruh terhadap
sifat-sifat mekanisnya.
1.8 Sifat Fisis, Mekanis, dn Klinis yang Penting
1.8.1 Perubahan Dimensi
Amalgam dapat berkembang atau menyusut tergantung pada cara
manipulasinya. Idealnya, perubahan dimensi pada amalgam seharusnya kecil sekali
atau tidak sama sekali. Perubahan dimensi amalgam tergantung pada seberapa banyak
amalgam yang tertekan selama pengerasan dan waktu pengukuran dimulai.
ANSI/ADA Specification no. 1 menyebutkan bahwa amalgam tidak akan
berkontraksi dan berekspansi melebihi 20m/cm, diukur pada suhu 37oC, antara 5
menit sampai 24 jam setelah dimulainya triturasi, dengan alat-alat yang akurat sampai
0.5m.
Secara visual, perubahan dimensi menyebabkan gagalnya tambalan amalgam
karena karies sekunder, patahnya tepi tambalan, atau pecahnya tambalan. Di tingkat
struktur mikro, perubahan dimensi yang terjadi adalah korosi, tarnish, perubahan γ1
menjadi β1 serta tekanan yang berhubungan dengan daya kunyah.
1.8.2 Termal Ekspansi dan Termal Kontraksi
Salah satu bentuk perubahan dimensi yang sering terjadi adalah ekspansi. Ada
beberapa penyebab terjadinya ekspansi berlebih pada amalgam, yaitu rasio alloy / Hg
yang tinggi, partikel alloy yang besar, waktu tirturasi yang kurang / singkat, tekanan
kondensasi yang dilakukan tidak memadai, serta terkontaminasinya amalgam yang
mengandung seng oleh kelembaban selama proses tirturasi dan kondensasi.
Kontaminasi H2O pada amalgam yang mengandung Zn (sebelum mengeras) akan
menyebabkan reaksi elektrolitik.
Ekspansi terjadi setelah hari ke-4 atau ke-5 setelah penambalan, bila sebelum
hari itu pasien mengeluh sakit pada gigi yang ditambalnya bisa dipastikan bukan
akibat ekspansi. Pada saat ekspansi terjadi, tambalan akan menekan dinding kavitas
yang menjalar ke kamar pulpa sehingga menimbulkan rasa sakit pada pasien. Bila
dibiarkan, tambalan akan tampak menonjol keluar dari kavitas, yang akan
menyebabkan gigi sensitif setelah penumpatan.
Kontraksi akan menyebabkan terjadinya celah antara tumpatan dengan dinding
kavitas. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran mikro dan karies sekunder.
1.8.3 Strength
Sangat dibutuhkan nilai strength yang tinggi bagi amalgam karena sering dipakai
untuk merestorasi gigi posterior Strength merupakan salah satu keraktersitik penting yang
harus dimiliki bahan tambal, termasuk amalgam. Bila bahan tambal kurang kuat akan mudah
sekali untuk patah terutama di daerah tepi dan mempercepat terjadinya korosi, karies
sekunder, serta kegagalan klinis yang lebih berat.
Tembaga merupakan salah satu unsur yang dapat memperkuat amalgam, amalgam
dengan kandungan tembaga yang tinggi akan lebih kuat dibandingkan dengan yang
kandungan tembaganya kecil.
1.8.4 Creep
Menurut ADAS No.1 untuk bahan amalgam dipersyaratkan mempunyai daya alir
dibawah 3%. Tingkatan daya alir menurut penelitian terbukti berhubungan dengan kerusakan
tepi amalgam, yaitu makin tinggi daya alir makin besar derajat kerusakan tepi.
Meskipun demikian untuk amalgam berkandungan tembaga tinggi, daya alir tidak
bisa dijadikan patokan dalam menentukan perkiraan terjadinya kerusakan tepi karena
kebanyakan amalgam jenis ini memiliki daya alir dibawah 0.4% atau lebih rendah. Sementara
amalgam dengan kandungan tembaga rendah daya alirnya berkisar antara 0.8-8%.
1.8.5 Brittleness
Dikarenakan amalgam sering digunakan untuk merestorasi bagian posterior maka
dipastikan bahwa amalgam ini akan sering mendapatan tekanan. Oleh karena itu amalgam
yang baik adalah amalgam yang mempunnyai tingkat brittleness yang rendah, atau tidak
rapuh.
1.8.6 Hardness
Hardness dapat pula didefinisikan sbagai banyaknya energi deformasi elastik atau
plastis yang diperlukan untuk memeatahkan suatu bahan dan merupakan ukuran dari
ketahanan terhadap fraktur atau kepatahan. Oleh karena itu diperlukan hardness yang tinggi
bagi amalgam agar tidak mudah patah jika diberikan tekanan.
DAFTAR PUSTAKA
McCabe, John F. & Angus W.G. Walls. 2008. Applied Dental Materials. 9th edition. Oxford UK:
Blackwell Publishing Ltd.
O’Brian, William J. 2008. Dental Materials and Their Selection. 5 th edition. Chicago:Quintessence Publishing.
Craig, R. G., & Powers, J. M. (Eds.). (2002). Restorative Dental Material (7th ed.). Missouri: Mosby.
Anusavice, Keneth J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.