Agama islam orientalisme

Post on 21-Jun-2015

2.915 views 12 download

Transcript of Agama islam orientalisme

Orientalisme & Studi Keislaman

Definisi

Orientalisme adalah idiom untuk merujuk bahasa Timur, cara orang Timur bicara (Dr. Samuel Johnson,

Orient artinya Timur, tempat terbit matahari. Orientalisme adalah istilah untuk suatu

gerakan pemikiran yang bermula secar resmi pada abad ke 16.Dictionary of English Language, 1755)

Definisi

Orientalisme adalah istilah yang pada abad ke 18 dan 19 dipakai untuk merujuk kerja-kerja orientalist, yaitu ilmuwan yang menguasai bahasa dan literatur Timur; dan dalam dunia seni digunakan untuk mengidentifikasi karakter, gaya atau kualitas yang diasosiasikan kepada bangsa Timur.

Oxford English Dictionary, (1971)

Pada akhir abad ke 18 dan seperempat abad pertama abad ke 19, istilah orientalis digunakan dalam konteks penguasa Inggeris di India, dalam pengertian yang lain. Pengertian itu adalah untuk mengidentifikasi pendekatan konservatif terhadap masalah-masalah pemerintahan yang dihadapi the East Indian Company.

John MacKenzie, Orientalism:History, Theory and The Arts (1995).

Istilah Orient tidak hanya digunakan untuk belahan bumi sebelah timur, tapi juga masyarakat, semangat, yang ditakuti dan berbahaya bagi Barat.

Orientalisme adalah gaya pemikiran berdasarkan perbedaan analogis antara Orient (Timur) dan Occident (Barat).

Sebagai dasar pengkajian berbagai teori, novel, gambaran sosial dan politik tentang Timur, dan masyarakatnya, tradisinya, mentalitasnya, dsb para oreintalis memiliki interprtetasi terhadap itu semu berdasarkan asumsi-asumsi mereka.

Jadi Orientalisme adalah suatu gerakan untuk menyingkap hakekat Timur kepada Barat.

Perbedaan Pendapat

Perbedaan kultur agama, ras, kepercayaan, Pendapat/Pemikiran dsb.

Perbedaan persepsiCollision of consciousness

Perbedaan peradabanClash of civilizations

Perbedaan cara pandangClash of Worldviews

Perbedaan Pendapat

Perbedaan kultur agama, ras, kepercayaan, Pendapat/Pemikiran dsb.

Perbedaan persepsiCollision of consciousness

Perbedaan peradabanClash of civilizations

Perbedaan cara pandangClash of Worldviews

AsumsiPre-supposisi

GayaPemikiran

Pandangan HidupWorldview

Orient

teori, novel, gambaran sosial dan politik dan masyarakat, tradisi, mentalitas, dsb. Tentang Timur

Karakteristik

Orientalisme adalah ide, pikiran pandangan dan cara berfikir, dan itu semua mencerminkan tindakan pemikir yang sebenarnya.

Kajian mengenai ide, kultur, sejarah selalu disertai dengan kekuasaan. Jadi hubungan Timur (Orient) dan Barat (Occident) adalah hubungan kekuasaan, yang satu mendominasi dan menghegemoni yang lain,

Karakteristik

Orientalisme lebih bermakna sebagai tanda kekuasaan Eropa-Atlantik terhadap Timur, ketimbang sekedar diskursus tentang Timur.

Kajian tentang suatu pemikiran dan kebudayaan tidak saja selalu dipengaruhi oleh kondisi sosial pengkaji, tapi dalam kasus orientalisme, dipengaruhi oleh kepentingan politik terutamanya Inggeris, Perancis dan Amerika.

Tujuan Orientalis

1. Agama : a) Konsep teologi Islam yang telah berhasil menjinakkan konsep-konsep metafisika Yunani sangat menarik untuk dikaji.b) Islam adalah agama yang mengkritik Kristen dan perlu dijawab, agar tidak mempengaruhi penganut Kristen.c) Dengan mamahami Islam missionaris dapat menentukan strategi missi mereka menghadapi umat Islam.

2. Keilmuan:

Ketika orang Islam berhasil mengembangkan sains dan teknologi dari berbagai bangsa, orang Barat belum memiliki apa-apa. Karena itu perlu menterjemahkan karya-karya Muslim.

contoh: Francis Bacon terinspirasi oleh teori induksi Muslim, padahal sebelum itu di Barat teori deduksi Aristotle

dominan.

3. Ekonomi : Ketika Barat modern mulai dengan industrialisasinya, mereka perlu daerah jajahan dan sekaligus pasar. Dan keduanya ada di negara-negara Muslim. Untuk itu Barat perlu mengkaji agama, kondisi demografi, budaya, kultur dan politik umat Islam.

4. Politik :Orientalis bekerjasama dengan kololinalis dalam menghadapi umat Islam. Pengetahuan orientalis ttg Islam diperlukan oleh imperialis.

5. Budaya :Orientalisme menyebarkan budaya Barat melalui cara berfikir yang khas, seperti berfikir sekuler, liberal, dualistis/dikhotomis dsb.

Sejarah Orientalis

Kajian tentang Timur (orient) termasuk tentang Islam, yang dilakukan oleh orang Barat telah bermula sejak beberapa abad yang lalu. Namun gerakan pengkajian ketimuran ini diberi nama orientalisme baru abad ke 18. (The Oxford English Dictionary, Oxford, 1933, vol. VII, hal.200).

Fase Perkembangan

Fase pertama : Missionaris & Anti Islam(dimulai abad 16).

Pada fase ini orientalisme dapat dikatakan sebagai simbol gerakan anti-Islam yang dimotori oleh Yahudi dan Kristen. Gerakan ini sejalan dengan missionaris.Akarnya dapat ditelusuri dari substansi ajaran Islam itu sendiri yang menentang Kristen dan Yahudi. al-Qur’an jelas sekali membeberkan kerancuan kedua agama itu. Selain itu kekalahan bangsa Eropah Kristen dalam perang salib juga memicu semangat anti-Islam ini.

Para tokoh Kristen (John Segovia, Nicholas Cusa, Jean Germain dsb) membuat konferensi untuk tujuan pemurtadan Muslim. Strateginya menyebarkan imej pada orang Timur dan Eropah bahwa “Islam itu adalah Kristen yang sesat (misguided version of Christianity)” Southern, Western Views of Islam in the Middle Ages, (hal. 91-92, 108-109).

Muhammad adalah penyebar wahyu palsu, tokoh penipu, tidak jujur, pelaku sodomi, dsb yang kesemuanya itu diambil dari doktrin kagamaan yang dibawanya. Norman Daniel, Islam and the West, (hal.246-296).

Fase kedua : Kajian dan Cacian(abad ke 17 dan 18 M)

Fase kedua ini terjadi bersamaan dengan modernisasi Barat. Barat berkepentingan menimba ilmu bagaimana Islam bisa menjadi peradaban yang handal selama 7 abad. Pada periode inilah raja-raja dan ratu-ratu di Eropah sepakat untuk mendukung pengumpulan segala macam informasi tentang ketimuran.

Contoh : 1) Erpernius (1584-1624), menerbitkan pertama kali tatabahasa Arab, 2) Muridnya Jacob Goluis (1596-1667), dan oleh Lorriunuer Franz Meurnski dari Austria tahun 1680 mengikuti jejaknya. 3) Bedwell W (1561-1632) mengedit tujuh jilid buku Kamus

Bahasa Arab dan menulis tentang sejarah hidup Nabi Muhammad.

Sisi Caci maki Tahun 1653, Alexander Ross, menerbitkan buku-buku caci

maki a) The Prophet of Turk and Author of the al-Coran. Dalam buku-bukunya itu ia seringkali menggunakan kata-kata kasar seperti The Great Arabian Imposter, The Little Horn in Danial, Arabian Swine, Goliath, Grand Hypocrite, Great Thief. ia menyebut al-Qur’an sbg Corrupted puddle of Mahomet’s invention, Mis-shapen issue of Mahomet’s brain, atau a gallimaufry of error dsb.

Dalam Religion of the World, Alexander Ross mempertanyakan apakah Muhammad itu anti-Kristus terbesar yang pernah dibicarakan St. Paul dan St. John.

Tahun 1679 Humphrey Preideaux menulis The Life of Muhammad, Buku ini berusaha membuktikan bahwa Nabi Muhammad itu pandai berpura-pura, pandai mengelabui orang, penipu dan cerdik.

Sisi Caci maki

G Sale (1677-1736) penterjemah al-Qur’an tahun 1734 menulis Muhammad adalah pembohong dan Islam adalah agama palsu.

Edward Gibbon (1737-1794) menulis bahwa Muhammad adalah “Pembohong dan pada hari-hari terakhirnya cenderung pada seksualitas dan individualistis”.

Fase ketiga: Kajian & Kolonialisme (abad ke 19 dan ¼ pertama abad ke 20)

Fase ini bersamaan dengan era kolonialisme Barat ke negara-negara Islam dalam bidang politik, militer, kultural

dan ekonomi. Pada fase ini banyak orientalis yang

menyumbangkan karya dalam bidang studi Islam. Tidak sedikit pula dari karya-karya berbahasa Arab dan Persia diedit dan diterjemahkan lalu diterbitkan. Mungkin karena

orang Barat telah masuk dan menguasai negeri-negeri Islam, mereka mudah mendapatkan bahan-bahan tentang Islam.

Periode ini juga ditandai dengan lahirnya pusat-pusat studi Keislaman

1. Tahun 1822 Society Asiatic of Paris, didirikan di Paris

2. Tahun 1823 Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland didirikan di Inggeris;

3. Tahun 1842 American Oriental Society, didirikan di Amerika;

4. Tahun 1916 University of London, mendirikan School of Oriental Studies sekarang menjadi SOAS (School of Oriental and African Studies).

Kajian Islam Secara Institusional

Fase keempat : Kajian & Politik (paruh ke 2 abad ke 19)

Islam dan ummat Islam menjadi obyek kajian yang populer. Kajian itu bukan saja dilakukan untuk kepentingan akademis, tapi juga untuk kepentingan perancang kebijakan politik dan juga bisnis.

Pada fase ini kajian orientalisme berubah lagi, dari sentimen keagamaan yang vulgar menjadi lebih lembut.

“Pencarian ilmu selalu siap merubah hypotesanya. Faktanya memang orang-orang Barat non-Muslim baru saja mulai memperlembut (sikapnya terhadap Islam) dan bahkan menarik kata ‘tidak’nya”.

Cantwell Smith, On Understanding Islam-Selected Studies, the Hague, 1981, 296).

“menerima pendapat bahwa wahyu adalah gambaran pengalaman pribadi Nabi Muhammad, tapi Islam perlu menafsirkan ulang konsep yang tidak bisa dipertahankan lagi itu”.

Sir Hamilton Gibb Pre-Islamic Monotheism in Arabia, Harvard Theological Review, 55, 1962, 269.

Pendekatan terhadap Kajian Orientalisme

Anouar Abdel-Malek, (Palestina) Orientalism in Crisis 1963

A.L. Tibawi, (Palestina) English Speaking Orientalists (1964) dan Second Critique of the English Speaking Orientalist (1979)

Edwards Said, (Palestina) Orientalism: Western Conception of the Orient (1978)

Bryan S Turner, (Inggeris) Marx and the End of Orientalism (1978

Anouar Abdel-Malek, (Palestina) Orientalism in Crisis 1963

1. Kemerdekaan paska Perang Dunia II menghasilkan krisis pada orientalisme sebab materinya sangat Eropah sentris dan perlu direvisi.

2. Orientalisme sangat dipengaruhi oleh kecurigaan yang berkaitan dengan kolonialisme, missionaris, militer, pengusaha dsb.

3. Kajian orientalis pada umumnya menganggap orang Timur sebagai obyek kajian yang diwarnai oleh sikap otherness.

A.L. Tibawi, (Palestina) English Speaking Orientalists (1964) dan Second Critique of the English Speaking Orientalist (1979)

1. Ciri utama orientalis adalah menolak mengakui bahwa bagai komunitas Muslim Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir yang membawa risalah bagi semua umat manusia dan membenarkan agama sebelumnya.

2. Orientalis menyerang karena motif missionaris dan akademik tapi masih tetap diwarnai oleh distorsi dan interpretasi yang salah terhadap Islam.

3. Asumsi umum para orientalis berfikir agar Islam disesuaikan dengan pemikiran Eropah modern dan tidak terpikir bagaiman mereka menyesuaikan dengan realitas Islam yang sesungguhnya.

A.L. Tibawi, (Palestina) Second Critique of the English Speaking Orientalist (1979)

1. Materi tentang Islam yang ditulis dan diajarkan orientalis masih jauh dari memenuhi kebutuhan diplomat, missionaris dan bisnismen.

2. Isi dan nadanya masih banyak yang anti-Islam dan anti Arab, khususnya dalam isu-isu kontemporer.

3. Mereka yang belajar dari orientalis dan kemudian berhubungan dengan orang Islam dan Arab seringkali mendapati realitas yang berbeda.

Orientalisme itu lebih merupakan gambaran tentang pengalaman manusia Barat ketimbang tentang manusia Timur (orient).

Orientalisme itu telah menghasilkan gambaran

yang salah tentang kebudayaan Arab dan Islam.

Meskipun kajian orientalis nampak obyektif dan tanpa interes (kepentingan), namun ia berfungsi untuk tujuan politik.

Edwards Said, (Palestina) Orientalism: Western Conception of the Orient (1978)

1. Apa saja yang dikatakan oleh orang Eropah tentang Timur tetap saja rasial, imperialis dan etnocentris. Sebab, Barat memandang Timur dengan rasa superioritas yang tinggi.

2. Sikap rasial itu merasuk kedalam kajian sejarah, linguistic, teori ras, filsafat, antropologi dan bahkan biologi hingga abad ke 19. Ringkasnya, kajian Timur yang berasaskan ilmu Barat telah di frame oleh pengalaman imperialisme dan persengketaan kultural ( cultural hostility).

1. Kajian Orientalis memisahkan antara Timur dan Barat dan menganggap Timur lebih rendah.

2. Di dasarkan pada kultur modern, meskipun mereka beranggapan ilmu sosial itu netral. Sosiologi Weber dari pendekatan Barat dan dipengaruhi oleh Snouck Hurgronje.

3. Kajian orientalis umumnya bersifat rasial.

Bryan S Turner, (Inggeris) Marx and the End of Orientalism (1978

Jika kritik terhadap orientalis adalah benar maka seumua semua observasi Barat tentang Islam adalah distorsi hakekat Islam yang sebenarnya. Maka dari itu apa yang dikatakan Barat tentang Barat adalah benar dan apa yang dikatan Muslim ttg Islam dalah benar dan harus jadi pusat kajian.

Bryan S Turner, (Inggeris) Marx and the End of Orientalism (1978

Kesimpulan

orientalisme yang dikenal saat ini sebagai suatu tradisi kajian ilmiyah tentang Islam, sejatinya adalah berdasarkan pada ‘kaca mata’ dan pengalaman manusia Barat yang dipicu oleh motif dan semangat missionaris. Tapi motivasi ini ditutupi dengan jubah intelektualisme dan dedikasi akademik.

Dr. Afaf, al-Mushtashrikun wa Mushkilat al-Hadarah, Dar al-Nahdah al-‘Arabiyyah, Cairo, 1980, hal. 33-34). .

Metodologi kajian Orientalis

Para orientalis itu pertama-tama menentukan tujuan. Kemudian untuk membuktikan proposisi mereka, mereka mengumpulkan berbagai macam data, seperti teks-teks keagamaan, cerita-cerita fiksi, syair-syair, kisah-kisah, dan lain-lain yang otentik ataupun yang tidak dan kemudian menafsirkan sesuai dengan tujuan mereka itu. Proposisi ini digunakan untuk membuat teori-teori “baru”, tanpa memperdulikan apakan teori-teori mereka itu sejalan dengan Islam atau tidak.

Anwar al-Jundi dalam bukunya al-Fikr al-‘Arabi al-Mu‘asir fi Ma’rakat al-Targhrib, (al-Risalah, Cairo, tt. 133-137).

Strategi Missionaris

1. Dari literatur: harus ada usaha-usaha untuk menghasilkan buku-buku kontroversial tentang Muhammad.

2. Di sekolah-sekolah missionari Kristen pengajaran harus difokuskan pada kesalahan-kesalahan Islam.

3. Orang-orang Kristen harus diajari bagaimana menjawab serangan Islam terhadap Kristen secara meyakinkan.

4. Usaha-usaha missionarisme harus diarahkan kepada pusat-pusat pengikut Muhammad atau ditempat-tempat dimana pengaruh Muhammad sangat besar.

5. Para penginjil harus melakukan usaha seperti pengikut Muhammad, yang berjalan dari desa ke desa, untuk memperluas kerajaan Kristen.Jika perlu tinggal disuatu tempat selama berbulan-bulan.

7. Usahakan untuk merintis pendirian College bagi cendekiawan Kristen yang terlatih dalam bidang keIslaman.

8. Menerbitkan buku-buku dari hasil karya teolog yang terlatih dan pakar dalam bidang keisalaman. Buku-buku berisi jawaban terbaik dan paling benar terhadap serangan Islam terhadap Kristen. Buku-buku kemudian diterjemahkan kedalam berbagai bahasa.

Gairdner, WHT, The Reproach of Islam, The Foreign Mission Committee of the Church of

Scotland, Edinburgh, 1909, 284-288

KRISTENISASI

Di dalam mata rantai kebudayaan Barat, generasi missi punya dua tugas:

menghancurkan peradaban lawan (Islam) dan membangun kembali dalam bentuk

peradaban Barat… ini perlu dilakukan… agar Muslim berdiri pada barisan budaya Barat,

akhirnya muncul generasi Muslim yang memusuhi agamanya.

Samuel Zwemer, pada Konferensi Missionaris 1935.