Post on 07-Aug-2015
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015:
Pemain ataukan Penonton?
Presented by:
Dwi Puspitasari 09/280941/EK/17451
Outline
• Blue Print AEC 2015
• Batu Sandungan• Bagi ASEAN
• Bagi Indonesia
• Pelaksannan Komitmen AEC oleh Pemerintah
• Komitmen dan Ratifikasi
AEC 2015
• AEC 2015 adalah bentuk integrasi ekonomi regional yang direncanakan untuk dicapai pada tahun 2015.
• Tujuan AEC 2015: mempercepat pertumbuhan ekonomi regional, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan standar hidup masyarakat dengan menurunkan atau menghilangkan hambatan, baik tarif maupun nontarif di antara negara anggota.
• Target AEC 2015: pada tahun 2015 ASEAN akan menjadi “satu negara”, dimana mobilitas barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal akan bebas bergerak.
• Apakah integrasi ASEAN menuju AEC akan benar-benar meningkatkan kesejahteraan rakyat ASEAN?
• Siapakan yang paling mendapat manfaat dari bersatunya ASEAN?
• Bagaimana dampak integrasi ASEAN bagi pelaku bisnis di Indonesia yang mayoritas UMKM?
• Pembentukan AEC sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1976.
KTT Bali
• AEC dideklarasikan sebagai tujuan integrasi ekonomi regional dalam kerangka besar Visi ASEAN 2020 dalam Bali Concord II (KTT Bali) pada bulan Oktober 2003.
• Dalam KTT Bali juga ditetapkan dua pilar lain, yaitu ASEAN security community dan the ASEAN Socio-Cultural Community.
• Ketiga pilar tersebut diharapkan berfungsi penuh ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN terwujud pada tahun 2020.
KTT ke-13
• KTT ke- 13 ASEAN berlangsung di Singapura pada tanggal 20 November 2007.
• Salah satu deklarasi yang disepakati pada KTT 13 adalah cetak biru (Blueprint) AEC.
• Cetak biru AEC memuat ambisi pembentukan ASEAN sebagai pusat perdagangan kawasan yang terintegrasi, yang ditargetkan mulai tahun 2008 dan implementasinya tahun 2015.
• AEC diharapkan dapat merangsang investor untuk memasuki ASAN dan dapat disejajarkan dengan komunitas serupa seperti Uni Eropa.
Empat ciri utama cetak biru AEC:
1.Pasar dan basis produksi tunggal
2.Ekonomi kawasan yang sangat kompetitif
3.Kawasan dengan pembangunan ekonomi ekonomi yang merata
4.Suatu kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.
Secara teknis pencapaian AEC 2015 menggunakan mekanisme dan inisiatif yang telah di bentuk oleh ASEAN selama ini yang di perkuat dengan penguatan institusi dalam kerjasama ASEAN. Masing-masing institusi dan inisatif terlibat di lima elemen pasar tunggal dan kesatuan basis produksi.
Common Effective Prefential Tariffs (CEPT)
• CEPT merupakan wujud kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia.
Produk CEPT dibedakan meniadi lima golongan produk sebagai berikut:
1. Inclusion List (IL): produk yang harus mengalami liberalisasi secepatnya dalam hal penurunan tarif dibawah program CEPT dan penghapusan hambatan kuantitatif serta hambatan nontarif lainnya.
• fast track (program jalur cepat)
• Normal track (program jalur normal)
Ketentuan Inclusion List:Sampai dengan akhir tahun 2002,tingkat tarif berkisar antara 0-5% bagi ASEAN.Hambatan kuantitatif dan hambatan nontarif dihilangkan.Sampai dengan tahun 2003,produk-produkyang masuk dalam kategori IL akan dikurangi sampai 60%;sampai dengan tahun 2007/2008 mencapai 80% dan pada tahun 2010 direncakan mencakup semua barang (100%)
2. General Exception List (GEL): daftar produk yang dikecualikan dari program CEPT oleh suatu negara karena dianggap penting atas perlindungan keamanan nasional, moral masyarakat, kehidupan dn kesehatan (manusia, binatang, atau tumbuhan), nilai barang-barang seni dan bersejarah.
3. Temporary Exclusions List(TEL): daftar yang berisi produk-produk sensitif yang dikecualikan sementara untuk dimasukkan dalam skema CEPT karena dinilai belum siap.
4. Sensitive list (SL) : suatu daftar yang berisi produk-produk pertanian bukan olahan.
Ketentuan Sensitif List:•Semua produk dalam kategori ini akan masuk dalam kategori IL sampai menjelang akhir tahun 2005.
•Sampai dengan januari tahun 2010,produk-produk tersebut akan memilki tarif berkisar antara 0-5%.
•Sampai dengan januari tahun 2010, restriksi kuantitatif dan hambatan nontarif seluruhnya akan dihapuskan.
5. Highly Sensitive List: Komoditas yang masuk daftar high sensitive list, seperti beras, jagung, kedelai, dan gula.
Kerjasama ekonomi dalam suatu kawasan mengikuti tahapan yang berurutan (Kuncoro,2002; Dicken, 1992: 159-161):
Jenis dan Karakteristik Integrasi Ekonomi Regional
KebijakanJenis
FTA CU CM EU TEI
Dihapuskannya hambatan perdagangan (bea masuk & kuota) antarnegara
Ya Ya Ya Ya Ya
Kebutuhan yang seragam terhadap nonanggota (common extenall tariff)
Tidak Ya Ya Ya Ya
Mobilitas faktor produksi yang bebas antarnegara anggota
Tidak Tidak Ya Ya Ya
Harmonisasi kebijakan ekonomi di bawah organisasi supranasional
Tidak Tidak Tidak Ya Ya
Penyatuan kebijakn ekonomi secara penuh Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
*FTA = Free Trade Area, CU = Custom Union, CM = Common Market, EU = Economic Union, TEI = Total Economic Integration.Sumber: Dicken (1992:160); Jovanovic (2006); Kuncoro (2009:197)
BATU SANDUNGANKurnia Ayu Khodijah09/280257/EK/17295
Banyak pengamat memandang langkah ASEAN menuju AEC cukup berat dan pasti banyak mendapat sandungan. Ada kesenjangan besar di antara 10 negara anggota ASEAN (Kuncoro, 2009)
1.Penetapan tarif bea masuk tiap negara anggota ASEAN berbeda
2. Iklim Bisnis yang bervariasi antar negara ASEAN
3.Ada kesenjangan pada PDB per kapita
Batu Sandungan Bagi ASEAN
• Penetapan tarif bea masuk tiap negara anggota ASEAN berbeda
• Singapura sudah menetapkan tarif impor 0% dan Vietnam yang masih menggunakan tarif rata-rata 17%.
Penetapan Bea Masuk
19931993
Masih banyak produk yang masuk Temporeary Exclusion, yaitu Indonesia (1.654 produk), Filipina (714 produk), Malaysia (627 produk) sementara Singapura sudah 0 (nol).
Agustus 2007Agustus 2007
Semua produk yang sebelumnya masuk TEL dialihkan ke IL dengan rincian 98,36% untuk ASEAN-6 dan 97,32% untuk CLMV.
EconomyPeringkat Kemudahan
Memulai Usaha, Tahun 2011
Peringkat Memualai Usaha, Tahun 2011
Peringkat Pembuatan Kontrak, Tahun 2011
Singapore 1 4 12
Thailand 17 78 24
Malaysia 18 50 31
Brunei Darussalam 83 136 151
Vietnam 98 103 30
Indonesia 129 155 156
Philippines 136 158 112
Lao PDR 165 89 110
Iklim Bisnis Negara-Negara ASEAN
Sumber: World Bank (2011)
Ada kesenjangan antara Singapura, Thailand dan Malaysia dengan negara-negara ASEAN yang lain dalam peringkat dunia kemudahan memulai usaha, memulai usaha, dan peringkat pembuatan.
• Kesenjangan iklim bisnis dan investasi dapat menyebabkan tidak meratanya aliran dana investasi yang masuk ke ASEAN.
• Singapura, Malaysia, dan Thailand memiliki perkembangan pasar uang paling maju di ASEAN.
Iklim Bisnis Negara-Negara ASEAN
PDB per Kapita Negara-Negara ASEAN Tahun 2009
Sumber: ASEAN Secretary (2011)
• Jika kita lihat tabel tersebut, terjadi kesenjangan jika dilihat dari PDB per kapita negara-negara ASEAN. Rata-rata negara ASEAN memiliki PDB per kapita US$2.533
• Negara yang memiliki PDB per kapita tertinggi yaitu Singapura dengan pendapatan US$36.631
• Sedangkan yang terendah yaitu Myanmar dengan pendapatan US$419
• Indonesia berada diurutan tengan US$2.364, masih berada dibawah rata-rata PDB per kapita negara-negara ASEAN.
NegaraNilai
EksporNilai
Impor
Total Perdaganag
an Intra ASEAN
Total Perdagangan Tiap Negara Terhadap
Total Perdagangan Intra ASEAN (%)
Singapore111268.
2 78715 189983.2 36.55Malaysia 50485 44785.7 95270.6 18.33Thailand 44334.5 42276.2 86610.7 16.66Indonesia 33347.5 47125.1 80472.6 15.48The Philippines 11557.6 16269.8 27827.5 5.35Viet Nam 10333.6 16344.7 26678.3 5.13Myanmar 3739.9 1993.2 5733.1 1.1Lao PDR 1150.6 1425.9 2576.5 0.5Cambodia 702.5 1682 2384.6 0.46Brunei Darussalam 1061.5 1206.1 2267.6 0.44
ASEAN 267981251823
.8 519804.7 100
Perdagangan Intra ASEAN, Tahun 2010 (juta US$)
Sumber: ASEAN Secretary (2012)
• Perdagangan intra ASEAN masih dikuasai Singapura, Malaysia, dan Thailand, lalu disusul Indonesia.
• Di dalam ASEAN justru terjadi persaingan karena produk yang dihasilkan serupa, sehingga bersifat substitutif bukannya komplementer. Hal ini menunjukkan saling ketergantungan antar negara ASEAN tidak besar.
Perkembangan Arus Modal ASEAN
Sebelum krisis Asia 1997Sebelum krisis Asia 1997
Net aliran modal ke ASEAN-5 didominasi oleh FDI dibandingkan investasi portofolio. Kecuali pada beberapa periode di Thailand, Indonesia, dan Filipina. Hal ini seiring dengan kebijakan begara ASEAN untuk pengundang FDI sebagai sumber pembangunan.
2000-an2000-an
Indonesia dan Filipina mulai didominasi investasi portofolio, sementara Singapura sebagai perantara finansial di ASEAN tetap didominasi FDI
2001-20062001-2006
Investasi portofolio intra ASEAN mulai meningkat, sementara investasi portofolio ASEAN ke luar lebih besar. ASEAN banyak berinvestasi ke Inggris, Hongkong, dan AS.
Tahun 2006Tahun 2006
Investasi portofolio intra ASEAN didominasi Singapura sebanyak 86% dari total. Malaysia menanamkan 7% dan Indonesia hanya 1%.
FDI Intra Negara ASEAN, Tahun 2009-2010
FDI Dari Luar Negara ASEAN, Tahun 2009-2010
• Pada tahun 2010, FDI intra ASEAN hanya US$12,2 miliar dari total net inflow US$76,2 miliar.
• Bagi Indonesia, FDI intra ASEAN hanya sekitar US$5,9 miliar dari total net inflow FDI dari negara-negara di luar ASEAN sekitar US$13,3 miliar
Arus Wisata yang Masuk ke ASEAN, Tahun 2008-2011
Sumber: ASEAN Secretary (2012)
• Tahun 2011, dari 81,2 juta wisatawan yang masuk ke negara ASEAN, hanya 37,7 juta wisatawan berasal dari ASEAN.
• Jumlah wisatawan terbanyak mengalir ke Malaysia sebanyak 18,8 juta wisatawan.
• Jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia sebanyak 3,2 juta wisatawan.
Batu Sandungan Bagi Indonesia
• Tingkat integrasi Indonesia di sektor elektronik tinggi dan memiliki keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam.
• Indonesia memiliki 4 sektor yang terintegrasi dari 8 sektor prioritas barang.
• Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada 5 sektor prioriyas.
• Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki hambatan nontarif.
Pelaksanaan Komitmen AEC oleh Pemerintah
(Inpres No.5 Tahun 2008)
• Kebijakan Pelaksanaan Komitmen AEC dalam Inpres No.5 Tahun 2008
Kebijakan Program Tindakan
Pelaksanaan Komitmen MEA/AEC
Komitmen AEC untuk arus jasa secara bebas
Melakukan koordinasi penerbitan peraturan untuk liberalisasi bidang jasa
Komitmen AEC untuk menuju kawasan ekonomi yang kompetitif
Menerbitkan peraturan dalam rangka melaksanakan komitme menuju kawasan ekonomi yang kompetitif
Sosialisasi pelaksanaan komitmen MEA 2015
Koordinasi pelaksanaan cetak biru MEA 2015
Tindakan, Keluaran, dan Sasaran Program Komitmen AEC untuk Arus Jasa Secara Bebas
TINDAKANMelakukan koordinasi penerbitan peraturan untuk liberalisasi
bidang jasa
KELUARANKoordinasi penerbitan
peraturan untuk liberalisasi bidang jasa
SASARANMemberikan kesatuan sikap dan konsistensi dalam perdagangan
internasional di bidang jasa
Tindakan, Keluaran, dan Sasaran Program Komitmen AEC untuk Menuju Kawasan Ekonomi Yang Kompetitif
TINDAKANMenerbitkan peratiran dalam rangka melaksanakan komitmen menuju
kawasan ekonomi yang kompetitif
KELUARANPeraturan Presiden tentang Ratifikasi
Protocol to Implement the Third Package of Commitments on
Financial Services under The ASEAN Agreement Framework on Services
(AFAS)
KELUARANPeraturan Presiden tentang Ratifikasi
Protocol to Implement the Fourth Package of Commitments on
Financial Services under The ASEAN Agreement Framework on Services
(AFAS)
SASARANPemenuhan Komitmen AEC
Tindakan, Keluaran, dan Sasaran Program Sosialisasi Pelaksanaan Komitmen MEA 2015
TINDAKANKoordinasi Pelaksanaan Cetak Biru MEA 2015
KELUARANLaporan 6 bulanan
SASARANMewujudkan integrasi regional
dalam rangka meningkatkan daya saing global dan memudahkan
bisnis dan konsumen memanfaatkan peluang pasar.
Komitmen dan Ratifikasi
• Banyak pihak yang masih belum yakin bahwa AEC akan terwujud.
• Namun tidak sedikit pula yang menganggap bahwa AEC merupakan peluang yang besar terutama bagi para pengusaha dan industrialis.
Sedangkan bagi Indonesia sendiri integrasi ASEAN merupakan tantangan sekaligus peluang:
•Banyak peluang yang dapat dimanfaatkan dengan adanya integrasi ekonomi. Salah satunya dapat dijadikan momentum untuk memperbaiki kinerja ekspor dan daya saing produk dalam negeri.
•Di sisi lain, dianggap sebagai tantangan karena pelaku bisnis Indonesia yang mayoritas UMKM dianggap belum siap bertarung dengan negara-negara lain.
Referensi
• ASEAN Secretary (2012), ASEAN Trade Database, http://www.aseansec.org, diakses tanggal 7 Oktober 2012
• ASEAN Secretary (2012), ASEAN Tourism Database, http://www.aseansec.org, diakses tanggal 7 Oktober 2012
• Kuncoro, Mudrajad. (2009). Ekonomika Indonesia: Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Global. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
• Kuncoro, Mudrajad. (2010). Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan. Jakarta: Erlangga.
• Widodo, Tri. (2010). International Trade, Regionalism, and Dynamic Market. Yogyakarta: BPFE.
• World Bank (2011), Doing Business 2011, http://www.doingbusiness.org, diakses tanggal 7 Oktober 2012