Post on 09-Mar-2016
description
dilahirkan dari ibu yang mendapatkan 2 atau 3 dosis vaksin, sedangkan pada control tanpavaksin, tingkat mortalitasnya yaitu 78 per 1000 kelahiran hidup. Pada beberapa kasus kurangnya proteksi dapat dijelaskan dengan riwayat imunisasi yang tidak akurta, jadwal vaksin yang tidak sesuai, penggunaan vaksin potensi rendah, respons imun maternal yang rendah atau transfer plasenta antibody yang tidak adekuat. Samahalnya dengan vaksin lain, respon antibody terhadap tetanus terganggun pada anak dengan AIDS. Pada pasien dewasa terinfeksi HIV, respons antibody terhadap tetanus toksoid kurang dari yang tak terinfeksi, tapi konsentrasi antibody nya masih susbtansial dan menunjukkan respons imunisasi positif.
Sistem efektor
Sistem efektor adalah respon imun yang dapat membatasi penyebaran infeksi atau mengeliminasi patogen yang ditentukan oleh tempat patogen, intraseluler atau ekstraseluler. Untuk membunuh virus intraseluler dibutuhkan sel T CD8. lmunitas tersebut dapat dipacu oleh vaksin virus hidup dilemahkan, yang selanjutnya mengaktifkan sel-selefektor melalui presentase ke sel T dengan bantuan molekul MHC-1. Sel CD4 diperlukan untuk mengontrol patogen yang hidup dalam makrofag. Vaksin yang dibutuhkan harus dapat merangsang imunitas seluler makrofag. Antibodi igG, igA dan lainnya kadang-kadang efektif dalam mengontrol patogen yang disebarkan oleh infeksi ulang. Lama proteksi Lama proteksi sudah vaksinasi bervariasi yang tergantung dari patogen dan jenis vaksin. Imunitas terhadap toksin tetanus yang terutama tergantung dari IgG dan sel B yang memproduksinya dapat berlangsung 10 tahun atau lebih. Imunitas juga tergantung dari tempat infeksi, jenis respons imun yang efektif pnya, usia terhadap yang diberikan vaksin, serta jumlah dan interval antara dosis vaksin. 3 dosis DPT pada masa bayi dapat memproteksi 3 5 tahun, dosis mendatang atau booster (pada masa kanak-kanak) akan memberiakn proteksi sampai dewasa. dan 1 atau 2 booster lagi akan menginduksi imunitas sepanjang masa dewasa-kira-kira 20-30 tahun.Kejadian yang tidak diinginkan
Tetanus toksoid tunggal atau dalam kombinasi tetap dianggap sangat aman. Baik TT dan dT dapat digunakan kapanpun selama kehamilan: dan kontraindikasipada pasien dengan imunodefisiensi. Infeksi tetanus tetanus toksoid dapat menyebabkan reaksi local seperti nyeri dan eritema, modil dan jarang sekali abses steril. Reaksi sistemik ringan termasuk demam, nyeri dan lemah setelah injeksibooster. Secara umum reaksi local dan sistemikmeningkat dengan meningkatnya jumlah dosis. Kejadian reaksi anafilaksis dan neuritis brakial sangat jarang.
Indikasi pemberian dan jadwal tetanus toksoid dalam kehamilan
Vaksin Tetanus Toxoid diberikan selama hamil untuk mencegah tetanus dan juga bayi anda. Antibody yang terbentuk dalam tubuh. setelah vaksinasi, akan masuk ke bayi anda dan melindunginya beberapa bulan setelah melahirkan. Vaksin ini juga membantu mencegah melahirkan prematur. Pada kehamilan pertama, dokter anda akan menyarankan setidaknya 2 dosis vaksin TT. Vaksinasi pertama pada trimester pertama segera setelah tes kehamilan positif dan setelah perjanjian ANC dengan anda. Dosis vaksinTT kedua diberikan setidaknya 4 sampai 8 minggu setelah yang pertama. Beberapa ahli merekomendasikan bahwa dosis vaksin kedua harus diberikan 4 minggu sebelum taksiran persalinan. WHO merekomendasikan bahwa vaksin ketiga dapat diberikan 6 bulan setelah pemberian yang dkedua untuk memberikan proteksi setidaknya 5 tahun. Jika ini merupakan hamil yang kedua dan telah 2 tahun sejak kehamilan terakhir, ketka pasien telah mendapatkan vaksin TT. kemudian hanya dosis boster direkomendasikan seperti di AS. Td atau vaksin tetanus difteria.
Pemeriksaan laboratorium
Darah
Hemoglobin
Hematokrit
MCV dan MCH
Gol. Darah ABO dan Rhesus
VDRL
Antibodi antirubella
Antibody HIV
Urin
urinalisis
Sampel urin tengah untuk biakan bakteriunueria
Pemeriksaan USG pada berbagai trimester.
Pemeriksaan USG pada kehamilan trimester pertama. dapat dilakukan melalui transabdominal, transvaginal atau keduanya. Bila pada pemeriksaan transabdominal gagal mendapatkan gambar yang baik, harus dilakukan pemeriksaan transvaginal.
Evaluasi USG pada trimester pertama:
Evaluasi uterus dan adenksa untuk diagnosis kehamilan
Evaluasi denyut jantung janin
Evaluasi jumlah janin
Evaluasi uterus, adneksa dan kavurn douglas dan retzi
Evaluasi USG trimester kedua dan ketiga
Tanda kehidupan, jumlah dan presenasi dan aktifitas janin
Volume cairan janin
Plasenta serviks, dan tali pusat
Usia gestasi
Taksiran berat janin
Uterus dan adneksa
Anatomi janin
Pengukuran tekanan darah
Hubungan antara lebar manset dengan diameter lengan menggambarkan kerucut
tekanan pada jaringan. Jika kerucut tersebut tidak mencapai arteri, diperlukan tekanan