Post on 31-Dec-2015
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Usia : 47 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Pekerjaan : PNS AL
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pitara Rt04/16 No. 11. Pancoran Mas. Depok
Status : Menikah
ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 31 Mei 2012 pukul 09.15 WIB.
Keluhan Utama: Mata merah di mata kanan sejak ± 5 jam SMRS.
Keluhan Tambahan: Terasa megganjal dan sedikit berair.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli RSAL dr. Mintoharjo dengan keluhan mata merah di mata
kanan sejak ± 5 jam SMRS. Pasien mengaku awalnya setelah bangun pagi, pasien merasa
mata kanan menganjal dan sedikit berair. Kemudian pasien menggosok-gosok dan setelah
dilihat ternyata mata kanan pasien merah. Pasien menyangkal keluahan nyeri, gatal,
1
kotoran pada mata, silau, pandangan mata kabur, sakit tenggorok, dan demam. Riwayat
trauma pada mata disangkal. Keluarga dan teman yang mempunyai keluhan yang sama
disangkal. Riwayat alergi disangkal. Mata kanan pasien belum diobati.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tahun 2011 pasien pernah mengalami keluhan yang sama kemudian berobat di
Poli RSAL Mintoharjo diberi obat tetes polynel dan cendo lyteers, setelah diberi
pengobatan membaik.
Riwayat diabetes mellitus dan hipertensi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat Kebiasaan
Pasien sehari-hari bekerja sebagai PNS RSAL. Tidak merokok.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, gizi cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Tekanan darah: 130/80 mmHg suhu: Afebris
Nadi: 82x/menit pernapasan: 17x/menit
Kepala : Normocephali
Mata : Lihat status oftalmologi
Telinga : Normotia, sekret -/-, serumen -/-
2
Hidung : Septum deviasi (-), sekret -/-, konka hiperemis -/-
Mulut : lidah kotor (-),tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis (-)
Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar
Thoraks : Paru: Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), Bising Usus (+) normal
Ekstremitas : Simetris, oedem (-)
Status Oftalmologi
OD (mata kanan) OS (mata kiri)
6/6 visus 6/6
Kedudukan bola mata
Ortoforia
Bola mata bergerak ke
segala arah
Pergerakan bola mata Bola mata bergerak ke
segala arah
Ptosis (-), lagoftalmus (-),
blefaritis (-), hordeolum (-),
kalazion (-), ektropion (-),
entropion (-), oedem (-),
trikiasis (-), hematoma (-)
Palpebra Ptosis (-), lagoftalmus (-),
blefaritis (-), hordeolum (-),
kalazion (-), ektropion (-),
entropion (-), oedem (+),
trikiasis (-), hematoma (-)
Injeksi (+), sekret (+) di
konjungtiva tarsal,
pterigium(-),subkonjungtiva
bleeding (-), pinguekula (-),
folikel (-), papil (-)
konjungtiva Injeksi (-), kemosis (-)
sekret (-), subkonjungtiva
bleeding (-), pinguekula (-),
folikel (-), papil (-)
jernih, kekeruhan setempat
(-), neovaskular (-), ulkus
kornea (-), perforasi (-),
kornea jernih, kekeruhan setempat
(-), neovaskular (-), ulkus
kornea (-), perforasi (-),
3
benda asing (-)
Dalam, hifema (-), hipopion
(-), flare (-).
COA Dalam, hifema (-), hipopion
(-), flare (-).
Warna cokelat, kripti baik,
atrofi (-)
Iris Warna cokelat, kripti baik,
atrofi (-)
Tepi reguler, bentuk bulat,
refleks cahaya langsung +,
refleks cahaya tak langsung
+
Pupil Tepi reguler, bentuk bulat,
refleks cahaya langsung +,
refleks cahaya tak langsung
+
Jernih Lensa Jernih
Tidak terlihat Vitreus humor Tidak terlihat
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan TIO Tidak dilakukan
RESUME
Wanita berusia 47 tahun datang ke Poli RSAL Mintohardjo mata merah di mata
kanan sejak ± 5 jam SMRS. Mata kanan pasien terasa mengganjal dan sedikit berair.
Penglihatan tidak kabur.1 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan yang sama
kemudian berobat di Poli RSAL diberi obat tetes mata yaitu Polynel dan cendo lyteers da
nada perbaikan. Pada pemeriksaan ophthalmologi OD didapatkan visus 6/6, konjungtiva
terdapat injeksi (+) dan sekret di konjungtiva tarsal (+).
DIAGNOSIS KERJA
Konjungtiva bakteri akut nonpurulen OD
DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitisi viral OD
PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan Sitologik dengan pewarnaan Giemsa.
4
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1. Dexametason 0,1%, Neomisin dulfat 3,5mg/ml, Polimiksin B sulfat 6000iu/ml
diberikan 6x kali/hari sebanyak 2 tetes mata di mata kanan.
2. Rawat jalan.
Non medikamentosa
1. Menghindari kontaminasi terhadap mata yang sehat dan mata orang lain.
2. Tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat.
3. Mencuci tangan setiap kali selesai memegang mata yang sakit dan menggunakan
tisu.
4. Handuk atau sapu tangan baru yang digunakan untuk membersihkan mata yang
sakit.
PROGNOSIS
ad vitam : ad bonam
ad sanationam : ad bonam
ad fungsionam : ad bonam
5
ANALISA KASUS
Pasien pada kasus ini datang dengan keluhan mata merah pada mata kanan sejak
± 5 jam SMRS. Mata kanan terasa mengganjal dan sedikit berair. Penglihatan tidak
kabur. Dari keluhan tersebut kemungkinan penyebabnya antara lain : Konjungtivitis
bakteri akut, konjungtivitis viral, perdarahan subkonjungtiva, pterigium dan pinguekula.
Pada pemeriksaan ophthalmologi OD didapatkan visus 6/6, konjungtiva terdapat
injeksi (+) , sekret di konjungtiva tarsal (+),perdarahan subkonjungtiva (-), jaringan
fibrovaskukar (-) dan.benjolan kongjuntiva (-). Dari hasil pemeriksaan tersebut semakin
mendukung ke diagnosis konjungtivitis karena hanya terdapat injeksi konjungtiva (+)
dan sekret di konjungtiva tarsal (+).
Etiologi pada kasus ini masih mungkin bakteri dan viral. Bateri penyebab
mungkin Haemophilus aegypitus (iklim tropik) atau bisa juga Streptococcus
pneumoniaae (iklim sedang). Sehingga menimbulkan gejala akut pada pasien tersebut..
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan fokus infeksi, tidak ada demam sehingga faktor
virus (Adenovirus tipe 3 dan 7) dapat dieliminasi meskipun idealnya harus dilakukan
pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan Giemsa. Pada bateri didapatkan neutrofil
sedangkan pada viral didapatkan limfosit-monosit-sel berisi nukleus sedikit plasma.
Penatalaksanaan pada pasien ini dibagi dua yaitu medikamentosa dan non
medikamentosa. Medikamentosa yaitu Dexametason 0,1%, Neomisin dulfat 3,5mg/ml,
Polimiksin B sulfat 6000iu/ml diberikan 6x kali/hari sebanyak 2 tetes mata di mata kanan
dan rawat jalan. Non medikamentosa yaitu menghindari kontaminasi terhadap mata yang
sehat dan mata orang lain, tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata
yang sehat, Mencuci tangan setiap kali selesai memegang mata yang sakit dan
menggunakan tisu, dan handuk atau sapu tangan baru yang digunakan untuk
membersihkan mata yang sakit.
6
TINJAUAN PUSTAKA
KONJUNGTIVA
Anatomi
Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis
yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi
permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan
inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan
membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris
melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-
lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva
sekretorik.
Gambar 3.1. Anatomi konjungtiva
7
Histologi
Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel
epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal . Sel-sel epitel superfisial mengandung
sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air
mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat
mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu
lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak
berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari
jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata.
Perdarahan dan Persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak.
Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan
serabut nyeri yang relatif sedikit .
Konjungtivitis
Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah
penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh
banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu . Penyakit
ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat
dengan banyak sekret purulen kental .
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata
semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan topikal dan agen
8
imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan
pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif .
Pembagian Konjungtivitis
Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah,
sekret pada mata dan iritasi mata.
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut,
subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N
gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang
paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan
Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis
sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis .
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata
yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya
terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan
imunodefisiens.
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci,
staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh
ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.
Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal,
penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah .
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab
perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang
meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun
9
yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada
lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan
atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada
konjungtiva .
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi
konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis
bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang
ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata .
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis
bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air
mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata
yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja
penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua.
Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual
dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya
penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-
obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan
riwayat penggunaan lensa-kontak.
Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali pada
pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling
sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan
duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi komponen akueosa dalam film air
mata prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel
goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan
trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan
ulserasi, infeksi dan parut pada kornea .
10
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada
setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif
harus segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan
mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk
menghilangkan sekret konjungtiva.
Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai
jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga
infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada
konjungtivitis bakteri .
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus
adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus
yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus
Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human
immunodeficiency virus .
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan
dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis
konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya. Mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada etiologi.
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya.
Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai
demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai
pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah
terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan . Pada konjungtivitis ini
11
biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi
umum lainnya seperti sakit kepala dan demam .
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV)
yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid,
nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes.
Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan
coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi
airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang
dapat terjadi kemosis.
Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu
diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut
penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun
ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan keadaan lingkungan
sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus. Pada anamnesis penting juga
untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang
terinfeksi.
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri
berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi
pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan waktu dan biaya.
Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti
blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan
timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel
pada kulit .
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak 1 tahun atau pada orang dewasa
umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal
atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Pasien konjungtivitis
juga diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi .
12
- Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai sistem imun. Reaksi
hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi
hipersensitivitas tipe I .
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi
musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan
dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan
konjungtivitis papilar raksasa.
Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan
subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh-tumbuhan biasanya
disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan, dan disertai dengan rinitis alergi
serta timbul pada waktu-waktu tertentu. Vernal konjungtivitis sering disertai dengan
riwayat asma, eksema dan rinitis alergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada
pasien dengan riwayat dermatitis atopik, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada
pengguna lensa-kontak atau mata buatan dari plastic.
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan sub-kategorinya.
Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan keluhan utama adalah
gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis
berat. Pasien dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal
dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila
halus di konjungtiva tarsalis inferior.
Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia merupakan
keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian
palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus yang berat
ketajaman penglihatan menurun, sedangkan pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai
tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis.
13
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta
observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala
yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata, yang
mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia.
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan
infeksi sekunder .
Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin topikal
dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka pendek untuk
meredakan gejala lainnya
- Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih
dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang
terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix
schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun .
- Konjungtivitis Parasit
Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa
loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium
dan Pthirus pubis walaupun jarang .
- Konjungtivitis kimia atau iritatif
Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan
substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang
masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam,
alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran
pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.
14
Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka
panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet
yang toksik atau menimbulkan iritasi.
Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan
pemakaian tetesan ringan .
- Konjungtivitis lain
Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga
dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid,
gout dan karsinoid. Terapi pada konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik
tersebut diarahkan pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya Konjungtivitis
juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis herpetiformis
ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D, Asbury T. 1992. Oftalmologi Umum. Jilid 2. Edisi I. Yogyakarta:
Widya Medika.
2. Ilyas, Sidarta. 1999. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
3. Almatsier M,Djuanda A, Sani A et all. 2006. MMS. Volume VII. Jakarta: CMP
Medica.
4. Wijana, Nana. 1983. Ilmu penyakit Mata. Jakarta.
5. James Bruce, Chris Chew, Anthony Bron. 2006. Oftalmologi. Edisi XI. Jakarta :
Erlangga.
6. Schwab IR, Dawson CR. 2000. Konjungtiva : Oftalmologi Umum. Edisi XIV.
Jakarta : Widya Medika.
16