Post on 14-Nov-2020
KEAMANAN DAN KENYAMANAN BAGI PENGGUNA LANJUT USIA
DI TAMAN LANSIA SURABAYA
SKRIPSI
ARSITEKTUR LABORATORIUM DESAIN PERMUKIMAN DAN KOTA
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
DWI RAHAYU AMINI
NIM. 135060500111025
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
i
KEAMANAN DAN KENYAMANAN BAGI PENGGUNA LANJUT USIA
DI TAMAN LANSIA SURABAYA
SKRIPSI
ARSITEKTUR LABORATORIUM DESAIN PERMUKIMAN DAN KOTA
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
DWI RAHAYU AMINI
NIM. 135060500111025
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
KEAMANAN DAN KENYAMANAN BAGI PENGGUNA LANJUT USIA
DI TAMAN LANSIA SURABAYA
SKRIPSI
ARSITEKTUR LABORATORIUM DESAIN PERMUKIMAN DAN KOTA
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
DWI RAHAYU AMINI
NIM. 135060500111025
Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing.
Mengetahui,
Ketua Jurusan Arsitektur
Agung Murti Nugroho, S.T., M.T., Ph.D.
NIP. 19740915 200012 1 001
Dosen Pembimbing
Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, M.T.
NIP. 19630630 198903 1 002
iv
v
vi
vii
PERUNTUKAN
Lembaran ini saya persembahkan kepada
manusia yang telah memberikan nafas kehidupan
dan limpahan kasih sayang yang tak terhingga
yaitu untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta,
Bapak Tukimin dan Ibu Diot Diana serta
untuk kakak tersayang, Fajar Purwantini.
viii
ix
RINGKASAN
Dwi Rahayu Amini, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Juli 2017,
Keamanan dan Kenyamanan bagi Pengguna Lanjut Usia di Taman Lansia Surabaya, Dosen
Pembimbing: Sigmawan Tri Pamungkas.
Kota Surabaya saat ini bertujuan menjadi Kota Ramah Lansia tahun 2030 yang salah
satu indikatornya adalah ruang terbuka ramah lansia berdasarkan standar WHO. Taman
Lansia Surabaya sebagai satu-satunya taman tematik untuk lansia di Surabaya yang
berfungsi sebagai sarana rekreasi dan terapi tentunya harus menerapkan aspek keamanan
dan kenyamanan bagi pengguna lansia sebagai bagian dari kriteria taman untuk lansia
menurut teori yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan
aspek keamanan dan kenyamanan di lingkungan sekitar dan dalam Taman Lansia Surabaya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk pengumpulan data,
penelitian menggunakan metode observasi lapangan serta wawancara dan penyebaran
kuesioner terhadap pengguna taman lansia dan umum. Analisis data bersifat evaluatif
terhadap variabel penelitian (fungsi, desain, aksesibilitas, dan material) di lingkungan sekitar
dan dalam taman dengan metode deskriptif analisis dalam menyajikan data. Kesimpulan
analisis data sebelumnya dibuat dalam sintesis data untuk dirumuskan menjadi rekomendasi
desain dengan metode pragmatif-intuitif sehingga diperoleh rekomendasi kondisi yang ideal
dan rasional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek keamanan dan kenyamanan bagi
pengguna lansia di lingkungan sekitar dan dalam Taman Lansia Surabaya belum diterapkan
sepenuhnya. Dari fungsi, desain, aksesibilitas, maupun material yang diterapkan masih
banyak yang kurang dan perlu diperbaiki. Peruntukan lahan dan fungsi jalan yang kurang
mendukung, fasilitas yang masih kurang, desain yang masih belum sesuai standar,
aksesibilitas yang belum sesuai, serta material yang belum aman dan nyaman merupakan
hal-hal yang harus diperbaiki. Pemerintah maupun perancang kota dapat mengacu pada hasil
penelitian ini untuk membuat kota Surabaya maupun kota lainnya untuk membuat kota yang
lebih ramah lansia. Lalu, bagi akademisi/pengembang keilmuan lainnya dapat meneliti di
taman lansia yang lain atau melanjutkan penelitian terhadap kriteria taman bagi lansia selain
keamanan dan kenyamanan.
Kata kunci : keamanan, kenyamanan, taman, pengguna lansia
x
xi
SUMMARY
Dwi Rahayu Amini, Department of Architecture Engineering, Faculty of Engineering,
University of Brawijaya, July 2017, Safety and Comfort for Elderly in Surabaya Elderly
Park, Academic Supervisor : Sigmawan Tri Pamungkas.
Surabaya City is currently aiming be Age Friendly City in 2030 that one indicator is
elderly friendly open space based on WHO standards. Elderly Park Surabaya as the only
theme parks for the elderly in Surabaya, which serves as a means of recreation and therapy
should implement safety and comfort for elderly users as part of the park for the elderly
criteria according to its theory. This study aims to determine the extent to which the
implementation of safety and comfort in the neighborhood and Surabaya Elderly Park. This
study uses qualitative descriptive method. For collecting data, the study uses observations,
interviews and questionnaires to the elderly and other park users. Analysis of data is
evaluative to variables of study (function, design, accessibility, and material) in the
neighborhood and the park with analysis descriptive method of presenting data. Conclusion
of the previous data analysis is made for synthesizing the data to formulate a
recommendation to the design of pragmatic-intuitive method to obtain recommendations and
rational ideal conditions.
The results showed that the safety and comfort for elderly users in the neighborhood
and in Surabaya Elderly Park have not been implemented fully. Function, design,
accessibility, and material that are applied are still much less and needs to be repaired. Use
of land and roads that are less supportive functions, facilities are still lacking, the design
still does not meet the standards, the accessibility is not appropriate as well as material that
have not been safe and comfortable are the things that should be fixed. Government and city
planners can refer to the results of this study to make Surabaya City and other cities to
become friendly more for elderly. Then, for academics / developers of other scientific can
refer to this study for further study to examine in another elderly park or continuing research
on park criteria for the elderly beside safety and comfort.
Keywords : safety, comfort, park, elderly
xii
xiii
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Keamanan dan Kenyamanan bagi Pengguna Lanjut Usia di Taman Lansia Surabaya” ini
dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini merupakan pengerjaan Tugas Akhir dari proses
perkuliahan di Jurusan Arsitektur FT-UB.
Proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada penulis dari awal hingga penyusunan. Untuk
itu penulis mennyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT. Atas segala kebesaran, rahmat, dan hidayah-Nya,
2. Nabi Muhammad SAW., rahmat bagi seluruh alam semesta,
3. Bapak Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah
mendukung dan memberikan banyak masukan positif dalam proses penyusunan
skripsi ini,
4. Bapak Iwan Wibisono, S.T., M.T. dan Ibu Wasiska Iyati, S.T., M.T. selaku Dosen
Penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan laporan
skripsi ini,
5. Bapak Agung Murti Nugroho, S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini,
6. Bapak Ir. Chairil Budiarto Amiuza, M.S.A. selaku Kepala Laboratorium
Dokumentasi dan Tugas Akhir, yang telah memberikan saran dan masukan yang
positif,
7. Bapak Ir. Jusuf Thojib, M.S.A. selaku Dosen Penasehat Akademik,
8. Segenap staf dan karyawan di Jurusan Arsitektur FT-UB yang membantu dalam
pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini,
9. Segenap staf dan karyawan di Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH)
kota Surabaya yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan baik berupa
informasi, data maupun waktunya yang menunjang penyelesaian skripsi ini,
10. Kedua orang tua penulis, Bapak Tukimin dan Ibu Diot Diana yang telah memberikan
doa, nasihat, kasih sayang, dan kesabarannya dalam membesarkan dan mendidik
penulis,
11. Kakak satu-satunya penulis, Fajar Purwantini, yang selalu memberikan dukungan,
mengingatkan, dan ikut menyemangati dalam pengerjaan skripsi ini,
12. Bapak Muridun dan Ibu Juninawati yang sudah menjadi orangtua kedua bagi penulis
dan telah turut membimbing serta mendidik penulis,
13. Kak Mita Fitriani, Siti Nurjannah, Normalita Sari dan Raudatul Adawiah, sepupu-
sepupu yang telah memberikan semangat bagi penulis,
14. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani dan memberikan semangat untuk
penyelesaian skripsi ini : Fara, Lina, Almas, Jasmine, Aisyah, Dichi, Nai Kak Retno,
Nora, Raudhah, Puput, dan Lia,
xiv
15. Para teman, kolega dan sahabat di Jurusan Arsitektur FT-UB terutama angkatan 2013
yang selalu memberikan semangat, dukungan dan kebersamaan selama penulis
menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya,
16. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna dalam rangka meningkatkan pendidikan
khususnya dalam bidang arsitektur, serta dapat dilanjutkan untuk proses penelitian
selanjutnya sehingga dapat memberikan hasil yang dapat menambah wawasan dan
pengetahuan yang lebih baik bagi penyusun maupun pembaca. Penulis menyadari skripsi ini
masih jauh dari sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, diharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Malang, Juli 2017
Penulis
xv
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................................... v
PERUNTUKAN .................................................................................................................. vii
RINGKASAN ....................................................................................................................... ix
SUMMARY ......................................................................................................................... xi
PENGANTAR .................................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xxx
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
1.1.1 Ruang terbuka hijau dan taman kota di Surabaya ..................................... 1
1.1.2 Taman Lansia sebagai taman tematik di Surabaya ................................... 2
1.1.3 Surabaya menuju Kota Ramah Lansia ...................................................... 3
1.1.4 Keamanan dan kenyamanan pengguna lansia di Taman Lansia
Surabaya .................................................................................................... 4
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 6
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
1.4. Batasan Masalah ...................................................................................................... 7
1.5. Tujuan ...................................................................................................................... 7
1.6. Manfaat .................................................................................................................... 7
1. 7 Sistematika Pembahasan ......................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 13
2.1. Tinjauan Lansia ..................................................................................................... 13
xvi
2.1.1 Lanjut usia (Lansia) ................................................................................. 13
2.1.2 Penurunan pada lansia.............................................................................. 13
2.1.3 Aktivitas fisik pada lansia ........................................................................ 14
2.1.4 Kebutuhan lansia di ruang luar ................................................................ 15
2.2. Tinjauan Taman Lansia .......................................................................................... 16
2.2.1 Taman kota dan taman lansia ................................................................... 16
2.2.2 Kriteria perancangan taman lansia ........................................................... 17
2.2.3 Studi komparasi taman lansia .................................................................. 27
2.3. Tinjauan Kota Ramah Lansia berdasarkan Standar WHO ..................................... 33
2.4. Tinjauan Aspek Keamanan dan Kenyamanan ....................................................... 36
2.4.1 Keamanan ................................................................................................ 37
2.4.2 Kenyamanan ............................................................................................ 42
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................................... 46
2.5.1 The Relationship Between Environmental Quality and Elderly
Presence Ability in Urban Open Spaces, Case Study : Laleh Park,
Tehran ...................................................................................................... 47
2.5.2 Kajian Geriatri dan Ruang Terbuka Publik Dalam Mendukung
Penyediaan Taman lansia di Kota Semarang .......................................... 47
2.5.3 Design of Public Space in The City of The Elderly. For Urban
planning for an ageing society project. ................................................... 47
2.5.4 Review of Safety and Mobility Issues Among Older People
Pedestrians ............................................................................................... 48
2.5.5 Evaluation of Elderly People’s Requirements in Open Public Spaces:
A Case Study in Bornova District (Izmir, Turkey) ................................... 48
2.5.6. Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy Evaluation) pada Taman Lansia
di Kota Bandung ...................................................................................... 49
2.6. Parameter Penelitian .............................................................................................. 49
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................... 53
3.1. Jenis dan Metode Umum Penelitian ....................................................................... 53
3.1.1 Jenis penelitian ......................................................................................... 53
3.1.2 Metode umum penelitian ......................................................................... 53
3.2. Lokasi, Objek, dan Subjek Penelitian .................................................................... 53
3.2.1 Lokasi penelitian ...................................................................................... 53
xvii
3.2.2 Objek penelitian ...................................................................................... 55
3.2.3 Subjek penelitian ..................................................................................... 55
3.3. Waktu dan Instrumen Penelitian ........................................................................... 56
3.3.1 Waktu penelitian ..................................................................................... 56
3.3.2 Instrumen penelitian ................................................................................ 57
3.4. Variabel Penelitian ................................................................................................ 57
3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 64
3.5.1 Data primer .............................................................................................. 64
3.5.2 Data sekunder .......................................................................................... 65
3.6. Metode Analisis dan Sintesis Data ........................................................................ 66
3.6.1 Analisis data ............................................................................................ 66
3.6.2 Sintesis data ............................................................................................. 68
3.7. Metode Rekomendasi dan Penyimpulan ............................................................... 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 71
4.1 Tinjauan Umum ..................................................................................................... 71
4.1.1. Tinjauan umum kota Surabaya dan taman kota ...................................... 71
4.1.2. Pembangunan Taman Lansia Surabaya sebagai Taman Tematik ........... 76
4.2 Kondisi Aktual Objek Penelitian ........................................................................... 80
4.2.1. Kondisi aktual di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ............... 80
4.2.2. Kondisi aktual di dalam Taman Lansia Surabaya ................................... 91
4.3 Rekapitulasi Hasil Kuesioner .............................................................................. 105
4.3.1. Jenis multiple choice ............................................................................. 106
4.3.2. Jenis essay ............................................................................................. 113
4.3.3. Jenis tabel .............................................................................................. 116
4.4 Analisis Keamanan Taman Lansia Surabaya ...................................................... 126
4.4.1. Keamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ................... 127
4.4.2. Keamanan di dalam Taman Lansia Surabaya ....................................... 146
4.5 Analisis Kenyamanan Taman Lansia Surabaya .................................................. 173
4.5.1. Kenyamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ............... 174
4.5.2. Kenyamanan di dalam Taman Lansia Surabaya ................................... 187
4.6 Sintesis Keamanan dan Kenyamanan Taman Lansia Surabaya .......................... 211
xviii
4.6.1. Sintesis aspek keamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia
Surabaya ................................................................................................. 212
4.6.2. Sintesis aspek keamanan di dalam Taman Lansia Surabaya ................. 216
4.6.3. Sintesis aspek kenyamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia
Surabaya ................................................................................................. 222
4.6.4. Sintesis aspek kenyamanan di dalam Taman Lansia Surabaya ............. 226
4.7 Rekomendasi Pemenuhan Aspek Keamanan dan Kenyamanan di Taman
Lansia Surabaya ................................................................................................... 234
4.7.1. Rekomendasi di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ............... 234
4.7.2. Rekomendasi di dalam Taman Lansia Surabaya ................................... 253
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 277
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 277
5.2 Saran ..................................................................................................................... 278
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 281
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 285
xix
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 Elemen dan manfaat Garden HortPark ................................................................ 31
Tabel 2.2 Penentuan aspek keamanan dan kenyamanan dalam penelitian .......................... 49
Tabel 2.3 Parameter penelitian ............................................................................................ 50
Tabel 3.1 Waktu penelitian .................................................................................................. 56
Tabel 3.2 Variabel penelitian............................................................................................... 57
Tabel 3.3 Data primer .......................................................................................................... 64
Tabel 3.4 Data sekunder ...................................................................................................... 65
Tabel 3.5 Tahapan metode analisis data POE (Post Occupancy Evaluation) ..................... 67
Tabel 4.1 Taman kota di Surabaya ...................................................................................... 73
Tabel 4.2 Taman Eks SPBU Kota Surabaya ....................................................................... 74
Tabel 4.3 Ukuran dan deskripsi jalur pedestrian di lingkungan sekitar taman.................... 83
Tabel 4.4 Ukuran dan deskripsi jalur pedestrian di dalam Taman Lansia Surabaya ........... 94
Tabel 4.5 Rekapitulasi kuesioner pengunjung umum ....................................................... 106
Tabel 4.6 Rekapitulasi kuesioner pengunjung lansia ........................................................ 110
Tabel 4.7 Rekapitulasi kuesioner penilaian aspek keamanan dan kenyamanan variabel .. 116
Tabel 4.8 Rangkuman pembahasan analisis, sintesis dan rekomendasi desain ................. 232
xx
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 1.1 Diagram kerangka masalah .............................................................................. 11
Gambar 2.1 Bentuk bangunan dan penanda yang mempengaruhi familiarity ..................... 18
Gambar 2.2 Penunjuk arah dan jalan yang mempengaruhi legibility .................................. 19
Gambar 2.3 Karakter suatu lingkungan yang mempengaruhi distinctiveness ..................... 19
Gambar 2.4 Ruang luar yang mempengaruhi accessibility .................................................. 20
Gambar 2.5 Ruang luar yang mempengaruhi comfort ......................................................... 21
Gambar 2.6 Standar ukuran ramp ........................................................................................ 22
Gambar 2.7 Standar ukuran trotoar dan tempat duduk di trotoar ......................................... 23
Gambar 2.8 Standar tipe tekstur dan susunan ubin pemandu .............................................. 24
Gambar 2.9 Standar rute aksesibilitas dan tipikal ruang parkir ........................................... 25
Gambar 2.10 Standar ruang menaikturunkan penumpang ................................................... 25
Gambar 2.11 Standar ukuran ruang gerak dan fasilitas toilet .............................................. 26
Gambar 2.12 Standar jenis dan perletakan simbol ............................................................... 27
Gambar 2.13 Danau di Taman Lansia, Bandung ................................................................. 28
Gambar 2.14 Jalur pedestrian dan aktivitas di Taman Lansia, Bandung ............................. 29
Gambar 2.15 Fasilitas di Taman Lansia Bandung ............................................................... 29
Gambar 2.16 Layout Therapeutic Garden HortPark ........................................................... 30
Gambar 2.17 Penentu proses penuaan pada lansia ............................................................... 34
Gambar 2.18 Kriteria kota ramah lansia .............................................................................. 34
Gambar 2.19 Mobil parkir di jalur pejalan kaki ................................................................... 38
Gambar 2.20 Jalan menurun dapat membahayakan lansia .................................................. 38
Gambar 2.21 Pola geometri jalan yang rumit membuat lansia bingung .............................. 39
Gambar 2.22 Contoh standar desain penanda pendukung keamanan lansia ........................ 40
Gambar 2.23 Penanda untuk lansia menyeberang jalan ....................................................... 40
xxi
Gambar 2.24 Tempat duduk bagi pengguna lansia di jalan ................................................ 43
Gambar 2.25 Hambatan pada permukaan jalan bagi lansia................................................. 43
Gambar 2.26 Shelter yang transparan.................................................................................. 45
Gambar 2.27 Tempat duduk yang melindungi lansia .......................................................... 46
Gambar 2.28 Toilet umum .................................................................................................. 46
Gambar 2.29 Diagram kerangka pustaka ............................................................................ 52
Gambar 3.1 Lokasi Taman Lansia Surabaya ....................................................................... 54
Gambar 3.2 Diagram kerangka metode penelitian .............................................................. 69
Gambar 4.1 Peta Surabaya................................................................................................... 71
Gambar 4.2 Taman Bungkul dan Taman Flora sebagai Taman Aktif ................................. 72
Gambar 4.3 Taman di Median Jalan sebagai Taman Pasif .................................................. 73
Gambar 4.4 Taman Pelangi dan Taman Lansia sebagai Taman Tematik ........................... 73
Gambar 4.5 Peta kawasan Taman Lansia Surabaya ............................................................ 76
Gambar 4.6 Masterplan SPBU Biliton dan Taman Lansia Surabaya .................................. 77
Gambar 4.7 Proses penggantian tanah pada lahan eks SPBU Biliton ................................. 78
Gambar 4.8 Fasilitas di Taman Lansia Surabaya ................................................................ 78
Gambar 4.9 Aktivitas di Taman Lansia Surabaya ............................................................... 79
Gambar 4.10 Fungsi jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ......................... 81
Gambar 4.11 Fungsi jalan yang belum menyediakan jalur pedestrian ................................ 81
Gambar 4.12 Desain bentuk bangunan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ..... 82
Gambar 4.13 Jalur pemandu di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ..................... 83
Gambar 4.14 Pembagian area jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ........... 83
Gambar 4.15 Peta persebaran dan foto penanda jalan di lingkungan sekitar Taman
Lansia Surabaya ............................................................................................. 85
Gambar 4.16 Peta persebaran dan perabot jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia
Surabaya ......................................................................................................... 86
Gambar 4.17 Peta persebaran dan penataan vegetasi di lingkungan sekitar Taman
Lansia Surabaya ............................................................................................. 87
xxii
Gambar 4.18 Peta persebaran dan kondisi penyeberangan jalan ......................................... 88
Gambar 4.19 Peta persebaran dan kondisi akses dari jalur pedestrian ................................. 89
Gambar 4.20 Material bangunan sekitar Taman Lansia Surabaya ....................................... 90
Gambar 4.21 Material jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ....................... 90
Gambar 4.22 Suasana Taman Lansia ................................................................................... 91
Gambar 4.23 Fasilitas taman bermain di Taman Lansia Surabaya ...................................... 92
Gambar 4.24 Suasana pedagang makanan dan minuman di Taman Lansia Surabaya ........ 92
Gambar 4.25 Peta sirkulasi dalam Taman Lansia Surabaya ................................................ 93
Gambar 4.26 Jenis jalan di Taman Lansia Surabaya ........................................................... 94
Gambar 4.27 Ukuran tempat duduk di Taman Lansia Surabaya ......................................... 95
Gambar 4.28 Jenis tempat duduk di Taman Lansia Surabaya ............................................. 96
Gambar 4.29 Penanda di dalam Taman Lansia Surabaya .................................................... 97
Gambar 4.30 Parkir di Taman Lansia Surabaya .................................................................. 97
Gambar 4.31 Peta persebaran penerangan di Taman Lansia Surabaya ................................ 98
Gambar 4.32 Jenis penerangan di Taman Lansia Surabaya ................................................. 98
Gambar 4.33 Vegetasi di Taman Lansia Surabaya ............................................................ 100
Gambar 4.34 Jenis pembatas taman di Taman Lansia Surabaya ....................................... 100
Gambar 4.35 Air mancur di Taman Lansia Surabaya ........................................................ 101
Gambar 4.36 Akses parkir di Taman Lansia Surabaya ...................................................... 102
Gambar 4.37 Pintu masuk di Taman Lansia Surabaya ...................................................... 102
Gambar 4.38 Akses antar fasilitas di Taman Lansia Surabaya .......................................... 103
Gambar 4.39 Material jalan di dalam Taman Lansia Surabaya ......................................... 103
Gambar 4.40 Material jalan di luar Taman Lansia Surabaya ............................................. 104
Gambar 4.41 Vegetasi pembatas Taman Lansia Surabaya ................................................ 104
Gambar 4.42 Material beton untuk bangku taman di dalam Taman Lansia Surabaya ...... 104
Gambar 4.43 Material besi dan kayu untuk bangku taman di luar Taman Lansia
Surabaya ........................................................................................................ 105
xxiii
Gambar 4.44 Ramp dan tangga di Taman Lansia Surabaya .............................................. 105
Gambar 4.45 Grafik keamanan bangunan di lingkungan sekitar Taman Lansia
Surabaya ....................................................................................................... 128
Gambar 4.46 Analisis dan grafik keamanan jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia
Surabaya ....................................................................................................... 129
Gambar 4.47 Pagar bangunan yang menciptakan ruang gelap .......................................... 130
Gambar 4.48 Analisis pagar keamanan desain bentuk bangunan ..................................... 131
Gambar 4.49 Analisis grafik keamanan desain bentuk bangunan ..................................... 131
Gambar 4.50 Analisis desain jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya .......... 132
Gambar 4.51 Beberapa sudut jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya ......... 133
Gambar 4.52 Jalur area pedestrian di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya .......... 134
Gambar 4.53 Analisis pengaman pinggiran jalur pedestrian ............................................. 135
Gambar 4.54 Analisis jalur pemandu pada jalur pedestrian .............................................. 135
Gambar 4.55 Grafik keamanan desain jalan di lingkungan sekitar Taman Lansia
Surabaya ....................................................................................................... 136
Gambar 4.56 Grafik keamanan desain penanda di lingkungan sekitar Taman Lansia
Surabaya ....................................................................................................... 137
Gambar 4.57 Analisis desain perabot jalan ....................................................................... 137
Gambar 4.58 Grafik keamanan desain perabot jalan di lingkungan sekitar taman ........... 138
Gambar 4.59 Analisis keamanan desain vegetasi di lingkungan sekitar Taman Lansia
Surabaya ....................................................................................................... 139
Gambar 4.60 Grafik keamanan desain vegetasi di lingkungan sekitar Taman Lansia
Surabaya ....................................................................................................... 139
Gambar 4.61 Analisis keamanan jalur penyeberangan ..................................................... 140
Gambar 4.62 Analisis keamanan akses penyeberangan jalan di lingkungan sekitar......... 141
Gambar 4.63 Grafik keamanan akses penyeberangan jalan di lingkungan sekitar ........... 141
Gambar 4.64 Analisis keamanan akses jalur pedestrian di lingkungan sekitar ................. 142
Gambar 4.65 Grafik keamanan akses jalur pedestrian di lingkungan sekitar ................... 142
xxiv
Gambar 4.66 Analisis keamanan akses pemberhentian kendaraan umum ......................... 143
Gambar 4.67 Grafik keamanan akses pemberhentian kendaraan umum ........................... 144
Gambar 4.68 Analisis keamanan material fasad bangunan di lingkungan sekitar ............. 145
Gambar 4.69 Grafik keamanan material fasad bangunan di lingkungan sekitar ............... 145
Gambar 4.70 Analisis keamanan material jalan di lingkungan sekitar .............................. 146
Gambar 4.71 Grafik keamanan material jalan di lingkungan sekitar ................................. 146
Gambar 4.72 Analisis keamanan fungsi fasilitas dalam taman .......................................... 148
Gambar 4.73 Gafik keamanan fungsi fasilitas dalam taman .............................................. 149
Gambar 4.74 Jalur pedestrian di Taman Lansia Surabaya ................................................. 149
Gambar 4.75 Grafik keamanan fungsi sirkulasi dalam taman ........................................... 150
Gambar 4.76 Analisis ukuran jalan di dalam dan sekeliling taman ................................... 151
Gambar 4.77 Sambungan permukaan jalan ........................................................................ 152
Gambar 4.78 Analisis penerangan sirkulasi dalam taman ................................................. 152
Gambar 4.79 Material permukaan jalan ............................................................................. 152
Gambar 4.80 Batas jalur pedestrian dan area parkir .......................................................... 153
Gambar 4.81 Sudut jalan Taman Lansia Surabaya ............................................................ 153
Gambar 4.82 Jalur pemandu di dalam dan sekeliling Taman Lansia Surabaya ................. 154
Gambar 4.83 Grafik keamanan desain jalan dalam taman ................................................. 154
Gambar 4.84 Analisis keamanan desain tempat duduk dalam taman ................................ 155
Gambar 4.85 Grafik keamanan desain tempat duduk dalam taman ................................... 155
Gambar 4.86 Analisis keamanan desain penanda dalam taman ......................................... 156
Gambar 4.87 Grafik keamanan desain penanda dalam taman ........................................... 156
Gambar 4.88 Grafik keamanan desain toilet umum dalam taman ..................................... 157
Gambar 4.89 Analisis keamanan desain parkir dalam taman ............................................ 158
Gambar 4.90 Grafik keamanan desain parkir dalam taman ............................................... 159
Gambar 4.91 Analisis keamanan desain penerangan dalam taman ................................... 160
Gambar 4.92 Grafik keamanan desain penerangan dalam taman ...................................... 160
xxv
Gambar 4.93 Analisis keamanan penataan vegetasi dalam taman .................................... 161
Gambar 4.94 Analisis vegetasi sekeliling taman ............................................................... 162
Gambar 4.95 Analisis vegetasi pembatas dalam taman .................................................... 162
Gambar 4.96 Analisis keamanan desain elemen keindahan dalam taman ........................ 163
Gambar 4.97 Grafik keamanan desain elemen keindahan dalam taman ........................... 163
Gambar 4.98 Analisis keamanan akses menuju parkir dalam taman ................................ 164
Gambar 4.99 Grafik keamanan akses menuju parkir dalam taman ................................... 165
Gambar 4.100 Analisis keamanan akses pintu masuk dalam taman ................................. 166
Gambar 4.101 Grafik keamanan akses pintu masuk dalam taman .................................... 166
Gambar 4.102 Analisis keamanan akses elemen & fasilitas dalam taman ........................ 167
Gambar 4.103 Grafik keamanan akses elemen & fasilitas dalam taman .......................... 167
Gambar 4.104 Grafik keamanan material fasad bangunan dalam taman .......................... 168
Gambar 4.105 Analisis keamanan material jalan dalam taman......................................... 169
Gambar 4.106 Grafik keamanan material jalan dalam taman ........................................... 170
Gambar 4.107 Vegetasi sebagai pagar pembatas Taman Lansia Surabaya ....................... 170
Gambar 4.108 Analisis keamanan material tempat duduk dalam taman .......................... 171
Gambar 4.109 Grafik keamanan material tempat duduk dalam taman ............................. 171
Gambar 4.110 Analisis dan grafik keamanan material shelter dalam taman .................... 172
Gambar 4.111 Analisis keamanan material ramp & tangga dalam taman ........................ 173
Gambar 4.112 Grafik keamanan material ramp & tangga dalam taman .......................... 173
Gambar 4.113 Fasilitas Poliklinik di Jl. Nias, Surabaya ................................................... 174
Gambar 4.114 Grafik kenyamanan fungsi bangunan lingkungan sekitar ......................... 175
Gambar 4.115 Analisis kenyamanan fungsi jalan di lingkungan sekitar taman ................ 176
Gambar 4.116 Grafik kenyamanan fungsi jalan di lingkungan sekitar taman .................. 176
Gambar 4.117 Analisis kenyamanan desain bentuk bangunan lingkungan sekitar taman 177
Gambar 4.118 Grafik kenyamanan desain bentuk bangunan di lingkungan sekitar
taman ............................................................................................................ 177
xxvi
Gambar 4.119 Tempat duduk di sekitar Taman Lansia Surabaya ..................................... 178
Gambar 4.120 Vegetasi sebagai penahan akustik dan buffer ............................................. 178
Gambar 4.121 Grafik kenyamanan desain jalan lingkungan sekitar taman ....................... 179
Gambar 4.122 Analisis dan grafik kenyamanan desain penanda di lingkungan sekitar
taman ............................................................................................................. 180
Gambar 4.123 Grafik kenyamanan desain perabot jalan di lingkungan sekitar taman ...... 181
Gambar 4.124 Analisis kenyamanan desain vegetasi di lingkungan sekitar taman ........... 181
Gambar 4.125 Grafik kenyamanan desain vegetasi di lingkungan sekitar taman ............. 182
Gambar 4.126 Analisis kenyamanan akses penyeberangan ............................................... 182
Gambar 4.127 Grafik kenyamanan akses penyeberangan ................................................. 183
Gambar 4.128 Analisis kenyamanan akses jalur pedestrian di lingkungan sekitar taman . 183
Gambar 4.129 Grafik kenyamanan akses jalur pedestrian di lingkungan sekitar taman ... 184
Gambar 4.130 Analisis kenyamanan akses pemberhentian kendaraan umum ................... 184
Gambar 4.131 Grafik kenyamanan akses pemberhentian kendaraan umum ..................... 185
Gambar 4.132 Analisis kenyamanan material fasad bangunan di lingkungan sekitar ....... 185
Gambar 4.133 Grafik kenyamanan material fasad bangunan di lingkungan sekitar ......... 186
Gambar 4.134 Analisis kenyamanan material jalan di lingkungan sekitar ........................ 186
Gambar 4.135 Grafik kenyamanan material jalan di lingkungan sekitar ........................... 187
Gambar 4.136 Analisis kenyamanan fungsi fasilitas dalam taman .................................... 188
Gambar 4.137 Grafik kenyamanan fungsi fasilitas dalam taman ...................................... 188
Gambar 4.138 Analisis kenyamanan fungsi sirkulasi dalam taman ................................... 190
Gambar 4.139 Grafik kenyamanan fungsi sirkulasi dalam taman ..................................... 190
Gambar 4.140 Pegangan tangan di Taman Lansia Surabaya masih minim ....................... 191
Gambar 4.141 Analisis lubang drainase sekeliling taman ................................................. 191
Gambar 4.142 Analisis pola jalan di dalam taman ............................................................. 192
Gambar 4.143 Vegetasi menahan kebisingan dari jalan raya ............................................ 192
Gambar 4.144 Grafik kenyamanan desain jalan dalam taman ........................................... 193
xxvii
Gambar 4.145 Kondisi tempat duduk di dalam Taman Lansia Surabaya ......................... 194
Gambar 4.146 Potongan tempat duduk di dalam taman .................................................... 194
Gambar 4.147 Grafik kenyamanan desain tempat duduk dalam taman ............................ 195
Gambar 4.148 Grafik kenyamanan desain penanda dalam taman..................................... 196
Gambar 4.149 Grafik kenyamanan desain toilet dalam taman .......................................... 196
Gambar 4.150 Analisis kenyamanan desain parkir dalam taman ...................................... 197
Gambar 4.151 Grafik kenyamanan desain parkir dalam taman ........................................ 198
Gambar 4.152 Analisis kenyamanan desain penerangan dalam taman ............................. 199
Gambar 4.153 Grafik kenyamanan desain penerangan dalam taman ............................... 199
Gambar 4.154 Vegetasi sebagai penaung dan penghias .................................................... 200
Gambar 4.155 Analisis dan grafik kenyamanan desain pembatas dalam taman ............... 201
Gambar 4.156 Analisis kenyamanan desain elemen keindahan dalam taman .................. 201
Gambar 4.157 Grafik kenyamanan desain elemen keindahan dalam taman ..................... 202
Gambar 4.158 Analisis kenyamanan akses menuju parkir dalam taman .......................... 203
Gambar 4.159 Grafik kenyamanan akses menuju parkir dalam taman ............................. 203
Gambar 4.160 Analisis kenyamanan akses pintu masuk dalam taman ............................. 204
Gambar 4.161 Grafik kenyamanan akses pintu masuk dalam taman ................................ 204
Gambar 4.162 Analisis kenyamanan akses elemen & fasilitas dalam taman .................... 205
Gambar 4.163 Grafik kenyamanan akses elemen & fasilitas dalam taman ...................... 205
Gambar 4.164 Grafik kenyamanan material fasad bangunan dalam taman ...................... 206
Gambar 4.165 Analisis kenyamanan material jalan dalam taman..................................... 207
Gambar 4.166 Grafik kenyamanan material jalan dalam taman ....................................... 207
Gambar 4.167 Analisis dan grafik kenyamanan material pagar pembatas dalam taman .. 208
Gambar 4.168 Analisis kenyamanan material tempat duduk dalam taman ...................... 208
Gambar 4.169 Grafik kenyamanan material tempat duduk dalam taman ......................... 209
Gambar 4.170 Grafik kenyamanan material shelter dalam taman .................................... 210
Gambar 4.171 Analisis kenyamanan material ramp & tangga dalam taman .................... 210
xxviii
Gambar 4.172 Grafik kenyamanan material ramp & tangga dalam taman ........................ 211
Gambar 4.173 Ditambahkan pos jaga di lingkungan sekitar taman ................................... 236
Gambar 4.174 Rekomendasi bentuk bangungan di lingkungan sekitar taman .................. 237
Gambar 4.175 Rekomendasi desain jalan di lingkungan sekitar taman ............................. 240
Gambar 4.176 Rekomendasi tempat duduk di jalan lingkungan sekitar taman ................. 240
Gambar 4.177 Rekomendasi penanda lingkungan sekitar ................................................. 242
Gambar 4.178 Rekomendasi perabot jalan lingkungan sekitar .......................................... 243
Gambar 4.179 Rekomendasi tiang lampu dengan lengan tunggal dan ganda .................... 244
Gambar 4.180 Rekomendasi vegetasi di lingkungan sekitar ............................................. 245
Gambar 4.181 Rekomendasi penataan vegetasi lingkungan sekitar .................................. 246
Gambar 4.182 Kondisi awal akses penyeberangan jalan ................................................... 247
Gambar 4.183 Rekomendasi akses penyeberangan jalan di lingkungan sekitar taman ..... 247
Gambar 4.184 Rekomendasi akses jalur pedestrian di lingkungan sekitar taman ............. 248
Gambar 4.185 Rekomendasi ramp di jalur pedestrian lingkungan sekitar taman .............. 248
Gambar 4.186 Rekomendasi akses pemberhentian kendaraan umum ............................... 249
Gambar 4.187 Rekomendasi material fasad bangunan di lingkungan sekitar ................... 250
Gambar 4.188 Rekomendasi akses penyeberangan jalan di lingkungan sekitar taman ..... 251
Gambar 4.189 Peta lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya sebelum dan sesudah
rekomendasi .................................................................................................. 252
Gambar 4.190 Rekomendasi fungsi fasilitas bangunan di dalam taman ............................ 255
Gambar 4.191 Rekomendasi fungsi sirkulasi di dalam taman ........................................... 256
Gambar 4.192 Rekomendasi desain jalan di dalam taman ................................................. 258
Gambar 4.193 Rekomendasi pegangan tangan jalur sirkulasi di dalam taman .................. 259
Gambar 4.194 Rekomendasi desain tempat duduk di dalam taman .................................. 261
Gambar 4.195 Rekomendasi desain penanda di dalam taman ........................................... 261
Gambar 4.196 Rekomendasi desain toilet di dalam taman ................................................ 262
Gambar 4.197 Rekomendasi desain parkir di dalam taman ............................................... 263
xxix
Gambar 4.198 Rekomendasi desain penerangan di dalam taman ..................................... 265
Gambar 4.199 Rekomendasi desain vegetasi di dalam taman ........................................... 267
Gambar 4.200 Rekomendasi desain elemen keindahan di dalam taman ........................... 269
Gambar 4.201 Rekomendasi akses menuju parkir di dalam taman ................................... 269
Gambar 4.202 Rekomendasi akses pintu masuk di dalam taman...................................... 270
Gambar 4.203 Rekomendasi akses menuju bangunan fasilitas di dalam taman ............... 270
Gambar 4.204 Rekomendasi akses antar elemen dan fasilitas di dalam taman ................ 271
Gambar 4.205 Rekomendasi material fasad bangunan di dalam taman ............................ 272
Gambar 4.206 Rekomendasi material jalan di dalam taman ............................................. 272
Gambar 4.207 Rekomendasi material tempat duduk di dalam taman ............................... 273
Gambar 4.208 Rekomendasi material di dalam taman ...................................................... 274
Gambar 4.209 Rekomendasi material shelter di dalam taman .......................................... 274
Gambar 4.210 Rekomendasi material ramp dan tangga di dalam taman .......................... 275
Gambar 4.211 Layout taman sebelum dan sesudah rekomendasi ..................................... 276
xxx
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
Lampiran 1. Berita media massa ........................................................................................ 285
Lampiran 2. Kuesioner ....................................................................................................... 288
Lampiran 3. Lembar deteksi plagiasi ................................................................................. 295
Lampiran 4. Gambar – gambar rekomendasi ..................................................................... 296
Lampiran 5. Lembar asistensi ............................................................................................ 310
Lampiran 6. Berita acara skripsi ........................................................................................ 312
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.1.1 Ruang terbuka hijau dan taman kota di Surabaya
Pengertian Ruang Terbuka Hijau atau yang biasa disingkat RTH menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 05 tahun 2008, merupakan ruang terbuka yang
bisa digunakan masyarakat luas dan terbuka bagi siapa saja tanpa membatasi golongan
tertentu dengan bentuk mengelompok atau memanjang serta menjadi tempat hidup bagi
tanaman – tanaman yang memang sengaja ditanam atau memang tumbuh secara alami.
Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 26 tahun 2007 mengenai Penataan Ruang, bahwa
perencanaan dan perancangan dari ruang wilayah suatu kota harus merencanakan dan
menyediakan RTH minimal 30 % dari luas wilayah kota tersebut. Kebutuhan RTH semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya urbanisasi terutama di kota-kota metropolitan,
seperti: Surabaya, Jakarta dan Medan. Populasi manusia yang semakin bertambah banyak
menyebabkan kebutuhan ruang hijau yang semakin banyak pula, namun faktanya masih
banyak kabupaten dan kota di Indonesia terutama pada kota-kota besar, yang masih belum
mencapai luasan RTH sebesar 30% (www.republika.co.id., 2015). Untuk standarnya sendiri
dari 30 % RTH tersebut, 20 % digunakan untuk ruang hijau publik dan 10 % digunakan
untuk ruang privat (Permen PU No. 05, 2008).
Kota Surabaya sendiri merupakan salah satu dari kota metropolitan terbesar di
Indonesia. Kota Surabaya sedang mengembangkan keberadaan RTH sebagai realisasi dari
konsep penataan ruang yang tertuang dalam Perda Kota Surabaya No. 12 tahun 2014
mengenai RTRW Kota Surabaya tahun 2014 – 2034. Pengarahan kota Surabaya menuju kota
taman atau yang disebut juga “Green City” merupakan realisasi dari konsep peningkatan
RTH di Surabaya. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, turut mengeluarkan kebijakan–
kebijakan dalam menata kota untuk mewujudkan kota Surabaya yang sejuk dan hijau, salah
satunya adalah menyediakan banyak RTH di pusat kota yang memberi dampak langsung
bagi lingkungan sekitar dan masyarakat umum (Widigdo et al., 2010). Peningkatan kualitas
RTH tersebut diwujudkan melalui penghijauan terhadap taman-taman kota yang telah ada
sebelumnya, penghijauan jalur-jalur hijau yang berada di tengah jalan serta mengembalikan
fungsi zona RTH yang digunakan untuk permukiman (Widigdo et al., 2010).
2
Menurut M. Aswan, Kepala Bidang Pertamanan dan PJU Dinas Kebersihan dan
Pertamanan kota Surabaya mengatakan Pemkot Surabaya akan memperluas taman-taman
yang ada di Surabaya (surabayaonline.com, 2016). Aswan mengatakan bahwa saat ini luas
taman kota di Surabaya hampir mencapai 30 % dari luas wilayah kota Surabaya, dengan 20
% merupakan lahan milik Pemkot Surabaya dan sisanya milik swasta. Namun luasan taman
kota ini masih akan terus ditingkatkan. Bahkan beberapa fungsi banyak yang dialihkan untuk
dijadikan taman kota, seperti pengalihfungsian lahan TPA (Silas, 2014: 6) dan lahan SPBU
(Kharismawan, 2012: 1). Contoh taman-taman kota tersebut seperti Taman Lansia, Taman
Pelangi, Taman Persahabatan, Taman Pelangi, Taman Prestasi, Taman Kunang-Kunang, dan
sebagainya.
1.1.2 Taman Lansia sebagai taman tematik di Surabaya
Penduduk lanjut usia (lansia) menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah
seseorang yang memiliki usia 60 tahun keatas. Populasi penduduk lansia di Indonesia
tumbuh lebih cepat dibandingkan negara lain, Indonesia sendiri berada pada urutan ketiga
dengan jumlah populasi lansia terbanyak di Asia yaitu sebanyak 25 juta setelah China (200
juta) dan India (100 juta) sehingga diperkirakan pada tahun 2050 nantinya populasi
penduduk lansia di Indonesia dapat mencapai jumlah 100 juta (Hermawati, 2015:1). Di kota
Surabaya sendiri populasi penduduk lansia cukup tinggi hingga mencapai 10 % dari total
jumlah penduduknya yaitu sebanyak 187.955 jiwa dari total 2.765.487 jiwa (BPS kota
Surabaya).
Tingginya jumlah populasi lansia tersebut berdampak pula pada standar penyediaan
RTH berdasarkan jumlah penduduk yang termuat dalam Permen PU No. 5 tahun 2008
mengenai Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan bahwa taman
kota seharusnya menyediakan luas sebesar 144.000 m2 untuk tiap 480.000 jiwa penduduk
atau 0,3 m2/penduduk. Berdasarkan standar tersebut didapatkan bahwa pemerintah kota
Surabaya seharusnya menyediakan taman kota seluas 56.386,5 m2 untuk populasi lansianya
dengan perhitungan 0,3 m2 taman kota untuk 187.955 penduduk lansia Surabaya. Saat ini,
kota Surabaya sudah memiliki taman tematik khusus untuk pengguna lansia yang berada di
antara dua jalan kolektor, yaitu Jl. Raya Gubeng dan Jl. Kalimantan dengan luas 1.519,80
m2. Luas taman ini hanya dapat memenuhi 3,3 % dari total luas taman yang perlu disediakan
bagi pengguna lansia sehingga pemerintah perlu menyediakan taman kota yang lebih banyak
lagi untuk penduduk lansia.
3
Taman Lansia Surabaya ini berada di Kel. Gubeng, Kec. Surabaya Timur. Lokasinya
berada di tengah kawasan fasilitas umum dan perdagangan dan jasa komersial. Berdasarkan
RDTRK UP Dharmahusada tahun 2006, kawasan tersebut memiliki kepadatan cukup tinggi.
Selain itu, posisinya yang berada diantara dua jalan kolektor dengan kecenderungan kegiatan
jasa dan perdagangan, sehingga sirkulasi transportasi di sekitar taman cukup padat. Hal ini
dapat berpengaruh bagi kemudahan aksesibilitas pejalan kaki menuju taman, terutama bagi
pengunjung lanjut usia. Sehingga penelitian ini akan mengkaji keterkaitan antara lokasi
taman dalam konteks kawasan dengan pengguna utamanya yaitu lanjut usia.
Konsep Taman Lansia sendiri sudah terdapat di beberapa kota di Indonesia selain di
Surabaya, seperti di Bandung dan Magelang. Konsep taman seperti ini memang
diperuntukkan khusus bagi pengguna lansia meskipun penggunaannya memang juga untuk
masyarakat umum. Untuk Taman Lansia di Surabaya sendiri, konsep fasilitas maupun
elemen lansekapnya dirancang dengan mengutamakan fungsi terapi bagi pengguna lansia
(baik jasmani maupun rohani), antara lain: air mancur, aneka ragam bunga, jalur olahraga
(jogging track), dan jalur batu untuk pijat refleksi (Kharismawan, 2012: 5).
1.1.3 Surabaya menuju Kota Ramah Lansia
Akibat isu terjadinya peningkatan jumlah lansia dan arus urbanisasi yang tidak hanya
terjadi di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia sehingga pada tahun 2007, WHO
mengeluarkan sebuah pedoman yang bertujuan untuk menjadi panduan bagi kota seluruh
dunia yaitu Pedoman Kota Ramah Lanjut Usia (Old-age Friendly Cities Guideline). Isu ini
juga berdampak pada permasalahan sosial, ekonomi dan politik terutama pada negara
berkembang seperti Indonesia. Terdapat 8 checklist yang digunakan sebagai pedoman WHO
untuk indikator penilaian suatu kota yang ramah lansia, yaitu: 1) Bangunan dan Ruang
Terbuka (Building & Outdoor Space), 2) Transportasi (Transportation), 3) Perumahan
(Housing), 4) Partisipasi Sosial (Social Participation), 5) Penghormatan dan Keterlibatan
Sosial (Respect & Sosial Inclusion), 6) Partisipasi Sipil dan Pekerjaan (Social Participation
& Employment), 7) Komunikasi dan Informasi (Communication & Information), and 8)
Dukungan Masyarakat dan Kesehatan (Community Support & Health Services).
Taman Lansia Surabaya sendiri termasuk dalam kategori Gedung dan Ruang
Terbuka. Untuk kategori ini sendiri terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi
agar dapat disebut ramah lansia. Beberapa persyaratan tersebut diantaranya adalah bebas
dari kebisingan dan bau yang tidak menyenangkan, fasilitas toilet dan tempat duduk yang
mudah diakses, ruang hijau yang terpelihara dengan baik, area pedestrian yang bebas dari
4
gangguan, adanya pengaturan lalu lintas yang mengutamakan pejalan kaki, material jalan
yang aman terutama bagi pengguna kursi roda, penyeberangan jalan yang aman, jalur sepeda
yang disendirikan, dan mengutamakan keamanan terutama bagi pengguna lanjut usia (WHO,
2007).
Untuk menentukan kota ramah lansia dilakukan Studi Asesmen Kapasitas Kota
Ramah Lansia sebagai syarat dari WHO oleh Survey Meter yang telah bekerjasama dengan
Centre of Ageing Studies dari Universitas Indonesia (CAS UI). Studi ini dilakukan di 14 kota
di Indonesia dengan kota Surabaya terpilih untuk mewakili kota besar sebagai Best Practice.
Hasil dari studi ini akan dijadikan sebagai pertimbangan untuk pemerintah daerah dalam
menciptakan kebijakan menuju Kota Ramah Lansia pada tahun 2030. Pemerintah berharap
dengan adanya kota ramah lansia, penduduk lansia akan mendapatkan kemudahan
memperoleh layanan kesehatan, keringanan biaya, kenyamanan menggunakan fasilitas
sosial, kemudahan aksesibilitas di perkotaan dan adanya ruang terbuka untuk refleksi seperti
taman khusus. Taman Lansia di Surabaya merupakan salah satu fasilitas yang dapat
mendukung perwujudan kota ramah lansia tersebut. Tetapi masih belum ada penelitian
mengenai fasilitas di taman tersebut terkait kesesuaiannya dengan indikator ruang terbuka
pada kota ramah lansia. Berdasarkan persyaratan ruang terbuka yang ramah lansia tersebut,
penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan ruang terbuka yang
ramah lansia di Taman Lansia Surabaya.
1.1.4 Keamanan dan kenyamanan pengguna lansia di Taman Lansia Surabaya
Berdasarkan kriteria ruang terbuka dan bangunan pada indikator kota ramah lansia,
terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu: ketersediaan ruang terbuka hijau,
lingkungan yang bersih dan menyenangkan, tempat istirahat, trotoar yang ramah lansia,
aksesibilitas, jalur penyeberangan jalan yang aman, keamanan lingkungan, ketersediaan
toilet umum, trotoar dan jalur sepeda, bangunan yang aman bagi lansia, dan kebutuhan
pengguna lansia itu sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan lansia ingin berada di ruang
luar adalah kenyamanan berjalan kaki, jauh dari suara yang bising, adanya hubungan sosial,
keselamatan maupun keamanan, fasilitas pendukung, dan aksesibilitas (Sajadzadeh, 2015;
Timoticin, 2014 & Yung, 2016). Berada di ruang luar juga dapat meningkatkan kualitas
hidup seseorang (Thompson, 2013: 90) terutama bagi lansia, beraktivitas di ruang luar dapat
meminimalisir gangguan kesehatan pada lansia (Wang, 2014: 266). Namun bagi pengguna
lansia yang memiliki keterbatasan baik fisik maupun mental, berada di lingkungan juga
berisiko menyebabkan kecelakaan terjatuh (Curl, 2016 & Nyman, 2013).
5
Ada 6 kunci dalam merancang ruang luar yang terkait dengan pengguna lansia, yaitu
familiar, legible, distinctive, accessible, comfortable dan safe (Burton, 2006: 50). Burton
dan Lynne membuat 6 kriteria tersebut untuk dijadikan pedoman dalam merancang ruang
luar bagi lansia, dimana aktivitas yang dominan saat di ruang luar adalah berjalan kaki
sehingga lansia diutamakan harus aman dan nyaman ke tempat tujuan. WHO (2007) juga
mengamati bahwa risiko kecelakaan lansia di ruang luar sangat tinggi sehingga keamanan
harus diprioritaskan dan ditingkatkan. Paramitasari & Medhiansyah (2016) memandang
taman lansia di Indonesia saat ini hanya mengutamakan kuantitas, sehingga aspek keamanan,
kenyamanan dan perilaku dari lansianya sendiri malah dikesampingkan. Sehingga taman
lansia seharusnya tidak hanya menjadi ruang bersama bagi lansia tetapi juga harus
mengutamakan aspek keamanan dan kenyamanan penggunanya.
Keamanan mengacu pada bagaimana lansia dapat menggunakan, menikmati dan
beraktivitas di ruang luar tanpa takut tersandung atau terjatuh, bahkan mengalami
kriminalitas (Burton, 2006: 104). Sedangkan kenyamanan adalah bagaimana lansia dapat
bebas beraktivitas di ruang luar tanpa terganggu fisik dan mentalnya dan dapat menikmati
ruang luar (Burton, 2006: 115). Berdasarkan kriteria keamanan dan kenyamanan untuk ruang
terbuka bagi pengguna lanjut usia tersebut, terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan
objek penelitian yaitu Taman Lansia Surabaya. Lokasi taman yang diapit oleh dua jalan
kolektor di sekelilingnya sehingga lalu lintas di sekitar taman cukup ramai. Selain itu,
kondisi jalan sekitar dan fasilitas penyeberangan jalan belum memperhatikan kebutuhan dari
pengguna lanjut usia terutama yang ingin menuju ke taman tersebut. Hal ini tentu
berpengaruh terhadap keamanan lansia saat menyeberangi jalan. Dampak lainnya adalah
kebisingan lingkungan sekitar yang berasal dari jalan raya yang dapat berdampak pula pada
kenyamanan pengguna lanjut usia di taman. Faktor lainnya adalah lokasi taman yang berada
di kawasan fasilitas umum dan perdagangan dan jasa. Desain bangunan yang didominasi
oleh fungsi komersial tentu memiliki karakter yang berbeda dengan fungsi perumahan. Hal
ini juga berdampak pada kemudahan pengguna lanjut usia dalam mengenali kawasan dan
jalan Taman Lansia tersebut karena lansia yang cenderung menghabiskan waktu di rumah
sehingga lebih akrab terhadap desain bangunan perumahan.
Permasalahan lain pada Taman Lansia Surabaya adalah fungsi taman yang justru
didominasi oleh pengguna remaja dibandingkan lanjut usia. Keberadaan para remaja ini
tentu dapat mengganggu kenyamanan pengguna lanjut usia yang ingin mendapatkan
ketenangan di taman tersebut. Selain itu, pengelolaan sampah yang belum maksimal
sehingga menyebabkan taman tersebut terlihat kotor juga berpengaruh terhadap kenyamanan
6
di taman tersebut (pojokpitu.com, 2016). Untuk mendukung program kota Surabaya yang
sedang menuju Kota Ramah Lansia pada tahun 2030, Taman Lansia Surabaya sebagai ruang
bersama untuk pengguna lanjut usia tentunya harus bisa memenuhi kebutuhan ruang luar
bagi lansia. Tetapi dengan permasalahan-permasalahan yang ada di taman tersebut, baik di
dalam taman maupun di kawasan sekitar, dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan
bagi pengguna lanjut usia sendiri. Hal ini juga dapat mempengaruhi kelayakan kota Surabaya
sendiri untuk menjadi kota ramah lansia. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana keamanan dan kenyamanan ruang terbuka bagi pengguna lanjut usia diterapkan
di Taman Lansia Surabaya berdasarkan kebutuhan pengguna dan kriteria kota ramah lansia.
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan latar belakang yang
telah disebutkan, maka identifikasi permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Surabaya yang merupakan salah satu dari kota – kota metropolitan terbesar di
Indonesia belum mencapai RTH 30 % dari luas wilayah kota sehingga terdapat
kebijakan untuk membuat Kota Taman atau disebut juga “Green City” untuk
menambah luasan RTH kota.
2. Taman Lansia Surabaya sebagai taman tematik untuk pengguna lanjut usia hanya
dapat memenuhi kebutuhan RTH sebanyak 3,3 % bagi kebutuhan lansia akibat
meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia di Surabaya maupun di seluruh kota di
Indonesia.
3. Lokasi Taman Lansia Surabaya dan kondisi di dalam taman maupun di lingkungan
sekitar taman tidak sesuai dengan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna
lanjut usia, padahal Surabaya sedang dalam persiapan program menuju kota ramah
lansia pada tahun 2030.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diungkapkan
sebelumnya maka diperoleh rumusan masalah pada penelitian, yaitu: Bagaimana
keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut usia di lingkungan sekitar dan
dalam Taman Lansia Surabaya?
7
1.4. Batasan Masalah
Terdapat beberapa batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini, yaitu diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Lokasi penelitian hanya dilakukan di Taman Lansia Surabaya sebagai satu-satunya
taman tematik bagi pengguna lanjut usia di Surabaya dengan luasan 1.519,80 m2.
2. Aspek keamanan dan kenyamanan yang dikaji berdasarkan pada indikator Ruang
Terbuka dan Bangunan (Building and Open Spaces) untuk penilaian kota ramah lansia
dalam pedoman yang telah dibuat oleh WHO.
3. Kajian keamanan dan kenyamanan melingkupi seluruh elemen pembatas dan pengisi
taman, berupa: bangunan yang berada di dalam maupun lingkungan sekitar taman,
furniture taman, fasilitas umum, sirkulasi di dalam maupun lingkungan sekitar taman,
dan aksesibilitas menuju taman.
4. Subyek penelitian dibatasi hanya pada pengunjung taman berusia 60 ke atas (kategori
lanjut usia).
5. Pedoman pada penelitian ini mengacu pada checklist kota ramah lansia yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2007 dalam Pedoman Kota Ramah Lansia yang
disesuaikan dengan kebijakan dan peraturan mengenai ruang terbuka hijau dan untuk
Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Surabaya.
1.5. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui keamanan dan kenyamanan bagi
pengguna lanjut usia di lingkungan sekitar dan dalam Taman Lansia kota Surabaya.
1.6. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi perencana dan perancang kota
Keamanan dan kenyamanan sebagai penentu kualitas taman kota bagi lansia di Taman
Lansia dapat menjadi acuan untuk perbaikan kualitas taman sebagai pendukung kota
ramah lansia maupun evaluasi bagi pengembangan taman lansia lainnya.
8
2. Bagi arsitek lansekap
Menjadi pertimbangan untuk merancang baik fasilitas dan elemen lansekap terkait
kebutuhan pengguna lanjut usianya yang dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan.
3. Bagi pemerintah
Menjadi bahan pertimbangan untuk mengeluarkan kebijakan dan peraturan terkait
fasilitas maupun pelayanan bagi lansia terutama yang berkaitan dengan program kota
yang ramah lansia di Surabaya pada tahun 2030.
4. Bagi lansia
Mengetahui tingkat keamanan dan kenyamanan pada taman kota terutama di Taman
Lansia Surabaya.
5. Bagi pengembangan keilmuan, khususnya ilmu arsitektur lansekap/pertamanan
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan topik di bidang keilmuan arsitektur
lansekap/pertamanan dengan pengguna lanjut usia yang dapat dikembangkan untuk
penelitian pada lokasi yang sama dan lokasi berbeda yang memiliki permasalahan
yang sama maupun topik sejenis.
1. 7 Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan disusun dalam lima bab yang pembahasannya akan berurutan.
Penulisan dimulai dari bab awal yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian,
hasil dan pembahasan, dan diakhiri dengan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran berdasarkan keseluruhan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Untuk sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut.
1. Bab I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, sistematika pembahasan, dan kerangka pemikiran. Pada latar belakang
menjelaskan tentang isu yang dipilih dalam penelitian sehingga muncul suatu rumusan
masalah. Pada penelitian ini, latar belakang masalah dimulai dari kebutuhan peningkatan
jumlah RTH di Surabaya berdasarkan isu perwujudan kota Surabaya menjadi suatu kota
Taman atau disebut juga “Green City”, Taman Lansia Surabaya merupakan salah satu bentuk
peningkatan RTH di Surabaya sekaligus memenuhi kebutuhan populasi lanjut usia yang
meningkat di Surabaya. Isu selanjutnya adalah kota Surabaya sedang dalam persiapan
program menuju kota yang ramah lansia pada tahun 2030, sehingga semua fasilitas dan
9
pelayanan kota harus disesuaikan dengan kebutuhan penduduk lanjut usia. Salah satunya
adalah fasilitas ruang terbuka, terutama kota Surabaya memiliki taman khusus pengguna
lanjut usia. Agar sesuai dengan pedoman WHO untuk kota ramah lansia, aspek keamanan
dan kenyamanan di Taman Lansia Surabaya harus sesuai dengan pedoman dan standar yang
berlaku.
2. Bab II : Tinjauan Pustaka
Isi dari bab II adalah tentang kajian teori-teori dari pustaka maupun sumber terkait
lainnya yang berkaitan dengan isu dan permasalahan penelitian. Selain kajian teori, sumber-
sumber pustaka lainnya seperti hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, peraturan dan
kebijakan terkait, dan standar pedoman yang berhubungan. Kajian teori ini akan membahas
tentang teori umum taman kota sebagai ruang terbuka hingga taman tematik lansia.
Kemudian membahas tentang elemen-elemen taman yang akan diidentifikasi dalam
penelitian. Setelah itu akan dibahas mengenai kota ramah lansia, terutama yang berhubungan
dengan ruang terbuka. Dan yang terakhir adalah mengenai keamanan dan kenyamanan
pengguna lanjut usia saat di ruang terbuka sebagai kriteria evaluasi objek penelitian. Selain
dari kajian teori, juga akan dilakukan kajian terhadap objek-objek literatur yang memiliki
fungsi sejenis. Sedangkan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya akan dijadikan
pendukung penelitian dalam menentukan variabel dan metode penelitian yang akan
digunakan, termasuk kontribusi lainnya yang mendukung dalam perumusan masalah
penelitian.
3. Bab III : Metode Penelitian
Pada bab III akan dijelaskan mengenai metode umum yang digunakan, lokasi
penelitian, objek penelitian, jenis penelitian, dan variabel penelitian yang digunakan. Dalam
penelitian ini sendiri, metode umum yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
Tahapan - tahapan penelitian berupa perumusan gagasan, persiapan, analisis, sintesis, dan
rekomendasi. Setelah pengumpulan data primer dan sekunder, dilakukan tahap analisis yang
dibagi menjadi beberapa bagian menyesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian.
Di tahap sintesis akan dipaparkan kesimpulan dari kondisi keamanan dan kenyamanan
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Selanjutnya hal ini dirumuskan dan disesuaikan
kembali untuk dibuat konsep rekomendasi desain.
10
4. Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Pada bab IV ini akan dijelaskan keseluruhan hasil penelitian maupun bahasan yang
disesuaikan dengan tinjauan pustaka sebelumnya. Pembahasan dimulai dari penjelasan
taman kota di Surabaya sebagai ruang terbuka hingga objek penelitian yaitu Taman Lansia
sebagai taman tematik untuk pengguna lanjut usia. Semua yang terkait dengan ruang terbuka
terutama taman kota berupa peraturan maupun kebijakan yang terkait akan dibahas.
Selanjutnya adalah menganalisis kondisi aktual dari Taman Lansia Surabaya yang berkaitan
dengan variabel penelitian berdasarkan aspek evaluasi keamanan dan kenyamanan taman
berkaitan dengan pengguna lanjut usia. Analisis ini akan disesuaikan dengan kriteria ruang
terbuka untuk kota ramah lansia dan juga standar keamanan dan kenyamanan berdasarkan
tinjauan pustaka sebelumnya. Dari hasil pembahasan dan evaluasi terhadap Taman Lansia
tersebut maka diperoleh hasil sintesis keamanan dan kenyamanan pada Taman Lansia
Surabaya. Hasil sintesis tersebut yang akan dikembangkan untuk menjadi rekomendasi
konsep desain sebagai akhir dari pembahasan.
5. Bab V : Penutup
Hasil dari analisis dan evaluasi pada pembahasan sebelumnya akan ditarik suatu
kesimpulan mengenai kondisi keamanan dan kenyamanan Taman Lansia Surabaya sehingga
dapat ditarik suatu pernyataan mengenai keseuaian taman tersebut untuk mendukung
program kota Surabaya yang sedang menuju kota yang ramah lansia pada tahun 2030. Selain
itu, kesimpulan juga memuat saran dan kontribusi bagi para lansia sebagai pengguna taman,
pemerintah dan juga terutama bagi para perancang dan perencana kota maupun
lansekap/pertamanan.
11
Gambar 1.1 Diagram kerangka masalah
Latar Belakang Masalah
Kota Surabaya sedang diarahkan untuk menjadi Kota Taman atau disebut juga “Green City” sebagai
upaya untuk meningkatkan RTH kota yang belum mencapai standar.
Meningkatnya populasi lanjut usia di kota Surabaya sehingga kebutuhan ruang terbuka hijaunya juga
semakin meningkat sehingga dibuatnya Taman Lansia sebagai taman tematik untuk pengguna lanjut
usia.
Kota Surabaya sedang dalam persiapan untuk program menuju suatu Kota Ramah Lansia pada tahun
2030 sehingga fasilitas dan pelayanan bagi pengguna lanjut usia harus ditingkatkan.
Keamanan dan kenyamanan merupakan bagian dari aspek untuk ruang terbuka bagi pengguna lanjut
usia, Taman Lansia seharusnya menerapkan aspek tersebut terutama untuk mendukung program Kota
Ramah Lansia Surabaya.
Identifikasi Masalah
Surabaya yang merupakan salah satu dari kota-kota metropolitan terbesar di Indonesia yang belum
mencapai RTH 30 % dari luas wilayah kota sehingga terdapat kebijakan untuk membuat Kota Taman
atau disebut juga “Green City” untuk menambah luasan RTH kota.
Taman Lansia Surabaya sebagai taman tematik untuk pengguna lanjut usia hanya dapat memenuhi
kebutuhan RTH sebanyak 3,3 % bagi kebutuhan lansia akibat meningkatnya jumlah penduduk lanjut
usia di Surabaya maupun di seluruh kota di Indonesia.
Lokasi Taman Lansia Surabaya dan kondisi di dalam taman maupun di kawasan sekitar taman tidak
sesuai dengan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut usia, padahal Surabaya sedang
dalam persiapan program menuju kota ramah lansia tahun 2030.
Rumusan Masalah
Bagaimana keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut usia di lingkungan sekitar dan dalam Taman
Lansia Surabaya?
Batasan Masalah
Lokasi penelitian hanya di Taman Lansia Surabaya.
Menggunakan indikator ruang terbuka dari WHO (2007).
Kajian meliputi seluruh elemen dan pengisi taman.
Subyek merupakan pengunjung yang berusia 60 tahun ke atas.
Menggunakan pedoman kota ramah lansia dari WHO (2007).
Tujuan
Untuk mengetahui keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut usia di lingkungan sekitar dan dalam
Taman Lansia Surabaya.
Manfaat
Memberikan sumbangan pengetahuan bagi perencana dan perancang kota, arsitek lansekap, pemerintah,
lansia, dan pengembangan keilmuan terutama di bidang arsitektur pertamanan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Lansia
2.1.1 Lanjut usia (Lansia)
Istilah lansia yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kepanjangan dari lanjut
usia. Menurut Poorjafar et al. (2010), lansia merupakan perubahan yang berkaitan dengan
penurunan kemampuan fisik dan mental yang dialami oleh semua orang dan memerlukan
perhatian khusus. Lansia adalah usia dimana berhentinya proses biologi, sosiologi, temporal
dan psikologi. Sedangkan untuk batasan kategori untuk seseorang dapat dikatakan lansia
juga memiliki banyak pendapat yang berbeda. Menurut WHO, lansia adalah seseorang baik
pria atau wanita yang berusia 60 – 74 tahun. Menurut Depkes (2006), lansia dimulai setelah
berusia 60 tahun. Menurut PBB atau United Nations (UN), lansia juga merupakan usia
seseorang saat 60 tahun keatas. Ada juga yang berpendapat bahwa lansia merupakan
individu saat berusia 65 tahun ke atas (Feldman et al., 2012; Papalia et al., 2007). Namun
menurut Undang – Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang
dikatakan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.
Istilah lansia yang digunakan juga berdasarkan pada istilah yang digunakan dalam
UU No. 13 tahun 1998. Selain istilah lansia, terdapat istilah lain yang memiliki pengertian
yang sama dengan lansia, diantaranya adalah: usia lanjut, manula (manusia lanjut usia),
wredawan, dan adi yuswo (Urbayatun, 2006: 64). Meskipun banyak istilah lain, namun
pemilihan penggunaan istilah lansia yang digunakan dalam penelitian ini juga menyesuaikan
dengan jenis nama taman yang digunakan sebagai fokus penelitian ini, yaitu taman lansia.
2.1.2 Penurunan pada lansia
Selain ditandai dengan bertambahnya usia, proses lansia juga ditandai dengan
terjadinya penurunan kapasitas fisik yang ditandai dengan berkurangnya massa otot dan
kekuatannya, denyut jantung yang menurun, dan berkurangnya fungsi otak (Junaidi, 2011:
18). Penurunan tersebut juga berakibat terhadap perkembangan tubuh lansia sehingga
banyak kualitas fisik yang semakin berkurang.
Menurut Dong et al.(2014), Tournier et al.(2016) dan Ambardini (2009), terdapat
karakteristik dasar penurunan pada lansia:
14
1. Karakter fisiologis
Penurunan fisiologis berhubungan dengan berkurangnya kemampuan fisik lansia
diakibatkan kemampuan tubuh yang semakin berkurang dan mulai munculnya berbagai
macam penyakit.
2. Karakter psikologis
Penurunan psikologis pada lansia ditandai dengan hilangnya karakter status diri sendiri,
merasa diabaikan, kesepian, bosan, tidak ada keinginan, putus asa, mudah depresi, tidak
ada keinginan dan harapan, merasa bersalah dan sering merasa gelisah.
3. Karakter kognitif
Penurunan kognitif ditandai dengan kecepatan berjalan yang semakin melambat dan
tingkat kecelakaan terjatuh yang tinggi. Berkurangnya kemampuan mengambil
keputusan, kesulitan berkoordinasi, dan ingatan yang melemah sehingga kesulitan untuk
mengingat sesuatu.
4. Karakter sensorik
Pada penurunan sensorik, hal yang menandai adalah penglihatan yang kabur atau
bahkan hilang sama sekali (buta) dan kesulitan mengenali warna serta gangguan
pendengaran.
Penuaan tidak hanya berpengaruh terhadap penurunan fisik dan mental pada lansia,
tetapi juga terhadap kehidupan sosial lansia (Williams, 1995; Othman et al., 2015). Untuk
mencegah penurunan – penurunan tersebut dan membuat lansia tetap bahagia, bersosialisasi
dengan sesama lansia dan hidup mandiri sangat bagus untuk perkembangan lansia (Othman
et al., 2015: 322-324).
2.1.3 Aktivitas fisik pada lansia
Berbagai masalah terjadi pada lansia seperti yang sudah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, contohnya seperti penyakit, kesepian dan kehilangan peran. Melakukan
aktivitas fisik dapat meningkatkan kualitas hidup pada lansia. Terutama untuk aktivitas fisik
di luar ruangan (An et al., 2012: 330). Aktivitas fisik merupakan kegiatan fisik yang
membutuhkan energi untuk melakukannya, seperti berjalan kaki, berolahraga, berkebun,
bermain bersama cucu, dan sebagainya (Ambardini, 2009: 4). Aktivitas fisik memiliki
banyak manfaat bagi lansia, diantaranya adalah memperkuat kondisi jantung, otot dan
tulang, meningkatkan usia harapan hidup, membakar lemak untuk pencegahan obesitas,
15
meningkatkan kebahagiaan sehingga mengurangi depresi, membuat lebih mandiri, dan
meningkatkan rasa percaya diri pada lansia (Ambardini, 2009: 4).
Menurut Ambardini (2009) tersebut, aktifitas fisik pada lansia harus dapat memenuhi
kriteria FITT (frequency, intensity, time, type). Frequency adalah seberapa sering aktivitas
fisik yang dilakukan oleh lansia. Intensity adalah tingkat kekerasan dari aktivitas fisik yang
dilakukan oleh lansia. Time adalah jadwal waktu untuk melakukan aktivitas tersebut dan
type adalah jenis-jenis kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan tersebut. Jenis-jenis aktivitas
fisik contohnya seperti senam, latihan kekuatan otot, fleksibilitas dan latihan menjaga
keseimbangan (Kathy, 2002; Ambardini, 2009). Frekuensi dari aktivitas fisik yang
dilakukan berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan dari lansia sendiri, diantaranya adalah
untuk kemandirian, kebugaran, kesehatan dan memperbaiki atau meningkatkan kerja tubuh.
2.1.4 Kebutuhan lansia di ruang luar
Alam memiliki banyak manfaat bagi manusia, baik untuk fisik maupun psikologis
(Othman et al., 2015:324). Alam memberikan perasaan yang membuat seseorang merasa
tenang dan damai yang sangat bermanfaat untuk relaksasi dan penyembuhan (Lyle, 1985).
Lansia akan merasa bahagia di ruang luar karena jarang beraktivitas di luar rumah (Othman
et al., 2015:325). Kebutuhan ruang luar bagi lansia berbeda dengan kebutuhan bagi orang
muda, karena berada di ruang luar dapat meningkatkan kualitas hidup bagi lansia (Askari et
al., 2015:95). Kualitas hidup ini ditingkatkan melalui interaksi sosial dengan sesama lansia
maupun dengan masyarakat. Salah satu aktivitas di ruang luar yang paling disukai oleh lansia
adalah berjalan kaki karena membantu meningkatkan kondisi fisik terutama kekuatan dan
keseimbangan apalagi jika dilakukan secara teratur.
Namun banyak hal yang dapat mempengaruhi lansia berada di ruang luar, seperti
kondisi cuaca, kualitas udara, desain ruang luar dan fasilitas pelayanan (An et al., 2012;
Tournier et al., 2016). Dan yang paling ditakutkan oleh lansia untuk berada di ruang luar
adalah terjatuh. Secara global, terjatuh merupakan ancaman yang paling besar bagi
kesehatan dan kesejahteraan lansia (Curl et al., 2015; Nyman et al., 2013). Hal ini tentu
dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia (Curl et al., 2015:139). Pertama, kecelakaan
terjatuh dapat membatasi mobilitas lansia sehingga dapat membatasi aktivitas lansia di ruang
luar. Kedua, menimbulkan kekhawatiran dan rasa takut bagi lansia akan mengalami
kecelakaan terjatuh sehingga lansia lebih memilih tidak berada di luar ruangan. Hal yang
mempengaruhi lansia di ruang luar tersebut adalah kekhawatiran pada lalu lintas,
16
infrastruktur trotoar yang tidak memadai, ketersediaan transportasi umum, penyeberangan
jalan, kondisi trotoar, kebisingan, dan cuaca (Curl et al., 2015; Tournier et al., 2016).
Sehingga ruang luar yang dibutuhkan bagi lansia harus memenuhi kriteria-kriteria
berikut ini (Dong et al., 2014:797-798).
1. Keselamatan, mencakup keselamatan lalu lintas, keselamatan bertahan, keselamatan
aksesibilitas dan keselamatan dalam kondisi darurat. Memahami proses penuaan pada
lansia dimana banyak keterbatasan fisik yang dialami oleh lansia sehingga
rancangannya berbeda dengan kalangan umur yang lain.
2. Kesehatan yang dipengaruhi oleh pencahayaan, udara dan visual. Sehingga ruang luar
harus dapat meningkatkan kesehatan bukan malah memperburuknya.
3. Komunikasi, tempat yang dapat menjadi ruang berinteraksi dengan orang lain ataupun
ruang yang bisa digunakan untuk menyendiri dan tidak terganggu oleh orang lain.
4. Mudah dikenal, diperoleh desain dari ruang luar itu sendiri.
5. Meningkatkan kesehatan mental atau dari segi psikologis dari penggunanya yaitu para
lansia.
2.2. Tinjauan Taman Lansia
2.2.1 Taman kota dan taman lansia
Berdasarkan definisi ruang menurut Undang – Undang Republik Indonesia No.26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Rustam Hakim (2014) yang dimaksud dengan ruang
terbuka (open spaces) adalah ruang yang bisa diakses masyarakat tanpa batas waktu tertentu
sekaligus wadah kelangsungan makhluk hidup lainnya. Sedangkan ruang terbuka hijau
merupakan area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaanya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. Bentuk-bentuk ruang terbuka hijau berdasarkan fungsinya antara lain adalah
sebagai taman, hutan, kebun, pemakaman, lapangan, parkir terbuka, lahan pertanian dan
jalur hijau (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan).
Taman adalah sebidang lahan terbuka dengan luasan tertentu yang dirancang dengan
mempertimbangkan vegetasi dan juga elemen lainnya sehingga dapat menyebabkan yang
datang ke tempat tersebut merasakan kesenangan, kegembiraan dan kenyamanan
(Ilmiajayanti et al., 2015:23). Jenis taman ini terbagi menjadi 2 (dua), yaitu taman aktif dan
taman pasif. Taman aktif adalah taman yang didominasi oleh kegiatan fisik dan partisipasi
17
langsung pada kegiatan tersebut, seperti olahraga dan bentuk-bentuk permainan lain yang
banyak memerlukan pergerakan fisik, biasanya dilengkapi dengan elemen-elemen fasilitas
taman bermain dan lapangan olahraga. Sedangkan taman pasif adalah taman yang digunakan
untuk menghabiskan waktu senggang sehingga lebih kepada hal-hal yang bersifat tenang
dan relaksasi untuk stimulasi mental dan emosional, tidak didominasi oleh kegiatan fisik
atau partisipasi langsung karena lebih mengutamakan elemen estetis untuk menjaga
keindahan taman (Ilmiajayanti et al., 2015; Permendagri No. 1, 2007).
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, yang dimaksud dengan taman kota
adalah lahan terbuka hijau yang berfungsi untuk sosial dan estetika sebagai sarana kegiatan
rekreasi, edukasi atau kegiatan untuk masyarakat lainnya. Sebagai salah satu ruang terbuka
hijau, taman kota selain berfungsi menambah area hijau kota untuk menjaga kelangsungan
ekosistem, juga menjadi ruang publik yang dapat digunakan oleh masyarakat dari berbagai
kalangan termasuk yang memiliki keterbatasan, seperti penyandang cacat dan lansia. Taman
tematik adalah taman yang memiliki fungsi sama dengan taman-taman kota lainnya, namun
yang membedakan adalah konsep yang dimiliki oleh taman-taman tersebut (Ilmiajayanti et
al., 2015:23).
Taman lansia merupakan salah satu taman kota tematik. Selain menjadi ruang
terbuka hijau sebagai bagian dari arsitektur kota, taman ini juga berfungsi untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia dari segi geriatri (ilmu perawatan medis bagi orang tua)
sehingga terdapat fasilitas-fasilitas untuk penyembuhan seperti fasilitas relaksasi,
kebugaran, ruang istirahat, dan ruang aktivitas yang mempertimbangkan kondisi fisiologis
dan psikologis lansia (Hetyorini et al., 2015; Dong et al., 2014).
2.2.2 Kriteria perancangan taman lansia
Taman lansia memiliki pengguna spesifik yaitu lansia itu sendiri. Banyaknya
keterbatasan pada lansia tersebut menyebabkan lansia membutuhkan ruang publik yang
sesuai dengan kebutuhannya, termasuk taman. Taman tersebut harus dapat menyesuaikan
dengan kondisi lansia sekaligus dapat meningkatkan kualitas hidup dari penggunanya.
Berdasarkan teori dari Burton & Lynne (2006), kriteria-kriteria yang menentukan
kualitas suatu taman lansia adalah sebagai berikut.
18
1. Familiarity
Familiarity berkaitan dengan kemudahan lansia dalam mengenali suatu lingkungan.
Familiarity ini dipengaruhi oleh bentuk, ruang terbuka, bangunan dan fitur ruang luar
yang memiliki desain yang mudah diingat oleh lansia. Familiarity dapat membantu
lansia untuk mengenali suatu lingkungan terutama pada lingkungan yang baru pernah
didatangi , sehingga lansia tidak bingung, disorientasi dan kehilangan arah. Faktor-
faktor ruang luar yang mempengaruhi familiarity adalah jalan baik dari bentuk, gaya
maupun material yang digunakan, fitur arsitektur dan lingkungan, dan street furniture
yang mudah diingat dan dikenali oleh lansia.
Gambar 2.1. Bentuk bangunan dan penanda yang mempengaruhi familiarity
Sumber : Burton & Lynne (2006)
2. Legibility
Legibility membantu lansia mengetahui keberadaanya dan ke arah mana harus pergi.
Legibility dapat diwujudkan dengan penanda jalan yang jelas, eksplisit, sederhana,
dan tidak ada fitur-fitur ruang luar yang ambigu. Legibility membantu lansia
menemukan jalan (peta dan penunjuk arah, peta ingatan, perencanaan rute, sign, dan
fitur landmark dan lingkungan) dan tidak kehilangan arah.
Legibility dapat diwujudkan antara lain melalui:
a. Terdapat hirarki jalan.
b. Panjang jalan yang berkisar antara 60 – 100 m, dan tikungan jalan dengan sudut
lebih besar dari 90o.
c. Fungsi tempat dan bangunan mudah diketahui, jelas, dan tidak ambigu akses
masuknya.
d. Dinding rendah, pagar dan tanaman dapat memisahkan antara ruang publik dan
ruang privat dimana visibilitas tetap tidak terbatas.
19
e. Tanda-tanda standar untuk memberikan informasi mengenai sesuatu yang
sederhana, penting, dan tidak menimbulkan ambiguitas arah.
f. Tanda penunjuk yang memberikan petunjuk untuk ke suatu arah.
g. Sign-sign yang besar, grafis yang realistis dan simbol dengan warna kontras
dengan background, warna terang. Sign dengan cahaya yang tidak menyilaukan
dan tidak reflektif.
Gambar 2.2. Penunjuk arah dan jalan yang mempengaruhi legibility
Sumber : bulletinmetropolis.com, 2013 dan Burton & Lynne (2006)
3. Distinctiveness
Distinctiveness berkaitan dengan sejauh mana suatu tempat memberikan gambar
yang jelas sehingga keberadaan mudah diketahui dan dapat mengarahkan. Faktor
pada ruang luar yang dapat membantu distinctiveness antara lain karakter lokal (fitur,
warna, material), variasi bentuk bangunan dan lingkungan, tempat yang menarik dan
tidak seperti yang lain, dan fitur lingkungan dan landmark. Berkurangnya
kemampuan memori pada lansia dapat diatasi dengan keberadaan tanaman, furniture,
pencahayaan dan bagian-bagian depan toko yang diolah sehingga dapat membedakan
antara karakter suatu lingkungan dengan yang lain (Suryani, 2009:22).
Gambar 2.3. Karakter suatu lingkungan yang mempengaruhi distinctiveness
Sumber : Burton & Lynne (2006)
20
4. Accessibility
Accessibility mengacu pada bagaimana suatu tempat dapat dicapai, dimasuki,
digunakan, dan dijadikan untuk tempat aktivitas berjalan atau meskipun hanya
sekedar dikunjungi oleh lansia terlepas dari gangguan fisiologis dan psikologis yang
dimiliki oleh lansia. Faktor ruang luar yang mempengaruhi accessibility antara lain
fasilitas dan pelayanan lingkungan, pola jalan, pedestrian, dan perubahan ketinggian
permukaan jalan. Bahkan terkadang disediakan jalan tersendiri untuk lansia maupun
para penyandang cacat.
Untuk penerapan accessibility pada lingkungan dapat dicapai dengan:
a. Penggunaan yang beragam.
b. Berada tidak lebih dari 800 m dari perumahan penduduk, fasilitas pelayanan, dan
fasilitas-fasilitas primer.
c. Terdapat tempat duduk umum setiap 100 – 125 m dengan lebar jalan sebesar 2
m dan permukaan yang rata.
d. Apabila terdapat perbedaan ketinggian permukaan lantai, harus diberi suatu
penanda, dilengkapi dengan pegangan tangan, permukaan yang tidak licin dan
tidak menyilaukan.
e. Gerbang dan pintu masuk yang mudah dibuka.
Gambar 2.4. Ruang luar yang mempengaruhi accessibility
Sumber : Burton & Lynne (2006)
5. Comfort
Comfort mengacu pada suatu tempat yang memungkinkan untuk dikunjungi dan
dinikmati tanpa harus memikirkan keterbatasan fisik atau mental yang dimiliki.
Comfort dapat membuat lansia merasa mandiri, diterima, tenang, damai, dan
kebutuhan fisik dapat terpenuhi. Faktor ruang luar yang mempengaruhi comfort
antara lain kemudahan mengenali suatu tempat/lingkungan, tempat yang “welcome”,
jauh dari kebisingan, jalan yang lebar, dekat dengan pemberhentian transportasi
21
umum, terdapat fasilitas telepon umum, dan tersedianya fasilitas tempat duduk dan
toilet umum.
Gambar 2.5. Ruang luar yang mempengaruhi comfort
Sumber : Burton & Lynne (2006)
6. Safety
Safety mengacu pada suatu tempat yang dapat membuat penggunanya merasa
nyaman dan bebas bergerak tanpa takut tersandung atau terjatuh. Safety suatu tempat
juga dipengaruhi oleh struktur kondisi lingkungan (hubungan antar sarana
transportasi, kegelapan pada jalan-jalan dan gang yang sempit, sudut-sudut yang
sempit, dan penyeberangan yang aman), pengalaman individual (tingkat
kriminalitas) dan keberadaan langkah-langkah preventif (kamera perekam, patroli
dan informasi-informasi umum) (Sassi & Molteni, 2011:7). Faktor ruang luar yang
mempengaruhi safety antara lain pengawasan alami, penyeberangan jalan, dan area
pejalan kaki.
Sedangkan untuk beberapa persyaratan perancangan terkait taman lansia itu sendiri
menurut Turel et al. (2007) dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30 tahun 2006
adalah sebagai berikut.
1. Ramp
a. Lebar min. 95 cm untuk tanpa pegangan, dan 120 cm dengan tepi pengaman.
b. Kemiringan ramp maks. 6o (perbandingan tinggi dan kelandaian 1 : 10).
c. Permukaan yang datar harus bertekstur agar tidak licin.
d. Muka datar/bordes memiliki ukuran minimum 160 cm.
e. Pegangan tangan (handrail) yang kuat dengan ketinggian 65 – 80 cm.
f. Pencahayaan yang cukup terutama pada malam hari.
22
g. Material penutup sebaiknya kuat, stabil, tidak licin dan sedikit kasar.
h. Lebar tepi pengaman dengan jarak 10 cm.
Gambar 2.6. Standar ukuran ramp
Sumber : Permen PU No. 30 (2006)
2. Anak tangga
a. Ketinggian 15 – 19 cm, lebar 27 – 30 cm (lebar + 2tinggi = 62 atau 64 cm).
b. Kemiringan tangga kurang dari 60o.
c. Memiliki ketinggian pegangan tangan dengan ketinggian 65 – 80 cm.
d. Pegangan tangan harus ditambah bagian ujung-ujungnya (atas dan bawah)
dengan panjang minimal 30 cm.
e. Lebar tangga minimal 180 cm.
f. Material yang kasar dan tidak licin.
g. Ada perbedaan warna dan tekstur dari pijakan tanah dan tangga.
h. Pencahayaan yang cukup sehingga dapat digunakan pada malam hari.
3. Trotoar/Jalur pedestrian
a. Menghindari sambungan dan gundukan.
b. Jika terdapat gundukan, maksimal ketinggian 1,25 cm.
23
c. Tinggi maksimal dari jalan 15 cm.
d. Perbandingan ketinggian maksimum adalah 1 : 10 dan pada setiap jarak
maksimal 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.
e. Lebar minimum 120 cm untuk jalur searah, dan 160 cm untuk dua arah.
f. Tepi pengaman (menghindari mobil dan membuat aman tunanetra) dengan
tinggi 10 cm dan lebar 15 cm.
g. Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak
licin.
h. Berkelanjutan dan pada level ketinggian yang sama.
i. Terdapat tempat duduk untuk lansia beristirahat.
j. Pencahayaan berkisar 50 – 150 lux tergantung kebutuhan.
Gambar 2.7. Standar ukuran trotoar dan tempat duduk di trotoar
Sumber : Permen PU No. 30 (2006)
4. Penyeberangan
a. Lebar minimal 180 cm.
b. Pada penyeberangan zebra cross, penyeberangan harus layak untuk lansia.
c. Lampu penyeberangan sebaiknya dilengkapi dengan tombol dan suara, dan
ketinggian tombol maksimal 120 cm.
d. Material untuk trotoar dan jalur kendaraan harus memiliki perbedaan tekstur.
e. Saat jalan yang sempit dalam kondisi yang ramai dan susah dilalui, harus ada
bangunan untuk singgah sementara.
5. Jalur pemandu
a. Terdapat tekstur ubin pengarah berupa garis-garis (arah) dan bulat (peringatan
untuk perubahan situasi).
24
b. Tempat yang perlu terdapat jalur pemandu antara lain: di depan jalur lalu lintas
kendaraan, di depan perbedaan ketinggian, pedestrian yang menghubungkan
jalan dengan bangunan, dan pemandu dari fasilitas umum menuju stasiun
transportasi umum.
c. Perlu dibedakan tekstur ubin pemandu dengan ubin aktual.
d. Ubin pemandu diberi warna kuning atau jingga.
Gambar 2.8. Standar tipe tekstur dan susunan ubin pemandu
Sumber : Permen PU No. 30 (2006)
6. Area parkir
a. Jarak maksimum menuju fasilitas umum sejauh 60 meter.
b. Pada fasilitas taman, parkir diletakkan sedekat mungkin dengan pintu masuk dan
jalur pedestrian.
c. Area parkir penyandang cacat harus diberi penanda dan area gerak yang bebas.
d. Ruang parkir mempunyai lebar 370 cm (tunggal) dan 620 cm (ganda).
e. Terdapat fasilitas ramp, rambu penyandang cacat dan jalur pedestrian.
f. Jika terdapat kemiringan, ukuran standarnya adalah 1 : 11 untuk perbandingan
tinggi dan panjang.
25
Gambar 2.9. Standar rute aksesibilitas dan tipikal ruang parkir
Sumber : Permen PU No. 30 (2006)
Gambar 2.10. Standar ruang menaikturunkan penumpang
Sumber : Permen PU No. 30 (2006)
7. Toilet
a. Terdapat penanda “Penyandang Cacat” dengan system cetak timbul dan
diletakkan di tempat yang mudah terlihat.
b. Mempunyai ruang yang bebas dan cukup untuk pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset adalah 45 – 50 cm (ketinggian kursi roda).
d. Mempunyai pegangan tangan/handrail.
e. Perletakan perabot toilet harus mudah dijangkau.
f. Material penutup lantai tidak boleh licin.
g. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup oleh pengguna kursi roda serta mudah
dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
h. Disediakan tombol darurat untuk antisipasi jika terjadi kondisi darurat.
26
Gambar 2.11. Standar ukuran ruang gerak dan fasilitas toilet
Sumber : Permen PU No. 30 (2006)
8. Rambu dan marka
a. Menggunakan huruf timbul (Braille) sehingga dapat dibaca oleh lansia
penyandang cacat.
b. Menggunakan tanda atau simbol internasional.
c. Menerapkan metode khusus (misal: terdapat kontras warna, perbedaan material,
dll).
d. Latar belakang dan karakter penanda tidak terdiri dari material yang silau serta
karakter dan simbol harus kontras.
e. Karakter huruf/karakter penanda mempunyai rasio antara 3 : 5 dan 1 : 1 (untuk
lebar dan tinggi), serta 1 : 5 dan 1 : 10 untuk ketebalan huruf.
f. Tinggi rambu atau penanda harus sesuai dengan standar jarak pandang dan bebas
penghalang.
g. Mendapat penerangan yang cukup terutama pada tempat yang gelap.
h. Tidak mengganggu arus dan sirkulasi pejalan kaki.
27
Gambar 2.12. Standar jenis dan perletakan simbol
Sumber : Permen PU No. 30 (2006)
9. Underpass dan overpass
a. Pada underpass dan overpass harus ada eskalator untuk lansia dan elevator untuk
para penyandang cacat.
b. Untuk keamanan, under dan overpass harus diberikan pencahayaan pada malam
hari.
10. Papan alamat
Orientasi papan harus pada tempat yang terlihat, nomor yang terlihat, dan
pencahayaan yang baik.
11. Vegetasi jalan
a. Jalan harus direncanakan vegetasi-vegetasi yang dapat memberikan keamanan
dan kenyamanan pada pedestrian.
b. Untuk kenyamanan di jalan, harus ada vegetasi maks. dengan jarak 2,5 meter.
2.2.3 Studi komparasi taman lansia
Taman lansia menjadi taman tematik yang sudah banyak dirancang di banyak kota.
Kebanyakan fungsi taman lansia tersebut sebagai tempat rekreasi bagi lansia maupun
masyarakat umum dan juga menyiapkan banyak fasilitas olahraga di dalamnya. Berikut ini
merupakan komparasi dari taman-taman lansia yang ada sebagai bahan masukan terhadap
kondisi taman lansia yang ada.
28
A. Taman Lansia Bandung
Taman lansia ini berlokasi di samping kanan Kompleks Kantor Gubernur Jawa Barat,
Jalan Diponegoro, Bandung. Taman ini mempunyai luas sebesar 1,45 hektar. Taman ini
merupakan salah satu perwujudan ruang terbuka untuk liveable city yang diterapkan oleh
kota Bandung. Meskipun taman lansia, namun pengunjung yang datang ke taman tersebut
tidak hanya dari penduduk lansia tapi juga dari semua kalangan umur. Selain itu taman ini
juga sangat nyaman dikunjungi. Udaranya yang sejuk karena terbebas dari polusi udara yang
berasal dari lalu lintas di jalan raya sehingga menyebabkan masyarakat betah berlama-lama
disana.
Terdapat 6 akses pintu masuk dan keluar di taman ini yang memang diperuntukkan
bagi pejalan kaki. Untuk fasilitas umum yang tersedia di taman ini diantaranya adalah
musholla dan toilet umum. Selain itu, sebagai vocal point terdapat danau yang indah di dalam
taman. Selain itu fasilitas-fasilitas lain yang disediakan di taman ini diantaranya adalah area
jogging track yang melingkar mengelilingi taman, bangku-bangku taman, serta wahana
bermain. Selain itu di taman juga terdapat papan infomasi maupun peta yang dapat
memudahkan pengunjung untuk mengetahui arah dan tempat di dalam taman. Tempat
sampah juga mudah ditemukan sehingga kebersihan taman tetap dapat terjaga. Untuk
melindungi pengunjung, area parkir disediakan di luar taman sehingga tidak mengganggu
aktivitas di dalam taman. Seperti taman-taman pada umumnya, taman ini juga selalu ramai
di hari-hari libur dibandingkan hari-hari biasa selain juga karena taman ini dekat dengan
tempat-tempat rekreasi lainnya (disparbud.jabarprov.go.id., 2015).
Gambar 2.13 Danau di Taman Lansia, Bandung
Sumber : disparbud.jabarprov.go.id (2015)
Untuk memudahkan pengunjung taman, disediakan pedestrian yang menghubungkan
seluruh fasilitas di dalam taman. Namun jalur pedestrian tersebut cukup tinggi dan tidak
29
memiliki ramp untuk mengakses ke bagian-bagian di luar jalur pedestrian. Hal ini tentu
menjadi hambatan bagi pengguna lansia di taman tersebut. Namun di sepanjang jalur
pedestrian tersebut, terdapat tempat duduk yang jaraknya cukup berdekatan sehingga
memudahkan lansia yang ingin beristirahat (disparbud.jabarprov.go.id, 2015). Untuk
aktivitas yang ada di dalam taman ini diantaranya adalah berolahraga, bersantai, beribadah,
berjualan, rekreasi, bermain dan bersosialisasi. Sehingga taman ini memang tidak hanya
digunakan untuk fasilitas bagi lansia, tetapi juga untuk pengunjung umum lainnya.
Gambar 2.14 Jalur pedestrian dan aktivitas di Taman Lansia, Bandung
Sumber : disparbud.jabarprov.go.id (2015) dan Paramitasari (2016)
Gambar 2.15 Fasilitas di Taman Lansia Bandung
Sumber : Paramitasari (2016)
Berdasarkan penelitian Paramitasari (2016), masih banyak elemen dan fasilitas yang
perlu dibenahi di Taman Lansia Bandung terkait dengan kebutuhan penggunanya.
Diantaranya adalah kondisi pencahayaan, jalur pejalan kaki, dan tempat sampah dalam
kondisi kurang baik. Terutama pada malam hari, aktivitas pengunjung kurang nyaman
30
karena tempat duduk dan jalur pejalan kaki yang tidak disertai dengan pencahayaan yang
memadai. Manajemen sampah yang kurang baik juga menyebabkan taman terlihat kotor dan
tidak nyaman dilihat. Berdasarkan hasil pengamatan ini dapat dijadikan masukan untuk
meningkatkan kualitas baik di Taman Lansia Bandung sendiri maupun untuk rekomendasi
di taman-taman lansia yang lain.
B. Therapeutic Garden HortPark
Therapeutic Garden HortPark merupakan taman terapi untuk pertama di Singapura.
Taman ini menggunakan fitur elemen dan desain yang ramah bagi lansia termasuk yang
mengalami demensia dan pasca stroke. Taman ini juga memberikan kenyamanan dan efek
terapi bagi seluruh kalangan dari berbagai umur.
Gambar 2.16 Layout Therapeutic Garden HortPark
Sumber : https://www.nparks.gov.sg/hortpark (2016)
Berdasarkan www.nparks.gov.sg. (2016), elemen-elemen di dalam taman disesuaikan agar
dapat memberikan efek terapi terutama bagi lansia yaitu sebagai berikut.
31
Tabel 2.1 Elemen dan manfaat Garden HortPark
Elemen desain Manfaat bagi pengunjung
Tata letak taman yang sederhana dan jelas, dengan
pola sirkulasi yang melingkar dan mudah dilihat
Tata letak yang sederhana sangat cocok bagi lansia
karena meminimalkan kebingungan dalam
memahami ruang
Terdapat destinasi-destinasi pada tempat yang
mudah dilihat seperti gazebo dan tempat duduk
yang memadai.
Mendorong interaksi sosial dan keinginan
beraktivitas bagi lansia.
Terdapat beragam pilihan untuk tempat duduk, rute
jalur, pemandangan, serta tujuan dalam taman.
Tempat duduk menghadap ke arah yang berbeda
sehingga memberikan pemandangan yang beragam.
Desain ini sangat bagus untuk lansia terutama yang
mengalami demensia karena sering merasa gelisah.
Terdapat area khusus untuk berkebun dengan
desain yang sudah disesuaikan.
Agar lansia lebih nyaman dalam berkebun.
Penggunaan warna-warna tanaman yang cocok
seperti bunga atau dedaunan dengan warna cerah
yaitu merah, kuning, atau orange, dan warna-warna
dingin seperti biru, ungu atau pastel.
Warna cerah dapat memberikan rasa gembira dan
menstimulasi pikiran, sedangkan warna dingin
terbukti dapat memberikan pengalaman yang
menyenangkan.
32
Elemen desain Manfaat bagi pengunjung
Beragam tanaman harum yang bisa dinikmati
sepanjang tahun.
Bau adalah salah satu indera yang kuat dan mudah
diingat, dengan mencium bau tertentu dapat
meningkatkan kenangan yang kuat bagi lansia.
Tumbuhan yang menarik burung atau kupu-kupu.
Memberikan peluang bagi lansia untuk mengamati
satwa liar dan keanekaragaman hayati.
Fitur dan aksen yang menarik.
Bagi lansia yang mengalami demensia dapat
menciptakan daya tarik dan meningkatkan
kenangan sehingga fitur lansekap menjadi titik
tolak yang mudah diingat.
Memiliki area yang teduh.
Memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi
pengunjung. Lansia yang mengalami demensia juga
mengalami kesulitan berpikir jika terlalu panas
sehingga berteduh dapat membantu lansia tersebut
tetap tenang.
Terdapat area yang cerah terutama untuk di pagi
hari.
Lansia yang mengalami demensia menunjukkan
penundaan timbulnya perilaku gelisah setelah
terpapar sinar matahari pagi yang cerah.
33
Elemen desain Manfaat bagi pengunjung
Taman ini dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang mengacu pada teori psikologi
lingkungan sebagai berikut (www.nparks.gov.sg., 2016).
1. Biophilia Hypothesis
Hipotesis ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial, Erich Fromm
yang mendefinisikan bahwa “the passionate love of live and all that is alive”.
Hipotesis ini mengatakan bahwa manusia memiliki hubungan emosional dengan
alam dan makhluk hidup lainnya sehingga memiliki manfaat jika berhubungan
dengan alam.
2. Attention Restoration Theory
Menurut teori ini, manusia yang pada dasarnya memiliki perhatian terhadap sesuatu,
sehingga dengan berada di taman dapat mengalihkan perhatian terhadap hal-hal yang
membuat seseorang merasa stress dan menjadi segar kembali.
3. Stress Reduction Theory
Berhubungan dengan alam terbukti dapat mengurangi stress. Orang yang sakit atau
merawat orang yang sakit cenderung mengalami stress. Sehingga dengan berada dan
berhubungan dengan ruang hijau dapat mengurangi stress serta memberikan efek
penyembuhan.
2.3. Tinjauan Kota Ramah Lansia berdasarkan Standar WHO
Istilah kota ramah lansia pertama kali diperkenalkan oleh WHO. Kota ramah lansia
berkaitan dengan kebijakan, jasa, pengaturan dan struktur yang mendukung proses penuaan
pada lansia yang berkaitan dengan mengakui kapasitas dan sumber daya yang dimiliki oleh
lansia, mengantisipasi dan menanggapi kebutuhan terkaitan penuaan pada lansia,
menghormati keputusan dan gaya hidup yang dipilih oleh lansia, dan meningkatkan kota
yang inklusif dan bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat termasuk lansia.
34
Gambar 2.17 Penentu proses penuaan pada lansia
Sumber : WHO (2007)
Sebanyak 35 kota besar dari semua benua berpartisipasi dalam membuat panduan
untuk kota ramah lansia termasuk diantaranya merupakan mega-cities dengan penduduk
lebih dari 10 juta jiwa seperti kota Mexico, Moskow, New Delhi, Shanghai dan Tokyo, kota
“almost mega-cities” seperti Istanbul, London, dan New York, serta banyak kota-kota
lainnya. Dari hasil pertemuan dari kota-kota tersebut yang mewakili seluruh benua
dihasilkan suatu panduan untuk kota ramah lansia berupa kriteria-kriteria, antara lain: 1)
Gedung dan ruang terbuka (Building and open spaces), 2) Transportasi (Transportation), 3)
Perumahan (Housing), 4) Partisipasi sosial (Social participation), 5) Penghormatan dan
keterlibatan sosial (Respect and social inclusion), 6) Partisipasi sipil dan pekerjaan (Social
participation and employment), 7) Komunikasi dan informasi (Communication and
information), dan 8) Dukungan masyarakat dan kesehatan (Community support and health
services).
Gambar 2.18 Kriteria kota ramah lansia
Sumber : WHO (2007)
Taman lansia sendiri merupakan bagian dari ruang terbuka perkotaan. Kondisi
lingkungan dan bangunan memiliki dampak yang besar terhadap mobilitas, kebebasan, dan
kualitas hidup lansia, sehingga karakteristik dari lanskap perkotaan sangat berpengaruh
35
untuk menentukan keramahan suatu kota terhadap lansia. Beberapa persyaratan ruang
terbuka dan bangunan yang ramah lansia adalah sebagai berikut.
1. Lingkungan yang bersih dan menyenangkan
Masalah lingkungan yang sering mengganggu dan menentukan lansia nyaman di
ruang luar adalah bersih, tidak bising dan tidak ada polusi bau.
2. Keberadaan ruang hijau
a. Ruang hijau harus terpelihara, tidak menjadi tempat pembuangan, aman, fasilitas
toilet yang memadai, tempat duduk yang cukup dan terlindung dari cuaca.
b. Dipisahkan dengan taman yang digunakan oleh anak-anak dan pemain
skateboard.
3. Tempat untuk beristirahat
Adanya tempat duduk atau beristirahat terutama pada jalur sirkulasi yang jauh atau
pada tempat yang sering digunakan untuk beraktivitas.
4. Trotoar yang ramah lansia
a. Syarat trotoar adalah tidak sempit, rata, tidak retak, tinggi yang rendah, dan tidak
padat pengguna sehingga aman dan mendukung kemampuan berjalan kaki
lansia.
b. Ada zona untuk penjual makanan dan minuman yang terpisah dengan pejalan
kaki.
c. Tidak digunakan untuk parkir mobil.
d. Kondisi cuaca tidak mempengaruhi kondisi trotoar (seperti hujan yang bisa
membuat licin).
e. Halus, bertingkat dan tidak licin.
f. Mempunyai lebar yang cukup untuk kursi roda.
g. Bebas dari hambatan seperti parkir mobil, pedagang kaki lima (PKL) dan pohon.
h. Diprioritaskan untuk pejalan kaki.
5. Penyeberangan jalan yang aman
a. Lampu penyeberangan mempunyai “countdown” sehingga waktu menyeberang
bisa diketahui.
b. Ada tanda visual (pelican crossing) dan pendengaran.
c. Volume dan kecepatan lalu lintas tidak menghambat lansia.
6. Aksesibilitas
Mempunyai kemiringan yang landai.
36
7. Lingkungan yang aman
a. Adanya penerangan jalan dan kamera pengawas.
b. Bebas dari kekerasan, kejahatan, obat-obatan dan tunawisma.
8. Trotoar dan jalur sepeda
a. Jalur sepeda dan pejalan kaki dipisahkan.
b. Permukaan jalan yang halus dan rata.
c. Mudah diakses dengan kursi roda.
d. Ditambahkan toilet umum.
9. Bangunan ramah lansia
a. Adanya elevator dan eskalator.
b. Kemiringan yang landai.
c. Pintu yang lebar.
d. Tangga tidak terlalu tinggi atau curam.
e. Lantai tidak licin.
f. Kursi tempat duduk yang nyaman.
g. Signage yang memadai.
h. Toilet umum untuk akses penyandang cacat.
10. Toilet umum yang memadai
a. Bersih, lokasi mudah diketahui, terdapat penanda dan dapat digunakan
penyandang cacat.
b. Pintu tidak berat saat dibuka.
11. Pengguna lansia
a. Menyediakan kursi roda.
b. Menyediakan layanan untuk lansia pada antrian di fasilitas umum.
2.4. Tinjauan Aspek Keamanan dan Kenyamanan
Pada bagian ini akan dibahas lebih terperinci mengenai parameter untuk mengetahui
keamanan dan kenyamanan di taman lansia. Aspek keamanan dan kenyamanan pada taman
lansia berikut mengacu pada teori Burton dan Lynne (2006), sedangkan untuk acuan standar
ukuran dan perancangan mengacu pada berbagai sumber seperti Permen PU No. 30 (2006)
dan acuan – acuan dari teori penelitian sebelumnya.
37
2.4.1 Keamanan
Keamanan adalah suatu tempat yang membuat lansia merasa nyaman dan bebas
bergerak tanpa takut tersandung atau terjatuh (Burton & Lynne, 2006: 115). Beberapa aspek
yang dapat mengganggu keamanan lansia pada saat berada di ruang luar antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Takut diserang
Lansia dan juga semua orang pada umumnya takut diserang terutama pada saat
berada di tempat yang gelap. Banyak yang takut berjalan di tempat-tempat yang
kosong karena akan merasa sendiri dan kesulitan apabila ingin meminta bantuan.
Juga pada jalan-jalan atau gang-gang yang jarang dilalui karena khawatir apabila
diserang tidak akan dilihat atau didengar oleh orang lain. Selain itu juga lansia
menghindari tempat yang tidak terlihat seperti toilet bawah tanah atau tikungan
karena tidak akan mengetahui siapa yang akan ditemui. Namun, jalan-jalan dan gang-
gang ini tidak akan terlalu menakutkan apabila jaraknya yang pendek dan ujung-
ujung jalannya saling terlihat.
2. Takut terserempet
Lansia akan merasa khawatir saat berjalan di pinggir jalan dan ada pengendara
sepeda yang tidak berjalan sesuai jalurnya atau mobil yang tiba-tiba datang dari
belakang dengan kecepatan tinggi. Ada juga kendaraan yang diparkir di jalan atau
setengah jalur jalan trotoar sehingga mengurangi ruang untuk pejalan kaki sehingga
risiko terserempet semakin tinggi. Hal ini dikarenakan karena seringnya mobil
dengan kecepatan yang tinggi. Hal ini juga berbahaya bagi lansia pada saat
menyeberangi jalan terutama jika tidak ada tempat khusus untuk menyeberang jalan.
Jalan yang ramai dan sibuk dapat mengurangi kesempatan dan keberanian bagi lansia
untuk menyeberang sehingga dapat menyebabkan stress yang tentunya berbahaya
bagi lansia, sehingga perlu ada yang mendampingi. Beberapa solusi untuk membantu
lansia menyeberang adalah dengan memberikan isyarat visual dan suara. Namun
sayangnya ada lansia yang mengalami kesulitan mendengar suara dengan frekuensi
yang tinggi.
38
Gambar 2.19 Mobil parkir di jalur pejalan kaki
Sumber : Burton & Lynne (2006)
3. Takut terjatuh
Pada penelitian Nyman et al. (2013) dan Curl et al. (2016), kasus terjatuh sangat
sering dialami lansia karena kondisi fisik dan mentalnya yang banyak menurun.
Lansia yang pernah terjatuh di ruang luar akan mengakibatkan lansia jarang keluar
atau bahkan tidak mau ke ruang luar sama sekali karena takut terjatuh lagi. Pada saat
berjalan di jalan umum, lansia mengalami kesulitan untuk memperkirakan
pergerakan orang lain yang dapat menyebabkan berdesakan hingga terjatuh. Lansia
cenderung susah dalam berjalan (Tournier et al., 2016:25). Selain itu langkah lansia
mudah tergoyahkan oleh permukaan jalan yang tidak rata, seperti adanya bebatuan
dan paving yang tidak rata atau sudah copot sehingga dapat menyebabkan
tersandung. Sehingga permukaan jalan yang rata sangat aman bagi lansia.
Gambar 2.20 Jalan menurun dapat membahayakan lansia
Sumber : Burton & Lynne (2006)
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa lansia memiliki banyak keterbatasan dan
masalah visual sehingga kurang mengenali kontras warna atau pola paving di jalan
yang berlubang. Bagi sejumlah orang, pola geometri yang beragam dapat terlihat
menarik. Namun bagi lansia pola geometri yang kecil dan dalam jumlah yang banyak
39
dapat menyebabkan kebingungan dan pusing. Lansia juga sering kesulitan fokus
berjalan apabila diantara bayangan yang gelap dan cahaya yang terang. Hal ini
menyebabkan lansia bingung dan keseimbangan yang terganggu.
Gambar 2.21 Pola geometri jalan yang rumit membuat lansia bingung
Sumber : Burton & Lynne (2006)
Ruang luar banyak memberikan manfaat bagi lansia terutama dalam meningkatkan
kualitas hidup mereka. Namun ruang luar juga menghadirkan beragam risiko yang dapat
berbahaya bagi kelangsungan hidup mereka. Sehingga keamanan lansia di ruang luar
menjadi faktor yang harus diutamakan.
Berikut ini merupakan aspek dan kriteria di ruang luar yang dapat memberikan
keamanan bagi lansia antara lain sebagai berikut.
1. Perlindungan alami
a. Berada di lingkungan campuran, tidak hanya terdiri dari perumahan tetapi juga
terdapat layanan dan fasilitas umum.
b. Tersedianya kebutuhan yang sesuai dengan masyarakat setempat sehingga lansia
tidak akan merasa kesusahan dan terbatas.
c. Menyediakan lingkungan yang mudah diakrabi dan diidentifikasi oleh lansia.
Warna yang digunakan pada fasad bangunan – bangunan juga tidak boleh
menyilaukan bagi lansia, Zein (2015) mengatakan warna cokelat sebagai warna
yang aman bagi lansia terutama yang memiliki permasalahan penglihatan.
d. Jalur yang dipisahkan bagi para pejalan kaki dengan kendaraan seperti yang juga
ditetapkan oleh WHO (2007).
e. Menghindari akses dengan dinding, pagar atau tempat yang jarang dilalui orang
sehingga lansia tidak mau menggunakannya.
f. Rute berjalan kaki yang pendek, dimana ujung – ujung jalan dapat terlihat.
g. Jalan dengan pola grid dan sudut lebih besar dari 90o serta jalan berliku-liku yang
perlahan dengan terdapat vista yang terbuka perlahan dan visual menarik akan
40
memudahkan lansia untuk mengenali. Selain itu untuk memberikan keamanan
bagi lansia dibandingkan jalan dengan tikungan tajam.
h. Area pemberhentian kendaraan umum mudah diakses.
i. Menggunakan langkah-langkah preventif (kamera pengawas atau CCTV, patroli
keamanan, dan informasi yang mudah dipahami).
j. Menghindari fasilitas umum yang tertutupi dan gelap, sehingga perlu
pencahayaan yang cukup.
2. Penyeberangan pejalan kaki
a. Pada jalan-jalan yang sibuk dan lebar, penanda untuk penyeberangan pejalan
kaki harus disediakan. Ukuran tinggi penanda tersebut harus disesuaikan dengan
standar bagi lansia agar mudah dijangkau (jika berbentuk tombol) dan mudah
dilihat.
Gambar 2.22. Contoh standar desain penanda pendukung keamanan lansia
Sumber : Permen PU No. 30 (2006)
b. Sinyal dengan frekuensi yang cukup sehingga lansia dapat mendengar dan juga
member sinyal visual.
Gambar 2.23 Penanda untuk lansia menyeberang jalan
Sumber : Burton & Lynne (2006)
41
3. Jalur pejalan kaki
a. Lebar min. jalan 2 meter terutama untuk lansia dan para penyandang cacat.
Sedangkan menurut standar dari Permen PU No. 30 (2006) telah menetapkan
standar ukuran untuk lebar jalur pedestrian bagi yang juga dapat digunakan bagi
lansia dan penyandang cacat adalah 120 cm (searah) dan 160 cm (dua arah).
b. Trotoar yang lebar juga memberi jarak dengan kendaraan, sehingga agar aman
memang seharusnya trotoar dibuat lebar minimal 160 cm. Sedangkan jalur untuk
penyeberangan jalan jika mengacu pada standar Permen PU No. 30 (2006) maka
lebar minimalnya adalah 180 cm.
c. Terdapat pohon penyangga di trotoar sebagai pemisah dengan jalan untuk
menghalangi kebisingan lalu lintas dan mencegah kendaraan parkir di trotoar.
Selain menghalangi kebisingan dan polusi, vegetasi juga harus sesuai dengan
fungsinya yang memberikan oksigen dan melindungi dari cuaca.
d. Daun yang basah saat jatuh dapat menyebabkan permukaan jalan menjadi licin
sehingga sebaiknya menggunakan pohon yang berdaun kecil yang mudah
terbawa oleh angin.
e. Material penutup jalan yang digunakan tidak bermotif, halus, rata, tidak licin dan
tidak menyilaukan. Aspal merupakan material yang paling aman bagi lansia
diikuti oleh lembaran paving besar yang memiliki permukaan yang halus dan
rata. Selain itu, untuk jalur pemandu juga harus dibedakan dengan jalur
pedestrian biasa. Di dalam Permen PU No. 30 (2006) juga sudah diatur standar
– standar motif, ukuran, dan perancangan untuk jalur pemandu yang aman bagi
lansia dan penyandang cacat. Contohnya adalah tekstur garis – garis untuk
menandai perubahan arah perjalanan, tekstur bulat – bulat untuk memberikan
peringatan terhadap situasi, pemasangan pola tekstur ubin yang memperhatikan
kondisi dan fasilitas lingkungan, lebar ubin 30 cm, dll.
f. Meskipun pola material harus dihindari, namun perlu adanya perubahan warna
atau bahan yang berguna untuk mengarahkan lansia agar tidak masuk ke jalur
berbahaya seperti sepeda. Agar tidak berbahaya sehingga jalur pengarah atau
pemandu sudah ditetapkan dan disepakati standarnya dalam Permen PU No. 30
(2006).
g. Sebaiknya jalur pejalan kaki dan sepeda dipisahkan seperti yang juga ditetapkan
dalam standar WHO (2007) dan Permen PU No. 30 (2006).
42
h. Bangunan dirancang dengan karakter dan orientasi yang jelas. Tidak hanya
bangunan, tetapi juga pagar bangunan harus berkarakter transparan agar lansia
lebih merasa aman.
2.4.2 Kenyamanan
Kenyamanan adalah bagaimana lansia dapat beraktivitas dan menikmati ruang luar
tanpa harus memikirkan keterbatasan fisik dan mental yang dialaminya (Burton & Lynne,
2006: 104). Beberapa aspek yang dapat mengganggu kenyamanan lansia saat berada di ruang
luar adalah sebagai berikut.
1. Mempertahankan kebebasan
a. Menghindari fitur lingkungan yang asing agar lansia tidak merasa stress saat
berada di ruang luar.
b. Kedekatan dengan layanan dan fasilitas yang dibutuhkan.
2. Merasa diterima
a. Memiliki banyak tempat duduk dan toko.
b. Tersedianya banyak ruang hijau.
c. Menggunakan karakter ruang yang informal dan alami sehingga lebih nyaman
bagi psikologis lansia sehingga tetap merasa betah di taman.
d. Menghindari desain formal yang berkesan mengintimidasi dan menakutkan.
3. Tempat yang damai dan tenang
a. Jauh dari kebisingan dan polusi udara (asap).
b. Menghindari penggunaan sekeliling untuk berdagang yang justru dapat berisik
dan mengganggu ketenangan lansia.
c. Menghindari penggunaan pinggir jalan untuk aktivitas orang-orang yang dapat
menyebabkan gangguan bagi pejalan kaki.
d. Adanya node aktivitas sehingga terdapat zona tenang untuk lansia sekedar
menonton lingkungan sekitar.
4. Memenuhi kebutuhan fisik
a. Menggunakan pola jalan yang berliku-liku secara perlahan yang dapat
mengarahkan agar lansia tidak merasa jenuh dan cepat lelah.
b. Menyediakan tempat duduk umum, tempat istirahat dan toilet yang nyaman,
ramah dan mudah digunakan oleh semua kalangan terutama lansia dan para
penyandang cacat.
c. Menyediakan shelter atau halte bus untuk menunggu kendaraan umum.
43
d. Menggunakan naungan yang tertutup namun dengan dinding transparan dan
jelas sehingga tidak membatasi visual dan tetap dapat mengamati lingkungan
sekitar sehingga dapat melindungi lansia dari masalah cuaca.
Gambar 2.24 Tempat duduk bagi pengguna lansia di jalan
Sumber : Burton & Lynne (2006)
Gambar 2.25 Hambatan pada permukaan jalan bagi lansia
Sumber : Burton & Lynne (2006)
e. Menggunakan kursi yang lebar, empuk dan halus.
f. Menyediakan ruang untuk telepon umum sekaligus berguna untuk melindungi
dari kebisingan dan cuaca buruk.
g. Menyediakan kursi dengan sandaran tangan.
h. Menggunakan material kursi kayu yang memberikan kehangatan dibandingkan
kursi dengan material logam atau beton.
i. Toilet yang aman dan mudah ditemukan dengan adanya petugas.
Berikut ini merupakan aspek dan kriteria di ruang luar yang dapat memberikan
kenyamanan bagi lansia antara lain sebagai berikut.
1. Kenyamanan mengakrabi
Desain fitur dan bangunan mudah dikenali dan dipahami. Bentuk yang sederhana dan
tidak terlalu rumit tidak akan membuat lansia merasa terintimidasi. Pemilihan warna
dan material pada fasad bangunan juga turut memberikan karakter bangunan pada
suatu lingkungan yang sebaiknya sederhana dan tidak mencolok agar tidak
44
mengganggu visual lansia serta dapat membantu lansia lebih mengenali dan
mengakrabi lingkungan sekitarnya.
2. Ruang terbuka yang menyambut
a. Tidak kecil dan sempit dimana terdapat keseimbangan luasan antara area untuk
aktivitas dan ruang hijau.
b. Jika terdapat pembatas, sebaiknya menggunakan dinding pagar yang rendah.
c. Terdapat area aktif seperti kolam air, taman bermain dan tempat makan sehingga
lansia merasa diterima dan berhak berada di tempat tersebut.
d. Tempat duduk dengan pencahayaan yang baik.
e. Tempat istirahat dan toilet umum mudah dijangkau dengan berjalan kaki.
3. Jalan yang tenang
a. Terdapat hirarki jalan, antara jalan yang ramai hingga jalan yang sepi dan antara
jalur kendaraan hingga jalur pedestrian.
b. Jauh dari keramaian dan kepadatan lalu lintas, terutama jalan-jalan utama.
c. Terdapat penahan akustik dan buffer, seperti pagar, pohon-pohon dan semak-
semak yang melindungi dari kebisingan lalu lintas.
4. Jalan yang tidak menakutkan
a. Jalan berliku tidak membuat kesan yang membosankan dan berkesudahan.
b. Menghubungkan satu sama lain.
5. Tempat pemberhentian kendaraan umum
a. Tersedia shelter dengan dinding transparan atau jendela yang besar sehingga
visual lansia tidak terbatas dan tetap mendapatkan pemandangan lingkungan
sekitar (WHO, 2007 dan Burton & Lynne, 2006).
b. Shelter yang lebar sehingga dapat melindungi dari cuaca panas maupun hujan
tetapi tetap memperhatikan estetika kawasan.
c. Menggunakan kursi datar yang tidak licin dan tidak membuat panas/dingin.
45
Gambar 2.26 Shelter yang transparan
Sumber : Burton & Lynne (2006)
6. Kotak telepon
a. Menggunakan kotak ruang untuk telepon umum yang tradisional dan tidak asing
bagi lansia.
b. Kotak telepon juga dapat menjadi penanda untuk lansia dalam mencari arah.
7. Tempat duduk
a. Kursi yang nyaman dan kokoh.
b. Terdapat sandaran tangan dan kaki sehingga lansia yang duduk lama di taman
maupun ruang luar tidak akan merasa lelah.
c. Penggunaan kayu sebagai material karena tahan terhadap perubahan suhu baik
panas maupun dingin.
d. Ketinggian tempat duduk berkisar antara 420 – 440 mm dan ketinggian hingga
ke sandaran berkisar antara 470 – 480 mm.
e. Tempat duduk tersedia di setiap 100 – 125 m (terutama untuk kawasan
lingkungan).
f. Posisi tempat duduk antar satu sama lain yang memungkinkan orang dengan
keterbatasan indera dapat tetap melihat saat berbicara dengan yang lain.
46
Gambar 2.27 Tempat duduk yang melindungi lansia
Sumber : Burton & Lynne (2006)
8. Toilet umum
a. Kemudahan dalam penggunaan.
b. Mudah dilihat, dikenali dan diakses.
c. Ukuran dan desain untuk toilet yang standar bagi lansia maupun penyandang
cacat sudah diatur dan ditetapkan dalam Permen PU No. 30 (2006), seperti
dilengkapi dengan penanda yang terdapat cetak timbul dan warna mudah terlihat,
memiliki ruang gerak untuk kursi roda, ketinggian kloset yang sesuai standar
baik untuk pengguna normal maupun pengguna kursi roda, dll.
Gambar 2.28 Toilet umum
Sumber : Burton & Lynne (2006)
2. 5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan taman berdasarkan kriteria
pengguna lansia akan dibahas berikut ini mulai dari isu permasalahan, teori yang digunakan,
metode penelitian, kesimpulan hingga saran dari peneliti. Berikut merupakan penelitian-
penelitian tersebut.
47
2.5.1 The Relationship Between Environmental Quality and Elderly Presence Ability
in Urban Open Spaces, Case Study : Laleh Park, Tehran
Tujuan yang dilakukan oleh Sajadzadeh (2015) ini untuk menyelidiki indikator dan
kriteria kehadiran lansia di Taman Laleh sebagai salah satu taman kota tertua di Tehran
dengan populasi lansia tertinggi, data yang dikumpulkan akan dipelajari dan kemudian
kualitas taman kota akan dinilai. Dalam penelitian ini, kriteria taman lansia yang digunakan
adalah comfort and convience, access, activity, beautiful scenery (image), dan social place.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dan pengukuran.
Peneliti melakukan studi terlebih dahulu mengenai kriteria kehadiran lansia di ruang luar
dan indikator yang menentukan kualitas lingkungan sehingga disimpulkan kriteria ruang luar
yang dibutuhkan lansia. Setelah itu dilakukan peninjauan lapangan untuk memperoleh data
dengan menggunakan kuesioner. Data hasil penelitian lapangan tersebut selanjutnya
dihitung menggunakan software statistik.
2.5.2 Kajian Geriatri dan Ruang Terbuka Publik Dalam Mendukung Penyediaan
Taman lansia di Kota Semarang
Penelitian ini dilakukan oleh Hetyorini & Dwi (2015) yang bertujuan untuk
menentukan lokasi dan mewujudkan taman untuk lansia serta terbentuknya peraturan atau
standarisasi penyusunan kebijakan perencanaan ruang terbuka publik khusus lansia di kota
Semarang dengan aplikasi teori arsitektur dan geriatrik yang sesuai dengan standar
perencanaan. Penelitiannya dilakukan pada taman-taman kota di Semarang terutama yang
sering dikunjungi oleh lansia. Kriteria ruang publik yang sesuai dengan kebutuhan pengguna
lansia ditinjau berdasarkan ilmu arsitektur dan geriatrik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lokasi, pencapaian, vegetasi, pola lantai, warna, penerangan dalam taman, fasilitas
dalam taman, dan parkir.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktriptif kualitatif
dimana metode deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan data-data
yang diperoleh berdasarkan kondisi aktual dan hasil dari pendataan tersebut dikaji untuk
analisa lebih lanjut melalui kaidah-kaidah disiplin ilmu geriatri dan ruang terbuka publik
sehingga diperoleh hasil temuan. Sedangkan dalam mengkaji menggunakan standar atau
peraturan-peraturan yang berlaku digunakan metode normatif.
2.5.3 Design of Public Space in The City of The Elderly
Tujuan dari penelitian yang dilakukan Sassi & Elena (2011) ini adalah untuk
mengidentifikasi kebutuhan lansia di ruang publik dalam skala desain perkotaan. Tahapan
48
dalam penelitian ini adalah dengan membuat kriteria umum ruang publik, kriteria ruang
publik untuk lansia, dan proposal proyek. Terdapat 10 kriteria ruang publik ramah lansia
yang digunakan berdasarkan 3 skala, yaitu: manajemen (pemerintahan), latar belakang
(konteks kawasan), dan kualitas ruang (desain arsitektur). Kriteria berdasarkan kualitas
ruang antara lain adalah keramahan, fleksibilitas, keamanan, dan kenyamanan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama menganalis ruang
publik berdasarkan kebutuhan lansia. Lalu kedua adalah mengidentifikasi kebutuhan,
penggunaan, dan kepuasan lansia terhadap ruang publik melalui wawancara dan pertemuan.
Hasil tersebut kemudian dijadikan bahan evaluasi untuk membuat desain ruang publik yang
sesuai dengan kebutuhan lansia. Dalam menyajikan data, penelitian ini menggunakan
statistik dan gambaran geografis objek penelitian.
2.5.4 Review of Safety and Mobility Issues Among Older People Pedestrians
Penelitian yang dilakukan Tournier et al. (2016) ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas pejalan kaki pada lansia dan hambatan yang sering dialami oleh lansia saat berada
di ruang luar. Karena keterbatasan fisik dan mental yang dialami oleh lansia sehingga sangat
berdampak negatif terhadap keselamatan dan mobilitas lansia saat berada di ruang luar.
Aspek yang diteliti merupakan kondisi jalan yang sering dilalui oleh lansia dan disesuaikan
dengan keterbatasan lansia yaitu sensorik, kognitif dan fisikal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dengan
menggambarkan kondisi jalan disesuaikan dengan aspek keselamatan lansia saat berada di
ruang luar. Dari hasil gambaran tersebut ditemukan permasalahan-permasalahan yang ada.
Selanjutnya permasalahan tersebut akan diberikan solusi yang disesuaikan dengan kondisi
ideal yang ada. Dari solusi tersebut dibuat rekomendasi desain ruang luar yang sesuai dengan
kebutuhan keselamatan dan mobilitas lansia.
2.5.5 Evaluation of Elderly People’s Requirements in Open Public Spaces: A Case Study
in Bornova District (Izmir, Turkey)
Tujuan dari penelitian yang dilakukan Turel et al. (2007) ini adalah untuk
mengetahui kualitas penggunaan ruang terbuka publik terutama untuk pengguna lansia.
Pengguna lansia seharusnya memiliki hak yang sama dengan pengunjung lainnya, sehingga
desain ruang terbuka harus dapat sesuai dengan kebutuhan lansia tersebut. Penelitian ini
menggunakan evaluasi berdasarkan kriteria desain ruang terbuka publik untuk lansia terkait
elemen seperti ramp, tangga, penutup lantai jalan, perbedaan ketinggian, penyeberangan,
papan nama, dan vegetasi di jalan.
49
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu analisis
secara konseptual, pengumpulan data tentang daerah dan topik penelitian, evaluasi hasil dan
pembahasan. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik kuesioner dan observasi
lapangan sehingga diperoleh hasil persepsi kebutuhan lansia untuk ruang terbuka publik.
2.5.6. Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy Evaluation) pada Taman Lansia di Kota
Bandung
Penelitian yang dilakukan Paramitasari (2016) ini bertujuan untuk mengevaluasi
kualitas Taman Lansia Bandung mengenai pelaksanaan teknis, fungsional dan perilaku.
Penelitian ini berdasarkan fakta kurangnya perhatian pemerintah terhadap kualitas taman
lansia yang ada terutama pada aspek keamanan, kenyamanan dan interaksi pengguna.
Pendekatan penelitian adalah grounded theory yang bersifat eksploratif dengan
metode survei observasi dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan
menggunakan analisis deskriptif dan analisis POE (Post Occupancy Evaluation). Analisis
POE terdiri dari 3 tahap, yaitu pengamatan lapangan, evaluasi dan implementasi desain.
Penelitian ini hanya sampai pada tahap 2.
2.6. Parameter Penelitian
Pemilihan 2 aspek yaitu keamanan dan kenyamanan dari banyak kriteria kualitas
taman untuk lansia setelah mempertimbangkan tinjauan dari teori, standar, peraturan dan
penelitian terdahulu. Berikut merupakan penjabaran dari tiap sumber dan kontribusinya
dalam menetapkan 2 aspek tersebut dalam penelitian ini (Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Penentuan aspek keamanan dan kenyamanan dalam penelitian
Kategori Sumber Kontribusi dalam menentukan 2 aspek keamanan dan kenyamanan
Teori Burton & Lynne
(2006)
Aktivitas dominan lansia saat berada di ruang luar adalah berjalan kaki, sehingga
dengan keterbatasan fisik lansia dan tingginya kecelakaan saat berada di ruang luar,
lansia harus tetap merasa aman dan nyaman. Meskipun ada faktor lain yang
mempengaruhi kualitas ruang luar bagi lansia, tetapi faktor-faktor tersebut tetap
mendukung untuk tingkat keamanan dan kenyamanan bagi lansia. Contohnya suatu
lingkungan yang mudah dikenali dan tidak terlihat formal (familiarity) dapat
membuat lansia merasa tidak asing dan tertekan di lingkungan yang baru sehingga
dapat membuat lansia tetap nyaman. Contoh lain adalah aksesibilitas yang baik dan
mudah dicapai dan dikenali saat menuju taman juga mempengaruhi lansia agar
dapat tetap aman dan selamat menuju tujuan tanpa tersesat, selain itu kemudahan
aksesibilitas menuju layanan kesehatan juga mempengaruhi keamanan dan
keselamatan lansia saat terjadi kondisi darurat.
Standar WHO (2007) Risiko kecelakaan lansia saat berada di ruang luar sangat tinggi dan bahkan
menyebabkan kematian sehingga faktor keamanan harus ditingkatkan dan
diprioritaskan terutama untuk mewujudkan kota ramah lansia.
Peraturan Permen PU
No.30 tahun 2006
Setiap fasilitas untuk bangunan maupun lingkungan harus dapat digunakan untuk
semua orang termasuk lansia dan penyandang cacat. Sehingga perlu desain yang
memadai, terpadu/inklusif dan berkesinambungan untuk meningkatkan
kesejahteraan penggunanya. Fasilitas tersebut agar dapat aksesibel tentu harus
mengutamakan keselamatan bagi pengguna dengan fisik terbatas dan juga harus
50
Kategori Sumber Kontribusi dalam menentukan 2 aspek keamanan dan kenyamanan
sesuai standar ukuran yang memanusiakan semua orang agar dapat nyaman
digunakan sehingga dirasa ramah bagi semua kalangan.
Penelitian
Terdahulu
Sajadzadeh
(2015)
Banyak hal yang mempengaruhi lansia di ruang luas terutama keterbatasan
mobilitas dan takut terjatuh. Pengaruh lingkungan bagi lansia antara lain dari faktor:
jarak, kesulitan berjalan, trotoar yang jelek, aksesibilitas, kenyamanan aktivitas,
keselamatan dan keamanan, ketersediaan fasilitas dan interaksi social. Dari hasil
penelitian pada salah satu taman di Turki ini, bahwa yang mempengaruhi kepuasan
dan sangat dibutuhkan lansia saat berada di taman adalah aksesibilitas, terutama
yang berkaitan dengan akses keamanan. Selain itu juga ditentukan oleh beragam
fasilitas dan layanan untuk kenyamanan penggunanya yang dapat meningkatkan
kebahagiaan.
Hetyorini (2015) Tempat yang baik adalah tempat yang nyaman dan enak digunakan untuk semua
orang termasuk yang berketerbatasan fisik. Dari penelitian terhadap 10 taman kota
di Semarang, ruang terbuka publik tersebut masih jauh dari kriteria nyaman untuk
penggunanya terutama yang beketerbatasan fisik. Diantaranya desain ram tidak
sesuai standar untuk lansia dan penyandang cacat. Selain itu juga terdapat masalah
pada parkir dan kenyamanan pengunjung. Taman hanya diprioritaskan bagi
pengunjung yang tidak memiliki keterbatasan fisik.
Sassi (2011) Dalam menentukan ruang publik yang ramah lansia berdasarkan kualitas ruangnya,
ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu keramahan, fleksibilitas, keamanan dan
keramahan. Suatu ruang publik akan dikatakan ramah jika memiliki keamanan yang
tinggi. Dan hal yang menyebabkan pengguna merasa betah berlama-lama di ruang
publik jika ruang publik tersebut terasa aman dan nyaman digunakan sepanjang
waktu dan suasana.
Tournier (2016) Kebanyakan kasus kecelakaan pada lansia adalah terjatuh di ruang luar terutama
saat berjalan kaki. Hal ini dapat berakibat fatal hingga kematian pada lansia.
Sehingga factor keselamatan bagi lansia saat berada di ruang luar sangat penting
terutama karena fisik dan kemampuan lansia yang sangat terbatas dan menurun.
Sehingga penelitian ini bertujuan untuk penyebab kecelakaan pada lansia saat di
ruang luar untuk dapat diidentifikasi bagaimana peningkatan keselamatannya.
Turel (2007) Lansia memiliki banyak penurunan terutama dalam bergerak, kemampuan berpikir
dan mental. Sehingga perencana dan perancang kota harus mempertimbangkan
aspek kesejahteraan fisik bagi lansia seperti keamanan dan kenyamanan dengan
memperhatikan interaksi social, tingkat kejahatan dan kepuasan masyarakat. Karena
kebanyakan factor yang menyebabkan lansia takut dan malas ke luar rumah adalah
kemudahan, keselamatan, keamanan, mobilitas dan aksesibilitas.
Paramitasari
(2016)
Ruang publik perkotaan di Indonesia masih banyak yang kurang berkualitas karena
hanya mengejar kuantitas, terutama pada aspek kenyamanan, keamanan dan
interaksi pengguna di dalam taman. Dari evaluasi terhadap kualitas taman lansia di
kota Bandung, ditemukan bahwa masih banyak kekurangan terutama pada sistem
fisik (pencahayaan,jalur pejalan kaki,tempat sampah), kenyamanan(keberadaan
tempat duduk dan pepohonan), dan perilaku(kurangnya privasi dan akses terbatas).
Selain itu, dari studi terdahulu dan teori-teori serta standar yang sudah dikemukakan
pada bagian sebelumnya, didapatkan beberapa parameter penelitian. Berikut merupakan
parameter penelitian yang dapat digunakan (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Parameter penelitian
Ruang Terbuka Publik Keamanan dan Kenyamanan Taman Lansia
Taman Kota Taman Lansia Tinjauan Keamanan Tinjauan Kenyamanan
Ilmiajayanti et al. (2015)
Taman merupakan
sebidang lahan terbuka
dengan luasan tertentu
yang dirancang dengan
mempertimbangkan
vegetasi dan juga elemen
lainnya sehingga dapat
menyebabkan yang datang
ke tempat tersebut
merasakan kesenangan,
Ilmiajayanti et al. (2015)
Taman tematik adalah
taman yang memiliki
fungsi sama dengan
taman-taman kota lainnya,
namun yang membedakan
adalah konsep yang
dimiliki oleh taman-taman
tersebut.
Burton & Lynne (2006)
Keamanan taman adalah
bagaimana lansia dapat
menggunakan, menikmati
dan beraktivitas di ruang
luar tanpa takut tersandung
atau terjatuh, bahkan
mengalami kriminalitas.
Kriteria keamanan taman
lansia:
Burton & Lynne (2006)
Kenyamanan adalah
bagaimana lansia dapat
bebas beraktivitas di ruang
luar tanpa terganggu fisik
dan mentalnya dan dapat
menikmati ruang luar.
Kriteria kenyamanan
taman lansia:
Lingkungan Sekitar Taman
51
Ruang Terbuka Publik Keamanan dan Kenyamanan Taman Lansia
Taman Kota Taman Lansia Tinjauan Keamanan Tinjauan Kenyamanan
kegembiraan dan
kenyamanan
Permen PU No.5 (2008)
Taman kota adalah lahan
terbuka hijau yang
berfungsi untuk sosial dan
estetika sebagai sarana
kegiatan rekreasi, edukasi
atau kegiatan untuk
masyarakat lainnya
Permendagri No.1(2007)
Taman terdiri dari taman
aktif dan taman pasif.
Hetyorini, 2015; Dong et
al., 2014
Taman lansia merupakan
taman yang berfungsi
untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia dari
segi geriatri (ilmu
perawatan medis bagi
orang tua) sehingga
terdapat fasilitas-fasilitas
untuk penyembuhan
seperti fasilitas relaksasi,
kebugaran, ruang istirahat,
dan ruang aktivitas yang
mempertimbangkan
kondisi fisiologis dan
psikologis lansia
WHO (2007)
Indikator uang terbuka
dalam kota ramah lansia:
Lingkungan bersih dan
menyenangkan
Terdapat ruang hijau
Terdapat tempat
beristirahat
Material aman
Penyeberangan jalan yang
aman
Aksesibilitas bebas
hambatan
Keamanan
Jalur tidak membahayakan
Toilet umum memadai
Burton & Lynne (2006)
Penentu kualitas taman
lansia:
Familiarity
Legibility
Distinctiveness
Accessibility
Comfort
Safety
Sajadzadeh et al. (2015)
Penentu kualitas taman
lansia:
Comfort and convenience
Acces
Activity
Beautiful scenery
Social place
Hetyorini (2015)
Kriteria perancangan
taman lansia:
Lokasi
Pencapaian
Vegetasi
Pola lantai/pattern
Warna
Penerangan dalam taman
Fasilitas dalam taman
Parkir
Lingkungan Sekitar Taman
Fungsi: bangunan
didominasi perumahan
dan terdapat fasilitas
keamanan. Jalan bukan
merupakan jalan utama.
Desain: fasad bangunan
membuat lansia merasa
aman. Jalan disesuaikan
dengan ukuran untuk
lansia terbatas fisik.
Penanda dan perabot
jalan dapat membuat
lansia merasa aman.
Aksesibilitas: akses dari
lingkungan,
penyeberangan jalan, dari
pedestrian, dan dari
pemberhentian kendaraan
umum memperhatikan
standar keamanan.
Material: fasad bangunan
dan jalan disesuaikan
dengan keterbatasan fisik
lansia.
Di Dalam Taman
Fungsi: terdapat fungsi
keamanan, jalan
memisahkan jalur dan
ada fasilitas pengawasan.
Desain: jalan, tempat
duduk, penanda, toilet,
parkir, penerangan,
vegetasi dan pembatas
jalan memperhatikan
standar keamanan.
Material: fasad bangunan,
jalan, pagar pembatas,
tempat duduk, shelter,
ramp, tangga dan kotak
telepon dapat
meminimalkan bahaya di
ruang luar.
Image(keindahan): selain
untuk keindahan, vegetasi
dan elemen pendukung
(kolam,patung,sculpture)
dapat tetap melindungi
lansia.
Fungsi: didominasi
bangunan perumahan dan
bukan jalan yang ramai.
Desain: fasad bangunan
tidak asing dan formal,
jalan dapat membuat
tetap nyaman, dan
perabot serta penanda
jalan mendukung
kenyamanan ke taman.
Aksesibilitas: akses dari
lingkungan,
penyeberangan jalan, dari
pedestrian, dan dari
pemberhentian kendaraan
umum memperhatikan
standar kenyamanan.
Material: fasad bangunan
dan jalan tidak rumit dan
nyaman dilihat.
Di Dalam Taman
Fungsi: bangunan,
sirkulasi dan fasilitas
nyaman dan mudah
digunakan.
Desain: jalan, tempat
duduk, penanda, toilet,
parkir, penerangan,
vegetasi dan pembatas
jalan memperhatikan
standar kenyamanan.
Material: fasad bangunan,
jalan, pagar pembatas,
tempat duduk, shelter,
ramp, tangga dan kotak
telepon dapat membuat
lansia merasa betah dan
nyaman di taman.
Image(keindahan): selain
untuk keindahan, vegetasi
dan elemen pendukung
(kolam,patung,sculpture)
dapat membuat lansia betah
berlama-lama di taman.
52
Gambar 2.29 Diagram kerangka pustaka
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung lanjut usia di Taman Lansia Surabaya?
TINJAUAN TEORI
Tinjauan lansia
1. Definisi lanjut usia (lansia)
2. Penurunan pada lansia
3. Aktivitas pada lansia
4. Kebutuhan lansia di ruang
luar
Landasan kebutuhan dan
aktivitas lansia di ruang luar.
Pemahaman menentukan
dan mengevaluasi kualitas
taman lansia berdasarkan
pengguna lansia.
1. Definisi taman lansia
2. Kriteria taman lansia
3. Studi komparasi taman
lansia
Tinjauan taman lansia
1. Gedung dan ruang terbuka
2. Transportasi
3. Perumahan
4. Partisipasi sosial
5. Penghormatan dan
keterlibatan sosial
6. Partisipasi sipil dan
pekerjaan
7. Komunikasi dan informasi
8. Dukungan masyarakat dan
kesehatan
1. Pemahaman ruang
terbuka yang ramah lansia.
2. Kriteria ruang terbuka
yang sesuai dengan
persyaratan kota ramah
lansia menurut WHO.
Tinjauan kota ramah lansia
1. The Relationship Between
Environmental Quality and
Elderly Presence Ability in
Urban Open Spaces, Case Study:
Laleh Park, Tehran
2. Kajian Geriatri dan Ruang
Terbuka Publik dalam
Mendukung Penyediaan Taman
Lansia di Kota Semarang
3. Design of Public Space in The
City of the Elderly
4. Review of Safety and
Mobility Issues Among Older
People Pedestrians
5. Evaluation of Elderly
People’s Requirement s in Open
Public Spaces: A Case Study in
Bornova District (Izmir, Turkey)
6. Evaluasi Pasca Huni (Post
Occupancy Evaluation) pada
Taman Lansia di Kota Bandung
1. Penambahan kajian
pustaka
2. Penambahan metode
penelitian yang dapat
diterapkan
3. Penambahan dasar dalam
latar belakang penelitian.
Tinjauan penelitian terdahulu
1. Keamanan taman lansia
2. Kenyamanan taman lansia
Tinjauan keamanan &
kenyamanan lansia
KONTRIBUSI
Penetapan kriteria dan
parameter untuk aspek
keamanan dan kenyamanan
yang dibutuhkan oleh
pengguna lansia di taman
lansia.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Metode Umum Penelitian
3.1.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian
kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini lebih menekankan pada makna dan proses
daripada hasil suatu aktivitas (Raco, 2010:61). Karakteristik khas dari penelitian ini adalah
penekanan pada lingkungan yang alamiah (naturalistic setting), induktif (inductive),
fleksibel (flexible), pengalaman langsung (direct experience), kedalaman (indepth), proses
(process), menangkap arti (verstehen), keseluruhan (wholeness), partisipasi aktif dari
partisipan, dan penafsiran (interpretation).
3.1.2 Metode umum penelitian
Metode umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-
kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010) mendefinisikan metode kualitatif sebagai
sebuah prosedur penelitian terhadap orang-orang maupun perilakunya yang akan diamati
sehingga menghasilkan data berupa kata-kata tertulis maupun lisan. Metode deskriptif
kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan data-data yang diperoleh
berdasarkan kondisi aktual di lapangan, selanjutnya data tersebut akan dikaji untuk dianalisis
lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang berasal dari literatur maupun penelitian-penelitian
terdahulu. Sedangkan metode yang digunakan dalam mengkaji data berdasarkan standar dan
peraturan-peraturan yang berlaku menggunakan metode normatif.
3.2. Lokasi, Objek, dan Subjek Penelitian
3.2.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan adalah Taman Lansia Surabaya. Lokasi taman
berada di antara Jl. Raya Gubeng, Jl. Biliton dan Jl. Kalimantan, Surabaya. Taman Lansia
Surabaya ini berada di Kel. Gubeng, Kec. Surabaya Timur. Lokasinya berada di tengah
kawasan fasilitas umum, perdagangan dan jasa komersial (Gambar 3.1). Taman ini memiliki
luas sebesar 1.519,80 m2. Batasan lokasi penelitian ada dua, yaitu di dalam dan lingkungan
sekitar Taman Lansia Surabaya. Untuk di dalam taman, batasannya menggunakan area
54
wilayah taman. Sedangkan untuk lingkungan sekitar taman, menggunakan sepanjang
aksesibilitas lingkungan dalam radius jarak 100-200 meter dan ujung jalan.
Gambar 3.1 Lokasi Taman Lansia Surabaya
Sumber : Google Maps dan Dinas Kebersihan & Ruang Terbuka Hijau Surabaya tahun 2004
55
3.2.2 Objek penelitian
Objek penelitian merupakan titik perhatian dari suatu penelitian. Objek penelitian
adalah pokok persoalan yang ingin diteliti untuk mendapatkan data yang lebih terarah. Objek
dalam penelitian ini adalah elemen taman (tempat duduk, fitur air, vegetasi, jalur pedestrian,
tangga, hand railing, gerbang masuk, alat olahraga, dan material) dan fasilitas di dalam dan
luar Taman Lansia Surabaya (toilet, bangunan shelter, tempat pemberhentian angkutan
umum, bangunan fasilitas, bangunan sekitar taman, penyeberangan jalan, dan pos keamanan
taman) berdasarkan parameter penelitian yang sudah ditetapkan.
3.2.3 Subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkap
fakta-fakta di lapangan. Subjek penelitian dalam penelitian ini bisa berupa responden
maupun orang yang diamati di lapangan. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive
sampling dengan pertimbangan sampel adalah termasuk kategori lansia dan sedang
menggunakan taman lansia sehingga sampel yang diambil dapat representatif dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan secara jelas. Jumlah sampel tidak ditentukan
terlebih dahulu tetapi akan menyesuaikan.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung lansia di Taman Lansia Surabaya
yang beraktivitas pada pagi, siang, sore dan malam hari terutama pada waktu taman sedang
ramai yaitu hari libur. Informan yang dipilih sebagai responden merupakan pengguna lansia
maupun bukan lansia di taman lansia tersebut. Teknik penggalian data yang digunakan
adalah snowball sampling yaitu melalui wawancara secara mendalam kepada satu responden
ke responden yang lain sampai peneliti tidak dapat menemukan informasi lagi. Kategori
pengunjung lanjut usia tersebut adalah berusia 60 tahun ke atas (UU No. 13, 1998), jenis
kelamin pria maupun wanita, yang normal maupun yang memiliki keterbatasan fisik, yang
sendiri maupun ditemani orang lain serta yang memang bermaksud datang maupun yang
hanya sekedar lewat. Sedangkan kategori untuk pengunjung bukan lansia adalah pria
maupun wanita, berusia 17 tahun ke atas (kategori dewasa menurut Depkes), kondisi fisik
normal dan diutamakan yang datang untuk menemani lansia ke taman.
56
3.3. Waktu dan Instrumen Penelitian
3.3.1 Waktu penelitian
Waktu penelitian dibagi menjadi 3, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan
penelitian, dan penyusunan laporan penelitian. Untuk tahap pelaksanaan penelitian bersifat
fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lapangan dan kebutuhan data penelitian (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Waktu penelitian
No. Rincian Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan
1. Persiapan penelitian:
a. Konsultasi judul penelitian
b. Penyerahan sinopsis penelitian
c. Pengumpulan data
d. Penyusunan draft proposal
e. Penyelesaian dan bimbingan bab I s/d III
f. Seminar proposal
g. Revisi proposal
h. Pengumpulan proposal skripsi final
Oktober 2016
Oktober 2016
Oktober-Desember
2016
Oktober-Desember
2016
Oktober-Desember
2016
Januari 2017
Januari 2017
Januari 2017
Pada dosen pembimbing.
Pada dosen pengampu mata kuliah
Seminar Arsitektur.
Data dari literatur maupun kondisi
lapangan.
Dengan konsultasi bersama dosen
pembimbing.
Penyesuaian waktu dengan dosen
pembimbing.
Menyesuaikan jadwal ujian mata
kuliah Seminar Arsitektur.
Selama minggu kedua Ujian Akhir
Semester.
Pada hari terakhir pelaksanaan
Ujian Akhir Semester.
2. Pelaksanaan penelitian:
a. Menyiapkan peralatan
b. Menyiapkan surat perijinan
c. Melakukan survei lapangan
d. Melakukan wawancara dan penyebaran
kuesioner
Januari 2017
Januari 2017
Februari 2017
Maret 2017
Peralatan kebutuhan lapangan:
surat perizinan dan alat survei
pengamatan, wawancara dan
kuesioner.
Mengurus administratif di jurusan
dan fakultas.
Mengamati dan mengidentifikasi
kondisi aktual sesuai dengan
parameter penelitian pada hari
minggu dan libur (pagi, siang, sore
dan malam) dengan 2 kondisi
cuaca.
Wawancara dan kuesioner:
e. Hari Jumat, Sabtu dan Minggu di
minggu pertama pada pagi,
siang, sore dan malam hari.
3. Penyusunan laporan penelitian:
a. Penyusunan bab IV dengan pengolahan
dan analisis data
b. Penyusunan bab IV untuk perumusan
rekomendasi
c. Penarikan kesimpulan
d. Penyelesaian draft laporan skripsi
e. Seminar hasil
f. Revisi laporan skripsi pasca seminar hasil
g. Sidang ujian skripsi
h. Revisi laporan skripsi pasca sidang ujian
i. Pengumpulan laporan skripsi final
Januari-Maret 2017
Maret-April 2017
April 2017
April 2017
April 2017
April-Mei 2017
Mei 2017
Juni-Agustus 2017
Agustus 2017
Dengan konsultasi.
Setelah keseluruhan data selesai
diolah.
Dengan konsultasi.
Dengan konsultasi.
Menyesuaikan jadwal yang keluar
(17-19 April 2017)
Sebulan setelah seminar hasil.
Menyesuaikan jadwal yang keluar
(18-31 Mei 2017)
Menyesuaikan jadwal (maks. 3
bulan setelah ujian skripsi)
Menyesuaikan jadwal.
57
3.3.2 Instrumen penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan dan memperoleh
data serta pengolahan dan penyajian data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara yang dilakukan pada pengunjung lansia dikarenakan perlu data langsung
dari lansia sebagai pengguna taman di luar pertanyaan kuesioner sehingga informasi yang
diperoleh dapat berkembang; observasi lapangan untuk melihat kondisi aktual dari lokasi
penelitian dengan alat bantu kamera, alat perekam, checklist, perekam suara, alat tulis; dan
kuesioner yang dilakukan pada pengunjung taman (pengunjung lansia dan pengunjung
umum) untuk memperoleh data mengenai gambaran taman berdasarkan persepsi pengguna
secara keseluruhan terkait fungsinya untuk taman lansia. Untuk kuesioner dibagi menjadi 2
jenis, yaitu kuesioner untuk pengunjung lansia dan pengunjung umum, detail kuesioner
dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu acuan yang digunakan dalam penelitian untuk
mengetahui hal apa yang akan dipelajari, dianalisis, dan kemudian akhirnya disimpulkan.
Variabel penelitian yang digunakan mengacu pada parameter penelitan berdasarkan
kesimpulan dari literatur, standar, peraturan dan penelitian terdahulu. Pada penelitian ini,
variabel penelitian akan dibagi menjadi dua aspek yaitu keamanan dan kenyamanan. Tiap
aspek akan dibuat variabel berdasarkan lingkup di lingkungan luar taman dan di dalam
taman. Setiap variabel memiliki sub variabel yang memiliki indikator penentunya masing-
masing dalam penilaian. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini akan
dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 3.2 Variabel penelitian
LINGKUP
AREA ASPEK
KEAMANAN
VARIABEL SUB-
VARIABEL
INDIKATOR ACUAN
Lingkungan
luar taman
Fungsi
Fungsi
bangunan dan
jalan sekitar
taman.
Bangunan
Didominasi oleh perumahan dan fasilitas pedukung
untuk memudahkan mengawasi dan memberikan rasa
aman bagi lansia. (Burton)
Terdapat fasilitas keamanan lingkungan untuk
pengawasan lansia. (Burton)
Burton &
Lynne
(2006)
Jalan Bukan jalan utama yang sering dilalui kendaraan dan
padat lalu lintas sehingga tidak membahayakan lansia.
(Burton)
Desain
Desain
bangunan dan
Bentuk
bangunan
Orientasi ruang dan bangunan dirancang untuk tidak
menciptakan area gelap atau menyilaukan yang
membuat khawatir dan pusing. (Burton)
Orientasi bangunan ke jalan untuk membuat lansia
merasa aman karena berada di lingkungan yang dihuni.
(Burton)
Burton &
Lynne
(2006),
Permen PU
No.30/2006
58
lingkungan
sekitar taman.
Apabila terdapat pagar, desainnya sebaiknya tidak
massif dan tinggi sehingga lansia tetap merasa diawasi
oleh masyarakat sekitar.(Burton)
, Turel et al.
(2007),
WHO
(2007) Jalan
Jalur kendaraan dan pejalan kaki dipisahkan agar
lansia tidak tertabrak. (WHO & Burton)
Rute berjalan pendek, ujung jalan terlihat dan
terhubung dengan jalan ramai agar lansia tidak merasa
khawatir. (Burton)
Jalan dengan pola grid dan sudut jalan lebih dari 90o
untuk menghindari tikungan tajam yang tidak aman.
(Burton)
Jalan yang berliku-liku perlahan dengan vista yang
terbuka perlahan agar lansia tetap merasa aman.
(Burton)
Lebar pedestrian min. 120 cm(searah) dan 160 cm(dua
arah) untuk memudahkan pergerakan kursi roda.
(Permen PU)
Kemiringan maks.1/8 dengan bordes setiap 900
cm(lebar 120 cm) agar tidak curam dan berbahaya.
(Permen PU)
Permukaan jalan yang berkelanjutan,tinggi sama, tidak
berlubang dan berjeruji yang berbahaya bagi pejalan
kaki. (Turel)
Tinggi sambungan permukaan 1,25 cm (diminimalkan)
agar tidak membuat tersandung. (Permen PU)
Terdapat pengaman pinggiran jalur pedestrian dengan
tinggi min.10 cm dan lebar 15 cm. (Permen PU &
Turel)
Terdapat vegetasi penyangga antara trotoar dengan
jalan agar kendaraan tidak memasuki jalur trotoar.
(Turel)
Terdapat jalur pemandu dengan tekstur dan warna
yang memiliki desain yang berbeda dengan jalur biasa
agar aman bagi penyandang cacat. (Permen PU)
Penanda
Diletakkan pada area yang mudah dilihat lansia.
(Turel)
Menandakan area pejalan kaki, istirahat, menyeberang
jalan, fasilitas, dll. (Burton)
Tidak mengganggu arus dan sirkulasi pejalan kaki.
(Burton)
Perabot
jalan
Tidak menghalangi langkah lansia. (Burton)
Jumlah lampu pencahayaan yang cukup dan tidak
menyilaukan sehingga membuat pusing. (Burton &
Permen PU)
Vegetasi Tidak menutupi pandangan yang dapat menghalangi
jalan. (Burton)
Tidak menciptakan ruang gelap yang membuat
khawatir dan memicu kriminalitas. (Burton)
Akar tidak membuat tersandung. (Turel)
Mempunyai daun yang kecil dan mudah terbawa angin
agar tidak menumpuk menjadi sampah yang basah dan
licin. (Burton)
Aksesibilitas
Aksesibilitas
dari
lingkungan
sekitar
menuju taman
dan sekeliling
taman.
Akses
penyeberang
an jalan
Lebar min.180 cm untuk mempermudah dan
memperlancar sirkulasi. (Turel)
Terdapat lampu penyeberangan dengan penanda visual
dan suara dengan ketinggian tombol suara maks.120
cm untuk meyakinkan lansia agar mandiri
menyeberang. (Burton, WHO & Turel)
Mudah diakses dan bebas hambatan. (WHO & Turel)
Terdapat petugas penyeberangan. (Burton)
Pada jalan yang ramai, terdapat penanda “countdown”
agar lansia mengetahui waktu untuk menyeberang.
(WHO)
Burton &
Lynne
(2006),
Permen PU
No.30/2006
, Turel et al.
(2007),
59
Akses dari
jalur
pedestrian
Tidak terdapat pembatas fisik. (Burton & WHO)
Pemisahan pejalan kaki dan kendaraan. (Burton &
WHO)
Bebas hambatan. (WHO & Turel)
Terdapat tempat istirahat sementara. (Burton & WHO)
WHO
(2007)
Akses dari
pemberhenti
an
kendaraan
umum
Rute berjalan pendek. (Burton)
Pencahayaan yang cukup. (Burton)
Mudah diakses dan bebas hambatan. (WHO dan Turel)
Material
Material pada
elemen dan
fasilitas di
lingkungan
sekitar taman.
Fasad
bangunan
Tidak menggunakan warna material dan cat yang
terang dan menyilaukan sehingga dapat menyakitkan
mata. (Burton, Turel & Permen PU)
Burton &
Lynne
(2006),
Permen PU
No.30/2006
, Turel et al.
(2007)
Jalan Tidak bermotif, halus, rata, tidak licin dan tidak
menyilaukan yang beresiko membuat terjatuh atau
terpeleset. (Turel & Permen PU)
Tidak menggunakan pola material rumit yang
membuat bingung dan pusing. (Burton & Turel)
Material untuk jalur pedestrian dan kendaraan
memiliki perbedaan warna dan tekstur agar lansia
tidak masuk ke jalur kendaraan. (Burton, WHO &
Turel)
Stabil, kuat, dan tahan cuaca. (Turel & Permen PU)
Menggunakan warna kuning atau jingga pada jalur
pemandu agar mudah dikenali lansia maupun
penyandang cacat. (Permen PU)
Ruang dalam
taman
Fungsi
Fungsi
bangunan,
fasilitas dan
sirkulasi
dalam taman
Fasilitas
Terdapat fasilitas (bangunan) keamanan untuk
mengawasi dan memandu lansia. (Burton)
Terdapat fasilitas pengawasan (non bangunan) seperti
kamera CCTV, kotak layanan, dan patroli. (Burton)
Burton &
Lynne
(2006)
Sirkulasi
Hanya dilalui oleh pejalan kaki, dan sirkulasi
kendaraan di parkir harus aman bagi pejalan kaki.
(Burton)
Desain
Desain
sirkulasi,
elemen,
fasilitas dan
pembatas
taman
Jalan
Lebar jalur pedestrian min. 120 cm(searah) dan 160
cm(dua arah) untuk memudahkan pergerakan kursi
roda. (Permen PU)
Tinggi sambungan permukaan 1,25 cm (diminimalkan)
agar tidak membuat tersandung. (Permen PU)
Kemiringan maks.1/8 dengan bordes setiap 900
cm(lebar 120 cm) agar tidak curam dan berbahaya.
(Permen PU)
Pencahayaan 50-150 lux untuk meningkatkan
keamanan dan pengawasan. (Permen PU)
Permukaan jalan yang berkelanjutan,tinggi sama, tidak
berlubang dan berjeruji yang berbahaya bagi pejalan
kaki. (Turel & Permen PU)
Memiliki pengaman pinggiran dengan tinggi min.10
cm dan lebar 15 cm agar tidak ke area berbahaya.
(Permen PU)
Terdapat pembatas antara pejalan kaki dan kendaraan
agar tidak terjadi kecelakaan. (Burton & WHO)
Ujung jalan saling terlihat sehingga terkesan aman.
(Burton)
Sudut jalan lebih dari 90o dan jalan berliku-liku
dengan vista terbuka perlahan untuk kesan aman.
(Burton)
Terdapat jalur pemandu dengan tekstur dan warna
yang memiliki desain yang berbeda dengan jalur biasa
agar aman bagi penyandang cacat. (Permen PU)
Burton &
Lynne
(2006),
Permen PU
No.30/2006
, Turel et al.
(2007),
WHO
(2007)
Tempat
duduk
Berada di area yang tidak mengganggu sirkulasi
sehingga tidak membuat tersandung. (Burton & WHO)
Berada di tempat yang terang. (Burton & WHO)
Penanda Dapat mengarahkan lansia agar tidak ke jalur
kendaraan. (Burton)
60
Memberikan petunjuk keberadaan fasilitas keamanan
dan fasilitas lainnya. (Burton)
Tidak mengganggu arus dan sirkulasi pejalan kaki.
(Burton)
Toilet Terdapat pegangan tangan agar lansia tidak terjatuh.
(WHO)
Terdapat symbol disabilitas agar lansia mengetahui
toilet yang aman digunakan. (WHO)
Pintu bisa dibuka dari luar dan terdapat tombol darurat
untuk antisipasi jika terjadi sesuatu pada lansia.
(WHO)
Fasilitas
parkir
Terdapat area kursi roda yang jauh tidak berdekatan
dengan jalur kendaraan. (Burton & WHO)
Jika ada kemiringan maks. 1/11 untuk keamanan
pergerakan kursi roda. (Permen PU)
Lebar 370 cm(tunggal) dan 620 cm (ganda) yang
terhubung dengan ram dan aman serta mudah untuk
kursi roda. (Burton)
Penerangan
Terletak di area yang banyak digunakan beraktivitas.
(Burton)
Tidak menciptakan area gelap yang menakutkan dan
memicu kriminalitas. (Burton)
Vegetasi
Tidak berakar yang dapat merusak permukaan
perkerasan sehingga membuat tersandung.(Turel)
Berdaun kecil dan mudah dibawa angin sehingga tidak
membuat licin jalan saat hujan. (Burton)
Tidak menciptakan ruang gelap yang dapat membuat
tempat kriminal. (Burton)
Tidak mengganggu sirkulasi yang dapat memicu
kecelakaan. (Burton & WHO)
Tidak membatasi visual ke luar taman sehingga
menyebabkan perasaan terisolasi. (Burton)
Pembatas
taman
Tidak membatasi visual ke luar taman sehingga lansia
tidak merasa tertutup. (Burton)
Dapat melindungi taman dari aktivitas di lingkungan
yang mengganggu (demo, pawai, atau acara lainnya).
(Burton)
Elemen
keindahan
Tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki. (Burton)
Tidak membatasi visual di dalam taman. (Burton)
Aksesibilitas
Aksesibilitas
di dalam
taman
Dari dan
menuju
fasilitas
parkir
Terpisah antara pejalan kaki dan kendaraan agar lansia
tidak terserempet. (Burton)
Terdapat petugas keamanan. (Burton)
Burton &
Lynne
(2006)
Dari dan
menuju
pintu
masuk/kelua
r
Pintu gerbang tidak tertutup dan gelap. (Burton)
Terdapat petugas yang mencegah terjadinya
kriminalitas. (Burton)
Dipisahkan antara akses pejalan kaki dan kendaraan
untuk keamanan. (Burton)
Dari dan
menuju
bangunan
fasilitas
Tidak gelap dan di sudut. (Burton)
Terdapat pengarah yang tidak membuat tersesat.
(Burton)
Antar
elemen dan
fasilitas
taman
Terdapat pegangan tangan yang mencegah lansia
terjatuh. (Burton)
Kondisi jalan yang baik agar lansia tidak tersandung.
(Burton)
Material
Material pada
elemen dan
Fasad
bangunan
Tidak menggunakan warna material dan cat yang
terang dan menyilaukan sehingga dapat menyakitkan
mata. (Burton & WHO)
Burton &
Lynne
(2006),
Permen PU
No.30/2006
, Turel et al.
Jalan Tidak bermotif, halus, rata, tidak licin, tidak retak, dan
menyilaukan agar tidak membuat pusing dan bingung.
Tidak berlubang yang dapat membuat tersandung.
(Burton, WHO, Turel & Permen PU)
61
fasilitas
dalam taman
Menggunakan warna kuning atau jingga pada jalur
pemandu agar mudah dikenali lansia maupun
penyandang cacat. (Permen PU)
(2007),
WHO
(2007) Pagar
pembatas
Tidak masif dan menutupi taman sehingga membuat
kesan tertutup. (Burton)
Tidak dari material berduri yang dapat
membahayakan. (Burton)
Tempat
duduk
Tidak licin. (Burton)
Tidak terdapat tonjolan yang dapat membahayakan.
(Burton)
Toilet Bahan dan permukaan lantai harus tidak licin agar
tidak berbahaya. (WHO)
Shelter Transparan agar tetap dapat diawasi sehingga
meminimalkan kriminalitas. (Burton & WHO)
Ramp dan
tangga
Bertekstur dan kokoh agar tidak licin saat hujan.
(Turel & Permen PU)
Kotak
telepon
Transparan agar tetap dapat terawasi dari luar.
(Burton)
LINGKUP
AREA
ASPEK
KENYAMAN
AN
VARIABEL SUB-
VARIABEL
INDIKATOR ACUAN
Lingkungan
luar taman
Fungsi
Fungsi guna
lahan dan
jalan sekitar
taman.
Guna lahan
Didominasi lingkungan perumahan agar tidak
membuat lansia merasa asing dan stress. (Burton)
Mudah menemukan layanan dan fasilitas umum
sehingga tidak menyulitkan saat membutuhkan.
(Burton)
Burton &
Lynne
(2006)
Jalan Terdapat hirarki jalan sehingga lansia dapat memilih
jalan yang tidak terlalu ramai. (Burton)
Bukan jalan yang ramai dan padat lalu lintas, terutama
jalan utama sehingga tidak bising dan berpolusi.
(Burton)
Pinggir jalan difokuskan untuk pealan kaki agar tidak
mengganggu aktivitas berjalan kaki. (Burton)
Desain
Desain
bangunan dan
lingkungan
sekitar taman.
Bentuk
bangunan
Bentuk tidak asing sehingga lansia tidak merasa stress
karena asing. (Burton)
Menghindari desain formal agar tidak mengintimidasi
dan menakutkan. (Burton)
Burton &
Lynne
(2006),
Turel et al.
(2007).
WHO
(2007)
Jalan Terdapat area istirahat yang melindungi dari cuaca dan
mudah digunakan untuk pengguna dengan fisik
terbatas. (Burton & WHO)
Memiliki pencahayaan cukup untuk melancarkan
aktivitas. (Burton & WHO)
Terdapat penahan akustik dan buffer, seperti
pagar,pohon dan semak-semak. (Burton)
Jalan berliku dengan vista terbuka perlahan agar tidak
membosankan. (Burton)
Antar jalan saling terhubung dan tidak berjauhan agar
lansia tidak salah mengambil rute. (Burton)
Bebas dari sampah, kebisingan dan polusi bau. (Burton
& WHO)
Penanda Berada pada tempat yang mudah dilihat. (Turel)
Penulisan terbaca dengan jelas dan juga menggunakan
huruf Braille agar bisa dibaca tunanetra. (Turel dan
Permen PU)
Memiliki penerangan yang baik. (Turel)
Memiliki tinggi sesuai sudut jarak pandang manusia.
(Permen PU)
Menggunakan proporsi dan desain warna yang tepat
agar nyaman dilihat dan dikenali. (Permen PU)
Perabot
jalan
Sesuai kebutuhan pengguna jalan. (Burton)
Tersedia di sepanjang jalan sesuai fungsi. (Burton)
Vegetasi Dapat melindungi dari cuaca. (Burton & WHO)
62
Tidak menghalangi pandangan dan sirkulasi. (Burton)
Tidak menimbulkan banyak sampah. (Burton &
WHO)
Dapat mendukung penghijauan sekaligus keindahan.
(Burton & WHO)
Aksesibilitas
Aksesibilitas
dari
lingkungan
sekitar
menuju taman
dan sekeliling
taman.
Akses
penyeberang
an jalan
Terdapat jalur penyeberangan sehingga lansia dapat
mandiri. (Burton & Turel)
Terdapat bangunan atau pohon peneduh saat
menunggu menyeberang jalan. (Burton & Turel)
Tidak jauh dan mudah dicapai. (Burton)
Burton &
Lynne
(2006),
Permen PU
No.30/2006 Akses dari
jalur
pedestrian
Terdapat hirarki dari jalan besar hingga ke jalur
pedestrian. (Turel)
Terdapat peneduh yang melindungi dari cuaca. (Turel)
Jika ada ketinggian, maka disediakan ramp 1/8 agar
pengguna kursi roda tetap dapat mengakses. (Permen
PU)
Akses dari
pemberhenti
an
kendaraan
umum
Terdapat peneduh yang melindungi dari cuaca.
(Burton)
Mudah dicapai. (Burton)
Material
Material pada
elemen dan
fasilitas di
lingkungan
sekitar taman.
Fasad
bangunan
Tidak didesain dengan pola rumit yan terkesan formal
dan mengintimidasi. (Burton)
Menggunakan warna-warna yang tidak mencolok agar
nyaman dilihat. (Burton)
Menggunakan material-material yang mudah dikenali.
(Burton)
Burton &
Lynne
(2006),
Turel et al.
(2007),
WHO
(2007) Jalan Terdapat perbedaan tekstur untuk jalur pejalan kaki
dan kendaraan agar aktivitas masing-masing tidak
saling mengganggu. (WHO & Turel)
Tidak menggunakan pola rumit yang membuat kesan
formal. (WHO & Turel)
Ruang dalam
taman
Fungsi
Fungsi
bangunan,
fasilitas dan
sirkulasi
dalam taman
Fasilitas Terdapat fasilitas (bangunan) umum dan layanan
servis yang sesuai kebutuhan pengguna taman.
(Burton)
Dapat digunakan sepanjang waktu.(Burton)
Tersedia kebutuhan fasilitas (non bangunan) darurat
saat lansia di taman, yaitu toilet, terapi dan kesehatan.
(Burton & WHO)
Burton &
Lynne
(2006),
WHO
(2007)
Sirkulasi Dipisahkan antara jalur sirkulasi kendaraan, pejalan
kaki, terapi, dan kursi roda sehingga tiap aktivitas
tidak saling mengganggu. (Burton & WHO)
Bebas dari PKL, parkir mobil dan pohon agar tidak
mengganggu aktivitas berjalan kaki. (WHO)
Desain
Desain
sirkulasi,
elemen,
fasilitas dan
pembatas
taman
Jalan Dapat digunakan oleh lansia normal maupun dengan
kursi roda. (Turel & Permen PU)
Terdapat vegetasi peneduh yang melindungi dari
cuaca. (Burton & WHO)
Berliku dengan vista terbuka perlahan agar tidak
membosankan. (Burton)
Jauh dari keramaian dan kebisingan lalu lintas
kendaraan. (Burton & WHO)
Saling terhubung satu sama lain untuk memudahkan
rute. (Burton)
Burton &
Lynne
(2006),
Permen PU
No.30/2006
, Turel et al.
(2007),
WHO
(2007),
Perda
Surabaya
tentang
RTH
(2002)
Tempat
duduk
Kursi nyaman dan kokoh sehingga tidak membuat
khawatir saat digunakan. (Burton)
Terdapat sandaran kaki dan tangan agar tidak
membuat lelah. (Burton)
Ketinggian kursi berkisar antara 420-480 mm sehingga
ramah dan mudah untuk lansia dan penyandang cacat.
(Burton)
Jarak berdekatan(maks. 100-125 m) sehingga lansia
dengan keterbatasan tetap dapat berbicara. (Burton)
Penanda Mudah dilihat dan jelas dibaca sehingga dapat
mempermudah lansia. (Burton)
63
Penulisan juga menggunakan huruf Braille agar bisa
dibaca tunanetra. (Permen PU)
Tidak menggunakan warna mencolok yang
mengganggu kenyamanan visual lansia. (Burton)
Memiliki tinggi sesuai sudut jarak pandang manusia.
(Permen PU)
Menggunakan proporsi dan desain warna yang tepat
agar nyaman dilihat dan dikenali. (Permen PU)
Toilet Mudah dilihat, dikenali dan dicapai. (Burton & WHO)
Mudah digunakan terutama bagi yang berketerbatasan
fisik. (Burton & WHO)
Terdapat penanda yang juga dapat dikenali oleh para
penyandang cacat. (Permen PU)
Mudah dijangkau dengan berjalan kaki. (WHO)
Pintu tidak berat dan susah dibuka bagi lansia. (WHO)
Ketinggian tempat duduk toilet adalah 45-50 cm
(sesuai standar pengguna kursi roda). (Permen PU)
Fasilitas
parkir
Dekat pintu gerbang dan jalur pedestrian agar rute
tidak membuat lelah. (Burton)
Terdapat area kursi roda sehingga tidak membuat
pengguna kursi roda terintimidasi dan tetap dapat
beraktivitas. (Burton)
Terdapat penanda disabilitas sehingga lansia tetap
nyaman dan tidak terganggu. (Burton)
Jarak maks. dengan taman adalah 60 m agar tidak jauh
dan membuat lelah berjalan. (Permen PU)
Penerangan Tersedia di sepanjang jalur sirkulasi, tempat duduk,
maupun tempat-tempat aktivitas untuk melancarkan
aktivitas terutama pada lansia dengan visual terbatas.
(Burton & WHO)
Tidak menciptakan ruang gelap yang menghambat
aktivitas. (Burton)
Tidak menyilaukan sehingga menganggu kenyamanan
visual. (Burton)
Vegetasi Menyesuaikan tempat perletakan dan fungsi (vegetasi
untuk pembatas, penghias, peneduh, dll). (Burton)
Dapat menaungi dan melindungi dari cuaca (minimal
60 %). (Perda Surabaya)
Dapat mendukung keindahan taman dan membuat efek
menenangkan dan membahagiakan. (Burton & WHO)
Berguna sebagai peneduh namun tetap estetik.
(Burton)
Dapat meningkatkan efek terapi sehingga bermanfaat
bagi fisiologis dan psikologis lansia. (Burton)
Pada aera yang sering dilihat menggunakan vegetasi
yang berwarna menarik agar menyenangkan saat
dilihat. (Burton & WHO)
Pembatas
taman
Tidak membatasi visual sehingga tetap dapat melihat
ke luar taman. (Burton)
Elemen
keindahan
Mendukung keindahan taman, seperti air mancur,
patung, dan sculpture. (Burton)
Serasi dengan bentuk taman agar nyaman dilihat.
(Burton)
Aksesibilitas
Aksesibilitas
di dalam
taman
Dari dan
menuju
fasilitas
parkir
Terdapat peneduh dan pelindung dari cuaca. (Burton)
Mudah dilihat dan dicapai dengan berjalan kaki.
(Burton)
Burton. &
Lynne
(2006),
Permen PU
No.30/2006 Dari dan
menuju
pintu
masuk/kelua
r
Terdapat peneduh dan pelindung dari cuaca. (Burton)
Dekat dengan parkir sehingga tidak membuat pejalan
kaki lelah. (Burton)
Dari dan
menuju
Saling terhubung sehingga memudahkan rute berjalan.
(Burton)
64
bangunan
fasilitas Mudah dicapai dengan berjalan kaki sehingga tidak
membuat lelah. (Burton)
Antar
elemen dan
fasilitas
taman
Saling terhubung. (Burton)
Terdapat peneduh. (Burton)
Terdapat tempat istirahat. (Burton)
Material
Material pada
elemen dan
fasilitas
dalam taman
Fasad
bangunan
Tidak menggunakan pola rumit yang berkesan formal
dan tidak umum sehingga mengintimidasi dan asing.
(Burton)
Burton &
Lynne
(2006),
Permen PU
No.30/2006
, Turel et al.
(2007)
Jalan Terdapat perbedaan tekstur sehingga pengguna jalan
dapat memahami perbedaan fungsi jalan. (Turel &
Permen PU)
Tidak menggunakan pola rumit yang membuat
bingung. (Permen PU & Turel)
Dilengkapi dengan fasilitas terapi untuk kaki. (Turel)
Pagar
pembatas
Transparan sehingga tidak membatasi visual ke luar
taman. (Burton)
Tempat
duduk
Menggunakan kayu atau material yang tahan terhadap
panas atau dingin. (Burton)
Tidak berlubang sehingga nyaman digunakan untuk
waktu yang lama. (Burton)
Shelter Menggunakan material transparan agar tidak
membatasi visual dan pencahayaan. (Burton & WHO)
Ramp dan
tangga
Bertekstur dan tidak licin sehingga memudahkan
aktivitas. (Turel & Permen PU)
Material yang kuat dan kokoh sehingga tidak membuat
khawatir. (Turel & Permen PU)
Terdapat perbedaan warna antara sirkulasi dan tangga.
(Turel & Permen PU)
Kotak
telepon
Menggunakan material transparan sehingga tidak
membatasi visual. (Burton)
3.5. Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Data primer
Pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan
melihat dan memastikan kondisi secara langsung terhadap subjek dan objek penelitian. Data
ini bersifat kualitatif, karena tidak terukur secara numerik, yang meliputi survei lapangan,
wawancara dan kuesioner. Untuk pengguna lansia data diperoleh melalui pengamatan
lapangan, wawancara dan penyebaran kuesioner. Untuk kuesioner diberikan kepada
pengguna lansia (dengan bantuan bimbingan pengisian oleh peneliti) dan pada pengguna
umum sebagai pengguna dan pengamat taman.
Tabel 3.3 Data primer
No. Metode
Pengumpulan
Data
Sumber data
Primer
Data /Informasi
yang didapatkan
Kegunaan
1.
Observasi
lapangan
Kondisi fisik
lapangan
Kondisi aktual
taman lansia yang
dikaji
Menganalisis taman
Menganalisis lokasi taman
Menganalisis konteks kawasan taman
Faktor yang
mempengaruhi
keamanan dan
kenyamanan taman
Menganalisis fasilitas taman yang
berpengaruh pada keamanan dan
kenyamanan lansia
65
Menganalisis fasilitas taman yang
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
lansia
Mengetahui keamanan dan kenyamanan
akses dari dan menuju taman
Kondisi eksisisting
lingkungan sekitar
Mengetahui kondisi kawasan objek kajian
Mengetahui pengaruh kawasan terhadap
objek kajian
Menganalisis kesesuaian taman berdasarkan
persepsi pengguna
2.
Wawancara
Pengunjung
lansia
Persepsi terhadap
taman
Mengetahui kebutuhan taman berdasarkan
persepsi pengguna
Menganalisis kesesuaian kondisi aktual
dengan kebutuhan lansia dengan sudut
pandang pengguna lain
Pengunjung
umum
Persepsi terhadap
taman Mengetahui kebutuhan lansia berdasarkan
sudut pandang pengunjung lain
Menganalisis kesesuaian fungsi taman
dengan kebutuhan pengguna selain lansia
3. Penyebaran
kuesioner/angket
Pengunjung
lansia
Penilaian taman
Mengidentifikasi penilaian lansia terhadap
kualitas keamanan dan kenyamanan taman.
Pengunjung
umum
Penilaian taman
Mengidentifikasi penilaian taman
berdasarkan kesesuaian dengan lansia dari
sudut pandang pengunjung umum.
3.5.2 Data sekunder
Pengumpulan data sekunder berupa pengumpulan data melalui studi literatur (Tabel
3.4) baik dari pustaka yang telah ada maupun pengumpulan data dari sumber-sumber instansi
terkait. Studi literatur digunakan sebagai penunjang tinjauan teori serta memperkaya
wawasan yang dapat menunjang mengenai keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut
usia di ruang luar. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah mengkaji
dengan mengumpulkan serta membaca dari sumber literatur yang ada dan diolah untuk
dilaporkan sebagai data penelitian dengan teknik deskriptif analisis.
Tabel 3.4 Data sekunder
No. Jenis Data Sumber data
Sekunder
Data Informasi yang
didapatkan
Kegunaan
1. Pengumpulan
data
pustaka/literatur
(buku, jurnal,
artikel,
prosiding)
Perpustakaan dan
internet
Data yang berkaitan dengan
ruang terbuka publik, taman
kota, taman lansia, kriteria
taman lansia dan aspek
keamanan dan kenyamanan
bagi lansia.
Menganalisis faktor faktor yang dapat
mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan bagi pengunjung lanjut
usia di ruang luar.
2. Dokumen
Instansional
Website resmi BPS
Kota Surabaya
Data statistik penduduk
lanjut usia kota Surabaya
yang terbaru.
Menganalisis faktor pengaruh faktor
peningkatan penduduk lansia terhadap
kebutuhan ruang luar.
Dinas Kebersihan
dan Ruang Terbuka
Hijau Kota
(DKRTH)
Surabaya
Rancangan awal taman
lansia.
Menganalisis lokasi taman dan
mengevaluasi kesesuaiannya.
Website resmi
WHO
Checklist kota ramah lansia. Menganalisis faktor-faktor indikator
ruang luar yang ramah lansia.
66
3.6. Metode Analisis dan Sintesis Data
3.6.1 Analisis data
Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif analisis dan analisis POE
(Post Occupancy Evaluation) atau evaluasi purna huni. Deskriptif analisis digunakan saat
menerjemahkan data-data hasil observasi lapangan sehingga lebih terstruktur dan mudah
untuk dipahami. Penjabaran data dapat dengan teknik tabulasi, diagramatik dan/atau sketsa
dengan penjelasan naratif yang dilengkapi dengan foto, gambar, peta, bagan maupun tabel.
Deskriptif analisis tersebut digunakan untuk mengorganisasikan data-data kondisi aktual
yang terkait dengan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lansia di Taman
Lansia Surabaya. Sedangkan analisis POE digunakan untuk mengevaluasi kondisi
lingkungan sekitar dan tapak yang berkaitan dengan aspek keamanan dan kenyamanan
sesuai kebutuhan pengguna lansia di Taman Lansia Surabaya (Zimring, Craig M. & Janet
E.R. 1980). Dalam analisis POE, ada 3 fokus dalam penelitian yaitu fungsional, teknis dan
perilaku. Dalam penelitian ini, analisis POE akan dibatasi pada fungsional elemen dan
fasilitas di lingkungan sekitar dan dalam taman lansia saja. Analisis POE terbagi menjadi 3
tahap, yaitu observasi lapangan untuk mendeskripsikan dan memetakan permasalahan;
evaluasi secara mendalam terhadap aspek yang difokuskan untuk dapat merumuskan
gagasan rekomendasi yang sesuai; dan mewujudkan rekomendasi tersebut untuk menjadi
suatu rancangan yang baru.
Pada penelitian ini, analisis POE yang dilakukan hanya pada sampai tahap 2 yaitu
evaluasi untuk menghasilkan rekomendasi yang berkaitan dengan aspek keamanan dan
kenyamanan di taman bagi lansia. Pada tahap pertama saat yaitu memetakan permasalahan
di lapangan, analisis didukung dengan data yang diperoleh melalui dokumentasi, wawancara
dan juga kuesioner. Keseluruhan permasalahan di lapangan dibatasi hanya pada aspek
keamanan dan kenyamanan. Pada tahap kedua, evaluasi yang dilakukan untuk menilai sejauh
mana penerapan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lansia di taman. Evaluasi
yang digunakan menggunakan variabel penelitian untuk menilai aspek keamanan dan
kenyamanan untuk di dalam taman maupun lingkungan sekitar berdasarkan teori Burton &
Lynne (2006), indikator ruang terbuka menurut WHO, dan Permen PU No. 30/PRT/M/2006
untuk menghasilkan suatu kesimpulan mengenai kekurangan di taman. Hasil evaluasi
tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara dan kuesioner.
Untuk kuesioner, metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan
membuat kesimpulan berdasarkan skala penilaian yang telah dipilih oleh responden dalam
67
mengisi kuesioner. Dalam mendukung analisis dan sintesis variabel – variabel penelitian
yang ada, terdapat penilaian – penilaian dari responden yang terdiri dari “Tidak
mendukung”, “Cukup Mendukung”, “Mendukung”. “Sangat Mendukung” dan “Tidak tahu”.
Untuk menentukan kesimpulan penilaian responden terhadap keamanan dan kenyamanan
suatu variabel, rekapitulasi data kuantitatif hasil tiap penilaian responden dibuat dalam
bentuk data persen. Selanjutnya pada data kuantitatif penilaian tersebut, penilaian yang
memiliki jumlah lebih dari 50 % akan dijadikan kesimpulan untuk penilaian tersebut karena
memiliki dominan penilaian yang terbesar, sedangkan jika tidak ada data yang mencapai 50
% maka satu atau dua penilaian yang memiliki jumlah data tertinggi akan dijadikan
kesimpulan suatu variabel. Untuk membuat kesimpulan secara keseluruhan juga digunakan
cara yang sama dengan sudah menggabungkan keseluruhan kesimpulan data kuantitatif yang
ada dari hasil kuesioner. Sebagai contoh dalam membuat kesimpulan penilaian kuesioner,
berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner terhadap pengaruh fungsi jalan di lingkungan
sekitar taman adalah mendukung (58,82 %), cukup mendukung (35,29 %), dan tidak
mendukung (5,88 %) sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah “mendukung” karena
memiliki penilaian lebih dari 50 %. Contoh lainnya, dari hasil rekapitulasi kuesioner
terhadap pengaruh fungsi bangunan di lingkungan sekitar taman terhadap keamanan bagi
pengunjung lansia adalah mendukung (41,16 %), cukup mendukung (35,29 %), tidak
mendukung (20,59 %) dan sangat mendukung (2,94 %) sehingga kesimpulannya adalah
“mendukung” dan “cukup mendukung” karena memiliki dua penilaian yang dominan
meskipun tidak mencapai nilai 50 %. Hasil kuesioner tersebut juga menunjukkan variabel –
variabel yang masih memiliki kekurangan baik terhadap keamanan maupun kenyamanan di
lingkungan sekitar dan dalam taman. Kekurangan tersebut selanjutnya dikaitkan lagi dengan
teori kriteria aspek keamanan dan kenyamanan taman lansia agar bisa menghasilkan suatu
gagasan rekomendasi.
Tabel 3.5 Tahapan metode analisis data POE (Post Occupancy Evaluation)
Tahapan Analisis Data Capaian
Pemetaan
permasalahan
lapangan
Mendeskripsikan dan
menjelaskan permasalahan
keamanan dan kenyamanan di
taman
Mendapatkan gambaran kondisi permasalahan taman sesuai
pembagian tiap elemen untuk aspek keamanan dan kenyamanan
bagi lansia
Evaluasi data Mengolah dan menganalisis data
berdasarkan perbandingan
pustaka dan
pendukung(wawancara dan
kuesioner)
Mengetahui hasil perbandingan antara kondisi aktual dengan
kondisi ideal berdasarkan standar keamanan dan kenyamanan
taman bagi lansia, literatur dan peraturan terkait untuk dibuat
gagasan rekomendasi berdasarkan kekurangan yang ada
Penyimpulan
data
Merinci kebutuhsn setiap elemen
taman berdasarkan kebutuhan
dari pengguna lansia
Memperoleh kesimpulan kondisi lapangan dan kondisi yang
dibutuhkan secara ideal dari pengguna lansia terkait aspek
keamanan dan kenyamanan taman.
68
3.6.2 Sintesis data
Sintesis data merupakan penjelasan mengenai kesimpulan kondisi keamanan dan
kenyamanan bagi pengguna lansia di taman berdasarkan kondisi elemen dan fasilitas yang
ada di taman. Setelah aspek keamanan dan kenyamanan elemen dan fasilitas taman lansia
dievaluasi dan diperoleh kesimpulan mengenai permasalahan di taman, permasalahan
tersebut kemudian akan diberikan rekomendasi yang ideal berdasarkan acuan-acuan teori
yang ada. Pada saat sintesis data, metode yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan
menggunakan teknik tabulasi dan narasi untuk menjelaskan permasalahan dan tanggapan
berupa solusi untuk permasalahan yang ada.
3.7. Metode Rekomendasi dan Penyimpulan
Tahap selanjutnya adalah rekomendasi berdasarkan hasil solusi permasalahan yang
diperoleh pada tahap sintesis data. Rekomendasi ini bertujuan untuk mendapatkan gagasan
awal untuk penataan dan perancangan elemen dan fasilitas taman berdasarkan aspek
keamanan dan kenyamanan taman untuk pengguna lanjut usia dikaitkan dengan teori,
standar dan peraturan terkait yang didukung dengan data kebutuhan pengguna lansia di
taman yang diperoleh dari wawancara dan kuesioner. Dalam membuat rekomendasi, metode
yang digunakan adalah metode pragmatik-intuitif untuk mendapatkan solusi berdasarkan
kondisi yang ideal dan rasional. Setelah itu rekomendasi desain berupa konsep desain awal
tersebut akan disajikan dengan metode deskriptif untuk menghasilkan gagasan konsep
Taman Lansia yang ideal bagi pengguna lansia dan sesuai dengan kriteria kota ramah lansia
serta dapat menjadi masukan bagi perancangan taman-taman untuk pengguna lansia di
tempat lain. Rekomendasi konsep desain yang ada menggunakan acuan dari teori Burton &
Lynne (2006), teori penelitian Turel et al. (2007), indikator ruang terbuka menurut WHO,
Permen PU No. 30/PRT/M/2006, dan data pendukung yang diperoleh dari hasil wawancara
dan kuesioner terhadap pengguna taman. Dalam membuat rekomendasi juga akan selalu
dievaluasi lagi kesesuaiannya dengan permasalahan yang ada, analisis data dan sintesis data
yang ada. Hasil dari rekomendasi ini akan menjadi solusi bagi permasalahan keamanan dan
kenyamanan bagi pengguna lansia di Taman Lansia Surabaya sehingga dapat menjadikan
taman tersebut sesuai dengan kriteria ruang terbuka yang dibutuhkan untuk mewujudkan
Surabaya menjadi Kota Ramah Lansia tahun 2030 serta dapat ditindaklanjuti oleh penelitian
selanjutnya maupun diimplementasikan oleh pemerintah dan arsitek lansekap dalam bentuk
rancangan untuk perbaikan taman lansia.
69
Gambar 3.2 Diagram kerangka metode penelitian
Latar Belakang Masalah
Kota Surabaya sedang mengarahkan untuk menjadi Kota Taman atau “Green City” sebagai
upaya untuk meningkatkan ruang terbuka hijau “RTH” kota
Meningkatnya populasi lanjut usia di kota Surabaya sehingga kebutuhan ruang terbuka hijaunya
juga semakin meningkat sehingga dibuatnya Taman Lansia sebagai taman tematik untuk
pengguna lanjut usia
Kota Surabaya sedang dalam persiapan untuk program Kota Ramah Lansia tahun 2030 sehingga
fasilitas dan pelayanan bagi pengguna lanjut usia harus ditingkatkan
Keamanan dan kenyamanan merupakan bagian dari aspek untuk ruang terbuka bagi pengguna
lanjut usia, Taman Lansia seharusnya menerapkan aspek tersebut terutama untuk mendukung
program Kota Ramah Lansia Surabaya.
Penentuan Lokasi, Objek
dan Subjek Penelitian
Penyusunan Waktu dan
Instrumen Penelitian
Penetapan Variabel
Penelitian
Pengumpulan Data
Metode:
Data primer: observasi lapangan,
wawancara dan penyebaran
kuesioner
Data sekunder: deskriptif-analisis
dan studi literatur
Sumber data:
Data primer: Kondisi fisik
lapangan dan pengunjung
taman
Data sekunder: pustaka
dan dokumen instansional
Analisis Data Metode:
Analisis deskriptif dan Post
Occupancy Evaluation (POE)
Capaian:
1. Gambaran kondisi
permasalahan di
lapangan.
2. Perbandingan kondisi
aktual dengan kondisi
ideal
Sintesis Data Metode:
Deskriptif
Capaian:
Solusi yang sesuai untuk
permasalahan yang ada
Rekomendasi
Metode:
Pragmatik-intuitif dan Deskriptif
Capaian:
Konsep taman lansia yang
ideal berdasarkan aspek
keamanan dan
kenyamanan
Kesimpulan
Rumusan Masalah
Bagaimana keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lanjut usia di Taman Lansia Surabaya?
277
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada analisis, sintesis dan rekomendasi untuk kondisi di
lingkungan sekitar dan di dalam Taman Lansia Surabaya, maka hasil penelitian untuk
penerapan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lansia di taman tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Aspek keamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya beberapa masih kurang
mendukung. Untuk fungsi bangunan dan jalannya kurang mendukung karena berada di
peruntukan kawasan perdagangan dan jasa serta dikelilingi oleh jalan arteri. Dari desain
juga masih banyak yang kurang aman, belum sesuai standar, dan belum sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan. Aksesibilitas juga masih kurang mendukung karena kurang
penanda dan ramp di zebra cross, jalur pedestrian yang perlu perbaikan, serta
penambahan adanya shelter. Namun untuk material sudah cukup mendukung hanya saja
perlu menghindari penggunaan material yang tidak aman.
2. Aspek keamanan di dalam Taman Lansia Surabaya juga beberapa masih kurang
mendukung. Untuk fungsi bangunan kurang adanya fasilitas keamanan namun untuk
sirkulasi karena sudah memisahkan pejalan kaki dan kendaraan sehingga cukup aman.
Untuk desain masih kurang mendukung karena masih banyak yang belum sesuai standar
keamanan pada jalur pedestrian, penanda dan fasilitas parkir; perlu ditambah toilet yang
aman; memperbaiki vegetasi; dan menambah ramp. Untuk aksesibilitas juga kurang
mendukung pada parkir yang terlalu dekat dengan jalan raya, perbedaan ketinggian yang
tidak aman dan perlu adanya pegangan tangan. Sedangkan untuk material juga masih
kurang mendukung karena belum sepenuhnya sesuai standar dan banyak yang sudah
rusak.
3. Aspek kenyamanan di lingkungan sekitar Taman Lansia Surabaya juga masih ada yang
kurang mendukung. Diantaranya adalah fungsi jalan masih kurang sesuai standar namun
fungsi bangunan sudah cukup. Untuk desain juga masih kurang karena banyak elemen
di jalur pedestrian yang masih kurang seperti shelter, tempat duduk, penerangan dan
tempat sampah. Aksesibilitas juga kurang mendukung karena saat menyeberang dan
278
menunggu kendaraan umum kurang naungan serta jalan yang masih kurang akses dan
untuk material sudah cukup mendukung karena sesuai standar.
4. Aspek kenyamanan di dalam Taman Lansia Surabaya juga masih ada yang kurang
mendukung. Diantaranya adalah kurang fasilitas toilet dan kesehatan serta fungsi jalan
belum sesuai standar. Desain yang kurang mendukung pada jalur pedestrian, tempat
duduk, toilet, fasilitas parkir, dan penerangan. Untuk aksesibilitas sudah cukup
mendukung hanya saja perlu menambah naungan dan tempat duduk di sekeliling taman.
Sedangkan untuk material kurang mendukung karena banyak yang rusak dan perlu
perbaikan.
Selain itu, didukung dengan kesimpulan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner bahwa
lebih dari 50 % responden berpendapat bahwa elemen dan fasilitas di lingkungan sekitar dan
dalam Taman Lansia Surabaya hanya memilih “Cukup Mendukung”, dan sisanya memilih
“Tidak Mendukung” dan “Mendukung” yang artinya masih banyak responden merasa
elemen dan fasilitas belum sepenuhnya memenuhi aspek keamanan dan kenyamanan bagi
pengguna lansia. Dari hasil pembahasan yang meliputi analisis dan sintesis tersebut, aspek
keamanan dan kenyamanan di lingkungan sekitar dan di dalam Taman Lansia Surabaya
masih kurang memenuhi padahal taman tersebut merupakan taman tematik yang memang
difungsikan sebagai ruang terbuka bagi lansia sehingga memunculkan rekomendasi untuk
perbaikan dan penambahan ke depannya. Kurangnya taman tersebut dalam aspek keamanan
dan kenyamanan tentu berpengaruh terhadap kualitas taman bagi lansia. Padahal jika kota
Surabaya ingin menuju Kota Ramah Lansia tahun 2030, pemenuhan aspek keamanan dan
kenyamanan tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk dipenuhi terutama berkaitan
dengan pengguna lansianya.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai aspek keamanan dan kenyamanan bagi pengguna
lansia di Taman Lansia Surabaya baik di lingkungan sekitar maupun di dalam taman telah
dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.
1. Kondisi lingkungan sekitar dan di dalam Taman Lansia Surabaya banyak yang masih
belum aman dan nyaman bagi pengguna lansia seperti misalnya peruntukan kawasan
pada perdagangan dan jasa sehingga jauh dari perumahan, desain jalur pedestrian yang
perlu perbaikan, aksesibilitas penyeberangan jalan yang kurang akses maupun naungan,
dan masih banyak lagi sehingga hasil dari penelitian ini minimal dapat menjadi masukan
279
untuk perbaikan Taman Lansia Surabaya terutama untuk mendukung Surabaya menjadi
Kota Ramah Lansia tahun 2030.
2. Bagi akademisi dan kepentingan ilmu pengetahuan, agar dapat mengembangkan
penelitian ini baik untuk Taman Lansia Surabaya yang memang mendukung Surabaya
menjadi Kota Ramah Lansia tahun 2030 maupun pada taman lansia di tempat lain.
Untuk penelitian di Taman Lansia Surabaya sendiri, penelitian dapat dilanjutkan dengan
meneliti 4 kriteria taman untuk pengguna lansia menurut Burton dan Lynne (2006)
selain keamanan dan kenyamanan, yaitu familiar, legible, distinctive, dan accessible.
Untuk penelitian di taman tematik lansia lainnya, dapat dievaluasi berdasarkan acuan
hasil penelitian ini.
3. Untuk perencana dan perancang kota terutama arsitek lansekap, hasil penelitian ini
dapat menjadi komparasi dan masukan dalam merancang taman lansia maupun
lingkungan kawasan kota yang aman dan nyaman bagi pengguna lansia yang sudah
berdasarkan teori, standar, peraturan dan juga masukan dari masyarakat.
4. Untuk instansi pemerintah agar dapat lebih banyak mengeluarkan kebijakan yang
berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lansia sehingga kualitas
lansia dapat menjadi lebih baik dan mengubah pandangan masyarakat yang
menganggap lansia sebagai beban agar lebih memperhatikan pelayanan dan fasilitas
publik bagi lansia. Sehingga untuk menuju Surabaya menuju Kota Ramah Lansia tahun
2030, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang dapat membuat lingkungan
sekitar dan dalam Taman Lansia Surabaya, taman-taman kota lainnya, serta kawasan
kota menjadi lebih aman dan nyaman bagi pengguna lansia yang salah satunya dapat
mengacu dari hasil penelitian ini.
281
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, HF. 2012. Perbedaan Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan Status Gizi antara
Lansia yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia. Skripsi UNDIP.
Ambardini, AL. 2009. Aktivitas fisik pada lanjut usia. Yogyakarta: UNY.
An, Somi et al. 2012. The Effect of the Public Exercise Environment on the Physical Activity
for the Active Ageing of the Elderly. Indoor Built Environment 22: 319-331
Askari, A. H. et al. 2015. Engagement in Public Open Spaces Across Ace Groups: The Case
of Merdeka Square in Kuala Lumpur City, Malaysia. Urban Design International 20
(2): 93 – 106.
BPS Kota Surabaya. 2016. Kota Surabaya dalam Angka 2016. Surabaya: BPS Surabaya.
Burton, Elizabeth & Lynne Mitchell. 2006. Inclusive Urban Design: Streets for Life. Oxford:
Architectural Press
Curl, Angela et al. 2015. Developing an audit checklist to assess outdoor fall risks. Urban
Design and Planning 169: 138 – 153
Dinas Tata Kota. 2006. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Unit Pengembangan
(UP) Dharmahusada Tahun Anggaran 2006. Surabaya: Dinas Tata Kota Surabaya.
Dirjen Penataan Ruang Departemen PU. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan tahun 2008. Jakarta: Dirjen PU.
Dong, Jie et al. 2014. The Public Spaces Design Based on the Living Needs of the Elderly.
Mechanics and Materials 584-586: 796-800
Feldman, D. & P. Dean. 2011. Challenges for Caregiving for Elderly Deaf Women:
Inequality to Equity: Promoting Health and Wellness of Woman with Disabilities.
Washington, DC.
Hakim, Rustam. 2014. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap : Prinsip-Unsur dan
Apikasi Desain. Jakarta: Bumi Aksara.
Harris, Charles W. & Nicholas T. Dines. 1987. Time Saver Standards for Landscape
Architecture : Second Edition. New York: McGraw-Hill Publishing Company.
Hastareksa. 2016. Awal 2016, Pemkot Kembangkan 30 Taman di Surabaya.
http://surabayaonline.co.id (diakses pada tanggal 27 November 2016)
Hermawati, Istiana. 2015. Kajian Tentang Kota Ramah Lanjut Usia dalam Seminar dan
Lokakarya tentang Kota Ramah Lansia. LPPM UNY. Yogyakarta, 23 April 2015.
Yogyakarta: B2P3KS.
Hetyorini & Dwi Ngestiningsih. 2015. Kajian Geriatri dan Ruang Terbuka Publik Dalam
Mendukung Penyediaan Taman lansia di Kota Semarang. Prosiding SNST ke 6: 11-
17
282
Ilmiajayanti, Freska & D.I.K.Dewi. 2015. Persepsi Pengguna Taman Tematik Kota Bandung
terhadap Aksesibilitas dan Pemanfaatannya. Jurnal Ruang 1 (1) : 21-30
Junaidi, Said. 2011. Pembinaan Fisik lansia melalui Aktivitas Olahraga Jalan Kaki. Jurnal
Media Ilmu Keolahragaan Indonesia 1 (1): 17-21
Karacor, AK. & E. Akcam. 2016. Comparative Analysis of The Quality Perception in Public
Spaces of Duzce City. Current Urban Studies 4: 257-266
Kathy, Gunter. 2002. Healthy, Active Ageing: Physical Activity Guidelines for Older Adults.
Oregon: Oregon State University.
Kharismawan, R. & A.S.Mahendra. 2012. Kajian Kualitas Taman-Taman Kota Eks-Lahan
SPBU di Surabaya Dilihat dari Perpektif Pengguna. Seminar Nasional Cities 2012:
1-13. DOI: 10.13140/RG.2.1.4415.1840
Kwanda, Timoticin et al. 2014. The Emphatic Urban Parks in Surabaya: The People’s
Perception on Aesthetic and Uses of the Parks. International Conference on
Emphatic Architecture 2014: 177-185
Lyle, J.T. 1985. Design for Human Ecosystems: Landscape, Landuse, and Natural
Resources. New York: Jenson Books Inc.
Martinoni, M. & A.Sartoris. 2011. Criteria for The Elderly People City? Simplify the
Complexity to Act In Concrete Terms. Project.
Masruroh, Fika et al. 2015. Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas
Difabel Studi Kasus Taman Tribeca Park Mall, Taman Menteng dan Taman Ayodia.
Jurnal Arsitektur NALARs 14 (2) : 145 – 167
Moleong, L.J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Nyman, S.R. et al., 2013. Characteristics of outdoor falls among older people: a qualitative
study. BMC Geriatrics 13: 125 – 139
Othman, AR. & F.Fadzil. 2015. Influence of outdoor Spaces to the Elderly Wellbeing in a
Typical Care Centre. Procedia-Social and Behavioral Sciences 170: 320-329
Papalia, D.E. et al. 2007. Human Development (10th edition). New York: Mc-Graw Hill.
Paramitasari, A.U. & Medhiansyah P.P. 2016. Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy
Evaluation) pada Taman Lansia di Kota Bandung. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI
2016: 7-14
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan. Jakarta: Departemen Dalam Negeri
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas
dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
283
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 tahun 2008 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta : Departemen
Pekerjaan Umum.
Phillips, J. et al. 2013. Older People and Outdoor Environments : Pedestrian Anxieties and
Barriers in the Use of Familiar and Unfamiliar Spaces. Geoforum 47: 113-124
Poorjafar, M.R. et al. 2010. Effective Environmental ideas for Encouraging Successful
Public Spaces Formation with the Emphasis on the Elderly Preferences of Siraz. Iron
Elderly Magazine 5(11): 22-34
Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Lembaran Negara RI tahun 1998, No. 3796.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Lembaran Negara RI tahun 2007, No. 4725. Jakarta: Sekretariat Negara.
Ridwan, M.F. 2015. Kota Besar di Indonesia Minim Ruang Terbuka Hijau.
http://www.republika.co.id. (diakses pada tanggal 26 November 2016)
Sajadzadeh, Hasan et al. 2015. The Relationship Between Environmental Quality and
Elderly Presence Ability in Urban Open Spaces, Case Study : Laleh Park, Tehran.
Armanshahr Architecture and Urban Development 8 (14): 57-66
Sassi, Enrico & Elena Molteni. 2011. Design of Public Space in The City of The Elderly. For
Urban planning for an ageing society project.
Silas, Johan et al. 2014. Revitalisasi Eks TPA Keputih Menjadi Taman Kota untuk
Mendukung Surabaya Menjadi Eco-City. Simposium Nasional RAPI XIII- 2014 FT
UMS: 1-8
Simanjuntak, PA. 2012. Desain Alat Bantu Mobilitas Pengguna Lanjut Usia untuk
Beraktivitas di Tempat Umum. Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain
1: 1 – 7.
Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 7391 tahun 2008 tentang Spesifikasi Penerangan
Jalan di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Suryani, Irma. 2009. Pemanfaatan Ruang luar bagi lansia dalam skala perkotaan. Skripsi.
Tidak dipublikasikan. Depok: Universitas Indonesia
Thompson, C.W. 2013. Activity, Exercise and The Planning and Design of Outdoor Spaces.
Journal of Environmental Psychology 34: 79-96
Tournier, I. et al. 2016. Review of Safety and Mobility Issues Among Older People
Pedestrians. Accident Analysis and Prevention 91 : 24 – 35
Turel, H.S., et al. 2007. Evaluation of Elderly People’s Requirements in Open Public Spaces:
A Case Study in Bornova District (Izmir, Turkey). Building and Environment 42:
2035-2045
284
Urbayatun, Siti. 2006. Hubungan antara pemenuhan kebutuhan dengan afek positif dan afek
negatif pada lansia. Humanitas : Indonesian Pshycological Journal 3 (3) : 63 – 72
Pemerintah Kota Surabaya. 2014. Peraturan Daerah kota Surabaya No.12 tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034. Surabaya:
Pemerintah Kota Surabaya.
Wang, Che. 2014. Nearby Outdoor Environments and Seniors Physical Activities. Frontiers
of Architectural Research 3 (3): 265-270.
Widigdo C., Wanda & I.K. Canadarma. 2010. Surabaya sebagai Kota Taman atau “Green
City”. http://fportfolio.petra.ac.id. (diakses pada tanggal 26 November 2016)
Williams, E.I. 1995. Caring for Older People in the Community 3rd edition. Oxford:
Radcliffe Medical Press.
World Health Organization. 2007. Global Age-friendly Cities: A Guide. France: WHO.
Yung, E.H.K. et al. 2016. Public Open Spaces Planning for The Elerly: The Case of Dense
Urban Renewal District in Hong Kong. Land Use Policy 59: 1 – 11.
Zein, Anastasia O.S. 2015. Pendekatan Desain Interior untuk Hunian Lansia Sebagai Upaya
Mengatasi Degeneratif. Studi Kasus Rumah Tinggal Jl. Bukit Dago Utara, Bandung.
Jurnal Itenas Rekarupa 1 (3): 20-32.
Zimring, Craig M. & Janet E.R. 1980. Post Occupancy Evaluation An Overview.
Environment and Behavior 12 (4): 429-450.