Post on 29-Jul-2015
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehat adalah keadaan sejahtera, baik dari segi badan, mental spiritual (dirinya
sendiri) maupun segi sosial budaya (lingkungannya). Sehat merupakan kehendak
semua pihak, tidak hanya oleh perorangan, tetapi oleh keluarga, kelompok dan
masyarakat. Keadaan sehat membutuhkan banyak hal, salah satu diantaranya adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat (Leevey dan Loomba, 1973
dalam Azwar,1996). Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan ada dua, yaitu pelayanan
kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang termasuk
dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara
pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-
sama dalam satu organisasi (institution). Tujuan utamanya untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan serta sasaran utamanya untuk perseorangan dan
keluarga. Pelayanan kesehatan masyarakat ditandai dengan cara pengorganisasian
yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya adalah
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, sasaran
utamanya untuk kelompok dan masyarakat (Hodgetts dan Cascio, 1983 dalam Azwar,
1996).
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit
dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
2
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Keputusan Menteri
Kesehatan No. 228/2002).
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
(RSGM FKG Universitas Jember) merupakan rumah sakit khusus, karena hanya
memberikan satu jenis pelayanan kesehatan yaitu kesehatan gigi dan mulut. RSGM
FKG Universitas Jember mengharapkan agar tuntutan masyarakat terhadap
peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat terpenuhi, maka rumah sakit merupakan
sarana pelayanan yang paling dibutuhkan, karena memberikan pelayanan secara
optimal dari tingkat dasar hingga paling canggih. Kesehatan gigi dan mulut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kesehatan lainnya, sangat
membutuhkan sarana pelayanan kesehatan yang komprehensif dan multifungsional
berupa rumah sakit gigi dan mulut sebagai pusat rujukan bagi pelayanan kesehatan
gigi, lahan pendidikan dan penelitian. Peningkatan standar pelayanan kesehatan dari
RSGM FKG Universitas Jember dibutuhkan agar RSGM dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan mutu pelayanan yang memenuhi standar
pelayanan yang berlaku (Depkes RI, 2003).
Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-
saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program (The
International Clearing House on Adolescent Fertility Control for Population Options
dalam Azwar, 1996).
Penilaian tentang standar pelayanan rumah sakit melalui kepatuhan prosedur
kerja di RSGM FKG Universitas Jember merupakan salah satu upaya evaluasi hasil
karya tenaga kerja dengan membandingkan terhadap standar. Penilaian prestasi harus
melibatkan seluruh jajaran organisasi, penilaian harus mengetahui benar aspek yang
berkaitan dengan tugas, tanggung jawab tenaga kerja dan mengetahui kriteria yang
akan dinilai, terlebih dahulu harus ditetapkan instrumen penilaian prestasi kerja
(Darmanto, 1997).
3
RSGM FKG Universitas Jember merupakan salah satu rumah sakit
pendidikan dengan rata-rata kunjungan per hari 118 orang dan jumlah total kunjungan
dalam 1 tahun adalah 25.759 orang. Jumlah tersebut sudah melebihi standar minimal
rata-rata kunjungan yang telah ditetapkan. Dewi Irin (2005), menyatakan bahwa
85,7% responden menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan RSGM FKG
Universitas Jember. Iin Rahmawati (2006) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan
gigi dan mulut di RSGM belum baik, karena hanya 41,8% responden yang menjawab
baik. Dengan jumlah pasien setiap tahun yang terus meningkat, penulis ingin
mengetahui apakah pelayanan yang diberikan kepada pasien sudah mematuhi standar
pelayanan yang berlaku.
Penelitian tentang penilaian standar pelayanan rumah sakit melalui kepatuhan
prosedur kerja dilakukan di RSGM FKG Universitas Jember untuk mengetahui
standar pelayanan rumah sakit yang diukur dari kepatuhan prosedur kerja yang
dilakukan oleh mahasiswa tingkat profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah bagaimana standar pelayanan RSGM yang diukur
melalui kepatuhan prosedur kerja yang diterapkan oleh RSGM FKG Universitas
Jember.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui standar pelayanan rumah sakit yang
dilakukan mahasiswa tingkat profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
yang melaksanakan praktikum klinik melalui kepatuhan prosedur kerja di RSGM
FKG Universitas Jember.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah:
1. Meningkatkan standar pelayanan RSGM FKG Universitas Jember
2. Memberikan masukan dan evaluasi pada pihak RSGM FKG Universitas Jember
untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik di masa datang.
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis profesional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit
yang diderita oleh pasien (American Hospital Association; 1974 dalam Azwar, 1996).
Wolper dan Pena (dalam Azwar, 1996) menyatakan bahwa rumah sakit adalah
tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat
dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga
profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Association of Hospital Care (dalam
Azwar, 1996) menjelaskan bahwa rumah sakit adalah suatu pusat dimana pelayanan
kesehatan masyarakat, pendidikan dan penelitian kedokteran diselenggarakan.
2.1.2 Fungsi Rumah Sakit
Fungsi rumah sakit berdasarkan sistem kesehatan nasional dalam Djojodibroto
(1997) adalah:
1. memberikan pelayanan rujukan medik spesialistik dan subspesialis
2. menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan pasien
3. sarana pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran dan kedokteran gigi jenjang
diploma, dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis konsultan,
magister, doktor dan pendidikan berkelanjutan bidang kedokteran.
6
2.1.3 Karakteristik Rumah Sakit
Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa organisasi rumah sakit mempunyai
sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dipunyai organisasi lainnya, antara lain:
1. sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga profesional
2. wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan perusahaan
3. tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok
manajerial
4. beban kerjanya tidak bisa diatur
5. jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam
6. hampir semua kegiatannya bersifat penting
7. pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik. Setiap pasien harus
dipandang sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek
sosiokultur dan aspek spiritual harus mendapat perhatian penuh
8. pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat
9. pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam sehari.
2.1.4 Macam Rumah Sakit
Djojodibroto (1997) membagi rumah sakit menjadi beberapa macam, yaitu
menurut:
1. Pemilik
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit pemerintah
(goverment hospital) dan rumah sakit swasta (privat hospital).
2. Filosofi yang dianut
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit yang tidak
mencari keuntungan (non-profit hospital) dan rumah sakit yang mencari
keuntungan (profit hospital).
7
3. Jenis pelayanan yang diselenggarakan.
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit umum (general
hospital) yang menyelenggarakan semua jenis pelayanan kesehatan dan rumah
sakit khusus (specially hospital).
4. Lokasi rumah sakit
Rumah sakit dibedakan atas beberapa macam, tergantung dari pembagian sistem
pemerintah yang dianut, misalnya rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota
negara, rumah sakit propinsi jika lokasinya di ibukota propinsi dan rumah sakit
kabupaten jika lokasinya di ibukota kabupaten.
Azwar(1996) menyatakan bahwa rumah sakit di Indonesia jika ditinjau dari
kemampuan yang dimiliki dibedakan menjadi lima macam, yaitu:
1. Rumah sakit kelas A
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah sakit kelas A ditetapkan
sebagai tempat pelayanan rumah sakit rujukan tertinggi (top referral hospital)
atau rumah sakit pusat.
2. Rumah sakit kelas B
Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit kelas B didirikan
di setiap ibukoata propinsi (propincial hospital) yang menampung pelayanan
rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk
kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.
3. Rumah sakit kelas C
Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah,
pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit
kelas C akan didirikan di setiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang
menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
8
4. Rumah sakit kelas D
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi karena pada satu
saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Kemampuan rumah sakit
kelas D hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi.
Rumah sakit kelas D juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari
puskemas.
5. Rumah sakit kelas E
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang
menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah sakit
kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu
dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain sebagainya.
2.2 Rumah Sakit Gigi Dan Mulut
2.2.1 Pengertian Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Rumah sakit gigi dan mulut adalah rumah sakit khusus yang
memyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dan merupakan sarana
pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan gigi tingkat (D1, D3 dan S1), pendidikan
(dokter gigi dan dokter spesialis) serta pendidikan magister dan doktoral, S2, spesialis
dan S3 (Departemen Kesehatan RI, 2003).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomer 1173 tahun 2004
tentang rumah sakit gigi dan mulut menyatakan bahwa Rumah Sakit Gigi dan Mulut
(selanjutnya disingkat RSGM) adalah sarana pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan
pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat
dan pelayanan tindakan medis.
RSGM terbagi atas beberapa bagian, yaitu :
1. Laboratorium Periodonsia
2. Laboratorium Oral Medicine (OM)
9
3. Laboratorium Bedah Mulut
4. Laboratorium Prostodonsia
5. Laboratorium Ortodonsia
6. Laboratorium Konservasi
7. Laboratorium Pedodonsia
8. Laboratorium Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat
2.2.2 Fungsi dan Tujuan RSGM
Fungsi RSGM adalah:
1. Pelayanan atau pengabdian kepada masyarakat meliputi;
a. sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut primer, sekunder, dan tersier,
penunjang, rujukan dan gawat darurat kesehatan gigi dan mulut.
b. wadah pengembangan konsep pelayanan kedokteran gigi.
c. pusat unggulan pelayanan kedokteran gigi.
2. Pendidikan
sarana pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran gigi jenjang diploma,
dokter gigi, dokter gigi spesialis, dokter gigi spesialis konsultan, magister, doktor
dan pendidikan berkelanjutan bidang kedokteran gigi.
3. Penelitian
a. pusat penelitian, pengkajian, dan pengembangan ilmu kedokteran gigi,
b. pusat penerapan obat, bahan dan kedokteran gigi
(Depkes RI, 2003).
RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan nomer 1173
tahun 2004, menurut fungsinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu RSGM Pendidikan
dan RSGM non Pendidikan. RSGM Pendidikan adalah RSGM yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang juga digunakan sebagai
sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi profesi tenaga kesehatan
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya dan terikat melalui kerjasama dengan
fakultas kedokteran gigi.
10
Tujuan umum RSGM adalah meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, profesional, modern dan sesuai
dengan tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran gigi.
Tujuan khusus RSGM, yaitu:
a. tersedianya sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masayarakat secara
optimal, meliputi :
1) pelayanan medik gigi primer, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan
wewenang dokter gigi umum.
2) pelayanan medik gigi sekunder, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan
wewenang dokter gigi spesialis.
3) pelayanan medik gigi tersier, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan
wewenang dokter gigi subspesialis/dokter gigi spesialis konsultan.
b. tersedianya sarana pendidikan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan gigi lainnya.
c. tersedianya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya pada kedokteran gigi.
d. tersedianya unit pelayanan sebagai sarana rujukan bagi unit yang lebih rendah.
e. tersedianya unit penunjang program kegiatan medik kedokteran umum (rujukan
secara pelayanan kesehatan lain setingkat/horizontal), kegiatan pelayanan
kesehatan terintegrasi, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan penelitian.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh RSGM Pendidikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Menteri Kesehatan No.1173 tahun 2004 adalah:
1. kebutuhan akan proses pendidikan,
2. fasilitas dan peralatan fisik untuk pendidikan,
3. aspek manajemen umum dan mutu pelayanan rumah sakit,
4. aspek keuangan dan sumber dana,
5. memiliki kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Gigi dan Kolegium Kedokteran
Gigi.
11
2.2.3 Sasaran RSGM
Sasaran RSGM adalah tercapainya mutu pelayanan kesehatan gigi yang dapat
memberi perlindungan kepada masyarakat melalui pelayanan kesehatan gigi,
pendidikan dan penelitian (Depkes RI, 2003).
2.2.4 Sarana Peralatan RSGM
RSGM harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta
peralatan sesuai dengan kebutuhan. Persyaratan yang dimaksud adalah :
1. lokasi atau letak bangunan dan prasarana harus sesuai dengan rencana umum tata
ruang
2. bangunan dan prasarana harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan
kerja dan analisis dampak lingkungan RS dan sarana kesehatan lain
3. peralatan harus memenuhi persyaratan kalibrasi, standar kebutuhan pelayanan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja.
Ketentuan persyaratan minimal peralatan RSGM berdasarkan Peraturan
Pemerintah Menteri Kesehatan nomer 1173 tahun 2004, meliputi:
a. jumlah dental unit 50
b. jumlah dental chair 50 unit
c. jumlah tempat tidur 3 buah
d. peralatan medik, meliputi :
1) 1 unit intra oral camera
2) 1 unit dental X-ray
3) 1 unit panoramic X-ray
4) 1 unit Cephalometri X-ray
5) 1 unit autoclave /7 unit sterilizator
6) 1 camera
7) 1 digital intra oral.
RSGM dapat memiliki peralatan medik khusus lainnya, meliputi :
1. 1 unit laser
12
2. 1 radiografi (Radio Visio Graphi).
Perbandingan standar peralatan RSGM yang disusun oleh Direktorat
Pelayanan Medis Gigi Departemen Kesehatan RI tahun 2003 dengan yang dimiliki
oleh RSGM FKG UNEJ, yaitu:
Tabel 1.
Perbandingan Standar Peralatan RSGM
NO Peralatan Standar Depkes
Keadaan di RSGM FKG UNEJ
Jumlah
Saat ini Baik
Rusak
Ringan Berat
1.
2
3.
4.
Jumlah dental
unit
Jumlah dental
chair
Jumlah tempat
tidur
Peralatan medik
lainnya
50 unit
50 unit
3 unit
1 unit laser
1 unit intra oral
camera
I unit dental foto
1unit cephalo
metri X- ray
7 unit sterilisator
1 camera
1 digital intra
oral
1 radiografi
(Radio Visio
graph)
108
108
1
-
3
1
1
13
-
-
-
99
99
-
-
2
1
1
12
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9
9
-
-
1
-
-
1
-
-
-
Sumber: Laporan Penyelenggaraan RSGM FKG UNEJ 2006
2.2.5 Tenaga Kesehatan
RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomer 1173
tahun 2004 harus memiliki tenaga yang meliputi :
1. Tenaga medis kedokteran gigi, yang terdiri dari :
a. dokter gigi
b. dokter gigi spesialis, yang meliputi :
13
1) bedah mulut
2) orthodonsia
3) konservasi
4) prostodonsia
5) pedodonsia
6) periodonsia
7) oral medicine
2. Dokter/spesialis lainnya
a. dokter dengan pelatihan PPGD
b. dokter anestesi
c. dokter penyakit dalam
d. dokter spesialis anak
3. Tenaga Keperawatan
a. perawat gigi
b. perawat
4. Tenaga kefarmasian
a. apoteker
b. analis farmasi
c. asisten apoteker
5. Tenaga Keteknisan Medis
a. radiografer
b. teknisi gigi
c. analis kesehatan
d. perekam medis
6. Tenaga Non Kesehatan
a. administrasi
b. kebersihan
RSGM Pendidikan dalam memenuhi kurikulum pendidikan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus menyediakan tujuh dokter gigi
14
spesialis tersebut diatas dan dokter gigi spesialis lainnya, meliputi bidang kesehatan
gigi masyarakat (dental public health), dental material, oral biology dan dental
radiology (Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomer 1173, 2004).
Perbandingan standar tenaga medis RSGM yang disusun oleh Direktorat
Pelayanan Medis Gigi Departemen Kesehatan RI tahun 2003 dengan yang dimiliki
oleh RSGM FKG UNEJ, yaitu:
Tabel 2.
Perbandingan Standar Tenaga Medis RSGM
N
o Tenaga
Standar
Depkes
Keadaan di RSGM FKG UNEJ
Jumlah
saat ini
Purna waktu Paruh waktu
PNS PNS
Depkes PNS
PNS
Depkes
1 Dokter gigi umum 7 orang 57 52+211
- - 3
2 Dokter gigi ahli
a. Bedah mulut
b. Ortodonsia
c. Konservasi
d. Prostodonsia
e. Pedodonsia
f. Periodonsia
g. Oral Medicine
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2
12+1
1
1
1
12
1
12
1
1
1
1
1
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
-
3 Dokter/ahli lainnya
a. Anastesi
b. Dokter umum/gawat
darurat
c. Penyakit dalam
d. Anak
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1
1
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
1
1
Jumlah 18 orang 70 61 - - 9
Keterangan:
1 : status kontrak kerja
2 : sedang menempuh pendidikan
Sumber data: Laporan Penyelenggaraan RSGM FKG UNEJ 2006
15
Tabel 3.
Perbandingan Standar Tenaga Keperawatan dan Tenaga Lain RSGM
No Tenaga
Standar
Depkes
Keadaan di RSGM FKG UNEJ
Jumlah
saat ini
Purna waktu Paruh waktu
PNS PNS
Depkes PNS
PNS
Depkes
1 Tenaga keperawatan
a. perawat gigi/teknisi
laboratorium gigi
(A.Md)
14 orang 71
4 - - -
b. perawat umum 1 orang 2 2 - - -
2 Tenaga kesehatan
lainnya
a. analis laboratorium
(A.Md) - 6 6 - - -
b. Teknisi radiologi
(A.Md) - 2 1 - - -
Jumlah 15 orang 9+81 13 - - -
4 Tenaga non kesehatan
a. Rekam medik 1 oarang 21 - - - -
b. Teknisi 1 orang 1+11
- - - -
c. Kasir 1 orang 21
- - - -
d. Adm. Keuangan-
sarana dan prasarana 1 orang 2 - - - -
e. Kebersihan 1 orang 31
- - - -
Jumlah 5 orang 11
Keterangan:
1 : status kontrak kerja
2 : sedang menempuh pendidikan
Sumber data: Laporan Penyelenggaraan RSGM FKG UNEJ 2006
2.3 Standar Pelayanan Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk
16
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna
yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical Practice Guideline,
1990 dalam Azwar, 1996).
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang
mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980
dalam Azwar, 1996).
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh
suatu sarana pelayanan agar pemakai jasa dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan (Rowland dan Rowland, 1983 dalam
Azwar, 1996).
Keputusan Menteri Kesehatan no. 228 tahun 2002 menyatakan bahwa standar
adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam
melakukan kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan propinsi,
kabupaten/kota sesuai dengan evidence base. Standar pelayanan rumah sakit daerah
adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik,
pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan, baik rawat inap maupun rawat
jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit.
Standar pelayanan dokter/dokter gigi yang harus diatur adalah standar
pelayanan yang diberikan secara langsung oleh dokter kepada pasien, terlepas dari
strata unit pelayanan tempat dia bekerja. Masalah keterbatasan sarana dan teknologi
hanya menjadi pertimbangan ketika kelak terjadi penyimpangan (Mohamad, 2005).
Standar pelayanan yang digunakan harus sesuai dengan standar profesi yang
berlaku dan kode etik kedokteran saat ini. Setiap rumah sakit gigi dan mulut dalam
memberikan pelayanan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pelayanan sesuai
dengan standar profesi kedokteran gigi yang ditetapkan.
Standar profesi berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 1992 adalah
pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi
17
secara baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan pasien seperti dokter dan
perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menghormati hak pasien. Hak pasien
adalah hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia
kedokteran dan hak atas pendapat kedua (second opinion) (Nasution, 2005). Setiap
RSGM dalam memberikan pelayanan mempunyai kewajiban-kewajiban, salah
satunya adalah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan RSGM dan
standar profesi kedokteran gigi yang ditetapkan.
Pelayanan kesehatan adalah suatu sistem lembaga, orang, tekonologi dan
sumber daya yang dirancang untuk meningkatkan status kesehatan suatu populasi,
misalnya pencegahan, promosi, pengobatan dan sebagainya (Adikoesoemo, 1997).
Standar pelayanan yang harus dimiliki oleh rumah sakit menurut Azwar (1996)
adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan farmasi harus dilakukan dibawah pengawasan tenaga ahli farmasi yang
baik
b. Rumah sakit harus menyediakan pelayanan laboratorium patologi anatomi dan
patologi klinik
c. Rumah sakit harus menyediakan ruang bedah lengkap dengan fasilitasnya
d. Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk
menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya.
Crosby dalam Azwar (1997) menyatakan bahwa mutu adalah kepatuhan
terhadap standar yang telah ditetapkan, sedangkan Aditama (2002) menyatakan
bahwa mutu adalah pelayanan yang mengacu pada kemampuan rumah sakit memberi
pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh
pasiennya.
Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila telah dilakukan penilaian-
penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud, ciri-ciri pelayanan
kesehatan dan kepatuhan terhadap standar pelayanan. Setiap orang mempunyai
kriteria untuk kualitas dan mempunyai cara-cara penilaian yang berbeda. Penyedia
layanan kesehatan tidak dapat mengetahui apakah para pasien yang memberikan
18
pendapat yang positif atau negatif bisa mewakili seluruh populasi yang dilayani
(Kongstvedt, 2000). Perbedaan tersebut dapat diatasi dengan kesepakatan bahwa
mutu suatu pelayanan kesehatan dianggap baik apabila tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar,
1996).
Kegiatan penilaian secara umum harus meliputi tiga tahap. Tahap pertama
adalah menetapkan standar, kemudian tahap kedua adalah menilai kinerja yang ada
dan membandingkan dengan standar yang sudah disepakati dan tahap ketiga meliputi
upaya memperoleh kinerja yang menyimpang dari standar yang sudah ditetapkan
(Aditama, 2002). Standar ini telah dikembangkan oleh badan usaha, atau badan usaha
dapat menggunakan standar yang dikembangkan oleh organisasi profesional dan
dipublikasikan dalam literatur medis (Kongstvedt, 2000).
Tiga aspek penilaian mutu pelayanan menurut Jonas dan Rosenberg dalam
Aditama (2002), yaitu:
a. Aspek pendekatan
1. Pendekatan secara umum
Pendekatan secara umum dilakukan dengan menilai kemampuan rumah sakit
dan atau petugas dan membandingkannya dengan standar yang ada. Para
petugas dapat dinilai tingkat pendidikannya, pengalaman kerjanya, serta
pengalaman yang dimilikinya. Rumah sakitnya dapat dinilai dalam segi
bangunan fisik, administrasi organisasi dan manajernya, kualifikasi SDM yang
tersedia dan kemampuan memberi pelayanan sesuai standar yang berlaku saat
itu.
2. Pendekatan secara khusus
Pendekatan secara khusus dilakukan dengan menilai hubungan antara pasien
dengan pemberi pelayanan di rumah sakit.
19
b. Aspek teknik
Dilakukan penilaian atas tiga komponen, yaitu:
1. Komponen struktur
Komponen struktur menilai keadaan fasilitas yang ada, keadaan bangunan
fisik, struktur organisasi, kualifikasi staf rumah sakit dan lain-lain.
2. Komponen proses
Komponen proses menilai apa yang terjadi antara pemberi pelayanan dengan
pasiennya.
3. Komponen hasil
Komponen hasil menilai hasil pengobatan (dengan berbagai kekurangannya).
Penilaian dapat dilakukan dengan menilai dampak pengobatan terhadap status
pengobatan dan kepuasan pasiennya.
c. Aspek kriteria
1. Kriteria eksplisit, yaitu kriteria yang nyata tertulis
2. Kriteria implisit ,yaitu kriteria yang tidak tertulis.
2.4 Kepatuhan Prosedur Kerja
Kepatuhan para tenaga medis atau paramedis dalam memberikan pelayanan
mengacu kepada standar dan prosedur sangat mempengaruhi mutu pelayanan
kesehatan terhadap pasien. Pelayanan kesehatan yang baik dimulai dengan
meningkatnya kepatuhan terhadap standar pelayanan medis. Jika petugas kesehatan
mematuhi dan mengikuti standar pelayanan kesehatan yang terbaik, diharapkan
pasien akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk sembuh, artinya
kesakitan dan kematian akan menurun (Wijono, Djoko. 1997).
Donabedian dalam Wijono (1997) menyatakan bahwa hasil pekerjaan
(outcome) secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai
pelayanan medis. Diawali dengan tersedianya input atau struktur yang bermutu dalam
pelayanan kesehatan, dan adanya proses pelayanan medis sesuai dengan standar atau
20
kepatuhan terhadap standar pelayanan yang baik, diharapkan hasil pekerjaan
(outcome) pelayanan medis yang bermutu. Hasil pelayanan tidak bermutu apabila
berbeda atau tidak seperti yang diharapkan atau tidak sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Departemen Kesehatan RI (2000) menyatakan bahwa tahapan prosedur
pelayanan kesehatan gigi dan mulut antara lain:
1. persiapan petugas (dokter gigi atau perawat gigi menggunakan lab jas, masker,
dan sarung tangan)
2. anamnesa dilakukan dengan lengkap dan jelas tentang identitas pasien, keluhan
utama, dan riwayat kesehatan pasien (tentang penyakit jantung, hipertensi, alergi,
dan lain-lain)
3. pemeriksaan ekstraoral dan intraoral
4. menentukan diagnosa
5. persiapan tindakan meliputi rencana perawatan atau pengobatan, informed
consent, sterilisasi alat
6. tindakan medik gigi, misalnya konservasi (tambal sementara atau tambal tetap),
pencabutan (gigi susu, gigi tetap), pembersihan karang gigi (supragingiva,
subgingiva), pengobatan abses dan lain-lain
7. kontrol tindakan atau konseling dapat berupa nasehat-nasehat perawatan tindakan
merujuk dan menerima pasien.
2.4.1 Prosedur Kerja di Laboratorium Bedah Mulut
Prosedur ekstraksi gigi di Laboratorium Bedah Mulut, yaitu:
1. antiseptik
2. anastesi lokal
3. pencabutan
4. periksa kelengkapan gigi dan periksa soket
5. kompresi soket gigi
6. tamponade
21
7. instruksi pasca ekstraksi
8. bila perlu pemberian obat, yaitu antibiotika, analgetika dan ruborantia.
Peralatan yang digunakan dalam perawatan ekstraksi gigi, yaitu:
1. standar alat diagnostik (kaca mulut, sonde lurus, sonde setengah lingkaran,
ekskavator dan pinset)
2. set alat exodontia [tang rahang bawah (untuk gigi insisivus dan molar), tang
rahang atas (bentuk lurus, huruf S dan bayonet), elevator, chisel dan hammer]
(PDGI, 1999).
2.4.2 Prosedur Kerja di Laboratorium Periodonsia
Prosedur pembersihan karang gigi (scalling) di Laboratorium Periodonsia,
yaitu:
1. DHE meliputi pemberian disclosing agent, teknik dan cara membersihkan gigi
(sikat gigi, flossing), pengendalian plak di rumah, pola makan ( jenis, frekuensi,
komposisi, konsistensi makanan), menghilangkan kebiasaan buruk, anjuran
kunjungan berkala
2. pemberian resep bila diperlukan ( kasus akut, proteksi penyakit jantung)
3. pemolesan
4. scalling supra dan sub gingiva
5. root plannig.
6. koreksi restorasi berlebih
7. menumpat karies servikal
8. penyesuaian oklusi sederhana bila perlu
9. melakukan splint sementara bila perlu
10. pemberian obat kumur
11. pemberian topical anastesi pada kasus hipersensitivitas
12. evaluasi hari ke 5-7.
22
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam perawatan pembersihan gigi
(scalling), yaitu:
1. alat standar, yaitu kaca mulut, sonde, pinset, sonde dan periodontal probe
2. alat penjaga kebersihan mulut, yaitu sikat gigi dan benang gigi
3. alat oral propilaksis, yaitu sikat poles, karet poles dan bahan poles
4. Alat scalling dan root planing konvensional dan elektrik (PDGI, 1999).
2.4.3 Prosedur Kerja di Laboratorium Oral Medicine
Prosedur kerja perawatan ulkus traumatikus di Laboratorium Oral Medicine,
yaitu:
1. eliminasi penyebab,
2. pemakaian obat kumur
3. pemberian benzokaine 4 % dalam borax gliserin
4. obat-obat yang anastetik
5. hindari makanan atau minuman yang merangsang
Peralatan yang digunakan dalam perawatan ulkus traumatikus, yaitu:
1. dental chai,
2. alat-alat dasar pemeriksaan penyakit mulut, yaitu kaca mulut, sonde lurus, sonde
semilunar, ekskavator dan pinset
3. obat- obat topikal untuk penyakit mulut
4. alat dan bahan untuk sterilisasi dan asepsis (PDGI, 1999).
2.4.4 Prosedur Kerja di Laboratorium Konservasi Gigi
Prosedur kerja dalam melakukan perawatan pulpektomi di Laboratorium
Konservasi Gigi, yaitu:
1. anastesi
2. pengukuran panjang kerja
3. preparasi kavitas
4. pembukaan atap pulpa
23
5. pulpotomi pulpa dengan ekskavator tajam
6. perdarahan ditekan dengan kapas steril
7. preparasi ruang pulpa
8. ekstirpasi pulpa
9. pembentukan saluran akar
10. irigasi NaOCl 2,5 %
11. pengeringan saluran akar dengan paper point
12. pengobatan saluran akar dengan ChKM
13. pada kunjungan berikutnya pengisian saluran akar dengan guttap point dan sealer
(tergantung kondisi)
14. tumpatan tetap dengan onlay post core crown, dengan basis ZnOE atau resin
komposit (tergantung sisa / keadaan jaringan keras gigi)
Peralatan yang digunakan dalam perawatan pulpektomi, yaitu:
1. dental unit lengkap (dengan suction dan saliva ejector)
2. alat pemeriksaaan standar, yaitu kaca mulut, sonde lurus, sonde semilunar,
ekskavator dan pinset.
3. alat preparasi kavitas endodontik, yaitu bur intan bulat dan fissure panjang high
speed
4. alat preparasi saluran akar, yaitu jarum miller, jarum ekstirpasi, file, reamer,
irigasi,lampu spiritus, alat pengukur dan stopper karet
5. alat pengisi saluran akar, yaitu jarum lentulo, spreader dan root canal plugger
(PDGI, 1999).
24
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan
cross sectional.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Jember pada:
a. Laboratorium Konservasi Gigi
b. Laboratorium Bedah Mulut
c. Laboratorium Periodonsia
d. Laboratorium Oral Medicine (OM.
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2006.
3.3 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa tingkat profesi di Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember (RSGM FKG UNEJ) pada:
e. Laboratorium Konservasi Gigi sebanyak 51 orang
f. Laboratorium Bedah Mulut sebanyak 45 orang
g. Laboratorium Periodonsia sebanyak 24 orang
h. Laboratorium Oral Medicine (OM) sebanyak 13 orang.
25
3.4 Sampel Penelitian
3.4.1 Kriteria Sampel
a. Mahasiswa tingkat profesi di RSGM periode Mei-Juni 2006
b. Berada di tempat pada saat penelitian
c. Bersedia menjawab kuisioner.
3.4.2 Besar Sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dengan
mengambil secara acak berdasarkan nomer urut genap dari keseluruhan populasi
(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini sejumlah 133 orang dan
didapatkan besar sampel sebanyak 65 orang, yaitu:
a. Laboratorium Konservasi Gigi sebanyak 25 orang
b. Laboratorium Bedah Mulut sebanyak 22 orang
c. Laboratorium Periodonsia sebanyak 12 orang
d. Laboratorium Oral Medicine (OM) sebanyak 6 orang.
Observasi dilakukan pada 14 orang, yaitu sebanyak 20% dari besar sampel
(Oetojo, 1990), antara lain:
a. Laboratorium Konservasi Gig sebanyak 5 orang
b. Laboratorium Bedah Mulut sebanyak 4 orang
c. Laboratorium Periodonsia sebanyak 3 orang
d. Laboratorium Oral Medicine (OM) sebanyak 2 orang.
3.4.3 Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan secara simple random sampling dari keseluruhan
populasi.
3.5 Alat dan Bahan
a. Alat tulis
b. Lembar observasional
26
c. Kuesioner.
3.6 Identifikasi Variabel
3.6.1 Variabel bebas : kepatuhan mahasiswa tingkat profesi terhadap standar RSGM
a. Definisi operasional
Adalah sikap atau perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi yang
menempuh praktikum profesi di Laboratorium Periodonsia, Oral Medicine,
Bedah Mulut, dan Konservasi Gigi yang sesuai dengan tata laksana/prosedur
medis dalam melakukan prosedur kerja pada bagian tersebut di RSGM FKG
UNEJ.
b. Alat ukur
Lembar observasional dan kuesioner.
c. Metode pengukuran
Dengan melakukan pengisian lembar observasional dan kuesioner dari seluruh
jumlah sampel sesuai dengan kriteria sampel. Kuesioner disajikan dalam bentuk
pertanyaan, dengan penilaian sebagai berikut:
A = 3 B = 2 C = 1
3.6.2 Variabel terikat : prosedur tetap/kerja pelayanan RSGM
a. Definisi operasional
Adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melayani pasien sebelum
dan selama melakukan tindakan medik menurut RSGM FKG UNEJ.
b. Alat ukur
Lembar observasional dan kuesioner.
c. Metode pengukuran
Dengan melakukan pengisian lembar observasional dan kuesioner dari seluruh
jumlah sampel sesuai dengan kriteria sampel. Kuesioner disajikan dalam bentuk
pertanyaan, dengan penilaian sebagai berikut:
A = 3 B = 2 C = 1
27
Variabel terkendali :
1. Sarana dan prasarana
2. Pengetahuan
3. Tanggung jawab
Variabel bebas :
Kepatuhan mahasiswa
tingkat profesi
terhadap standar
RSGM
Variabel terikat :
Prosedur tetap/
kerja pelayanan
RSGM
3.7 Alur Penelitian
3.8 Kerangka Konsep Penelitian
Data Mahasiswa Klinik
Periode Mei-Juni 2006
Sampel Mahasiswa Klinik
Pengisian kuesioner dan lembar
observasional
Analisa
Hasil
28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penilaian standar pelayanan rumah sakit melalui kepatuhan prosedur kerja di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
dilakukan pada bulan Mei 2006 sampai dengan bulan Juni 2006. Penelitian dilakukan
pada Laboratorium Konservasi Gigi, Bedah Mulut, Periodonsia dan Oral Medicine
(OM) dengan besar sampel sebanyak 65 orang. Sampel dipilih dengan metode
simple random sampling.
Penelitian ini menilai standar pelayanan RSGM yang dilakukan mahasiswa
tingkat profesi dalam melakukan perawatan pulpektomi pada Laboratorium
Konservasi Gigi, perawatan ekstraksi gigi pada Laboratorium Bedah Mulut,
perawatan pembersihan karang gigi (scalling) pada Laboratorium Periodonsia dan
perawatan ulkus traumatikus pada Laboratorium Oral Medicine (OM).
Penelitian yang telah dilakukan mengelompokkan sampel penelitian
berdasarkan laboratorium yang sedang ditempuh, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan laboratorium.
No Laboratorium Σ sampel (%)
1 Konservasi gigi 25 orang 38,5
2 Bedah Mulut 22 orang 33,9
3 Periodonsia 12 orang 18,5
4 Oral Medicine (OM) 6 orang 9,4
Jumlah 65 orang 100
Tabel 4 menunjukkan distribusi sampel penelitian berdasarkan laboratorium
yang sedang ditempuh, jumlah yang paling banyak adalah sampel penelitian pada
Laboratorium Konservasi Gigi yaitu sebanyak 25 orang atau 38,5%, sedangkan
jumlah yang paling sedikit adalah sampel penelitian pada Laboratorium Oral
Medicine (OM) yaitu sebanyak enam orang atau 9,4%.
29
Tabel 5 membahas tentang distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis
kelamin.
Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
no Jenis kelamin Jumlah (%)
1 Perempuan 48 74
2 Laki-laki 17 26
Jumlah 65 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah sampel sebanyak 48 orang atau 74%
adalah berjenis kelamin perempuan dan 17 orang atau 26% berjenis kelamin laki-laki,
sampel yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan sampel yang
berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 6 membahas tentang distribusi sampel penelitian berdasarkan nilai IPK.
Tabel 6. Distribusi sampel berdasarkan nilai IPK
No IPK Jumlah (%)
1
2
3
4
< 2.00
2,00-2,50
2,50-3,00
> 3,00
0
3
45
18
0
3,1
69,3
27,6
Jumlah 65 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai IPK yang terbanyak adalah 2,51-3,00
sebesar 45 sampel atau 69,3%, sedangkan nilai IPK yang paling sedikit adalah 2,00-
2,50 sebesar dua sampel atau 3,1%.
30
Tabel 7 membahas tentang distribusi sampel penelitian berdasarkan angkatan.
Tabel 7. Distribusi sampel berdasarkan angkatan
No. Angkatan Jumlah (%)
1. 1999 2 3,0
2. 2000 6 9,3
3. 2001 37 57,0
4. 2002 20 30,7
total 65 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah sampel penelitian yang paling banyak
adalah angkatan 2001 sebanyak 37 orang atau 57%, sedangkan jumlah sampel
penelitian yang paling sedikit adalah angkatan 1999 sebanyak dua orang atau 3%.
Tabel 8 membahas tentang distribusi sampel penelitian berdasarkan usia.
Tabel 8. Distribusi sampel berdasarkan usia
No. Usia (tahun) Jumlah %
1. 22 17 26,2
2. 23 31 47,7
3. 24 10 6,5
4. 25 4 6,2
5. 26 2 3,1
Total 65 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa sampel penelitian yang paling banyak adalah
usia 23 tahun sebanyak 31orang atau 47,7%, sedangkan sampel yang paling sedikit
adalah usia 26 tahun sebanyak dua orang atau 3,1%.
31
Tabel 9 membahas tentang distribusi silang antara laboratorium yang sedang
ditempuh dengan kepatuhan prosedur kerja.
Tabel 9. Distribusi silang antara laboratorium yang sedang ditempuh dengan
kepatuhan prosedur kerja.
no Laboratorium
Total skor
Tidak patuh Patuh
Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Konservasi gigi 4 6.2 21 32,3
2 Bedah mulut 1 1.5 21 32,3
3 Periodonsia 0 0 12 18,6
4 Oral Medicine (OM) 0 0 6 9,2
Jumlah 5 7.7 60 92,3
Tabel 9 menunjukkan bahwa 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, sedangkan lima sampel (7,7%) dianggap tidak mematuhi
prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak pada Laboratorium
Konservasi Gigi dan Laboratorium Bedah Mulut yaitu sebanyak 21 orang atau 32,3%.
Sampel yang tidak mematuhi prosedur kerja terbanyak pada Laboratorium
Konservasi Gigi yaitu sebanyak empat orang atau 6,2%. Sampel pada Laboratorium
Konservasi Gigi dan Laboratorium Bedah Mulut dianggap tidak mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, karena tidak menyediakan alat yang digunakan dalam
melakukan perawatan kepada pasien secara lengkap.
32
Tabel 10 membahas tentang distribusi silang antara nilai IPK dengan
kepatuhan prosedur kerja.
Tabel 10. Distribusi silang antara nilai IPK dengan kepatuhan prosedur kerja.
no Nilai IPK
Total skor
Tidak patuh Patuh
jumlah (%) jumlah (%)
1 < 2,00 0 0 0 0
2 2,00-2,50 0 0 3 4,7
3 2,51-3,00 4 6.1 40 61,5
4 > 3,00 1 1.6 17 26,1
Jumlah 5 7.7 60 92,3
Tabel 10 menunjukkan bahwa 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, sedangkan lima sampel (7,7%) dianggap tidak mematuhi
prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak memiliki nilai IPK
antara 2,51-3,00 yaitu sebanyak 40 orang atau 62%, sedangkan yang tidak mematuhi
prosedur kerja sebanyak empat orang atau 6%.
33
Tabel 11 membahas tentang distribusi silang antara angkatan dengan
kepatuhan prosedur kerja.
Tabel 11. Distribusi silang antara angkatan dengan kepatuhan prosedur kerja.
no angkatan
Total skor
Tidak patuh Patuh
Jumlah (%) Jumlah (%)
1 1999 0 0 2 3,0
2 2000 0 0 6 9,2
3 2001 5 0 32 49,3
4 2002 0 0 20 30,8
Jumlah 5 7.7 60 92,3
Tabel 11 menunjukkan bahwa 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, sedangkan lima sampel (7,7%) dianggap tidak mematuhi
prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak adalah angkatan
2001 yaitu sebanyak 32 orang atau 49,3%, sedangkan yang tidak mematuhi prosedur
sebanyak lima orang atau 7,7%.
34
Tabel 12 membahas tentang distribusi silang antara pengetahuan dengan
kepatuhan prosedur kerja.
Tabel 12. Distribusi silang antara pengetahuan dengan kepatuhan prosedur kerja.
no pengetahuan
Total skor
Tidak patuh Patuh
jumlah (%) jumlah (%)
1 Kurang 0 0 0 0
2 Sedang 0 0 1 1,5
3 Baik 5 7,7 59 90,8
Jumlah 5 7,7 60 92,3
Tabel 12 menunjukkan bahwa 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, sedangkan lima sampel (7,7%) dianggap tidak mematuhi
prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak memiliki
pengetahuan baik yaitu sebanyak 59 orang atau 90,8%, sedangkan yang tidak
mematuhi prosedur kerja sebanyak lima orang atau 7,7%.
35
Tabel 13 membahas tentang distribusi silang antara sarana dan prasarana
RSGM dengan kepatuhan prosedur kerja.
Tabel 13. Distribusi silang antara sarana dan prasarana dengan kepatuhan prosedur
kerja.
no Sarana dan
prasarana
Total skor
Tidak patuh Patuh
jumlah (%) jumlah (%)
1 Kurang 0 0 0 0
2 Sedang 1 1,5 9 13,8
3 Baik 4 6,2 51 78,5
Jumlah 5 7,7 60 92,3
Tabel 13 menunjukkan bahwa 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, sedangkan lima sampel (7,7%) dianggap tidak mematuhi
prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak berpendapat bahwa
sarana dan prasarana RSGM baik yaitu sebanyak 51 orang atau tujuh orang,
sedangkan yang tidak mematuhi prosedur kerja sebanyak empat orang atau 6,2%.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 65 orang dan dilakukan
pengamatan langsung pada 14 orang sampel, yaitu lima orang dari Laboratorium
Konservasi Gigi, empat orang dari Laboratorium Bedah Mulut, tiga orang dari
Laboratorium Periodonsia dan dua orang dari Laboratorium Oral Medicine.
Dilakukan pengamatan apakah sampel yang diteliti melaksanakan praktikum sesuai
dengan yang tercantum pada kuesioner yang sudah diisi. Hasil dari pengamatan
menyatakan bahwa dari keseluruhan sampel yang diamati langsung, 10 orang
melakukan praktikum sesuai dengan yang sudah tercantum pada hasil kuesioner,
sedangkan 4 orang melakukan praktikum tidak sesuai dengan yang sudah tercantum
pada hasil kuesioner, yaitu dua orang dari Laboratorium Konservasi Gigi dan 2 orang
dari Laboratorium Bedah Mulut. Dua orang dari Laboratorium Konservasi Gigi dan
dua orang dari Laboratorium Bedah Mulut tidak membawa peralatan secara lengkap
yang dibutuhkan dalam melakukan perawatan gigi.
36
Harapan sampel terhadap RSGM FKG Universitas Jember berbeda-beda, hal
ini dapat diketahui dari jawaban pertanyaan nomer 21 pada kuesioner. Sampel pada
Laboratorium Konservasi Gigi (38,5%) mengharapkan adanya penambahan jumlah
dental unit, perbaikan fungsi dari dental unit yang sudah ada karena sudah banyak
yang rusak dan penambahan jumlah tempat duduk di ruang tunggu. Sampel pada
Laboratorium Bedah Mulut (33,8%) mengharapkan adanya peningkatan kebersihan di
laboratorium dan lingkungan sekitarnya, peningkatan kinerja karyawan RSGM FKG
Universitas Jember dalam melakukan pelayanan terhadap pasien, dan jam kerja
pelayanan dari RSGM dapat menjadi 24 jam setiap hari. Sampel pada Laboratorium
Oral Medicine (18,5%) mengharapkan adanya peningkatan sosialisasi tentang
RSGM kepada masyarakat sekitar dan perbaikan sistem administrasi pelayanan
RSGM FKG Universitas Jember. Sampel pada Laboratorium Periodonsia (9,2%)
mengharapkan adanya perbaikan fungsi dental unit yang sudah ada dan peningkatan
kebersihan.
4.2 Pembahasan
RSGM FKG UNEJ menurut Depdiknas (2003) merupakan unit pelayanan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dalam menyelenggarakan sarana
pendidikan bagi tenaga kesehatan dan penelitian dibidang kesehatan gigi,
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat dan sebagai
lahan praktek klinik bagi mahasiswa.
Pelayanan kesehatan gigi dalam menghadapi persaingan global dituntut untuk
lebih profesional dengan kualitas yang lebih dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini
didorong oleh perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan, yang diperkirakan
akan lebih sadar hak dan hukum (Djoharnas, 1997). Pemenuhan tuntutan masyarakat
yang semakin meningkat terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang sesuai
dengan kebutuhan merupakan hal terpenting dalam pengembangan dan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di institusi pelayanan kesehatan (Astoeti,
2000).
37
Tabel 1 menunjukkan perbandingan standar peralatan RSGM FKG
Universitas Jember dibandingkan dengan standar RSGM yang disusun oleh
Direktorat Pelayanan Medis Gigi Departemen Kesehatan RI tahun 2003. Jumlah
dental chair, dental unit, intra oral camera, dan sterilisator yang dimiliki RSGM
FKG Universitas Jember sudah melebihi standar yang berlaku. Tabel 2 dan tabel 3
menunjukkan perbandingan standar tenaga RSGM FKG Universitas Jember. Jumlah
keseluruhan tenaga yang dimiliki RSGM FKG Universitas Jember sudah melebihi
standar yang berlaku. Hal ini terjadi karena RSGM FKG Universitas Jember sebagai
RSGM Pendidikan berupaya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa tingkat profesi
yang semakin meningkat.
Tabel 9 menunjukkan bahwa 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, sedangkan lima sampel (7,7%) dianggap tidak mematuhi
prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak pada Laboratorium
Konservasi Gigi dan Laboratorium Bedah Mulut yaitu sebanyak 21 orang atau 32,3%.
Sampel yang tidak mematuhi prosedur kerja terbanyak pada Laboratorium
Konservasi Gigi yaitu sebanyak empat orang atau 6,2%.
Dua laboratorium yang dianggap tidak mematuhi prosedur kerja yang telah
ditetapkan, yaitu Laboratorium Konservasi Gigi dan Laboratorium Bedah Mulut,
karena tidak menyediakan alat yang digunakan dalam melakukan perawatan kepada
pasien secara lengkap, yaitu sonde setengah lingkaran, meskipun alat yang digunakan
tidak lengkap tetapi para sampel dapat bekerja dengan baik karena fungsi dari alat
tersebut dapat digantikan dengan alat yang lain. Hal ini tidak sesuai dengan
Adikoesoemo (1997) yang menyatakan bahwa pelayanan dapat terjamin bila sarana
dan prasarana yang dimiliki rumah sakit tersebut unggul, semakin baik peralatan
yang tersedia maka pelayanan yang dilakukan akan semakin baik.
Tabel 10 menunjukkan bahwa 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, sedangkan lima sampel (7,7%) dianggap tidak mematuhi
prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak memiliki nilai IPK
antara 2,51-3,00 yaitu sebanyak 40 orang atau 62%, sedangkan yang tidak mematuhi
38
prosedur kerja sebanyak empat orang atau 6%. Hal ini menunjukkan bahwa
kepatuhan terhadap prosedur kerja tidak dipengaruhi oleh nilai IPK, sampel yang
mematuhi dan tidak mematuhi memiliki nilai IPK yang sama yaitu antara 2,51-3,00.
Sampel adalah mahasiswa tingkat profesi yang sudah sarjana ataupun mahasiswa
yang sedang menempuh skripsi, sehingga IPK sampel rata-rata diatas 2,50. IPK
merupakan salah satu indikator tingkat prestasi atau keberhasilan mahasiswa.
Semakin tinggi nilai IPK maka pengetahuan seseorang akan semakin tinggi pula.
Dengan pengetahuan dan dedikasi yang tinggi, maka rumah sakit akan mempunyai
pelayanan yang baik karena suatu rumah sakit menjual jasa kesehatan dan tenaga
(Adikoesoemo, 1997).
Tabel 11 menunjukkan bahwa 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, sedangkan lima sampel (7,7%) dianggap tidak mematuhi
prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak adalah angkatan
2001 yaitu sebanyak 32 orang atau 49,3%, sedangkan yang tidak mematuhi prosedur
kerja sebanyak lima orang atau 7,7%. Perubahan perilaku pada angkatan tua dan
muda itu berbeda, karena angkatan tua sudah mempunyai pengetahuan, sikap dan
keterampilan tertentu yang sudah mereka miliki selama bertahun-tahun (Notoatmojo,
2003). Sampel yang terbanyak mematuhi dan tidak mematuhi adalah angkatan 2001,
hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan prosedur kerja tidak dipengaruhi oleh
angkatan.
Tabel 12 menunjukkan bahwa 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, sedangkan lima sampel (7,7%) dianggap tidak mematuhi
prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak memiliki
pengetahuan baik yaitu sebanyak 59 orang atau 90,8%, sedangkan yang tidak
mematuhi prosedur kerja sebanyak lima orang atau 7,7%. Tinggi rendahnya
pengetahuan tidak mempengaruhi kepatuhan sampel dalam mematuhi prosedur kerja.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Ngatimin (1988) bahwa pengetahuan sangat
penting dalam memberikan wawasan terhadap sikap dan perbuatan seseorang.
39
Pengetahuan dapat dicapai melalui berbagai keadaan dan pengalaman. Salah
satu cara memperoleh pengetahuan adalah melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Depkes RI (1993) bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pengertian dan pola pikir seseorang juga
dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki orang tersebut. Pengetahuan yang
diperoleh didapat dari pendidikan perguruan tinggi. Melalui pendidikan masyarakat
dapat memperluas jangkauan pengetahuan diberbagai bidang (Sindhunata, 2000).
Pengetahuan menjelaskan perilaku suatu individu yang berasal dari
pengalaman (Susanto dan Kotler, 2000), sedangkan pengalaman seseorang dapat
mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku yang diperoleh dari
semua perbuatannya dimasa lalu atau dapat pula pengalaman itu dipelajari, sebab
dengan belajar seseorang dapat memperoleh pengalaman (Irawan dan Swastha,
1983).
Tabel 13 menunjukkan bahwa 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur
kerja yang telah ditetapkan, sedangkan lima sampel (7,7%) dianggap tidak mematuhi
prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak berpendapat bahwa
sarana dan prasarana RSGM baik yaitu sebanyak 51 orang atau 78,5%, sedangkan
yang tidak mematuhi prosedur kerja sebanyak empat orang atau 6,2%. Sarana dan
prasarana yang baik akan menunjang pelayanan yang diberikan kepada pasien sesuai
dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dan dapat diterima oleh pasiennya.
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Mutu dapat terjamin bila
sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit tersebut unggul (Adikoesoemo,
1997).
Penelitian tentang penilaian standar pelayanan rumah sakit melalui kepatuhan
prosedur kerja di RSGM FKG Universitas Jember dapat diketahui bahwa standar
pelayanan rumah sakit yang dilakukan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember yang melaksanakan praktikum klinik melalui kepatuhan prosedur
40
kerja di RSGM FKG Universitas Jember adalah baik dan sesuai dengan standar
pelayanan yang telah ditetapkan. RSGM FKG Universitas Jember merupakan suatu
rumah sakit pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dokter
gigi. Sampel dalam penelitian ini dalam melakukan praktikum klinik sesuai dengan
standar pelayanan yang berlaku, sehingga sampel mendapatkan nilai yang baik dan
memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan.
Harapan sampel terhadap RSGM FKG Universitas Jember berbeda-beda,
yaitu penambahan jumlah dental unit, perbaikan fungsi dari dental unit yang sudah
ada karena sudah banyak yang rusak, penambahan jumlah tempat duduk di ruang
tunggu, peningkatan kebersihan di laboratorium dan lingkungan sekitarnya,
peningkatan kinerja karyawan RSGM FKG Universitas Jember dalam melakukan
pelayanan terhadap pasien, jam kerja pelayanan dari RSGM dapat menjadi 24 jam
setiap hari, adanya peningkatan sosialisasi tentang RSGM kepada masyarakat sekitar
dan perbaikan sistem administrasi pelayanan RSGM FKG Universitas Jember.
Perbaikan-perbaikan tersebut akan menjadikan RSGM FKG Universitas Jember
sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas,
profesional, modern dan sesuai dengan tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi.
41
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian adalah:
1. Standar pelayanan rumah sakit yang dilakukan mahasiswa tingkat profesi FKG
Universitas Jember melalui kepatuhan prosedur kerja di RSGM FKG Universitas
Jember adalah baik dan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan, yang
dapat diketahui dari sebanyak 60 sampel (92,3%) telah mematuhi prosedur kerja,
sedangkan lima sampel (7,7%) tidak mematuhi prosedur kerja.
2. Kepatuhan terhadap prosedur kerja tidak dipengaruhi oleh nilai IPK,
pengetahuan, angkatan, sarana dan prasarana yang dimiliki RSGM.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan beberapa saran,
yaitu:
1. Sistem pelayanan di RSGM FKG Universitas Jember perlu ditingkatkan secara
berkesinambungan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan standar pelayanan di RSGM FKG Universitas Jember.