Post on 29-Nov-2015
description
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCA PANEN
ACARA 2
BIOLOGI MORFOLOGI DAN PENGENDALIAN
HAMA GUDANG PADA BEBERAPA KOMODITAS PASCA PANEN
Nama : Firka Antika A
NIM : 091510601034
Kelompok : 4
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER
2011
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan
kerusakan pada tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Salah satu
jenis hama yang menyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Jenis
hama serangga tidak hanya dijumpai di ladang ataupun di sawah, akan tetapi hama
serangga dapat pula di jumpai pada bahan-bahan simpanan di gudang. Upaya
pengendalian hama telah banyak dilakukan seperti dengan cara kimia, fisika dan
pengendalian biologi. Walaupun terdapat bebrapa cara yang dapat digunakan
seperti diatasa, cara kimia adalah yang paing dapat digunakan (Winarno,2006)
Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup
dalam bahan-bahan simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering
dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Tribolium sp. ,
Sitophilus oryzae, Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia
rufipes dan lain-lain.
Coleoptera berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, yang
berarti insekta bersayap perisai. Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan
dan sayap belakang. Sayap depan keras, tebal dan memiliki permukaan luar yang
halus yang mengandung zat tanduk sehingga dinamakan elytra, sedangkan sayap
belakang lebih tipis seperti selaput dan lebih panjang dari pada sayap depan,
Mengalami metamorfosis sempurna dan Tipe mulut menggigit (Wikipedia, 2008).
Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil
dibandingkan lingkungan alami dan ketersediaan pangan yang melimpah.
Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama gudang, walaupun adakalanya
terjadi kelangkaan sumber makanan. Serangga hama di penyimpanan, terutama
hama-hama penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan
penyimpanan dengan baik, karena habitat penyimpanan merupakan reservoir
alaminya, toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan,
keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpan, laju reproduksi yang
tinggi kemampuan yang tinggi dalam menemukan lokasi sumber makanan
kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pangan.
warna itu sendiri berpangaruh terhadap prefensi terhadap suatu serangga
dalam mengakses sumber makanan (Harris and Miller,1983; Vernon and
Bartel,1985). Fenomena ini membuktikan bahwa terdapat keterkaitan yang erat
sekali antara kadar suatu unsur kimia yang terkandung dalam biji dengan
performansi tekstur fisika suatu biji, yang pada akhirnya akan berpangaruh
terhadap prefensi serangga (Yasin,2009).
Pengenalan akan jenis-jenis serangga hama gudang adalah sangat
penting untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. Pada
umumnya serangga hama gudang dapat dibagi menjadi hama primer dan
hama sekunder. Hama primer yaitu serangga hama gudang yang mampu
menyerang biji-bijian yang masih utuh, seperti Sitophilus spp. (weeoil),
Rhyzophertq dominica (Iesier grain borer) dan Sitotroga cerealella.
(Angoumois grain moth). Sedangkan hama sekunder adalah serangga hama
yang hanya mampu menyerang biji-bijian yang sudah rusak, seperti
Tribolium spp . (flour beetle) dan Plodiq interpunctella (Indian meal moth) .
Akibat serangan S. zeamais dapat menurunkan berat biji yang sangat drastis,
sedang pada beras serangan cukup ringan (Morallo dan Javier, 1980). Kerusakan
yang diakibatkan oleh hama gudang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas biji
(Saenong, 2009).
Para ahli pertanian hususnya para ahli hama tanaman telah berdaya upaya
ntuk mendapatkan cara yang mantap atau sebaik mungkin guna mengendalikan
atau mengatasi daya gangguan dan daya perusakan hama produk pertanian dalam
simpanan (Kartasapoetra, 1991).
Serangga hama gudang mempunyai ciri-ciri umum (a) Tuluhnya terbagi
atas 3 bagian kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen), (b) Bagian luar tubuh
tertutup oleh kulit luar (eksoskeleton), (c) Selama hidupnya mengalami
perubahan bentuk (metamorfosa) yang sempurna dan tidak sempurna/ dan (d)
Serangga dewasa mempunyai tiga pasang kaki. Serangga hama gudang baik
yang berasal dari kelompok kumbang maupun ngengat mengalami metamorfosis
BAB 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
no Jenis Hama Inang Gambar Keterangan
1 Sitophilus
Zeamays
Jagung Antena menyiku terdiridari 8 ruas
Pada elitra, biasanyaterdapat empat buahtanda oval berwarnacokelat kemerahan ataucokelat jingga
Larvanya tidak meilikikaki
Setiap betina mampubertelur lebih dari 150butir
Hama primermengunyahbagian biji sehinggamembentuk lubang besar
2 Callosobruchas
Chinensis
Kacang
hijau
Bagian kepala agakmeruncin
elytra terdapatgambaran agak gelap
Pronotum halus Ukuran tubuh sekitar 5-
6 mm Lama stadia larva
adalah 4-6 hari Produk yang diserang
akan tampak berlubang Hama Primer
3 Sitophylus
Oryzae
Kedelai dewasa berwarna coklattua
tubuh langsing dan agakpipih
Panjang tubuh kumbangdewasa ± 3,5-5 mm
menghasilkan telursampai 300-400 butir
hama sekunder padakedelai
liang gerekannya sempit
1. Sitophilus zeamais
Memiliki rostrum yang sangat karakteristik dan antena yang menyiku.
Antena memiliki delapan ruas dan saat serangga ini berjalan, antenanya menjulur
keluar. Pada elitra, biasanya terdapat empat buah tanda oval berwarna cokelat
kemerahan atau cokelat jingga. Larvanya tidak meiliki kaki (apoda) dan biasanya
ditemukan di dalam lubang gerekan pada biji. Ditemukan di daerah tropis, namun
kadang-kadang juga di daerah beriklim dingin. Dewasanya memiliki periode
hidup panjang (beberapa bulan sampai satu tahun). Serangga betina bertelur
sepanjang stadium dewasa. Setiap betina mampu bertelur lebih dari 150 butir.
Telur diletakkan satu per satu dalam lubang yang dibuat oleh serangga betina pada
biji yang diserangnya. Telur dilindungi oleh lapisan lilin hasil sekresi serangga
betina. Periode telur berlangsung selama 6 hari pada suhu 250C. Setelah menetas,
larva segera memakan bagian biji yang di sekitarnya dan membentuk lubang-
lubang gerekan. Larva terdiri dari empat instar. Periode pupa berlangsung di
dalam biji. Serangga dewasa baru yang muncul segera membuat jalan keluar
dengan cara mengunyah bagian biji tersebut sehingga membentuk lubang besar
yang karakteristik. Total periode perkembangan serangga ini antara 35-110 hari,
tergantung jenis dan mutu biji yang diserangnya.
2. Callocobruchus spp.
Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak meruncing,
pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna
cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago berwarna coklat
kemerahan dengan elitra coklat terang bercak gelap. imago betina dapat bertelur
hingga 150 butir. Elitra serangga lebih pendek dari panjang abdomen sehingga
ujung abdomen kelihatan dari arah dorsal. Ciri lain adalah femur tungkai belakang
membesar dan dan pada ujung nampak dua duri. Imago jantan dapat dibedakan
dengan yang betina berdasarkan tipe sungut. Pada jantan sungut pektinat,
sedangkan yang betina tipe sungutnya serrata. Telurnya berbentuk oval dan
berwarna putih transparan saat diletakkan dan berubah menjadi putih kekuningan.
Larva tidak bertungkai, berwarna putih dan pada kepala agak kecoklatan. Pupa
tipe bebas dan warnanya putih. telur diletakkan pada permukaan produk
kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya
tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada
material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia
lrva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang. Pengendalian
dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami
hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam).
3. Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) pada kedelai
Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini
bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat Hama Sitophilus oryzae bersifat
polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan kedelai. Akibat dari
serangan hama ini, butir kedelai menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada
beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran kedelai yang terserang
menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung.
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua
warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak
kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2
bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm,
tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung,
ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang
tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk
dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti
kumbang dewasa.
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan
telur sampai 300-400 butir. telur diletakkan pada tiap butir kedelai yang telah
dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur
yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah
telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng
telah menetas akan langsung menggerek butiran kedelai yang menjadi tempat
hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan,
demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus
hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang
pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan,
kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang.
Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit
larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva
dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya
penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat
penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan.
4. C. dimidiatus
C dimiatus pada simpanan buah-buahan. Terdapat di Sumatra Utara sebagai
bubuk buah kopi dan di Sulawesi sebagai perusak jagung dan kopra. Serangga
dewasa berukuran 3 -5 mm, berwarna kelabu hitam, cokelat tua sampai hitam.
Elitra tidak menutupi seluruh abdomen sehingga ujung abdomen tampak dari arah
dorsal. Elitra ditutupi oleh rambut-rambut jarang. Tiga ruas sungut membesar
seperti pemukul gong. Larva berbulu pendek dan jarang. Mempunyai tungkai
yang digunakan untuk bergerak aktif. Pada pertumbuhan penuh panjangnya 5 – 7
mm. Pada imago C. hemipterus elitranya terdapat gambaran warna kuning. Gelaja
serangan yaitu dengan melubangi kacang tanah.
Spesies Carpophilus kecuali merusak kopra, biasanya merusak simpanan
bahan-bahan yang mengandung minyak seperti kacang tanah, bungkil dan
sebagainya. Pada kopra serangannya biasanya bersama hama lain kopra seperti
Necrobia, Oryzaephilus, Ahasverus, dan Ephestia. Serangan Carpophilus
tersendiri tidak begitu merugikan, tetapi dengan adanya komplikasi serangan
dapat menambah rusaknya simpanan. Pengendalian untuk penyimpanan dapat
dilakukan dengan pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan (sanitasi)
pada gudang tempat penyimpanan. Ada pula yang menggunakan cara mekanis
dengan mematikan menggunakan tangan atau alat, menghalau dengan tirai
(menggunakan tanaman sebagai tirai atau menggunakan plastik).
5. Cylas formicarius
Kumbang yang baru keluar dari pupa tinggal 1–2 hari di dalam kokon, kemudian
keluar dari umbi atau batang. CABI (2001) melaporkan bahwa kumbang C.
formicarius menyerupai semut, mem- punyai abdomen, tungkai, dan caput yang
panjang dan kurus (Gambar 4). Kepala berwarna hitam, antena, thoraks, dan
tungkai oranye sampai cokelat kemerahan, abdomen dan elytra biru. Kumbang
betina dapat hidup 113 hari dan mampu bertelur 90– 340 butir. Siklus hidup setiap
generasi berlangsung 38 hari
Kehilangan hasil akibat serangan hama ini berkisar antara 10–80%, bergantung
pada lokasi, jenis lahan, dan musim .Kehilangan hasil akibat serangan C.
formicarius berkisar 60- 80%. Kerusakan kecil pun pada umbi menyebabkan
umbi tidak layak dikonsumsi karena adanya senyawa terpenoid. Pengendalian
hama i efektif dengan menerapkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT).
PHT merupakan pen- dekatan ekologi dalam pengelolaan agroekosistem. Oleh
karena itu, PHT mengutamakan berfungsinya mekanisme pengendalian alami
yang secara dinamis dapat menjaga populasi hama tetap berada pada
keseimbangan umum yang rendah. Komponen PHT meliputi peng- gunaan
varietas tahan, teknik bercocok tanam, musuh alami, dan penggunaan pestisida
bila diperlukan.
6. Lasioderma serricorne
Rongga dada membungkuk. Elytra (kulit sayap) lembut. Dewasa — panjang 2–
3mm Siklus hidup — 25 hari pada suhu 30–35°C. Tidak dapat berkembang pada
suhu di bawah 17°C. Dewasa hidup selama 2 hingga 6 minggu. Kebiasaan sering
terbang. Akan mengerumuni aneka produk, termasuk tembakau, sereal, kacang-
kacangan, buah-buahan kering, dan rempah-rempah. Terdapat bercak ternbus
cahaya pada daun Pada serangan berat tinggal tulang daun saja.
Pengendalian serricorne dengan perangkap yang berisi khususferomonuntuk menarik
kumbang jantan, dan membantu mendeteksi dan memonitor infestasi. Tembakau
penuh massal dalam bentuk bal atau hogsheads dapat difumigasi
denganmenggunakanmethyl bromide atau phosphin.Tingkat Dosis dan waktu
pengobatan dengan metil bromida adalah 20 gram / m2.
7. Hipotenemus hampei
Bubuk betina biasanya yang aktif merusak dan membuat liang gerek pada ujung
kulit buah, kemudian membelok ke dalam salah satu bijinya. Mereka hanya
bertelur pada buah-buah yang bijinya telah mengeras atau pada buah yang telah
masak. Dalam biji kopi terdapat semacam rongga dimana telur-telur diletakkan.
Dalam satu biji dapat diletakkan lebih dari sebutir telur. Produksi telur rata-rata 70
butir yang diletakkan dalam dua periode bertelur. Pada periode telur yang pertama
biasanya diletakkan telur lebih banyak daripada yang kedua. Setelah menetas,
larva segera makan bagian biji dan meneruskan menggerek. Pada waktu
menjelang kepompong dibuat liang gerek yang agak melebar dimana kelak akan
ditempati oleh kepompongnya. Daur hidupnya tergantung pada tinggi tempat
dimana tanaman kopi tumbuh, biasanya berkisar antara 20-36 hari. Perbandingan
jantan:betina = 1:20. Di dalam gudang, bila bubuk tersebut masih dapat hidup
biasanya hanya bertahan saja dan tidak dapat berkembang biak.
Gejala Serangannya yaitu pada ujung buah yang terserang terdapat lubang
gerekan. Warna buah berubah dari hijau menjadi kuning kemerahan, tampak
seperti masak dan terasa hampa bila ditekan/dipencet. Biji kopi yang terserang
tampak berlubang-lubang sehingga produksi dan mutunya menurun.
Pengendalian hama PBKo yang efektif dapat dilakukan dengan menerapkan
sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) terutama dengan menggunakan
perangkap serangga (hama penggerek buah kopi) yang lebih dikenal dengan nama
Brocap Trap. Alat ini menggunakan dan dilengkapi dengan senyawa Hypotan
yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit Koka).
Hasil aplikasi di lapangan menunjukkan keragaan yang sangat baik, efektif,
efisien dan ramah lingkungan. Menurut Wiryadiputra (peneliti di Puslit Koka),
pemakaian Brocap Trap dapat menjebak sekitar 1000 ekor serangga per minggu.
Senyawa tersebut telah dikemas dalam bentuk saset dengan volume per saset 10
ml untuk digunakan selama minimal 2 (dua) minggu.
8.Sitophilus Oryzae
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan
bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat
enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai
segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat
4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak
pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh
kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. larva
kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan
membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak
seperti kumbang dewasa.
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan
telur sampai 300-400 butir. telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah
dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibuat sedalam 1 mm dan
telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya
adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari.
Larva yang telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi
tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang
gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5
hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari.
Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang
simpan, kelembapan di ruang simpan,dan jenis produk yang diserang. Kumbang
betina meletakkan telur pada celah-celah atau di antara butiran-butiran bahan
secara tersebar atau terpisah-pisah. Beberapa hari kemudian telur menetas dan
larva segera merusak butiran atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-
kira dua kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva
tersebut menempatkan diri pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan
sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung abdomennya. Sering larva
membuat semacam kokon yang tidak sempurna di sudut-sudut tempat simpanan
atau bahan yang diserang. Selanjutnya, butiran beras yang terserang menjadi
mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali
akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama. Pengendalian
serangga hama sitophilus oryzae dapat dilakukan dengan menggunakan Musuh
alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit larva), semut
merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama.
Selain itu, penjemuran produk simpanan pada terik matahari merupakan salah satu
cara pengendalian yang baik, karena dengan adanya penjemuran ini hama
Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan yang
baik yang di tunjang dengan fasilitas penyimpanan lainnya , dan dengan
melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan.
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam
bahan-bahan simpanan di gudang.
2. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah sitophylus, carphophylus,
cylas formicarius, Lasioderma, dan hypotenemus hampei.
3.2 Saran
Kerjasama antara para praktikan dan asisten dapat lebih ditingkatkan lagi,
agar kegiatan praktikum berlangsung dengan lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Istiningdiah, Andini. 2010. Dasar- Dasar Perlindungan Tanaman. [serial online].
http://istiningdyah.blogspot.com/2010/07/laporan-dasar-dasar-
perlindungan_20.html. [diakses pada 28 November 2011].
Kartasapoetra, A. G. 1991. Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. Jakarta: PT
Rinka Cipta.
Saenong, M. Sudjak. 2009. KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA
HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM.
[serial Online]. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id. Prosiding Seminar
Nasional Serealia 2009. . [diakses pada 28 November 2011].
Winarno, F. G. 2006. Hama Gudang dan Teknik Pemberantasannya. Bogor: M-
Brio Press.
Yasin, Muhammad. 2009. KEMAMPUAN AKSES MAKAN SERANGGA HAMA
KUMBANG BUBUK DAN FAKTOR FISIKOKIMIA YANG
MEMPENGARUHINYA . [serial Online].
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id. Prosiding Seminar Nasional
Serealia 2009. . [diakses pada 28 November 2011].