Post on 22-Apr-2018
MODUL PERKULIAHAN
Perekonomian IndonesiaSistem Moneter Indonesia
Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh
Ekonomi & Bisnis Manajemen 14 Kode MK Abdul Gani, SE MM
Abstract KompetensiKebijakan moneter Setelah mempelajari modul 14 ini
mahasiswa mampu memahami tentang Perkembangan perekonomian Indonesia di Era Globalisasi
1. Pendahuluan
Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk
semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara
dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan
bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Sistem moneter internasional yang
berfungsi dengan baik akan memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta
mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Pembahasan inti dari sistem moneter
internasional adalah menentukan pengaturan sistem kurs tukar. Untuk itu dalam penulisan
makalah ini penulis akan membahas terkait dengan pengertian sistem moneter
internasional, sejarah terbentuknya system moneter internasional, fenomena aktual yamg
terkait moneter, serta Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di
asean
Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter
internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke sistem yang lain
diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini pun sistem moneter
internasional masih menjadi perhatian semua negara dan masih ingin merubah sistemnya
menjadi lebih berfungsi optimal. Belum lagi rencana anggota Negara-negara asean untuk
merumuskan kebijakan pemberlakuan mata uang bersama yang hanya berlaku tunggal di
kawasan asean. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat tema sistem moneter
internasional.
Dalam ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang memungkinkan suatu
negara dapat saling berhubungan satu dangan yang lain. Sistem tersebut disebut sebagai
sistem moneter internasional. Sistem moneter internasional menunjukkan seperangkat
kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana
suatu mata uang diitukarkan dengan mata uang lain.(Shapiro, 1992). Sistem keuangan
internasional dari sejarahnya telah mengalami begitu banyak perkembangan dan
transpormasi dari masa ke masa. Perkembangan ini disebabkan oleh adanya perubahan
ekonomi dan politik domestik serta internasional pada masing-masing masa.
Jika dalam skala domestik atau nasional problema ketidakseimbangan pembayaran
antar daerah dapat disesuaikan melaui pergerakan modal ataupun kebijakan fiskal dan
moneter, dalam skala internasional akan sedikit lebih rumit. Pembayaran yang tidak
seimbang antar negara dapat diselesaikan melalui financing, perubahan kebijakan domestik
2017 2 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
untuk menggeser pola perdagangan dan investasi, melalui kontrol devisa untuk melakukan
penjatahan pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan nilai tukar mata uang berubah
sesuai situasi dan kondisi. Sehingga yang terpenting dalam sistem moneter internasional
adalah tersedianya alat atau cara untuk menyesuaikan ketidakseimbangan pembayaran
internasional.
II. Sistem Moneter Internasional
2.1 Sistem Standar Emas (1876-1913)
Sistem standar emas internasional muncul mulai tahun 1870 di Inggris. Pemerintah
Inggris menetapkan nilai pounsterling dengan emas. Perkembangan industri yang terjadi di
Inggris serta perdagangan dunia yang makin berkembang pada abad 19 menambah
kepercayaan dunia terhadap emas. Kepercayaan ini diperkuat dengan ditemukannya
tambang emas di Amerika dan Afrika Utara. Dengan kejadian-kejadian tersebut sistem
standar emas merupakan suatu sistem yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1970
hingga perang dunia pertama.
Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran yang
lebih formal menjadi semakin terasa. Standar emas pada dasarnya menetapkan nilai tukar
mata uang negara berdasarkan emas. Pemerintah atau Negara yang bersangkutan harus
menjaga persediaan emas yang cukup untuk menjamin jual-beli emas. Jika pemerintah
negara lain juga menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan, maka kurs antar dua mata
uang bisa ditentukan. Nilai emas terhadap barang lain tidak banyak berubah dalam jangka
panjang, stabilitas nilai uang dan kurs mata uang tidak banyak berfluktuasi dalam jangka
panjang.
Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata uang fiat, nilai
mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap kemauan pemerintah menjaga
integritas menjag mata uang tersebut. Seringkali kepercayaan tersebut disalahgunakan.
Pemerintah kadang tergoda menerbitan uang baru, karena biaya produksi penerbitan
tersebut adalah 0 rupiah. Dengan menggunakan standar emas, nilai mata uang didasarkan
pada emas. Pemerintah tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang yang beredar ,
karena suplai uang dibatasi oleh suplai emas.
Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga selama negara-negara di dunia
memakai emas sebagai standar mata uangnya. Inflasi yang berkepanjangan tidak akan
terjadi di dalam situasi semacam itu.
2017 3 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
Dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta depresi dunia (1931-1934) negara-
negara di Eropa dilanda inflasi serta ketidaksetabilan politik. Sistem moneter Internasional
menjadi kacau. Kekacauan ini menimbulkan kurang kepercayaan dunia terhadap
pounsterling yang masih dikaikan dengan emas. Ponsterling makin lama makin lemah
posisinya. Kelemahan ini ditambah keharusan Inggris untuk memberi bantuan kepada
Jerman. Pada tahun 1931 Inggris menanggalkan standar emas dan pounsterlling jatuh
nilainya, diikuti oleh dolar Amerika.
2.2 Periode Perang Dunia (1914-1994)
Perang dunia I mengakhiri standar emas klasik. Periode antara kedua perang dunia
secara umum ditandai oleh kekacauan perdagangan dan keuangan internasional.
Terjadinya fluktuasi kurs sejak akhir perang sampai tahun 1925 (kecuali di Amerika Serikat,
yang kembali ke standar emas dalam tahun 1919). Mulai tahun 1925, suatu usaha dilakukan
untuk menetapkan kembali standar emas, akan tetapi runtuh tahun 1991 pada waktu
Depresi Besar. Kemudian disusul dengan periode persaingan Devaluasi, ketika negara-
negara mencoba untuk mengekspor pengangguran mereka (kebijakan mengemis tetangga
mereka). Tarif, kuota dan pengawasan nilai tukar juga meluas, dengan akibat volume
perdagangan dunia berkurang hampir setengahnya. Kecenderungan devlasioner dapat
diatasi sepenuhnya suaktu negara-negara dipersenjatai kembali untuk perang dunia II.
2..3 Periode Kurs Tetap
Periode ini dimulai dengan perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian ini, semua
negara menetapkan nilai tukar mata uangnya melaui emas, tetapi tidak diharuskan
memenuhi konverbilitas mata uang mereka dalam emas. Negara anggota diminta menjaga
kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dan bersedia menjaga kurs tersebut. IMF
membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata uangnya.
Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan.
Pasar keuangan dunia sempat tutup selama beberpa minggu dalam bulan Maret 1973.
Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang
ditentukan oleh kekuatan pasar.
2.2.4 Post Bretton Woods
Pada tanggal 22 Juli 1944 diadakan suatu konferensi moneter Internasional, yang
dikenal dengan The Bretton Woods Conference, yang dihadiri oleh 44 negara. Konferensi
tersebut bertujuan untuk menyusun rencana pembuatan sistem moneter. Dua tahun setelah
konferensi tersebut, didirikan IMF dan Bank Dunia untuk mengawasi sistem tersebut. .
2017 4 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
III PERAN BANK INDONESIA DAN STABILITAS KEUANGAN
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank
Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
(perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas
moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas
keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki
dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas
keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan
merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan
sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal.
Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem
keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang
mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank
Indonesia.
Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem
keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan
stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat
mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan
stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation
targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan
yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu
dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain,
sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu,
2017 5 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu
perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan
kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui
kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law
enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang
menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu,
upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan
stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk
menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah
menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam
sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan
mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko
yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat
sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi
risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan
menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem
RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan
kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia
memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem
pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses
informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara
macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan
mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem
keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator
macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan
tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui
fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran
2017 6 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari
terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan
likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang
menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat
sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami
kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya
moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus
diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.
KERANGKA STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Dalam kapasitasnya menjaga stabilitas sistem keuangan, tidak seluruh cakupan dalam sistem
keuangan berada dalam wewenang Bank Indonesia. Di sisi lain, sebagai sebuah sistem,
stabilitas keuangan harus dilakukan secara utuh. Oleh karena itu, dalam menjaga stabilitas
sistem keuangan secara menyeluruh diperlukan kerangka kerjasama dengan lembaga terkait
yaitu pemerintah dan otoritas jasa keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
duplikasi dan gesekan kepentingan dari masing-masing lembaga terkait. Gambaran umum
kerangka stabilitas sistem keuangan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Misi dan Tujuan
Penetapan misi dan tujuan dimaksudkan untuk memberikan landasan yang jelas bagi lembaga
yang memonitor stabilitas sistem keuangan. Di banyak negara, misi untuk menjaga stabilitas
keuangan dilakukan oleh bank sentral (misal: Inggris, Australia, Korea dan Malaysia). Di
Indonesia sendiri, tugas ini sudah termasuk dalam tugas pokok Bank Indonesia, yaitu
mencapai dan memelihara stabilitas Rupiah melalui stabilitas moneter dan didukung oleh
stabilitas keuangan. Jadi dalam prakteknya, fungsi untuk menjaga stabilitas moneter tidak
dapat terlepas dari fungsi menjaga stabilitas sistem keuangan.
Strategi
Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan diperlukan strategi monitoring stabilitas sistem
keuangan dan solusi bila terjadi krisis. Strategi tersebut mencakup koordinasi dan kerjasama,
pemantauan, pencegahan krisis dan manajemen krisis.
2017 7 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
1. Koordinasi dan kerjasama
Upaya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, selain dilakukan oleh Bank
Indonesia juga oleh instansi terkait lainnya. Jadi berbagai instrumen dalam stabilitas
sistem keuangan, tidak hanya ditentukan oleh bank sentral, tetapi juga oleh otoritas
lainnya. Untuk pengelolaan informasi dan efektivitas kebijakan dalam stabilisasi
sistem keuangan, maka perlu adanya koordinasi antara lembaga tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh otoritas yang terlibat dalam
stabilitas sistem keuangan, dapat terhindar dari pertentangan dan dampak negatif.
Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa koordinasi sulit terjadi apabila fungsi
pengawasan & pengaturan perbankan dipisahkan dari bank sentral. Namun jika
pemisahan terpaksa harus dilakukan, maka koordinasi dapat dilakukan melalui
pembentukan Forum Stabilitas Sistem Keuangan yang beranggotakan bank sentral
(Bank Indonesia), otoritas pengawas sistem keuangan, dan pemerintah yang didukung
oleh kekuatan hukum.
2. Pemantauan
Pemantauan terhadap stabilitas keuangan penting dilakukan untuk mampu mengukur
tekanan risiko yang akan timbul, khususnya gangguan yang bersifat sistemik atau
dapat menciptakan krisis. Melalui deteksi dini ini, pencegahan terjadinya instabilitas
keuangan yang mematikan perekonomian dapat dilakukan melalui kebijakan bank
sentral maupun pemerintah. Pemantauan stabilitas keuangan merupakan tugas bank
sentral yang merupakan satu kesatuan dalam menjaga stabilitas keuangan. Ada dua
indikator utama yang menjadi target pemantauan, yakni indikator microprudential dan
indikator makroekonomi. Kedua indikator tersebut saling melengkapi sebagai aksi
dan reaksi dalam sistem keuangan dan ekonomi. Pemantauan indikator
microprudential dilakukan terhadap kondisi mikro institusi keuangan dalam sistem
keuangan. Melalui pemantauan ini dapat diketahui potensi risiko likuiditas, risiko
pasar, risiko kredit dan rentabilitas institusi keuangan, yang dimaksudkan untuk
mengukur ketahanan sistem keuangan. Pemantauan indikator makroekonomi juga
perlu dilakukan terhadap kondisi makroekonomi domestik maupun internasional yang
berdampak signifikan terhadap stabilitas keuangan. Berdasarkan hasil pemantauan
tersebut, selanjutnya dilakukan analisis guna memprediksi kondisi stabilitas sistem
keuangan.
2017 8 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
Indikator Pengukuran Stabilitas Sistem Keuangan
Indikator microprudential (Agregat) Indikator makroekonomi
Kecukupan modal Pertumbuhan ekonomi
§ Rasio modal agregat § Tingkat pertumbuhan agregat
Kualitas Aset § Sektor ekonomi yang jatuh
- Bagi Kreditur BOP
§ Konsentrasi kredit secara sektoral § Defisit neraca berjalan
§ Pinjaman dalam mata uang asing § Kecukupan cadangan devisa
§ Pinjaman terhadap pihak terkait, kredit macet (NPL)
dan pencadangannya
§ Pinjaman luar negeri (termasuk
struktur jangka waktu)
- Bagi Debitur § Term of trade
§ DER (rasio hutang thd modal), laba perusahaan§ Komposisi dan jangka waktu aliran
modal
Manajemen Sistem Keuangan yang Sehat Inflasi
§ Pertumbuhan jumlah lembaga keuangan, dan lain-lain § Volatilitas inflasi
Pendapatan dan Keuntungan Suku Bunga dan Nilai Tukar
§ ROA, ROE, dan rasio beban terhadap pendapatan § Volatilitas suku bunga dan nilai tukar
Likuiditas § Tingkat suku bunga domestik
§ Kredit bank sentral kpd Lemb.Keu, LDR, struktur jangka
waktu aset dan kewajiban
§ Stabilitas nilai tukar yang
berkelanjutan
Sensitivitas terhadap risiko pasar § Jaminan nilai tukar
§ Risiko nilai tukar, suku bunga dan harga saham Efek menular
2017 9 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
2.3 Sistem Penetapan Kurs
Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok:
A. Free Float (Mengambang Bebas)
Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung
kekuatan pasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi, pertumbuhan
ekonomi, inflasi akan digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs mata uang negara
yang bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau penghargaan terhadap variable
tersebut berubah, kurs mata uang akan berubah. Sistem mengambang bebas juga disebut
sebagai clean float.
B. Float yang dikelola(Managed Float)
Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup
tinggi. Sistem float yang dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty float, dilakukan
melalui campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif.
Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi di luar
batasan yang telah ditetapkan. Beberapa bentuk intervensi:
2017 10 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
a) Menstabilkan fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini dengan tujuan menjaga
stabilasisasi kurs agar perubahan atau pergerakan kurs tetap teratur.
b) Menunda kurs (leaning against the wind). Melalui cara ini bank sentral melakukan
intervensi dengan tujuan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka pendek yang cukup
tajam, yang diakibatkan oleh kejadian yang sifatnya sementara.
c) Kurs tetap secara tidak resmi (unofficial pegging). Melalui cara ini Bank Sentral melawan
kekuatan pasar dengan menetapkan (secara resmi) kurs mata uangnya.
2.3.3 Perjanjian zona target tertentu
Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya
secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau batas
bawah, Bank Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.
2.3.4 Dikaitkan dengan mata uang lain
Sekitar 62 negara dari 162 negara anggota IMF mengkaitkan nilai mata uangnya
terhadap mata uang lainnya. Sebagian mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata
uang negara tetangga.
2.3.5 Dikaitkan dengan kelompok mata uang lain
Sekitar 21 negara mengkaitkan mata uangnya terhadap kelompok mata uang lainnya.
Basket, kelompok, atau portofolio mata uang tersebut biasanya terdiri dari mata uang
partner dagang yang penting. 19 negara mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap
portofolio yang mereka buat sendiri.
2.3.6 Dikaitkan dengan indikator tertentu
Dua negara, Chili dan Nikaragua, mengkaitkan mata uangnya terhadap indikator
tertentu, seperti kurs riil efektif, kurs yang telah memasukkan inflasi terhadap partner dagang
mereka yang penting.
2.3.7 Sistem kurs tetap
Di bawah sistem kurs tetap, pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs secara
resmi. Kemudian Bank Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif untuk
2017 11 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
menjaga kurs yang telah ditetapkan tersebut.
Jika kurs resmi dirasakan sudah tidak sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi negara
tersebut, devaluasi atau revaluasi dilakukan. Cara yang bisa dilakukan selain devaluasi
adalah :
pinjaman asing
pengetatan
pengendalian harga dan upah
pembatasan aliran modal keluar
2.4 Cara Melakukan Transaksi Internasional
Adapun cara untuk melakukan pembayaran internasional yang timbul akibat pagangan
dan peminjaman internasional antara lain sebagai berikut:
a. pembayaran dengan surat wesel dagang (Commercial Bill of Exchange atau Commercial
draft atau Trade Bill)
Surat wesel dagang adalah pembayaran yang dilakukan dengan cara eksportir menarik
surat wesel atas importir sejumlah harga barang-barang beserta biaya-biaya pengirimannya.
Dalam surat wesel tersebut harus dilampiri dokumen-dokumen berupa:
- faktur (invoice),
- konosemen atau surat muatan (bill of lading),
- daftar isi barang (packing list),
- surat keterangan asal barang (certificate of origin),
- surat keterangan pabean,
- surat asuransi (insurence).
Cara pembayaran semacam ini sekarang masih banyak digunakan dalam lalu lintas
pembayaran internasional. Dengan surat wesel, apabila eksportir membutuhkan uang
sebelum jatuh tempo, maka ia dapat menjualnya kepada pihak lain, yang kelak akan
menukarkannya kepada importir setelah wesel itu jatuh tempo.
b. Kompensasi pribadi
kompensasi pribadi adalah adalahcara pembayaran dengan mengalihkan penyelesaian
utang piutang pada seorang penduduk dalam satu negara tempat penduduk tersebut
tinggal.
2017 12 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
Cara pembayaran ini digunakan di Indonesia sekitar tahun 1960-an, namun sekarang sudah
tidak banyak lagi digunakan dalam perdagangan internasional.
c. Pembayaran tunai
Pembayaran tunai atau pembayaran di muka adalah pembayaran yang dilakukan dengan
menggunakan uang tunai atau cek, yang dilakukan bersama-sama dengan surat pesanan
atau menunggu diterimanya kabar bahwa barang yang telah dipesan dikapalkan oleh
eksportir. Cara pembayaran ini mempunyai risiko yang besar.
d. Pembayaran dengan letter of kredit
Letter of credit atau commercial letter of credit adalah surat yang dikeluarkan oleh bank atas
permintaan pembelian sejumlah barang di mana bank sendiri yang mengakseptir
(menyetujui) dan membayar surat wesel yang ditarik oleh eksportir.
Transaksi yang menggunakan fasilitas L/C terdiri atas:
- L/C biasa, artinya L/C dimana seorang importir bisa langsung membayar
sesuai dengan harga barang melalui bank yang ditunjuk
- Merchant L/C, artinya L/C dimana seorang importir dapat memasukkan
barang terlebih dahulu dengan melakukan pembayaran sebagian, sedangkan sisanya
dibayar kemudian.
- Indutrial L/C, artinya impor banang-barang industri atau barang modal
secara cepat dan tidak dipakai untuk barang konsumsi.
- Red Clause L/C, artinya L/C yang mencantumkan instruksi kepada
Advising Bank (bank yang ditunjuk) untuk melaksanakan pembayaran
sebagian dari jumlah L/C kepada eksportin sebelum mengapalkan
barang-barang ekspor.
- Usance L/C, artinya L/C yang pembayarannya baru dilakukan dengan
tenggang waktu tertentu, misalnya 1 bulan dari pengapalan barang atau 1 bulan setelah
penunjukan dokumen.
e. Pembayaran Kemudian atau Rekening Terbuka (Open Account)
2017 13 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
Pembayaran kemudian atau rekening terbuka adalah cara membiayai transaksi
perdagangan internasional di mana eksportir mengirimkan barang kepada importir tanpa
adanya dokumen-dokumen untuk meminta pembayaran. Pembayaran dilakukan setelah
barang laku dijual atau satu sampai dengan tiga bulan setelah tanggal pengiriman, sesuai
dengan penjanjian yang disepakati bersama. Sistem ini sangat membantu pengimpor
melakukan transaksi perdagangan, akan tetapi berisiko besar bagi pengekspor.
f. Pembayaran dengan Konsinyasi (Consign 4311`ment)
Pembayararan secara konsinyasi dilakukan setelah barang yang dikirim sudah terjual
seluruhnya atau sebagian. Metode ini biasanya dilakukan kepada orang yang telah dikenal
dengan baik. Jadi, barang yang akan dijual merupakan barang titipan untuk jangka waktu
tertentu dan pembayaran dengan termin waktu. Untuk memperkecil risiko penjual, sebaiknya
menggunakan jasa bank dalam pengiriman dokumen penagihan dan bonded warehouse
untuk penitipan barangnya. Apabila barang sudah terjual, pembeli membayar kepada bank
sejumlah uang atas nilai barang dan sebagai gantinya bank akan menyerahkan delivery
instruction kepada bonded warehouse untuk mengeluarkan barangnya.
2.5 Fenomena Aktual Ekonomi internasional
Fenomena yang terjadi saat ini khususnya di kawasan asean adalah penyatuan
mata uang di antara Negara asean, atau pencanangan mata uang tunggal. Hal tersebut
di lakukan kerena mengingat adanya keberhasilan kawasan ekonomi eropa
memberlakukan kebijakan mata uang bersama.Dari sisi ekonomi jika sekelompok negara
ternyata memiliki mata uang yang berkorelasi sangat erat, maka secara implisit kelompok
negara tersebut dapat menggabungkan mata uangnya.
Dengan kata lain negara tersebut dapat melepaskan kekuasaan moneternya
dan memberikan kepada suatu badan supra nasional (dalam wadah ekonomi
bersama).Salah satu contoh yang paling sukses dari proses penggabungan ini adalah
keberadaan European Monetary Union, (EMU) dan mata uang tunggal dengan European
Central Bank (ECB) sebagai bank sentralnya. Namun demikian proses kearah
penggabungan moneter sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Treaty Of Rome
(1957) dapat dikatakan titik tolak yang meletakkan dasar atau fase yang harus ditempuh
dalam rangka pembentukan komunitas ekonomi Eopa.Salah satu studi penting yang
melakukan penelitian terhadap kesiapan prasyarat optimum current area atau OCA di
ASEAN dan perbandingan versus Uni Eropa dilakukan oleh Bayoumi dan Mauro. Mereka
2017 14 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
berpendapat bahwa negara-negara ASEAN telah mencapai level yang sama dengan Uni
Eropa sebelum traktat Maastricth 1991 pada beberapa aspek.
Aspek tersebut adalah:
1. Perdagangan intra wilayah (yang diukur oleh share perdagangan internal
terhadap GDP).
2. Komposisi perdagangan berdasarkan type produk. Dengan berlangsungnya
transisi ekonomi, negara-negara di wilayah ini (kecuali Singapura) memiliki tendensi
sebagai Negara manufaktur.
3. Pola goncangan ekonomi. Meskipun dampak goncangan adalah lebih besar di
ASEAN tetapi kecepatan pemulihan lebih tinggi di wilayah ini. Dengan demikian dapat
dikatakan hasil bersih dari pola goncangan ekonomi semacam ini adalah cenderung
netral.
Namun demikian mereka juga menemukan beberapa faktor yang dianggap dapat
mengurangi daya tarik penyatuan moneter bagi wilayah ASEAN. Faktor-faktor ini adalah :
a) Diversifikasi budaya dan system politik di ASEAN cenderung lebih tinggi
dibandingkan Uni Eropa
b) Diversifikasi perdagangan yang signifikan.
2.6 Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di asean
2.6.1 Heterogenitas kultur masyarakat di kawasan asean
Masyarakat asean terdiri dari berbagai etnis, ras, budaya, bahasa, serta adat istiadat
yang berbeda-beda antar berbagai Negara, bahkan dalam satu lingkup negara pun masih
terdapat heterogenitas masyarakat di dalahnya, seperti yang terjadi di indonesia. Hal
tersebut menjadi salah satu penghambat penerapan mata uang tunggal di kawasan asean,
dari hal tersebut kemngkinan akan terjadi permasalahan di dalamnya, diantaranya konflik-
konflik kerena latarbalakang yang berbeda-beda.
2.6.2 Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di kawasan asean
Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di kawasan asean terutama
yang terdapat di Negara-negara seperti indonesia, Timor leste, dan Negara lain yang masih
tergolong Negara berkembang menjadi salah satu penghambat dari peneapan mata uang
2017 15 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
tunggal di kawasan asean. Karna faktor pendidikan sangat domonan dalam melakukan
transformasi-transformasi di sebuah kawasan atau Negara.
2.6.3 Kondisi dan letak geografis kawasan asean
Kondisi serta letak geografis Negara-negara di kawasan asean yang terdiri dari ribuan
pulau yang masing-masing di pisahkan oleh laut, menjadikan arus mobilitas, baik dari segi
ekonomi maupun social agak terganggu. Karena keberhasilan arus mobolitas sebuah
kawasan faktor yang utama di dukung oleh akses lalulintas ekonomi yang baik, serta mudah
di jangkau.hal tersebut menjadi salah stu masalah dalam memberlakukan penerapan mata
uang tunggal asean.
2.6.4 Kondisi keamanan yang belum setabil
Konflik-konflik yang terjadi di kawasan asean baik konflik horizontal.vertikal, maupun
diagonal yang terjadi di dalam Suatu Negara atau sengketa antar Negara belum dapat di
minimalisir secara optimal oleh pemerintah masing-masing Negara di kawasan asean,
Daftar Pustaka
1. Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 1982.
2. Suroso, P.C., Perekonomian Indonesia, Buku Panduan Mahasiswa, Gramedia, Jakarta, 1994.
3. Djojohdikusumo, Soemitro, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1993.
4. Sjahrir, “Kemiskinan, Keadilan dan Kebersamaan”, Makalah pada Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Ke-13, Medan, 1996.
5. Sutjipto, E. “Suatu Ikhtisar Lembar Pengajaran Wawasan Nusantara”, dalam Bunga Rampai Wawasan Nusantara I, LEMHANAS, 1981.
6. Santoso, Budi, “Dinamika dan Pertumbuhan Ekonomi rakyat dalam Perspektif Strategi Pembangunan”, dalam Daya Saing Perekonomian Indonesia Menyongsong Era Pasar Bebas, Diterbitkan dalam rangka Dies Natalis Universitas Trisakti ke-31, Media Ekonomi Publising (MEP),…..
7. Tambunan, Tulus T.H., Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, 1996.
8. Kartili, J.A., Prof. Dr., Sumber Daya Alam, untuk pembangunan nasional, Ghalia Indonesia, Jakarta 1983.
2017 16 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id
2017 17 Perekonomian Indonesia
PusatBahan Ajar dan eLearningAbdul Gani, SE MM http://www.mercubuana.ac.id