Post on 21-Dec-2015
description
MAKALAH
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT & NAMA-NAMA CAIRAN INFUS
Dosen: Zia Abdul Aziz
Disusun Oleh:
Intan Kusuma Fabriyani
2014.B.15.0373
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Cairan dan Elektrolit & Nama-Nama Cairan Infus”
dengan lancar.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan cairan dan elektrolit & nama-nama
cairan infus. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis,
penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.
Palangka Raya, April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan
fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang
konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan
keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh
selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit
atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya
tetap stabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan
mempertahankan konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan
asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya
termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih
kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan
elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis
kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh
yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara
proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita.
Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung
sedikit air.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah.
1.2.2 Tujuan Khsusus
1) Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan ciran dan elektrolit.
2) Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam cairan infus.
1.3 Manfaat Penulis
Manfaat penulisan makalah ini ditujukan kepada mahasiswa dan pembaca
agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
cairan dan elektrolit dan macam-macam cairan infus.
1.4 Rumusan Masalah
1) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan cairan
dan elektrolit yang terdiri dari:
a. Pengkajian keperawatan?
b. Diagnosa keperawatan?
c. Perencanaan keperawatan?
d. Tindakan keperawatan?
e. Evaluasi?
2) Apa saja macam-macam pada cairan infus?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan kpmposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Perubahan komposisi dan volume cairan tubuh yang disebabkan oleh
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit disebabkan oleh berbagai macam
penyakit. Sebagian besar gangguan ini disebabkan oleh penyakit saluran cerna. Di
dalam tubuh homostatis dijaga oleh aktifitas yang merupakan kerjasama antara
lingkungan, hormonal, ginjal, adaptasi vaskular untuk perubahan volume dan
tekanan osmotik.
Cairan tubuh dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:
1. Cairan Intraseluler
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh.
2. Cairan Ekstraseluler
Cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu:
1) Cairan Intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler.
2) Cairan Intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel.
3) Cairan Traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Cairan dan
Elektrolit
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
meliputi pengkajian riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis misalnya
berat badan harian, tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi keseimbangan cairan dan
elektrolit. Ketepatan pengkajian yang dilakukan perawat sangat berpengaruh
terhadap kualitas asuhan keperawatan yang dilakukannya. Terkait dengan
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, maka ada beberapa aspek yang perlu
dikaji oleh perawat antara lain:
a. Aspek biologis, seperti:
1) Usia. Usia memengaruhi distribusi cairan dan elektrolit dalam tubuh. Pada
saat mengkaji klien, perawat perlu menghitung adanya perubahan cairan
yang berhubungan dengan proses penuaan dan perkembangan.
2) Jenis kelamin. Persentase cairan tubuh pada laki-laki berbeda dengan
wanita di mana wanita lebih sedikit persentase cairan tubuhnya
dibandingkan laki-laki.
3) Berat badan. Perlu dikaji berat badan sebelum sakit dengan berat badan
saat sakit. Pengkajian ini diperlukan untuk mengukur persentase
penurunan berat badan dalam menentukan derajat dehidrasi.
4) Riwayat kesehatan. Riwayat kesehatan yang dapat menyebabkan
gangguan dalam homeostasis cairan dan elektrolit, misalnya kolitis
ulseratif dan diabetes melitus. Dikaji juga mengenai terapi penyakit yang
dijalani klien, seperti mengonsumsi obat-obatan kemoterapi antikanker.
5) Tanda vital meliputi suhu, respirasi, nadi, dan tekanan darah.
Peningkatan suhu dapat menimbulkan kehilangan cairan dan
elektrolit karena peningkatan insensible water loss (IWI). Sebaliknya,
penurunan suhu tubuh akan mengakibatkan penurunan IWI.
Pengkajian terhadap respirasi meliputi frekuensi, kedalaman, pola
napas, dan suara napas. Frekuensi napas yang cepat dapat meningkatkan
insensible water loss. Napas yang cepat dan dalam mungkin merupakan
kompensasi tubuh terhadap asidosis metablik yang terjadi. Suara napas
bronki, rales dapat menandakan terbentuknya cairan dalam paru-paru
karena kelebihan volume cairan.
Nadi dapat mengindikasikan volume cairan tubuh. Nadi yang lemah
dapat menandakan kekurangan volume cairan karena penurunan volume
intravaskuler. Sedangkan, nadi kuat menandakan kelebihan volume cairan.
Tekanan darah perlu dikaji apakah terjadi peningkatan atau
penurunan. Pada penurunan tekanan darah dapat menandakan kekurangan
volume cairan karena penurunan isi sekuncup dan ketidakseimbangan
elektrolit yang menyebabkan distrimia. Sedangkan peningkatan tekanan
darah dapat menandakan kelebihan volume cairan karena peningkatan isi
sekuncup selain itu juga perlu dikaji intake dan output cairan klien.
6) Pemerikasaan Fisik
Sistem kardiovaskuler. Pengkajian ini meliputi pengukuran distensi
vena jugularis, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, bunyi jantung,
disritmia, dan lain-lain.
Sistem pernapasan. Pengkajian pada sistem ini antara lain frekuensi
pernapasan, gangguan pernapasan seperti dispnea, rales, dan bronki.
Sistem persarafan. Pengkajian ini antara lain perubahan tingkat
kesadaran, gelisah atau kekacauan mental, refleks-refleks abnormal,
perubahan neuromuskular misalnya berupa kesemutan, parestesia,
fatigue.
Sistem gastrointestinal. Pengkajian ini antara lain meliputi riwayat
anoreksia, kram abdomen, abdomen cekung, abdomen distensi,
muntah, diare, hiperperistaltik.
Sistem perkemihan. Pengkajian ini antara lain perlu dikaji adakah
oliguria atau anuria, berat jenis urine.
Sistem muskuloskeletal. Pengkajian ini antara lain adakah kram otot,
kesemutan, tremor, hipotonsitas atau hipertonisitas, refleks tendon.
Sistem integumen. Pengkajian ini antara lain suhu tubuh, turgor kulit
tidak elastis, kelembapan pada bibir, adanya edema, kulit dan
membrane mukosa kering, kulit dingin dan lembab, kulit kemerahan
b. Aspek psikologis
Pada aspek psikologis ini, perlu dikaji adanya masalah-masalah perilaku
atau emosional yang dapat meningkatkan risiko gangguan cairan dan elektrolit.
c. Aspek sosiokultural
Pada aspek ini, perlu dikaji adanya faktor sosial, budaya, finansial, atau
pendidikan yang memengaruhi terhadap terjadinya gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit.
d. Aspek spiritual
Perlu dikaji apakah klien mempunyai keyakinan, nilai-nilai yang dapat
memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit. Misalnya, apakah klien mempunyai
pantangan untuk tidak menerima transfusi darah manusia?
DAFTAR PUSTAKA
Pediatri, Sari.2004.Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada Penyakit
Saluran Cerna.(Pdf).From:http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/6-1-
6s.pdf.Diakses 19 April 2015.