Post on 08-Feb-2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Uang mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian karena uang merupakan alat transaksi pembayaran dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berfungsi sebagai alat tukar, uang harus
diterima/mendapat jaminan kepercayaan. Pada masa ini jaminan kepercayaan itu
diberikan pemerintah berdasarkan undang-undang atau keputusan yang
berkekuatan hukum. Dengan fungsinya sebagai alat transaksi, uang amat
mempermudah dan mempercepat kegiatan pertukaran dalam perekonomian
modern.
Uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-
hari. Dan ada pula yang berpendapat bahwa “uang” merupakan “darah”-nya
perekonomian, karena di dalam masyarakat modern dewasa ini, dimana
mekanisme perekonomian berdasarkan lalu lintas barang dan jasa semua kegiatan-
kegiatan ekonomi akan memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai
tujuan .1
Peranan uang sangat strategis dalam memainkan peranannya dalam
perekonomian suatu Negara. Walaupun saat ini berkembang suatu penggunaan
transaksi keuangan secara elektronik, namun tidak mengurangi pentingnya
transaksi secara tunai. Terlebih lagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih
menggunakan uang kertas (kartal)
2
1 Iswardono SP., Uang dan Bank, Edisi Keempat, Cetakan Kelima (Yogyakarta): BPFE, 1997,
hlm.3. 2 Tim Peneliti Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung, “Ringkasan Penelitian Hukum
Tindak Pidana di Bidang Mata Uang”, Makalah Dalam Seminar Kejahatan Terhadap Mata Uang
dan Upaya Penegakan Hukumnya di Wilayah Sumatera Utara Pada Tanggal 14 Januari 2006 di
Biro Rektor USU, Medan hlm. 7-8.
.
Universitas Sumatera Utara
2
Peranan uang ini menimbulkan keinginan setiap manusia untuk memiliki
uang sebanyak-banyaknya. Dimana menimbulkan gangguan berupa tindakan-
tindakan yang melanggar hukum 3
3 PAF. Lamintang dan Theo Lamintang, Kejahatan Membahayakan Kepercayaan Umum
Terhadap Surat, Alat Pembayaran, Alat Bukti, dan Peradilan, edisi kedua. Sinar Grafika. Jakarta.
2009. Hal 162-163.
, dimana pengaruhnya dapat mengganggu
kelancaran mekanisme di bidang perekonomian, yang akhirnya akan berpengaruh
kepada bidang-bidang lain. Segala aspek kehidupan saat ini tidak lepas dari yang
namanya uang. Tidak satupun peradaban di dunia tidak mengenal uang. Jika
adapun, maka perekonomian dalam peradaban tersebut pasti tidak berkembang.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan kepada suatu
kebutuhan yang mendesak, kebutuhan pemuas diri dan bahkan kadang-kadang
mereka menghadapi desakan untuk mempertahankan status diri. Secara umum
kebutuhan setiap manusia itu akan dapat dipenuhi, walaupun tidak seluruhnya.
Terhadap kebutuhan yang mendesak pemenuhannya dan harus dipenuhi dengan
segera biasanya sering dilaksanakan tanpa pemikiran yang matang yang dapat
merugikan lingkungan atau manusia lain.
Seiring dengan perkembangan teknologi banyak orang yang semakin
pandai, tetapi kepandaian tersebut tidak diimbangi dengan etika dan moral yang
baik sehingga banyak orang yang menggunakan kepandaian tersebut untuk
kepentingan sendiri. Motif ekonomi seringkali mendorong munculnya berbagai
tindak pidana yang baru dan inovatif. Misalnya mumculnya kejahatan cyber
crime, money laundering, pemalsuan uang, kejahatan perbankan, dan lain
sebagainya. Manusia cenderung mencari celah-celah hukum dengan kecanggihan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Sepanjang ada niat untuk memperkaya sendiri,
adanya sarana, adanya jalan yang dapat digunakan dan adanya tujuan dan sasaran
yang potensial untuk dapat dikuasai maka kesempatan untuk munculnya jenis
kejahatan baru akan selalu ada.
Universitas Sumatera Utara
3
Maraknya berbagai jenis kejahatan merupakan suatu bukti bahwa tingkat
moralitas dan akhlak masyarakat sudah mulai berkurang. Sebagai contoh akhir-
akhir ini banyak terjadi aksi-aksi penipuan salah satunya yaitu maraknya
pemalsuan uang dan pengedarannya. Kejahatan pemalsuan uang dan
pengedarannya, tidak hanya melanda warga kota bahkan sudah sampai ke seluruh
pelosok tanah air .4
Memalsu uang ataupun mengedarkan uang palsu adalah jalan paling
pintas dari semua jalan pintas yang pernah digunakan manusia dengan berbagai
macam tujuan ekonomis alasannya karena tindakan ini tidak perlu membeli
senjata, bergadang sampai malam mengintai mangsa, mengatur scenario,
merampok juragan emas, menghindari kejaran polisi, sembunyi, dan baru menjual
hasil rampokannya selang beberapa saat kemudian .
5
Kejahatan pemalsuan uang dan pengedarannya dewasa ini semakin
merajarela dalam skala yang besar dan sangat merisaukan dimana dampak yang
paling utama yang ditimbulkan oleh kejahatan pemalsuan uang dan
pengedarannya yaitu dapat mengancam kondisi moneter dan perekonomian
nasional. Masyarakat Indonesia memiliki mayoritas ekonomi menegah kebawah
dan tentu saja keberadaan uang palsu ini akan sangat merugikan terhadap
masyarakat Indonesia sendiri terutama terhadap masyarakat ekonomi bawah.
Contoh yang dapat kita amati secara sederhana adalah jika seorang pedagang
bakso keliling setiap harinya harus berkeliling untuk menjual dagangannya,
sementara itu ia juga menjadi tumpuan keluarga dan tulang punggung keluarga
yang harus membiayai istri dan anaknya. Penghasilan per harinya sekitar
Rp.50.000,00. Namun si pedagang akan sangat merugi dan terpukul jika ternyata
uang hasil dagangannya tersebut adalah uang palsu yang tidak dapat digunakan. Ia
tidak hanya merugi karena uang tersebut tidak dapat digunakan untuk modal
4 “Skripsi Pemalsuan Uang”, diakses dari http”//Scribd.com/doc/18544984/skripsi-pemalsuan-
uang#scribd, pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 04.35. 5 Arianti, E. Ayu Sunarti, Bencana Uang Palsu Sumber Pembusukan Bangsa Dari Dalam Tubuh
Sendiri, edisi pertama. elsTreba. Yogtakarta 2000. Hal v.i
Universitas Sumatera Utara
4
usahanya kembali, namun ia juga merugi karena ia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya akan dirinya sendiri maupun keluarganya. Hal diatas terjadi karena
umumnya masyarakat umumnya tidak cukup mengerti bagaimana membedakan
uang asli dengan uang palsu, apalagi apabila uang palsunya tersebut dibuat
dengan sangat canggih sehingga sangat sulit dibedakan dengan yang aslinya.
Masyarakat juga kebanyakan tidak melengkapi diri dengan detector ultraviolet
yang tidak murah harganya. Mereka sudah cenderung mempercayakan
penyelenggaraan infrastrukstur keras maupun lunak mereka kepada Negara.
Kebanyakan Kasus pemalsuan uang dan pengedarannya dilakukan oleh
para residivis. Hal ini menunjukkan ketidak-jeraan para pelaku, karena mungkin
sanksi hukum pidana terlalu ringan dan tidak ada denda pada pasal 244, 245
KUHP, atau memang masyarakat tak melakukan pencelaan terhadap tindak
pidana ini, baik secara lahir maupun secara batin (jiwa manusia) 6
1. Bagaimanakah ketentuan hukum terhadap tindak pidana pemalsuan dan
pengedaran uang palsu dalam hukum positif Indonesia ?
.
Atas dasar uraian di atas mengenai kasus pemalsuan uang dan
pengedarannya yang kebanyakan dilakukan oleh para residivis maka Penulis
tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang “PENERAPAN SANKSI
PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN
PENGEDARAN UANG PALSU”. Dengan melakukan studi kasus pada perkara
No. 1515/Pid.B/2013/PN.MDN.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalah dalam skripsi ini adalah :
6 Satjipto Rahardjo, Hukum, Polisi dan Residivis, Seminar Kajian Residivis dan Pembinaannya,
Jakarta, 14-15 Januari 1992
Universitas Sumatera Utara
5
2. Bagaimanakah penerapan hukum pidana materil dam hukum pidana formil
terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu di
dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1515/Pid.B/2013/PN/MDN
?
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah disebut di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami ketentuan hukum yang berlaku
terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan uang dan pengedarannya dalam
hukum positif Indonesia.
2. Untuk mengetahui kesesuaian antara Putusan Pengadilan Negeri Medan
No.1515/Pid.B/2013/PN/MDN dengan hukum pidana formil dan hukum
pidana materil yang berlaku di Indonesia.
Adapun manfaat daripada penelitian ini antara lain :
1. Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk
memberikan masukan untuk perkembangan kemajuan hukum pidana serta
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai tindak pidana
pemalsuan uang dan pengedarannya.
2. Secara Praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
informasi atau referensi bagi kalangan akademis dan calon peneliti yang
akan melakukan penelitian lanjutan terhadap penerapan sanksi pidana
dalam tindak pidana pemalsuan uang dan pengedarannya.
Universitas Sumatera Utara
6
D. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul “Penerapan Sanksi Pidana Dalam Tindak Pidana
Pemalsuan Uang Dan Pengedarannya ” sepengetahuan penulis belum ada penulis
lain yang mengemukakannya, dan penulis telah mengkonfirmasikannya kepada
Sekretariat Departemen Pidana.
E. Tinjauan Pustaka
1. Tentang Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 Jo
Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Disertai Dengan Pengertian, Fungsi,
Ciri-Ciri, Dan Keaslian Uang Rupiah Beserta Dasar Hukum Pengeluaran
Dan Pengedaran Uang Rupiah Di Indonesia
1.1 Pengertian Bank Indonesia
Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No 23 Tahun 1999 Jo
Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia
adalah Bank Sentral Republik Indonesia. 7
7 Pasal 4 Undang-Undang No.3 tahun 2004 Jo UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
Bank Sentral Republik Indonesia
adalah Bank yang berfungsi sebagai bank sirkulasi dan sebagai induk dari bank-
bank lain (banker of banks). Adapun bank-bank yang dibawah naungan bank
sentral yaitu :
1. Bank Umum
2. Bank Swasta
3. Bank Syariah
4. Bank Perkreditan
Universitas Sumatera Utara
7
Berdasarkan Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Jo
Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tetang Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah
lembaga Negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal yang
secara tegas diatur dalam Undang-Undang ini. 8 Kedudukan Bank Indonesia
sebagai lembaga Negara yang independen berada di luar pemerintahan
mempunyai konsekuensi bahwa Bank Indonesia juga mempunyai kewenangan
mengatur dan membuat/ menerbitkan peraturan yang merupakan pelaksanaan
Undang-Undang.9 Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968
dimana Bank Indonesia merupakan lembaga yang tugasnya membantu pemerintah
dan menjalankan tugasnya berada di bawah koordinasi Dewan Moneter sebagai
otoritas moneter tertinggi dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan
pengaturan moneter dan perbankan.10
Dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia
memiliki satu tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 Jo UU No 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, maka
Bank Indonesia menjadi lembaga independen yang berada di luar pemerintahan,
dan hubungannya dengan pemerintah Bank Indonesia hanya bertindak sebagai
pemegang kas pemerintah.
1.2 Tujuan, Tugas Bank Indonesia
11
8 Loc.cit 9 Prof.Dr.Thamrin Abdullah, M.M., M.Pd., Dr. Francis Tantri, S.E., M.M., Bank Dan Lembaga
Keuangan, Edisi Pertama. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2014. Hlm 83.
10 Loc.cit 11 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomoe 3 Tahun 2004
tentang Bank Indonesia.
dan
nilai tukar yang wajar merupakan prasarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Kestabilan nilai rupiah akan tercermin pada stabilitas harga,
stabilitas ekonomi, stabilitas pendapatan riel masyarakat serta pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
8
ekonomi yang baik dengan ditandai oleh kenaikan daya beli masyarakat pada
umumnya. Sedangkan kegagalan dalam memelihara stabilitas nilai rupiah ditandai
dengan kenaikan harga pada umumnya, penurunan daya beli masyarakat. Gejala
ini secara umum adalah adanya tingkat inflasi yang relatif tinggi sehingga
kepercayaan terhadap mata uang menurun baik di mata nasional maupun di mata
internasional.12
Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Dalam rangka
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank Indonesia berwenang .
Secara garis besar ada 3 tugas Bank Indonesia dalam rangka mercapai
dan memelihara kestabilan nilai rupiah seperti yang telah diungkapkan di atas,
yaitu :
a. Menetapkan Dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
13
12 Prof.Dr.Thamrin Abdullah, M.M., M.Pd., Dr. Francis Tantri, S.E., M.M. Op,cit., hlm 79 13 Kasmir, S.E.,M.M., Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi revisi. PT.Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 2014. Hlm 159.
a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memerhatikan sasasaran laju
inflasi yang ditetapkannya.
b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang
termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
- operasi pasar terbuka di pasar uang, baik mata uang rupiah maupun valuta
asing
- penetapan tingkat diskonto
- penetapan cadangan wajib minimum
- pengaturan kredit atau pembiayaan
Universitas Sumatera Utara
9
c. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, paling lama
Sembilan puluh hari kepada Bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka
pendek bank yang bersangkutan.
d. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah
ditetapkan.
e. Mengelola cadangan devisa.
f. Menyelenggarakan survey secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan yang
bersifat makro dan mikro.
b. Mengatur Dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Berdasarkan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Dalam tugas
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Bank Indonesia berwenang
: 14
14 Ibid, hlm 160.
a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa
sistem pembayaran.
b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan kegiatannya.
c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.
d. Mengatur sistem kliring antar bank baik dalam mata uang rupiah maupun asing.
e. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank.
f. Menetepakan macam, harga, cirri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.
Universitas Sumatera Utara
10
g. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan
memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan penggantian dengan
nilai yang sama.
c. Mengatur Dan Mengawas Bank
Pengaturan dan pengawasan Bank diarahkan untuk mengoptimalkan
fungsi perbankan Indonesia sebagai :
1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga
penghimpun dan penyalur dana ;
2. Pelaksana kebijakan Moneter;
3. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta
pemerataan; agar tercipta sistem perbankan yang sehat, baik sistem perbankan
secara menyeluruh maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan
masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi
perekonomian nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan dengan
menerapkan :
1. Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi);
2. Kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking); dan
3. Pengawasan Bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten
ketentuan intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip
kehati-hatian.
Berdasarkan pasal 26 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Jo
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, dalam Pengaturan dan Pengawasan Bank,
Bank Indonesia memiliki wewenang sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
11
1. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu kewenangan untuk
menetapkan tata cara perizinan dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian
izin oleh Bank Indonesia meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha
bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank,
pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian
izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan usaha-usaha tertentu.
2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu kewenangan untuk
menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan
dalam rangka menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa
perbankan yang diinginkan masyarakat.
3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu kewenangan
melakukan pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-site
supervision) dan pengawasan tidak langsung (off-site supervision). Pengawasan
langsung dapat berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus, yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan
untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta
untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang
membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu
pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan
bank, laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya. Dalam pelaksanaannya,
apabila diperlukan Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap
bank termasuk pihak lain yang meliputi perusahaan induk, perusahaan anak,
pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur bank. Bank Indonesia dapat
menugasi pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan tugas
pemeriksaan.15
15 “Tujuan Pengaturan Dan Pengawasan Bank”, diakses dari
http”//bi.go.id/id/perbankan/ikhtisar/pengaturan/tujuan-dan-kewenangan/Contents/Default.aspx,
pada tanggal 26 Maret 2016 pukul 23.35.
Universitas Sumatera Utara
12
1.3 Pengertian Uang
Dalam keadaan seperti ini sulit untuk mencari orang yang tidak mengenal
uang. Uang sudah digunakan untuk segala keperluan sehari-hari dan merupakan
suatu kebutuhan dalam menggerakkan perekonomian suatu Negara. Bahkan yang
uang yang mula-mula hanya digunakan sebagai alat tukar, sekarang ini sudah
berubah menjadi multifungsi. Begitu pula dengan jenis-jenis uang yang sudah
demikian beragam, terutama yang digunakan sebagai alat tukar-menukar.
Seperti diketahui awal mula dikenalnya uang adalah akibat dari kesulitan
masyarakat dalam melakukan tukar menukar di masa lalu. Kendala utama dalam
melakukan pertukaran adalah sulit untuk memperoleh barang dan jasa yang
diinginkan sesuai dengan jenis barang dan jasa pada saat yang dibutuhkan.
Kendala seperti ini terjadi pada saat perekonomian dalam suatu wilayah masih
menggunakan sistem barter untuk memperoleh barang maupun jasa.
Sistem barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan
barang atau barang dengan jasa atau sebaliknya. Sistem ini merupakan sistem
yang pertama kali dikenal di dalam perdagangan dunia. Namun, sistem ini mulai
ditinggalkan akibat dari banyaknya kendala dalam setiap kali melakukan
pertukaran dan mulai dikenalnya sarana pertukaran yang lebih efisien.
Beberapa kendala yang sering dialami sistem barter dalam melakukan
pertukaran antara lain, sebagai berikut :
1. Sulit untuk menemukan orang yang mau menukarkan barangnya yang sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkan.
2. Sulit untuk menentukan nilai barang yang akan ditukarkan terhadap barang
yang diinginkan.
3. Sulit menemukan orang yang mau menukarkan barangnya dengan jasa yang
dimiliki atau sebaliknya.
4. Sulit untuk menemukan kebutuhan yang mau ditukarkan pada saat yang cepat
sesuai dengan keinginan. Artinya untuk memperoleh barang yang diinginkan
memerlukan waktu yang terkadang relatif lama.
Untuk mengatasi segala kendala yang ada oleh para ahli dipikirkanlah
sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat tukar yang lebih efisien dan efektif.
Universitas Sumatera Utara
13
Alat tukar tersebut adalah yang kita kenal dengan nama “uang” seperti sekarang
ini. Dengan ditemukannya uang segala kendala di atas dapat diatasi, bahkan
fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar saja, melainkan beralih ke fungsi-
fungsi lainnya yang jauh lebih luas.
Secara umum uang tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar, akan tetapi
juga memiliki fungsi-fungsi lainnya seperti sebagai alat satuan hitung, penimbun
kekayaan atau sebagai standar pencicilan utang. Kemudian uang biasanya hanya
dapat dipergunakan dalam satu wilayah tertentu, misalnya Negara, karena bisa
saja satu mata uang tertentu tidak berlaku di Negara lain dan sebaliknya, namun
bisa saja satu mata uang Negara tertentu berlaku di semua Negara seperti mata
uang US Dollar.
Dalam perekonomian yang semakin modern seperti sekarang ini uang
memainkan peranan yang sangat penting bagi semua kegiatan masyarakat. Uang
sudah merupakan suatu kebutuhan, bahkan uang menjadi salah satu penentu
stabilitas dan kemajuan perekonomian di suatu Negara. Namun demikian, bukan
berarti sistem barter sudah lenyap, tetapi masih digunakan untuk tingkat
perdagangan tertentu saja seperti perdagangan antarnegara dan di daerah
pedesaan.
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pengertian uang secara
luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran
dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang, sebagai alat
untuk melakukan pembelian barang dan jasa, sebagai alat penimbun kekayaan 16
16 Kasmir, S.E.,M.M.,Op.cit., hlm 12-14
.
1.4 Fungsi Uang
Pada umumnya fungsi uang dipergunakan oleh masyarakat sebagai alat
tukar menukar, dalam pembayaran dan sebagainya. Tetapi fungsi uang yang
sebenarnya dibagi menjadi empat fungsi, pertama uang sebagai alat tukar
menukar, kedua uang sebagai kesatuan hitung, ketiga uang sebagai alat penimbun
kekayaan, keempat uang sebagai standar pembayaran berjangka atau standar
pencicilan utang. Mari kita lihat satu per satu fungsi uang tersebut di atas.
Universitas Sumatera Utara
14
a. Alat Tukar- Menukar
Fungsi uang yang pertama adalah sebagai alat tukar – menukar. Fungsi
uang sebagai alat tukar-menukar didasarkan pada kebutuhan manusia yang
mempunyai barang dan kebutuhan manusia yang tidak mempunyai barang dimana
uang adalah sebagai perantara diantara mereka. Dengan uang tersebut seseorang
bisa memiliki/mempunyai barang dan orang yang memiliki barang bisa menerima
uang sebagai harga dari barang tersebut. Dengan demikian, uang sebagai harga
dari barang dan uang juga digunakan sebagai harga dari pihak produsen ke
konsumen. Dalam kaitan ini kita bisa memerhatikan pandangan-pandangan dari
teori modern yang berdasarkan dari suatu analisis makro bahwa secara makro
uang mempunyai fungsi yang tertentu dalam masyarakat yaitu sebagai perantara
dalam pertukaran sehingga secara makro setiap orang mempunyai penghargaan
masing-masing terhadap suatu benda yang dianggap sebagai uang. Oleh karena
itulah, uang mempunyai fungsi tertentu yaitu sebagai perantara. Dengan demikian,
uang yang berfungsi sebagai alat tukar-menukar yang sesungguhnya adalah untuk
mempermudah kehidupan manusia sehari-hari, walaupun tidak setiap orang
menyadari peranan uang dalam kehidupannya.
b. Satuan Hitung
Fungsi lain uang adalah sebagai satuan hitung atau unit of account. Yang
dimaksudkan sebagai satuan hitung adalah uang sebagai alat yang digunakan
untuk menunjukkan nilai barang dan jasa yang diperjualbelikan di pasar dan
besarnya kekayaan yang bisa dihitung berdasarkan penentuan harga dari barang
tersebut.
Melalui alat yang dinamakan uang akan terjadilah berbagai kesatuan
hitung yang kemudian kesatuan itu diseragamkan dalam kesatuan hitung tertentu.
Sebagai satuan hitung seseorang akan bisa menggunakan uang untuk
membedakan kegiatan yang satu dengan yang lain. Disinilah perlunya peranan
uang untuk bisa menyatakan perhitungan-perhitungan masyarakat dan perhitungan
tersebut tentunya mempunyai kaitan dalam kegiatan ataupun transaksi masyarakat
baik dia sebagai produsen mau dia sebagai konsumen, pengambilan keputusan
dalam bidang ekonomi akan bisa mudah dilakukan bila ada kesatuan hitung.
Universitas Sumatera Utara
15
Segala perhitungan dalam bidang ekonomi akan kesulitan bila tidak ada satu alat
yang bisa mengukur suatu nilai atau tidak ada alat yang bisa menyatakan
perhitungan nilai dari barang tersebut.
c. Penimbun kekayaan
Fungsi yang ketiga uang sebagai alat penimbun kekayaan akan bisa
memengaruhi jumlah uang kas yang ada pada masyarakat. Masyarakat yang
mempunyai uang bisa menggunakan uang tersebut untuk dibelanjakan, tapi juga
bisa disimpan untuk keperluan yang lain di kemudian hari. Bagi masyarakat yang
memiliki kelebihan uang dari kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya, akan
mau menyimpan uang tersebut dalam bentuk uang tunai baik disimpan di rumah
sendiri ataupun disimpan pada bank atau pihak-pihak lain. Artinya uang tersebut
setiap saat apabila dia memerlukan ada dan bisa ditunaikan setiap saat. JM Keynes
dalam teori liquidity preference mengemukakan berbagai alasan mengapa orang
cenderung untuk menyimpan uang dalam bentuk uang tunai. Alasan itu adalah:
alasan transaksi, alasan untuk berjaga-jaga serta alasan untuk berspekulasi.
d. Standar Pencicilan Utang
Uang juga berfungsi sebagai standar untuk melakukan pembayaran
berjangka atau pencicilan utang. Penggunaan uang sebagai standar pencicilan
utang erat berkaitan dan bersamaan waktunya dengan penerimaan masyarakat
sebagai alat ukur ataupun alat satuan hitung. Oleh karena kegiatan utang piutang
berkaitan dengan uang atau merupakan suatu gejala yang umum dalam dunia
perdagangan dan perekonomian masyarakat, dengan adanya uang digunakan
untuk melakukan pembayaran utang piutang secara tepat dan cepat, baik secara
tunai ataupun angsuran, akan bisa meningkatkan usaha perekonomian ataupun
usaha-usaha perdagangan karena uang telah bisa dijalankan sebagai alat untuk
mengatur pembayaran tersebut. 17
17 Prof.Dr.Thamrin Abdullah, M.M., M.Pd., Dr. Francis Tantri, S.E., M.M.,Op.cit., hlm 45- 47.
Universitas Sumatera Utara
16
1.5 Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah
Keaslian Rupiah dapat dikenali melalui ciri-ciri yang terdapat baik pada
bahan yang digunakan untuk membuat uang (kertas, plastic atau logam), desain
dan warna masing-masing pecahan uang. Maupun teknik pencetakannya.
Sebagian dari ciri-ciri yang terdapat pada uang rupiah tersebut, selain
berfungsi sebagai ciri untuk membedakan antara satu pecahan dengan pecahan
lainnya, dapat berfungsi juga sebagai alat pengamanan dari ancaman tindak
pidana pemalsuan uang. Alat pengamanan tersebut terdiri dari alat pengamanan
yang kasat mata, kasat raba dan pengamanan yang baru terlihat dengan
menggunakan alat bantu berupa sinar ultra violet (UV lights), sinar infra merah
(infra red lights), kaca pembesar (loupe), dan plastik tertentu untuk melihat
scramble image. 18
a. Ciri-Ciri Pada Bahan Uang
Bahan yang digunakan untuk membuat uang kertas rupiah dibuat
sedemikian rupa sehingga memberikan ciri-ciri tertentu yang ditujukan untuk
pengamanan terhadap ancaman tindak pidana pemalsuan uang. Bahan uang
tersebut dapat dibedakan dalam 2 jenis, yaitu kertas dan bahan plastic (Polymer).
1. Bahan Kertas Uang
Ciri- ciri uang yang dibuat dari bahan kertas yaitu terdiri dari :
a). Bahan Kertas Uang
Adalah kertas yang terbuat dari serat kapas atau campuran dengan bahan
lainnya, yang diproses secara khusus sehingga tidak memendar di bawah
sinar ultra violet (UV lights).
b).
Adalah gambar berupa kepala Pahlawan Nasional yang dibuat dengan cara
menipiskan serat kertas sehingga terlihat jelas apabila diterawangkan ke
arah cahaya, baik dari bagian muka maupun dari bagian belakang.
Tanda Air (Water Mark)
18 Poniman, SH, Tesis Kebijakan Penal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Uang Palsu, hlm
37.
Universitas Sumatera Utara
17
c). Benang Pengaman (Security Thread)
Adalah bahan dari plastik yang ditanam pada kertas uang dan akan terlihat
sebagai garis melintang dari atas ke bawah apabila diterawang ke arah
cahaya. Benang pengaman tersebut dapat dibuat tidak memendar
(fluorescent) dibawah sinar ultra violet dengan penampakan satu warna
(single color fluorescent) atau beberapa warna (multi color/rainbow
fluorescent).
d). Electrotype
Adalah gambar berbentuk hiasan yang dibentuk dengan cara seperti
pembuatan tanda air (water mark) namun lebih tipis sehingga akan terlihat
lebih terang dari pada penampakan tanda air, apabila diterawangkan ke arah
cahaya.
e).
Adalah serat berwarna yang disebarkan secara acak di atas kertas uang
sehingga penempatannya tidak pernah sama pada setiap lembar uang. Serat
tersebut terdiri dari serat yang kasat mata dan serat yang baru terlihat
apabila disinari dengan ultra violet.
Serat-serat (Vibres)
19
2. Bahan Plastik (Polymer)
Ciri-ciri yang terdapat pada uang berbahan plastik (polymer) terdiri dari :
a). Bahan Plastik (Polymer)
Adalah Plastik yang terbuat dari bijih plastic yang diproses secara khusus
dengan diberi lapisan (coating) sehingga tidak memendar dibawah sinar
ultra violet (UV lights).
b). Bayangan Gambar (Translucent Shadow Image)
Adalah bayangan gambar yang dapat dilihat dibawah cahaya dari sisi
tertentu.
c).
Adalah jendela transparan yang memuat gambar hologram (Optically
Variable Divices/OVD) yang terlihat dari sisi muka dan belakang serta akan
Jendela Transparan (Transparent Security Window)
19 Ibid, hlm 38.
Universitas Sumatera Utara
18
menampakkan perubahan warna bila dilihat dari sudut pandang yang
berbeda.
d).
Adalah jendela transparan yang berwarna dan memuat suatu filter untuk
melihat gambar (metameric print) di sisi tertentu yang berfungsi sebagai alat
penguji keaslian uang (self-authentication).
Jendela Berwarna (Color Security Window)
20
b. Ciri-Ciri Pada Desain Warna
Desain dan warna dari setiap pecahan uang Rupiah telah dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan cirri-ciri tertentu, baik untuk
keperluan keindahan maupun untuk pengamanan terhadap ancaman tindak pidana
pemalsuan uang, yang meliputi :
a. Gambar utama bagian muka dan bagian belakang
b. Gambar dan ornamen pendukung lainnya.
c. Warna dominan uang.
d. Ukuran uang.
c. Ciri-Ciri Pada Teknik Cetak Uang
Teknik cetak uang rupiah yang dilakukan oleh perusahaan percetakan
uang dapat memberikan ciri-ciri tertentu, baik untuk keperluan keindahan maupun
untuk pengamanan terhadap ancaman tindak pidana pemalsuan uang. Tinta cetak
yang digunakan dalam pencetakan uang merupakan security ink yang istimewa
dibanding dengan tinta cetak untuk pencetakan securitas lainnya. Teknik cetak
tersebut adalah terdiri dari :
1.
20 Ibid, hlm 39 – 40.
Cetak Intaglo
Adalah hasil cetak timbul berbentuk relief yang terasa kasar apabila diraba.
Hasil cetakan ini merupakan alat pengaman yang sangat tinggi terutama pada
bagian wajah gambar utama, karena pada setiap wajah yang digunakan sebagai
gambar utama memiliki karakteristik masing-masing sehingga akan sulit untuk
dipalsu.
Universitas Sumatera Utara
19
2. Rectoverso (See Trough Register)
Adalah hasil cetak yang beradu tepat atau saling mengisi antara bagian muka
dan belakang sehingga penampakannya waktu diterawangkan ke arah cahaya
tidak boleh bergeser sedikit pun.
3. Nomor Seri Yang Memendar
Adalah hasil cetak berupa nomor seri yang selain kasat mata juga akan
memendar dibawah sinar ultra violet.
4. Latent Image/Multilayer Latent Image
Adalah hasil cetak lebih dari satu objek dalam suatu tempat yang akan tampak
jelas apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
5. Huruf/Angka Micro
Adalah hasil cetak berupa huruf/angka dengan ukuran yang sangat kecil
sehingga baru dapat dibaca jelas apabila dilihat dengan menggunakan kaca
pembesar.
6. Hasil Cetakan Yang Tidak Kasat Mata (Invisible Ink)
Adalah hasil cetak dengan menggunakan tinta khusus sehingga tidak kasat
mata dan baru akan terlihat jelas apabila disinari dengan ultra violet.
7. Tinta Berubah Warna (Optical Variable Ink/OVI)
Adalah hasil cetak yang mengkilap (glittering) yang warnanya akan berubah
apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Teknik cetak ini dilakukan
untuk menghindari ancaman pemalsuan dengan mesin foto kopi berwarna.
8. Latar (Screen)
Adalah hasil cetak berupa garis yang sangat halus dengan satu atau beberapa
warna yang memberikan kesan warna dominan dari suatu pecahan uang.
9.
Adalah hasil cetak berupa garis-garis sangat halus yang tidak terputus dan
membentuk alur-alur seperti rajut.
Guilloche
21
21 Ibid, hlm 40 - 42.
Universitas Sumatera Utara
20
Berikut akan dijelaskan mengenai penempatan ciri-ciri keaslian yang
terdapat pada uang, dapat dilihat pada penjelasan gambar di bawah.
1. Rupiah Kertas Pecahan Rp 100.000 Tahun Emisi 2004
Universitas Sumatera Utara
21
Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp 100.000 tahun
emisi 2004, yaitu:
a. Ukuran uang : 151 mm X 65 mm.
b. Bahan uang : Serat Kapas.
c. Warna Dominan : Merah.
d. Tanggal Terbit : 1 Agustus 2011.
e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.
f. Gambar Utama
- Bagian Muka : -DR. IR. SOEKARNO.
-DR. H. MOHAMMAD HATTA.
- Bagian Belakang : Gedung MPR dan DPR RI.
2. Rupiah Kertas Pecahan Rp 50.000 Tahun Emisi 2005
Universitas Sumatera Utara
22
Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp50.000 tahun
emisi 2005, yaitu :
a. Ukuran uang : 149 mm X 65 mm.
b. Bahan Uang : Serat Kapas.
c. Warna dominan : Biru.
d.Tanggal Terbit : 1 Agustus 2011.
e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.
f. Gambar utama
-Bagian muka : I GUSTI NGURAH RAI.
- Bagian Belakang : Danau Beratan, Bedugul.
Universitas Sumatera Utara
23
3. Rupiah Kertas Pecahan Rp 20.000 Tahun Emisi 2004
Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp 20.000 tahun
emisi 2004, yaitu :
a. Ukuran uang : 147 mm X 65 mm.
b.Bahan Uang : Serat kapas.
c. Warna dominan : Hijau.
d. Tanggal terbit : 1 Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara
24
e. Penandatanganan : Gubernur, Dewan Gubernur.
f. Gambar utama
- Bagian muka : OTO ISKANDAR DI NATA.
- Bagian belakang : Pemetik teh.
4. Rupiah Kertas Pecahan Rp.10.000 Tahun Emisi 2005
Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp 10.000 tahun
emisi 2005, yaitu :
a. Ukuran uang : 145 mm X 65 MM.
b. Bahan uang : Serat kapas.
Universitas Sumatera Utara
25
c. Warna dominan : Ungu kebiruan.
d. Tanggal terbit : 3 Juni 2010.
e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.
f. Gambar utama
- Bagian muka : SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II.
- Bagian belakang : Rumah Limas, Palembang.
5. Rupiah Kertas Pecahan Rp 5.000 Tahun Emisi 2001
Universitas Sumatera Utara
26
Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp 5.000 tahun
emisi 2001, yaitu :
a. Ukuran uang : 143 mm X 65 mm.
b. Bahan uang : Serat kapas.
c. Warna dominan : Hijau dan coklat.
d. Tanggal terbit : 6 November 2001.
e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.
f. Gambar utama
- Bagian muka : TUANKU IMAM BONDJOL.
- Bagian belakang : Pengrajin tenun.
6. Rupiah Kertas Pecahan Rp 2.000 Tahun Emisi 2009
Universitas Sumatera Utara
27
Adapun ciri-ciri lainnya uang rupiah kertas pecahan Rp 2.000 tahun
emisi 2009, yaitu :
a. Ukuran uang : 141 mm X 65 mm.
b. Bahan uang : Serat kapas.
c. Warna dominan : Abu-abu.
d. Tanggal terbit : 10 Juli 2009.
e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.
f. Gambar utama
- Bagian muka : PANGERAN ANTASARI.
- Bagian belakang : Tarian Adat Dayak.
Universitas Sumatera Utara
28
7. Rupiah Kertas Pecahan Rp 1.000 Tahun Emisi 2000
Adapun ciri-ciri lain dari uang rupiah kertas pecahan Rp 1.000 tahun
emisi 2000, yaitu :
a. Ukuran uang : 141 mm X 65 mm.
b. Bahan uang : Serat kapas.
c. Warna dominan : Biru dan hijau.
d. Tanggal terbit : 29 November 2000.
e. Penandatanganan : Dewan Gubernur.
f. Gambar utama
- Bagian muka : KAPITAN PATTIMURA.
- Bagian belakang : Pulau Maitara dan Tidore.
Universitas Sumatera Utara
29
8. Rupiah Logam Pecahan Rp 1.000 Tahun Emisi 2010
9. Rupiah Logam Pecahan Rp 500 Tahun Emisi 2003
10. Rupiah Logam Pecahan Rp 200 Tahun Emisi 2003
11. Rupiah Logam Pecahan Rp 100 Tahun Emisi 1999
Universitas Sumatera Utara
30
12. Rupiah Logam Pecahan Rp 50 Tahun Emisi 1999
1.6 Dasar Hukum Pengeluaran Dan Pengedaran Uang Rupiah Di Indonesia
Dasar Hukum pengeluaran dan pengedaran uang rupiah di Indonesia,
terdiri dari :
1. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 23 ayat (3) yang berbunyi : “Macam dan
harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang”. Dalam penjelasan
Undang-Undang dasar tersebut dikemukakan bahwa “Bank Indonesia yang
akan mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas, ditetapkan dengan
undang-undang”.22
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Jo Undang-Undang No.3 Tahun 2004
tentang Bank Indonesia, mengatur :
a.
Pasal 19
Bank Indonesia berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan
dikeluarkan, bahan yang akan digunakan dan tanggal mulai berlakunya
sebagai alat pembayaran yang sah.
22 Pasal 23 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Universitas Sumatera Utara
31
b.
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan
memusnahkan uang yang dimaksud dari peredaran.
Pasal 20
23
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/14/PBI/2004 tentang Pengeluaran,
Pengedaran, Pencabutan Dan Penarikan, Serta Pemusnahan Uang Rupiah,
mengatur :
a. Pasal 2
1). Bank Indonesia menetapkan macam Uang, harga Uang, ciri Uang yang
akan dikeluarkan, serta Bahan Uang yang digunakan.
2). Dalam menetapkan Ciri Uang dan Bahan Uang, Bank Indonesia
berwenang menetapkan desain Uang, spesifikasi Uang, dan spesifikasi
Bahan Uang.
b. Pasal 5
Bank Indonesia menetapkan tanggal mulai berlakunya uang yang
dikeluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Republik
Indonesia.
c. Pasal 7
1). Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang
mengedarkan uang kepada masyarakat.
2). Pelaksanaan pengedaran Uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang disetujui oleh Bank
Indonesia.
d.
b. Uang yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomis dan atau kurang diminati oleh
masyarakat.
Pasal 11
Bank Indonesia melakukan pemusnahan terhadap :
a. Uang tidak layak edar; dan
24
23 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Bank
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
32
4. Undang- Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata uang, mengatur :
a.
1). Pengelolaan Rupiah meliputi tahapan :
Pasal 11
a. Perencanaan;
b. Pencetakan;
c. Pengeluaran;
d. Pengedaran ;
e. Pencabutan dan Penarikan ; dan
f. Pemusnahan.
2). Perencanaan, Pencetakan, dan Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan
Pemerintah.
3). Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang
melakukan pengeluaran, pengedaran dan/atau Pencabutan dan Penarikan
Rupiah.
4). Dalam melaksanakan pengedaran rupiah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Bank Indonesia menentukan nomor seri uang kertas.
b.
1). Perencanaan dan penentuan jumlah Rupiah yang dicetak dilakukan oleh
Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan Pemerintah.
Pasal 13
2). Penyediaan jumlah Rupiah yang beredar dilakukan oleh Bank Indonesia.
c.
1). Pencetakan Rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia.
Pasal 14
2). Pencetakan Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di
dalam negeri dengan menunjuk badan usaha milik Negara sebagai
pelaksana Pencetakan Rupiah.
3). Dalam hal badan usaha milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menyatakan tidak sanggup melaksanakan Pencetakan Rupiah,
Pencetakan Rupiah dilaksanakan oleh badan usaha milik Negara bekerja 24 Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/14/PBI/2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran,
Pencabutan Dan Penarikan, Serta Pemusnahan Uang Rupiah.
Universitas Sumatera Utara
33
sama dengan lembaga lain yang ditunjuk melalui proses yang transparan
dan akuntabel serta menguntungkan Negara.
4). Pelaksana Pencetakan Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing.
d.
1). Pengeluaran Rupiah dilakukan dan ditetapkan oleh Bank Indonesia,
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta
diumumkan melalui media massa.
Pasal 15
2). Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibebaskan dari bea materai.
3). Bank Indonesia menetapkan tanggal, bulan dan tahun mulai berlakunya
Rupiah.
e.
1). Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang
mengedarkan rupiah kepada masyarakat.
Pasal 16
2). Pengedaran Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Bank Indonesia sesuai dengan kebutuhan jumlah uang beredar.
3). Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengedarkan Rupiah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bank
Indonesia.
f.
1). Pencabutan dan Penarikan Rupiah dari peredaran dilakukan dan
ditetapkan oleh Bank Indonesia, ditempatkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia, serta diumumkan melalui media massa.
Pasal 17
2). Pencabutan dan Penarikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan penggantian oleh Bank Indonesia sebesar nilai nominal yang
sama.
3). Hak untuk memperoleh penggantian Rupiah yang telah dicabut dan
ditarik dari peredaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku
setelah 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal pencabutan.
Universitas Sumatera Utara
34
4). Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria penggantian atas Rupiah yang
dicabut dan ditarik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bank Indonesia.
g.
c. Rupiah yang sudah tidak berlaku.
Pasal 18
1). Pemusnahan terhadap Rupiah yang ditarik dari peredaran dilakukan oleh
Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan Pemerintah.
2). Jumlah dan nilai nominal Rupiah yang dimusnahkan ditempatkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.
3). Kriteria Rupiah yang dimusnahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa :
a. Rupiah yang tidak layak edar;
b. Rupiah yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu
tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis dan/atau kurang diminati
oleh masyarakat; dan/atau 25
a. Peratutan Bank Indonesia Nomor 16/14/PBI/2014 tentang Pengeluaran dan
Pengedaran Uang Rupiah Kertas Pecahan 100.000 (Seratus Ribu) Tahun
Emisi 2014 Dalam Bentuk Uang Rupiah Kertas Bersambung
5. Ketentuan-Ketentuan lainnya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada
waktu penerbitan uang rupiah baru dan pada waktu pemusnahan uang rupiah.
Contohnya :
26
b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/1/PBI/2016 tentang Jumlah Dan Nilai
Nominal Uang Rupiah Yang Dimusnahkan Tahun 2015
.
27
25 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. 26 Peratutan Bank Indonesia Nomor 16/14/PBI/2014 tentang Pengeluaran dan Pengedaran Uang
Rupiah Kertas Pecahan 100.000 (Seratus Ribu) Tahun Emisi 2014 Dalam Bentuk Uang Rupiah
Kertas Bersambung. 27 Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/1/PBI/2016 tentang Jumlah Dan Nilai Nominal Uang
Rupiah Yang Dimusnahkan Tahun 2015
.
Universitas Sumatera Utara
35
2. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut Hukum
Positif Di Indonesia
a. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut KUHP
Tindak pidana terhadap pemalsuan dan pengedaran uang palsu secara
menyeluruh di dalam KUHP terdapat pada pasal 244 KUHP sampai dengan pasal
252 KUHP. Pasal 248 telah dihapus melalui stb. Tahun 1938 No. 593.
Tindak pidana pemalsuan mata uang dan uang kertas, dapat juga disebut
dengan kejahatan peniruan dan pemalsuan uang kertas dan mata uang, yang
kadang juga disingkat dengan sebutan pemalsuan uang. Disebut dengan
“peniruan” dan “pemalsuan” uang, karena perbuatan dalam pemalsuan uang
tersebut terdiri dari meniru dan memalsu. Penyebutan tindak pidana peniruan dan
pemalsuan uang tepat, apabila hanya dilihat dari rumusan pasal 244 KUHP.
Namun sesungguhnya tindak pidana mengenai mata uang, yang objeknya uang,
sesungguhnya lebih luas daripada sekedar memalsu dan meniru uang. Misalnya
mengedarkan uang palsu atau yang dipalsu (pasak 245), mengurangi nilai mata
uang (pasal 246) dan mengedarkannya (pasal 247) dan lain-lain. Objek tindak
pidana disebut dengan “mata uang” dan “uang kertas”, karena benda uang tersebut
terdiri dari uang kertas dan mata uang (uang logam). Objek mata uang dan uang
kertas tersebut baik yang dikeluarkan oleh Negara atau bank 28
1. Ancaman pidana maksimum tindak pidana pemalsuan uang rata-rata berat.
Ada tujuh bentuk tindak pidana pemalsuan uang dalam Bab X Buku II
KUHP, yaitu meniru atau memalsu uang (Pasal 244), sengaja
mengedarkan mata uan atau uang kertas palsu atau dipalsu (Pasal 245),
kejahatan merusak uang (Pasal 246), mengedarkan uang rusak (Pasal 247),
.
Dalam Sistem Hukum pidana kita, tindak pidana terhadap mata uang dan
uang kertas merupakan tindak pidana yang berat, terbukti dari dua hal, yaitu :
28 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pemalsuan, Cetakan Pertama. PT.Raja Grafindo.
Jakarta. 2014. Hal 45.
Universitas Sumatera Utara
36
mengedarkan uang rusak, tidak asli atau dipalsu yang lain dari pasal 245
dan pasal 247 (Pasal 249), membuat atau mempunyai persedian benda atau
bahan untuk meniru, memalsu uang atau mengurangi nilai mata uang
(Pasal 250), menyimpan kepingan perak yang dianggap mata uang (Pasal
251). Dua diantara 7 tindak pidana tersebut diancam dengan pidana
penjara maksimum 15 tahun (Pasal 244 dan 245), dua dengan pidana
penjara maksimum 12 tahun (Pasal 246 dan 247), satu dengan pidana
penjara maksimum 6 tahun (Pasal 250). Sementara sisanya diancam
dengan pidana penjara maksimum 1 tahun (Pasal 250 bis) dan pidana
penjara maksimum 4 bulan 2 minggu (Pasal 249).
2. Keberlakuan norma hukum tindak pidana mengenai uang berlaku asas
universaliteit.29 Maksudnya adalah bagi setiap orang di luar wilayah
Hukum Indonesia melakukan tindak pidana mengenai mata uang dan uang
kertas Indonesia, diberlakukan hukum pidana Indonesia (Pasal 4 angka 2
KUHP) 30
Diberlakukannya asas universaliteit bukan saja berhubungan dengan
maksud memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan hukum
masyarakat dan Negara Indonesia, melainkan juga memberikan perlindungan
hukum bagi masyarakat Internasional. Sebagai contoh, hukum pidana Indonesia
dapat digunakan untuk memidana seorang warga Negara asing yang memalsu
uang Negara yang kemudian melarikan diri ke luar negeri, dimana Negara
tersebut tidak mempunyai perjanjian mengenai ekstradisi dengan Indonesia
.
31
.
29 Pasal 4 angka 2 KUHP menyatakan, bahwa ketentuan pidana dalam perundang-undangan
Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan di luar Indonesia “Suatu kejahatan
mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau bank, ataupun mengenai
materai yang dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia”. 30 Adam Chazawi, Ardi Ferdian, Op.cit., hlm 46. 31 Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
37
b. Tindak Pidana Pemalsuan Dan Pengedaran Uang Palsu Menurut Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang
Ketentuan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dianggap belum mengatur
secara kompherensif jenis perbuatan dan sanksi yang diancamkan. Dengan dasar
pemikiran tersebut, lahirlah peraturan hukum baru yang membahas mengenai
Rupiah sebagai mata uang Indonesia yang diharapkan dapat menjadi suatu
langkah baru dalam upaya pemberantasan tindak pidana pemalsuan dan
pengedaran uang palsu di Indonesia, berikut larangan dan sanksi terhadap tindak
pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu menurut Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2011 tentang mata uang.
1. Larangan
Isi dari bab VII dari UU RI Nomor 7 Tahun 2011 merupakan larangan
atas beberapa perbuatan yang berkaitan dengan pemalsuan dan pengedaran uang
palsu yang terdiri dari 5 pasal, mulai dari pasal 24 sampai pasal 27 Yaitu
mengenai larangan terhadap tindakan terhadap Meniru Rupiah (Pasal 24),
Merusak Rupiah (Pasal 25), Memalsu Rupiah (Pasal 26), Memproduksi Atau
Memiliki Persediaan Bahan Untuk Membuat Rupiah Palsu (Pasal 27)
2. Ketentuan Pidana
Ketentuan Pidana Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan dan Pengedaran
Uang Palsu secara menyeluruh terdapat di dalam pasal 34 sampai pasal 41
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Ada 4 bentuk tindak
pidana terkait dengan pemalsuan dan pengedaran uang palsu yang terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011, yaitu :
1. Meniru dan mengedarkan Rupiah tiruan (Pasal 34);
2. Sengaja merusak, memotong, menghancurkan dan/atau mengubah Rupiah,
membeli, menjual, mengekspor atau mengimpor Rupiah yang sudah dirusak,
dipotong, dihancurkan dan/atau diubah (Pasal 35);
3. Memalsu Rupiah dan menyimpan Rupiah palsu (Pasal 36);
Universitas Sumatera Utara
38
4. Memproduksi atau memiliki persediaan bahan untuk membuat Rupiah palsu
(Pasal 37);
Sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran
uang palsu dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata uang
memiliki ancaman hukuman maksimal pidana penjara seumur hidup dan pidana
denda paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) (Pasal 36
ayat (5)), (Pasal 37 ayat (1) dan (2)), dan (Pasal 28 ayat (2)). Berbeda dengan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang memiliki ancaman hukuman
maksimal pidana penjara 15 (lima belas) tahun.
Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, objek
mata uang terbatas hanya di mata uang Indonesia, saja yaitu Rupiah 32
32 Diakses dari http: Respository.Usu.ac.id pada tanggal 16 Juni 2016
.
Universitas Sumatera Utara
39
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif
yaitu penelitian dilakukan dengan cara lebih dahulu meneliti bahan-bahan
perpustakaan hukum yang berhubungan dengan permasalahan dan selanjutnya
melihat secara obyektif melalui ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan dan menganalisis
permasalahan yang dikemukakan yang bertujuan untuk mendeskriptifkan secara
konkret tentang Penerapan Sanksi Pidana Dalam Tindak Pidana Pemalsuan Uang
Dan Pengedarannya.
2. Sumber data
Penelitian ini mengumpulkan sumber-sumber selanjutnya dijadikan
sebagai bahan dalam pengolahan data yang bersumber dari :
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang,
Putusan Pengadilan dan buku-buku literatur yang menyangkut pemalsuan uang.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah memakai data
sekunder yakni studi pustaka dengan cara mempelajari literatur-literatur buku
tentang pemalsuan uang.
4. Analisa Data
Data akan dianalisa secara kualitatif dengan mempelajari berbagai
literature buku. Karena sifat penelitian adalah deskriptif maka semua data yang
dikumpulkan kemudian diseleksi serta dianalisis sedang data yang diperoleh di
putusan pengadilan akan dianalisis sesuai dengan data yang diperlukan sehingga
akan diperoleh gambaran dalam prakteknya terhadap permasalahan yang ingin
dijawab.
Universitas Sumatera Utara
40
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjadi salah satu metode yang dipakai dalam
melakukan penulisan skripsi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam
melakukan penulisan skripsi ini. Hal ini juga bertujuan untuk mempermudah
dalam menyusun serta mempermudah pembaca untuk memahami dan mengerti isi
skripsi ini. Keseluruhan skripsi ini meliputi 4 (empat) bab yang secara garis besar
isi dari bab perbab diuraikan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang, permasalahan, tujuan dan
manfaat penulisan, tinjau kepustakaan, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : KETENTUAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA
PEMALSUAN UANG DAN PENGEDARANNYA
Dalam bab ini akan diuraikan tentang bagaimana pengaturan
tindak pidana pemalsuan uang dan pengedarannya dalam Hukum
positif yang berlaku di Indonesia.
BAB III : KAJIAN YURIDIS TINDAK PIDANA PENGEDARAN
UANG PALSU DITINJAU DARI PUTUSAN PENGADILAN
NEGERI MEDAN NOMOR 1515/Pid.B/2013/PN.MDN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang bagaimana pengaturan
tindak pidana pengedaran uang palsu di dalam Putusan
Pengadilan Negeri Medan Nomor 1515/Pid.B/2013/PN.MDN.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir yang memuat kesimpulan dan
saran setiap permasalahan.
Universitas Sumatera Utara