Post on 30-Jan-2018
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-1
4.
Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung merupakan
salah satu pekerjaan yang harus dilaksanakan berdasarkan metode dan pendekatan
teknis yang tepat dan sesuai dengan standard an aturan yang ada, Penilaian andal atau
tidaknya sebuah bangunan gedung tentunya akan dilihat dari beberapa aspek.
Pendekatan teknis dan metodologi memegang peran penting dan utama untuk
terlaksananya sebuah output yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini
pendekatan teknis (technical approach) mempunyai pengertian terutama dikaitkan pada
langkah-langkah seperti halnya penapisan (screening), pelingkupan (scoping),
pelaksanaan (processing) serta manajemen pelaksanan dan pengelolaan. Sedangkan
metode kerja (methodology) mempunyai pengertian yang lebih mengarah pada kriteria,
prinsip dan formulasi analisis dalam masing-masing langkah penanganan tersebut.
Pendekatan teknis dan metodologi kerja dalam kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan
Kelaikan Bangunan Gedung di Kota Semarang yang akan dibahas dan dijabarkan di sini
hanya akan menekankan pada aspek-aspek secara makro sebelum menginjak ke
pelaksanaan di lapangan.
4.1. DASAR HUKUM PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN
Dalam pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan
Gedung di Kota Semarang tahun 2010, tentunya memiliki pedoman-pedoman dan acuan
yang dijadikan sebagai dasar dari seluruh konsep dan metode pelaksanaan. Dasar hukum
tersebut adalah sebagai berikut:
Bab ini memaparkan dasar-dasar hukum yang berkaitan dengan bangunan gedung dan teknis pelaksanaan bangunan gedung serta peraturan yang digunakan dalam proses pelaksanaan pemeriksaan keandalan bangunan gedung. Selain itu dalam bab ini menjelaskan tentang pendekatan dan metodologi dalam pelaksanaan pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan gedung di Kota Semarang tahun 2010.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-2
4.1.1. Dasar Hukum Pemeriksaan Keandalan Bangunan
Dasar hukum yang digunakan adalah:
1. PERMEN PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
2. UU RI no 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
3. PP no 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
4.1.2. Dasar Hukum Terhadap Aksesibilitas Penyandang Cacat
1. PP no 30/ PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
2. PERMEN PU No 38/ PRT/ 2007 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
4.1.3. Dasar Hukum Tentang Pengamanan Kebakaran
1. KEPMENEG PU No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan
terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
2. SK MEN PU No 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penaggulangan Kebakaran di Perkotaan
3. SK Dirjen Perumahan dan Permukiman tentang Petunjuk Teknis Rencana
Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung
4. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah No 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk
Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung
5. PERMEN PU no 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
4.1.4. Dasar Hukum Tentang Persyaratan Ijin dan Sertifikasi
1. PERMEN PU No 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Ijin Mendirikan
Bangunan
2. PERMEN PU No 26/ PRT/M/2007 Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung
3. PERMEN PU no 24/ PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan
Perawatan Gedung
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-3
4. PERMEN PU No 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
5. PERMEN PU No 25/ PRT/M/2007 Tentang Pedoman Sertifikasi Laik Fungsi
Bangunan Gedung
4.2. KERANGKA PIKIR
Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung dimulai
pemaharnan akan latar belakang, perlunya penyusunan permasalahan yang ada, tujuan
serta manfaat penyusunan yang telah dirumuskan sebelumnya. Proses pernahaman ini
kernudian diteruskan dengan perumusan konsep, penentuan metode pelaksanaan dan
penentuan tahapan - tahapan pelaksanaan kegiatan.
4.2.1. Pengertian Umum
Keandalan Bangunan Gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi
persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan bangunan gedung
sesuai dengan kebutuhan fungsi yang ditetapkan.
Pemeriksaan Keandalan Bangunan yang merupakan tolok ukur dimana sebuah
bangunan gedung dinyatakan laik fungsi, tentunya akan diuji secara teknis apakah
bangunan tersebut memenuhi persyaratan seperti yang telah ditentukan oleh
pemerintah. Persyaratan teknis bangunan diatur dalam PERMEN PU NO 29 TAHUN 2006.
Peraturan tersebut merupakan dasar hukum dari persyaratan teknis yang harus dimiliki
sebuah bangunan gedung.
4.2.2. Proses Pemeriksaan Keandalan Bangunan secara Umum
Untuk mengevaluasi keandalan sebuah bangunan gedung, maka diperlukan
sebuah proses yang secara umum akan dituangkan dalam diagram alur pikir berikut:
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-4
Gambar 4-1 diagram alur pikir proses kegiatan pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan gedung
TAHAP PERSIAPAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDALAMAN & PEMAHAMAN KAK
KAJIAN KEPUSTAKAAN & PERATURAN TERKAIT
TAHAP SURVEY DAN ANALISA
PERSIAPAN KEBUTUHAN DATA, ALAT BANTU & TEKNIK PENGUMPULAN DATA
OUTPUT DAN REKOMENDASI
PERUMUSAN LANGKAH KEGIATAN & PENYIAPAN ALAT KERJA
PENENTUAN STANDAR DAN BATASAN KEGIATAN PEMERIKSAAN
KOORDINASI DENGAN TIM TEKNIS
DRAFT LAPORAN PENDAHULUAN
PRESENTASI LAPORAN DAN PERBAIKAN
KOORDINASI TIM TENTANG PERSIAPAN KEGIATAN SURVEY
SURVEY AWAL, PEMERIKSAAN DAN PENGUMPULAN DATA LAPANGAN
INPUT DATA HASIL SURVEY KE DALAM SOFTWARE KEANDALAN BANGUNAN
PROSES PENGOLAHAN DATA PROGRAM KEANDALAN DAN KELAIKAN BANGUNAN GEDUNG
HASIL PENGOLAHAN DATA PROGRAM KEANDALAN DAN KELAIKAN BANGUNAN GEDUNG
DRAFT LAPORAN ANTARA
PRESENTASI LAPORAN DAN PERBAIKAN
MEMPELAJARI PENGGUNAAN SOFTWARE KEANDALAN BANGUNAN
PENGUMPULAN KELENGKAPAN GAMBAR BANGUNAN YANG AKAN DIPERIKSA.
LAPORAN ANTARA
KOORDINASI TIM TENTANG HASIL ANALISA PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN
REKOMENDASI PERMASALAHAN
KOORDINASI DENGAN TIM TEKNIS, PAKAR AKADEMIS DAN INSTANSI TERKAIT UNTUK
PENYEMPURNAAN REKOMENDASI
PENYUSUNAN DRAFT LAPORAN AKHIR
PRESENTASI LAPORAN DAN PERBAIKAN
LAPORAN AKHIR
PENGUMPULAN DATA BANGUNAN YANG AKAN DIPERIKSA
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-5
1. Tahap Persiapan
Sebelum proses pemeriksaan dilaksanakan, akan diakukan persiapan hal-
hal berikut:
a. Perlu dilakukan survei awal untuk melihat kondisi awal bangunan gedung
yang akan dilakukan pemeriksaan keandalannya dan pengumpulan data
berupa gambar as built drawings dan data umum bangunan gedung,
seperti:
- Gambar Perencanaan Teknis.
- Gambar As Built Drawings.
- Gambar IMB.
b. Konsolidasi satu tim tenaga terlatih yang dipimpin oleh seorang koordinator
sesuai yang dibantu oleh beberapa tim ahli dalam jumlah dan
kemampuannya sesuai disiplin ilmu dan tingkat kesulitan seluruh / bagian
gedung yang akan diperiksa keandalannya. Setiap tenaga ahli akan dibantu
oleh seorang atau lebih tenaga pelaksana lapangan sesuai dengan
kebutuhannya.
Pra survei dan data awal ini sangat penting untuk menentukan langkah-langkah
pengambilan data pada saat survei dan pada saat penilaian.
Untuk bisa mendapatkan data-data gedung sesuai dengan point a, maka yang perlu
dilakukan adalah:
a. Berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Semarang dalam Penetapan Bangunan
Gedung sebagai Obyek Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.
b. Berkoordinasi dengan instansi dan pemilik/pengelola bangunan gedung yang
akan disurvei, untuk membantu dalam proses perolehan data.
c. Mempelajari dan menggunakan Model Teknis Pemeriksaan Keandalan
Bangunan Gedung, dan melakukan penyesuaian terhadap aspek teknis seperti
yang diamanatkan dalam Permen PU No. 29/PRT/M/2006.
d. Menyusun form isian / questioner yang ditujukan kepada masing-masing
pemilik bangunan guna mempermudah perolehan data pada saat survey di
lapangan
Sedangkan isi dari formulir daftar isian secara umum yang juga akan digunakan
sebagai acuan dan sasaran pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-6
a. Data Umum
i. Nama Bangunan
ii. Lokasi/alamat
iii. Fungsi
iv. Luas/jumlah lantai
v. Pemilik
b. Data Penunjang
i. Tahun Pembangunan
ii. Sejarah kepemilikan, kerusakan, dan fungsi bangunan gedung
iii. Perencana
iv. Kontraktor
v. Pengawas
vi. Gambar Bangunan
vii. Nomor IMB (Ijin Membangun Bangunan)
c. Data Arsitektur
Pemeriksaan arsitektur dibatasi pada finishing bangunan baik yang
berada pada bagian dalam bangunan gedung, maupun yang berada pada
bagian luar bangunan gedung, mencakup:
i. Fungsi bangunan gedung terhadap kesesuaian peruntukan lahan.
ii. Interior, antara lain: finishing lantai/selubung bangunan,
dinding,pintu, jendela, plafon, kaca, dan mebel terpasang.
iii. Eksterior, antara lain: finishing dinding, lantai, pagar, dan
lingkungan penduduk.
d. Data Struktur
Pemeriksaan dilakukan terhadap
- sistem struktur (bearing wall, shear wall, rigid frames, rangka
kombinasi, rangka tabung dalam tabung dan rangka campuran)
- Bahan Struktur (kayu, pasangan batu, pasangan bata, beton
bertulang, beton precast, prestressed, baja, komposit, dll)
- Keselamatan Struktur
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-7
Harus menjamin terciptanya kondisi aman dan tercegahnya kondisi
berbahaya serta timbulnya bencana yang dapat diakibatkan oleh:
o Kegagalan struktur bangunan (akibat kesalahan
perencanaan, atau kesalahan pelaksanaan terkena beban
sementara yang melampaui kapasitas struktur)
o Kegagalan atau tidak berfungsinya utilitas
o Kegagalan akibat bencana alam ( gempa, angin , longsor)
o Kegagalan akibat kelalaian manusia (kebakaran, ledakkan)
- Kerutuhan Bangunan (akibat kelemahan struktur bangunan, akibat
bencana)
e. Data Utilitas
Pemeriksaan dilakukan terhadap
- Sistem transportasi vertikal lift (konstruksi lift, panel inspeksi, panel
operator, motor penggerak).
- Sistem transportasi vertical escalator (badan escalator, panel
kelistrikan, mesin penggerak).
- Sistem instalasi plumbing (sumber air bersih, penampungan dan
distribusi air bersih, air kotor dan limbah, air hujan, dan drainase ke
lingkungan).
- Sistem instalasi listrik (Sumber daya PLN, sumber daya genset).
- Sistem Instalasi tata udara /AC (sistem AC sentral, AC non sentral).
- Sistem instalasi penangkal petir (instalasi proteksi petir eksternal
dan internal).
- Sistem instalasi komunikasi (telepon, PABX, instalasi tata suara).
- Sistem pembuangan sampah, (shaft sampah, bak sampah
setempat, TPS, container sampah).
- Sistem Building Automation System (BAS).
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-8
f. Data Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Pemeriksaan dilakukan pada sistem proteksi pasif dan aktif yang
terdapat pada obyek bangunan gedung, termasuk pemeriksaan terhadap
peralatan pemadam kebakaran, material insulator kebakaran. Sistem
pencegahan dan penanggulangan kebakaran ini dikelompokkan dalam:
- Lingkungan dan bangunan (persyaratan lingkungan, klasifikasi
bangunan, persyaratan bangunan).
- Bahan bangunan (persyaratan bahan lapis penutup dan bahan
komponen struktur bangunan).
- Struktur bangunan (persyaratan ketahanan terhadap api).
- Utilitas (alarm kebakaran, hydrant, sprinkler, pompa, sumber daya
listrik darurat, penangkal petir).
- Upaya penyelamatan (tangga kebakaran, koridor, pintu kebakaran,
lift kebakaran, penunjuk arah keluar, komunikasi darurat,
pengendalian asap, dll).
g. Aksesibilitas penyandang cacat
Evaluasi dilakukan pada sistem elemen aksesibiltas yang
terdapat pada obyek bangunan gedung, sesuai dengan ketentuan pada
Permen PU No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Antara lain:
Ukuran dasar ruang, Jalur pedestrian, jalur pemandu, area
parkir, pintu, ramp, tangga, lift, escalator, toilet, pancuran/ shower,
wastafel, telepon, perlengkapan dan peralatan control, perabot, rambu,
marka.
2. Tahap Pemilihan Lokasi Kegiatan
Bangunan umum yang akan diperiksa keandalannya akan ditetapkan oleh
Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Semarang, sesuai dengan yang tertera
pada Bab I, lingkup wilayah kegiatan.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-9
3. Tahap Pelaksanaan dan Pengumpulan Data Lapangan
Proses Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung dilaksanakan dalam
beberapa tahap. Pada tahap awal berupa pengumpulan data primer dan
sekunder baik berupa data gambar bangunan dan wawancara dengan pemilik
atau pengguna bangunan, serta observasi visual di lapangan untuk
mengidentifikasi kondisi bangunan gedung. Apabila didapatkan temuan
permasalahan yang kiranya perlu dibuktikan dan diuji kembali, baik
permasalahan dari aspek arsitektural, struktural, mekanikal elektrikal maupun
aksesibilitas, maka akan dilakukan pengecekan, pengukuran, pengujian dan
pengetesan dengan alat kerja sesuai permasalahan dan bagian aspeknya
masing-masing terhadap titik studi permasalahan tersebut.
4. Tahap Pengolahan Data dan Penentuan Penilaian Keandalan
Kondisi fisik yang dicatat dalam formulir isian untuk masing-masing
komponen digunakan untuk proses pengolahan dan penentuan nilai keandalan
dari segi arsitektur, struktur, utilitas, kebakaran, dan aksesibiltas, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dari kesesuaian dan penyimpangan hasil pemeriksaan
kondisi fisik terhadap komponen yang yang terkait.
b. Menginput data hasil pemeriksaan dari masing-masing komponen ke
dalam software pemeriksaan keandalan bangunan gedung
c. Melakukan pembobotan terhadap data hasil pemeriksaan dari masing-
masing komponen hasil pemeriksaan.
d. Analisis keandalan dan kelaikan bangunan gedung hasil pemeriksaan
dengan cara penilaian total dari hasil pembobotan, dengan mengacu
angka standar yang telah ditentukan sehingga dapat disimpulkan andal
atau tidaknya bangunan tersebut.
5. Tahap Penyusunan Laporan
Laporan hasil pelaksanaan pemeriksaaan keandalan bangunan gedung, termasuk
dokumentasi, meliputi:
a. Foto-foto kegiatan pemeriksaan keandalan.
b. Foto-foto sebagian/seluruh bangunan gedung yang terindikasi memerlukan
tindakan yang diperlukan untuk memenuhi aspek keandalan. Misal: struktur
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-10
bangunan gedung, sistem plumbing, air hujan, elektrikal, dll yang tidak
andal.
c. Gambar/foto-foto lain yang diperlukan.
4.2.3. Alur Studi dan Format Penelitian
Dalam studi ini alur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4-2 Diagram Alur Penelitian
Data-data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan format yang
disusun oleh Dirjen Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL). Piranti lunak
berbasis Excel tersebut memuat lima aspek utama yang dinilai yaitu Arsitektur,
Struktur, Utilitas clan proteksi kebakaran, aksesibilitas dan tata bangunan serta
lingkungan.
4.3. PENDEKATAN PENILAIAN DAN KINERJA BANGUNAN
4.3.1. Pendekatan Arsitektur Dan Kinerja Bangunan
Perancangan sebuah bangunan gedung merupakan hasil dari proses penciptaan
karya arsitektural yangg bertujuan mewadahi manusia untuk melakukan berbagai
aktivitasnya. Oleh sebab itu hasil dari rancangan tersebut yaitu bangunan gedung yang
sudah dibangunan dan dihuni seharusnya mencitrakan kreativitas yang unik dan spesifik
dalam aspek fungsi, tata ruang, penampilan dan kinerjanya.
Melalui pendekatan ilmiah (scientific approach), wujud arsitektur sebuah
bangunan gedung dapat dievaluasi kualitasnya dengan pendekatan objective yang
mengacu pada aspek-aspek terukur berdasarkan standar-standar yang berlaku secara
nasional maupun internasional.
Berdasarkan Permen PU No 29/PRT/M/2006, penelitian kinerja bangunan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-11
merupakan penyelidikan teradap tingkat pemenuhan terhadap persyaratan kenyamanan
dan kesehatan bangunan gedung. Kinerja yang balk dari sebuah bangunan gedung
akan menentukan tingkat pemakaian dan produktivitas penghuni bangunan sesuai
dengan tujuannya masing-masing.
Salah satu faktor yang menentukan kelancaran pekerjaan dalam bangunan
adalah tata ruang bangunan. Tata ruang bangunan ialah penentuan mengenai
kebutuhan-kebutuhan ruang dan tenang penggunaan secara terperinci dari ruang
ini yang timbul karena aktifitasnya untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis
dan efisien serta faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja
perkantoran dengan biaya yang layak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan tata
ruang bangunan dapat d i l a k ukan melalui beberapa pendekatan terhadap :
− Kebutuhan jenis ruang
− Sifat dan hubungan kelompok ruang
− Standar besaran ruang
− Jenis dan besaran ruang
− Penyusunan ruang
Untuk tujuan penelitian tingkat keandalan bangunan gedung, sampling
bangunan diperiksa dua komponennya.
4.3.2. Komponen Ruang Dalam
Pammeter kinerja ruang dalam (interior):
1) Spacial / Keruangan (spatial performance)
− Layout ruang individu: ukuran, macam perabot, tempat duduk, faktor ergonomic.
− Layout ruang kelompok: pengelompokan ruang, sirkulasi, pencapaian, orientasi,
penandaan
− Pelayanan dan kesesuaian: sanitasi, alat-alat listrik, keamanan, telekomunikasi,
sirkulasi/transportasi.
− Fasilitas kemudahan (amenities).
− Faktor-faktor pemakaian dan control.
2) Termal (thermal performance)
− Suhu udara.
− Suhu radiant.
− Kelembaban udara.
− Kecepatan udara.
− Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-12
3) Akustik (acoustic performance)
− Sumber bising (noise source).
− Jalur rambat suara (sound path).
− Penerima suara (sound receiver).
4) Visual (visual performance)
− Latar belakang dan fokus cahaya (ambient and task levels): alami dan buatan.
− Contrast dan brightness.
− Warna
− Informasi-informasi visual dan pemandangan
− Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.
5) Kualitas udara dalam ruang (indoor air quality)
− Suplai udara segar (fresh air).
− Pergerakan dan distribusi udara segar. - Material pollutant.
− Energy pollutant.
− Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.
Tabel 4-1 Batas-batas penerimaan (limit of acceptability)
Parameter Sub parameter Persyaratan Peraturan / Standar
Spasial Was ruang Sesuai luas aktivitas dasar
Termal Suhu 18 - 28 oC
Kep Menkes RI No.
1405/Menkes/SK/XI/2002
Kelembaban 4 0 - 6 0 % Pergerakan udara rata-rata 0,15 - 0,25 m/det
Akustik Sound pressure level (SPQ <85 dB (A)
Visual Tingkat pencahayaan >100 luxKualitas udara Tingkat karbondioksida (CO2) 1000 ppm
Debu 0,15 mg/m3Komponen bangunan yang diamati:
- Plesteran lantai
- Pelapis muka dinding
- Pelapis dinding
- Pintu / jendela
- Pelapis muka langit-langit
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-13
4.3.3. Komponen ruang luar
Parameter kinerja komponen pelingkup bangunan (enclosure):
− Ketahanan bangunan (building integrity)
− Antisipasi beban: beban hidup, beban mati, getaran.
− Kelembaban: hujan atau uap yang menyebabkan karat, kebocoran atau
pengembunan
− Suhu: perbedaan panas, isolasi panas, perbedaan pemuaian dan penyusutan
akibat panas.
− Pergerakan udara: infiltrasi atau exfiltrasi, perbedaan tekanan udara
− Radiasi dan cahaya: radiasi matahari, radiasi lingkungan, visible light spectrum
− Penanggulangan bahaya api
Komponen bangunan yang diamati
− Penutup atap
− Pelapis muka dinding luar
− Pelapis muka lantai luar
− Pelapis lantai luar
− Pelapis muka langit-langit luar
Beberapa aspek fisik yang sangat penting untuk diperhatikan dalam studi evaluasi karena
sangat menentukan kenyamanan bagi pemakai di dalamnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi fisik ruang adalah:
1. Warna
Sebagai bangunan gedung yang memiliki fungsi sebagai bangunan
rumah sakit, bangunan perkantoran, bangunan olah raga maka pemilihan
warna untuk ruang-ruang dalam bangunan akan sangat berpengaruh
terhadap penciptaan suasana ruang, terutama yang berkaitan dengan psikis
pemakai bangunan.
Pemilihan warna dapat berupa warna penerangan buatan yang
digunakan maupun warna yang dipakai sebagai bahan pelengkap ruangan
seperti bahan penutup dinding, furniture, bahan dekoratif ruangan dan
sebagainya.
Penyelesaian warna pada masing-masing banguna, baik untuk eksterior
ataupun interior menggunakan warna-warna cerah. Kondisi ini telah sesuai dan
sangat mendukung fungsi ataupun jenis kegiatan yang berlangsung, sehingga
penyelesaian warna ini perlu ditindak lanjuti.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-14
Penerangan buatan di dalam ruang sebagaian besar menggunakan
penerangan umum yang bersifat langsung dengan menggunakan jenis lampu
daylight yang mempunyai efek perubahan warna relatif kecil.
2. Penghawaan
Suhu yang nyaman dan optimum untuk suatu ruang adalah 22
– 25° C dengan kelembaban 40 % - 60 %.Penyimpangan dari standard
tersebut akan mempengaruhi kelangsungan aktivitas dalam ruang,
penyimpangan ini dapat menimbulkan kelelahan, kegerahan, dsb. Oleh sebab
itu perlu dipikirkan mengenai pemecahan untuk memperoleh suhu dan
kelembaban yang sesuai dengan standard sehingga ruang menjadi
nyaman. Ketidaknyamanan ruang dipengaruhi oleh :
− Radiasi dinding, atap, oleh sinar matahari
− Panas karena suhu badan manusia
− Peralatan dan bahan yang dapat menimbulkan panas
Salah satu Usaha yang dilakukan untuk menghindari ketidaknyamanan, adalah :
− Mengatur tata letak bangunan clan ruang sehingga dapat
mengurangi pengaruh langsung sinar matahari.
− Penggunaan peralatan/bahan yang dapat mengurangi panas.
− Mengkondisikan udara, balk dengan ventilasi alam maupun buatan
(AC).
Untuk mencapai kondisi ruang yang diinginkan yaitu dengan suhu
sekitar 22 - 25° C dan nilai kelembaban 40 % - 70 % dan kebutuhan udara
bersih 20 - 50 m3/jam per orang maka perlu pengkondisian ruang, yaitu
dengan cara pemasangan AC Pakage clan Split. Pemilihan sistem tergantung
pada kekhususan ruang clan kebutuhan ruang.
Pada kondisi bangunan eksisting secara umum luasan pelubangan
Binding untuk fungsi jendela sebagai tempat pertukaran udara berlangsung
telah memenuhi persyaratan apabila dibandingkan dengan luas ruangan di
dalamnya, kondisi ini didukung dengan sumbu akses bangunan. Penggunaan
sistem AC pada bangunan eksisting tentu saja akan sangat membantu
dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman. Sebagai konsekuensinya biaya
operation maintenance perlu ditambahkan.
3. Penerangan
Dalam usaha untuk menunjang aktivitas yang terjadi maka dibutuhkan
sistem penerangan yang tepat. Sistem penerangan ini dibedakan menjadi
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-15
2 yang disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu :
a) Penerangan alami
Penerangan alami pada siang hari dapat dimanfaatkan untuk
ruang-ruang yang langsung berhubungan dengan luar. Penerangan
alam ini memiliki jarak jangka mencapai 6 kali tinggi bukaan sedangkan
selebihnya dapat diupayakan penerangan buatan.
b) Penerangan buatan
Sebagai bangunan perkantoran, pengadaan penerangan buatan
disesuaikan dengan aktivitas clan fungsi masing-masing ruang, yaitu :
Penerangan umum untuk memberikan iluminasi yang tersebar merata
ke seluruh ruangan, penerangan, penerangan khusus untuk ruang-ruang
yang membutuhkan ketelitian kerja yang cukup tinggi, selain itu juga untuk
menciptakan suasana yang diinginkan. Penerangan buatan pada siang hari
diupayakan hanya sebagai tambahan penerangan dari terang alami atau
untuk mengatasi permasalahan apabila kondisi tidak memungkinkan,
sehingga zonasi perletakan dari tata lampu yang ada perlu untuk
direncanakan secara seksama. Perletakan tata lampu dari penerangan buatan
yang terdapat pada bangunan eksisting, umumnya sebagai penerangan
umum dengan jenis penerangan langsung dan merata pada seluruh ruang.
Jumlah titik lampu clan jenis penerangan yang ada secara umum telah
memenuhi persyaratan. Pada perencanan nantinya perlu direncanakan zonasi
dari tata letak lampu yang mengacu pada terang alami yang diterima oleh
ruangan.
c) Penerangan campuran (alam dan buatan )
Pemanfaatan penerangan alami clan buatan, dimana terdapat suatu
aktivitas yang mempersyaratkan digunakannya sistem penerangan tersebut.
Adapun kebutuhan penerangan untuk tiap-tiap ruangan sesuai dengan
fungsinya dapat dikemukakan sebagai berikut :
− Ruang umum yang meliputi ruang kerja pegawai membutuhkan iluminasi
sebesar 300 lux, koriclor membutuhkan 50 lux ( sekurang-kurangnya 1/5
daripada iluminasi ruangan kantornya ) (Standard Penerangan buatan,
Dirjen Cipta Karya, tahun 1985).
− Ruang khusus yang meliputi ruang sidang dan ruang pertemuan
membutuhkan iluminasi sebesar 200 lux terutama dimanfaatkan untuk
diskusi.
Penerangan ini harus dapat diredupkan atau dikurangi untuk menunjukkan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-16
slide, film, dsb.
4. Suara / Akustik
Untuk memperoleh kenikmatan suara/akustik terutama pada ruang-
ruang yang memeriukan persyaratan akustik tertentu, maka perlu diketahui
adanya sumber bunyi yang dalam hal ini dapat dibedakan menjadi :
− Sumber bunyi yang berasal dari dalam bangunan seperti : suara yang
ditimbulkan oleh kegiatan manusia dan peralatan di dalamnya.
− Sumber bunyi dari luar bangunan, seperti suara yang ditimbulkan oleh lalu
lintas dari jalan sekitar bangunan.
Untuk mengatasi menjalarnya bunyi, salah satu yang dapat dilakukan
adalah dengan memberhentikan suara, pemisahan suara dengan memisahkan
sumber bunyi dari ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan, pencegahan
suara dengan jalan memasang bahan penyerap langsung pada sumber bunyi,
masking dengan menutup suara atau bunyi dan memberikan background musik
lembut.
Pada kondisi eksisting ruang-ruang yang membutuhkan perencanaan
akustik umumnya berupa ruang sidang clan rapat. Secara umum penyelesaian
akustik pada ruang-ruang tersebut belum memenuhi persyaratan, sehingga
untuk perencanaan nantinya perlu dilakukan pembenahan pada ruangan tersebut
agar dapat difungsikan secara maksimal.
Metode pengumpulan data adalah salah satu cara yang paling tepat
dalam melakukan identifikasi dan menganalisis data. Metode pengumpulan data
yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan beberapa indikator. Beberapa
indikator yang dapat dilakukan dalam metode pengumpulan data adalah
sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4-2 Indikator pengumpulan data
No. Tingkatan data pengukuran
yang dipilih Data yang diperlukan
1 Analisis arsip perencanaan
• Gambar-2 denah, spesifikasi, rencana anggaran biaya, catatan manajemen penggunaan
• Syarat: dokumen tersedia. Digunakan untuk memastikan apakah parameter kinerja dijaminkan bagi para pengguna dan aktivitasnya.
2 Analisis hunian dan penggunaan
• Observasi perilaku, rekaman jejak fisik, wawancara dan kuisoner
• Syarat: prosedur mudah dan sumber tersedia 3 Penyusunan instrumen sederhana • Intrumen yang dibutuhkan tersedia
• Syarat: Metode kajian dilakukan dapat dilakukan secara cepat, instrument tersedia
4 Evaluasi • Ambang batas (threshold) dibandingkan dengan standar• Guidelines
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-17
Sedangkan instrumen sederhana yang digunakan adalah menggunakan alat yang dapat
mendeteksi beberapa parameter suhu, kelembaban suatu ruang, kandungan kadar karbondioksida.
Gambar di bawah ini adalah alat yang akan dipakai untuk melakukan pengujian pads kegiatan studi
ini.
gambar 4-3. Alat Ukur Komponen Ruang Dalam
Keterangan: • Testo 435-2 untuk mengukur suhu, kelembaban , karbondioksida • Sound level meter LUTRON SL-4012 untuk mengukur tingkat kebisingan • Anemometer probe YK-200PAL-LUTRON + Intelligent Thermometer YK-2001TM untuk
mengukur laju kecepatan udara. • Light level meter LUTRON YK-200PLX untuk mengukur tingkat pencahayaan. • Distance meter - DISTO untuk mengukur jarak, lugs dan volume ruang
Sedangkan untuk mengumpulkan informasi yang dapat dipercaya (reliable data) dan
faktual, maka tahap awal yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan lapangan.
a. Kesepakatan pemeriksaan (Inspection Agreement)
1) Pemahaman tujuan inspeksi
- Perlu ada kesepakatan tertulis antara pemeriksa dan pemilik/pengelola
bangunan gedung
- Tujuan dari kesepakatan adalah untuk menghindari perselisihan dan
ketidaksepahaman yang tidak perlu
2) Identifikasi kondisi fisik
3) Tahapan pengamatan visual dalam kondisi pencahayaan normal atau
khusus
4) Testing dengan peralatan tertentu
5) Batasan (limitation)
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-18
b. Pemeriksaan (Inspection)
1) Nama pemilik/pengelola bangunan
2) Alamat lokasi bangunan yang diamati
3) Tanggal dan waktu pemeriksaan
4) Identitas dari pemeriksa yang melakukan pemeriksaan
5) Kondisi ambien pada saat dilakukan penyelidikan yang dinilai relevan
dengan tujuan penyelidikan
6) Deskripsi dan identifikasi kondisi struktur bangunan
7) Identifikasi area tertentu yang tidak bisa diselidiki (meskipun termasuk
dalam lingkup peneyelidikan) dengan alasan tertentu.
8) Observasi dari hasil pemeriksaan.
c. Pelaporan (inspection records)
1) Identifikasi semua pihak yang terlibat
− Nama dan alamat lembaga pemeriksa
− Identitas personil yang melakukan pemeriksaan
− Identitas pemilik/pengelola bangunan gedung.
2) Detail properti
− Alamat bangunan gedung yang diperiksa
− Deskripsi dan identifikasi bangunan, bagian dari bangunan atau
struktur lainnya.
3) Detail pemeriksaan
− Tanggal pemeriksaan
− Detail tentang tujuan, lingkup dan kriteria-kriteria yang disepakati
− Kondisi ambien pada saat dilakukan pemeriksaan.
4) Batasan-batasan, berupa identifikasi beberapa area atau item yang tidak
diperiksa karena alasan tertentu dan jika diperlukan diberikan
rekomendasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
5) Observasi
6) Item-item penting
7) Kesimpulan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-19
4.3.4. Pendekatan Struktur
1. Konsep Perencanaan
Struktur yang didesain pada dasarnya harus memenuhi kriteria-kriteria
sebagai berikut:
a. Kesesuaian dengan lingkungan sekitar
b. Ekonomis
c. Kuat dalam menahan beban yang direncanakan
d. Memenuhi persyaratan kemampuan layanan
e. Mudah dalam hal perawatan (durabilitasnya tinggi)
Ada 2 filosofi dalam merencanakan elemen struktur beton bertulang yaitu:
a. Metoda Tegangan Kerja
Unsur struktur direncanakan terhadap beban kerja sedemikian rupa sehingga
tegangan yang terjadi lebih kecil daripada tegangan yang diijinkan, dimana:
b. Metoda Kekuatan Ultimit
Dengan metoda ini, unsur struktur direncanakan terhadap beban kekuatan ultimit
yang diinginkan, yaitu:
2. Kondisi Batas Struktur
Dalam evaluasi elemen beton bertulang ada beberapa kondisi batas yang dapat
dijadikan pedoman, yaitu:
a. Kondisi batas ultimit dapat disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini yaitu:
- Hilangnya keseimbangan lokal atau global
- Rupture, yaitu hilangnya ketahanan lentur clan geser elemen-elemen struktur -
keruntuhan progresif akibat adanya keruntuhan lokal pads daerah sekitarnya
− Pembentukan sendi plastis
− Ketidakstabilan struktur
− Fatigue
b. Kondisi batas kemampuan layanan yang menyangkut berkurangnya fungsi
struktur, dapat berupa:
− defleksi yang berlebihan pada kondisi layan
− lebar retak yang berlebih
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-20
− vibrasi yang mengganggu
c. Kondisi batas khusus, yang menyangkut kerusakan/keruntuhan akibat beban
abnormal, dapat berupa:
− keruntuhan pada kondisi gempa ekstrim
− kebakaran, ledakan atau tabrakan kendaraan
− korosi atau jenis kerusakan lainnya akibat lingkungan
Konsep perencanaan batas dan evaluasi kondisi batas digunakan sebagai prinsip
dasar Peraturan Eeton Indonesia (SNI 03-2847-2002).
3. Prosedur Desain Berdasarkan Peraturan Beton Indonesia
Elemen struktur dan struktur harus selalu didesain untuk dapat memikul
beban berlebih dengan besar tertentu, diluar beban yang diharapkan terjadi
dalam kondisi normal. Kapasitas cadangan tersebut diperlukan untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya faktor-faktor “overload" dan faktor
“undercapacity".
Overload dapat terjadi akibat:
− Perubahan fungsi struktur
− Underestimate pengaruh beban karena penyederhanaan perhitungan
− Urutan dan metoda konstruksi
Undercapacity dapat terjadi akibat:
− Variasi kekuatan material
− Workmanship
− Tingkat pengawasan
Berdasarkan prosedur desain yang baku, kekuatan (resistance) elemen struktur
harus lebih besar Dada pengaruh beban, sehingga:
Resistance ≥ Penqaruh Beban
Untuk mengantisipasi kemungkinan lebih rendahnya resistensi (kekuatan)
elemen struktur daripada yang diperhitungkan/direncanakan dan kemungkinan lebih
besarnya pengaruh beban daripada yang direncanakan maka diperkenalkan faktor
reduksi kekuatan, yang nilainya <1, dan or beban yang nilainya > 1, sehingga:
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-21
Prosedur desain yang memperhitungkan adanya faktor-faktor beban dan
resistance diatas disebut sebagai desain kekuatan ultimit. Prosedur desain ini
pada dasarnya merupakan metoda perencanaan kondisi batas dimana perhatian
utama ditekankan pada kondisi batas ultimit. Kondisi batas serviceabilitas
(kemampuan layanan) kemudian dicek setelah desain awal diperoleh.
Filosofi clasar metoda perencanaan ini terdapat pada SNI 03-2847-2002
yang bunyinya adalah:
a. Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua
penampang mempunyai kekuatan rencana minimum same dengan kuat
perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang
sesuai dengan ketentuan tata cara ini.
Dalam butir a diatas, kuat rencana adalah identik dengan ORn;
sedangkan kuat perlu mengacu pada pengaruh beban terfaktor, yaitu
a1S1 + a2S2 + ....
b. Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum
dalam tata cara ini untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup
balk pada tingkat beban kerja. Butir 2 diatas mengharuskan adanya
pengontrolan lendutan dan lebar retak pada komponen struktur yang sudah
didesain.
Beban Terfaktor dan Kuat Perlu
SNI 03-2847 menguraikan tentang faktor-faktor beban dan kombinasi
beban terfaktor untuk perhitungan pengaruh beban.
Kombinasi beban terfaktor tersebut adalah:
− Kombinasi beban coati dan beban hidup:
U = 1,2 D + 1,6 L
Jika pengaruh angin ikut diperhitungkan:
U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W) atau
U = 0,9 D + 1,3 W
− Jika pengaruh gempa harus diperhitungkan:
U= 1,05 ( D + LR ± E ) atau
U = 0,9 ( D ± E )
Kuat perlu atau pengaruh beban terfaktor (seperti momen, geser, torsi
dan gaya aksial) dihitung berdasarkan kombinasi beban terfaktor U diatas. Kuat
perlu atau pengaruhpengaruh beban terfaktor tersebut ditulis dengan simbol-
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-22
simbol M, V, T, dan u, dimana subscript u menunjukkan bahwa nilai-nilai M, V, T
dan u tersebut didapat dari beban terfaktor U.
4. Investigasi Penanganan Struktur Gedung Yang Mengalami Retak-Retak
Dan Penurunan
Penyelidikan terhadap Bangunan Gedung dilakukan untuk mengetahui
Kelayakan dan Keamanan
Bangunan dan segi kekuatan strukturnya. Penyelidikan yang akan
dilakukan meliputi penyelidikan lapangan can laboratonium. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui Kelayakan dan Keamanan bangunan struktur eksisting.
Disamping itu, penyelidikan ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi
tentang metoda perbaikan atau perkuatan bilamana diperlukan.
Sebagai tahapan pertama sebelum dilakukannya analisis faktor
keamanan struktur, perlu dilakukan terlebih dahulu evaluasi yang mendalam
mengenai kondisi aktual struktur, termasuk pengukuran geometri struktur dan
karakteristik material bangunan eksisting. Hal ini perlu dilakukan mengingat tidak
tersedianya as built drawing bangungan eksisting. Untuk tujuan ini akan
dilakukan serangkaian pengujian yang sifatnya tidak merusak dengan
menggunakan alat-alat non destruktif seperti covermeter, pulse echolgeoraclar,
ultrasonic dan serangkaian pengujian yang sifatnya semi-merusak seperti core
drill, breaking out dan test sondir. Dengan pengujian-pengujian tersebut akan
dapat diketahui kondisi, diameter dan jumlah tulangan terpasang, kualitas
material beton dan kondisi struktur beton serta kedalaman pondasi dan daya
dukung pondasi.
Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis struktur eksisting dengan
menggunakan data material dan struktural yang telah diperoleh. Analisis struktur
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat faktor keamanan struktur eksisting.
Bilamana tingkat faktor keamanan struktur tidak memadai maka struktur perlu
diperkuat. Bentuk-bentuk perkuatan yang sesuai akan direkomendasikan untuk
mengembalikan fungsi struktur kembali seperti semula, Bentuk-bentuk perkuatan
yang direkomendasikan tersebut kemudian dituangkan dalam gambar rencana,
spesifikasi teknis dan BOQ.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-23
Tabel 4-3 Lingkup Pekerjaan (Waktu Pelaksanaan Berdasarkan Lingkup Pekerjaan)
Tahapan Pekerjaan Tujuan Metodologi, Kerja, dan Pendekatan Teknis Keluaran Laporan
Studi Awal Untuk mengumpulkan sebanyak mungkin 1. Pengumpulan data sekunder: a. Kumpulan dokumen data/informasi mengenai gec
data yang diperlukan agar studi yang akan dilakukan nantinya dapat berjalan dengan efisien dengan memanfaatkan seoptimal mungkin data yang tersedia tersebut.
a. Data desain terdahulu kriteria desain gambar dan perhitungan spesifikasi b. Data pelaksanaan
struktur dan material
- as built drawing
- catatan perubahan dan desain awal dan Spesifikasi
- data material c. Data kajian terdahulu
survai/Pemerik Untul memahami kondisi eksisting 1. Pemeriksaan visual dan pengambilan dokumentasi a. Peta kerusakan
sawn struktur sehubungan dengan kondisi struktur: b. Kondisi geometri aktual struktun
Global Untuk menentukan teknik dan metoda pengujian yang optimal
a. Pengamatan geometri struktur b. Pengamatan kerusakan/retak path komponen struktur/nonstruktural c. Deformasi berlebth d. Sarang tawon (honey comb) e. pengambilan foto
C. Dokumentasi
2. Pengukuran geometri elernen-elemen struktur a Geometni aktual elemen-elemen struktur
Pemeriksaan Untuk mendapatkan 1. Pengukuran kondisi aktual material pada struktur a Properties aktual material
Detail karakteristik material eksisting, kondisi penulangan dan
a. Core test b. Covermeter test/Rebar detection
b. Perkiraan lokasi dan ukuran tulangan c. Tebal selimut beton
kondisi kerusakan c. Breaking out d. Kondisi kerusakan
Untuk mendapatkan kedalaman d. Ultrasonic e. Daya dukung tanah
pondasi clan perkiraan daya dukung
2. Pengukuran pondasi dengan menggunakan georadan/pulse echo
f. Perkiraan sistem pondasi
3. Pengukuran daya dukung tanah (Tes Sondir)
Analisis Kondisi Untuk menentukan tingkat keamanan a. Analisis struktur Eksisting a. Kondisi eksisting struktur
eksisting struktur eksisting terhadap kondisi b. Kajian faktor keamanan struktur b. Faktor keamanan struktur
Struktur pembebanan rencana dan mencari penyebab kerusakan pada struktur
c. Analisis daya dukung pondasi dan settlement c. Kapasitas cadangan struktur d. Penyebab kerusakan
Kesimpulan Untuk menentukan langkah- langkah a. Analisis struktur a. Rekomendasi mengenai metoda pethaikan atau
dan Saran selanjutnya yang dianggap perlu. b. Analisis pondasi perkuatan struktur bilaniana diperlukan b. Gambar rencana perbaikanlperkuatan c. spesifikasi teknis d. BOQ
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-24
5. Penilaian Material/Struktur Beton Bertulang Eksisting
a. Pendahuluan
Penilaian struktur beton bertulang eksisting (struktur yang sudah
berdiri) diperlukan jika ada kekuatiran mengenai tingkat keamanan struktur
atau bagian-bagian struktur tersebut akibat adanva faktor-faktor yang
sebelumnya tidak diperhitungkan seperti:
1). Kesalahan perencanaan/pelaksanaan
Hal yang berhubungan dengan kemungkinan kesalahan
perencanaan/pelaksanaan dapat terdeteksi dari:
− Hasil pengamatan lapangan dimana terlihat adanya retak-retak
lendutan yang berlebihan pada bagian-bagian struktur.
− Sifat material yang diuji selama pelaksanaan pembangunan struktur,
yang menunjukkan hasil-hasil yang tidak memenuhi syarat balk clan
segi kekuatan maupun durabilitas (misal sifat kekedapan terhadap air
yang di syaratkan untuk bangunan seperti kolam renang).
− Hasil perhitungan (dengan memakai kekuatan material yang aktual)
yang menunjukkan adanya penurunan kapasitas kekuatan struktur
atau komponenkomponen struktur.
2). Penurunan kinerja material/struktur ekisisting yang diakibatkan oleh
pengaruh internal-eksternal seperti:
− Adanya pelapukan material pada struktur karena usianya yang sudah
tua. Atau karena serangan zat-zat kimia tertentu yang merusak
(seperti jenis-jenis senyawa asam).
− Adanya kerusakan pada struktur/bagian-bagian struktur karena
bencana kebakaran, banjir atau gempa atau karena struktur
mengalami pembebanan tambahan akibat adanya leclakan di sekitar
struktur ataupun beban berlebih lainnya yang belum diantisipasi
dalam perencanaan.
3). Rencana redesain/perubahan peruntukan struktur yang menimbulkan
konsekuensi pada perubahan :
− Perubahan fungsi/penggunaan strukur
− Penambahan tingkat (pengembangan struktur)
4). Sarat untuk proses jual-beli atau asuransi suatu struktur bangunan.
Untuk hal ini biasanya cukup dilakukan penyelidikan secara visual kecuali
jika ada tanda-tanda yang mencurigakan pada struktur.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-25
Pada umumnya, tujuan penilaian struktur adalah untuk menentukan salah
satu di bawah ini:
(1) Kemampuannya untuk tetap berfungsi sebagaimana yang diharapkan
berdasarkan desain awal.
(2) Jika kemampuannya sudah berkurang, maka perlu ditentukan
fungsi/beban yang cocok untuk kondisi struktur saat ini.
(3) Sisa umur layananya.
(4) Kemampuannya untuk menerima beban yang lebih besar atau melayani
fungsi yang lain.
(5) Kelayakan untuk memodifikasi struktur sehingga sesuai dengan
peraturan/code yang berlaku
(6) Kondisi/tingkat kerusakan yang dialami struktur
Selain itu, penilaian struktur eksisting merupakan bagian terpenting dari
tahapan perencanaan pekerjaan perbaikan/perkuatan struktur.
b. Prosedur Penilaian Struktur Beton Eksisting
Tujuan utama penilaian struktur adalah untuk rnendapatkan
gambaran yang realistik mengenai kondisi struktur yang sedang dikaji. Hal-
hal yang dinilai diantaranya adalah kapasitas pembebanan struktur,
kemampuan layanan dan durabilitas.
Prosedur penilaian dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan teknis
pada pekerjaan penilaian yang sedang dilakukan, Secara umum, ada enam
tahapan utama yang harus dilalui (lihat Tabel 4.4)
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-26
Tabel 4-4 Prosedur Penilaian Struktur Eksisting
Tahapan Tujuan Aktivitas
Studi awal Untuk mengkonfirmasi kualitas material yang digunakan atau data-data penting
Mengumpulkan/mereveiw data skunder seperti as built drawing, data material,
lainnya yang berkaitan dengan struktur laporan perhitungan/clesain. Data yang sedang dikaji konstruksi dll. Site observations. Survei Untuk memahami karakteristik struktur, Pemeriksaan visual Pemeriksaan Global memilih area yang akan diperiksa secara Pengambilan clokumen video detail dan menentukan teknik pengujian Pengukuran geometry, defleksi, retak yang cocok/optimal dan kerusakan lainnya Pengujian NDT terbatas Pengambilan Sampel Pemeriksaan Detai Untuk mengurnpulkan data yang cukup Uji beban clan terpercaya sehingga pemeriksaan Pengujian NDT yang efektif
struktur dapat dilakukan dengan tingkat keyakinan yang tinggi
pengujian fisik kimiawi
Presentasi Hasil Untuk mempermudah penilaian Plot Analisis stasistik Interpretasi Hasil Untuk menilai kinerja struktur eksisting Analisis struktur saat ini clan yang akan dating dan Analisis kerusakan dengan bantuan
membandingkannya dengan persyaratan yang ada
pengalaman sebelumnya
Rekomendasi Untuk menentukan aksi selanjutnya yang diperlukan seperti perbaikan/perkuatan, treatment untuk pencegahan, demolisi atau survey lanjut yang lebih komprehensif
Dari keenam tahapan tersebut, tahapan survey/pemeriksaan global
clan pemeriksaan detail merupakan tahapan-tahapan yang terpenting dalam
prosedur penilaian material/struktur beton bertulang eksisting. Bagian
selanjutnya dari makalah ini akan lebih difokuskan pada pembahasan
mengenai pemeriksaan/pengujian material/struktur beton bertulang
eksisting.
c. Pemeriksaan/Pengujian Struktur Eksisting
Pemeriksaan struktur biasanya bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang mendalam mengenal kondisi rnaterial/struktur dalam
bangunan. Hal-hal yang dilakukan dalam pemeriksaan struktur diantaranya
adalah:
− Meng identif i kasi semua cacat dan kerusakan
− Mendiagnosa penyebabnya
− Mengevaluasi kerusakan/cacat yang sudali diidentifikasi
Beberapa bentuk metoda pengujian dapat digunakan untuk hal
tersebut, diantaranya pengujan-pengujian setempat yang bersifat tidak
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-27
merusak seperti pengujian ultrasonik, hammer dan lain-lain. Hasil pengujian
tersebut (yang merupakan parameter struktur yang aktual) kemudian dapat
dimanfaatkan untuk analisis kapasitas struktur atau komponen-komponen
struktur.
Bentuk lainnya dapat berupa 'load test" (pengujian pembebanan)
yang dapat bersifat setengah merusak ataupun merusak total komponen-
komponen bangunan yang diuji. Pada kebanyakan Situasi biasanya hasil
yang didapat dan "load test" lebih meyakinkan dibanding hasil dari bentuk-
bentuk pengujian lainnya. Namun walaupun begitu, bentuk "load test"
memerlukan waktu dan biaya yang besar dan tidak mudah untuk di lakukan.
Informasi—informasi yang diperoleh dan pemeriksaan/pengujian
struktur eksisting tersebut dapat digunakan untuk menentukan apakah
tindakan perbaikan/perkuatan struktur yang perlu dilakukan atau layak
secara ekonomis untuk dilakukan (dibandingkan misalnya dengan biaya
demolisi/penghancuran) Seiain itu. berdasarkan intormasiinformasi tersebut
juga dapat ditentukan metoda terbaik jika perbaikan/perkuatan tersebut
memang diperlukan.
6. Tahapan Dalam Pemeriksaan/Pengujian Struktur Eksisting
Secara garis besar, pemeriksaan/pengujian struktur eksisting terdiri atas tiga
tahapan. yaitu:
a. Tahapan Perencanaan
Tahapan ini mencakup pendefinisian masalah, pemilihan metoda
pengujian yang akan dilakukan yang tentunya sesuai dengan masalah yang
dihadapi, penentuan banyaknya pengujian yang akan dilakukan, dan
pemlihan lokasi pengujian pada struktur/komponen struktur yang tentunya
diharapkan dapat mewakili kondisi struktur yang sebenarnva. Tahapan-
tahapan yang umumnya dilakukan pada tahapan perencanaan ini diuraikan
pada bagian berikut ini:
1). Penyelidikan Visual
Pengamatan visual diperlukan sebagai tahapan awal untuk
mendefinisikan permasalahan yang ada di lapangan. Berdasarkan
pengamatan visual ini bisa didapatkan informasi mengenai tingkat
kemampuan layanan (service ability) komponen struktur (seperti
lendutan), baik-tidaknya pengerjaan pada saat pembangunan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-28
struktur/komponen struktur (misal ada tidaknya bagian keropos dan "
honeycombing" pada beton) dan jenis kerusakan yang dialami baik pada
tingkat material (misal pelapukan beton) maupun tingkat struktural
(seperti retak-retak akibat lenturan pada struktur beton). Untuk tahapan
ini diperlukan adanya tenaga ahli yang terlatih yang dapat mendeteksi
hal-hal yang tidak normal yang terjadi pada struktur dan dapat
membedakan jenis-jenis kerusakan yang terjadi dan penyebabnya.
Sebagai contoh tenaga ahli tersebut harus mampu membedakan
jenis-jenis retak yang mungkin terjadi pada struktur beton (Gambar 4.3).
Untuk dapat membedakan jenis—jenis retak tersebut beserta
penyebabnya, perlu diIakukan penyelidikan yang mendalam mengenai
pola retak yang terjadi. berdasarkan penyelidikan tersebut bisa didapat
dugaan-dugaan awal mengenai penyebab retak.
Tabel 4.5 di bawah ini memperlihatkan bentuk-bentuk gejaIa
yang dapat timbul yang biasanya berhubungan deangan jenis-jenis
kerusakan tertentu. Pada session sebelumnya telah diberikan secara
detail bentuk-bentuk kerusakan yang umum pada material/struktur beton
bertulang eksisting beserta penyebabnya.
gambar 4-4. Diagnosis Kerusakan Yang Teriadi pada Beton
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-29
Tabel 4-5 Diagnosis Kerusakan Yang Teriadi pada Beton
Penyebab Gejala Jangka Waktu
Pemunculan
Retak Pengelupasan Pengikisan Segera Lama
Defisiensi struktur X X X X
Korosi Tulangan X X
Serangan Kimiawi x X x x
Kebakaran X X x
Reaksi Internal X X x
Pengaruh Suhu X x x X
Susut X X X
Rangkak X x x
Proses Pengeringan yang Abnormal X x Kerusakan Fisik x x x x x
Diadaptasi dari artikel D D. Higggins berjudul "Diagnosing the Causes of Detects or
Deterioration in Cocrete Structures"
2). Pemilihan Jenis Pengujian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis metoda
pengujian untuk struktur eksisting terdiri atas:
− Tingkat kerusakan struktur eksisting yang diizinkan
− Waktu pengerjaan
− Biaya yang tersedia
− Tingkat keandalan hasil pengujian
− Jenis permasalahan yang dihadapi
− Peralatan yang tersedia
Kemungkinan besar jenis pengujian yang tersedia tidak dapat
memenuhi semua hal diatas secara optimal, sehingga perlu adanya suatu
kompromi. Sebagai ilustrasi disampaikan disini bahwa metoda-metoda
pengujian beton yang sifatnya tidak merusak (seperti halnya ultrasonik
can hammer test yang dapat digunakan untuk mengetahui kuat tekan
beton pada struktur) biasanya merupakan bentuk pengujian yang sangat
sederhana, cepat can murah. Namun, tingkat kesulitan dalam
mengkalibrasi hasil pengujian, misalnya untuk proses interpretasi nilai
kuat tekan beton, adalah tergolong tinggi. Disamping itu, jika kalibrasi ini
tidak dilakukan secara balk can benar, maka tingkat keandalan hasil
pengujian dengan menggunakan alatalat tersebut akan menjadi rendah.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-30
Sementara itu jenis pengujian lain yang tersedia seperti pengambilan
sampel core can struktur beton eksisting yaitu kemudian dilanjutkan
dengan pengujian tekan dapat memberikan informasi yang lebih akurat
mengenai nilal kuat tekan beton. Jadi, tingkat keandalan hasil pengujian
core tersebut adalah tergolong tinggi. Namun, cara ini membutuhkan
biaya yang sangat tinggi dan memerlukan waktu pengerjaan yang relatif
lebih lama. Selain itu, cara ini juga menimbulkan kerusakan pada
struktur. 3adi dapat dilihat disini bawa sebagai langkah awal dalam
memilih jenis pengujian yang paling sesuai dengan situasi clan kondisi
yang ada perlu disusun terlebih dahulu tingkat prioritas hal-hal yang akan
clijaclikan sebagai clasar pemilihan. Namun perlu diperhatikan bahwa
biasanya tingkat akurasi hasil pengukuran merupakan kriteria yang
paling penting dalam pemilihan jenis pengujian.
Biasanya, untuk mengatasi kelemahan pengujian-pengujian yang
disebutkan pada ilustrasi diatas, dapat dilakukan penggabungan
beberapa jenis/metoda pengujian. Sebagai contoh, karena dapat
memberikan hasil yang akurat, pengujian core dapat digabungkan
dengan bentuk-bentuk pengujian yang lain seperti pengujian ultrasonic
atau hammer. Disini, pengujian core dapat dilakukan untuk
mengkalibrasi hasil pengujian ultrasonic clan hammer. Karena sifatnya
yang hanya mengkalibrasi, jumlah sample core yang diperlukan tentu
saja dapat diperkecil. Sehingga kerusakan yang timbul pun dapat
diminimumkan.
3). Jumlah dan Lokasi Pengujian
− Jumlah pengujian yang dibutuhkan ditentukan oleh
− Tingkat akurasi yang diinginkan (hubungannya dengan statistic)
− Biaya yang dibutuhkan
− Tingkat kerusakan yang ditimbulkan
Sebagai contoh, pada pengujian hammer, untuk mengetahui nilai
kuat tekan beton dengan tingkat akurasi yang tinggi biasanya diperlukan
dalam jumlah yang besar yang lokasi pengujiannya dapat disebarkan
sehingga mencakupi semua daerah komponen struktur yang kan diuji.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-31
b. Tahapan Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan perlu diperhatikan tingkat kesulitan dalam
mencapai lokasilokasi yang telah ditentukan sebagai lokasi pengujian. System
perancah dapat digunakan, namun sistemnya harus direncanakan clan
dipersiapkan dengan baik. Penanganan peralatan pengujian harus dilakukan
dengan baik selama pelaksanaan. Selain itu, keselamatan tenaga pelaksana
harus benar-benar diperhatikan (tenaga pekerja perlu dilengkapi dengan
peralatan keselamatan seperti topi pengaman ("hard hat"), tali pengikat can
lain-lain). Pada saat pelaksanaan, perlu diperhatikan pengaruh gangguan
yang mungkin timbul dari pengujian tersebut terhadap lingkungan (baik
terhadap orang maupun terhadap gedung-gedung struktur-struktur disekitar
lokasi struktur yang sedang diuji).
gambar 4-5. Instrumen Dan Pelaksanaan Pengujian Kekuatan Beton
c. Tahapan interpretasi
Tahap interpretasi dapat dibagi menjadi tiga tahapan yang berbeda.
- Kalibrasi
- Peninjauan variasi hasil pengukuran
- Analisis Perhitungan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-32
7. Metoda Pengujian
Metoda pengujian untuk mengevaluasi kerusakan beton pads umumnya dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
− Metoda langsung
Sebagai contoh: pengamatan visual, analisis dan pengujian bahan.
− Metoda tidak langsung
Pada metoda ini, dilakukan pengukuran parameter-parameter yang dapat
dikorelasikan dengan kekuatan, perilaku elastik atau kondisi kerusakan
bahan
Selain itu metoda pengujian dapat jugs dikelompokkan atas dasar tingkat
kerusakan yang ditimbulkan pads struktur, yaitu pengujian Non-Destructive,
pengujian Semi-Destructive, dan pengujian Destructive.
Metoda pengujian non-destruktive adalah metode pengujian yang tidak
merusak struktur/komponen struktur yang ditinjau. Yang tergolong dalam jenis
pengujian ini diantaranya adalah pengujian hammer, ultrasonic, dan kain-lain.
Metoda pengujian semi-destruktive adalah pengujian yang menimbulkan
kerusakan minor sampai sedang pads struktur/komponen struktur yang diuji.
Contoh dari pengujian ini diantaranya adalah pengujian pull-out, pengujian core,
pengujian beban batas (ultimatelcollapase load test) pada komponen-komponen
struktur.
a. Metoda Pengujian Kekerasan Permukaan (Schmidt Hammer)
Metoda pengujian ini dilakukan deangan memberikan beban impact
(tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang
diaktifkan dengan memberikan energi yang besarnya tertentu. Jarak
pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan
dengan permukaan beton benda uji dapat memberi indikasi kekerasan dan
juga, juga setelah kalibrasi, dapat memberikan indikasi nilai kuat tekan beton
benda uji. Jenis hammer yang umum dipakai untuk pengujian ini adalah
"Schmidt rebound hammer" (Gambar 4.5). Alat ini sangat berguna untuk
mengetahui keseragaman material beton pada struktur. Karena
kesederhanaannya, pengujian deangan menggunakan alat ini dapat
dilakukan dengan cepat, sehinggadapat mencakup area pengujian yang luas
dalam waktu yang singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada
pada permukaan beton, misalkan keberadaan partikal batu pada bagian-
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-33
bagian tertentu dekat permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan
beberapa kali pengukuran di sekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya
kemudian dirata-ratakan. British Standarts (BS) mengisyaratkan pengambilan
antara 9 sampai 25 kali pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas
maksimum 300 mm2 (jarak antara 2 lokasi pengukuran tidak boleh dari pada
20 mm).
Secara umum alat yang digunakan untuk :
− Memeriksa keseragaman kualitas beton pada struktur
− Mendapatkan perkiraan nilai kuat tekan beton
− Mendapatkan informasi mengenai ketahanan beton terhadap abrasi
Spesifikasi mengenai penggunaan alat ini bisa dilihat pada BS4408
pt. 4 atau ASTM C805-89.
gambar 4-6. Alat Ukur Schmidt Rebound Hammer
1). Kelebihan dan kekurangan "Schmidt Rebound Hammer"
Kelebihan
− Murah
− Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat
− Praktis (mullah digunakan)
− Tidak merusak
Kekuranqan :
− Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan/kehalusan permukaan.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-34
Kelembaban beton. Sifat-sifat dan jenis agregat kasar, drajad karbonasi,
ukuran dan umur beton. Oleh karena itu perlu diingat bahwa beton yang
akan diuji haruslah dari jenis dan denngan kondisi sama.
− Sulit mengkalibrasi hasil pengukuran
− Tingkat keandalan rendah
− Hanya memberikan informasi mengenai karakteristik beton pada
permukaan.
2). Kalibrasi
Seperti yang disebutkan sebelumnya. banyak sekali variabel yang
berpengaruh terhadap basil pengukuran dengan menggunakan "Schmidt
Rebound Hammer". Oleb karena itu sangat sulit untuk mendapakan diagram
kalibrasi yang bersifat umum yang dapat menghubungkan parameter
tegangan heton sebagai fungsi nilai Skala pemantulan "rebound hammer"
dan dapat diaplikasikan untuk sembarang beton. Jadi dengan kata lain
diagram Kalibrasi sebaiknya berbeda untuk setiap jenis campuran beton yang
berbeda. Oleh karena itu untuk setiap jenis beton yang berbeda, perlu
diperoleh diagram kalibrasi tersendiri. Untuk mendapatkan diagram kalibrasi
tersebut perlu dilakukan pengujian tekan sample hasil Coring untuk setiap
jenis beton Yang berbeda pada struktur yang sedang ditinjau. Hasil uji coring
tersebut kemudian dijadikan sebagai konstanta untuk mengkalibrasi bacaan
yang didapat dari peralatan hammer tersebut.
Perlu diberi catatan disini bahwa penggunaan diagram kalibrasi yang
dibuat oleh produsen alat uji hammer sebaiknya dihindarkan. karena diagram
kalibrasi tersebut diturunkan atas dasar pengujian beton dengan jenis dan
ukuran agregat tertentu. bentuk benda uji yang tertentu dan kondisi test
tertentu.
Tabel 4-6 Diagram Kalibrasi alat uji Hammer
Angka Pantulan Rata—rata Kualitas Selimut Beton
>40 Baik, Lapisan keras
30-40 Cukup Baik
20-30 Kurang Baik
<20 Ada Retak/Delaminasi dekat permukaan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-35
b. Metoda Pengujian Ultrasonik
Metoda pengujian ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
kecepatan rambat gelombang yang melalui suatu media padat bergantung
pada sifat-sifat elastik media padat tersebut. Jika digunakan dengan balk dan
benar, alat ini dapat memberikan informasi yang banyak mengenai kondisi
bagian permukaan ataupun bagian dalam beton. Alat ini secara talk langsung
juga dapat memberikan informasi mengenai nilai kuat tekan beton jika
hubungan antara sifat-sifat elastik suatu bench padat dengan nilai kuat
tekannya diketahui.
Alat ini pada dasarnya terdiri atas pembangkit signal gelombang,
transducer pengirim (transmitter) dan transducer penerima (receiver). Alat ini
juga dilengkapi oleh alat pengukur dan perekam waktu yang dibutuhkan oleh
gelombang untuk merambat dan transmitter Le receiver (Gambar 4.6). Jika
panjang lintasan jarak antara transmitter dan receiver) diketahui, maka
kecepatan rambat gelombang yang terjadi bisa dihitung. 3enis transducer
yang sesuai untuk aplikasi pada material beton adalah transducer dengan
frekuensi pribadi berkisar antara 20 Khz dan 150Khz. Standar metoda
pengujian ultrasonik ini dapat dilihat pada BS 4408 pt.5 atau ASTM C 597.
1). Prinsip Pengukuran
Alat ini seperti disebutkan sebelumnya memanfaatkan prinsip
perambatan gelombang pada media padat. Seperti diketahui ada tiga
jenis gelombang yang timbul pada saat suatu massa padat diberikan
suatu impulse (getaran) yaitu, gelombang permukaan, gelombang
transversal dan gelombang longitudinal. Dari ketiga gelombang tersebut,
gelombang longitudinal merupakan gelombang yang mempunyai
kecepatan tinggi dan yang memberikan banyak informasi mengenai sifat-
sifat fisik bahan padat yang dilaluinya. Dari teori fisika diketahui bahwa
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-36
Jika kecepatan perambatan gelombang longitudinal dan berat
jenis bench padat yang dilaluinya diketahui, maka harga modulus elastik
dinamik dari bahan padat tersebut bisa dihitung berdasarkan persarnaan
diatas. Seperti diketahui untuk beton-beton yang terbuat dari jenis
batuan alam, nilai berat jenis dan poisson's rationya relatif mirip satu
sama lain. Sehingga untuk setiap beton untuk campuran yang berbeda
(namun menggunakan batuan alam) hubungan antara kecepatan
gelombang dan nilai modulus elastis betonnya dapat diasumsikan tetap.
gambar 4-7. Alat Ultrasonic Pulse velocity
2). Penempatan Transduncer
Sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan tiga macam cara
yang bisa dilakukan untuk menempatkan transducer penyampai dan
penerima pads bends uji. Hal ini bisa dilihat pads Gambar 4.7 dan ketiga
cara-cara tersebut cara langsung (direct) merupakan pilihan yang
terbaik. Sedangkan cara tidak langsung (indirect) merupakan cara yang
kurang balk. Pads cara yang tidak langsung tingkat kepekaan gelombang
yang terbaca oleh receiver jauh lebih kecil daripada yang dihasilkan
dengan cara langsung. Oleh karena itu gelombang tersebut bersifat
sangat rentan terhadap ganggguan yang mungkin didapat selama
perambatannya. Hal ini tentunya dapat memperkecil tingkat akurasi basil
pengukuran.
Selain itu, pads cara yang tidak langsung. karena pola
penempatan transducernya, kecepatan gelombang akan dipengaruhi
secara dominan oleh kondisi permukaan solid. sehingga hasil yang
didapat tentunya tidak akan mewakili kondisi solid yang sebenarnya.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-37
Kelemahan lain pads cara yang tidak langsung ini adalah sulitnya
mengetahui secara pasti berapa sebenarnya panjang lintasan yang diialui
oleh perambatan gelombang yang diukur. Untuk mengatasi hal ini perlu
dilakukan pengukuran yang berulan-ulang dengan cara memindah-
mindahkan posisi transducer penerima. sedang posisi transducer
penyampai dijaga tetap (sehingga didapat jarak antara transducer yang
berubah-ubah). Hasil pencatatan waktu perambatan gelombang untuk
masing-masing pengukuran kemudian diplot pads grafik yang
mengambarkan hubungan waktu perambatan sebagai fungsi jarak antara
transducer. Dengan regresi linear bisa didapat persamaan yang linear
untuk kedua parameter tersebut. Kemiringan (slope) persamaan tersebut
merupakan kecepatan rata-rata perambatan gelombang yang dicari.
Namun, cara ini sangat bergantung pads kondisi permukaan solid di
sepanjang penempatan transducer penerima. Jika, sebagai contoh ada
suatu diskontinuitas (retak-retak) maka ketelitian hasil yang didapat
menjadi berkurang.
gambar 4-8. Konfigurasi Transducer
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-38
3). Kalibrasi untuk Penukuran Nilai Kuat Tekan beton
Seperti disebutkan sebelumnya, pengukuran dengan
menggunakan alat ultrasonik ini hanya memberikan informasi mengenai
modulus elastisitas beton. Untuk bisa mengkorelasikan hasil pengukuran
dengan nilai kuat tekan beton, maka diperlukan suatu diagram kalibrasi.
Seperti diketahui hubungan modulus elastisitas beton dengan nilai kuat
tekannya sangat sulit dimodelkan. Banyak variabel-variabel dalam
campuran beton yang berpengaruh. Sehingga ada kemungkinan bahwa
beton yang memiliki nilai kuat tekan yang sama ternyata memiliki
modulus elastisitas yang berbeda. Oleh karena itu, sama seperti halnya
dengan pengukuran hammer, diperlukan diagram kalibrasi tersendiri
untuk setiap jenis campuran beton.
gambar 4-9. Hubungan antara Nilai Kuat Tekan Beton
dan Kecepatan Rambat Gelombang
Untuk pengujian lapangan, kalibrasi ini bisa dilakukan dengan mengambil
sample core yang dapat mewakili kondisi beton pada lokasi yang hendak diuji.
Sebelum diuji tekan. sample tersebut terlebih dahulu diuji ultrasonik. Korelasi
yang didapat dari uji ultrasonic dan uji tekan sample core ini kemudian
dijadikan dasar untuk pembuatan diagram kalibrasi untuk jenis beton tersebut.
Gambar 4.8 menunjukkan contoh hubungan antara nilai kuat tekan beton dan
kecepatan rambat gelombang ultrasonic.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-39
4). Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Hasil Pengukuran
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil pengukuran
dengan menggunakan Ultrasonik. Yaitu
− suhu
− kelembaban beton
− posisi tulangan pada beton bertulang
Faktor-faktor tersebut diatas harus diperhatikan dalam
menginterprestasikan hasilhasil pengujian. Kondisi lain yang berpengaruh
terhadap rambatan gelombang dalam beton dapat dilihat pada Gambar
4.7. Untuk pengukuran nilai kuat tekan beton hasil pengujian ultrasonic
sangat dipengaruhi oleh umur beton, kondisi kandungan kadar air rasio
agregat semen, jenis agregat dan lokasi tulangan. Tabel 4.6 memberikan
kriteria penilaian basil pengujian ultrasonic.
gambar 4-10. Kondisi-kondisi yang Berpengaruh terhadap Rambatan Gelombang di Dalam Beton
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-40
5). Aplikasi
Banyak aplikasi yang dapat dilakukan dengan alat ukur ultrasonik
terutama yang berkaitan dengan pemeriksaan retak/kerusakan,
diantarnya:
− Memeriksa keseragaman kualitas bahan
− Mendeteksi retak-retak dan honeycombing.
Karena pulse tidak bisa merambat melaui udara. adanya retak
atau rongga kosong pada lintasan rambatan dapat memperbesar panjang
lintasan (karena gelombang akan menjalar mengelilingi retak-retak atau
rongga kosong tersebut) sehingga waktu rambatan untuk sampai ke
transducer penerima menjadi lebih lama. Berdasarkan prinsip ini, retak-
retak atau rongga kosong pada beton atau benda padat lainnya dapat
dideteksi dan dapat di perkirakan dimensinya (misal, kedalaman
retakannya ) (gambar F.9).
− Memperkirakan nilai kuat beton
− Memperkirakan ketebalan beton yang sudah lapuk dibawah
permukaan pelat lantai.
Alat ultrasonik juga dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat
tenal pelapukan yang sudah dialami pelat beton yang timbul akibat
kebakaran atau serangan zat kimiawi dengan cara penempatan
transducer yang tidak langsung (gambar 9)
− Mengukur ketebalan
− Mengukur modulus elastis bahan
− Memonitor proses pengerasan beton
− Memperkirakan ketebalan bagian yang lapuk pada balok kolom
Untuk aplikasi ini perlu diasumsikan bahwa kecepatan rambat
gelombang dipermukaan paling luar pada bagian betcn yang sudah lapuk
akibat serangan kimia kebakaran adalah nol. Sedangkan kecepatan
rambat gelombang pada bagian/lapisan dalam (interior) yang masih baik
diasumsikan dapat cliwakih oleh kecepatan rambat gelombang pada
bagian-bagian struktur lainnya yang kondisi betonnya masih baik (tidak
terkena pengaruh kebakaran dan serangan zat kimia). Sebagai contoh
jika diperoleh waktu T yang diperlukan gelombang berjalan pada lintasan
L (termasuk tebal bagian yang lapuk) maka tebal bagian elemen struktur
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-41
yang lapuk/rusak. Adalah :
t = (TV — L)
Dimana Vc = kecepatan rambat gelombang pada bagian beton
yang kondisinya masih baik. Cara ini sudah terbukti memberikan estimasi
yang cukup baik pada investigasi kerusakan beton bertulang akibat
kebakaran.
Tabel 4-7 Kriteria Penilaian Hasil Ultrasonic
Kecepatan Gelombang Kualitas Selimur Beton
>4 Baik
3-4 Cukup Baik
<3 Kurang Baik
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-42
gambar 4-11. Penentuan Kedalaman Retakan
c. Uji Pembebanan (load test)
Uji pembebanan (load test) perlu dilakukan jika ternyata hasil
pengujian material, baik non-destructive maupun semi-destructive yang
kemudian diikuti dengan perhitungan analitis dengan menggunalan dimensi
dan sifat-sifat bahan yang sebenarnya, belum memuaskan pihak-pihak
terkait.
Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa
tingkat keamanan suatu struktur atau bagian struktur sudah memenuhi
persyaratan peraturan bangunan yang ada, yang tujuannya untuk menjamin
keselamatan umum. Oleh karena itu biasanya load test hanya dipusatkan
pada bagian-bagian struktur yang dicurigal tidak memenuhi persyaratan
tingkat keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian material dan
pengamatan.
Uji pembebanan biasanya perlu dilakukan untuk kondisi-kondisi
berikut ini:
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-43
− Perhitungan analitis tidak memungkinkan untuk dilakukan karena
keterbatasan informasi mengenai detail dan geometri struktur.
− Kenerja struktur yang sudah menurun karena adanya penurunan kualitas
bahan, akibat serangan zat kimia, ataupun karena adanya kerusakan fisik
yang dialami bagian-bagianstruktur, akibat kebakaran, gempa,
pembebanan yang berlebihan, dan lain-lain.
− Tingkat keamanan struktur yang sangat rendah akibat jeleknya kualitas
pelaksanaan ataupun akibat adanya kesalahan pada perencanaan yang
sebelumnya tidak terdeteksi.
− Struktur direncanakan dengan metoda-metoda yang non standart,
sehingga menimbulkan kekuatiran mengenaitingkat keamanan struktur
tersebut.
− Perubahan fungsi struktur, sehingga menimbulkan pembebanan tambahan
yang belum diperhitungkan saat perencanaan.
− Diperlukannya pembuktian mengenai kinerja suatu struktur yang barn saja
direnivasi/diperkuat.
(1) Jenis-Jenis Load Test
Uji pembebanan dikategorikan dalam 2 kelompok, yaitu
− Pengujian di tempat (in-situ) yang biasanya bersifat non-destructive
− Pengujian bagian-bagian struktur yang diambil dari struktur utamanya.
Pengujian biasanya dilakukan di laboratorium yang bersifat merusak.
Pemilihan jenis uji pembebanan ini bergantung pada situasi dan kondisi.
Tetapi biasanya cara kedua dipilih jikacara pertama tidak praktis (tidak
mungkin) untuk dilaksanakan.
Selain itu pemilihan jenis pengujian pembebanan ini bergantung pada
tujuan diadakannya lod test. Kalau tujuannya hanya ingin mengetahui
tingkat layanan struktur, maka pillhan pertama tentunya paling baik.
Tetapi jika ingin mengetahui kekuatan batas dari suatu bagian struktur,
yang nantinya akan digunakan sebagai kalibrasi untuk bagian-bagian
struktur lainnya yang mempunyai kondisi yang sama, maka cara kedualah
yang dipilih.
(2) Pengujian Pembebanan di Tempat (In-Situ Load Test)
Ujian utama dan pengujian ini adalah untuk memperlihatkan apakah
perilaku suatu struktur pada saat diberi beban kerja (working load)
memenuhi persyaratan bangunan yang ada yang pada dasarnya dibuat
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-44
agar keamanan masyarakat umum terjamin. Perilaku struktur tersebut
dinilai berdasarkan pengukuran lendutan yang terjadi. Selain itu
penampakan struktur pada saat dibebani juga diukur/dievaluasi. sebagai
contoh, apakah retak-retak yang terjadi selama pengujian masih dalam
batas-batas yang wajar. Beberapa hal yang patut men jadi perhatian
dalam pelaksanaan loading test akan diberikan dalam uraian berikut ini.
a) Persiapan dan Tatacara Pengujian
ACI-318-'89 mengisyaratkan bahwa uji pembebanan hanya
bisa dilakukan jika struktur beton sudah berumur lebih dan 56 hari.
Pemilihan bagian struktur yang akan diuji dilakukan dengan
mempertimbangkan:
- permasalahan yang ada
- tingkat keutamaan bagian struktur yang akan diuji
- kemudahan pelaksanaan
Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan
diuji dan beban ujinya juga harus pertimbangkan/dilihat apakah
kondisinya balk dan kuat. Selain itu "scaffolding" juga harus
dipersiapkan untuk mengantisipasi behan-beban yang timbul jika
terjadi keruntuhan pada bagian struktur yang diuji.
Beban pengujian harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga bagian struktur yang dmaksud benar-benar mendapatkan
beban yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini kadangkala
sulit dilaksanakan. terutama untuk pengujian struktur lantai. Hal mi
dikarenakan adanya keterkaitan antara bagian struktur yang diuji
dengan bagian struktur lain yang ada disekitarnya. sehingga timbul
apa yang disebut pengaruh pembagian pembebanan ("load sharing
effect'). Pengaruh ini juga bisa ditimbulkan oleh elemen-elemen non
struktural yang menempel pada bagian struktur yang akan diuji,
sebagai contoh "ceiling board". Elemen non struktural ini dapal
berfungsi mend istri busikan beban pada komponen-komponen
struktur dibawahnya yang sebenarnya tidak Baling berhubungan,
untuk menghinclan terjadinya distribusi beban yang tidak diingini,
maka bagian struktur yang akan diuji sebaiknya disolasikan dari
bagian struktur yang ada di sekitarnya.
ACI 318-'89 mengisyaratkan bahwa besarnya beban yang harus
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-45
diaplikasikan selama "load test" (termasuk beban mati yang sudah ada pada
struktur) adalah: Beban total ?
0,85 ( 1,4D+1.L)
Dimana D=beban mati
L=benda hidup (termasuk faktor reduksinya)
Beban mati harus diaplikasikan selama 48 jam sebelum 'load test'
dimulai. sebelum beban diterapkan terlebih dahulu di dahului pembacaan
lendutan awal yang nantinya dijadikan sebagai acuan untuk pembacaan
lendutan setelah penerapan beban harus di Lakukan secara bertahap dan
perahan-lahan. Sehingga tidak menimbulkan beban kejutan pada
struktur. Setelah beban-beban yang direncanakan berada pada
struktur yang diuji selama 24 jam, pembacaan lendutan bisa
dilakukan, setelah pembacaan, beban-beban bisa di lepaskan dari
struktur. Dua puluh empat jam setelah itu, pembacaan lendutan di
lakukan kembali.
Kriteria minimum yang harus dipenuhi dan hasil load test ini
adalah struktur tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda kerumuhan
seperti terbentuknya retak-retak yang berlebihan atau terjadi lendutan
yang besar yang bisa terlihat oleh mata atau terjadi lendutan yang
melebihi persyaratan keamanan yang telah ditetapkan dalam
peraturan-peraturan bangunan.
(b) Teknik Pembebanan
Pembebanan harus diiakukan sedemikian rupa sehingga laju dan
distribusi pembebanan dapat dikontrol. Beban-beban yang bisa
digunakan diantaranya air, bata/batako, kantong semen/pasir.
pemberat baja dan lainlain. Pemilihan beban yang akan digunakan
tergantung dengan distribusi pembebanan yang diinginkan, besarnya
total beban yang dibutuhkan, ketersediaan, dan kemudahan
pemindahannya.
(c) Pengukuran
Parameter yang biasanya di ukur dalam "load test" adalah lendutan,
lebar retak dan renggangan. Lebar retak yang terjadi biasanya a
diukur dengan menggunakan mikroskop tangan yang dilengkapi
dengan lampu dan mempunyai lensa yang diberi garis-garis berskala
yang ketebalannya berbeda-beda. cara pengukuran adalah dengan
rnembandingkan lebar retak yang terjadi lewat pencropongan dengan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-46
miikroskop, dengan lebar garis-garis berskala tersebut, pola retak-
retak yang terjadi biasanya ditandai dengan menggambarkan garis-
garis yang meingikuti pola retak yang ada dengan menggunakan
spidol berwarna (diujung garis-garis retak tersebut kemudian
dituliskan informasi mengenai tingkat pembebanan dan lebar retak
yang sudah terjadi). Pengukuran lendutan hiasanya di lakukan dengan
menggunakan LVDT ( Linear Variable Displacement Transducer)
Sedangkan pengukuran regangan di lakukan dengan menggunakan
strain gage.
3) Uji Beban Merusak (Beban Batas)
Uji merusak biasanya ditempuh jika pengujian di tempat (in-situ) tidak
mungkin di lakukan atau jika tujuan utama pengujian adalah mengetahui
kapasitas suatu bagian struktur yang nantinya akan dijadikan sebagai
acuan dalam menilai bagianbagian struktur lainnya yang identik dengan
bagian yang diuji. Pengjian jenis ini biasanya memakan waktu dan biaya
yang besar, terutama untuk pemindahan dan penggantian bagian struktur
yang akan diuji dilaboratorium. Namun, walaupun begitu hasil yang bisa
diharapkan dari pengujian jenis ini tergolong sangat akurat dan informatif.
4.3.5. PENDEKATAN UTILITAS BANGUNAN
Bangunan - bangunan gedung yang telah dirancang oleh para arsitek, pada
akhirnya harus digunakan dan tempati oleh penggunanya. Pengguna bangunan gedung
ticlak hanya sekedar memakai can menempati gedung, tetapi harus pula menikmatinya.
Sehinga bangunan gedung tersebut harus memberikan rasa nyaman clan berfungsi
dengan balk, ticlalk hanya sekedar indah cipandang mata dari sudut karya seni. Untuk itu
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana bangunan yang
mendukung fungsi dari gedung tersebut.
Utilitas bangunan sangat diperiukan untuk melengkapi suatu gedung, terutama
untuk gedung bertingkat yang memiliki lantai lebih dari satu. Kelengkapan dan
berfungsinya utilitas dari suatu gedung, akan memberikan jaminan keselamatan clan
kenyamanan penghuni yang menggunakan gedung tersebut.
Utilitas bangunan suatu gedung terdiri dari beberapa komponen, di mana setiap
komponen sating mendukung fungsi gedung serta kenyamanan dan keselamatan orang-
orang yang menggunakan gedung tersebut. Komponen-komponen utilitas bangunan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-47
tersebut antara lain adalah sistem instalasi pencegahan kebakaran, sistem transportai
vertikal, sistem plumbing, sistem instalasi listrik, sistem tata udara, sistem instalasi
penangkal petir dan sistem instalasi komunikasi.
1. Komponen Utilitas Bangunan
Untuk tujuan penelitian tingkat keandalan utilitas bangunan gedung,
sampling bangunan diperiksa berdasarkan tujuh komponennya, yaitu :
a. Utilitas pencegahan kebakaran :
1). Sistem deteksi alarm kebakaran : alat-alat deteksi, titik panggil manual,
panel kontrol kebakaran, catu daya, alarm kebakaran, kabel instalasi
2). Sprinkler otomatis pompa air, kepala sprinkler, kran uji, pipa instalasi
3). Gas pemadam api kumpulan tabung gas, alarm kebakaran, stater
otomatis, catu daya panel kontrol, kotak operasi manual, alat-alat deteksi,
nose) gas, kran pillih otomatis
4). Hidran : pompa air, pipa instalasi, tangki penekan, hidran kotak, hidran
pilar, sumber air, tangki penampungan air
5). Tabung pemadam api ringan : tabung gas tersegel, selang
b. Utilitas transportasi vertikal :
1). Lift : motor penggerak, sangkar & alat kontrol, motor penggerak pintu,
kabel dan panel listrik, strik, rel', alat penyeirnbang, peredam.
Berdasarkan peraturan nasional: garis tengah kabel-kabel harus sekurang-
kurangnya 12 mm, banyaknya kabel minimal 3 buah, dan plat lantai
pemikul lift terbuat dari beton. Untuk keamanan, kabin lift harus tahan api
dan tertutup. Namun demikian harus ada lubang yang dapat digunakan
untuk menolong penumpang dalam keadaan darurat.
Tabel 4-8 Klasifikasi penggunaan lift
Lift untuk manusia Lift khusus
Tinggi gedung Kecepatan lift Jenis gedung Kecepatan lift
4 - 10 lantai 1.0 - 2.5 m/det Rumah sakit 2.5 - 3.5 m/det
10 - 15 lantai 3.0 - 3.5 m/det Rumah tinggal 1.0 - 1.3 m/det
15 - 20 lantai 3.5 - 4.0 m/det Lift barang
20 - 50 lantai 4.0 - 6.0 m/det 2-3 lantai 0.5 m/det
> 50 lantai 6.0 - 7.5 m/det 4-5 lantai 0.8 m/det
2). Eskalator : motor penggerak, alat kontrol, kabel & panel listrik, rantai
penarik, roda gigi penarik, badan eskalator, anak tangga
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-48
c. Utilitas plumbing
1). Air bersih : sumber air, tangki penampungan atas, pompa penampungan &
alat kontrol, pompa distribusi, listrik untuk panel pompa, pompa instalasi,
kran
2). Air kotor : kloset, saluran ke tangki septik, kran air gelontor, tangki septik,
bak cuci, saluran dari bak cuci ke saluran terbuka, lubang pengurasan,
pipa air hujan
d. Utilitas instalasi listrik
1). Sumber daya PLN : panel tegangan menengah, trafo, panel distribusi,
lampu, armatur, kabel instalasi
2). Sumber daya genset : motor penggerak, alternator, alat pengisian aki,
radiator, kabel instalasi, AMF, daily tank, panel
e. Utilitas instalasi tata udara
1 ) . Sistem tata udara sentral : sistem pendinginan langsung (media air),
sistem pendinginan tidak langsung (media udara)
2 ) . Sistem tata udara non sentral : sistem AC windows, sistem AC split
f. Utilitas instalasi penangkal petir
1). Instalasi proteksi petir eksternal : kepala penankal petir, hantaran
pembumian elektroda pembumian
2). Instalasi proteksi petir internal : arester tegangan lebih, pengikat
ekuipotensial hantaran pembumian, elektroda pembumian
g. Utilitas Instalasi komunikasi
1). Instalasi telepon : pesawat telepon, PABX, kabel instalasi
2). Instalasi tata suara : mikropon, panel system tata suara, speaker, kabel
instalsi
2. Pengumpulan Data
a. Observasi
Obeservasi adalah pengamatan visual yang dilakukan dengan survey
lapangan pada objek yang diteliti. Observasi ini diperlukan untuk
mendapatkan gambaran secara langsung objek yang dan untuk
mendapatkan informasi dari pengguna bangunan terhadap komponen utlitas
yang terdapat pada gedung tersebut. Berdasarkan pengamatan visual ini
akan diperoleh data-data mengenai kualitas, kuantitas Berta kelengkapan
dari komponen-komponen utilitas bangunan.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-49
b. Pengukuran dan Pengujian
Pengukuran dan pengujian dilakukan untuk mendukung data-data
yang diperoleh dari pengamatan visual. Pengukuran dan pengujian dilakukan
terhadap komponen utilitas instalalsi listrik dan instalasi penangkal petir.
Peralatan-peralatan pengukuran yang digunakan adalah :
gambar 4-12. Alat ukur mekanikal elektrikal
Tabel 4-9 Batas Nilai Parameter Yang Diinginkan
No Parameter Nilai Yang Diinginkan Keteransan
1 Tegangan Listrik 198 - 240 V max 5 % min 10 % 2 Frekuensi 49,5 -50,5 Hz 3 Total Harmonic Distorsion < 5% Untuk saluran fasa < 10% Untuk saluran netral 4 Pf dan cos Φ 0,8 -1,0 Sifat lagging 5 Voltage unbalanced < 5% 6 Current unbalanced < 5% 7 Resistansi pentanahan < ion 8 Resistansi isolasi ~
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-50
4.3.6. PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN
Sarana dari bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang
dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, untuk itu perlu
dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan
bekerja dengan produktif secara sosial ekonomis. Untuk itu sarana dan bangunan umum
tersebut harus memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan
apabila memenuhi Kebutuhan fisiologis, psikologis clan dapat mencegah penularan
penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus
memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya Kecelakaan.
Dalam rangka melindungi, memelihara clan mewujudkan lingkungan yang sehat
pada sarana dan :angunan umum perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian faktor
risiko penyebab timbulnya penyakit sebagai bagian dari kegiatan surveilans epidemiologi.
1. Komponen Lingkungan
Indikator penilaian Sarana Sanitasi bangunan meliputi beberapa
parameter sebagai berikut
a. Sarana air bersih
b. Drainase gedung
c. Sarana pembuangan air limbah
d. Sarana pembuangan sampan.
a. Sarana air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari balk
domestik (rumah tangga) maupun non domestik (perkantoran, industri,
komersial dan fasilitas umum lainnya) yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan clan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan clan dapat langsung diminum.
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih clan aman, karena pencemaran air minum/air bersih dapat terjadi
mulai dari sumber air, selama proses pengolahan maupun selama pengaliran di
dalam pipa distribusi. Beberapa sarana air bersih yang umum digunakan untuk
keperluan domestik ataupun non domestik diantaranya: sumur dangkal (sumur
gall, sumur pompa tangan dangkal), sumur dalam (sumur artesis), terminal air,
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-51
PDAM. Demikian pula dalam suatu bangunan, pencemaran dalam sumber air
bersihnya pun dapat terjadi, oleh karena itu, sumber/sarana air bersih dalam
suatu bangunan perlu direncanakan. Misalnya jika menggunakan sarana air
bersih dari sumur, maka persyaratan konstruksi bangunan sumur harus aman
terhadap polusi yang disebabkan pengaruh luar, sehingga harus dilengkapi
dengan pagar keliling, selain itu bangunan pengambilan harus dapat
dikonstruksikan secara mudah dan ekonomis Berta dimensi sumur harus
memperhatikan kebutuhan maksimum harian.
Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu atau kualitas dari air bersih.
Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologic dan radiologis. Syarat
kualitas air ini menunjukkan bahwa kandungan unsur fisik, kimia,biologi dan
radiologi harus berada dibawah ambang batas yang diatur menurut Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VII/2002, sehingga tidak membahayakan
tingkat kesehatan manusia.
Batasan-batasan air yang bersih dan aman antara lain
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Tidak berasa dan tidak berbau.
4. Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI. Adapun syarat-syarat Kualitas Air Minum diantaranya seperti
terlihat pada tabel berikut
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-52
Tabel 4-10 Persyaratan Kualitas Air Minum
b. Drainase Gedung
Bangunan yang dilengkapi dengan sistem plambing harus dilengkapi degan
sistem drainase untuk pembuangan air hujan yang berasa) dari atap maupun
jalur terbuka yang mengalirkan air. Air hujan yang dibawa dalam sistem
plambing ini harus disalurkan ke dalam lokasi pembuangan untuk air hujan. Hal
ini karena tidak boleh air hujan disalurkan ke dalam sistem plambing air buangan
yang hanya bertujuan untuk menyalurkan air buangan saja atau disalurkan ke
suatu tempat sehingga air hujan tersebut akin mengalir ke jalan umum,
menyebabkan erosi atau genangan air. Bila terdapat sistem plambing air
buangan dan air hujan dalam satu gedung maka tidak dianjurkan untuk
digabungkan kecuali hanya pada lantai paling bawah saja. Sistem plambing air
hujan yang digabung dengan air buangan pada lantai terbawah harus dilengkapi
dengan perangkap untuk mencegah keluarnya gas dan bau tidak enak dari
sistem tersebut.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-53
Setiap gedung yang direncanakan/dibangun harus mempunyai
perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman
(dengan pengerasan) di dalam persil ke saluran pembuangan campuran kota.
Adapun sistem pengaliran air hujan dapat dilakukan dengan 2 Cara:
1. Sistem Gravitasi : yaitu melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai
dasar dan dialirkan langsung ke saluran kota
2. Sistem Bertekanan (Storm Water) : yaitu aiir hujan yang masuk ke lantai
basement melalui ramp dan air buangan lain yang berasal dari cuci mobil
dan sebagainya dalam bak penampungan sementara (sump pit) di lantai
basement terendah untuk kemudian dipompakan keluar menuju saluran
kota.
Gutter (talang atap) dan leader (talang tegak) air hujan digunakan untuk
menangkap air hujan yang jatuh ke atas atap atau bidang tangkap lainnya di
atas tanah. Dari leader kemudian dihubungkan ke titik-titik pengeluaran,
umumnya ke permukaan tanah atau sistem drainase bawah tanah (underground
drain). Tidak diperkenankan menghubungkannya dengan system saluran saniter.
Talang tegak dapat ditempatkan di dalam ruangan (conductor) maupun di luar
bangunan (leader).
Berdasarkan rekomendasi dari Copper & Brass Research Association beberapa
prinsip berkenaan dengan penentuan ukuran gutter & leader adalah :
1. Ukuran leader dibuat sama dengan outletnya, untuk menghindari kemacetan
aliran yang ditimbulkan oleh daun dan kotoran lainnya.
2. Jarak maksimum antar leader adalah 75 ft (22,86 m). Aturan yang paling
aman adalah untuk 150 ft2 (13,94 m2) luas atap dibutuhkan I inci luas leader.
Angka-angka tersebut dapat berubah akibat kondisi-kondisi local.
3. Ukuran outlet tergantung pada jumlah & jarak antar outlet, kemiringan atap
dan bentuk gutter.
4. Jenis gutter terbaik adalah jika punya kedalaman minimal sama dengan
setengah kali lebarnya dan tidak lebih dari 3/4 lebarnya.
Gutter berbentuk setengah lingkaran merupakan bentuk yang paling
ekonomis dalam kebutuhan materialnya dan menjamin adanya proporsi yang
tepat antara kedalaman dan lebar gutter. ukuran gutter tidak boleh lebih kecil
dari leadernya dan tidak boleh lebih kecil dari 4 inci.
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri, maupun tempat - tempat umum lainnya.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-54
Jenis dan macam air limbah dikelompokkan berdasarkan sumber penghasil, yang
terdiri dari:
1). Air limbah domestic : berasal ari kegiatan penghunian, seperti rumah
tinggal, hotel, sekolah, Derkantoran, pertokoan, pasar dan fasilitas
pelayanan umum. Air limbah domestik dapat dikelompokkan menjadi:
− air buangan kamar mandi
− air buangan WC : air kotor/tinja
− air buangan dapur clan cucian
2). Air limbah Industri : berasal dari kegiatan industri, seperti pabrik tekstil,
pabrik pangan, industri kima, dll.
3). Air limbah limpasan hujan : berasal dari air hujan yang melimpas di atas
permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah.
Pada umumnya air limbah menganclung bahan-bahan atau zat - zat yang
dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup
Meskipun merupakan sisa air , namun volumenya besar, karena lebih kurang 80
% dari air yang digunakan kegiatan manusia sehari - hari dibuang dalam bentuk
yang sudah kotor (tercemar ). Untuk kemudian air limbah ini akan mengalir ke
sungai dan laut dimana air ini digunakan manusia kembali. Oleh sebab itu air
buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara balk. Buruknya kualitas sanitasi
juga tercermin dari rendahnya persentase penduduk yang terkoneksi dengan
sistem pembuangan air limbah (sewerage system).
Sistem pengolahan air limbah dapat dilakukan melalui proses pengolahan secara:
1). Pengolahan individual : pengolahan yang dilakukan sendiri-sendiri oleh masing-
masing rumah terhadap limbah domestic yang dihasilkan. Secara diagramatis
penanganan air limbah secara individual ditunjukkan dalam gambar berikut:
gambar 4-13. Pengelolaan Individual
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-55
2). Pengolahan Individu pada Lingkungan Terbatas : dilakukan secara terpadu dalam
wilayah yang kecii, seperti hotel, rumah sakit, bandara dan fasilitas umum. Secara
diagramatis penanganan air limbah secara individual pada lingkungan terbatas
ditunjukkan dalam gambar berikut:
gambar 4-14. Pengelolaan Individu Pada Lingkungan Terbatas
3). Pengolahan Komunal : dilakukan pada suatu kawasan pemukiman, industri,
perdagangan, yang pada umumnya dibuang melalui jaringan riooi kota untuk
kemudian dialirkan ke suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Secara
diagramatis penanganan air limbah secara komunal ditunjukkan dalam gambar
berikut:
gambar 4-15. Pengelolaan Komunal
d. Sarana Pernbuangan Sampah
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya
banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila
dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-56
pengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah disungai dapat mengakibatkan
pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian sampah yang
tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan
air dan udara. Selain itu juga sudah hares dimulai penerapan prinsip-prinsip
pengurangan volume sampah dengan menerapkan prinsip 4 R yaitu (Reduce,
Reuse, Recycle dan Replace ).
Secara umum system pengelolaan sampah ditinjau dari aspek teknis
operasional dapat ditunjukkan pads gambar berikut:
gambar 4-16. Pengelolaan Sampah
Berdasarkan gambar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pengelolaan
sampah dapat dilakukan dengan berbagai jalur, misalnya timbulan wampah masuk ke
pewadahan kemudian di bawa oleh kendaraan pengumpul langsung dibuang ke
tempat pembuangan akhir, atau jalur lain, misalnya setelah melalui bagian
pengumpulan kemudian dibawa ke bagian pemilahan dan pengolahan, setelah itu
dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-57
2. Pengumpulan Data, Peralatan dan Analisis Data
a. Pengumpulan Data
Data yang terkait dengan aspek lingkungan terdiri dari data sekunder
maupun data primer. Data sekunder yang akan dipergunakan dikumpulkan dari
berbagai sumber yang representative dan mewakili, terutama dokumen yang
berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dari
masing-masing pemilik bangunan. Data primer dikumpulkan dari hasil observasi
lapangan dan pengambilan sampel serta pengukuran di lokasi yang telah
ditetapkan. Untuk sarana air bersih, drainase dan air limbah, sampel air diamati
dan diambil sampelnya di titik-titik antara lain pads sumber air, saluran
air/drainase dan outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sarana
pembuangan sampah diamati terutama mengenai sistem pengelolaan sampah
secara umum yang meliputi: pewadahan/penyimpanan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan akhir.
b. Peralatan
Untuk menunjang kegiatan monitoring penyehatan sarana dan bangunan umum
diperlukan instrumen berupa formulir pengamatan dan peralatan yaitu
i. Formulir Pengamatan
1) Formulir pemeriksaan
2) Formulir Inspeksi Sanitasi
ii. Peralatan pengukuran kualitas lingkungan antara lain
1) Pengukur kualitas air
2) Sanitarian Kit
3) Peralatan lain yang dipergunakan untuk mengukur kualitas lingkungan pada
penyehatan sarana dan bangunan umum.
c. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk sampel air mengacu pada Keputusan
Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah Nomor: 660.1/26/1990 tentang Baku Mutu
Lingkungan di Provinsi Jawa Tengah. Analisis aspek sanitasi mengacu pada
KepMenkes No. 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana
dan Bangunan Umum.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-58
4.4. KEBUTUHAN, PEROLEHAN DAN PENYAJIAN DATA
4.4.1. Kebutuhan dan Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini berupa survei pengumpulan
data sekunder dan primer di lapangan untuk mengidentifikasi kondisi bangunan
gedung dan menganalisis guna memperoleh temuan-temuan dilapangan.
Teknik pengumpulan data tersebut adalah dengan cara:
1. Data Primer
a. Observasi visual di lapangan dengan tim ahli. Tim ahli secara
spontan dengan sense dan pengalaman yang dimilikinya dapat
dijadikan pedoman awal bagaimana kondisi bangunan tersebut.
b. Melakukan pemotretan dan pengukuran untuk mendapatkan foto
kondisi lapangan dan beberapa penyimpangan-penyimpangan yang
ada.
c. Melakukan wawancara dengan kuisioner dan wawancara bebas
untuk mendapatkan gambaran umum dan sejarah mengeai
bangunan terkait.
d. Melakukan uji lab bila diperlukan.
2. Data Sekunder
a. Dengan melakukan studi pustaka contoh kajian teoritis.
b. Mengkopi dan mempelajari peraturan-peraturan yang terkait.
c. Mengkopi dan mempelajari gambar teknis bangunan gedung
(gambar IMB, gambar arsitektur, gambar struktur, dan gambar
mekanikal elektrikal bangunan gedung terkait, serta gambar as built
drawing) yang akan dilakukan pemeriksaan keandalan dan kelaikan
bangunan.
d. Browsing data-data peraturan terkait melalui internet.
4.4.2. Jenis Perolehan Data
Jenis data yang diperlukan untuk pemeriksaan keandalan bangunan
meliputi beberapa aspek. Masing-masing akan dinilai dengan memberikan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-59
parameter angka sesuai dengan kondisi item yang dinilai tersebut. Data-data
yang akan diobeservasi adalah sebagai berikut:
1. Data Umum Bangunan Gedung
a. Data utama : • Nama Bangunan : (menunjukkan bangunan yang akan dilakukan
pemeriksaan)
• Lokasi / Alamat : (menunjukkan bangunan yang akan dilakukan
pemeriksaan)
• Fungsi : (menjelaskan fungsi / kriteria bangunan tersebut)
• Total luas: (menginformasikan luasan total bangunan tersebut)
• Jumlah lantai: (menjelaskan bangunan yang akan diperiksa terdiri
atas berapa lantai)
2. Aspek Arsitektural
a. Kesesuaian penggunaan fungsi : (apakah bangunan tersebut masih
sesuai dengan fungsi awal saat bangunan tersebut berdiri, masih sesuai
dengan fungsi, atau sudah tidak sesuai).
b. Pelapis muka lantai : (apakah pelapis muka lantai masih dalam kondisi
baik, mengalami retak rambut, terbelah, pecah atau terkelupas).
c. Pelapis lantai : (apakah pelapis lantai masih dalam kondisi baik,
mengalami retak, terbelah, pecah, terkelupas atau pelapis lantai
tersebut licin/ slip yang dapat menyebabkan terpelesetnya pengguna).
d. Plesteran lantai : (apakah plesteran lantai masih dalam kondisi baik,
buram, mengalami retak, pecah/ rusak, terkelupas, ambles, berlumut,
atau hal lain yang dapat membahayakan pengguna).
e. Pelapis dinding : (apakah pelapis dinding /cat masih dalam kondisi baik,
luntur, pudar/ busam, mengapur, terkelupas atau berjamur ).
f. Plesteran dinding : (apakah plesteran dinding masih dalam kondisi baik,
mengalami retak, pecah atau terkelupas).
g. Pintu dan Jendela : (apakah pintu dan jendela masih dalam kondisi baik
bisa difungsikan sesuai fungsinya, atau dalam kondisi rusak, macet,
hilang dan tidak berfungsi)
h. Langit-langit dalam : (apakah kondisi langit-langit dalam pada posisi baik,
kusam, lembab, berlubang atau rusak)
i. Pelapis lantai luar : (apakah pelapis lantai luar masih dalam kondisi baik,
atau sudah kusam, retak, pecah,
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-60
j. Plesteran lantai luar :(apakah plesteran lantai luar masih dalam kondisi
baik, buram, mengalami retak, pecah/ rusak, terkelupas, ambles,
berlumut, atau hal lain yang dapat membahayakan pengguna).
k. Pelapis dinding luar : (apakah pelapis dinding /cat masih dalam kondisi
baik, luntur, pudar/ busam, terkelupas atau berjamur ).
l. Pelapis langit-langit :(apakah kondisi langit-langit dalam posisi baik,
kusam, lembab, berlubang atau rusak)
m. Penutup atap: (apakah penutup atap dalam keadaan baik, atau terlepas,
tanpa pengikat, retak, pecah, berlubang, bocor, rapuh)
3. Aspek Struktural
Sebelum dilakukan survey ke lapangan, akan dilakukan klasifikasi form isian
terlebih dahulu, apakah bangunan menggunakan :
a. Struktur rangka beton dan dinding pasangan
b. Struktur rangka baja dan dinding pasangan
c. Struktur rangka beton dan dinding geser
d. Struktur dinding pasangan dan rangka beton praktis
Item yang akan diperiksa adalah sebagai berikut:
a. Pondasi, kepala pondasi, balok pondasi : (apakah masih kuat, kaku, atau
terjadi penurunan dan patah struktur)
b. Join balok-kolom: ( apakah masih kuat, kaku, atau terjadi patahan,
pecah pada beton, atau hanya retak rambut pada pelapis plesteran saja)
c. Kolom (baja/beton) : ( apakah masih kaku, kuat menopang beban di
atasnya, jika dari besi apakah terjadi karat, melengkung, ikatan
sambungan mur baut terlepas, jika dari beton apakah terjadi patah,
pecah, miring)
d. Balok (baja/beton) : ( apakah masih kaku, kuat menyalurkan beban, jika
dari besi apakah terjadi karat, melengkung, ikatan sambungan mur baut
terlepas, jika dari beton apakah terjadi patah, pecah, lendut, retak
rambut)
e. Pengaku silang : (apakah pengaku silang masih dalam keadaan kuat atau
hilang, hilang mur dan baut, lapuk/ berkarat)
f. Dinding geser : (apakah dinding geser masih dalam kondisi baik, mampu
menopang/ menahan beban, atau muncul retak, beton terkelupas, bocor
pada basement)
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-61
g. Slab lantai : (apakah dalam keadaan baik atau terjadi cekungan/
lendutan, patah, retak struktur, retak rambut, beton mengelupas)
h. Slab atap : (apakah dalam keadaan baik atau terjadi cekungan/ lendutan,
patah, retak struktur, retak rambut, beton mengelupas, lembab,
berjamur)
i. Rangka atap, ikatan angin-gording : (apakah masih dalam kondisi baik
mampu menahan beban penutup atap, apakah terdapat beban benda
yang menggantung dibawahnya seperti AC ducting atau rangka penutup
atap, atau terjadi lengkung, patah, atau hal-hal yang menghawatirkan
jika terjadi keruntuhan)
j. Penggantung langit-langit : (apakah penggantung langit-langit kuat,
kokoh, mampu menarik beban langit-langit yang ada di bawahnya,
apakah ikatan ke penghubung atasnya masih baik)
k. Penutup langit-langit : (apakah penutup langit-langit dalam kondisi baik,
lembab, atau rusak, terlepas ikatannya dengan rangka penggantungnya)
l. Dinding pasangan (bata/batako) : (apakah pasangan bata/ batako dalam
kondisi baik, atau rapuh, mudah hancur, kuat dalam penataan siarnya,
kuat dalam campuran semen ikatannya)
m. Balok anak, leufel, canopy: (apakah balok anak dalam kondisi bagus
atau patah, retak struktur, retak rambut, ikatannya menyatu dengan
balok induk, apakah leufel & kanopi masih kuat, tegak, atau miring,
meliuk, lendut, retak rambut)
n. Tangga (beton/baja/kayu) : ( apakah masih bisa berfungsi dengan baik,
mampu menahan beban pengguna yang melaluinya, atau terjadi retak,
lendut, pecah, hilang komponen pengikatnya, lapuk, berkarat)
o. Lantai bawah tanah : (apakah dalam kondisi baik, atau terjadi pecah,
retak, bocor, rembes, retak rambut, berjamur)
4. Utilitas dan Proteksi Kebakaran
a. Sistem deteksi alarm (meliputi alat deteksi, titik panggil manual, panel
control kebakaran, catu daya, alarm, kabel instalasi) : : (apakah tersedia
atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi sebagaimana mestinya,
ataukah rusak, komponen tidak lengkap, tidak terawat, hilang, tidak
berfungsi)
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-62
b. Sprinkler otomatis (meliputi pompa air, kepala sprinkler, kran uji, tangki
air, pipa instalasi) : : (apakah tersedia atau tidak, apakah dalam kondisi
berfungsi sebagaimana mestinya, ataukah rusak, komponen tidak
lengkap, tidak terawat, hilang, tidak berfungsi)
c. Gas pemadam api (Kumpulan tabung gas pemadam api, alarm
kebakaran, stater otomatis, catu daya, panel control, kotak operasi
manual, alat deteksi kebakaran, Nosel gas, kran pemilih otomatis) : :
(apakah tersedia atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi
sebagaimana mestinya, ataukah rusak, komponen tidak lengkap, tidak
terawat, hilang, tidak berfungsi)
d. Hydrant (meliputi pompa air, pipa instalasi, tangki penekan atas/ alat
kontrol, hydrant box/ pillar, sumber air, tangki penampungan air) : :
(apakah tersedia atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi
sebagaimana mestinya, ataukah rusak, komponen tidak lengkap, tidak
terawat, hilang, tidak berfungsi)
e. Tabung pemadam api (tabung gas tersegel, selang) : : (apakah tersedia
atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi sebagaimana mestinya,
ataukah sudah expired, rusak, hilang segel, tidak terawat, tidak
berfungsi)
5. Utilitas Transportasi vertikal
a. Lift / elevator ( meliputi motor penggerak, sangkar dan alat control,
motor penggerak pintu, kabel dan panel listrik, rel, alat penyeimbang
sangkar, peredam sangkar) : (apakah terdapat lift atau tidak, apakah
masih dalam kondisi berfungsi dengan baik, atau terjadi permasalahan
yang kiranya membahayakan bagi pengguna lift)
b. Escalator (meliputi motor penggerak, alat control, kabel dan panel listrik,
rantai penarik, roda-roda gigi penarik, badan escalator, anak tangga/
lantai) : : (apakah terdapat escalator atau tidak, apakah masih dalam
kondisi berfungsi dengan baik, atau macet, tidak berfungsi, rusak salah
satu komponen, dan permasalahan yang kiranya membahayakan bagi
pengguna escalator)
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-63
6. Utilitas Plumbing
a. Air Bersih (sumber air, tangki penampungan air, tangki air atas, pompa
penampung air dan control, pompa distribusi dan tangki hidrofor, listrik
untuk panel pompa, pompa instalasi, kran) : (apakah terdapat semua
komponen tersebut atau hanya beberapa, apakah semua komponen
masih berfungsi dengan baik atau dalam kondisi rusak, tidak terawat,
hilang)
b. Air kotor (Kloset, bidet, urinoir, saluran ke septictank, kran air gelontor,
septictank, bak cuci, wastafel, saluran dari wastafel ke saluran terbuka,
lubang saluran pengurasan lantai, pipa air hujan) : (apakah terdapat
semua komponen tersebut atau hanya beberapa, apakah semua
komponen masih berfungsi dengan baik atau dalam kondisi rusak, tidak
terawat, hilang)
7. Utilitas Instalasi listrik
a. Sumber daya PLN (Panel tegangan menengah, trafo, panel distribusi,
lampu TL/pijar/halogen/SL, lampu amatur, kabel instalasi) : (apakah
masih dalam kondisi baik, terawat, kering, bersih, atau rusak salah satu
komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
b. Sumber daya Genset (Motor penggerak, altermator, alat pengisi aki,
radiator, kabel instalasi, AMF, Daily tank, panel) : (apakah masih dalam
kondisi baik, terawat, kering, bersih, atau rusak salah satu komponen,
tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
8. Utilitas Instalasi tata udara
a. Sistim pendingin langsung (sentral dengan pendingin air)
(meliputi kompresor, evaporator, kondensor, panel distributor, kipas
udara evaporator, kipas udara kondensator, media pendingin, alat
control, diffuser grill, cerobong udara, menara pendingin, pipa instalasi
air pendingin kondensor, pompa sirkulasi air pendingin kondensor, panel
control) : : (apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau
rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak
berfungsi)
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-64
b. Sistim pendingin tidak langsung (sentral dengan media udara)
(meliputi kompresor, evaporator, pipa instalasi air es, pipa sirkulasi air
es, kondensor, kipas udara kondensor, media pendingin, media
pendingin air es, unit pengelola udara, alat control cerobong udara,
diffuser grill, pipa instalasi air pendingin kondensor, pipa sirkulasi
pendingin kondensor, panel control) : : (apakah masih dalam kondisi
baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi
dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
c. Sistim AC window (non sentral)
(Kompresor, evaporator, kondensor) : : (apakah masih dalam kondisi
baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi
dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
d. Sistim AC split/ FCU (non sentral)
(Kompresor, evaporator, pipa instalasi, kondensor) : : (apakah masih
dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen,
tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
9. Utilitas Penangkal petir
a. Instalasi proteksi petir eksternal (meliputi kepala penangkal petir,
hantaran pembumian, elektroda pembumian) : : (apakah masih dalam
kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak
berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
b. Instalasi proteksi petir (meliputi arrester tegangan rendah, stri pengikat
ekuipotensial, hantaran pembumian, elektroda pembumian) : : (apakah
masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu
komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
10. Utilitas instalasi komunikasi
a. Instalasi telepon (meliputi pesawat telepon, PABX, kabel instalasi) : :
(apakah terdapat komponen tersebut atau tidak, apakah masih dalam
kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak
berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
b. Instalasi tata suara (meliputi mikropon, panel system tata suara, speaker,
kabel instalasi) : : (apakah terdapat komponen tersebut atau tidak,
apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu
komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-65
11. Aspek Aksesibilitas
a. Ukuran dasar ruang : (apakah ukuran dasar ruang dan luasan masih
sesuai dengan standar minimal kebutuhan ruang, atau tidak sesuai)
b. Jalur pedestrian dan ramp : (apakah terdapat jalur khusus untuk
pedestrian dan ramp, apakah dalam kondisi baik atau rusak)
c. Area parkir : (apakah terdapat area parkir yang mencukupi kebutuhan,
ataukah tidak mencukupi)
d. Perlengkapan dan peralatan kontrol : (semua peralatan control, baik
alarm, saklar lampu dll, apakah dapat dipakai dan dijangkau oleh semua
orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi
persyaratan)
e. Toilet : (apakah dapat dipakai oleh semua orang tanpa terkecuali orang
cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan)
f. Pintu : (apakah memenuhi persyaratan ukuran, apakah dapat dilalui oleh
semua orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi
persyaratan)
g. Lift aksesibilitas : (apakah dapat dipakai oleh semua orang tanpa
terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan)
h. Lift tangga : (apakah dapat dipakai oleh semua orang tanpa terkecuali
orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan)
i. Telepon : (apakah dalam perletakan dan posisinya dapat dipakai oleh
semua orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi
persyaratan)
4.4.3. Penyajian data
Berdasarkan hasil dari proses pemeriksaan di lapangan, dan data yang telah diperoleh
dari pengisian daftar isian pemeriksaan keandalan bangunan, Penyajian data dituangkan
dalam sebuah perangkat lunak/ software keandalan bangunan gedung sesuai dengan
pembagian aspek masing-masing. Gambaran penilaian teknik penyajian data dapat dilihat
pada table berikut:
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-66
1. Form Penilaian Keandalan Bangunan Aspek Arsitektur (Tabel 4-11)
FORM - ARSNILAI KEANDALAN KELOMPOK KOMPONEN : ARSITEKTUR
12000 m28 lantai
NILAI
SUB MAKSIMUM KONDISI N.K. KURANG N.K. TIDAK N.K.
KOMPONEN KEANDALAN ANDAL (%) ANDAL (%) ANDAL (%)
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Kesesuaian penggunaan 15 Sesuai 100 masih sesuai Tidak sesuai 15
fungsi fungsi dengan fungsi
Pelapis muka lantai 10 100,00% 100 baik 100 retak rambut - belah, pecah - 10
0
Plesteran lantai 10 100,00% 100 baik 100 retak rambut - retak, belah, - 10
RUANG 0 pecah
DALAM Pelapis muka dinding 10 100,00% 100 baik 100 buram, ter‐ - hilang, tidak - 10
(80%) 0 kelupas <10% tampak
Plesteran dinding 10 100,00% 100 baik 100 terkelupas <10% - hilang, tidak - 10
0 tampak
Pintu/jendela 15 100,00% 100 Berfungsi 100 Masih berfungsi - Tidak berfungsi - 15
0 baik
Pelapis muka langit‐ 10 100,00% 100 baik 100 terkelupas <10% - Terkelupas - 10
langit 0 >=10%
S U B T O T A L
Penutup atap 10 1,00 100 baik 100 Tidak berlubang - berlubang, - 10
0 hancur
RUANG Pelapis muka dinding 2,5 100,00% 100 baik 100 buram <50% - buram >=50% - 2,5
LUAR luar 0
Pelapis muka lantai luar 3 100,00% 100 baik 100 aus, bergelombang - terbelah, pecah - 3
0 buram, kasar terlepas
Plesteran lantai luar 2,5 100,00% 100 baik 100 retak, terkelupas - terbelah, pecah - 2,5
0 berlubang <5% terlepas
(20%) Pelapis muka 2 100,00% 100 baik 100 terkelupas <10% - terkelupas - 2
langit‐langit luar >=10%
T O T A L 100
Kesimpulan :
Saran agar arsitektur bangunan secara keseluruhan andal :12345
PemeriksaNamaNIPTanggal PemeriksaanTanda Tangan
S U B T O T A L 20
1. Bangunan secara keseluruhan dapat dinilai ANDAL
20
Luas
Jumlah lantai
Pemilik
KOMPONEN
K R I T E R I A P E N I L A I A N (dalam %) NILAI
KEANDALAN
TOTAL
95 - 100 75 - <95 <75 (%)
80
80
Nama Bangunan
Lokasi/Alamat
Fungsi
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-67
2. Form Penilaian Keandalan Bangunan Aspek Struktur
a. Struktur rangka beton dan dinding pasangan (Tabel 4-12) : lantai:
Kondisi Andal
N.K (%)
Kurang Andal
N.K (%)
Tidak Andal
N.K (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)Pondasi, Kepala Pondasi, Balok Pondasi
25 100 Kuat, Kaku, Stabil
100 Kuat, Kurang Kaku, Stabil
Tidak stabil, retak, tidak kuat, pecah
25
Sub Total 25,00
Dinding Pasangan Bata/Batako
30 100Bahan/dimensi OK Bebas retak, stabil
100Kuat, kaku, retak, lentur kecil
Kurang kuat, retak diagonal/ melintang
30,00
Kolom, Balok Praktis
20 100Kuat, Kaku, berfungsi baik
100Kuat, kurang kaku, fungsi baik
Kurang kuat/kaku, kurang stabil
20,00
Slab Lantai 4,5 100
Kuat, kaku, bebas retak, rata
100Kuat, kurang kaku, retak halus/bocor
Retak, bocor, tidak dapat dipakai
4,50
Slab Atap 0,5 100Kuat, kaku, bebas bocor, mulus
100Kuat, kurang kaku, retak rambur
Kurang kuat, lendutan besar
0,50
Rangka Atap, Ikatan Angin, Gording
5 100Rangka dan tumpuan kuat, kaku, stabil
100Kuat, kurang kaku, awet, ada lendut
Lendut, lapuk, pecah, kropos/ karat
5,00
Sub Total 60,00Rangka Langit-langit
3 100 Kuat, kaku, rata 100 Kuat, kaku,
kurang rata
Lendut, lapuk, pecah, tidak rata
3,00
Penutup langit-langit
2 100Bahan/dimensi OK, rata, kuat
100Rata, kurang mulus, ada retak
Kusam dan retak.rusak tak berfungsi
2,00
Tangga 6 100Kuat, Kaku, berfungsi baik
100Kuat, kurang kaku, fungsi baik
Kurang kuat/kaku, kurang stabil
6,00
Lantai bawah 4 100
Kuat, rata, padat, kedap air
100Rata, padat, kedap air, retak-retak
Retak, basah, amblas, tidak rata
4,00
Sub Total 15,00TOTAL NILAI KEANDALAN BANGUNAN 100,00
Kesimpulan:Struktur gedung secara keseluruhan adalah ANDAL
Saran agar struktur secara keseluruhan 1.2.3.
PemeriksaNama :NIP :Tanggal Pemeriksaan :Tanda Tangan :
Pemilik Jumlah lantai
Nilai Maks
Keandalan (%)
Nilai keandala
n kompone
Faktor ReduksiNilai Keandalan
Total (%)95 - 100 85 - <95 < 85
Struktur Bawah
Struktur Pelengkap
Komponen
Sub Kompone
n
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-68
b. Struktur rangka baja dan dinding pasangan (Tabel 4-13)
Kondisi Andal
N.K (%)
Kurang Andal
N.K (%)
Tidak Andal
N.K (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Pondasi, Kepala Pondasi, Balok Pondasi
25 100 Kuat, Kaku, Stabil 100
Kuat, Kurang Kaku, Stabil
Tidak stabil, retak, tidak kuat, pecah
25
Sub Total 25,00
Join Kolom - Balok 15 100 Kuat, Kaku, Daktail 100
Kuat, lebar retak 0,1 - 0,5
Tidak kaku, retak sudah tampak
15,00
Kolom Baja 20 100 Kuat, Kaku, Daktail 100 Kuat, retak
lenturRetak lentur/geser 20,00
Balok Baja 13 100 Kuat, Kaku, Daktail 100 Kuat, retak
lenturRetak lentur/geser 13,00
Pengaku Silang 2 100 Kuat, kaku, menyatu 100 Kuat, retak
lentur Retak terlihat 2,00
Slab Lantai 5 100 Kuat, Awet, Aman 100 Retak < 0,5
mm Retak 1-3 mm 5,00
Rangka Atap, Ikatan Angin, Gording 5 100 Rata dan
baik 100 Lendut > L/300 Retak, bocor 5,00
Sub Total 60,00
Penggantung Langit-langit 1 100 Kuat,
Rata/Datar 100 Kuat, kurang rata
Kurang rata, ada lendutan 1,00
Dinding Pasangan Bata/Batako 2 100 Kuat, tanpa
retak 100
Batang jangkar lemah, retak rambut
Tanpa jangkar dinding pasangan belah
2,00
Shotcrete Panel Precast 2 100 Kuat, tanpa
retak 100
Batang jangkar lemah, dinding retak
Tanpa jangkar dinding pasangan belah
2,00
Balok Anak, Leufel, Canopy 5 100 Kuat, kaku,
daktail 100 Kuat, retak lentur
Retak lentur/geser 5,00
Tangga beton/baja/kayu 5 100 Kuat, kaku 100
Retak rambut, kuat, lendut
Rusak, tidak kaku, melendut
5,00
Sub Total 15,00TOTAL NILAI KEANDALAN BANGUNAN #####
Kesimpulan:Struktur gedung secara keseluruhan adalah ANDAL
Saran agar struktur secara keseluruhan 1.2.3.
PemeriksaNama :NIP :Tanggal Pemeriksaan :Tanda Tangan :
Nilai Maks
Keandalan (%)
Nilai keandala
n kompone
Faktor ReduksiNilai Keandalan
Total (%)95 - 100 85 - <95 < 85
Struktur Bawah
Struktur Atas
Struktur Pelengkap
Komponen Sub Komponen
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-69
c. Struktur rangka beton dan dinding geser (Tabel 4-14) PENILAIAN KEANDALAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG RANGKA BETON DAN DINDING GESER
12000 m28 lantai
Kondisi Andal
N.K (%)
Kurang Andal
N.K (%) Tidak Andal N.K
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Pondasi, Kepala Pondasi, Balok Pondasi 25 100 Kuat, Kaku,
Stabil 100 Kuat, Kurang Kaku, Stabil
Tidak stabil, retak, tidak kuat, pecah
25
25,00
Join Kolom - Balok 10 100 Kuat, Kaku, Daktail 100
Kuat, tetapi telah retak rambut
Tidak kaku, retak sudah tampak
10,00
Kolom 15 100 Kuat, Kaku, Daktail 100 Kuat, retak
lenturRetak lentur/geser 15,00
Balok 15 100 Kuat, Kaku, Daktail 100 Kuat, retak
lenturRetak lentur/geser 15,00
Dinding Geser 10 100 Kuat, Kaku, Menyatu 100 Kuat, retak
lenturRetak geser, belah 10,00
Slab Lantai 4,5 100 Kuat, Awet, Aman 100 Retak rambut Retak 1-3 mm 4,50
Slab Atap 0,5 100 Kuat, Awet, Aman 100 Retak rambut Retak, bocor 0,50
Rangka Atap, Ikatan Angin, Gording 5 100 Kuat, Kaku,
Aman 100 Lendut > L/300 Retak, bocor 5,00
60,00
Penggantung Langit-langit 1 100 Kuat,
Rata/Datar 100 Kuat, kurang rata
Kurang rata, ada lendutan 1,00
Dinding Pasangan Bata/Batako 2 100 Kuat, tanpa
retak 100Batang jangkar lemah, retak rambut
Tanpa jangkar ikat dinding retak/belah
2,00
Balok Anak, Leufel, Canopy
6 100 Kuat, kaku, daktail 100 Kuat, retak
lenturRetak lentur/geser 6,00
Tangga beton/baja/kayu 6 100 Kuat, kaku 100 Retak rambut, kuat, lendut
Rusak, tidak kaku, melendut 6,00
15,00
TOTAL NILAI KEANDALAN BANGUNAN 100,00
Kesimpulan:Struktur gedung secara keseluruhan adalah ANDAL
Saran agar struktur secara keseluruhan 1.2.3.
PemeriksaNama :NIP :Tanggal Pemeriksaan :Tanda Tangan :
Nama Bangunan Lokasi/Alamat Fungsi Luas
Sub KomponenNilai Maks Keandalan
(%)95 - 100
Nilai keandalan komponen
struktur85 - <95
Jumlah lantai Pemilik
< 85
Struktur Pelengkap
Struktur Bawah
Sub Total
Nilai Keandalan Total (%)
Struktur Atas
Faktor Reduksi
Sub Total
Sub Total
Komponen
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-70
3. Form Penilaian Keandalan Bangunan Aspek Utilitas (Tabel 4-15)
Form – AUraian Analisa Nilai Keandalan Utilitas Bangunan Gedung
No. Jenis Komponen Nilai µ ku KeandalanKomp. Utilitas Gedung Maks. (%) N ku
Util. Instalasi: Keandalan Andal KA TA (%)i (%) 99 -100 95 - <99 <95
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Intalasi Pencegahan Kebakaran 20 100,00 100 x x
2 Transportasi Vertikal 15 100,00 100 x x
3 Plambing 15 100,00 100 x x
4 Instalasi Listrik 20 100,00 100 x x
5 Tata Udara, AC 15 100,00 100 x x
6 Instalasi Penangkal Petir 5 100,00 100 x x
7 Instalasi Komunikasi 10 100,00 100 x x
100,00 ANDAL
Keterangan :Andal : µku = 99 – 100 %; Kurang andal ; µku = 95 – 99 %; Tidak andal : µku = < 95 %
Pemeriksa : ……………………….Nama : ……………………….NIP : ……………………….Tanggal Pemeriksaan : ……………………….Tanda Tangan : ……………………….
Total Nilai Keandalan seluruh Komponen Utilitas Σ (µku.i)
Maka Utilitas gedung secara keseluruhan : Andal/ Kurang/Tidak Andal
Kondisi Andal, Kurang Andal, Tidak Andal (%)
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-71
a. Form Penilaian Utilitas Instalasi Pencegahan Kebakaran (Tabel 4-16) Form Utl-1Nilai Keandalan Utilitas : Pencegahan Kebakaran
Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi
Utilitas Pencegahan Kebakaran (100%) Andal Kurang Andal Tidak Andal Ф
(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
SISTEM DETEKSI ALARM KEBAKARAN
NF = 20100,00
1. Alat-alat deteksi 3 100 100 x x 32. Titik Panggil manual 3 100 100 x x 3
1A3. Panel control Kebakaran 4
100 100 x x 44. Catu daya 3 100 100 x x 35. Alarm Kebakaran 3 100 100 x x 36. Kabel Instalasi 4 100 100 x x 4SPRINKLER OTOMATIS NF = 20 100,001. Pompa Air 4 100 100 x x 4 2. Kepala Sprinkler 4 100 100 x x 4
1B 3. kran Uji 4 100 100 x x 4 4. Tangki Air 4 100 100 x x 4 5. Pipa Instalasi 4 100 100 x x 4 GAS PEMADAM API NF = 20 100,001.Kumpulan Tabung Gas Pemadam Api
3100 100 x x 3
2. Alarm Kebakaran 2 100 100 x x 23. Stater Otomatis 2 100 100 x x 2
1C 4. Catu Daya 2 100 100 x x 25. Panel Kontrol 2 100 100 x x 26. Kotak Operasi Manual 2 100 100 x x 27. Alat-alat Deteksi kebakaran
3100 100 x x 3
8. Nosel Gas 2 100 100 x x 29. Kran Pemilih Otomatis 2
100 100 x x 2HIDRAN NF = 15 100,001. Pompa Air 3 100 100 x x 32. Pipa Instalasi 2 100 100 x x 23. Tangki Penekan Atas/Alat Kontrol
2100 100 x x 2
1D 4. Hidran Kotak 2 100 100 x x 25. Hidran Pilar 2 100 100 x x 26. Sumber Air 2 100 100 x x 27. Tangki Penampung Air 2
100 100 x x 2TABUNG PEMADAM API RINGAN
NF = 15100,00
1E 1. Tabung Gas Tersegel 8 100 100 x x 82.Selang 7 100 100 x x 7
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)
Tingkat keandalan
Termasuk Kategori Tingkat keandalan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-72
b. Form Penilaian Utilitas Transportasi Vertikal (Tabel 4-17)
Form Utl-2Nilai Keandalan Utilitas : Transportasi Vertikal
Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi
Utilitas Transportasi Vertikal (100%) Andal Kurang Andal Tidak Andal Ф
(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
LIF (LIFT) NF = 50 100,001. Motor Penggerak 8 100 100 x x 82. Sangkar dan alat Kontrol 7 100 100 x x 7
2A 3. Motor Penggerak Pintu 7 100 100 x x 74. Kabel dan Panel Listrik 7 100 100 x x 75. Rel 7 100 100 x x 76. Alat Penyeimbang Sangkar 7 100 100 x x 77. Peredam Sangkar 7 100 100 x x 7ESKALATOR NF = 50 100,001. motor Penggerak 8 100 100 x x 82. Alat Kontrol 7 100 100 x x 7
2B 3. Kabel dan Panel Listrik 7 100 100 x x 74. Rantai Penarik 7 100 100 x x 75. Roda-roda gigi Penarik 7 100 100 x x 76. Badan Eskalator 7 100 100 x x 77. Anak Tangga/lantai 7 100 100 x x 7
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)
Tingkat keandalan
Termasuk Kategori Tingkat keandalan
c. Form Penilaian Utilitas Plambing (Tabel 4-18)
Form Utl-3Nilai Keandalan Utilitas : Plambing
Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi
Utilitas Plumbing (100%) Andal Kurang A d l
Tidak Andal Ф(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)AIR BERSIH NF = 50 100,001.Sumber air dari PAM *) dan Meter Air 5 100 100 x x 52. Sumber Air dari sumur dala, pompa air, alat control, M t Ai *)
5 100 100 x x 53.Tangki Penampung Air 6 100 100 x x 6
3A 4. Tangki Air Atas : Menara 6 100 100 x x 65. Pompa Penampung air dan alat kontrol 6 100 100 x x 66. Pompa Distribusi dan Tangki Hidrofor dan alat control 6 100 100 x x 67. Listrik untuk Panel Pompa 5 100 100 x x 58. Pompa Instalasi 6 100 100 x x 69. Kran 5 100 100 x x 5AIR KOTOR NF = 50 100,001. Kloset/ bidet/ Urinoir 7 100 100 x x 72. saluran ke Tangki Septik 6 100 100 x x 63. Kran Air gelontor 6 100 100 x x 6
3B 4. Tangki Septik 7 100 100 x x 75. Bak cuci, tempat cuci tangan 6 100 100 x x 66. saluran dari Bak cuci ke saluran terbuka 6 100 100 x x 67. Lobang/ saluran pengurasan lantai 6 100 100 x x 68. Pipa Air Hujan 6 100 100 x x 6
*) Bila hanya ada satu dari sumber air tersebut, maka jenis sumber air yang tidak ada diberikan
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat
keandalanTermasuk Kategori Tingkat
keandalan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-73
d. Form Penilaian Utilitas Instalasi listrik (Tabel 4-19)
Form Utl-4Nilai Keandalan Utilitas : Instalasi Listrik
Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi
Utilitas Instalasi Listrik (100%) Andal Kurang A d l
Tidak A d l
Ф(%) 100% 95 -
<100%<95 % (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)SUMBER DAYA PLN NF = 50 100,001. Panel Tegangan Menengah 8 100 100 x x 82. Trafo 7 100 100 x x 7
4A 3. Panel Tegangan Tengah 7 100 100 x x 74. Panel Distribusi 7 100 100 x x 75. Lampu TL/ Pijar/ Halogen/ SL 7 100 100 x x 76. Armatur 7 100 100 x x 77. Kabel Instalasi 7 100 100 x x 7SUMBER DAYA GENSET NF= 50 100,001. motor Penggerak 7 100 100 x x 72. Altermator 7 100 100 x x 73. Alat pengisi aki 4 100 100 x x 4
4B 4. Radiator/ pendingin 6 100 100 x x 65. Kabel Instalasi 7 100 100 x x 76. AMF 7 100 100 x x 77. Daily Tank 6 100 100 x x 6
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat
keandalanTermasuk Kategori Tingkat
keandalan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-74
e. Form Penilaian Utilitas Instalasi Tata Udara sentral (Tabel 4-20)
Form Utl-5aNilai Keandalan Utilitas : Instalasi Tata Udara (Sentral)
Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi
Utilitas Instalasi Tata Udara (Sentral) (100%) Andal Kurang A d l
Tidak A d l
Ф(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)SISTEM PENDINGIN LANGSUNG NF=50 100,001. Kompresor 4 100 100 x x 42. Evaporator 4 100 100 x x 43. Kondensor 4 100 100 x x 44. Panel Distributor 3 100 100 x x 35. Kipas Udara Evaporator 3 100 100 x x 3
5A 6. Kipas Udara Kondensator 3 100 100 x x 37. Media Pendingin 3 100 100 x x 38. Pipa Instalasi Media Pendingin 3 100 100 x x 39. Alat Kontrol 3 100 100 x x 310. Difuser gril 4 100 100 x x 411. Cerobong Udara 3 100 100 x x 312. Menara Pendingin 4 100 100 x x 413. Pipa Instalasi air pendingin kondensor 3 100 100 x x 314. Pompa sirkulasi air pend kondensor 3 100 100 x x 315. Panel Kontrol 3 100 100 x x 3SISTEM PENDINGIN TIDAK LANGSUNG NF = 50 100,001. Kompresor 4 100 100 x x 42. Evaporator 4 100 100 x x 43. Pipa Instalasi Air Es 4 100 100 x x 44. Pipa Sirkulasi Air Es 3 100 100 x x 35. Kondensor 3 100 100 x x 3
5B 6. Kipas Udara Kondensor 3 100 100 x x 37. Media Pendingin 3 100 100 x x 38. Media Pendingin Air Es 3 100 100 x x 39. Unit Pengolah Udara 5 100 100 x x 510. Alat Kontrol Cerobong Udara 3 100 100 x x 311. Difuser gril 5 100 100 x x 512. pipa instalasi air pendingin Kondensor 3 100 100 x x 313. pompa sirkulasi Pendingin Kondensor 4 100 100 x x 414. Panel Kontrol 3 100 100 x x 3
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat
keandalanTermasuk Kategori Tingkat
keandalan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-75
f. Form Penilaian Utilitas Instalasi Tata Udara non sentral (Tabel 4-21)
Form Utl-5bNilai Keandalan Utilitas : Instalasi Tata Udara (Non Sentral)
Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi
Utilitas Instalasi Tata Udara (Non Sentral) (100%) Andal Kurang A d l
Tidak Andal Ф(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)SISTEM AC WINDOW NF = 50 100,00
5A 1. Konpresor 18 100 100 x x 182. Evaporator 16 100 100 x x 163. Kondensor 16 100 100 x x 16SISTEM AC SPLIT /FCU NF = 50 100,001. Konpresor 13 100 100 x x 13
5B 2. Evaporator 13 100 100 x x 133. Pipa Instalasi 12 100 100 x x 124. Kondensor 12 100 100 x x 12
Catatan: Dipilih salah satu sesuai dengan kondisi sistem yang terpasang
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat
keandalanTermasuk Kategori Tingkat
keandalan
g. Form Penilaian Utilitas Penangkal Petir (Tabel 4-22)
Form Utl-6Nilai Keandalan Utilitas : Penangkal Petir
Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi
Utilitas Penangkal Petir (100%) Andal Kurang A d l
Tidak Andal Ф(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)INSTALASI PROTEKSI PETIR NF = 50 100,00
6A 1. Kepala Penangkal Petir 16 100 100 x x 162. Hantaran Pem-bumi-an 16 100 100 x x 163. Elektroda Pem-bumi-an 18 100 100 x x 18INSTALASI PROTEKSI PETIR NF = 50 100,001. Arester Tegangan Lebih 13 100 100 x x 13
7B 2. Stri Pengikat Ekuipotensial 12 100 100 x x 123. Hantaran Pem-bumi-an 12 100 100 x x 124. Elektroda Pem-bumi-an 13 100 100 x x 13
Catatan: Dipilih salah satu sesuai dengan kondisi sistem yang terpasang
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat
keandalanTermasuk Kategori Tingkat
keandalan
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-76
h. Form Penilaian Utilitas Instalasi Komunikasi (Tabel 4-23)
Form Utl-7Nilai Keandalan Utilitas : Instalasi Komunikasi
Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi
Utilitas Instalasi Komunikasi (100%) Andal Kurang A d l
Tidak Andal Ф(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)INSTALASI TELEPON NF = 50 100,00
7A 1. Pesawat telepon 16 100 100 x x 162. PABX 18 100 100 x x 183.Kabel Instalasi 16 100 100 x x 16INSTALASI TATA SUARA NF = 50 100,001. Mikropon 12 100 100 x x 12
7B 2. Panel system tata suara 13 100 100 x x 13 3. Speaker 13 100 100 x x 13 4. Kabel Instalasi 12 100 100 x x 12
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat
keandalanTermasuk Kategori Nilai
tingkat keandalan
4. Aspek Aksesibilitas (Tabel 4-24) PENILAIAN KEANDALAN KOMPONEN AKSESIBILITAS LAINNYA
Nama Bangunan Lokasi/Alamat Fungsi Luas 12000 m2Jumlah lantai 8 lantaiPemilik
Nilai Keandalan Kelompok : AKSESIBILITAS
KeandalanTerfaktor
100>Ka≥95 95>Ka≥75 75>Ka>0(1) (3) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
ada tidakX
x 5 5x 5 5
ada tidakx
X 5 5x 4 4X 1 1
SUB TOTAL 100Keterangan :Andal : µku = 95 – <100%; Kurang andal ; µku = 75 – <95%; Tidak andal : µku = <75 %
KESIMPULAN : X ANDAL
KURANG ANDAL
TIDAK ANDAL
Rekomendasi1234
100,00 100,00 x x 50
Peringatan berbentuk suaraPeringatan berbentuk visualPeringatan berbentuk getaran
Rambu aksesibilitasPerlengkapan peralatan
Ya Tidak 40 40
100,00 100,00 x x 50
Stop Kontak, tombol & perlengkapan k t l l i b d d i i
(2)PERLENGKAPAN & PERALAT
Ya Tidak 40 40
Nilai Keandalan
Parsial
Elemen AksesibilitasKondisi Kefungsian
Baik Rusak Sedang
Rusak BeratKomponen Perlengkapan & Peralatan Kontrol
No. Kode Komponen
Nilai Maksimum Keandalan
(%)
Kondisi Eksisting Elemen
Pedestrian (%)
Kondisi Eksisting
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-77
5. Tata Bangunan dan Lingkungan (Tabel 4-25)
PENILAIAN KESESUAIAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Nama Bangunan :Alamat :Fungsi Bangunan :Pemilik :
Nilai Keandalan Kelompok : TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
KeandalanTerfaktor
(1) (2) (3) (5) (10)
x 2 2x 2 2x 1 1
100Keterangan :Andal : µku = 95 – <100%; Kurang andal ; µku = 75 – <95%; Tidak andal : µku = <75 %
No. Kode Komponen
Nilai Maksimum Keandalan
(%)
Nilai Keandalan Kondisi Kefungsian
Komponen Parkir
KESESUAIAN DENGAN DOKUMEN RENCANA KOTA
Kesesuaian dengan dokumen rencana kota Ya Tidak 5
100Kesesuaian KDBKesesuaian KLBKesesuaian GSB
SUB TOTAL
5
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-78
FORM PENILAIAN KEANDALAN BANGUNAN (Tabel 4-26)
No Aspek Yang dinilai
Kategori Penilaian Bobot Nilai Keandalan
Andal NK Kurang Andal NK Tidak
Andal NK Penilaian Total
(%) (%) (%) (%) (%) (1) (2) (3) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Arsitektur 95% -
100% 100.00 75% -
<95% - <75% - 10 10.00
2 Struktur Rangka Beton dan Dinding Pasangan
95% - 100%
- 85% - <95%
89.92 <85% - 30 30.00
3 Utilitas & Proteksi Kebakaran 100% 100.00 95% - <100%
- <95% - 50 50.00
4 Aksesibilitas 95% - 100%
100.00 75% - <95%
- <75% - 5 5.00
5 Tata Bangunan & Lingkungan 95% - 100%
100.00 75% - <95%
- <75% - 5 5.00
Jumlah Total 100 100.00
Bangunan yang diperiksa masuk kategori ANDAL Interpretasi :
a. Nilai suatu bangunan "Andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari nilai batas terendah kategori andal sebagaimana tersebut dibawah
b. Nilai suatu bangunan "Kurang andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau
nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari nilai batas terendah kategori krang andal sebagaimana tersebut dibawah
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-79
c. Nilai suatu bangunan "Kurang andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau
nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari nilai batas terendah kategori krang andal sebagaimana tersebut dibawah 1. Tingkat Keandalan Struktur dianggap :
a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 95% atau (95%<=NKA<=100%)
b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 85%<=NKA<=95%
c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 85 %
2. Tingkat Keandalan Arsitektur dianggap
a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 90% atau (90%<=NKA<=100%)
b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 75%<=NKA<=90%
c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 75 %
3. Tingkat Keandalan Utilitas dianggap
a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 99% atau (99%<=NKA<=100%)
b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 95%<=NKA<=99%
c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 95 %
d. Untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan gedung secara keseluruhan, NKA, NKS, dan NKU tidak boleh kurang dari 95 %
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-80
4.5. TAHAPAN KOMPILASI DATA INTERPRETASI DAN ANALISA
4.5.1. Kompilasi Data
Setelah proses pemeriksaan suatu bangunan sudah selesai maka didapatkan data
lapangan. Data yang nantinya telah diperoleh tersebut akan dikelompokkan berdasarkan
aspek masing-masing sesuai tabel di atas. Setelah dikelompokkan akan di tabulasi atau
di entry ke dalam format pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan gedung. Data
tersebut akan digunakan untuk:
1. Menentukan nilai keandalan suatu komponen dari salah satu aspek bangunan
2. Menentukan tingkat kelaikan atau keandalan yang telah dianalisa
3. Menginterpretasikan nilai keandalan yang telah dianalisa menjadi makna fisik dari
bangunan yang telah diperiksa
4.5.2. Interpretasi
• Suatu bagunan bapat disebut Andal bila nilai keandalan suatu bangunan
(komponen arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan dan
lingkungan) atau nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur, struktur,
utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan dan lingkungan) tidak kurang dari nilai
batas terendah kategori Andal.
• Suatu bangunan dapat disebut kurang andal bila nilai keandalan suatu segi
dalam bangunan ( arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan
dan lingkungan) termasuk dalam kategori kurang andal
• Suatu bangunan dapat disebut tidak andal bila nilai keandalan suatu segi dalam
bangunan (arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan dan
lingkungan) termasuk dalam kategori tidak andal
Tingkat keandalan Arsitektur dianggap:
1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100%
2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 75% sampai < 95%
3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 75%
Tingkat keandalan Struktur dianggap:
1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100%
2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 85% sampai < 95%
3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 85%
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-81
Tingkat keandalan Utilitas dianggap:
1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 99% atau >99% - 100%
2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 95% sampai < 99%
3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 95%
Tingkat keandalan Aksesibilitas dianggap:
1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100%
2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 75% sampai < 95%
3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 75%
Tingkat keandalan Tata Bangunan dan Lingkungan:
1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100%
2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 75% sampai < 95%
3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 75%
Untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan gedung secara keseluruhan, nilai
keandalan Arsitektural, nilai keandalan struktural nilai keandalan aksesibilitas dan nilai
keandalan tata bangunan dan lingkungan tidak boleh kurang dari 95%. Namun untuk
nilai keandalan utilitas, khususnya keselamatan terhadap bahaya kebakaran, tidak boleh
kurang dari 99%.
Tabel 4-27
Penentuan nilai Keandalan Bangunan
ASPEK KEANDALAN
NILAI DAN KATEGORI KEANDALAN CATATAN
KONDISI ANDAL KURANG ANDAL TIDAK ANDAL ARSITEKTUR >95%-100% >75% - 95% < 75%
STRUKTUR >95%-100% >85% - 95% < 85% UTILITAS >99%-100% >95% - 99% < 95% AKSESIBILITAS >95%-100% >75% - 95% < 75% 4.5.3. Analisa
Analisa dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pembobotan masing-masing
komponen dan sub komponen, tahap perhitungan terhadap kondisi yang diakibatkan
adanya kerusakan (penurunan kondisi awal akibat kerusakan). Tahap penilaian
keandalan lantai masing-masing bangunan bila bangunan lebih dari satu lantai.
Penilaian per masing masing komponen diperoleh dari volume awal elemen yang ada
dikurangi dengan elemen yang rusak (factor reduksi). Nilai keandalan masing-masing
lantai dikalikan dengan bobot penilaian keandalan awal masing-masing komponen
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-82
Tabel 4-28
Teknik pengisian analisa software Keandalan Bangunan
volume volume Faktor Faktor Nilai Nilai Lantai elemen reduksi reduksi KeandalanKeandalan
(i) yg rusak rusak posisi Tingkat Awal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)12345678
Kategori Nilai Keandalan
A KA TA
Tahap selanjutnya adalah tahap penilaian kondisi keandalan bangunan saat ini. Setelah
diperoleh kondisi keandalan saat ini, tahap berikutnya adalah melakukan penilaian atau
pengelompokan berdasarkan kategori nilai keandalan, yaitu Andal, Kurang ndal dan Tidak
andal.
Setelah kondisi keandalan saat ini masing-masing sub komponen diperoleh kemudian
dilakukan penilain total keandalan bangunan masing-masing komponen. Dari hasil akhir
penilaian total keandalan bangunan akan diperoleh kondisi bangunan saat ini andal,
kurang andal atau tidak andal.
Tabel 4-29
Rekapitulasi total nilai Keandalan Bangunan
Bobot ilai Keandala
Andal NK Kurang Anda NK Tidak Andal NK Penilaian Total
(%) (%) (%) (%) (%)
(1) (3) (3) (4) (5) (6) (7)
1 95% - 100% 100,00 75% - <95% - <75% - 10 10,002 95% - 100% - 85% - <95% 89,92 <85% - 30 30,003 100% 100,00 95% - <100% - <95% - 50 50,004 95% - 100% 100,00 75% - <95% - <75% - 5 5,005 95% - 100% 100,00 75% - <95% - <75% - 5 5,00
100 100,00
Utilitas & Proteksi KebakaranAksesibilitasTata Bangunan & LingkunganJumlah Total
No Aspek Yang dinilai
Kategori Penilaian
(2)
ArsitekturStruktur Rangka Beton dan Dinding
Jumlah Total nilai semua komponen diberi bobot 100%, sedangkan nilai masing-masing
komponen dibagi berdasarkan tingkat urgensinya.
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
Laporan Pendahuluan 4-83
4.6. TAHAPAN KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Rekomendasi yang dihasilkan tergantung dari hasil pemeriksaan fisik bangunan
dan nilai keandalan bangunan gedung tersebut. Hasil dari rekomendasi tersebut dapat
diajukan oleh tim pemeriksa yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi kurang andal
atau tidak andal menjadi bangunan yang berkondisi Andal.
1. Perumusan kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan yang dapat menggambarkan
secara umum bagaimana penyelenggaraan pembangunan dan kondisi bangunan
negara/kantor pemerintah dan bangunan gedung untuk fungsi pelayanan umum
pada kab/kota.
2. Membuat surat rekomendasi/surat pernyataan pemeriksaan keandalan bangunan
terhadap masing-masing obyek bangunan gedung yang diperiksa dan disetujui
oleh Kepala Dinas/Instansi Teknis Pembina Penyelenggaraan Bangunan Gedung.
3. Melakukan konsultasi dan pembahasan secara intensif dengan tim teknis, pakar,
akademisi, dan instansi terkait, serta unsur Pemerintah Kota guna memperoleh
masukan penyempurnaan rekomendasi.
4.7. KELUARAN/OUPUT
Keluaran akhir pekerjaan Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung ini:
1. Laporan
Laporan hasil pelaksanaan pemeriksaaan keandalan bangunan gedung,
termasuk dokumentasi, meliputi:
a. Foto-foto kegiatan pemeriksaan keandalan.
b. Foto-foto sebagian/seluruh bangunan gedung yang terindikasi
memerlukan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi aspek
keandalan. Misal: struktur bangunan gedung, sistem plumbing, air hujan,
elektrikal, dll yang tidak andal.
c. Gambar/foto-foto lain yang diperlukan.
2. Rekomendasi
Rekomendasi yang berisi penanganan lebih lanjut terhadap bangunan
gedung yang telah diperiksa dalam bentuk surat peryataan pemeriksaan
keandalan bangunan gedung yang dibuat oleh konsultan pemeriksa dan disetujui
oleh instansi teknis pembina penyelenggara bangunan gedung di
Kabupaten/Kota.