Post on 04-Mar-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Setiap anak unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan fisik
dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya
secara wajar, dan anak yang akibat keadaan tertentu mengalami kekerasan,
berada di lembaga permasyarakatan/ rumah tahanan, di jalanan, di daerah
terpencil/ bencana/ konflik yang memerlukan penanganan secara khusus.
Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun
saat masa balita yang membuat dirinya tidak membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal, yang mengakibatkan anak terisolasi dari manusia
lain dan masuk ke dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif.
Karakterisktik anak dengan autisme adalah memiliki respon abnormal
terhadap stimuli sensori; perkembangan kemampuan kognitif terlambat; tidak
mampu mengembangkan keterampilan bersosialisasi yang normal; gangguan
dalam berbicara, bahasa dan komunikasi; serta senang meniru atau
mengulangi kata-kata orang lain (egolalia). (Kemenkes RI, 2010) Anak
dengan autisme memiliki kemampuan yang berbeda dengan anak-anak normal
©UKDW
2
pada umumnya. Karena hal tersebut, anak-anak dengan autisme
membutuhkan pendidikan khusus, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di
Sekolah Luar Biasa. Belum banyak penelitian yang dilakukan tentang anak
dengan autisme. Hal tersebutlah yang mendorong dilaksanakannya penelitian
ini.
Yayasan Autisme Indonesia menyatakan adanya peningkatan
prevalensi autisme, jumlah anak dengan autisme di Indonesia pada tahun 2000
diperkirakan 1 : 5000 anak, kemudian meningkat menjadi 1 : 500 anak pada
tahun 2010. Pada tahun 2000, bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak-anak
dengan autisme di Indonesia (Moore, 2010)
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena
tanpa kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
lancar. Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara social dan ekonomis. Kesehatan pribadi dan masyarakat
saling berpengaruh. Hal tersebutlah yang mendorong diperlukannya Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan
perilaku yang di praktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran
yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
©UKDW
3
masyarakatnya (Maryunani, 2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
merupakan esensi dan hak asasi manusia untuk tetap mempertahankan
kelangsungan hidupnya. PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat
ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada
masyarakat maupun pada keluarga. (Depkes RI, 2007). Tujuan PHBS adalah
untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif
masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal. Di Indonesia, PHBS sudah mulai ditetapkan dari tahun 1996
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sekarang anjuran PHBS
diperkuat dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) di seluruh Indonesia dengan mangacu pada
pola manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian. Pemberdayaan masyarakat
harus dimulai dari rumah tangga karena rumah tangga yang sehat merupakan
aset pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan
dilindungi kesehatannya. Anggota rumah tangga mempunyai masa rawan
terkena penyakit menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk
mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk
melaksanakan PHBS (Depkes, 2013).
©UKDW
4
PHBS memiliki indikator yang berbeda-beda untuk setiap tatanannya.
Hal tersebut membuat semua masyarakat untuk melakukan penerapan PHBS
di kelima tatanan. Kelima tatanan PHBS tersebut antara lain: tatanan rumah
tangga, tatanan sekolah, tatanan institusi kesehatan/ fasilitas pelayanan
kesehatan, tatanan tempat kerja, dan tatanan tempat umum. Dalam
pelaksanaannya, PHBS dilaksanakan di institusi rumah tangga, sekolah,
masyarakat, institusi kesehatan / fasilitas pelayanan kesehatan, tempat kerja
dan di tempat umum. Pelaksanaan PHBS dalam satu tatanan akan
berpengaruh terhadap tatanan lainnya, karena pelaksanaan PHBS saling
berhubungan satu dengan yang lainnya pada setiap tatanan tersebut. Dalam
melakukan pembinaan PHBS, ada macam-macam strategi yang dapat
dilakukan seperti gerakan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi.
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga
atau kelompok (sasaran) secara terus menerus dan
berkesinambunganmengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu
sasaran, agar terjadi perubahan sasaran. Perubahan sasaran yang diharapkan
adalah terjadi perubahan dalam tiga aspek yaitu aspek pengetahuan, aspek
sikap, dan aspek perilaku. Bina suasana adalah upaya menciptakan
lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat tiga kategori proses bina
suasana, yaitu bina suasana individu, bina suasana kelompok dan bina suasana
publik. Advokasi adalah strategi pokok dalam rangka mengembangkan
©UKDW
5
kebijakan berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan fisik yang
mendukung dan menata kembali arah pelayanan kesehatan (Maryunani, 2013)
Sekolah merupakan salah satu sasaran PHBS karena banyaknya data
yang menyebutkan bahwa munculnya sebagian penyakit yang sering
menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun), seperti diare, cacingan dan anemia
sehingga SD sering menjadi sasaran penerapan PHBS. Hal tersebut karena
anak usia sekolah berpotensi sebagai agent of change untuk mempromosikan
PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. (Sonny,
2011). Diare merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita (usia
1 bulan sampai < 5 tahun) di Indonesia. Penyakit diare menjadi penyebab
utama kematian bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). (Riskesdas, 2007)
Dalam pendidikan khusus yang dilaksanakan di SLB ada program
PHBS. Maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengukur sejauh mana
perilaku hidup bersih dan sehat pada anak dengan autisme agar dapat
mencegah penyakit-penyakit yang mungkin muncul. Penelitian mengenai
hubungan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku pola hidup bersih dan
sehat pada anak dengan autisme tingkat SD belum pernah dilakukan
sebelumnya. Penelitian ini, akan menggunakan kuisioner dan wawancara
kepada anak dengan autisme serta akan dilakukan indepth interview kepada
orang tua murid dan guru pada sekolah tersebut.
©UKDW
6
1.2 Masalah Penelitian
Anak dengan autisme memiliki kebutuhan khusus, sehingga dalam kehidupan
sehari-harinya akan menemukan berbagai permasalahan seperti keterbatasan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) masih merupakan penyebab utama dari penyakit-penyakit seperti
diare, cacingan dan anemia yang disebabkan oleh tingkat kebersihan yang
rendah. Penelitian terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) perlu
dilakukan pada anak dengan autisme, karena di Indonesia belum ada
penelitian tersebut.
Pertanyaan Penelitian
Termasuk kriteria apakah tingkat pengetahuan, sikap dengan perilaku
hidup bersih dan sehat pada siswa-siswi autisme ?
Apakah ada hubungan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku hidup
bersih dan sehat pada siswa-siswi autisme tingkat SD dan SMP di SLB
Bina Anggita ?
©UKDW
7
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dengan
perilaku hidup bersih dan sehat pada anak-anak dengan autisme
tingkat SD dan SMP di SLB Bina Anggita.
Mengetahui sejauh mana PHBS dalam tatanan Rumah Tangga
sudah dilakukan oleh anak dengan autisme di SLB Bina Anggita
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat pada
anak-anak dengan autisme tingkat SD dan SMP di SLB Bina
Anggita.
Mengetahui sikap perilaku hidup bersih dan sehat pada anak-
anak dengan autisme tingkat SD dan SMP di SLB Bina
Anggita.
Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat pada anak-anak
dengan autisme tingkat SD dan SMP di SLB Bina Anggita.
Mengetahui ada/tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan sikap PHBS pada anak-anak dengan autisme tingkat
SD dan SMP di SLB Bina Anggita.
©UKDW
8
Mengetahui ada/tidaknya hubungan antara sikap dengan
perilaku PHBS pada anak-anak dengan autisme tingkat SD dan
SMP di SLB Bina Anggita.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara Teoritis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan
terhadap kesehatan terutama pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
1.4.2 Secara Praktis
Bagi Klinisi / Dokter
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan klinisi tentang
PHBS, dapat mengetahui sejauh mana PHBS sudah di terapkan terutama
kepada anak dengan autisme, mengerti bagaimana menerapkan PHBS
kepada anak dengan autisme.
Bagi Institusi Pendidikan
Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dapat mengetahui sejauh mana
PHBS sudah dilaksanakan oleh siswa-siswinya, sehingga sekolah dapat
memperbaiki dan merencanakan penyuluhan-penyuluan terkait PHBS
kepada siswa-siswinya, agar sekolah dapat membantu pelaksanaan PHBS
kepada siswa-siswinya, khususnya siswa-siswi berkebutuhan khusus.
©UKDW
9
Bagi Masyarakat
Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui sejauh
mana PHBS sudah dilakukan dikalangan siswa-siswi berkebutuhan khusus,
agar orang tua dapat memantau pelaksanaan PHBS pada anak dengan
autisme, dapat menentukan strategi yang tepat untuk membantu
pelaksanaan PHBS pada anak dengan autisme.
1.5 Keaslian Penelitian
Melalui hasil penelusuran jurnal penelitian sebelumnya, peneliti belum
menemukan karya tulis yang sama dengan penelitian yaitu tentang Hubungan
antara Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kepada
anak berkebutuhan khusus autisme. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
ini tidak mengandung unsur-unsur plagiatisme. Pada penelitian ini, peneliti
juga memperhatikan aspek etis. Karena dalam penelitian kita harus
mempertimbangkan persetujuan sekolah tempat melakukan penelitian,
persetujuan siswa atau orang tua dari siswa yang akan dijadikan subjek
penelitian. Tetapi terdapat penelitian-penelitian yang serupa sebelumnya,
yang dijadikan peneliti sebagai refrensi dalam penulisan penelitian ini:
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Siti Fauziah, Faktor-faktor yang Cross sectional Faktor-faktor yang
©UKDW
10
2004 Berhubungan dengan
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat Siswa di 2
Sekolah Dasar (Dengan
dan Tanpa Program
PHBS) Kelurahan Lorok
Phakjo Palembang
Tahun 2004
Berhubungan dengan
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat Siswa di 2
Sekolah Dasar (Dengan
dan Tanpa Program
PHBS) Kelurahan
Lorok Phakjo
Palembang Tahun 2004
dengan proporsi
perilaku siswa yang
baik adalah 72,3%
Jariston
Habeahan,
2009
Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
Anak-anak di Yayasan
Panti Asuhan Rapha-el
Simalingkar Kecamatan
Medan Tuntungan Kota
Medan tahun 2009
Deskriptif Anak-anak di Yayasan
Panti Asuhan Rapha-el
Simalingkar memiliki
pengetahuan dengan
kategori baik
Yulia
Prastianingsih
Perbedaan Tingkat
Perilaku Hidup Bersih
Observasi, cross
sectional
Terdapat perbedaan
tingkat perilaku hidup
©UKDW
11
et al, 2010 dan Sehat (PHBS) di
Sekolah Dasar Negeri
dan Sekolah Dasar
Swasta di Kecamatan
Kenjeran
bersih dan sehat
(PHBS) di Sekolah
Dasar Negeri dan
Sekolah Dasar Swasta
di kecamatan Kenjeran
Sonny
Andrianto,
2011
Determinan Perilaku
yang Berhubungan
dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat pada
Siswa Sekolah Dasar
(Studi pada Siswa
SD/MI di Desa
Rambipuji Kecamatan
Rambipuji)
Cross sectional Ada hubungan yang
signifikan antara
pengetahuan siswa
terkait PHBS dengan
tindakan PHBS pada
siswa SD
Zulfa Husni
Khumayra et
al, 2012
Perbedaan Pengetahuan
dan Sikap Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Antara Santri
Putra dan Santri Putri
Cross sectional Tidak ada perbedaan
yang signifikan
pengetahuan PHBS
antara santri putra dan
santri putri, ada
perbedaan yang
signifikan sikap PHBS
©UKDW
12
antara santri putra dan
santri putri
Mohamad
Julrisam
Gomo et al,
2013
Gambaran Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Sekolah Pada
Siswa Kelas Akselerasi
di SMPN 8 Manado
Deskriptif Pengetahuan siswa
akselerasi SMPN 8
Manado tentang PHBS
sekolah adalah baik
Muhamad
Hanapi, 2013
Gambaran Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada Siswa
Sekolah Dasar Negeri II
Nanjung
Deskriptif
Kuantitatif
Tingkat PHBS siswa
SDN II Nanjung
sebagian besar dalam
kategori cukup
Nur Izah
Ameta, 2013
Pengaruh Promosi
Kesehatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada Tatanan
Sekolah terhadap
Pengetahuan PHBS
Siswa Kelas IV dan V di
SD Negeri Ngemplak
Pre Experimental
Design dengan
rancangan one
group pretes
posttest design
Pengetahuan meningkat
setelah dilakukan
promosi kesehatan
perilaku hidup bersih
dan sehat sejumlah
88,57% dari seluruh
siswa yang hadir, siswa
yang pengetahuannya
©UKDW
13
Surakarta menurun sebanyak
2,8%, dan yang tetap
8,57%
Sendy Wowor
et al, 2013
Gambaran
Perilaku Hidup
Bersih dan
Sehat (PHBS)
Sekolah pada
Siswa Sekolah
Dasar GMIM
Lemoh
Observasi, cross
sectional
Gambaran pengetahuan
tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
sekolah di Sekolah Dasar
GMIM Lemoh adalah
sangat baik
Annida Aulia
Fauziah, 2014
Studi tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada siswa
SDN Sukarasa 3
Cross sectional Siswa belum
sepenuhnya melakukan
kedelapan indicator
PHBS di sekolah
dengan optimal
Cyndhanita O.
Janis, 2014
Gambaran Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada Siswa
Sekolah Dasar Negeri
30 Manado
Deskriptif Adanya
kesinambungan dari
pengetahuan, sikap dan
tindakan untuk
membentuk suatu
©UKDW
14
perilaku yang baik
Anang
Rinandanto,
2015
Sikap Siswa terhadap
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di SD Negeri
Balangan 1 Kecamatan
Minggir Kabupaten
Sleman
Deskriptif Sikap siswa terhadap
perilaku hidup bersih
dan sehat di SD Negeri
Balangan 1 Kecamatan
Minggir Kabupaten
Sleman berada dalam
kategori “cukup aktif”
Yohana Tania,
2015
Korelasi Antara Tingkat
Pengetahuan, Sikap,
dengan Perilaku Pola
Hidup Bersih dan Sehat
Anak-anak Tunadaksa
pada SDLB N 1 / D &
D1 Kalibayem Bantul
Cross Sectional Ada hubungan antara
tingkat pengetahuan,
sikap dengan perilaku
pola hidup bersih dan
sehat anak tunadaksa
pada SDLB N 1 / D &
D1 Kalibayam Bantul
Tabel 1.1. Penelitian Sebelumnya tentang PHBS
©UKDW