Uts Pemetaan

10
Nama : Ayu Agustin Nim / Kelas : 1350800200111059 / P02 APLIKASI PEMETAAN DALAM PENANGKAPAN Kegiatan penangkapan ikan di berbagai daerah pada periode ini semakin berkembang yang dibuktikan dengan perkembangan teknologi penangkapan. Hal tersebut terlihat dengan semakin berkurangnya jumlah alat tangkap tradisional yang digunakan seperti jala tebar. Sekarang ini, pemanfaatan sumberdaya ikan dilaut semakin intensif dan daya jangkauan opera penangkapan ikan oleh para nelayan semakin luas dan jauh dari daerah asal nelayan tersebut. Menurut Monitja dan Yusfiandayani (2007) dalam Harahap dan Iksal (2012), sumberdaya ikan merupakan sumberdaya milik bersama (common property) sehingga sering terjadi tangkap lebih (over fishing) dan pemanfaatannya dapat menjadi sumber konflik (di daerah penangkapan ikan maupun dalam pemasaran hasil tangkapan). Konflik dalam pemanfaatan sumberdaya ikan sering terjadi karena ketidakjelasan wilayah pemanfaatan yang melibatkan nelayan dalam satu daerah yang sama ataupun antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Mengendalikan perkembangan kegiatan penangkapan ikan melalui penerapan zonasi jalur penangkapan ikan dilaut merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menghindari terjadinya konflik pemanfaatan sumberdaya laut. Pemerintah

description

Pemetaan

Transcript of Uts Pemetaan

Page 1: Uts Pemetaan

Nama : Ayu Agustin

Nim / Kelas : 1350800200111059 / P02

APLIKASI PEMETAAN DALAM PENANGKAPAN

Kegiatan penangkapan ikan di berbagai daerah pada periode ini semakin berkembang yang dibuktikan dengan perkembangan teknologi penangkapan. Hal tersebut terlihat dengan semakin berkurangnya jumlah alat tangkap tradisional yang digunakan seperti jala tebar. Sekarang ini, pemanfaatan sumberdaya ikan dilaut semakin intensif dan daya jangkauan opera penangkapan ikan oleh para nelayan semakin luas dan jauh dari daerah asal nelayan tersebut. Menurut Monitja dan Yusfiandayani (2007) dalam Harahap dan Iksal (2012), sumberdaya ikan merupakan sumberdaya milik bersama (common property) sehingga sering terjadi tangkap lebih (over fishing) dan pemanfaatannya dapat menjadi sumber konflik (di daerah penangkapan ikan maupun dalam pemasaran hasil tangkapan).

Konflik dalam pemanfaatan sumberdaya ikan sering terjadi karena ketidakjelasan wilayah pemanfaatan yang melibatkan nelayan dalam satu daerah yang sama ataupun antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Mengendalikan perkembangan kegiatan penangkapan ikan melalui penerapan zonasi jalur penangkapan ikan dilaut merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menghindari terjadinya konflik pemanfaatan sumberdaya laut. Pemerintah mulai mengatur pembagian daerah penangkapan ikan dan penentuan jenis, ukuran kapal, dan alat penangkapan ikan yang dilarang dan diperbolehkan penggunaanya (Harahap dan Iksal, 2012).

Menurut Supriharyono (2000) dalam Harahap dan Iksal (2012), zonasi adalah bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses ekologis. Dalam penerapan zonasi jalur penangkapan ikan, kita dapat menggunakan peta daerah

Page 2: Uts Pemetaan

penangkapan ikan atau peta jalur-jalur penangkapan ikan. Peta memiliki peran penting dan strategis sebagai media penyajian fenomena spasial atau keruangan. Peta juga merupakan sarana untuk memahami potensi suatu wilayah, termasuk wilayah perairan laut. Dengan peta, kita akan mudah memetakkan daerah penangkapan ikan.Dalam pembuatan peta tersebut, kita dapat memanfaatkan system informasi geografis (SIG) yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial. Contoh dari penerapan zonasi jalur penangkapan dapat dilihat pada Gambar 1. Menurut Harahap dan Iksal (2012), Peta ini merupakan hasil pemetaan dari beberapa lokasi rawan konflik di perairan Kalimantan Barat

Gambar 1. Peta Rawan Konflik Wilayah Perairan Kalimantan Barat

Menurut Yousman (2003) dalam Fausan (2011), system informasi geografis merupakan suatu system berbasis computer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menggabungkan, mengatur, mentranformasi, memanipulasi, dan menganalisis data-data geografis. Sedangkan menurut Prahasta (2004) dalam Fausan (2011), System informasi geografis (SIG) merupakan system informasi spasial berbasis computer yang memliki fungsi pokok untuk menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan semua bentuk informasi spasial. Sistem informasi geografis bukan hanya sekedar system computer untuk pembuatan peta, melainkan juga sebagai alat analisis. Sebagai alat analisis, system informasi geografis memberikan keuntungan berupa kemungkinan untuk mengidentifikasi hubungan spasial diantara data geografis dalam bentuk peta.

Dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan sering dijumpai masalah-masalah umum oleh para nelayan, misalnya keberadaan daerah penangkapan ikan yang selalu berubah atau berpindah mengikuti pergerakan ikan.Daerah potensial penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh factor oseanografi perairan, sehingga ikan cenderung bergerak atau berpindah untuk memilih habitat yang sesuai. Kegiatan penangkapan ikan akan lebih efektif dan efisien jika daerah penangkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu.

Page 3: Uts Pemetaan

Salah satu cara untuk mengetahui dimana daerah potensial penangkapan ikan dan daerah yang sesuai untuk mengoperasikan alat tangkap adalah dengan memanfaatkan teknologi system informasi geografis.

Pemanfaatan system informasi geografis (SIG) dalam perikanan tangkap dapat mempermudah dalam operasi penangkapan ikan serta menghemat waktu dalam mencari fishing ground yang sesuai (Dahuri, 2001 dalam Fausan, 2011). Salah satu factor penentu keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan adalah ketepatan dalam menentukan daerah penangkapan ikan yang sesuai untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Informasi kesesuaian daerah pengoperasian alat tangkap akan mempengaruhi operasional, efektifitas dan efisiensi kerja. Pemilihan lokasi yang ideal untuk tempat operasi alat tangkap dapat mengurangi biaya operasional penangkapan yang akan dikeluarkan sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan nelayan. Namun Kebanyakan para nelayan dalam menentukan daerah penangkapan ikan sering mengandalkan insting dan pengalaman saja sehingga dalam menemukan schooling ikan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal tersebut menjadikan penangkapan ikan kurang efektif dan efisien. Salah satu cara alternative untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan SIG.

Menurut Tampubolon (2013), keberhasilan usaha penangkapan ikan sangat ditentukan dari kemampuan fishing master untuk menduga daerah penangkapan yang potensial. Adanya teknologi Sistem Informasi Geografis akan membantu fishing master dalam menemukan daerah penangkapan ikan yang potensial. Aplikasi SIG juga dapat menghasilkan produk utama berupa pemetaan area armada penangkapan dan pemetaan fishing ground spesies target. Selain itu juga dapat menghasilkan peta sebaran spasial daerah penangkapan yang overlap antara daerah penangkapan dua tipe alat penangkapan. Informasi yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Geografis tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengatur wilayah penangkapan dalam menghindari konflik pemanfaatan sumberdaya ikan maupun konflik yang terjadi antar nelayan.

Tidak menentunya lokasi daerah penangkapan ikan, sering menyebabkan kegiatan penangkapan ikan banyak mengalami kegagalan dan mengeluarkan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan tentang zona potensial penangkapan ikan serta pola migrasi ikan. Untuk pencegahan konflik tersebut dan pengaturan penangkapan ikan, dapat dilakukan zonasi daerah penangkapan ikan yang dapat mengoptimalisasi pemanfaatan ruang. Dalam melakukan zonasi daerah penangkapan ikan tersebut, dapat dibuat peta tata ruang kawasan pesisir dan laut yang berbasis SIG.

Prediksi daerah yang potensial untuk penangkapan ikan dapat dilakukan melalui pengkajian parameter-parameter oseanografi yang berhubungan dengan keberadaan ikan itu sendiri. Informasi spasial dan temporal dari parameter- parameter oseanografi dari system informasi geografis maupun dari citra satelit diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengkaji daerah potensial penangkapan ikan target. Output yang didapatkan dari parameter-parameter oseanografi yang sesuai dengan sebaran ikan target dapat dipetakan dengan teknologi SIG. Dengan menganalisis hubungan antara parameter oseanografi dan hasil tangkapan ikan dapat dipetakan lokasi-lokasi penangkapan ikan yang potensial. Pemetaan daerah penangkapan yang potensial digunakan untuk menghasilkan informasi spasial yang berbasis SIG dengan menggunakan perangkat lunak (Muklis et al, 2009).Dalam poses pemetaan, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui. Tahapan tersebut dimulai dari penyusunan ide hingga peta siap digunakan.

Page 4: Uts Pemetaan

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan system yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dalam pembuatan peta dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang terjadi dilokasi tersebut ( Syofyan et al, 2009). Dengan SIG akan lebih mudah membuat peta daerah penangkapan ikan maupun peta jalur-jalur penangkapan ikan. Peta tersebut berperan penting dalam mengetahui kondisi atau kelayakan daerah penangkapan dan mempermudah armada penangkapan untuk sampai ketempat tujuan dan kembali ke pangkalan dengan cepat, sehingga penangkapan ikan tidak membuang banyak waktu dan menghemat penggunaan bahan bakar. Peta merupakan sebuah gambar dua dimensi yang dapat memberikan informasi mengenai posisi suatu wilayah, informasi mengenai potensi suatu daerah dan informasi lain mengenai wilayah tersebut.

Menurut Zainuddin (2006), system informasi geografis adalah alat dengan system computer yang digunakan untuk memetakan kondisi dan peristiwa yang terjadi dimuka bumi. Teknologi SIG ini dapat mengintegrasikan system operasi database dengan berbagai keuntungan analisis geografis yang ditawarkan dalam bentuk peta. Dengan kemampuan pada system informasi pemetaan (informasi spasial) yang membedakannya dengan system informasi lain adalah banyak digunakan oleh masyarakat, pengusaha dan instansi untuk menjelaskan berbagai peristiwa, memprediksi hasil dan perencanaan strategis. Teknologi ini juga dapat mendeskripsikan karakteristik objek pada peta dan menentukan posisi koordinatnya, melakukan analisis spasial serta mampu menyimpan, mengelola, mengupdate data secara terorganisir dan efisien.

Contoh aplikasi SIG dari hasil penelitian dan analisis daerah penangkapan cakalang yang dilakukan di perairan Teluk Tomini Provinsi Gorontalo dappat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Peta ini menunjukkan berbagai informasi spasial yang dapat kita pahami tentang perikanan tangkap di perairan Teluk Tomini. Disini peta SIG menggambarkan dimana posisi fishing base dan letak daerah penangkapan ikan cakalang yang potensial.

Gambar 2. Peta Prediksi Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang

Page 5: Uts Pemetaan

Dari peta diatas kita dapat mengetahui prediksi jumlah hasil tangkapan tertinggi dan letak fishing ground yaitu antara 121,890 BT dan 0,260 LU sampai 0,190 LU dengan jarak 34,43 mil dari posisi fishing base dimana jumlah hasil tanngkapannya berkisar antar 257-330 ekor/hauling (Fausan, 2011).

Dalam kegiatan penangkapan ikan di laut, kita sering mendapatkan pertanyaan klasik yang dilontarkan oleh nelayan seperti dimana ikan dilaut berada dan kapan bisa ditangkap dalam jumlah yang melimpah. Hal tersebut terjadi karena dalam usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan yang tidak menentu akan mempunyai konsekuensi yang besar bagi nelayan yaitu memerlukan biaya bahan bakar yang besar, juga waktu dan tenaga nelayan. Dengan mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar tentu akan menghemat biaya operasi penangkapan, waktu dan tenaga.

Salah satu alternative yang menawarkan solusi dari pertanyaan- pertanyaan nelayan diatas adalah dengan mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja informasi mengenai parameter-parameter oseanografi serta migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara cepat. Output yang didapatkan dari indicator oseanografi yang sesuai dengan distribusi dan kelimpahan ikan kemudian dipetakan dengan teknologi SIG. Data indicator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan tidak mungkin merespon hanya pada satu parameter lingkungan saja, tetapi pada berbagai parameter yang saling berkaitan juga. Dengan kombinasi SIG ini maka akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, barpa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif (Zainuddin, 2006).

Aplikasi SIG dalam bidang perikanan khususnya pada system informasi perikanan telah banyak dilakukan di banyak Negara termasuk Indonesia. Aplikasi SIG dalam pemetaan misalnya dalam pembuatan peta daerah potensial penangkapan ikan dan peta tata ruang wilayah pesisir. Contoh aplikasi SIG dalam pemetaan pulau Hokkaido, Jepang dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Peta distribusi daerah penangkapan cumi-cumi

Peta diatas menunjukkan informasi-informasi spasial tentang perikanan tangkap disekitar perairan pulau Hokkaido, Jepang, khususnya penangkapan cumi-cumi. Peta SIG diatas memperlihatkan dan menggambarkan posisi pelabuhan perikanan, jarak antara

Page 6: Uts Pemetaan

fishing ground dan pelabuhan, distribusi hasil tangkapan dan jumlah kapal yang tersedia. Dari informasi-informasi tersebut dapat diketahui bahwa distribusi daerah penangkapan, hasil tangkapan dan jumlah kapal penangkapan akan menghasilkan informasi tentang jalur migrasi spesies cumi-cumi yang menjadi target tangkapan (Kiyofuji dan Saitoh, 2004 dalam Zainuddin, 2006). Dengan demikian, usaha penangkapan ikan oleh para nelayan akan efektif dan efisien.

Menurut Juhadi dan Liesnoor (2001) dalam Zainuddin (2006), pemetaan merupakan sebuah tahapan yang harus dilakukan dalam pembutan peta. Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan peta dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian dalam bentuk peta. Sedangkan menurut Phihandito (1988), peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui system proyeksi tertentu.

Pemanfaatan hasil potensi laut di Indonesia masih minim seperti di Bangka Balitung yang baru termanfaatkan hanya sekitar 25% dari produksi sumberdaya perikanan tangkap dan menjadi masalah yang belum terkelola dengan baik hingga saat ini. Wilayah sumber daya perairan laut yang luas dan potensi yang tersebar tentunya sangat membutuhkan semacam alat bantu yang dapat menggali potensi daerah tangkapan dan memberikan informasi lokasi penangkapan kepada nelayan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemanfaatan peta prakiraan daerah penangkapan ikan. Upaya ini bertujuan untuk membantu aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan, terutama dalam hal penghematan bahan bakar yang digunakan selama operasi penangkapan ikaan, dimana pada umumnya nelayan hanya mengandalkan naluri dan pengalaman dalam mendeteksi area yang diperkirakan banyak ikan, sehingga hal ini dapat menyebabkan pemborosan bahan bakar dan waktu serta hasil tangkapan yang relative rendah (LIPI, 2003).

Aplikasi peta juga digunakan dalam mengetahui kondisi oseanografi dan distribusi hasil tangkapan. Di perairan Kabupaten Pangkep, pemetaan kondisi oseanografi meliputi suhu, kedalaman dan klorofil-a. Peta sebaran suhu diperaian Pangkep meneunjukkan hasil tangkapan spesies target paling banyak pada kisaran suhu 29,193 – 30,0450 C. Sedangkan peta hubungan kedalaman perairan terhadap hasil tangkapan memperlihatkan bahwa hasil tangkapan dominan terdapat pada kisaran kedalaman 39,001 – 61,486 meter (Suhartono et al, 2013). Dengan mengetahui peta kondisi perairan, maka akan lebih mudah bagi armada penangkapan maupun nelayan dalam menemukan daerah penangkapan ikan yang sesuai untuk operasi penangkapan.

Page 7: Uts Pemetaan

DAFTAR PUSTAKA

Fausan. 2011. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang ( Katsuwonis pelamis) Berbasis Sistem Informasi Geografis Diperairan Teluk Tomini Provinsi Gorontalo. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar

Harahap, Syawaludin Alisyahbana dan Iksal Yanuarsyah. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Zonasi Jalur Penangkapan Ikan Di Perairan Kalimantan Barat. Jurnal Akuatika Vol. III No.1/Maret 2012 (40-48).

LIPI. 2003. Penelitian Kompetitif Kalimantan Timur – Bangka Balitung 2004-2013. www.ubb.ac.id . Diakses Pada 13 April 2015.

Muklis., Jonon Lumban Gaol., Domu Simbolon. 2009. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang ( Katsuwonus pelamis ) dan Tongkol ( Euthynnus affinis ) di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1, No.1, Hal. 24-32, Juni 2009.

Prihandito, Aryono. 1989. Kartografi. Yogyakarta : PT. Mitra Widya

Suhartono., Haruna., dan Paillin. 2013. Identifikasi dan Prediksi Daerah Penangkapan Ikan Kembung ( Rastrelliger spp ) di Perairan Kabupaten Pangkep. Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti – Ambon. Vol. 2, November 2013. Hal 55 – 65. ISSN.2085-5109.

Syofyan, Irwandy., Rommie Jhonerie., Kasman. 2009. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Daerah Pengoperasian Alat Tangkap Gombang di Perairan Selat Bengkalis Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan 14.2 (2009) : 128-134.

Tampubolon, Hiras Sucipto. 2013. Peran Sistem Informasi Geografis Dalam Bidang Perikanan dan Kelautan. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Zainuddin, Mukti. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penelitian Perikanan Dan Kelautan. Universitas Hasanuddin.