Sukuk

24
SUKUK Konsep keuangan berbasis syariah islam (Islamic Finance) yang real syariah dewasa ini telah tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah saja melainkan juga oleh berbagai negara di kawasan Asia, Eropa dan Amerika. Hal tersebut ditandai dengan didirikannya berbagai lembaga keuangan syariah dan diterbitkannya berbagai instrumen keuangan berbasis syariah. Selain itu, juga telah dibentuk lembaga internasional untuk merumuskan infrastruktur sistem keuangan Islam dan standar instrumen keuangan Islam, serta didirikannya lembaga rating Islam. Beberapa prinsip pokok dalam transaksi keuangan sesuai syariah antara lain berupa penekanan pada perjanjian yang adil, anjuran atas sistem bagi hasil atau profit sharing, serta larangan terhadap riba, gharar, dan maysir. Salah satu bentuk instrumen keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan baik oleh korporasi maupun negara adalah sukuk. Di beberapa negara, sukuk telah menjadi instrumen pembiayaan anggaran negara yang penting. Pada saat ini, beberapa negara telah menjadi regular issuer dari sukuk, misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, Qatar, Pakistan, dan State sof Saxony Anhalt – Jerman. Penerbitan sovereign sukuk biasanya ditujukan untuk keperluanpembiayaan negara secara umum (general funding) atau untuk pembiayaan proyek-proyek tertentu, misalnya pembangunan bendungan, unit pembngkit listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, dan jalan tol. Selain itu, sukuk juga dapat digunakan untuk keperluan pembiayaan cash-mismacth, yaitu dengan menggunakan sukuk dengan jangka waktu pendek (Islamic Tresury Bills) dan juga dapat digunakan sebagai instrumen pasar uang. Total emisi sukuk internasional berkembang pesat dari semula pada tahun 2002 hanya sekitar USD 1 miliar, menjadi USD 17 miliar pada bulan April 2007. jumlah dan jenis instrumen sukuk juga terus berkembang, dari semula hanya dikenal sukuk al ijarah berkembang menjadi 14 jenis sukuk

description

berisi segala hal yang berkaitan dengan sukuk. pengertian sukuk, jenis - jenis sukuk dan sebagainya. semoga bermanfaat :)

Transcript of Sukuk

Page 1: Sukuk

SUKUKKonsep keuangan berbasis syariah islam (Islamic Finance) yang real syariah dewasa ini

telah tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh

negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah saja melainkan juga oleh berbagai

negara di kawasan Asia, Eropa dan Amerika. Hal tersebut ditandai dengan didirikannya

berbagai lembaga keuangan syariah dan diterbitkannya berbagai instrumen keuangan

berbasis syariah. Selain itu, juga telah dibentuk lembaga internasional untuk

merumuskan infrastruktur sistem keuangan Islam dan standar instrumen keuangan

Islam, serta didirikannya lembaga rating Islam. Beberapa prinsip pokok dalam transaksi

keuangan sesuai syariah antara lain berupa penekanan pada perjanjian yang adil,

anjuran atas sistem bagi hasil atau profit sharing, serta larangan terhadap riba,

gharar, dan maysir.

Salah satu bentuk instrumen keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan baik oleh

korporasi maupun negara adalah sukuk. Di beberapa negara, sukuk telah menjadi

instrumen pembiayaan anggaran negara yang penting. Pada saat ini, beberapa negara

telah menjadi regular issuer dari sukuk, misalnya Malaysia, Bahrain, Brunei Darussalam,

Uni Emirat Arab, Qatar, Pakistan, dan State sof Saxony Anhalt – Jerman.

Penerbitan sovereign sukuk biasanya ditujukan untuk keperluanpembiayaan negara

secara umum (general funding) atau untuk pembiayaan proyek-proyek tertentu,

misalnya pembangunan bendungan, unit pembngkit listrik, pelabuhan, bandar udara,

rumah sakit, dan jalan tol. Selain itu, sukuk juga dapat digunakan untuk keperluan

pembiayaan cash-mismacth, yaitu dengan menggunakan sukuk dengan jangka waktu

pendek (Islamic Tresury Bills) dan juga dapat digunakan sebagai instrumen pasar uang.

Total emisi sukuk internasional berkembang pesat dari semula pada tahun 2002 hanya

sekitar USD 1 miliar, menjadi USD 17 miliar pada bulan April 2007. jumlah dan jenis

instrumen sukuk juga terus berkembang, dari semula hanya dikenal sukuk al ijarah

berkembang menjadi 14 jenis sukuk sebagaimana ditetapkan oleh The Accounting and

Auditing Organization of Islamic Financial Institutions (AAOIFI). adapun investor sukuk,

tidak lagi hanya terbatas pada investor islami, karena pada saat ini sebagain besar

investor sukuk justru merupakan investor konvensional.

Page 2: Sukuk

Dalam negeri sendiri, pasar keuangan syriah, termasuk pasar sukuk juga tumbuh

secara cepat, meskipun proporsinya dibandingkan konvensional masih relatif kecil.

untuk keperluan pengembangan basis sumber pembiayaan anggaran negara dan dalam

rangka pengembangan pasar keuangan syariah dalam negeri, pemerintah telah

menyusun RUU tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). UU SBSN tersebut akan

menjadi legal basis bagi penerbitan dan pengelolaan sukuk negara atau SBSN.

Pengertian Sukuk

Sukuk berasal dari bahasa arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki

arti mirip dengan sertifikat atau note. dalam pemahaman praktisnya, sukuk

merupakan bukti (claim) kepemilikan.

Definisi sukuk / sertifikat ialah sertifikat bernilai sama dengan bagian atau seluruhnya

dari kepemilikan harta berwujud untuk mendapatkan hasil dan jasa didalam

kepemilikan aset dan proyek tertentu atau aktivitas investasi khusus, sertifikat ini

berlaku setelah menerima niali sukuk, saat jatuh tempo dengan menerima dana

sepenuhnya sesuai dengan tujuan sukuk tersebut.

Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions

(AAOIFI), sukuk adalah “certificate of equal value representing undivided

shares ownership of tangible asset, usufruct and services (in the ownership

of) the assets of particular projects or special investment activity”. Jadi sukuk

adalah sebagai sertifikat dari suatu nilai yang dipresentasikan setelah menutup

pendaftaran, bukti terima nilai sertifikat, dan menggunakannya sesuai rencana. sama

halnya dengan bagian dan kepemilikan atas aset yang jelas, barang, atau jasa atau

modal dari suatu proyek tertentu atau modal dari suatu aktivitas investasi tertentu.

Sukuk pada prinsipnya mirip dengan obligasi konvensional, dengan perbedaan pokok

antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti

bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah

tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian

antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip bagi syariah. selain itu,

sukuk juga harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan

terbebas dari riba, gharar dan maysir.

Page 3: Sukuk

Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 31/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu

surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten

kepada pemegang obligasi syariah. sukuk mewajibkan emiten untuk membayar

pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta

membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Sedangkan menurut Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

No. KEP-130/BL/2006 tahun 2006 Peraturan No. IX .A. 13, sukuk ádalah efek syariah

berupa sertufikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian

penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud

tertentu nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi

tertentu, dan kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

Undang-Undang Sukuk

Pada Mei 2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-undang No. 19/2008

tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign

sukuk).

Karakteristik Sukuk

· Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat (benefical title).

· Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang

digunakan.

· Terbebas dari riba, gharar, dan maysir.

· Penerbitannya melalui special purpose vechicle (SPV)

· Memerlukan underlying asset.

· Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

Jenis-Jenis Sukuk

Sukuk, berdasarkan strukturnya terdapat berbagai jenis, yang dikenal secara

international dan telah mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing

Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) adalah :

Page 4: Sukuk

Sukuk Ijarah : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah,

dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak manfaat

atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati,

tanpa diikuti perpindahan kepemilikan aset itu sendiri.

Sukuk Mudharabah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad

mudharabah, dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan

pihak lain menydiakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama

tersebut akan dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati

sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia

modal, sepanjang kerugian tersebut tidak ada unsur moral hazard (niat tidak baik dari

mudharib).

Sukuk Musyarakah : Sukuk yang diterbitkan berdasarka perjanjian atau akad

musyarakah, dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk

membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai

kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama

sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.

Sukuk Istishna : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna,

dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek

atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi proyek/barang

ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

Perbandingan Sukuk dan Obligasi

Deskripsi                                  Sukuk                                                                            

Obligasi

Penerbit                                   Pemerintah, korporasi                                          

Pemerintah, korporasi

Sifat instrument                    Sertifikat kepemilikan/penyertaan                   Instumen

pengakuan utang

Penghasilan                            Imbalan, bagi hasil, margin                                 

Bunga/kupon, capital gain

Jangka waktu                         Pendek – Menengah                                               

Menengah – Panjang

Page 5: Sukuk

Underlying asset                  Perlu                                                                              

Tidak perlu

Pihak yang terkait                Obligor, SPV, investor, Trustee                         

Obligor/issuer, investor

Price                                          Market price                                                              

Market price

Investor                                   Islam, konvensional                                              

Konvensional

Pembayaran pokok              Bullet atau amortisasi                                           Bullet atau

amortisasi

Penggunaan                            Harus sesuai syariah                                              Bebas

Negara-negara yang telah menerbitkan sukuk :

· Eropa (Jerman, Inggris dan Kanada).

· Timur Tengah (Dubai, Uni Emirat Arab, Kuwait, Pakistan dan Qatar).

· Asia (Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Cina, India dan Indonesia)

Selain negara-negara yang telah disebutkan, ada pula kota-kota yang telah melirik dan

mengembangkan instrumen keuangan yang berbasis ekonomi syariah ini, di antaranya

adalah Hongkong. Pemerintah Hongkong melalui Hongkong Monetary Authority (Bank

Sentral Hongkong) telah membentuk kelompok kerja yang bertugas menerbitkan

peraturan yang diperlukan terkait dengan sistem ekonomi syariah, sistem pajak, dan

regulasi lainnya agar sistem syariah bisa berjalan seperti sistem ekonomi konvensional.

Usaha ini pun terus bergulir dengan diluncurkannya Hangseng Islamic China Index Fund

oleh Badan Pengawas Pasar Modal Hongkong.

Kelebihan berinvestasi dalam sukuk negara, khususnya untuk struktur ijarah

· Memberikan penghasilan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil yang kompetitif

dibandingkan dengan instrumen keuangan lain.

· Pembayaran imbalan dan nilai nominal sampai dengan sukuk jatuh tempo dijamin oleh

pemerintah.

Page 6: Sukuk

· Dapat diperjual-belikan di pasar sekunder.

· Memungkinkan diperolehnya tambahan penghasilan berupa margin (capital gain)

· Aman dan terbebas dari riba (usury), gharar (uncertainty), dan maysir (gambling).

· Berinvestasi sambil mengikuti dan melaksanakan syariah.

Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan Sukuk

· Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai

nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan jatuh tempo. dalam hal sovereign

sukuk, obligornya adalah pemerintah.

· Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk

penerbitan sukuk dengan fungsi:

1. sebagai penerbit sukuk,

2. menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset,

3. bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.

· Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan nilai

nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

Penggunaan Underlying Asset

Penerbitan sukuk memerlukan sejumlah tertentu aset yang akan menjadi objek

perjanjian (underlying asset). aset yang menjadi objek perjanjian harus memiliki nilai

ekonomis, dapat berupa aset berwujud atau tidak berwujud, termasuk proyek yang

akan atau sedang dibangun. fungsi underlying asset tersebut adalah:

· Menghindari riba

· Sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder.

· Untuk menentukan jenis struktur sukuk.

Dalam sukuk Ijarah Muntahiya Bittamlik atau Ijarah Sale And Lease Back, penjualan aset

tidak disertai penyertaan fisik aset tetapi yang dialihkan adalah hak manfaat (benefit

Page 7: Sukuk

title) sedangkan kepemilikan aset (legal title) tetap pada obligor. pada akhir periode

sukuk, SPV wajib menjual kembali aset tersebut kepada obligor.

Pengertian Sukuk Ritel

Surat Berharga Syariah Negara Ritel (Sukuk Ritel) merupakan surat berharga negara

yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan

terhadap aset surat Berharga Syariah Negara, yang dijual kepada individu (ritel) atau

perseorangan Warga Negara Indonesia melalui agen penjual, dengan volume minimum

yang ditentukan

Tujuan Penerbitan Sukuk Ritel

Penerbitan sukuk ritel ini memiliki tujuan yang smaa dengan obligasi yang diterbitkan

Pemerintah lainnya (SUN, ORI, SBSN) yaitu untuk membiayai anggaran negara,

divesifikasi sumber pembiayaan, memperluas basis investor, mengelola pembiayaan

negara dan menjamin tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.

Manfaat Memiliki Sukuk Ritel

· Investasi yang aman (pemerintah sebagai penjamin).

· Memberikan return yang relatif tinggi (12% gross => 9.6% nett) dibandingkan produk

konservatif lain seperti reksadana pasar uang atau deposito.

· Mendapatkan pembayaran imbalan yang dilakukan secara berkala (perbulan).

· Berpotensi memperoleh Capital Gain, ketika harga sedang naik di pasar sekunder.

Persamaan dan Perbedaan Sukuk Ritel dan ORI

Persamaan Perbedaan

· sukuk ritel dan ORI merupakan surat berharga negara yang diperuntukkan bagi

investor ritel.

· sukuk ritel dan ORI merupakan bukti investasi masyarakat kepada pemerintah. Baik

sukuk ritel maupun ORI pembayaran bunga/imbalan dan pelunasan/pembelian kembali

dijamin oleh pemerintah. · ORI adalah pinjaman modal dari masyarakat kepada

pemerintah, sedangkan sukuk ritel adalah bentuk penyertaan modal masyarakat atas

bagian dari aset sukuk ritel yang dijadikan obyek transaksi.

Page 8: Sukuk

· ORI memberikan penghasilan (return) kepada investor berupa bunga. sedangkan

sukuk ritel memberikan penghasilan (return) kepada investor berupa imbalan sewa,

sesuai dengan akad yang digunakan.

Resiko Memiliki Sukuk Ritel

· Resiko Gagal Bayar (Defailt Risk), adalah resiko dimana investor tidak dapat

memperoleh pembayaran dana yang dijanjikan oleh penerbit pada saat produk

investasi jatuh tempo. berhubung yang menerbitkan pemerintah, resiko ini sangatlah

kecil (diasumsikan risk free).

· Resiko Pasar (Market Risk), adalah potensi kerugian bagi nvestor (capital loss) karena

menjual sukuk ritel sebelum jatuh tempo (pada saat nilainya turun).

· Resiko Likuiditas (Liquidity Risk), adalah kesulitan dalam pencairan, resiko ini bisa

disebabkan karena kecenderungan produk syariah di-hold (tidak diperjual belikan

hingga jatuh tempo), tetapi untuk sukuk ritel para agen penjual telah menjamin untuk

membeli kembali barang yang dijual oleh investor. resiko yang bisa terjadi adalah

investor terpaksa menjual kepada agen penjual dengan harga di bawah harga pasar.

apabila pembelian dalam jumlah tidak besar, bunganya yang relatif kecil dan ditransfer

ke bank bisa menjadi tidak signifikan dan bisa terpakai.

Prospek Sukuk di Indonesia

Pasar keuangan di Indonesia baru saja mencatat sejarah baru. Meski terlambat, Pada

Mei 2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-undang No. 19/2008 tentang

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign sukuk). kita

patut memberikan apresiasi tinggi atas upaya pemerintah dan DPR yang berhasil

menghasilkan UU Sukuk Negara ini. Dikatakan terlambat, karena perkembangan sukuk

di Indonesia, sesungguhnya sudah dimulai oleh swasta, meskipun pangsanya masih

kecil.

Pada tahun ini, pemerintah berencana menerbitkan sukuk hingga Rp18 triliun. Bila

dibandingkan dengan obligasi negara konvensional, rencana penerbitan sukuk ini

memang masih kecil. Namun, dimulainya penerbitan sukuk ini oleh pemerintah ini akan

dapat menjadi trigger bagi penerbitan sukuk lainnya. Dengan diberlakukannya UU

Page 9: Sukuk

Sukuk Negara dan adanya rencana penerbitan sukuk oleh pemerintah, itu berarti sukuk

kini menjadi instrumen pembiayaan yang diakui sehingga dapat meningkatkan

kepercayaan investor terhadap sukuk kita, baik sukuk negara maupun sukuk korporasi.

Fakta menunjukkan perkembangan sukuk memang dimulai dengan adanya soverign

sukuk. Berdasarkan data dari Standard & Poor’s (S&P), bila pada tahun 2003, sovereign

sukuk masih mendominasi pasar sukuk global yaitu sebesar 42% dan sukuk yang

diterbitkan oleh lembaga keuangan sebesar 58%, maka sejak saat itu komposisinya

mengalami pergeseran. Pada tahun 2007, kini justru sukuk korporasi yang mendominasi

pasar sukuk global, yaitu sekitar 71%, lembaga keuangan 26%, dan pemerintah tinggal

3%.

Perkembangan Sukuk

Sukuk kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem keuangan global.

Pada tahun 2007, nilai sukuk yang diperdagangkan di pasar global telah meningkat

lebih dari dua kali dibandingkan tahun 2006, dan mencapai US$62 miliar dibandingkan

tahun 2006 sebesar US$27 miliar. Dari tahun 2001 hingga tahun 2006, Sukuk

mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 123%. Berdasarkan proyeksi S&P, dalam

lima tahun ke depan, pasar sukuk dapat menembus level US$100 miliar, tergantung

pada kondisi stabilitas pasar kredit. Sementara itu, Moody’s memperkirakan bahwa

pasar sukuk akan meningkat sebesar 35% per tahun. Pada tahun 2010, pasar sukuk

global diperkirakan dapat menembus hingga US$200 miliar, terutama ditopang oleh

negara-negara di kawasan Teluk, Inggris, Jepang, dan Thailand.

Pengembangan sukuk sangat didukung regulator dan pemerintah di kawasan Teluk dan

Asia. Kini, semakin banyak negara yang telah menerbitkan sukuk sebagai instrumen

pembiayaan. Pada tahun 2007, telah ada 10 negara yang menerbitkan sukuk, padahal

pada tahun 2001 baru ada 2 negara. Uni Emirat Arab (UEA) dan Malaysia masih

mempertahankan sebagai negara penerbit sukuk terbesar di dunia. Pada tahun 2007,

lebih dari US$25 miliar sukuk (atau sekitar 75% dari seluruh sukuk yang diterbitkan di

seluruh dunia pada tahun itu) adalah sukuk yang diterbitkan oleh UEA dan Malaysia.

Page 10: Sukuk

Sementara itu, Malaysia sendiri menguasai sekitar 66% dari seluruh penerbitan sukuk di

dunia.

S&P memperkirakan Malaysia dan UEA akan tetap memegang posisinya sebagai

penguasa pasar, karena ditopang oleh regulator dan status UEA sebagai pintu masuk

(gateway) para investor global. Selain dukungan yang kuat dari pemerintah setempat,

perkembangan pesat tersebut juga tidak terlepas dari kinerja sukuk itu sendiri.

Berdasarkan data dari Dowjones terlihat bahwa di seluruh dunia indeks surat berharga

yang berbasis syariah (saham dan sukuk), kinerjanya lebih baik dibandingkan indeks

konvensional. Hal yang sama juga terjadi di Malaysia, sebagai negara terbesar dalam

hal pangsa pasar penerbitan sukuk di dunia.

Potensi Bagi Indonesia

Sebagaimana disebut di atas, perkembangan sukuk di Indonesia sesungguhnya bermula

karena adanya inisiatif dari swasta. Dukungan yang kurang dari pemerintah dan

regulator terhadap perkembangan sukuk ini, menyebabkan posisi Indonesia dalam

pasar keuangan syariah global tidak mendapatkan tempat yang semestinya. Hingga

saat ini, baru terdapat sekitar 20 sukuk yang diakui sebagai emiten syariah oleh

Bapepam.

Dengan diberlakukannya UU Sukuk Negara, diperkirakan perkembangan pasar sukuk di

Indonesia bakal lebih semarak dibandingkan sebelumnya. Terlebih lagi, minat investor

terhadap sukuk ini sangat besar, sebagaimana ditunjukan dari perkembangan sukuk

global saat ini. Tahun ini pemerintah memang memfokuskan diri untuk pengembangan

pasar sukuk domestik. Jika penerbitan perdana ini sukses, diperkirakan akan semakin

menarik investor asing, khususnya dari Timur Tengah, untuk masuk ke pasar keuangan

syariah di Indonesia.

Namun demikian, pasar sukuk di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan.

Pertama, pasar keuangan syariah di Indonesia tidak terlalu likuid. Penyebabnya, pangsa

pasarnya yang relatif kecil, yaitu kurang dari 5% dari seluruh sistem keuangan di

Indonesia. Kecilnya pangsa pasar keuangan syariah ini diperkirakan akan menyebabkan

Page 11: Sukuk

pertumbuhan pasar sukuk domestik akan tetap terbatas. Oleh karenanya, bila langkah

perdana pemerintah menerbitkan sukuk domestik berhasil, selanjutnya perlu dibuka

pasar sukuk global sebagai benchmark bagi penerbitan sukuk global lainnya, baik

sovereign sukuk maupun corporate sukuk.

Selain itu, regulasi yang masih dirasakan menghambat perkembangan pasar sukuk

domestik juga perlu dibenahi, sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Bank

Indonesia (PBI) No. 5/12 tahun 2004. Dalam PBI tersebut, bank yang memiliki sukuk

agar memegangnya hingga jatuh tempo. Meski aturan ini penting untuk menjaga aspek

kesyariahan bank syariah, namun PBI ini perlu direvisi agar tidak menghambat likuiditas

pasar sukuk.

Kedua, belum adanya kepastian masalah perpajakan terkait dengan transaksi yang

melibatkan investor sukuk. Permasalahan perpajakan ini tidak hanya terkait dengan

sukuk, namun menyangkut transaksi keuangan syariah secara keseluruhan. Isu yang

paling mengemuka adalah adanya double taxation dalam transaksi keuangan syariah.

Ketiga, kebanyakan produk keuangan syariah bersifat “debt-based” atau “debt-likely”.

Padahal, idealnya keuangan syariah adalah “profit-loss sharing”. Ini terlihat dari

komposisi tingkat kupon sukuk yang dibayarkan masih mendasarkan pada tingkat suku

bunga tertentu. Sehingga, tidak mengherankan jika AAOIFI memberikan penilaian

bahwa sekitar 85% sukuk belum sesuai dengan syariah. Oleh karena itu, bagi Indonesia

perlu pengembangan inovasi dan struktur sukuk yang lebih beragam.

Page 12: Sukuk

Referensi 2

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu isu terhangat pasar keuangan syariah adalah kesesuaian syariah

dari sukuk. Muhammad Taqi Usmani, seorang ahli fikih dan pakar keuangan syariah

kenamaan yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Syariah AAOIFI, sebuah

lembaga internasional terkemuka yang membuat berbagai aturan standar keuangan

syariah dunia, mengatakan 85 persen penerbitan sukuk dunia tidak sesuai dengan

syariah.

itu menyatakan bahwa sukuk-sukuk (Obligasi Syari’ah) tersebut pada

umumnya memiliki kemiripan praktik dengan obligasi konvensional berbasis bunga

sehingga jika tidak segera diperbaiki mekanismenya dikhawatirkan akan

menciptakan sejumlah masalah di masa datang. Ia pun mempermasalahkan struktur

sukuk yang lebih mendekati struktur debt-based daripada equity-based. Sebuah

pernyataan yang perlu mendapatkan perhatian dari seluruh pemangku kepentingan

industri keuangan syariah mengingat latar belakang kepakaran beliau tidak

diragukan lagi.

Harus kita akui, bahwa sukuk atau obligasi syariah ini adalah salah satu bentuk

terobosan baru dalam dunia keuangan Islam, meskipun istilah tersebut adalah

istilah yang memiliki akar sejarah yang panjang.Inilah salah satu bentuk produk

yang paling inovatif dalam pengembangan sistem keuangan syariah kontemporer. 

Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional.Semenjak ada

konvergensi pendapat bunga adalah riba, maka instrument-instrumen yang punya

komponen bunga (interest-bearing instrument) ini keluarkan dari daftar investasi

halal.Kerna itu, dimunculkan alternative yang dinamakan obligasi syariah.

Pada awalnya, penggunaan istilah “obligasi syariah” sendiri dianggap

kontradiktif.Obligasi sudah menjadi kata yang tak mungkin lepas dari bunga

sehingga tidak dimungkinkan untuk disyariahkan.

Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah sebelumnya

yang memggunakan istilah bond, dimana istilah bond mempunyai makna loan

(hutang), dengan menambahkan Islamic maka kontradiktif maknanya karena

biasanya yang mendasari mekanisme hutang (loan) adalah interest, sedangkan

dalan Islam interest tersebut termasuk riba yang diharamkan. Untuk itu sejak tahun

Page 13: Sukuk

2007 istilah bond ditukar dengan istilah Sukuk sebagaimana disebutkan dalam

peraturanm di Bapepam LK.

Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan

penyertaan dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika

menggunakan akad mudharabah dan musyarakah. Transaksinya bukan akad

hutang piutang melainkan penyertaan.

BAB II

PEMBAHASAN

I.         Sukuk (Oligasi Syari’ah)

A.    Pengertian sukuk

Sukuk berasal dari kata “صكوك” bentuk jamak dari kata “صك”dalam bahasa

Arab yang berarti cek atau sertifikat, atau alat tukar yang sah selain uang. Kata

“sukuk” pertama kali diperkenalkan kembali dan diajukan sebagai salah satu alat

keuangan Islam pada rapat ulama fikih sedunia yang diselenggarakan oleh Islamic

Development Bank (IDB) pada tahun 2002. Secara singkat AAOIFI mendefinisikan

sukuk sebagai sertifikat berniliai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak

dibagikan atas suatu asset, hak manfaat dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek

atau kegiatan investasi tertentu.

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan

pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai

pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction)

berupa sejumlah tertentu asset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya

akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip

syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agara instrument

keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.

Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan

penertaan dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika

menggunakan akad mudharabah dan musyarakah. Transaksinya bukan akad

hutang piutang melainkan penyertaan.

Page 14: Sukuk

B.     Dalil sukuk atau Obligasi syari’ah

Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah)

penyusun sarikan dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Berikut dalil-

dalilnya:

1.      Firman Allah SWT, QS. Al-Ma’idah [5]:1:

د2 و4 ب2ا4لع6ق6 ا و4 ا?و4ف6 ا ن6و4 ء?ام? FلFذ2ي4ن? اا ?يHه? 4ا ي?اHai orang – orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu[1]

2.      Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ [17]: 34:

I ال ئ6و4 م?س4 ك?ان? د? 4لع?ه4 ا Fا2ن د2 ب2ا4لع?ه4 ا و4 ا?و4ف6 و?4 ......“dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan

jawabnya”.

3.    Hadis Nabi SAW:

: بين جائز الصaل_ح م ص الله رسول قال المزاني عوف بن عمرو عنإال شروطهvم عل}ى وال_مسلمون حراما aحل{ أ }و أ حالال م aحر صل_حا اال ال_مسلمين

( ) الترمذى امام رواه حراما aأحل أو حالال م aحر شرطا“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin

terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal

atau menghalalkan yang haram.”

4.   Kaidah Fikih:

حرم ما اال منه يحظر فال العفو العادات فى الله األصلC.     Pendapat Ulama’

Fatwa dewan syari`ah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Sukuk

(Obligasi syari`ah) adalah surat berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip

syariah yang dikelurkan emitten kepada pemegang obligasi syariah, tersebut berupa

bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh

tempo.”

Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah sebelumnya

yang memggunakan istilah bond, dimana istilah bond mempunyai makna loan

(hutang), dengan menambahkan Islamic maka kontradiktif maknanya karena

biasanya yang mendasari mekanisme hutang (loan) adalah interest, sedangkan

dalan Islam interest tersebut termasuk riba yang diharamkan. Untuk itu sejak tahun

Page 15: Sukuk

2007 istilah bond ditukar dengan istilah Sukuk sebagaimana disebutkan dalam

peraturanm di Bapepam LK.

Abu Hanifa dan muridnya Abu Yusuf memberikan pandangan bahwa penjualan

sesuatu/properti yang belum diterima oleh si penjual namun sudah jelas keberadaan

fisiknya (dapat dicek keberadaannya) adalah diperbolehkan. Maka dari sinilah

pondasi instrument bernama sukuk di abad modern ini bermula. (Abu Fahmi

D.    Pendapat sendiri

Sukuk (Obligasi syariah) merupakan alternative bagi umat islam untuk

berinvestasi secara aman dan halal. Kita tidak sedang berandai-andai bahwa kita

hidup di zaman dahulu dimana kehidupan dunia belum terhubungkan dengan cepat

dan terbuka lebar. Kita harus faham bagaimana kaum kapitalis menguasai dunia

melalui penguasaan perusahaan-perusahaan yang memenuhi keperluan hidup

orang banyak, khususnya Muslim. Apakah Muslim tidak boleh menjadi pemilik

perusahaan-perusahaan tersebut? Atau apakah perusahaan-perusahaan milik

Muslim tidak boleh masuk bursa disebabkan instrument yang mengandung riba?

Muslim berhak dan wajib menguasai perekonomian dunia, dan Islam melalui

kekayaan khazanah pemikiran ulamanya telah menciptakan sukuk sebagai

instrument pengganti tersebut yang bebas dari unsur riba, judi, dan gharar.

E.     Hukum sukuk (obligasi konvensional)

sukuk dalam mekanisme dan persyaratan tertentu yang menghindarkan diri

dari kedua unsur yang disebutkan dalam riwayat di atas adalah boleh dan halal.

Referensi 3

Page 16: Sukuk

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latarbelakang Masalah

Dimasa dewasa ini banyak dari kalangan masyarakat yang menjalankan

kegiatan inventasi. Dalam kegiatan investasi tersebut pada umumnya

dikoordinasikan oleh suatu lembaga, yaitu bursa efek, yang mana dalam

kegiatannya selalu diawasi oleh BAPEPAM. Dalam kegiatan investasi tersebut,

sebagaimana yang kita ketahui bersama pada pasar modal terdapat beberapa

instrument investasi yang sering digunakan sebagai alternatifi kegiatan

investasi ini, yaitu Saham dan Obligasi.

Secara global, bagi orang-orang yang tak mementingkan unsur halal dan

haram (Konvensional) tidaklah ada masalah dalam menjalankan kegiatan

investasi ini. Namun, bagi kita kaum muslim tentu menjalankan suatu usaha

ataupun kegiatan bisnis harus mempertimbangkan halal dan haramnya, sesuai

dengan yang telah diatur dalam hukum Syara’ diantaranya dalam kegiatan

tersebut harus terhindar dari unsur Riba, Judi, Gharar, dan Haram.

Oleh karena itu dalam terdapat beberapa produk Syariah dalam

kegiatan investasi ini, seperti Saham Syariah dan Obligasi Syariah atau sering

disebut dengan Sukuk. Adanya produk tersebut pada dasarnya untuk membantu

para kaum muslim yang ingin ikut serta dalam kegiatan investasi  agar tidak

terjerumus kedalam praktik-praktik yang diharamkan oleh hukum Syara’.

B.     Rumusan Masalah

Dari sedikit pemaparan rumusan masalah diatas, kami rasa perlu

memberikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah sederhana

ini, agar pembahasannya tidak menjadi terlalu luas dan lebih menjurus.

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai Obligasi

Syariah atau yang dikenal dengan itilah Sukuk. Hal tersebut mencakup

beberapa poin penting, diantaranya :

1.      Apa yang dimaksud dengan sukuk,

2.      Bagaimana karateristiknya,

3.      Dan siapa saja yang terlibat dalam penerbitan sukuk.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sukuk

Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak)

yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman

praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan. Sementara itu, menurut

fatwa Majelis Ulama Indonesia No 32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat

Page 17: Sukuk

berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten

kepada pemegang obligasi syariah. Sukuk mewajibkan emiten untuk membayar

pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee,

serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Sedangkan menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic

Financial Institutions (AAOIFI) berpendapat lain mengenai arti sukuk. Menurut

organisasi tersebut, sukuk adalah sebagai sertifikat dari suatu nilai yang

direpresentasikan setelah penutupan pendaftaran, bukti terima nilai sertifikat,

dan menggunakannya sesuai rencana. Sama halnya dengan bagian dan

kepemilikan atas aset yang jelas, barang, atau jasa, atau modal dari suatu

proyek tertentu atau modal dari suatu aktivitas inventasi tertentu.[1]

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan

perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil

sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying

transaction) berupa sejumlah tertentu asset yang menjadi dasar penerbitan

sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun

berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur

secara syariah agara instrument keuangan ini aman dan terbebas dari riba,

gharar dan maysir.

Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan

penertaan dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika

menggunakan akad mudharabah dan musyarakah. Transaksinya bukan akad

hutang piutang melainkan penyertaan.

B. Dasar Hukum Sukuk (Obligasi Syariah)

a.       Al-Qur’an

Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah)

penyusun sarikan dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Berikut dalil-

dalilnya:

1.      Firman Allah SWT, QS. Al-Ma’idah [5]:1: vلع�ق�و_د_ vا ب }و_ف�و_ا ا �و_ا ء}ام}ن _ن} �ذvي �ل �ه}اا }ي _ا }ا ي

Hai orang – orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu

2.      Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ [17]: 34: � �و_ال ئ م}س_ }ان} ك _لع}ه_د} ا vن� ا vلع}ه_د_ vا ب }و_ف�و_ا و}ا

“......dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan

jawabnya.”3.      Firman Q.S. al-Baqarah [2]: 275 :

šúïÏ%©!$# tbqè=à2ù'tƒ (#4qt/Ìh �9$# Ÿw tbqãBqà)tƒ žwÎ) $yJx. ãPqà)tƒ ”Ï%©!$# 

çmäܬ6y‚tFtƒ ß`»sÜø‹¤±9$# z`ÏB Äb§yJø9$# 4 y7Ï9ºsŒöNßg¯Rr'Î/ (#þqä9$s% 

Page 18: Sukuk

$yJ¯RÎ) ßìø‹t7ø9$# ã@÷WÏB (#4qt/Ìh �9$# 3 ¨@ymr&ur ª!$# yìø‹t7ø9$# tP§�ymur 

(#4qt/Ìh �9$# 4 `yJsù ¼çnuä!%y`×psàÏãöqtB `ÏiB ¾ÏmÎn/§‘ 4‘ygtFR$$sù ¼ã&s#sù 

$tB y#n=y™ ÿ¼çnã �øBr&ur ’n<Î) «!$# ( ïÆtBur yŠ$tã y7Í´¯»s9'ré'sù 

Ü=»ysô¹r&Í‘$¨Z9$# ( öNèd $pkŽÏù šcrà$Î#»yz

“orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit

gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata

(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah

telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah

sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil

riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang

larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali

(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka

kekal di dalamnya.”

b.      Hadits

Hadis Nabi SAW yang digunakan sebagai dalil dasar sukuk ini ialah hadits

yang diriwayatkan oleh ‘Amar bin ‘Auf,

اال : ال_مسلمين بين جائز الصaل_ح م ص الله رسول قال المزاني عوف بن عمرو عنأو حالال م aحر شرطا إال شروطهvم عل}ى وال_مسلمون حراما aحل{ أ }و أ حالال م aحر صل_حا

حراما aأحل ) الترمذى) امام رواه“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin

terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang

halal atau menghalalkan yang haram.”

c. Qaidah Fikih:

Terdapat tiga kaidah yang digunakan, yaitu :

1.      Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang

mengharamkannya.”;

2.      “Kesulitan dapat menarik kemudahan”;

3.       حرم ما اال منه يحظر فال العفو العادات فى الله األصل

“Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat/ kebiasaan sama dengan sesuatu yang

berlaku berdasarkan syara (selama tidak bertentangan dengan syariah).”

d. Pendapat Ulama’

Page 19: Sukuk

Dengan mempertimbangkan beberapa dalil diatas, akhirnya dikeluarkanlah

Fatwa dewan syari`ah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Sukuk

(Obligasi syari`ah) adalah surat berharga berjangka panjang berdasarkan

prinsip syariah yang dikelurkan emitten kepada pemegang obligasi syariah,

tersebut berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi

pada saat jatuh tempo.”

Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah

sebelumnya yang memggunakan istilah bond, dimana istilah bond mempunyai

makna loan (hutang), dengan menambahkan Islamic maka kontradiktif

maknanya karena biasanya yang mendasari mekanisme hutang (loan) adalah

interest, sedangkan dalan Islam interest tersebut termasuk riba yang

diharamkan. Untuk itu sejak tahun 2007 istilah bond ditukar dengan istilah

Sukuk sebagaimana disebutkan dalam peraturanm di Bapepam LK.

Abu Hanifa dan muridnya Abu Yusuf memberikan pandangan bahwa

penjualan sesuatu/properti yang belum diterima oleh si penjual namun sudah

jelas keberadaan fisiknya (dapat dicek keberadaannya) adalah diperbolehkan.

Maka dari sinilah pondasi instrument bernama sukuk di abad modern ini

bermula.[2]

C. Karakteristik dan Macam Sukuk (Obligasi Syariah)

a.       Karakteristik Sukuk

 Terdapat beberapa karakteristik mengenai sukuk, karakteristik tersebut

adalah (Depkeu:2010),

1.      merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat,

2.      pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai jenis aqad

yang digunakan,

3.      terbebas dari unsur riba, gharar, dan maisir;

4.      penerbitannya melalui Special Purpose Vehicle (SPV),

5.      memerlukan underlying asset;

6.      dan, penggunaan proceds (hasil jual) harus sesuai prinsip syariah.

b.      Macam-macam Sukuk (Obligasi Syariah)

1.      Sukuk Ijarah

Adalah suatu sertifikat yang memuat nama pemilik nya (investor) dan

melambangkan kepemilikan terhadap aset yang bertujuan untuk disewakan,

atau kepemilikikan manfaat dan kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang dibeli

denagn harapan mendapatkan keuntungan dari hasil sewa  yang berhasil

direalisasikan berdasar transaksi ijarah.

Ketentuan akad ijarah sebagai berikut:

Page 20: Sukuk

Objeknya dapat berupa barang (harta fisik yang bergerak, tak bergerah,

harta perdagangan) maupun berupa jasa

Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan disepakati

oleh kedua belah piahak.

Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus dinyatakan secara

spesifik.

Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya dalam bentuk

imbalan atau sewa/upah

Pemakaian manfaat harus menjaga objek agar manfaat yang diberikan

oleh objek tetap terjaga

Pembeli sewa haruslah pemilik mutlak.

Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

         Investor dapat bertindak sebagai penyewa , sedangkan emiten dapat bertindak

sebagai wakil investor.

         Setelah investor memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan kembali

objek sewa tersebut kepada emiten.

2.      Obligasi syariah musyarakah

Adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad

musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal

untuk pembangunan proyek baru, mengembangkan proyek baru,

mengembangkan proyek yang telah ada atau membiayai kgiatan usaha.

3.      Obligasi syariah istishna’

Adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad

istishna’ di mana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan

suatu proyek/barang.[3]

4.      Obligasi Syariah mudarabah

yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudarabah yang

merupakan satu bentuk kerjasama, yang satu pihak menyediakan modal (rabb

al-mal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudarib), keuntungan

dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah

disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh

pihak penyedia modal.

c.       Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Sukuk

         Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk adalah

(Depkeu:2010),

1.      Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan

nilai nominal sukuk sampai dengan sukuk jatuh tempo.

Page 21: Sukuk

2.      Special Purpose Vehicle (SPV), adalah badan hukum yang didirikan khusus

untuk penerbitan sukuk dengan fungsi: a. sebagai penerbit sukuk; b.

menjadi counterpart (rekan/teman imbangan) dalam transaksi pengalihan aset;

c. bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.

3.      Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan

nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.[4]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari sedikit pemaparan pebahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwasanya Sukuk (Obligasi Syariah) berasal dari bahasa Arab

yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat

atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim)

kepemilikan. Sementara itu, menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No 32/DSN-

MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan

prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah.

Sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang

obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali dana

obligasi pada saat jatuh tempo.

Sukuk sendiri ialah salah satu produk proyek investasi syariah, yang

menunjang keperluan kaum muslim untuk ikut serta dalam kegiatan investasi

yang sesuai dengan aturan syara’ nan bebas dari hal-hal yang diharamkan,

seperti Riba, Judi, dan Gharar. Untuk menghindari hal-hal tersebut digunakanlah

akad-akad (perjanjian) yang jelas dalam praktiknya, sehingga terdapat empat

macam sukuk ini, yaitu Sukuk Ijarah, Mudharabah, Istisna dan Musyarakah.