stie-igi.ac.id · Web viewRelasi penawaran agregat menjelaskan dampak output terhadap tingkat...
Transcript of stie-igi.ac.id · Web viewRelasi penawaran agregat menjelaskan dampak output terhadap tingkat...
Bab VII
Model Penawaran Agregat-Permintaan Agregat: Model
AS – AD
Penawaran Agregat
Relasi penawaran agregat menjelaskan dampak output terhadap tingkat harga. Penawaran
agregat terjadi atau berasal dari perilaku upah dan harga yang sudah kita bahas pada bab
sebelumnya. Menggunakan atau memakai kembali persamaan penentu harga [ W =
PeF (u , z)], kita dapatkan:
W = PeF (u , z)
P = (1 + μ )W
Upah nominal, W, ditetapkan oleh penentu upah ( wage setters ), ttergantung pada
tingkat harga yang diharapkan, Pe, tingkat pengangguran, u, dan barbagai variabel, z,
yang merupakan tempat semua faktor lain yang mempunyai pengaruh pada
penetapan upah, dari tunjangan pengangguran sampai dengan bentuk collective
bargaining.
Harga, P, ditetapkan oleh perusahaan ( ekuivalen dengan tingkat harga ), tingkat
harga adalah sama dengan gaji nominal, W, dikalikan dengan 1 ditambah dengan
markup. Contoh: W = $ 2.000 dan μ=10%, maka P = $ 2.200 = ( US 2.000 x 1.1 ).
Kita menggunakan dua persamaan tersebut bersama-sama dengan tambahan asumsi bahwa
tingkat harga adalah sama dengan tingkat harga yang diharapkan. Dibawah asumsi
tambahan tersebut, kita menghasilkan tingkat pengangguran natural, dan berimplikasi pada
adanya tingkat output natural.
Perbedaan di bab ini adalah bahwa kita tidak memadakan asumsi tambahan tersebut ( kita
akan melepaskan atau meninggalkan bahwa tingkat harga (P) adalah sama dengan tingkat
harga yang diharapkan pada jangka menengah, tetapi akan secara khusus tidak akan sama
dengan tingkat harga yang diharapkan pada jangka pendek ). Tampa tambahan asumsi
tersebut, relasi penetapan harga dan relasi penetapan upah, memmberikan kita sebuah
relasi, dan relasi itu adalah relasi antara tingkat harga, tingkat output, dan tingkat harga
yang diharapkan.
Langkah pertama adalah mengeliminasi upah nominal, W, antara dua persamaan
menggantikan upah nominal di persamaan kedua di atas melalui pernyaataan atau
ungkapan dari persamaan pertama, kita dapatkan persamaan:
P = Pe (1+μ )F (u , z ) (1)
Persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat harga, P, tergantung pada niilai
tingkat harga yang diharapkan, Pe, tingkat pengagguran, markup dan berbagai
variabel z, tetapi kita hendaknya menempatkan μ dan z adalah konstan.
Langkah kedua adalah mengganti tingkat pengangguran, u, dengan ekspresi dalam
terminologi output. Untuk mengganti, u, ingat relasi antara tingkat pengangguran,
bekerja ( employment ), dan output yang kita hasilkan di bab sebelumnya:
u = UL
=L−NL
=1−NL
=1−YL
Persamaan pertama: u = U/L sesuai dengan definisi tingkat pengangguran, persamaan
kedua: U/L = (L – N )/L sesuai dengan definisi pengangguran ( U = L – N ), persamaan
ketiga: ( L – N )/L = 1 – (N/L) merupakan menyederhanakan pecahan. Persamaan keempat:
1 – (N/L) = 1 – (Y/L) sesuai dengan spesifikasi dari fungsi produksi, yang menyatakan bahwa
untuk memproduksi 1 ( satu ) unit output diperlukan 1 ( satu ) pekerja, sehingga Y = N.
Apa yang kita dapat kemudian, adalah:
u = 1 −YL
Dengan kata, berdasarkan angkatan kerja yang ada atau tersedia di ekonomi, semakin tinggi
output, semakin rendah tingkat pengangguran di ekonomi.
Mengganti u dengan 1 – ( Y/L ) pada persamaan (1), memberikan kita relasi penawaran
agregat ( the aggregate supply relation ) atau secara singkat relasi AS ( AS relation ):
P = Pe (1+μ )F (1−YL, z) (2)
Tingkat harga, P, ditentukan oleh tingkat harga yang diharapkan, Pe, dan tingkat output,
Y, ( dan juga markup, μ, dan beberapa varibel lainnya, z, dan angkatan kerja, L ); tetapi
disini kita tentukan mereka konstan. Relasi AS mempunyai dua sifat penting:
Kenaikan pada output menyebabkan tingkat harga naik, hal terssebut hasi dari empat langkah dasar:1. Kenaikan output meyebabkan kenaikan pada bekerja (employment )2. Kenaikan bekerja ( employment ) menyebabkan pengangguran turun3. Semakin rendah pengangguran menyebabkan semakin tinggi upah nnominal4. Kenaikan upah nominal menyebabkan lenaikan harga yang ditetapkan oleh
perusahaaan – sama dengan ( equivalent ), keenaikan tingkat harga ( inflasi ). Kenaikan pada tingkat harga yang diharapkan menyebabkan one for one atau
perubahan dengan tingkat sama pda kenaikan tingkat harga aktual. Sebagai contoh, jika tingkat harga diharapkan naik menjadi dua kali, tingkat harga altual juga naik menjaddi dua kali. Dampak ini bekerja melalui upah:1. Jika para penentu upah berharap tingkat harga naik semakin tinggi, mereka
menetapkan upah nominal semakin tinggi.2. Kenaikan pada upah nominal menyebabkan kenaikan pada biaya produksi, yang
menyebabkan perusahaan menetapkan harga produk naik – sama dengan atau sepadan dengan semakin tinggi tingkat harga.
Gambar: 1
Kurva Penawaran Agregat
Tingkat Harga (P) AS Berdasarkan tingkat harga yang diharapkan
P = Pe A kenaikan output menyebabkan kenaikan
tingkat harga. Jika output sama dengan
Y = Y n Output,Y Tingkat oupt natural, maka P = Pe
Relasi atau hubungan antara tingkat harga, P, dengan tingkat output, Y, berdasarkan nilai
dari tingkat harga yang diharapkan, Pe, dinyatakan atau diwujudkan oleh kurva AS di
gambar (1). Kurva AS mempunyai tiga sifat yang akan dibuktikan kegunaannya ada berikut
ini:
Kurva AS berbentuk kemiringan menaik ( upward sloping ). Menyatakan lainya tetap
atau mengkesampingkan yang lain ( put another way ), kenaikan output, Y,
menyebabkan kenaikan pada tingkat harga, P. Anda sudah lihat dan memahami pada
bab-bab sebelum.
Kurva AS melalui titik A, dimana Y = Y n dan P = Pe. Mengkesampingkan yang lain;
ketika Y = Y n, maka P = Pe.
Bagaimana kita dapat memahami hal tersebut? Pelajari kembali pada definisi tingkat
output natural pada bab sebelumnya, tingkat pengangguran natural ( dan melalui
akibatnya terhadap tingkat output natural ketika tingkat pengangguran ( dan
melalui implikasinya atau akibatnya terhadap tingkat output ) yang terjadi atau
berlaku jika tingkat harga sama dengan tingkat harga yang diharapkan.
Sifat tersebut – bahwa tingkat harga sama dengan tingkat harga yang diharapkan,
ketika output sama dengan tingkat output natural – mempunyai dua akibat: ketika
output di atas tingkat output natural, tingkat harga lebih tinggi daripada tingkat
harga yang diharapkan. Pada gambar (1), jika Y di kanan Y n, P lebih tinggi daripada
Pe. Sebaliknya, ketika output di bawah tingkat output natural, maka tingkat harga
lebih rendah daripada tingkat harga yang diharapkan. Pada gambar (1), jika Y di kiri
Y n, maka P lebih rendah daripada Pe.
Kenaikan pada tingkat harga yang diharapkan, Pe menggeser kurva AS ke atas.
Sebaliknya, penurunan pada tingkat harga yang diharapkan menggeser kurva AS ke
bawah.
Ketiga sifat tersebut ditunjukan oleh gambar (2), umpamakan berdasarkan tingkat output
dan tingkat pengangguran, tingkat harga yang diharapkan naik dari Pe ke P 'e. Kenaikan pada
harga yang diharapkan menyebabkan kenaikan upah dan kenaikan harga. Jadi setiap tingkat
output, tiingkat harga semakin tinggi: Kurva AS bergeser ke atas. Secara khusus, sebagai
pengganti titik A di kurva AS ( dimana Y = Y n dan P = Pe ), kurva AS sekarang melalui titik A’
( dimana Y = Y n dan P = P 'e).
Secara singkat:
Mulai dari penetapan upah dan harga di pasar tenaga kerja, kita menghasilkan kurva
AS ( the aggregate Supply curve ).
Relasi ini menyebakan bahwa berdasarkan tingkat harga yang diharapkan, tingkat
harga, P, merupakan fungsi meningkat dari tingkat output, dan tingkat harga yang
diharapkan. Hal tersebut ditunjukan dengan bentuk kurva AS yang mempunyai
kemiringan mmenaik, dan disebut sebagai kurva penawaran agregat atau kurva AS.
Kenaikan tingkat harga yang diharapkan , menggeser kurva AS ke atas, sedangkan
penurunan tingkat harga yang diharapkan, menggeser kurva AS ke bawah.
Gambar: 2
Dampak Kenaikan Tingkat Harga yang Diharapkan Terhadap Kurva AS
Tingkat Harga (P) AS’ ( untuk P 'e>Pe¿
P = P 'e A’ AS ( untuk Pe )
P = Pe A
Y n Output, Y
Kenaikan pada tingkat harga yang diharapkan, menggeser kurva AS ke atas, dan
sebaliknya.
Permintaan AgregatRelasi permintaan agregat mencakup ataau menyerap dampak tingkat harga terhadap
output. Relasi tersebut dihasilkan dari kondisi keseimbangan di pasar barang dan keuangan.
Mulai dengan penjelasan keseimbangan di pasar barang dan keuangan ( model IS-LM ), anda
sudah memahami makna persamaan di bawah ini:
Pasar Barang: IS: Y = C ( Y – T ) + I (Y, i ) + G
Pasar Keuangan: LMMP = Y L(i)
Keseimbangan di pasar barang mengharuskan tingkat output sama dengan tingkat
permintaan – jumlah konsumsi, investasi dan belanja pemerintah. Hal tersebut
adalah relasi IS.
Keseimbangan di pasar keuangan mengharuskan penawaran uang sama dengan
permintaan uang. Hal tersebut adalah relasi LM.
Perhatikan bahwa apa yang muncul di sebelah kiri persamaan LM adalah persedian uang ril,
M/P. Kita sudah membahasnya di bab sebelumnya bahwa perubahan persediaan uang ril
yang disebabkan oleh perubahan pada uang noominal, M. Tetapi perubahan pada
persediaan uang ril, M/P, dapat juga disebabkan oleh perubahan pada tingkat harga, P.
Kenaikan sebesar 10 persen pada tingkat harga, P, mempunyai dampak sama pada
persediaan uang ril ketika persediaan uang nominal turun 10 persen: salah satu dari kedua
hal terssebut menyebabkan persediaan uang ril turun sebesaar 10 persen.
Penggunaan relasi IS – LM, kita akan peroleh relasi antara tingkat harga dan tingkat output
yang diakibatkan oleh keseimbangan pada pasar barang dan pasar keuangan. Kita
perlihatkan hal tersebut di gambar (3).
Gambar (3) panel (b) adalah gambar dari kurva IS dan kurva LM. Kurva IS ddigaambar
berdasarkan nilai G dan T. Bentuk kemiringan kurva IS adalah menurun. Kenaikan
pada tingkat bunga menyebabkan penurunan pada tingkat output. Kurva LM
digambar berdasarkan nilai M/P. Bentuk kemiringan kurva LM adalah menaik.
Kenaikan output menyebabkan kenaikan permintaan uang, dan tingkt bunga naik,
sehingga mempertahankan persamaan permintaan uang dan ( penawaran uang tidak
berubah ). Titik dimana pasar barang dan pasar keuangan keduanya seimbang adalah
titik perpotongan kurva IS dengan kurva LM, di titik A.
Sekarang perhatikan dampak kenaikan tingkat harga dari P ke P’, berdasarkan
persediaan uang nominal, M, kenaikan padda tingkat harga P, menurunkan tingkat
persediaan uang ril. M/P. Hal tersebut menyebabkan kurva LM bergeser ke atas:
Berdasarkan tingkat output, persediaan uang ril semakin rendah menyebabkan
kenaikan pada tingkat bunga. Ekonomi bergerak disepanjang kurva IS. Titik
keseimbangan berpindah dari titik A ke A’, tingkat bunga naik dari i ke i’, dan tingkat
output turun dari Y ke Y’. Pada jangka pendek, kenaikan tingkat harga menyebabkan
penurunan output.
Secara implisit terdapat relasi negatif antara output dan tingkat harga yang
digambarkan sebagai kemiringan kurva AD di gambar (3) pada panel (b). Titik A dan
titik A’ di gambar (3) panel (b) berhubungan dengan titik A dan Titik A’ di gambar (3)
panel (a). Kenaikan tingkat harga dari P ke P’ menyebabkan penurunan output dari Y
ke Y’. Kurva ini disebut kurva permintaan agregat ( the aggregate demand curve ).
Dasar hubungan negatif antara output dengan tingkat harga disebut relasi
permintaan agregat. ( the aggregate demand relation ).
Setiap variabel lain selain variabel tingkat harga yang menggeser salah satu kurva IS atau
kurva LM, juga menggeser relasi permintaan agregat.
Ambil sebagai contoh, kenaikan belanja pemerintah, G. Berdasarkan tingkat harga, tingkat
output yang dihasilkan oleh keseimbangan di pasar barang dan pasar keuangan adalah lebih
tinggi atau naik: Pada gambar (4), kurva permintaan agregat bergeser ke kanan dari AD ke
AD’.
Atau ambil pada contoh operasi pasar mengurangi uang beredar melalui penjualan surat
berharga ( obligasi ) oleh Bank Sentral ) – penurunan pada M. Berdasarkan tingkat harga,
tingkat output yang dihasilkan oleh keseimbangan paasar barang dan pasar keuangan dalah
lebih rendah atau turun. Padaa gambar (4), kurva permintaan agregat bergeser ke kiri dari
AD ke AD’.
Mari kita sajikan persamaan tentang apa yang sudah kita bahas pada relasi permintaan
agregat.
Y = Y (MP,G ,T ) (3)
( +, +, – )
Tingkat output, Y, adalah fungsi meningkat dari persediaan uang ril, M/P, kenaikan fungsi
dari belanja pemerintah, G, dan penurunan fungsi dari pajak, T.
Berdasarkan lebijakan fiskal dan moneter – berdasarkan M, G dan T – kenaikan pada tingkat
harga, P, menyebabkan penurunan pada persediaan uang ril, M/P , dan penurunan M/P
Gambar: 3
Asal-Muasal Kurva Permintaan Agregat
Tingkat Bunga (i) (a)
i’ A’
i A
Y’ Y Output, Y
Tingkat Harga (P) (b)
P’ A’
P A
Y’ Y Output, Y
menyebabkan penurunan pada tingkat output, Y. Relasi tersebut diungkapkan oleh kurva AD
di gambar (3) panel (b).
Secara singkat pembahasan di atas adalah:
Memulai dari kondisi keseimbangan pasar barang dan pasar keuangan, kita dapatkan
asal-muasal relasi permintaan agregat ( the aggregate demand relation ).
Relasi permintaan agregat menyebabkan tingkat output, Y, adalah fungsi menurun
dari tingkat harga. Hal tersebut dinyatakan bentuk kurvanya berbentuk kemiringan
menurun. Dan kurvanya disebut sebagai the aggregate demand curve atau kurva
permintaan agregat.
Perubahan pada kebijakan fiskal dan kebijakan moneter – atau yang lebih umum
pada setiap variabel, selain daripada tingkat harga yang menggeser kurva IS dan
kurva LM – juga menggeser kurva permintaan agregat.
Gambar: 4
Pergeseran Kurva Permintaan Agregat
Tingkat Harga (P)
P Kenaikan Belanja Pemerintah (G)
AD’
AD’’ AD Penurunan Uang Nominal (M)
Y Output, Y
Kenaikan belanja pemerintah (G) menyebabkan output (Y) naik berdasarkan tingkat harga
berlaku (P), menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Penurunan uang nominal (M),
menyebabkan penurunan output (Y), berdasarkan tingkat harga berlaku (P), dan menggeser
kurva permintaan agregat ke kiri.
Keseimbangan Pasar pada Jangka Pendek dan Jangka
Menengah
Sekarang kita gabungkan relasi kurva AD dan Kurva AS dari sesi sebelumnya, dua relasi yang
sudah kita dapatkan:
Relasi AS P = Pe(1+μ) F(1−YL, z )
Relasi AD Y = Y(MP,G,T )
Berdasarkan nilai tingkat harga yang diharapkan, Pe ( yang masuk pada relasi
penawaran agregat ) , dan berdasarkan nilai variabel M, G dan T untuk kebijakan fiskal dan
moneter ( yang masuk pada relasi permintaan agregat ), kedua relasi tersebut menentukan
nilai ouput, Y, dan tingkat harga, P, keseimbangan pasar.
Perhatikan keseimbangan pasar jelas ditentukan oleh nilai Pe, nilai Pe menentukan posisi
kurva penawaran agregat [ lihat kembali gambar (2)], dan posisi kurva penawaran agregat
mempengaruhi keseimbangan pasar. Pada jangka pendek, kita dapat meenerima dan
memahmi bahwa Pe, tingkat harga yang diharapkan oleh pembuat tingkat upah menjadi
dasar ketika mereka menentapkan upah sebagaimana yang biasa mereka lakukan. Tetapi
dari waktu-ke waktu, Pe kemungkinan berubah, menggeser kurva penawaran agregat, dan
mengubah keseimbangan pasar ( mengubah tingkat output ). Berdasarkan pemikiran ini.
Kita pertama-tama mengkarakteristikan keseimbangan pasar jangka pendek – jadi,
menggunakan tingkat harga yang diharapkan, Pe, sesuai yang sudah ditentukan. Kemudian
kita lihat bagaimana Pe berubah dari waktu ke waktu, dan bagaimana perubahan tersebut
mempengaruhi keseimbangan pasar.
Keseimbangan Pasar Pada jangka Pendek
Keseimbangan jangka pendek telah diklarfikasi di gambar (5):
Kurva penawaran agregat, AS, telah digambar berdasarkan nilai Pe adalah
kemiringan menaik ( upwarad sloping ): Semakin tinggi tingkat output, semakin tinggi
tingkat harga, P. Posisi kurva tergantung pada nilai Pe. Lihat kembali pada sesi
sebelumnya bahwa ketika output, Y, sama dengan output natural, Y n, maka tingkat
harga (P) sama dengan tingkat harga yang diharapkan, Pe. Kondisi tersebut
ditunjukan oleh gambar (5), Titik kesseimbangan pasar A berpindah ke titik B di
kurva penawaran agregat: Jika Y = Y N, maka P = Pe.
Kurv permintaan agregat, AD, digambar berdasarkan nilai M, G dan T, dengan bentuk
kemiringan kurva berbentuk kemiringan menurun ( downward sloping ): Semakin
tinggi tingkat harga, semakin rendah tingkat output.
Keseimbangan pasar terjadi ketika kurva AS dan kurva AD berpotongan di titik A. Melalui
keseimbangan pasar tersebut, titik A, menyebabkan pasar barang, pasar keuangan, pasar
tenaga kerja, semuanya dalam kondisi keseimbangan. Keseimbangan pasar di pasar tenaga
kerja berasal atau disebabkan oleh fakta bahwa titik A di kurva penawaran agregat.
Sedangkan keseimbangan di pasar barang dan pasar keuangan disebabkan fakta titik A di
kurva permintaan agregat. Tingkat output dan tingkat harga keseimbangan adalah Y dan P.
Pada umumnya tidak ada alasan mengapa pada keseimbangan pasar output, Y, hendaknya
sama dengan tingkat output natural, Y n .. Keseimbangan output tergantung pada posisi
kurva penawaran agregat – jadi pada nilai Pe - dan pada posisi kiurva permintaan agregat –
jadi pada nilai M, G dan T. Sebagaimana kedua kurba yang sudah kita gambar, Y lebih besar
daripada Y n. Tingkat keseimbangan output lebih besar dari tingkat output natural. Tetapi
kita sudah dapat menggambar dengan mudah kurva AS dan AD, sehingga keseimbangan
output, Y, lebih rendah daripada output natural, Y n.
Gambar (5) memberikan kita hasil yang pertama: Pada jangka pendek, tidak ada alasan
mengapa output hendaknya sama dengan output natural. Semuanya tergantung pada nilai
spesifik pada tingkat harga yang diharapkan, Pe, dan nilai dari beberapa variabel yang
mempengaruhi posisi kurva permintaan agregat.
Jadi, sekarang kita harus bertanya: Apa yang terjadi dari waktu ke waktu? Lebih spesial lagi,
umpamakan, pada jangka pendek, output adalah di atas output natural – sebagaimana pada
kasus di gambar (5). Akankah output, Y, pada akhirnya kembali ke tingkat output natural?
Jika terjadi, bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Semua itu pertanyaan yang akan kita
bahas pada sesi sisa ini.
Dari Jangka Pendek Ke Jangka Menengah
Untuk berpikir guna memahami tentang apa yang terjadi dari waltu ke waktu. Perhatikan
gambar (6). Kurva AS dan kurva AD yang di gambar (6) sama dengan yang di gambar (5), dan
sehinga keseimbangan pada jangka pendek adalah di titik A – yang berkaitan dengan titik di
gambar (5), output sama dengan Y dan lebih besar daripada output natural, Y n.
Pada titik A, output, Y, lebih besar daripada output natural, Y N. Kita sudah
mengetahui dari sesi sebelumnya bahwa tingkat haarga, P, lebih tinggi daripada
tingkat harga yang diharapkan, Pe - semakin tinggi daripada tinggkat harga yang
Gambar: 5
Keseimbangan Pada Jangka Pendek
Tingkat Harga (P) AS
P A
Pe B AD
Y n Y Output, Y
Keseimbangan terjadi melalui perpotongan kurva penawaran agregat dengan kurva
permintaan agregat. Di titik A, pasar tenaga kerja, pasar keuangan dan pasar barang,
semuanya dalam kondisi keseimbangan.
diharapkan oleh penentu upah ( the wage setters, ketika mereka menetapkan upah
nominal.
Fakta bahwa tingkat harga lebih tinggi daripada tingkat harga yang diharapkan the
wage setters adalah kemungkinan menyebabkan the wage setters merevisi tingkat
harga yang diharapkan dengan meningkatkannya di masa depan. Jadi, pada masa
berikutnya mereka menetapkan upah nominal, mereka kemungkinan membuat
keputusan upah nominal berdasarkan tingkat harga yang diharapkan lebih tinggi,
katakanlah berdasarkan Pe, dimana Pe>P.
Kenaikan pada tingkat harga yang diharapkan tersebut, menyebabkan di masa
berikutnya kurva penawaran agregat bergeser ke atas, dari AS ke AS’: Berdasarkan
tingkat output, the wage setters mengharapkan tingkat harga lebih tinggi, sehingga
mereka menetapkan upah nominal lebih tinggi daripada tingkat upah nominal
sebelumnya, yang menyebabkan perusahaan menetapkan harga produknya lebih
tinggi daripada harga sebelumnya ( jadi hampir dapat dipastikan setiap kenaikan
upah diikuti kenaikan harga produk, sehingga di ekonomi terjadi inflasi ).
Pergeseran ke atas pada kurva penawaran agregat (AS), menyebabkan ekonomi
bergerak di sepanjang kurva permintaan agregat (AD). Titik keseimbangan berpindah
dari titik A ke titik A’, dan output keseimbangan turun dari Y ke Y n.
Dengan kata: Fakta bahwa pada awalnya output keseimbangan lebih besar daripada
tingkat output natural menyebabkan kenaikan pada tingkat harga yang diharapkan.
Kenaikan harga yang diharapkan menyebabkan kenaikan upah nominal, dan yang
menyebabkan kenaikan pada tingkat harga. Tingkat harga yang semakin tinggi
menyebabkan penurunan pada uang ril, M/P, hal ini menyebabkan kenaikan tingkat
bunga, yang menyebabkan penurunan tingkat output.
Penyesuaian tidak berakhir pada titik A’. Di titik A’, output Y’ masih lebih besar
daripada tingkat output natural, Y n, sehingga tingkat harga masih lebih tinggi
daripada tingkat harga yang diharapkan. The wage setters kemungkinan melanjutkan
merevisi kenaikan harga yang diharapkan agar sama atau paling tidak sama dengan
tingkat harga.
Hal tersebut menyebabkan selama output keseimbangan lebih tinggi dari pada
tingkat output natural, tingkat harga yang diharapkan meningkat, menggeser kurva
AS ke atas. Ketika kurva AS bergeser ke atas dan ekonomi bergerak di sepanjang
kurva permintaan agregat (AD), tingkat output keseimbangan terus menurun.
Apakah penyesuaian tersebut pada akhirnya akan berakhir? Yes, penyesuaian akan
berakhir ketika kurva AS bergeser ke AS’’, ketika titik keseimbangan sudah bergerak
ke titik A’’, dan tingkat keseimabngan output, Y, sama dengan tingkat keseimbangan
output natural, Y n. Pada A’’ tingkat output keseimbangan sama dengan tingkaat
output natural, sehingga tingkat harga sama dengan tingkat harga yang diharapkan.
Maka the wage setters tidak punya alasan untuk mengubah tingkat harga yang
diharapkan, kurva AS tidak lagi bergeser, dan ekonomi tetap di titik A’’.
Dengan kata: Sepanjang tingkat output keseimbangan lebih besar daripada tingkat
output natural, tingkat harga lebih tinggi daripada tingkat harga yang diharapkan.
Hal ini menyebabkan pembentuk atau penentu tingkat upah nominal merevisi
tingkat harga yang diharapkan naik untuk menyamakan atau paling tidak mendekati
tingkat harga, tetapi justru tingkat harga naik. Kenaikan pada tingkat harga
menyebabkan penurunan pada persediaan uang ril, dan ini menyebabkan kenaikan
pada tingkat bunga, penurunan tingkat bunga menyebabkan penurunan pada tingkat
output. Penyesuaian berhenti atau berakhir ketika tingkat output keseimbangan
sama dengan tingkat output natural. Pada titik tersebut, tingkat harga sama dengan
tingkat harga yang diharapkan, jadi, tingkat harga yang diharapkan tidak lagi direvisi
atau tidak lagi berubah, dan sehingga tingkat output tetap pada tingkat output
natural. Mengkesampingkan yang lain, pada jangka menengah, tingkat output
keseimbangan kembali ketingkat output natural.
Kita sudah melihat dinamika penyesuaian dimulai dari kasus dimana tingkat output
awal lebih besar daripada tingkat output natural. Dengan sangat jelas, argumen
simetris dipertahankan ketika tingkat output awal lebih kecil daripada tingkat output
natural. Pada kasus ini, tingkat harga lebih rendah daripada tingkat harga yang
diharapkan, menyebabkan penentu tingkat upah menurunkan tingkat harga yang
diharapkan untuk menyamakan atau mendekati tingkat upah. Semakin rendah
tingkat upah yang diharapkan menyebabkan kurva AS bergeser ke bawah, dan
ekonomi bergerak ke bawah kurva AD, sampai tingkat ouutput naik kembali dan
sama dengan tingkat output natural.
Secara singkat :
Pada jangka pendek, tingkat output dapat di atas atau di bawah tingkat output
natural. Perubahan pada setiap variabel yang masuk pada relasi AS dan atau relasi
AD menyebabkan pperubahan pada tingkat output dan mengubah tingkat harga.
Pada jangka menengah tingkat output pada akhirnya kembali ketingkat output
natural. Penyesuaian bekerja melalui perubahan pada tingkat harga. Ketika tingkat
output di atas tingkat output natural, tingkat harga naik. Semakin tinggi tingkat harga
menyebabkan penurunan pada permintaan yang bermuara penurunan pada tingkat
output keseimbangan. Ketika tingkat output keseimbangan di bawah tingkat output
natural, tingkat harga turun, dan menyebabkan permintaan dan output meningkat.
o
Pada sisa bab ini, kita menggunakan model AS – AD untuk melihat dan memahaami dampak
dinamis dari perubahan kebijakan atau lingkungan ekonomi. Kita fokus pada tiga perubahan.
Dua dari pertama adalah cara andalan lama ( old favorites ) sampai dengaan sekarang:
Operasi pasar terbuka yang mengubah persediaan uang nominal, dan penurunan pada
Gambar: 6
Penyesuaian Ouput dari Waktu Ke Waktu
Tingkat Harga (P) AS’’
A’’ AS’ (untuk Pe '>Pe
A’ AS ( untuk Pe )
P
Pe B A AD
Y n Y’ Y Output, Y
Jika output keseimbangan, Y, di atas tingkat output natural, Y n. Kurva AS bergeser dari waktu ke
waktu, sampai dengan tingkat output turun sampai sama dengan tingkat output natural.
defisit anggaran. Ketiga, kita tidak dapat membahasnya sampai dengan kitaa sudah
mengembangkan teori penentu upah dan harga, adalah kenaikan pada harga minyak bumi.
Setiap perubahan tersebut adalah menarik dan penting sesuai kebenaran dan pendapat
kita:
Kebijakan moneter telah bertanggungjawab terhadap resesi yang terjadi dari tahun
1980an sampai sekarang.
Pengurangan anggaran defisit tetap menjadi perhatian masyarakat, terutama
legislator dan ekonom, tentu pengamat ekonomi.
Kenaikan harga minyak bumi sejak taahun 1970an, menjadi masakah utama resesi di
negara maju dan penghambat pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
Dampak Kebijakan Moneter
Apa dampak jangka pendek dan jangka menengah dari kebijakan moneter eksoansif ( the
expansionary monetary policy ), katakanlah, menaikan jumlah beredar uang nominal dari M
ke M’?
Penyesuaian Dinamis
Lihat pada gambat (7), asumsikan bahwa sebelum perubahan pada uang nominal, kondisi
ekonomi yang terjadi adalah: Y = Y n, sehingga kurva AS dan kurva AD berpotongan di titik A,
tingkat output sama dengan tingkat output natural, dan tingkaat harga berlaku sama
dengan P.
Sekarang perhatikan bahwa ddi ekonomi terjadi kenaikan jumlah uang nominal, M. Ingat
pada spesifikasi permintaan agregat pada persamaan (3):
Y=Y (MP,G ,T )
Berdasarkan tingkat harga belaku, P, kenaikan jumlah uang nominal, M, menyebabkan
kenaikan pada uang ril, M/P, yang mengakibatkan kenaikan pada tingkat output
keseimbangan. Kurva AD bergeser ke kanan dari AD ke AD’. Pada jangka pendek ekonomi
bergerak atau berubah dari titik A ke titik A’, tingkat output naik dari Y ke Y’, dan tingkat
harga naik daari P ke P’.
Dari waktu ke waktu, penyesuaian harga yang diharapkan terus berlangsung. Ketika output
keseimbangan lebih tinggi dari tingkat output natural, tingkat harga berlaku lebih tinggi dari
tingkat harga yang diharpkan para penentu upah. Mereka merevisi harga yang diharapkan,
dan ini menyebabkan kurva penawaran agregat bergeser naik dari waktu ke waktu. Ekonomi
bergerak di sepanjang kurvaa penawaran agregat, AD’. Proses penyesuaian berakhir ketika
tingkat output keseimbangan kembeli ke tingkat output natural. Pada kondisi tersebut,
ringkat harga berlaku sama dengan tingkat harga yang diharapkan. Pada jangka menengah
kurva penawaran agregat yang terjadi adalah: AS’’, dan ekonomi berada dititik A’’. Tingkat
output kembali menjadi tingkat output natural, Y n, dan tingkat harga berlaku adalah sama
dengan P’’.
Kita dapat secara aktual menetapkan ukuran pasti dari kenaikan akhir pada tingkat harga.
Jika tingkat output kembali ke tingkat output natural, persediaan uang ril harus juga kembali
Gambar: 7
Dampak Dinamis dari Kebijakan Moneter Ekspansif
Tingkat Harga (P) AS’’
P’’ A’’ AS
P’ A’
P A AD’ ( untuk M’¿M )
AD ( untuk uang nominal, M )
Y n Y’ Output, Y
Kebijakan moneter ekspansif, pada jangka pendek menyebabkan terjadi kenaikan pada tingkat
output, tetapi pada jangka menengah tidak mempunyai dampak terhadap output.
ke nilai semula. Dengan kata lain, kenaikan proporsional pada harga harus sama dengan
kenaikan proporsional pada uang nominal. Jika kenaikan awal pada uang nominal sama
dengan 10 persen, maka tingkat harga pada akhirnya naik 10 persen lebih tinggi dari tingkat
awal.
Dibelakang Peristiwa
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang terjadi pada peristiwa
itu semua, adaalah sangat berguna untuk mengetahui di belakang peristiwa suatu peristiwa
dan melihat apa yang terjadi tidak hanya tingkat output dan tingkat harga, tetapi juga apa
yang terjadi pada tingkat bunga. Kita dapat melakukan ini dengan melihat apa yang terjadi
dalam terminologi model IS-LM.
Gambar (8) panel (a) yang merupakan reproduksi dari gambar (7), tetapi tanpa kurva AS’’,
guna membuat sederhana pada visualisasi, dan memperlihatkan penyesuaian output dan
tingkat harga dalam merespon kenaikan jumlah uang nominal. Gambar (8) panel (b)
memperlihatkan penyesuaian output dan tingkat bunga, dengan melihat proses
penyesuaian yang sama,mtetapi dalam terminologi modell IS-LM.
Lihat gambar (8) panel (b). Sebelum perubahan pada jumlah uang nominal, keseimbangan
berdasarkan perpotongan kurva IS dan kurva LM di titik A – yang berhubungan dengan titik
A di gambar 8 panel (a). Output adalah sama dengan tingkat output natural, Y n, dan tingkat
bunga yang berlaku adalah: i.
Dampak pada jangka pendek dari kebijakan moneter ekspansif adalah menggeser kurva LM
ke bawah dari LM ke LM’, menyebabkan titik keseimbangn berubah dari titik A ke titik A’ –
yang berhubungan dengan titik A’ di gambar (8) panel (a). Tingkat bunga semakin rendah
dan tingkat output semmakin tinggi.
Terdapat dua dampak yang bekerja di belakang bergesernya kurva LM ke LM’: Pertama
adalah kenaikan jumlah uang nominal. Sedangkan kedua, sebagian besar untuk
mengimbangi atau menyerap dampak dari dampak kejadian pertama adalah kenaikan
tingkat harga. Mari kita lihat kedua dampak tersebut secara seksama.
Jika tingkat harga tidak berubah, kenaikan jumlah uang nominal akan menggeser
kurva LM ke bawah menjadi LM’’. Sehingga, jika tingkat harga tidak berubah –
sebagaimana yang sudah kita asumsikan di bab sebelumnya – keseimbangan akan
ditentukan oleh perpotongan kurva IS dengan kurva LM’’, yaitu di titik B.
Tetapi sekalipun pada jangka pendek, tingkat harga akan naik – dari P ke P’ di
gambar (8) panel (a). Kenaikan harga tersebut menyebabkan menggeser kurva LM ke
atas dari LM’’ ke LM’, sebagian besar mengimbangi atau metutup dampak dari
dampak kenaikan jumlah uang nominal.
Dampak bersih dari kedua pergeseran tersebut – penurunan dari LM’ ke LM’’ dalam
merespon kenaikan jumlah uang beredar, dan kenaikan dari LM’ ke LM’’ dalam
merespon kenaikan tingkat harga – adalah menggeer kurva LM dari LM ke LM’, dan
keseimbangan jangka pendek terjadi di titik A’.
Dari waktu ke waktu, fakta bahwa output di atas tingkat output natural menyebabkan
bahwa tingkat harga secara terus menerus meningkat. Ketika tingkat harga meningkat,
menyebabkan persediaan uang ril turun, dan menggeser kurva LM kembali ke semula atau
ke posisi awal. Ekonomi bergerak disepanjang kurva IS: Tingkat bunga naik dan tingkat
output turun. Akhirnya, kurva LM kembali ke posisi awal sebelum terjadi kenaikan pada
jumlah uang nominal.
Ekonomi berakhir di titik A yang berhubungan dengan titik A’’ di gambar (8) panel (a):
Kenaikan jumlah uang nominal adalah secara pasti di tutup oleh kenaikan secara
proporsional pada tingkat harga. Karena itu, persediaan uang ril tidak berubah. Berdasarkan
persediaan uang ril tidak berubah, tingkat output kembaali ke nilai awal, yaitu: Y n, dan juga
tingkat bunga kembali ke nilai semula, yaitu: i.
Netralitas Uang
Sekarang kita ringkas apa yang baru saja kita pelajari tentang dampak kebijakan moneter.
Gambar: 8
Dampak Dinamis dari Kebijakan Moneter Ekspansif Terhadap Output
dan Tingat Bunga
Tingkat Harga (P) AS (a)
A’’
Pada jangka pendek, kebijakan moneter ekspansif meenyebabkan kenaikan output,
penurunan pada tingkat bunga, dan kenaikan pada tingkat harga.
Berapa besar dampak kebijakan moneter ekspansif menaikan tingkat output awal,
dan berapa besar kenaikan tingkat harga tergantung pada bentuk kemiringan paada
kurva penawaran agregat. Pada bab sebelumnya, kita mengasumsikan bahwa tingkat
harga tidak merespon semua kenaikan output – kita mengasumsikan sebenarnya
bahwa bentuk kurva penawaran agregat adalah mendatar ( a flat ). Walaupun kita
Gambar: 8
Dampak Dinamis dari Kebijakan Moneter Ekspansif Terhadap Output
dan Tingat Bunga
Tingkat Harga (P) AS (a)
A’’
mengharapkan hal tersebut terjadi dengaan tujuan hanya sebagai simplifikasi,
ternyata bukti empiris ( di USA ) menunjukan bahwa dampak awal pada perubahan
tingkat output terhadap tingkat harga adalah sangat kecil. Walaupun terjadi
kenaikan pada output, tingkat harga tidak berubah untuk jangka pendek ( kurang
dari satu tahun ).
Dari waktu ke waktu, tingkat harga naik, dan dampak dari kebijakan moneter
ekspansif terhadap output dan tingkat bunga menghilang. Pada jangka menengah,
kenaikan pada jumlah uang nominal adalah menggambarkan atau diwujudkan sama
sekali pada kenaikan proporsional pada tingkat harga, tetapi tidak mempunyai
dampak terhadap output atau tingkat bunga. Para ekonom menyikapi gejala tidak
ada dampak dari uang terhadap outout dan tingkat bunga pada jangka pendek
adalah menyatakan bahwa uang adalah netral pada jangka menengaah.
Metralitas uang ( the neutrality of money ) pada jangka menengah tidak berarti
bahwa kebijakan moneter tidak dapat atau sebaiknya tidak digunakan untuk
mengubah output. Kebijakan moneter ekspansif tetap berguna dan perlu dilakukan
untuk mengubah output dan tingkat bunga. Sebagai contoh, kebijakan moneter
ekspansif dapat membawa ekonomi ke luar dari resesi ekonomi, dan kembali
mempercepat output mencappai tingkat output natural. Tetapi netralitas uang
memperingatkan bahwa kebijakan moneter tidak dapat secara terus-menerus
meningkat output selamanya.
Penurunan atau Mengurangi Defisit Anggaran
Kebijakan yang baru saja kita bahas – kebijakan moneter ekspansif – menyebabkan terjadi
pergeseran permintaan agregat yang berasal dari pergeseran kurva LM. Sekarang mari kita
lihat dampak pergeseran permintaan agregat yang berasal dari pergeseran kurva IS.
Umpamakan pemerintah memutuskan untuk mengurangi jumlah defisit anggaran dari G ke
G’ [ misal dari 3 persen GDP ( G ) menjadi 2 persen GDP ( G’ ) ], sementara tetap
mempertahankan pendapatan dari pajak, T. Bagaimana kebijakan tersebut berdampak
terhadap ekonomi pada jangka pendek dan jangka menengah?
Asumsikan bahwa tingkat output adalah pada awalnya tingkat output natural, sehingga
ekonomi berada di titik A pada gambar (9): Output sama dengan Y n. Penurunan pada
belanja pemerintah dari G ke G’ menggeser kurva permintaan agregat ke kiri, dari AD ke
AD’: Untuk tingkat harga yang berlaku, tingkat output semakin rendah atau turun. Pada
jangka pendek, keseimbangan berubah dari titik A ke titik A’, tingkat output turun dari Y n ke
Y dan tingkat harga turun dari P ke P’.
Dampak awal dari pengurangan defisit anggaran adalah mendorong penurunan output. Dan
hal tersebut, pertama kali sudah kita bahas pada pembahasan pasar barang.
Apa yang terjadi dari waktu ke waktu? Sepanjang output di bawah tingkat output natural,
kita mengetahui bahwa kurva penawaran agregat bergeser turun atau ke bawah. Ekonomi
bergerak ke bawah atau turun sepanjang kurva permintaan agregat AD’ sampai kurva
penawaran agregat berada atau menjadi AS’’ dan ekonomi mencapai titik A’’. Maka resesi
awal berakhir, dan output kembali ke Y n.
Gambar: 9
Dampak Dinamis Penurunan pada Defisit Anggaran
Tingkat Harga (P) AS
P A AS’
P’ A’ AD
A’’ AD’ ( untuk G’ > G )
Y Y n Output, Y
Penurunan pada defisit anggaran menyebabkan output awal turun. Bersamaan dengan
berjalannya waktu, tingkat output kembali ketingkat output natural.
Seperti kenaikan pada uang nominal, pengurangan pada defisit anggaran tidak berdampak
selamanya terhadap tingkat output. Pada akhirnya, tingkat output kembali ke tingkat output
natural.
Tetapi terdapat perbedaan penting antara dampak dari perubahaan uang nominal dengan
dampak dari pengurangan defisit anggaran: Pada titik A’’, tidak semuanya adalah sama
sebagaimana sebelumnya: Terutama, tingkat bunga lebih rendah dibandingkan sebelum
kurva bergeser. Cara terbaik untuk memahami hal tersebut adalah melihat pada
penyesuaian dalam terminologi yang mendasari model IS-LM.
Pengurangan Defisit, Output dan Tingkat Bunga
Gambar (10) panel (a) merupakan reproduksi gambar (9), memperlihatkan penyesuaian
tingkat output dan tingkat bunga sebagai reespon terhadap penurunan pada tingkat defisit
anggaran ( tetapi membuang kurva AS’’ guna memudahkan visualisasi ). Gambar (10) panel
(b) memperlihatkan penyesuaian tingkat output dan tingkat bunga, berdasarkan proses
sama, tetapi dalam terminologi model IS-LM.
Lihat pada gambar (10 ) panel (b), sebelum peerubahan pada kebijakan fiskal ( dalam hal ini
penurunan jumlah defisit anggaran ), keseimbangan telah terjadi berdasarkan perpotongan
kurva IS dengan kurva LM di titik A – yang berhubungan dengan titik A di gambar (10 ) panel
(a). Tingkat output adalah sama dengan tingkat output natural, Y n, dan tingkat bunga
sebesar i.
Ketika pemerintah mengurangi jumlah anggaran defisitnya, kurvva IS bergeser ke kiri
menjadi IS’. Jika tingkat harga tidak berubah ( asumsi yang kita buat saat membahas model
IS-LM di bab sebelumnya ). Ekonomi akan bergerak atau berubah dari titik A ke titik B.
Tetapi karena tingkat harga turun sebagai reespon atau akibat dari penurunan tingkat
output, persediaan uang ril meningkat, yang dampaknya diserap melalui penurunan kurva
LM ke LM’. Sehingga dampak awal dari pengurangan defisit adalah untuk menggerakan
ekonomi dari titik A ke titik A’: Titik A’ digambar (10) panel (b) berhubungan dengan titik A’
di gambar (10) panel (a). Baik tingkat output dan tingkat bunga lebih rendah daripada
sebelum kebijakan pengurangan belanja pemerintah ( the fiscal contraction policy )
dilaksanakan. Perhatikan apakah investasi naik atau turun pada jangka pendek adalah
bermakna dua atau tidak jelas ( ambiguous ): Semakin rendah output menurunkan investasi,
tetapi semakin rendah tingkat bunga meningkatkan investasi.
Sepanjang tingkat output masih di bawah tingkat output natural. Tingkat harga secara terus-
menerus turun, menyebaabkan kenaikan pada persediaan uang ril. Kurva LM secara terus-
Gambar: 10
Dampak Dinamis Penurunan Defisit Anggaran Terhadap Output dan Tingkat
Bunga
Tingkat harga (P) AS
P A
P’ A’ AD
A’’ AD’(untuk G’ < G )
Y’ Y n Output, Y
Tingkat Harga (P) LM
LM’
i A LM’’
i’ B A’ IS
i’’ A’’ IS’
Y’ Y n
Pada jangka pendek, penurunan defisit anggaran pemerintah menyebabkan penurunan output
dan penurunan tingkat bunga. Pada jangka menengah, output kembali ke output natural, dan
tingkat bunga turun.
menerus turun atau bergeser ke bawah. Pada gambar (10) panel (b), ekonomi bergerak
turun dari titik A’ di sepanjang kurva IS’. Dan pada akhirnya mencapai titik A’’ [ yang
berhubungan dengaan titik A’’ di gambar (10) panel (a)]. Pada titik A’’, kurva LM menjadi
kurva LM’’.
Pada titik A’’, tingkat output kembali ke tingkt output natural. Tetapi tingkat bunga lebih
rendah dibandingkan tingkat bunga sebelum kebijakan fiskal konstraksi dilaksanakan,
tingkat bunga bergerak dari i ke i’’. Komposisi output, di dalam terminologi belanja
pemerintah adalah juga berbeda. Untuk melihat bagaimana dan mengapa, mari kita tulis
kembali relasi IS. Dengan mengingat bahwa di titik A’’ tingkat output kembali ke tingkat
output natural, sehingga Y = Y n.
Y n=C (Y n−T )+ I (Y n , , i)+G
Karena pendapatan (income ), Y n dan pajak T adalah tidak berubah, tingkat konsumsi adalah
sama ketika sebelum kebijakan pengurangan defisit dilaksanakan. Berdasarkan asumsi
bahwa belanja pemerintah, G adalah lebiih rendah daripada sebeluk kebijakan fiskal
konstraksi dilaksanakan, maka tingkat investasi, I, harus lebih tinggi dibandingkan sebelum
pengurangan defisit dilaksanakan – perbedaan yang terjadi pada tingkat investasi
lebih tinggi daripada jumlah penurunan belanja pemerintah, G yang terjadi.
Mengkesampingkan yang lain. Pada jangka menengah, pengurangan pada defisit anggaran
adalah pasti ( unambiguously ) menyebabkan penurunan pada tingkat bunga dan kenaikan
pada investasi.
Defisit Anggaran, Output dan Investasi
Sekarang kita ringkas tentang apa yang baru saja kita pelajari dan bahas tentang dampak
dari kebijakan fiskal ( penurunan defisit anggaran ).
Pada jangka pendek, pengurangan defisit anggaran, jika diterapkan sedirian ( berarti
tidak diikuti dengan perubahan pada kebijakan moneter oleh Bank Sentral ) –
menyebabkan penurunan pada tingkat output di ekonomi, dan mungkin
menyebabkan penurunan pada investasi.
Perhatikan tentang kualifikasi “ tanpa diikuti dengan perubahan pada kebijakan moneter “.
Secara prinsip. Hal tersebut merusak atau merugikan dampak jangka pendek pada tingkat
output dapat dihindari melalui penerapan bauran kebijakan pengetatan fiskal dan moneter
( the tight monetary-fiscal policy mix ) – pengurangan defisit anggaran dan pengurangan
jumlah uang nominal ) – Apa yang dibutuhkan adalah Bank Sentral menurunkan tingkat
bunga yang cukup atau memadai untuk meresap atau mengganti kerugian atau kekurangan
atau dampak negatif dari pengurangan belanja pemerintah terhadap permintaan agregat.
Berdasarkan sejarah, hal tersebut telah terjadi di USA di tahun 1990an. The Fed ( bank
Sentral Amerika Serikat ) mempunyai keyakinan bahwa sekalipun pada jangka pendek,
pengurangan defisit anggaran tidak akan menyebabkan ekonomi menjadi resesi –
penurunan signifikan pada lintas aktivitas ekonomi, dan berakhir dalam beberapa bulan,
resesi dapat dilihat pada produksi industri, employment, pendapatan ril, dan volume
perdagangan ukuran besar dan eceran. Indikator teknikal dari resesi adalah dua triwulan
berturut-turut pertumbuhan ekonomi negatif ketika diukur dengan GDP – dan tingkat
output turun, dan tingkat bunga menjadi lebih rendah.
Pada jangka menengah, tingkat output kembali ketingkat output natural, dan tingkat
bunga menjadi lebih rendah. Pada jangka menengah pengurangan defisit
menyebabkan kepastian bahwa tingkat investasi meningkat.
Kita masih tidak memperhitungkan dampak investasi pada akumulasi modal, dan
dampak dari modal produksi. Tetapi adalah lebih mudah untuk melihat tentang
bagaimana kesimpulan kita dapat dimodifikasi jika kita memperhitungkan dampak
dari akumulasi modal. Pada jangka panjang, tingkat output sebuah ekonomi sangat
tergantung atau ditentukan oleh persediaan modal ( the capital stock ) yang terdapat
atau disediakan oleh ekonomi. Jadi, jika pengurangan defisit anggaran atau belanja
pemerintah menyebabkan lebih banyak investasi, hal ini akan menyebabkan semakin
tinggi capital stock, dan semakin tinggi capital stock menyebabkan semakin tinggi
tingkat output.
Semua yang baru saja kita sebut dan bahas tentang dampak dari pengurangan defisit
akan diterapkan atau digunakan sama-sama untuk kebijakan yang ditujukan untuk
meningkatkan tabungan swasta daripada tabungan publik ( pemerintah ), kenaikan
pada tingkat tabungan ( terutama tabungan swasta ) meningkatkan output dan dan
investasi pada jangka menengah dan jangka panjang. Tetapi hal tersebut mungkin
menciptakan resesi dan penurunan investasi pada jangka pendek.
Ketidaksepakatan yang terjadi pada para ekonom tentang dampak kebijakan yang
ditujukan untuk meningkatkan tabungan swasta dan tabungan pemerintah sering
datang dari perbedaan kerangka waktu yang digunakan berbeda. Jadi para ekonom
yang fokus pada dampak jangka pendek, cemas bahwa kebijakan untuk
meningkatkan tabungan swasta atau pemerintah, malah mungkin menciptakan
resesi ekonomi dan penurunan investasi pada jangka pendek. Untuk yang fokus pada
jangka menengah dan jangka panjang, melihat atau memahami pada akhirnya terjadi
kenaikan pada tabungan dan investasi, dan menekankan pentingnya dampak jangka
menengah dan jangka panjang terhadap output.
Dampak Kenaikan Minyak Dunia
Harga minyak dunia sangat berfluktuasi, dan harga minyak dunia naik dengan kerangka
waktu cepat dengan tingkat proporsi kenaikan tinggi telah menghambat pertumbuhan
ekonomi dunia, baik di negara maju maupun dinegara yang sedang berkembang. Untuk kita,
kenaikan minyak dunia membuat masalah terutama dampak kenaikannya terhadap model
kita.
Kita menghadapi masalah pada berpikir kita tentang dampak ekonomimakro dari kenaikan
harga minyak. Harga minyak tidak terdapat pada relasi penawaran agregat dan juga pada
relasi permintaan agregat kita. Alasannya adalah bahwa kita sudah mengasumsikan sampai
sejauh ini bahwa output diproduksi hanya menggunakan pekerja. Salah satu cara
untuk model tetap berguna adalah mengistirahatkan asumsi tersebut, mengakui secara
eksplisit bahwa output dihasilkan dari penggunaan faktor produksi pekerja dan faktor
lainnya ( termasuk energi ), dan mengambil implikasinya untuk relasi harga baik untuk upah
dan harga minyak. Kita sebaiknya menggunakan jalan pintas dan memasukan kenaikan
harga minyak dengan meningkatkan markup, μ. Markup dilakukan agar harga di atas upah
nominal. Dasar pemikirannya adalah jelas: berdasarkan upah berlaku, kenaikan harga
minyak meningkatkan biaya produksi, dan memaksa perusahaan menaikan harga produk.
Dengan demikian, kita akan mengikuti dampak dinamis dari kenaikan markup terhadap
tingkat output dan harga, melalui pertanyaan apa yang terjadi pada jangka menengah dan
menentukan penyesuaian dinamis dari jangka pendek ke jangka menengah.
Dampak Terhadap Tingkat Pengangguran Natural
Mari kita mulai bertanya apa yang terjadi pada tingkat pengangguran ntural, un, sebagai
hasil dari kenaikan harga minyak [ lihat gambar (11)] yang merupakan reproduksi
karakteristik keseimbangan pasar tenaga kerja.
Kurva penetapah upah ( the wage setting curve/WS curve ) adalah kemiringan menurun
relasi WS disajikan melalui garis horisontal pada W/P = 1/(1+μ). Keseimbangan awal adalah
titik A, dan tingkat pengangguran natural adalah: un.
Kenaikan pada markup menyebabkan pergeseran ke bawah dari garis Penetapan harga (PS),
dari PS ke PS’: Semakin tinggi markup, semakin rendah upah ril (W/P) yang disebabkan oleh
garis PS. Keseimbangan bergerak dari titik A ke titik A’. Upah ril W/P, semakin rendaah,
Tingkat pengangguran natural semakin tinggi: mendapatkan pekerja untuk bersedia
menerima upah ril semakin rendah menyebabkan kenaikan pada tingkat pengangguran
natural.
Gambar: 11
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap Tingkat Pengangguran Natural
Upah Ril (W/P)
11+μ A PS
11+u'
A’ PS’ ( untuk μ’ > μ
WS
un un' Tingkat Pengangguran, u.
Kenaikan tingkat pengangguran natural menyebabkan penurunan pada tingkat bekerja atau
employment natural. Jika kita mengasumsikan bahwa relasi antara employment dengan
output adalah tidak berubah – maka setiap unit output masih membutuhkan satu pekerja,
di samping input energi yang dengan harga meningkat – maka penurunan pada tingkat
employment natural menyebabkan penurunan yang sama pada tingkat output natural.
Secara singkat, kenaikan harga minyak menyebabkan penurunan tingkat output natural.
Akibatnya diperlukan kebijakan bauran fiskal dan moneter untuk mengembalikan tingkat
output ke tingkat output natural.
Penyesuaian Dinamis
Sekarang kita bahas penyesuaian dinamis. Umpamakan bahwa sebelum terjadi kenaikan
harga minyak, kurva permintaan agregat dan kurva penawaran agregat yang dinyatakaan
oleh AD dan AS. Sehingga ekonomi adalah di titik A [ lihat gambar (12)], dengan tingkat
output sama dengan tingkat output natural, Y n, dan mempunyai implikasi, P = Pe.
Kita baru saja menyatakan bahwa kenaikan pada hargaa minyak menurunkan tingkat
output natural dari Y n menjadi Y n' . Sekarang kiita ingin mengetahui apa yang terjadi padaa
jangka pendek dan bagaiman ekonomi dapat bergerak dari Y n keY n' .
Untuk mengetahui tentang jangka pendek, ingat dari persamaan (2) bahwa relasi
penawaran agregat yang terjadi berdasarkan adalah:
P = Pe(1+μ)F(1−YL, z )
Ingat bahwa kita memasukan dampak dari kenaikan harga minyak melalui kenaikan pada
markup, μ. Sehingga pada jangka pendek ( berdasarkan Pe), kenaikan pada harga minyak
nampak atau diwujudkan dengan kenaikan pada markup, μ. Kenaikan pada markup
menyebabkan perusahaan-perusahaan menaikan harga produk mereka, sehingga
menyebabkan kenaikan pada tingkat harga berlaku, P, pada setiap tingkat output, Y. Kurva
penawaran agregat bergeser ke atas.
Kita dapat melakukan lebih spesifik lagi tentang ukuran dari pergeseran, dan mengetahui
ukuran pergeseran tersebut akan sangat berguna untuk analisis berikutnya. Kita sudah
mengetahui dari sesi sebelumnya bahwa kurva penawaran agregat selalu melalui titik
dimana tingkat output sama dengan tingkat output natural, dan tingkat harga sama dengan
tingkat harga yang diharapkan. Sebelum kenaikan harga minyak, kurva penawaran agregat
di gambar (12) melalui titik A dimana tingkat output sama dengan, Y n, dan tingkat harga
sama dengan Pe. Setelah kenaikan harga minyak, kurva penawaran agregat baru melalui
titik B, dimana output sama dengan tingkat output natural baru, Y n' , dan tingkat harga sama
dengan tingkat harga yang diharapkan, Pe, jadi kurva penawaran agregat bergeser dari AS
ke AS’.
Apakah kurva penawaran agregat bergeser sebagai akibat dari kenaikan harga minyak?
Jawabanya adalah mungkin bergeser dan mungkin tidak bergeser. Terdapat banyak saluran
melalui mana atau yang menyebabkan permintaan mungkin dipengaruhi berdasarkan
tingkat harga yang berlaku. Semakin tinggi harga minyak mungkin menyebabkan
perusahaan-perusahaan mengubah rencana investasi mereka, menunda beberapa proyek
investasi atau mengganti perlengkapan atau mesin produksi dengan yang baru tetapi hemat
energi. Kenaiikan harga minyak juga menyebabkan terjadi reditributes pendapatan pembeli
minyak bumi ke produsen minyak bumi. Produsen minyak bimu mungkin menjadi
mempunyai kecendrungan menabung ( propencity to save ) lebih tinggi dibandingkan
dengan ppembeli atau konsumen minyak bumi. Mari kita gunakan cara mudah disini: Karena
beberapa dampak menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dan dampak lainnya
menggeser ke kiri. Kita buat asumsi sederhana bahwa penundaan setiap dampak
menyebabkan kurva permintaan agregat tidak bergeser.
Berdasarkan asumsi ini, hanya kurva AS bergeser pada jangka pendek. Karena itu, ekonomi
bergerak di sepanjang kurva AD, dari ntitik A ke titik A’. Tingkat output turun dari Y n ke Y’.
Kenaikan pada harga minyak menyebabkan perusahaaan-perusahaan menaikan harga
produknya, kenikan harga produk menyebabkan kenaikan tingkat harga, dan kenaikan
tingkat harga menyebabkan penurunan permintaan dan tingkat output.
Apa yang terjadi dari waktu ke waktu? Sementara tingkat output sudah turun, tingkat
output natural turun lebih besar lagi: Pada titik A’, tingkat output Y’ adalah maasih di atas
tingkat output natural baru, Y n' , sehingga kurva penawaran agregat kontinue bergeser ke
atas. Karena itu, ekonomi bergerak dari waktu ke waktu di sepanjang kurva permintaan
agregat, dari titik A’ ke titik A’’. Pada titik A’’, tingkat output Y’ adalah sama dengan tingkat
output natural baru, Y n' yang lebih rendah, dan tingkkat harga lebih tinggi daripada sebelum
harga minyak naik. Pergeseran pada kurva penawaran berdampak pada output, tidak hanya
jangka pendek, tetapi juga dalam jangka menengah.
Bagaimana pembahasan kita dibandingkan dengan kejadian aktual yang pernah terjadi
setelah kenaikan harga minyak bumi? Tabel (1) memberikan fakta dasar dari sisi
ekonomimakro.
Dari tahun 1973 sampai dengan 1975, kenaikan harga minyak kumulatif ( jumlah rata-rata
perubahan harga minyak 1973, 1974 dan 1975, dalam Dollar ) adalah: 77.3 persen. Dampak
terhadap output dan tingkat harga adalah sangat sesuai dengan prediksi model kita:
Kombinasi antara resesi dan kenaikan tingkat harga (inflasi ). Pada tahun 1974 dan 1975,
GDP Amerika Serikat tumbuh negatif. Di tahun 1974 dan 1975, tingkat inflasi ( diukur
dengan tingkat perubahan pada deflator GDP ) lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
Gambar: 12
Dampak Dinamis dari Kenaikan Harga Minyak Bumi
Tingkat Harga(P) AS’’
AS’
P’’ A’’ AS
P’ A’
Pe B A AD
Y n' Y’ Y n Output, Y
Pada jangka pendek, kenaikan harga minyak bumi menyebabkan penurunan output dan tingkat
harga naik. Dari waktu ke waktu, output terus turun dan tingkat harga terus naik.
sebelumnya. Pada saat itu, kombinasi antara pertumbuhan negatif pada GDP dan tingkat
inflasi tinggi disebut Stagflation yang merupakan kombinasi stagnation dan inflation – telah
mengejutkan para ekonom. Hal tersebut telah mendorong banyak riset terhadap dampak
dari supply shock ( goncangan atau variabel yang datang tiba-tiba, dan penyebab kurva
penawaran bergeser ) selama sisa satu dekade. Pada saat goncangan kenaikan harga minyak
kedua yang terjadi pada akhir tahun 1970an, ekonom ekonomimakro sudah mempunyai alat
analisis lebih baik dan canggih untuk dapat memahami goncangan yang menyebabkan kurva
penawaran agregat bergeser.
Kesimpulan
Akhirnya kita sampai pada kesimpulan tentang apa yang sudah kita bahas pada bab ini. Kita
ulang beberapa konsep penting, dan membuat beberapa kesimpulan.
Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Satu pesan pada bab ini adalah perubahan pada kebijakan ekonomi dan perubahan
lingkungan ekonomi – dari perubahan tingkat kepercayaan konsumen sampai dengan
perubahan harga minyak bumi – secara khusus mempunyai dampak berbeda pada jangka
pendek dan jangka menengah. Kita sudah melihat dan membahas dampak kebijakan
moneter ekspansif, pengurangan defisit anggaran pemerintah, dan kenaikan harga mintak
Tabel: 1
Dampak kenaikan Harga Minyak Bumi, 1973-1975
1973 1974 1975
Tingkat Perubahan Harga Minyak(%) 10.4 51.8 15.1
Tingkat Perubahan Deflator GDP(%) 5.6 9.0 9.4
Tingkat Pertumbuhan GDP(%) 5.8 -0.6 -0.4
Tingkat Pengangguran 4.9 5.6 8.5
bumi. Hasil pembahasan tersebut diringkas pada tabel (2). Sebagai contoh, kebijakan
meneter ekspansif, pada jangka pendek, mempunyai dampak terhadap tingkat output,
tetapi dalam jangka menengah tidak. Pada jangka pendek, penurunan terhadap defisit
anggaran berdampak pada penurunan output dan ringkat bunga, dan mungkin menurunkan
investasi. Tetapi pada jangka menengah, tingkat bunga turun, dan tingkat output kembali
ketingkat output natural, sehingga investasi meningkat. Kenaikan harga minyak bumi tidak
hanyaa menurunkan tingkat output pada jangka pendek, tetapi juga pada jangka menengah
dan seterusnya.
Perbedaan dampak jangka pendek dan dampak jangka menengah dari sebuah kebijakan
moneter atau fiskal atau kebijakan bauran ( policy mix ) adalah salah satu alasan atau
penyebab terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan rekomendasi untuk
memecahkan masalah ekonomi di kalangan ekonom ekonomimakro. Beberapa ekonom
percaya bahwa ekonomi kembali secara cepat ke seimbangan jangka menengah, sehingga
mereka menekankan hasil jangka menengah dari sebuak kebijakan ekonomi. Sedangkan
ekonom lain percaya bahwa mekanisme penyesuaian melalui mana tingkat output akan
kembali ketingkat output natural akan menjadi sangat lambat, sehingga mereka lebih
Tabel: 2
Dampak jangka Pendek dan Jangka Menengah dari kebijakan Moneter
Ekspansif, Pengurangan Defisit Anggaran, dan Kenaikan Tingkat Harga
Minyak Dunia Terhadap Output, Tinggkat Bunga, dan Tingkat harga
Jangka Pendek Jangka Menengah
Output Tingkat Bunga Tingkat Harga Output Tingkat Bunga Tingkat Harga
Moneter Ekspansif: Naik Turun Naik(small) Tetap tetap Naik
Pengurangan defisit: Turun turun Turun (small) tetap Turun Turun
Kenaikan harga
Minyak: Turun Naik Naik Turun Naik Naik
menekankan pada dampak jangka pendek pada kebijakan ekonomi. Para ekonom lebih
banyak yang percaya bahwa menggunakan kebijakan moneter atau pengurangan defisit
anggaran akan membawa ke luar resesi dari ekonomi, sekalipun jika uang adalah netral
pada jangka menengah, dan pengurangan defisit telah merugikan atau membahayakan
pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang.
Goncangan Ekonomi dan Mekanisme Probagasi
Bab ini juga memberikan kepada kita sebuaah pemikiran umum atau pemikiraan mendasar
tentang fluktuasi pada output ( output fluctuations ) ayang kadang-kadang disebut siklus
bisnis ( business cycles ) – gerakan atau perubahan tingkat output di sekitar trend.
Ekonomi secara konstan dihantam oleh goncangan ( shocks ) terhadap penawaran agregat
atau permintaan agregat, atau kedua-duanya. Goncangan tersebut mungkin berupa
perubahan konsumsi yang disebabkan perubahan pada tingkat kepercayaan konsumen,
perubahan pada investasi, perubahan permintaan terhadap uang nominal, perubahan
produktivitas pekerja, perubahan harga minayak bumi, dan seterusnya. Atau mungkin
datang dari kebijakan ekonomi – dari undang-undang pajaak yang baru, atau program
investasi pada infrastruktur ekonomi, keputusan Bank Sentral untuk menekan tingkat inflasi
melalui kebijakan uang ketat, dan seterusnya.
Setiap goncangan mempunyai dampak dinamis terhadap output dan komponennya.
Dampak dinamis ini disebut the propagation mechanism dari goncangan. Mekanisme
propagasi berbeda untuk goncangan yang berbeda. Dampak terhadap tingkat output
mungkin terbesar pada awal dan kemudian menurun dari waktu ke waktu. Atau dampak
mungkin naik untuk waktu tertentu, lalu turun dan seterusnya menghilang. Sebagai contoh,
kita sudah melihat bahwa dampak kenaikan uang nominal terhadap tingkat output,
mencapai puncak ( peak ) setelah enam sampai dengan sembilan bulan, dan setelah itu
turun secara perlahan dan menghilang. Beberapa goncangan ( shocks ) mempunyai dampak
sampai dengan jangka menengah. Ini adalah kasus untuk setiap goncangan yang
mempunyai dampak permanen terhadap penawaran agregat, sepeerti, perubahan
permanen pada harga minyak bumi.
Fluktuasi pada tinggkat output disebabkan secara kontinue muncul goncangan baru, dengan
setiap goncangan mempunyai mekanisme probagasi. Pada suatu saat, beberapa goncangan
adalah buruk bahkan sangat buruk, atau berbentuk kombinasi buruk yang menciptakan
resesi. Dua resesi pada tahun 1970an di Amerika serikat, sebagian besar diakibatkan oleh
kenaikan harga minyak bumi, resesi pada awal 1980an disebabkan oleh perubahan
mendasar pada kebijakan moneter, sedangka resesi pada tahun 1990an, disebabkan oleh
penurunan drastis dan tiba-tiba pada tingkat kepercayaan konsumen, dan pelambatan pada
ekonomi di tahun 2001 disebabkan oleh turunnya secara tajam tingkat investasi dan
peristiwa penyerangan terhadap menara kembar New York ( world Trade Center ). Apa yang
kita sebut sebagai fluktuasi ekonomi adalah hasil atau akibat dari goncangan-goncangan
tersebut, dan dampak dinamisnya terhadap tingkat output.
Kemana Kita selanjutnya: Output, Pengangguran dan Inflasi
Dalam mengembngkan model ekonomi pada bab ini, kita mengasumsikan bahwa
persediaan uang nominal adalah konstan ( karena peredaran uang nominal ditentukan oleh
Bank Sentral ). Karena itu, walaupun kita mempertimbangkan dan memperhatikan dampak
perubahan pada waktu tertentu terhadap jumlah uang nominal ( pada sesi dampak
kebijakan moneter ekspansif ), kita tidak mengijinkan atau memberikan kesempatan bagi
pertumbuhan uang nominal terus-menerus. Sekarang kita harus melepaskan asumsi
tersebut dan memberikan kesempatan uang nominl tumbuh. Hanya melalui atau
mendasarkan pertumbuhan uang nominal positif, kita dapat menjelaskan mengapa inflasi
terjadi dan positif, dan berpikir tentang relasi antara aktivitas ekonomi dengan inflasi.
Perubahan tingkat pengangguran, tingkat output dan inflasi.
Soal Latihan
1. Sebuah ekonomi mempunyai fungsi konsumsi:
C = 200 + 0.75 ( Y – T )
Investasi adalah: 100, dan belanja pemerintah dan pajak, keduanya sama sebesar: 100
Hitung:
a. besar pendapatan ( income ) di keseimbangan ekonomi?
b. Jika belanja pemerintah naik menjadi 125, berepa besar pendapatan di kseimbangan
ekonomi?
c. Berapa besar belanja pemerintah yang diperllukan, agar pendapatan mencapai 1.600?
2. Umpamakan sebuah ekonomi mempunyai fungsi permintaan uang ril:
(M/P)d = 1.000 – 100 r
Dimana r adalah tingkat bunga dalam persen. Penawaran uang nominal, M = 1.000 dan
tingkat harga P = 2.
a. Berapa besar tingkat bunga keseimbangan?
b. Asumsikan bahwa tingkat harga adalah tetap. Apa yang terjadi pada keseimbangan
tingkat bunga, jika ppenawaran uang nominal naik dari 1.000 menjadi 1.200?
c. Jika Bank Sentral ingin menaikan tingkat bunga menjadi 7 persen, berapa besar uang
nominal harus ditawarkan oleh bank sentral?
3. Sebuah ekonomi mempunyai:
fungsi konsumsi: C = 200 + 0.75 ( Y – T )
Fungsi investasi: I = 200 – 25 r
Fungsi permintaan uang ril: (M/P)d = Y – 100 r, dengan penawaran uang nominal,
M = 1.000, dan tingkat harga, P = 2
a. Hitung nilai keseimbangan tingkat bunga, r, dan tingkat pendapatan, Y.
b. Umpamakan pemerintah meningkatkan belannya dari 100 ke 150, hitung tingkat
bunga dan pendapatan baru berdasarkan keseimbangan baru?
c. Sekarang penawaran uang nominal naik dari 1.000 menjadi 1.200, hitung tingkat bunga
dan pendapatan berdasarkan keseimbangan baru?