Referat Anastesi Fix

download Referat Anastesi Fix

of 23

Transcript of Referat Anastesi Fix

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    1/23

    1

    REFERAT

    TATALAKSANA CAIRAN

    Oleh:

    Primarini Kusuma Dewi Astuti

    110.2009.218

    Pembimbing:

    Dr. Hj. Hayati Usman, Sp.An

    Dr. Dhadi, Sp.An

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANASTESI

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLAMET GARUT

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

    JAKARTA

    2014

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    2/23

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Fisiologi Cairan Tubuh

    Air merupakan unsur vital untuk makhluk hidup. Kira-kira 55-60% dari berat

    badan orang dewasa terdiri atas air, dan pada bayi dan anak total air tubuh lebih tinggi

    lagi yakni 80% pada bayi baru lahir dan 70% pada anak.

    Dalam keadaan sehat, tubuh memiliki mekanisme keseimbangan atau

    homeostasis yang mengatur asupan dan pengeluaran air. Sebagai contoh, jika kita

    kurang minum air maka produksi air kemih akan berkurang untuk menjaga kadar air

    tubuh dalam batas-batas normal. Juga, jika tubuh kekurangan air setelah olah raga

    maka kita akan merasa haus dan minum. Ini adalah mekanisme kompensasi tubuh.

    Terapi cairan adalah suatu tindakan pemberian air dan elektrolit dengan atau

    tanpa zat gizi kepada pasien-pasien yang mengalami dehidrasi dan tidak bisa dipenuhi

    oleh asupan oral biasa melalui minum atau makanan. Pada pasien-pasien yang

    mengalami syok karena perdarahan juga membutuhkan terapi cairan untuk

    menyelamatkan jiwanya. Untuk dehidrasi ringan, umumnya digunakan terapi cairan

    oral. Sedangkan pada dehidrasi sedang sampai berat, atau asupan oral tidak

    memungkinkan, misal jika ada muntah-muntah atau pasien tidak sadar, biasanya

    diberikan cairan melaui infus.

    Terapi cairan melalui infus dikerjakan mulai dari Rumah Sakit yang paling

    canggih sampai kunjungan rumah (home visit) yang diberikan oleh Paramedis s/d

    Dokter ahli. Ini merupakan bagian manajemen pasien dan salah satu tindakan yang

    paling banyak dilakukan untuk menolong pasien.

    Khusus untuk Indonesia, dimana insiden demam berdarah dan diare yang

    tinggi dan semakin banyak penduduk yang terancam dari tahun ke tahun, pemahaman

    tentang produk infus dan terapi cairan tentunya sangat penting.

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    3/23

    3

    1.2 Proses Pergerakan Cairan Tubuh

    Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme

    transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energy sedangkan

    mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi, filtrasi dan osmosis adalah

    mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa

    Na-K yang memerlukan ATP.

    Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:

    a. Osmosis

    Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel

    (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih

    tinggi hingga kadarnya sama.1 Tekanan osmotik mencegah perembesan atau difusi

    cairan melalui membran semipermeabel ke dalam cairan yang memiliki konsentrasi

    lebih tinggi. Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan isotonik,

    yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotik sesuai plasma adalah NaCl 0,9 %,

    Dextrosa 5 %, dan Ringer laktat.

    b. Difusi

    Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari

    konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik

    pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut. Jadi

    difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.

    c.

    Pompa Natrium Kalium

    Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium

    keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar

    ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaan

    hiperosmolar di dalam sel.

    1.3 Patofisiologi keseimbangan cairan

    Perubahan cairan tubuh yaitu :

    Perubahan volume

    a. Defisit volume ( dehidrasi )

    Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yang paling

    umum terjadi pada pasien bedah.

    1)

    Dehidrasi Isotonis (isonatremik130-150 mEq/L) terjadi ketika kehilangan

    cairan hampir sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    4/23

    4

    cairan dan natrium besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular

    maupun kompartemen ekstravaskular.5

    2)

    Dehidrasi hipotonis (hiponatremik150 mEq/L) secara garis besar terjadi

    kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena

    kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke

    kompartemen intravaskular, sehingga meminimalkan penurunan volume

    intravaskular.

    Yang dinilai

    SKOR 1 2 3

    Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas,

    mengantuk hingga

    syok

    Mata Biasa Cekung Sangat cekung

    Mulut Biasa Kering Sangat kering

    Pernapasan < 30 x/menit 30-40 x/menit > 40 x/menit

    Turgor Baik Kurang Jelek

    Nadi < 120 x/menit 120-140 x/menit > 140 x/menit

    Interpretasi :

    Skor: 6 : tanpa dehidrasi

    712 : dehidrasi ringan-sedang

    13 : dehidrasi berat

    Derajat Dehidrasi Dewasa Anakanak

    Ringan 4 % 4 % - 5 %

    Sedang 6 % 5 % - 10 %

    Berat 8 % 10%15 %

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    5/23

    5

    Cara rehidrasi :

    A.Nilai status rehidrasi (sesuai tabel di atas), banyak cairan yang diberikan (D) = derajat

    dehidrasi (%) x BB x 1000 cc

    B. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan

    C. Pemberian cairan :

    a.

    6 jam I = D + M atau 8 jam I = D + M

    b. 18 jam II = D + M atau 16 jam II = D + M 11Berat badan

    Kcal/hari atau mL/hari Kcal/jam atau mL/jam

    Kebutuhan Cairan per jam

    Berat badan Kebutuhan cairan per jam

    010 kg 4 ml/kgBB/jam

    1020 kg 2 ml/kgBB/jam

    > 20 kg 1 ml/kgBB/jam

    b.

    Kelebihan volume ( overhidrasi )

    Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat

    iatrogenic (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air

    dan NaCl ataupun pemberian cairan intravena glukosa yang menyebabkan kelebihan

    air) ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR),sirosis,

    ataupun gagal jantung kongestif.

    Gejala overhidrasi:

    Nadi tak teratur Edema (menetap) di ekstremitas bawah

    Tensi meningkat Edema disekitar periorbital

    Meningkatnya BB

    Sesak nafas

    Penurunan Hb dan Hematokrit

    Moist cracles

    Rhonki

    Gejala tambahan lainnya yang banyak ditemukan saat pemeriksaan pasien adalah

    level kesadaran yang menurun, bingung (karena oksigenasi ke otak berkurang),

    kelemahan otot rangka, dan peningkatan bising usus.

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    6/23

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Terapi Cairan Perioperatif

    Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-

    batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander)

    secara intravena. Tujuan utama terapi cairan perioperatif adalah untuk menyediakan jumlah

    cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskuler yang adekuat agar system

    kardiovaskuler dalam keadaan optimal.Gangguan dalam keseimbangan cairan oleh kombinasi dari faktor faktor preoperatif,

    perioperatif dan postoperatif.

    Faktor-faktor preoperatif :

    1) Kondisi yang telah ada

    Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat diperburuk oleh stres

    akibat operasi.

    2) Prosedur diagnostik

    Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker intravena dapat

    menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal karena efek diuresis

    osmotik.

    3) Pemberian obat

    Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi eksresi air dan elektrolit.

    4) Preparasi bedah

    Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan elekrolit dari

    traktus gastrointestinal.

    5) Restriksi cairan preoperative

    Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat kehilangan cairan sekitar

    300-500 mL. Kehilangan cairan dapat meningkat jika pasien menderita demam atau

    adanya kehilangan abnormal cairan.

    6) Defisit cairan yang telah ada sebelumnya

    Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari anestesi.

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    7/23

    7

    Faktor Perioperatif:

    1)

    Induksi anestesi.

    Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan hipovolemia preoperatif

    karena hilangnya mekanisme kompensasi seperti takikardia dan vasokonstriksi.

    2)

    Kehilangan darah yang abnormal

    3) Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space

    4) Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi

    Faktor postoperatif:

    1) Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi

    2)

    Peningkatan katabolisme jaringan

    3) Penurunan volume sirkulasi yang efektif

    4) Risiko atau adanya ileus postoperative

    2.2 Dasar-Dasar Terapi Cairan Perioperatif

    Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam pemberian cairan

    perioperatif, yaitu :

    1)

    Kebutuhan normal cairan harian.

    Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan Secara umum

    kebutuhan cairan rumatan dapat dilihat table Holliday. Kebutuhan tersebut merupakan

    pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal,

    keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible

    water losses.

    2) Defisit cairan pra bedah

    Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada bedah elektif

    (sektar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit

    bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi cairan pada

    penderita dengan trauma), kemungkinan meningkatnya insensible water loss akibat

    hiperventilasi, demam dan berkeringat banyak.

    3) Kehilangan cairan saat pembedahan

    Perdarahan, dapat diukur dari :

    a.

    Botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah

    (suction pump).

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    8/23

    8

    b. Dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan setelah

    pembedahan. Kasa yang penuh darah (ukuran 4x4 cm) mengandung 10 ml

    darah, sedangkan tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah

    100-10 ml.

    4) Jumlah perdarahan bisa ditentukan berdasarkan kepada taksiran dan keadaan klinis

    penderita yang kadang-kadang dibantu dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan

    hematokrit berulang-ulang (serial).

    Derajat perdarahan

    DERAJAT I II III IV

    BLOOD LOSS

    (ml)

    2000

    BLOOD LOSS

    (% EBV)

    < 15% 1530 % 3040 % > 40%

    NADI (x/mnt) < 100 > 100 > 120 weak > 140

    TD 118/72 110 / 80 70- 90/50 -60 Sistol < 50/60

    CRT N + + +

    RESPIRASI 14 - 20 2030 30 - 40 > 40DIURESIS

    (ml/hr)

    >30 20 - 30 1020 010

    MENTAL

    STATUS

    N/gelisah gelisah/anxiety somnolen somnolen/coma

    FLUID

    THERAPY

    Crystalloid/RL

    2,5 L or Colloid

    1 L

    Crystalloid/RL+

    Colloid 1 L

    Crystalloid +

    blood/RL 1L +

    Colloid 0,5 L +

    Blood 1-1,5 L

    or PRC 0,5-

    0,75 L

    Crystalloid +

    Blood/RL 1L +

    Colloid 1 L +

    Blood 2 L or

    PRC 1

    L+Colloid 1 L

    Menifestasi klinis syok hipovolemik

    Agitasi

    Akral dingin

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    9/23

    9

    Penurunan konsentrasi

    Penurunan kesadaran

    Penurunan atau tidak ada keluaran urine

    Lemah

    Warna kulit pucat

    Napas cepat

    Berkeringat

    Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih menonjol

    dibandingkan perdarahan sebagai akibat adanya evaporasi dan translokasi cairan internal.

    Kehilangan cairan akibat penguapan (evaporasi) akan lebih banyak pada pembedahan dengan

    luka pembedahan yang luas dan lama. Jaringan yang mengalami trauma, inflamasi atau

    infeksi dapat mengakibatkan sequestrasi sejumlah cairan interstitial dan perpindahan cairan

    ke ruangan serosa (ascites) atau ke lumen usus.

    Pada organ ginjal pembedahan dan anestesia dapat mengakibatkan:

    Laju Filtrasi Glomerular (GFR = Glomerular Filtration Rate) menurun.

    Reabsorbsi Na+ di tubulus meningkat yang sebagian disebabkan oleh meningkatnya

    kadar aldosteron.

    Meningkatnya kadar hormon anti diuretik (ADH) menyebabkan terjadinya retensi air

    dan reabsorpsi Na+ di duktus koligentes (collecting tubules) meningkat.

    Ginjal tidak mampu mengekskresikan free water atau menghasilkan urin hipotonis.

    2.3 Terapi Cairan

    1. Cairan Pra Bedah

    Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya induksi

    anestesi untuk mengurangi perubahan kardiovaskuler dekompensasi akut. Penilaian

    status cairan ini didapat dari :7

    Anamnesa : Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus. Kencing

    terakhir, jumlah dan warnya.

    Pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan fisik ini didapat tanda-tanda obyektif dari

    status cairan, seperti tekanan darah, nadi, berat badan, kulit, abdomen, mata

    dan mukosa.

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    10/23

    10

    Laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit, hemoglobin

    dan protein.

    Defisit cairan dapat diperkirakan dari berat-ringannya dehidrasi yang terjadi.8

    Pada fase awal pasien yang sadar akan mengeluh haus, nadi biasanya

    meningkat sedikit, belum ada gangguan cairan dan komposisinya secara serius.

    Dehidrasi pada fase ini terjadi jika kehilangan kira-kira 2% BB (1500 ml air).

    Fase moderat, ditandai rasa haus. Mukosa kering otot lemah, nadi cepat dan

    lemah. Terjadi pada kehilangan cairan 6% BB.

    Fase lanjut/dehidrasi berat, ditandai adanya tanda shock cardiosirkulasi, terjadi

    pada kehilangan cairan 7-15 % BB. Kegagalan penggantian cairan dan

    elektrolit biasanya menyebabkan kematian jika kehilangan cairan 15 % BB

    atau lebih.

    Cairan preoperatif diberikan dalam bentuk cairan pemeliharaan, ada dewasa 2

    ml/kgBB/jam. Atau 60 ml ditambah 1 ml/kgBB untuk berat badan lebih dari 20

    kg.10Pada anak-anak 4 ml/kg pada 10 kg BB I, ditambah 2 ml/kg untuk 10 kgBB

    II, dan ditambah 1 ml/kg untuk berat badan sisanya.2,3,7

    Kecuali penilaian terhadap keadaan umum dan kardiovaskuler, tanda rehidrasi

    tercapai ialah dengan adanya produksi urine 0,5-1 ml/kgBB.2

    2. Cairan Selama Pembedahan

    Terapi cairan selama operasi meliputi kebutuhan dasar cairan dan penggantian

    sisa defisit pra operasi ditambah cairan yang hilang selama operasi. Berdasarkan

    beratnya trauma pembedahan dikenal pemberian cairan pada trauma ringan, sedang

    dan berat. Pada pembedahan dengan trauma ringan diberikan cairan 2 ml/kg

    BB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4 ml/kg BB/jam sebagai pengganti akibat

    trauma pembedahan. Cairan pengganti akibat trauma pembedahan sedang 6 ml/kg

    BB/jam dan pada trauma pembedahan berat 8 ml/kg BB/jam.2,3

    Cairan pengganti akibat trauma pembedahan pada anak, untuk trauma

    pembedahan ringan 2 ml/kg BB/jam, sedang 4 ml/kgBB/jam dan berat 6

    ml/kgBB/jam.2,3

    Pemilihan jenis cairan intravena tergantung pada prosedur pembedahan dan

    perkiraan jumlah perdarahan. Perkiraan jumlah perdarahan yang terjadi selama

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    11/23

    11

    pembedahan sering mengalami kesulitan., dikarenakan adanya perdarahan yang

    sulit diukur/tersembunyi yang terdapat di dalam luka operasi, kain kasa, kain

    operasi dan lain-lain. Dalam hal ini cara yang biasa digunakan untuk

    memperkirakan jumlah perdarahan dengan mengukur jumlah darah di dalam botol

    suction ditambah perkiraan jumlah darah di kain kasa dan kain operasi. Satu

    lembar duk dapat menampung 100 150 ml darah, sedangkan untuk kain kasa

    sebaiknya ditimbang sebelum dan setelah dipakai, dimana selisih 1 gram dianggap

    sama dengan 1 ml darah. Perkiraan jumlah perdarahan dapat juga diukur dengan

    pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin secara serial.3

    Pada perdarahan untuk mempertahankan volume intravena dapat diberikan

    kristaloid atau koloid sampai tahap timbulnya bahaya karena anemia. Pada keadaan

    ini perdarahan selanjutnya diganti dengan transfusi sel darah merah untuk

    mempertahankan konsentrasi hemoglobin ataupun hematokrit pada level aman,

    yaitu Hb 710 g/dl atau Hct 2130%. 2025% pada individu sehat atau anemia

    kronis.11

    Kebutuhan transfusi dapat ditetapkan pada saat prabedah berdasarkan nilai

    hematokrit dan EBV. EBV pada neonatus prematur 95 ml/kgBB, fullterm 85

    ml/kgBB, bayi 80 ml/kgBB dan pada dewasa laki-laki 75 ml/kgBB, perempuan 85

    ml/kgBB.3

    Untuk menentukan jumlah perdarahan yang diperlukan agar Hct menjadi 30%

    dapat dihitung sebagai berikut : 3

    o EBV

    o Estimasi volume sel darah merah pada Hct prabedah (RBCV preop)

    o Estimasi volume sel darah merah pada Hct 30% prabedah (RBCV%)

    o

    Volume sel darah merah yang hilang, RBCV lost = RBCV preop RBVC30%)

    o Jumlah darah yang boleh hilang = RBCV lost x 3

    Transfusi dilakukan jika perdarahan melebihi nilai RBCV lost x 3.

    Selain cara tersebut di atas, beberapa pendapat mengenai penggantian cairan akibat

    perdarahan adalah sebagai berikut :

    Berdasar berat-ringannya perdarahan : 3,13

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    12/23

    12

    o Perdarahan ringan, perdarahan sampai 10% EBV, 10 15%, cukup diganti

    dengan cairan elektrolit.

    o Perdarahan sedang, perdarahan 10 20% EBV, 15 30%, dapat diganti

    dengan cairan kristaloid dan koloid.

    o Perdarahan berat, perdarahan 20 50% EBV, > 30%, harus diganti dengan

    transfusi darah.

    Klasifikasi Shok Akibat Perdarahan: 11

    Intravenous fluid replacement in haemorrhagic shock

    Class I

    (haemorrhage 750 ml (15%))

    Class II

    (haemorrhage 800-1500 ml (15-30%))

    Class III

    (haemorrhage 1500-2000 ml (30-40%))

    Class IV

    (haemorrhage 2000 ml (48%))

    2.5 l Ringer-lactate solution or 1.0 L

    polygelatin

    1.0 l polygelatin plus 1.5 L Ringer-lactate

    solution

    1.0. l Ringer-lactate solution plus 0.5 l

    whole blood or 0.1-1.5 l equal volumes of

    concentrated red cells and polygelatin

    1.0 l Ringer-lactate solution plus 1.0 l

    polygelatin plus 2.0 l whole blood or 2.0 l

    equal volumes of concentrated red cells

    and polygelatin or hestastarch

    3. Cairan Paska Bedah

    Terapi cairan paska bedah ditujukan untuk :

    Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi.

    Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung, febris).

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    13/23

    13

    Melanjutkan penggantian defisit prabedah dan selama pembedahan.

    Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan.

    Nutrisi parenteral bertujuan menyediakan nutrisi lengkap, yaitu kalori, protein

    dan lemak termasuk unsur penunjang nutrisi elektrolit, vitamin dan traceelement. Pemberian kalori sampai 40 50 Kcal/kg dengan protein 0,2 0,24

    N/kg. Nutrisi parenteral ini penting, karena pada penderita paska bedah yang

    tidak mendapat nutrisi sama sekali akan kehilangan protein 75 125 gr/hari.

    Hipoalbuminemia menyebabkan edema jaringan, infeksi dan dehisensi luka

    operasi, terjadi penurunan enzym pencernaan yang menyulitkan proses

    realimentasi.6

    2.5 Jenis Cairan

    1) Cairan Kristaloid

    Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF). Indikasi

    penggunaan antara lain untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitiel pada pasien

    syok hipovolemik, kasuskasus perdarahan memerlukan cairan kristaloid bila diberikan

    dalam jumlah cukup (3-4 kali jumlah darah yang hilang ) ternyata sama efektifnya seperti

    pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh

    cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.

    Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, mudah di dapat, tidak perlu

    dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi, menurunkan viskositas darah,

    penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama. Efek samping pemberian sejumlah

    cairan kristaloid dapat mengakibatkan timbulnya edema perifer dan edema paru. Selain

    itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan juga dapat menyebabkan edema otak dan

    meningkatnya tekanan intra kranial.

    Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakanuntuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai

    cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami

    metabolisme di hati menjadi bikarbonat.

    2) Cairan Koloid

    Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma substitute

    atau plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai

    berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    14/23

    14

    bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu

    koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok

    hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan

    kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar). Kerugian dari plasma expander yaitu

    mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan

    gangguan pada cross match. Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan

    koloid:

    a) Koloid alami

    Yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan 2,5 % ). Dibuat

    dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60C selama 10 jam untuk

    membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain

    mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta globulin.

    Prekallikrein activators (Hagemans factor fragments) seringkali terdapat dalam

    fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin. Oleh sebab itu pemberian

    infuse dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan hipotensi dan kolaps

    kardiovaskuler.

    b) Koloid sintesis yaitu:

    A.

    Dextran:

    Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70

    (Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh bakteri

    Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa. Walaupun

    Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih baik dibandingkan dengan

    Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu memperbaiki aliran darah lewat

    sirkulasi mikro karena dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain

    itu Dextran mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi platelet

    adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan

    melancarkan aliran darah. Pemberian Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat

    mengganggu cross match, waktu perdarahan memanjang (Dextran 40) dan

    gagal ginjal. Dextran dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang dapat

    dicegah yaitu dengan memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.1

    B. Hydroxylethyl Starch (HES)

    Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.0001.000.000, rata-rata

    71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 mmHg. Pemberian

    500 ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    15/23

    15

    waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari. Larutan koloid ini juga

    dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar serum

    amilase ( walau jarang). Low molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-

    Starch) mirip Heta starch, mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5

    kali volume yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena

    potensinya sebagai plasma volume expander yang besar dengan toksisitas

    yang rendah dan tidak mengganggu koagulasi maka Penta starch dipilih

    sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita gawat.

    C. Gelatin

    Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat molekul rata-

    rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada 3 macam gelatin,

    yaitu:

    a. Modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)

    b. Urea linked gelatin

    c.

    Oxypoly gelatin

    Merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada penderita gawat.

    Walaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (jarang) terutama dari

    golongan urea linked gelatin. Keuntungan gelatin tidak terlalu mahal, dapat

    disimpan 23 tahun pada suhu ruangan, dampak pada system koagulasi tidak

    terlalu menonjol, aman bagi fungsi ginjal. Kerugian gelatin cepat diekskresi

    melalui urin, meningkatkan viskositas darah dan memudahkan agregasi

    eritrosit, terjadi reaksi anafilaksis.

    2.6. Transfusi

    Transfusi adalah pemberian darah atau komponen darah dari satu

    individu (donor) ke individu lainnya (resipien), dimana dapat menjadi

    penyelamat nyawa, tetapi dapat pula berbahaya dengan berbagai komplikasi

    Respon tubuh terhadap perdarahan tergantung pada volume, kecepatan,

    dan lama perdarahan. Keadaan pasien sebelum perdarahan akan berpengaruh

    pada respon yang diberikan.

    Pada orang dewasa sehat, perdarahan 10% jumlah volume darah tidak

    menyebabkan perubahan tanda-tanda fisiknya. Frekuensi nadi, tekanan darah,

    sirkulasi perifer dan tekanan vena sentral tidak berubah. Reseptor dalam jantung

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    16/23

    16

    akan mendeteksi penurunan volume ini dan menyebabkan pusat vasomotor

    menstimulasi sistem saraf simpatik yang selanjutnya menyebabkan

    vasokonstriksi.

    Penurunan tekanan darah pada ujung arteri kapiler menyebabkan

    perpindahan cairan ke dalam ruang interstitial berkurang. Penurunan perfusi

    ginjal menyebabkan retensi air dan ion Na+. Hal ini menyebabkan volume darah

    kembali normal dalam 12 jam. Kadar protein plasma cepat menjadi normal

    dalam waktu 2 minggu, kemudan akan terjadi hemopoesis ekstra yang

    menghasilkan eritrosit. Proses kompensasi ini sangat efektif sampai perdarahan

    sebanyak 30%.

    Pada perdarahan yang terjadi di bawah 50% atau hematokrit masih di

    atas 20%, darah yang hilang masih dapat diganti dengan cairan koloid atau

    kombinasi koloid dengan kristaloid yang komposisinya sama dengan darah

    yaitu Ringer Laktat. Namun bila kehilangan darah > 50%, biasanya diperlukan

    transfusi.

    Untuk mengganti darah yang hilang dapat digunakan rumus dasar

    transfusi darah, yaitu:

    V = (Hb target

    Hb inisial) x 80% x BB

    1. Transfusi sel darah merah

    Indikasi transfusi sel darah merah

    Kehilangan darah yang akut

    Jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka baik penggantian sel

    darah merah maupun volume darah dibutuhkan. Jika lebih dari separuh volume

    darah hlang, maka darah lengkap harus diberikan; jika kurang dari separuh,

    maka konsentrat sel darah merah atau plasma expander yang diberikan.

    Transfusi darah prabedah

    Anema defisiensi besi

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    17/23

    17

    Penderita defisiensi besi tidak dapat ditransfusikan, kecuali memang

    dibutuhkan untuk pembedahan segera atau yang gagal berespon terhadap

    pengobatan pada dosis terapeutik penuh besi per oral.

    Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun

    Gagal ginjal

    Anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal seharusnya diobati dengan

    transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoetin manusia rekombinan.

    Gagal sumsum tulang

    Penderita gagal sumsum tulang karena leukimia, pengobatan sitotoksik, atau

    infiltrasi keganasan akan membutuhkan bukan saja sel darah merah, namun

    juga komponen darah yang lain.

    Penderita yang tergantung trasnfusi

    Penderita sindrom talasemia berat, anemia aplastik, dan anemia sideroblastik

    membutuhkan transfusi secara teratur setiap empat sampai enam minggu,

    sehingga mereka mampu menjalani kehidupan yang normal.

    Penderita sel bulan sabit

    Beberapa penderita penyakit ini membutuhkan trasnfusi secara teratur,

    terutama setelah stoke, karena sindrom dada berulang yang mengancam

    jiwa, dan selama kehamilan.

    Penyakit hemolitik neonatus

    Penyakit hemolitik neonatus juga dapat menjadi indikasi untuk transfusi

    pengganti, jika neonatus mengalami hiperbilirubinemia berat atau anemia.

    2. Transfusi Trombosit dan Granulosit

    Transfusi trombosit dan granulosit diperlukan bagi penderita trombositopenia yang

    mengancam jiwa dan netropenia yang disebabkan karena kegagalan sumsum tulang.

    Keadaan ini mungkin akibat langsung dari penyakit penderita, misalnya leukimia

    akut, anemia aplastika, atau transplantasi sumsum tulang.

    Indikasi transfusi trombosit

    Gagal sumsum tulang yangdisebabkan oleh penyakit atau pengobatan

    mielotoksik

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    18/23

    18

    Kelainan fungsi trombosit

    Trombositopenia akibat pengenceran

    Pintas kardiopulmoner

    Purpura trombositopenia autoimun

    Indikasi transfusi granulosit

    Neutropenia persisten dan infeksi beratJika dihitung neutrofil terus-menerus

    kurang dari 0,2 x 109/L dan terdapat bukti jelas infeksi bakteri atau jamur

    yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan menggunakan antibotik

    yang tepat dalam 48-72 jam.

    Fungsi neutrofil abnormal dan infeksi persisten Sepsis neonatus

    Karakteristik Berbagai Plasma Substitute

    Kriteria Whole blood Larutan

    elektrolit

    Albumin

    20%

    Dekstran

    40+10

    HES 6% Haemaccel

    pH 7,37,4 5,56,5 6,477,2 4,55,7 5,07,0 7,07,6

    BM rata-rata - - 66.000 40.000 200.000/

    450.000

    35.000

    Tekanan

    osmotic

    Fisiologis Non-

    osmotik

    Iso-

    osmotik

    Hiper-

    osmotik

    Hiper-

    osmotik

    Iso-osmotik

    Keseimbangan

    cairan

    intravaskuler-

    interstitial

    Terpelihara Resiko

    edema

    Perbaikan Dehidrasi Dehidrasi Perbaikan

    Waktu paruh

    efektif

    Beberapa hari-

    minggu

    Beberapa

    menit

    Beberapa

    hari

    6-8 jam 12 jam 4-6 jam

    Gangguan

    pada blood

    typing

    Biasanya tidak Tidak Tidak Pseudoaglu

    tinasi

    Tidak Tidak

    Gangguan Ada Hanya Hanya Menurunkan Menurunkan Hanya

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    19/23

    19

    pada

    homeostasis

    kemungkinan

    (aktivasi faktor)

    pengence-

    ran

    pengence-

    ran

    fungsi

    trombosit

    dan

    koagulopati

    fungsi

    trombosit

    dan

    koagulopati

    pengenceran

    Fungsi ginjal ? Membaik Membaik Mungkin

    terganggu

    Tidak

    ditemukan

    data literatur

    Membaik

    Overload

    cardiovaskuler

    Mungkin Tidak Tidak

    mungkin

    Mungkin Mungkin Tidak

    mungkin

    Efek samping

    yang mungkin

    Anafilaksis/

    inkompatibilitas

    Edema

    pulmonal

    Reaksi

    kutis,

    demam,

    hipotensi

    sementara

    Anafilaksis

    yang perlu

    premedikasi

    Anafilaksis

    atau reaksi

    anafilaksis

    Reaksi kulit

    lokal,

    hipotensi

    sementara

    Transmisi

    penyakit

    Resiko infeksi

    virus seperti

    HIV, HBV,

    HCV

    Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

    Waktu

    penyimpanan

    21 hari 3 tahun 3-5 tahun 5 tahun 3 tahun 5 tahun

    Suhu

    penyimpanan

    4-6 C Suhu

    ruangan

    2-25 C C Suhu

    ruangan

    Suhu

    ruangan

    Akumulasi

    pada RES

    Tidak Tidak Tidak Beberapa

    minggu

    Beberapa

    bulan

    Tidak

    Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Sediaan Plasma Substitute

    1.Whole blood

    Kelebihan

    Kapasitas angkut oksigen

    Kapasitas hemostatik

    Kekurangan

    Penyediaan lama

    Waktu penyimpanan pendek

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    20/23

    20

    Reaksi anafilaktik ringan sampai parah

    Alloimunisasi

    Reaksi hemolisis

    Reaksi infeksi

    Viskositas meningkat

    Overload volume

    Hiperkalium, hiperkalsium, asidosis

    Harga mahal

    2.Larutan elektrolit

    Kelebihan

    Lebih mudah tersedia dan murah

    Komposisi serupa dengan plasma (Ringer Asetat / Ringer Laktat)

    Bisa disimpan pada suhu kamar

    Bebas dari reaksi anafilaktik

    Komplikasi minimal

    Kekurangan

    Edema bisa mengurangi ekspansibilitas dinding dada

    Oksigenasi jaringan terganggu karena bertambahnya jarak kapiler dan sel

    Memerlukan volume 4 kali lebih banyak

    3.Larutan human albumin

    Kelebihan

    Ekspansi volume plasma tanpa ekspansi volume interstitial

    Ekspansi volume lebih besar

    Durasi lebih lama

    Oksigenasi jaringan lebih baik

    Gradien O2alveolar-arterial lebih sedikit

    Insiden edema paru dan atau edema sistemik lebih rendah

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    21/23

    21

    Kekurangan

    Reaksi anafilaksis

    Koagulopati

    Albumin bisa memperberat depresi miokard pada pasien syok

    4.Larutan dekstran

    Kelebihan

    Efek volume panjang atau lama

    Efek anti trombotik

    Kekurangan

    Ekspansi ekstravaskuler dan dehidrasi kompartemen interstitial

    Gangguan hemostasis

    Batasan dosis

    Reaksi anafilaksis fatal

    Gangguan fungsi renal

    Akumulasi pada sistem retikuloendotelial

    Gangguan pada blood groupingdan cross matching

    5.HES

    Kelebihan

    Efek volume panjang atau lama

    Efek anti trombotik

    Kekurangan

    Ekspansi ekstravaskuler dan dehidrasi kompartemen interstitial

    Gangguan hemostasis

    Batasan dosis

    Reaksi anafilaksis fatal

    Akumulasi pada sistem retikuloendotelial

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    22/23

    22

    6.Haemaccel

    Kelebihan

    Iso-osmotik

    Mempertahankan keseimbangan cairan

    Efek volume optimal

    Perbaikan fungsi renal

    Tidak mengganggu hemostasis

    Tidak mengganggu blood grouping

    Tidak terjadi akumulasi pada RES

    Ekonomis

    Kekurangan

    Reaksi anafilaktoid

  • 8/10/2019 Referat Anastesi Fix

    23/23

    23

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Tutuko, bambang. Dkk, Panduan Tatalaksana Terapi Cairan Perioperatif, Perhimpunan

    Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia, 2009

    2.

    Senaphati, tjokorda. dkk, Buku Ajar Anestesi dan Reanimasi , indeks Jakarta. 2010.

    3. Latief S, Kartini, Dachlan. (editor). Terapi Cairan Pada pembedahan. Dalam : Petunjuk

    Praktis Anestesiologi. Edisi II. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.

    2002.

    4. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [ serial online ] 2006 Mar [dikutip 6 Okt

    2007]. Tersedia dari: URL: http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.

    5.

    Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New york: McGraw-

    Hill; 1999

    6.

    Fatimah Nur, D. syok hipovolemik 2010. Tersedia dari URL :

    http://www.gogle.com/syokhipovolemik.htm

    7. PT. Otsuka Indonesia. Overhidrasi. 2008. http/www.google.com/overhidrasi