Referat Abses THT

33
BAB I PENDAHULUAN I.1. Definisi Abses adalah kumpulan pus dalam berbagai bagian tubuh yang dalam kebanyakan kasus menyebabkan pembengkakan dan reaksi inflamasi di daerah sekelilingnya. 1 Biasanya disebabkan oleh bakteri, yang bisa dibagi menjadi abses superfisial yang menginfeksi daerah kulit dan abses profunda yang menginfeksi tubuh bagian dalam dan organnya. 2 I.2. Etiologi Abses terjadi bila jaringan terinfeksi dan sistem imun tubuh berusaha melawannya. Leukosit menuju ke jaringan yang terinfeksi dan berkumpul di dalam jaringan yang rusak, maka terbentuklah pus. Pus adalah penumpukan cairan, leukosit yang masih hidup dan yang mati, jaringan yang mati, dan bakteri atau unsur asing lainnnya. 1 Faktor predisposisinya meliputi selulitis, imunodefisiensi, diabetes, iskemia, penyakit vaskuler perifer, benda-benda asing, obstruksi, luka ataupun trauma. 2 Abses dalam kulit mudah dilihat, tampak kemerahan, menonjol dan nyeri. Abses di bagian tubuh 1

Transcript of Referat Abses THT

Page 1: Referat Abses THT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Definisi

Abses adalah kumpulan pus dalam berbagai bagian tubuh yang dalam

kebanyakan kasus menyebabkan pembengkakan dan reaksi inflamasi di daerah

sekelilingnya.1Biasanya disebabkan oleh bakteri, yang bisa dibagi menjadi abses

superfisial yang menginfeksi daerah kulit dan abses profunda yang menginfeksi

tubuh bagian dalam dan organnya.2

I.2. Etiologi

Abses terjadi bila jaringan terinfeksi dan sistem imun tubuh berusaha

melawannya. Leukosit menuju ke jaringan yang terinfeksi dan berkumpul di

dalam jaringan yang rusak, maka terbentuklah pus. Pus adalah penumpukan

cairan, leukosit yang masih hidup dan yang mati, jaringan yang mati, dan bakteri

atau unsur asing lainnnya.1

Faktor predisposisinya meliputi selulitis, imunodefisiensi, diabetes,

iskemia, penyakit vaskuler perifer, benda-benda asing, obstruksi, luka ataupun

trauma.2Abses dalam kulit mudah dilihat, tampak kemerahan, menonjol dan

nyeri. Abses di bagian tubuh yang lain yang tidak jelas terlihat, mungkin dapat

menyebabkan kerusakan organ yang cukup berbahaya.1

Sesuai dengan lokasi yang terinfeksi, abses dapat terbagi menjadi

beberapa tipe abses, tipe yang spesifik seperti abses abdomen, abses hepar,

abses anorektal, abses cerebri, abses epidural, abses kulit, abses gigi, abses

peritonsil, abses leher, dan lain-lain.1 Dalam referat ini akan dibahas mengenai

abses dalam bidang Telinga Hidung dan Tenggorokan beserta

penatalaksanaannya.

I.3 Gejala Klinis

Abses kepala dan leher adalah abses yang terbentuk di dalam struktur

kepala dan leher, yang berbeda dengan abses kulit. Yang termasuk abses kepala

1

Page 2: Referat Abses THT

dan leher antara lain, abses leher dalam, angina Ludwig dan abses cerebri, abses

peritonsilaris, abses retrofaring. Abses yang superfisial biasanya memiliki

gejala-gejala radang seperti rubor, kalor, dolor, tumor, sedangkan abses yang

lebih dalam biasanya timbul demam, menggigil, myalgia, sakit kepala.2

I.4 Diagnosis dan Penatalaksanaan

Abses yang superficial biasanya didiagnosa berdasarkan gejala, tanda,

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Abses yang lebih dalam sering memerlukan

pemeriksaan penunjang seperti CT-scan, USG, sering juga diperlukan

pemeriksaan kultur dan pewarnaan gram.2

Kebanyakan abses ditatalaksana melalui prosedur pembedahan yang

disebut insisi dan drainase abses. Abses superfisial biasanya dilakukan anestesi

lokal, sedangkan abses yang dalam atau abses yang berkomplikasi dilakukan

anestesi umum. Biasanya dilakukan insisi, lalu pus didrainase, kantong diirigasi

dan biarkan terbuka sehingga sembuh dengan sendirinya. Perawatan pasca-

operasi memerluka perawatan luka dan antibiotik biasanya luka sembuh dalam

beberapa minggu.2

2

Page 3: Referat Abses THT

BAB II

ABSES DALAM BIDANG THT DAN PENATALAKSANAANNYA

a. Abses Ekstradural

Definisi dan Etiologi

Abses ekstradural adalah kumpulan pus di antara duramater dan

tulang yang menutupi rongga mastoid atau telinga tengah.3 Pertama kali

dikemukakan oleh Sir Percival Pott pada tahun 1760. Abses ekstradural

biasanya merupakan penyebaran infeksi dari sinus paranasal, telinga

tengah, orbita ataupun mastoid.4

Organisme penyebab biasanya adalah Streptococcus yang

berkaitan dengan sinusitis dan kuman anaerob lainnya dan Stafilokokus

bila disertai trauma. Virulensi organisme dan ketahanan hospes

menentukan berat ringannya komplikasi yang ditimbulkan. 4Pada otitis

media supuratif kronis, keadaan ini berhubungan dengan jaringan

granulasi dan kolesteatoma yang menyebabkan erosi tegmen timpani atau

mastoid.5Abses ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dan pada usia

dekade keenam, jarang ditemukan pada usia dibawah 12 tahun.4

Gejala Klinis dan Diagnosa

Gejalanya terutama nyeri telinga hebat dan nyeri kepala.

Dengan foto Rontgen mastoid yang baik, terutama posisi Schuller, dapat

dilihat kerusakan di lempeng tegmen yang menandakan tertembusnya

tegmen.5 Biasanya nyeri kepala difus atau terlokalisir di satu sisi, bisa

disertai demam yang merupakan perkembangan dari sinusitis atau otitis

media, secret purulen dari telinga atau sinus, oedem periorbita, bisa

menyebabkan peningkatan tekanan intakranial seperti mual, muntah,

papiledema,4

Penatalaksanaan

Diagnosis dini dan penatalaksanaan abses ekstradural meliputi

intubasi endotrakeal dan hiperventilasi diperlukan bila pasien kritis,

3

Page 4: Referat Abses THT

penanganan inisial tergantung gejala klinis yang muncul. Bila timbul

kejang dan defisit neurologis fokal memerlukan intubasi segera, terapi

antikejang, hiperventilasi dan stabilisasi hemodinamik, pasien yang tidak

kritis bisa dilakukan CT-scan setelah evaluasi klinis, status neurologis

harus dimonitor.4

Terapi antibiotik harus diberikan berdasarkan penyebab sambil

menunggu hasil kultur. Bila pasien dalam keadaan darurat, bisa diberikan

antibiotik anaerob. Antibiotik dilanjutkan selama lebih dari 8 minggu jika

tidak dilakukan pembedahan dan kurang dari 4 minggu bila abses

didrainase. Pemeriksaan dengan CT-scan atau MRI dilakukan setelah 10-

14 hari terapi antibiotik dihentikan.4

Tindakan bedah dilakukan apabila pada pasien terdapat gejala

neurologis atau yang tidak merespon terhadap medikamentosa.

Penanganan yang optimal melalui drainase bedah saraf, pewarnaan Gram,

tinta India, dan acid-fast bacilli (AFB), dan pemberian antibiotic yang

tepat. Jenis pembedahan tergantung luas lesi dan paparan dengan tulang

cranium. Bila lubang yang dibentuk tidak bisa mengoptimalkan drainase

atau bila diindikasikan debridement dengan drainase, maka dilakukan

kraniotomi. Bila duramater terinfeksi, diperlukan donor duramater. Selama

dianestesi, produk anestesi yang bisa menyebabkan vasodilatasi

intrakranial dihindari karena dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan

juga herniasi.4

Noggle dkk, mengemukakan abses ekstradural supraorbital,

frontal pada fossa cranium anterior dan media dapat dibersihkan secara

aman dan adekuat melalui kraniotomi suprasiliar invasive minimal.

Tindakan ini mempunyai keuntungan dalam bidang kosmetik dan

menurunkan morbiditas. Eviator dkk, merekomendasikan abses ekstradural

yang disebabkan sinusitis yang terletak di sisi anterior, dapat dilakukan

drainase abses dengan endoskopi melalui kavum nasi.4

Komplikasi

Kejang, herniasi, perdarahan, penyebaran infeksi, dan syok septik.4

4

Page 5: Referat Abses THT

b. Abses Subdural

Definisi dan Etiologi

Abses subdural adalah infeksi dalam ruang subdural, yaitu

ruang di antara duramater dan membrane arakhnoid yang mengelilingi

otak, yang disebabkan oleh bakteri, antara lain genus Streptokokus,

Stafilokokus, Pseudomonas, Bacteroides, Enterobacter, Klebsiella, H.

Influenza dan E. Coli. Pada remaja dan dewasa, abses subdural biasanya

terjadi karena penyebaran infeksi dari sinus paranasal, telinga tengah dan

sinus mastoid.6

Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari

abses ekstradural, biasanya sebagai perluasan tromboflebitis melalui

pembuluh vena.5 Lebih sering ditemukan pada laki-laki, dalam berbagai

usia, tapi duapertiganya berusia 10-40 tahun.7

Gejala Klinis dan Diagnosa

Gejala-gejala antara lain demam, nyeri kepala, dan timbul

koma pada pasien dengan otitis media supuratif kronis (OMSK). Temuan

sistem saraf pusat antara lain berupa bangkitan kejang, hemiplegia, dan

tanda Kernig positif.2

Dapat juga muncul gejala ambliopia, disfasia, riwayat abses

intraserebral. Dengan pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan

leukositosis toksik, pemeriksaan kultur bakteri penyebab. Pemeriksaan

preoperative mencakup pemeriksaan elektrolit, BUN, fungsi hati dan

hitung jenis darah.7 Yang terpenting adalah pemeriksaan menggunakan

CT-scan dengan kontras atau MRI pada massa yang berisi cairan dalam

rongga subdural, CT scan sinus paranasal, mastoid.6

Pungsi lumbal perlu untuk membedakan abses subdural dengan

meningitis. Pada abses subdural, pada pemeriksaan likuor serebrospinal

(LCS) kadar protein biasanya normal dan tidak ditemukan bakteri. Kalau

pada abses ekstradural, nanah keluar pada waktu operasi mastoidektomi,

pada abses subdural nanah harus dikeluarkan secara bedah saraf, sebelum

dilakukan operasi mastoidektomi.5

Penatalaksanaan

5

Page 6: Referat Abses THT

Mempertahankan jalan napas yang adekuat dan memastikan

pernapasan dan sirkulasi dengan perawatan suportif seperti oksigen, infuse

intravena. Diperlukan pemeriksaan foto rontgen dan laboratorium.

Pemberian antibiotik sesegera mungkin dengan antibiotik anaerob. Anti

kejang juga diperlukan apabila terjadi kejang, juga terapi untuk

menurunkan tekanan intrakranial.7

Drainase bedah saraf harus segera dilakukan. Pilihan utamanya

yaitu kraniotomi, yang mana memberikan pajanan yang lebar, eksplorasi

adekuat dan pembersihan kumpulan purulen lebih baik daripada metode

lain. Dibuat lubang dengan bor di atas dan di bawah tempat yang terkena,

dan pus yang terkumpul dihisap. Kemudian dilakukan irigasi dengan

cairan fisiologik serta dengan larutan antibiotika, dan dipasang salir karet

agar dapat dilakukan reirigasi berkali-kali.5 Penempatan lubang stereotatic

dengan drainase dan irigasi adalah pilihan lainnya tapi kurang memuaskan

karena pemajanan yang kurang dan kemungkinan pembersihan yang tidak

lengkap. Pasien dengan kontraindikasi terhadap pembedahan atau resiko

morbiditas diberikan antibiotik saja. Tindakan bedah lain diperlukan untuk

membersihkan sumber infeksi primer, seperti mastoidektomi pada

mastoiditis kronik.7

Komplikasi

Kejang, thrombosis sinus kavernosus, peningkatan tekanan

intrakranial, hidrosefalus, edema cerebri, infark cerebri, deficit neurologis.

c. Abses Otak

Definisi dan Etiologi

Abses otak adalah kumpulan sel-sel imun, pus dan bahan-bahan

lain di otak, biasanya berasal dari bakteri atau infeksi jamur. Oedem dan

inflamasi terjadi pada otak, berkumpulnya sel otak yang terinfeksi,

leukosit, bakteri yang mati dan hidup, dan kumpulan jamur. Jaringan

mengelilingi area ini dan menimbulkan massa.8

Biasanya bakteri yang menyebabkan abses otak menyebar

secara hematogen, berasal dari area infeksi terdekat (seperti infeksi

6

Page 7: Referat Abses THT

telinga) atau melewati sumber trauma atau bedah.8 Lebih banyak

ditemukan pada laki-laki, pada usia kurang dari 40 tahun.9

Gejala Klinis dan Diagnosa

Biasanya berjalan lambat, lebih dari 2 minggu atau tiba-tiba.

Gejalanya seperti penurunan kesadaran, afasia, demam, sakit kepala,

muntah, kejang, kaku kuduk, perubahan penglihatan, papiledema. Gejala

dan tanda dari kelainan fungsi langsung dari sisi yang terkena. Abses

cerebral, gejalanya nistagmus, ataksia, muntah dan dismetria. Abses

batang otak, gejalanya kelemahan wajah, sait kepala, demam, muntah,

disfagia dan hemiparesis. Abses frontal, gejalanya sakit kepala, kurang

perhatian, gangguan bicara, hemiparesis unilateral. Abses lobus temporal,

gejalanya sakit kepala, afasia ipsilateral dan gangguan penglihatan.9

Uji darah rutin, hitung jenis, CRP, test serologi, kultur darah.

Leukosit bisa mencapai 100.00 atau lebih ketika abses pecah ke dalam

cairan serebrospinal.9

Penatalaksanaan

Medikamentosa diindikasikan apabila mempunyai:

Abses jarang

Sebuah abses kecil ( < 2 cm )

Sebuah abses dalam di dalam otak

Sebuah abses dan meningitis

Saluran dalam otak untuk hidrosefalus

Infeksi Toxoplasma gondii dengan HIV

Antibiotik, antifungal bila disebabkan oleh jamur, terapi

sesegera mungkin diperlukan bila abscess menekan jaringan otak atau

abses besar dangan sejumlah besa oedem yang meningkatkan tekanan

dalam otak.8

Tindakan bedah dilakukan apabila :

Tekanan dalam otak berlanjut atau memburuk

Abses otak tidak mengecil setelah pengobatan

Abses otak berisi gas

Abses otak beresiko rupture

7

Page 8: Referat Abses THT

Drainase merupakan tindakan yang optimal, dilakukan aspirasi

melalui lobang yang dibor dan eksisi lengkap setelah kraniotomi.9 tindakan

bedah dilakukan tergantung dari ukuran dan kedalaman abses.

Keseluruhan abses akan diangkat apabila dekat dengan permukaan dan

tertutup kantong. Aspirasi dengan jarum dipandu oleh CT atau MRI untuk

abses yang dalam. Selama tindakan ini, obat-obatan diinjeksi ke dalam

massa. Diuretic dan steroid tertentu mungkin digunakan untuk mengurangi

oedem otak.8

Drainase bisa ditunda atau dihindari apanila infeksi pada

stadium serebritis atau lesi pada area vital atau yang tidak bisa dijangkau.

Resiko aspirasi berulang adalah perdarahan. Eksisi diindikasikan dalam

fossa posterior yang disebabkan lesi yang tidak berkapsul, juga

diindikasikan pada pasien dengan penurunan sensoris, peningkatan

tekanan intracranial, tidak ada perbaikan klinis dalam 7 hari dan atau abses

makin membesar secara progresif.9

Komplikasi

Kerusakan otak, meningitis, rekurensi infeksi dan kejang.8

d. Abses Zigomatikus

Definisi dan Etiologi

Selama beberapa tahun terakhir, dua kasus sama dalam karakter

telah dipelajari di King's College Hospital. Keduanya adalah pasien wanita

yang menderita otorrhea kronis dari telinga kiri selama bertahun-tahun. Ini

merupakan komplikasi yang jarang dari OMSK.10

Gejala Klinis dan Diagnosa

Terdapat pembengkakan di depan dan di atas aurikula dengan

oedem di sekelilingnya yang dapat menyebar ke kelopak mata dan pipi.

Mastoid tampak oedema sedang. Dinding liang telinga dalam pada bagian

superior dan posterosuperior tampak sangat oedem, hampir menutup

saluran. Pada operasi, sejumlah besar pus dibersihkan, tapi tidak

ditemukan kerusakan pada permukaan tulang. Tulang tersebut terdiri dari

sel tipe aselular yang sangat tebal.10

8

Page 9: Referat Abses THT

Antrum berisi pus, jaringan granulasi dan kolesteatom.

Terdapat erosi yang luas pada atik dan dinding posterosuperior liang

telinga dalam dan merupakan jalur pus untuk berjalan sepanjang telinga

dan tulang untuk mencapai zigoma dan temporal.10

Penatalaksanaan

Pencegahan ke stadium yang lebih berat adalah menatalaksana

komplikasi akut dengan drainase abses dan antibiotik intravena yang

adekuat, sering juga dilakukan mastoidektomi untuk mengangkat

kolesteatom mastoid secepat mungkin.11

e. Abses Subperiosteal

Definisi dan Etiologi

Infeksi dapat menyebar dari ruang periorbita, khususnya dari

selulitis periorbita pada anak-anak, dari faring, telinga tengah, kulit wajah,

hidung, kelenjar air mata atau dari gigi. Kemudahan dan cepatnya

penyebaran infeksi dikarenakan sistem vena wajah, yang mana

mempunyai banyak anastomosis dan tidak berkatup.12

Infeksi orbita dapat dikelompokkan menjadi 5 oleh Smith dan

Spencer, dan dimodifikasi oleh Chandler dkk :

Grup I : selulitis periorbita

Grup II : selulitis orbita

Grup III : abses subperiosteal

Grup IV : abses orbita

Grup V : thrombosis sinus kavernosus12

Abses subperiosteal adalah kumpulan bahan purulen diantara

dinding tulang orbita dan periosteum. Dapat merupakan penyebaran dari

selulitis orbita ataupun dari infeksi sekitarnya, seperti sinusitit sethmoid

menyebar ke ruang subperiosteal orbita media.12

Gejala Klinis dan Diagnosa

Pada mata yang terkena dapat terjadi penurunan penglihatan,

parestesi pada dahi. Proptosis secara langsung karena bola mata digeser

oleh abses, gerakan bola mata pasien terbatas atau nyeri bila bergerak kea

9

Page 10: Referat Abses THT

rah abses, tanda-tanda orbita berupa poptosis, kemosis dan gangguang

penglihatan. Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, kadar glukosa darah

meningkat.12

Penatalaksanaan

Pemberian antibiotik intravena, bila perlu dilakukan tindakan

bedah segera. Antibiotik anaerob yang berkaitan sinusitis akut seperti S.

pneumonia, S. aureus, bisa diberikan sefuroksim. Terapi intravena

dipertahankan sampai mata yang terinfeksi kembali normal. Dekongestan

diperlukan untuk mengeringkan sinus. Tindakan drainase abses

dipertimbangkan bersama tinakan drainase sinus. Pasien dimonitor selama

48 jam dengan pemberian antibiotik intravena, bila setelah 48 jam demam

masih berlanjut atau antibiotic gagal makan dilakukan tindakan bedah.

Beberapa penelitian menunjukkan drainase abses subperiosteal sukses

dengan endoskopi.12

Untuk tindakan endoskopi dipersiapkan TIVA, MOFFATs,

kapas dengan adrenalin 1:100. Prosedurnya meliputi uncinectomy,

antrostomy, anterior ethmoidectomy (membentuk akses dan menegaskan

lamina papyracea), drainase abses dengan endoskopi melalui lamina

papyracea, pembersihan antrum dan dimasukkan kateter drainase.

Kesulitannnya perdarahan, kavum nasi yang masih sempit pada anak-

anak.13

Gambar 1. Abses Subperiosteal21

10

Page 11: Referat Abses THT

Gambar 2. Abses Subperiosteal21

Gambar 3. Insisi dan drainase Abses Subperiosteal21

Gambar 4. Insisi dan drainase Abses Subperiosteal21

Komplikasi

Thrombosis sinus kavernosus, abses otak, kehilangan

penglihatan.

f. Abses Septum Nasi

Definisi dan Etiologi

Abses septum nasi adalah pembentukan pus yang cukup

berbahaya, infeksi bakteri di dalam septum nasi. Septum nasi adalah

jaringan normal yang terdapat di tengah-tengah hidung memisahkan kedua

lubang hidung. Biasanya terjadi karena didahului trauma hidung, dapat

ditemukan dalam berbagai usia.14Seringkali didahului oleh hematoma

septum yang kemudian terinfeksi kuman dan menjadi abses. 15

11

Page 12: Referat Abses THT

Gejala Klinis dan Diagnosa

Timbulnya abses septum nasi menyebabkan beratnya hidung

tersumbat, nyeri dan kemerahan pada puncak hidung. Sumbatan hidung

berlangsung progresif, dapat menyebabkan kesulitan dalam bernapas.

Demam, sakit kepala dan malaise sering dirasakan.14Pemeriksaan lebih

baik tanpa menggunakan speculum hidung. Tampak pembengkakan

septum yang berbentuk bulat dengan permukaan licin.15Pemeriksaan darah

menunjukkan leukositosis.14

Penatalaksanaan

Abses septum harus segera diobati sebagai kasus darurat karena

komplikasinya dapat berat, yaitu dlam waktu yang tidak lama dapat

menyebabkan nekrosis tulang rawan.15Pasien diposisikan terlentang

dengan elevasi pada kepala. Dapat dilakukan aspirasi dengan jarum 18-20

dengan anestesi lokal.16

Untuk drainase, dilakukan insisi mukosa pada fluktuansi

terbesar tanpa menginsisi kartilago.

Gambar 5. Insisi mukosa16

Selanjutnya dilakukan drainase, dan diirigasi dengan saline steril. Sedikit

bagian mukoperikondrium dieksisi untuk mencegah penutupan insisi

premature.16

Gambar 6. Eksisi mukoperikondrium16

12

Page 13: Referat Abses THT

Pasangkan drain Penrose kecil dan jahit pada tempatnya.

Selanjutnya, tampon kedua lubang hidung, seperti pada epistaksis anterior,

untuk melekatkan perikondrium dengan kartilago. Drain dan tampon

dipertahankan sampai drainase berhenti selama 24 jam, biasanya 2-3 hari.

Diberikan antibiotic, bila terjadi infeksi sekunder bsa diberikan antibiotic

intravena. Bisa diberikan klindamisisn samapi hasil kultur keluar.16

Gambar 7. Penempatan drain Penrose16

Komplikasi

Meningitis, abses intracranial, selulitis orbita, thrombosis sinus

kavernosus, bisa juga menyebabkan nekrosis kartilago.16 Untuk mencegah

deformitas hidung, bila sudah ada destruksi tulang rawan perlu dilakukan

rekonstruksi septum. Komplikasi yang mungkin terjadi ialah destruksi

tulang rawan septum yang dapat menyebabkan perforasi septum atau

hidung pelana.15

g. Abses Peritonsil (Quincy Throat)

Definisi dan Etiologi

Abses peritonsil adalah kumpulan bahan yang terinfeksi di area

yang mengelilingi tonsil.17Kadang-kadang, infeksi tonsil berlanjut menjadi

selulitis difusa dari daerah tonsila meluas sampai palatum mole, yang

kemudian berlanjut menjadi abses peritonsilar.18Bisa juga merupakan

infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil.19

Biasanya disebabkan oleh Steptokokus hemolitikus grup A.17

Biasanya unilateral dan lebih sering pada anak-aak yang lebih tua dan

dewasa muda.18

13

Page 14: Referat Abses THT

Gejala Klinis dan Diagnosa

Pada stadium permulaan (infiltrate), selain pembengkakan

tamapk permukaannya hiperemis. Bila proses berlanjut, terjadi supurasi

sehingga daerah tersebut lebih lunak. Pembengkakan peritonsil akan

mendorong tonsil dan uvula kea rah kontralateral. Bial proses berlanjut

terus, peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan iritasi pada m.

pterigoid interna, sehingga timbul trismus.19

Pada kasus yang agak berat, biasanya terdapat disfagia nyata,

nyeri alih ke telinga pada sisi yang terkena, salvias yang meningkat.

Palpasi jika memungkinkan, membantu membedakan abses dari selulitis.18

Penatalaksanaan

Jika terbentuk abses, memerlukan pembedahan drainase baik

dengan teknik aspirasi jarum atau dengan teknik insisi dan drainase.

Kesulitan dapat timbul dalam memastikan apakah berhubungan dengan

selulitis akut atau pembentukan abses yang sebenarnya telah terjadi.18

Teknik insisi dan drainase membutuhkan anestesi lokal.

Pertama faring disemprot dengan anestesi topical. Kemudian 2 cc Xilokain

dengan adrenalin 1/100.000 disuntikkan. Pisau tonsila nomor 12 atau 11

denga plester untuk mencegah penetrasi yang dalam digunakan untuk

membuat insisi melalui mukosa dean submukosa dekat kutub atas fosa

tonsilaris. Hemostat tumpul dimasukkan melalui insisi ini dan dengan

lembut direntangkan.18

Pengisapan tonsila sebaiknya segera disediakan untuk

mengumpulkan pus yang dikeluarkan. Pada anak yang lebih tua atau

dewasa muda dengan trismus yang berat, pembedahan drainase mungkin

dilakukan setelah aplikasi cairan kokain 4% pada daerah insisi dan daerah

ganglion sfenopalatina pada fosa nasalis.18

Anak-anak lebih muda membutuhkan anestesi umum.

Dainjurkan tonsilektomi segera (tonsilektomi Quinsy) yang merupakan

prosedur yang aman yang membantu drainase sempurna dari abses jika

tonsila diangkat. Di samping pembedahan drainase, apakah dengan

aspirasi jarum atau dengan insisi, pasien diobati dengan antibiotic dan

irigasi cairan garam hangat. Antibiotic diberikan yang efektif melawan

14

Page 15: Referat Abses THT

Streptokokus, Stafilokokus dan anaerob oral. Pada individu dengan abses

peritonsilaris ulangan atau riwayat episode faringitis ulangan, tonsilektomi

dilakukan segera atau dalam jangka waktu enam minggu kemudian

dilakukan tonsilektomi.18

Gambar 8. Abses Peritonsilar22

Gambar 9.Insisi dan drainase Abses Peritonsilar23

Gambar10.Insisi dan drainase AbsesPeritonsilar23

Komplikasi

Nekrosis jaringan yang terinfeksi, rekurensi, aspirasi, abses

leher, mediastinitis, meningitis, sepsis, abses otak, rupture arteri karotis.20

h. Abses Retrofaring

15

Page 16: Referat Abses THT

Definisi dan Etiologi

Penyakit ini terutama terjadi apada bayi atau anak-anak kecil

yang berusia di bawah dua tahun. Pada anak yang lebih tua atau dewasa

penyakit ini hampir selalu terjadi sekunder akibat dari penyebaran abses

spatium parafaringeum atau gangguan traumatic dari batas dinding faring

posterior oleh trauma yang berasal dari benda asing atau selama

penggunaan alat-alat atau intubasi.21

Gejala Klinis dan Diagnosa

Penyakit ini sebaiknya dicurigai jika pada bayi atau anak kecil

terdapat demam yang tidak dapat dijelaskan setelah infeksi pernapasan

bagian atas dan terdapat gejala hilangnya nafsu makan, perubahan dalam

bicara, dan kesulitan menelan. Stridor terjadi jika abses semakin besar atau

edema meluas ke bawah mengenai laring. Pada dewasa terdapat gejala

disfagia, nyeri menelan, dan gejala yang menandakan adanya obstruksi

jalan napas.21

Radiografi jaringan lunak lateral leher menunjukkan

peningkatan bayangan jaringan lunak yang jelas antara saluran udara

faring dan korpus vertebra servikalis. Jika terdapat keraguan mengenai

radiografi, maka dapat dipertegas dengn radiografi penelanan barium.21

Penatalaksanaan

Jika diagnosis abses sudah pasti, sebaiknya dilakukan drainase

abses. Jalan napas harus dilindungi. Kepala direndahkan sehingga

pengeluaran pus tidak akan diaspirasi dan dengan menggunakan pisau

scalpel tajam yang kecil dilakukan insisi vertical yang pendek pada titik

dimana pembengkakan paling besar. Pisau sebaiknya dituntun oleh jari

telunjuk yang diletakkan pada abses. Jika pus tidak keluar, dimasukkan

hemostat tertutup yang kecil pada luka, kemudian dengan lembut didorong

ke arah lebih dalam, dan meluas. 21 Pus yang keluar segera dihisap, agar

tidak terjadi aspirasi. Tindakan dapat dilakukan dalam analgesika lokal

atau umum.19

Dilakukan biakan, pewarnaan gram. Pengobatan antibiotic

anaerob, termasuk untuk Streptokokus, Stafilokokus.21

16

Page 17: Referat Abses THT

Komplikasi

Asfiksia karena aspirasi debris septic dan perdarahan

merupakan komplikasi abses retrofaring yang berbahaya. Jika terjadi

perdarahan, perdarahan biasanya terjadi berlebihan dan mungkin

membutuhkan ligasi arteri karotis interna pada sisi yang terkena.

i. Abses Parafaring

Definisi dan Etiologi

Ruang parafaring dapat mengalami infeksi denga cara

langsung, yaitu akibat tusukan jarum pada saat tonsilektomi dengan

analgesia. Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang telah

terkontaminasi kuman menembus lapisan otot tipis (m. konstriktor faring

superior) yang memisahkan ruang parafaring dari fosa tonsilaris. Proses

supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung,

sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikal. Penjalaran infeksi ruang

peritonsil, retrofaring atau submandibula.19

Gejala Klinis dan Diagnosa

Gejala dan tanda yang utama adalah trismus, indurasi atau

pembengkakan di sekitar angulus amndibula, demam tinggi dan

pembengkakan dinding lateral faring sehingga menonjol ke arah medial.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala dan tanda

klinik. Dapat juga dilakukan foto Rontgen AP atau CT scan.19

Penatalaksanaan

Untuk terapi diberikan antibiotika dosis tinggi secara parenteral

terhadap kuman aerob dan anaerob. Evakuasi abses harus segera dilakukan

bila tidak ada perbaikan dengan antibiotika dalam 24-48 jam dengan cara

eksplorasi dalam narcosis, caranya melalui insisi dari luar dan intra oral.19

Insisi dari luar dilakukan 2½ jari di bawah dan sejajar

mandibula. Secara tumpul eksplorasi dilanjutkan dari batas anterior m.

sternokleidomastoideus ke arah atas belakang menyusuri bagian medial

mandibula dan m. pterigoid interna mencapai ruang parafaring dengan

terabanya prosesus stiloid. Biala nanah terdapat di dalam selubung karotis,

17

Page 18: Referat Abses THT

insisi dilanjutkan vertical dari pertengahan insisi horizontal ke bawah di

depan m. sternokleidomastoideus (cara Mosher).19

Insisi intraoral dilakukan pada dinding lateral faring. Dengan

memakai klem arteri eksplorasi dilakukan dengan menembus m.

konstriktor faring superior ke dalam ruang parafarinf anterior. Insisi

intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai terapi tambahan terhadap insisi

eksternal.19

Komplikasi

Dapat menjalar secara hematogen, limfogen atau langsung.

Penjalaran ke atas dapat menyebabkan peradangan intracranial. Abses juga

dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Bila nekrosis,

akan terjadi ruptut sehingga terjadi perdarahan hebat, dapat juga timbul

tromboflebitis dan septicemia.19

j. Abses Submandibula

Definisi dan Etiologi

Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu

komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher. Infeksi

dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur atau kelenajr

submandibula, munkin juga sebagai kelanjutan infeksi ruang leher dalam

lain. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob.19

Gejala Klinis dan Diagnosa

Terdapat demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di

bawah mandibuila atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. Trismus

sering ditemukan.19

Penatalaksanaan

Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob

harus segera diberikan secara parenteral. Evakuasi abses dapat dilakukan

dalam anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau

eksplorasi dalam narcosis bila letak abses dalam dan luas.19

Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi

os hyoid, tergantung letak dan luas abses.19 Suatu insisi servikal transversal

18

Page 19: Referat Abses THT

dibuat dua ruas jari di bawah mandibula dan dilanjutkan sampai

periosteum mandibula. Kemudian dilakukan pembedahan tumpul untuk

mendrainase abses. Dapat juga diperlukan untuk membuat suatu insisi

intraoral yang terpisah sehingga mendrainase infeksi ke dalam mulut.18

Gambar 11. Abses Submandibula24

Gambar 12. Drain tetap dipertahankan pada luka

insisi Abses Submandibula.24

k. Angina Ludovici (Angina Ludwig)

Definisi dan Etiologi

Angina ludovici ialah infeksi ruang submandibula berupa

selulitis dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang

submandibula, tidak membentuk abses, sehingga keras pada perabaan

submandibula.19

19

Page 20: Referat Abses THT

Angina ludovici paling sering terjadi sebagai akibat infeksi yang

berasal dari gigi geligi, tetapi dapat berasal dari proses supuratif nodi

limfatisi servikalis pada ruang submaksilaris.18

Gejala Klinis dan Diagnosa

Terdapat nyeri tenggorok dan leher, disertai pembengkakan di

daerah submadibula, yang tampak hiperemis dan keras pada perabaan.

Dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas belakang,

sehingga menimbulkan sesak napas, karena sumbatan jalan napas.19

Penatalaksanaan

Sebagai terapi antibiotika dengan dosis tinggi, untuk kuman

aerob dan anaerob, dan diberikan secara parenteral. Selain itu dilakukan

eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi

ketegangan) dan evakuasi pus (pada angina Ludovici jarang terdapat pus)

atau jaringan nekrosis. Insisi dilakukan di garis tengah secara horizontal

setinggi os hyoid (3-4 jari di bawah mandibula). Perlu dilakukan

pengobatan terhadap sumber infeksi (gigi), untuk mencegah

kekambuhan.19

Sebelum insisi dan drainase dilakukan, sebaiknya dilakukan

persiapan terhadap kemungkinan trakeostomi karena ketidakmampuan

melakukan intubasi pada pasien, seperti lidah yang mengobstruksi

pandangan laring dan tidak dapat ditekan oleh laringoskop.18

Komplikasi

Sumbatan jalan napas, oenjalaran abses ke ruang leher dalam

lain dan mediatinum, sepsis.19

20

Page 21: Referat Abses THT

Gambar 13. Insisi dan Drainase Angina Ludovici25

BAB III

21

Page 22: Referat Abses THT

KESIMPULAN

Abses sering timbul di kepala dan leher, terutama di belakang tenggorokan

dan di dalam kelenjar liur pipi (kelenjar parotis). Abses juga bisa ditemukan di dalam

otak. Abses di belakang dan di samping tenggorokan (abses faringomaksiler)

biasanya terjadi akibat infeksi tenggorokan (termasuk infeksi amandel atau adenoid).

Abses tenggorokan lebih sering ditemukan pada anak-anak. 

Abses juga bisa terbentuk di dalam kelenjar getah bening yang terletak di

samping tenggorokan (abses parafaringeal). Abses ini biasanya berasal dari infeksi

di sekitarnya (misalnya abses gigi atau infeksi kelenjar liur). Penderita merasakan

demam dan nyeri tenggorokan, mengalami kesulitan dalam membuka mulutnya.

Penyebaran infeksi bisa menyebabkan pembengkakan leher. Jika abses menyebabkan

kerusakan pada arteri karotisdi leher, maka bisa terjadi pembekuan darah atau

perdarahan hebat. 

Abses juga bisa terjadi di saluran keluar dari salah satu kelenjar parotis. Abses

ini terjadi akibat penyebaran infeksi dari mulut dan sering ditemukan pada usia lanjut

atau penderita penyakit menahun yang mengalami kekeringan di mulutnya akibat

rendahnya asupan cairan atau akibat obat-obatan tertentu (misalnya antihistamin).

Penderita merasakan nyeri, demam dan menggigil, disertai pembengkakan leher.

Penanganan pada abses biasanya diberikan antibiotic yang seseuia dengan

organisme penyebab ataupun antibiotic anaerob bila masih menunggu hasil kultur.

Bila dengan medikamentosa, abses tidak berkurang, maka dilakukan insisi dan

drainase, bisa dengan anestesi lokal ataupun umum.

22