REFERAT Abortus Fix

download REFERAT Abortus Fix

of 21

Transcript of REFERAT Abortus Fix

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Aborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengguguran

    kandungan. Makna aborsi lebih mengarah kepada suatu tindakan yang disengaja

    untuk mengakhiri kehamilan seorang ibu ketika janin sudah ada tanda-tanda

    kehidupan dalam rahim. Sedangkan abortus adalah berakhirnya kehamilan atau

    hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus sendiri

    terbagi dua yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan adalah

    merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan

    sebelum berumur 20 minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang

    diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan

    kelainan pada sistem reproduksi.1

    Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi

    dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Diperkirakan diseluruh dunia setiap

    tahun terjadi 20 juta kasus aborsi. Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang

    lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000).

    Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia

    masih cukup besar. Kematian akibat infeksi aborsi justru banyak terjadi di

    negara-negara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang.2

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    2/21

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. DEFINISI

    Abortus memiliki beberapa pengertian menurut aspek medis diantaranya

    pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa

    kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu); pengeluaran hasil konsepsi

    sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau

    kurang dari 20 minggu).3

    Pengertian abortus (pengguguran kandungan) menurut hukum ialah

    tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu

    kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Pengertian pengguguran kandungan

    menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut

    kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia

    kehamilan.4

    2.2. JENIS ABORTUS

    Jenis-jenis abortus menurut terjadinya dibagi menjadi:3

    2.2.1. Abortus spontan

    Merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses

    kehamilan tanpa tindakan. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    3/21

    3

    diderita si Ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan

    dengan kelainan pada sistem reproduksi.

    2.2.2. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )

    Adalah ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

    kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam

    uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

    2.2.3. Abortus Insipiens

    Ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

    sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat

    dan mendatar, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus, tinggi fundus uteri

    sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.

    Abortus insipiens terbagi menjadi tiga, yaitu :

    1.

    Abortus Kompletus

    Ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua

    dan fetus) telah keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong

    pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500

    gram.

    2.

    Abortus Inkompletus

    Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum

    20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

    3. Abortus Infeksious

    Ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi

    genital.

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    4/21

    4

    4. Septic Abortion

    Ialah abortus infeksious berat disertai penyebaran kuman atau

    toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

    Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda

    tanda sepsis, seperti nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.

    2.2.4. Abortus Provokatus

    Abortus Provokatus adalah abortus yang sengaja dibuat atau

    merupakan suatu upaya yang disengaja, baik dilakukan oleh ibunya sendiri

    atau dibantu oleh orang lain, untuk menghentikan proses kehamilan

    sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang

    dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.

    Abortus provokatus dapat dibedakan menjadi:

    1.

    Abortus provokatus Medisinalis/Therapeutikus

    Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi

    menyelamatkan nyawa Ibu. Adapun pengguguran kandungan buatan

    terapeutik telah mendapatkan pengaturan di dalam Pasal 75 UU Kesehatan

    2009 yang bunyinya:

    (1)Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

    (2)Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan

    berdasarkan:

    a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,

    baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita

    penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    5/21

    5

    dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar

    kandungan; atau

    b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma

    psikologis bagi korban perkosaan;

    (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan

    setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri

    dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang

    kompeten dan berwenang.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan

    perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan

    Peraturan Pemerintah.

    Adapun bunyi pasal 76 adalah :

    Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:

    a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari

    pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medik;

    b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan

    yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

    c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

    d. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan

    oleh Menteri.

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    6/21

    6

    e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan

    oleh Menteri.

    Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari Pasal ini dijabarkan

    antara lain mengenai keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu

    hamil atau janinnya, dengan syarat-syarat :

    a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan

    kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter kebidanan

    dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.

    b.

    Mengkonsultasikan dengan sedikitnya dua orang ahli, yaitu ahli

    obstetric/gynekologi dan ahli penyakit dalam atau ahli jantung yang

    berpengalaman.

    c. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,

    psikologi).

    d. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau

    keluarga terdekat.

    e. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan yang

    memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.

    f.

    Prosedur tidak dirahasiakan.

    g.

    Dokumen medik harus lengkap.

    Pelaksanaan pengguguran kandungan diluar syarat-syarat diatas

    adalah perbuatan melanggar hukum dan baik pelaku pengguguran

    kandungan maupun ibu hamil yang digugurkan kandungannya.

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    7/21

    7

    2.

    Abortus Provokatus Kriminalis

    Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi

    medik (ilegal) dan dilarang oleh hukum. Biasanya pengguguran

    dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obatan tertentu.

    a. Kekerasan mekanik lokal

    Dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam.

    Kekerasan dari luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh

    orang lain,seperti melakukan gerakan fisik berlebihan,

    jatuh,pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung

    pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dansebagainya.

    Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasivagina

    atau uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnyadengan

    penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio, aplikasiasam

    arsenik, kalium permanganat pekat, atau jodium tinktur; pemasangan

    laminaria stift atau kateter ke dalam serviks; ataumanipulasi serviks

    dengan jari tangan. Manipulasi uterus, denganmelakukan pemecahan

    selaput amnion atau dengan penyuntikan kedalam uterus.

    Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan memasukkan

    alat apa saja yang cukup panjang dan kecil melaluiserviks. Penyuntikan

    atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan menggunakan

    Higginson tipe syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun,

    desinfektan atau air biasa/air panas.Penyemprotan ini dapat

    mengakibatkan emboli udara.

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    8/21

    8

    b.

    Obat / zat tertentu pernah dilaporkan penggunaan bahan tumbuhan

    yang mengandung minyak eter tertentu yang dapat merangsang

    salurancerna hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang

    kontraksiuterus dan hormon wanita yang merangsang kontraksi

    uterusmelalui hiperemi mukosa uterus. Hasil yang dicapai sangat

    bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas individu dankeadaan

    kandungannya (usia gestasi).

    Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu peluntur,

    nanas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, dan lain-lain. Ada juga

    yang agak beracun seperti garam logam berat,laksans dan lain-lain; atau

    bahan yang beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin,

    dikumarol, kina dan lain-lain. Kombinasikina atau menolisin dengan

    ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyatasangat efektif. Akhir-akhir ini

    dikenal juga sitostatika(aminopterin) sebagai abortivum.

    2.3. KOMPLIKASI ABORTUS4

    1. Perdarahan (hemorrhage) akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa

    jaringan tertinggal.

    2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan

    oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.

    3. Infeksi

    4. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh:

    - Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik

    -

    Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    9/21

    9

    -

    Dapat juga terjadi akibat refleks vasovagal atau neurogenik.

    Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak.

    Komplikasi dari post abortus berkembang menjadi 3 bagian besar :

    1.

    Evakuasi yang inkomplit dan atonia uterus yang menyebabkan

    komplikasi perdarahan.

    Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa sisa

    hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena

    perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada

    waktunya.

    2.

    Infeksi

    Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri

    yang merupakan flora normal. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi

    terbatas pada desidua. Pada abortus septik, virulensi bakteri tinggi dan

    infeksi menyebar ke perimetrium tuba, parametrium dan peritonium.

    3. Kerusakan organ-organ

    PEMBUKTIAN KASUS ABORTUS4,5

    Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang wanita itu

    merupakan akibat dari tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya,

    diperlukan petunjuk-petunjuk :

    a. Adanya kehamilan

    b. Umur kehamilan, bila dipakai pengertian abortus menurut pengertian

    medis

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    10/21

    10

    c.

    Adanya hubungan sebab akibat antara abortus dengan kematian

    d.

    Adanya hubungan antara saat dilakukannya tindakan abortus dengan saat

    kematian

    e. Adanya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan abortus sesuai

    dengan metode yang dipergunakan

    f. Alasan atau motif untuk melakukan abortus itu sendiri

    PEMERIKSAAN KORBAN ABORTUS4

    Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya

    perubahan pada payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan

    sebagainya.

    Pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa sedangkan pada pembedahan

    jenazah, bila didapatkan cairan dalam rongga perut, atau kecurigaan lain,

    lakukan pemeriksaan toksikologik.

    Periksa alat-alat genitalia interna apakah pucat, mengalami kongesti

    atau adanya memar. Uterus diiris mendatar dengan jarak antar irisan 1 cm

    untuk mendeteksi perdarahan yang berasal dari bawah. Pengambilan darah

    dari jantung (segera setelah tes emboli) untuk pemeriksaan toksikologik.

    Pengambilan urin untuk tes kehamilan/toksikologik dan pemeriksaan organ-

    organ lain dilakukan seperti biasa.

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    11/21

    11

    1.

    PEMERIKSAAN KORBAN HIDUP 4

    Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha

    dokter adalah mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan

    cara pengguguran yang dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan.

    Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh Sp.OG.

    Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari

    sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada

    peremasan payudara, nyeri tekan di daerah perut, kongesti pada labia

    mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda tersebut biasanya tidak

    mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah

    melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu

    pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan,

    bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama, sisa bahan

    abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan

    DNA untuk pemastian hubungan ibu dan janin.

    2. PEMERIKSAAN POST MORTEM 5

    Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan

    dalam (autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada:

    a. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk

    ini diperiksa :

    1)

    Payudara secara makroskopis maupun mikroskopis

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    12/21

    12

    2)

    Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara

    mikroskopik

    3) Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara

    mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua

    b. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan

    1)Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka,

    perdarahan jalan lahir

    2)Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril.

    Jika digunakan zat kimia secara lokal maka pada liang senggama

    atau cavum uteri dapat ditemukan zat-zat tersebut.

    3)

    Jika digunakan obat-obatan oral atau suntikan maka tentunya obat-

    obatan tersebut akan dapat dilacak melalui pemeriksaan

    toksikologik.

    c. Menentukan sebab kematian.

    Dengan otopsi yang teliti disertai pemeriksaan penunjang maka

    dapat diketahui penyebab kematiannya:

    1)

    Vagal refleks

    Komplikasi ini terjadi karena adanya rangsangan pada

    permukaan sebelah dalam dari canalis servikalis. Kematian khas

    terjadi di meja operasi.

    2)Perdarahan

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    13/21

    13

    Terjadi karena robeknya vagina, serviks, atau uterus sehingga

    menyebabkan perdarahan yang masif.

    3)Emboli udara

    Komplikasi ini sering terjadi pada aborsi dengan alat semprot.

    Dimana udara ikut masuk ke dalam pembukuh darah dan dapat

    menyebabkan emboli udara pada arteri coronaria atau arteri otak.

    Kematian terjadi dalam waktu 10 menit. Jumlah udara yang

    mematikan tergantung dari banyak faktor. Udara sebanyak 10

    mililiter saja sudah dapat menyebabkan kematian, tetapi pernah ada

    laporan bahwa penderita dapat sembuh sesudah mengalami emboli

    sebanyak 100 mililiter.

    4)Sepsis

    Dapat terjadi karena alat-alat yang digunakan tidak steril, uterus

    tidak bersih, dan robeknya usus besar.

    2.4. ABORSI DIPANDANG DARI SEGI HUKUM4,6

    Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan abortus

    yaitu pasal 299, 346,347,348, 349 KUHP.

    1.

    Pasal 299 KUHP

    (1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau

    menyuruh supaya diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkan

    harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    14/21

    14

    diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana

    denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

    (2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau

    menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau

    jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah

    sepertiga.

    (3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan

    pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

    2.

    Pasal 346 KUHP

    Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

    kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana

    penjara paling lama empat tahun.

    3. Pasal 347 KUHP

    (1) Barang siapa dngan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan

    seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara

    paling lama empat tahun.

    (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam

    dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    15/21

    15

    4.

    Pasal 348 KUHP

    (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

    kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan

    pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

    (2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, diancam

    dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

    5.

    Pasal 349 KUHP

    Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan

    kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu

    melakukan salah satu kejahatan yang diterapkan dalam Pasal 347 dan 348,

    maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan

    sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana

    kejahatan dilakukan.

    Dari Pasal 346, 347 dan 348 KHUP, jelas bahwa undang-undang

    tidak mempersoalkan masalah umur kehamilan atau berat badan dari fetus

    yang keluar. Sedangkan pasal 349 dan 299 KUHP memuat ancaman

    hukuman untuk orang-orang tertentu yang mempunyai profesi atau

    pekerjaan tertentu bila mereka turut membantu atau melakukan kejahatan

    seperti yang dimaksud ke tiga pasal tersebut.

    Yang dapat dikenakan hukuman adalah tindakan menggugurkan

    atau mematikan kandungan yang termasuk tindakan pidana sesuai dengan

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    16/21

    16

    pasal-pasal pada KUHP (abortus kriminalis). Sedangkan tindakan yang

    serupa demi keselamatn ibu yang dapat dipertanggungjwabkan secara

    medis (abortus medicinalis atau abortus therapeuticus), tidaklah dapat

    dihukum walaupun pada kenyataan dokter dapat melakukan abortus

    medisinalis, hal tersebut diperiksa oleh penyidik dan dilanjutkan dengan

    pemeriksaan di pengadilan.

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    17/21

    17

    BAB III

    ILUSTRASI KASUS DAN DISKUSI

    Riska adalah pacar gelap seorang direktur Bank pemerintah. Setelah

    berhubungan lebih kurang satu tahun, ternyata Riska hamil, dan ia memberitahu

    Andi tersebut atas kehamilannya. Andi khawatir dan takut jika rahasianya

    terbongkar dan akan mengancam kariernya. Dengan modus bujukan, dirayunyalah

    si Riska agar mau menggugurkan kandungannya, tetapi Riska menolak mentah-

    mentah bujukan tersebut. Andi panik, dan segala kecemasannnya akhirnya ia

    minta bantuan seorang dokter kebidanan dan kandungan, untuk membantunya

    melakukan aborsi pada Riska.

    Dokter tersebut memberikan semacam obat, dan dengan alasan untuk

    meningkatkan stamina agar kehamilan Riska terjaga, obat tersebut

    diminumkannya kepada Riska. Selang beberapa hari terjadilah pendarahan, dan si

    Andi membawa Riska ke Klinik Dokter Kebidanan untuk pura-pura minta

    pertolongan. Dokter menjelaskan bahwa kehamilan Riska tidak bisa

    dipertahankan, dan harus dilakukan kuretase (pengeluaran janin). Riska terkejut,

    kenapa harus secepat itu dilakukan kuretase, padahal pendarahannya hanya

    sedikit.

    Tanpa bisa melakukan perlawanan, Riska pasrah dilakukannya kuretase

    meskipun dalam hati kecilnya rencana untuk menjebak Andi jadi suaminya

    terancam gagal. Setelah Riska sembuh, ia pun melaporkan kejadian tersebut ke

    Kantor Polisi, dengan isi laporan bahwa suaminya dengan bantuan seorang dokter

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    18/21

    18

    kebidanan telah melakukan aborsi atas kehamilannya. Polisi pun melakukan

    penyelidikan dan dilanjutkan ke tahap penyidikan.

    Pada saat polisi mengumpulkan alat bukti, polisi mendapatkan catatan

    medis Riska berisi bahwa Riska mengalami pendarahan hebat dan akan

    mengancam jiwanya, sehingga dengan persetujuan Mona dan (suaminya) dokter

    melakukan kuretase. Dokumen catatan medik lengkap, bukti persetujuan Riska

    ada, lalu Polisi menginterogasi dokter kebidanan, dan dokter tersebut bersikukuh

    bahwa ia harus menyelamatkan jiwa Riska dan menurutnya perbuatannya tersebut

    sudah sesuai dengan Sumpah Profesi dan Kode Etiknya.

    Dalam ilustrasi diatas, dokter tersebut terkena KUHP pasal 299 karena

    menbujuk atau menyuruh Riska untuk melakukan tindakan abortus, serta pasal

    535 karena Andi menunjukan sarana untuk menggugurkan kandungannya.

    Sementara dokter akan terjerat pasal 384 tentang tindakan penggugurankandungan

    dengan persetujuan, serta terjerat pasal 15 ayat 2 tentang sarana yang memiliki

    tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut.

    Dari kasus tersebut, bila perbuatan dokter yang mengambil tindakan aborsi

    dengan membuat catatan medis palsu ayat 1 dan 3, dengan hukuman penjara

    paling lama 4 tahun. Bila memang ada indikasi untuk dilakukan tindakan abortus

    dan sesuai dengan keahlian dan wewenang demi menyelamatkan Riska, maka

    dokter telah melakukan kewajiban dengan benar. Namun bila Riska mempunyai

    penyakit yang beresiko pada kehamilannya maka dokter harus melakukan

    konsultasi terlebih dahulu dengan tim medis lainnya. Serta dokter melakukan

    tindakan abortus bukan pada tempat yang seharusnya, dalam hal ini adalah

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    19/21

    19

    tempat-tempat yang ditunjuk oleh pemerintah sesuai dengan syarat-syarat yang

    telah disebutkan diatas.

    Dugaan lainnya yaitu, tentang pemberian obat yang telah diberikan kepada

    Riska, apakah obat tersebut berbahaya bagi kandungan Riska, apabila obat

    tersebut berbahaya maka dokter tersebut dapat dijerat dengan pasal 356 ayat 3.

    Jika dokter terbukti melakukan tindakan medis tanpa indikasi medis, maka dokter

    dapat terjerat pasal 80 ayat 1, dan terjerat pasal 90 KUHP tentang gugurnya atau

    matinya tentang kandungan seorang perempuan.

    Sedangkan upaya polisi untuk menindaklanjuti aduan Riska, ada beberapa

    kemungkinan yang dapat terjadi, salah satunya polisi akan kesulitan untuk

    memproses dokter, karena dokter memiliki alibi, bahwa tindakannya tersebut atas

    persetujuan Riska serta tindakannya dilakukan berdasarkan atas indikasi adanya

    perdarahan. Jika dokter terbukti melakukan tindakan penganiayaan yang

    menimbulkan sakit atau luka atau terhadap kesehatan, diancam pidana penjara

    maksimal 2 tahun 8 bulan yang diatur pada pasal 351 ayat 1, dan pidana maksmal

    4 tahun yang diatur pada pasal 353 ayat 1.

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    20/21

    20

    BAB IV

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    Abortus provocatus artificial terapeutik dilegalkan dalam segi hukum di

    Indonesia dan menurut ketentuan profesional seorang dokter atas indikasi

    menyelamatkan ibu yang mengandung. Sedangkan Abortus provocatus kriminalis

    dilarang di Indonesia karena jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan

    kedalam abortus ilegal dan dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu hamil

    dengan kehamilan yang tidak diinginkan.

    Hal penting yang perlu diperhatikan terhadap kasus abortus antara lain;

    pemeriksaan terhadap adanya tanda-tanda kehamilan, usaha penghentian

    kehamilan, toksikologik, pemeriksaan luar dan pembedahan jenazah, pemeriksaan

    mikroskopik, dan penentuan umur janin atau usia kehamilan.

    Adapun Undang-undang yang mengatur tentang abortus ilegal adalah UU

    No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, sedangkan abortus ilegal diatur dalam

    KUHP, yaitu pasal 299, 346, 347, 348, 349. Oleh karena itu sebagai seorang

    dokter kita harus melaporkan kepada pihak yang berwenang mengenai praktik

    aborsi ilegal agar dapat meminimalisir terjadinya kasus aborsi ilegal yang berhasil

    dan tidak melangggar sumpah dokter yaitu menghormati setiap hidup insani.

  • 8/11/2019 REFERAT Abortus Fix

    21/21

    21

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (Edisi Pertama).

    Jakarta. Binarupa Aksara

    2. Chadha, PV. Abortus dalam Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan

    Toksikologik.1995. Jakarta : Widya Medika. 919.

    3. Prawirohardjo S. Editor: Saifuddin A.B. Perdarahan Pada Kehamilan

    Muda : Abortus. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

    Dan Neonatal. Ed. 1. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

    Sarwonoprawirohardjo. 2008. p145-50.

    4. Budianto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S,

    et all. Pengguguran Kandungan dalam buku: Ilmu Kedokteran Forensik.

    Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia. 1997. p159-164.

    5.

    Dahlan S. Pengguguran Kandungan dalam buku: Ilmu Kedokteran

    Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Balai

    Penerbit Universitas Diponegoro. 2004. p137-139.

    6. Waluyadi. Aborsi Menurut Hukum dan Ilmu Kedokteran dalam buku Ilmu

    Kedokteran Kehakiman. Jakarta: Djambatan, 2007. p77-99.