RANCANGAN DRAF AWAL

66
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum, memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di dalam Kabupaten; b. bahwa pengakuan terhadap nilai budaya, adat istiadat serta asal-usul sebagai jati diri masyarakat Desa perlu mendapat wadah pemeliharaan dan pengaturan dalam bentuk Peraturan Daerah; c. bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan dan tantangan global dipandang perlu menyelenggarakan otonomi desa dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab yang diwujudkan dengan peraturan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, otonomi desa asli, peran serta masyarakat; d. bahwa materi Peraturan-peraturan Daerah yang mengatur tentang Desa yang telah ada belum sepenuhnya mencerminkan semangat Otonomi Daerah sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang memberikan kewenangan kepada Desa untuk mengatur

Transcript of RANCANGAN DRAF AWAL

Page 1: RANCANGAN DRAF AWAL

PEMERINTAH KABPERATURAN DAERA

NOMO

PEME

DENGAN RAHM

BUPA

Menimbang : a. bahwa D

memiliki

kepenting

usul dan

sistem Pe

Kabupaten

b. bahwa pe

serta asal-

mendapat

bentuk Pe

c. bahwa da

tantangan

otonomi d

luas, nyat

dengan

demokras

d. bahwa m

mengatur

sepenuhny

sebagaima

Tahun 1

memberik

UPATEN LOMBOK TIMUR H KABUPATEN LOMBOK TIMUR R 6 TAHUN 2004

TENTANG

RINTAHAN DESA

AT TUHAN YANG MAHA ESA

TI LOMBOK TIMUR,

esa sebagai kesatuan masyarakat hukum,

kewenangan untuk mengatur dan mengurus

an masyarakat setempat berdasarkan asal

adat istiadat setempat yang diakui dalam

merintahan Nasional dan berada di dalam

;

ngakuan terhadap nilai budaya, adat istiadat

usul sebagai jati diri masyarakat Desa perlu

wadah pemeliharaan dan pengaturan dalam

raturan Daerah;

lam menghadapi perkembangan keadaan dan

global dipandang perlu menyelenggarakan

esa dengan memberikan kewenangan yang

a dan bertanggung jawab yang diwujudkan

peraturan sesuai dengan prinsip-prinsip

i, otonomi desa asli, peran serta masyarakat;

ateri Peraturan-peraturan Daerah yang

tentang Desa yang telah ada belum

a mencerminkan semangat Otonomi Daerah

na diamanatkan Undang-undang Nomor 22

999 tentang Pemerintahan Daerah, yang

an kewenangan kepada Desa untuk mengatur

Page 2: RANCANGAN DRAF AWAL

2

dan mengurus sendiri rumah tangganya, sehingga perlu

untuk disempurnakan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud huruf a, b, c dan d, dipandang perlu

membentuk Peraturan Daerah tentang Pemerintahan

Desa;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Dalam Wilayah

Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan

Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958

Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655);

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-

Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974

Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999

Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999

Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggara Negara Yang Bebas dan Bersih dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun

1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3851);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi

Page 3: RANCANGAN DRAF AWAL

3

Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000

Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001

Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang

Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran

Negara Tahun 2001 Nomor 142, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4155);

9. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang

Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan

Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan

Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan

Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70)

10. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata

Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah;

Dengan persetujuan :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMERINTAHAN

DESA

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah Otonom

yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah.

Page 4: RANCANGAN DRAF AWAL

4

2. Bupati adalah Bupati Lombok Timur.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Timur.

4. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi.

5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam

sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Kabupaten.

6. Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan di

Desa yang dilaksanakan oleh Kepala Desa sebagai badan eksekutif dan

Badan Perwakilan Desa sebagai Badan Legislatif.

7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa.

8. Kepala Desa adalah Kepala organisasi Pemerintah Desa yang

melaksanakan tugas dibidang pemerintahan, pembangunan dan

pembinaan kemasyarakatan.

9. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan

Perwakilan di Desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat

Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi serta melakukan

pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

10. Perangkat Desa adalah pembantu Kepala Desa yang terdiri dari unsur

staf, unsur pelaksana dan unsur wilayah yang dipilih dan/atau diangkat

oleh Kepala Desa atas persetujuan BPD.

11. Sekretaris Desa adalah unsur staf/pelayanan dibidang ketatausahaan dan

memimpin sekretariat Desa.

12. Kepala Urusan adalah unsur staf yang membantu Sekretaris Desa yang

menangani urusan tertentu.

13. Pelaksana teknis adalah petugas yang membantu Kepala Desa dalam

bidang teknis tertentu yang dibentuk oleh Kepala Desa berdasarkan

kebutuhan dan kemampuan Desa.

14. Panitia Pemilihan adalah Panitia yang bertugas untuk melaksanakan

pemilihan Kepala Desa, anggota BPD dan Perangkat Desa.

Page 5: RANCANGAN DRAF AWAL

5

15. Panitia Teknis adalah panitia yang bertugas membantu Panitia Pemilihan

untuk menyelenggarakan pendaftaran pemilih, pemungutan suara dan

perhitungan suara pemilihan Kepala Desa, Anggota BPD dan Kepala

Dusun.

16. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah Lembaga yang dibentuk oleh

masyarakat sesuai kebutuhan Desa yang merupakan mitra Pemerintahan

Desa dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan.

17. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disingkat BUMDES adalah

badan usaha yang berbentuk badan hukum sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

18. Pembentukan Desa adalah tindakan mengadakan Desa baru di luar atau

di dalam wilayah Desa-Desa yang telah ada.

19. Penghapusan Desa adalah tindakan meniadakan Desa yang ada akibat

tidak memenuhi syarat dan/atau digabung dengan Desa terdekat.

20. Penggabungan Desa adalah penyatuan dua Desa atau lebih menjadi Desa

baru.

21. Dusun adalah wilayah Desa yang merupakan lingkungan kerja

pelaksanaan Pemerintahan Desa.

22. Peraturan Desa adalah aturan hukum tertulis yang ditetapkan oleh

Kepala Desa dengan persetujuan BPD yang mengatur tertib kehidupan

masyarakat yang mempunyai kedudukan hukum tertinggi di Desa dan

mengikat seluruh warga Desa serta pihak-pihak lain yang berkepentingan

dengan Desa tersebut.

23. Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,

diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu

jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan

berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 6: RANCANGAN DRAF AWAL

6

BAB II PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

Bagian Kesatu Pembentukan Desa

Pasal 2

Tujuan pembentukan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah untuk

meningkatkan pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan yang baik,

serta pengembangan partisipasi masyarakat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemajuan pembangunan.

Pasal 3

(1) Desa dapat dibentuk atas prakarsa atau usulan masyarakat dengan

memperhatikan asal-usul Desa dan persyaratan yang ditentukan sesuai

dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

(2) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat terjadi

karena pembentukan Desa baru di luar Desa yang telah ada atau sebagai

akibat pemekaran Desa dan/atau penataan Desa.

(3) Syarat Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memperhatikan :

a. Jumlah penduduk paling sedikit 2.500 jiwa atau 500 KK ;

b. Faktor wilayah mudah dijangkau dalam memberikan pelayanan dan

pembinaan masyarakat;

c. Kondisi sosial budaya masyarakat mendukung kehidupan beragama

dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tata nilai dan adat

istiadat serta kearifan lokal setempat ;

d. Memiliki potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam dan

prasarana infrastruktur untuk menunjang penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan Desa;

e. Tersedia atau dapat menyediakan sarana dan prasarana pemerintahan

dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

(4) Usulan pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus

menyebutkan nama, luas wilayah, jumlah penduduk, batas desa, jumlah

dusun, sarana dan prasarana yang dimilki, kondisi sosial budaya dan

Page 7: RANCANGAN DRAF AWAL

7

potensi desa termasuk kekayaan Desa serta dilengkapi dengan peta

wilayah dan monografi Desa.

(5) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

(6) Perubahan batas yag tidak mengakibatkan penghapusan suatu Desa,

perubahan nama Desa serta perubahan wilayah dan pusat Pemerintahan

Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati

(7) Pengaturan lebih lanjut mengenai usulan pembentukan Desa diatur

dalam Keputusan Bupati dengan persetujuan DPRD.

Bagian Kedua

Penghapusan dan Penggabungan Desa

Pasal 4

(1) Desa yang kondisi sosial masyarakat dan wilayahnya tidak lagi

memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung dengan Desa lain.

(2) Penghapusan atau penggabungan Desa dilakukan atas usul dan prakarsa

masyarakat Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan dan

penggabungan Desa diatur dengan Keputusan Bupati dengan persetujuan

DPRD.

Bagian Ketiga Dusun

Pasal 5

(1) Wilayah Desa dapat dibagi dalam wilayah Dusun atau sebutan lain yang

merupakan lingkungan kerja pemerintahan Desa berdasarkan adat

istiadat dan asal-usul Desa.

(2) Pembentukan Dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terjadi karena

pembentukan Dusun baru di luar Dusun yang telah ada atau sebagai

akibat pemekaran dan atau penggabungan Dusun.

Pasal 6

Tujuan pembentukan Dusun atau yang disebut dengan nama lain adalah

untuk memperlancar dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

Page 8: RANCANGAN DRAF AWAL

8

menyelenggarakan pemerintahan di tingkat Dusun dalam wilayah Desa, serta

mengembangkan partisipasi masyarakat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemajuan pembangunan.

Pasal 7

Pembentukan Dusun didasarkan pada aspirasi dan prakarsa masyarakat

dengan memperhatikan hak asal-usul, adat istiadat, serta persyaratan lain

yang ditentukan sesuai kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Pasal 8

Syarat pembentukan Dusun harus memperhatikan :

a. Jumlah penduduk paling sedikit 750 jiwa atau 150 KK ;

b. Luas wilayah sekurang-kurangnya 50 ha ;

c. Letak Dusun dapat terjangkau kendaraan bermotor ;

d. Tersidia atau dapat menyediakan sarana dan prasarana pemerintahan

dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa ;

e. Desa mampu menyediakan tanah pecatu dan/atau tunjangan untuk

Kepala Dusun dan Biaya administrasi Dusun yang berasal dari Sumber

Pendapatan Desa.

Pasal 9

Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan Dusun diatur

dengan Keputusan Bupati.

Bagian Keempat

Wewenang, Kewajiban dan Hak

Pasal 10

(1) Kewenangan Desa mencakup :

a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa ;

b. Kewenangan yang oleh Peraturan perundang–undangan yang berlaku

dan belum dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah ;

c. Kewenangan melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah,

Pemerintah Propinsi, dan/atau Pemerintah Kabupaten sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 9: RANCANGAN DRAF AWAL

9

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

a. Menyelenggarakan Pemerintahan Desa ;

b. Membentuk dan menetapkan susunan organisasi Pemerintahan Desa ;

c. Mengangkat dan memberhentikan Perangkat Desa ;

d. Menyusun dan menetapkan Peraturan Desa ;

e. Menyusun dan menetapkan APBDes ;

f. Memberdayakan dan melestarikan lembaga adat ;

g. Membentuk dan menetapkan lembaga kemasyarakatan

h. Mengadakan kerjasama antar Desa ;

i. Menggali dan menetapkan sumber-sumber pendapatan Desa ;

j. Membentuk dan menetapkan Badan Usaha Milik Desa;

k. Melakukan pinjaman Desa ;

l. Mengeluarkan izin skala Desa ;

m. Mengadakan dan menetapkan tanah kas Desa, harta dan kekayaan

Desa ;

n. Menyelenggarakan dan memelihara keamanan dan ketertiban Desa ;

o. mengadakan dan menata administrasi kependudukan;

p. Pengelolaan tugas pembantuan ;

q. Mengelola Bagian Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah

yang diterima oleh Kabupaten yang diperuntukkan bagi Desa ;

r. Menyelenggarakan pembangunan Desa, menggerakkan serta

melestarikan nilai nilai gotong royong dan menumbuh kembangkan

partisipasi masyarakat.

Pasal 11

Bidang-bidang kewenangan Desa di masing-masing Desa disesuaikan dengan

kemampuan dan kondisi Desa dan diajukan kepada Bupati untuk mendapat

pengakuan.

Pasal 12 Kewajiban Desa meliputi :

a. Membina dan memberdayakan kehidupan masyarakat Desa ;

Page 10: RANCANGAN DRAF AWAL

10

b. Mendorong dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan Desa sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

evaluasi ;

c. Menumbuhkembangkan demokratisasi, membina keanekaragaman, dan

melindungi hak-hak masyarakat;

d. Membina sosial ekonomi masyarakat ;

e. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat ;

f. Membina kerukunan hidup antar dan inter ummat beragama;

g. Membina dan menjaga kelestarian adat istiadat dan kearifan lokal yang

hidup dan berkembang di Desa.

Pasal 13

Hak Desa meliputi penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri dengan

memperhatikan hak asal usul, keanekaragaman, partsisipasi masyarakat,

demokratisasi kearifan lokal dan adat istiadat yang sesuai dengan tata nilai

yang berkembang di masyarakat.

BAB III PEMERINTAHAN DESA

Pasal 14

Di Desa dibentuk Pemerintahan Desa yang terdiri dari Pemerintah Desa

sebagai Badan Eksekutif Desa dan BPD sebagai Badan Legislatif Desa.

BAB IV

PEMERINTAH DESA

Bagian Kesatu Susunan Pemerintah Desa

Pasal 15

(1) Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.

(2) Susunan Organisasi Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada

Pasal 14 terdiri dari :

a. Kepala Desa.

b. Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang membawahi

Kepala-kepala Urusan.

Page 11: RANCANGAN DRAF AWAL

11

c. Pelaksana Teknis Lapangan.

d. Kepala Dusun.

(2) Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Desa adalah sebagaimana

tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua Kepala Desa

Paragraf 1

Kedudukan

Pasal 16 (1) Kepala Desa memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.

(2) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa :

a. bertanggung Jawab kepada rakyat melalui BPD ;

b. menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada

Bupati dengan tembusan Camat.

(3) Pertangggungjawaban dan laporan pelaksanaan tugas Kepala Desa

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) disampaikan sekurang-

kurangnya sekali dalam setahun.

(4) Tata cara pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib BPD.

(5) Pedoman penyusunan tata tertib BPD ditetapkan dengan Keputusan

Bupati.

Paragraf 2 Pencalonan dan Pemilihan Kepala Desa

Pasal 17

(1) Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa dari Calon yang

memenuhi syarat.

(2) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah Warga Negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat :

a. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa ;

b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945 ;

Page 12: RANCANGAN DRAF AWAL

12

c. Tidak Pernah terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam kegiatan

yang menghianati Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945,

G.30.S/PKI dan/atau kegiatan organisasi yang terlarang ;

d. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

dan/atau berpengetahuan sederajat.

e. Berumur minimal 25 tahun dan maksimal 60 Tahun;

f. Sehat jasmani dan rohani ;

g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya;

h. Berkelakuan baik, jujur dan adil;

i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana ;

j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum yang tetap ;

k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat ;

l. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa ;

m. Terdaftar sebagai penduduk dan berdomisili di Desa setempat

sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terakhir secara terus menerus,

terkecuali bagi putra Desa yang berada di luar Desa yang

bersangkutan;

n. Mendapatkan dukungan sekurang-kurangnya 2 ½ % (dua setengah)

persen dari jumlah pemilih yang dibuktikan dengan poto copy KTP

yang tersebar dilebih dari setengah jumlah Dusun di Desa tersebut;

dan

o. Memenuhi syarat – syarat lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi

atau adat istiadat setempat, yang diatur dalam Peraturan Desa.

(3) Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan melalui tahapan penjaringan, penyaringan bakal calon,

penetapan calon dan pemilihan.

Pasal 18

(1) Bakal calon Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri, selain memenuhi

persyaratan sebagimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2), diharuskan pula

memperoleh izin tertulis dari Instansi induknya.

Page 13: RANCANGAN DRAF AWAL

13

(2) Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Kepala Desa dibebas tugaskan

untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjabat sebagai

Kepala Desa dengan tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Bakal calon Kepala Desa dari TNI/Polri selain memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2), diharuskan pula memenuhi

ketentuan dan persyaratan interen kesatuan masing-masing.

Pasal 19

(1) Kepala Desa yang berakhir masa jabatannya pada periode pertama dapat

mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa untuk periode kedua

dengan ketentuan :

a. Pertanggungjawaban akhir masa jabatan pada periode pertama

diterima oleh BPD;

b. Harus dinonaktifkan dari sisa masa jabatannya.

(2) Selama kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinonaktifkan,

BPD menunjuk Sekretaris Desa atau Kepala urusan untuk melaksanakan

tugas dan kewajiban Kepala Desa.

Pasal 20

(1) Anggota BPD yang mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa,

harus mengajukan permohonan non aktif sebagai anggota BPD selama

mengikuti proses pemilihan Kepala Desa Kepada Bupati melalui

Pimpinan BPD dengan tembusan Camat.

(2) Anggota BPD yang tidak terpilih menjadi Kepala Desa, diusulkan oleh

Pimpinan BPD kepada Bupati untuk diaktifkan kembali sebagai anggota

BPD.

Pasal 21 (1) Perangkat Desa yang mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa,

harus mengajukan permohonan nonaktif dari jabatannya kepada Kepala

Desa.

(2) Apabila permohonan nonaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disetujui, maka Kepala Desa dapat menunjuk salah seorang staf

Page 14: RANCANGAN DRAF AWAL

14

Sekretariat Desa untuk melaksanakan tugas dan kewajiban Perangkat

Desa yang mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa

(3) Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan

Keputusan Kepala Desa.

(4) Perangkat Desa yang tidak terpilih menjadi calon Kepala Desa diaktifkan

kembali menjadi Perangkat Desa dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 22

Permohonan untuk menjadi calon Kepala Desa diajukan secara tertulis oleh

bakal calon Kepada BPD melalui panitia pemilihan dengan dilengkapi

persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan.

Pasal 23

Yang dapat memilih calon Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga Negara

Republik Indonesia yang :

a. Terdaftar sebagai penduduk Desa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan

dengan terus menerus yang dibuktikan dengan KTP dan/atau surat

keterangan domisili dari Kepala Desa setempat;

b. Sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin ;

c. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ;

d. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;

e. Tidak pernah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam suatu

kegiatan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 seperti G 30 S/PKI dan atau

organisasi terlarang lainnya kecuali ditentukan lain oleh Peraturan

Perundang-undangan yang beralaku.

Pasal 24

(1) Penjaringan bakal calon Kepala Desa dilakukan oleh Panitia Pemilihan

setelah berkonsultasi dengan BPD.

(2) Penyaringan bakal calon dilakukan setelah melalui tahap penjaringan.

Page 15: RANCANGAN DRAF AWAL

15

(3) Penyaringan bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meyangkut

persyaratan administrasi dan seleksi akademis.

Pasal 25

(1) Jumlah bakal calon Kepala Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.

(2) Apabila dalam pelaksanaan penjaringan hanya terdapat 1 (satu) orang

Bakal Calon, proses penjaringan diperpanjang dalam waktu 15 (lima belas)

hari.

(3) Apabila sampai berakhirnya jangka waktu perpanjangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) masih terdapat 1 (satu) orang, Bakal Calon

tersebut dapat diproses lebih lanjut.

Paragraf 3

Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas dan Panitia Teknis

Pasal 26

(1) Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia

Pemilihan dan Panitia Pengawas.

(2) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melakukan

pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang

ditentukan, melaksanakan pemungutan suara dan melaporkan

pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD.

(3) Panitia Pemilihan atas persetujuan BPD membentuk Panitia Teknis yang

bertugas untuk membantu Panitia Pemilihan dalam penyelenggaraan

pemilihan Kepala Desa di tingkat TPS.

(4) Keanggotaan Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas dan Panitia Teknis

terdiri dari Perangkat Desa, anggota BPD, pengurus lembaga

kemasyarakatan Desa dan tokoh masyarakat.

(5) Susunan keanggotaan Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas dan Panitia

Teknis sekurang-kurangnya terdiri dari :

a. Ketua;

b. Wakil ketua;

c. Sekretaris; dan

d. Beberapa anggota sesuai dengan kebutuhan.

Page 16: RANCANGAN DRAF AWAL

16

(6) Pengaturan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi Panitia Pemilihan,

Panitia Pengawas dan Panitia Teknis diatur dengan keputusan Bupati.

Paragraf 4

Sosialisasi dan Kampanye

Pasal 27

Sebelum penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa, Panitia Pemilihan

mengadakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai rencana pemilihan,

proses pemilihan dan tata cara pemilihan.

Pasal 28

(1) Dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa, dapat diadakan

kampanye oleh Calon Kepala Desa dan/atau tim kampanye yang

ditunjuknya.

(2) Dalam kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masyarakat Desa

mempunyai kebebasan untuk menghadiri kampanye.

(3) Kegiatan kampanye dilakukan oleh Calon selama 7 (tujuh) hari dan

berakhir 2 (dua) hari sebelum hari pemungutan suara.

(4) Penyampaian materi kampanye dilakukan secara sopan, tertib dan

bersifat edukatif.

(5) Dalam kampanye dilarang menggunakan :

a. Tempat Ibadah;

b. Kantor Pemerintah dan Sekolah-sekolah Pemerintah.

Pasal 29

Kampanye sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 dapat dilakukan melalui :

a. pertemuan terbatas;

b. tatap muka;

c. penyebaran bahan kampanye kepada umum;

d. pemasangan tanda gambar calon;

e. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan

Pasal 30

Biaya kampanye dibebankan kepada masing-masing calon.

Page 17: RANCANGAN DRAF AWAL

17

Pasal 31

Pengaturan mengenai tempat pelaksanaan, waktu, mekanisme dan sistem

kampanye serta biaya pelaksanaan kampanye diatur oleh Panitia Pemilihan.

Paragraf 5

Pelaksanaan Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara

Pasal 32

Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada masyarakat di

tempat-tempat yang terbuka atau sesuai dengan kondisi sosial budaya

masyarakat setempat.

Pasal 33

(1) Pemungutan suara pemilihan Kepala Desa diselenggarakan secara

serentak di tingkat TPS dan dihadiri calon atau saksi yang ditunjuk.

(2) Pemungutan suara sebagaima dimaksud pada ayat (1) diadakan secara

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

(3) Hari, tanggal dan waktu pemungutan suara pemilihan Kepala Desa

ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.

(4) Waktu dan hari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dimulai pada pukul

08.00 sampai dengan pukul 14.00 Waktu Indoensia Tengah.

Pasal 34

Pemungutan suara terhadap calon Kepala Desa tunggal dilakukan dengan

mencoblos tanda gambar calon yang disejajarkan dengan kolom kotak

kosong.

Pasal 35

(1) Apabila terdapat 2 (dua) orang atau lebih calon Kepala Desa yang

memperoleh suara terbanyak berjumlah sama, diadakan pemilihan ulang.

(2) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak penandatangan Berita Acara yang

diikuti oleh calon yang memperoleh suara terbanyak sama.

(3) Apabila dalam pemilihan ulang hasilnya masih sama diadakan pemilihan

ulang paling lambat 6 (enam bulan) sejak penandatangan Berita Acara.

Page 18: RANCANGAN DRAF AWAL

18

(4) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

terdapat calon mengundurkan diri dan sisanya terdapat hanya 1 (satu)

orang, calon tersebut ditetapkan sebagai kepala Desa Terpilih tanpa

melaksanakan pemilihan ulang.

Pasal 36

(1) Pemilihan kepala Desa dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh

sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah pemilih yang

disahkan.

(2) Apabila sampai berakhirnya pemungutan suara, quorum belum tercapai,

perhitungan suara diundur paling lama 3 (tiga) jam dengan ketentuan

telah mencapai ½ (setengah) dari jumlah Pemilih yang telah disahkan.

(3) Apabila setelah pengunduran waktu pemungatan suara sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) quorum masih belum tercapai, maka

pemungutan suara dinyatakan batal dan pemungutan suara diulang pada

hari lain.

(4) Pelaksanaan ulang pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dilaksanakan selambat-lambatnya 30 hari sejak pemungutan suara

dinyatakan batal.

Pasal 37

(1) Pemberian suara untuk pemilihan Calon Kepala Desa dilakukan dengan

mencoblos salah satu tanda gambar Calon yang berhak dipilih pada Bilik

yang sudah dipersiapkan oleh Panitia.

(2) Pemilih hanya memberikan suara kepada 1 (satu) orang Calon.

(3) Pemilih yang berhalangan hadir, tidak dapat mewakilkan hak suaranya

kepada orang lain.

(4) Pengaturan mengenai bentuk surat suara dan tanda gambat calon Kepala

Desa diatur dengan Keputusan BPD atas usul Panitia Pemilihan.

(5) Pengaturan mengenai pemberian sura bagi pemilih yang cacat akan

ditaur dengan Keputusan Bupati.

Page 19: RANCANGAN DRAF AWAL

19

Pasal 38

Surat suara dinyatakan batal apabila :

a. Tidak memakai surat suara yang telah ditentukan;

b. Tidak terdapat tanda tangan Panitia Pemilihan;

c. Memuat tanda/kode yang menunjukkan identitas pemilih;

d. Mencoblos lebih dari satu calon;

e. Mencoblos di luar kolom tanda gambar yang disediakan.

Pasal 39 (1) Penghitungan suara dilakukan di masing-masing TPS oleh Panitia

Teknis.

(2) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh :

a. Panitia Pemilihan;

b. Panitia Pengawas;

c. Para calon Kepala Desa atau saksi yang ditunjuk oleh calon

(3) Penunjukan saksi calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,

disampaikan oleh calon kepada Panitia pemilihan dengan dilampiri surat

kuasa.

(4) Apabila calon dan/atau saksi calon yang ditunjuk tidak hadir, Panitia

Teknis dapat menunjuk salah seorang atau beberapa orang yang hadir

untuk menjadi saksi.

Pasal 40

(1) Penghitungan surat suara dapat dialihkan ke tempat lain oleh Panitia

Pemilihan apabila situasi dan kondisi keamanan tidak memungkinkan.

(2) Pengalihan tempat penghitungan surat suara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan setelah berkoordinasi dengan Panitia Pengawas

dan BPD.

Pasal 41

(1) Apabila terjadi perbedaan antara jumlah pemilih yang menggunakan hak

pilihnya dengan jumlah surat suara, Panitia Pemilihan dapat mengusulkan

pembatalan pemungutan suara di TPS yang terjadi perbedaan setelah

bermusyawarah dengan Panitia Pengawas dan para calon Kepala Desa.

Page 20: RANCANGAN DRAF AWAL

20

(2) Hasil Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam

Berita Acara dan disampaikan kepada BPD.

(3) Selambat-lambatnya 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam, Ketua BPD

menyelenggarakan Rapat Paripurna Khusus untuk membahas usul

pembatalan pemungutan suara.

(4) Apabila usul pembatalan pemungutan suara disetujui, BPD segera

menetapkan jadwal pemungutan suara ulang selambat-lambatnya 15 (lima

belas) hari.

Pasal 42

(1) Untuk memberikan pertimbangan kepada Bupati dalam mengesahkan

Keputusan BPD tentang Penetapan Calon terpilih, Bupati membentuk

Panitia Penelitian Kabupaten dengan Keputusan Bupati.

(2) Susunan keanggotaan, tugas dan tanggung jawab Panitia Penelitian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan

Bupati.

Paragraf 6

Penetapan Calon Terpilih

Pasal 43

(1) Panitia Pemilihan menetapkan Calon terpilih, setelah menyelenggarakan

rapat perhitungan suara yang dihadiri oleh Panitia Pengawas, Panitia

Teknis dan para calon atau saksi calon.

(2) Calon yang dinyatakan sebagai calon terpilih adalah yang memperoleh

suara terbanyak.

(3) Hasil rapat perhitungan suara dan penetapan calon Kepala Desa terpilih

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara dan

ditandatangani oleh seluruh anggota panitia Pemilihan, Panitia Pengawas

dan para calon atau saksi calon dengan diketahui pimpinan BPD.

(4) Apabila ada calon atau saksi calon yang tidak menandatangani Berita

Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Berita Acara perhitungan

suara tetap dinyatakan sah.

Page 21: RANCANGAN DRAF AWAL

21

Pasal 44

Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah penandatanganan Berita Acara

perhitungan suara dan penetapan Calon terpilih, Panitia pemilihan

menyampaikan kepada pimpinan BPD dengan tembusan Camat.

Pasal 45

(1) Calon Kepala Desa diberikan kesempatan untuk menyampaikan

keberatan terhadap proses pelaksanaan pemilihan kepada BPD selambat-

lambatnya 3 x 24 jam sejak panitia pemilihan menetapkan calon Kepala

Desa terpilih dengan disertai bukti-bukti.

(2) Selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak menerima keberatan Calon

Kepala Desa, BPD menyelenggarakan rapat khusus membahas

permasalahan tersebut untuk diambil keputusan.

(3) Apabila selama batas waktu yang telah diberikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) calon Kepala Desa tidak mengajukan keberatan, BPD

menyatakan pemilihan Kepala Desa sah.

Pasal 46

Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima Berita Acara

Penetapan Calon terpilih, BPD menyelenggarakan Rapat Paripurna untuk

menetapkan Calon kepala Desa Terpilih menjadi Kepala Desa Terpilih

dengan Keputusan BPD.

Paragraf 7

Pengesahan dan Pelantikan Kepala Desa

Pasal 47 (1) Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah BPD menetapkan calon

Kepala Desa terpilih, Ketua BPD mengusulkan kepada Bupati untuk

mendapat pengesahan.

(2) Usulan Ketua BPD sebagimana dimaksud ayat (1) dilampiri dengan

Keputusan BPD tentang Calon Kepala Desa Terpilih, Berita Acara

Pemilihan dan Berita Acara Perhitungan Perolehan Suara Pemilihan

Kepala Desa.

Page 22: RANCANGAN DRAF AWAL

22

(3) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima usul Ketua

BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati menerbitkan

Keputusan tentang Pengesahan Kepala Desa terpilih.

Pasal 48

Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkannya Keputusan

Bupati tentang Pengesahan Kepala Desa terpilih, Kepala Desa yang

bersangkutan dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 49

(1) Sebelum memangku jabatannya, kepala Desa mengucapkan sumpah/janji.

(2) Susunan kata-kata sumpah/janji Kepala Desa adalah sebagai berikut :

“Demi Allah (tuhan) saya bersumpah/janji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta segala Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia’’.

Pasal 50 (1) Kepala Desa diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih

kembali untuk periode 5 (lima) tahun berikutnya

(2) Apabila Kepala Desa telah menjabat 2 (dua) kali periode, yang

bersangkutan tidak boleh dicalonkan kembali untuk masa jabatan ketiga

kalinya di Desa bersangkutan.

Paragraf 8

Pemberhentian Sementara dan Pemberhentian Kepala Desa

Pasal 51

(1) Kepala Desa yang berstatus sebagai tersangka suatu tindak pidana, dapat

diusulkan oleh BPD untuk diberhentikan sementara dari jabatannya

kepada Bupati.

(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Keputusan Bupati .

Page 23: RANCANGAN DRAF AWAL

23

(3) Untuk menjalankan tugas sehari-hari Kepala Desa yang diberhentikan

sementara, Bupati menetapkan Pelaksana Tugas Kepala Desa atas usul

BPD.

(4) Selama Kepala Desa dikenakan pemberhentian sementara, pelaksanaan

tugas sehari-hari dilaksanakan Pelaksana Tugas Kepala Desa

(5) Apabila berdasarkan hasil penyidikan atau putusan Pengadilan, Kepala

Desa yang diberhentikan sementara tidak terbukti melakukan perbuatan

yang dituduhkan, maka BPD mengusulkan untuk mencabut Keputusan

Bupati tentang Pemberhentian Sementara.

(6) BPD mengusulkan pemberhentian Kepala Desa yang diberhentikan

sementara apabila terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan

putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 52 (1) Pertanggungjawaban Kepala Desa dilaksanakan setiap tahun, akhir masa

jabatan dan pertanggungjawaban hal-hal tertentu atas perhintaan BPD.

(2) Pertanggungjawaban tahunan dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga)

bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

(3) Apabila laporan pertanggungjawaban tahunan Kepada Desa ditolak,

maka Kepala Desa dalam tenggang waktu 30 hari setelah penolakan

harus mengajukan kembali LPJ tahunannya.

(4) Apabila untuk yang kedua kalinya ditolak maka BPD meminta kepada

Bupati untuk melakukan penyidikan.

Pasal 53

(1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya

masa jabatan Kepala Desa secara tertulis enam bulan sebelum berakhir

masa jabatan.

(2) 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa jabatan, Kepala Desa menyam

paikan pertanggungjawaban akhir masa jabatan kepada BPD.

(3) Pertanggungjawaban Kepala Desa yang ditolak oleh BPD termasuk

pertanggungjawaban keuangan, harus dilengkapi atau disempurnakan

Page 24: RANCANGAN DRAF AWAL

24

dan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari disampaikan

kembali kepada BPD.

(4) Apabila pertanggungjawaban Kepala Desa yang telah disempurnakan

ditolak untuk kedua kalinya, Kepala Desa yang bersangkutan tidak boleh

dicalonkan untuk periode berikutnya.

Pasal 54

Kepala Desa diberhentikan oleh Bupati atas usul BPD karena :

a. Meninggal dunia ;

b. Mengajukan permintaan sendiri ;

c. Tidak lagi memenuhi syarat atau melanggar sumpah ;

d. Berakhir masa jabatan dan telah dilantik Kepala Desa yang baru ;

e. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan/atau norma yang hidup dan

berkembang dalam masyarakat Desa, baik yang tertuang maupun tidak

dalam Peraturan Desa.

Pasal 55 (1) Bagi Kepala Desa yang tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan

kewajibannya karena sakit atau mengalami kecelakaan dalam

menjalankan tugasnya, maka sekretaris Desa ditunjuk oleh pejabat yang

berwenang untuk menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai

Kepala Desa atas usul BPD;

(2) Apabila setelah 6 (enam) bulan berdasarkan keterangan dotker penguji,

bahwa Kepala Desa dimaksud belum dapat menjalankan tugas,

wewenang dan kewajibannya, maka pejabat yang berwenang

memberhentikan yang bersangkutan dari jabatannya dan menetapkan

Pejabat Sementara Kepala Desa atas usul BPD.

Pasal 56

Pengaturan lebih lanjut mengenai Tata cara Pemberhentian Kepala Desa

diatur dalam Keputusan Bupati.

Page 25: RANCANGAN DRAF AWAL

25

Paragraf 9 Pejabat Sementara Kepala Desa

Pasal 57

(1) Pejabat Sementara Kepala Desa diangkat oleh Bupati atas usul BPD.

(2) Pejabat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah

Perangkat Desa pada Sekretariat Desa.

(3) Masa jabatan Kepala Desa Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) paling lama 1 (satu) tahun.

Paragraf 10

Tugas, Kewajiban dan Larangan Kepala Desa

Pasal 58

(1) Tugas dan Kewajiban Kepala Desa adalah :

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa ;

b. Membina Kehidupan Masyarakat Desa ;

c. Membina Perekonomian Desa ;

d. Memelihara Ketentraman dan Ketertiban masyarakat Desa ;

e. Mendamaikan Perselisihan Masyarakat Desa ;

f. Mewakili Desanya di dalam dan diluar pengadilan dan dapat

menunjuk kuasa hukumnya;

g. Mengajukan Rancangan Peraturan Desa dan bersama Badan

Perwakilan Desa menetapkan Peraturan Desa ;

h. Memelihara kelestarian adat-istiadat yang hidup dan berkembang di

Desa yang bersangkutan.

(2) Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a termasuk juga pelaksanaan pendataan penduduk untuk

kepentingan nasional dan melaporkannya kepada Pemerintah melalui

Bupati dengan tembusan camat .

(3) Untuk mendamaikan perselisihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf e, Kepala Desa dapat dibantu oleh Badan Perwakilan Desa ;

(4) Segala perselisihan yang telah didamaikan oleh Kepala Desa bersifat

mengikat pihak-pihak yang berselisih.

Page 26: RANCANGAN DRAF AWAL

26

Pasal 59

(1) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana dimaksud

pada Pasal 58 Kepala Desa wajib bersikap jujur dan bertindak adil,

transparan, dan tidak diskriminatif serta tidak mempersulit dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

(2) Kepala Desa yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dapat diusulkan untuk diberhentikan oleh BPD setelah

melalui teguran dan atau peringatan-peringatan secara lisan maupun

tertulis.

Pasal 60

Kepala Desa dilarang :

a. Membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi

dirinya, keluarganya dan kelompoknya;

b. Menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang patut dapat

diduga akan mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan

dilakukannya ;

c. Menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan

kecuali mewakili Desanya;

d. Dilarang merangkap jabatan sebagai :

− Anggota BPD;

− Pengurus BUMDes dan BUMD;

− Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa dan jabatan yang dilarangan

oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga

Perangkat Desa

Paragraf 1 U m u m

Pasal 61

(1) Perangkat Desa membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugas dan

kewajibannya.

Page 27: RANCANGAN DRAF AWAL

27

(2) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perangkat

Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

(3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

a. Sekretariat Desa sebagai unsur pelayanan yang dipimpin oleh seorang

Sekretaris yang membawahi paling sedikit tiga Urusan dan paling

banyak enam urusan yang membidangi urusan Pemerintahan,

Ekonomi dan Pembangunan, administrasi umum dan keuangan,

Ketentraman dan Ketertiban, serta Kesejahteraan Rakyat.

b. Pelaksana Teknis Lapangan;

a. Kepala Dusun sebagai unsur pembantu Kepala Desa.

Pasal 62

(1) Perangkat Desa dapat dipilih dan atau diangkat tanpa pemilihan sesuai

kondisi sosial budaya masyarakat setempat dari penduduk Desa yang

memenuhi persyaratan.

(2) Sekretaris Desa dan Kepala Urusan diangkat dan diberhentkan oleh

Kepala Desa atas persetujuan BPD.

(3) Kepala Dusun terpilih diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Desa atas

persetuuan BPD.

Pasal 63 Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan dan/atau

pengangkatan Perangkat Desa diatur dengan Keputusan Bupati.

Pasal 64

(1) Kepala Desa dan/atau Perangkat Desa yang akan menjadi calon anggota

legislati wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati

dengan tembusan Camat dan BPD.

(2) Bupati menyampaikan persetujuan atau penolakan secara tertulis kepada

Kepala Desa dan/atau Perangkat Desa pemohon, dengan tembusan Camat

dan BPD.

(3) Apabila permohonan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mendapat persetujuan, Bupati memberhentikan Kepala Desa yang

Page 28: RANCANGAN DRAF AWAL

28

bersangkutan dan menetapkan Pejabat Sementara Kepala Desa dengan

batas waktu sampai dengan penepatan anggota legislatif berdasarkan hasil

pemilihan umum.

(4) Apabila permohonan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mendapat persetujuan Bupati, Kepala Desa memberhentikan Perangkat

Desa yang bersangkutan dan menetapkan Pejabat Sementara Perangkat

Desa dengan persetujuan BPD.

Bagian Keempat Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa

Pasal 65

(1) Kepala Desa dan Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap setiap

bulannya dan/atau tunjangan lainnya sesuai kemampuan keuangan Desa.

(2) Penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam Anggaran pendapatan dan

Belanja Desa.

BAB V BADAN PERWAKILAN DESA

Bagian Kesatu Pembentukan

Pasal 66

(1) Di Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD

atau yang disebut dengan nama lain yang merupakan unsur Pemerintahan

Desa.

(2) Tujuan pembentukan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

sebagai mitra Pemerintah Desa untuk penyelengaraan pemerintahan yang

baik serta wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.

Pasal 67

Pembentukan BPD dilakukan oleh masyarakat Desa yang keanggotaannya

dipilih dari dan oleh penduduk Desa yang memenuhi persyaratan.

Page 29: RANCANGAN DRAF AWAL

29

Bagian kedua Syarat Anggota BPD

Pasal 68

(1) Yang dapat dipilih menjadi anggota BPD adalah penduduk Warga Negara

Indonesia yang memenuhi persyaratan.

(2) Persyaratan dimaksud ayat (1) adalah sebagaimana persyaratan untuk

menjadi calon Kepala Desa dimaksud Pasal 16 ayat (2).

Pasal 69

Pegawai Negeri yang mencalonkan diri sebagai anggota BPD, selain

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (2), diharuskan

pula memperoleh ijin dari Instansi Induknya.

Bagian Ketiga

Pemilihan Anggota BPD

Pasal 70

(1) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemilihan anggota BPD, Kepala Desa

membentuk Panitia pemilihan.

(2) Susunan Panitia Pemilihan terdiri dari :

a. Ketua;

b. Wakil ketua

c. Sekretaris merangkap anggota;

d. Beberapa orang anggota sesuai kebutuhan.

Pasal 71

(1) Untuk kelancaran pelaksanaan pemilihan anggota BPD, Panitia Pemilihan

membentuk Panitia Teknis di setiap TPS.

(2) Susunan Panitia Teknis terdiri dari :

a. Ketua;

b. Wakil ketua

c. Sekretaris merangkap anggota;

d. Beberapa orang anggota sesuai kebutuhan.

Page 30: RANCANGAN DRAF AWAL

30

Pasal 72

Pengaturan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung jawab Panitia

Pemilihan dan Panitia Teknis diatur dengan Keputusan Bupati.

Bagaian Keempat Pengesahan dan Pelantikan Anggota BPD terpilih

Pasal 73

(1) Hasil pemilihan calon anggota BPD diajukan oleh Panitia Pemilihan

kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan.

(2) Bupati menetapkan Keputusan pengesahan sebagaiamana dimaksud pada

ayat (1) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah usulan diterima.

Pasal 74

(1) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Keputusan ditetapkan,

anggota BPD dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Sebelum memangku jabatannya, Anggota BPD mengucapkan

sumpah/janji dan dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk.

(3) Susunan kata-kata sumpah/janji anggota BPD adalah sebagaimana

susunan kata-kata/sumpah janji Kepala Desa dimaksud Pasal 49 ayat (2).

Bagian Kelima Keanggotaan BPD

Paragraf 1 Jumlah Anggota

Pasal 75

Jumlah anggota BPD ditentukan berdasarkan jumlah penduduk Desa yang

bersangkutan dengan ketentuan :

a. Jumlah penduduk sampai dengan 2.500 jiwa, yaitu 7 orang anggota ;

b. 2.501 sampai dengan 5.000 jiwa, yaitu 9 orang anggota ;

c. 5.001 sampai dengan 7.500 jiwa, yaitu 11 orang anggota ;

d. 7.501 sampai dengan 10.000 jiwa, yaitu 13 orang anggota ;

e. lebih dari 10.000 jiwa, yaitu 15 orang anggota.

Page 31: RANCANGAN DRAF AWAL

31

Paragraf 2 Masa keanggotaan BPD

Pasal 76

(1) Masa jabatan anggota BPD adalah 5 (lima) tahun sejak tanggal pelantikan

dan dapat dicalonkan kembali untuk masa jabatan berikutnya.

(2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan

anggota BPD, Pemerintah Desa memproses pembentukan BPD baru.

Pasal 77

Anggota BPD tidak boleh merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan/atau

Perangkat Desa.

Paragraf 3

Pemberhentian dan Pergantian Antar Waktu Anggota BPD

Pasal 78 Anggota BPD berhenti antar waktu sebagai anggota karena :

a. Meninggal Dunia ;

b. Atas permintaan sendiri scara tertulis kepada Pimpinan BPD ;

c. Bertempat tinggal diluar wilayah Desa tempatnya menjadi anggota BPD

secara terus menerus sedikit-dikitnya 1 (satu) tahun, kecuali ditugaskan

secara resmi oleh Desa dan/atau Daerah untuk kepentingan Desa

dan/atau Daerah ;

d. Tidak lagi memenuhi salah satu persyaratan menjadi anggota BPD ;

e. Dinyatakan melanggar sumpah/janji sebagai anggota BPD yang

diputuskan melalui rapat paripurna BPD ;

f. Melanggar larangan anggota BPD ;

g. Terkena larangan perangkapan jabatan menurut Peraturan Perundang-

undangan.

Pasal 79

(1) Anggota BPD yang berhenti antar waktu diganti oleh calon anggota BPD

sesuai dengan lanjutan nomor urut dalam daftar perolehan suara pada

pemilihan anggota BPD.

Page 32: RANCANGAN DRAF AWAL

32

(2) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti antar waktu berhenti bersama-

sama dengan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 76 ayat (1).

Pasal 80

(1) Anggota BPD yang berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana

dapat diberhentikan sementara sebagai anggota BPD oleh Bupati atas usul

Ketua BPD setelah mendapat pertimbangan Rapat Pimpinan BPD.

(2) Selama dalam masa pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Anggota BPD tersebut dihentikan hak-haknya untuk

sementara sebagai anggota;

(3) Apabila Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terbukti

melakukan tindak pidana, Pimpinan BPD segera mengusulkan untuk

pemulihan keanggotaan dan hak-haknya sebagai anggota BPD.

Bagian Keenam Sekretariat BPD

Pasal 81

(1) Untuk kenlancaran tugas-tugas BPD, dibentuk Sekretariat BPD yang

dipimpin oleh Sekretaris dan dapat dibantu oleh beberapa staf sesuai

kebutuhan dan kemampuan keuangan Desa.

(2) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Kepala Desa

atas persetujuan BPD dan bukan dari Perangkat Desa dan anggota BPD.

Pasal 82

(1) Untuk keperluan kegiatan BPD dan Sekretariat BPD disediakan biaya

sesuai kemampuan keuangan Desa yang dikelola oleh Sekretariat BPD.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan setiap tahun dalam

anggaran pendapatan dan Belanja Desa.

Bagian Ketujuh

Alat Kelengkapan dan Rapat BPD

Pasal 83

(1) Alat kelengkapan BPD terdiri dari :

Page 33: RANCANGAN DRAF AWAL

33

a. Pimpinan

b. Komisi-komisi.

(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari Ketua

dan Wakil Ketua.

(3) Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling banyak 2 (dua)

orang.

(4) Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam

rapat BPD yang diadakan secara khusus.

(5) Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kalinya dipimpin oleh

anggota yang memperoleh suara terbanyak satu dan terbanyak dua.

Pasal 84

Jenis Rapat BPD terdiri dari :

a. Rapat paripurna;

b. Rapat Pimpinan BPD;

c. Rapat Alat kelengkapan BPD;

d. Rapat kerja;

e. Rapat Dengar Pendapat;

f. Kunjungan Kerja.

Pasal 85

(1) Rapat dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari

jumlah anggota.

(2) Pengaturan lebih lanjut mengenai mekanisme Rapat BPD diatur dalam

tata tertib BPD.

Bagian Kedelapan

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Hak dan Kewajiban

Paragraf 1 Kedudukan

Pasal 86

(1) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintah Desa.

(2) BPD bersama-sama dengan Pemerintah Desa menyelenggarakan

Pemerintahan Desa.

Page 34: RANCANGAN DRAF AWAL

34

Paragraf 2 Tugas dan Fungsi

Pasal 87

BPD mempunyai tugas :

a. Menerima dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa.

b. Memusyawarahkan setiap rencana yang diajukan oleh Kepala Desa

sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Desa dan/atau Keputusan Kepala

Desa.

Pasal 88

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 87 BPD

menyelenggarakan fungsi meliputi :

a. Mengayomi, yaitu menjaga dan melindungi kelestarian adat istiadat dan

kearifan lokal yang hidup dan berkembang di Desa setempat sepanjang

tidak bertentangan dengan tata nilai keagamaan, serta menunjang

kelangsungan pembangunan dan kehidupan bermasyarakat

b. Legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama

Pemerintah Desa ;

c. Melaksanakan pengawasan terhadap :

1) Pelaksanaan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa ;

2) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ;

3) Kebijakan Kepala Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan

Pembangunan Desa ;

4) Pelaksanaan Perjanjian dan Kerjasama antar Desa ;

5) Pelaksanaan Penggunaan Pinjaman Desa ;

6) Penggunaan Kekayaan Desa ;

7) Kebijakan dan kegiatan Badan Usaha Milik Desa ;

8) Kebijakan dan Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga Adat

Desa.

d. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa bersama Kepala

Desa.

Page 35: RANCANGAN DRAF AWAL

35

Paragraf 3 Wewenang, Kewajiban dan Hak

Pasal 89

Wewenang BPD meliputi :

a. Memproses pemilihan Kepala Desa dan pemilihan Kepala Dusun;

b. Mengusulkan pengangkatan, pemberhentian sementara dan/atau

pemberhentian Kepala Desa dan Kepala Dusun ;

c. Menilai keterangan pertanggungjawaban Kepala Desa ;

d. Menilai pelaksanaan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa ;

e. Menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah,

Pemerintah Propinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten terhadap rencana

pembangunan di wilayah Desa

f. Memberikan saran dan pendapat serta pertimbangan kepada Pemerintah

Desa.

Pasal 90

BPD mempunyai kewajiban ;

a. Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia ;

b. Mengamalkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta mentaati

peraturan Perundang-undangan ;

c. Membina demokrasi dan permusyawaratan dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Desa ;

d. Memperjuangkan hak dan kepentingan masyarakat dalam bidang sosial,

ekonomi, dan politik berdasarkan keadilan, pemerataan dan kesetaraan

sesuai batas-batas kewenangannya ;

e. Melindungi adat istiadat dan kearifan lokal yang sesuai dengan tata nilai

keagamaan serta hak-hak minoritas berdasarkan hak asal usulnya ;

f. Menerima, menyalurkan, dan memperjuangkan aspirasi, keluhan dan

pengaduan masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut

penyelesaiannya;

Page 36: RANCANGAN DRAF AWAL

36

g. Menumbuh kembangkan nilai-nilai gotong royong dan partisipasi

masyarakat dalam setiap tahap penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

dan pembangunan Desa ;

h. Dalam melaksanakan hak, tugas, fungsi dan wewenangnya anggota BPD

harus bertindak jujur, adil, terbuka serta tidak melakukan diskriminasi

serta berorientasi kepada kepentingan masyarakat dan Desa.

Pasal 91

BPD mempunyai Hak :

a. Meminta Pertanggung Jawaban Kepala Desa.

b. Meminta keterangan Pemerintah Desa, Lembaga Keamsyarakatan,

Lembaga Adat, serta Organisasi Kemasyarakatan di Desa.

c. Mengusulkan dan melaksanakan penentuan pendapat rakyat menyangkut

dengan keberadaan Kepala Desa dan atau kebijakan Pemerintah Desa.

d. Mengajukan rancangan dan/atau perubahan Peraturan Desa;

e. Menetapkan Rencana Anggaran Belanja Desa.

f. Mendapat uang kesejahteraan dan uang sidang.

g. Menetapkan peraturan tata tertib BPD.

h. Mengajukan pernyataan dan pendapat terhadap Pemerintah Desa.

Pasal 92

Pengaturan lebih lanjut mengenai Tata Cara pelaksanaan wewenang,

kewajiban dan hak BPD diatur dalam peraturan tata tertib BPD.

Bagian Kesembilan

Larangan Anggota BPD

Pasal 93 Anggota BPD dilarang :

(1) Melakukan perbuatan dan/atau tindakan yang bertentangan dengan

Peraturan Perundang-undangan ;

(2) Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang

hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat ;

Page 37: RANCANGAN DRAF AWAL

37

(3) Melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan kepercayaan

masyarakat terhadap kehormatan dan martabat sebagai anggota BPD

seperti melakukan perbuatan asusila, amoral, dan kriminal;

(4) Terlibat langsung atau tidak langsung sebagai penyalur dan atau

pengguna narkotika, obat-obat terlarang dan minuman keras;

(5) Sebagai pelaksana proyek pembangunan Desa yang dibiayai dari dana

Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, dan/atau

Pemerintah Desa ;

(6) Menetapkan kebijakan dan/atau mengadakan persekongkolan dengan

Pemerintah Desa dalam menentukan kebijakan yang memberikan

keuntugan bagi dirinya, pejabat Pemerintah Desa dan keluarganya

dan/atau kelompok serta kroninya ;

(7) Menerima uang, barang dan/atau jasa dari Pihak lain yang patut dapat

diduga akan mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan

dilakukannya dapat merugikan masyarakat, Desa, dan/atau Pemerintah ;

(8) Menjadi pengurus dan/atau pelaksana Badan Usaha Milik Desa.

BAB VI

SUMBER PENDAPATAN DESA Bagian Kesatu

Sumber Pendapatan Dan Kekayaan Desa

Pasal 94 (1) Sumber Pendapatan Desa terdiri atas :

a. Pendapatan Asli Desa yang meliputi :

1. Hasil Usaha Desa

2. Hasil Kekayaan Desa

3. Hasil Swadaya dan Partisipasi

4. Hasil Gotong Royong; dan

5. Lain – lain pendapatan Asli Desa yang sah

b. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten;

1. Bagian dari perolehan pajak dan retribusi Daerah;

2. Bagian dana perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang

diterima oleh Pemerintah Kabupaten;

Page 38: RANCANGAN DRAF AWAL

38

c. Bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Propinsi;

d. Sumbangan dari pihak ketiga;

e. Pinjaman Desa; dan

f. Hasil Kerjasama dengan Pihak Ketiga.

(2) Sumber pendapatan Desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh Desa,

tidak dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

(3) Bagian penerimaan Desa dari bagian dana perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten diatur dalam

Peraturan Daerah tersendiri.

Pasal 95

Pendapatan Daerah yang diperoleh dan berasal dari Desa, pelaksanaan

pemungutannnya dapat dikerjasamakan dengan Pemerintahan Desa dan

ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 96

Kekayaan Desa antara lain :

a. Tanah Kas Desa

b. Pasar Desa

c. Bangunan Desa

d. Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola oleh Desa

e. Lain – lain kekayaan Desa yang sah

f. Penyertaan Modal kepada Pihak ketiga

Bagian Kedua Badan Usaha Milik Desa (BUMDES )

Pasal 97

(1) Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Desa Pemerintah Desa

dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang ditetapkan dengan

Peraturan Desa.

(2) Bentuk Badan Usaha Milik Desa adalah Badan Hukum sebagaimana

diatur dalam Perundang-undangan yang berlaku.

Page 39: RANCANGAN DRAF AWAL

39

Bagian Ketiga Pinjaman Desa

Pasal 98

Pinjaman Desa dapat bersumber dari :

a. Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten

b. Bank Pemerintah

c. Bank Pemerintah Daerah

d. Bank Swasta

e. Sumber–sumber yang sah sesuai peraturan perundang – undangan

Pasal 99

(1) Pinjaman Desa digunakan untuk :

a. Meningkatkan Pendapatan Asli Desa

b. Membiayai suatu usaha yang dapat meningkatkan Pendapatan Desa

c. Menambah/menyertakan modal Pemerintah Desa kepada Badan

Usaha Milik Desa dan atau usaha – usaha lain.

(2) Pinjaman Desa tidak dapat digunakan untuk membiayai belanja rutin

Desa.

(3) Penggunaan dan pengembalian pinjaman Desa dicantumkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai pinjaman Desa diatur dengan Keputusan

Bupati.

BAB VII

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Pasal 100

(1) Kepala Desa bersama BPD menetapkan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.

(2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ditetapkan selambat-lambatnya 1

(satu) bulan setelah ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

Page 40: RANCANGAN DRAF AWAL

40

Pasal 101

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana dimaksud pada

Pasal 100 terdiri atas bagian penerimaan dan bagian pengeluaran.

(2) Bagian pengeluaran terdiri atas Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran

Pembangunan.

Pasal 102

(1) Pengelolaan keuangan dilaksanakan oleh Bendaharawan Desa yang

diangkat oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan dari BPD.

(2) Pengelolaan anggaran pendapatan dan Belanja Desa meliputi

penyusunan anggaran, pelaksanaan tata usaha keuangan dan

perhitungan anggaran.

(3) Pengelolaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

dipertanggungjawabkan oleh Kepala Desa kepada BPD selambat-

lambatnya tiga bulan setelah berakhir tahun anggaran.

(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB VIII

LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT

Bagian Kesatu Lembaga Kemasyarakatan

Pasal 103

Dalam rangka mendukung kelancaran tugas Pemerintah Desa dalam

penyelenggaraan Pemerintahan, pelaksanaan Pembangunan dan Pembinaan

Kehidupan Masyarakat Desa, di Desa dapat dibentuk Lembaga

Kemasyarakatan Desa.

Pasal 104

Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada

Pasal 103 Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Page 41: RANCANGAN DRAF AWAL

41

Pasal 105

Nama atau sebutan dan jumlah lembaga kemasyarakatan Desa disesuaikan

dengan kondisi sosial budaya serta adat istiadat setempat.

Pasal 106

Susunan Organisasi Lembaga Kemasyarakatan Desa sekurang-kurangnya

terdiri dari :

a. Ketua;

b. Sekretaris;

c. Bendahara ; dan

d. Anggota pengurus lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 107

(1) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa diangkat dan atau dipilih dari

Tokoh Masyarakat yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan dengan

Keputusan Kepala Desa.

(2) Persyaratan pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945

c. Berkelakuan baik jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian

terhadap masyarakat

d. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat.

(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai Lembaga Kemasyarakatan Desa

ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Bagian Kedua Lembaga Adat

Pasal 108

(1) Di Desa dapat dibentuk Lembaga–lembaga Adat yang

dibutuhkan oleh masyarakat Desa setempat berdasarkan pedoman yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah.

Page 42: RANCANGAN DRAF AWAL

42

(2) Pemerintah Daerah dapat menetapkan berbagai kebijakan dalam

upaya pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan

lembaga adat diwilayahnya

Pasal 109

Nama dan mekanisme pembentukan Lembaga Adat diatur sesuai dengan

nilai–nilai, norma-norma dan kebiasaan–kebiasaan yang berlaku di

masyarakat Desa setempat

Pasal 110

Struktur organisasi Lembaga Adat diatur sesuai dengan nilai–nilai, norma–

norma dan kebiasaan–kebiasaan yang berlaku dimasing–masing Desa dan

ditetapkan dengan Peraturan Desa

Pasal 111 Pengurus organisasi Lembaga Adat ditetapkan oleh Kepala Desa dan

dikukuhkan oleh Bupati

BAB IX PEMBANGUNAN DESA

Pasal 112 (1) Pemerintah Kabupaten dan/atau pihak ketiga yang merencanakan

pembangunan Desa menjadi wilayah permukiman, industri dan jasa wajib

mengikutsertakan Pemerintahan Desa dalam perencanaan, pelaksanaan

dan pengawasannya.

(2) Pengaturan lebih lanjut mengenai pembangunan Desa diatur dalam

Peraturan Daerah tersendiri.

BAB X PERATURAN DESA

Bagian Kesatu Tata Cara Penyusunan dan Penetapan Peraturan Desa

Pasal 113

(1) Rancangan Peraturan Desa dapat diajukan oleh Pemerintah Desa

dan/atau BPD.

Page 43: RANCANGAN DRAF AWAL

43

(2) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) Pemerintah Desa dan/atau BPD harus memperhatikan

dengan sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang dalam masyarakat.

(3) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

berasal dari Pemerintah Desa disampaikan secara tertulis oleh Kepala Desa

kepada BPD.

(4) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

merupakan usul inisiatif BPD sebelum ditetapkan terlebih dahulu dibahas

bersama Pemerintah Desa.

(5) BPD menyelenggarakan rapat paripurna untuk mendengarkan penjelasan

Pemerintah Desa terhadap pengajuan rancangan Peraturan Desa.

Pasal 114

(1) Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa atas persetujuan BPD.

(2) Peraturan Desa ditandatangani oleh Kepala Desa.

(3) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), tidak

memerlukan pengesahan Bupati, tetapi wajib disampaikan kepada Bupati

selambat-lambatnya dua minggu setelah ditetapkan dengan tembusan

kepada Camat.

(4) Peraturan Desa sebelum ditetapkan agar disosialisasikan kepada

masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat.

Pasal 115

(1) Peraturan Desa mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

(2) Pengundangan Peraturan Desa dalam lembaran Desa dilakukan oleh

Sekretaris Desa.

Bagian Kedua

Mekanisme Pengambilan Keputusan

Pasal 116

(1) Dalam menetapkan Peraturan Desa, BPD mengadakan rapat yang dihadiri

oleh sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari jumlah anggota.

Page 44: RANCANGAN DRAF AWAL

44

(2) Pengambilan keputusan oleh BPD dinyatakan sah jika dan disetujui oleh

setengah ditambah 1 dari jumlah anggota BPD yang hadir.

(3) Dalam hal jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak terpenuhi, Rapat Paripurna diundur paling lama 2 (dua) jam.

(4) Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) jumlah

anggota BPD belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat

(1) rapat dapat dilanjutkan pada hari yang lain.

(5) Pengaturan lebih lanjut mengenai rapat pengambilan keputusan

ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib BPD.

Bagian Ketiga Materi Peraturan Desa

Pasal 117

Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum,

Peraturan Daerah dan Peraturan perundang-undangan lainnya yang lebih

tinggi.

Pasal 118

Peraturan Desa di bentuk untuk menetapkan mater-materi antara lain :

a. Ketentuan-ketentuan yang bersifat mengatur.

b. Segala sesuatu yang menyangkut kepentingan masyarakat Desa.

c. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kekayaan Desa.

d. Segala sesuatu yang menimbulkan beban bagi masyarakat dan/atau

keuangan Desa.

Bagian Keempat

Pelaksanaan Peraturan Desa

Pasal 119

(1) Pelaksanaan Peraturan Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

(2) Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi, Peraturan Daerah dan Peraturan Desa.

Page 45: RANCANGAN DRAF AWAL

45

Pasal 120

(1) Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa yang bersifat mengatur

diundangkan dengan menempatkannya dalam Lembaran Desa.

(2) Ketentuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai kekuatan

hukum dan mengikat setelah diundangkan dalam Lembaran Desa.

BAB XI

KERJASAMA ANTAR DESA

Bagian Kesatu Maksud dan Tujuan Kerjasama

Pasal 121

(1) Kerjasama antar Desa dimaksudkan untuk mengatasi persoalan atau

permasalahan yang timbul dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan

Desa serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai tingkat

perkembangan pembangunan.

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, politik, sosial budaya dan

keamanaan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan Pendapatan

Asli Desa.

Bagian kedua

Bentuk Kerjasama

Pasal 122 (1) Beberapa Desa dapat mengadakan kerjasama untuk kepentingan Desa

yang diatur dengan keputusan bersama dan dilaporkan kepada Bupati

dengan tembusan Camat.

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara :

a. Desa dengan Desa lain dalam satu Kecamatan atau di luar Kecamatan

dalam satu Kabupaten;

b. Desa dengan Desa lain dalam Daerah Kabupaten yang berbeda;

c. Desa dengan Desa lain dalam Daerah Propinsi yang berbeda.

Page 46: RANCANGAN DRAF AWAL

46

(3) Obyek kerjasama antar Desa meliputi semua kegiatan dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan di Desa.

(4) Keputusan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencantumkan

materi-materi antara lain :

a. Obyek kerjasama;

b. Jangka Waktu Kerjasama;

c. Hak dan Kewajiban;

d. Pembiayaan;

e. Tata Cara dan Ketentuan Pelaksanaan;

f. Ketentuan lain yang dipandang perlu.

(5) Untuk pelaksanaan kerjasama dapat dibentuk Badan Kerjasama Antar

Desa.

(6) Kerjasama antar Desa yang memberi beban kepada masyarakat harus

mendapat persetujuan BPD.

Pasal 123

Biaya pelaksanaan kerjasama antar Desa dibebankan kepada Desa yang

melakukan kerjasama.

Pasal 124 (1) Perselisihan antar Desa diselesaikan oleh Pejabat yang berwenang secara

musyawarah.

(2) Apabila dalam penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), terdapat salah satu pihak yang tidak menerima keputusan

pejabat yang berwenang, pihak tersebut dapat mengajukan penyelesaian

di Lembaga Peradilan

BAB XII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 125

Dalam rangka pembinaan, Pemerintah Kabupaten memfasilitasi

penyelenggaraan Pemerintahan Desa melalui pemberian pedoman,

bimbingan, pelatihan, arahan, supervise dan bantuan lainnya.

Page 47: RANCANGAN DRAF AWAL

47

Pasal 126

Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa harus disampaikan kepada

Pemerintah Kabupaten selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah

ditetapkan dengan tembusan Camat.

Pasal 127

(1) Pemerintah Kabupaten dapat membatalkan Peraturan Desa dan

Keputusan Kepala Desa yang bertentangan dengan kepentingan umum

atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau

peraturan perundang-undangan lainnya.

(2) Keputusan pembatalan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberitahukan kepada Desa yang

bersangkutan dengan menyebutkan alasan-alasannya.

(3) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah Keputusan Pembatalan

Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa tersebut dibatalkan

pelaksanaannya.

(4) Desa yang tidak dapat menerima keputusan pembatalan Peraturan Desa

dan Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat

mengajukan keberatan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Propinsi

setelah mengajukannya kepada Pemerintah Kabupaten

BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 128

Sebelum ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan berdasarkan Peraturan Daerah

ini, semua petunjuk pelaksanaan yang mengatur mengenai pemerintahan

Desa yang sudah ada dinyatakan masih tetap berlaku.

Page 48: RANCANGAN DRAF AWAL

48

Pasal 129

Kepala Desa dan Perangkat Desa yang diangkat berdasarkan peraturan

Daerah Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Desa, Peraturan Daerah

Nomor 13 Tahun 2001 tentang Tata Cara, pencalonan, Pemilihan,

Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa, dan Peraturan Daerah

Nomor 14 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pemilihan dan/atau Pengangkatan

Perangkat Desa masih tetap menjalankan tugasnya sampai dengan berakhir

masa jabatannya.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 130

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :

1. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 11 Tahun 2001

tentang Pemerintahan Desa;

2. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2001

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;

3. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 13 Tahun 2001

tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian

Kepala Desa;

4. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 14 Tahun 2001

tentang Tata Cara Pemilihan dan/atau Pengangkatan Perangkat Desa;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 15 Tahun 2001

tentang Pembentukan Badan Perwakilan Desa;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 3 Tahun 2002

tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 5 Tahun 2002

tentang Kerjasama Antar Desa;

8. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 17 Tahun 2002

tentang Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga Adat di Desa,

dinyatakan tidak berlaku.

Page 49: RANCANGAN DRAF AWAL

49

Pasal 131

Peraturan Daerah ini mulai berlaku 2 (dua) bulan setelah diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Lombok Timur.

Disahkan di Selong Pada tanggal 28 Juni 2004

BUPATI LOMBOK TIMUR, ttd H. MOH. ALI BIN DACHLAN

Diundangkan di Selong Pada tanggal 28 Juni 2004 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR, ttd H. LALU KAMALUDIN [

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2004 NOMOR 12

Page 50: RANCANGAN DRAF AWAL

50

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

NOMOR 6 TAHUN 2004

TENTANG

PEMERINTAHAN DESA

I. UMUM

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah

memberikan kewenangan kepada Desa untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang dikaui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di

dalam Daerah Kabupaten. Dengan pemberian kewenangan kepada Desa

tersebut, maka kedudukan Desa yang memiliki otonomi asli sangat

strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang dalam

penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi Desa yang kuat

akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.

Pengakuan terhadap nilai sosial budaya, adat istiadat dan asal-usul sebagai

jati diri masyarakat Desa perlu mendapat wadah pemeliharaan dan

pengaturan dalam bentuk Peraturan Daerah.

Berkaitan dengan otonomi Desa tersebut, Pemerintah Kabupaten Lombok

Timur sejak diberlakukannya secara efektif Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999 telah membentuk Peraturan-peraturan Daerah yang mengatur

mengenai Pemerintahan Desa, namun Peraturan-peraturan tersebut

dirasakan masih belum mencerminkan semangat otonomi sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. Oleh sebab itu materi-materi Peraturan-peraturan

tersebut perlu disempurnakan dengan membentuk Peraturan Daerah baru

yang mengatur tentang Pemerintahan Desa, yang memberikan otonomi

kepada Desa secara nyata dan bertanggung jawab.

Peraturan Daerah ini mengatur hal-hal mengenai pembentukan,

penghapusan dan/atau penggabungan Desa, Pemerintah Desa, Badan

Page 51: RANCANGAN DRAF AWAL

51

Perwakilan Desa, sumber pendapatan desa, Lembaga Kemasyarakatan dan

Lembaga Adat, Peraturan Desa dan Kerjasama Antar Desa.

Dalam rangka perwujudan demokrasi di tingkat Desa diadakan Badan

Perwakilan Desa yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat dan melakukan pengawasan dalam hal penetapan dan

pelaksanaan Peraturan Desa.

Dengan adanya kewenangan Desa untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

sosial budaya masyarakat setempat, berarti terbuka peluang untuk tumbuh

dan berkembangnya lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat sesuai

kebutuhan dan kondisi sosial budaya setempat. Lembaga-lembaga

kemasyarakatan dan lembaga adat tersebut merupakan mitra dari

Pemerintahan Desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

Selain itu pemberian kewenangan kepada desa, juga diharapkan dapat

menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas serta mendorong partisipasi

masyarakat desa dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang

potensial yang ada di desa, seperti dengan pendirian Badan Usaha Milik

Desa dan melakukan kerjasama sama antar desa.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan pemekaran Desa adalah pemecahan Desa

menjadi lebih dari satu.

Ayat (3)

Cukup jelas

Page 52: RANCANGAN DRAF AWAL

52

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Perubahan tersebut atas dan prakarsa masyarakat desa setempat

dengan persetujuan BPD yang diteruskan oleh Kepala Desa kepada

Bupati melalui Camat

Ayat (7)

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan kewenangan berdasarkan hak asal usul

Desa adalah hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan adat istiadat yang berlaku

dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan.

Page 53: RANCANGAN DRAF AWAL

53

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan berpengetahuan sederajat adalah

seseorang yang dianggap mempunyai pengalaman, kemampuan

dan pengetahuan setara Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

walaupun tidak mempunyai ijazah formal yang dibuktikan

dengan surat keterangan.

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 18

Ayat (1)

Yang dimaksud Instansi Induk adalah :

- Pegawai Negeri Sipil, Instansi Induknya adalah Sekretariat Daerah,

Dinas/Badan/Kantor.

Page 54: RANCANGAN DRAF AWAL

54

- TNI, Instansi adalah Komando Resor Militer (KOREM)/Komando

Distrik Militer (KODIM)

- POLRI, Instansi Induknya adalah Polda/Polres.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Page 55: RANCANGAN DRAF AWAL

55

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Page 56: RANCANGAN DRAF AWAL

56

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Ayat (1)

Tindak pidana yang dimaksud pada ayat ini adalah tindak pidana

kejahatan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Page 57: RANCANGAN DRAF AWAL

57

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

Yang dimaksud Instansi Induk adalah :

- Pegawai Negeri Sipil, Instansi Induknya adalah Sekretariat Daerah,

Dinas/Badan/Kantor.

- TNI, Instansi adalah Komando Resor Militer (KOREM)/Komando

Distrik Militer (KODIM)

- POLRI, Instansi Induknya adalah Polda/Polres.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71

Cukup jelas.

Pasal 72

Cukup jelas.

Page 58: RANCANGAN DRAF AWAL

58

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Cukup jelas.

Pasal 79

Cukup jelas.

Pasal 80

Cukup jelas.

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.

Pasal 83

Cukup jelas.

Pasal 84

Cukup jelas.

Pasal 85

Cukup jelas.

Pasal 86

Cukup jelas.

Pasal 87

Cukup jelas.

Pasal 88

Cukup jelas.

Page 59: RANCANGAN DRAF AWAL

59

Pasal 89

Cukup jelas.

Pasal 90

Cukup jelas.

Pasal 91

Cukup jelas.

Pasal 92

Cukup jelas.

Pasal 93

Cukup jelas.

Pasal 94

Cukup jelas.

Pasal 95

Cukup jelas.

Pasal 96

Cukup jelas.

Pasal 97

Cukup jelas.

Pasal 98

Cukup jelas.

Pasal 99

Cukup jelas.

Pasal 100

Cukup jelas.

Pasal 101

Cukup jelas.

Pasal 102

Cukup jelas.

Pasal 103

Yang termasuk lembaga kemasyarakatan Desa adalah LKMD, Karang

Taruna, PKK dan sejenisnya.

Pasal 104

Cukup jelas.

Page 60: RANCANGAN DRAF AWAL

60

Pasal 105

Cukup jelas.

Pasal 106

Cukup jelas.

Pasal 107

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat adalah tokoh adat,

tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka

masyarakat lainnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 108

Cukup jelas

Pasal 109

Cukup jelas.

Pasal 110

Cukup jelas.

Pasal 111

Cukup jelas.

Pasal 112

Cukup jelas.

Pasal 113

Cukup jelas.

Pasal 114

Cukup jelas.

Pasal 115

Cukup jelas.

Pasal 116

Cukup jelas.

Pasal 117

Cukup jelas.

Page 61: RANCANGAN DRAF AWAL

61

Pasal 118

Cukup jelas.

Pasal 119

Cukup jelas.

Pasal 120

Cukup jelas.

Pasal 121

Cukup jelas.

Pasal 122

Cukup jelas.

Pasal 123

Cukup jelas.

Pasal 124

Cukup jelas.

Pasal 125

Cukup jelas.

Pasal 126

Cukup jelas.

Pasal 127

Cukup jelas.

Pasal 128

Cukup jelas.

Pasal 129

Cukup jelas.

Pasal 130

Cukup jelas.

Pasal 131

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

NOMOR 2

Page 62: RANCANGAN DRAF AWAL

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA

KEPALA DESA

SEKRETARIS DESA

KAUR KAUR KAUR KAUR KAUR KAUR

KEPALA DUSUN

KEPALA DUSUN

PELAKSANA TEKNIS LAPANGAN

BADAN PERWAKILAN DESA

KEPALA DUSUN

BUPATI LOMBOK TIMUR,

H. MOH. ALI BIN DACHLAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2004 TANGGAL 28 JUNI 2004

Page 63: RANCANGAN DRAF AWAL
Page 64: RANCANGAN DRAF AWAL

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN LOMBOK TIMUR

NOMOR 6 TAHUN 2004

TENTANG

PEMERINTAHAN DESA

Page 65: RANCANGAN DRAF AWAL

65

PELAKSANA TEKNIS LAPANGAN

Page 66: RANCANGAN DRAF AWAL

66