Puslitbangtan -...

12
Pengantar Redaksi Balitkabi Mendapat Penghargaan Abdibaktitani Dr Andriko Noto Susanto, Nakhoda Baru Puslitbangtan Pejabat Baru Puslitbangtan Sri Suharni Siwi, Syukur dalam Pengabdian Pak Hasil Kembali ke Dunia Pnelitian Kondisi Rujukan Jurnal Penelitian Terakreditas Dr Made Jana Mejaya Ketua Redaksi Jurnal PP yang Baru Buku Pengendalian Penyakit Tungro 2 4 6 8 9 12 11 3 Puslitbangtan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan No. 64 April 2017 ISSN 0852-6230 Puslitbangtan Berita Setelah melalui lelang jabatan di Kementerian Pertanian, Dr Andriko Noto Susanto akhirnya dilantik sebagai nakhoda baru Puslitbangtan. Sebelumnya, enam pejabat struktural di bawahnya juga dilantik untuk segera menjalankan tugas di posisi masing-masing. Mendapat peng- hargaan Abdibaktitani dari Menteri Pertanian, Balitkabi dinilai berhasil menjalankan tugas pelayanan publik. Ketiga momen tersebut menjadi berita utama Berita Puslitbangtan kali ini. Tim Redaksi juga mengungkap keberadaan Prof Dr Sri Suharni Siwi setelah meninggalkan Puslitbangtan sejak purnatugas beberapa tahun yang lalu. Mengakhiri tugas sebagai Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Dr Hasil Sembiring kembali ke pangkuan Puslit- bangtan sebagai ahli peneliti. Berita penting lainnya berkaitan dengan kondisi rujukan Jurnal Penelitian Pertanian setelah terakreditasi, keredaksian, dan buku pengen- dalian penyakit tungro. Setelah melalui lelang jabatan di Kementerian Pertanian, Dr Andriko Noto Susanto akhirnya dilantik sebagai nakhoda baru Puslitbangtan. Sebelumnya, enam pejabat struktural di bawahnya juga dilantik untuk segera menjalankan tugas di posisi masing-masing. Mendapat peng- hargaan Abdibaktitani dari Menteri Pertanian, Balitkabi dinilai berhasil menjalankan tugas pelayanan publik. Ketiga momen tersebut menjadi berita utama Berita Puslitbangtan kali ini. Tim Redaksi juga mengungkap keberadaan Prof Dr Sri Suharni Siwi setelah meninggalkan Puslitbangtan sejak purnatugas beberapa tahun yang lalu. Mengakhiri tugas sebagai Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Dr Hasil Sembiring kembali ke pangkuan Puslit- bangtan sebagai ahli peneliti. Berita penting lainnya berkaitan dengan kondisi rujukan Jurnal Penelitian Pertanian setelah terakreditasi, keredaksian, dan buku pengen- dalian penyakit tungro. Balitkabi Mendapat Penghargaan Abdibaktitani Dr Andriko Noto Susanto, Nakhoda Baru Puslitbangtan Pejabat Baru Puslitbangtan Sri Suharni Siwi, Syukur dalam Pengabdian Pak Hasil Kembali ke Dunia Penelitian Kondisi Rujukan Jurnal Penelitian Terakreditas Dr Made Jana Mejaya Ketua Redaksi Jurnal PP yang Baru Buku Pengendalian Penyakit Tungro

Transcript of Puslitbangtan -...

Page 1: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

Pengantar Redaksi

Balitkabi Mendapat Penghargaan Abdibaktitani

Dr Andriko Noto Susanto, Nakhoda Baru Puslitbangtan

Pejabat Baru Puslitbangtan

Sri Suharni Siwi, Syukur dalam Pengabdian

Pak Hasil Kembali ke Dunia Pnelitian

Kondisi Rujukan Jurnal Penelitian Terakreditas

Dr Made Jana Mejaya Ketua Redaksi Jurnal PP yang Baru

Buku Pengendalian Penyakit Tungro

2

46

8

9

12

11

3

PuslitbangtanPusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

No. 64 April 2017 ISSN 0852-6230

PuslitbangtanBerita

Setelah melalui lelang jabatan di Kementerian

Pertanian, Dr Andriko Noto Susanto akhirnya

dilantik sebagai nakhoda baru Puslitbangtan.

Sebelumnya, enam pejabat struktural di

bawahnya juga dilantik untuk segera menjalankan

tugas di posisi masing-masing. Mendapat peng-

hargaan Abdibaktitani dari Menteri Pertanian,

Balitkabi dinilai berhasil menjalankan tugas

pelayanan publik. Ketiga momen tersebut

menjadi berita utama Berita Puslitbangtan kali ini.

Tim Redaksi juga mengungkap keberadaan

Prof Dr Sri Suharni Siwi setelah meninggalkan

Puslitbangtan sejak purnatugas beberapa tahun

yang lalu. Mengakhiri tugas sebagai Dirjen

Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Dr

Hasil Sembiring kembali ke pangkuan Puslit-

bangtan sebagai ahli peneliti.

Berita penting lainnya berkaitan dengan

kondisi rujukan Jurnal Penelitian Pertanian setelah

terakreditasi, keredaksian, dan buku pengen-

dalian penyakit tungro.

Setelah melalui lelang jabatan di Kementerian

Pertanian, Dr Andriko Noto Susanto akhirnya

dilantik sebagai nakhoda baru Puslitbangtan.

Sebelumnya, enam pejabat struktural di

bawahnya juga dilantik untuk segera menjalankan

tugas di posisi masing-masing. Mendapat peng-

hargaan Abdibaktitani dari Menteri Pertanian,

Balitkabi dinilai berhasil menjalankan tugas

pelayanan publik. Ketiga momen tersebut

menjadi berita utama Berita Puslitbangtan kali ini.

Tim Redaksi juga mengungkap keberadaan

Prof Dr Sri Suharni Siwi setelah meninggalkan

Puslitbangtan sejak purnatugas beberapa tahun

yang lalu. Mengakhiri tugas sebagai Dirjen

Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Dr

Hasil Sembiring kembali ke pangkuan Puslit-

bangtan sebagai ahli peneliti.

Berita penting lainnya berkaitan dengan

kondisi rujukan Jurnal Penelitian Pertanian setelah

terakreditasi, keredaksian, dan buku pengen-

dalian penyakit tungro.

Balitkabi Mendapat Penghargaan Abdibaktitani

Dr Andriko Noto Susanto, Nakhoda Baru Puslitbangtan

Pejabat Baru Puslitbangtan

Sri Suharni Siwi, Syukur dalam Pengabdian

Pak Hasil Kembali ke Dunia Penelitian

Kondisi Rujukan Jurnal Penelitian Terakreditas

Dr Made Jana Mejaya Ketua Redaksi Jurnal PP yang Baru

Buku Pengendalian Penyakit Tungro

Page 2: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

2 Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

Penanggungjawab: Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Andriko Noto SusantoDewan Redaksi: Ronald T.P. Hutapea, Hermanto, Haryo Radianto, Eko Sri Mulyani, M. SyamTata Letak: Edi HikmatAlamat: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jalan Merdeka 147, Bogor, 16111Telp. (0251) 8334089, 8311432, Faks. (0251) 8312755; E-mail: puslitbangtan@litbang.pertanian.go.id.www.pangan.litbang.pertanian.go.id

ISSN 0852-6230

Selain menghasilkan teknologi, unitkerja penelitian juga dituntutmemberikan pelayanan prima

kepada publik, sebagaimana diper-syaratkan oleh undang-undangketerbukaan informasi. Dalam hal ini,masyarakat berhak mendapatkaninformasi dari institusi publik, termasuklembaga penelitian yang memperolehanggaran operasional dari APBN.

Balai Penelitian Tanaman AnekaKacang dan Umbi (Balitkabi) yangbermarkas di Malang, Jawa Timur,dinilai sebagai institusi penelitian yangmemiliki pelayanan yang lebih baik.Penilaian itu didasarkan pada berbagaiaspek dalam pelayanan publik, men-cakup kualitas, kecepatan, kemudahan,keterjangkauan, dan keterukuraninformasi yang diberikan. Atas prestasiitu, Balitkabi mendapat penghargaan“Abdibaktitani”dari Menteri Pertanian.Penghargaan kinerja pelayanan publikuntuk tahun 2016 ini diserahkan kepadaBalitkabi pada 2 Maret 2017 di Malangmelalui Badan Litbang Pertanian.

Pelayanan prima Balitkabi kepadaberbagai kalangan antara lain tercermindari penyediaan dan pengiriman benihsumber, informasi hasil penelitian,kontinuitas penyelenggaraan seminarnasional yang dihadiri oleh pihak kom-peten, dan penyambutan pengunjungdari berbagai institusi untuk mendapat-kan informasi penelitian aneka kacangdan umbi. Pengunjung yang mendapatpelayanan prima tidak terbatas padaaparat pemerintahan di bidang

pertanian, pengusaha agribisnis, dosen,mahasiswa, dan pelajar tetapi jugasiswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)dengan gaya penyambutan dankomunikasi yang sesuai.

Penghargaan kinerja pelayanantersebut diharapkan menjadi acuanoleh unit kerja penelitian lainnya di

Balitkabi Mendapat PenghargaanAbdibaktitani dari Menteri PertanianKinerja pelayanan publik di Balitkabi mendapat penghargaan “Abdibaktitani” dariMenteri Pertanian. Capaian kinerja ini perlu ditingkatkan dan diharapkan menjadi acuanoleh unit kerja penelitian lainnya dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.

lingkup Puslitbangtan dalam mening-katkan kualitas pelayanan publik. BagiBalitkabi, penghargaan Abdibaktitaniadalah capaian yang perlu diper-tahankan dan ditingkatkan denganmemberikan stimulus dan motivasi bagisemua pihak yang terlibat dalammemberikan pelayanan prima kepadamasyarakat pertanian. (HMT/Edi)

Kepala Badan Litbang Pertanian yang diwakili oleh Kabag Humas,Dr Edi Husen, menyerahkan plakat penghargaan Abdibaktitani dariMenteri Pertanian kepada Kepala Balitkabi yang diwakili Prof DrArif Harsono di Malang, Jawa Timur.

Page 3: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

3Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

Hari Senin, 17 April 2017, DrAndriko Noto Susanto dilantikmenjadi Kepala Puslitbangtan

menggantikan Dr Ali Jamil yangbeberapa waktu lalu hijrah ke Jakartamemimpin salah satu direktorat di DitjenPerkebunan, lalu beralih ke DirektoratSerealia Ditjen Tanaman Pangan,Kementerian Pertanian.

Bagi sebagian warga Puslitbangtan,pelantikan Dr Andriko sebagai Kapusagak mencengangkan karena tidakmelalui jalur umum yang ditempuhKapus-Kapus sebelumnya. Dr Ali Jamil,misalnya, sebelum menakhodaiPuslitbangtan terlebih dahulu menjadiKepala BB Padi setelah memimpin BalaiPenelitian Tanah, BPTP Sumatera Utaradan BPTP Riau. Demikian juga beberapaKapus terdahulu.

Di era lelang jabatan dewasa ini,pendekatan jalur konvensional tampak-nya tidak lagi menjadi pertimbangandalam pengangkatan pejabat struktural.Pihak kompeten di Kementerian Per-tanian mempunyai penilaian tersendiridalam mempromosikan personel yangdipercaya memimpin dan menggerak-kan unit kerja. Kepercayaan yangdiberikan kepada Dr Andriko sebagaiKepala Puslitbangtan tentu tidakterlepas dari kiprahnya menggerakkanBPTP Sumatera Utara dalam meng-implementasikan program prioritasKementerian Pertanian, terutama upayakhusus (Upsus) peningkatan produksipadi, jagung, dan kedelai (Pajale). Secaranasional, program Upsus Pajale dinilaiberhasil meningkatkan produksi padi

sebagaimana tercermin dari tidakadanya impor beras sejak tahun lalu.

Pria kelahiran Ponorogo 45 tahunyang lalu ini mengawali kariernya sebagaipeneliti di BPTP Maluku sejak 1998. Dalamperjalanan kariernya, Pak Andrikomendapat kesempatan tugas belajarpada program S2 dan S3 di UniversitasGadjah Mada dan berhasil dijalaninyadengan baik. Judul Disertasi Pak Andrikoyakni “Kajian Terhadap Cara EvaluasiStatus Kesuburan Tanah danPemanfaatannya sebagai DasarPengelolaan Hara Spesifik Lokasi PadiSawah Irigasi di Kabupaten Buru”.

Integritas dan kepemimpinan DrAndriko pertama kali diuji di BPTPMaluku Utara pada tahun 2013. Tigatahun kemudian dia mendapatkepercayaan memimpin BPTP SumateraUtara, yang akhirnya dilantik sebagai

Dr Andriko Noto Susanto,Nakhoda Baru PuslitbangtanPatah tumbuh hilang berganti. Itulah perumpamaan regenerasi pemegang tongkatestafet kepemimpinan di semua lini kehidupan. Pergantian Kepala Puslitbangtandiharapkan membawa perubahan yang lebih baik dalam menghasilkan inovasi yangdiperlukan petani padi dan palawija yang sebagian besar masih terlilit kemiskinan.

Dr Andriko Noto Susanto bersama keluarga.

Kepala Puslitbangtan setelah melaluiproses lelang jabatan. Sebagai peneliti,Dr Andriko telah menghasilkan tidakkurang dari 40 karya tulis ilmiah, yangsebagian diterbitkan pada beberapajurnal ilmiah dan sebagian lagi dalambentuk buku.

Kiprah Pak Andriko di Puslitbangtantentu ditunggu banyak pihak, yang di-harapkan memberi warna dan se-mangat baru bagi kemajuan penelitianpadi dan palawija dalam menghasilkanteknologi yang mampu meningkatkanproduksi secara berkelanjutan.

Menyunting gadis pujaannya, SantiAmbarwati kelahiran Ambon 41 tahunyang lalu, kini Pak Andriko telah dikaruniaiseorang putra (Ians Adji Adhitama, 18tahun) dan dua putri (Dians NisaCendraswari, 13 tahun dan Nailans ShiraNariswari, 10 tahun). (HMT/MS)

Page 4: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

4 Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

Sebelum pelantikan Dr AndrikoNoto Susanto sebagai Kapus yangbaru pada 17 April 2017 di Jakarta,

Puslitbangtan juga diwarnai oleh per-gantian pejabat struktural di bawahnya,terkait dengan telah berakhirnya masadinas pejabat sebelumnya dan sebagianlagi karena promosi jabatan. Pergantianpejabat struktural tidak hanya di tingkatPusat tetapi juga di Balai Besar dan BalaiPenelitian. Mereka adalah Dr Moh IsmailWahab, Dr Joko Susilo Utomo, DrMuhammad Azrai, Dr AM Adnan, DrRonald, dan Happy Three Agustiwi, MSi.

Dr Moh Ismail Wahab

Pria kelahiran Sampang, Madura, 52tahun yang lalu ini, dipercaya memimpinBalai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) yang sebelumnya mengepalaiBPTP Maluku Utara (2011-2013) danBPTP Jawa Tengah (2013-2016). Samadengan pejabat eselon 2 lainnya dilingkup Kementerian Pertanian, Dr MohIsmail juga mengikuti proses lelangjabatan dan dinyatakan memenuhipersyaratan memimpin BB Padi,menggantikan Dr Ali Jamil yangditugaskan menakhodai Puslitbangtan.

Memulai karier sebagai penelitisetelah memperoleh ijazah S1 di IPB

pada tahun 1991, setahun kemudian PakMoh Ismail diangkat sebaga PNS. Tugasbelajar Program S2 diselesaikannya diIPB pada tahun 2004 dan Program S3 diUGM pada tahun 2009. Kini Dr MohIsmail dan para peneliti di BB Padidituntut memberikan kontribusi yanglebih besar dalam peningkatan produksipadi nasional, sesuai dengan ProgramSwasembaga Pangan Berkelanjutanyang dicanangkan pemerintah.

Menikah dengan Suhaida Amirullah(kelahiran Ujung Pandang) padapertengahan 1991, Pak Moh Ismail kinitelah dikaruniai dua putra (MohammadIbnu Sabil dan Mohammda Irfan Fahmi)dan satu putri (Fatimah Zahroh).

Dr Joko Susilo Utomo

Berasal dari Balai Penelitian TanamanAneka Kacang dan Umbi (Balitkabi)kemudian kembali ke Balitkabi setelahmemimpin BPTP Lampung pada tahun2012-2013, kemudian memimpinBalitjestro sejak 2013 hingga 2017. Pada6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilanakrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantikmenjadi Kepala Balitkabi, menggantikanDr Didiek Harnowo yang telah berusia58 tahun, batas usia pejabat strukturaldan kembali sebagai peneliti.

Pria kelahiran Banyuwangi, JawaTimur, 56 tahun yang lalu ini, bekerja diBalitkabi setelah menyelesaikanpendidikan S1 di UGM pada tahun 1986.Tugas belajar untuk program S2 diuniversitas yang sama diselesaikanpada tahun 1994. Gelar doktor diraihpada tahun 2009 setelah menjalaniProgram S3 di Universitas Putra Malaysia,Kuala Lumpur.

Pada pertengahan tahun 1989 PakJoko mempersunting Dra Dyah Mustikadan kini telah dikaruniai dua oranganak, Amalia Ratna Putri Utomo (26tahun) dan Azmi Kusumastuti Utomo(21 tahun).

Dr Muhammad Azrai

Menurut beberapa peneliti senior diPuslitbangtan, baik yang masih aktifmaupun purnatugas, pengangkatan DrAzrai sebagai Kepala Balai PenelitianTanaman Serealia (Balitsereal) dinilaitepat. Pengalamannya dalam perakitanvarietas unggul jagung sudah memadaidan diharapkan mampu meningkatkankinerja Balitsereal dalam mendukungprogram swasembada jagung ber-kelanjutan.

Pria kelahiran Walenreng, SulawesiSelatan, 45 tahun yang lalu ini mulai

Pejabat Baru PuslitbangtanPejabat struktural lingkup Puslitbangtan yang dilantik beberapawaktu yang lalu dituntut untuk bekerja profesional dan bersinergidalam menjalankan program institusi di bawah nakhoda Dr AndrikoNoto Susanto, Kepala Puslitbangtan yang baru.

Page 5: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

5Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

bekerja sebagai peneliti di Balitserealsetelah memperoleh ijazah S1 dari Univ.Hasanuddin Ujung Pandang pada tahun1997. Pada tahun 2002 Pak Azrai mem-peroleh gelar magister dengan predikatcum laude dari Univ. PadjadjaranBandung dan tahun 2007 merupakanlulusan doktor terbaik di InstitutPertanian Bogor.

Hingga saat ini Dr Azrai telah meng-hasilkan 16 varietas unggul jagung, satuvarietas sorgum, dan dua varietasunggul gandum. Dia juga produktifmenulis hasil penelitian dan telahmenghasilkan 38 karya tulis ilmiah yangditerbitkan pada jurnal nasional daninternasional. Beberapa penghargaanyang diperoleh Dr Azrai antara lain dariMenteri Pertanian pada tahun 2011sebagai peneliti berprestasi dan dariGubernur Sulawesi Selatan pada tahun2014 sebagai peneliti yang telahberkontribusi terhadap ketahananpangan. Anugerah Kekayaan IntelektualLuar Biasa juga diperolehnya padatahun 2014 dari Kemenristek dan Dikti.

Dr AM Adnan

Sebelum menggantikan Dr I NyomanWidiarta sebagai Kepala BidangProgram dan Evaluasi di Puslitbangtan,Dr Adnan adalah Kepala Seksi JasaPenelitian dan kemudian Kepala SeksiPelayanan Teknik di Balitsereal yangberkedudukan di Maros, SulawesiSelatan. Pria kelahiran Ujung Pandang49 tahun lalu ini sudah tidak asing bagisebagian warga Puslitbangtan, karenakehadirannya yang cukup intens dalampembahasan anggaran penelitian, baikdi Bogor maupun Jakarta.

Memulai kariernya sebagai penelitihama dan penyakit tanaman di Balit-sereal awal tahun 1998, lulusan ProgramS2 Universitas Hasanuddin Makassar inimendapat tawaran tugas belajar untukProgram S3 di UPLB Filipina danmemperoleh gelar doktor pada tahun2004. Menikah pada tahun 1994 denganHj Nurhidayah Hadi, Pak Adnan kinitelah dikaruniai dua putra dan satuputri, masing-masing bernama AndiMuh. Ayyub Annur, Andi Alfiyani Annur,dan Andi Muh. Afdhal Annur, dua diantaranya kuliah pada program S1 danseorang lagi duduk di bangku SLTA.

Dr Ronald

Pria berdarah Batak ini dilantiksebagai Kasubbid Pendayagunaan HasilPenelitian (PHP) Puslitbangtan padaPebruari 2017, menggantikan Dr R. HeruPraptana yang mendapat jabatan yangsama di Puslitbang Perkebunan.Sebelumnya, Pak Ronald menjabatsebagai Kepala Seksi Pelayanan Teknisdi Balai Penelitian Tanaman Palma,Manado.

Sejak kecil Pak Ronald telah me-langlang buana mengikuti kedua orangtuanya yang bertugas di Papua. IjazahS1 diperolehnya dari Fakultas PertanianUniversitas Negeri Cenderawasih diManokwari pada tahun 1995. Tugasbelajar Program S2 dan S3 JurusanEkonomi Pertanian di Fakultas PertanianUGM masing-masing diselesaikan padatahun 2003 dan 2014 dengan predikatCum Laude.

Mudah bergaul, kini Pak Ronaldsudah familiar dengan teman-teman di

Bidang KSPHP. Pria yang punya hobipertukangan dan modifikasi otomotif inimenyukai kopi pahit dan doyan cabai.“Makan nasi tanpa cabai ibarat siang yangtak bermatahari”, katanya berseloroh.

Lahir di Pematang Siantar, SumateraUtara, pada 17 April 1970, pria dengannama lahir Ronald Timbul PardameanHutapea ini menyunting wanitakelahiran Manado bernama Meity AnekeTulalo, peneliti pada Balai PenelitianTanaman Palma, pada tahun 2000.Mereka telah dikaruniai seorang putribernama Hana Anastacia yang kiniduduk di bangku kelas 2 SMP. Horas PakRonald.

Happy Three Agustiwi, MSi

Wanita kelahiran Gunung Kidul 45tahun yang lalu ini bekerja di Puslit-bangtan sejak 1999 sebagai stafSubbidang Program. Semangatnya yangtinggi untuk berkarier ditunjukkansetelah bekerja dengan ijazah D3 dariYKPN Yogyakarta. Sambil bekerja, BuHappy kuliah di Jurusan ManajemenUniversitas Ibnu Khaldun Bogor, danlulus pada tahun 2005. Program S2diselesaikan pada tahun 2013 padaJurusan Ilmu Manajemen IPB.

Pada 20 Agustus 2016 Bu Happydilantik menjadi Kasubbag Keuangandan Perlengkapan menggantikan DrsKusnandar yang telah memasuki masapurnatugas. Wanita yang hobi berolahraga ini menikah dengan Surono, SPdpada tahun 1997 dan telah dikaruniaiseorang putri bernama Auliyaa Febrizkiyang kini duduk di bangku SMA. (HMT/Ron/Sri)

Page 6: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

6 Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

Pada saat Tim Redaksi Berita Puslitbangtan membahastokoh berikutnya yang cocok dihadirkan dalam kolomini, timbul pertanyaan, siapa lagi setelah Pak Ibrahim

Manwan, Subandi, Suhardjan, I Nyoman Oka, IDM TanteraKeramas, dan AM Fagi? Setelah menyadari bahwa tokoh-tokoh tersebut semuanya pria, timbul pertanyaan: mengapatidak menghadirkan tokoh wanita? Nama Prof Dr Sri SuharniSiwi yang akrab dipanggil Bu Siwi, segera muncul danlangsung disepakati oleh segenap anggota Tim Redaksi.

Dalam usia menjelang 74 tahun ketika tim berkunjung kekediaman beliau di Bondongan, Bogor, Bu Siwi kelihatan tidakbanyak berubah bagi siapa pun yang mengenalnya sejak 30tahun lalu. Dengan daya ingat yang masih prima, beliau lancarbercerita tentang kegemarannya mengamati serangga.“Ketika teman sepermainan dan kakak-kakak saya berusahamenghindar, saya justru memungut ulat yang saya temukandi sawah untuk dimasukkan ke botol,” ujarnya tersenyum.“Sungguh menakjubkan bagaimana melihat ulat itu berubahmenjadi kepompong, lalu kupu-kupu yang kemudian sayalepas ke alam bebas”.

Istri dari alm. Dr BH Siwi (pemulia tanaman dan KepalaPuslitbangtan periode 1980an) ini merasa beruntung terlahirdari ayah yang tercatat sebagai perintis kemerdekaan. Diadibebaskan dari uang sekolah dan uang kuliah, bahkanmendapat tunjangan sebesar Rp 700,00. Dia memilih jurusansosial-ekonomi di Universitas Gadjahmada (UGM) sambilmengambil juga mata kuliah botani sampai diangkat menjadiasisten dosen untuk kedua jurusan itu. Dengan bekaltunjangan dan honor itu, dia menyelesaikan kuliahnya padatahun 1967 untuk kemudian melamar ke Lembaga PusatPenelitian Pertanian (LP3) yang kini dikenal sebagaiPuslitbangtan.

Ibu dari putri tunggal Carolina yang lahir di North Carolina,USA — tempat orang tuanya menuntut ilmu pada tahun1970an — ini lalu bercerita bagaimana keinginan bekerja di

LIPI dan melamar ke LP3. “Saya dan seorang rekan lain,Alfatah, yang juga turut melamar waktu itu diterima di ruanganKapus sekarang. Waktu itu ada dua orang di ruangan tersebut,Pak Siwi dan Pak Subijanto,” ujarnya dengan tersenyumseakan kejadian itu baru saja berlalu. “Ketika itu ada satumeja dan kursi kosong di ruangan tersebut, dan setengahbergurau saya berbisik kepada Pak Alfatah sambil menunjukmeja tersebut, “Nanti itu meja kerja saya, lho”. Senyumnyamasih mengambang, ketika wanita kelahiran BaciroYogyakarta ini melanjutkan, “Ternyata gurauan saya menjadikenyataan. Saya diterima bekerja di LP3 dan menjadi asistenPak Siwi, duduk di meja yang saya tunjuk ketika melamar itu.Beberapa waktu kemudian pada tahun 1969, kedua makhlukini menikah secara Islam di Yogyakarta.

Setahun kemudian, Pak Soehardjan dari Bagian Hamadan Penyakit Tanaman di LP3 mengajak Bu Siwi pindah keunit kerja tersebut. Pada suatu waktu, Pak Ida Nyoman Okamenunjukkan koleksi serangga yang terbengkalai yangmembuatnya tertantang untuk membenahi. “Waktu itu sayahanya dibantu oleh Mudrika, seorang asisten tamatan SD”,kenangnya. “Saya masih ingat bagaimana kami memeliharawereng yang waktu itu masih belum menjadi hama penting,sampai 10 kurungan. Beberapa waktu kemudian, ketikaberada di North Carolina, saya mendengar ledakan seranganhama wereng. Ada kekhawatiran jangan-jangan ledakanserangan wereng itu terjadi dari lepasnya wereng darikurungan tersebut.”

Bu Siwi kemudian bercerita tentang pengalaman ikutsuami ke North Carolina State University di Amerika Serikat,lalu ikut sebagai mahasiswa sit in tapi memberanikan diri ikutujian dan mendapat nilai 97, kelahiran putri tunggalnyaCarolina, sampai terakhir ke UPLB di Los Banos, Filipina untukriset Pak Siwi yang studinya dibiayai oleh IRRI. Di sini diabergabung dengan beberapa keluarga Indonesia lainnya dariLP3 seperti Pak Ibrahim Manwan, Soebijanto, Suryatna

Sri Suharni Siwi,Tegar Berbalut Syukur dalam Pengabdian

Ketika banyak orang tergoda untuk mendalami bidang yang relatif “menjanjikan masadepan”, wanita ini tetap menunjukkan kesetiaan yang tinggi akan bidang “kering” yangtelah mewarnai hidupnya sejak kecil. Termasuk kelompok awal peraih gelar Profesor RisetBadan Litbang Pertanian, dia bersyukur dengan hadirnya seorang penerus ilmu yangditekuninya di UGM, tempat pengabdiannya terakhir di usia lanjut.

Page 7: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

7Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

Effendi, dan Prabowo yang semuanya pernah mewarnaiBadan Litbang Pertanian. Bu Siwi menunjukkan keteguhanhatinya ketika sang suami pernah ingin pulang ke tanah airtanpa menyelesaikan program doktornya. Ketika diamendengar keluhan dan keinginan pulang itu, denganmenguatkan hati dia berujar, “Kalau bapak ingin pulang,silakan. Saya dan Lina akan tetap di sini”. “Saya sadar bapaksangat menyayangi putri tunggalnya dan mungkin dia tak bisamembayangkan akan seperti apa hidupnya bila berpisah jauhdari Carolina. Pak Siwi bertahan dan akhirnya berhasil meraihgelar PhD dalam bidang pemuliaan tanaman tahun 1975.”

Anak bungsu dari 10 bersaudara ini meneruskan koleksiserangganya setelah kembali ke tanah air. Ketekunannyamembuahkan bantuan dari Pemerintah Jepang, Belanda, danAustralia dalam bentuk bantuan teknis dan peralatan yangtergolong canggih pada waktu itu. Ketika mengikuti trainingdi Belanda, Bu Siwi nekad berkunjung ke Cekoslowakia yangsaat itu masih tertutup akibat perang dingin Blok Timur danBarat. Dia ingin memenuhi pesan sang ayah untuk mencarikakaknya yang hilang ketika tugas belajar di negara itu, karenatak diijinkan pulang pada jaman Orba. Meski rekan-rekannyamelarang, Bu Siwi tetap nekad berangkat. “Saya tiba dengankereta api di tengah malam dan atas pertolongan Allah SWTsaya bisa bertemu dengan Mas Suhardono,” ujarnyamengenang. “Pertemuan itu begitu mengharukan dan singkatkarena saya harus kembali ke Belanda esoknya. Alhamdulillah,

kakak saya yang menikah dengan wanita Polandia itu sudahtiga kali berkunjung ke tanah air, terakhir dengan istri, keduaanak, dan menantunya. Saya tidak tahu mungkin hal ini jugaberkaitan dengan stagen (sejenis sabuk dari kain yangdililitkan di pinggang wanita jaman dulu, biasanya dipakaidengan kain panjang dan kebaya) yang ditinggalkan ibuuntuk saya dengan pesan sebagai pengikat tali keluarga. Sayamasih menyimpan stagen itu sampai kini”.

Menyelesaikan program doktor di Tokyo University ofAgriculture tahun 1986 dalam bidang biotaksonomi, nenekdari seorang cucu yang bergelar sarjana teknik tapi lebihtertarik menggeluti musik ini, telah menyusuri berbagaipelosok di tanah air untuk meningkatkan koleksi serangganya.Berbagai training dan pertemuan ilmiah telah dilakoninya didalam dan luar negeri, demikian pula karya tulis ilmiahnyayang telah diterbitkan di berbagai jurnal nasional daninternasional. Dia tidak berminat menemukan pasanganhidup baru setelah berpulangnya Pak Siwi sekitar seperempatabad yang lalu. “Saya tidak ingin kehilangan kenangan denganbeliau,” ujarnya dan segera melanjutkan “Dia sangatpenyabar, tapi juga “penakut”, ujarnya setengah tertawa.“Beliau begitu takut kalau saya nyetir. Akibatnya saya barubisa nyetir setelah beliau meninggal”.

Bu Siwi mengaku kagum dan hormat kepada Pak IdaNyoman Oka yang ketika menjabat Direktur Karantinamemintanya membantu beliau sebagai konsultan. Bu Siwimenjadi dosen pascasarjana di UGM setelah meninggalkanBB Biogen sekitar dua tahun lalu. Dia merasa lega karenaberhasil menemukan penerusnya di UGM, Dr Suputa yangkini juga telah melanglang buana dalam bidang yang samadengan Bu Siwi.

Ketika mendapat tugas sebagai Koordinator Proyek PeranWanita dalam Usahatani, beliau menggunakan sebagian danakegiatan proyek itu untuk membiayai kegiatan koleksiserangganya. “Rasanya tidak ada peneliti yang tertarikmenangani kegiatan ini. Peneliti muda yang direkruit hanyamenggunakannya sebagai batu loncatan untuk kemudianpindah ke unit kerja lain,” ujarnya datar.

Di usia senjanya, Bu Siwi berulangkali menyatakan syukuratas karunia Illahi atas semua yang dia peroleh dan jalani.“Saya memilih kembali tinggal di Yogya, karena di komplekssaya bermukim, saya bisa bangun lebih awal dan berjalankaki ke masjid yang relatif dekat untuk menunaikan sholatsubuh”. Sambil menepuk lututnya beliau berujar“Alhamdulillah lutut saya masih OK untuk dibawa berjalankaki”. Bu Siwi memang patut bersyukur atas karunia-Nyakarena kesehatan, perjalanan hidup yang penuh warna,dengan eksistensi yang diakui sebagai peneliti, dosen, danibu rumah tangga yang mandiri. (MS/Ron)

Di usia senja, Prof Dr Sri Suharni Siwi kembali ke kampung halamannyadi Baciro Yogyakarta dan mengabdikan pikiran dan pengalamannya diUniversitas Gajahmada.

Page 8: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

8 Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

Dua bulan setelah bertugas se-bagai Dirjen Tanaman Panganberakhir, Pak Hasil yang ditemui

di ruang kerjanya di Puslitbangtan tidakmemperlihatkan perubahan dalampenampilan dan nada bicaranya. Beliaumasih terlihat gagah dan gaya bicaranyayang kadang-kadang cepat masihterkendali dengan baik. Pria kelahiranBrastagi, kota wisata pegunungan diSumatera Utara, 57 tahun yang lalu inicukup banyak mengungkap karier danperjalanan hidupnya.

“Istri saya kelihatannya senangketika saya menjemputnya dari tempatdia mengajar. Sesuatu yang belumpernah saya lakukan selama ini,”

ujarnya terkekeh ketika menceritakansebagian kegiatannya setelah tak lagidipanggil “pak Dirjen”. Bagi yangmengikuti perjalanan hidup kakek dariseorang cucu berusia dua setengahtahun ini, grafiknya seakan terusmenanjak. Dimulai sebagai staf penelitilapang Puslit Tanah di Proyek UACP(Upland Agriculture and ConservationProject) atau dikenal juga denganProyek Penelitian DAS (Daerah AliranSungai) di Jawa Timur. Dua tahunsetelah berhasil menyelesaikanprogram doktor di Oklahoma StateUniversity, suami Hj. Ir. Asmanur JannahMP ini diangkat sebagai Kepala InstalasiPenelitian dan Pengkajian Pertanian (kiniBPTP) di Mataram. Kemudian diadipercaya sebagai Kepala BPTP SUMUT,Kepala BB Padi, Kepala Puslitbangtan,Direktur Serealia, dan terakhir DirekturJenderal Tanaman Pangan.

Ayah dari dua orang putri yang ber-latar belakang kedokteran ini tertawakecil ketika dikatakan bahwa setelahjabatan Dirjen tentu tidak mungkin lagibaginya menjabat eselon dua yang lebihbanyak peluangnya daripada eselonsatu. “Kalau saya ingat pengalamanmengawal penelitian DAS di SumberKembar, Jawa Timur dulu,” katanyaseakan menerawang masa lalu,”sulitjuga memahami bagaimana saya bisajadi direktur lalu dirjen. Saya kan tidakistimewa banget, rasanya biasa-biasasaja”. Kemudian dengan cepat dia me-nambahkan, “Saya bersyukur atas semuakarunia-Nya. Tapi jabatan birokrasi yangcukup lama juga telah membuat sayaharus segera kembali berlatih menulis,terutama karya tulis ilmiah”.

Ketika ditanya apa yang palingberkesan selama menjadi DIrjen, diaterlihat berusaha memilih kalimat yangtepat. Ketika usaha itu agak macet,dengan tertawa kecil dia menjawabnormatif bahwa setiap jabatan pasti adasuka dukanya. Produksi padi di wilayahbinaannya, Sumatera Selatan, naikcukup tinggi sekitar satu juta ton. Diajuga ikut bangga bahwa varietas unggulInpari 22 dari Badan Litbang Pertanianternyata telah digunakan sebagianpetani lahan rawa di pelosok provinsiitu yang rawan akan penyakit blas.Ketika banyak suara berbeda denganMenteri Pertanian tentang impor beras,Pak Hasil tampaknya membela sangmenteri. “Nyatanya ketika tak ada imporberas tahun lalu, harga stabil, tidak adakeributan, kan?”, ujarnya dengan yakin.

Pria yang pernah menjadi komisarisPIM (Pupuk Iskandar Muda) danBULOG ketika menjabat Dirjen TanamanPangan ini, kabarnya sedang berusahamenyiapkan pidato pengukuhanProfesor Risetnya yang tertunda selamadua tahun terakhir. Kini dia mendapatkepercayaan sebagai KoordinatorNasional untuk penelitian Closing YieldGap kerja sama IRRI-Badan LitbangPertanian. Selain itu Pak Hasil jugamenangani penelitian salinitas bersamaProf Dr Zulkifli Zaini. Kini pria yang rajinjalan kaki pagi ini masih sering dimintamenemani Menteri Pertanian ke lapangdan dia juga mempunyai lebih banyakwaktu untuk dinikmati bersamakeluarga, sesuatu yang pantas diasyukuri. (MS).

Pak Hasil Kembali ke Dunia PenelitianSetelah menjalankan tugas sebagai pemimpin di beberapa institusilingkup Kementerian Pertanian, Pak Hasil, panggilan akrab Dr HasilSembiring, kembali ke habitat penelitian di Puslitbangtan.

Dr Hasil Sembiring kembali ke Puslitbangtansebagai peneliti setelah mengakhiri tugasnyadi Ditjen Tanaman Pangan, KementerianPertanian.

Page 9: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

9Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

Bagi peneliti, jurnal ilmiah tidakhanya diperlukan untuk sosiali-sasi hasil penelitian tetapi juga

menentukan profesionalisme. Hal inisemakin penting artinya bagi pejabatfungsional peneliti yang dituntut mem-buat karya tulis ilmiah (KTI) sebagaisalah satu bukti yang diperlukan dalammemenuhi persyaratan sebagai pejabatfungsional peneliti.

Dewasa ini tuntutan akreditasi jurnalilmiah semakin ketat yang harusdirespons peneliti, lembaga penerbit,dan tim redaksi untuk meningkatkankualitas jurnal ilmiah yang menjadibarometer kinerja penelitian. Salah satudari sederetan persayaratan akreditasimajalah ilmiah yang harus dipenuhiadalah sumber acuan primer yangdigunakan. Menurut LIPI, jurnal ilmiahdinilai “baik” kalau sumber acuanprimernya > 80% dari terbitan terbarubidang ilmu terkait. Dalam hal ini, terbitanterbaru adalah jurnal ilmiah primer yangterbit dalam 10 tahun terakhir.

Sumber acuan yang digunakanpeneliti dalam KTI akan menentukankualitas KTI itu sendiri karena berfungsisebagai dasar penyusunan argumentasiatau bahan pembahasan hasilpenelitian. Sumber acuan KTI jugamenggambarkan intensitas analisispeneliti terhadap substansi yangmenjadi subjek penulisan.

Data menunjukkan, hingga saat inimasih banyak KTI penelitian yangmasuk ke redaksi belum memenuhiketentuan yang dipersyaratkan LIPI.Dalam hal rujukan pustaka saja,misalnya, KTI dipersyaratkan merujukminimal 80% pustaka dari jurnal ilmiahprimer yang baru (5-10 tahun terkahir),tetapi tidak banyak penulis yangberusaha memenuhi persyaratan ini.

Sebagian peneliti berpendapatbahwa rujukan pustaka hanya sebagaipelengkap KTI, yang bisa ditambah ataudikurangi setelah substansinya dinilailayak oleh redaksi. Dikaitkan denganpersyaratan akreditasi yang ditetapkanLIPI, justru kuota minimal 80% rujukanpustaka dari jurnal ilmiah primer yangbaru perlu dipenuhi sebelum tulisandikirim ke redaksi.

Sebagian besar jurnal ilmiah primeryang diterbitkan oleh unit kerja eselonII lingkup Badan Litbang Litbang telahmendapat akreditasi dari LIPI sejaktahun 2005. Sebelum terakreditasi padatahun 2001/2002, sumber acuan yangdirujuk jurnal penelitian pertanian rata-rata 55% dari jurnal ilmiah primer yangterbit dalam 10 tahun terakhir, danproporsi rujukan yang berasal darijurnal ilmiah primer dan nonjurnalmasing-masing 38% dan 62%. Setelahterkreditasi, proporsi rujukan jurnalpenelitian pertanian berkisar antara 11-77% dari jurnal ilmiah primer dan 23-

89% dari nonjurnal. Data ini me-nunjukkan pola rujukan jurnal pe-nelitian pertanian belum sepenuhnyamemenuhi imbauan LIPI yang mem-persyaratkan minimal 80% rujukan darijurnal ilmiah primer dan maksimal 20%dari nonjurnal.

Beberapa jurnal penelitian per-tanian mengalami kemajuan dalammeningkatkan proporsi rujukan darijurnal ilmiah primer. Jurnal Hortikulturadan Jurnal Penelitian Tanaman Industri,misalnya, proporsi rujukan dari jurnalilmiah primer yang pada tahun 2001/02masing-masing 65% dan 46%, me-ningkat menjadi masing-masing 77%dan 62% pada tahun 2011/12. JurnalPengkajian Teknologi Pertanian jugamengalami kemajuan dalam rujukanjurnal ilmiah primer masing-masing dari11% pada tahun 2002 menjadi 27% padatahun 2011. Hal serupa juga dialami olehJurnal Tanah dan Iklim, dari 18% padatahun 2002 menjadi 35,4% pada tahun2011.

Pola rujukan pada Jurnal PenelitianPertanian Tanaman Pangan setelahdan sebelum terakreditasi relatif belumberubah, masing-masing 51% dari jurnalilmiah primer dan 49% dari nonjurnalpada tahun 2002 menjadi 50,6% dan49,4% pada tahun 2012.

Pola rujukan pada Jurnal IlmuTernak dan Veteriner, Indonesian

Kondisi Rujukan Jurnal Penelitian PertanianSebelum dan Setelah TerakreditasiLIPI mempersyaratkan karya tulis yang terbit pada jurnal ilmiah terakreditasi harus merujukminimal 80% jurnal ilmiah primer dan maksimal 20% dari nonjurnal. Setelah pemberlakuanakreditasi, beberapa jurnal penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian mengalami peningkatanproporsi rujukan dari jurnal ilmiah primer, tetapi belum mendapat “predikat baik” menurutpersyaratan LIPI.

Page 10: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

10 Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

Journal of Agricultural Science, danJurnal AgroBiogen relatif lebih baik,masing-masing 66,4%, 67,2% dan 63,4%dari jurnal ilmiah primer sementara darinonjurnal 33,6%, 32,8% dan 35,7%. PadaJurnal Penelitian Pascapanen Pertanian,proporsi rujukan dari jurnal ilmiahprimer dan nonjurnal masing-masing43,1% dan 56,9%.

Secara umum, pola rujukan jurnalpenelitian pertanian sudah mengalamikemajuan meskipun belum memenuhikriteria “baik” menurut peraturan LIPIyang mempersyaratkan minimal 80%rujukan dari jurnal ilmiah primer danmaksimal 20% dari nonjurnal.

Tingkat Kebaruan SumberAcuan

Kalau sumber acuan dibatasi hingga 10tahun terakhir maka tingkat kebaruansumber acuan pada jurnal ilmiah pe-nelitian lingkup Badan Litbang Pertanianrata-rata 55,9%. Data ini mengisyaratkantidak satu pun jurnal penelitian per-

tanian yang memenuhi persyaratan darisegi tingkat kebaruan sumber acuan.

Sumber acuan baru (novelty)adalah yang memuat informasi yangbelum diketahui sebelumnya atausesuatu yang memang baru. Ke-mutakhiran (recency) sumber acuandapat diketahui dari tahun terbitnya.Sumber acuan yang terbit lebih dari 10tahun yang lalu bisa saja dinilai barukalau informasinya selama ini belumdiketahui, namun ada sumber acuanyang terbit dua tahun yang lalu sudahdinilai usang karena tidak relevandengan kondisi saat ini.

Dalam menghasilkan KTI, penelitidituntut untuk mengikuti persyaratanyang telah ditetapkan LIPI, termasuksumber acuan yang digunakan. Redaksijurnal ilmiah juga dituntut untukmenelaah sumber acuan KTI yangdikirimkan peneliti sebelum substansi-nya ditelaah dan dibahas dalam rapatredaksi. Karya tulis ilmiah yangdikirimkan kepada redaksi seharusnyasudah mengikuti persyaratan LIPI.

Bagi redaksi, KTI yang tidak me-menuhi persyaratan akreditasi tentuakan dikembalikan untuk diperbaiki,yang seringkali tidak segera mendapatrespons dari penulis. Hal ini akanmemperpanjang waktu penelaahantulisan oleh redaksi yang tidak jarangmenjadi penyebab lamanya prosespenerbitan publikasi.

Pengalaman menunjukkan, se-bagian peneliti kurang tanggapterhadap tata cara penulisan sumberacuan pada daftar pustaka KTI. Sebelummengirimkan KTI ke redaksi ataubahkan sejak sebelum menulis, penelitihendaknya memperhatikan pedomanpenulisan KTI pada jurnal ilmiah yangbersangkutan.

Kesimpulan dan Saran

Proporsi rujukan jurnal penelitianpertanian dari jurnal ilmiah primerberkisar antara 11-77% dan darinonjurnal 23-89%. Beberapa jurnalpenelitian mengalami peningkatanproporsi rujukan dari jurnal ilmiahprimer, tetapi belum mendapat“predikat baik” sesuai persyaratan LIPI.Tingkat kebaruan sumber acuan jurnalpenelitian pertanian juga belummendapat predikat baik, rata-rata 55,9%dari yang terbit 10 tahun terakhir.

Kondisi ini perlu menjadi per-timbangan peneliti, pengelola, danredaksi jurnal ilmiah lingkup BadanLitbang Pertanian, mengingat semakinketatnya persyaratan akreditasi. (HMT)

Page 11: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

11Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

Setelah mengakhiri kariernyasebagai Kepala Puslitbangtansejak April tahun 2016, Dr Made

Jana Mejaya berkonsentrasi penuh padakegiatan penelitian. Mulai tahun 2017,Pak Made, panggilan akrab Dr MadeJana Mejaya, juga mendapat amanahsebagai Ketua Redaksi Jurnal PP,menggantikan Prof Dr Zulkifli Zaini yangtelah pensiun sebagai peneliti di usia 65tahun.

Bagi Puslitbangtan, Jurnal PP selainsebagai barometer kinerja penelitianjuga diperlukan oleh peneliti dalammempublikasikan hasil penelitian danmemperkaya khazanah ilmu pe-ngetahuan dan teknologi di bidangpertanian tanaman pangan. SebagaiKetua Redaksi, Pak Made dituntut untukkreatif di keredaksian karena LIPI padatahun 2017 mulai memberlakukanakreditasi e-jurnal bagi semua jurnalilmiah terakreditasi di Indonesia,termasuk Jurnal PP. Di sisi lain, beberapapengelola teknis jurnal ilmiah ini diPuslitbangtan sudah dan akan me-masuki masa pensiun. Oleh karena itu,regenerasi dan pelatihan keredaksianbagi pengelola teknis Jurnal PP me-rupakan suatu keharusan dalam mem-pertahankan dan meningkatkan statusakreditasi jurnal ilmiah nasional ini.

Pengalaman sebagai pemuliatanaman dan pejabat struktural di BPTPMaluku Utara, Balitkabi, BB Padi, dan

Puslitbangtan menjadi modal bagi PakMade dalam mengelola keredaksianJurnal PP. Didukung oleh beberapaprofesor riset dan peneliti senior dikeredaksian, penerbitan Jurnal PP dibawah pengelolaan Pak Madediharapkan semakin berkualitas danterbit tepat waktu. (HMT)

Dr Made Jana Mejaya,Ketua Redaksi Jurnal PP yang Baru

Dr Made Jana Mejaya mendapat amanah menjadi Ketua RedaksiJurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (PP). Di bawahpengelolaan Pak Made, kualitas dan kontinuitas penerbitan JurnalPP diharapkan semakin baik, sesuai dengan yang dipersyaratkanLIPI untuk jurnal ilmiah terakreditasi.

Dewan Redaksi Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan

KetuaDr Made Jana Mejaya (Pemuliaan)

Anggota:Prof Dr Zulkifli Zaini (Agronomi)

Prof Dr A.K. Makarim (Eko Fisiologi)Prof Dr Sumarno (Pemuliaan)

Prof Dr Djoko Said Damardjati (Pascapanen)Prof Dr I Wayan Rusastra (Sosial-Ekonomi)

Dr M. Machmud (Hama Penyakit)Prof Dr Made Oka Adnyana (Sosial-Ekonomi)

Dr I Nyoman Widiarta (Penyakit)

Redaksi Pelaksana

Dr Ronald T.P. HutapeaHermanto, S.Sos

Page 12: Puslitbangtan - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-64-2017.pdf · 6 Pebruari 2017, Pak Joko, panggilan akrab Dr Joko Susilo Utomo, dilantik

12 Berita Puslitbangtan 64 • April 2017

Buku Pengendalian Penyakit TungroLIPI mempersyaratkan pejabat fungsional peneliti menulis buku berbasis hasilpenelitian untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi.Penulis buku yang diterbitkan IAARD Press ini mengungkap pengalamannyadalam penelitian penyakit tungro secara terpadu pada tanaman padi.

Kementerian Pertanian terusmendorong upaya peningkatanproduksi padi secara ber-

kelanjutan untuk memenuhi panganpenduduk yang terus meningkat daritahun ke tahun. Di sisi lain, upayapeningkatan produksi padi dihadapkankepada masalah yang makin beragam,antara lain hama dan penyakittanaman. Tungro termasuk penyakitutama tanaman padi yang perludiwaspadai karena pernah endemis dibeberapa sentra produksi. Akibatnya,serangan penyakit ini tidak hanyamenurunkan produksi tetapi jugaberpotensi menggagalkan panen padatingkat penularan yang parah.

Data menunjukkan, penyakit tungrotelah berkembang di 142 kabupaten di23 provinsi di Indonesia. Beberapadaerah pertanaman padi di Puau Jawadan Bali pernah endemis tungrodengan kerugian yang cukup besar.Perkembangan penyakit yangberbahaya ini disebabkan oleh partikelvirus yang ditularkan hama werenghijau. Oleh karena itu, pengendalianhama wereng hijau termasuk strategiutama pengendalian penyakit tungro.

Sejalan dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi, pengen-dalian hama dan penyakit tanamantidak lagi mengandalkan pestisida

karena diketahui mencemari ling-kungan. Penggunaan varietas tahan,rekayasa budi daya, pengembanganantifidan nabati, agens hayati, dankonservasi predator adalah carapengendalian terpadu yang dianjurkan.

Dalam upaya pengendalian penyakittungro pada tanaman padi secaraterpadu, Dr I Nyoman Widiarta dan DrMuhammad Muhsin, peneliti penyakittanaman padi, khususnya penyakittungro di Puslitbangtan, menuliskanpengalaman penelitiannya pada bukuyang berjudul Pengendalian PenyakitTungro Terpadu Tanaman PadiBerdasarkan Dinamika Populasi Vektordan Epidemiologi Virus. Sesuai dengansubstansinya, buku ilmiah ini ber-manfaat sebagai referensi bagi maha-siswa, peneliti, penyuluh pertanian, danpihak terkait lainnya dalam pengen-dalian penyakit tungro. (HMT)Gejala penularan penyakit tungro pada tanaman padi.