Proposal Lengkap EDI

download Proposal Lengkap EDI

of 78

Transcript of Proposal Lengkap EDI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT OSTEOARTRITIS (OA) PADA LANSIA DI PANTI WERDA MINAULA KECAMATAN RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2008

OLEH : EDI KURNIAWAN 905312910105.0007

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AVICENNAKENDARI 2008

RINGKASAN

EDI KURNIAWAN (NIM. 905312910105.0007) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) pada Lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008 (Pembimbing I : Dr.H.Hamzah,M.Kes dan Pembimbing II : Yuliana,S.Kep,NS) Salah satu upaya kesehatan dengan pendekatan pencegahan, dan penyembuhan penyakit adalah pemberantasan penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Diantara sekian banyak penyakit tidak menular atau penyakit kronik degeneratif salah satunya adalah berkaitan dengan nyeri sendi yaitu Osteoartritis yang merupakan suatu penyakit sendi akibat adanya perubahan pada tulang rawan dan tulang disekelilingnya sehingga menimbulkan rasa ngilu atau nyeri dan pergerakan sendi menjadi terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor obesitas, riwayat trauma dan penggunaan sendi secara berlebihan terhadap kejadian penyakit Osteoartritis. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analatik dengan menggunakan pendekatan case control. Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu yakni sejak tanggal 9 oktober 2008 sampai dengan 22 oktober 2008 bertempat di Panti Werda Minaula Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia, sedangkan sample adalah semua lansia yang menderita osteoarthritis sebanyak 30 orang dan tidak menderita osteoarthritis sebanyak 30 orang yang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Data diolah dengan menggunakan komputer program SPSS versi 11.00, sedangkan data dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis inferensial. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berdasarkan variable yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai lower limit dan upper limit variable obesitas sebesar 0,241 dan 10,049, variabel riwayat trauma sebesar 1,387 dan 17,819, sedangkan variabel penggunaan sendi secara berlebihan sebesar 1,239 dan 11,385. Kesimpulan dari penelitian ini adalah factor obesitas tidak memiliki hubungan terhadap kejadian osteoarthritis sedangkan faktor riwayat trauma dan penggunaan sendi secara berlebihan memiliki hubungan terhadap kejadian osteoarthritis. Kata Kunci : Osteoartritis (OA) Obesitas Riwayat Trauma Penggunaan sendi secara berlebihan

ABSTRACT

EDI KURNIAWAN (NIM. 905312910105.0007). The related factors on the occurrence of Osteoarthritis (OA) disease to the olds in the Minaula of residence olds of Ranomeeto in the regency of South Konawe 2008 year. Under the supervision of Dr.H.Hamzah,M.Kes and Ns.Yuliana,S.Kep. One effort to prevent and cure disease is to eliminate whether transmitted or in transmitted disease. One of chronic degenerative disease which can influence daily activities is osteoarthritis or hinge painful. Its a some disease because to alteration of a elatstic bone and the bones area with the result that to make lukewarm or painful and hinge to becomes is hard move. This study aims at investigating the effect of obesity, trauma history and joint use redundantly toward the occurrence of osteoarthritis. This is an analytical description study with a case control approach. It was carried out for two weeks, from 9 to 22 October 2008 in Minaula of residence olds Kendari. The population was all olds who suffer from osteoarthritis. The method of taking sample applied a simple random sampling technique which consisted of 30 people suffering from osteoarthritis and 30 people did not. The data were analyzed with an SPSS program version 11.00 and logistic regression statistic, then they were presented into the frequency distribution teble based on variables being investigated. The results of statistic analysis indicated that lower limit and upper limit value for obesity variable 0,241 and 10,047, trauma history variable 1,387 and 17,819, joint use redundantly variable 1,239 and 11,385. It can be concluded that study is obesity not be related on the occurrence of osteoarthritis disease while a trauma history and joint use redundantly be related on the occurrence of osteoarthritis disease. Key words : Osteoarthritis (OA) Obesity Trauma history - joint use redundantly

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan Rahmatnya sehingga penulis dapat menyusun proposal penelitian ini tepat pada waktunya dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2008 Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madia Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avivenna Kendari Selama persiapan pelaksanaan penyusunan sampai penyelesaian proposal ini, penulis banyak mendapat petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu patutlah kiranya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak dr.H.Hamzah,M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Yuliana,S.Kep,Ns selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini . Penulis juga tak lupa menyampaikan rasa terima kasih pada semua pihak yang ikut memberikan andil dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, khususnya kepada : 1. Bapak dr. H. Marzuki Hanafi Bantayan, MD, M.Si selaku Ketua STIK Avicenna Kendari, serta para pembantu ketua dalam mengasuh dan mengembangkan institusi, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. 2. Bapak Kepala Badan Riset Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara

3. Ibu Dian Yuniar Syanti Rahayu, SKM selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan STIK avicenna Kendari. 4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf dan Tata Usaha dalam lingkungan STIK Avicenna Kendari. 5. Teristimewa penulis haturkan rasa terima kasih kepada orang tua yang tercinta, Ayahanda Alm. Yusup. M dan Ibunda Harlina, S.Pd yang telah banyak memberikan dorongan dan mendoakan penulis dengan penuh rasa kasih sayang serta pengorbanan yang tulus memberikan bekal hidup yang sangat berarti bagi masa depan penulis juga kepada saudara-saudaraku tercinta sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Kepala Panti Werda Minaula dan seluruh staf Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan yang telah banyak memberikan bantuan dalam memudahkan jalannya penelitian ini. 7. Kepala PUskesnas Ranomeeto dan seluruh stafnya yang telah banyak membantu penulis dalam menjalankan penelitian ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa angkata 2005 Prodi D III Keperawatan; Yuka, Ashar, Indi, Sanse, Hasna, Tina, Ida, Kadek, Ita, Lili, Dani, Ansar, Jeri, Astrid, Esri, Ayu, Widya, Dewi, Anti, Ano, Ali, Maix dan Yustin yang telah banyak memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung, serta yang terspesial for my someone.

Seperti pepatah yang mengatakan tidak ada gading yang tak retak kesempurnaan hanya milik Allah SWT, maka penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun tehnik penulisannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Wassalam.

Kendari,

Oktober 2008

PENULIS

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii RINGKASAN .............................................................................................................. iii ABSTRACT ................................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ................................................................................................. v DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN A. Belakang B. masalah C. Penelitian D. penelitian Latar 1 Rumusan 4 Tujuan 4 Manfaat 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Penyakit Osteoartritis.................................. 6 B. Tinjauan Umum tentang Faktor-faktor Resiko yang Mempengaruhi Penyakit Osteoartritis...................................................................................... 18 C. Kerangka Konseptual .......................................................................... 26 D. Hipotesis .............................................................................................. 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian B. dan Tempat Penelitian C. asi dan Sampel Penelitian D. dan Cara Pengumpulan Data E. lahan dan Analisa Data Jenis 29 Waktu 29 Popul 30 Jenis 31 Pengo 32

F. jian Data G. si Operasional dan Kriteria Objektif

Penya 34 Defini 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................... 36 B. Hasil Penelitian .................................................................... 39 C. Pembahasan .............................................................................. 43 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...................................................................................... 48 B. Saran ..................................................................................................... 49 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No Tabel

Judul

Halaman

1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Panti Werdha Minaula Tahun 2008 .............................................................................................................39 2. Distribusi Hubungan Obesitas dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) di Panti Werdha Mianaula Tahun 2008 ..................................................................40 3. Distribusi Hubungan Riwayat Trauma dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) di Panti Werdha Mianaula Tahun 2008 ....................41 4. Distribusi Hubungan penggunaan Sendi Secara Berlebihan dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) di Panti Werdha Mianaula Tahun 2008 .............................................................................................................42

DAFTAR LAMPIRAN

No .1 .2 Avicenna .3 .4 .5 .6 .7

Lampiran Instumen Penelitian Surat Pengantar Permohonan Izin Penelitian Dari STIK Surat Pengantar Permohonan Izin Penelitian Dari Badan Surat Izin Melakukan Penelitian Dari Panti Werda Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Panti Master Tabel Hasil Tabulasi Hasil Analisis Statistik Hubungan Obesitas dengan

Riset Daerah Sulawesi Tenggara Minaula kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan

Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2008

.8

Hasil Analisis Statistik Hubungan Riwayat Trauma

Dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) Pada Lansia Di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2008 .9 Hasil Analisis Statistik Hubungan Penggunaan Sendi Secara Berlebihan Dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) Pada Lansia Di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2008 .10 Dokumentasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia secara adil dan merata dapat dicapai melalui upaya pembangunan yang berkesinambungan, selaras, serasi dan seimbang. Salah satu upaya tersebut adalah pembangunan dibidang kesehatan. Kesehatan sebagai unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ( Garis Garis Besar Haluan Negara,1998 ) dalam ( Kotta IT,2001 )

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan peningkatan penyembuhan kesehatan penyakit (promotif), (kuratif) dan pencegahan pemulihan penyakit kesehatan (prepentive), (rehabilitatif)

sebagaiman tercantum di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1992) Salah satu upaya kesehatan dengan pendekatan pencegahan dan penyembuhan penyakit adalah pemberantasan penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Diantara sekian banyak penyakit tidak menular atau penyakit kronik degeneratif, salah satunya adalah yang berkaitan dengan nyeri sindi yaitu Osteoartritis yang merupakan arthritis yang paling umum dan paling banyak terjadi pada usia lanjut, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah pasien arthritis ( Sylvia A & Lorraine M, 2005 ). Osteoartritis merupakan suatu penyakit sendi yang disebabkan oleh adanya perubahan pada tulang rawan dan tulang disekelilingnya. Tulang rawan adalah bagian sendi yang menghubungkan antara dua tulang bertujuan memudahkan pergerakan sendi, apabila terjadi perubahan pada tulang rawan ini, akan menyebabkan tulang bergeseran antara satu sama lain, dan mengakibatkan rasa ngilu atau nyeri dan pergerakan sendi menjadi terbatas (www.medicine.co.id).

Penyakit ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun (Sylvia A & Lorraine

M, 2005 ). Osteoartritis dimasukkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke dalam salah satu dari empat kondisi otot dan tulang yang membebani individu, sistem kesehatan maupun sistem perawatan sosial dengan biaya yang cukup besar. Di seluruh dunia diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita di atas usia 60 tahun menderita osteoartritis. Kasus tersebut akan terus meningkat akibat bertambahnya usia harapan hidup, obesitas (kegemukan) dan faktor lainnya. WHO juga memperkirakan bahwa pada tahun 2020 penyakit ini akan menjadi penyebab utama disabilitas umat manusia setelah artritis rematoid (jenis penyakit rematik yang mengenai jari tangan/jari kaki), osteoporosis (keropos tulang) dan nyeri punggung bawah (http://www.suaramerdeka.com). Prevalensi penyakit osteoartritis mencapai 10 persen dari jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. Di Amerika, osteortritis menyerang 12,1 persen penduduk usia 25 75 tahun dengan kecacatan pada lutut, panggul dan tangan. Sedangkan Di Inggris, 25 persen populasi penduduk usia 55 tahun ke atas menderita osteoartritis. (www.medicine.co.id). Prevalensi penyakit osteoartritis Di Indonesia, menurut Prof. Dr.dr.Harry Isbagio SpPD-KR, osteoartritis merupakan penyakit arthritis yang paling banyak ditemui di Indonesia. Di Kabupaten Malang dan Kotamadya Malang ditemukan prevalensi sebesar 10 persen dan 13,5 persen. (http://www.kompas.com/read/xml/ 2008/07/08). Usia merupakan hal utama penyebab meningkatnya angka penderita penyakit ini di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah lansia terbanyak sesudah China, India dan Amerika Serikat. Menurut data dari PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) tahun 2000, jumlah lansia di Indonesia 15 juta dan menjadi 18 juta pada tahun 2005. Di RS Cipto Mangun

kusumo Jakarta, osteoartritis menduduki urutan kedua setelah rematik luar sendi. Meski bukan penyakit yang mendatangkan maut, tetapi berdampak langsung pada kualitas hidup penderita. Karena memburuknya rasa nyeri hingga menimbulkan disabilitas (http://www.suaramerdeka.com ). Meski belum ada data yang pasti mengenai prevalensi osteoartritis di Sulawesi Tenggara, tetapi menurut laporan dari Puskesmas Ranomeeto selaku Pembina posyandu lansia Di Panti Werda Minaula Kendari menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di tempat itu menderita nyeri sendi atau osteoartritis. Hal ini dibuktikan dari pendataan pada tahun 2008, yakni pada bulan Januari jumlah penderita sebanyak 18,6 persen, bulan Februari 26,0 persen, bulan Maret 25 persen, bulan April 20,4 persen, bulan Mei 19,5 persen, dan pada bulan Juni jumlah penderita sebanyak 15,4 persen.( Puskesmas Ranomeeto,2008 ) Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) pada Lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2008. B. Perumusan Masalah Uraian pada latar belakang di atas memberikan dasar pada penulisan dalam merumuskan suatu masalah, yaitu : Bagaimana Hubungan Faktor-faktor Resiko dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) pada Lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2008

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahiu faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit Osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. 2. a. Tujuan Khusus Untuk mengetahui hubungan faktor obesitas dengan kejadian

penyakit Osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008 b. Untuk mengetahui hubungan faktor riwayat trauma dengan

kejadian penyakit Osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008. c. Untuk mengetahui hubungan faktor penggunaan sendi secara

berlebihan dengan kejadian penyakit osteoartritis di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008. D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi instansi kesehatan dan instansi sosial khususnya

di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. 2. Sebagai bahan bacaan ilmiah dalam rangka mempersiapkan sumberdaya

manusia dalam bidang keperawatan yang berkualitas untuk menyongsong era globalisasi

3.

Sebagai pengalaman bagi penulis dalam rangka melakukan penelitian

dan mengaplikasikan pengetahuan yang diproses selama kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Avicenna Program Studi D III Keperawatan Kendari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Penyakit Osteoartritis (OA) 1. Pengertian Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian ( Sylvia A & Lorraine M,2005:1380 ). Osteoartritis merupakan suatu penyakit sendi yang disebabkan oleh adanya perubahan pada tulang rawan dan tulang disekelilingnya, sehingga sendi menjadi tidak elastis dan saling bergeseran antara satu sama lain, dan mengakibatkan rasa ngilu atau nyeri dan pergerakan sendi terbatas (www.medicine.co.id). Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif rawan sendi yang biasanya terjadi pada usia lanjut. Perubahan-perubahan dini seperti perlunakan dan pembentukan fisura dapat berkembang menjadi erosi dan hilangnya rawan sendi, khususnya pada tempat-tempat yang menyokong bobot tubuh maksimum ( Mark B & L. Peter,2001 ). Osteoartritis merupakn penyakit pada sendi-sendi penahan berat tubuh yang progresif, non-inflamasi, nonsistemik, dan kronis ( Charlene J, Gayle & Robin,2001 ).

Osteoartritis (OA), yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif merupakan gangguan sendi yang paling umum dan seringkali menyebabkan ketidakmampuan pada pasien, ditandai oleh kehilangan kartilago sendi secara progresif ( Brunner & Suddarth,2001 ) Osteoartritis (Artritis Degeneratif, Penyakit Sendi Degeneratif) adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan. (http://www.indonesiaindonesia.com/f/9871-

osteoartritis) 2. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari osteoarthritis adalah sebagai berikut : a. Nyeri, kekakuan, dan kerusakan fungsi sendi merupakan gejala umum, sendi yang paling sering terlibat adalah (panggul, lutut, vertebra lumbal dan servikal, interfalangs distal dan proksimal, serta metatarsofalangs pada kaki). b. Kekakuan paling sering pada pagi hari setelah bangun tidur dan biasanya berlangsung kurang dari 30 menit. c. Kerusakan fungsional terjadi akibat nyeri pada pergerakan dan keterbasan gerak sendi ketika terjadi perubahan struktur. d. Mungkin terdapat nodus bertulang, nodus ini tidak terasa sakit kecuali mengalami inflamasi (Brunner & Suddarth,2001) .

Nyeri yang bersifat tumpul, terlokalisir, dan timbul perlahan-lahan pada satu atau beberapa sendi merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula nyeri bersifat intermiten dan ringan, nyeri ini diperberat oleh

adanya gerakan dan beratnya beban tubuh. Apabila tidak dilakukan penanganan nyeri dapat menetap, lebih berat, dan akhirnya menyebabkan ketidakberdayaan (Mark B & L.Peter,2001). 3. Etiologi Hampir semua orang bisa terkena osteoartritis namun berat atau tingginya osteoartritis yang diderita berbeda-beda. Selain itu osteoartritis juga bisa terjadi hampir disemua sendi pada tubuh. Walaupun penyebab osteoartritis belum diketahui secara pasti namun faktor-faktor resiko terjadinya asteoartritis dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, obsesitas, riwayat trauma dan penyakit lain yang dapat mengganggu fungsi dan struktur normal pada tulang rawan, (Sylvia, A. Price, 2005). Dalam keadaan normal, sendi memiliki derajat gesekan yang rendah sehingga tidak akan mudah aus, kecuali bila digunakan secara sangat berlebihan atau mengalami cedera. Osteoartritis kemungkinan berawal ketika suatu terjadi pada sel-sel yang membentuk komponen tulang rawan, seperti kolagen (serabut protein yang kuat pada jaringan alat) dan proteoglikan (bahan yang membentuk daya lenting tulang rawan). Selanjutnya tulang rawan tumbuh terlalu banyak, tetapi pada akhirnya akan menipis dan membentuk retakan-retakan rongga kecil akan terbentuk di dalam susunan dari tulang yang menyebabkan benjolan

(osteofit), yang bisa dilihat dan bisa dirasakan. Benjolan ini mempengaruhi fungsi sendi yang normal dan menyebabkan nyeri. Pada akhirnya, permukaan tulang rawan yang halus dan licin berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang, sehingga sendi tidak lagi dapat bergerak secara halus. Semua komponen sendi (tulang, kapsul sendi, jaringan snovial, tendon dan tulang rawan) mengalami kegagalan dan terjadi kelainan sendi. Orang-orang yang pekerjaanya menyebabkan penekaan berulang pada sendi mempunuyai resiko lebih besar untuk menderita osteoartritis,

(http://www.medicine.ukm.my/wiki/index.php/osteoartritis) 4. Kalasifikasi Berdasarkan penyebabnya Osteoartritis diklasifikasikan menjadi dua bagian yakni: Osteoartritis primer, jika penyebabnya tidak diketahui Osteoartritis sekunder, jika penyebabnya adalah penyakit lain

(misalnya penyakit infeksi, kelainan bentuk, cedera atau penggunaan sendi yang berlebihan), (www.medicine.co.id). 5. Patofisiologi Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif rawan sendi yang biasanya terjadi pada usia lanjut. Perubahan-perubahan dini seperti perlunakan dan pembentukan fisura dapat berkembang menjadi erosi dan hilangnya rawan sendi, khususnya pada tempat-tempat yang menyokong bobot tubuh maksimum, (Mark B, 2001 : 499).

Adanya proses degenerasi ini menyebabkan kondrosit sebagai sel yang membentuk proteoglikan dan kalangan pada rawan sendi, menjadi meningkat tajam. Tetapi substansi ini dihancurkan dengan kecepatan yang lebih tinggi. Sehingga pembentukan tidak mengimbangi kebutuhan, sejumlah kecil kartilago tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan seni ini kemudian kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik, perubahan-perubahan dalam fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada kompetensi rawan sendi yang mengarah pada perkembangan osteoartritis, (Silvia A. Price, 2005 : 1380-1381). 6. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan gejala penyakit dan dengan melakukan pemeriksaan tambahan , yaitu : a. Rontgen Tulang Dengan rontgen kita dapat mengetahui dengan jelas kerusakan atau perubahan-perubahan yang terjadi pada tulang rawan atau tulang yang diindikasikan mengalami osteoartritis. b. MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) Kita dapat melihat kelainan-kelainan yang terjadi pada tulang rawan atau tulang yang diindikasikan mengalami osteoartritis. Pemeriksaan ini lebih baik dibanding dengan rontgen.

c. Aspirasi sendi ( arthrocentesis ) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara mengambil sedikit cairan yang ada dalam sendi untuk diperiksa di laboratorium untuk memeriksa apakah terjadi kelainan pada sendi, (Charlene J, Gayle & Robin,2001 ). Menurut Dr.Djoko Merdikoputro Sp.PD untuk mendiagnosis penyakit Osteoartritis dapat juga menggunkan kriteri Altman, Yakni bila ada seorang penderita hanya ditemukan nyeri sendi maka untuk mendiagnosis osteoartritis harus ditambah 3 kriteri dari 5 kriteria : a. b. c. d. e. Usia lebih dari 50 tahun kaku sendi kurang dari 30 menit Nyeri tekan pada sendi Pembesaran tulang Pada perabaan sendi lutut tidak panas,

(www.medicine.co.id). 7. Pencegahan Belum ditemukan cara yang efektif, tetapi usaha pencahan Osteoartritis pada umumnya adalah membiasakan diri agar hidup sehat dan menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan penyakit ini (Brunner and Suddarth, 2000).

Menurut Prof. Dr. dr. Harry Isbagio, SpPD-KR untuk mencegah terjadinya Osteoartritis hal hal yang harus dilakukan adalah sebagai : a. Pertahankan berat badan yang proporsional, hasil penelitian menunjukan kenaikkan berat badan sebanyak 5 kg dari normalnya dapat meningkatkan resiko terjadinya Osteoartritis pada lutut hingga 36%. b. Biasakan postur tubuh dalam kondisi yang baik. c. Angkat dan bawa barang-barang yang berat dengan cara aman. d. Konsumsi makanan yang kaya vitamin C yang dapat memperhambat pengikisan tulang rawan pada persendihan dan makanan yang kaya kalsium untuk membangun tulang. e. Minimalkan kegiatan yang dapat menimbulkan cidera sendi, misalnya dengan menggunakan sepatu yang nyaman dan memilih alas kaki yang sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. f. Olahraga secara rutin. 8. Pengobatan Sasaran dari penatalaksanaan berfokus pada pengobaan gejala-gejala karen tidak ada pengobatan yang tersedia untuk menghentikan proses penyakit degeneratif sendi. Penalaksanaan Osteoartritis haruslah bersifat multifokal dan individual, tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mencegah atau menahan kerusakan yang lebih lanjut pada sendi tersebut dan untuk mengatasi nyeri serta kaku sendi guna mempertahankan mobilitas, (Brunner and Suddarth, 2000). berikut

a. Pengobatan Fisik 1) Isitirahat Mengistirahatkan sendi yang meradang akut dengan memasang bidai biasanya efektif. 2) Latihan Fisioterapi Adapun fungsi dari fisioterapi ini yakni untuk menghilangkan nyeri dan mempertahankan kekuatan otot, daya tahan, dan rentang gerak. (Mark B. Mangel, 2001). Untuk menghindari kesalahan dalam pergerakan dan menghindari kekambuhan maka latihan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a).Aktivitas aerobik, misalnya jalan kaki, jongging melompat, bersepeda baik yang stasioner maupun yang jalan, senam, dan berenang. Latihan fisik berupa jalan kaki sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. b).Lakukan gerakan kepala ke samping dan ke depan. Jangan lakukan gerakan memutar leher atau melengkung leher ke belakang. Ulangi gerakan sebanyak 8 16 kali. c).Kelenturan dapat dilatih dengan memperbanyak aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari. Latihan ini penting untuk memperbaiki dan memelihara daerah gerakan dan untuk melatih perimbangan serta koordinasi. d).Latihan menggunakan beban yang bertujuan untuk memperkuat otot dan tulang. Harus diperhatikan beban yang digunakan, yaitu

dengan mempertimbangkan umur, jenis kelamin, bentuk dan tipe tubuh, kebiasaan berolahraga, dan berat beban itu sendiri, misalnya gerakan yang dapat anda lakukan dengan mengangkat 5 kg beban. Tahap ini harus dimulai dengan 40% dari berat beban tersebut, yaitu 2 kg. ketika melakukan latihan fisik dengan beban perlu diperhatikan hal-hal berikut : Naikkan beban berlahan-lahan, jangan lebih dari 5-10% pada setiap kali kenaikkan beban. Hindari cedera dengan melakukan gerakan perlahan-lahan bertahap lakukan 10 kali ulangan. Lakukan 3 kali/minggu atau 2 kali/minggu. Bagi mereka yang menderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada perdarahan darah sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Bagi mereka kyang memiliki masalah pada leher, punggung, atau lengan jangan menggunakan beban. Lakukan pengulangan (rutin) sehingga lama-lama beban itu terasa semakin ringan (Dra. Ema S., 2000 : 125-126). 3) Kompres dingin atau hangat Pemakaian kompres es atau hangat pada sendi yang sakit dapat menghilangkan nyeri untuk sementara, (Mark B. Mengel, 2001).

4)

Melindungi Sendi Dengan menghindari pemakaian sendi dalam satu posisi untuk

waktu yang lama, dan pemakaian sendi yang paling kuat untuk suatu gerakan tertentu, (Mark B. Mengel, 2001). b. Terapi Farmakologi Pemakaian obat-obatan dirancang untuk mengontrol nyeri pada sendi dan untuk mengendalikan timbulnya sinovitis. Obat-obat anagetik yang dapat digunakan adalah ; asetaminofen, aspirin dan ibuprofen yang biasanya cukup untuk menghilangkan nyeri. Aspirin atau astaminofen, 650 mg tiap 4 6 jam bila perlu dapat diberikan pada pasien-pasien dengan nyeri ringan atau intermiten. Jika nyeri tidak dapat diatasi dengan salisilat atau asetaminofen, maka OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid) perlu diberikan dalam dosis separuh, (Sylvia, A. Price, 2005). Obat-obat antireumatik yang dapat mengubah penyakit tidak dipakai untuk mengobati Osteoartritis, sebab penyakit ini bukanlah penyakit sistemik. Kortikosteroid oral biasanya merupakan kontra indikasi. Obat-obat ini biasanya tidak efektif dalam memperbaiki gejala-gejala yang timbul dan potensi toksiknya membuat pemakaian obat-obat ini mengandung resiko, (Sylvia, A. Price, 2005). c. Pembedahan Penatalaksanaan Osteoartritis dengan cara operasi dirancang untuk memperbaiki jaringan penyokong yang rusak, atau untuk menggantikan

seluruh sendi yang biasa disebut dengan Bedah artroskopi. Bentuk operasi lain yang dipakai untuk mengatasi Osteoartritis adalah osteotomi angulasi. Hal ini dipakai untuk mengobati Osteoartritis lutut yang hanya mempengaruhi satu kompartemen saja. Nyeri sendi dapat dihilangkan dengan memperbaiki defornitas varus atau valgus dengan cara

menyambungkan satu bagian rawan sendi yang sehat dengan rawan sendi lain yang juga masih sehat. Fusi tulang-tulang pada sendi mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri pada kasus-kasus Osteoartritis yang berat (Sylvia A. Prince, 2005). 9. Strategi Penatalaksanaan a. Pendidikan Pasien. Pasien dengan berbagai tipe atritis perlu diberitahu bahwa meskipun artritis yang dideritanya tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol dalam hal mengatasi nyeri dan mempertahankan gaya hidup yang lazim. Mitos-mitos tentang penyakit dan pengobatannya perlu dihilangkan guna meminimalkan ketakutan-ketakutan yang tidak perlu dan harapan yang salah akan kesembuhan. Penjelasan mengenai rasional masing-masing terapi yang melibatkan keluarga pasien dan memperhatikan keprihatinan pasien akan biaya dan kenyamanan, akan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Mark B Mengel, 2001) b. Dukungan Psikososial. Dukungan dan keprihatinan dokter sangat penting dalam membantu pasien mengatasi reaksi emosional terhadap penyakit. Keluarga perlu memahami defisit fungsional yang dialami penderita agar

dapat membantunya bila diperlukan tanpa menyebabkan penderita menjadi tergantung. Oleh karena penatalaksanaan kebutuhan psikososial pasien secara invidividual sangat kompleks, maka dokter perlu merujuk pasien kepada pekerja sosial, penyuluh, kelompok-kelompok terapi, badan kemasyarakatan, atau psikiater untuk membantu mengatasi masalahmasalah finansial dan emosional (Mark B Mengel, 2001) c. Bimbingan Gizi. Penurunan berat badan dapat dianjurkan pada pasien obesitas dengan artitis pada sendi-sendi penyangga berat. Adapun kebutuhan nutrisi pada lansia menurut (Dra. Emma, 2000 : 458) : 1). Ikan laut sumber asam lemak omega 3. makanlah sekurang-

kurangnya 3 kali dalam seminggu untuk mengatasi peradangan. 2). Sayuran hijau dan kuning sebagai sumber karoten, vitamin C,

dan antioksidan lainnya yang dapat mengurangi kerusakan sel. Contoh wortel, brokoli, tomat, mentimun, dan bayam. Dianjurkan untuk mengkonsumsinya paling sedikit dua kali sehari untuk mengurangi peradangan. 3). Jeruk dan buah segar lainnya setiap hari sebagai sumber

flavonoid, yaitu subtansi yang dapat meningkatkan efek antioksidan, sedangkan kandungan vitamin C-nya mempunyai efek anti peradangan. 4). Kacang-kacangan, gandum, susu,jenis tiram-tiraman sebagai

sumber seng (Zn). Merupakan mineral esensial untuk membangun sistem kekebalan yang baik dikonsumsi setiap hari.

5).

Jahe mempunyai efek anti peradangan. Konsumsilah 1-2 potong

atau dengan menambahkan sebanyak 5 g jahe dalam masakan setiap 2 atau 3 hari. 6). Makanan tinggi serat dan rendah kalori untuk membantu

mengontrol berat badan. 7). Minum minimum 8 gelas sehari.

Sedangkan makanan yang harus dikurangi yaitu minyak sayur dan daging berlemak yang dapat meningkatkan gejala peradangan. d. Tindak lanjut pasien. Suatu sistem untuk menilai respons penderita terhadap pengobatan atau status tanpa pengobatan perlu ditetapkan, demikian juga kekerapan penilaian berkala. B. Tinjauan Tentang Faktor-faktor Risiko Yang Mempengaruhi Penyakit

Osteoartritis 1. Faktor Usia Osteoarthritis merupakan penyakit pada sendi-sendi penahan berat tubuh yang progresif. Non-inflamasi, nonsistemik dan kronis. Osteoarthritis prevalensinya lebih banyak terdapat pada orang dengan usia lanjut/Lansia (Charlena J., Rere, 2001 : 259). a. Manusia Lanjut Usia Lansia atau manusia usia lanjut (manula). Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokkan tersendiri ini adalah populasi berumur 60 tahun atau lebih. Umur kronologis (kalender) manusia dapat

digolongkan dalam berbagai masa, yakni masa anak, remaja, dan dewasa. Masa dewasa dapat dibagi atas dewasa muda (18-30 tahun), dewasa setengah baya (30-60 tahun), dan masa lanjut usia (lebih 60 tahun). WHO mengelompokkan usia lanjut atas tiga kelompok : kelompok middle age (4559), kelompok elderly age (60-74) dan kelompok old age (75-90). (Dr. M.N.Bustan, 2000 : 111). b. Masalah Lansia Salah satu ciri kependudukan abad 21 adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk lansia yang sangat cepat. Pada tahun 2000 jumlah penduduk lansia di seluruh dunia mencapai 426 juta atau sekitar 6,8% total populasi. Jumlah ini diperkirakan akan mencapai peningkatan lipat dua pada tahun 2025 di mana terdapat 828 lansia yang mencapai 9,7 populasi. Peningkatan jumlah lansia ini terjadi baik di negara maju maupun negara sedang berkembang. Secara relatif peningkatan penduduk lansia di negara maju tampak lebih cepat dibandingkan dengan yang terjadi di negara berkembang. Namun demikian lansia di negara berkembang secara absolut lebih banyak dibandingkan dengan negara maju. Hal ini menunjukkan bahwa masalah lansia tidak hanya di negara maju saja tetapi juga negara berkembang. (Dr. M.N.Bustan, 2000 : 112). c. Karakteristik Lansia Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah :

1).

Jenis kelamin; lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat

perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki dan wanita. Misalnya lansia laki sibuk dengan hipertropi prostat. Maka wanita mungkin menghadapi osteoporosis. 2). Status perkawinan : status masih pasangan lengkap atau sudah

hidup janda/duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia fisik maupun psikologis. 3). Living arrangement, misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri

atau bersama istri, anak dan keluarga lainnya. Tanggungan keluarga, masih menanggung anak atau anggota keluarga. Tempat tinggal, rumah sendiri, tinggal dengan anak. Dewasa ini kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya. Baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia akan ditinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda. 4). Kondisi Kesehatan a). Kondisi umum, kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam keg sehari-hari, mandi, buang air kecil dan besar. b). Frekuensi sakit; frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mual tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena penyakit kroniknya sudah memerlukan perawatan khusus. 5). Keadaan Ekonomi

a).

Sumber

pendapatan

resmi; pensiunan ditambah sumber

pendapatan lain kalau masih bisa aktif. b). Penduduk lansia di daerah pertanian menunjukkan proporsi yang

lebih besar dibandingkan dengan di daerah non pertanian. Lapangan kerja sektor pertanian cukup banyak menyerap tenaga kerja lansia, di samping sektor perdagangan dan sektor jasa. c). Sumber pendapatan keluarga : ada tidaknya bantuan keuangan

dari anak/keluarga lainnya, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya. d). Kemampuan pendapatan ; lansia memerlukan biaya yang lebih (Dr.

tinggi, sementara pendapatan semakin menurun sampai seberapa besar pendapatan lansia dapat memenuhi kebutuhannya. M.N.Bustan, 2000). d. Masalah Kesehatan Lansia Masalah kesehatan lansia cukup luas dan bervariasi. Secara umum dapat disebutkan seperti terjatuh (accidental falls), esay atiguability, acute confusion, chest pain, dyspnoe on exertion, oedema of the lower limbs, localized motor weakness, back pain, painful hip joint, urinary incontinence altered bowel habits impaired visual acuity, headaches, pruritus, dan sleep disorde, (Dr. M.N.Bustan, 2000 ). Selain masalah penyakit, kehidupan lansia tidak dapat melepaskan diri dari perubahan dan masalah psikologis. Perlangsungan umur menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang menuntut adanya penyesuaian diri

secara terus menerus. Jika proses penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah (Horlock, 1979) seperti : 1). 2). Ketidak-berdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan Ketidak-pastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total

pada orang lain.

dalam pola kehidupannya. 3). Membuat teman baru untuk menggantikan mereka yang sudah

meninggal atau berpisah tempat. 4). Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang.

e. Penyakit atau Gangguan yang Menonjol pada Lansia Penyakit lansia dapat meliputi : 1) Gangguan pembuluh darah; dari hipertensi sampai stroke. 2) Gangguan metabolik : DM. 3) Gangguan persendian; artritis, encok dan terjatuh. Gangguan sosial; kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi. M.N.Bustan, 2000 : 117). 2. Faktor Jenis Kelamin Faktor-faktor genetik ada beberapa bentuk osteoartritis. Perkembangan osteoartritis juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada perempuan. Dari hasil penelitian Michael A. Carter menunjukkan bahwa osteoartritis 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki (Sylvia A. Price, 2005). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian di University of Michigan menyebutkan otot lutut pada perempuan (Dr.

tidak berkontraksi seperti pria saat dibebani, akibatnya sendi lutut perempuan lebih rentan cedera, (http://www.medicene.ukm/my/wiki/index.php/osteoartritis). Hormon seks dan faktor-faktor hormon lain juga sangat berkaitan dengan perkembangan osteoartritis. Hubungan antara estrogen dan

pembentukan tulang dan prevalensi osteoartritis pada perempuan menunjukkan bahwa hormon memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini. (Sylvia A. Price, 2005). 3. Faktor Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan, setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi sebagai penyekat panas dan beberapa fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibanding pria, perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas, (http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas). Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas, (Brownel, 1984). Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar.

Untuk mengukur dan menentukan tingkat obesitas metode yang selalu digunakan adalah dengan menentukan indeks masa tubuh dengan rumus : IMT = Berat Badan ( Kg ) Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Seseorang dikatakan kurus apabila nilai IMT < 17,0 18,4, dikatakan normal apabila nilai IMT 18,5 25,0, dan dikatakan obesitas atau gemuk apabila nilai IMT 25,1 27,0 atau > 27,0. (http://www.obesitas.web.id/pubdefinisi.html). Sebagian besar penderita osteoartritis selalu mengalami obesitas hal ini diakibatkan karena keadaan obesitas dapat meningkatkan tekanan pada tulang sehingga tulang rawan yang terdapat di persendian-persendian yang menopang berat badan seperti sendi lutut, sendi panggul atau sendi tulang belakang bisa makin cepat aus (http://smpn11medan.wordpress.com/2008/06/

02/osteoartritis). 4. Faktor Riwayat Trauma Trauma berasal dari kata yunani tramatos yang berarti luka dari sumber luar. Trauma diartikan sebagai luka emosi dan fisik yang disebabkan oleh keadaan yang mengancam diri. (http://www.bahana-magazine.com). Adanya riwayat trauma pada sendi merupakan faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit osteoartritis hal ini diakibatkan oleh menurunnya kelenturan atau elastisitas sendi dalam yakni kartilago dan cairan sinovial pada sendi mengalami penurunan fungsi, penurunan elastisitas sendi dan adanya

deteriorasi kartilago inilah yang menyebabkan timbulnya nyeri yang intermiten atau nyeri yang menetap pada sendi, (Sylvia A. Price, 2005). 5. Penggunaan Sendi Secara Berlebihan Penyakit osteoartritis banyak terjadi pada orang-orang yang

pekerjaannya berkaitan dengan aktivitas yang memerlukan pergerakan berulang kali secara terus menerus, seperti atlet, pekerja tambang dan lain-lain. Hal ini diakibatkan karena menurunnya kelenturan sendi terutama sendi-sendi yang menopang bobot tubuh, (http://www.medicene.ukm/my/wiki/

index.php/osteoartritis). Gerakan-gerakan penuh tekanan secara berulang (misalnya jongkok atau berlutut dengan mengangkat beban berat) dapat berkontribusi pada deteriorasi kartilago (rawan sendi). Olahraga yang langsung mempunyai dampak pada sendi adalah sepakbola dan lari maraton, (Charlena J., Rere, 2001) 6. Penyakit Lain yang dapat Mengganggu Fungsi dan Struktur Normal pada Tulang Rawan Cedera bisa merupakan titik awal proses penyakit ini. Kadang berkembang ber tahun-tahun kemudian setelah cedera traumatis pada atau dekat suatu sendi. Penyakit lain seperti Hemofilia (penyakit akibat gangguan pembekuan darah), Gout (radang sendi karena kristal asam urat), atau Artritis Rematoid juga berkontribusi menimbulkan penyakit osteoartritis, .

(http://gadgetplus.wordpress.com/2008/09/01/osteoartritis-penyakit- degeneratif - engsel-tulang/).

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Pikir Salah satu ciri kependudukan abad 21 adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk lansia yang sangat cepat, hal ini menunjukkan bahwa angka kesakitan pada lansia di Indonesia akan semakin bertambah dan akan semakin meningakat tiap tahunnya mengingat Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah lansia terbanyak sesudah China, India dan Amerika Serikat. Beberapa faktor yang mempertinggi risiko terjadinya penyakit Osteoartritis (OA) yaitu : usia, jenis kelamin, obesitas, riwayat trauma atau penggunaan sendi secara berlebihan dan penyakit lain yang dapat mengganggu fungsi dan struktur normal pada tulang. Oleh karena itu, upaya pencegahan maupun penanggulangannya perlu mendapat perhatian yang serius karena penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi kronik sehingga terjadi ketidakberdayaan

2.

Kerangka Konsep

Obesitas

Riwayat Trauma

Penggunaan Sendi Secara Berlebihan Osteoartritis

Usia

Jenis Kelamin

Penyakit Lain yang dapat Mengganggu Fungsi dan Struktur Normal pada Tulang Rawan Keterangan : = Variabel diteliti = Variabel tidak diteliti

D. Hipotesis penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ho : Tidak ada hubungan faktor obesitas dengan kejadian penyakit osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008 Ha : Diduga terdapat hubungan faktor obesitas dengan kejadian penyakit osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008 2. Ho : Tidak ada hubungan faktor riwayat trauma dengan osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula

kejadian penyakit

Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008 Ha : Diduga terdapat hubungan faktor riwayat trauma dengan kejadian penyakit osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008 3. Ho : Tidak ada hubungan faktor penggunaan sendi secara

berlebihan dengan kejadian penyakit osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008 Ha : Diduga terdapat hubungan faktor penggunaan sendi secara berlebihan dengan kejadian penyakit osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008

BAB III METODE PENELITIAN

.B

Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan

menggunakan pendekatan case control study. Adapun rancangan penelitian seperti dibawah ini. Faktor risiko ( + ) Retrospektif ( Kasus ) Faktor risiko ( - ) Matching : Umur Populasi (Sampel) Penderita osteoartritis

Faktor risiko ( + ) Retrospektif ( Kontrol ) Faktor risiko ( - ) .C Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini Insya Allah akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. Bukan Penderita osteoartritis

.D

Populasi dan Sampel

1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008, sebanyak 117 orang yang bukan penderita osteoartritis dan 32 orang yang menderita osteoartitis. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini dibagi dua yaitu kasus dan kontrol, untuk lebih jelasnya dapat diuraikan dibawah ini. a. Kasus Lansia yang terdiagnosa menderita osteoartritis di Panti Werda Minaula sebanyak 30 orang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik simple random sampling (acak sederhana). Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut : Z 2 PQ n0 = d2 n= n0 1 + (n0 1) / N

keterangan : Z : Koefisien keterandalan, tingkat kepercayaan 95% (Z = 1,96) P : Proporsi sampel yang akan diteliti Q : 1-P N : Besar populasi n d : Besar sampel : Presisi yang akan dicapai 5% (d = 0,05) (Arikunto, 2002)

Sehingga didapatkan : n0 = (1,96) 2 (0,5)(0,5) = 384,16 (0,05) 2

n=

384,16 = 29,6 1 + (384,16 1) / 32

n = 30 (dibulatkan)

b. Kontrol Lansia yang tidak terdiagnosa menderita osteoartritis di Panti Werda Minaula sebanyak 30 orang. .E 1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data Primer Pengumpulan data primer diambil langsung dari responden dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) dengan cara wawancara dan observasi langsung dengan penderita.

2.

Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan

penelitian mengenai data pendahuluan yang berhubungan dengan kasus Osteoartritis. .F Pengolahan dan Analisa Data Data diolah secara komputerisasi dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi.11.00. sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis inferensial sebagai berikut. 1. Univariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi dan proporsi variabel independen (faktor obesitas, faktor riwayat trauma, faktor penggunaan sendi secara berlebihan) dengan variabel dependen (kejadian Osteoartritis) 2. Bivariat

Analisis ini untuk mengetahui hubungan variabel independen (faktor obesitas, faktor riwayat trauma, faktor penggunaan sendi secara berlebihan) terhadap variabel dependen (kejadian Osteoartritis) dengan menggunakan uji statistik Odd Ratio (OR) dengan formula : OR = axd bxc

(Azwar, 1999).

Tabel sebaran OR sebagai berikut : Faktor Resiko Positif Negatif Jumlah Keterangan : a. : Jumlah kasus dengan resiko positif (+) b. : Jumlah kontrol dengan resiko positif (+) c. : Jumlah kasus dengan resiko negatif(-) d. : Jumlah kontrol dengan resiko negatif (-) Dasar pengambilan keputusan : Jika OR > 1 artinya faktor yang diteliti merupakan risiko (ada hubungan ) Jika OR = 1 artinya bukan merupakan faktor risiko ( tidak ada hubungan ) Jika OR < 1 artinya ada efek proteksi (ada hubungan yang antagonis ) ( Multono, 2000 ) Untuk mengetahui apakah nilai OR bermakna atau tidak, maka perlu diketahui nilai batas bawah (lower limit) dan nilai batas atas (upper limit) dengan rumus : Upper limit Lower limit Dimana f : OR x e+f : OR x e-f = 1 / a + 1 /b + 1 / c + 1 / d x 1,96 Kejadian Osteoartritis Kasus Kontrol a c a+c b d b+d Jumlah a+b c+d a+b+c+d

e = Log. Nature (2,72) (Budiman Chandra, 1996) Dengan ketentuan sebagai berikut :

-

Jika nilai batas bawah dan nilai batas atas > 1 atau < 1 atau

dengan kata lain nilai batas bawah dan nilai batas atas tidak melewati angka 1 berarti hubungan tersebut bermakna. Jika nilai batas bawah < 1 dan nilai batas atas > 1 atau < 1

dengan kata lain nilai batas bawah dan nilai batas atas melewati angka 1, berarti hubungan tersebut bermakna. .G Penyajian Data Penyajian data pada penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi frekuensif dan dinarasikan secara deskriptif (memaparkan) variabel yang diteliti. .H Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Osteoartritis (OA) adalah lansia yang menderita osteoartritis di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2008. Kriteria Obyektif : Kasus Kontrol : bila hasil diagnosis dokter menderita osteoartritis : bila hasil diagnosis dokter tidak menderita osteoartritis

2. Faktor Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebetuhun skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh dengan rumus perhitungan : (TB 100 ) + 20 % Kriteria Obyektif : Obesitas : bila berat badan klien > 20% dari berat badan normal

Tidak obesitas : bila berat badan klien 20% dari berat badan normal.

3. Faktor riwayat trauma adalah adanya riwayat trauma fisik atau kecelakaan yang terhitung mulai dari 3 tahun yang lalu sampai saat dilakukan penelitian dan menyebabkan gangguan pada sendi Kriteria Obyektif Cukup Kurang : bila total skor jawaban responden 60%. : bila total skor jawaban responden < 60%.

4. Faktor penggunaan sendi seacara berlebihan adalah aktivitas yang berlebihan yang dilakukan selama hidup sampai saat dilakukan penelitian dan dapat menyebabkan gangguan pada sendi. Cukup Kurang : bila total skor jawaban responden 60%. : bila total skor jawaban responden < 60%.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Panti Werdha Minaula ( Sasana Tresna Werda Minaula ) didirikan pada tahun 1979/1980, yang bertujuan untuk mengatasi peramasalahan sosial di Sulawesi Tenggara khususnya permasalahan sosial lanjut usia terlantar. Panti Werdha Mianula berlokasi 24 Km dari kota Kendari tepatnya di Desa Ranooha Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan dengan luas area 300 m2 . Adapun batas wilayah Panti Werda Mianula adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Poros Bandara Sebelah Selatan berbatasan dengan Lahan Perkebunan Masyarakat Sebelah Barat berbatasan dengan Perumahan masyarakat Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan masyarakat 2. Lingkungan /Sarana Fisik Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari memiliki sarana bangunan fisik sebanyak 26 unit yang terdiri dari: a. b. c. Wisma Ruang Isolasi Ruang Keterampilan : 12 buah : 1 buah : 1 buah

d. e. f. g. h. i. j. 3. Status

Poliklinik Kantor Aula Mesjid Rumah Jabatan Rumah Petugas Dapur

: 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 6 buah : 1 buah

Panti Werdha Minaula diresmikan oleh Mentri Sosial RI, Bapak Saparjo pada tanggal 7 Desember 1981. Pada awal beroperasinya panti werdha Minaula menyantuni lanjut usia terlantar/ jompo sebanyak 20 orang, dan jumlah ini berkembang terus sehingga pada tahun 1982/1983 mencapai 100 orang lansia/ jompo, keadaan ini bertahan hingga tahun 2001. Seiring dengan perkembangan zaman, diera reformasi sistem

pemerintah daerah mengalami perubahan yakni dengan berlakunya UU No.22 Tahun 1999 tentang otoniomi Daerah, maka struktur organisasi Departemen Sosial di Daerah beralih menjadi Dinas yakni Dinas Sosial Propinsi Sulawesi Tenggara. Pada perkembangan selanjutnya berdasarkan PERDA No.5 Tahun 2000 Dinas Soaial Propinsi Sultra bergabung dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sultra menjadi Dianas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Propinsi Sultra. Sejalan dengan hal tersebut maka dibentuk pula Unit Pelaksanaan Tehnis

Daerah yang khusus membawahi Panti Sosial di daerah Tingkat I, diberi nama Unit Pelaksana Tehnis Daerah (UPTD) Panti Sosial Propinsi. Dengan berdirinya kembali Departemen Sosial di pusat terjadi pula perubahan di daerah, yang tadinya Dinas Sosial bergabung dengan Dinas Kesehatan, kini telah berdiri sendiri dengan nama Dinas Sosial Propinsi Sulawesi Tenggara, dengan perubahan ini maka UPTD Panti Sosial Berada dibawah naungan langsung Dinas Sosial Propinsi Sultra. UPTD Panti Sosial Propinsi Sultra membawahi 4 (empat) Panti Sosial, termasuk didalamnnya PSTW Minaula di Kabupaten Konawe Selatan. 4. Sumber Daya Manusia/ Ketenagaan Jumlah Sumber daya manusia dalam mengelola kegiatan operasional di Panti Werdha Minaula sebanyak 19 orang terdiri dari: a. b. Pegawai Negri Sipil (PNS) berjumlah 11 orang Tenaga Honorer berjumlah 8 orang Berdasarkan tingkat pendidikan: .a Sarjana : 1 orang

.b Sarjana Muda : 4 orang .c SLTA 5. : 14 orang Pembiayaan Biaya yang digunakan untuk operasional Panti Werda Minaula bersumber dari Dana Rutin (APBD) dan Subsidi bantuan tambahan pemenuhan kebutuhan dasar dari Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitsi Sosial Departemen RI.

B. Hasil Penelitian 1. a) Umur Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Panti Werdha Minaula Tahun 2008 Status Umur N Kasus % N 9 11 7 3 30 Kontrol % 30 36,7 23,3 10 100 N 18 22 14 6 60 Jumlah % 30 36,7 23,3 10 100 Analisis Univariat

60 69 9 30 70 79 11 36,7 80 89 7 23,3 90 99 3 10 Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer (diolah), 2008

Berdasarkan tabel 1 diatas, menunjukan bahwa 60 responden sebaran tertinggi terjadi pada kelompok umur 70-79 tahun sebesar 36,7 % (n = 22) disusul oleh kelompok umur 60-69 tahun sebesar 30 % (n = 18), kelompok umur 80-89 tahun sebesar 23,3 % (n = 14)kemudian oleh kelompok umur 90-99 tahun sebesar 10 % (n = 6).

2. a)

Analisis Bivariat Obesitas dengan kejadian penyakit Osteoartritis (OA)

Tabel 2 Distribusi Hubungan Obesitas dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) di Panti Werdha Minaula Tahun 2008 Keadaan Obesitas Obesitas Tidak Obesitas Jumlah Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) Kasus Kontrol n % n % 3 10 2 6,7 27 30 90 100 28 30 93,3 100 Jumlah OR n 5 55 60 % 8,3 91,7 100 1,556 CI Upper limit = 10,049 Lower limit = 0,241

Sumber : Data Primer (diolah),2008 Berdasarkan tabel 2 diatas, meunjukkan bahwa dari 60 orang responden, kelompok kasus yang mengalami obesitas pada lansia yang menderita Osteoartritis (OA) yakni sebesar 10 % (n = 3), sedangkan responden yang tidak mengalami obesitas pada lansia yang menderita Osteoartritis (OA) yakni sebesar 90 % (n = 27). Berdasarkan uji statistic, diperoleh nilai lower limit 0,241 dan upper limit 10,049 pada tingkat kepercayaan 95 % yang menunjukkan bahwa nilai lower limit mencakup 1 dan nilai upper limit tidak mencakup 1, maka risiko yang ditimbulkan dikatakan tidak bermakna. Nilai Odds Ratio = 1,556. Hal ini berarti bahwa yang mengalami obesitas beresiko 1,556 kali terkena penyakit Osteoartritis (OA) dibandingkan dengan yang tidak mengalami obesitas.

b) Osteoartritis (OA)

Riwayat Trauma dengan kejadian penyakit

Tabel 3 Distribusi Hubungan Riwayat Trauma dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) di Panti Werdha Minaula Tahun 2008 Riwayat Trauma Cukup Kurang Jumlah Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) Kasus Kontrol n % n % 26 86,7 17 56,7 4 13,3 13 43,3 30 100 30 100 Jumlah OR n 43 17 60 % 71,7 28,3 100 4,971 CI Upper limit = 17,819 Lower limit = 1,387

Sumber : Data Primer (diolah),2008 Berdasarkan tabel 3 diatas, meunjukkan bahwa dari 60 orang responden, kelompok kasus yang memiliki riwayat trauma pada lansia yang menderita Osteoartritis (OA) yakni sebesar 86,7 % (n = 26), sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat trauma pada lansia yang menderita Osteoartritis (OA) yakni sebesar 13,3% (n = 4). Berdasarkan uji statistic, diperoleh nilai lower limit 1,387 dan upper limit 17,819 pada tingkat kepercayaan 95 % yang menunjukkan bahwa antara nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup 1, maka risiko yamg ditimbulkan dikatakan bermakna. Nilai Odds Ratio = 4,971. Hal ini berarti bahwa yang memiliki riwayat trauma berisiko 4,971 kali terkena penyakit Osteoartritis (OA) dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat trauma.

c)

Penggunaan sendi secara berlebihan dengan kejadian

penyakit Osteoartritis (OA)

Tabel 4 Distribusi Hubungan Penggunaan Sendi Secara Berlebihan dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) di Panti Werdha Minaula Tahun 2008 Penggunaan Sendi Secara Berlebihan Cukup Kurang Jumlah Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) Kasus n 23 7 30 % 76,7 23,3 100 Kontrol n 14 16 30 % 46,7 53,3 100 Jumlah n 37 23 60 % 61,7 38,3 100 OR CI Upper limit = 11,385 Lower limit = 1,239

3,755

Sumber : Data Primer (diolah),2008 Berdasarkan tabel 4 diatas, meunjukkan bahwa dari 60 orang responden, kelompok kasus yang menggunakan sendi secara berlebihan pada lansia yang menderita Osteoartritis (OA) yakni sebesar 76,7% (n = 23), sedangkan responden yang tidak menggunakan sendi secara berlebihan pada lansia yang menderita Osteoartritis (OA) yakni sebesar 23,3% (n = 7). Berdasarkan uji statistic, diperoleh nilai lower limit 1,239 dan upper limit 11,385 pada tingkat kepercayaan 95 % yang menunjukkan bahwa antara nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup 1, maka risiko yamg ditimbulkan dikatakan bermakna. Nilai Odds Ratio = 3,775. Hal ini berarti bahwa yang menggunakan sendi secara berlebihan berisiko 3,775 kali terkena penyakit

Osteoartritis (OA) dibandingkan dengan yang tidak menggunakan sendi secara berlebihan. C. Pembahasan

Osteoartritis merupakan suatu penyakit sendi yang disebabkan oleh adanya perubahan pada tulang rawan dan tulang disekelilingnya, sehingga sendi menjadi tidak elastis dan saling bergeseran antara satu sama lain, dan mengakibatkan rasa ngilu atau nyeri dan pergerakan sendi terbatas Dalam keadaan normal, sendi memiliki derajat gesekan yang rendah sehingga tidak akan mudah aus, kecuali bila digunakan secara sangat berlebihan atau mengalami cedera. Osteoartritis kemungkinan berawal ketika suatu terjadi pada sel-sel yang membentuk komponen tulang rawan, seperti kolagen (serabut protein yang kuat pada jaringan alat) dan proteoglikan (bahan yang membentuk daya lenting tulang rawan). Selanjutnya tulang rawan tumbuh terlalu banyak, tetapi pada akhirnya akan menipis dan membentuk retakan-retakan rongga kecil akan terbentuk di dalam susunan dari tulang yang menyebabkan benjolan (osteofit), yang bisa dilihat dan bisa dirasakan. Benjolan ini mempengaruhi fungsi sendi yang normal dan menyebabkan nyeri. Pada akhirnya, permukaan tulang rawan yang halus dan licin berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang, sehingga sendi tidak lagi dapat bergerak secara halus. Semua komponen sendi (tulang, kapsul sendi, jaringan snovial, tendon dan tulang rawan) mengalami kegagalan dan terjadi kelainan sendi. Orang-orang yang pekerjaanya menyebabkan penekaan berulang pada sendi mempunuyai resiko lebih besar untuk menderita osteoarthritis.

Belum ditemukan cara yang efektif, tetapi usaha pencegahan Osteoartritis pada umumnya adalah membiasakan diri agar hidup sehat dan

menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan penyakit ini (Brunner and Suddarth, 2000). 1. Hubungan obesitas dengan kejadian penyakit Osteoartritis (OA) Berbadan gemuk atau biasa disebut dengan obesitas merupakan sesuatu kondisi dimana akumulasi lemak tidak sesuai dengan pengeluaran energi sehingga dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, tak terkecuali penyakit osteoarthritis ini walaupun sebenarnya orang gemuk dan orang kurus memiliki risiko penyakitnya sendiri. Berdasarkan hasil uji statistic dengan Odd Ratio didapatkan nilai OR = 1,556 (CI : 95 %) dengan nilai lower limit 0,241 dan nila upper limit 10,049. Angka ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Obesitas dengan kejadian penyakit Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werdha Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Salatan tahun 2008. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muljadi (2000) pada penderita Osteoartritis di Puskesmas Banjarejo, Kabupaten Blora dengan mengguanakan kriteria Almant yang menunjukkan bahwa keseluruhan penderita Osteoarthritis (OA) cenderung memiliki berat badan yang gemuk yakni sebanyak (56,6%). Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prof.Dr.Harry Isbagio yang menyatakan bahwa penurunan berat badan sebesar 5 Kg dapat menurunkan kejadian osteoartritis lutut sebesar 50% pada wanita, ini terutama

terjadi pada wanita yang kelebihan berat badannya lebih dari berat badan ideal diatas 10%.

2. (OA)

Hubungan riwayat trauma dengan kejadian penyakit Osteoartritis

Dalam keadaan normal sendi memiliki derajat gesekan yang rendah sehingga tidak mudah menjadi aus kecuali bila mengalami trauma tau cedera. Secara fisiologis keadaan ini dapat mengubah elastisitas sendi dan akan terjadi penurunan fungsi, penurunan fungsi tulang ini akan berlanjut terus bahkan dapat mengalam penurunan elastisitas sendi yang signifikan, sehingga akan berujung pada kehilangan kemampuan berdiri atau berjalan. Berdasarkan hasil uji statistic dengan Odd Ratio didapatkan nilai OR = 4,971 (CI : 95 %) dengan nilai lower limit 1,387 dan nila upper limit 17,816 Angka ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Riwayat Trauma dengan kejadian penyakit Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werdha Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Salatan tahun 2008. Artinya bahwa, responden yang memiliki riwayat trauma memiliki risiko 4,971 kali untuk menderita Osteoartritis (OA) dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat trauma. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muljadi (2000) pada penderita Osteoartritis di Puskesmas Banjarejo, Kabupaten Blora dengan mengguanakan kriteria Almant yang menunjukkan bahwa keseluruhan penderita Osteoartritis (OA) cenderung pernah mengalami riwayat

trauma yakni sebesar (66,3%). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sylvia.A Price bahwa riwayat trauma merupakan faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya Osteoartritis yang dapat menimbulkan deteriorasi kartilago dan menghilangkan kelenturan sendi.

3.

Hubungan penggunaan sendi secara berlebihan dengan kejadian

penyakit Osteoartritis (OA) Setiap orang memiliki aktivitas yang berbeda-beda mulai dari aktivitas ringan, sedang maupun yang berat, dalam melakukan aktivitas atau pergerakan ini pastilah memerlukan elastisitas sendi dan keadaan tulang yang kuat untuk menopang tubuh, namun apabila sendi digunakan secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan sendi dan akan menimbulkan penurunan fungsi dan elastisitas sendi yang lebih berat. Berdasarkan hasil uji statistic dengan Odd Ratio didapatkan nilai OR = 3,755 (CI : 95 %) dengan nilai lower limit 1,239 dan nila upper limit 11,385. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Penggunaan sendi secara berlebihan dengan kejadian penyakit Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werdha Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Salatan tahun 2008. Artinya bahwa, responden yang menggunakan sendi secara berlebihan memiliki risiko 3,755 kali untuk menderita Osteoartritis (OA) dibandingkan dengan responden yang tidak menggunakan sendi secara berlebihan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Muljadi (2000) pada penderita Osteoartritis di Puskesmas Banjarejo, Kabupaten Blora dimana hasilnya menunjukkan bahwa hampir keseluruhan penderita osteoartritis adalah pekerja berat yang banyak menggunakan sendi secara berlebihan dengan prevalensi sebanyak (80,56%). Penelitian lain juga dilakukan oleh HANES I yang menyatakan bahwa pekerja yang banyak membebani sendi lutut akan mempunyai risiko terserang osteoartritis lebih besar dibandingkan pekerja yang tidak banyak membebani lutut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 1. Tidak ada hubungan faktor obesitas dengan kejadian penyakit

Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008. 2. Ada hubungan faktor riwayat trauma dengan kejadian penyakit

Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008. 3. Ada hubungan faktor penggunaan sendi secara berlebihan dengan

kejadian penyakit Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan tahun 2008.

B. Saran 1. Diharapkan kepada pihak Panti Werdha Minaula agar senantiasa

meningkatkan mutu pelayanannya terutama dalam hal pelayanan kesehatan khususnya tentang penyakit Osteoartritis (OA) melalui penyuluhan kepada semua lansia. 2. Diharapkan kepada masyarakat agar selalu membiasakan hidup sehat

yakni berolah raga secara teratur dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat agar dapat terhindar dari segala macam penyakit, baik itu penyakit menular maupun tidak menular. 3. Kepada semua lansia khususnya yang menderita penyakit Osteoartritis

(OA) agar senantiasa selalu mengikuti program posyandu lansia sehingga

dengan demikian diharapkan lansia penderita Osteoartritis dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya tersebut.

DAFTAR PUSATAKA

Adna Pemble. 1986. Artritis apa Penyebabnya, bagaimana Mengobatinya?. ARCAN : Jakarta. Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah buku saku dari Brunner & Suddarth. EGC: Jakarta Charlene J Reeves, Gayle Roux, Robin Lockhart. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Salemba Medika: Jakarta. Dr. E. Oswari, DPH. Menyongsong usia lanjut dengan bugar dan bahagia. 1997. TP Penebar Swadaya: Jakarta. DR. M. N. Bustan. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. 2000. PT Rineka Cipta; Jakarta. Emma. S & Wirakusumah. 2000. Tetap Bugar Diusia Lanjut . Trubus Agriwidya: Jakarta. Lewis, Vivienne. 2002. Keep Young After 40: Dahara Prize: Semarang Mark B Mensel, MD, MPH & L. Peter Schwiebert, MD. 2001. Referensi manual kedokteran keluarga. Hipoctates: Jakarta. Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC: Jakarta Prof. Dr. Siegfrid Meryn. 2005. Hidup sehat 100 tahun. Pustaka popular obor: Jakarta. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta http://gadgetplus.wordpress.com/2008/09/01/osteoartritis-penyakit-degeneratif-engseltulang/ http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas http://www.indonesiaindonesia.com/f/9871-osteoartritis http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/08 http://www.suaramerdeka.com (diakses 27 Agst 2008) http://smpn11medan.wordpress.com/2008/06/02/osteoartritis/ www.medicine.co.id (diakses 25 Agst 2008)

Lampiran I PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan besedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIK Avicenna Kendari yang berjudul Faktor - Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) pada Lansia Di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2008 . Tanda tangan saya ini menunjukkan bahwa saya diberi informasi dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kendari,

Okt 2008

( )

DAFTAR KUISIONER FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT OSTEOARTRITIS (OA) PADA LANSIA DI PANTI WERDA MINAULA KECAMATAN RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2008

Nama Usia Jenis Kelamin Wisma Diagnosa Medis

: : : : :

Petunjuk Pengisian Kuisioner a. tersedia b. c. disediakan. A. Obesitas 1. 2. Berat Badan : Tinggi Badan : . Berikan tanda silang ( x ) pada setiap pilihan yang dianggap benar Isilah dengan jawaban yang dianggap benar pada tempat yang telah Bacalah baik-baik setiap item pertanyaan dan alternatif jawaban yang

( Hitung Berat Badan normal dengan menggunakan rumus TB 100 jika BB normal lebih besar ( 20% ) dari berat badan sekarang dikatakan obesitas ) Obesitas Tidak Obesitas

B. Riwayat trauma 1. a. Ya 2. rasa nyeri pada sendi? a. Ya 3. tulang ? a. Ya 4. b. Tidak Apakah anda pernah merasakan nyeri sendi pada saat b. Tidak Apakah sebelumnya anda pernah merasakan sakit-sakit Apakah anda pernah mengalami kecelakaan lalu lintas? b. Tidak Apakah anda pernah terjatuh sehingga menimbulkan

mengangkat benda yang berat? a. Ya 5. dari 30 menit? a. Ya 6. pagi hari? a. Ya 7. a. Ya 8. b. Tidak Apakah anda pernah merasakan kekakuan pada tulang? b. Tidak Apakah anda selalu menggunakan alas kaki yang aman, b. Tidak Apakah anda sering merasakan sakit-sakit tulang pada b. Tidak Apakah anda pernah merasakan sakit-sakit tulang kurang

misalnya : sendal yang berdasar karet dan tidak licin? a. Ya b. Tidak

9.

Apakah anda pernah melakukan gerakan-gerakan penuh

tekanan, misalnya : jongkok atau berlutut dengan mengangkat beban berat secara berulang-ulang? a. Ya 10. a. Ya b. Tidak Apakah anda merasakan nyeri sendi pada saat bergerak? b. Tidak

C. penggunaan sendi secara berlebihan 1. Apakah sebelumnya anda seorang pekerja berat,

misalnya : pekerja tambang, buruh pabrik, atlet, dan petani ? a. Ya 2. berat? a. Ya 3. b. Tidak Apakah anda merasakan nyeri sendi pada saat b. Tidak Apakah selama dipanti anda selau melakukan pekerjaan

mengangkat benda yang berat? a. Ya 4. anda? a. Ya 5. b. Tidak Apakah anda selalu melakukan gerakan-gerakan penuh b. Tidak Apakah terdapat nyeri pada saat ada tekanan pada tulang

tekanan, misalnya : jongkok atau berlutut dengan mengangkat beban berat secara berulang-ulang? a. Ya b. Tidak

6. a. Ya 7. digerakkan? a. Ya 8. a. Ya 9. a. Ya 10. dari 30 menit? a. Ya

Apakah anda merasakan bengkak pada sendi? b. Tidak Apakah anda merasakan sendi anda terasa berbunyi saat

b. Tidak Apakah anda merasakan nyeri sendi pada saat bergerak? b. Tidak Apakah anda merasakan nyeri tulang pada malam hari? b. Tidak Apakah anda selalu merasakan sakit-sakit tulang kurang

b. Tidak

HASIL ANALISIS STATISTIK HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN PENYAKIT OSTEOARTRITIS (OA) PADA LANSIA DI PANTI WERDA MINAULA KECAMATAN RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2008 a. Kemaknaan Hipotesis Ha : Tidka ada hubungan faktor obesitas dengan kejadian penyakit Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2008 b. Kemaknaan Statistik Keadaan Obesitas Obesitas Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) Kasus Kontrol n % n % 3 10 2 6,7 Jumlah OR n 5 % 8,3 CI

Tidak Obesitas Jumlah

27 30

90 100

28 30

93,3 100

55 60

91,7 100 1,556

Upper limit = 10,049 Lower limit = 0,241

1) a x d OR = b x c

Nilai OR 3 x 28 = 2 x 27 = 54 84 = 1,556

Karena nilai OR = 1,556 hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yng bermakna antara obesitas dengan kejadian penyakit Osteoartritis pada lansia di Panti Werdha Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. 2) f Confidence Interval = 1,96 1 / a + 1 / b + 1 / c + 1 / d = 1,96 x 1/3 + 1/2 + 1/27 + 1/28 = 1,96 x 0,333 + 0,500 + 0,037 + 0,035 = 1,96 x 0,905 = 1,96 x 0,951314879 = 1,865 Upper Limit = OR ( e+f ) = 1,556 ( 2,72 +1,865 ) = 1,556 ( 4,46 ) = 6,939

Lower Limit = OR ( e-f ) = 1,556 ( 2,72 1,865 ) = 1,556 ( 0,155 ) = 0,241 Karena lower limit = 0,241 dan upper limit = 10,049. Hal ini menunjukkan bahwa nilai lower limit mencakup 1 dan nilai upper limit tidak mencakup 1, maka obesitas tidak mempunyai hubungan bermakna terhadap kejadian penyakit Osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. c. Kemaknaan Praktis Obesitas memiliki risiko 1,556 kali untuk menderita penyakit Osteoartritis dibandingkan dengan yang tidak mengalami obesitas.

HASIL ANALISIS STATISTIK HUBUNGAN RIWAYAT TRAUMA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT OSTEOARTRITIS (OA) PADA LANSIA DI PANTI WERDA MINAULA KECAMATAN RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2008 a. Kemaknaan Hipotesis Ha : Diduga terdapat hubungan Riwayat Trauma dengan kejadian penyakit Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2008 Dasar pengambilan keputusan : Ho ditolak dan Ha diterima jika OR > 1 b. Kemaknaan Statistik Riwayat Trauma Kejadian Penyakit Osteoartritis (OA) Jumlah OR CI

1) a x d OR = b x c

Nilai OR 26 x 13 = 17 x 4 = 68 338 = 4,971

Karena nilai OR = 4,971 hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat trauma dengan kejadian penyakit Osteoartritis pada lansia di Panti Werdha Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. 2) f Confidence Interval = 1,96 x 1 / a + 1 / b + 1 / c + 1 / d = 1,96 x 1/26 + 1/17 + 1/4 + 1/13 = 1,96 x 0,04 + 0,06 + 0,25 + 0,08 = 1,96 x 0,43 = 1,96 x 0,6557 = 1,285 Upper Limit = OR ( e+f ) = 4,971 ( 2,72 +1,285 ) = 4,971 ( 3,62 ) = 17,816 Lower Limit = OR ( e-f ) = 4,971 ( 2,72 1,285 ) = 4,971 ( 0,276 ) = 1,387

Karena lower limit = 1,387 dan upper limit = 17,816. Hal ini menunjukkan bahwa nilai lower limit dan nilai upper limit tidak mencakup 1, maka riwayat trauma mempunyai hubungan terhadap kejadian penyakit Osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. c. Kemaknaan Praktis Riwayat trauma memiliki risiko 4,971 kali untuk menderita penyakit Osteoartritis dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat trauma.

HASIL ANALISIS STATISTIK HUBUNGAN PENGGUNAAN SENDI SECARA BERLEBIHAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT OSTEOARTRITIS (OA) PADA LANSIA DI PANTI WERDA MINAULAKECAMATAN RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2008 a. Kemaknaan Hipotesis Ha : Diduga terdapat hubungan Penggunaan sendi secara berlebihan dengan kejadian penyakit Osteoartritis (OA) pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2008 Dasar pengambilan keputusan : Ho ditolak dan Ha diterima jika OR > 1 b. Kemaknaan Statistik Kejadian Penyakit Penggunaan Osteoartritis (OA) Sendi Secara Kasus Kontrol Berlebihan Cukup n 23 % 76,7 n 14 % 46,7

Jumlah n 37 % 61,7

OR

CI

Kurang Jumlah

7 30

23,3 100

16 30

53,3 100

23 60

38,3 100

3,755

Upper limit = 11,385 Lower limit = 1,239

1) a x d OR = b x c

Nilai OR 23 x 16 = 7 x 14 = 98 368 = 3,755

Karena nilai OR = 3,755 hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengunaan sendi secara berlebihan dengan kejadian penyakit Osteoartritis pada lansia di Panti Werdha Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. 2) f Confidence Interval = 1,96 x 1 / a + 1 / b + 1 / c + 1 / d = 1,96 x 1/23 + 1/14 + 1/7 + 1/16 = 1,96 x 0,04 + 0,07 + 0,143 + 0,06 = 1,96 x 0,313 = 1,96 x 0,559464029 = 1,097 Upper Limit = OR ( e+f ) = 3,755 ( 2,72 +1,097 ) = 3,755 ( 2,997 ) = 11,385 Lower Limit = OR ( e-f )

= 3,775 ( 2,72 1,097 ) = 3,755 ( 0,33 ) = 1,239 Karena lower limit = 1,239 dan upper limit = 11,385. Hal ini menunjukkan bahwa nilai lower limit dan nilai upper limit tidak mencakup 1, maka pengguaan sendi secara berlebihan mempunyai hubungan terhadap kejadian penyakit Osteoartritis pada lansia di Panti Werda Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan. c. Kemaknaan Praktis Penggunaan sendi secara berlebihan memiliki risiko 3,755 kali untuk mederita penyakit Osteoartritis dibandingkan dengan yang tidak mengginakan sendi secara berlebihan

CrosstabsCase Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%

Valid N Status Osteoartritiis * obesitas 60 Percent 100,0%

N

Total Percent 60 100,0%

Status Osteoartritiis * obesitas Crosstabulation obesitas obesitas tdk obesitas 3 27 2 28 5 55

Total 30 30 60

Status Osteoartritiis Total

kasus kontro l

Chi-Square Tests Value .218b .000 .220 60 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .640 1.000 .639 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square a Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases

1.000

.500

a. Computed only for a 2x2 table b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2. 50.Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper .241 .270 .828 10.049 8.344 1.124

Value Odds Ratio for Status Osteoartritiis (kasus / kontrol) For cohort obesitas = obesitas For cohort obesitas = tdk obesitas N of Valid Cases 1.556 1.500 .964 60

CrosstabsCase Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%

N Status Osteoartritiis * riwayat trauma

Valid Percent 60 100,0%

Total N 60 Percent 100.0%

Status Osteoartritiis * riwayat trauma Crosstabulation riwayat trauma cukup kurang 26 4 17 13 43 17

Total 30 30 60

Status Osteoartritiis Total

kasus kontro l

Chi-Square Tests Value 6.648b 5.253 6.915 60 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .010 .022 .009 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square a Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases

.020

.010

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8. 50.Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper 1.387 1.085 .113 17.816 2.155 .836

Value Odds Ratio for Status Osteoartritiis (kasus / kontrol) For cohort riwayat trauma = cukup For cohort riwayat trauma = kurang N of Valid Cases 4.971 1.529 .308 60

Crosstabs

Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%

N Status Osteoartritiis * penggunaan sendi secara berlebihan

Valid Percent 60 100,0%

N

Total Percent 60 100.0%

Status O steoartritiis * penggunaan sendi secara berlebihan Crosstabulation penggunaan sendi secara berlebihan cukup kurang 23 7 14 16 37 23 Chi-Square Tests Value 5.711b 4.512 5.829 60 df 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .017 .034 .016 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Total 30 30 60

Status Osteoartritiis Total

kasus kontrol

Pearson Chi-Square a Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases

.033

.016

a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11. 50. Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper 1.239 11.385

Value Odds Ratio for Status Osteoartritiis (kasus / kontrol) For cohort penggunaan sendi secara berlebihan = cukup For cohort penggunaan sendi secara berlebihan = kurang N of Valid Cases 3.755

1.643

1.068

2.527

.438 60

.211

.908

WAWANCARA DENGAN SALAH SATU RESPONDEN

WAWANCARA DENGAN SALAH SATU RESPONDEN

WAWANCARA DENGAN SALAH SATU RESPONDEN

SUASANA DI PANTI WERDA MINAULA