Preskas HNP

44
PRESENTASI KASUS SEORANG PEREMPUAN 73 TAHUN DENGAN TETRAPARESE ET CAUSA HNP CERVICALIS DAN DM TIPE II Disusun oleh: Bayu Prasetyo G99151026 Pembimbing : dr. Trilastiti W, Sp.KFR.

description

hnp

Transcript of Preskas HNP

Page 1: Preskas HNP

PRESENTASI KASUS

SEORANG PEREMPUAN 73 TAHUN DENGAN TETRAPARESE ET

CAUSA HNP CERVICALIS DAN DM TIPE II

Disusun oleh:

Bayu Prasetyo

G99151026

Pembimbing :

dr. Trilastiti W, Sp.KFR.

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RSUD DR. MOEWARDI

2015

Page 2: Preskas HNP

STATUS PENDERITA

I. ANAMNESIS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 73 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan Guru

Alamat : Sidomulyo 24/01, Gemolong, Sragen.

Status : Menikah

Tanggal Masuk : 5 Desember 2015

Tanggal Periksa : 8 Desember 2015

No. Rekam Medis : 01322420

B. Keluhan Utama :

Nyeri leher belakang menjalar sampai punggung.

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh nyeri leher belakang menjalar sampai bagian

punggung sejak 1 bulan SMRS. Pasien sulit menggerakkan leher dan sulit

untuk menoleh ke kanan/kiri. Pada pasien juga didapatkan kelemahan

keempat anggota gerak. Menurut keluarga sejak saat itu pasien terlihat

lemah dan hanya tiduran saja. Sejak 2 hari terakhir pasien tidak mau

makan. Pasien sempat mondok di RS Gemolong 3 minggu yang lalu

dengan keluhan yang sama dan pulang sekitar 1 minggu yang lalu. Selama

2 tahun terakhir pasien berjalan dengan menggunakan bantuan kruk. Nyeri

kepala (-), demam (-), mual (-), muntah (-), Gangguan BAK (-), BAB (-).

Pasien datang ke IGD RS Dr Moewardi dan diminta untuk mondok.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : (+)

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Stroke : disangkal

2

Page 3: Preskas HNP

Riwayat kejang : disangkal

Riwayat Alergi obat/ makanan : disangkal

Riwayat Tumor : disangkal

Riwayat Trauma : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Alergi obat/ makanan : disangkal

Riwayat Stroke : disangkal

Riwayat Dislipidemia : disangkal

Riwayat Hiperurisemia : disangkal

F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi

Pasien makan tiga kali sehari dengan sepiring nasi, lauk pauk dan

sayur. Kesan gizi pasien cukup.

Riwayat merokok : disangkal

Riwayat mengonsumsi alkohol : disangkal

Riwayat olahraga : disangkal

G. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang ibu yang tinggal bersama seorang anak dan

menantunya beserta 4 cucunya. Saat ini pasien sudah tidak bekerja,

sebelum pensiun pasien bekerja sebagai seorang guru. Saat ini pasien

berobat menggunakan pembayaran melalui BPJS.

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis GCS E4V5M6,

kesan gizi cukup

B. Tanda Vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

3

Page 4: Preskas HNP

Nadi : 78 x/ menit, isi cukup, irama teratur, simetris

kanan-kiri

Respirasi : 20x/menit, irama teratur

Suhu : 360C per aksiler

C. Kulit

Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), hiperpigmentasi (-),

hipopigmentasi (-).

D. Kepala

Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam,

tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).

E. Mata

Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak

langsung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-).

F. Hidung

Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).

G. Telinga

Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).

H. Mulut

Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),

stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).

I. Leher

Simetris, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar, nyeri tekan (-),

benjolan (-).

J. Thorax

1. Retraksi (-), simetris, normochest

2. Cor

Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus Cordis kuat angkat, teraba di SIC IV 2 cm LMCS

Perkusi : Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

4

Page 5: Preskas HNP

3. Pulmo

Inspeksi : Pengembangan dinding dada kanan = kiri

Palpasi : Simetris, fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : Sonor/Sonor

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)

K. Trunk

Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis(-)

Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)

Perkusi : nyeri ketok kostovertebra (-)

L. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba

5

Page 6: Preskas HNP

Ekstremitas

Oedem Akral dingin

M. Status Neurologis

Kesadaran : GCS E4V5M6

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : BAB dan BAK normal, disadari; terpasang IV line

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi Motorik dan Reflek :

Atas Tengah

Bawah

ka/ki ka/ki ka/ki

a. Lengan

- Kekuatan 2/1 2/1 2/1

- Tonus n /n n /n n /n

- Reflek Fisiologis

Reflek Biseps +2/+2

Reflek Triseps +2/+2

- Reflek Patologis

Reflek Hoffman - / -

Reflek Tromner - / -

Atas Tengah

Bawah

ka/ki ka/ki ka/ki

b. Tungkai

- Kekuatan 1/1 1/1 1/1

- Tonus n /n n /n n /n

- Klonus

6

- -

- -

+ +

- -

Page 7: Preskas HNP

Lutut - / -

Kaki - / -

- Reflek Fisiologis

Reflek Patella +2/+2

Reflek Achilles +2/+2

- Reflek Patologis

Reflek Babinski - / -

Reflek Chaddock - / -

Reflek Oppenheim - / -

Reflek Schaeffer - / -

Reflek Rosolimo - / -

Nn. Craniales

- n. II, III : reflek cahaya (+/+), pupil isokor

(3mm/3mm)

- n. III, IV, VI : pergerakan bola mata normal

- n. VII : dalam batas normal

- n. XII : sulit dievaluasi

Meningeal Sign

- Kaku kuduk : -

- Brudzinksi I-II : -

- Laseque : -

- Kernig : -

N. Status Psikiatri

Deskripsi Umum

Penampilan : perempuan, tampak sesuai umur, berpakaian rapi,

perawatan diri cukup

Kesadaran : kuantitatif : GCS E4V5M6

kualitatif : tidak berubah

7

Page 8: Preskas HNP

Aktivitas Motorik : normoaktif

Pembicaraan : normal

Sikap Terhadap Pemeriksa : kooperatif, kontak mata cukup

Afek dan Mood

Afek : Appropiate

Mood : Eutimik

Gangguan Persepsi

- Halusinasi : (-)

- Ilusi : (-)

Proses Pikir

- Bentuk : realistik

- Isi : waham (-)

- Arus : koheren

Sensorium dan Kognitif

- Daya Konsentrasi : baik

- Orientasi : orang : baik

waktu : baik

tempat : baik

- Daya Ingat : jangka pendek : baik

jangka panjang : baik

Daya Nilai : baik

Insight : derajat 6

Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya

O. Range of Motion (ROM)

Neck Aktif Pasif

Flexi 0-20o 0-20o

Extensi 0-30o 0-30o

Lateral kanan 0-10o 0-10o

Lateral kiri 0-10o 0-10o

Rotasi ke kanan 0-5o 0-5o

8

Page 9: Preskas HNP

Rotasi ke kiri 0-5o 0-5o

Ektremitas SuperiorDextra Sinistra

Aktif Pasif Aktif Pasif

Shoulder

Fleksi 0-20o 0-180o 0-10o 0-180o

Ektensi 0-20o 0-30o 0-10o 0-30o

Abduksi 0-20o 0-150o 0-10o 0-150o

Adduksi 0-20o 0-75o 0-10o 0-75o

Eksternal Rotasi 0-15o 0-90o 0-10o 0-90o

Internal Rotasi 0-15o 0-90o 015o 0-90o

Elbow

Fleksi 0-200 0-1350 0-100 0-1350

Ekstensi 135-1600

135-1800

135-1600

135-1800

Pronasi 0-20o 0-90o 0-10o 0-90o

Supinasi 0-20o 0-90o 0-10o 0-90o

Wrist

Fleksi 0-20o 0-50o 0-10o 0-50o

Ekstensi 0-20o 0-70o 0-10o 0-70o

Ulnar Deviasi 0-20o 0-30o 0-10o 0-30o

Radius deviasi 0-20o 0-30o 0-10o 0-30o

Finger MCP I Fleksi 0-60o 0-90o 0-40o 0-90o

MCP II-IV fleksi 0-30o 0-90o 0-20o 0-90o

DIP II-V fleksi 0-30o 0-90o 0-20o 0-90o

PIP II-V fleksi 0-30o 0-100o 0-20o 0-100o

MCP I Ekstensi 0-30o 0-30o 0-20o 0-30o

Trunk ROM Pasif ROM Aktif

Fleksi 0-500 0-300

Ekstensi 0-300 0-300

Rotasi 0-350 0-200

9

Page 10: Preskas HNP

Extremitas Inferior Dextra SinistraAktif Pasif Aktif Pasif

Hip Flexi 0o 0-90o 0o 0-90o

Extensi 0o 0-30o 0o 0-30o

Abduksi 0o 0-45o 0o 0-45o

Adduksi 0o 0-45o 0o 0-45o

Knee Flexi 0o 0-130o 0o 0-130o

Extensi 0o 130-180o 130-150o 130-180o

Ankle Dorsoflexi 10o 0-40o 10o 0-40o

Plantarflexi 10o 0-40o 10o 0-40o

P. Manual Muscle Testing (MMT)

Ektremitas Superior Sinistra Dekstra

Shoulder

FleksorM. Deltoideus anterior 1 2

M. Bisepss anterior 1 2

EkstensorM. Deltoideu 1 2

M. Teres Mayor 1 2

AbduktorM. Deltoideus 1 2

M. Biseps 1 2

AdduktorM. Latissimus dorsi 1 2

M. Pectoralis mayor 1 2

Internal RotasiM. Latissimus dorsi 1 2

M. Pectoralis mayor 1 2

Eksternal

Rotasi

M. Teres mayor 1 2

M. Infra supinatus 1 2

Elbow

FleksorM. Biseps 1 2

M. Brachilais 1 2

Eksternsor M. Triseps 1 2

Supinator M. Supinatus 1 2

Pronator M. Pronator teres 1 2

10

Page 11: Preskas HNP

Wrist

Fleksor M. Fleksor carpi

radialis

1 2

Ekstensor M. Ekstensor

digitorum

1 2

Abduktor M. Ekstensor carpi

radialis

1 2

Adduktor M. Ekstensor carpi

ulnaris

1 2

Finger

Fleksor M. Fleksor digitorum 1 2

Ekstensor M. Ekstensor

digitorum

1 2

Ektremitas Inferior Sinistra Dekstra

Hip Fleksor M. Psoas mayor 1 1

Ekstensor M. Gluteus maksimus 1 1

Abduktor M. Gluteus medius 1 1

Adduktor M. Adduktor longus 1 1

Knee Fleksor Hamstring muscle 1 1

Ekstensor Quadriceps femoris 1 1

Ankle Fleksor M. Tibialis 1 1

Ekstensor M. Soleus 1 1

P. Status Ambulasi

Dependent

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium Darah

Laboratorium Nilai Nilai Normal

Hb (g/dL) 10,0 11,7-16,2

Hct (%) 32 33-45

AE (106/uL) 4,86 4,50-5,10

11

Page 12: Preskas HNP

AL (103/uL) 10,1 4,5-11

AT (103/uL) 263 150-450

GDS (mg/dl) 199 60-140

HbA1c (%) 6,2 4,8-5,9

Glukosa 2 jam PP mg/dl 145 80-140

SGOT (µ/L) 16 0-35

SGPT (µ/L) 23 0-45

Asam urat (mg/dl) 5 2,4-6,1

Kolesterol total (mg/dl) 144 50-200

LDL (mg/dl) 85 89-197

HDL (mg/dl) 38 28-63

Trigliserida (mg/dl) 148 <150

Natrium (mmol/L) 138 136-145

Kalium (mmol/L) 3,3 3,3-5,1

Kalsium ion(mmol/L) 1,10 1,17-1,29

Kreatinin (mg/dl) 0,6 0,9-1,3

Ureum (mg/dl) 16 <50

B. Pemeriksaan Radiologi

1. Foto Cervical Anterior Posterior dan Lateral

12

Page 13: Preskas HNP

Kesimpulan: 1. Paracervical muscle spasme

2.Spondilosis Cervicalis

C. Foto Thorak PA

Kesimpulan:

1. Kardiomegali dengan aortosklerosis

13

Page 14: Preskas HNP

2. Efusi pleura kiri

IV. ASSESSMENT

Klinis : Tetraparese, General weakness

Topis : Cervical

Etiologis : Susp. HNP Cervical

V. DAFTAR MASALAH

A. Problem Medis

1. Tetraparese

2. Diabetes Mellitus tipe II

B. Problem Rehabilitasi Medik

1. Fisioterapi : tetraparese, immobilisasi

2. Terapi Okupasi :Gangguan dalam melakukan aktivitas fisik

sehari-hari seperti berjalan.

3. Terapi Wicara : Tidak ada

4. Sosiomedik :Memerlukan bantuan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari.

5. Ortesa-protesa : memerlukan alat fiksasi leher

6. Psikologi :Kecemasan pasien dan keluarga akan penyakitnya

dan beban pikiran karena kesulitan melakukan aktivitas sehari–

hari.

VI. PENATALAKSANAAN

A. Terapi Medikamentosa

1. Infus Assering 20 tpm

2. Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam

3. Injeksi Sohobion 1 ampul/24 jam

4. Metformin 2x500 mg

14

Page 15: Preskas HNP

15

Page 16: Preskas HNP

B. Rehabilitasi Medik:

1. Fisioterapi :

a. General exercise otot-otot lengan dan tungkai

b. Strengthening exercise untuk melatih kekuatan otot dan

mencegah atropi otot-otot yang lebih parah

c. Positioning dan turning ( rubah posisi tiap 2 jam) untuk mencegah

ulkus dekubitus

d. ROM exercise aktif dan pasif

e. Latihan stabilisasi otot leher dan kepala

f. Mobility bertahap

2. Terapi wicara : tidak ada

3. Okupasi terapi : melatih keterampilan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari

4. Sosiomedik :

a. Motivasi dan edukasi keluarga tentang penyakit penderita

b. Motivasi dan edukasi keluarga untuk membantu dan merawat

penderita dengan selalu berusaha menjalankan program di RS dan

Home program

5. Ortesa-Protesa : menggunakan cervical collar

6. Psikologi : Psikoterapi suportif untuk mengurangi kecemasan

penderita dan keluarga

VII. IMPAIRMANT, DISABILITAS, HANDICAP

Impairment :Tetraparese e/c Hernia Nukleus Pulposus Cervical

setinggi Vertebrae Cervicalis V-VI dan VI-VII

Disability :penurunan fungsi kedua tungkai dan lengan

Handicap :keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari,

kegiatan sosial terhambat

16

Page 17: Preskas HNP

VIII. TUJUAN

1. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat waktu perawatan

2. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan

3. Meminimalkan impairment, disability dan handicap

4. Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan

aktivitas sehari-hari

5. Edukasi perihal home exercise

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

17

Page 18: Preskas HNP

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hernia Nukleus Pulposus

Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus

pulposus yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel

fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus

pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.

Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus

intervertebral pada daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam

praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan dengan beberapa luka pada

tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya disebabkan

oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan

(berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga

dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang

terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi

terjadi dengan umur setelah 20 tahun.

Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra

diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis

vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus

vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus

Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus

diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schomorl

merupakan kelainan mendasari “low back pain”sub kronik atau kronik

yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai

khokalgia atau siatika

II.  DEFINISI

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus

Intervertebralis (PDI)adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada

diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau

18

Page 19: Preskas HNP

nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis

vertebralis (rupture discus).

III. EPIDEMIOLOGI

HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada

C5-C6 dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi

pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur

setelah 20 tahun.

IV. INSIDENS

- Hernia Iumbo Sakral lebih dari 90 %

-     Hernia Sercikal 5-10 % .

V.   ETIOPATO FISIOLOGI

Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan

sel-sel kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus

19

Page 20: Preskas HNP

pulposus bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar dibawah

tekanan dan menggelembungkan annulus fibrosus.

Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa

nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri

radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di

sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks

yang terkena. HNP dapat dibagi menjadi:

1.HNPsentral

HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi

urine

2.HNPlateral

Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat

dan betis, belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa

nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler

negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di

punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan

di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks

patela negatif. Sensibilitas ada dermatom yang sdesuai dengan radiks yang

terkena menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai

yang lurus (straigh leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus

dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian

belakang (tanda laseque positif). Valsava dab nafsinger akan memberikan

hasil positif.

Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai

diskus intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap

awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya

traumatik yang berkali-kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar

dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi,

20

Page 21: Preskas HNP

maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma

berikutnya saja.

Apabila trauma pada medula spinalis terjadi secaa mendadak, maka

dapat terjadi renjatan spinal (spinal shock). Pada anak-anak fase ini terjadi

lebih singkat dibandingkan orang dewasa yakni kurang dari 1 minggu.

Ada 3 faktor yang mungkin berperan dalam mekanisme syok spinal yaitu:

hilangnya fasilitas traktus desendens, inhibisi dari bawah yang menetap

pada reflex ekstensor, dan degenerasi aksonal interneuron.

Fase renjatan spinal berdasarkan gambaran klinisnya dibagi

menjadi 2 yaitu:

a. Syok spinal atau Arefleksia

Sesaat setelah trauma, fungsi motorik di bawah tingkat lesi hilang, otot

flaksid, reflex hilang, paralisis atonik vesika urinaria dan kolon, atonia

gaster dan hipestesia. Dijumpai juga hilangnya tonus vasomotor,

keringat dan piloereksi serta fungsi seksual.

b. Aktivitas refleks yang meningkat

Setelah beberapa minggu respons refleks terhadap rangsang mulai

timbul, mula-mula lemah makin lama makin kuat. Secara bertahap

muncul refleks fleksi yang khas yaitu tanda Babinsky dan fleksi tripel

(gerak menghindar dari rangsang dengan mengadakan fleksi pada

sendi pergelangan kaki, sendi lutut, dan sendi pangkal paha).

V.1 Hernia Lumbosacralis

Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh

kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada

pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan

nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal posterior dan annulus

fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan

ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba,

21

Page 22: Preskas HNP

biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong

ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat

penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi

“extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis.

Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah

anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah),

dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut

syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan

apophysis artikuler.

V.2 Hernia Servikalis

Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis.

Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang

kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk,

refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi

antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan

C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada

pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu

diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.

V.3 Hernia Thorakalis

Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia.

Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang

parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian

bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya

mendadak dengan paraparese.

Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi

(menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan

penonjolan sendi). Pada empat thoracal paling bawah atau tempat yang

paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong

adalah faktor penyebab yang paling utama.

22

Page 23: Preskas HNP

VI. GAMBARAN KLINIK

VI.1 Henia Lumbosakralis

Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula

berlangsung dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di

provokasi oleh posisi badan tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab,

pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala

patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas

antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong

dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke

daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks

mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam

bentuk skilosis lumbal.

Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral

lumbalis yang prolaps terdiri :

1.      Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.

2.      Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki

3.      Kombinasi paresthesiasi,  lemah, dan kelemahan refleks

Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :

1.   Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar

kejurusan tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.

2.   Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.

3.   Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan

Bragard yang positif.

Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral

tungkai atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang

terjadi paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor

ibu jari.

23

Page 24: Preskas HNP

VI. 2 Hernia servicalis

-     Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas

(sevikobrachialis)

-     Atrofi di daerah biceps dan triceps

-     Refleks biceps yang menurun atau menghilang

-     Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.

VI.3 Hernia thorakalis

-     Nyeri radikal

-     Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang

paraparesis

-     Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

VII.     GAMBARAN RADIOLOGIS

Dapat dilihat hilangnya lordosis lumbal, skoliosis, penyempitan

intervertebral, “spur formation” dan perkapuran dalam diskus

Bila gambaran radiologik tidak jelas, maka sebaiknya dilakukan

punksi lumbal yang biasanya menunjukkan protein yang meningkat tapi

masih dibawah 100 mg %.

VIII.    DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, gambaran klinis dan

gambaran radiologis. Ada adanya riwayat mengangkat beban yang berat

dan berualangkali, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya

berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.

Diagnosa pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat

ditemukan secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan

perkembangan cepat dengan penanganan konservatif dan ketika tanda-

tanda menghilang, testnya tidak dibutuhkan lagi. Myelografi merupakan

24

Page 25: Preskas HNP

penilaian yang baik dalam menentukan suatu lokalisasi yang akurat yang

akurat.

IX. DIAGNOSIS BANDING

1    Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis

yang berprotein tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan

myelografi.

2.   Arthiritis

3.   Anomali colum spinal.

X.   PENATALAKSANAAN

a. Obat

Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang disebabkan

oleh trauma dan segera diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki,

obat pengurang rasa nyeri dan NSAIDS akan dianjurkan Jika terdapat

kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas otot, biasanya

diberikan. Pada pasien dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai zat

antispasmodik seperti diazepam.

b. Rehabilitasi

Tirah baring (bed rest) 3 – 6 minggu dan maksud bila anulus fibrosis

masih utuh (intact), sel bisa kembali ke tempat semula.

Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxan trankuilizer.

Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk meringankan nyeri.

Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan

neurologis, indikasi operasi.

Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi, jangan

mengangkat benda berat, tidur dengan alas keras atau landasan papan.

Traksi pelvis

Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak

terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset

25

Page 26: Preskas HNP

dan traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan

perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.

Diatermi/kompres panas/dingin

Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan

spasme otot. Pada keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin,

termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan

kompres panas maupun dingin.

Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat

digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada

NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban pada

diskus serta dapat mengurangi spasme.

Latihan

Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada

punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain

berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara

fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.

Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon

sehingga aliran darah semakin meningkat.

Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai

sikap tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.

c. Operasi

Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif

adanya gangguan neurologis. Bilamana penderita HNP dioperasi yang

akan memerlukan harus dibuat penyelidikan mielografi. Pilihan operasi

lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of

nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan – ray

dan chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut

26

Page 27: Preskas HNP

chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin

yang menonjol.

C. DIABETES MELLITUS

1. Definisi

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul

pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan

kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute

maupun relative.

2. Klinis

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada diabetes.

Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan bila terdapat keluhan

klasik DM seperti :

a. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagi, dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

b. Keluhan lain : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

3. Klasifikasi

Klasifikasi etiologis diabetes mellitus menurut Assosiasi

Diabetes Amerika / American Diabetes Association (ADA) tahun

2005 adalah sebagai berikut :

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya

menjurus ke defisiensi insulin absolut)

1) Melalui proses imunologik

2) Idiopatik

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (bervariasi mulai dari yang

predominan retensi insulin disertai defisiensi insulin relatif

27

Page 28: Preskas HNP

sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama

retensi insulin)

c. Diabetes Mellitus Tipe Lain

1) Defek genetik fungsi sel beta :

- Kromosom 12, HNF-1 (dahulu MODY 3)

- Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)

- Kromosom 20, HNF-4 (dahulu MODY 1)

- Kromosom 13, insulin promoter factor-1 (IPF-1, dahulu

MODY 4)

- Kromosom 17, HNF-1 (dahulu MODY 5)

- Kromosom 2, neuro D1 (dahulu MODY 6)

- DNA Mitochondria

- Lainnya

2) Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A,

leprechaunism, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes

lipoatrofik, lainnya.

3) Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis,

trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik,

hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya.

4) Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing,

feokromositoma, hipertiroidisme stomatostatinoma,

aldosteronoma, lainnya.

5) Karena obat/ zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,

glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, agonis beta

adrenergik, tiazid, dilantin, interferon alfa, lainnya.

6) Infeksi : rubella congenital, CMV, lainnya

7) Imunologi (jarang) : sindrom “Stiff-man”, antibodi anti

reseptor insulin, lainnya.

8) Sindroma genetik lain : sindrom Down, sindrom

Klinefelter, sindrom Turner, sindrom Wolfram’s, ataksia

Friedreic’s, Chorea Huntington, sindrom Laurence-Moon-

28

Page 29: Preskas HNP

Biedl, distrofi miotonik, porfiria, sindrom Prader Willi,

lainnya

d. Diabetes Kehamilan

4. Diagnosis

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :

a. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa

darah sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan

diagnosis DM

b. Dengan TTGO.

c. Dengan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih mudah

dilakukan, dan diterima oleh pasien.

5. Komplikasi DM

Komplikasi DM dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi akut :

1) Ketoasidosis diabetik (KAD)

2) Hiperosmolar non ketotik (HONK)

3) Hipoglikemia

b. Komplikasi kronis :

1) Makroangiopati yang melibatkan :

Pembuluh darah jantung

Pembuluh darah tepi

Penyakit arteri perifer sering terjadi pada

diabetes, biasanya terjadi dengan gejala tipikal

intermittent claudiacatio, meskipun sering tanpa

gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan

kelainan yang pertama kali muncul.

Pembuluh darah otak

2) Mikroangiopati :

Retinopati diabetik

Nefropati diabetik

29

Page 30: Preskas HNP

3) Neuropati

Yang tersering dan paling penting adalah neuropati

perifer, berupa hilangnya sensasi distal. Adanya

neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki

dan amputasi

Gejala lain yang sering dirasakan kaki terasa

terbakar dan bergetar sendiri dan lebih terasa nyeri

di malam hari.

Semua diabetesi yang disertai neuropati perifer

harus diberikan edukasi perawatan kaki untuk

mengurangi risiko ulkus kaki.

4) Gabungan

Kardiopati : penyakit jantung koroner,

kardiomiopati

5) Rentan infeksi

6) Kaki diabetik

7) Disfungsi ereksi

30

Page 31: Preskas HNP

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.

2. Priguna Sidharta. 1996. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek,

Jakarta : Dian Rakyat.

3. Chusid, IG. 1993. Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional,

Yogyakarta : Gajahmada University Press.

4. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua.Yogyakarta:

Gajahmada University Press.

Harison. Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13 Volume IV. EGC Penerbit

Buku Kedokteran. Jakarta. 2000. 1633 – 1638

Simadibrata, 1999. Pedoman Diagnostik dan Terapi dibidang Ilmu Penyakit

Dalam, Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit

Dalam FKUI. 1999. Hal:45-68.

31