Plaza Fotografi

19
PUSAT FOTOGRAFI MEDAN I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemilihan Proyek Siapa yang tidak mengenal kamera? Bahkan anak kecil sekalipun terbiasa memegang dan bergaya di hadapan kamera. Yang perlu dilakukan hanyalah menekan satu tombol, momen yang ingin disimpan dapat tertangkap oleh kamera. Pada hakikatnya fotografi merupakan salah satu bidang komunikasi visual yang banyak diminati orang. Fotografi sendiri berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari satu objek dengan merekam melalui media visual yang konkret dan realistik karena foto merupakan penggambaran nyata dari suatu objek atau peristiwa yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. fotografi bisa menggambarkan situasi tertentu dengan jelas Gambar memang tidak bisa merubah pemikiran orang, menyadarkan orang atas fakta tertentu yang sedang terjadi, namun gambar terebut bisa menggelitik hati dan pikiran manusia yang melihatnya. Sebuah foto berisi beribu macam kenangan yang tersimpan di dalamnya, sebuah foto bisa mengingatkan kita kembali pada apa sebenarnya makna jujur yang terkandung dalam moment yang terekam di dalamnya. Melalui sebuah foto, kita juga bisa melihat rekaman ulang masa silam. Pada 2013 penjualan kamera secara keseluruhan di Indonesia mencapai 1,3 juta unit. Penjualan kamera 1

description

fotografi , photography

Transcript of Plaza Fotografi

PUSAT FOTOGRAFI MEDAN

I. PENDAHULUANI.1. Latar Belakang Pemilihan Proyek

Siapa yang tidak mengenal kamera? Bahkan anak kecil sekalipun terbiasa memegang dan bergaya di hadapan kamera. Yang perlu dilakukan hanyalah menekan satu tombol, momen yang ingin disimpan dapat tertangkap oleh kamera. Pada hakikatnya fotografi merupakan salah satu bidang komunikasi visual yang banyak diminati orang. Fotografi sendiri berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari satu objek dengan merekam melalui media visual yang konkret dan realistik karena foto merupakan penggambaran nyata dari suatu objek atau peristiwa yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

fotografi bisa menggambarkan situasi tertentu dengan jelas Gambar memang tidak bisa merubah pemikiran orang, menyadarkan orang atas fakta tertentu yang sedang terjadi, namun gambar terebut bisa menggelitik hati dan pikiran manusia yang melihatnya. Sebuah foto berisi beribu macam kenangan yang tersimpan di dalamnya, sebuah foto bisa mengingatkan kita kembali pada apa sebenarnya makna jujur yang terkandung dalam moment yang terekam di dalamnya. Melalui sebuah foto, kita juga bisa melihat rekaman ulang masa silam.

Pada 2013 penjualan kamera secara keseluruhan di Indonesia mencapai 1,3 juta unit. Penjualan kamera DSLR menyumbang 330 ribu unit. Dari data Canon, penjualan kamera DSLR produknya mencapai 198 ribu unit (republika.co.id).

Kegiatan fotografi telah lama beroperasi di Indonesia , hal ini dapat di lihat dari adanya Salon Foto Indonesia yang telah berdiri tahun 1973 . Salon Foto Indonesia telah melakukan lomba foto sebanyak 35 kali terhitung dari tahun 1973 2014. Petrus Loo selaku Ketua Panitia SFI ke-35 Tahun 2014 mengatakan bahwa setelah 35 kali diselenggarakan sejak tahun 1973, baru kali ini Kota Medan, bahkan pulau Sumatera berkesempatan menjadi tuan rumah. Perlombaan foto diadakan di hotel garuda plaza.

Berikut tabel peserta lomba Salon Foto Indonesia yang menjukkan meningkatnya peminat fotografi di Indonesia.

Tahun Jumlah peserta

1995492

1996596

1997845

19981470

19991762

20003684

20015891

20028642

200310.962

200412.389

200517.637

Tabel 1.Perkembangan jumlah peserta salon fotografi

Selain peminat fotograf, di indonesia sendiri juga memiliki angka penjualan

kamera mengalami peningkatan sekitar 50.79 % dimana angka penjualan kamera pada tahun :

2008 : 419836 unit

2009 : 579047 unit 2010 : 829572 unit (sumber : Datascript)

Aktifnya kegiatan fotografi di Medan seperti Pameran Fotografi, Lomba Fotografi dan Workshop Fotografi, namun kegiatan- kegiatan tersebut tidak pernah diadakan di suatu tempat yang menetap, hal ini menyebabkan para peminat fotografi sedikit mengalami kesulitan untuk dapat mengikuti kegiatan tersebut, karena sebagian besar informasi mengenai kegiatan-kegiatan fotografi dipublikasikan melalui media internet ataupun di sekretariat masing-masing klub.

Oleh karena itu ada baiknya di sediakan fasilitas bagi pencinta fotografi untuk dapat mengembangkan, meningkatkan minat serta memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan sebagai mana terfasilitasi dengan baik. Hal ini yang menjadikan latar belakang dipilihnya judul tugas akhir yang berjudul Plaza Fotografi. I.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari proyek Paza Fotografi adalah:a. meningkatkan apresiasi masyarakat pada dunia fotografi dan diharapkan akan meningkatkan konsumsi produk fotografi.

b. Meningkatkan potensi pemuda remaja mandiri dengan kemampuan fotografi dan untuk menambah pengetahuan dan perkembangan dibidang fotografi.

c. Memberikan kemudahan bagi masyarakat pecinta fotografi dalam memperoleh informasi-informasi mengenai fotografi.

d. Menyediakan suatu wadah bagi dunia fotografi untuk lebih memperkenalkan diri sebagai media untuk mengekspresikan ide, gagasan, perasaan dan hobi, serta sebagai suatu profesi yang bergengsi.

II. TEMAII.1. Latar Belakang Keterkaitan Tema dengan Judul

Bentuk bangunan dapat dicapai melalui beberapa pendekatan yang disesuaikan dengan fungsi bangunan. Hal ini penting karena dalam bangunan komersial bentuk dan estetika bangunan lebih berperan untuk kemudahan dalam memberi kesan dan daya tarik, di samping tetap memperhatikan fungsi ruang dan sistem struktur yang ada dalam bangunan tersebut.

Pengambilan tema Metafora dalam Arsitektur pada Pusat Fotografi Medan ini adalah untuk menampilkan bentuk yang dapat dinikmati melalui komunikasi audio dan visual sehingga bentukan bangunan dapat lebih bervariasi dan memiliki daya tarik yang kuat. Selain itu dengan tema metafora ini diharapkan bangunan ini nantinya dapat menjadi ikon baru yang dikenal oleh masyarakat. Karena masyarakat tentu akan lebih muda mengingat dari suatu bentuk yang sudah dikenal dan bentuk inilah nanti yang akan diaplikasikan ke bangunan.

Dengan mengambil tema ini, orang bebas mengapresiasi dan menginterpretasikan sebuah karya arsitektur. Metafora dalam arsitektur memberikan sebuah perspektif baru bagi arsitek dan orang awan untuk menikmati karya arsitektur. Melalui perwujudan kualitas visual, stiap orang dapat menikmati metafora dalam arsitektur. Tema metafora diambil dan diterapkan pada perancangan Pusat Fotografi Medan untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang, mampu memberi kesan dan citra sendiri, serta mampu mewakili suasana dan aktivitas yang terdapat di dalamnya.II.2. Pengertian TemaBeberapa pendapat mengajukan pengertian metafora antara lain :1. Menurut anthony C. Antoniades dalam Poethic of Architecture Van Nostrand Reinhold , New York 1990 Metafora merupakan suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain. Ada tiga kategori metafora menurut Antoiniades (1990):

Intangible Metaphor: metafora dalam tataran ide, konsep atau kualitas-kualitas khusus. Tangible Metaphors: metafora dalam aspek literal, visual (empiris sensual) Combined Metaphors: merupakan gabungan konsepsual dan visual, aspek fisik (visual) digunakan sebagai penanda virtual (indikator) akan adanya metafora. 2. Broadbent, Geoffrey/Bunt, Richard/Jencks, Charles: Sign, Symbol, and Architecture; John Wiley and Sons; New York; 1980. Kategorisasi desain dair Broadbent tentang anlogic design mengindikasikan pembagian Metaphor dalam 3 kategori yaitu:

Visual, metafora secara visual Struktural, metafora dalam aspek struktur, fungsi dan sistem Filosofikal, metafora dalam aspek ide, konsep dan nilai 3. Menurut Charles Jenks, dalam The Language of Post Modern Architecture Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan.

4. Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam Introduction of Architecture Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal.II.3. Interpretasi Tema

Jika dilihat dari sudut Arsitektur sebagai proses, terdapat beberapa strategi desain yang menunjukkan penggunaan metafora di dalamnya yaitu:

a. Antoniades yang mengkategorikan desain berdasarkan prosesnya menunjukkan bahwa ketegori strategi adopsi merupakan strategi desain yang menggunakan metafora dalam prosesnya. b. Broadbent yang mengkategorikan desain berdasar aktivitas atau cara, menunjukkan bahwa kategori Analogic design menggunakan metafora dalam cara mendesainnya. Persamaan kedua pendapat tersebut terletak pada aspek proses atau aktivitas dalam desain yang menggunakan metode pengalihan (adopsi dan analogi) konsep dari suatu obyek yang lain.

Dilihat dari sudut Arsitektur sebagai produk, terdapat tipe desain dan konsep desain yang menggunakan metafora di dalamnya yaitu:

a. Pierce yang mengkategorikan desain sebagai sistem tanda, menunjukkan bahwa kategori simbol lebih memperlihatkan penggunaan metafora dalam karya fisiknya. Kategori simbol memerlukan pemahaman yang cukup kompleks, karena melibatkan aspek yang lebih bersifat abstrak daripada literal. b. White dengan konsep Metaphor yang melihat hubungan antar hal secara abstrak (looking at abstraction) jelas menunjukkan metafora dalam konsep arsitektur. Konsep adalah gagasan-gagasan yang memadukan berbagai elemen dalam satu keseutuhan. Suatu konsep menyaratkan bagaimana tuntutan programatik, konteks dan filosofi perancang serta klien dapat disatukan. Jika diurutkan menjadi makin kompleks, makin realistis dan makin dipikirkan secara mendalam, maka dapat diperoleh urutan: angan-angan---idea---konsep---skenario.

Pada dasarnya arsitektur dapat dikatakan sebagai sebuah alat komunikasi bagi sang arsitek yang ingin menyuarakan idealisme pribadinya dalam proses kreatif kepada siapapun yang menikmati dan mengapresiasi hasil karyanya. Proses komunikasinya sendiri penuh dengan interpretasi. Di sini kesenjangan latar penngetahuan dan budaya dapat menjadi sebuah dinding penghalang bertemunya sebuah idealisme kreatif dengan opini individu bahkan masyarakat selaku apresiator, terlebih jika bahasa yang digunakan tidak bersifat literal.

Penggunaan bahasa metaforik yang bersayap dan kaya akan interpretasi makna, memerlukan penghayatan dan penelusuran dalam mengapresiasinya. Seperti pisau yang bermata dua, di satu sisi metafora dapat digunakan sebagai alat untuk mengakselerasi imaji kreatif dalam proses desan, sedang di sisi lain dapat digunakan untuk mengupas dan mengkritik desain itu sendiri.

Jika mengikuti kategori metafora menurut Antoniades dan Broadbent, maka kualitas penggunaan metafora dapat dinilai berdasarkan aspek yang dijadikan acuan (referens) dna penampakannya dalam suatu hasil desain. Aspek yang lebih bersifat substansial dianggap lebih baik daripada yang hanya bersifat visual literal dan keberadaan metafora yang memerlukan identifikasi mendalam dianggap lebih baik daripada penampakan metafora secara langsung.II.4. Studi Banding Tema Sejenis1. Museum Of Fruit

Museum of Fruit yang berlokasi di Jepang tepatnya di Kota Yamanashi. Bangunan ini didirikan pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan greenhouse dengan material baja dan kaca. Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah. Gambar 1. Siteplan Museum Of Fruit

Gambar 2. Tampilan keseluruhan bangunan yang merupakan 'new age village'

Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi jug a sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora dan bukannya analogi atau mimesis. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu sebagai Museum buah-buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan. Pada Museum of Fruit, perancang mentransfer sifat-sifat dan bentuk dari bibit dan buah-buahan serta tumbuh-tumbuhan yang lain. Itsuko Hazegwa berusaha menampilkan metafora dari kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah landscape purba yangtersembunyi dalam jiwa manusia. Dia menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda yang disebar ke tanah dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunannya, termasuk dalam menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. Sisi inilah yang merupakan kategori tangible metaphor. Sedangkan kategori intangible metaphor tampak pada gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang ditampilkannya ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza. Kemudian dia menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada green house.

Gambar 3. Bentuk Bibit Yang Disebar Pada Penataan Massa Bangunan

Dia juga menggambarkan dunia gen buah-buahan ke dalam rancangan exhibition hall. Kekuatan bibit digambarkan dalam workshop, cerita buah-buahan tampak pada museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan menjadi makmur dalam lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup berdampingan dengan damai pada daerah yang bermacam2 di dunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam. Tampilan keseluruhan bangunan merupakan new age village.2. Stasiun TGV Lyon

Stasiun TGVyang terletak di Lyon, Perancis, adalah salah satu contoh karya arsitektur yang menggunakan gaya bahasametafora konkritkarena menggunakan kiasan obyek benda nyata (tangible). Stasiun TGV ini dirancang oleh Santiago Calatrava, seorang arsitek kelahiran Spanyol. Melalui pendekatan tektonika struktur,Santiago Calatravamerancang Stasiun TGV dengan konsep metafora seekor burung. Bentuk Stasiun TGV ini didesain menyerupai seekor burung. Bagian depan bangunan ini runcing seperti bentuk paruh burung. Dan sisi-sisi bangunannya pun dirancang menyerupai bentuk sayap burung.

Gambar 4. Stasiun TGV Lyon

3. EX Plaza Indonesia

E.X Plaza Indonesia, karyaBudiman Hendropurnomo (DCM). Dalam buku Indonesian Architecture Now, Imelda Akmal menulis bahwa gubahan massa E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil-mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran Hotel Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal. Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek yang abstrak (intangible).Kita tidak dapat melihat gaya kinetik secara visual. Akan tetapi, ban-ban mobil merupakan obyek yang dapat kita lihat secara visual (tangible). Perpaduan antara gaya kinetik (obyek abstrak) dan ban-ban mobil (konkrit) inilah yang menghasilkan metafora kombinasi. Gambar 5. EX Plaza IndonesiaNoBangunanArsitekPenerapanJenis Metafora

1Museum Of FruitItsuko Hazegawa1. Menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda yang disebar ke tanah dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunan, termasuk dalam menemukan bentuk denah dari tiga massa utama.2. Gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang ditampilkan ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza. Combined Metaphore

2Stasiun TGV LyonSantiago Calatrava1. konsep metafora seekor burung2. Pada bagian tampak samping menggunakan bentuk mata dan alisTangible Metaphore

3EX Plaza IndonesiaBudiman Hendropurnomo (DCM)Perpaduan antara gaya kinetik (obyek abstrak) dan ban-ban mobil (konkrit)Combined Metaphore

Tabel 2. Perbandingan Studi Banding TemaIII. RUMUSAN PERMASALAHAN

Adapun permasalahan yang muncul dari proyek Pusat Fotografi Medan adalah sebagai berikut:a. Bagaimana merancang sarana Fotografi digital center yang baik dan benar dengan memenuhi segala kebutuhan ruang dan dapat berfungsi secara maksimal. b. Bagaimana menginterpretasikan tema kedalam sebuah rancangan. c. Bagaimana pengolahan ruang dalam yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda. d. Kemampuan mendesain bangunan yang mampu menggambarkan fungsi yang diwadahi. e. Bagaimana merencanakan pencapaian / aksesibilitas yang mudah. IV. HIPOTESA KONSEP PERANCANGAN

IV.1. Konsep Desain Arsitektur BangunanKonsep perancangan dibuat dengan menerapkan tema arsitektur Metafora pada bangunan Pusat Fotografi Medan sehingga menunjukkan karakteristik yang akan menjadi ikon pada bangunan dan mencerminkan fungsi dan tujuan bangunan di dalamnya.IV.2. Fasilitas BangunanPusat Fotografi Medan memiliki fasilitas yaitu : Fasilitas penerima berupa Lobby, resepsionis. Fasilitas utama dengan ruang penjualan kamera, ruang display, kasir, gudang, layanan perbaikan servis kamera, tempat cuci/ cetak foto. Ruang lab digital, ruang bingkai, ruang karyawan, adapun Studio foto berupa ruang tunggu, studio, ruang ganti, ruang rias, ruang penyimpanan pakaian, ruang aksesoris, dan studio pernikahan, juga adanya fasilitas Advertising (Biro iklan) yang berupa ruang tunggu klien, studio, ruang tim kreatif, ruang lab digital. Untuk fasilitas pendukung pada bangunan ini adalah toilet, ruang servis, Lobby, ruang pameran ,gudang, dan terakhir adalah fasilitas pengelola gedung.V. KEPUSTAKAANhttp://www.republika.co.id /http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/10/26/125522/penjurian-salon-foto-indonesia-ke-35/#.VNW8oS6rG4Ihttp://www.tzuchi.or.id/berita/medan/26http://www.fotografer.com

http://www.girinarasoma.com/memahami-metafora-arsitektur/

http://www.ferro-lyon.nethttp://abarchitects.blogspot.com/2013/10/metafora-dalam-arsitektur.html9