Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI...

91
PENGARUH KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI...

Page 1: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

PENGARUH KETERBUKAAN PERDAGANGAN

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA

OLEH

SULTHONI ASHIDDIIQI

H14114018

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

RINGKASAN

SULTHONI ASHIDDIIQI. Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Papua (dibimbing oleh TANTI NOVIANTI).

Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

perekonomian di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri

dan keterbukaan finansial adalah akibat dari menyatunya perekonomian dunia ini.

Sejarah membuktikan bahwa dengan keterbukaan ekonomi dapat menjadi

stimulator untuk lebih menggerakkan roda perekonomian. Namun menurut Jung

dan Marshall (1985) keterbukaan ekonomi juga dapat menyebabkan turunnya

pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan keterbukaan perdagangan yang dilakukan Provinsi Papua

selama periode 2000–2010 ternyata tidak selalu diikuti dengan pertumbuhan

ekonominya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keadaan perekonomian,

ekspor dan impor Papua serta menganalisis pengaruh keterbukaan perdagangan

yang dilakukan Provinsi Papua terhadap pertumbuhan ekonominya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari BPS

tahun 2000–2010 yang meliputi data PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB

ADHK), ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, tingkat partisipasi angkatan kerja

dan dummy krisis. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis

regresi linier berganda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian

memegang peran penting dalam struktur ekonomi Papua. Ekspor Papua

didominasi oleh konsentrat tembaga, diikuti oleh kayu dan ikan. Secara simultan

ekspor, impor, nilai tukar, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy krisis

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Papua. Sedangkan secara parsial,

hanya tingkat partisipasi angkatan kerja, ekspor dan dummy krisis yang

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua. Dengan melihat

besarnya pengaruh keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi

Papua, maka wilayah Papua dapat dikategorikan sebagai wilayah berkarakteristik

Export Led Growth.

Dalam jangka pendek, pemerintah Provinsi Papua hendaknya berupaya

untuk melakukan spesialisasi dalam produksi dan ekspor konsentrat tembaga. Hal

ini dilakukan karena konsentrat tembaga adalah keunggulan absolut Papua dalam

perdagangan. Sedangkan dalam jangka panjang, spesialisasi produksi dan ekspor

hendaknya ditujukan pada komoditi kayu dan ikan karena kedua komoditi ini

dapat diperbaharui.

Page 3: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

PENGARUH KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA

Oleh

SULTHONI ASHIDDIIQI

H14114018

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 4: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Judul Skripsi : PENGARUH KETERBUKAAN PERDAGANGAN

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA

Nama : Sulthoni Ashiddiiqi

NRP : H14114018

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Tanti Novianti, M. Si.

NIP 19721117 199802 2 005

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dedi Budiman Hakim, Ph.D.

NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Kelulusan :

Page 5: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA TULIS ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, November 2011

Sulthoni Ashiddiiqi

H14114018

Page 6: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sulthoni Ashiddiiqi, dilahirkan di Lamongan pada

tanggal 12 Maret 1984 dari pasangan Abdul Ghoffar dan Nurin Niswatin. Penulis

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menikah dengan Dewi

Kartika Megasari, dan dikaruniai satu orang putra bernama Aldevaro Zaidan

Ashiddiiqi.

Penulis mengikuti pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 18

Sumberrejo pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1996, Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Negeri 1 Babat pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999, dan

Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bojonegoro pada tahun 1999 sampai dengan

tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu

Statistik Jakarta Jurusan Komputasi Statistik pada tahun 2001 sampai dengan

tahun 2006.

Sejak Maret 2007 penulis bekerja di BPS Kabupaten Keerom Provinsi

Papua. Penulis diamanahi jabatan sebagai Pelaksana Tugas Kasi Integrasi

Pengolahan dan Deseminasi Statistik. Pada tahun 2011 penulis diterima menjadi

mahasiswa program alih jenis di Sekolah Pasca Sarjana Departemen Ilmu

Ekonomi melalui program beasiswa kerjasama Badan Pusat Statistik dengan

Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor.

Page 7: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH

KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI DI PAPUA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral-spiritual dan

material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada :

1. Seluruh jajaran pimpinan BPS, khususnya Dr. Rusman Heriawan, yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis untuk meningkatkan kemampuan dan

pengetahuan melalui program tugas belajar pasca sarjana.

2. Tanti Novianti, M. Si. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan

dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Muhammad Findi Alexandi dan Laily Dwi Arsyianti M.Sc., selaku dosen

penguji atas saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Istriku tercinta, Dewi Kartika Megasari, atas dukungannya yang setiap saat

membantu penulis, serta keluarga yang selalu memberikan bantuan doanya.

5. Rekan mahasiswa kelas khusus BPS-IPB angkatan 2011, khususnya yang satu

kos dengan penulis.

6. Seluruh jajaran pegawai BPS yang telah membantu penyediaan data.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pihak yang

memerlukannya.

Bogor, November 2011

Sulthoni Ashiddiiqi

H14114018

Page 8: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 7

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9

1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .................................. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................. 11

2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 11

2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................. 11

2.1.2. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 13

2.1.3. Perdagangan Internasional ...................................................... 14

2.1.4. Tinjauan Beberapa Studi Terdahulu........................................ 17

2.2. Kerangka Teori................................................................................ 21

2.2.1. Teori Pertumbuhan Neoklasik ................................................ 21

2.2.2. Teori Pertumbuhan Endogen .................................................. 22

2.2.3. Teori Perdagangan Internasional............................................. 23

2.3. Faktor-faktor Pendukung Keterbukaan Ekonomi ............................ 26

2.3.1. Ekspor ..................................................................................... 26

2.2.2. Impor ....................................................................................... 28

2.2.3. Nilai Tukar .............................................................................. 29

Page 9: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

ix

2.2.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) .......................... 30

2.2.5. Krisis Ekonomi ....................................................................... 31

2.4. Kerangka Pikir ................................................................................ 31

III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 33

3.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 33

3.2. Metode Analisis Data ...................................................................... 34

3.2.1. Analisis Deskriptif .................................................................. 34

3.2.2. Analisis Kuantitatif ................................................................. 34

3.3. Model Penelitian ............................................................................. 36

3.4. Software Analisis Data .................................................................... 37

3.5. Evaluasi Model................................................................................ 38

3.5.1. Uji Kenormalan ....................................................................... 38

3.5.2. Uji Autokorelasi ...................................................................... 39

3.5.3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 39

3.5.4. Uji Multikolinieritas ................................................................ 41

3.5.5. Uji F ........................................................................................ 42

3.5.6. Uji t ........................................................................................ 43

3.5.7. Koefisien Determinasi (R2) .................................................... 44

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA .......................................... 45

4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua ................. 45

4.2. Keadaan Perekonomian Provinsi Papua ......................................... 46

4.2.1. Struktur Ekonomi Papua ......................................................... 46

4.2.2. PDRB per Kapita .................................................................... 50

4.2.3. Pertumbuhan Ekonomi Papua ................................................. 52

4.2.4. Perkembangan Ekspor Impor Papua ....................................... 54

4.2.4.1. Perkembangan Ekspor Luar Negeri Papua ............... 56

4.2.4.2. Perkembangan Impor Luar Negeri Papua ................. 58

4.2.4.3. Neraca Perdagangan Provinsi Papua ......................... 60

Page 10: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

x

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 62

5.1. Uji Asumsi ...................................................................................... 62

5.1.1. Uji Kenormalan ....................................................................... 62

5.1.2. Uji Autokorelasi ...................................................................... 63

5.1.3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 63

5.1.4. Uji Multikolinieritas ................................................................ 64

5.2. Analisis Pengaruh Keterbukaan Perdagangan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 65

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 70

6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 70

6.2. Saran ................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73

LAMPIRAN .................................................................................................. 76

Page 11: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

4.1 Distribusi PDRB ADHB Menurut Lapangan, Provinsi Papua Tahun

2000-2010 (persen) .............................................................................. 47

4.2 PDRB ADHB Provinsi Papua dengan tambang dan tanpa tambang

tahun 2000-2010 (juta Rupiah)............................................................. 48

4.3 PDRB per Kapita ADHK Provinsi Papua dengan tambang dan tanpa

tambang tahun 2000-2010 (Rupiah) ..................................................... 51

4.4 Laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 menurut lapangan usaha

tahun 2000–2010 (persen) .................................................................... 53

4.5 Nilai ekspor riil dan impor riil luar negeri dan antar provinsi,

Provinsi Papua tahun 2000-2010 (triliun Rupiah) ................................ 54

4.6 Neraca perdagangan riil dan nominal Provinsi Papua tahun 2000–

2010 (triliun Rupiah) ............................................................................ 60

5.1 Nilai Obs*R-squared dan Prob. Chi-Square(2) dari pengujian

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test ...................................... 63

5.2 Nilai Obs*R-squared dan Prob. Chi-Square(4) dari pengujian

Breusch-Pagan-Godfrey test ................................................................ 64

5.3 Matrik korelasi antar variabel independen ........................................... 64

5.4 Nilai statistik model pengaruh ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil,

TPAK dan dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi ................... 65

5.5 Hasil estimasi persamaan pengaruh ekspor riil, impor riil, nilai tukar

riil, TPAK dan dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi ............ 65

Page 12: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Pertumbuhan keterbukaan perdagangan dan pertumbuhan PDRB

ADHB Provinsi Papua Tahun 2000–2010 (persen) ............................. 8

2.1 Harga komoditi relatif ekuilibrium setelah perdagangan ditinjau dari

analisis keseimbangan parsial .............................................................. 16

2.2 Kerangka pemikiran ............................................................................. 32

4.1 Jumlah PDRB ADHB dan sektor pertambangan dan penggalian

tahun 2000–2010 (triliun Rupiah) ........................................................ 49

4.2 Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua tahun 2001–2010

(persen). ................................................................................................ 52

4.3 Nilai Ekspor Luar Negeri Menurut Golongan Barang Provinsi Papua

Tahun 2000–2010 (dalam juta US$) .................................................... 56

4.4 Nilai Ekspor Luar Negeri Menurut Negara Tujuan Provinsi Papua

Tahun 2000–2010 (dalam juta US$) .................................................... 57

4.5 Nilai Impor Luar Negeri Menurut Golongan HS 2-digit Provinsi

Papua Tahun 2000-2010 (dalam juta US$). ......................................... 58

4.6 Nilai Impor Luar Negeri Menurut Negara Asal Provinsi Papua

Tahun 2000–2010 (dalam juta US$) .................................................... 59

4.7 Perbandingan Ekspor Netto Riil dan Nominal Provinsi Papua Tahun

2000–2010 (dalam triliun rupiah) ........................................................ 61

5.1 Hasil uji kenormalan dengan metode Jarque-Bera .............................. 62

Page 13: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. PDRB ADHK 2000, Ekspor riil, Impor riil, Nilai tukar riil, Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja dan Dummy Krisis Provinsi Papua tahun

2000-2010 ......................................................................................... 76

Page 14: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan

perdagangan luar negeri dan keterbukaan finansial adalah akibat dari keterbukaan

perekonomian ini. Keterbukaan perdagangan luar negeri menggambarkan semakin

berkurangnya hambatan perdagangan antarnegara dan semakin tingginya pangsa

perdagangan. Sedangkan keterbukaan finansial menggambarkan semakin

lancarnya aliran modal masuk atau ke luar negeri.

Keterbukaan ekonomi dapat dipandang sebagai peluang bisnis yang lebih

menarik, pertumbuhan pengetahuan dan inovasi yang lebih cepat, atau prospek

sebuah dunia yang saling bergantung sehingga dapat mencegah terjadinya sebuah

perang (Todaro dan Smith, 2006). Studi yang dilakukan oleh dua ekonom dari

Bank Dunia yaitu Dollar dan Kraay pada tahun 2000 membuktikan bahwa negara-

negara yang lebih terbuka mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar

2,9 persen di tahun 1970an menjadi 3,5 persen di tahun 1980an dan menjadi 5,0

persen di tahun 1990an. Sedangkan negara-negara yang menjalankan

perekonomian yang lebih tertutup telah mengalami penurunan pertumbuhan

ekonomi yaitu 3,3 persen di tahun 1970an menjadi 0,8 persen di tahun 1980an dan

menjadi 1,4 persen di tahun 1990an (Buckman, 2005).

Page 15: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

2

Namun demikian Buckman (2005) memberikan 3 kritikan terhadap

penelitian Dolar dan Kraay. Pertama, tidak cukup bukti kuat untuk mengatakan

bahwa semakin kecil hambatan tarif berarti semakin besar pertumbuhan ekonomi.

Kedua, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh banyak variabel, dan bukan

hanya oleh perdagangan semata. Ketiga, argumentasi yang mengatakan bahwa

perdagangan adalah baik untuk pertumbuhan dan tidak adanya hubungan antara

meningkatnya kegiatan perdagangan dengan meningkatnya ketidakmerataan

bukan berarti perdagangan adalah baik untuk mengurangi ketidakmerataan.

Walaupun demikian, sejarah membuktikan bahwa keterbukaan ekonomi

dapat menjadi stimulator untuk lebih menggerakkan roda perekonomian (Wijaya

dan Sambodo, 2006). Hal ini juga senada dengan kesimpulan yang diberikan oleh

Asian Development Bank (1997) bahwa faktor paling penting di balik

keberhasilan cepatnya pertumbuhan ekonomi Asia Timur dalam tiga dekade ke

belakang yaitu derajat keterbukaan terhadap perekonomian dunia, khususnya

dengan berorientasi terhadap ekspor, terpeliharanya institusi secara baik, dan

implementasi kebijakan fiskal secara berhati-hati.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabil diharapkan akan

memberikan dampak positif baik secara langsung maupun tidak langsung bagi

variabel ekonomi lainnya, antara lain tingkat pengangguran, angka kemiskinan,

dan laju inflasi. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat lepas dari pembangunan

ekonomi karena pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan

pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Syarat

utama bagi pembangunan ekonomi adalah bahwa proses pertumbuhannya harus

Page 16: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

3

bertumpu pada kemampuan perekonomian dalam negeri karena pada hakikatnya

pembangunan ekonomi harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat

secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan individu maupun

kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju

suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik. Oleh karena itu dalam pelaksanaan

pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi sasaran utama.

Papua adalah provinsi paling timur Indonesia dan ini berimplikasi pada

sangat jauhnya jarak antara Papua dan ibukota negara. Tidak meratanya

pembangunan di masa Orde Baru dimana pembangunan hanya terpusat di Pulau

Jawa mengakibatkan Papua menjadi wilayah yang termarjinalkan pada saat itu.

Pada tahun 1996, sumbangan PDRB Pulau Jawa yang hanya terdiri dari 4 provinsi

terhadap PDB mencapai 59,6 persen. Sedangkan PDRB Papua pada tahun yang

sama, hanya memberikan kontribusi sebesar 1,7 persen terhadap PDB (BPS,

1997).

Hingga saat ini Papua masih menjadi provinsi yang tertinggal

pembangunannya dibandingkan provinsi lain. Hal ini terlihat dari peringkat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua berada pada rangking ke 33

dari 33 provinsi seluruh Indonesia (BPS, 2009); Kemiskinan penduduk Papua

menempati urutan tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 36,8 persen dari 2,8 juta

jiwa penduduk Papua (BPS, 2010); dan angka partisipasi murni tingkat SMU

hanya sebesar 36,06 persen (BPS, 2010).

Di balik segala permasalahan yang dihadapi Papua, Papua memiliki

potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat melimpah. SDA unggulan yang

Page 17: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

4

dimiliki Papua adalah hasil tambang berupa emas dan tembaga; hasil hutan; serta

hasil perikanan darat dan laut berupa ikan, kepiting, dan udang. Cadangan emas

Grasberg di Papua merupakan cadangan emas terbesar di Indonesia bahkan

menjadi salah satu cadangan emas terbesar di dunia. Kandungan sumber dayanya

mencapai 3,12 miliar ton (Indonesian Commercial Newsletter, 2011). Pada tahun

2010, Papua telah mengekspor kayu dan bahan dari kayu ke Timur Tengah dan

Asia senilai US$138,93 juta. Pada tahun yang sama Papua juga telah mengekspor

ikan & hewan air lainnya senilai US$35,38 juta (BPS Provinsi Papua, 2011).

Dengan kebijakan dan pengelolaan yang tepat guna, semua kelebihan SDA

yang dimiliki Papua tersebut bisa menjadi keunggulan absolut dalam perdagangan

internasional, sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Hal

tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Salvatore (1997) bahwa

perdagangan internasional dapat digunakan sebagai mesin bagi pertumbuhan

ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth). Dengan adanya akitivitas

perdagangan internasional maka diharapkan akan mendorong percepatan

pembangunan ekonomi di negara atau wilayah tersebut. Manfaat dari adanya

perdagangan internasional antara lain:

1. Untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa yang tidak tersedia di dalam negeri.

2. Dapat memperoleh barang/jasa dengan harga yang lebih murah.

3. Mendorong kegiatan ekonomi dalam negeri.

4. Memperluas lapangan kerja.

5. Merupakan sumber devisa negara.

Page 18: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

5

6. Memperoleh manfaat dari adanya spesialisasi dalam bentuk keunggulan

komparatif dan peningkatan kemakmuran.

7. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi, yang pada dasarnya

bersumber pada skala ekonomis dalam proses produksi, teknologi baru, dan

rangsangan bersaing.

8. Meningkatkan proses tukar-menukar antarnegara sehingga mampu mendorong

sektor transportasi baik darat, laut, maupun udara.

9. Mendorong terjadinya persaingan sehat yang pada gilirannya menimbulkan

perkembangan teknologi.

10. Meningkatkan perluasan pasar.

Adapun hambatan perdagangan antarnegara bisa berupa :

1. Ancaman perang.

2. Perbedaan tingkat upah.

3. Serta peraturan/kebijakan negara lain dalam bentuk proteksi (berupa tarif &

bea masuk, pelarangan impor, pelarangan ekspor, kuota, subsidi, dan

dumping) guna melindungi industri dalam negerinya.

Kebijakan perdagangan luar negeri merupakan sebuah kebijakan yang

sangat strategis mengingat hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap

pendapatan dan belanja negara. Besarnya volume ekspor dan impor suatu jenis

barang akan sangat berpengaruh terhadap neraca perdagangan bilateral antar dua

negara, bahkan lebih jauh akan berpengaruh terhadap semakin fluktuatifnya harga

komoditi tersebut di peta perdagangan dunia. Dengan kata lain, kebijakan

Page 19: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

6

perdagangan luar negeri suatu negara akan memengaruhi keterbukaan ekonomi

negara tersebut.

Strategi kebijakan perdagangan luar negeri diperlukan saat suatu negara

ingin memaksimalkan keuntungan dari perdagangan (gain from trade) guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Terdapat dua strategi dalam

kebijakan perdagangan, yakni:

1. Export Promotion. Dalam strategi ini arah dari setiap kebijakan perdagangan

berorientasi pada peningkatan daya saing komoditi ekspor yang dimiliki oleh

negara tersebut. Komponen kebijakan yang sering digunakan antara lain

a. Duty Draw Back (Pengembalian pajak import bahan baku bila bahan

baku tersebut diolah menjadi barang jadi dan diekspor kembali).

b. Pengurangan pajak bagi perusahaan yang berorientasi memproduksi

barang-barang ekspor.

c. Subsidi dan dukungan biaya riset dan pengembangan produk ekspor.

d. Devaluasi untuk daya saing produk.

2. Import Substitution. Dalam strategi ini arah dari setiap kebijakan

perdagangan berorientasi untuk membangun atau menciptakan industri yang

tadinya merupakan komoditi impor. Strategi ini bertujuan untuk menurunkan

jumlah komoditi impor dan digantikan dengan produksi dalam negeri.

Komponen kebijakan yang sering digunakan antara lain:

a. Pengenaan tarif yang tinggi untuk komoditi impor.

b. Kuota komoditi impor.

c. Non Tarif Barrier.

Page 20: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

7

d. Infant Industry Model.

Namun hingga saat ini masih terdapat perbedaan pendapat di antara para

ekonom mengenai bagaimana sebenarnya interaksi antara kebijakan perdagangan

internasional dan pertumbuhan ekonomi di negara bersangkutan. Hal ini

dikarenakan dalam perspektif teori ekonomi pembangunan, masalah hubungan

kedua variabel tersebut lebih tertuju pada apakah ekspor bagi suatu negara mampu

menggerakkan perekonomian secara keseluruhan yang pada akhirnya

membuahkan kesejahteraan bagi masyarakat.

Berkaitan dengan permasalahan di atas, Jung dan Marshall (1985)

mengemukakan bahwa dalam hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi,

setidaknya ada empat hipotesis atau pandangan yang masuk akal dan dapat

diterima. Pertama, hipotesis ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan

ekonomi (export-led growth hypothesis). Kedua, hipotesis ekspor merupakan

penyebab turunnya pertumbuhan ekonomi (export-reducing growth hypothesis).

Ketiga, hipotesis yang menyatakan bahwa ekspor bukan merupakan motor

penggerak bagi pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya pertumbuhan ekonomi

dalam negeri merupakan penggerak bagi ekspor (internally generated export

hypothesis). Terakhir, hipotesis yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

merupakan penyebab turunnya ekspor (growth-reducing export hypothesis).

1.2. Perumusan Masalah

Salah satu cara untuk menghitung keterbukaan perdagangan yang sangat

populer adalah dengan menjumlahkan ekpor dan impor kemudian membaginya

Page 21: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

8

dengan PDRB (Squalli dan Wilson, 2006). Rata-rata keterbukaan perdagangan

Papua selama periode 2000-2010 mencapai 124,16 persen. Hal ini

menggambarkan bahwa Papua sangat aktif dalam melakukan perdagangan, serta

semakin lancarnya arus barang dan jasa masuk ke atau keluar dari Papua. Namun

apabila kita lihat Grafik 1.1 mengenai pertumbuhan keterbukaan perdagangan dan

pertumbuhan PDRB ADHB selama periode 2000-2010, ternyata peningkatan

keterbukaan perdagangan tidak selalu diikuti oleh peningkatan PDRB ADHB.

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Gambar 1.1 Pertumbuhan keterbukaan perdagangan dan pertumbuhan PDRB

ADHB Provinsi Papua Tahun 2000–2010 (persen).

Dari kondisi diatas dan dihubungkan dengan hipotesis yang dikemukakan

Jung dan Marshall, pertanyaan yang harus diajukan adalah hipotesis yang

manakah yang terjadi di Papua. Pertanyaan ini penting karena nantinya akan

menentukan arah dari kebijakan yang tepat bagi Papua, yang tentu saja

disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik Papua. Apabila pemerintah Provinsi

(0.20)

(0.10)

-

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pe

rse

n

Tahun

Pertumbuhan PDRB ADHB Pertumbuhan Keterbukaan Perdagangan

Page 22: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

9

Papua dapat memahami benar kategori dari hipotesis yang membangun Papua

maka pemerintah Provinsi Papua dapat memilih kebijakan strategi perdagangan

internasional yang tepat, sehingga pada akhirnya dapat mendatangkan

kemakmuran bagi masyarakat Papua pada khususnya dan Indonesia pada

umumnya.

Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka penulis

mengidentifikasi masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimanakah keadaan perekonomian, ekspor dan impor Provinsi Papua?

2. Apakah ekspor, impor, nilai tukar, tingkat partisipasi angkatan kerja dan

dummy krisis secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi di Papua sehingga Papua dapat dikategorikan sebagai daerah

berkarakteristik Export Led Growth?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis keadaan perekonomian, ekspor dan impor Provinsi Papua.

2. Menganalisis pengaruh ekspor, impor, nilai tukar, tingkat partisipasi angkatan

kerja dan dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi Papua serta besarnya

pengaruh dari masing-masing faktor tersebut.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran

mengenai kondisi perekonomian, ekspor dan impor di Provinsi Papua serta dapat

Page 23: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

10

memberikan masukan bagi pemerintah Provinsi Papua dalam mengambil

kebijakan strategi perdagangan di masa yang akan datang. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan informasi tambahan bagi

penelitian selanjutnya khususnya terkait masalah keterbukaan perdagangan di

Provinsi Papua.

1.5.Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya mencakup wilayah Provinsi Papua. Periode data yang

digunakan untuk penelitian adalah data triwulanan tahun 2000–2010. Penggunaan

kata ekspor dan impor yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencakup

semua jenis barang dan jasa yang keluar masuk wilayah Papua.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini

hanya meneliti dari sudut pandang ekonomi dan tidak membahas mengenai

kesejahteraan yang diterima penduduk Papua. Kedua, data yang digunakan adalah

data time series triwulanan, sehingga variabel yang tidak tersedia dalam bentuk

triwulanan yaitu tingkat partisipasi angkatan kerja dilakukan interpolasi

menggunakan metode interpolasi cubic spline. Ketiga, keterbukaan perdagangan

hanya dilihat dari pangsa perdagangan terhadap PDRB, tidak memperhitungkan

perbedaan tingkat tarif dan non-tarif yang masih diberlakukan pada produk atau

wilayah tertentu. Keempat, dalam analisis deskriptif nilai ekspor dan impor yang

dirinci berdasarkan komoditas dan tujuan, hanya dapat disajikan dengan cakupan

antarnegara, dalam satuan juta dollar dan dengan bentuk nilai nominal.

Page 24: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi

di wilayah (regional) tertentu dalam kurun waktu tertentu (satu tahun) (BPS,

2010). Untuk menghitung angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat

digunakan, yaitu:

1. Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka

waktu tertentu (biasanya satu tahun).

2. Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir

seperti: (a) pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga nirlaba, (b)

konsumsi pemerintah, (c) pembentukan modal tetap domestik bruto, (d)

perubahan stok, dan (e) ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya

satu tahun).

3. Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima

oleh faktor-faktor produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menunjukkan pendapatan

yang dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun.

PDRB ADHB ini digunakan untuk melihat struktur ekonomi pada suatu tahun.

Page 25: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

12

Perkembangan PDRB ADHB dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan

yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa

yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Oleh karenanya untuk

dapat mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produktivitas

secara nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara

menghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Penghitungan atas dasar

harga konstan ini berguna antara lain dalam perencanaan ekonomi, proyeksi dan

untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral.

PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa

diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi.

Nilai PDRB per kapita didapatkan dari hasil bagi antara total PDRB dengan

jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB per kapita sering digunakan untuk

mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data tersebut

disajikan secara berkala akan menunjukkan adanya perubahan kemakmuran.

Menurut Jhingan (2010), kenaikan pendapatan per kapita dapat tidak

menaikkan standar hidup riil masyarakat apabila pendapatan per kapita meningkat

akan tetapi konsumsi per kapita turun. Hal ini disebabkan kenaikan pendapatan

tersebut hanya dinikmati oleh beberapa orang kaya dan tidak oleh banyak orang

miskin. Di samping itu, rakyat mungkin meningkatkan tabungan mereka atau

bahkan pemerintah sendiri menghabiskan pendapatan yang meningkat itu untuk

keperluan militer atau keperluan lain.

Page 26: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

13

2.1.2. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan ekonomi dari

waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil berubah. Tingkat

pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase kenaikan pendapatan nasional riil

pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada

tahun sebelumnya (Sukirno, 2004).

Todaro (2006), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu

proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian secara terus

menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat

pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar. Menurut

Todaro (2006), ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan

ekonomi yaitu:

1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang

ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.

2. Pertumbuhan penduduk yang pada tahun-tahun berikutnya akan

memperbanyak jumlah angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi.

Pertumbuhan ekonomi belum tentu melahirkan pembangunan ekonomi

dan peningkatan kesejahteraan (pendapatan) masyarakat. Hal tersebut disebabkan

karena bersamaan dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi akan berlaku pula

pertambahan penduduk. Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi selalu rendah dan

tidak melebihi tingkat pertambahan penduduk, pendapatan rata-rata masyarakat

(pendapatan per kapita) akan mengalami penurunan. Sedangkan apabila dalam

Page 27: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

14

jangka panjang pertumbuhan ekonomi sama dengan pertambahan penduduk, maka

perekonomian negara tersebut tidak mengalami perkembangan (stagnan) dan

tingkat kemakmuran masyarakat tidak mengalami kemajuan. Dengan demikian,

salah satu syarat penting yang akan mewujudkan pembangunan ekonomi adalah

tingkat pertumbuhan ekonomi harus melebihi tingkat pertambahan penduduk

(Sukirno, 2007).

2.1.3. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh

penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu

dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau

pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Meskipun perdagangan

internasional telah terjadi selama ribuan tahun dampaknya terhadap kepentingan

ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan.

Perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan

transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk

memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian

halnya dengan perdagangan internasional. Setiap negara yang melakukan

perdagangan bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut. Selain

motif mencari keuntungan, Krugman (2004) mengungkapkan bahwa alasan utama

terjadinya perdagangan internasional:

Page 28: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

15

1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain.

2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala

ekonomis (economies of scale).

Sementara itu menurut Sukirno (2007), manfaat perdagangan

internasional adalah :

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negara sendiri. Banyak

faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi setiap negara.

Faktor-faktor tersebut antara lain : kondisi geografis, iklim, tingkat pengusaan

iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara

mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Sebab utama kegiatan perdagangan

luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh

spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang

sama jenisnya dengan yang diproduksi negara lain, tapi ada kalanya lebih baik

apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan. Terkadang, para pengusaha

tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal

karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan

turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional,

pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual

kelebihan produk tersebut keluar negeri.

Page 29: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

16

4. Transfer teknologi modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu

negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara

manajemen yang lebih modern.

Salah satu alasan dalam perdagangan adalah untuk mendapatkan barang

dengan harga yang lebih murah. Proses terjadinya perdagangan internasional yang

dilandasi oleh perbedaan harga dapat dijelaskan melalui analisis keseimbangan

parsial berikut :

Gambar 2.1 Harga komoditi relatif ekuilibrium setelah perdagangan ditinjau dari

analisis keseimbangan parsial.

Gambar 2.1 memperlihatkan proses terciptanya keseimbangan harga relatif

dengan adanya perdagangan, ditinjau dari analisis keseimbangan parsial. Kurva

Dx dan Sx di pasar negara 1 dan negara 2, masing-masing melambangkan kurva

permintaan dan kurva penawaran untuk komoditi X di negara 1 dan negara 2.

Sumbu vertikal menunjukkan harga relatif komoditi X (Px/Py) dan sumbu

horisontal menunjukkan kuantitas komoditi X.

Px/Py Pasar Negara 1 Pasar Internasional Pasar Negara 2

P3

Ekspor

P2

Impor

P1

Sumber : Salvatore, 1997. Qx

Dx

Dx

Sx

Sx

S

D

A

E

A’

Page 30: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

17

Sebelum terjadi perdagangan, negara 1 berproduksi dan berkonsumsi di

titik A dengan harga relatif komoditi X sebesar P1. Sedangkan negara 2

berproduksi dan berkonsumsi di titik A’ dengan harga relatif komoditi X sebesar

P3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut,

harga relatif komoditi X adalah senilai P2 yang berkisar antara P1 dan P3

seandainya kedua negara tersebut cukup besar (kekuatan ekonominya).

Seandainya harga yang berlaku di atas P1, maka negara 1 akan

memproduksi komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi)

domestik. Kelebihan itu selanjutnya akan diekspor ke negara 2. Di lain pihak jika

harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka negara 2 akan mengalami

peningkatan permintaan yang jumlahnya lebih tinggi daripada produksi

domestiknya. Hal ini akan mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangan

kebutuhannya atas komodit X itu dari negara 1.

Pada mulanya penelitian tentang perdagangan terutama ditujukan untuk

menjelaskan mengapa perdagangan perlu dilakukan dan bagaimana mendapatkan

gains from trade (keuntungan dari perdagangan). Namun dewasa ini yang banyak

penelitian difokuskan pada perilaku perdagangan pada era globalisasi.

2.1.4. Tinjauan Beberapa Studi Terdahulu

Keong, Yusop, dan Sen pada tahun 2005 melakukan penelitian dengan

mengambil judul “Export-Led Growth Hypothesis in Malaysia : An Investigation

Using Bound Test”. Dengan menggunakan data agregat Malaysia tahun 1960

sampai dengan 2001 meliputi GDP, Ekspor, Impor, Nilai Tukar Riil dan Angkatan

Page 31: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

18

kerja, melakukan Test Perikatan (Bounds Test) dengan metode Autoregressive

Distribution Leg, membuktikan bahwa perekonomian negara Malaysia

mendukung export led growth.

Oiconta (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Ekspor dan

Output Nasional di Indonesia : Periode 1980–2004 Kajian Tentang Kausalitas dan

Kointegrasi”. Analisis yang digunakan adalah Uji Kausalitas Greger, dengan

mengunakan data output nasional (GDP) dan Ekspor agregat Indonesia tahun

1980 sampai 2004 dalam data kuartalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dalam periode analisis secara keseluruhan diperoleh hubungan pengaruh GDP

terhadap ekspor dan pengaruh ekspor terhadap GPD. Sedangkan untuk periode

flexible exchange rate regime (setelah tahun 1998) diperoleh hubungan hanya

pengaruh GDP terhadap ekspor.

Salomo (2007) melakukan penelitian dengan judul “Peranan Perdagangan

Internasional Sebagai Salah Satu Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Data

yang digunakan adalah data agreagat Indonesia tahun 1980 sampai 2006 meliputi

Pendapatan Domestik Bruto, Ekspor Riil, Impor Riil, Nilai Tukar Riil Rupiah

terhadap Dolar, Jumlah Pekerja dan Krisis yang melanda Indonesia, dengan

metode Bound Testing Cointegration pendekatan ARDL (Autoregressive

Distributed Leg) menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa dalam jangka panjang

ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, jumlah pekerja dan krisis berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Miankhel (2009) melakukan penelitian dengan judul “Foreign Direct

Investment, Exports, and Economic Growth in South Asia and Selected Emerging

Page 32: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

19

Countries: A Multivariate VAR Analysis”. Alat analisis yang digunakan adalah

Vector Auto Regressive untuk Multivariate. Penelitian ini mengenai keterkaitan

Penanaman Modal Asing (PMA), ekspor, dan pertumbuhan ekonomi di enam

negara berkembang yang memiliki tahap pertumbuhan berbeda-beda, yaitu India

dan Pakistan di Asia Selatan, Malaysia dan Thailand di Asia Tenggara, serta

Meksiko dan Chili di Amerika Latin.

Hasil penelitiannya mendukung hipotesis bahwa ekspor akan mendorong

pertumbuhan ekonomi (export led growth), khususnya di Asia Selatan. Dalam

jangka panjang pertumbuhan ekonomi akan mendorong perkembangan variabel-

variabel lainnya, yaitu mendorong ekspor di Pakistan dan mendorong PMA di

India. Hubungan yang berbeda terlihat dalam jangka pendek di Amerika Latin,

yaitu PMA memengaruhi pertumbuhan melalui ekspor di Chili dan PMA

memengaruhi pertumbuhan secara langsung di Meksiko. Ekspor memengaruhi

pertumbuhan dan PMA di kedua negara tersebut dalam jangka panjang.

Sementara itu, untuk kasus di Asia Tenggara ditemukan hubungan kausalitas dua

arah antara PDB dengan PMA di Thailand, dan sebaliknya keduanya tidak

memiliki hubungan sebab-akibat di Malaysia.

Santoso (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perdagangan

Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Penelitian ini

menggunakan data tahun 1994–2008 meliputi Pertumbuhan Ekonomi, Impor

Barang Modal, Ekspor, Investasi, Tenaga kerja dan Kurs Valutas Asing, dengan

metode regresi linier berganda mendapatkan kesimpulan bahwa secara simultan

variabel impor barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan valutas asing

Page 33: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

20

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akan tetapi secara

parsial variabel impor barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan kurs

valuta asing tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Maryen (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sektor-

Sektor Potensial Perekonomian Provinsi Papua”. Penelitian ini menggunakan data

PDRB Provinsi Papua dan PDB Nasional periode 1999-2003, dengan alat analisis

Location Quotient dan Shift-Share Klasik mendapatkan kesimpulan bahwa sektor

pertambangan dan penggalian dapat dikategorikan sebagai sektor basis secara

konsisten setiap tahunnya selama periode penelitian. Sementara sektor pertanian

sub sektor kehutanan dan perikanan baru masuk kategori basis pada tahun 2001.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk

menganalisis hubungan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi

di Papua selama kurun waktu 2000-2010. Pada penelitian ini akan dianalisis

pengaruh ekspor, impor, tingkat partisipasi angkatan kerja, nilai tukar dan dummy

krisis terhadap pertumbuhan ekonomi Papua baik secara simultan maupun parsial.

Selain itu juga akan dianalisis karakteristik ekonomi yang membangun

perekonomian Papua sehingga dapat digunakan sebagai dasar penentu kebijakan

ekonomi Papua di masa depan. Analisis yang digunakan adalah metode regresi

linier berganda. Data yang digunakan adalah data triwulanan PDRB atas harga

konstan 2000, ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, tingkat partisipasi angkatan

kerja dan dummy krisis.

Page 34: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

21

2.2.Kerangka Teori

2.2.1. Teori Pertumbuhan Neoklasik

Inti dari teori pertumbuhan neoklasik Solow yang dikembangkan oleh

Robert Solow adalah bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor modal

dan tenaga kerja. Model pertumbuhan ini berpegang pada konsep skala hasil yang

terus berkurang (deminishing return) dari faktor modal dan tenaga kerja apabila

keduanya dianalisis secara terpisah. Maksudnya apabila modal ditingkatkan akan

tetapi tenaga kerja tidak ditambah maka pada suatu waktu tertentu penambahan

modal tidak akan meningkatkan output. Begitu pula sebaliknya, apabila tenaga

kerja ditambah terus, sedangkan modal tetap maka pada suatu waktu tertentu

penambahan tenaga kerja tidak akan meningkatkan output. Akan tetapi apabila

faktor modal dan tenaga kerja keduanya bertambah maka output akan terus

bertambah (Todaro, 2006).

Dalam teori pertumbuhan neoklasik Solow juga dikenalkan variabel

teknologi sebagai variabel independen. Artinya, walaupun faktor modal dan

tenaga kerja tetap, akan tetapi penemuan teknologi baru dapat membuat faktor

modal atau tenaga kerja lebih efisien, maka output akan bertambah.

Fungsi pertumbuhan neoklasik Solow adalah :

keterangan: Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan

modal manusia, L adalah jumlah tenaga kerja dan A adalah produktivitas tenaga

kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen.

(2.2)

Page 35: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

22

Lebih lanjut, dalam teori pertumbuhan neoklasik tradisional dikemukakan

bahwa pada negara yang menggunakan perekonomian tertutup (tidak menjalin

hubungan dengan negara lain) apabila tingkat tabungannya rendah (dalam kondisi

cateris paribus) maka dalam jangka pendek pasti akan mengalami laju

pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan perekonomian lainnya yang

memiliki tingkat tabungan lebih tinggi. Sedangkan pada negara yang

menggunakan perekonomian terbuka, walaupun tingkat tabungannya rendah, pasti

akan mengalami suatu konvergensi peningkatan pendapatan karena adanya arus

permodalan yang masuk dari negara kaya ke negara-negara miskin dimana rasio

modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga pengembalian atas investasi (return

of investment) lebih tinggi.

2.2.2. Teori Pertumbuhan Endogen

Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) yang

dipelopori oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) memiliki peran dalam

menjelaskan model pertumbuhan yang lebih maju, dimana perubahan

teknologi bersifat endogen (berasal dari dalam sistem ekonomi) dan memiliki

pengaruh pada pertumbuhan jangka panjang. Pengertian modal dalam model

ini tidak sekedar modal fisik (physical capital), tetapi mencakup pula modal

manusia (human capital). Selain itu, teori ini mengasumsikan tingkat

pengembalian yang meningkat (increasing return to scales) pada fungsi

produksi agregatnya dan menekankan peran eksternalitas dalam menentukan

tingkat pengembalian investasi modal (Arsyad, 2010).

Page 36: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

23

Teori pertumbuhan endogen merupakan modifikasi dari teori-teori

pertumbuhan tradisional dan dirancang untuk menjelaskan fenomena ekuilibrium

dalam jangka panjang yang bisa positif dan bervariasi antarnegara. Menurut teori

ini, faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat pendapatan per kapita

antarnegara adalah adanya perbedaan stok pengetahuan, kapasitas modal

fisik, kualitas modal manusia, dan ketersediaan infrastruktur. Lebih lanjut, dalam

proses pertumbuhan endogen dimungkinkan pula ruang bagi munculnya

kebijakan, baik pada perekonomian tertutup maupun perekonomian terbuka.

2.2.3. Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional yang paling awal muncul adalah

merkantilisme. Teori ini menyatakan bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara

untuk menjadi kuat dan kaya adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor

dan sesedikit mungkin impor. Kelebihan teori merkantilisme ini adalah negara

akan memperbesar jumlah ekspor karena negara akan kaya, makmur dan kuat bila

ekspor lebih besar dari impor. Sedangkan kelemahan teori ini adalah logam mulia

yang digunakan sebagai alat pembayaran akan menyebabkan banyaknya jumlah

uang yang beredar sehingga akan terjadi inflasi dan harga barang impor menjadi

rendah, akhirnya logam mulia berkurang (Oktaviani dan Novianti, 2009).

Dalam teori merkantilisme ini, karena tidak semua negara secara simultan

dapat menghasilkan surplus ekspor, sedangkan jumlah emas dan perak tetap pada

saat tertentu, maka sebuah negara hanya akan memperoleh keuntungan dengan

mengorbankan negara lain. Akibatnya penganut teori merkantilisme ini banyak

Page 37: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

24

melakukan penjajahan terhadap negara lain untuk mendapatkan logam mulia lebih

banyak.

Pada tahun 1776, Adam Smith menjelaskan bahwa dua negara hanya akan

melakukan perdagangan secara sukarela jika kedua negara tersebut memperoleh

keuntungan. Maka terciptalah sebuah teori perdagangan yang dinamakan teori

keunggulan absolut. Menurut Adam Smith, jika sebuah negara lebih efisien

(memiliki keunggulan absolut) terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah

komoditas, namun kurang efisien dibandingkan (atau memiliki kerugian absolut

terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut.

Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang

paling efisien. Output kedua komoditi yang diproduksi pun akan meningkat.

Peningkatan dalam output ini akan mengukur keuntungan dan spesialisasi produk

untuk kedua negara yang melakukan perdagangan (Salvatore, 1997).

Kelemahan teori keunggulan absolut adalah apabila hanya satu negara

yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan

terjadi karena tidak ada keuntungan. Maka pada tahun 1817, David Ricardo

menyempurnakan teori keunggulan absolut Adam Smith dengan mengemukakan

teori keunggulan komparatif. David Ricardo mengatakan bahwa meskipun sebuah

negara kurang efisien dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap

dapat melakukan perdagangan. Negara satu harus berspesialisasi dalam

memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian terkecil

Page 38: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

25

(memiliki keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki

kerugian absolut lebih besar (memiliki kerugian komparatif).

Pada tahun 1936, Haberler menerangkan atau mendasarkan teori

keunggulan komparatif pada teori biaya oportunitas. Teori yang dikemukakan

Haberler ini disebut teori biaya oportunitas. Teori ini mengatakan bahwa biaya

sebuah komoditi adalah jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk

memperoleh sumber daya yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan

komoditi pertama. Implikasi dari teori ini adalah suatu negara yang memiliki

biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi sebuah komoditi akan

memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (dan memiliki kerugian

komparatif dalam komoditi kedua) (Salvatore, 1997).

Menyempurnakan model perdagangan klasik yang telah ada, Heckscher-

Ohlin mengemukakan bahwa sebuah negara akan mengekspor komoditi yang

produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan

murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan ia akan mengimpor komoditi

yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di

negara itu. Artinya, sebuah negara yang relatif kaya atau berkelimpahan tenaga

kerja akan mengekspor komoditi-komoditi yang relatif padat tenaga kerja dan

mengimpor komoditi-komoditi yang relatif padat modal (yang merupakan faktor

produksi langka dan mahal di negara yang bersangkutan). Teori yang

dikemukakan oleh Heckscher-Ohlin selanjutnya disebut teori kepemilikan faktor

atau teori proporsi faktor (Salvatore, 1997).

Page 39: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

26

Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) yang

dipelopori oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) mampu menyajikan suatu

ulasan analitis yang lebih menyeluruh dan meyakinkan mengenai hubungan antara

perdagangan internasional dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

dalam jangka panjang. Secara spesifik teori ini menyatakan bahwa penurunan

hambatan-hambatan perdagangan dalam berbagai bentuk, baik tarif maupun non-

tarif akan mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di suatu

negara dalam jangka panjang (Salvatore, 1997).

2.3.Faktor-faktor Pendukung Keterbukaan Perdagangan

Manfaat yang diperoleh dari sistem perekonomian terbuka yang dianut

oleh sebagian besar negara-negara di dunia tidak terlepas dari tingkat

kesiapan dan kekuatan masing-masing negara tersebut dalam menghadapi

persaingan di tingkat global. Berdasarkan penelitian Keong, Yusop dan Sen

(2005) ada lima faktor keterbukaan perdagangan yang memengaruhi pertumbuhan

ekonomi. Kelima faktor tersebut adalah ekspor riil, impor riil, tenaga kerja, nilai

tukar riil dan dummy krisis. Dalam penelitian ini, data tenaga kerja yang

digunakan adalah data tingkat partisipasi angkatan kerja.

2.3.1. Ekspor

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara

ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor

pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari

dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar

Page 40: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

27

umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim

maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional,

lawannya adalah impor (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2011).

Pada penelitian ini, definisi ekspor yang digunakan adalah proses transportasi

barang ataupun jasa yang keluar wilayah Papua secara legal.

Ekspor merupakan faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu

negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

daya yang langka ke pasar internasional. Sehingga negara-negara miskin dapat

mengakses produk langka tersebut dan mampu mengembangkan kegiatan

perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam

mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro, 2006).

Fungsi ekspor dalam perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh

keuntungan sehingga pendapatan nasional akan meningkat. Peningkatan

pendapatan nasional ini akan menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan

ekonomi (Jhingan, 2010).

Ekspor dapat berperan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi

(Export Led Growth). Alasan yang mendukung hal ini adalah, pertama,

pertumbuhan ekspor dapat mewakili kenaikkan dalam permintaan output negara

yang kemudian menyebabkan kenaikan dalam output riil. Kedua, ekspansi dalam

ekspor dapat mempromosikan spesialisasi dalam produksi komoditi ekspor, yang

kemudian akan meningkatkan tingkat produktivitas, dan dapat meningkatkan skill

secara umum disektor tersebut. Selanjutnya hal ini akan menyebabkan realokasi

Page 41: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

28

sumber daya dari sektor diluar komoditi ekspor yang relatif kurang efisien ke

sektor komoditi ekspor yang lebih produktif. Perubahan produktivitas tersebut

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, peningkatan dalam ekspor

dapat meregangkan kendali nilai tukar sehingga menyebabkan kemudahan dalam

mengimpor bahan baku komoditas ekspor sehingga memungkinkan terjadinya

ekpansi ekpor yang lebih besar lagi (Sitorus, 2008).

Dalam suatu model persamaan dimana pertumbuhan ekonomi sebagai

variabel dependen dan ekspor sebagai variabel independen, apabila hubungannya

bernilai positif dan signifikan maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik

perekonomian wilayah yang diteliti berkategori export led growth. Sebaliknya

apabila hubungannya bernilai negatif dan signifikan maka karakteristik

perekonomian wilayah yang diteliti adalah export reducing growth (Salomo,

2007).

2.3.2. Impor

Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara

ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor

umumnya adalah tindakan memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke

dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan

dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting

dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor (Wikipedia bahasa

Indonesia, ensiklopedia bebas, 2011). Sedangkan definisi impor yang digunakan

adalah proses transportasi barang ataupun jasa yang masuk wilayah Papua secara

legal.

Page 42: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

29

Apabila dilihat dari pendapatan nasional, impor memang akan mengurangi

pendapatan nasional. Akan tetapi impor memegang peran penting dalam

memenuhi kebutuhan ekonomi suatu negara. Dengan impor, bahan baku industri

yang lebih murah akan diperoleh, sehingga proses produksi dapat berjalan lebih

efisien. Maka secara tidak langsung impor ini dapat meningkatkan keuntungan

produksi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah output dan

pertumbuhan ekonomi.

2.3.3. Nilai Tukar

Menurut Mankiw (2007), nilai tukar (exchange rate) antara dua negara

adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling

melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua

yaitu:

a. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata

uang dua negara. Sebagai contoh, jika nilai tukar antara dolar Amerika dan

rupiah Indonesia adalah 8.000 rupiah per dolar, maka Anda bisa menukar 1

dolar untuk 8.000 rupiah di pasar uang. Orang Indonesia yang ingin memiliki

dolar akan membayar 8.000 rupiah untuk setiap dolar yang dibelinya.

b. Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di

antara dua negara. Nilai Tukar riil menyatakan tingkat di mana kita bisa

memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari

negara lain. Nilai Tukar riil kadang-kadang disebut terms of trade. Nilai tukar

riil dihitung dengan :

Page 43: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

30

Nilai tukar memegang peran penting dalam sistem perdagangan, karena

sekarang perdagangan yang dilakukan menggunakan mata uang sebagai alat

pertukaran. Apabila nilai tukar melemah maka harga produk ekspor akan lebih

murah, pada akhirnya jumlah ekspor akan meningkat, dan juga sebaliknya. Untuk

itulah nilai tukar yang stabil menjadi perhatian pemerintah.

2.3.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Menurut BPS (2007) tenaga kerja diartikan sebagai penduduk usia kerja,

yaitu penduduk yang berusia dari 15-64 tahun. Sebelum tahun 1997, definisi

tenaga kerja adalah mereka yang berusia 10 tahun ke atas. Penduduk usia kerja

dikelompokkan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja

adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara

tidak bekerja, dan pengangguran. Sedangkan penduduk usia kerja yang tidak

termasuk angkatan kerja mencakup penduduk yang bersekolah, mengurus rumah

tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya (BPS, 2007).

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya

penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah.

TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah

penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan

tenaga kerja (labor supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan

jasa dalam suatu perekonomian.

(2.1)

Page 44: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

31

Tenaga kerja adalah salah satu dari faktor produksi yang penting, karena

produktivitas dari faktor produksi lain bergantung pada produktivitas tenaga kerja

dalam menghasilkan produksi. Selain itu, tenaga kerja adalah penggerak

pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan output adalah dengan

memperbanyak tenaga kerja. Akan tetapi peningkatan jumlah tenaga kerja harus

diimbangi dengan peningkatan jumlah modal dan teknologi sehingga

pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat. Salah satu indikator tenaga kerja

yang mencerminkan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi

adalah menggunakan data TPAK.

2.3.5. Krisis Ekonomi

Krisis global yang terjadi pada September 2008, sedikit banyak membawa

pengaruh terhadap perekonomian dunia. Efek krisis yang sangat kuat dialami oleh

perekonomian Amerika, Eropa, Australia dan beberapa mitra dari ketiga benua

tersebut. Dengan adanya krisis, nilai tukar bisa melemah dan daya beli bisa

berkurang. Dalam penggunaan variabel dummy krisis, pada periode triwilan

pertama tahun 2000 sampai dengan triwulan kedua tahun 2008, nilai dummy

adalah 0, sedangkan setelah triwulan kedua tahun 2008 bernilai 1.

2.4.Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan keterbukaan perdagangan yang tidak sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi Papua menjadi masalah yang harus dianalisis dengan

cermat. Apakah selama ini keterbukaan perdagangan yang dilakukan Papua

menguntungkan perekonomian Papua, ataukah malah merugikan. Untuk

Page 45: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

32

menganalisis pengaruh keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi

digunakan metode analisis deskriptif dan regresi linier berganda. Hasil analisis

tersebut dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pemerintah Papua untuk

menentukan kebijakan keterbukaan perdagangan di masa yang akan datang.

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Apakah ekspor bisa sebagai motor penggerak bagi

pertumbuhan ekonomi (export-led growth) ?

Keadaan Perekonomian,

ekspor dan impor

Analisis Deskriptif Analisis Regresi Linier Berganda

Rekomendasi strategi keterbukaan perdagangan di

masa yang akan datang

Pertumbuhan keterbukaan perdagangan Papua

tidak diikuti oleh pertumbuhan ekonominya

Keterbukaan perdagangan dan

Pertumbuhan ekonomi Papua

Faktor-faktor pendukung

keterbukaan perdagangan :

- Ekspor riil

- Impor riil

- Nilai tukar riil

- Tingkat partisipasi angkatan

kerja

- Dummy krisis

Page 46: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data time series triwulanan dengan periode data

2000–2010. Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

(BI). Adapun rincian data yang digunakan adalah :

1. Data PDRB ADHK 2000 triwulanan Provinsi Papua selama periode 2000–2010.

Data ini diolah dan dipublikasikan oleh BPS Provinsi Papua. Data ini dapat

dikategorikan sebagai PDRB riil dengan tahun dasar 2000 dengan satuan juta

rupiah.

2. Data PDRB ADHB triwulanan Provinsi Papua selama periode 2000-2010. Data

ini diolah dan dipublikasikan oleh BPS Provinsi Papua.

3. Data ekspor impor triwulanan Provinsi Papua tahun 2000–2010, yang peroleh

dari BPS RI. Karena cakupan ekspor impor dari BPS RI hanya ekspor impor

antarnegara, maka data tersebut dikombinasikan dengan data ekspor impor dari

PDRB ADHK 2000 triwulanan yang dirinci menurut penggunaan. Data ini

diperoleh dari BPS Provinsi Papua. Kombinasi kedua data diolah lebih lanjut

untuk menghasilkan nilai ekspor riil dan impor riil dengan tahun dasar 2000

dengan satuan juta rupiah.

Page 47: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

34

4. Data nilai tukar triwulanan riil diolah dari data nilai tukar nominal dikalikan

indeks harga konsumen Amerika dibagi indeks harga konsumen domestik. Nilai

tukar nominal diperoleh dari BI, sedangkan indeks harga konsumen domestik

diperoleh dari BPS RI dan indeks harga konsumen Amerika diperoleh dari situs

web www.inflationdata.com.

5. Data TPAK Provinsi Papua tahun 2000-2010. Karena data TPAK yang tersedia

hanya dalam bentuk tahunan, maka data tersebut diubah dalam bentuk triwulanan

menggunakan metode interpolasi cubic splin.

3.2. Metode Analisis Data

3.2.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan keadaan nyata dari

data secara sederhana. Dalam analisis ini akan diberikan gambaran umum mengenai

kondisi perekonomian, ekspor dan impor Papua sejak tahun 2000–2010. Beberapa

indikator ekonomi yang akan dijelaskan meliputi struktur ekonomi, pertumbuhan

ekonomi, perkembangan ekspor, perkembangan impor dan neraca perdagangan yang

ditunjukkan melalui bantuan tabel dan grafik guna mempermudah pembaca

memahami gambaran kondisi perekonomian Papua.

3.2.2. Analisis Kuantitatif

Dalam analisis kuantitatif metode yang digunakan adalah analisis regresi

linier berganda. Regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis

Page 48: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

35

hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Model yang diperoleh

disebut model regresi linear berganda jika variabel independen yang digunakan lebih

dari satu. Dalam penelitian ini, regresi linear berganda digunakan untuk melihat

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model yang dihasilkan

akan mampu menggambarkan seberapa besar pengaruh masing-masing variabel

independen melalui koefisien parameternya. Persamaan regresi linier berganda

adalah :

Keterangan :

Y = Variabel dependen

= konstanta (intercep)

,…, = koefisien regresi

,…, = Variabel independen

= error (kesalahan pengganggu) pada waktu t

Asumsi regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

1. E( ) = 0, untuk tiap t=1,2,…n; artinya rata-rata error sama dengan nol.

2. Cov( ) = 0, untuk tiap i ≠ j; artinya tidak ada korelasi antara error yang satu

dengan yang lainnya, atau disebut non autokorelasi.

3. ~ ; artinya untuk setiap error mengikuti distribusi normal dengan rata-

rata 0 dan varian .

(3.1)

Page 49: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

36

4. Var ( ) = ; artinya setiap error mempunyai varian yang sama

(homoskedastisitas).

5. Tidak terdapat multikolinieritas, yaitu tidak ada hubungan linier antara variabel

independen yang satu dengan variabel independen yang lain.

3.3. Model Penelitian

Dalam penelitian ini, regresi linear berganda digunakan untuk melihat

pengaruh keterbukaan perdagangan (didekati dari variabel pertumbuhan ekspor riil,

pertumbuhan impor riil, pertumbuhan nilai tukar riil, pertumbuhan TPAK dan dummy

krisis) terhadap pertumbuhan ekonomi (dilihat dari pertumbuhan PDRB ADHK).

Model yang dihasilkan akan mampu menggambarkan seberapa besar pengaruh

masing-masing variabel keterbukaan perdagangan melalui koefisien parameternya.

Persamaannya adalah :

Keterangan :

= konstanta (intercept)

= Perubahan Y akibat perubahan

= Perubahan Y akibat perubahan

= Perubahan Y akibat perubahan

= Perubahan Y akibat perubahan

= Perubahan Y akibat perubahan

(3.2)

Page 50: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

37

= error (kesalahan pengganggu) pada waktu t

Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut :

Y = PDRB ADHK triwulanan Provinsi Papua (juta rupiah).

= Ekspor riil (juta rupiah).

= Impor riil (juta rupiah).

= Nilai tukar riil (rupiah).

= TPAK (persen).

= Dummy Krisis.

3.4. Software Analisis Data

Dalam mengolah data dan menyelesaikan penelitian ini, penulis

menggunakan bantuan beberapa software. Software tersebut adalah sebagai berikut :

1. Microsoft Excel 2010

Microsoft Excel merupakan perangkat lunak buatan Microsoft Corp. Software ini

digunakan dalam pembuatan tabel dan grafik serta beberapa pengolahan data.

2. Microsoft Access 2010

Microsoft Access merupakan perangkat lunak buatan Microsoft Corp. Software

ini digunakan untuk mengelola dan mengolah database ekspor dan impor.

3. Eviews 6.0

Eviews merupakan program komputer yang digunakan untuk mengolah data

statistik dan data ekonometri. Program Eviews dibuat oleh QMS (Quantitative

Page 51: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

38

Micro Software). Software ini digunakan dalam mengolah persamaan model

regresi.

3.5. Evaluasi Model

Untuk mengetahui apakah model yang diteliti tidak mengalami

penyimpangan asumsi regresi linier berganda, maka uji terhadap penyimpangan

asumsi klasik tersebut harus dilakukan.

3.5.1. Uji Kenormalan

Uji asumsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi dari residual

menyebar normal dengan rata-rata nol dan varian . Salah satu metode yang

banyak digunakan untuk menguji normalitas adalah Jarque-Bera test. Uji ini

mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila

datanya bersifat normal. Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Error berdistribusi normal.

H1 : Error tidak berdistribusi normal.

Uji statistik ini dapat dihitung dengan rumus berikut :

[

]

dimana:

n = jumlah sampel

= varians

(3.3)

Page 52: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

39

= skewness

= kurtosis

Jarque-Bera test mempunyai distribusi chi square dengan derajat bebas

dua. Jika hasil p-value Jarque-Bera test lebih besar dari nilai chi square pada α = 5

persen, maka tolak hipotesis nol yang berarti error tidak berdistribusi normal. Jika

hasil Jarque-Bera test lebih kecil dari nilai chi square pada α = 5 persen, maka terima

hipotesis nol yang berarti error berdistribusi normal.

3.5.2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi menggambarkan terdapatnya hubungan antar error. Adanya

autokorelasi ini menyebabkan parameter yang akan diestimasi menjadi tidak efisien.

Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi menggunakan Breusch-Godfrey Serial

Correlation LM Test. Hipotesis uji ini adalah :

H0 : Tidak ada masalah otokorelasi.

H1 : Ada masalah otokorelasi.

Jika nilai Obs* R-squared > nilai kritis maka H0 ditolak yang berarti terdapat

autokorelasi atau p-value < α maka H0 ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.

3.5.3. Uji Heteroskedastisitas

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada

tidaknya masalah heteroskedastisitas antara lain uji Breusch-Pagan-Godfrey test

Page 53: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

40

dan White test. White test merupakan generalisasi dari Breusch-Pagan-Godfrey test

yang juga memasukkan nilai residual yang dikuadratkan, tetapi mengeluarkan

unsur-unsur yang memiliki order yang lebih tinggi. Konsekuensinya White test

digunakan untuk mendeteksi bentuk-bentuk yang lebih umum dari

heteroksedastisitas dibandingkan dengan Breusch-Pagan test. Hal ini menyebabkan

para peneliti lebih banyak menggunakan Breusch-Pagan-Godfrey test untuk

mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedatisitas.

Breusch-Pagan test merupakan lagrange multiplier test untuk

heteroskedastisitas. Metode ini merupakan perhitungan yang sederhana

menggunakan R square (R2) dari beberapa persamaan yang diregresikan.

Rumus Breusch-Pagan-Godfrey test dinyatakan sebagai berikut:

dimana:

h = unsur yang tidak diketahui, yaitu fungsi yang diturunkan secara kontinu

(tidak tergantung pada i) sehingga h(.) > 0 dan h(0) = 1.

s = varian

z = variabel yang mempengaruhi distrubance terms variance.

Hipotesisnya adalah:

H0

: Tidak terdapat heteroskedastistas.

H1

: Terdapat heteroskedastisitas.

(3.4)

Page 54: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

41

Rumus paling sederhana dari Breusch-Pagan-Godfrey test dapat dihitung

sebagai hasil kali antara jumlah observasi (N) dan R2. Secara matematika

dirumuskan sebagai berikut:

Breusch-Pagan test mempunyai distribusi chi square dengan derajat bebas satu.

Apabila chi square hitung lebih besar dari chi square tabel pada α = 5 persen,

maka tolak hipotesis nol yang berarti terjadi heteroskedastisitas. Apabila chi

square hitung lebih kecil dari chi square tabel pada α = 5 persen, maka terima

hipotesis nol yang berarti tidak ada heteroskedastisitas.

3.5.4. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan antar variabel independen dalam

regresi. Adanya multikolinearity ini dapat dideteksi dengan:

1. Nilai R-squared (R2) tinggi dan nilai F-stat yang signifikan, namun

sebagian besar nilai dari t-stat tidak signifikan.

2. Tingkat korelasi yang cukup tinggi antar 2 variabel independen yakni r >

0.8. Jika hal tersebut terpenuhi maka diindikasikan terjadi masalah

multikolinearitas dalam persamaan tersebut. Multikolinearitas ini terbagi

menjadi 2 yakni multikolinearity sempurna apabila r = 1 dan multikolinearity

tidak sempurna apabila r <1.

(3.5)

Page 55: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

42

3. Besarnya condition number yang berkaitan dengan variabel independen

bernilai lebih dari 20 atau 30. Nilai condition number dapat diperoleh dengan

prosedur pemisahan matriks variabel-variabel independen.

3.5.5. Uji F

Uji ini digunakan untuk mengetahui kelayakan model. Uji F dilakukan untuk

melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara

keseluruhan.

a. Hipotesis:

H0 : β1 = β2 = …. = βi = 0;

artinya variabel independen secara simultan tidak mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen.

H1 : Sedikitnya ada satu βi ≠ 0; artinya variabel independen secara simultan

berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Statistik uji:

Dimana:

k = banyaknya parameter termasuk konstanta

n = banyaknya observasi

SSR = Jumlah kuadrat regresi

SSE = Jumlah kuadrat error

(3.6)

Page 56: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

43

c. Keputusan:

Jika nilai F hitung > F α; (k-1, n-k) tabel maka kita menolak H0 yang berarti secara

bersama-sama variabel independen dalam persamaan berpengaruh terhadap variabel

dependen.

3.5.6. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi masing-masing variabel

independen.

a. Hipotesis:

H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0

b. Statistik Uji:

Dengan bi merupakan penduga βi dan SE(bi) adalah standar error untuk bi.

c. Keputusan:

Jika nilai t hitung > t table (α/2,n-k) maka tolak H0 berarti dapat disimpulkan

bahwa variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

(3.7)

Page 57: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

44

3.5.7. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi menjelaskan seberapa besar proporsi variabel dependen

dapat dijelaskan oleh variabel independen. Selain itu juga untuk mengukur seberapa

baik garis regresi yang terbentuk. Koefiesien determinasi merupakan besaran non-

negatif dan bernilai antara 0 dan 1. Semakin dekat R2 dengan nilai satu maka model

dapat dikatakan tepat untuk menaksir nilai populasi, dan sebaliknya.

Formula untuk menghitung koefisien determinasi adalah:

(3.8)

Page 58: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

BAB IV

GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA

4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

Provinsi Papua terletak antara 2°25’-9° Lintang Selatan dan 130°-141°

Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas 317.062 km2 atau 17,04 persen

dari luas Indonesia, merupakan provinsi dengan wilayah terluas di Indonesia.

Pada tahun 2010, Papua dibagi menjadi 28 kabupaten dan 1 kota dimana Merauke

merupakan kabupaten/kota terluas (56,84%) dan Kota Jayapura merupakan

kabupaten/kota terkecil di Papua (0,1%). Papua di bagian utara dibatasi Samudra

Pasifik, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafuru, sebelah barat berbatasan

dengan Laut Seram, Laut Banda, Provinsi Papua Barat, Provinsi Maluku dan

sebelah timur berbatasan dengan Papua New Guinea (BPS, 2010).

Pada tahun 2010 jumlah penduduk Provinsi Papua sebanyak 2.833.381

jiwa. Penduduk laki-laki Provinsi Papua sebanyak 1.505.883 jiwa dan perempuan

sebanyak 1.327.498 jiwa. Seks Rasio penduduk Papua adalah 113. Sedangkan

Total Rasio Ketergantungan (Total Dependency Ratio) di Papua sebesar 56,37

persen, dimana Rasio Ketergantungan Usia Muda (Youth Dependency Ratio)

sebesar 54,87 persen dan Rasio Ketergantungan Usia Tua (Aged Dependency

Ratio) sebesar 1,50 persen. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif (15-64

tahun) menanggung sekitar 54-55 anak usia 0-14 tahun dan 1-2 orang lanjut usia

(65 tahun keatas) (BPS, 2011).

Page 59: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

46

Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Papua per tahun selama sepuluh

tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 adalah 5,39 persen. Dengan luas

wilayah Provinsi Papua sekitar 317.062 km2 yang didiami oleh 2.833.381 orang

maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Papua adalah sebanyak

9 orang per km2.

Dari sisi ketenagakerjaan, pada Agustus 2010 jumlah angkatan kerja di

Papua mencapai 1.510.176 orang. Jumlah pengangguran mencapai 53.641 orang

atau 3,55 persen dari total angkatan kerja. Sedangkan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 80,99 persen. Sektor pertanian masih

mendominasi dengan total pekerja mencapai 77,85 persen, diikuti oleh sektor jasa

kemasyarakatan dengan persentase 8,16 persen.

Gini rasio pendapatan penduduk Papua pada periode 2005–2009

menggambarkan distribusi pendapatan dengan ketimpangan sedang. Pada tahun

2008, ketimpangan pendapatan yang terjadi pada masyarakat Papua masih

tergolong sedang (0,36) dan pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 0,37.

Kenaikan gini rasio tersebut mengindikasikan bahwa ketimpangan pendapatan di

Provinsi Papua semakin meningkat.

4.2. Keadaan Perekonomian Provinsi Papua

4.2.1. Struktur Ekonomi Provinsi Papua

Sumbangan sektoral dalam PDRB ADHB digunakan sebagai salah satu

ukuran dalam melihat struktur perekonomian suatu wilayah dari tahun ke tahun.

Jika sumbangan suatu sektor relatif besar maka sedikit gangguan dalam sektor

Page 60: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

47

tersebut akan mengakibatkan masalah pada perekonomian di wilayah

bersangkutan. Meskipun demikian, sektor dengan andil yang kecil tidak dapat

diabaikan begitu saja karena bisa jadi sektor tersebut mempunyai potensi untuk

dikembangkan dan dapat dijadikan sektor andalan wilayah tersebut di waktu yang

akan datang.

Tabel 4.1 Distribusi PDRB ADHB Menurut Lapangan Provinsi Papua

tahun 2000-2010 (persen).

LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

Pertanian 13,05 12,98 14,62 15,35 15,75 10,41 10,98 10,01 10,32 9,36 9,45

Pertambangan dan

Penggalian 68,17 68,90 64,62 61,50 57,53 71,65 68,76 68,72 64,73 65,08 63,15

Industri Pengolahan 1,94 1,89 2,01 2,25 2,51 1,62 1,78 1,62 1,62 1,40 1,39

Listrik dan Air Bersih 0,15 0,14 0,19 0,24 0,26 0,17 0,17 0,16 0,16 0,14 0,13

Bangunan 3,48 3,36 3,74 4,14 5,02 3,53 4,11 4,66 6,01 6,62 7,81

Perdagangan, Hotel

dan Restoran 3,70 3,78 4,44 5,13 6,00 4,02 4,44 4,44 4,87 4,44 4,41

Pengangkutan dan

Komunikasi 2,52 2,62 3,01 3,88 4,72 3,44 3,88 4,05 4,52 4,31 4,35

Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 1,91 0,89 0,96 1,01 1,25 0,83 1,08 1,48 1,77 2,15 2,08

Jasa-jasa 5,09 5,46 6,41 6,50 6,95 4,35 4,78 4,86 6,00 6,50 7,24

P D R B 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Kondisi struktur ekonomi Papua selama satu dekade ini relatif tidak

berubah. Sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi sektor unggulan

bagi perekonomian Papua, disusul oleh sektor pertanian dan jasa-jasa. Rata-rata

kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB sebesar 65,71

persen. Pada tahun 2000 sektor pertambangan dan penggalian memberikan

Page 61: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

48

kontribusi sebesar 68,17 persen, sedangkan pada tahun 2010 kontribusinya turun

menjadi 63,15 persen (Tabel 4.1).

Selama sebelas tahun terakhir, kontribusi sektor pertanian; pertambangan

dan penggalian; industri pengolahan; serta listrik dan air bersih cendurung

menurun. Penurunan tersebut seiring dengan meningkatnya peranan dari sektor

bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa. Walaupun demikian,

hingga akhir tahun 2010, sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi

kontributor terbesar terhadap perekonomian Papua dimana andilnya mencapai

lebih dari 57,53 persen (Tabel 4.1).

Tabel 4.2 PDRB ADHB Provinsi Papua dengan tambang dan tanpa tambang

tahun 2000-2010 (juta Rupiah).

Tahun PDRB dengan Tambang PDRB Tanpa Tambang

(1) (2) (3)

2000 18.409.760,84 5.913.994,01

2001 21.590.317,72 6.777.819,59

2002 22.548.296,24 8.051.877,92

2003 23.890.084,29 9.284.573,75

2004 24.842.903,74 10.649.592,55

2005 43.615.319,21 12.481.372,66

2006 46.895.228,88 14.787.701,41

2007 55.380.453,41 17.496.626,10

2008 61.516.238,47 21.928.604,97

2009 77.728.564,53 27.409.139,08

2010 89.451.248,76 33.292.346,56

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Keunggulan absolut Papua berupa kandungan konsentrat tembaga yang

dikelola oleh P.T. Freeport Indonesia terbukti mampu mendongkrak

perekonomian Papua selama sebelas tahun terakhir. Tingginya kontribusi sektor

Page 62: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

49

pertambangan dan penggalian yang mencapai lebih dari setengah nilai PDRB

Papua, membuat perekonomian Papua akan jatuh apabila sektor tersebut

dikeluarkan (Tabel 4.2).

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Gambar 4.1 Jumlah PDRB ADHB dan sektor pertambangan dan penggalian

Provinsi Papua tahun 2000–2010 (triliun Rupiah).

Apabila ditelusuri lebih dalam lagi, tingginya pengaruh sektor

pertambangan dan penggalian, membuat pergerakan pertumbuhan perekonomian

Papua sangat dipengaruhi oleh naik-turunnya produksi sektor tersebut. Hal ini

terlihat jelas, ketika tahun 2005-2010 nilai sektor pertambangan dan penggalian

mengalami peningkatan, pertumbuhan ekonomi Papua juga mengikuti

peningkatan tersebut (Gambar 4.1).

Sektor kedua yang pertumbuhannya sangat menjanjikan adalah sektor

bangunan. Kontribusi sektor ini mengalami peningkatan dari 3,48 persen pada

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Trili

un

ru

pia

h

Tahun

Sektor Pertambangan dan Penggalian P D R B

Page 63: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

50

tahun 2000 menjadi 7,81 persen pada tahun 2010 (Tabel 4.1). Kemampuan sektor

bangunan yang terus meningkat ini dikarenakan semakin meningkatnya

pengeluaran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Papua. Selain itu,

faktor tingginya biaya bahan baku bangunan juga memegang peran dalam

peningkatan sektor bangunan.

Sektor ketiga yang masih bertahan dan terus meningkat kontribusinya

terhadap perekonomian yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Keadaan

geografis Papua yang lebih didominasi wilayah pegunungan, mengharuskan

sebagian besar transportasi antar wilayah hanya dapat ditempuh lewat jalur udara.

Hal ini menyebabkan biaya untuk transportasi semakin meningkat sejalan dengan

meningkatnya mobilitas kegiatan perekonomian antar wilayah. Dengan

meningkatnya biaya transportasi maka pendapatan dalam sektor pengangkutan

dan komunikasi juga ikut meningkat.

Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil terhadap

perekonomian Papua adalah sektor listrik dan air bersih. Kecilnya pendapatan

sektor ini dikarenakan masih rendahnya jumlah rumah tangga yang menikmati

fasilitas listrik dan air bersih. Pada tahun 2010, jumlah rumah tangga yang

menggunakan fasilitas listrik hanya sebesar 38,83 persen, sedangkan jumlah

rumah tangga yang mempunyai akses air bersih hanya sebesar 20,41 persen (BPS,

2010) (Tabel 4.1).

4.2.2. PDRB per Kapita

PDRB per kapita dengan tambang selama tahun 2000-2010 terlihat

berfluktuasi dengan kecenderungan semakin menurun. Fluktuasinya nilai ini

Page 64: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

51

dikarenakan produksi tambang yang berfluktuasi setiap tahunnya. Sedangkan nilai

yang cenderung menurun dikarenakan jumlah penduduk yang semakin bertambah

setiap tahun. Rata-rata PDRB per kapita dengan tambang sebesar Rp. 9,24 juta.

Nilai tertinggi yang pernah dicapai adalah sebesar Rp. 11,28 juta pada tahun 2001,

sedangkan nilai terendahnya pada tahun 2008 dengan nilai Rp. 7,23 juta (Tabel

4.3).

Tabel 4.3 PDRB per Kapita ADHK Provinsi Papua dengan tambang dan tanpa

tambang tahun 2000-2010 (Rupiah).

Tahun Dengan Tambang Tanpa Tambang

(1) (2) (3)

2000 10.931.227,28 3.511.572,65

2001 11.281.302,07 3.497.517,72

2002 11.243.567,17 3.586.954,38

2003 10.627.902,74 3.625.420,91

2004 7.804.916,28 3.587.710,84

2005 10.092.816,70 3.608.594,98

2006 7.931.195,36 3.726.359,61

2007 7.849.456,87 3.844.745,81

2008 7.342.183,27 4.067.939,24

2009 8.549.761,61 4.373.316,60

2010 7.931.382,82 4.666.965,38

Rata-rata 9.235.064,74 3.827.008,92

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Berbeda dengan PDRB per kapita dengan tambang yang semakin

menurun, PDRB per kapita tanpa tambang cenderung semakin meningkat selama

sebelas tahun terakhir. Walaupun PDRB per kapita tanpa tambang semakin

meningkat, akan tetapi jika nilainya dibandingkan dengan PDRB per kapita

dengan tambang, rata-rata PDRB per kapita tanpa tambang hanya empat puluh

persen dari PDRB per kapita dengan tambang. Rata-rata PDRB per kapita tanpa

tambang sebesar Rp. 3,83 juta. Nilai tertinggi yang pernah dicapai sebesar

Page 65: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

52

Rp. 4,67 juta pada tahun 2010, sedangkan nilai terendahnya pada tahun 2001

dengan nilai sebesar Rp. 3,50 juta (Tabel 4.3)

4.2.3. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua

Dalam kurun waktu 2000–2010, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi

Papua sangat fluktuasi. Pada tahun 2000–2004 laju pertumbuhan ekonomi

Provinsi Papua cenderung menurun hingga -22,53 persen. Pertumbuhan ekonomi

tertinggi terjadi pada tahun 2005 yang meningkat signifikan sebesar 36,40 persen.

Di tahun 2010, ekonomi Papua turun hingga 2,65 persen. Fluktuasinya laju

pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari pengaruh sektor pertambangan dan

penggalian yang berfluktuasi sepanjang sebelas tahun terakhir dan meningkatnya

peranan sektor-sektor lainnya terhadap perekonomian Papua (Gambar 4.2).

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Gambar 4.2 Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua tahun 2001–2010

(persen).

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Page 66: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

53

Jika dilihat menurut lapangan usaha, sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan adalah sektor yang mengalami pertumbuhan paling pesat selama satu

dekade terakhir. Meskipun hanya tumbuh 2,91 persen di tahun 2002, namun

sektor tersebut terus mengalami pertumbuhan positif hingga 6,40 persen di tahun

2010. Sektor jasa-jasa; bangunan; perdagangan, hotel, dan restoran; serta

pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor-sektor yang selalu mengalami

pertumbuhan positif. Sedangkan Sektor pertambangan dan penggalian

menunjukkan pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha

Provinsi Papua tahun 2000–2010 (persen).

LAPANGAN

USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Pertanian 9,31 6,84 4,82 -0,62 4,82 5,20 1,36 4,69 3,79 6,19

Pertambangan

dan Penggalian 10,68 3,80 -3,47 -36,26 61,74 -31,38 0,57 -13,42 34,08 -17,58

Industri

Pengolahan 6,26 4,97 5,87 3,21 3,64 6,79 -1,16 1,81 6,22 8,34

Listrik dan Air

Bersih 4,64 5,93 9,38 7,41 8,01 8,74 5,98 3,85 5,79 6,00

Bangunan 4,85 10,45 7,64 8,85 7,54 12,16 16,05 19,35 17,93 16,38

Perdagangan,

Hotel dan

Restoran

7,32 9,77 8,87 8,06 8,20 9,63 9,69 10,86 11,57 10,49

Pengangkutan

dan Komunikasi 9,26 13,33 19,68 13,97 13,74 13,76 15,48 14,85 14,31 13,71

Keuangan,

Persewaan dan

Jasa Perusahaan

-49,64 2,91 5,01 17,03 7,66 25,25 46,49 16,69 44,53 6,40

Jasa-jasa 10,60 8,71 2,67 3,62 1,80 8,76 9,58 19,31 21,99 20,82

P D R B 8,89 5,15 -0,28 -22,53 36,40 -17,14 4,34 -1,40 22,74 -2,65

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Page 67: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

54

4.2.4. Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Papua

Dalam periode tahun 2000–2010, rata-rata ekspor riil Papua adalah sebesar

Rp. 14,31 triliun per tahun yang terdiri atas Rp. 10,03 triliun (70,09%) ekspor ke

luar negeri dan Rp. 4,28 triliun (29,91%) ekspor antarprovinsi. Meskipun secara

nominal ekspor tahun 2003 jauh lebih kecil dibandingkan tahun-tahun berikutnya,

namun secara riil ekspor luar negeri di tahun 2003 adalah yang tertinggi yakni

mencapai Rp. 12,72 triliun (Tabel 4.5). Tingginya nilai ini didorong oleh

pertumbuhan ekonomi dunia yang utamanya digerakkan oleh memulihnya sektor

industri, membaiknya konsumsi masyarakat, dan menguatnya investasi.

Tabel 4.5 Nilai Ekspor Riil dan Impor Riil Luar Negeri dan Antarprovinsi

Provinsi Papua Tahun 2000-2010 (triliun Rupiah).

Tahun

Ekspor Riil Impor Riil

Luar

Negeri

Antar-

provinsi Total

Luar

Negeri

Antar-

provinsi Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2000 10,57 3,72 14,28 4,98 4,19 9,18

2001 10,19 4,33 14,52 5,04 4,48 9,52

2002 11,40 4,02 15,42 4,26 4,98 9,23

2003 12,72 4,74 17,45 4,53 5,47 10,00

2004 7,82 5,71 13,53 4,12 5,99 10,11

2005 10,13 5,10 15,23 4,73 6,69 11,43

2006 10,77 5,03 15,81 6,54 7,47 14,00

2007 9,16 5,05 14,21 5,23 7,81 13,04

2008 7,88 5,16 13,04 6,33 8,93 15,26

2009 10,84 2,28 13,12 3,87 10,33 14,20

2010 8,87 1,98 10,85 4,90 10,93 15,83

Rata-rata 10,03 4,28 14,31 4,96 7,03 11,98

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi di tahun 2003 berpengaruh pada

meningkatnya volume dan harga komoditi perdagangan dunia, termasuk

Page 68: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

55

meningkatnya permintaan negara-negara di dunia terhadap produk ekspor

unggulan Papua, konsentrat tembaga. Pada tahun-tahun berikutnya ekspor riil

Papua menunjukkan pergerakan yang fluktuatif akibat dari naik-turunnya volume

ekspor konsentrat tembaga yang memberikan kontribusi lebih dari 90 persen

terhadap total ekspor Papua.

Pada tahun 2008, ekspor riil Papua turun cukup signifikan sebagai dampak

dari krisis finansial global yang mengguncang sebagian besar negara-negara di

dunia. Krisis tersebut memaksa banyak negara untuk mengurangi permintaan

mereka terhadap produk dari negara lain (impor) guna menjaga stabilitas ekonomi

dalam negerinya. Mulai pulihnya perekonomian dunia di tahun 2009 memberikan

efek positif terhadap ekspor riil Papua ke luar negeri yang meningkat 37,65

persen. Namun, kenaikan ekspor riil luar negeri Papua di tahun 2009 tidak diikuti

oleh ekspor riil antarprovinsi yang justru turun menjadi Rp. 2,28 triliun (Tabel

4.5).

Rata-rata impor riil Papua periode 2000–2010 sebesar Rp. 11,98 triliun

dimana 41,37 persen (Rp. 4,96 triliun) merupakan impor luar negeri dan 58,63

persen lainnya (Rp. 7,03 triliun) adalah impor antarprovinsi. Impor riil luar negeri

Papua selama sebelas tahun terakhir relatif stabil. Walaupun pada tahun 2006 dan

2008 sempat mengalami kenaikan sebesar 31,15 persen dan 26,99 persen

dibandingkan tahun 2000, tetapi apabila kita lihat impor luar negeri tahun 2010

relatif tidak berubah dibandingkan tahun 2000 (Tabel 4.5).

Sedangkan impor riil antarprovinsi cenderung semakin meningkat selama

sebelas tahun terakhir ini. Peningkatan ini disebabkan karena semakin banyaknya

Page 69: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

56

barang-barang kebutuhan sehari-hari yang harus didatangkan dari luar Papua

sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi di

Papua. Hingga akhir tahun 2010, impor riil antarprovinsi sebesar Rp. 10,93 triliun

(Tabel 4.5).

4.2.4.1. Perkembangan Ekspor Luar Negeri Provinsi Papua

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Gambar 4.3 Nilai Ekspor Luar Negeri Menurut Golongan Barang

Provinsi Papua tahun 2000–2010 (dalam juta US$).

Komoditi ekspor andalan Papua adalah bijih tembaga & konsentrat (HS26)

yang andilnya mencapai lebih dari 90 persen terhadap total ekspor luar negeri

Papua tiap tahunnya. Komoditi ekspor luar negeri Papua lainnya antara lain

golongan kayu & barang dari kayu (HS44) berupa kayu lapis dan kayu serpih;

serta golongan ikan & hewan air lainnya (HS03) berupa ikan hias, kepiting,

kerapu, dan beragam ikan laut beku lainnya. Meskipun kontribusinya terhadap

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Nilai Ekspor (juta US$)

Tahun

HS26

HS44

HS03

Lainnya

Page 70: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

57

ekspor luar negeri Papua jauh lebih kecil dibandingkan konsentrat tembaga,

namun nilai ekspor luar negeri kedua golongan tersebut secara umum terus

mengalami peningkatan (Gambar 4.3).

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Gambar 4.4 Nilai Ekspor Luar Negeri Menurut Negara Tujuan Provinsi Papua

tahun 2000–2010 (dalam juta US$).

Jepang dan Spanyol merupakan pangsa ekspor luar negeri utama Papua

dimana komoditi yang diekspor kedua negara tersebut seluruhnya berupa

konsentrat tembaga. Secara umum ekspor luar negeri Papua ke seluruh negara

tujuan mengalami tekanan di tahun 2004 dan 2008 sebagai akibat dari kenaikan

harga minyak dunia dan krisis finansial global. Ekspor ke India dan Korea Selatan

terus meningkat yang mendorong naiknya andil ekspor ke dua negara Asia

tersebut. Pada periode 2000–2006, nilai ekspor ke negara lainnya cukup besar,

namun setelah 2006 nilainya merosot. Hai ini disebabkan adanya ekspor

-

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Nilai Ekspor (juta US$)

Tahun

Jepang (JP)

Spanyol (ES)

Korea (KR)

India (IN)

China (CN)

Philipina (PH)

Lainnya

Page 71: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

58

konsentrat tembaga ke Singapura pada tahun 2000–2006, namun setelah itu

ekspor ke Singapura hanya berupa golongan ikan saja (Gambar 4.4).

4.2.4.2. Perkembangan Impor Luar Negeri Provinsi Papua

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Gambar 4.5 Nilai Impor Luar Negeri Menurut Golongan HS 2-digit

Provinsi Papua Tahun 2000-2010 (dalam juta US$).

Sebelum tahun 2008, golongan mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84)

selalu memberikan andil terbesar terhadap total impor Papua. Akan tetapi pada

tahun 2009-2010, golongan bahan bakar mineral (HS27) yang didominasi oleh

impor bahan bakar diesel (solar) yang didatangkan dari Singapura menduduki

peringkat tertinggi dengan kontribusi sebesar 18,52 persen pada tahun 2009 dan

22,84 persen pada tahun 2010. Pada tahun 2010, andil HS84 mencapai 20,77

persen. Golongan barang dengan andil yang cukup besar antara lain barang dari

-

200.00

400.00

600.00

800.00

1,000.00

1,200.00

1,400.00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Nilai Impor (juta US$)

Tahun

HS84

HS27

HS87

HS73

HS40

HS85

Lainnya

Page 72: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

59

besi atau baja (HS73); kendaraan, suku cadang, dan aksesorisnya (HS87); karet

dan barang dari karet (HS40); serta mesin/peralatan listrik (HS85) (Gambar 4.5).

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Gambar 4.6 Nilai Impor Luar Negeri Menurut Negara Asal Provinsi Papua

Tahun 2000–2010 (dalam juta US$).

Pangsa impor luar negeri utama Papua selama kurun 2000–2010 adalah

Singapura, Australia, dan Amerika Serikat. Tingginya impor dari Singapura

dipicu oleh impor bahan bakar diesel yang seluruhnya berasal dari Singapura.

Sementara impor dari Australia dan Amerika Serikat didominasi oleh impor

pesawat mekanik, kendaraan, dan produk besi baja. Negara asal impor luar negeri

lainnya yang cukup tinggi yaitu dari Jepang, Malaysia, Filipina, Cina dan Kanada

(Gambar 4.6).

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Nilai Impor (juta US$)

Tahun

Singapura

Australia

Amerika Serikat

Malaysia

Filipina

Jepang

Cina

Kanada

Lainnya

Page 73: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

60

4.2.4.3. Neraca Perdagangan Provinsi Papua

Rata-rata neraca perdagangan riil luar negeri Papua per tahun periode

2000–2010 adalah senilai Rp. 5,07 triliun. Ekspor bersih riil luar negeri selama

satu dekade tersebut selalu mengalami surplus akibat adanya ekspor konsentrat

tembaga yang memang hanya diekspor ke luar negeri. Kebutuhan masyarakat

Papua sebagian besar didatangkan dari luar Papua, terutama berasal dari Pulau

Jawa. Namun minimnya produk Papua yang diekspor ke provinsi lainnya

menyebabkan neraca perdagangan riil antarprovinsi mengalami defisit pada 2000-

2010, dimana rata-rata per tahunnya terjadi minus Rp. 2,74 triliun (Tabel 4.6).

Tabel 4.6 Neraca Perdagangan Riil dan Nominal Provinsi Papua

Tahun 2000-2010 (triliun Rupiah).

Tahun

Neraca Perdagangan Riil Neraca Perdagangan Nominal

Luar

Negeri

Antar-

provinsi Total

Luar

Negeri

Antar-

provinsi Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2000 5,58 -0,48 5,11 5,58 -0,48 5,11

2001 5,15 -0,15 5,00 6,26 0,18 6,43

2002 7,14 -0,96 6,18 7,59 -1,95 5,64

2003 8,19 -0,73 7,45 8,04 -3,05 4,99

2004 3,70 -0,29 3,41 3,89 -3,30 0,59

2005 5,40 -1,60 3,80 14,43 -4,17 10,25

2006 4,24 -2,44 1,80 20,42 -2,94 17,48

2007 3,92 -2,75 1,17 19,79 -4,19 15,60

2008 1,55 -3,77 -2,22 12,19 -0,16 12,02

2009 6,97 -8,05 -1,08 31,62 -8,92 22,70

2010 3,97 -8,95 -4,98 32,77 -16,50 16,27

Rata-rata 5,07 -2,74 2,33 14,78 -4,13 10,64

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Meskipun secara nominal neraca perdagangan luar negeri Papua

meningkat, namun secara riil nilainya justru menunjukkan kecenderungan

Page 74: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

61

menurun. Menurunnya neraca perdagangan secara riil tersebut dikarenakan

semakin tingginya impor antarprovinsi yang didominasi oleh impor bahan

kebutuhan sehari-hari. Secara nominal, peningkatan neraca perdagangan terjadi

pada tahun 2005, 2006 dan puncaknya pada tahun 2009 dengan nilai surplus

sebesar Rp. 22,7 triliun (Gambar 4.7). Apabila dihitung rata-rata kenaikan tiap

tahunnya mencapai Rp. 1,12 triliun. Sedangkan secara riil, hanya pada tahun 2002

dan 2003 mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, neraca perdagangan secara

riil surplus sebesar Rp. 5,11 triliun, sedangkan pada akhir tahun 2010 neraca

perdagangan secara riil mengalami defisit sebesar Rp. 4,98 triliun. Apabila

dihitung penurunan tiap tahunnya mencapai Rp. 1 triliun (Tabel 4.6).

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011.

Gambar 4.7 Perbandingan Ekspor Bersih Riil dan Nominal Provinsi Papua

Tahun 2000–2010 (dalam triliun rupiah).

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(triliun rupiah)

Tahun

Ekspor Bersih Riil Ekspor Bersih Nominal

Page 75: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Uji Asumsi

Pengujian asumsi dilalukan untuk memastikan bahwa model yang dipilih

telah memenuhi asumsi yang telah ditentukan. Ada empat tahapan pengujian

asumsi yang harus dipenuhi sebelum model dari persamaan regresi linier berganda

dapat digunakan. Keempat pengujian tersebut adalah uji kenormalan, uji

autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.

5.1.1. Uji Kenormalan

Uji asumsi pertama yaitu uji kenormalan digunakan Jarque-Bera test.

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Error berdistribusi normal.

H1 : Error tidak berdistribusi normal.

Gambar 5.1 Hasil uji kenormalan dengan metode Jarque-Bera.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-0.2 -0.1 -0.0 0.1 0.2

Series: Residuals

Sample 2000:4 2010:4

Observations 41

Mean -1.32e-15

Median -0.007733

Maximum 0.225273

Minimum -0.198508

Std. Dev. 0.101143

Skewness 0.357588

Kurtosis 2.675070

Jarque-Bera 1.054138

Probability 0.590333

Page 76: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

63

Berdasarkan hasil penghitungan, didapatkan nilai p-value Jarque-Bera

sebesar 1,054138 (Gambar 5.1). Nilai tersebut lebih besar dari nilai 5 persen,

maka tidak tolak H0. Artinya error model berdistribusi normal.

5.1.2. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi menggunakan menggunakan Breusch-Godfrey

Serial Correlation LM Test. Hipotesis uji ini adalah :

H0 : Tidak ada masalah otokorelasi.

H1 : Ada masalah otokorelasi.

Tabel 5.1 Nilai Obs*R-squared dan Prob. Chi-Square(2) dari pengujian Breusch-

Godfrey Serial Correlation LM Test.

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2,445140 Prob. F(2,33) 0,1023

Obs*R-squared 5,291633 Prob. Chi-Square(2) 0,0709

Berdasarkan hasil pengujian Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

didapatkan hasil Probability chi square hitung sebesar 0,0709 (Tabel 5.1). Nilai

ini lebih besar dari α (5%), artinya tidak tolak H0 yang berarti tidak terdapat

masalah autokorelasi.

5.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji asumsi selanjutnya adalah pengujian heteroskedastisitas yang

dilakukan dengan uji Breusch-Pagan-Godfrey test. Hipotesis dalam pengujian ini

adalah :

Page 77: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

64

H0

: Tidak terdapat heteroskedastistas.

H1

: Terdapat heteroskedastisitas.

Tabel 5.2 Nilai Obs*R-squared dan Prob. Chi-Square(4) dari pengujian Breusch-

Pagan-Godfrey test.

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 2,305079 Prob. F(4,35) 0,0653

Obs*R-squared 10,15663 Prob. Chi-Square(4) 0,0709

Scaled explained SS 6,198990 Prob. Chi-Square(4) 0,2873

Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan nilai probability chi square

hitung sebesar 0,0709 (Tabel 5.2). Nilai tersebut lebih besar dari 5 persen, artinya

tidak tolak H0 yang berarti tidak ada heteroskedastisitas.

5.1.4. Uji Multikolinieritas

Tabel 5.3 Matrik Korelasi Antar Variabel Independen.

LOG

(Ekspor Riil)

LOG

(Impor Riil)

LOG

(Nilai Tukar Riil) LOG(TPAK) Dummy Krisis

LOG

(Ekspor Riil) 1 -0.06694 0.19435 -0.01045 -0.23414

LOG

(Impor Riil) -0.06694 1 -0.72848 0.37075 0.52574

LOG

(Nilai Tukar Riil) 0.19435 -0.72848 1 -0.13830 -0.56752

LOG(TPAK) -0.01045 0.37075 -0.13830 1 0.26639

Dummy Krisis -0.23414 0.52574 -0.56752 0.26639 1

Uji asumsi terakhir adalah uji multikolinieritas, dimana dalam model yang

dipilih tidak ada korelasi tinggi antar variabel independen. Berdasarkan matrik

korelasi antar variabel independen terlihat bahwa korelasi antar variabel tidak ada

Page 78: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

65

yang lebih besar dari 0,8, sehingga dapat disimpulkan bahwa model telah

memenuhi asumsi terbebas dari multikolinieritas (Tabel 5.3).

5.2. Analisis Pengaruh Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan

Ekonomi

Setelah semua asumsi telah terpenuhi, langkah selanjutnya adalah menguji

validitas model pengaruh ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy

krisis terhadap pertumbuhan ekonomi, dilakukan serangkaian uji antara lain :

A. Uji F

Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan nilai Fstastistik sebesar 15,91057,

dengan nilai prob(Fstatistik) sebesar 0,000000. Dengan demikian diperoleh

kesimpulan bahwa variabel ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan

dummy krisis secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi, karena nilai F-hitung > F-tabel sehingga kita menolak

H0. Hal ini diperkuat dengan nilai prob (Fstatistik) sebesar 0,000000 (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Nilai Statistik Model Pengaruh Ekspor Riil, Impor Riil, Nilai Tukar

Riil, TPAK dan Dummy Krisis terhadap pertumbuhan ekonomi.

R-squared 0,694464 F-statistic 15,91057

Adjusted R-squared 0,650816 Prob(F-statistic) 0,000000

B. Koefisien Determinasi (R2)

Model pengaruh keterbukaan perdagangan yang terdiri dari variabel ekspor

riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy krisis sebagai variabel

independen dalam penelitian ini memiliki R2 sebesar 0,694464, yang berarti

Page 79: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

66

model mampu menjelaskan variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 69,45

persen (Tabel 5.4).

C. Uji t

Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dari kelima variabel independen

hanya variabel ekpor riil, TPAK dan dummy krisis yang berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tabel 5.5 Hasil Estimasi Persamaan Pengaruh Ekspor Riil, Impor Riil, Nilai

Tukar Riil, TPAK dan Dummy Krisis terhadap Pertumbuhan

Ekonomi.

Variable Independen

Variabel dependen : PDRB ADHK 2000

(Juta Rp)

Koefisien Nilai Statistik t Prob.

(1) (2) (3) (4)

Konstanta -3,218073 -0,741626 0,4633

Log Ekspor Riil (Juta Rp) 0,387074 7,087292 0,0000

Log Impor Riil (juta Rp) -0,092043 -0,785257 0,4376

Log Nilai Tukar Riil (Rp) 0,110989 0,749949 0,4583

Log TPAK (persen) 3,031273 2,966864 0,0054

Dummy Krisis 0,231057 4,599158 0,0001

Model dari persamaan pengaruh keterbukaan perdagangan yang terdiri dari

variabel ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy krisis

mempunyai nilai R2 sebesar 0,694464 yang berarti model mampu menjelaskan

variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 69,45 persen (Tabel 5.4). Hal ini berarti

keterbukaan perdagangan yang terjadi di Provinsi Papua mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi Papua. Dengan demikian Papua dapat dikategorikan

sebagai daerah berkarakteristik Export Led Growth.

Page 80: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

67

Sedangkan pada masing-masing variabel independen yang signifikan dapat

diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Variabel ekspor riil dengan tingkat elastisitas sebesar 0,38 artinya dengan

asumsi ceteris paribus setiap kenaikan ekspor sebesar satu persen akan

meningkatkan PDRB Papua sebesar 0,38 persen (Tabel 5.5).

2. Variabel TPAK dengan tingkat elastisitas sebesar 3,03 artinya dengan asumsi

ceteris paribus setiap kenaikan TPAK sebesar satu persen akan meningkatkan

PDRB Papua sebesar 3,03 persen (Tabel 5.5).

3. Variabel dummy krisis yang pengaruhnya signifikan artinya dengan asumsi

ceteris paribus krisis global yang terjadi pada tahun 2008 berpengaruh secara

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua (Tabel 5.5).

Dari ketiga variabel yang signifikan, TPAK mempunyai koefisien tertinggi

yaitu sebesar 3,03. Hubungan yang positif dan tingginya koefiisien tersebut

mengindikasikan bahwa peran tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi Papua

masih sangat tinggi. Selain itu, hal juga mengindikasikan bahwa kegiatan

ekonomi Papua masih bersifat padat karya.

Sesuai dengan teori pertumbuhan neoklasik Solow, untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah tenaga

kerja. Akan tetapi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,

peningkatan jumlah tenaga kerja ini harus diikuti dengan peningkatan modal,

karena peningkatan tenaga kerja bersifat deminishing return apabila berjalan

sendiri.

Page 81: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

68

Variabel kedua yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Papua adalah

ekspor. Tingginya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian dalam struktur

ekonomi Papua serta dominasi konsentrat tembaga (yang merupakan hasil dari

pertambangan dan penggalian) dalam ekspor Papua memperkuat bukti bahwa

ekspor Papua mampu mendorong pertumbuhan ekonominya.

Sesuai dengan teori keunggulan absolut, untuk dapat memperoleh

keuntungan yang lebih besar dalam perdagangan, hendaknya Papua melakukan

spesisalisasi dalam memproduksi komoditi yang manjadi keunggulan absolutnya.

Kekayaan Papua yang berupa konsentrat tembaga, kayu dan ikan dapat dijadikan

sebagai keunggulan absolut Papua. Dengan demikian untuk dapat memperoleh

keuntungan dalam perdagangan, Papua harus melakukan spesialisasi dalam

produksi konsentrat tembaga, kayu dan ikan.

Walaupun jumlah konsentrat tembaga yang dimiliki Papua sangat banyak,

akan tetapi karena sifat tembaga dan emas tidak dapat diperbaharui, maka dalam

spesialisasi jangka panjang, hendaknya lebih diprioritaskan pada kayu dan ikan.

Sedangkan jangka pendek, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dapat

dilakukan dengan cara meningkatkan produksi dan ekspor konsentrat tembaga.

Dengan strategi pengelolaan keunggulan absolut ini, pertumbuhan ekonomi Papua

yang berkelanjutan akan dapat terjaga.

Untuk mendukung proses spesialisasi komoditi ekspor, strategi export

promotion juga harus diterapkan, sehingga keuntungan yang didapatkan bisa

maksimal. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam strategi export promotion

adalah mengurangi pajak perusahaan; memberikan bantuan modal sehingga dapat

Page 82: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

69

meningkatkan produksi dan menyerap lebih banyak tenaga kerja; memberikan

pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas produksi; serta

mempermudah proses perizinan ekspor.

Variabel ketiga yang signifikan adalah dummy krisis. Dummy krisis dalam

penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh krisis terhadap

pertumbuhan ekonomi Papua. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa krisi

global 2008 berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua.

Variabel impor, walaupun dalam pengujian statistik tidak signifikan, akan

tetapi apabila dilihat dari arah hubungannya yang negatif terhadap pertumbuhan

ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar impor makan pertumbuhan

ekonomi akan semakin menurun. Sedangkan variabel nilai tukar yang

hubungannya positif menunjukkan bahwa apabila nilai tukar melemah (nilai

nominalnya semakin besar) maka pertumbuhan ekonomi semakin tinggi.

Hubungan nilai tukar ini dapat dijelaskan melalui mekanisme perdagangan

sebagai berikut, apabila nilai tukar melemah maka harga komoditi ekspor di pasar

internasional semakin murah. Karena harga komoditi murah, maka akan

meningkatkan jumlah permintaan komoditi tersebut. Sehingga jumlah penjualan

komoditi tersebut akan meningkat. Dengan meningkatnya penjualan maka

keuntungan yang diperoleh semakin besar. Keuntungan tersebut akan

terakumulasi dalam PRDB, sehingga nilai pertumbuhan ekonomi semakin besar.

Page 83: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

yang diuraikan di atas yaitu :

1. Dalam struktur ekonomi Papua, sektor pertambangan dan penggalian

memegang peran yang sangat penting. Hal ini terlihat dari tingginya

kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB yang nilainya

lebih dari 57,53 persen selama periode 2000-2010. Selain itu, fluktuatifnya

laju pertumbuhan ekonomi Papua selama sebelas tahun terakhir ini tidak

lepas dari pengaruh produksi sektor pertambangan dan penggalian yang

berfluktuasi.

2. Ekspor luar negeri Papua selama tahun 2000-2010 didominasi oleh komoditi

konsentrat tembaga. Pangsa ekspor luar negeri Papua yang utama adalah

Jepang dan Spanyol.

3. Impor luar negeri Papua yang terbanyak adalah golongan mesin-

mesin/pesawat mekanik dan golongan bahan bakar mineral. Pangsa impor

luar negeri Papua yang utama adalah Singapura, Australia dan Amerika.

4. Ekspor, impor, nilai tukar, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy krisis

secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi Papua. Model persamaan pengaruh keterbukaan perdagangan

mampu menjelaskan pertumbuhan ekonomi sebesar 69,45 persen.

Page 84: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

71

5. Sedangkan secara parsial, hanya tingkat partisipasi angkatan kerja, ekspor dan

dummy krisis yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

Papua. Elastisitas tingkat pertisipasi angkatan kerja terhadap pertumbuhan

ekonomi sebesar 3,03, sedangkan ekspor sebesar 0,38.

6. Besarnya pengaruh keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi

Papua, maka wilayah Papua dapat dikategorikan sebagai daerah

berkarakteristik Export Led Growth. Artinya ekspor Papua merupakan

penggerak laju pertumbuhan Ekonomi Papua.

6.2.Saran

Setelah diketahui bahwa Papua berkarakteristik Export Led Growth dan

kegiatan ekonominya bersifat padat karya, maka hendaknya pemerintah Papua

lebih memperhatikan perkembangan sektor-sektor komoditi ekspor dan sektor-

sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Beberapa hal yang dapat dilakukan

oleh pemerintah Provinsi Papua dalam meningkatkan pertumbuhan ekononomi

Papua adalah sebagai berikut :

1. Dalam jangka pendek, pemerintah Provinsi Papua hendaknya berupaya untuk

melakukan spesialisasi dalam produksi dan ekspor konsentrat tembaga. Hal

ini dilakukan karena konsentrat tembaga adalah keunggulan absolut Papua

dalam perdagangan.

2. Dalam jangka panjang, spesialisasi produksi dan ekspor hendaknya ditujukan

pada komoditi kayu dan ikan karena kedua komoditi ini dapat diperbaharui.

Page 85: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

72

3. Pemerintah Provinsi Papua hendaknya juga berupaya untuk meningkatkan

penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor komoditi ekspor. Dalam sektor

pertambangan, pemerintah Provinsi Papua dapat membuat peraturan daerah

yang mengharuskan perusahaan pertambangan untuk lebih menggunakan

tenaga kerja lebih banyak.

4. Dalam sektor pertanian khususnya sub sektor kehutanan, pemerintah Provinsi

Papua hendaknya memberikan bantuan berupa modal dan pelatihan untuk

mengolah kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, sehingga nilai

jualnya menjadi lebih tinggi. Selain itu, pemerintah Provinsi Papua juga harus

ketat dalam pengawasan penebangan kayu. Hal ini perlu dilakukan untuk

mencegah terjadinya penggundulan hutan yang tidak terkendali.

5. Dalam sektor pertanian khususnya sub sektor perikanan, pemerintah Provinsi

Papua hendaknya memberikan bantuan kredit lunak kepada nelayan berupa

kredit sarana produksi nelayan seperti ketinting, jaring, coolbox dan lainnya,

sehingga dapat meningkatkan ekspor di sektor perikanan.

6. Untuk menunjang lancarnya proses ekspor, hendaknya dilakukan peningkatan

sarana dan prasarana infrastruktur pelabuhan, jalan raya, listrik serta lainnya

yang mendukung ekspor. Dengan sarana dan prasarana yang memadai maka

biaya ekspor impor dapat lebih murah dan proses ekspor impor menjadi lebih

lancar.

Page 86: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. UPP STIM YKPN,

Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 1998. Statistik Indonesia 1998, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2007. Memahami Data Strategis Yang Dihasilkan BPS,

Jakarta.

BPS Provinsi Papua. 2011. Publikasi Statistik Ekspor Impor Provinsi Papua

Tahun 2010, Jayapura.

________________. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua

Tahun 2009, Jayapura.

________________. 2010. Papua Dalam Angka 2010, Jayapura.

________________. 2011. Indikator Penting Provinsi Papua Edisi Mei 2011,

Jayapura.

Buckman, G., 2005. Global Trade : Past Mistakes, Future Choices, Fernwoodd

Publishing, Halifax.

Jhingan, M.L. 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Pers,

Jakarta.

Jung, W.S dan J. Marshall. 1985. “Export, Growth And Causality In Developing

Countries”. Journal of Development Economics, 18 : 1-12. North-Holland.

Keong, C.C., Z. Yusop dan V.L.K. Sen. 2005. “Export-Led Growth Hypothesis in

Malaysia : An Investigation Using Bounds Test”. Sunway Academic

Journal, 2 : 13-22.

Krugman, P.R dan O. Maurince. 2004. Teori dan Kebijakan Ekonomi

Internasional. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta.

Mankiw, N.G. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Fitria Liza dan Imam

Nurmawan (penerjemah). Erlangga, Jakarta.

Maryen, J. 2006. Analisis Sektor-Sektor Potensial Perekonomian Provinsi Papua.

Tesis. Universitas Indonesia, Depok.

Miankel, A.K., S.M. Thangavelu, dan K. Kalirajan. 2009. FDI, Export and

Economic Growth in South Asia and Selected Emerging Countries : A

Multivariate VAR Analysis. CCAS Working Paper No. 23, Agustus 2009.

Page 87: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

74

Oiconta, N. 2006. Analisis Ekspor dan Output Nasional di Indonesia : Periode

1980 – 2004 Kajian Tentang Kausalitas dan Kointegrasi. Tesis.

Universitas Indonesia, Depok.

Oktaviani, R. dan T. Novianti. 2009. Bagian I Teori Perdagangan Internasional

dan Aplikasinya di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Salomo, R. 2007. Peranan Perdagangan Internasional Sebagai salah satu sumber

pertumbuhan ekonomi indonesia. Modul. Departemen Perdagangan RI dan

Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Jilid 1 Edisi Kelima. Haris Munandar

(penerjemah). Erlangga, Jakarta.

Santoso, R.T.T. 2010. Analisis Perdagangan Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Indonesia. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran”, Jawa Timur.

Sequalli, J. dan K. Wilson. 2006. A New Approach to Measuring Trade Openness.

Working Paper, 20 September 2006. Dubai.

Sitorus, A.M. 2008. Hubungan Antara Nilai Tukar Riil, Pertumbuhan Ekonomi

dan Investasi Langsung dengan Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang :

Suatu Analisa Regresi dan Adaptasi Model Goldberg-Klein. Skripsi.

Universitas Indonesia, Depok.

Sukirno, S. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

_________. 2007. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Kencana, Jakarta.

Todaro, M.P. dan Smith, S.C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid I Edisi

Kesembilan. Haris Munandar (penerjemah). Erlangga, Jakarta.

________________________. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid II Edisi

Kesembilan. Andri Yelvi (penerjemah). Erlangga, Jakarta.

Wijaya, A. dan M.T. Sambodo. 2006. Keuntungan Dan Kerugian Keterbukaan

Ekonomi : Pelajaran Bagi Indonesia, LIPI.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=26&notab

=2 [12 Oktober 2011]

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=23&notab

=4 [12 Oktober 2011]

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=28&notab

=4 [12 Oktober 2011]

Page 88: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

75

http://www.datacon.co.id/Logam-2011ProfilIndustri.html [12 Oktober 2011]

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekspor [12 Oktober 2011]

http://id.wikipedia.org/wiki/Impor [12 Oktober 2011]

Page 89: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

LAMPIRAN

Page 90: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

77

Lampiran 1. PDRB ADHK 2000, Ekspor riil, Impor riil, Nilai tukar riil, TPAK dan

Dummy krisis Provinsi Papua tahun 2000–2010.

Tahun Triwulan PDRB ADHK

2000 (Juta Rp.)

Ekspor Riil (Juta Rp.)

Impor Riil (Juta Rp.)

Nilai Tukar Riil

(Rp.) TPAK

Dummy Krisis

2000 1 3.780.330,36 2.647.289,12 1.670.830,65 7.602,36 - 0

2 3.951.557,95 2.269.191,74 2.506.624,41 8.543,42 - 0

3 4.701.224,15 4.060.195,36 2.396.731,99 8.682,79 - 0

4 5.976.648,38 5.307.673,42 2.602.245,77 9.284,28 78,57 0

2001 1 5.071.319,21 4.112.824,20 2.363.180,03 9.474,65 77,84 0

2 4.969.245,01 4.222.298,27 2.105.178,50 10.735,54 77,21 0

3 4.861.244,82 4.027.123,13 2.426.475,92 8.510,85 76,78 0

4 5.144.715,02 2.161.192,48 2.629.010,44 9.204,93 76,63 0

2002 1 4.846.987,10 1.776.249,10 2.155.875,97 8.511,19 76,68 0

2 5.148.708,20 3.430.794,40 2.135.758,18 7.585,88 76,87 0

3 5.490.280,04 4.829.028,98 2.603.911,51 7.533,95 76,95 0

4 5.592.958,42 5.380.283,15 2.337.458,20 7.408,66 76,68 0

2003 1 5.577.076,62 3.899.999,68 2.136.114,01 7.190,50 75,98 0

2 6.189.633,52 5.706.397,03 2.311.721,61 6.808,89 75,02 0

3 5.732.754,41 5.246.918,06 2.323.638,89 6.835,56 74,12 0

4 3.519.955,12 2.597.153,59 3.224.063,40 6.716,49 73,64 0

2004 1 2.787.508,83 1.744.870,67 1.809.886,94 6.664,36 73,91 0

2 3.817.211,30 2.185.238,58 2.484.968,81 7.099,81 74,71 0

3 4.192.700,80 3.630.640,51 2.415.217,17 7.148,16 75,81 0

4 5.485.546,64 5.964.571,61 3.403.358,11 7.012,40 76,99 0

2005 1 5.063.213,05 3.266.838,99 2.295.472,97 6.980,33 77,77 0

2 5.110.184,76 3.260.303,42 2.876.756,22 7.161,47 78,32 0

3 5.032.421,01 3.067.533,81 2.948.232,33 7.515,22 78,54 0

4 7.003.373,86 5.632.793,86 3.305.613,73 6.753,38 78,32 0

2006 1 4.147.570,59 2.982.756,47 3.154.399,74 6.144,06 77,80 0

2 3.903.505,68 2.985.775,37 3.330.906,20 6.116,16 77,02 0

3 4.756.991,84 4.660.457,08 3.552.463,70 6.100,68 76,27 0

4 5.594.129,31 5.176.430,11 3.965.319,99 5.914,42 75,81 0

2007 1 6.090.246,24 4.890.558,50 2.911.980,63 5.845,68 75,88 0

2 5.218.657,03 4.607.940,04 2.909.688,81 5.849,82 76,30 0

3 3.857.954,17 2.149.573,67 4.181.823,23 5.933,72 76,83 0

4 4.033.439,98 2.564.087,00 3.038.072,95 5.888,92 77,24 0

Page 91: Pengaruh Keterbukaan Perdagangan Terhadap … KETERBUKAAN PERDAGANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PAPUA OLEH SULTHONI ASHIDDIIQI H14114018 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

78

Lanjutan lampiran 1.

Tahun Triwulan PDRB ADHK

2000 (Juta Rp.)

Ekspor Riil (Juta Rp.)

Impor Riil (Juta Rp.)

Nilai Tukar Riil

(Rp.) TPAK

Dummy Krisis

2008 1 4.137.264,27 3.106.725,11 3.904.989,45 5.692,73 77,26 0

2 4.456.123,00 3.397.677,93 4.273.508,70 6.663,47 77,03 0

3 4.739.967,47 3.312.972,27 3.798.200,21 8.380,76 76,68 1

4 5.598.486,84 3.219.671,92 3.280.947,11 9.909,18 76,29 1

2009 1 5.752.204,00 4.144.720,95 3.508.667,38 10.080,23 76,12 1

2 6.199.563,91 2.930.417,75 3.659.251,61 9.128,54 76,10 1

3 5.803.244,59 3.398.547,40 3.727.416,81 8.607,99 76,28 1

4 5.482.102,44 2.650.722,36 3.307.817,07 8.169,80 76,74 1

Sumber : BPS Provinsi Papua (diolah), 2011