PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

19
i PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK YANG MASIH DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh: USTIKA HANIS PRAMUDYA C100130275 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

Page 1: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

i

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK YANG MASIH DI BAWAH UMUR

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Oleh:

USTIKA HANIS PRAMUDYA

C100130275

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia
Page 3: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia
Page 4: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia
Page 5: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

1

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK YANG MASIH DI BAWAH UMUR

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil peraturan hukum, penerapan

hukum dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dalam tindak pidana

pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur di Pengadilan Negeri

Surakarta. Metode penelitian menggunakan pendekatan hukum yuridis normatif

yang bersifat deskriptif, sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder.

Metode pengumpulan data dengan teknik studi kepustakaan dan studi lapangan.

Model analisis menggunakan interactive model of analisys. Hasil penelitian

menunjukkan keberadaan peraturan perundang-undangan yang mengatur

mengenai kejahatan pemerkosaan, telah di atur dalam KUHP maupun dalam

ketentuan peraturan lain yang lebih khusus, seperti dalam Undang-Undang

Perlindungan Anak, upaya pemberian sanksi hukuman tambahan juga telah

diberlakukan dengan dikeluarkannya PERPPU tentang hukuman kebiri.

Penerapan hukum oleh hakim dalam menjatuhkan putusan adalah dengan mencari

dan membuktikan kebenaran materiil berdasarkan fakta yang terungkap dalam

persidangan, dimana hakim akan berpegang teguh pada yang dirumuskan dalam

surat dakwaan penuntut umum. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusan adalah dengan mempertimbangan mengenai hal-hal yang memberatkan

maupun hal-hal yang meringankan terdakwa, serta mempertimbangkan nilai

keadilan baik bagi korban, terdakwa, maupun masyarakat secara umum.

Kata kunci: anak, pemerkosaan, dan putusan

ABSTRACT

This study aimed to determine the profile of the rule of law, implementation of

laws and consideration of the judge in the verdict in the criminal act of rape

against children who are still minors in Surakarta District Court. The research

method uses normative legal approach that is descriptive, the source data consists

of primary and secondary data sources. Data were collected by technical

literature studies and field studies. Model analysis using interactive models of

analisys. The results showed the existence of legislation governing the crime of

rape, has been set in the Criminal Code and the provisions of other, more

specialized, such as the Law on Child Protection, the effort sanctioning additional

sentences have also been imposed by the issuance PERPPU punishment

emasculated , Application of the law by judges in decisions is to find and validate

the material based on the facts revealed during the trial, where the judge will

cling formulated in the indictment the prosecutor. The basic consideration in

decisions judge is consideration of the aggravating things and the things that

relieve the defendant, as well as considering the value of justice for victims,

defendants, and society in general.

Keywords: children, rape, and the verdict

Page 6: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

2

1. PENDAHULUAN

Penerapan sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan merupakan cara

terbaik dalam menegakan keadilan. Kejahatan yang menimbulkan penderitaan

yang berat terhadap korban, seperti kejahatan pemerkosaan harus mendapatkan

sanksi hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

pelaku. Korban tindak kejahatan pemerkosaan harus mendapatkan keadilan, baik

dari segi hukum maupun dari segi pemulihan mental dan psikis. Terlebih yang

menjadi korban tindak kejahatan pemerkosaan adalah anak yang masih di bawah

umur.

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.1 Keberadaan anak yang mempunyai

peran sebagai penerus generasi bangsa harus dijaga keberadaanya. Perlu adanya

perhatian dan perlindungan khusus terhadap kehidupan anak agar terhindar dari

tindak kejahatan yang akan mengancam keselamatan dirinya. Perlu adanya peran

dari lingkungan terdekat seperti keluarga untuk menjamin keamanan dan

kenyamanan anak. Keberadaan keluarga harus mampu melindungi, menyayangi,

dan mengasihi sebagai satu kesatuan keluarga yang aman dan nyaman bagi

perkembangan anak.

Tindak pidana pemerkosaan merupakan salah satu tindak kejahatan yang

sangat keji dan tidak berperikemanusiaan. Pengertian perkosaan sendiri adalah

seseorang pria yang memaksa pada seorang wanita bukan isterinya untuk

melakukan persetubuhan dengannya dengan ancaman kekerasan, yang mana

diharuskan kemaluan pria telah masuk ke dalam lubang kemaluan seorang wanita

yang kemudian mengeluarkan air mani.2 Tindak kejahatan pemerkosaan tidak

hanya melanggar norma kesusilaan dan norma agama saja, tetapi juga telah

melanggar hak asasi manusia yang melekat pada diri korban, apalagi yang

menjadi korban pemerkosaan adalah anak yang masih di bawah umur.

Pelaku pemerkosaan harus mendapatkan hukuman yang berat, agar

mampu memberikan efek jera bagi pelaku. Perlu adanya peraturan hukum yang

1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Perlindungan Anak

Nomor 23 Tahun 2002. 2

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual,

Bandung: Refika Aditama, 2011, hal. 41.

Page 7: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

3

mengatur mengenai sanksi hukuman yang berat terhadap pelaku kejahatan

pemerkosaan, selain itu juga diperlukan ketegasan dari aparat penegak hukum

dalam memberikan sanksi hukuman tersebut. Tindak kejahatan pemerkosaan

secara umum telah diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 286.

Tindak kejahatan Pemerkosaan dengan korban anak yang masih di bawah

umur dengan korban orang dewasa tentunya akan berbeda, baik dari penanganan

korbanya maupun penegakan hukumnya. Korban pemerkosaan terhadap anak di

bawah umur tentunya masih memiliki masa depan yang panjang yang seharusnya

mampu dijaga dan dilindungi, karena merupakan generasi penerus kehidupan

bangsa. Sanksi hukuman terhadap pelaku pemerkosaan terhadap anak yang masih

di bawah umur telah diatur sendiri di dalam Undang-Undang Perlindungan Anak

Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Perlindungan Anak

Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 81 Butir (1),(2),(3).

Pemberian sanksi hukuman tambahan terhadap pelaku kejahatan

pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur harus dilakukan, agar

mampu memberikan efek jera bagi pelaku. Pemerintah dalam menanggapi

meningkatnya jumlah kejahatan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur

adalah dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

(PERPPU) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan ke-2 atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perppu tersebut salah satunya

mengatur mengenai hukuman kebiri kimia bagi kejahatan seksual.

Penerapan sanksi pidana harus mampu memberikan efek jera bagi pelaku

kejahatan pemerkosaan, terutama terhadap pelaku pemerkosaan terhadap anak

yang masih di bawah umur. Sanksi pidana bertujuan untuk memperbaiki pribadi

terpidana berdasarkan perlakuan dan pendidikan yang diberikan selama menjalani

hukuman, terpidana merasa menyesal sehingga ia tidak akan mengulangi

perbuatannya dan kembali kepada masyarakat sebagai orang yang baik dan

berguna.3

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah antara lain: (1) Bagaimanakah profil peraturan hukum

3 Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana,Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 4.

Page 8: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

4

tentang tindak pidana pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur?,

(2) Bagaimanakah penerapan hukum oleh hakim dalam menjatuhkan putusan

perkara tindak pidana pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur?,

dan (3) Apa yang menjadi dasar-dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusan dalam tindak pidana pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah

umur? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil peraturan

hukum tentang tindak pidana pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah

umur, untuk mengetahui penerapan hukum dan pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan putusan dalam tindak pidana pemerkosaan terhadap anak yang

masih di bawah umur di Pengadilan Negeri Surakarta. Adapun manfaat dari

penelitian ini yang bersifat teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum di Indonesia dan khususnya hukum

pidana, terutama mengenai penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak

pidana pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur. Manfaat yang

bersifat praktis adalah: (1) Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk

pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam

menerapkan ilmu yang diperoleh, dan (2) Untuk mengetahui permasalahan yang

timbul serta berusaha untuk memberikan masukan dalam bentuk pemikiran

mengenai penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pemerkosaan

terhadap anak yang masih di bawah umur.

2. METODE

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode pendekatan hukum yuridis normatif yaitu: pendekatan yang bertitik tolak

dari ketentuan peraturan perundang–undangan dan diteliti dilapangan untuk

memperoleh faktor pendukung dan hambatannya.4

Jenis penelitian yang

digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian

deskriptif, karena penelitian ini akan berupaya menggambarkan dan menganalisis

kasus tindak pidana pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur.

4Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hal 17.

Page 9: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

5

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Peraturan Hukum tentang Tindak Pidana Pemerkosaan terhadap

Anak yang Masih di Bawah Umur

Negara telah menjamin hak-hak setiap warga negara untuk hidup, sejak

mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Hal tersebut telah tertuang dalam

berbagai peraturan perundang-undangan tentang Hak Asasi Manusia, diantaranya:

Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 28 I Ayat (1), Undang-Undang

Republik Indonesia Nomer 39 Tahun 1999 juga telah mengatur tentang Hak Asasi

Manusia khususnya Pasal 4. Secara umum peraturan perundang-undangan telah

mengatur mengenai perlindungan anak, seperti dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23

Tahun 2002, khususnya Pasal 1 Butir (2).

Sedangkan mengenai kejahatan pemerkosaan telah diatur dalam ketentuan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Kejahatan kekerasan di dalam KUHP

dapat digolongkan antara lain: (1) Kejahatan terhadap nyawa orang lain Pasal

338-350 KUHP, (2) Kejahatan penganiayaan Pasal 351-358 KUHP, (3) Kejahatan

seperti pencurian, penodongan, perampokan Pasal 365 KUHP, (4) Kejahatan

terhadap kesusilaan, khususnya Pasal 285 KUHP, dan (5) Kejahatan yang

menyebabkan kematian atau luka karna kealpaan, Pasal 359-367 KUHP.5 Adapun

bentuk-bentuk tindak pidana kekerasan antara lain: (1) Tindak pidana

pembunuhan, (2) Tindak pidana penganiayaan berat, (3) Tindak pidana pencurian

dengan kekerasan, (4) Tindak pidana perkosaan, dan (5) Tindak pidana kekerasan

terhadap ketertiban umum.6

Tindak kejahatan pemerkosaan secara umum telah diatur dalam Kitab

Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 286. Mengenai sanksi hukuman

terhadap kejahatan pemerkosaan di bawah umur, telah diatur di dalam KUHP

pada Pasal 287 Butir (1) dan (2). Ketentuan yang masih sama tentang tindak

pidana pemerkosaan juga telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana Pasal 294 Butir (1) dan (2). Sanksi hukuman terhadap pelaku pemerkosaan

terhadap anak yang masih di bawah umur juga telah diatur secara khusus di dalam

5 R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia.

hal 28. 6 Ibid.

Page 10: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

6

Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan

Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 81 Butir (1),

(2), (3).

Pemerintah dalam menanggapi meningkatnya jumlah kejahatan

pemerkosaan, khususnya terhadap anak di bawah umur, dengan mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU) Nomor 1 Tahun

2016 tentang Perubahan ke-2 atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak. Perppu tersebut dikeluarkan dengan tujuan memberikan efek

jera bagi pelaku kejahatan dan sekaligus dapat dimanfaatkan untuk mencegah

kemungkinan terjadinya tindakan kejahatan oleh pelaku-pelaku lain. Keberadaan

sanksi hukuman tersebut diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku

tindak pidana pemerkosaan. Selain itu keberadaan sanksi hukuman tersebut juga

diharapkan akan memberikan pembelajaran kepada masyarakat secara umum agar

tidak melakukan perbuatan yang serupa.

Penerapan Hukum oleh Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Perkara

Tindak Pidana Pemerkosaan terhadap Anak yang Masih di Bawah Umur

Surat dakwaan merupakan dasar dalam menyusun surat tuntutan oleh jaksa

penuntut umum, yang mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses

penyelesaian perkara pidana, di mana dalam membuat dakwaan penuntut umum

harus memenuhi beberapa syarat dan ketentuan agar dakwaanya dianggap sah.7

Pertama, dakwaan Penuntut Umum untuk Nomor Registrasi

06/Pid.Sus/2012/PN.Ska. Surat dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut

Umum, yaitu berupa dakwaan alternatif, yakni jenis dakwaan yang terdakwanya

didakwa dengan lebih dari satu perbuatan, yang diikuti dengan dakwaan-dakwaan

lain terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa, yaitu: (1) Pasal 81

ayat (2) UU RI Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, (2) Pasal 82

UU RI Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; (3) Pasal 287 ayat (1)

KUHP. Karena dakwaan disusun secara Alternatif, maka hanya dakwaan yang

mendekati fakta-fakta di persidangan yang akan dibuktikan, yakni dakwaan

Ketiga Pasal 287 ayat (1) KUHP.

7Agus Iskandar, Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta,

Kamis, 22 September 2016, jam 10:20 WIB.

Page 11: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

7

Kedua, dakwaan Penuntut Umum untuk Nomor Registrasi

44/Pid.Sus/2016/PN.Ska. Jaksa penuntut harus benar-benar cermat dan jeli dalam

menyususn surat dakwaan, agar dakwaan tersebut sesuai dapat dibuktikan dalam

persidangan sesuai dengan pasal yang didakwakan kepada terdakwa.8 Adapun

surat dakwaan yang diajukan oleh jaksa Penuntut Umum, yaitu berupa dakwaan

Alternatif, yakni jenis dakwaan yang terdakwanya didakwa dengan lebih dari satu

perbuatan, yang diikuti dengan dakwaan-dakwaan lain terhadap tindak pidana

yang dilakukan oleh terdakwa, yaitu: (1) Pasal 81 ayat (1) UU RI Nomor 35 tahun

2014 atas perubahan UU RI Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana, (2) Pasal 81 ayat (2) UU RI Nomor 35

tahun 2014 atas perubahan UU RI Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana. Karena dakwaan disusun secara

alternatif maka hanya dakwaan yang mendekati fakta-fakta di persidangan yang

akan dibuktikan, yakni dakwaan Pertama Pasal 81 ayat (1) UU RI Nomor 35

tahun 2014 atas perubahan UU RI Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.

Penyusunan surat dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum, baik dalam

Nomor Registrasi 44/Pid.Sus/2016/PN.Ska. maupun Nomor Registrasi

06/Pid.Sus/2012/PN.Ska, telah dianggap sesuai dengan hasil pemeriksaan dan

penyidikan. Di mana telah terpenuhinya dua syarat dalam dakwaan penuntut

umum, yakni: (a) Syarat formil mengenai identitas terdakwa yang diatur dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata Pasal 143 Ayat (2) Huruf A, dan

(b) Syarat materil berkaitan mengenai penerapan hukum materil dalam perkara

yang penulis bahas ini telah dianggap terpenuhi. Di mana diuraikan secara jelas

mengenai kronologis, tempat dan waktu dari kejadian perkara tersebut yang diatur

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata Pasal 143 ayat (2) Huruf B.

Selanjutnya, dalam dakwaan yang disusun oleh jaksa penuntut umum

menggunakan dakwaan Alternatif. Di mana dalam dakwaan tersebut Majelis

Hakim akan mempertimbangkan dakwaan yang mendekati fakta-fakta di

8Agus Iskandar, Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta,

Kamis, 22 September 2016, jam 10:20 WIB.

Page 12: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

8

persidangan, sehingga jika salah satu dakwaan telah terbukti maka dakwaan

lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam dakwaan Nomor Registrasi

06/Pid.Sus/2012/PN. Ska. yang dibuktikan adalah Pasal 287 ayat (1) KUHP. Hal

tersebut didasarkan pada unsur-unsur yang terkandung dalam pasal tersebut sesuai

dengan perbuatan yang dilakukan oleh para terdakwa.9

Adapun kualifikasi unsur-unsur tindak pidananya adalah sebagai berikut:

Mengenai Unsur “barang siapa” dalam hal ini dianggap telah terpenuhi, dalam

dalam dakwaan Nomor Registrasi 44/Pid.Sus/2016/PN.Ska di mana yang menjadi

Terdakwa Alfin Ardian alias Pincuk bin Joko Catur Supriyadi. Hal tersebut di

dasarkan pada saat melakukan perbuatannya para terdakwa dalam keadaan sehat

jasmani dan rohani, cakap, serta tidak ada tekanan atau paksaan sehingga dapat

dipertanggung-jawabkan perbuatanya, serta para terdakwa telah membenarkan

pula seluruh identitasnya dalam surat dakwaan.

Sementara untuk unsur “bersetubuh dengan seorang wanita di luar

perkawinan” dianggap telah terpenuhi, hal tersebut didasarkan pada saat terdakwa

dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau

membujuk saksi korban yang bukan istrinya untuk melakukan hubungan badan,

dimana pada saat kejadian tersebut saksi korban masih di bawah umur, hal

tersebut dapat dibuktikan dengan adanya Akta Kelahiran nomor 1255/tp/1996

tanggal 31 Maret 1997, dimana berdasarkan akta kelahiran tersebut saksi korban

masih berumur 15 tahun.

Selanjutnya, untuk unsur “padahal diketahuinya atau sepatutnya harus

diduganya, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak

jelas bahwa belum waktunya untuk kawin” dianggap telah terpenuhi, hal tersebut

didasarkan pada Akta Kelahiran Nomor 1255/tp/1996 tanggal 31 Maret 1997,

dimana berdasarkan akta kelahiran tersebut saksi korban masih berumur 15 tahun

dan masih sekolah di SMAN 7 Surakarta kelas I, sehingga saksi korban dianggap

belum masanya untuk dikawin.

9Agus Iskandar, Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta,

Kamis, 22 September 2016, jam 10:20 WIB.

Page 13: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

9

Dasar-dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan dalam

Tindak Pidana Pemerkosaan terhadap Anak yang Masih di Bawah Umur

Hakim dalam menjatuhkan putusan pemidanaan terlebih dahulu akan

memberikan pertimbangan-pertimbangan yang akan dijadikan dasar dan pijakan

dalam membuat suatu putusan.10

Hakim akan menelaah terlebih dahulu tentang

kebenaran peristiwa, kemudian memberikan penilaian serta menghubungkan

dengan hukum yang sesuai, dengan harapan dapat memberikan suatu putusan

yang mencerminkan rasa keadilan yang dapat dipertanggung-jawabkan kepada

diri sendiri, kepada masyarakat, dan kepada TuhanYang Maha Esa.

Pertimbangan hukum yang diberikan oleh hakim dalam sebuah putusan

pemidanaan harus didasarkan pada fakta-fakta yang terungkap di persidangan,

dimana putusan yang dihasilkan didasarkan sekurang-kurangnya pada dua alat

bukti yang sah, serta dari keyakinan hakim dalam memutus perkara tersebut.

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa

suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bawa terdakwalah yang bersalah

melakukannya.11

Pertama, alat bukti. Alat bukti yang di anggap sah yang akan di jadikan

sebagai bahan pertimbangan bagi majelis hakim dalam perkara ini, yakni

berlandaskan pada fakta-fakta yang terungkap persidangan berupa: (1) Keterangan

Saksi, dalam Putusan Nomor Registrasi 06/Pid.Sus/2012/PN. Ska yakni: Wahyu

Sulistyana Jaya Negara bin Pipit Supriyadi (Alm), Bergas Longgor Winengku,

Bryan Anggasi Pasca Perdana, Eddy S Wirahbumi. Sedangkan dalam Putusan

Nomor Registrasi 44/Pid.Sus/2016/PN.Ska. yakni: Evi Dianawati, Reno Dewi

Vransisca binti Kelik Rusyanto, Muhammad Ni’am Faradis bin Sardi, Kartika

Putri Wijayanti, Edytya Kenintom; (2) Alat bukti surat, berupa Visum Et

Repertum dalam Putusan Nomor Registrasi 06/Pid.Sus/2012/PN.Ska berupa

Visum Et Repertum nomor SFK-49/VER/X/2011/Ur Kes. tertanggal 25 Oktober

2011 yang ditandatangani oleh Dr. D. Aji Kadarmo, Sp.F.DFM. Putusan Nomor

10

Agus Iskandar, Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta,

Kamis, 22 September 2016, jam 10:20 WIB. 11

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 184.

Page 14: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

10

Registrasi 44/Pid.Sus/2016/PN.Ska. berupa Visum Et Repertum dari RSUD DR.

Moewardi Surakarta Nomor: VER/044/IRM/RSDM/XII/2015 tanggal 12

Desember 2015 pemeriksaan oleh DR. dr. Abdurahman Laqif, Sp. OG (K),

terhadap Reno Dwi Vrancisca; dan (3) Keterangan Terdakwa dalam Putusan

Nomor Registrasi 06/Pid.Sus/2012/PN. Ska yakni: terdakwa Alfin Ardian alias

Pincuk bin Joko Catur Supriyadi, sedangkan dalam Putusan Nomor Registrasi

06/Pid.Sus/2012/PN yakni: terdakwa Warso alias Pendek bin Sonorejo.

Adapun alat bukti di atas dianggap sah, di mana hal tersebut didasarkan

bahwa apabila alat bukti tersebut saling dihubungkan satu sama lain terdapat

kesesuaian antara keterangan saksi dan keterangan terdakwa serta alat bukti surat.

Dengan mendasarkan kesesuaian tersebut, maka akan di peroleh fakta hukum

yang meyakinkan bagi majelis hakim, yang selanjutnya akan di jadikan dasar

dalam membuat putusan.12

Pertanggung-jawaban pidana, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di

persidangan maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdakwa dianggap mampu

untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya, di mana terdakwa dalam

keadaan sadar serta mengetahui akibat yang akan timbul dari perbuatannya, serta

terdakwa dalam keadaan sehat baik jasmani dan rohaninya serta dianggap cakap

untuk mampu menilai baik dan buruk akan perbuatannya. Disisi lain juga tidak

ditemukan adanya alasan pembenar atau alasan pemaaf dari perbuatan terdakwa,

yang dapat menjadi dasar alasan penghapusan pidana.

Kualifikasi unsur-unsur dari pasal yang diterapkan kepada terdakwa, baik

dalam Putusan Nomor Registrasi 06/Pid.Sus/2012/PN. Ska, maupun Putusan

Nomor Registrasi 44/Pid.Sus/2016/PN.Ska. bila dikaitkan dengan Kesesuaian

antara Pertimbangan Hakim, Dakwaan Penuntut Umum, dan Alat Bukti, maka

dapat ditarik kesimpulan, bahwa telah dipenuhinya unsur dan syarat dipidananya

terdakwa. Hal tersebut didasarkan dari hasil pemeriksaan di persidangan, di mana

alat bukti yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum yang didalamnya terdapat

12

Agus Iskandar, Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta,

Kamis, 22 September 2016, jam 10:20 WIB.

Page 15: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

11

keterangan saksi-saksi dan alat bukti yang saling berhubungan antara satu dengan

yang lainnya. Hal tersebut juga di dukung dari pengakuan para terdakwa yang

mengakui secara jujur atas perbuatannya. Dengan demikian Hakim dalam

putusannya menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan

meyakinkan melakukan suatu tindak pidana telah sesuai.

Kedua, pertimbangan hakim. Pertimbangan hakim tentang hal-hal yang

memberatkan dan meringankan bagi terdakwa. Dalam hal ini penulis melakukan

wawancara langsung terhadap salah satu hakim yang memeriksa dan mengadili

kasus tersebut yakni Bapak Agus Iskandar yang pada intinya beliau mengatakan:

(1) Hakim sebelum menjatuhkan putusan, maka akan terlebih dahulu memeriksa

perkara pidana, dimana hakim akan berusaha mencari dan membuktikan

kebenaran materiil berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan,

selain itu hakim juga akan berpegang teguh pada yang dirumuskan dalam surat

dakwaan penuntut umum; (2) Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa juga sangat memperhatikan dari sifat kejahatan dan juga faktor yang

melatar belakangi dari terdakwa, serta dampak sosial akibat kejahatan tersebut;

dan (3) Hakim juga akan mempertimbangan mengenai hal-hal yang memberatkan

maupun yang meringankan bagi terdakwa.13

Adapun hal-hal yang meringankan dan memberatkan para terdakwa dalam

putusan yang di jatuhkan oleh majelis hakim. Dalam hal ini penulis akan berusaha

untuk menguraikan pertimbangan tersebut yakni: (1) Hal-hal yang meringankan

bagi terdakwa. Hal-Hal yang meringankan para terdakwa dalam putusan yang di

jatuhkan oleh majelis hakim antara lain: (a) Terdakwa menyesali perbuatannya

dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatanya. Menurut pandangan penulis,

Penyesalan yang dilakukan oleh terdakwa atas perbuatannya, merupakan sebagai

wujud keinginan untuk kembali menjadi pribadi yang benar, dimana terdakwa

menyadari akan perbuatannya, dan ingin menjadikan hukuman tersebut sebagai

penyesalan dengan wujud pembelajaran untuk memperbaiki diri, serta tidak

mengulangi perbuatannya lagi; (b) Terdakwa berterus-terang dan bersikap sopan

13

Agus Iskandar, Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta,

Kamis, 22 September 2016, jam 10:20 WIB.

Page 16: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

12

selama persidangan. Menurut pandangan penulis bahwa sikap berterus terang dan

sopan merupakan hal wajib yang harus dilakukan oleh terdakwa, hal tersebut

dijadikan sebagai cerminan wujud penyesalan atas perbuatannya, serta untuk

memperbaiki sikapnya; (c) Terdakwa belum pernah dihukum. Menurut pandangan

penulis, bahwa para terdakwa sebelum melakukan tindak pidana masih dianggap

sebagai pribadi yang baik. Dalam hal ini terdakwa dianggap sebagai pribadi yang

terpengaruh ketika melakukan tindak pidana tersebut; (d) Para terdakwa

merupakan tulang punggung keluarga. Menurut pandangan penulis, bahwa

terdakawa merupakan kepala keluarga, dan juga sebagai tulang punggung bagi

keluarganya, sehingga apabila terdakwa di jatuhi hukuman terlalu lama akan

berdampak bagi keluarga terdakwa terutama dalam hal ekonomi, karena dalam hal

ini keluarga tidak mendapatkan nafkah dari terdakwa selama dalam penjara.14

Selanjutnya untuk yang kedua, hal-hal yang memberatkan para terdakwa

dalam putusan yang dijatuhkan oleh majelis hakim antara lain:

(a) Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat. Menurut pandangan penulis,

bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa telah menyebabkan keresahan dan

ketakutan bagi masyarakat, sehingga perlu adanya ketegasan dari aparat penegak

hukum, dalam hal ini majelis hakim untuk menjatuhkan hukuman yang setimpal,

agar hukuman tersebut mampu menjadikan pembelajaran khususnya bagi

terdakwa, dan masyarakat pada umumnya, sehingga penjatuhan hukuman tersebut

dianggap sesuai; (b) Perbuatan terdakwa merusak masa depan saksi korban.

Menurut pandangan penulis, perbuatan terdakwa bisa dikatakan sebagai perbuatan

yang telah merampas hak asasi manusia, yaitu hak untuk hidup dan hak untuk

tidak disiksa. Dengan demikian tindak pidana yang di lakukan oleh para terdakwa

di anggap sebagai perbuatan yang tidak berperikemanusiaan. Dalam hal ini,

terdakwa tidak pernah memperhitungkan bagaimana akibat yang akan terjadi

dengan korban, dalam hal ini kerugian yang timbul bagi korban, baik dari segi

moril maupun materiil. Dengan demikian, penjatuhan hukuman oleh hakim

terhadap para terdakwa dianggap sebagai suatu bentuk agar menciptakan keadilan

14

Agus Iskandar, Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta,

Kamis, 22 September 2016, jam 10:20 WIB.

Page 17: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

13

bagi korban, bagaimana pun perbuatan terdakwa tidak dapat dibenarkan, sehingga

sudah seharusnya mendapatkan hukuman yang setimpal. Dengan demikian

penjatuhan hukuman dengan mempertimbangkan hal yang memberatkan ini

dianggap telah sesuai.15

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan hakim dalam

menjatuhkan sanksi pidana adalah untuk memperbaiki terdakwa agar tidak

mengulangi lagi perbuatannya tersebut. Pemberian sanksi pidana dengan

menimbulkan efek jera bagi pelaku berupa kepastian hukum, dengan memberikan

pertimbangan dari segi pelaku berupa motif dan tujuan pelaku dalam melakukan

tindak pidana tersebut. sedangkan dari segi korban berupa penderitaan yang

dialami korban, serta memberikan nasehat bagi terdakwa selama dalam proses

persidangan, dengan tujuan agar terdakwa menyadari perbuatannya dan

diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat umum.

4. PENUTUP

Kesimpulan

Pertama, keberadaan peraturan perundang-undangan yang mengatur

mengenai kejahatan pemerkosaan, baik dalam KUHP maupan dalam ketentuan

peraturan lain yang lebih khusus, seperti dalam Undang-Undang Perlindungan

Anak, adalah untuk melindungi keberadaan anak dari segala bentuk tindak

kejahatan pemerkosaan. Upaya pemberian sanksi hukuman tambahan bagi pelaku

kejahatan pemerkosaan terhadap anak juga telah diberlakukan dengan dikeluarnya

Perppu tentang hukuman kebiri, tujuannya adalah untuk memberikan efek jera

bagi pelaku kejahatan pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur.

Kedua, penerapan hukum oleh hakim dalam menjatuhkan putusan perkara

tindak pidana pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur, adalah

dengan mencari dan membuktikan kebenaran materiil berdasarkan fakta-fakta

yang terungkap dalam persidangan, serta hakim akan berpegang teguh pada yang

dirumuskan dalam surat dakwaan penuntut umum.

15

Agus Iskandar, Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta,

Kamis, 22 September 2016, jam 10:20 WIB.

Page 18: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

14

Ketiga, dasar-dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan

dalam tindak pidana pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur

adalah dengan mempertimbangan mengenai hal-hal yang memberatkan maupun

hal-hal yang meringankan terdakwa, serta mempertimbangkan nilai keadilan baik

bagi korban, terdakwa, maupun masyarakat secara umum.

Saran

Pertama, bagi aparat penegak hukum, diharapkan dengan adanya

peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kejahatan pemerkosaan,

baik dalam KUHP maupan dalam ketentuan peraturan lain yang lebih khusus,

seperti dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, mampu menjadi dasar bagi

aparat penegak hukum untuk menindak setiap pelaku tindak pidana pemerkosaan,

khususnya bagi pelaku kejahatan pemerkosaan terhadap anak yang masih di

bawah umur. Pemberian sanksi hukuman tambahan juga harus mampu dilakukan

oleh aparat penegak hukum, hal tersebut didasarkan dengan dikeluarnya Perppu

tentang hukuman kebiri, dimana tujuan utamanya adalah untuk memberikan efek

jera bagi pelaku kejahatan pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah

umur.

Kedua, bagi lembaga peradilan, diharapkan dalam menerapkan hukum,

ketika menjatuhkan putusan perkara tindak pidana pemerkosaan terhadap anak

yang masih di bawah umur, untuk lebih tegas, demi memenuhi rasa keadilan, baik

bagi korban, terdakwa, maupun masyarakat secara umum, sehingga tindak pidana

pemerkosaan terhadap anak yang masih di bawah umur dapat dihapuskan.

Ketiga, bagi hakim, diharapkan dalam menjatuhkan putusan untuk

membuat dasar-dasar pertimbangan sendiri sesuai dengan keyakinan dari hakim

dan berdasarkan ketentuan yang berlaku, serta alangkah baiknya dalam

mempertimbangkan sesuatu sebelum menjatuhkan putusan, perlu juga

memperhatikan faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana tersebut,

sehingga diharapkan ada jalan keluar, agar tindak pidana pemerkosaan khususnya

terhadapa anak yang masih di bawah umur tersebut tidak terulang kembali.

Page 19: PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK …eprints.ums.ac.id/49646/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang ... Republik Indonesia

15

Persantunan

Skripsi ini, penulis persembahkan kepada: Orang tua saya tercinta atas

doa, dukungan yang penuh dan juga penantiannya. Saudara-saudaraku tersayang

atas dukungan, doa dan semangatnya. Teman-teman dan sahabat-sahabat tak

terkecuali, terimakasih atas do’a, dorangan dan semangatnya atas motivasi,

dukungan dan doanya selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Marpaung, Leden, 2009, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar

Grafika.

Mertokusumo, Sudikno 1993, Hukum Acara Perdata Indonesia, Jogjakarta:

Liberty.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soesilo, R, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,

Bogor: Politeia.

Wahid, Abdul dan Muhammad Irfan, 2011, Perlindungan Terhadap Korban

Kekerasan Seksual, Bandung: Refika Aditama.

Soebekti, R., dan R. Tjitrosudibyo, 1983, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,

Jakarta: Pradnya Paramita.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang

Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak