Pembahasan ringkas tentang zina
-
Upload
abu-hafshoh-abdulah -
Category
Education
-
view
127 -
download
3
Transcript of Pembahasan ringkas tentang zina
1
ZINA: HUKUM, BAHAYA DAN SOLUSI MENGATASINYA
DALIL HARAMNYA ZINA
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah-rahimahullah- menerangkan tentang penegasan haramnya
zina dan bahayanya1, sebagai berikut:
Allah Ta'ala menegaskan pengharaman zina dalam firman-Nya:
.......
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa
yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat
gandakan adzab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan
terhina kecuali orang-orang yang bertaubat ..." (Al-Furqan:68-70).
Dalam ayat tersebut, Allah Ta'ala menggandengkan zina dengan syirik dan membunuh jiwa, dan vonis
hukumannya adalah kekal dalam adzab berat yang berlipat ganda, selama pelakunya tidak menetralisir
hal tersebut dengan cara bertaubat, beriman dan beramal shalih.
BAHAYA ZINA
Zina adalah Perbuatan Fahisyah dan Jalan Menuju Kebinasaan Dunia dan Akhirat
Allah Ta‟ala berfirman,
عبء عجل فبحشخ مب ب إ ل رقشثا اىض
1 Kami mengutip dan meringkas dari artkel www.alsofwah.or.id tentang bahaya zina, dengan beberapa
penyesuaian, seperti penambahan sub judul untuk mempermudah bagi pembaca memahaminya dan penambahan text hadits yang tidak dicantumkan dalam artikel tersebut.
2
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro‟: 32)
Di sini Allah Ta'ala menjelaskan tentang kejinya praktek zina dan kata "fahisyah" maknanya adalah
perbuatan keji atau kotor yang sudah mencapai tingkat yang tinggi dan dapat diakui kekejiannya
oleh setiap orang berakal bahkan oleh sebagian banyak binatang, sebagaimana disebutkan oleh Al-
Bukhari dalam Shahih-nya dari Amr bin Maimun Al-Audi, dia berkata: "Aku pernah melihat -pada masa
jahiliyah- seekor kera jantan yang berzina dengan seekor kera betina. Lalu datanglah kawanan kera
mengerumuni mereka berdua dan melempari keduanya sampai mati." 2
Kemudian Allah Ta'ala juga memberitahukan bahwa praktek zina adalah seburuk-buruk jalan; karena
merupakan jalan kebinasaan, kehancuran dan kehinaan di dunia, siksaan dan azab di akhirat nanti.
Dan karena menikahi mantan isteri-isteri ayah itu termasuk perbuatan yang sangat jelek sekali, Allah
Ta'ala secara khusus memberikan "cela" tambahan bagi praktek menikahi isteri orang tua. Allah Ta'ala
berfirman (setelah secara tegas melarang kaum muslimin untuk menikahi isteri-isteri ayah mereka,
pent):
(ed)2 ش ث ع ، ع حص ع ثب ش بد ، حذ ح ث ثب ع : حذ اىجخبس ب قبه : قبه اإل
ع زب ب فشج ب قشدح قذ صذ فشج ع عي يخ قشدح اجز ذ ف اىجب سأ .
Imam Bukhori berkata: Menceritakan kepada kami Nu‟aim bin Hammad, menceritakan kepada kami
Husyaim dari Hushoin dari ‟Amr bin Maimun, dia berkata: “Saya pernah melihat pada masa jahiliah
ada seekor kera yang berzina, lalu beberapa kera berkumpul untuk merajamnya, lalu saya ikut
merajam bersama mereka.” SHOHIH. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shohih-nya: 3849 dan
Tarikh Kabir 6/367 dari Nu‟aim bin Hammad: Menceritakan kepada kami Husyaim dari Hushoin dari
‟Amr bin Maimun. Dan Ibnu Abdil Barr dalam al-Isti‟ab 1/374 dari jalur Abbad bin Awwam dari Hushoin.
Dan juga al-Isma‟ili sebagaimana dalam Fathul Bari 7/201 dari jalur Isa bin Khithon dari ‟Amr bin
Maimun dalam kisah yang panjang. Dengan demikian maka hadits ini adalah shohih dan kuat.
3
dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang
telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang
ditempuh). (An-Nisa': 22).
Orang yang Berzina tidak akan Beruntung
Allah Ta'ala juga menggantungkan keberuntungan seorang hamba pada kemampuannya dalam
menjaga "kehormatan"nya. Tak ada jalan menuju keberuntungan tanpa menjaga
"kehormatan". Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
dan orang-orang yang me- nunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal
ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas." (Al-Mukminun: 1-7).
Dalam ayat-ayat ini ada tiga hal yang diungkapkan, yaitu, pertama, bahwa orang yang tidak menjaga
kemaluannya, tidak akan termasuk orang yang beruntung, kedua , dia akan termasuk orang yang
tercela, dan ketiga, dia termasuk orang yang melampaui batas. Jadi, dia tidak akan mendapat
keberuntungan, serta berhak mendapat predikat "melampaui batas' dan jatuh pada tindakan yang
membuatnya tercela, padahal beratnya beban dalam menahan syahwat itu, lebih ringan ketimbang
menanggung sebagian akibat yang disebutkan tadi.
Selain itu pula, Allah Ta'ala telah menyindir manusia yang selalu berkeluh kesah, tidak sabar dan tidak
mampu mengendalikan diri saat mendapatkan kebahagiaan, demikian pula kesusahan. Bila mendapat
kebahagiaan, dia menjadi kikir, tak mau memberi, dan bila mendapat kesusahan, dia banyak
mengeluh. Begitulah sifat umum manusia, kecuali orang-orang yang memang dikecualikan dari
hambaNya, yang diantaranya adalah mereka yang disebut di dalam firmanNya :
4
"Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-
budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa
mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas."(Al-Ma'arij:29-31).
Oleh karenanya, Allah Ta'ala memerintahkan Rasulullah shalallahu‟alaihi wasallam untuk
memerintahkan orang-orang mukmin agar menjaga pandangan dan kemaluan mereka, juga
diberitahukan kepada mereka bahwa Allah Ta'ala selalu menyaksikan amal perbuatan mereka.
"Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati." (Ghafir:19).
Dan karena ujung pangkal dari perbuatan zina yang keji ini dari pandangan mata, maka Allah Ta'ala
lebih mendahulukan perintah untuk memalingkan pandangan mata sebelum perintah untuk menjaga
kemaluan, karena banyak musibah besar yang asal muasalnya adalah dari pandangan; seperti kobaran
api yang besar asalnya adalah percikan api yang kecil. Mulanya hanya pandangan, kemudian khayalan,
kemudian langkah nyata, kemudian terjadilah musibah yang merupakan kesalahan besar(zina).
Oleh karenanya, ada yang mengatakan, bahwa barangsiapa yang bisa menjaga empat hal maka berarti
dia telah menyelamatkan agamanya: Al-Lahazhat (pandangan pertama), Al-Khatharat (pikiran yang
melintas di benak), Al-Lafazhat (lidah dan ucapan), Al-Khathawat (langkah nyata untuk sebuah
perbuatan).
[-selesai sampai sini, penjelasan al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah,-penyusun]
أألم أخالق المؤمن الفحش"Sehina-hina akhlak seorang mukmin adalah (berbuat) keji (zina)." [Shahih, sanadnya, HR. Al-Bukhari
dalam Adabul Mufrad, 239/514. Dari Abdullah ibnu Mas'ud]
Asnuf binti Yazid berkata,
قللنبي صلي اهلل عليو وسلم أال أخبركم بخياركم قالوا بلى قال الذين إذا رءوا ذكر اهلل أفال أخبركم بشراركم قالوا بلى قال المفسدون بين األحبة الباغون البرآء العنتالمشاءون بالنميمة
Zina termasuk Akhlak yang Keji
5
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Maukah kalian saya beritahukan tentang orang-orang yang terbaik
diantara kalian?" Mereka menjawab, 'Tentu.' Rasulullah bersabda, 'Yaitu orang-orang yang apabila mereka
diceritakan tentang orang lain, maka dia mengingat Allah. Maukah kalian saya beritahu tentang orang-orang yang
paling buruk diantara kalian?' Mereka menjawab, 'Tentu.' Rasulullah bersabda, 'Yaitu orang-orang yang
menyebarluaskan fitnah (mengadu domba), orang yang merusak kasih sayang orang yang saling menyayangi,
dan orang-orang yang bebas melakukan zina'."
[Hadits Hasan, di dalam kitab Takhrijut-Targhib (3/295), pada baris pertama matan hadits
ini mempunyai saksi hadits lain yang shahih, yang telah ditakhrij di dalam kitab Ash-
Shahihah(1646), kemudian sisa matan hadits tersebut berada pada martabat hadits hasan,
sebagaimana tertulis dalam kitab At-Ta'liqu Ar-Raghib (3/260,295)].
Zina Merusak atau Menurunkan Keimanan
Dalam hadits yang shahih dinyatakan
ال ي زني الزاني حين ي زني وىو مؤمن
“Orang yang berzina itu tidak beriman saat dia melakukan perbuatan zina” [HR al-Bukhâri dan Muslim] Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
إرا ص ب اإل قطع سجع إى مبىظيخ فإرا ا عي مب ب اإل جو خشج اىش
“Jika seseorang itu berzina, maka iman itu keluar dari dirinya seakan-akan dirinya sedang
diliputi oleh gumpalan awan (di atas kepalanya). Jika dia lepas dari zina, maka iman itu
akan kembali padanya.”[ HR. Abu Daud no. 4690 dan Tirmidzi no. 2625. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih].
Dalam hadits lain dinyatakan:
من زنا أو شرب الخمر ن زع اهلل منو اإليمان كما يخلع اإلنسان القميص من رأسو
Siapa yang berzina atau minum khamr maka Allah mencabut keimanan dari orang itu sebagaimana
seorang manusia melepas bajunya dari arah kepalanya. [HR al-Hâkim dari hadits Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu dan as-Suyûthi memberi symbol sahih]
Zina Mengundang Adzab dan Bencana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ف قشخ فقذ أحيا ثأفغ عزاة هللا إرا ظش اىضب اىشثب
6
“Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri
tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.” (HR. Al Hakim 2/37, beliau
menshahihkannya dan disetujui oleh Adz Dzahabi. Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini dalam
Ghayatul Maram fii Takhrij Ahaditsil Halal wal Haram hal. 203 nomor 344)
TINGKATAN DOSA BERZINA
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
نان زناىما النظر واألذن ان زناىما االستماع واللسان زناه الكالم كتب على ابن آدم نصيبو من الزنى مدرك ذلك ال محالة فالعي بو واليد زناىا البطش والرجل زناىا الخطا والقلب ق ذلك الفرج ويكذ ي هوى وي تمنى ويصد
“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa
tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan
adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan
melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti
akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925).
Dosa Berzina dengan Istri Tetangga Lebih Besar daripada Berzina dengan Selainnya
بعشر نسوة أيسر ال: ألن ي زنى الرجل رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم أصحابو عن الزنى؟ قالوا: حرام حرمو اهلل ورسولو، ف ق رقة؟ قالوا حرام حرمها اهلل عز وجل ورسولو ف قال: ألن يسرق من عشرة أىل عليو من أن ي زنى بامرأة جاره. وسألهم عن الس
ق من ب يت جاره أب يات أيسر عليو من أن يسر Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada para sahabatnya mengenai zina? mereka
menjawab, 'Zina itu haram, diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.' Lalu Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, 'Sungguh seorang laki-laki menzinahi sepuluh wanita itu lebih ringan (dosanya)
daripada menzinai istri tetangganya.' Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada mereka
mengenai mencuri? Mereka menjawab, 'Mencuri itu haram, diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.' Lalu
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sungguh seseorang mencuri dari sepuluh rumah itu lebih ringan
(dosanya) daripada mencuri dari rumah tetangganya!'. [Shahih, di dalam kitab Ash-Shahihah (65)]
Berzina dengan Mahram
Zina yang terburuk adalah menzinahi ibunya sendiri, putrinya, saudari atau mahramnya yang lain.
Dalam hadits dinyatakan:
7
من وقع على ذات محرم فاق ت لوه
“Siapa yang menzinahi mahramnya maka bunuhlah!” [HR. al-Hâkim dan beliau
menshahihkannya]
HUKUMAN DI DUNIA BAGI PELAKU ZINA
Hukuman bagi Pelaku Zina yang belum pernah menikah
Allah Azza wa jallamenyebutkan sanksi bagi pelaku perbuatan nista ini. Allah Subhanahu wa Ta‟ala
berfirman :
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.[Q.S. An-Nuur:2
Hukuman Bagi Pelaku Zina Muhsan
Disebutkan dalam sebuah hadits:
هللا عنه قال: قال رسول هللا صلى شهد أن ال عن ابن مسعود رض حل دم امرئ مسلم هللا عله وسلم : ال
ان، والنفس بالنفس والتا ب الز نه المفارق للجماعة إله إال هللا وأن رسول هللا إال بإحدى ثالث : الث رك لد
]]رواه البخاري ومسلم
Dari Ibnu Mas‟ud radiallahuanhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam bersabda : Tidak
halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa saya
(Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam) adalah utusan Allah kecuali dengan tiga sebab : Orang tua
yang berzina, membunuh orang lain (dengan sengaja), dan meninggalkan agamanya berpisah dari
jamaahnya.[HR. Bukhari no. 6878, Muslim no. 1676, Ahmad (I/383, 428, 444), Abu Dawud no. 4352, at-
Tirmidzi no. 1402, an-Nasai (VII/90-91) ad-Daarimi (II/218), Ibnu Majah no. 2534 dll.]
8
Hadits di atas menjelaskan tentang Halalnya darah seorang muslim disebabkan karena 3 hal:
1. Berzina sedangkan pelakunya adalah muhsan (pernah menikah dengan sah).
2. Membunuh dengan sengaja tanpa haq.
3. Murtad.
Namun, yang perlu diperhatikan, bahwa hak menerapkan hukum bunuh ini ada pada penguasa yang
sah, bukan masing-masing individu muslim.
Dari Ubadah bin shamit, dari Nabi shalallahu‟alaihi wasallam, beliau bersabda:
ا ا ع خز جعو قذ ع خز هللا ل ى ئخ جيذ ثبىجنش اىجنش : عج ف ت عخ، اىث ت ئخ جيذ ثبىث ج اىش
Ambillah dariku!ambillah dariku! Sungguh, Allah telah memberikan jalan keluar bagi mereka (wanita-
wanita yang berzina): jejaka dengan gadis dicambuk seratus kali dan diasingkan setahun dan laki-
laki yang telah menikah dengan wanita yang telah menikah dicambuk seratus kali dan dirajam
[Shahih. HR. Muslim no.1690 dan Ibnu Hibban no. 4408, 4409, 4410, at-Taliqatul Hisan].
PERINGATAN TENTANG AKAN ADANYA KAUM MUSLIMIN YANG MENGANGGAP HALAL ZINA
Rasulullah Shalallahu‟alaihi wasallam bersabda:
ليكونن في أمتي أق وام يستحلون الحر والحري ر والخمر والمعازف
Sesungguhnya akan ada dari golongan umatku beberapa kaum yang menghalalkan3 zina, sutera, khamr
dan ma‟azif (musik) [HR. Bukhari]4
3 Ibnul Arabi (dalam ahkamul qur‟an) mengatakan bahwa, kata “menghalalkan” disini adalah kiasan. Maksudnya,
yaitu meremehkan hukumnya. Sebab orang yang menghalalkan zina dan khamr berarti ia kafir. Sedangkan dalam
hadits ini, Nabi shalallahu‟alaihi wasallam menyebut mereka dengan “dari golongan umatku”
4 Imam Ibnu Hazm-rahimahullah- menganggap bahwa hadits ini munqathi' (terputus sanad atau jalan
periwayatannya), tidak bersambung antara Imam Bukhari dan Shidqah bin Khalid [Al-Muhalla, karya Ibnu Hazm
9:59, dengan tahqiq Ahmad Syakir, Mansyurat Al-Maktab At-Tijari, Beirut].
Anggapan Imam Ibnu Hazm –rahimahullah- ini disanggah oleh Imam Ibnul Qayyim-rahimahullah-, dan beliau
menjelaskan bahwa pendapat Imam Ibnu Hazm itu batal dari enam segi [Tahdzib As-Sunan 5:270-272].
[1] Bahwa Bukhari telah bertemu Hisyam bin Ammar dan mendengar hadits darinya. Apabila beliau meriwayatkan
hadits darinya secara mu'an'an (dengan menggunakan perkataan 'an /dari) maka hal itu telah disepakati sebagai
muttashil karena antara Bukhari dan Hisyam adalah sezaman dan beliau mendengar darinya. Apabila beliau
(Bukhari) berkata : "Telah berkata Hisyam" maka hal itu sama sekali tidak berbeda dengan kalau beliau berkata,
"dari Hisyam ....."
[2] Bahwa orang-orang kepercayaan telah meriwayatkannya dari Hisyam secara maushul. Al-Ismaili berkata di
dalam shahihnya, "Al-Hasan telah memberitahu-kan kepadaku, (ia berkata) : Hisyam bin Ammar telah
9
Hadits ini shahîh. Karena beberapa Imam ahli hadits menghukumi hadits ini shahîh, di antaranya :
1. Dishahîhkan oleh al-Bukhâri, Ibnu Hibbân, al-Barqani, dan Abu „Abdillah al-Hâkim.
2. Ibnush Shalâh rahimahullâh berkata, “Hadits ini shahîh.”
3. Ibnu Taimiyyah rahimahullâh berkata mengenai hadits ini, “Apa yang diriwayatkan oleh al-
Bukhâri adalah shahîh.”
4. Dishahîhkan juga oleh al-Isma‟ili dan Abu Dzarr al-Harawi.
5. Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Hadits ini shahîh.”
6. An-Nawawi rahimahullâh berkata, “Hadits ini shahîh.”
7. Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullâh mengatakan, “Hadits ini adalah shahîh.”
8. Ibnu Hajar rahimahullâh berkata, “Hadits ini shahîh, tidak ada cacat dan celaan padanya.”
9. Asy-Syaukani rahimahullâh berkata, “Hadits ini shahîh, diketahui sanadnya yang bersambung
berdasarkan syarat ash-Shahîh.”
10. Dan ad-Dahlawi mengatakan, “(Sanadnya) bersambung dan shahîh.”
menceritakan kepada kami" dengan isnadnya dan matannya.
[3] Hadits ini telah diriwayatkan secara shah melalui jalan selain Hisyam. Al-Ismaili dan Utsman bin Abi Syaibah
meriwayatkan dengan dua sanad yang lain dari Abu Malik Al-Asy'ari Radhiyallahu 'anhu.
[4] Bahwa seandainya Bukhari tidak bertemu dan tidak mendengar dari Hisyam, maka beliau memasukkan hadits
ini dalam kitab Shahih-nya menunjukkan bahwa hadits ini menurut beliau telah sah dari Hisyam dengan tidak
menyebut perantara antara beliau dengan Hisyam. Hal ini dimungkinkan karena telah demikian masyhur
perantara-perantara tersebut atau karena banyaknya jumlah mereka. Dengan demikian hadits tersebut sudah
terkenal dan termasyhur dari Hisyam.
[5] Apabila Bukhari berkata dalam Shahih-nya, "Telah berkata si Fulan", maka hadits tersebut adalah shahih
menurut beliau.
[6] Bukhari menyebutkan hadits ini dalam Shahih-nya dan berhujjah dengannya, tidak sekedar menjadikannya
syahid (saksi atau pendukung terhadap hadits lain yang semakna), dengan demikian maka hadits tersebut adalah
shahih tanpa diragukan lagi.
Ibnu Shalah[1] berkata : "Tidak perlu dihiraukan pendapat Abu Muhammad bin Hazm Az-Zhahiri Al-Hafizh yang
menolak hadits Bukhari dari Abu Amir atau dari Abu Malik". Lalu beliau menyebutkan hadits tersebut, kemudian
berkata. "Hadits tersebut sudah terkenal dari orang-orang kepercayaan dari orang-orang yang digantungkan oleh
Bukhari itu. Dan kadang-kadang beliau berbuat demikian karena beliau telah meyebutkannya pada tempat lain
dalam kitab beliau dengan sanadnya yang bersambung. Dan adakalanya beliau berbuat demikian karena alasan-
alasan lain yang tidak laik dikatakan haditsnya munqathi'. Wallahu a'lam. [Muqaddimah Ibnush Shalah Fii 'Ulumil
Hadits, halaman 32, terbitan Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, 1398H. Fathul-Bari 10:52].
10
9 KIAT AGAR TIDAK TERJERUMUS DALAM KELAMNYA ZINA5
1. Ketahuilah bahaya zina. [Silahkan baca kembali penjelasan bahaya zina di atas].
2. Rajin Menundukkan Pandangan
Seringnya melihat lawan jenis dengan pandangan penuh syahwat, inilah panah setan yang paling
mudah mengantarkan pada maksiat yang lebih parah. Allah Ta‟ala berfirman,
........
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya.” (QS. An Nur: 30-31).
Allah Ta‟ala juga menerangkan bahwa setiap insan akan ditanya apa saja yang telah ia lihat,
sebagaimana terdapat dalam firman Allah,
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS. Al Isro‟: 36)
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam pun melarang duduk-duduk di tengah jalan karena duduk
semacam ini dapat mengantarkan pada pandangan yang haram.
Dari Abu Sa‟id Al Khudriy radhiyallahu „anhuma, dari Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
ث فيها . قال « . إياكم والجلوس على الطرقات » تم إال فإذا أب ي » ف قالوا ما لنا بد ، إنما ىى مجالسنا ن تحدالم ، وأمر » قالوا وما حق الطريق قال « المجالس فأعطوا الطريق حقها غض البصر ، وكف األذى ، ورد الس
« بالمعروف ، ون هى عن المنكر
“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan”. Mereka bertanya, “Itu kebiasaan kami yang sudah
biasa kami lakukan karena itu menjadi majelis tempat kami bercengkrama”. Beliau bersabda, “Jika
kalian tidak mau meninggalkan majelis seperti itu maka tunaikanlah hak jalan tersebut”. Mereka
5 Dikutip dari tulisan al-ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dari Artikel www.muslim.or.id dengan sedikit penyesuaian.
11
bertanya, “Apa hak jalan itu?” Beliau menjawab, “Menundukkan pandangan, menyingkirkan
gangguan di jalan, menjawab salam dan amar ma‟ruf nahi munkar”. (HR. Bukhari no. 2465)
Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam mengenai pandangan yang tidak di
sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 2159)
3. Menjauhi Campur Baur (Ikhtilath) yang Diharamkan
Di antara dalil yang menunjukkan haramnya ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan perempuan)
adalah hadits-hadits berikut.
Dari „Uqbah bin „Amir radhiyallahu „anhu bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
خول على النساء » الحمو الموت » رسول اللو أف رأيت الحمو . قال ف قال رجل من األنصار يا « . إياكم والد »
“Janganlah kalian masuk ke dalam tempat kaum wanita.” Lalu seorang laki-laki dari Anshar
berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” beliau menjawab: “Ipar
adalah maut.” (HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172)
Dari Ibnu „Abbas radhiyallahu „anhuma, ia berkata, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
ة واكتتبت فى ف قام رجل ف قال يا رسول ال« . ال يخلون رجل بامرأة إال مع ذى محرم » لو امرأتى خرجت حاجارجع فحج مع امرأتك » غزوة كذا وكذا . قال »
“Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan perempuan kecuali dengan ditemani
mahromnya.” Lalu seorang laki-laki bangkit seraya berkata, “Wahai Rasulullah, isteriku berangkat
hendak menunaikan haji sementara aku diwajibkan untuk mengikuti perang ini dan ini.” Beliau
bersabda, “Kalau begitu, kembali dan tunaikanlah haji bersama isterimu.” (HR. Bukhari no. 5233
dan Muslim no. 1341)
4. Wanita Hendaklah Meninggalkan Tabarruj
Inilah yang diperintahkan bagi wanita muslimah. Allah Ta‟ala berfirman,
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang
jahiliyyah pertama.” (QS. Al Ahzab : 33).
Abu „Ubaidah mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan kecantikan dirinya.” Az Zujaj
mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan perhiasaan dan setiap hal yang dapat mendorong
syahwat (godaan) bagi kaum pria.”[ Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, 5/133, Mawqi‟ Al Islam.]
12
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
فان من أىل النار لم أرىما ق وم معهم سياط كأذناب الب قر يضربون بها الناس ونس اء كاسيات عاريات مميالت مائالت صن
ت المائلة ال يدخلن الجنة وال يجدن ريحها وإن ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذارءوسهن كأسنمة البخ
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian
tapi telanjang, mengajak orang lain untuk tidak taat, dirinya sendiri jauh dari
ketaatan, kepalanya seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga
dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”
(HR. Muslim no. 2128)
5. Berhijab Sempurna di Hadapan Pria
Sebagaimana Allah Ta‟ala firmankan,
ق لوبهن وإذا سألتموىن متاعا فاسألوىن من وراء حجاب ذلكم أطهر لقلوبكم و
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah
dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al
Ahzab: 53)
Konteks pembicaraan dalam ayat ini adalah khusus untuk istri Nabi. Namun illah dalam ayat
tersebut dimaksudkan umum sehingga hukumnya pun berlaku umum pada yang lainnya. Illah yang
dimaksud adalah,
ذلكم أطهر لقلوبكم وق لوبهن
“Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka”.
Juga kalau kita perhatikan kelanjutan ayat, maka hijab tersebut berlaku bagi wanita mukmin
lainnya. Allah Ta‟ala berfirman,
نين يدنين عليهن من جالبيبهن ذلك أدنى أن ي عرفن فال ي ؤذين يا أي ها النبي قل ألزواجك وب ناتك ونساء المؤم
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.” (QS. Al Ahzab: 59)
Ditambah lagi dengan sabda Nabi shallallahu „alaihi wa sallam dari „Abdullah bin Mas‟ud,
يطان المرأة عورة فإذا خرجت استشرف ها الش
“Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-laki.”
(HR. Tirmidzi no. 1173. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
13
6. Wanita Hendaklah Betah Tinggal Di Rumah
Allah Ta‟ala berfirman,
يخ الى ج اىجب رجش ج ل رجش ف ثرن قش
“Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana
dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda, “Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka
setan akan memperindahnya di mata laki-laki.” (HR. Tirmidzi no. 1173, shahih)
Dalam ajaran Islam pun, shalat wanita lebih baik di rumah. Dari „Abdullah bin Mas‟ud, Nabi
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
خذعب أفضو صلرب ف صلرب ف حجشرب زب أفضو شأح ف ث صلرب ف صلح اى
زب ث
“Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalatnya di kamarnya, dan
shalat seorang wanita di rumahnya yang kecil lebih utama baginya daripada dirumahnya.” (HR. Abu
Daud no. 570. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Ummu Salamah, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
غبجذ اىغبء قعش ثر ش خ
“Sebaik-baik masjid bagi para wanita adalah diam di rumah-rumah mereka.” (HR. Ahmad 6/297.
Syaikh Syu‟aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguatnya)
7. Hendaklah Wanita Menjalani Berbagai Adab Ketika Keluar Rumah
Di antara adab yang mesti diperhatikan oleh wanita adalah:
Pertama: Tidak memakai harum-haruman ketika keluar rumah.
Dari Abu Musa Al Asy‟ari, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
صاخ ىجذا سحب ف د عي اىق ش شأح اعزعطشد ث ب ا أ
“Apabila seorang wanita memakai wewangian, lalu keluar menjumpai orang-orang hingga mereka
mencium wanginya, maka wanita itu adalah wanita pezina.” (HR. Ahmad 4/413. Syaikh Syu‟aib Al
Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid)
Kedua: Hendaklah wanita benar-benar menutup aurat dengan sempurna ketika memasuki rumah
yang terdapat kaum laki-laki. Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad telah
menceritakan kepada kami Waki‟ dari Sufyan dari Manshur dari Salim bin Abu Al Ja‟d dari Abu Al
Malih Al Hudzali bahwa para wanita dari penduduk Himsha pernah meminta izin untuk menemui
„Asiyah, maka dia berkata; “Mungkin kalian adalah para wanita yang suka masuk ke pemandian
umum, saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda,
ضعذ ث شأح ب ا أ هللا ث ب ب ث جب فقذ زنذ عزش ذ ص ش ث بثب ف غ
14
“Wanita mana pun yang meletakkan pakaiannya di selain rumah suaminya, maka ia telah
menghancurkan tirai antara dia dan Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 3750. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih)
Ketiga: Hendaklah wanita berhias diri dengan sifat malu
Allah Ta‟ala berfirman mengenai para wanita yang mendatangi Nabi Musa „alaihis salam,
ش عي اعزحبء ب ر فجبءر إحذا
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan.”
(QS. Al Qoshshosh: 25)
Keempat: Tidak bercampur baur dengan para pria
Allah Ta‟ala menceritakan mengenai dua wanita yang mendatangi Musa,
شأر ا د جذ خ مجش أثب ش عبء ب قبىزب ل غق حز صذس اىش ب خطجن قبه رزدا
“Dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat
(ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu
menjawab, “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu
memulangkan (ternaknya), sedang bapak Kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya“. (QS.
Al Qoshshosh: 23)
8. Menghindari Jabat Tangan dengan Lawan Jenis (Yang Bukan Mahrom)
Dari Ma’qil bin Yasar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
شأح ل رحو ى ظ ا أ ش ى حذذ خ خط ث ف سأط أحذم طع ل
“Lebih baik kepala salah seorang di antara kalian ditusuk dengan jarum dari besi daripada
menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thobroni. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan. Lihat As Silsilah Ash Shohihah 226)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
م الرب ب اىظش ب ص ب حبىخ فبىع ذسك رىل ل اىض صج آد زت عي اث اىيغب ب ب العز صب
صب اىنل ق رىل اىفشج صذ ز اىقيت بب اىخطب جو ص اىش بب اىجطش اىذ ص ث نز
Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak
bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina
lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah
dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah
yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925). Jika kita
melihat pada hadits ini, menyentuh lawan jenis -yang bukan istri atau bukan mahrom- diistilahkan
15
dengan berzina. Hal ini berarti menyentuh lawan jenis adalah perbuatan yang haram karena
berdasarkan kaedah ushul: “apabila sesuatu dinamakan dengan sesuatu lain yang haram, maka
menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram.”[ Lihat Taysir Ilmi Ushul Fiqh, Abdullah bin
Yusuf Al Juda‟i, hal. 41, Muassasah Ar Royan ]
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam pun mencontohkan tidak menyalami wanita –non mahrom- dalam
kondisi yang seharusnya beliau dituntut bersalaman sekalipun semacam baiat.
Telah menceritakan kepadaku Malik dari Muhammad bin Al Munkadir dari Umaimah binti Ruqaiqah
berkata; “Aku menemui Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam ketika para wanita membaiatnya
untuk Islam. Kami mengatakan; „Wahai Rasulullah, kami membaiatmu untuk tidak menyekutukan
Allah dengan sesuatupun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, tidak
mendatangi kejahatan yang telah kami lakukan antara kedua tangan dan kaki kami, dan tidak
bermaksiat terhadap anda dalam kebaikan.” Kemudian Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam
menambahkan: “Semampu dan sekuat kalian.” Umaimah berkata, “Kami menyahutnya, “Allah dan
Rasul-Nya lebih kami sayangi daripada diri kami. Wahai Rasulullah, kemarilah, kami akan
membaiatmu.” Lalu Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda,
ى ل ثو ق احذح أ شأح ى ل شأح مق بئخ ا ى ى ب ق احذح إ ل أصبفح اىغبء إ شأح
“Sesungguhnya aku tidak akan bersalaman dengan wanita. Perkataanku terhadap seratus wanita
adalah seperti perkataanku terhadap seorang wanita, atau seperti perkataanku untuk satu
wanita.” (HR. Malik 2/982. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
9. Hendaknya Wanita Meninggalkan Tutur Kata yang Mendayu-dayu
Allah Ta‟ala berfirman,
عشفب ل ق قي شض ع اىز ف قيج ه فط ثبىق فل رخضع
“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit
dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab: 32) Yang dimaksudkan
“janganlah kamu tunduk dalam berbicara”, As Sudi mengatakan, “Janganlah wanita mendayu-
dayukan kata-katanya ketika bercakap-cakap dengan kaum pria.”[ Tafsir Al Qur‟an Al „Azhim, Ibnu
Katsir, 6/409, Dar Thoyibah, cetakan kedua, 1420 H]
Inilah beberapa jalan yang jika dijalankan dengan baik akan menjauhkan kita dari pebuatan zina
yang keji. Hanya Allah yang memberi taufik bagi siapa saja yang mau merenungkan hal ini.[
Pembahasan ini banyak kami sarikan dari penjelasan Syaikh Musthofa Al „Adawi dalam risalah beliau
“Wa laa taqrobuz zinaa”, Daar Majid „Asiiri]
16
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam berdo’a dari keburukan Air Mani (Zina’)
بي وشر عي وبصري ولساني وق ل يا رسول اهلل علمني دعاء أن تفع بو قال قل اللهم عافني من شر سم ق لت: – ٥١٥/٦٦٦ منيي
قال وكيع من يي ي عني الزنى والفجور
"Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah! ajarkan kepada saya sebuah doa yang bermanfaat bagi saya.' Nabi
bersabda, 'Katakanlah, "Ya Allah! selamatkan Saya dari keburukan pendengaran dan
penglihatan, lidah, hati dan dari keburukan air mani saya."
Waki' menjelaskan, bahwa kata Mani saya adalah dari zina dan kemaksiatan.
Shahih, di dalam kitab Shahih Abu Daud (1387). [Abu Daud, 8 Kitab Al Witru, 32- Bab Fil
Isti'adzah. Tirmidzi, 50- Kitab Al Isti'adzah 4- Bab Al Isti'adzatu min syarris-Sam'i].
PENUTUP
Zina termasuk dosa besar, sangat berbahaya dan merupakan jalan menuju kebinasaan di dunia dan
akhirat. Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata: "Aku tidak mengetahui sebuah dosa -
setelah dosa membunuh jiwa- yang lebih besar dari dosa zina."
Semoga Allah subhanahu wata‟ala memberikan taufik kepada kita untuk menjauhi perbuatan zina dan
sarana-sarana yang mengantarkan kepadanya (zina).
[Alhamdulillah, selesai di susun di Jalupang pada 16 Rajab 1434 H atau 26 Mei 2013]
Abu Hafshoh