PEGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN MELALUI … · bernegara di Indonesia. ... mudah dipahami sebagai...

28
PEGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN MELALUI REFORMASI BIROKRASI DALAM MENYEDIAKAN PELAYANAN PUBLIK DI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA PROVINSI BALI Dosen Pembimbing : Drs. Heru Ribawanto, MS Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pembangunan Kapasitas & Kelembagaan Sektor Publik Disusun Oleh: Septinia Eka Silviana 115030101111069 Kelas D JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Transcript of PEGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN MELALUI … · bernegara di Indonesia. ... mudah dipahami sebagai...

PEGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN MELALUI

REFORMASI BIROKRASI DALAM MENYEDIAKAN PELAYANAN

PUBLIK DI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA PROVINSI BALI

Dosen Pembimbing :

Drs. Heru Ribawanto, MS

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pembangunan Kapasitas &

Kelembagaan Sektor Publik

Disusun Oleh:

Septinia Eka Silviana 115030101111069

Kelas D

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komitmen pemerintah pusat dalam hal pembagian kekuasaan atau

wewenang atas pengelolaan, pengembangan, dan pengaturan urusan rumah tangga

pemerintahan daerah itu sendiri dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi,

peran-serta masyarakat, pemerataan, keadilan, dan memperhatikan potensi serta

keanekaragaman daerah yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 22 tahun

1999, kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Tentunya, dengan adanya penyelenggaraan pemerintahan

dengan azas desentralisasi, maka kekuasaan pemerintahan tidak lagi bertumpu

pada pemerintahan pusat, akan tetapi juga pada pemerintahan daerah. Menurut

Budi Setiyono bahwa dengan otonomi daerah struktur birokrasi sudah tidak lagi

tersentralisasi pada pemerintahan pusat melainkan ada pada pemerintahan daerah.

Kondisi ini menuntut setiap penyelenggaraan pemerintahan di daerah untuk

mengembangkan sistem birokrasi yang sesuai dengan warna dan aspirasi lokal.

Penyelenggaraan otonomi daerah pada hakikatnya sudah berjalan sejak

runtuhnya rezim Orde Baru, di mana gelombang demonstrasi yang marak di

mana-mana yang di pelopori oleh kalangan mahasiswa dan peristiwa itu menuntut

dilakukannya reformasi birokrasi, baik pada pemerintah pusat maupun tingkat

pemerintah daerah. Reformasi pada hakikatnya menghendaki adanya perubahan

yang lebih baik terhadap kinerja di bidang pemerintahan. Hal itu merupakan

konsekuensi dari kritik yang datang secara bertubi-tubi yang ditujukan pada

pemerintah. Kelemahan-kelemahan yang masih ada terutama terletak pada sistem

pemerintahan, di mana kelemahan itu merupakan implikasi dari warisan sistem

pemerintahan Orde Baru, konsekuensinya berbagai stigma negatif yang ditujukan

pada pemerintah, terutama tentang kinerja dan kualitas pelayanan publik.

Selanjutnya, Agus Dwiyanto, dkk dalam penelitiannya tentang kualitas pelayanan

publik yang diselenggarakan oleh PSKK UGM tahun 2000 di tiga provinsi,

menyimpulkan bahwa rendahnya kinerja birokrasi publik sangat dipengaruhi oleh

kuatnya budaya paternalisme, yang cenderung mendorong pejabat birokrasi lebih

berorientasi kepada kekuasaan daripada pelayanan, menempatkan dirinya sebagai

2

penguasa, dan memperlakukan para pengguna jasa sebagai objek yang

membutuhkan bantuannya. Stigma negatif ini menunjukan buruknya sistem

pemerintahan daerah dan memerlukan perubahan paradigma yang meliputi

berbagai aspek kehidupan (reformasi ).

Di satu sisi ada pemerintahan daerah yang berhasil dalam melakukan

reformasi birokrasi dalam menyelenggarakan otonomi daerah, namun disisi lain

masih banyak daerah yang belum mampu melakukan reformasi birokrasi,

sehingga berdampak belum dapatnya pemerintahan daerah menyediakan dan

merespon kepentingan publik. Keberhasilan dan kegagalan pemerintahan dalam

melakukan reformasi birokrasi sangat tergantung pada visi, misi, kreatifitas dan

komitmen, gaya kepemimpinan dan strategi kepala daerah dalam mengelola dan

mengembangkan potensi daerah yang bersangkutan.

Reformasi Administrasi Negara terjadi karena perubahan dan modernisasi

Administrasi Negara (administrative change) tidak berjalan sebagaimana

mestinya sesuai dengan tuntutan keadaan, karenanya diperlukan usaha yang sadar

dan terencana untuk mengubah struktur dan prosedur birokrasi (aspek reorganisasi

kelembagaan, sikap dan perilaku birokrat/aspek prilaku atau kinerja),

meningkatkan efektivitas organisasi (aspek program), sehingga dapat diciptakan

Administrasi Negara yang sehat dan terciptanya tujuan pembangunan nasional.

Perkembangan Administrasi Negara merupakan hal mendasar, karena harus sesuai

dengan arah perkembangan lingkungan global yang semakin kompetitif dalam

seluruh aspek, termasuk dalam tata kelola kepemerintahan. Peran administrasi

public harus sesuai dengan tuntunan zaman, tuntutan masyarakat, tuntutan ilmu

pengetahuan dan teknologi apabila organisasai ingin terus eksis dan survive. Hal

tersebut didukung dengan pendapat Lee dan Smonte (dalam Effendi, 2000)

Penerapan ide-ide baru atau kombinasi ide guna meningkatkan sistem

administrasi agar mampu melaksanakan tujuan pembangunan nasional.

Salah satu bagian dari reformasi administrasi Negara yaitu reformasi

birokrasi. Reformasi birokrasi menjadi sesuatu yang sangat fundamental yang

harus dilakukan oleh Negara-negara yang sedang melakukan reformasi

Administrasi Negara. Sependapat dengan Prasojo dan Kurniawan (2008)

reformasi birokrasi (administrasi Negara) dan good governance merupakan dua

3

konsep utama bagi perbaikan kondisi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan

bernegara di Indonesia. Memahasi tenatang cara reformasi birokrasi dapat

dilakukan dengan 5 cara yaitu, penataan kelembagaan, penataan ketatalaksanaan,

penataan sumber daya manusia, akuntabilitas dan pelayanan serta kualitas

pelayanan.

Reformasi birokrasi merupakan konsekuensi dari perubahan di bidang

politik, ekonomi dan sosial yang begitu cepat. Representasi organisasi yang

lamban, kaku, berbelit-belit dan terpusat, serta rantai hirarki komando sudah

menjadi ciri khas birokrasi di Indonesia. Sehingga birokrasi menjadi bengkak,

boros, dan tidak efektif. Untuk itu diperlukan suatu kesadaran untuk memperbaiki

birokrasi sebagai organisasi publik. Reformasi merupakan perubahan terhadap

suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Upaya reformasi birokrasi yang

dilakukan berhadapan langsung dengan keterbatasan pada sumber daya manusia,

dana, sarana prasarana dan berbagai persoalan lainnya, sehingga menghasilkan

kebijakan, perilaku, program dan sesuatu yang berbeda pula.

Indonesia termasuk kedalam Negara yang sedang menerapkan reformasi

birokrasi dalam berbagai instansinya. Otonomi daerah menjadi jalan bagi

pemerintah daerah lebih cepat untuk melakukan reformasi birokrasi yang ada di

pemerintahaannya. Salah satu reformasi birokrasi yang dapat dilihat yaitu di

Pemerintah Kabupaten Jembrana. Sebagaimana diketahui, nama Kabupaten

Jembrana dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi sorotan publik terkait dengan

prestasinya dalam memberikan pelayanan kebutuhan dasar rakyatnya. Alasan

Pemerintahn Kabupaten Jembrana mereformasi birokrasi dalam pelayanan publik

diantaranya yaitu meningkatnya angka putus sekolah (drop out) akibat mahalnya

biaya pendidikan; dan banyaknya rakyat yang menderita mal nutrisi akibat

melambingnya biaya kesehatan, sehingga Pemkab Jembrana memutuskan untuk

menggratiskan biaya kebutuhan dasar masyarakat. Prestasi Jembrana dalam

membebaskan seluruh biaya pendidikan tingkat dasar (SD) hingga menengah atas

(SMA). Pemkab Jembrana juga membebaskan biaya kesehatan kepada rakyatnya

dengan mengikutsertakan rakyatnya pada program Jaminan Kesehatan Jembrana

(JKJ). Selain itu, Pemkab Jembrana juga melakukan penguatan ekonomi rakyat

secara langsung program penyediaan dana bergulir dan dana talangan. Semua itu

4

dilakukan dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat dengan mengubah

persepsi pemerintah yang melayani masyarakat bukan pejabat yang ingin dilayani

masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana reformasi birokrasi dalam menyediakan pelayanan publik di

Pemerintah Kabupaten Jembrana?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan reformasi

birokrasi Pemerintah Kabupaten Jembrana?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana reformasi birokrasi dalam menyediakan

pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten Jembrana

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan

reformasi birokrasi Pemerintah Kabupaten Jembrana

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Good Governance

Menurut UNESCAP dalam good governance memiliki 8 karakteristik

utama. yaitu partisipatif, berorientasi konsensus, akuntabel, transparan,responsif,

efektif dan efisien, adil dan inklusif dan mengikuti aturan hukum. Guna menjamin

bahwa korupsi dapat diminimalkan, pandangan kaum minoritas diperhitungkan

dan suara-suara yang paling rentan dalam masyarakat didengar dalam

pengambilan keputusan. Hal ini juga berkesesuaian dengan kebutuhan sekarang

dan masa depan masyarakat. Menurut BAPPENAS dalam http://bappenas.go.id

pemerintah dalam arti yang paling dasar di terjemahkan sebagai sekumpulan

orang yang memiliki mandat yang absah dari rakyat untuk menjalankan

wewenangnya dalam urusan pemerintahan. Pemerintah menujuk kepada kesatuan

aparatur atau badan (lembaga), atau dalam istilah lain disebut sebagai pengelola

atau pengurus. Sedangkan “pemerintah” menunjuk kepada perbuatan atau cara

atau urusan memerintah, misalnya pemerintah yang adil, pemerintah yang

demokratis, dan sebagainya. Namun, secara umum istilah government lebih

mudah dipahami sebagai pemerintah yaitu lembaga beserta aparaturnya yang

mempunyai tanggung jawab untuk mengurus negara dan menjalankan kehendak

rakyat. Sedangkan governance memiliki arti yang lebih kompleks dibanding

government karena menyangkut pilar-pilar good governance itu sendiri.

Pengertian tersebut sesuai dengan Mardiasmo (2007: 17) yang menyatakan

bahwa governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik.

World bank dalam http://governance-indonesia.com memberikan defenisi

governance sebagai “the way state power is used in managing economic and

social resources for developmet of society”. Sementara itu, United Nation

Development Program (UNDP) dalam Osborne dan gaebler (2008: 135)

mendefenisikan governance sebagai “the exercise of political, economic, and

administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Dalam hal ini

World Bank lebih menekankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya

sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyrakat, sedangkan

UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi dan administrative dalam

6

pengelolaan negara. Political governance mengacu pada proses pembuatan

kebijakan (policy strategy formulation). Economic governance mengacu pada

proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi yang berimplikasi pada masalah

pemerataan, penurunan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup.

Administrative governance mengacu pada sistem implementasi kebijakan.

Jika mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi

pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good governance.

Pengertian good governance sering di artikan sebagai pemerintahan yang baik.

Sementara itu, World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu

penyelenggaraan manajemen yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan

dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana

investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,

menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi

tumbuhnya aktivitas usaha. Ada 3 pilar dalam good governance yaitu Negara,

swasta dan masyarakat. Negara; berfungsi menciptakan lingkungan politik dan

hukum yang kondusif. Swasta; mendorong terciptanya lapangan pekerjaan dan

peningkatan pendapatan masyarakat. Masyarakat; mewadahi interaksi sosial

politik, memobilisasi kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam

aktivitas ekonomi sosial dan politik.

Prinsip-prinsip Good Governance

Menurut Bappenas dalam http://bappenas.go.id, ada empat belas nilai yang

menjadi prinsip good governance yaitu :

a. Wawasan ke depan (Visionary)

Semua kegiatan pemertintah berupa pelayanan publik dan pembangunan

diberbagai bidang harus didasarkan visi dan misi yang jelas disertai strategi

pelaksanaan yang tepat sasaran. Lembaga-lembaga pemerintah pusat dan daerah

perlu melakukan rencana strategis sesuai dengan bidang dan tugas masing-masing

sebagai pegangan dan arah pemerintah di masa mendatang. Rencana

Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Daerah, Rencana Kerja

Pemerintah, Rencana Strategis Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah merupakan wujud prinsip wawasan ke depan. Tidak adanya visi akan

menyebabkan pelaksanaan pemerintah berjalan tanpa arah yang jelas.

7

b. Transparansi (Transparancy)

Transparansi dibangun atas dasar informasi yang bebas. Seluruh proses

pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-

pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat

dimengerti dan dipantau oleh semua pihak. Upaya pembentukan masyarakat

transparansi, forum komunikasi langsung dengan eksekutif dan legislatif, wadah

komunikasi dan informasi lintas pelaku baik melalui media cetak maupun

elektronik merupakan contoh wujud nyata prinsip transparansi.

c. Partisipasi Masyarakat (Participation)

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan

yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintah baik secara langsung

maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah. Dengan demikian

kepentingan masyarakat dapat tersalurkan didalam penyusunan kebijakan

sehingga dapat mengakomodasi sebanyak mungkin aspirasi dan kepentingan

masyarakat serta mendapat dukungan masyarakat luas. Partisipasi secara

menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan

mengungkapkan pendapat serta kapasitas untuk berpartisipasi secara aktif.

d. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas publik merupakan suatu ukuran atau standar yang

menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan penyusunan

kebijkan publik dengan peraturan hukum perundang-undangan yang berlaku

untuk organisasi publik yang bersangkutan. Para pengambil keputusan di

pemerintah sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarkat yang bertanggung

jawab kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan

dimana bentuk pertanggung jawabannya akan berbeda satu dengan yang lainnya

tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.

e. Supremasi Hukum (Rule of Law)

Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu

sehingga siapapun yang melanggar harus diproses dan ditindak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wujud nyata prinsip ini

mencakup upaya pemberdayaan lembaga-lembaga penegak hukum, penuntasan

8

kasus KKN dan pelanggaran HAM, peningkatan kesadaran HAM, peningkatan

kesadaran hukum serta pengembangan budaya hukum.

f. Demokrasi (Democracy)

Perumusan kebijakan publik dan pembangunan di pusat dan di daerah

dilakukan melalui mekanisme demokrasi dimana rakyat dapat secara aktif

menyurakan aspirasinya. Keputusan-keputusan yang diambil, baik oleh lembaga

eksekutif maupun legislatif harus didasarkan pada konsensus sehingga kebijakan

publik yang diambil benar-benar merupakan hasil keputusan bersama.

g. Profesionalisme dan kompetensi (Profesionalism and Competency)

Dalam pengelolaan pelayanan publik dan pembangunan dibutuhkan

aparatur pemerintahan yang memiliki kualifikasi dan kemampuan tertentu

sehingga dibutuhkan upaya untuk menempatkan aparat secara tepat dengan

memperhatikan kecocokan antara tuntutan pekerjaan dan kualifikasi. Tingkat

kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintahan yang ada perlu di

evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan dilakukan peningkatan kualitas sumber

daya manusia melalui pendidikan, pelatihan, lokarya, dll.

h. Daya Tanggap (Responsiveness)

Setiap masyarakat akan menghadap berbagai masalah dan krisis sebagai

akibat dari perubahan situasi dan kondisi dan aparatur pemerintahan harus cepat

tanggap dalam mengambil prakarsa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

ada. Aparat juga harus mengakomodasi aspirasi masyarakat sekaligus

menindaklanjutinya dalam bentuk peraturan atau kebijakan, kegiatan, proyek atau

program, seperti dengan menyediakan pusat pelayanan pengaduan/keluhan

masyarakat, kotak saran, surat pembaca dan tanggapannya, website dan bentuk

lainnya.

i. Efisien dan Efektif (Effieciency and Effectiveness)

Pemerintah harus selalu berupaya mencapai hasil yang optimal dengan

memanfaatkan dana dan sumber daya lainnya yang tersedia secara efisien dalam

rangka meningkatkan kinerja dan menghasilkan output yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

j. Desentralisasi (Decentralization)

9

Wujud desentralisasi dengan melakukan pendelegasian urusan pemerintah

disertai sumber daya pendukung kepada lembaga dan aparat yang ada di

bawahnya untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah yang

dihadapi. Penerapan

prinsip desentralisasi akan dapat mengurangi beban dan penggunaan sumber daya

pada lembaga dan aparat di tingkat yang lebih atas serta dapat mendayagunakan

sumber daya lembaga dan aparat pada tingkatan yang lebih bawah sekaligus dapat

mempercepat proses pengambilan keputusan sehingga sumber daya yang ada

dapat digunakan secara proposional.

k. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (Private and Civil

Society Partnership)

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha

melayani semua pihak yang berkepentingan dengan pembentukan kemitraan dan

perbaikan sistem pelayanan kepada masyarakat dan sektor swasta. Kemitraan

harus didasarkan pada kebutuhan yang rill (demand driven) seperti dengan

pembentukan pelayanan satu atap dan pelayanan terpadu.

l. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (Comitment to Reduce

Inequality)

Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki dan

mempertahankan kesejahteraan sehingga pemerintah memiliki tanggung jawab

untuk mengatasi kesenjangan ekonomi. Kesenjangan ekonomi tersebut akan

menunjukkan adanya kesenjangan tingkat kesejahteraan masyarakat serta

kesenjangan antara pusat dan daerah yang dapat memicu konflik dalam

masyarakat yang pada akhirnya dapat menyebabkan disintegrasi bangsa.

m. Komitmen pada Lingkungan Hidup (Commitment to Environmental

Protection)

Lingkungan hidup memiliki daya dukung yang besar terhadap

berlangsungnya pemerintahan, namun dewasa ini kelestarian lingkungan hidup

semakin menurun akibat pemanfaatan yang tidak terkendali. Pemerintah harus

mengambil langkah dengan melakukan penyusunan analisis mengenai dampak

lingkungan secara konsekuen, pengaktifan lembaga-lembaga pengendali dampak

lingkungan hidup serta pengelolaan sumber daya alam secara lestari.

10

n. Komitmen pada Pasar yang Fair (Commitment to Fair Market)

Campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi harus dilakukan

secara proposional sehingga tidak membebani anggaran belanja dan tidak

merusak pasar serta dapat meningkatkan daya saing perekonomian yang

kompetitif.

B. Birokrasi

Secara bahasa, istilah birokrasi berasal dari bahasa Prancis bureau yang

berarti kantor atau meja tulis, dan kata Yunani kratein yang berarti mengatur (M.

Mas’ud Said, 2007:1). Menurut Max Weber seperti yang dikutip M. Mas’ud Said

(2007:2) birokrasi adalah sistem administrasi rutin yang dilakukan dengan

keseragaman, diselenggarakan dengan cara-cara tertentu didasarkan aturan tertulis

oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Menurut Rourke seperti yang

dikutip M. Mas’ud Said (2007:2) birokrasi adalah sistem administrasi dan

pelaksanaan tugas keseharian yang terstruktur dalam sistem hierarki yang jelas

dilakukan dengan aturan tertulis, dilakukan oleh bagian tertentu yang terpisah

dengan bagian lainnya oleh orang-orang yang dipilih karena kemampuan dan

keahlian di bidangnya.

Menurut Pfiffner dan Presthus seperti yang dikutip M. Mas’ud Said

(2007:4) mendefinisikan birokrasi adalah suatu sistem kewenangan, kepegawaian,

jabatan, dan metode yang dipergunakan pemerintah untuk melaksanakan

program-programnya. Berdasarkan konsepsi legitimasi, Weber seperti yang

dikutip oleh M. Mas’ud Said (2007:5) merumuskan proposisi tentang penyusunan

sistem otoritas legal yakni:

1. Tugas-tugas pejabat diorganisir atas dasar aturan yang berkesinambungan;

2. Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang yang berbeda sesuai dengan fungsinya

yang masing-masing dilengkapi dengan syarat tertentu;

3. Jabatan tersusun secara hierarki yang disertai dengan rincian hak-hak control

dan pengaduan;

4. Aturan disesuaikan dengan pekerjaan diarahkan baik secara teknis maupun

secara legal;

5. Anggota sebagai sumber daya organisasi berbeda dengan anggota sebagai

individu pribadi;

11

6. Pemegang jabatan tidaklah sama dengan jabatannya;

7. Administrasi didasarkan pada dokumen tertulis dan menjadikan kantor sebagai

pusat organisasi modern;

8. Sistem otoritas legal memliliki berbagai bentuk, tetapi dilihat pada aslinya

sistem tersebut tetap berada dalam suatu staf administrasi birokratik.

Birokrasi merupakan lembaga yang memiliki kemampuan besar dalam

menggerakkan organisasi karena birokrasi ditata secara formal untuk melahirkan

tindakan rasional dalam sebuah organisasi. Birokrasi menurut Max Weber sebagai

suatu bentuk organisasi yang ditandai oleh hierarki, spesialisasi peranan, dan

tingkat kompetensi yang tinggi ditunjukkan oleh para pejabat yang terlatih untuk

mengisi peran-peran tersebut (Lijan Poltak Sinambela dkk, 2006:53).

Birokrasi sesungguhnya dimaksudkan sebagai sarana bagi pemerintah

yang berkuasa untuk melaksanakan pelayanan publik sesuai dengan aspirasi

masyarakat. Birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk

mencapai tugas-tugas administratif yang besar dengan cara mengoordinasi secara

sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak orang (Wahyudi Kumorotomo,

2009:74). Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengertian birokrasi adalah sistem administratif dan pelaksanaan tugas keseharian

yang terstruktur, dalam sistem hierarki yang jelas, dilakukan dengan aturan

tertulis, dilakukan oleh bagian tertentu yang terpisah dengan bagian lainnya, oleh

orang yang dipilih karena kemampuan dan keahlian dibidangnya. Dalam bidang

publik konsep birokrasi dimaknai sebagai proses dan sistem yang diciptakan

secara rasional untuk menjamin mekanisme dan sistem kerja yang teratur, pasti,

dan mudah dikendalikan.

Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi bertujuan memberikan pelayanan sebaik-baiknya

kepada masyarakat dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga

memberikan kesejahteraan dan rasa masyarakat banyak. Proses reformasi yang

harus dilakukan birokrasi nampaknya bukan hal yang mudah karena harus

menformat ulang dengan penuh kritik dan tindakan korektif struktur dan

konfigurasi birokrasi itu dari yang serba sakral feodal ke serba priyayi ke arah

birokrasi dengan konfigurasi otoritas yang rasional yang dalam tataran empirik

12

dari budaya minta dilayani menjadi budaya melayani abdi masyarakat (public

service).

Tugas utama pemerintah terhadap rakyatnya adalah memberikan

pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan masyarakat.

Demikian pentingnya pelayanan publik oleh pemerintah ini sehingga sering

dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu rezim pemerintah terlebih sekarang

terdapat paradigm good governance (kepemerintahan yang baik) dikedepankan

dimana akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi dijadikan tolak ukur dalam

pelayanan publik.

Menurut Sofian Efendi dalam (Miftah Thoha, 2007:18), untuk menciptakan

birokrasi yang efisien, efektif, dan responsive dalam rangka mendukung tata

kepemerintahan yang demokratis serta ekonomi nasional, pemerintah seharusnya

menerapkan strategi kelembagaan reformasi birokrasi yang bertujuan:

a Memantapkan kelembagaan reformasi birokrasi;

b Meningkatkan pelayanan publik dengan menerapkan manajeman berbasis

kinerja;

c Membangun kapasitas aparatur negara untuk menciptakan pelayanan

publik yang maksimal;

d Organisasi dan sumber daya manusia aparatur yang professional,

apolitikal, netral, transparan, dan akuntabel.

Birokrasi sebagai komponen pemerintah harus dikembalikan lagi untuk

hanya terfokus kepada fungsi, tugas prinsip pelayanan publik. Birokrasi harus

netral dan bukan sebagai alat politik sehingga ia bebas untuk bersinergi dan

berinteraksi dengan pengguna jasa yang pada hakikatnya adalah kepentingan

pelayanan untuk masyarakat.

Untuk merespon secara tepat isu-isu pokok tata kepemerintahan yang baik dan

meningkatkan kapasitas birokrasi publik yang akan berkembang, maka dalam

pelaksanaan reformasi birokrasi perlu penerapan reformasi pelayanan publik.

Reformasi pelayanan publik diarahkan pada peningkatan cakupan dan mutu

pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah.

13

C. Otonomi Daerah

Pengertian Otonomi Daerah Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004

pasal 1 ayat 5 adalah hak ,wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untukmengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan

menurut Suparmoko (2002:61) mengartikan otonomi daerah adalah kewenangan

daerah otonom untuk mengaturdan mengurus kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Daerah Otonom Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasl 1 ayat 6

menyebutkan bahwa daerah otonomi selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan

masyarakat yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara kesatuan

Republik Indonesia.Menurut Profesor Oppenhein (dalam Mohammad Jimmi

Ibrahim, 1991:50) bahwa daerahotonom adalah bagian organis daripada negara,

maka daerah otonom mempunyai kehidupan sendiri yang bersifat mandiri dengan

kata lain tetap terikat dengan negarakesatuan. Daerah otonom ini merupakan

masyarakat hukum yaitu berhak mengatur danmengurus rumah tangganya

sendiri.Hakekat, Tujuan dan Prinsip Otonomi Daeraha. Hakekat Otonomi

DaerahPelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya adalah upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan

pembangunan sesuai dengan kehendak dan kepentingan masyarakat.

Berkaiatan dengan hakekat otonomi daerah tersebut yang berkenaan

dengan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan

dana publik dan pengaturan kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah dan

pelayanan masyarakat maka peranan data keuangan daerah sangat dibututuhkan

untuk mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar

belanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan

secara efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang memberikan gambaran

statistik perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun

pengeluaran dan analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama

14

untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk meliahat

kemampuan/ kemandirian daerah (Yuliati, 2001:22)

Tujuan Otonomi Daerah Menurut Mardiasmo (Otonomi dan Manajemen

Keuangan Daerah) adalah: Untuk meningkatkan pelayanan publik (public service)

dam memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama

pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: Meningkatkan

kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.

Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk

berpartisipasi dalam proses pembangunan. Selanjutnya tujuan otonomi daerah

menurut penjelasan Undang-undang No 32 tahun 2004 pada dasarnya adalah sama

yaitu otonomi daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan

hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan

peran serta aktif masyarakat secara nyata, dinamis, dan bertanggung jawab

sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi beban

pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang akan memberikan peluang

untuk koordinasi tingkat lokal.

Sentralisasi dan desentralisasi adalah dua konsepsi yang selalu eksis dalam

sebuahorganisasi modern, baik dalam organisasi publik maupun dalam organisasi

non publik.Dalam sebuah sistem negara (baik dalam negara federal maupun

negara kesatuan), keduakonsepsi ini bahkan menentukan derajat hubungan antara

pemerintah pusat danpemerintah daerah (atau negara bagian). Karena itu, tidak

kita temukan sebuah negarayang hidup hanya dengan sentralisasi atau hanya

dengan desentralisasi. Meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat dalam

ruang globalisasi tidak menyurutkan perannegara pusat sebagai motor dan

moderator antara negara nasional dan negarainternasional. Peran negara pusat

tersebut, tercakup dalam konsepsi sentralisasi.Sebaliknya, menguatnya identitas

masyarakat lokal (lokalisasi) menuntut ruang gerak pemerintah daerah dan

masyarakat setempat untuk mengatur dan menguruskebutuhannya sendiri.

Tuntutan inilah yang melahirkan program desentralisasi. Globalisasi dan

lokalisasi (disebut juga dengan glokalisasi) adalah dua kekuatan dalammasyarakat

yang bergerak dalam arah berlawanan tetapi saling mempengaruhi.

15

Refleksikeduanya terkandung dalam sentralisasi dan desentralisasi. Meskipun

sentralisasi dandesentralisasi adalah dua konsepsi yang selalu ada dalam sistem

negara, terdapatbeberapa kewenangan dan urusan yang tabu untuk

didesentralisasikan. Kewenangantersebut lazimnya berkaitan dengan keutuhan

kedaulatan negara serta kesatuan hukumdan ekonomi nasional. Diantara

kewenangan tersebut antara lain; kewenangan luar negeri,kewenangan pertahanan

dan keamanan dan kewenangan peradilan. Sebaliknya, terdapatbeberapa

kewenangan, yang karena tuntutan efisiensi, efektivitas dan kedekatanpartisipasi

masyarakat, diselenggarakan oleh pemerintah daerah (atau negara bagian).Pada

awalnya, konsepsi desentralisasi politik (dikenal juga sebagai devolusi)

dapatdipahami sebagai pendelegasian kewenangan dan tugas-tugas pemerintahan

kepada unit-unit pemerintahan di daerah yang memiliki independensi terhadap

pemerintah pusat. Kontrol pemerintah pusat lazimnya bersifat tidak langsung dan

bertindak hanya sebagaisupervisor (Rondinelli, Nellis, Cheema, 1983).

16

BAB III

PEMBAHASAN

A. Reformasi birokrasi dalam menyediakan pelayanan publik di

pemerintah kabupaten jembrana

Gambaran Umum Kabupaten Jembrana

Kabupaten Jembrana terletak pada belahan bagian barat Pulau Bali

membujur dari barat ke timur pada posisi 8o 09’30”- 8

o 28’02” LS dan 114

o

25’53” - 114o 56’38” BT dengan luas wilayah Jembrana 84.180 Ha. atau 14,96 %

dari luas wilayah Pulau Bali.

Batas-batas administrasi Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng dan Selat Bali

Sebelah Timur : Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sebelah Barat : Selat Bali

Luas wilayah Kabupaten jembrana adalah 841.800 atau 14.96 % dariluas wilayah

pulau Bali. Jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana tahun 2011adalah sebanyak

31.573 jiwa. Ibukota kabupaten Jembrana yaitu Negara. Secaraadministrasi

Kabupaten Jembrana tebagi atas 5 kecamatan, yaitu :

Melaya: Luas kecamatan Melaya yaitu 197,19

Negara : Luas Kecamatan Negara yaitu 126,6

Jembrana: Luas Kecamatan Jembrana yaitu 93,87

Mendoyo: Luas Kecamatan Mendoyo yaitu 294,49

Pekutatan: Luas Kecamatan Pekutatan yaitu 129,64

Susunan organisasi Pemerintahan Kabupaten Jembrana dikepalai

olehBupati dan Wakil Bupati Jembrana. Pusat Pemerintahan di Civic

CentrePemerintahan di Jalan Untung Surapati Negara. Seluruh Dinas (SKPD)

pelaksana jalannya pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat berada dalam

satugedung terpadu, sehingga pelaksanaan roda pemerintahan dan pelayanan

kepadamasyarakat berada dalam satu gedung bersama Sekertaris Daerah

KabupatenJembrana selaku Kepala Sekertariat Daerah.

17

Reformasi Birokrasi Kabupaten Jembrana

Dalam konteks reformasi birokrasi dan good governance, terdapat

sejumlah program inovasi di Kabupaten Jembrana yang layak dan patut dicontoh

oleh Daerah lainnya diIndonesia. Sejumlah program tersebut dibagi empat

kelompok bidang yakni bidangpendidikan; perekonomian, tenaga kerja dan

kependudukan; pertanian; serta perizinan dan struktur pemerintahan. Dalam

bidang pendidikan, terdapat lima program yaitu: pembebasan biaya sekolah SD-

SMU Negeri dan program beasiswa untuk siswa SD-SMU

Swasta;pembangunan/perbaikan gedung sekolah dengan pola block grant dan

regrouping sekolah; pemberian beasiswa kepada guru untuk melanjutkan

pendidikan; peningkatankesejahteraan guru melalui penambahan insentif

tambahan; serta penyelenggaraansekolah kajian untuk mencetak anak didik yang

memiliki disiplin tinggi, budi pekerti,keterampilan, ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek) serta mempunyai wawasan global.

Dalam hal pembangunan/perbaikan gedung sekolah negeri baik berupa

ruang kelas baruatau ruang penunjang lainnya, maka pola yang dipilih untuk

dilaksanakan adalah melaluipola block grant bukan proyek seperti yang selama

ini biasa dilakukan di daerah-daerahlainnya. Pola ini dilakukan dengan

mengedepankan partisipasi masyarakat melaluikomite sekolah yang ada, sehingga

pembangunan sarana dan prasarana pendidikantersebut diharapkan sesuai dengan

apa yang diharapkan masyarakat. Melalui pola ini, Pemerintah Kabupaten hanya

memfasilitasi dan memberikan bantuan berupa dana ataumaterial untuk bangunan

yang akan direhab/buat. Pemilihan pola block grant dilakukan selain untuk

memberikan ruang partisipasi kepada masyarakat juga bertujuan untuk melakukan

efisiensi dan pemanfaatan dana yang lebih optimal dengan sasaran akhir

yanglebih maksimal. Dengan pola ini diharapkan dapat dilaksanakan

rehab/perbaikan gedungSD, SMP, maupun SMU dengan menggunakan biaya dari

APBD dan DAK yang minimalnamun dengan hasil yang lebih optimal.

Dalam bidang perekonomian, tenaga kerja dan kependudukan, terdapat

sembilan programyaitu: dana bergulir; pemberian alat kerja kepada kelompok

masyarakat; pelatihan danpenempatan kerja di kapal pesiar; pelatihan dan

pemagangan kerja di Jepang; info bursatenaga kerja di Dinas Kependudukan,

18

pembebasan biaya pembuatan KTP dan AkteKelahiran; undian berhadiah KTP;

serta asuransi kematian bagi pemegang KTP.

Dalam bidang pertanian, terdapat tiga program yaitu: program inovasi

dalam pemberiandana talangan kepada KUD untuk membeli gabah petani,

pemberian dana talangankepada petani cengkeh, dan pembebasan Pajak Bumi dan

Bangunan untuk areal pertanian.Dana talangan pemberian gabah petani dilakukan

dalam rangka mengatasi kesulitanpetani terkait dengan murahnya harga gabah

pada waktu musim panen raya. Program inidilakukan dengan pola kemitraan

antara Pemerintah Kabupaten, KUD dan Kelian Subak.Pemerintah Kabupaten

memberikan bantuan dana kepada KUD yang kekurangan danantuk membeli

gabah petani melalui Kelian Subak. Selanjutnya Pemerintah Kabupatenmembeli

beras dari KUD untuk memenuhi kebutuhan beras PNS.

Selain untuk untuk menanggulangi anjloknya harga gabah petani pada

musim panen puncak, program ini juga bertujuan agar KUD sebagai lembaga

pemasaran (tata niaga) beras/gabah dapat menampung gabah petani, dan

menciptakan rasa agar masyarakat Jembrana lebihmencintai dan memanfaatkan

produksi petani lokal. Sejumlah manfaat yang dirasakandari keberadaan program

ini antara lain adalah harga gabah petani yang tidak lagi anjlok meskipun pada

saat musim panen puncak, KUD dapat lebih berperan sebagai lembagapemasaran

hasil pertanian utamanya gabah/beras karena mendapat bantuan dana dari

Pemerintah Kabupaten berupa uang muka pembayaran beras bagi PNS, serta

PemerintahKabupaten sendiri dapat memenuhi kebutuhan beras bagi PNS

dilingkungannya denganharga sesuai kesepakatan.

Dalam bidang perizinan dan struktur pemerintahan terdapat enam

program, yaitu:pelayanan izin satu atap, perubahan struktur organisasi Pemerintah

Kabupaten sesuaidengan PP 8/2003; absensi pegawai Pemerintah Kabupaten

dengan menggunakan handkey; pembentukan tim owner estimate (OE) dalam

pengadaan barang dan jasa;pemberian insentif tahunan bagi pegawai Pemerintah

Kabupaten; dan pembatasanpenggunaan kendaraan dinas di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Jembrana. Tim Owner Estimate (OE) adalah sebuah tim

yang dibentuk oleh Bupati untuk menilainilai sebenarnya dari suatu proyek

pengadaan barang dan jasa. Dengan adanya tim OE inidapat dilakukan efisiensi

19

penggunaan dana dalam pelaksanaan proyek pengadaan barangdan jasa tanpa

mengurangi spesifikasi dan volume dari proyek pengadaan barang dan

jasatersebut. Penggunaan tim OE ini juga didukung oleh kebijakan Bupati

untuk mensentralisasikan proyek pengadaan barang dan jasa melalui 1 (satu) pintu

di tingkatKabupaten, dan adanya nilai standar yang sama dalam belanja barang

yang dilakukanoleh unit-unit di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana.

Standar harga tersebutdibuat melalui sebuah survei harga pada sejumlah

tempat/toko dan senantiasadiperbaharui setiap 3 (tiga) bulan sekali.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan reformasi birokrasi

Pemerintah Kabupaten Jembrana

1. Peranan Kepala Daerah Dalam Melakukan Reformasi Birokrasi

Adapun langkah-langkah yang dilakukan Winasa dalam reformasi

birokrasi, yakni: pertama. Restrukturisasi organisasi pemerintahan, dari struktur

yang gemuk menjadi ramping. Secra normatif, terobosan Winasa untuk

melakukan perampingan birokrasi ini sesungguhnya diperkuat oleh kerangka

regulasi nasional, terutama Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 dan

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Daerah.

Tujuan dari pemberlakuan kedua Peraturan Pemerintah ini adalah untuk

memastikan efisiensi dalam aktivitas di pemerintahan daerah, baik tingkat

provinsi maupun kabupaten. Dalam Peraturan Pemerintah ini ditetapkan jumlah

minimal unit-unit pemerintahan (dinas, kantor dan badan) yang ada lingkungan

pemerintah provinsi dan kabupaten. Latar belakang kelahiran kedua Peraturan

Pemerintah ini karena kecenderungan pemerintah daerah untuk menambah jumlah

instansinya dan pegawai didalamnya yang berakibat pada beban yang harus

ditanggung anggarannya oleh pemerintah daerah dalam hal membayar gaji para

pegawai dan biaya anggaran terhadap instansi tersebut, tentunya hal ini sangat

mendukung gagasan Winasa untuk melakukan reformasi birokrasi atau apa yang

ingin dicapai oleh kedua Peraturan Pemerintah tersebut sejalan dengan ide Winasa

untuk mengurangi pemborosan anggaran publik. Di Pemerintah Jembrana,

langkah perampingan dilakukan dengan memotong jumlah dinas dari 9 menjadi 7,

jumlah kantor berkurang sebanyak 7 kantor dan jumlah badab tetap, yakni 2.

implikasinya, restrukturisasi ini membawa cukup banyak hilangnya jabatan dalam

20

struktur organisasi pemerintah daerah di Kabupaten Jembrana.

Langkah Kedua, yang dilakukan Winasa adalah menerapkan strategi

profesionalisasi birokrasi daerah melalui mekanisme rekruitmen yang berbasis

kompetisi. Salah satu inovasi yang menarik dari Pemerintah Kabupaten Jembrana

adalah mekanisme lelang jabatan dan fit and poper test yang diadakan secara

berkala. Lelang jabatan (job tender) dilakukan untuk pejabat esolon 3 dan 4,

sedangkan fit and proper test dilakukan untuk jabatan esolon 1 dan 2. dalam

lelang jabatan, setiap pegawai yang telah memenuhi syarat administrative berupa

tingkat kepangkatan dan golongan, diperbolehkan mendaftarkan diri untuk

mengisi lowongan yang tersedia. Penilaian akan dilakukan oleh tim penyeleksi

yang keputusannya ditentukan oleh bupati. Sedangkan pelaksanaan fit and prover

test dilakukan tim dari Universitas Udayana Denpasar. Hasil dari fit and prover

test akan diberikan kepada bupati. Selain itu, langkah ini juga sebagai resep yang

digunakan Winasa untuk menghilangkan perilaku KKNK di antara pegawai di

Pemerintah Kabupaten Jembrana, mengingat pada dekade sebelumnya

penempatan seorang PNS dalam jajaran birokrasi masih terdapat peluang untuk

melakukan KKNK (korupsi, kolusi, nepotisme, dan koncoisme). Winasa juga

melakukan terobosan-terobosan lainnya, yang bertujuan untuk meningkatkan

sumber daya manusia, khususnya jajaran pegawai negeri sipil sebagai

penyelenggara pemerintahan dan pembangunan. Berbagai terobosan itu seperti,

penyelenggaran diklat penjenjangan pegawai, semacam ADUM, ADUMLA, dan

lainnya, yang diselenggarakan dengan swadaya oleh Pemerintah Kabupaten

Jembrana, sambil bergendangan dengan lembaga-lembaga pendidikan dan latihan.

Langkah ketiga adalah memperkuat agenda restrukturisasi dan

profesionalisasi birokrasi dengan strategi pendukung, berupa efisiensi

pemanfaatan aset-aset daerah dan memperbaiki prosedur keuangan yang dikenal

dengan nama sisdur (sistem dan prosedur). Perbaikan sistem keuangan dilakukan

pada saat bersamaan dengan penataan kelembagaan birokrasi daerah. Pada

dasarnya, sistem dan prosedur terdiri dari empat perubahan mendasar yaitu, Tim

Penilai Independen, Sistem Gudang, Owner Estimated dan Penghapusan Sistem

Honor. Sistem Gudang dalam hal ini, digunakan untuk lebih menyempurnakan

efisiensi dalam prilaku celah-celah terjadinya KKN di dalam setiap perilaku

21

birokrasi ketatapemerintahan di Kabupaten Jembrana, Sistem Gudang ini

diterapkan dengan manajemen control pada sisi masuknya barang , maka dengan

cara ini setiap pembelian dan pengeluaran barang harus melewati satu pintu.

Langkah keempat yang menarik dari strategi reformasi birokrasi di

Jembrana

adalah prinsip reward and punishment dalam birokrasi pemerintahan daerah.

Bupati tidak segan-segan memberikan hukuman kepada staff yang memiliki

kinerja yang buruk, di samping menerapkan mekanisme punishment, Jembrana

juga menjamin kesejahteraan aparatur birokrasi daerah dengan mekanisme

insentif, berupa ; uang daging babi seluruh pegawai negeri sipil di Jembrana, gaji

ke-13 dan ke-14, pemberian dan kesejahteraan aparat desa, bantuan operasional

BPD, bonus peninkatan kesejahteraan sebesar 1 juta bagi seluruh pegawai, biaya

operasional bagi kepala desa, biaya operasional bagi klian Banjar dan lain-

lainnya.

Sementara, langkah yang dilakukan Winasa dalam ketenegakerjaan adalah

dengan menjalin berbagai hubungan serta koneksinya, juga menjalin kerja sama

sister city dengan Kabupaten Okayama, Jepang. Dengan kerja sama di bidang

tenaga kerja ini, diharapkan masyarakat Jembrana akan memiliki peluang

mendapatkan pekerjaan di Okayama, Jepang. Karena dengan sistem magang di

Jepang itu, masyarakat Jembrana akan mendapatkan keuntungan ganda. Selain

keuntungan finasial yang jauh lebih besar dibandingkan menjadi tenaga kerja di

Indonesia, keuntungan lainnya adalah berupa pengalaman kerja seperti

penyerapan etos kerja masyarakat Jepang dan terjadinya alih teknologi.

2. Restrukturisasi Organisasi Pemerintahan

Pasca pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai dengan

bergabungnya

beberapa intansi vertikal yang sebelumnya berdiri sendiri ke dalam intansi

Pemerintah Kabupaten Jembrana sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

8 Tahun 2000, maka dibentuklah “Struktur Organisasi Pemerintah Daerah

Kabupaten Jembrana” yang baru, yang sesuai dengan amanat PP. No. 84 Tahun

2000 tersebut. Hal ini diimplementasikan dalam Peraturan Daerah (Perda)

Kabupaten Jembrana Nomor 7, 8 dan 9 Tahun 2000. sedangkan untuk

22

merampingkan organisasi pemerintahan daerah sehingga dapat berfungsi lebih

efektif dan efisien, Pemerintah Kabupaten Jembrana menerbitkan Peraturan

Daerah Nomor 10 Tahun 2003, yang disesuaikan dengan keberadaan Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003, tentang Organisasi Pemerintah Kabupaten

Jembrana. Adapun hasil perubahan Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten

Jembrana sesuai dengan Perda No. 7, 8, dan 9 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.

84 Tahun 2000 dengan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Jembrana

berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah ( PP)

No. 8 Tahun 2003.

3. Strategi Pemanfaatan Aset Daerah

Menurut I Komang Wiyasa, ada tiga kunci yang mendasari langkah-langkah

strategi Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam rangka pemanfaatan dan

mengadakan sarana dan prasarana sebagai penunjang aktifitas pemerintahan dan

pelayanan kepada mas yarakat. K etiga kunci ters ebut adalah, K ebutuhan, M

anfaat, dan Berkesinambungan.

Langkah-langkah itu dikenal sebagai “Empat Langkah Efisiensi Pemanfaatan dan

Pengelolaan Aset Daerah”.

a. Melakukan relokasi bagi seluruh lembaga dan organisasi yang berada di

bawah payung Pemerintah Kabupaten Jembrana, baik setingkat dinas,

kantor maupun bagian, ke dalam satu kompleks perkantoran yang

terintegrasi bahkan berada di bawah satu atap.

b. Melakukan langkah-langkah efisiensi pemanfaatan aset daerah, baik aset

tidak bergerak maupun aset bergerak secara maksimal.

c. Menerapkan pola pemeliharaan sarana dan prasarana pemerintah maupun

publik sebagai kegiatan rutin dari dinas instansi terkait, dan bukan

diproyekkan seperti yang diterapkan sebelumnya.

d. Pola pemeliharaan gedung dan perkantoran milik Pemerintah Kabupaten

Jembrana dilakukan dengan sistem keberlanjuatan melalui “Engenering

system.

4. Manajemen Pengelolaan Dana / Anggaran

Ada beberapa kebijakan dan langkah strategis yang diambil Pemerintah

Kabupaten Jembrana dalam rangka pengelolaan dana dan anggaran yang dimiliki.

23

Mulai dari Sistem Perencanaan Anggaran, Pemanfaatan atau Pendayagunaan

Anggaran, Manajemen Kontrol atas Pemanfaatan Anggaran, serta Sistem dan

Mekanisme Alur Uang/Dana yang harus dikelola, sehingga memudahkan kontrol

dan pelaporannya. Pengelolaan anggaran pembangunan Pemerintah Kabupaten

Jembrana mencoba menerapkan pola baru, yang disebut sebagai Pola OE (Owner

Estimate). Dalam arti, anggaran pembangunan yang tertuang dalam APBD

tidaklah diperlakukan sebagai standar seperti apa yang terjadi dahulu, tetapi OE

yang dibuat oleh konsultan independenlah yang menjadi acuan. Diharapkan,

dengan penerapan pola OE ini, akan tercapai efisiensi pengelolaan dana tanpa

harus mengganggu atau mengurangi mutu hasil kerja. Selain itu, dengan pola OE,

pola pengawasan terhadap keberadaan mutu proyek dapat dilakukan secara

maksimal. Karena semuanya sudah terstandarisasikan dengan baik.

Selanjutnya, I Komang Wiyasa menambahkan bahwa setelah dilakukan

dalam beberapa tahun terakhir, ternyata pola OE ini sangat menguntungkan dari

sisi pemerintahan, karena nilai efisiensinya sangat tinggi. Demikian juga dari sisi

pelaksanaan proyek atau atau perusahaan, pola OE ini memaksa perusahan-

perusahan yang ada untuk berperilaku professional. Karena tanpa dukungan

profesionalisme, maka sebuah perusahan akan sulit untuk ikut bersaing dan

berpartisipasi. Karena pola OE ini lebih menekankan pada bobot nilai dan

kualitas. Artinya, profesionalisme merupakan harga mati yang tidak bisa

ditawar-tawar lagi. Selain itu, Maya juga mengemukkan bahwa dengan

menerapkan pola OE di dalam penyelenggaraan berbagai proyek pembangunan,

dari sisi efisiensi pemerintah sangat diuntungkan. Karena dengan pola ini dapat

dilakukan penghematan-penghematan yang kalau dihitung-hitung nilainya lebih

dari 30% atas nilai anggaran yang tertera di dalam pos-pos anggaran (APBD).

5. Peningkatan Sumber Daya Manusia

Adapun langkah-langkah yang ditempuh Pemerintahan Kabupaten

Jembrana untuk meningktakan kualitas sumber daya manusia penyelenggara

birokrasi pemerintahan dan pembangunan, sebagai berikut:

Melakukan standarisasi pendidikan minimal S-1 bagi penyelenggara

birokrasi pemerintahan dan pembangunan yang menduduki jabatan, baik

jabatan struktural maupun jabatan fungsional.

24

Bekerjasama dengan lembaga-lembaga ilmiah dan professional di bidang

peningkatan somber daya manusia, dalam rangka penempatan dan

pengisian jabatan-jabatan di dalam organisasi pemerintahan, sehingga

benar-benar sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi PNS yang ingin meningkatkan

jenjang pendidikan dengan pola subsidi dan bea siswa. Termasuk bagi

tenaga guru / pendidik dan tenaga kesehatan.

Melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga akademis dan pendidikan

tinggi seperti Universitas Airlangga-Surabaya, dalam rangka memberikan

kesempatan kepada PNS yang ingin melanjutkan pendidikannya ke

jenjang S2.

Melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga riset dan ilmiah seperti

BPPT dan PAL.

Menyelenggarakan berbagai bentuk program pendidikan bagi peningkatan

profesionalisme kerja penyelenggara birokrasi pemerintahan secara

berkesinambungan, berkerjasama dengan berbagai lembaga diklat, baik berupa

diklat perjenjangan maupun diklat yang bersifat praktis dan aplikatif.

25

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemerintah Kabupaten Jembrana merupakan salah satu kabupaten yang

ada di Indonesia yang berhasil melakukan reformasi birokrasi, yakni dengan

memberikan pelayanan umum kepada masyarakat secara merata, terjangkau, dan

diperuntuhkan dengan standar gratis. Dengan kata lain, Pemerintah Kabupaten

Jembrana mampu menyukseskan penyelenggaraan pemerintahan yang handal dan

profesional. Upaya serius yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam

mewujudkan kesejahteraan rakyat dengan cara melakukan perubahan yang

mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hasilnya, Pemerintah Jembrana

menjadi salah satu kabupaten pertama di Indonesia yang bisa memberikan

berbagai pelayanan umum secara gratis. Hal ini, dapat kita lihat dari tiga pilar atau

program yang diciptakan atau menjadi program unggulan Kabupaten Jembrana

dalam pelayanan umum terhadap masyarakat. Adapun ketiga pilar tersebut,

yakni pertama, peningkatan kualitas pendidikan, kedua, peningkatan derajat

kesehatan masyarakat, dan ketiga, peningkatan daya beli masyarakat. Ketiga

program unggulan Pemerintah Kabupaten Jembrana di atas merupakan bukti

kongkrit keberhasilan kabupaten tersebut dalam melakukan pengelolaan sistem

birokrasi atau lebih dikenal dengan reformasi birokrasi.

Terdapat tiga kunci utama yang dilakukan atau harus dimiliki Pemerintah

Kabupaten Jembrana pasca reformasi, yakni pemimpin yang pro terhadap rakyat,

menciptakan hubungan yang sinergis antara lembaga legislatif dan eksekutif, dan

adanya dukungan dari aparat birokrasi. Selanjutnya, langkah yang ditempuh,

yakni melakukan penataan kembali birokrasi, baik dalam hal kelembagaan,

kepegawaian. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menciptakan penyelenggaraan

pemerintahan yang efektif dan efisien. Keberhasilan Pemerintah Kabupaten

Jembrana dalam melakukan reformasi, tentunya terdapat sejumlah faktor yang

mempengaruhi dari keberhasilan tersebut yaitu, Adanya komitmen kepala

daerah dan peranannya dalam usahanya melakukan reformasi birokrasi,

Restrukturisasi kelembagaan , Pemberdayaan sumber daya manusia birokrasi,

Strategi pemanfaatan aset daerah, dan Manajemen pengelolaan dana / anggaran.

26

B. Saran

Masyarakat bukan hanya sebagai pihak yang dilayani tetapi juga pengawas

pelayanan maka pemerintah haruslah memperbaiki system pelayanan hal

ini di karenakan takutnya ketidak percayaan masyarakat kepada

pemerintah yang menjalankan pelayanan.

Diharapkan juga kepada masyarakat agar lebih berpartisipatif dalam

pelaksanaan reformasi birokrasi, prinsip-prinsip good governance,

pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang

baik, bersih, dan berwibawa, serta pencegahan dan percepatan

pemberantasan korupsi.

Mengupayakan penataan perundang-undangan, dengan menyelesaikan

rancangan undang-undang yang telah ada, Agar reformasi birokrasi guna

mencegah buruknya birokrasi dapat berjalan dengan baik dengan adanya

legalitas secara hukum dalam pelaksanaannya.

27

DAFTAR PUSTAKA

Prasojo, Eko dan Kurniawan, Teguh. 2008. Reformasi Birokrasi dan Good

Governance : Kasus Best Practices dari Sejumlah Daerah di Indonesia.

Diakses pada tanggal 11 Juni 2014 melalui http://staff.ui.ac.id

Effendi, Sofian. 2000. Reformasi Administrasi Negara. Diakses pada tanggal 11

Juni 2014 melaui sofian.staff.ugm.ac.id

Ikhwan, Khairul. tt. Reformasi Birokrasi Dalam Pelayanan Publik Di Kabupaten

Jembrana Provinsi Bali. Diakses pada tanggal 11 Juni 2014 melalui

http://pustaka.unpad.ac.id

Centaury, Tyo. 2010. Reformasi Birokrasi, Syarat Mutlak Pelayanan Publik dan

Berantas Korupsi. Diakses pada tanggal 11 Juni 2014 melalui

http://tyocentaury.wordpress.com

(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/REFORMASI%20DAN%20PEMBANGUNA

N%20LEMBAGA.pdf

(https://www.academia.edu/2463830/Reformasi_Birokrasi_dan_Good_governanc

e_Kasus_Best_Practices_dari_Sejumlah_Daerah_di_Indonesia Diakses

pada tanggal 11 Juni 2014

(http://id.scribd.com/doc/119146524/Jembrana-Rapi) Diakses pada tanggal 11

Juni 2014

(http://jembranakab.go.id/files/LKPJ_2011/BAB_II_LKPJ.pdf) Diakses pada

tanggal 11 Juni 2014

(http://makalahme02.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-reformasi-birokrasi-

di.html#_) Diakses pada tanggal 11 Juni 2014