PBL blok 26-yuni.doc

download PBL blok 26-yuni.doc

of 23

Transcript of PBL blok 26-yuni.doc

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    1/23

    Tuberkulosis di Lingkungan Keluarga

    Yuniasih

    Nim 10.2009.102

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat 11510

    Email : [email protected]

    Pendahuluan

    Latar Belakang

    Tuberkulosis Paru (TB Paru) telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai penyakit

    kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Hal ini

    disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen. Di samping

    proses destruksi terjadi pula secara simultan proses restorasi atau penyembuhan jaringan

    paru sehingga terjadi perubahan struktural yang bersifat menetap serta bervariasi yang

    menyebabkan berbagai macam kelainan faal paru (Supardi, 2006).

    Penyakit TB Paru sudah lebih dari 100 tahun yang lalu ada dipermukaan bumi kita

    ini. Abad ke-19 merupakan abad ketika banyak terdapat penemuan ilmiah termasuk

    konsep penyakit tuberkulosis. Di indonesia penyakit ini sudah lama ada, dapat diketahuidari salah satu relief dicandi Borobudur yang tampaknya menggambarkan suatu kasus

    Tuberkulosis. Berarti pada masa itu (tahun 750 sesudah masehi) orang sudah mengenal

    penyakit ini ada diantara mereka (Situmeah,2004).

    Indonesia berada pada tingkat ke-3 terbesar didunia dalam jumlah penderita

    Tuberkulosis (TB), setelah India dan Cina. Di dunia diperkirakan penyakit ini dapat

    menyebabkan kematian kurang lebih 8.000 orang per hari terdaftar hampir 400 kematian

    yang berhubungan dengan TB setiap harinya, atau 140.000 per tahun, dan kurang lebih

    juta penduduk diduga terinfeksi TB setiap tahun ( Jakarta Pos, 2008).

    Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya sangat

    mudah sekali, yaitu melalui batuk, bersin dan berbicara. Untuk mengurangi

    bertambahnya TB paru dan masalah yang ditimbulkan oleh penyakit TB paru, perlu

    dilakukan penanganan awal yang dapat dilakukan adalah di lingkungan keluarga.

    1

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    2/23

    Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

    beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam

    keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI, 2001). Penyebaran penyakit tuberkulosis

    paru yang sangat mudah ini, sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarganya

    sedang menderita penyakit tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang

    lain. Oleh karena itu, penyakit tuberkulosis harus mendapat penanganan yang tepat

    karena penyakit ini menyerang tidak memandang kelompok usia produktif, kelompok

    ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Penyakit TB paru lebih banyak ditemukan di

    daerah miskin. Karena faktor lingkungan yang kurang mendukung menjadi penyebab TB

    paru. Beberapa faktor yang erat hubunganya dengan terjadinya infeksi basil tuberkulosis

    yaitu adanya sumber penularan, jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus

    memapar calon penderita, virulensi (keganasan basil serta daya tahan tubuh dimana daya

    tahan tubuh ini mempunyai hubungan erat dengan faktor lingkungan, misalnya

    perumahan dan pekerjaan, faktor imunologis. Keadaan penyakit yang memudahkan

    infeksi seperti diabetes militus dan campak serta faktor genetik. Melihat fenomena pada

    penyakit TB paru seperti yang tersebut diatas penulis tertarik untuk mengetahui

    bagaimana bentuk pengelolaan pasien dengan TB paru.1

    Tujuan

    Dalam makalah PBL kali akan membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan

    masalah-masalah tentang Tuberkulosis menurut ilmu kesehatan masyarakat. Dimana

    pembaca diharapkan mengerti tentang hal-hal sebagai berikut;

    1. Memahami tentang langkah epidemiologi secara khusus yaitu TB pada org

    dewasa dan anak..

    2. Memahami tentang unsur-unsur yang terkait tentang ilmu kedokteran masyarakat.

    3. Memahami tentang unsur-unsur yang berhubungan dengan kejadian TB di

    Indonesia.

    Rumusan Masalah

    Bapak M (45 tahun) memiliki seorang istri (43 tahun) dan 5 orang anak. Istri bapak M

    sedang mengalami pengobatan TB Paru dan sudah berjalan 3 bulan. Anak perempuannya

    2

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    3/23

    (S) yang paling kecil yang berusia 1,5 tahun dan masih menyusui pada ibunya menderita

    batuk-batuk dan berat badannya turun, batuknya sudah diobati dengan obat warung

    karena ketiadaan uang tapi tidak kunjung sembuh. Keluarga bapak M tinggal di rumah

    petak ukuran 5x7 meter di pemkiman padat penduduk.

    Epidemiologi

    Secara Global

    Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah terdsia tapi sampai saat ini TB masih

    tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO

    mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB dianggap sebagai masalah

    kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh M.

    tuberculosis. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus yang tercatat di dunia.2

    Sebgian besar kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara-negara

    yang sedang berkembang. Diantara mereka 75% berda pada usia yang produktif yaitu 20-

    40 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65%

    kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul terjadi di Asia.2

    Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini antara lain

    disebabkan sebagai berikut;

    1) Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara yang sedang

    berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu di negara maju.

    2) Adanya perubahan demografik.

    3) Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi.

    4) Tidak adanya pendidikan mengenai TB di antara para dokter.

    5) Biaya pengobatan.

    6) Adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia.2

    Laporan terbaru WHO 2008, menunjukan setiap tahun diperkirakan ada 9,2 juta kasus

    TB baru (139/100.000 penduduk), 4,1 juta diantaranya (44%) adalah pasien dengan BTA

    positif dan 0,7 juta pasien TB yang juga terinfeksi virus HIV (8%). Lima negara

    penyumbang kasus terbesar TB di dunia adalah India, China, Indonesia, Afrika Selatan,

    dan Nigeria. Rata-rata insidens tertinggi di dunia adalah Afrika sekitar 363/100.000.2

    3

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    4/23

    Di Indonesia

    Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China

    dan India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India dan indonesia berturut-turut

    1.828.000, 1.414.000, dan 591.000. Perkiraan kejadian BTA sputum yang positif di

    Indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985

    dan survei kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking nomer 3 sebagai keamtian

    tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24%. Sampai

    sekarang angka kejadian TB di Indonesia relatif relaps dari angka pandemi infeksi HIV

    karena masih relatif endahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah dimasa

    datang melihat semakin meningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ke tahun.2

    TB pada orang dewasa

    Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terjadi pada orang laki-laki, tetapi ada sedikit

    dominasi tuberkulosis pada wanita di masa anak. Frekuensi TB pada orang tua populasi

    pada orang kulit putih di Amerika Serikat ; individu-individu ini mendapat infeksi

    beberapa dekade yang lalu.2

    TB pada anak-anak

    Laporan TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus TB anak per tahun

    adalah 5% samapai 6% dari total kasus TB. TB menyerang anak-anak pada sekitar umur

    dibawah 5 tahun. Sedangkan kisaran 5-14 tahun tahun. Kisaran umur ini sering disebut

    umur kesayangan karena pada semua semua populasi manusia kelompok ini

    mempunyai frekuensi penyakit TB yang terendah. Kasus tersering pada anak adalah

    kasus dimana anak-anak yang terpajan pada orang dewasa yang menserita TP atau yang

    beresiko tinggi.2,3

    Pendekatan Dokter Keluarga

    Dewasa ini wawasan mengenai diagnosis, gejala, pengobatan dan pencegahan TBC

    sebagai suatu penyakit infeksi menular terus berkembang. Sejalan dengan itu, maka perlu

    dipelajari faktor-faktor penentu yang saling berinteraksi sesuai dengan tahapan perjalanan

    alamiah.

    4

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    5/23

    Faktor Agent ( Mycobacterium tuberculosis)

    Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia

    atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu

    yanglama. Pada Host daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium

    Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung

    dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering

    muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan

    mengembangkan obat baru.Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak

    (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak

    langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.4

    Faktor Host

    Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian

    dan kematian yaitu:

    Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita

    Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan,

    perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita.

    Puncak sedang pada usia lanjut.

    Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak

    berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia

    ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita

    dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan

    resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebihtinggi daripada populasi yang mengenal

    TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisisosioekonomi. Aspek keturunan dan

    distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalamTBC, tetapi mungkin mengacu

    pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam

    keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC,

    sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi kesehatan secara

    umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga

    berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan

    beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.2,4

    5

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    6/23

    Faktor Lingkungan

    Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar

    danprevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler

    tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis. Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal

    penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi

    positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan,

    pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi.Terdapat pula aspek

    dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu,

    gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman

    sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan

    epidemi penyakit ini. Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan

    berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.4

    Pelayanan Kesehatan Primer

    Pelayanan kesehatan primer /PHC adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin

    tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk dan dimotori oleh

    Dokter Umum (Tenaga medis) dan Tenaga ParaMedis. PHC merupakan pelayanan

    kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan oleh masyarakat pada saat

    mereka mengalami gangguan kesehatan. PHC menekankan pada perkembangan yangbisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah essensial bisa

    diraih, yang essensial dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang

    disertai percaya diri sendiri disertai partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu

    tentang kesehatan. adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode

    dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh

    individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya,

    serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara

    setaip tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance)

    dan menentukan nasib sendiri (self determination).4

    Konsep Pelayanan Kesehatan Primer

    Konsep pelayanan primer merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan

    6

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    7/23

    bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. fokus

    dari pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek

    masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan

    kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut

    seerta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.4

    Tujuan Pelayanan Kesehatan Primer

    1. Tujuan Umum

    mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang

    diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang

    menerima pelayanan.

    2. Tujuan Khusus

    a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani

    b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami

    c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani

    d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya

    lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

    Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Primer

    1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta

    pengendaliannya.

    2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi

    3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.

    4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

    5. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

    6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat

    7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.

    8. Penyediaan obat-obat essensial.

    Ciri-ciri Pelayanan Kesehatan Primer

    7

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    8/23

    1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat

    2. Pelayanan yang menyeluruh

    3. Pelayanan yang terorganisasi

    4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat

    5. Pelayanan yang berkesinambungan

    6. Pelayanan yang progresif

    7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga

    8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

    Pada kasus TB pelayanan kesehatan primer mencakup seperti yang dijelaskan hal-hal

    yang dibahas di bawah ini.

    Visi dan Misi

    Visi : Masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat dimana TB tidak lagi menjadi

    masalah kesehatan masyarakat.

    Misi : - Menjamin bahwa setiap pasien TB mempunyai akses terhadap pelayanan

    yang bermutu, untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena

    TB.

    - Menurunkan resiko penularan TB.

    - Mengurangi dampak social dan ekonomi akibat TBTujuan dan Target

    Tujuan : Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan mata

    rantai penularan.

    Target : Tercapainya penemuan pasien baru TB BTA positif paling sedikit 70% dari

    perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut serta

    mempertahankannya. Tingkat prevalensi dan kematian akibat TB turun

    hingga separuhnya pada tahun 2010 dibanding tahun 1990 dan mencapai

    MDGs pada tahun 2015.

    Peningkatan mutu pelayanan

    Pelatihan seluruh tenaga pelaksana

    Mengembangkan materi pendidikan kesehatan tentang pengendalian TB

    mengunakan media yang cocok untuk tempat kerja.

    8

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    9/23

    Ketepatan diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik.

    Kualitas laboratorium diawasi melalui pemeriksaan uji silang (cross check)

    Untuk menjaga kualitas pemeriksaan laboratorium, dibentuk KPP (Kelompok

    Puskesmas Pelaksana) terdiri dari 1 (satu) PRM (Puskesmas RujukanMikroskopik) dan beberapa PS (Puskesmas Satelit). Untuk daerah dengan

    geografis sulit dapa tdibentuk PPM (Puskesmas Pelaksana mandiri).

    Ketersediaan OAT ( Obat Anti Tuberkulosis) bagi semua penderita TBC yang

    ditemukan

    Pengawasan kualitas OAT dilaksanakan secara berkala dan terus menerus.

    Keteraturan menelan obat sehari-hari diawasi oleh Pengawas Menelan Obat

    (PMO). Pencatatan pelaporan dilaksanakan dengan teratur lengkap dan benar.

    Pengembangan program dilakukan secara bertahap.

    Advokasi sosialisasi kepada para pimpinan perusahaan , organisasi pekerja

    mengenai dasar pemikiran dan kebutuhan untuk TB kontrol yang efektif,

    mencakupkontribusinya dalam pengendalian TB di tempat kerja.

    Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program meliputi : perencanaan,

    pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta mengupayakan sumber daya (dana,tenaga, sarana dan prasarana).

    Membuat peta TB sehingga ada daerah-daerah yang perlu di monitor

    penanggulangan bagi para pekerja.

    Memperhatikan komitmen internasional.

    Health Promotion

    o Penyuluhan perorangan menggunakan metode penyuluhan langsung. Materi yangdijelaskan adalah informasi tentang TB.

    o Penyuluhan kelompok menggunaka metode penyuluhan langsung dengan cara

    ceramah mengenai TB. Materi penyuluhan adalah semua informasi tentang TB.5

    9

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    10/23

    Materi penyuluhan :

    Pengertian dan Faktor Resiko TB

    TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

    (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

    dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

    Cara penularan :

    Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

    Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

    percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

    percikan dahak.

    Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam

    waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar

    matahari langsung dapat membunuh kuman.

    Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan

    lembab.

    Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

    dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

    dahak, makin menular pasien tersebut.

    Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh

    konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

    Risiko penularan :

    Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB

    paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

    dari pasien TB paru dengan BTA negatif.

    Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of

    Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi

    TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000

    penduduk terinfeksi setiap tahun.

    ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.5

    10

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    11/23

    Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.

    Risiko menjadi sakit TB

    Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.

    Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000

    terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap

    tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.

    Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah

    daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi

    buruk).5

    Promosi Kesehatan dalam memberantas TB

    A. Advokasi

    Advokasi merupakan tindakan untuk mendukung upaya masyarakat

    mendapatkan berbagai sumberdaya atau perubahan kebijakan publik. Advokasi

    dilakukan secara sistimatis untuk mempengaruhi pimpinan, pembuat/penentu

    kebijakan dan keputusan, dalam penyelenggaraan penanggulangan TB.

    Pendekatan kepada para pimpinan ini dapat dilakukan dengan cara bertatap muka

    langsung (audiensi), konsultasi, memberikan laporan, pertemuan/rapat kerja,

    lokakarya dan sebagainya sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing unit.

    Dalam konteks global, advokasi TB diartikan sebagai tindakan intervensi

    terkoordinasi yang diarahkan untuk menempatkan penanggulangan TB sebagai

    prioritas dalam agenda politik, untuk menjamin komitmen internasional dan

    nasional serta menggerakkan sumberdaya yang diperlukan. Pada konteks dalam

    negeri, advokasi merupakan upaya luas agar pemerintah memiliki komitmen

    kebijakan yang kuat dalam penanggulangan TB. Dalam melakukan advokasi perlu

    dipersiapkan data atau informasi yang cukup serta bahan-bahan pendukung

    lainnya yang sesuai agar dapat meyakinkan mereka dalam memberikan dukungan.

    Langkah yang perlu dipersiapkan untuk merencanakan kegiatan advokasi:5

    Analisa situasi,

    Memilih strategi yang tepat (advokator, pelaksana, metode dsb)

    Mengembangkan bahan-bahan yang perlu disajikan kepada sasaran, dan

    11

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    12/23

    Mobilisasi sumber dana

    B. Komunikasi

    Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan (informasi) atau gagasan

    (ide) yang disampaikan secara lisan dan atau tertulis dari sumber pesan kepada

    penerima pesan melalui media dengan harapan adanya pengaruh timbal balik.

    Dalam penanggulangan TB, komunikasi diarahkan untuk mendorong lingkungan

    berkreasi melalui pembuatan strategi dan pemberdayaan. Seluruh kegiatan

    komunikasi disebarluaskan lewat media dan berbagai saluran.4,5

    Dalam proses komunikasi perlu memperhatikan :

    a. Sumber pesan (komunikator)

    b. pesan

    c. penerima pesan

    d. umpan balik

    C. Mobilisasi sosial

    Mobilisasi sosial adalah proses penggerakan masyarakat secara aktif melalui

    konsensus dan komitmen diantara pengambil kebijakan untuk penanggulangan

    TB. Penggerakan masyarakat dilaksanakan di tingkat paling bawah (grass root)

    dan secara luas berhubungan dengan mobilisasi dan aksi sosial masyarakat.

    Mobilisasi sosial berarti melibatkan semua unsur masyarakat, sehingga

    memungkinkan masyarakat untuk melakukan kegiatan secara kolektif dengan

    mengumpulkan sumber daya dan membangun solidaritas untuk mengatasi

    masalah bersama, dengan kata lain masyarakat menjadi berdaya.

    Beberapa prinsip dalam mobilisasi sosial

    Memahami kemampuan lembaga yang ada di masyarakat (analisis

    kemampuan lembaga dan hambatan);

    Bersandar pada pemahaman dalam konteks sosial dan budaya termasuk situasi

    politik dan ekonomi masayarakat setempat;

    Memperhatikan permintaan masyarakat;

    Mengembangkan kemampuan-kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi;

    12

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    13/23

    Memerlukan banyak sumber daya dalam organisasi penggerak;

    Berdasar rencana rasional dalam rumusan tujuan, sasaran, pesan, indikator dan

    umpan balik mobilisasi;

    Memerlukan pengulangan secara periodik;

    Menggunakan individu atau organisasi yang terkenal/dihormati sebagai

    penggerak, yang berasal dari elemen kemasyarakatan, memiliki inisiatif,

    solidaritas dan kerjasama antar kelompok atau organisasi masyarakat, serta

    keterpaduaan antara elemen pemerintah dengan non pemerintah.5

    Bentuk-bentuk Mobilisasi Sosial

    Kampanye, digunakan dalam rangka mensosialisasikan isu strategis yang telah

    dikembangkan kepada berbagai sasaran (masyarakat, organisasi profesi, lintas sektor,

    lintas program, dunia usaha, LSM,dll) dengan tujuan menumbuhkan kesadaran dan

    rasa memiliki serta terpanggil untuk terlibat sesuai dengan perannya dalam

    penanggulangan isu tersebut.

    Penyuluhan kelompok, digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

    kelompok masyarakat melalui berbagai metoda dan media penyuluhan.

    Diskusi kelompok (DK), digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan

    dan sikap kelompok masyarakat untuk menanggulangi masalah TB melalui diskusi

    kelompok.

    Kunjungan rumah, digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan

    sikap agar keluarga mau berubah perilakunya sehubungan dengan TB.

    Konseling, digunakan untuk membantu menggali alternatif pemecahan masalah

    TB dalam suatu keluarga.5

    Langkah-langkah Mobilisasi Sosial

    Memberikan pelatihan/orientasi kepada kelompok pelopor (kelompok yang paling

    mudah menerima isu yang sedang diadvokasi);

    Mengkonsolidasikan mereka yang telah mengikuti pelatihan/orientasi menjadi

    kelompok-kelompok pendukung/kader;

    Mengembangkan koalisi diantara kelompok-kelompok maupun pribadi-pribadi

    13

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    14/23

    pendukung;

    Mengembangkan jaringan informasi diantara anggota koalisi agar selalu

    mengetahui dan merasa terlibat dengan isu yang diadvokasikan;

    Melaksanakan kegiatan yang bersifat masal dengan melibatkan sebanyak

    mungkin anggota koalisi;

    Mendayagunakan media massa untuk mengekspose kegiatan koalisi dan sebagai

    jaringan informasi;

    Mendayagunakan berbagai media massa untuk membangun kebersamaan dalam

    mengatasi masalah/isu (masalah bersama). Hal ini cukup efektif bila dilakukan

    dengan menggunakan TV, filler/spot, radio spot, billboard dan spanduk.

    Preventif

    Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari

    TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

    Pencegahan Primer

    Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TB paling

    efektif,walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan

    standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi. Proteksi spesifik dengan tujuan

    pencegahan TB yang meliputi yaitu :

    Imunisasi Aktif,melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada

    daerah dengan angka kejadiantinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi

    dengan nilai proteksi yang tidak absolutdan tergantung Host tambahan dan

    lingkungan.

    Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan

    diabetes, malnutrisi, sakit kronis dan mental.

    Contohnya :

    - Pencegahan pada faktor penyebab tuberculosis (agent) bertujuan mengurangi

    penyebab atau menurunkan pengaruh agent tuberculosis yaitu mycobacterium

    tuberkulosis serendah mungkin dengan melakukan isolasi pada penderita

    tuberkulosis selama menjalani proses pengobatan.

    14

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    15/23

    - Mengatasi faktor lingkungan yang berpengaruh pada penularan tuberkulosis

    seperti meningkatkan kualitas pemukiman dengan menyediakan ventilasi pada

    rumah dan mengusahakan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.

    - Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi individu,

    pemberian imunisasi BCG terutama anak.

    - Tidak membiarkan penderita tuberculosis tinggal serumah dengan bukan

    penderita karena bisa menyebabkan penularan.

    - Meningkatkan pengetahuan individu pejamu (host) tentang tuberculosis

    defenisi, peyebab, cara untuk mencegah penyakit tuberculosis paru seperti

    imunisasi BCG, dan pengobatan tuberculosis paru.

    Pencegahan Sekunder

    Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TB

    yang timbul dengan 3 komponen utama yaitu Agent, Host dan Lingkungan. Kontrol

    pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi

    spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak

    langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TB sebagai pusat,

    sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat

    dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif. Langkah

    kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TB, dengan imunisasi

    TB negatif dan Chemoprophylaxis pada TB positif. Kontrol lingkungan dengan

    membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi

    epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan

    terhadap epidemiologi TB. Melalui usaha pembatasan ketidak mampuan untuk

    membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan

    psikis.

    Pecegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosis dini dan

    pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses

    penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ini

    ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau yang

    terancam akan menderita tuberkulosis (masa tunas). 6

    15

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    16/23

    Contohnya :

    - Pemberian obat anti tuberkulosis (OAT) pada penderita tuberkulosis paru sesuai

    dengan kategori pengobatan seperti isoniazid dan rifampisin.

    - Penemuan kasus tuberkulosis paru sedini mungkin dengan melakukan diagnosis

    pemeriksaan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang dewasa.

    - Diagnosis dengan tes tuberkulin

    - Anamnesis baik terhadap pasien maupun keluarganya

    - Melakukan foto thorax

    - Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti tuberkulosis.6

    Pencegahan Tersier

    Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TB. Dimulai dengan

    diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis,

    rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian

    rehabilitas ipekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan

    kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TB, serta

    penegasan perlunya rehabilitasi.6

    Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi

    perbedaan pengetahuan tentang TB, yaitu dengan jalan sebagai berikut :

    Perkembangan media

    Metode solusi problem keresistenan obat

    Perkembangan obat bakterisidal baru

    Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin

    Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TB yang fleksibel

    Studi lain yang intensif

    Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TB yang terkontrol.

    Pencegahan tertier atau pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah jangan

    sampai mengalami kelainan permanent, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit

    atau mencegah kematian. Dapat juga dilakukan rehabilitasi untuk mencegah efek fisik,

    psikologis dan sosial.6

    16

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    17/23

    - Lakukan rujukan dalam diagnosis, pengobatan secara sistematis dan berjenjang.

    - Berikan penanganan bagi penderita yang mangkir terhadapat pengobatan

    - Kadang-kadang perlu dilakukan pembedahan dengan mengangkat sebagian paru-

    paru untuk membuang nanah

    Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugas

    kesehatan. 6

    Pengawasan penderita, Kontak dan Lingkungan

    Oleh penderita, dpat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan

    membuang dahak tidak disembarangan tempat.

    Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan imunisasi terhadap bayi

    dengan diberikan vaksinasi BCG.

    Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB

    yang antara lain meliputi gejala, bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.

    Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatan khusus

    TBC. Pengobatan di rumah sakit hanya bagi penderita yang dikategorikan berat

    yang memerlukan pengembangan program pengobatannta karena alasan-alasan

    sosial ekonomi dan medis yang tidak dikehendaki pengobatan jalan.

    Des-infeksi, cuci tangan dan tata rumah tangga dengan kebersihan yang ketat,

    perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, handuk, tempat

    tidur, pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.

    Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang-orang sangat

    dekat (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain( dan lainnya yang

    terindikasi dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.

    Penyelidikan orang-orang kontak. Tuberculin test bagi seluruh anggota

    keluarga dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara-cara ini negatif,

    perlu diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.

    Pengobatan khusus. Penderita dengan TB aktif perlu pengobatan yang tepat.

    Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun

    dan teratur, waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspasdai adanya kebal

    terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.

    17

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    18/23

    Dokter Puskesmas

    Mahasiswa kedokteran seharusnya penting untuk mengetahui proporsi dari 5 Stars

    Doctor, agar mereka bisa mengerti dan dapat menerapkan kelima prinsip tersebut di

    sistem kesehatan masyarakat yang biasanya diterapkan dalam ruang lingkup Puskesmas.

    Kelima prinsip ini dibuat berdasakan sistem pelayanan kesehatan yang untuk mendukung

    kualitas pelayanan kesehatan, efektifitas dalam melakukan pelayanan kesehatan, dan

    bersifat lebih relevan terhadap masyarakat.1

    Adapun poin-poin yang menyangkut prinsip-prinsip 5 Stars Doctors adalah sebagai

    berikut:

    Care Provider

    Selain memberikan pengobatan secara individul, juga harus memperhatikan

    kebutuhan dari pasien secara total yang meliputi fisik, mental, dan sosial. Mereka harus

    memastikan secara penuh bahwa kuratif, preventif, dan rehabilitatif diberikan secara

    terintegrasi, secara berkesinambungan dan mencapai tujuan. Dan mereka harus

    memastikan bahawa pengobatan yang diberikan dengan kualitas yang baik.

    Decision Maker

    Dalam pengertian 5 stars doctors keputusan-keputusan harus diambil dengan

    mempertimbangkan efisiensi dan biaya. Dari semua kemungkinan pengobatan yang

    diberikan dengan kondisi yang ada. Dalam hal biaya, dengan sumber-sumber yang

    tebatas, harus bisa mengatur dan tujuan untuk mengobati tercapai.

    Communicator

    Aspek-aspek yang menyangkut gaya hidup, meliputi diet seimbang, peraturan

    keselamatan kerja, macam-macam kesenangan yang dicari, perbaikan lingkungan sehat

    hal- hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan. Keterlibatan individu seseorang dalam

    mencegah penyakit dan memperbaiki kesehatan sendiri merupakan sesuatu hal yang vital.

    Sebagai dokter kita harus memiliki kehidupan yang baik terlebih dahulu, sehingga kita

    18

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    19/23

    akan menjadi seorang communicator yang baik yang bisa mengajak individu-individu,

    keluarga, dan komunitas disekitarnya untuk menjalani gaya hidup dengan kesehatan yang

    baik.

    Community Leader

    Kebutuhan dan masalah-masalah yang ada di lingkungan, baik komunitas yang kecil

    atau besar harus diperhatikan. Disamping kita mengobati secara individual terhadap

    orang yang membutuhkan pertolongan, kita harus mempunyai ketertarikan dalam

    masalah komunitas secaraluas.

    Manager

    Supaya bisa menjalankan fungsi-fungsi yang ada dengan baik, dokter harus

    mempunyai kemampuan sebagai manager. Hal ini memngkinan mereka untuk memulai

    pertukaran informasi agar mendapatkan keputusan yang lebih baik dan bekerja sama

    dengan baik dalam lingkungan yang memiliki beragam profesi.

    Walaupun kelihatannya semua dokter itu bisa memenuhi atribut kelima di atas, tetapi

    yang paling mendekati dengan konsep 5 stars doctors adalah dokter keluarga.

    Meskipun demikian, prinsip dari 5 stars doctors bisa diterapkan oleh tenaga medis

    apapun yang menerapakan kerja sama dalam tim untuk mewujudkan kesehatan

    masyarakat.1

    Kriteria Rumah Sehat

    Menurut Winslow dan APHA

    Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen.

    Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan

    sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan

    fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.5

    Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association (APHA), syarat

    rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

    1. Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan dan ruang

    19

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    20/23

    gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

    2. Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup, komunikasi yang

    sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

    3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah, yaitu

    dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas

    vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari

    pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan

    dan penghawaan yang cukup.

    4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul karena

    keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,

    konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung

    membuat penghuninya jatuh tergelincir.5

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

    829/Menkes/SK/VII/1999

    Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:

    a. Bahan bahan bangunan Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang

    dapat membahayakan kesehatan, antara lain:

    Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi; Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;

    Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;

    Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya

    mikroorganisme patogen.6

    b. Komponen dan penataan ruangan

    Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

    Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan

    mudah dibersihkan;

    Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;

    Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

    20

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    21/23

    Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; Dapur harus memiliki

    sarana pembuangan asap

    c. Pencahayaan

    Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi

    seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan

    mata.6

    d. Kualitas udara

    Suhu udara nyaman, antara 18 30 oC;

    Kelembaban udara, antara 40 70 %;

    Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;

    Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;

    Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;

    Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.

    e. Ventilasi Luas

    Lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

    f. Vektor penyakit

    Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

    g. Penyediaan air

    Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang

    setiap hari;

    Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum

    menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

    h. Pembuangan Limbah

    Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak

    21

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    22/23

    menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

    Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak

    mencemari permukaan tanah dan air tanah.

    i. Kepadatan hunian

    Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2

    orang tidur.

    Kesimpulan

    Untuk kasus TB pada lingkungan keluarga sangat berisko tinggi dalam hal penularan.

    Hal itu tergantung dari agent, host, dan lingkungan yang ada. Sehingga penanganan

    penyakit ini pun harus bersifat proaktif dalam melakukan promotif dan preventif. Dalam

    hal kuratif dan rehabilitatif diharapakam peran dari pemerintah dalam pemberantasan TB

    ini juga harus sungguh-sungguh, karena banyak terjadinya TB relaps. Maka dari itu,

    Indonesia masih dalam peringkat penyumbang penderita TB terbesar ke-3 di dunia dan

    diharapkan peringkat ini turun dengan program dokter keluarga yang terpadu yang

    didukung oleh pemerintah.

    Daftar Pustaka

    1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan

    Tuberkulosis. Cetakan ke 1, edisi 2, Jakarta, 2006.

    2. Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K.M, Setiadi S. Ilmu penyakit dalam-

    tuberkulosis paru. Edisi V. Jilid III. Interna Publishing:Jakarta;2010, hal. 2230-1

    3. Starke J.R. Nelson ilmu kesehatan anak-tuberkulosis.Edisi 15. Vol

    2.EGC:Jakarta;2000, hal. 1028-9

    4. Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, Hasil pengkajian pengembangan produk TBCdi propinsi DKI Jakarta tahun 2002, Jakarta, 2002, hal 1-4.

    5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Standar Penanggulangan Penyakit

    Tuberkulosis:Jakarta;2002.

    6. Merryani Girsang. Pengobatan Standar Penderita TBC. Cermin Dunia

    Kedokteran:2000; 13: 6-8.

    22

  • 8/22/2019 PBL blok 26-yuni.doc

    23/23