Pbl Blok 26 Skenario Iva

27
Skrining Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Adatya stevani paulins P 102010253 Maulana Malik Ibrahim 102011158 Muhammad Hasa Narej 102011450 Roswita Arliani 102012049 Teo Wijaya 102012121 Tiffany Cindy Claudia 102012197 Egidius Ian Andrian 102012346 Tiffany 102012368 Ninanda Widakdo 102012469 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 1

description

hsdkjkdshhhdlhdslkklkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkddddddddddddddddddsllllllllllllldkhlssssssssssdhlskkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkjdlskdhslkdslkdjslllllllllllldklslkdjlsdlsjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj;dljlsjdljlsdjjsjd;ljsd;ljs;ljld

Transcript of Pbl Blok 26 Skenario Iva

Page 1: Pbl Blok 26 Skenario Iva

Skrining Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi

Visual Asam Asetat (IVA)

Adatya stevani paulins P 102010253

Maulana Malik Ibrahim 102011158

Muhammad Hasa Narej 102011450

Roswita Arliani 102012049

Teo Wijaya 102012121

Tiffany Cindy Claudia 102012197

Egidius Ian Andrian 102012346

Tiffany 102012368

Ninanda Widakdo 102012469

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

I. Pendahuluan

1

Page 2: Pbl Blok 26 Skenario Iva

Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang menimbulkan

kematian terbanyak akibat penyakit kanker terutama di negara berkembang. Diperkirakan

dijumpai kanker serviks baru sebanyak 500.000 orang di seluruh dunia dan sebagian besar

terjadi di negara berkembang. Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi Human

Papilloma Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Banyak

penelitian dengan studi kasus control dan kohort didapatkan risiko relative hubungan antara

infeksi HPV dan kanker serviks antara 20 sampai 70. Infeksi HPV merupakan penyakit

menular seksual yang utama pada populasi, dan estimasi terjangkit berkisar 14-20% pada

negara di Eropa sampai 70% di Amerika Serikat, atau 95% di populasi di Afrika. Terdapat

factor risiko yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia

muda (<16 tahun), hubungan seksual dengan multipartner, menderita HIV, dan wanita

perokok. Tanda kanker serviks biasanya asimptomatik, tanda yg tidak spesifik seperti secret

vagina yang agak berlebihan dan kadang disertai dengan bercak perdarahan. Gejala umumnya

berupa perdarahan pervaginam (pasca senggama, diantara haid) dan keputihan. Pada penyakit

lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang berbau busuk, nyeri panggul, nyeri

pinggang dan pinggul, sering berkemih, BAB dan BAK yang sakit. Gejala penyakit yang

residif berupa nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan obstruksi ureter.1

II. Pembahasan

Sampai saat ini kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan perempuan

di indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi.

Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial

ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis

histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita.

Di negara maju, angka kejadian dan angka kematian kanker mulut rahim telah menurun

karenan suksesnya program deteksi dini. Akan tetapi, secara umum kanker mulut rahim

menempati posisi kedua terbanyak pada keganasan wanita (setelah kanker payudara)

diperkirakan diderita oleh 500.000 wanita tiap tahunnya. Di Indonesia, diperkirakan 40 ribu

kasus baru kanker mulut rahin ditemukan setiap tahunnya. Di rumah sakit Dr. Cipto

mangunkusumo, frekuensi kanker serviks 76,2% di antara kanker ginekologik. Dari data 17

2

Page 3: Pbl Blok 26 Skenario Iva

rumah sakit di jakarta tahun 1977 kanker serviks menduduki urutan pertama yaitu 432 kasus

di antara 918 kanker pada perempuan.2

A. Epidemiologi

Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita dan menjadi

penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut

terjadi di negara berkembang. Tanpa prenatalaksanaan yang adekuat, diperkirakan kematian

akibat kanker serviks akan meningkat 25% dalam sepuluh tahun mendatang. Di Indonesia

yang berpenduduk sekitar 220 juta jiwa, terdapat sekitar 52 juta perempuan yang terancam

kanker serviks. Selama dekade terakhir ini insidens penyakit menular seksual cukup cepat

meningkat di berbagai negeri di dunia. Banyak laporan mengenai penyakit ini, tetapi angka-

angka yang dilaporkan tidak menggambarkan angka yang sesungguhnya. Hal tersebut

disebabkan antara lain oleh banyaknya kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada

undang-undang yang mengharuskan melaporkan setiap kasus baru yang ditemukan, system

laporan belum seragam, banyak kasus asimptomatik terutama wanita, pengontrolan belum

berjalan baik, dan fasilitas diagnostic yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga

seringkali terjadi salah diagnosis dan penanganannya.3

Faktor etiologi

Faktor etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi human pavilloma virus

(HPV). HPV tipe 16, 18,31,33,35,45,51,52,56 dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi

prakanker. Infeksi virus papiloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual.3

Faktor risiko

Perilaku seksual

Dari studi epidemiologi, kanker serviks skuamosa berhubungan kuat dengan perilaku

seksual, seperti berganti-ganti mitra seks dan usia melakukan hubungan seks yang pertama.

Risiko meningkat lebih dari sepuluh kali bila mitra seks enam atau lebih, atau bila hubungan

seks pertama di bawah umur 15 tahun. Risiko akan meningkat apabila hubungan dengan pria

3

Page 4: Pbl Blok 26 Skenario Iva

berisiko tinggi mengidap kandiloma akuminatum. Pria berisiko tinggi adalah pria yang

melakukan hubungan seks dengan banyak mitra seks.3

Merokok

Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang dihisap sebagai

rokok/sigaret maupun yang dikunyah.Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic

hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat karsinogenik dan mutagen, sedangkan bila

dikunyah ia menghasilkan nitrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap

terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Ali

dkk bahkan membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA

epitel serviks sehingga mengakibatkan neoplasma serviks.3

Nutrisi

Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat

mencegah kanker.Dari beberapa penellitian, ternyata defisiensi terhadap asam folat, vitamin

C, E, beta karotin/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks.3

Perubahan sistem imun

Perubahan sistem imun dihubungkan dnegan meningkatnya risiko terjadinya

karsinoma serviks invasive.Hal ini dihubungkan dengan penderita yang terinfeksi dengan

human immunodeficiency virus (HIV) meningkatkan angka kejadian kanker serviks

prainvasif dan invasive.3

B. Program IVA di puskesmas

Pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh tenaga perawat yang sudah terlatih, oleh

bidan, dokter umum atau oleh dokter spesialis. Adapun pelatihannya, telah ada kesepakatan

antara pihak yang berpengalaman dan berkecimpung dalam kegiatan pelatihan deteksi dini

dengan metode IVA ini, hingga disepakati IVA selama 5 (lima) hari. Dua hari untuk

4

Page 5: Pbl Blok 26 Skenario Iva

pembekalan teori dan juga “dry workshop”. Adapun tiga hari untuk pelatihan di klinik dan di

lapangan bersifat “wet workshop” dalam artian latihan dengan memeriksa langsung pada

klien. Sangat disarankan setelah pelatihan tersebut tetap dilanjutkan dengan pendamping atau

supervisi, hingga dapat dicapai suatu kemampuan yang dinilai kompeten jika personil yang

bersangkutan telah melakukan pemeriksaan pada 100 orang klien dan mendapatkan 3 hasil

pemeriksaan yang positif dan benar. (laporan hasil loka karya penanggulangan kanker rahim

balikpapan, 25 juli 2008).3

Skrining dan deteksi penyakit dalam populasi

Misi epidemiologi adalah untuk menunjang program kesehatan masyarakat. Tujuan

ahli epidemiologi adalah untuk memahami kausalitas dan hubungan penyakit sehingga

program pengendalian penyakit, pencegahan dan program perlindungan dapat dikembangkan

dan diterapkan untuk melindungi populasi. Program skrining merupakan salah satu alat yang

digunakan untuk mencapai misi dan sasaran epidemiologi tersebut. Program skrining dapat

dilakukan secara pasif seperti pemeriksaan mata disekolah dasar atau secara ambisius seperti

skrining multifase yang diadakan di mal perbelanjaan atau bazar kesehatan. Skrining

didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk mengidentifikasi dan

memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi kemungkinan berisiko terkena penyakit, dari

mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Skrining dilakukan untuk

mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim

untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti. Skrining multifase

adalah penggunaan suatu kombinasi tes dan diagnostik yang dilakukan secara berurutan oleh

tekhnisi dibawah arahan medis terhadap sekelompok besar orang yang sehat. Skrining

multifase menggunakan serangkaian tes skrining tersebut sebagai upaya pencegahan untuk

mengidentifikasi penyakit atau kondisi apa pun pada populasi yang kelihatannya sehat.4

Skrining terkadang dipertukarkan maknanya dengan diagnosis, tetapi skrining itu

sendiri merupakan prekursor untuk diagnosis. Tes skrining, seperti tes penglihatan,

pengukuran tekanan darah, pap smears, pemeriksaan darah, dan x-rays dada dilakukan pada

kelompok besar atau populasi. Tes skrining memiliki titik potong yang digunakan untuk

menentukan mana orang yang berpenyakit dan mana yang tidak. Diagnosis diberikan kepada

pasien secara perorangan oleh dokter atau institusi perawatan kesehatan berkualitas lainnya.

Diagnosis selain menggunakan hasil tes, juga melibatkan evaluasi tanda dan gejala, dan

mungkin melibatkan penilaian yang subjektif berdasarkan pengalaman dokternya. Diagnosis

5

Page 6: Pbl Blok 26 Skenario Iva

adalah hak prerogatif dokter. Tes skrining dapat dilakukan oleh tekhnisi medis di bawah

pengawasan dokter. Skrining tidak ditujukan untuk menyaingi diagnosis, tetapi lebih sebagai

proses yang digunakan untuk mendeteksi kemungkinan suatu kondisi penyakit sehingga

dapat dirujuk untuk diagnosis. Diagnosis tidak hanya memperkuat atau menyanggah tes

skrining, tetapi juga dapat membantu menetapkan validitas, sensitivitas, dan spesifisitas uji.4

Test skrining dapat dilakukan dengan cara :

Pertanyaan/kuesioner

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Laboratorium

X-ray, termasuk diagnostic imaging

Jenis penyakit yang tepat untuk skrining :

Merupakan penyakit yang serius

Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan setelah gejala

muncul

Prevalensi penyakit pre klinik harus tinggi pada populasi yang diskrining

Syarat – syarat skrining :

Penyakit harus merupakan masalah kesehatan yang penting

Harus ada cara pengobatan yang efektif

Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis

Diketahui stadium prepatogenesis dan pathogenesis

Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat diterima oleh

masyarakat

Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit

Harus ada Policy yang jelas

Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya konsekuaensi

kesehatan

Macam-macam skrining

Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu

6

Page 7: Pbl Blok 26 Skenario Iva

Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu,

contoh pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita yang

sudah menikah

Case finding screening adalah upaya dokter/tenaga kesehatan untuk menyelidiki

suatu kelainan yang tidak berhubungan dengan keluhan pasien yang datang untuk

kepentingan pemeriksaan kesehatan

Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit

Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis

penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas

Pertimbangan program skrining

Wilson dan junger menetapkan beberapa hal yang harus dipertimbangkan ahli

epidemiologi saat merencanakan dan melaksanakan program skrining. Dari sudut pandang

ksehatan masyarakat, skrining paling efektif jika dapat mencapai sebagian besar populasi.4

Berikut faktor yang perlu dipertimbangkan ketika merencanakan program skrining

untuk kelompok populasi yang besar :

a. Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama

b. Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yang

terungkap saat proses skrining dilakukan.

c. Harus tersedia akses ke fasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis

dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan

d. Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali, dengan keadaan awal dan

lanjutannya yang dapat diidentifikasi

e. Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit

f. Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum

g. Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami, termasuk fase reguler dan

perjalanan penyakit, dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji.

h. Kebijakan, prosedur, dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang

harus dirujuk untuk pemeriksaan, diagnosis dan tindakan lebih lanjut.

i. Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau berpartisipasi

j. Skrining jangan dijadikan kegiatan sesekali saja, tetapi harus dilakukan dalam proses

yang teratur dan berkelanjutan.4

7

Page 8: Pbl Blok 26 Skenario Iva

C. Jenis-jenis skrining pada kanker serviks

Ada beberapa metode skrinning yang dapat digunakan, tergantung dari ketrsediaan

sumber daya. Metode skrining yang baik memiliki beberapa persyaratan, yaitu akurat, dapat

diulangi (reproducible), murah, mudah dikerjakan dan ditindak-lanjuti, akseptabel, serta

aman. Beberapa metode yang diakui WHO adalah sebagai berikut.5

1. Metode sitologi

1. Tes pap konvensional

Tes pap atau pemeriksaan sitology diperkenalkan oleh dr. George papanicolau

sejak tahun 1943. Sejak tes ini dikenal luas, kejadian kanker leher Rahim di Negara-

negara maju menurun drastic. Pemeriksaan ini merupakan suatu prosedur

pemeriksaan yang mudah, murah dan non-invasif. Beberapa penulis melaporkan

sensitivitas pemeriksaan ini berkisar antara 78%-93%, tetapi pemeriksaan ini tak luput

dari hasil positif palsu sekitar 15-37% dan negative palsu 7-40%. Sebagian besar

kesalahan tersebut disebabkan oleh pengambilan sediaan yang tidak adekuat,

kesalahan dalam proses pembuatan sediaan dan kesalahan interpretasi.5

2. Pemeriksaan sitology cairan (liquid base cytology/LBC)

Dikenal juga dengan thin prep atau monolayer. Tujuan metode ini adalah

mengurangi hasil negative palsu dari pemeriksaan tes pap konvensional dengan cara

optimalisasi tekhnik koleki dan preparasi sel. Pada pemeriksaan ini sel dikoleksi

dengan sikat khusus yang dicelupkan ke dalam tabung yang sudah berisi larutan

fiksasi. Keuntungan pengunaan tekhnik monolayer ini adalah sel abnormal lebih

tersebar dan mudah tertangkap dengan fiksasi monolayer sehingga mudah dikenali.

Kerugiannya adalah butuh waktu yang cukup lama untuk pengolahan slide dna biaya

yang lebih mahal.5

2. Metode pemeriksaan DNA-HPV

Deteksi DNA HPV dapat dilakukan dengan metode hibridisasi berbagai cara mulai

cara southern blot yang dianggap sebagai baku emas, filter in situ, dot blot, hibridisasi in situ

yang memerlukan jaringan biopsy, atau dengan cara pembesaran sepertyi PCR (polymerase

chain reaction) yang amat sensitive.5

3. Metode inspeksi visual

8

Page 9: Pbl Blok 26 Skenario Iva

a. Inspeksi visual dengan lugol iodin (VILI)

b. Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)

Selain dua metode visual ini, dikenal juga metode visual kolposkopi dan servikografi

Setiap metode skrinning mempunyai sensitifitas dan spesifisitas berbeda. Sampai saat ini

belum ada metode yang ideal dimana sensitivitas dan spesifisitas 100% (absolut). Oleh

karena itu, dalam pemeriksaan skrinning, setiap wanita harus mendapat penjelasan dahulu

(informed consent).5

Sensitivitas dan spesifisitas: uji validitas

Sensitivitas adalah kemampuan suatu uji untuk mengidentifikasi dengan benar mereka

yang terkena penyakit- presentase mereka yang terkena penyakit dan terbukti terkena

penyakit seperti yang diperhatikan melalui uji. Sensitivitas memperlihatkan proporsi orang

yang benar-benar sakit dalam suatu populasi yang menjalani skrining dan teridentifikasi

secara tepat terkena penyakit melalui tes skrining.5

sensitivitas= positif benarpositif benar+negatif palsu

= positif benarsemua orangberpenyakit

Spesifisitas adalah kemampuan suatu uji untuk mengidentifikasi dengan benar presentase

mereka yang tidak terkena penyakit- orang yang tidak terkena penyakit dan terbukti tidak

terkena penyakit seperti yang ditujukkan melalui suatu uji. Spesifisitas menunjukkan proporsi

orang yang tidak terkena penyakit dalam populasi yang menjalani skrining dan mereka yang

diidentifikasi dengan benar sebagai orang yang tidak terkena penyakit melalui uji skrining.5

spesifisitas= negatif benarnegatif benar+ positif palsu

= negatif benarsemua orang berpenyakit

X 100 %

Sensitivitas dan spesifisitas bukan nilai yang mutlak, setiap uji perorangan akan

menghasilkan respons yang berbeda. Sensitivitas dan spesifisitas terbentuk untuk setiap tes

melalui penggunaan tes yang berulang kali dalam satu rentang waktu. Penggunaan tes dalam

jangka panjang dapat menetapkan reliabilitas, validitas dan mengungkat kelemahan tes

tersebut. Ahli epidemiologi harus mengetahui seberapa baik tes dapat berfungsi dan apakah

tes itu cukup efektif untuk menskrining orang yang sakit dari orang yang sehat dalam

populasi umum. Ahli epidemiologi juga ingin mengetahui kemampuan uji untuk mengetahui

positif palsu (positives false) dan negatif palsu (false negatif). Bagaimana uji sensitifitas

9

Page 10: Pbl Blok 26 Skenario Iva

tersebut? Hasil tes skrining dapat dibandingkan dnegan diagnosis yang dibuat oleh dokter,

yang akan membantu menetapkan validitas, sensitivitas dan spesifisitas uji sekaligus

membantu standardisasi tes tersebut.5

Disebut positif palsu jika tes skrining memperlihatkan bahwa individu terkena

penyakit, tetapi sebenernya dia tidak terkena penyakit. Tes itu keliru dalam mengidikasikan

bahwa seseorang terkena penyakit sementara pada kenyataanya dia sehat dan tidak

berpenyakit. Hasil tes telah keliru mengatakannya terkena penyakit, mencap orang yang sehat

terkena penyakit.5

Negatif palsu adalah kebalikan dari positif palsu. Negatif palsu adalah ketika uji

skrining mengindikasikan bahwa seseorang tidak terkena penyakit, tetapi pada kenyataanya

orang itu terkena penyakit. Tes telah keliru dalam mengindikasikan bahwa seseorang sehat

sementara dia sakit atau terkena penyakit. Tes telah keliru mengatakan tidak terkena

penyakit, mencap orang yang sakit sebagai orang yang sehat.5

Dikatakan positif benar, jika uji menyatakan seseorang terkena penyakit dan orang itu

memang benar terkena penyakit. Negatif benar adalah jika uji menyatakan seseorang sehat

dan tidak terkena penyakit sementara pada kenyataanya memang sehat dan bebas dari

penyakit.5

Akurasi pemeriksaan IVA

Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa IVA menjadi alternatif metode

skrining kanker leher rahim di daerah-daerah yang memiliki sumber daya terbatas. Namun

demikian, akurasi metode ini dalam penerapan klinis masih terus dikaji diberbagai negara

berkembang.3

Penelitian universitas zimbabwe dan JHPIEGO cervical cancer project yang

melibatkan 2.203 perempuan di zimbabwe melaporkan bahwa skrining dengan metode IVA

dapat mengidentifikasi sebagian besar lesi prakanker dan kanker. Sensitivitas IVA dibanding

dengan pemeriksaan sitologi (tes Pap) berturut-turut adalah 76,7% dan 44,3%. Meskipun

begitu, dilaporkan juga bahwa IVA kurang spesifik, angka spesifisitas IVA hanya 64,1%

dibanding sitologi 90,6%. Penelitian lainnya mengambil sampel 1997 perempuan di daerah

pedesaan cina, dilakukan oleh belinson JL dan kawan-kawan untuk menilai sensitivitas

10

Page 11: Pbl Blok 26 Skenario Iva

metode IVA pada lesi prakanker tahap NIS 2 atau yang lebih tinggi, dikkonfirmasi dengan

kolposkopi dan biopsi leher raim. Hasilnya penerlitian menunjukkan bahwa sensitivitas IVA

untuk NIS 2 atau yang lebih tinggi adalah 71% sementara angka spesifisitas 74%.3

Memeprhatikan permasalahan dalam penangulangangan kanker serviks Indonesia ,

inspeksi visual asam asetat (IVA) dapat menjadi metode alternative untuk skrinning.

Pertimbangan ini dibuat dengan alasan:

1. Mudah dan praktis dilaksanakan

2. Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan nondokter ginekologi. Bahkan oleh bidan

praktik swasta maupun di tempat-tempat terpencil

3. Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana hanya untuk pemeriksaan ginekologi

dasar

4. Biaya murah, sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

5. Hasil langsung diketahui dan

6. Dapat segera diterapi (see and treat)

Pendekatan “the screen and threat”, based on visual inspection dengan asam asetat

sebagai screening test.3

IVA

A. Definisi

Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka 9asam asetat 2%) dan larutan

iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan

olesan.Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai salah

satu metode skrinning kanker mulut Rahim.Tes ini lebih cocok digunakan di Negara

yang berkembang, misalnya kamboja.

B. Indikasi

Skrinning kanker mulut Rahim

C. Kontraindikasi

11

Page 12: Pbl Blok 26 Skenario Iva

Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona

transisional seringkali terletak di kanalis servikalias dan tidak tampak dengan

pemeriksaan inspekulo.

D. Persiapan dan syarat

Persiapan alat dan bahan

Sabun dan air untuk mencuci tnagan

Lampu yang terang untuk melihat serviks

Speculum dengan desinfeksi tingkat tinggi

Sarung tangan sekali pakai atau desinfeksi tingkay tinggi

Meja ginekologi

Lidi kapas

Asam asetat 3-5% atau anggur putih (white vinegar)

Larutan iodium lugol

Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi instrument dan sarung tangan

Format pencatatan

Persiapan tindakan

Menerangkan prosedur tindakan, bagaimana dikerjakan, dan apa artinya hasil

test positif. Yakinkan bahwa pasien telah memahami dan menandatangani

informed consent.

Pemeriksaan inspekulo secara umum meliputi dinding vagia, serviks, dan

forniks.

E. Tekhnik prosedur

Sesuaikan pencahayaan untuk mendapatkan gambaran terbaik dari serviks

Gunakan lidi kapas untuk membersihkand arah, mucus dan kotoran lain pada

serviks

Identifikasi daerah sambungan skuamo-columnar (zona transformasi) dan area

di sekitarnya.

Oleskan larutan asam cuka atau lugol, tunggu 1-2 menit untuk terjadinya

perubahan warna. Amati setiap perubahan pada serviks, perhatian dengan

cermat daerah di sekitar zona transformasi.

Lihat dengan cermat SCTdan yakinkan area ini dapat semuanya terlihat. Catat

bila serviks mudah berdarah. Lihat adanya plaque warna putih dan tebal atau

12

Page 13: Pbl Blok 26 Skenario Iva

epitel acetowhite bila menggunakan larutan asam asetat atau warna

kekuningan bila menggunakan larutan lugol. Bersihkan segala darah dan

debris pada saat pemeriksaan

Bersihkan sisa larutan asam asetat dan larutan lugol dengan lidi kapas atau

kasa bersih

Lepaskan speculum dengan hati-hati

Catat hasil pengamatan, dan gambar denah temuan

F. Komplikasi/efek samping

Tidak ada

G. Interpretasi

IVA positif bila ditemukan adanya area berwarna putih (cetonwhite) dan

permukaannya meninggi dengan batas yang jelas disekitar zona transformasi.2

Tes Pap

Pemeriksaan apusan Pap saat ini merupakan suatu keharusan bagi wanita, sebagai

sarana pencegahan dan deteksi dini kanker serviks, yang seyogyanya dilaksanakan oleh setiap

wanita yang telah menikah sampai dengan umur kurang lebih 65 tahun, bila dua kali

pemeriksaan apusa Pap terakhir negative dan tidak pernah mempunyai riwayat hasil

pemeriksaan abnormal sebelumnya. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara berkala minimal

satu tahun sekali, walaupun awanita itu tidak mempunyai keluhan pada organ saluran genital,

karena kanker serviks pada stadium dini biasanya tanpa keluhan dan dengan mata biasa tidak

mungkin dapat dideteksi. Pemeriksaan skrining apusan pap secara berkala, diharapkan dapat

menemukan kasus-kasus kanker serviks dini atau lesi prakanker yang belum menimbulkan

gejala secara klinik, sehingga dapat dilakukan terapi dengan tuntas. Ketepatan diagnosis

sitology pada skrinning deteksi kanker serviks terutama sangat tergantung pada representative

tiaknya sediaan apusan Pap yang dibuat, disamping factor-faktor lain, seperti fiksasi, pulasan

sediaan dan kemahiran interpretasi.6

Representative tidaknya sediaan apusan pap sangat dipengaruhi oleh cara/tehnik

pengambilan bahan pemeriksaan, cara pembuatan sediaan dan alat pengambil secret yang

digunakan. Oleh karena itu sebelum melangkah kepada penilaian sitology apusan pap perlu

dipahami terlebih dahulu mengenai cara pengambilan dan cara pembuatan sediaan sitology

apusan pap yang tepat dan benar dengan cara seksama.6

D. Pencegahan kanker serviks

13

Page 14: Pbl Blok 26 Skenario Iva

Pencegahan penyakit merupakan tindakan yang di lakukan untuk mencegah terjadinya

sakit sebelum agent masuk ke dalam tubuh terpapar faktor resiko, atau mengurangi akibat

yang timbul karena penyakit. Dalam tindakan pencegahan terdapat 3 tahapan, yaitu

pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer meliputi health promotion dan

specific protection. Yaitu tindakan yang dilakukan sebelum agent masuk tubuh., di lakukan

sewaktu host sehat , misalnya gaya hidup dan imunisasi. Pencegahan sekunder meliputi early

diagnosis dan prompt treatment, dan disability limitation. Yaitu tindakan yang dilakukan saat

mulai sakit. Melalui tindakan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat. Misalnya pap smear

dan skrining. Sedangkan pencegahan tersier meliputi rehabilitation. Yaitu tindakan untuk

mengurangi kommplikasi penyakit.7

Pemberian vaksin kanker serviks

Keganasan kanker serviks dapat menyerang wanita tanpa melihat kelompok umur.

Vaksin dapat di berikan pada kelompok umur 11-26. Vaksin di berikan pada bulan 0,1 dan

bulan dan ke 6. Adapula untuk anda yang memiliki riwayat terinfeksi virus papilloma

manusia dapat di berikan veksinasi dengan efektifitas yang kurang . vaksinasi dapat

dilakukan di dokter spesialis kandungan . vaksin di gunakan hanya untuk pencegahan bukan

pengobatan.7

Deteksi dengan pap smear

Pap smear atau tes papaniculou merupakan metode skrining yang di gunakan

untuk mendeteksi kanker serviks. Tes inintelah terbukti dapat mendeteksi dini terjadinya

infeksi virus penyebab kanker serviks, sehingga mampu menurunkan resiko terkena kanker

serviks dan memperbaiki prognosis. Adapun anjuran untuk anda yang ingin mencegah sejak

dini dapat melakukan pap smear setahun sekali untuk wanita yang telah menginjak usia 3

tahun, wanita yang pernah menderita infeksi HPV , wanita pengguna pil kontrasepsi.

Lakukan sesering mungkin jika basil pap smear anda menunjukkan tidak normal atau setelah

pengobatan prekanker. Untk anda yang akan melakukan pap smear perhatikan ketentuannya

agar hasil akurat:

1) Melakukan pap smear pada dua minggu setelah hari pertama haid.

2) Sebelum pemeriksaan sebaiknya tidak menggunakan obat atau bahan herbal pencuci alat

kewanitaan.

3) Penderita paska persalinan dianjurkan datang 6-8 minggu untuk melakukan pap smear.

14

Page 15: Pbl Blok 26 Skenario Iva

4) Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak dianjurkan untuk berhubungan seksual.

Anda akan mendapatkan hasil pap smear sesuai dengan hasil setelah di lakukan

pengambilan sel permukaan serviks dengan memakai spatula, yang nantinya akan di proses

oleh dokter ahli patologi.7

Hindari hubugan seks bebas

Human papilloma virus (HPV) yaitu virus penyebab kanker serviks dapat menular

melalui hubungan seksual. Fakta menunjukkan hubungan seksual dengan berganti-ganti

pasangan menjadi penyebab utama penularan.7

Hindari rokok

Banyak pesan dan peringatan yang menyatakan bahwa rokok sangat membahayakan

dan memicu timbulnya penyakit ringan atau berbahaya akan tetapi untuk sebagian orang

( perokok) masih tidak menghiraukan pesan itu. Dan di temukan penderita kanker serviks

pada wanita perokok aktif sekitar 30%. Penyebabnya adalah kandungan zat kimia di dalam

rokok memicu infeksi virus penyebab kanker serviks.7

Menghindari diet tidak seimbang

Diet sudah menjadi kebiasaaan wanita yang bersifat penting untuk menjaga tubuh dan

kesehatan. Jika anda sering melakukan diet dan menghindari asupan buha dan sayur, itu

merupakan diet salah. Diet yang salah dapat memicu perkembangan virus penyebab kanker

serviks. Kandungan yang terdapat dalam buah dan sayur justru akan melindungi anda dari

serangan kanker serviks. Perhatikan pula makanan dan minuman anda jangan sampai

mengandung zat berbahaya seperti pengawet, pewarna, dan penyedap rasa.7

Produk kimia berbahaya

Kehidupan modern yang bersifat instans justru memicu timbulnya kanker. Kandungan

yang berbahaya yang terdapat di dalam pembungkus dan bahan plastic yang terkena panas

memicu timbulnya kanker. Minimalisir penggunaan steroform, bahan plastic yang

dipanaskan atau terkena plastik7

E. Promosi kesehatan

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat

menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,

15

Page 16: Pbl Blok 26 Skenario Iva

sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku

mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah

gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya

menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-

program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam

masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial

budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya

mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan

perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik

dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.8

Pendekatan program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”, dalam

artian:

a. Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam

kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan

inginkan

b. Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk

perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di

lakukan dengan aman dan nyaman serta

c. Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan

memantau dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan.8

Empat Kata Kunci Visi Promosi Kesehatan :

a. Willingnes ( Mau )

b. Ability ( Mampu )

16

Page 17: Pbl Blok 26 Skenario Iva

c. Memelihara Kesehatan : mau & mampu mencegah penyakit, melindungi diri dr

kesehatan & mencari pertolongan pengobatan yg profesional bila sakit

d. Meningkatkan Kesehatan : mau & mampu mencegah penyakit, kesehatan perlu

ditingkatkan.8

Misi Promosi Kesehatan

a. Advokat (advocate): Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat

kebijakan

b. Menjembatani (mediate): Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor

yang terkait dengan kesehatan

c. Memampukan (enable): Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan

kesehatan secara mandiri

Strategi Promosi Kesehatan (WHO, 1984)

a. Advokasi (advocacy): Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang

menguntungkan kesehatan.

b. Dukungan Sosial (social support): Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat

dukungan dari tokoh masyarakat.

c. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment): Agar masyarakat mempunyai

kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya

Strategi Promkes (Piagam Ottawa, 1986)

a. Kebijakan Berwawasan Kesehatan

b. Lingkungan yang Mendukung

17

Page 18: Pbl Blok 26 Skenario Iva

c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan

d. Keterampilan Individu

e. Gerakan Masyarakat8

Kesimpulan

Dari bebrapa artikel dan hasil penelitian –penelitian yang pernah dilakukan Ca Cervix

memang merupakan salah satu momok bagi kaum wanita karena merupakan penyakit kanker

kedua paling banyak diderita oleh para wanita.. Hal ini banyak disebakan diantaranya masih

rendahnya tingkat pengetahuan ibu resiko tinggi tentang Ca cervix, khususnya mengenai

factor resiko Ca cervix dan kemungkinan pencegahan yang bisa dilakukan.

IV. Daftar pustaka :

1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Ilmu kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2011.h.294-99

2. Rasjidin I. Manual prakanker serviks. Jakarta: CV sagung seto; 2008.h.5-54

3. Rasjidin I. Panduan penatalaksanaan kanker ginekologik berdasarkan evidence based.

Jakarta: EGC;2007.h.6-19

4. Timmreck TC. Epidemiologi suatu pengantar. Edisi 2. Jakarta: EGC;2004.h. 337-45

5. Jurnal : 2008. Skrinning kanker rahim dengan metode inpeksi visual asam asetat

(IVA). Health technology assessment indonesia, departemen kesehatan republik

indonesia hal 3-36.

6. Lestadi J. Penuntun diagnostik praktis sitologi ginekologik apusan pap. Jakarta: widya

medika; 1997.h. 1-4, 17

18

Page 19: Pbl Blok 26 Skenario Iva

7. Diambil dari : Pencegahan Kanker Servikshttp://bidanku.com/pencegahan-kanker-

serviks#ixzz362LRxAr9. Di unduh pada 5 juli 2015

8. Diambil dari : http://ners.unair.ac.id/materikuliah/promosi%20kesehatan2.pdf. Di

unduh pada 5 juli 2015

19