Organisasi petani (yuti)

27
Seminar Hasil Penelitian Kajian Peran Organisasi Petani dalam Mendukung Pembangunan Pertanian Tim Peneliti: Syahyuti - Sri Wahyuni - Rita N Suhaeti Amar Kadar Zakaria - Cecep Nurasa PSEKP Bogor, 3 Desember 2014 1

Transcript of Organisasi petani (yuti)

Page 1: Organisasi petani (yuti)

Seminar Hasil Penelitian

Kajian Peran Organisasi Petani dalam Mendukung Pembangunan Pertanian

Tim Peneliti:

Syahyuti - Sri Wahyuni - Rita N Suhaeti

Amar Kadar Zakaria - Cecep Nurasa

PSEKP Bogor, 3 Desember 20141

Page 2: Organisasi petani (yuti)

Latar belakang:

1. Petani “harus” berorganisasi secara formal 2. Namun, organisasi-organisasi petani tidak berkembang baik3. Penyebabnya adalah:

a.Pada sisi keilmuan: konsep dan teori berkenaan ttg “lembaga” dan “organisasi” lemah, tidak konsisten, tidak ada konsep dan teori baku. b. Kebijakan: inkosistensi konsep lembaga dan organisasi, pendekatan searah, “pemaksaan” organisasi, organisasi adalah “wakil pusat di desa”, dllc.Pada diri aparat: lemah dan keliru ttg konsep, sikap, dan metodedalam mengorganisasikan petani. d.Pada diri petani: belum mampu mengorganisasikan diri secaraefektif, “terpaksa” berorganisasi

2

Page 3: Organisasi petani (yuti)

Justifikasi studi:

• Kebijakan baru tentang organisasi petani:1.UU No 19-2013 tentang Pemberdayaan danPerlindungan Petani,2.UU No 16-2006 tentang Sistem PenyuluhanPertanian, Perikanan dan Kehutanan,3.UU No 17- 2012 tentang Perkoperasian (telah dibatalkan MK),4.UU No 1-2013 tentang Lembaga KeuanganMikro, dan 5.Permentan No 82-2013 tentang PedomanPembinaan Kelompok Tani dan Gapoktan.

3

Page 4: Organisasi petani (yuti)

Tujuan penelitian:

1. Mengidentifikasi kebijakan dan tata kelolapengorganisasian petani (terutama petani kecil) diIndonesia

2. Menganalisis permasalahan pengorganisasian petanidan mempelajari tata kelola pengorganisasian petanikecil yang berhasil mandiri di Indonesia.

3. Merumuskan kebijakan pengorganisasian petani, khususnya petani kecil, sehingga dapat memenuhi fungsi-fungsi komunikasi, pendidikan, ekonomi, serta sosial politik sekaligus.

4

Page 5: Organisasi petani (yuti)

Kerangka Pemikiran:

5

Page 6: Organisasi petani (yuti)

Fungsi yg harus dipenuhi organisasi petani:

1. Fungsi administrasi pembangunan(kepentingan proyek)

2. Fungsi komunikasi (edukasi, ekonomi)

3. Fungsi kolektifitas (belajar, skala ekonomi)

4. Fungsi partisipasi (kepentingan proyek vs peserta)

5. Fungsi perwakilan (politik).

6

Page 7: Organisasi petani (yuti)

Justifikasi “organisasi politik” petani:

Buku: “Konsep Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2013 – 2045”:

• Pilar dan strategi utama: Pengembangan sumber daya insani yang kompeten dan berkarakter (insan berkualitas, modal sosial dan modal politik) pertanian

• Transformasi tatakelola pembangunan : Proses perubahan sistem pengambilan keputusan, politik dan hubungan antar institusi dalam pengelolaan sumberdaya.

• Tantangan dan Peluang: Pemanfaatan momentum gerakan desentralisasi pemerintahan, partisipasi masyarakat dan reformasi tatakelola pemerintahan untuk pengembangan sistem politik pertanian yang digerakkan oleh dan berorientasi pada petani kecil

• Bab “Arah Dan Landasan Konseptual”: Pertanian yang adil berkaitan dengan pemerataan dan keberimbangan kesempatan berusahatani, politik, dan jaminan penghidupan secara horizontal, spasial, sektoral, bidang pekerjaan, dan sosial.

7

Page 8: Organisasi petani (yuti)

UU 19 tahun 2013 :

• Kelembagaan petani (pasal 72-79)• Kelembagaan ekonomi petani (pasal 80-81)• Pasal 69: Pembentukan organisasi petani

dilaksanakan dengan perpaduan dari budaya, norma, nilai, dan kearifan lokal Petani.

• Pasal 70: kelembagaan petani = Kelompok Tani; Gapoktan, Asosiasi Komoditas Pertanian; dan Dewan Komoditas Pertanian Nasional.

• Pasal 71: Petani berkewajiban bergabung dan berperan aktif dalam Kelembagaan Petani.

8

Page 9: Organisasi petani (yuti)

Metode Penelitian

9

Page 10: Organisasi petani (yuti)

Metode Penelitian:

10

Nara sumber Jabar Jatim Sumbar Total

Kues 1. Aparat pemerintah 6 6 4 16

Kues 2. Organisasi petani 12 13 5 32

a.Kelompok tani 3 1 1 5

b.Gapoktan 3 7 2 12

c.Koperasi 2 1 1 6

d.Asosiasi komoditas pertanian 2 3 0 5

e.KTNA 2 2 1 5

Kues 3. Tokoh petani, tokoh pemerintah,

dll (politik lokal)

8 4 4 16

Kues 4. Tokoh petani, tokoh pemerintah,

petugas lapang, dll (sosek buruh tani)

21 22 10 53

Kues 5. RT Buruh tani 19 20 8 47

Kues 6. PPL 14 7 9 30

Total 80 72 40 195

Page 11: Organisasi petani (yuti)

Hasil dan Pembahasan:

11

Page 12: Organisasi petani (yuti)

Kinerja dan target PPL:

12

Uraian Jabar Jatim Sumbar

Jumlah petani yang sudah masuk kelompok tani (%) 48.4 54.6 55.5

Jumlah kelompok tani yang dibina (unit) 11 – 16 10-14 10 - 16

Jumlah berdasarkan kelas:

- Kelas pemula (%) 37.2 43.4 56.2

- Kelas lanjut (%) 37.2 38.6 31.2

- Kelas madya (%) 18.6 18.0 12.6

- Kelas utama (%) 7.0 0.0 0.0

Total 100.0 100.0 100.0

Target semua petani masuk kelompok tani (%) 100.0 100.0 100.0

Target semua kelompok menjadi kelas utama (%) 0.0 0.0 0.0

Jumlah petani yang sudah masuk koperasi (%) Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu

Target semua petani masuk koperasi (%) 0.0 0.0 0.0

Pembinaan terhadap organisasi petani (%):

- KT dan Gapoktan 100.0 100.0 100.0

- Koperasi 12.5 27.2 18.7

- Asosiasi petani dan KTNA 0.0 0.0 0.0

Page 13: Organisasi petani (yuti)

13

Page 14: Organisasi petani (yuti)

Karakteritik organisasi petani:

14

Kelompok tani Gapoktan Koperasi Asosiasi KTNA

Jumlah sampel 5 unit 12 unit 6 unit 5 unit 5 unit

Area kerja Level dusun dan

neighborhood

Desa Komunitas,

berbasiskan

wilayah desa,

atau komoditas

Lintas desa,

bahkan lintas

kabupaten

Desa sampai

kabupaten

Komoditas atau

bidang utama

Padi, jagung,

cabe, kambing,

domba

Padi, jagung, cabe,

kambing, domba

Susu, tebu,

simpan pinjam

Lele, jagung, cabe,

tembakau, kambing

dan domba

Non komoditas

Fungsi yang

dijalankan

selama ini

Menyalurkan

benih dan pupuk

bantuan, wadah

penyuluhan, dll

Umumnya

menjalankan

program

pemerintah (PUAP,

LDPM, dll)

Koperasi

komoditas,

menyalurkan

pupuk bersubsidi

(KUD)

Masih baru, tahap

konsolidasi

Membantu RDKK

distribusi pupuk,

advokasi,

perencanaan dan

monitoring

pembangunan

Inisiasi

pembentukan

Umumnya dari

luar, untuk

administrasi

program

Umumnya dari luar,

untuk administrasi

program

Ada

organizational

learning

Untuk komunikasi,

dan memberi

pendampingan ke

petani

Dari pemerintah

(sejak 1980 an),

mulai tumbuh

kesadaran internal

Page 15: Organisasi petani (yuti)

15

Kelompok tani Gapoktan Koperasi Asosiasi KTNA

Jumlah sampel 5 unit 12 unit 6 unit 5 unit 5 unit

Karakter

kepemimpinan

Lemah,

umumnya

menolak

menjadi

pengurus

Lemah,

sebagian

menolak jadi

pengurus,

sebagian mulai

senang

Cukup kuat,

ada yang guru,

pensiunan, dll

Para pedagang

pengumpul

Tokoh petani

yang vokal,

cukup pintar,

dan “bermodal”

Keanggotaan Berbasiskan

lahan dan

tempat tinggal

(Jatim)

Semua KT di

desa, ada yg

lintas desa

(Gap

Panampuang

Prima – Agam)

Petani yang

berminat

Belum tertata,

belum ada pola

Semua KTNA

di desa (1-2

orang)

Pihak pembina PPL dan dinas

sesuai

komoditas

PPL dan dinas

pertanian

Dinas koperasi

untuk

manajemen,

teknis sesuai

komoditas

Tidak ada, di

dinas

komoditas baru

sebatas

pencatatan

Relatif tidak

ada, sebagian

BP4K dan

bupati

Page 16: Organisasi petani (yuti)

16

Page 17: Organisasi petani (yuti)

17

Fungsi organisasi Bentuk relasi Peran selama ini Ke dapan

KT Gap Kop Asosiasi KTNA

1.Administrasi Atas ke bawah Ya Ya Ya Tidak Tidak Semakin

berkurang, Bansos

akan berakhir

2.Komunikasi Atas ke bawah,

horizontal

Ya Ya Ya Ya

(internal)

Ya

(internal)

Berkurang, sarana

komunikasi

berubah

3.Ekonomi Horizontal Lemah Lema

h

Lemah Ya Tidak Perlu

(BUMP=koperasi,

PT, dll)

4.Partisipasi

pembangunan

Bawah ke atas Lema

h

Lema

h

Lemah Tidak Ya Koperasi, KTNA,

asosiasi, NGO, dll

5.Representasi

politik

Bawah ke atas Tidak Tidak Tidak terbatas Ya KTNA, HKTI,

asosiasi, petani di

legislatif, “partai

petani”, dll

Peran organisasi petani: kini vs nanti

Page 18: Organisasi petani (yuti)

Siapa yang sebaiknya membina organisasi petani?Organisasi petani Pembina selama ini Pembina semestinya

1. Kelompok tani, KWT, Gapoktan, P3A

Kementan (Dirjend berdasarkan

subsektornya)

Kementan (integratif)

2. Koperasi pertanian Dinas koperasi Kementan, Dinas Koperasi

3. Perusahaan milik petani Tidak ada Kementan, dinas perindutrian, dinas perdagangan, dll

4. Asosiasi komoditas Dirjend bersangkutan Lintas instansi sbg supporting org.

5. Asosiasi profesi Tidak ada Badan SDM, penyuluhan, dll

6. KTNA Tidak ada Kementan, Kemendagri, dll

7. LSM Tidak ada Lintas instansi sbg supporting org.

8. Org. Komunitas lokal Tidak ada Lintas instansi sbg supporting org.

18

Page 19: Organisasi petani (yuti)

Rancangan organisasi petani ke depan berdasarkan level wilayah:

19

Level wilayah Jenis organisasi Organisasi saat ini Pilihan organisasi ke

depan

Dusun Organisasi individual Kelompok tani Kelompok tani, KWT,

koperasi primer

Desa Organisasi

koordinator (inter-

group organization)

Gapoktan dan

koperasi

Koperasi dan

Posluhdes sebagai

simpul relasi

Kabupaten Organization

interrelation, dan

supporting

organization

Dinas Pertanian,

Badan Penyuluhan,

KTNA (namun tidak

menjadi koordinator

seluruh organisasi

petani sekabupaten)

KTNA, Dinas

Pertanian, Bapeluh,

asosiasi Gapoktan,

asosiasi PPL

swadaya, asosiasi

komoditas, NGO, dll

Page 20: Organisasi petani (yuti)

Secondary organizationSecondary organization

Individual org Individual

org

Individual org

Individual org

Individual org

Individual org

Desa A Desa B

Dinas Pertanian BPP - Penyuluhan LSM, Perguruan tinggi, dll

Interrelation organization

Supporting organization

institution

institution

institution

institution

20

Page 21: Organisasi petani (yuti)

Rancangan organisasi petani ke depan berdasarkan fungsi-fungsi sistem agribisnis:

21

Fungsi agribisnis Kondisi eksisting Ke depan

Pelaku Tipe relasi *) Pelaku Tipe

relasi *)

1. Penyediaan benih Sebagian kecil melalui

kelompok tani (BLBU),

umumnya beli di kios

1, 2, dan 3 Benih petani (kelompok

penangkar) dan

mekanisme pasar (kios)

3 dan 1

2. Penyediaan pupuk

dan obat-obatan

Untuk pangan melalui KT

(pupuk bersubsidi)

3 dan 1 Pupuk bersubsidi melalui

KT, pupk non subsidi

melalui kios, dan pupuk

petani (KT)

3 dan 1

3. Penyediaan modal Umumnya dari modal sendiri 1 Koperasi (dengan

penyatuan usaha

permodalan masyarakat di

level desa)

3 dan 1

4.Penyediaan alsintan Menyewa traktor dan tresher 2 dan 1 Menyewa traktor dan

tresher

2 dan 1

5.Penyediaan air

irigasi

P3A dan secara mandiri 1 dan 3 Mengandalkan P3A dan

organisasi komunitas lain

3

Page 22: Organisasi petani (yuti)

22

Fungsi agribisnis Kondisi eksisting Ke depan

Pelaku Tipe relasi *) Pelaku Tipe relasi *)

6.Penyediaan

tenaga kerja

TK sendiri dan tetangga

1 dan 2 Dari TK keluarga sendiri dan tetangga

1 dan 2

7.Pengolahan hasil

panen

Umumnya sendiri 1 Sendiri 1

8.Pemasaran hasil

panen

Dijual secara langsung

2 KT dan koperasi 3

9.Penyediaan

informasi pasar

Mencari informasi sendiri

1 dan 2 Mencari informasi sendiri, dan Posluhdes

1 dan 2

10.Penyediaan

informasi

teknologi

Penyuluh, dari petani lain, dna mencari sendiri

2 dan 1 Penyuluh (Posluhdes), dari petani lain, dan mencari sendiri

2 dan 1

*) 1=mandiri, 2=relasi individual, 3=relasi kolektif

Page 23: Organisasi petani (yuti)

Syarat ntuk menciptakan ORGANISASI petani yang kuat:

1. Dari sisi teknis = penyatuan berbagai organisasi-organisasi yang kecil menjadi ckup besar hingga mencapai skala ekonomis secara manajemen dan ekonomis

2. Dari sisi struktural = hilangkan sifat ego sektoral. Merasa MEMILIKI petani.

3. Dari sisi psikologis = sikap bahwa organisasi petani adalah milik petani, memberi kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang (learning organization), organisasi formal adalah salah satu pilihan, tidak WAJIB,

4. Dari sisi legislasi = pelurusan konsep, konsistensi, penjelasan lebih detail, dst.

5. Jangan hanya mendirikan ORGANISASI, tapi harus membangun KELEMBAGAAN. Kelembagaan = aspek regulatif + aspek regulatif + aspek kultural kognitif + aspek keorganisasian

23

Page 24: Organisasi petani (yuti)

Contoh: penguatan organisasi permodalan petani di desa dengan PENYATUAN

• Pasal 4 dan 5 UU No 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM): pendirian LKM harus berbadan hukum dan mendapat izin usaha

• Bentuk badan hukum dimaksud adalah berupa Koperasi atau Perseroan Terbatas.

• Maka, formalitas LKMA-PUAP (+ 47 ribu unit) harus sudah dilakukan selambatnya 8 Januari 2015 (= dua tahun setelah diundangkannya UU LKM).

• Jika masing-masing menjadi koperasi (5-8 unit koperasi) = biaya pembuatan mahal, pendapatan jasa (keuntungan) kecil, sehingga tidak cukup menggaji manajer, staf, dll. Tidak mencapai SKALA EKONOMI, tidak SUSTAIN (Pengurus tidak dapat insentif, honor manajer hanya Rp 300 ribu per bulan)

• Jika diSATUKAN = mencapai skala ekonomi, dan lebih SUSTAIN (bisa menggaji manajer dan staf minimal Rp 3 juta / orang/bulan)

24

Page 25: Organisasi petani (yuti)

Penyaturan organisasi permodalan di desa:

Organisasi pengelolapermodalan

Jumlah modal (Rp )

Potensi pendapatan (+ 10 %/tahun)

Potensi pendapatan

Jika disatukan

1. LKMA-PUAP 100 juta 10 juta

+ Rp 100 juta

2. LDPM 225 juta 22,5 juta

3. LPM 50 juta 5 juta

4. Koperasi wanita 15 juta 1,5

5. KUD 300 juta 30 juta

6. koperasi pengrajin 200 juta 20 juta

Tingkat sustainabilitas

Keuntungan rendah, masing-masing tidak sustain

Mencapai skala ekonomi, SUSTAIN

25

Page 26: Organisasi petani (yuti)

Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan:

1. Kebijakan dan strategi pengorganisisasian petani masih menggunakan “pola lama”. Dinas Pertanian dan Bapeluh masih membatasi diri pada KT dan Gapoktan. Kedepan, mestinya koperasi, perusahaan, asosiasi, dll mesti juga dibina pemerintah.

2. Dari seluruh fungsi-fungsi agribisnis, peran organisasi petani sangat terbatas. Relasi kolektif hanya untuk pemenuhan benih dan pupuk, selebihnya merupakan “relasi individual” dan “mandiri”.

3. Dalam hal fungsi organisasi bagi petani, fungsi yang sudah berjalan baru sebatas untuk adminstrasi dan komunikasi (KT dan Gapoktan). Untuk fungsi ekonomi (koperasi) serta fungsi partisipasi dan representasi politik masih terbatas (KTNA, namun lebih pada ketokohan individual)

4. Organisasi petani masih sebatas level desa (KT, Gapoktan, koperasi primer). Ke depan, dibutuhkan organisasi petani lain yang bergerak di level “atas desa” (= KABUPATEN) sebagai supporting organization, berupa berbagai asosiasi (asosiasi komoditas, asosiasi komunitas, asosiasi organisasi, asosiasi penyuluh swadaya, NGO, koperasi sekunder, KTNA, HKTI, “Partai Petani, dll).

5. Pengembangan organisasi petani ke depan menghadapi banyak tantangan-tantangan baru. PPL belum paham ini. Maka, ke depan penyuluh mesti lebih mampu menjalankan fungsi pengembangan komunitas (community-organizing role), jangan hanya terperangkap pada urusan komoditas. PPL harus belajar prinsip-prinsip community-organizing and group management skills yang berkenaan dengan conflict resolution, negotiation, dan teknik-teknik persuasive communication.

26

Page 27: Organisasi petani (yuti)

Terima kasih banyak, semoga BERGUNAMohon saran, masukan, perbaikan

(email: [email protected])

27