neuroma akustik

29
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa karena rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan paper ini untuk melengkapi persyaratan kepanitraan klinik senior bagian ilmu penyakit telinga hidung tenggorokan – kepala leher di RSUD dr. Pirngadi Medan yang berjudul “Neuroma Akustik” Disini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Olina Hulu Sp. THT-KL, serta supervisor lainnya yang telah banyak memberikan bimbingan selama di poliklinik THT-KL : 1. dr. Zulkifli Sp. THT-KL 2. dr. Fauziyah Henny Sp.THT-KL 3. dr. Ali Syahbana Siregar Sp.THT-KL 4. dr. Hj. Nety Harnita Sp.THT-KL 5. dr. Rehulina Surbakti Sp.THT-KL 6. dr. Baresman Sianipar. Sp.THT-KL 7. dr. Linda SAmosir Sp.THT-KL 8. dr. Magdalena Hutagalung Sp.THT-KL 9. dr. Zalfina Cora Sp.THT-KL 10. dr. Seri Ulina Sp.THT-KL 11. dr. M. TAufiq Sp.THT-KL 12. dr. Ita L. Roderthani Sp.THT-KL 13. Seluruh paramedic dan pegawai SMF THT-KL Penulis menyadari bahwa paper ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa. Oleh karena itu penulis sangat

description

hdytd

Transcript of neuroma akustik

Page 1: neuroma akustik

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa karena rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan paper ini untuk melengkapi persyaratan kepanitraan klinik senior bagian ilmu penyakit telinga hidung tenggorokan – kepala leher di RSUD dr. Pirngadi Medan yang berjudul “Neuroma Akustik”

Disini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Olina Hulu Sp. THT-KL, serta supervisor lainnya yang telah banyak memberikan bimbingan selama di poliklinik THT-KL :

1. dr. Zulkifli Sp. THT-KL2. dr. Fauziyah Henny Sp.THT-KL3. dr. Ali Syahbana Siregar Sp.THT-KL4. dr. Hj. Nety Harnita Sp.THT-KL5. dr. Rehulina Surbakti Sp.THT-KL6. dr. Baresman Sianipar. Sp.THT-KL7. dr. Linda SAmosir Sp.THT-KL8. dr. Magdalena Hutagalung Sp.THT-KL9. dr. Zalfina Cora Sp.THT-KL10.dr. Seri Ulina Sp.THT-KL11.dr. M. TAufiq Sp.THT-KL12.dr. Ita L. Roderthani Sp.THT-KL13.Seluruh paramedic dan pegawai SMF THT-KL

Penulis menyadari bahwa paper ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca paper ini. Semoga paper ini dapat memberikan manfaat dan menambahn pengetahuan kita semua.

Medan. 8 Februari 2016

Penulis

Page 2: neuroma akustik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I :PENDAHULUAN

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

2.2 Fisiologi Telinga

2.3 Neuroma Akustik

2.3.2 Epidemiologi

2.3.3 Patogenesis

2.3.4 Gejala Klinis

2.3.5 Diagnosis

2.3.6 Penatalaksanaan

2.3.7 Ukuran Tumor

2.3.8 Diagnosa Banding

2.3.9.Komplikasi

2.3.10 Prognosis

BAB III : KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: neuroma akustik

BAB I

PENDAHULUAN

Neuroma akustik adalah tumor jinak sudut serebelopontin yang paling banyak dijumpai yang berasal dari sel-sel schawan n.VIII, terutama n.Vestibularis, oleh karena itu tumor ini juga disebut vestibular schwanoma, neurinoma atau neurilemoma. Sekitar 10% dari semua tumor otak dan sekitar 80% dari semua lesi pengisi ruang sudut serebelopontin merupakan neuroma akustik.

Di Amerika Serikat terjadi insiden neuroma akustik adalah 10 penderita per 1 juta penduduk setiap tahunnya. Artinya terdapat sebanyak 1000-2000 orang penderita didiagnosa neuroma akustik sretiap tahunnya di Amerika Serikat. Tidak terdapat perbedaan jumlah penderita pada laki-laki dan perempuan. Biasanya penderita berusia 40-60 tahun.

Gejala klinis berupa penurunan pendengaran yang lambat dan progresif pada satu sisi telinga dimana pada sebagian besar kasus dimulai dengan tuli frekuensi tinggi. Selain itu, penderita juga mengeluhkan telinga berdenging (tinitus), sakit kepala dan adanya gangguan keseimbangan (vertigo).

Diagnosa neuroma akustik termasuk sulit untuk ditegakan karena gejala sering berkembang secara bertahap dan melibatkan telinga dalam. Disamping gejala klinis yang ada pada penderita, pemeriksaan yang dapat digunakan adalah tes pendengaran dan pemeriksaan penunjang Compurized Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Penanganan neuroma akustik terdiri dari beberapa pilihan penanganan yakni tindakan pembedahan, radioterapi dan observasi tergantung dari ukuran tumor, usia dan keadaaan umur penderita.

Page 4: neuroma akustik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam

a. Telinga luar

Telinga luar terdiri atas auricular dan meatus akustikus eksternus. Aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Lekuk daun telinga yang utama ialah helix dan antehelix, tragus, anti tragus dan konka.

Page 5: neuroma akustik

Meatus akustikus eksternus berbentuk huruf S, dengan panjangnya kira-kira 2.5-3 cm, diameternya bervariasi yaitu lateral biasanya lebih lebar dari medial. Meatus akustikus eksternus terdiri dari dua bagian yaitu bagian lateral dan medial. Bagian lateral adalah pars kartilagebus 1/3 luar melupakan lanjutan dari aurikulum, mempunyai rambut, kelenjer sebasea dan kelenjem serumenalis serta kulit melekat erat dengan perikondrium. Bagian medial adalah pars osseous yaitu 2/3 medial merupakan bagian dari os temporalis, tidak berambut, adda penyempitan di isthmus yaitu kira-kira 5mm dari membrane tympani. Pada 2.3 bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjer serumen.

b. Telinga Tengah

Telinga tengah adalah suau ruang yang terisi udara yang terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Ruang ini disebelah posterior berbatasan dengan ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui tuba eustachius. Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan didalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi dibagian anterior pada celah tuba eustachius epitelnya selapis silindris bersilia.

Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posteror, dinding latelar dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut dengan segmen tympani, yang merupakan bagian dari pars petrosa os temporalis. Lantai bawah dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang mungkin tidak lengkap dan mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan cavum tympani dari bulbus superior vena jugularis interna. Pada dinding anterior terdapat tuba eustachius. Didinding bagian posteriorterdapat sebuah lubang besaryang tidak beraturan yaitu aditus ad antrum. Dinding lateal dibentuk oleh membrane timpani. Batas dalam beruturut-turut dari atas kebawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap window (round window) dan promontorium.

Page 6: neuroma akustik

Dibagian dalam rongga ini terdapat tiga jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus, icus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsung tulang. Tulang maleus melekat pada membrane tympani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligament tipis di atap ruang tympani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam.

Ada dua otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor tympani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonnya berjalan mula-mula kea rah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga tympani dari dinding medial ke lateral untuk berisersi ke dalam gagang maleus. Tendon otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk pyramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi kedalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran berfrekuensi tinggi.

Membrane tympani memisahkan meatus akusticus eksternus dengan telinga tengah. Membran tympani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dengan diameter kira-kira 1 cm. bagian atas disebut pars flaksida dan bagian bawahn disebut dengan pars tensa.

Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat

Page 7: neuroma akustik

kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler dibagian dalam. Serat inilah yang menyebabkan reflex cahaya. Reflex cahaya terletak dikuadran anterior inferior. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane tympani disebut umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) kea rah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membrane tympani kiri dan pukul 5 untuk membrane tympani kanan.

Membrane tympani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis di umbo, sehingga didapatkan bagian superior-anterior, superior-posterior, inferior-anterior dan inferior-posterior, untuk menyatakan letak perforasi membrane tympani.

Rongga mastoid berbentuk seperti pyramid berisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral kranii posterior. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semisiikularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Dibawah kedua patokan ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus di ujung anterior Krista yang dibentuk otot digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dipalpasi di posterior aurikula.

Page 8: neuroma akustik

c. Telinga Dalam

Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga didalam pars petrosum tulang temporalis. Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibular yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Puncak koklea disebut dengan helikotrema, menghubungkan perilimfe skala tympani dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melingtang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala tympani disebelah bawah dan skala media diantaranya. Skala tympani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfe, sedangkan skala media berisi endolimfe. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli (membrane reisner) sedangkan dasar skala media adalah membrane basilaris. Pada membrane ini terdapat organ corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.

2.2 Fisiologi Telinga

a. Pendengaran

mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi tekanan vibrasu udara tertentu dan menginterpretasikannya sebagai bunyi. Telinga mengkonversi energy gelombang tekanan menjadi impuls syaraf, dan korteks serebri mengkonversi impuls ini menjadi bunyi. Bunyi memliki frekuensi, amplitude dan bentuk gelombang. Frekuensi gelombang bunyi adalah kecepatan osilasi gelombang udara perunit waktu.

Page 9: neuroma akustik

Telinga manusi dapat menangkap frekuensi yang bevariasi sekitar 20-18.000 hertz. Satu hertz adalah satu siklus perdetik. Amplitudo adalah ukuran energy atau intensitas fluktuasi getaran. Gelombang bunyi dengan amplitudo yang berbeda di interpretasikan sebagai perbedan dalam kekerasan.

Gelombang bunyi ditangkap oleh aurikula dan di transmisikan ke dalam meatus akustikus eksternus kemudian bergerak menuju kanalis akustikus eksternus ke arah membran tympani. Gelombang bunyi menyebabkan vibrasi membran tymoani. Sifat membran adalah aperiodis yang tidak memiliki frekuensi alaminya sendiri tetapi mengambil karakteristik vibrasi yang terjadi.

Getaran tersebut menggetarkan membran tympani diteruskan ke telnga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasikan getarran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dengan fenestra ovale. Muskulus stapedius dan muskulus tensor tympani berkontraksi secarareflektorik sebagai respon terhadap bunyi yang keras. Kontraksi akan menyebabkan membrane tympani menjadi tegang, osikular lebih kaku dan dengan demikian mengurangi transmisi udara.

Energy getar yang telah diamplifikasikan ini diteruskan ke stapes yang akan menggerakan fenestra ovale sehinggga perilomfe pada skala vestibule bergerak. Getaran menggerakan membran reisner, mendorong endolimfe sehingga akan menimbulkan getaran relative antara membran basilaris dan membran tektoria.

Proses ini merupakan ransangan mekanik yang menyebabkan defleksi seterosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbukan dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel-sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

b. keseimbangan

keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkuang di sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibular di labirin, organ visual dan proprioseptif. Reseptor kesimbangan terdiri dari macula yaitu resepto

Page 10: neuroma akustik

keseimbangan statis yang terdapat di utrikulus dan sakulus, manakala krista ampularis yaitu reseptor keseimbangan dinasmis yang terdapat pada kanal semisirkular, bereaksi terhadap gerakan rotasi pada sumbu bidang.

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan permebealitas membrane sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk keddalam sel yang akan menyebakna terjadi proses depolirasisi dan akan meransang penglepasan neurotransmitter eksitor yang selanjutnya akan meneeruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak.sewaktu berkas silia terdorong kea rah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.

Organ vestibular berfungsi sebagai transuder yang mengubah energy mekanik akibat ransangan otolit dan gerakan endolimfe didalam kanalis semisirkularis yang menjadi energy biolistrik, sehingga dapat member informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linear atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat member informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlansung.

2.3 Neuroma Akustik

2.3.1 Definisi

Neuroma akustik adalah tumor jinat sudut serebelopontin yang paling banyak dijumpai yang berasal dari sel-sel schwan n.VIII, terutama n.Vestibularis schwanoma, neurinoma atau neurilemoma. Sekitar 10% dari semua tumor otak dan sekitar 80% dari semua lesi pengisi ruang sudut serebelopontin merupakan neuroma akustik.

2.3.2 Epidemiologi

Page 11: neuroma akustik

Di Amerika Serikat terjadi insidensi neuroma akustik adalah 10 orang penderita per 1 juta penduduk setiap tahunnya. Artinya terdapat sebanyak 1000-2000 orang penderita didiagnosa neuroma akustik setiap tahunnya di Amerika Serikat. Tidak terdapat perbedaan jumlah antara laki-laki dan perempuan. Biasanya penderita berusia 40-60 tahun.

2.3.3 Patogenesis

Neuroma akustik berasal dari sel-sel schwan pada superior maupun inferior dari saraf vestibularis, yakni pada medial kanalis auditori internus atau lateral angulus cerebelo pontine yang merupakan daerah transisi dari perifer dan sentral myelin. Neuroma akustik jarang terjadi pada saraf koklea dan jarang yang bersifat ganas. Hal ini dapat disebabkan karena pada saraf vestibular terdapat sejumlah besar sel-sel schwan.

Studi terbaru mengenai penyakit ini telah banyak membantu dalam memahami patogenesis. Neuroma akustik terjadi akibat mutasi dari protein penekan tumor yang disebut merlin yang terdapat dalam kromosom 22q12. Salah satu fungsi protein merlin ini adalah untuk mencegah terjadinya neuroma akustik. Sebagian kecil terjadinya kasus neuroma akustik dihubungkan dengan adanya penyakit neurofibromatosis tipe 2 sebelumnya pada penderita.

Neurofibromatosis tipe 2 menyebabkan tumor jinak tumbuh pada jaringan saraf dalam tubuh, khususnya dalam rongga kepala dan tulang belakang. Kondisi ini akan mempengaruhi saraf vestibular dan kemudian terbentuklah neuroma akustik. Karena umumnya neurofibromatosis tipe 2 mengenai kedua saraf vestibularis maka neuroma akusttik akan terjadi bilateral.

Neuroma akustik adalah tumor jinak yang tumbuh lambat, biasanya berasal dari selubung nerulilema bagian vestibular saraf otak VIII dalam kanalis akustikus internus. Secara makroskopis tumor ini lunak, sering mempunyai daerah-daerah nekrosis dan dikelilingi oleh kapsul jaringan ikat.

Secara mikroskopik tampak tumor terdiri dari alur alur sel kumparan yang memanjang dengan inti yang agak besar disertai benang benang halus yang sejajar dengan sumbu panjang sel. Biasanya ada daerah dengan inti tersusun dalam baris-

Page 12: neuroma akustik

baris disebut palisade. Kadang-kadang ditemukan susunan inti yang menyerupai badan peraba (verocay bodies).

Tumor ini tumbuh lambat, tetapi mungkin ada periode pertumbuhan yang relative cepat atau tetap tenang selama bertahun-tahun. Meskipun tumor ini tidak invasif, tetapi dapat merusak saraf temporal dan pada akhirna serebelum dan batang otak, disertai dengan peningkatan tekanan intracranial akibat pembesaran yang progresif,

2.3.4 Gejala klinis

Gejala klinis berupa penurunan pendengaran yang lambat dan progresif pada satu sisi telinga dimana pada sebagian besar kasus dimulai dengan tuli frekuensi tinggi. Selain itu, penderita juga mengeluhkan telinga berdenging (tinnitus), sakit kepala dan adanya gangguan keseimbangan (vertigo).

Meskipun mulai timbul gejalanya tidak jelas, pembesaran yang cepat, akibat perdarahan atau edema dapat menyebabkan timbulnya gejala secara tiba-tiba atau membruruk, sehingga diferensiasi dengan penyakit menier menjadi lebih sulit. Pertumbuhan dalam kanalis akustikus internus menyebakan saraf VII dan VIII yang pertama-tama terkena. Dengan makin bertambahnya tumor keluar dari kanalis akustikus internus, saraf V pun terkena.

Gambaran khas kelainan ini adalah timbulnya tinnitus unilateral yang diikuti oleh gangguan pendengaran yang progresif yang berlansung lambat dan gejala ketidak stabilan atau pusing. Vertigo yang murni dapat muncul tetapi tidak sering. Beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian, dapat timbul kelumpuhan dan mati rasa atau parastesia muka. Pada kasus lanjut timbul gejala serebelum, paralisis ekstermitas dan nyeri kepala yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan intracranial.

2.3.5 Diagnosis

Pada kasus-kasus lanjut, adanya gangguan pendengaran unilateral, hilangnya fungsi vestibular, gangguan nervus fasialis dan nervus trigeminus, disertai adanya

Page 13: neuroma akustik

pembesaran kanalis akustikus internus atau erosi os petrosum pada pemeriksaan radiologik, membuat diagnosis neuroma akustik atau lesi pengisis ruang (S.O.L) relatif pasti. Karena adanya teknik pembedahan yang telah berkembang memungkingkan untuk mengangkat tumor-tumor kecil tanpa harus mengorbankan fungsi koklea dan tumor-tumor besar tanpa harus kehilangan fungsi wajah, maka diagnosis di lesi ini sangat penting. Untuk itu, harus dilakukan serangkaian pemeriksaan yang terdiri dari pemeriksaan pendengaran, nervus fasialis, vestibuler dan fungsi trigeminus digabungkan dengan pemeriksaan radiologic yang seksama.

Pemeriksaan pendengaran yang dilakukan dengan audiometri akan menunjukan tuli sensorineural unilateral, dengan nada-nada tinggi lebih terdepresi dibandingkan nada-nada rendah. Biasanya diskriminasi bicara sangat terganggu dan tidak sesuai dengan terganggunya nada-nada murni. Biasanya tes audiometri khusus akan munjukan bahwa ketulian bersifat retrokoklear.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontran gadolinium merupakan gold standard untuk menegakan diagnosis neuroma akustik. Dengan pemeriksaan MRI ini selanjutnya juga akan membantu dokter untuk membuat keputusan mengenai rencana operasi. Pada MRI akan tampak massa pada kanalis auditorius internus.

Pada keadaan tidak dapat dilakukan pemeriksaan MRI, maka computed tomography scaning (CT-scan) dengan kontras iodine merupakan pilihan terbaik. CT scan baru dapat mengidentifikasi massa neuroma akustik yang berukuran lebih dari 1.5 cm. selain itu, pada pemeriksaan dengan CT scan terdapatkemungkinan tidak teridentifikasinya massa pada intrakanalis auditorius internus, keculai jika telah terjadi ekspansi tumor pada tulang kanalis.

Pemeriksaan N.VII pada kasus dini terbaik dengan pemeriksaan lakrimalis dan ambang pengecap dengan stimulasi listrik. Akan ditemukan berkurang fungsi pada sisi yang bersangkutan pada sebagian besar kasus. Pemeriksaan vestibuler memperlihatkan perises tipe organ akhir (berkurang nistagmus terhadap rangasangan panas dingin) pada lebih dari 95% kasus. Pemeriksaan nervus trigeminus, termasuk perabaan halus dan uji goresan jarum dan juga pemeriksaan refleks kornea. Penemuan-penemuan yang condong kea rah nervus V menunjukan

Page 14: neuroma akustik

perluasan ke luar meatus akustikus internus dan merupakan petunjuk besarnya tumor.

2.3.6 Penatalakasanaan

a. operasi

Pengangkatan tumor melalui operasi adalah penanganan yang umum digunakan sampai saat ini. Pembedahan dapat dilakukan melalui bagian telingan dalam (translabyrinthine), dibelakang telinga bagian dalam (suboksipital atau retrosigmoid), diatas telinga bagian dalam (fossa tengah) atau kombinasi dari prosedur ini. Setiap prosedur dapat digunakan untuk menangani neuroma akustik berdasarkan ukuran tumor akustik tertentu, lokasi dan dengan berbagai tingkat pendengaran. Kemampuan mendengar umumnya hilang dalam prosedur translabyrinthyne. Kemampuan pendengaran yang baik dapat dipertahankan pada sebagian dari pasien yang dioperasi dengan prosedur soboksipital atau pendekatan fossa tengah. Kehilangan kemampuan mendengar yang hilang sebelum operasi umumnya tidak dapat dipulihkan dengan mengangkat tumor.

Keuntungan tindakan operasi adalah tumor biasanya dapat benar benar diangakat, yang artinya menghilangkan kebutuhan untuk perawatan lebih lanjut, menghindari terjadinya radiasi pada seluruh otak dan dapat digunakan untuk menangani semua ukuran tumor. Sedangkan kekurangan tindakan operasi adalah berpotensi besar untuk terjadinya komplikasi sekitar otak (misalnya, pembengkakan, perdarahn dan infeksi) dan saraf lainnya (misalnya saraf wajah) dan membutuhkan wajtu perawatan dan pemulihan yang lama di rumah sakit setelah operasi dilakukan.

Pendekatan klasik untuk tumor tumor angulus serebelo adalah bedah saraf melalui fossa posterior, seperty yang dikembangkan oleh cushing dan dandy. Kemudian william house mengembangkan dua carah bedah mikro untuk mencapai kanalis akustikus internus, pertama melalui fossa media yang membuka bagian atas kanalis dan kedua melalui pendekatan translabirin yang mencapai aspek posterior kanalis dan angulus serebelo pontine dari anterior.

Page 15: neuroma akustik

Pendekatan melalui fossa media untuk mencapai kanalis akustikus internus mempunyai keuntungan, karena dapat mempertahankan fungsi labirin dan memungkinkan untuk pengangkatan tumor-tumor kecil atau pematangan saraf vestibularis tanpa mengorbankan pendengaran. Namun tumor yang lebih besar tidak dapat diangkat dengan cara ini yang mengakibatkan berkembangnya pendekatan translabirin. Dengan deseksi ini, seluruh sistem vestibular diangkat dan memperlihatkan kanalis akustikus dari belakang. Pada saat yang bersamaan, lempeng tulang yang menutupi fosa posterior diangkat mulai dari sinus lateral sampai parus akustikus, sehingga dapat memperlihatkan sudut serebelopontine denga jelas. Keadaan ini memungkinkan untuk melakukan pengangkatan tumor besar secara lengkap pada sebagian besar kasus.

Keadaan prosedur ini adalah terjadinya penurunan morbiditas dan mortalitas secara nyata dibandingkan dengan prosedur bedah saraf yang klasik, karena kerusakan dan edema serebelum yang timbul pada prosedur bedah saraf dapat dihindari. Selain itu, nevus fasial dapat dipertahankan pada sebagian besar kasus, karena cara ini dapat memperlihatkan dengan jelas nervus fasial intratimpani dalam posisi normal dan dapat dibebaskan dari tumor. Penggunaan mikroskokp dan latihan serta keterampilan teknik bedah saraf diperlukan untuk melakukan prosedur ini, yang terbaik dilaksanakan sebagai suatu kerjasama antara ahli THT dan ahli bedah saraf.

Maka dari itu, pendekatan prosedur operasi yang terbaik saat ini adalah pendekatan translabirin. Tiga keuntungan operasi dengan translabirin adalah dapat digunakan untuk mengoperasi semua ukuran tumor, minimal retraksi dari otak dan memungkinkan terlihatnya nervus fasial dengan jelas, sehingga fungsinya dapat dipertahankan.

b. Radioterapi

Radioterapi digunakan untuk penanganan pada tumor yang berukuran kecil sampai tumor yang berukuran menengah (misalnya, kurang dari satu inci) atau tumor berulang dapat diobati dengan jenis kusus dari radioterapi. Radioterapi terdiri dari radioterapi stereotatic dan gamma knife. Penanganan dengan radioterapi ini melibatkan penggunaan bimbingan computer untuk memberikan radiasi dosis kecil pada seluruh kepala, namun difokuskan pada tumor. Lama

Page 16: neuroma akustik

radioterapi biasanya dapat dicapai dalam satu hari, tapi kadang-kadang pengobatan akan diberikan selama beberapa hari. Radioterapi ini sebenarnya tidak menghapus atau tidak benar benar menghilangkan tumor akustik, tetapi biasanya tujuanya hanya melukai tumor sehingga tidak tumbuh lagi. Tumor yang masih kecil umumnya tidak menimbulkan masalah serius.

Keuntungan penanganan melalui radioterapi ini adalah pertumbuhan tumor dapat dikendalikan di lebih dari 90% dari pasiem, menghilangkan kebutuhan untuk perawatan lebih lanjut, dapat dilakukan sebagai pasien rawat jalan dan tidak begitu berpotensi untuk komplikasi sekitar otak (misalnya edema, perdarahan dan infeksi) dan saraf sekitar. Sedangkan kekurangannya adalah terpaparnya seluruh otak oleh radiasi, yang dapat mengakibatkan perubahan halus dalam proses berpikir, tidak dapat digunakan untuk tumor dengan ukuran yang besar dan dapat menyebabkan kanker otak pada 1 dari 400 pasien.

c. Observasi

Beberapa studi menunjukan bahwa sebagian mencapai setengah dari neuroma akustik telah berhenti tumbuh pada saat terdiagmosis. Dengan demikian, pada pasien tertentu hanya mengawasi pertumbuhan tumor dengan CT scan berulang bias menjadi pilihan, terutama jika tumor tidak menekan otak dan jika benar benar diyakini bahwa tumor tidak lagi tumbuh.

Pada tahun 2013, sebuah penelitian di Amerika Serikat oleh divisi bedah saraf di duke Universuty Medical Center dan Durham Veterans Affairs Medical Center menyimpulkan mengenai tren pengobatan neuroma akustik di Amerika Serikat di era modern sebagai berikut. Meskipun banyak penelitian telah menunjukan hasil yang lebih baik dengan penggunaan radioterapi untuk penanganan tumor neuroma akustik berukuran kecil sampai menengahn, namun operasi masih merupakan modalitas pengobatan yang paling ummum digunakan untuk tumor ini.

2.3.7 Ukuran Tumor

Page 17: neuroma akustik

Tumor pada neuroma akustik diklasifikasikan menjadi tumor besar, menengah atau kecil. Risiko dan komplikasi opera tumor akustik bervariasi sesuai dengan ukuran tumor tersebut. Semakin besar tumor, maka komplikasi operasi akan semakin berat.

Tumor kecil adalah sebuah tumor akustik dengan ukuran <1cm dan masih terbatas dalam kanalis auditorius internus. Tumor menengah adalah sebuah tumor akustik dengan ukuran 1-3 m memanjang dari kanal tulang kedalam rongga otak, tetapi belum menghasilkan tekanan pada otak itu sendiri. Tumor besar adalah sebuah tumor akustik dengan ukuran >3cm yang telah menimbulkan tekanan pada otak.

2.3.8 Diagnosa Banding

Diagnosa banding neuroma akustik adalah dengan penyakit penyakit yang mungkin terdapat pada angulus cerebello pontine, yakni :

1. Lesi pada angulus cerebello pontine a. Schwanoma dari nervuss V dan VIIb. Meningiomac. Epidermoid

2. Congenitala. Kista arachnoidb. Lipoma

3. Lesi pada pembuluh daraha. Hemangiomab. Aneurismac. Hemangioblastomad. Paraganglioma

4. Tumor intra axiala. Medulablastomab. Astrsitomac. Tumor ventrikel IV

5. Penyakit menier

Page 18: neuroma akustik

2.3.9 Komplikasi

Meskipun pertumbuhan tumor lambat yakni 1.8mm per tahun, namun tumor ini bersifar progresi dan sering menyebabkan gejala dan tanda yang tersembunyi yang akhirnya seiring berjalan waktu, tumor akan menekan struktur disekitar kanalin auditorius internus dan angulus cerebelopontine. Hal ini tentu akan menyebabkan gangguan neurologis yang berarti. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah mati rasa dan kelumpuhan pada wajah, kehilangan kemampuan mendengar, hidrosefalus obstruktif karena ventrikel IV, sakit kepala, perubahan status mental, mual muntah dan dapat menyebabkan kematian karena gangguan sistem respirasi.

2.3.10 Prognosis

Prognosis meliputi kemampuan mendengar yang dapat dipertahankan antara 20-70 % kasus, adanya vertigo pada 50% kasus dan gangguan saraf fasial setelah operasi, yang dipengaruhi ukuran tumor.

BAB III

KESIMPULAN

Neuroma akustik adalah tumor jinak sudut pons yang paling banyak dijumpai yang berasal dari sel-sel schwan n.VIII, terutama n.vestibularis. Gambaran khas kelainan ini adalah timbulnya tinnitus unilateral yang diikuti oleh gangguan pendengaran progresif yang berlansung lambat dan gejaka ketidakstabilan atau pusing. Magneting Resonanci Imaging (MRI) dengan kontras merupakan gold standard untuk mengakan diagnosis neuroma akustik. Penanganan neuroma akustik terdiri dari beberapa pilihan penanganan yakni tindakan pembedahan, radioterapi dan observasi tergantung dari ukuran tumor, usia dan keadaan umum penderita.

Page 19: neuroma akustik

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur. C dan Jhon E.Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11. 2008. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta Hal 681-692

2. Soetirto, Indro, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, edisi keenam. Fakultas Kedokteran Indonesia : Jakarta hal 10-22

3. Jacob, Balenger, Jhon. 1997. Anatomi dan Embriologi. Tumor Angulus Serebelo-pontine dalam Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, edisi 13 jilid dua. Bina rupa Aksara : Jakarta. Hal. 101-133, 543-593

4. Johnson, Jacob & anil K. Lalwani. 2008. A Lange Medical Book Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-head & Neck Surgery. Mc Graw Hill : New York. Hal 765-773

5. Staecker, Hinrich. 2006. Otolaryngology Basic Science and Clinical Review. Thieme Medical Publiecher Inc : New York. Hal. 305-307

6. Den Broek, Van dkk. 2010. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung dan Telinga, edisi 12. Penerbit buku kedokteran ECG : Jakarta. Hal 76

7. Ramsden, Richard T. 1997. Vestibula Schwannoma dalam Scott-Browns Otolaryngology, edisi enam, volume 3. Reed Educational and Profesional Publishing Ltd : oxford.

Page 20: neuroma akustik

8. Moore-Gillion, Victoria & Nicholas Stafford, 1991. Segi Praktis Ilmu Telinga Hidung Tenggorok. Bina Rupa Aksara. : Jakarta. Hal 27-28

9. D. Thane, Cody. 1993. Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta. Hal 78-79

10.Roland, NJ dkk. 1995. Key topics inOtolaryngology. Toppan-bios Scientific Publisher : United Kingdom.