Modul Praktikum Ipt Fix
-
Upload
halimatun-syakdiah -
Category
Documents
-
view
102 -
download
21
description
Transcript of Modul Praktikum Ipt Fix
MODUL PRAKTIKUM
ILMU PENYAKIT TUMBUHAN (IPT)
TIM ASISTEN
HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 1
MODUL I. PENGENALAN TENTANG PENYAKIT
Ilmu penyakit tumbuhan (Fitopatologi) mempelajari makhluk hidup dan
keadaan lingkungan yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan, bagaimana
mekanisme fakto-faktor tersebut menyebabkan penyakit pada tumbuhan, interaksi
antara agensia penyebab penyakit dan tumbuhan sakit, metode untuk mencegah
atau mengendalikan penyakit serta mengurangi kerusakan yang ditimbulkannya
(Agrios, 2005).
Ilmu penyakit tumbuhan menggunakan pengetahuan dan teknik dasar
botani, mikologi, bakteriologi, virologi, nematologi, genetika, anatomi tumbuhan,
fisiologi tumbuhan, biologi molekuler, rekayasa genetik,ilmu kehutanan,
meteorologi, biokimia, hortikultura, kimia,kultur jaringan, ilmu tanah dan fisika
(Agrios, 2005).
1.1 Konsep Penyakit Pada Tumbuhan
Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut dapat
melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensial genetik terbaik
yang dimilikinya (Agrios, 2005).
Definisi penyakit terjadi perubahan fungsi-fungsi sel dan jaringan inang
sebagai akibat gangguan yang terus-menerus oleh agensia-agensia patogen atau
faktor lingkungan dan menyebabkan perkembangan gejalanya (Agrios, 2005).
Fungsi-fungsi tersebut adalah pembelahan, difarensiasi air dan mineral dari tanah
dan mentraslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan, fotosintesis dan translokasi
hasil-hasil fotosintesis ke tempat-tempat penggunaan dan penyimpanannya,
metabolisme senyawa-senyawa yang disintesis, reproduksi, dan penyimpanan
persediaan makanan untuk reproduksi dan kebutuhan setelah berakhirnya musim
dingin (Agrios, 2005).
Mekanisme penyakit pada mulanya tumbuhan bereaksi terhadap agensia
penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut berupa reaksi biokimia
alami yang tidak dapat dilihat. Akan tetapi, reaksinya dengan cepat menyebar dan
menjadi perubahan. Perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya menjelma
menjadi makrokopis dan membentuk gejala panyakit. Sel dan jaringan yang
dirusak dari tumbuhan skit biasanya menjadi lemah atau hancur oleh agensia
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 2
penyebab penyakit. Kemampuan sel dan jaringan tersebut melaksanakan fungi-
fungsi fisiologisnya yang normal menjadi menurun atau terhenti sama sekali dan
sebagai akibatnya pertumbuhan terganggu atau tumbuhan mati (Agrios, 2005).
Patogen menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan melemahkan inang
dengan cara menyerap makanan secara terus-menerus dari sel-sel inang untuk
kebutuhannya. Menghentikan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan
toksin, enzim atau zat pengatur tumbuhan yang disekresinya. Menghambat
transportasi makanan, hara mineral dan air melalui jaringan pengangkut.
Mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak (Agrios, 2005).
1.2 Klasifikasi Penyakit Tumbuhan
Penyakit tumbuhan dikelompokan berdasarkan gejala yang ditimbulkan,
menurut organ tumbuhan yang dipengaruhinya, menurut jenis tumbuhan yang
dipengaruhinya, dan berdasarkan jenis patogen penyebab penyakit (Agrios, 2005).
Penyakit tumbuhan dapat diklasifikasikan yaitu penyakit tumbuhan yang bersifat
infeksi atau biotik (jamur, prokariota: bakteri dan mikoplasma, tumbuhan tingkat
tinggi parasit, virus dan viroid, nematoda, dan protozoa), dan penyakit non-
infektif atau abiotik (suhu yang terlalu tinggi/rendah, kekurangan/kelebihan
kelembapan tanah, kekurangan/kelebihan cahaya, kekurangan oksigen, populasi
udara, defisiensi hara, keracunan hara, kemasaman/ salinitas, toksisitas pestisida,
dan kultur teknis yang salah (Agrios, 2005).
1.3 Sejarah Ilmu Penyakit Tumbuhan
Ilmu Penyakit Tumbuhan sudah dikenal sejak sebelum masehi. Sejarah
Ilmu Penyakit Tumbuhan dibedakan menjadi lima era yaitu Era Purba, Era Gelap,
Era Pre-Modern atau Autogenetic, Era Modern atau Pathogenetic, dan terakhir
adalah Era sekarang. Pada Era Purba, Theophrastus “Father of Botany” (tahun
371-287 sebelum Masehi), murid dari Plato dan Aristotle dalam karyanya
Historia plantarum dan De causis plantarum sudah menyebutkan referensi
mengenai penyakit tanaman. Theophrastus menyebutkan beberapa contoh
penyakit tanaman misalnya : tanaman zaitun selain mempunyai ulat, juga
menunjukkan tonjolan melepuh seperti hangus oleh sinar matahari, tanaman ara
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 3
cenderung berkudis dan busuk. Disebut busuk ketika akarnya menghitam, dan
disebut krados atau kladoi ketika yang menghitam adalah cabangnya.. Lebih
lanjut juga dijelaskan bahwa kudis pada tanaman ara muncul ketika tidak banyak
hujan diawal musim panas, kemudian ketika hujan sudah banyak turun penyakit
kudis akan tercuci, hal ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan terhadap
munculnya penyakit. Sekitar 300 tahun kemudian Caius Plinius Secundus (23-79
AD) dalam bukunya Historius Naturalis beliau lebih memperhatikan pengendalian
penyakit tanaman, dan dikatakan bahwa festival Robigalia yang diadakan setiap
tgl 25 April adalah untuk meredakan dewa jamur karat gandum Robigus agar
pertanaman sereal mereka tidak terserang penyebab penyakit (Anonymous, 2014).
Pada Era Gelap Ilmu Penyakit Tumbuhan sangat lambat berkembang, namun
demikian seorang Arab. Ibnal Awan mendiskripsikan berbagai gejala penyakit
tumbuhan dan cara pengendaliannya. Basil (tahun 330-370) diduga pertama
kalinya mengidentifikasi infeksi penyakit sereal oleh Uredinales, Tiletia caries
(Anonymous, 2014).
Pada Era Pre-modern (1600 – 1850 an), Robert Hooke (1665) sebagai
“Father of Cell Theory” membuat mikroskop untuk mengamati jaringan
tanaman dan menemukan bahwa jaringan tanaman tersusun oleh unit-unit yang
sangat kecil disebut sel. Selanjutnya disusul oleh Anton Van Leeuwenhoek 1676
mendiskripsisel-sel protozoa dan bakteri.. Micheli “Father of Founder of
Mycology” pada tahun 1729 mengilustrasikan beberapa morfologi jamur
termasuk gambar teleosporanya dan dikatakan bahwa jamur berasal dari spora.
Tahun 1743 John Needam melaporkan nematode parasit pada tumor gandum.
Tillet tahun 1955 membuktikan bahwa penyakit bunt pada gandum bersifat
infeksius dan dapat dikendalikan dengan perlakuan benih.. Diakhor era pre-
modern dipahami bahwa jamur sangat dekat hubungannya dengan penyakit
tanaman. Tahun 1845 epidemik penyakit hawar kentang yang disebabkan oleh
Phytophthora infestan di Irlandia mengakibatkan kematian sejuta penduduknya
dan 1,5 juta berimigrasi (Anonymous, 2014).
Era Modern dimulai th 1853 hingga 1906. Era ini dimulai dengan
dibuktikannya bahwa Phytophthora infestan sebagai penyebab penyakit kentang
oleh Anton de Barry (1853) yang dinobatkan sebagai “Founder or Father of
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 4
Plant Pathology”. Berikutnya adalah penemuan dan pembuktian penyakit
tanaman yang disebabkan oleh bakteri yaitu penyakit hawar api pada apel dan pir
oleh TJ Burril 1873 yang disusul oleh Robert Koch dengan teori “KOCH’S
POSTULATES”untuk pembuktian suatu jasad sebagai penyebab penyakit.
Selanjutnya E.F Smith (1890) ditetapkan sebagai “Father of
phytobacterilogy” dengan penelitiannya terhadap penyakit layu bakteri pada
Cucurbitaceae dan tumor leher akar. Tobacco Mosaic Virus (TMV) dibuktikan
oleh Ivanovsky (1892) mampu menerobos filter untuk menyaring bakteri sehingga
ditemukannya penyebab penyakit tanaman lain selain bakteri (Anonymous, 2014).
Awal abad ke 19 merupakan awal penemuan-penemuan yang sangat berharga
untuk kemajuan di bidang Ilmu Penyakit Tumbuhan. Tahun 1905 ditandai dengan
pionir di bidang genetika resistensi terhadap penyakit tumbuhan oleh Biffen yang
menemukan bahwa ketahanan gandum terhadap Puccinia glumorum dilatar
belakangi oleh faktor gen resesif tunggal. Selanjutnya penelitian-penelitin untuk
pencarian gen-gen resistan dan perkembangan IPT sangat didukung oleh
perkembangan Biologi Molekuler (Anonymous, 2014).
Agrios GN. 2005. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2014. DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT TUMBUHAN (DIPT).
http://xa.yimg.com/kq/groups/16796683/790108609/name/Bahan+Ajar+DI
PT-Perkembangan+IPT-Tisub.docx. (Diakses 8 Maret 2014).
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 5
MODUL II. MEKANISME TERJADINYA PENYAKIT
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen
(parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiapath). Oleh karena itu, untuk
tejadinya penyakit tumbuhan sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interansi
antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Untuk mendukung perkembangan
penyakit maka harus adanya interaksi adanya tiga komponen yaitu patogen yang
virulen, tanaman yang rentan dan lingkungan yang mendukung seperti pada
gambar di bawah ini:
(Agrios, 1996)
Pada penyakit tumbuhan yang infeksius (menular) ada beberapa rangkaian
kejadian yang berurutan satu dengan yang lainnya. Siklus penyakit meliputi
perubahan-perubahan patogen di dalam tubuh tanaman dan rangkaian perubahan
tanaman inang serta keberadaan patogen (siklus hidup patogen) di dalamnya
dalam rentang waktu tertentu selama masa pertumbuhan tanaman. Kejadian
penting dalam siklus penyakit meliputi : inokulasi (penularan), penetrasi (masuk
tubuh), infeksi (pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan serangan ke
jaringan lain), penyebaran ke tempat lain dan pertahanan patogen.
a. Inokulasi atau Penularan
Langkah-langkah yang terjadi pada proses inokulasi, dimulai dari :
inokulum patogen sampai ke permukaan tubuh tanaman inang melalui
perantaraan angin, air, serangga dan sebagainya. Pada jamur atau cendawan,
inokulum dapat berupa miselium, spora, atau sklerotium. Pada bakteri,
mikoplasma, dan virus, inokulumnya berupa individu bakteri, individu
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 6
mikoplasma, dan partikel virus itu sendiri. Pada tumbuhan parasitik, inokulum
dapat berupa fragmen tumbuhan atau biji dari tumbuhan parasitik tersebut.
Pada nematoda, inokulum dapat berupa telur, larva, atau nematoda dewasa.
b. Penetrasi. Penetrasi merupakan proses masuknya patogen atau bagian dari
patogen ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang.
Patogen melakukan penetrasi dari permukaan tanaman ke dalam sel,
jaringan atau tubuh tanaman inang melalui empat macam cara, yaitu secara
langsung menembus permukaan tubuh tanaman, melalui lubang-lubang alami,
melalui luka, dan melalui perantara (pembawa, vektor). Tumbuhan parasitik
dan nematoda melakukan penetrasi dengan cara langsung.Spora jamur yang
berkecambah akan membentuk buluh kecambah yang dapat digunakan untuk
melakukan penetrasi, baik langsung menembus permukaan maupun melalui
lubang alami dan luka. Bakteri biasanya melakukan penetrasi melalui luka
atau dimasukan oleh perantara tertentu dan sedikit sekali yang masuk melalui
lubang-lubang alami permukaan tanaman. Virus dan mikoplasma dapat
melakukan penetrasi dengan melalui luka atau dimasukan oleh perantara atau
vektor.
c. Infeksi.
Infeksi merupakan suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan
nutrien (‘sari makanan’) dari inang. Proses ini terjadi setelah patogen
melakukan kontak dengan sel-sel atau jaringan rentan dan mendapatkan nutrien
dari sel-sel atau jaringan tersebut .
d. Invasi.
Invasi merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen setelah
terjadi infeksi. Individu jamur dan tumbuhan parasitik umumnya melakukan
invasi pada tanaman dimulai sejak proses infeksi dengan cara tumbuh dalam
jaringan tanaman inang, sehingga tanaman inang selain kehilangan nutrien, sel-
selnya atau jaringan juga rusak karenanya.
e. Penyebaran.
Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau inokulum
dari sumbernya ke tempat lain. Penyebaran patogen dapat terjadi secara aktif
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 7
maupun pasif. Beberapa patogen dapat melakukan penyebaran secara aktif,
misalnya nematoda, zoospora dan bakteri motil
1.1 Diagnosis Penyakit Tumbuhan
Langkah pertama dalam diagnosis penyakit tanaman adalah menentukan
penyebab penyakit, apakah disebabkan oleh patogen atau karena faktor
lingkungan fisik tanaman. Secara umum, langkah-langkah dalam tata kerja
diagnosis penyakit tanaman adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi tanaman inang. Mudah sulitnya tanaman yang akan didiagnosis
tergantung dari keadaan tanamannya. Jika tanaman memiliki bagian-bagian
yang lengkap, seperti : akar, batang, bunga, buah, dan lainnya, akan lebih
mempermudah diagnosis dari pada tanaman yang tidak lengkap.
b. Informasi lingkungan tempat tanaman inang tumbuh. Tanaman inang
yang tumbuh di tanah datar, kebun, atau pekarangan akan berbeda sifatnya.
Hal ini perlu diketahui karena akan ikut menentukan tindakan pengendalian
yang direkomendasikan.
c. Pengamatan gejala-gejala di lapangan. Adanya catatan mengenai gejala
yang ada di lapangan akan membantu mempermudah diagnosis.
d. Kondisi kultur teknis. Informasi tentang bagaimana tanaman yang
bersangkutan dibudidayakan dapat merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan tanaman.
e. Pengamatan gejala lanjutan. Pengamatan dari dekat tanpa bantuan alat
pembesar seharusnya sudah dapat menunjukan tipe penyakit yang ada, untuk
lebih meyakinkan keberadaan organisme pada atau dalam tubuh tanaman
dapat dibunakan alat pembesar bahkan alat-alat maupun proses lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 2005. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Anonymous. 2014. DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT TUMBUHAN (DIPT).
http://xa.yimg.com/kq/groups/16796683/790108609/name/Bahan+Ajar+DI
PT-Perkembangan+IPT-Tisub.docx. (Diakses 13 Maret 2014).
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 8
MODUL III. MIKOLOGI
1.1 Isolasi Jamur
Cendawan (fungus) termasuk ke dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang
berderajat rendah, yakni Thallophyta, yang memiliki tubuh yang disebut thallus,
karena tubuh itu tidak dapat dibedakan antara akar, batang dan daun
(HASTIONO, 2000).Secara taksonomik, cendawan terbagi atas 5 subdivisi, yaitu
Mastigomycotina, Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina dan
Deuteromycotina. Di antara kelima subdivisi ini, terdapat beberapa kelas penting
yang membentuk sebagian besar cendawan, yakni Ascomycetes, Deuteromycetes,
Basidiomycetes dan Zygomycetes (ONIONS et al., 1981 ; ELLIS, 1994).
Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh
biakan yang murni (Singleton dan Sainsbury, 2006). Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari
campuran bermacam-macam mikroba. Untuk dapat mempelajari mikroorganisme
kita harus melakukan pengamatan dan pembiakkan pada suatu media buatan.
Pertumbuhan mikroorganisme di alam dapat diketahui dengan pengambilan
mikroorganisme tersebut di alam yang kemudian ditumbuhkan di dalam suatu
medium buatan yang disebut dengan isolasi.
a. Alat dan Bahan
Gunting : Untuk memotong bagian tanaman yang terkena serangan
Cutter : Untuk memotong bagian tanaman yang terkena serangan
Pinset : Untuk memindahkan potongan sampel bagian yang bergejala.
Cawan Petri : Sebagai tempat media (isolasi), alkohol, khloroks dan aquadest.
Bunsen : Untuk menciptakan kondisi aseptis.
Gelas ukur : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat)
Wrapping : Untuk meng-cover hasil isolasi di cawan petri.
Kamera : Untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi.
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 9
b. Langkah Kerja
PURIFIKASI JAMUR
Purifikasi adalah proses pemisahan mikroorganisme yang diinginkan dari populasi
campuran ke media biakan (buatan ) untuk mendapatkan kultur murni. Sebelum
melakukan pemurnian (purifikasi) terhadap suatu patogen tanaman, maka patogen
tanaman pertama kali harus diisolasi ke dalam media buatan dan dibiakkan secara
aseptik. Patogen selalu berasosiasi dengan bagian tanaman yang sakit sehingga
harus dilakukan isolasi. Purifikasi bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme
dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.
Alat
Cuci sampel tanaman bergejala di air mengalir
Potong bagian tanaman ½ sakit dan ½ sehat (± 1 cm)
Potongan Sampel Dicuci Dengan :
Kholorox selama 1 menit
Alkhohol selama 1 menit
Aquades selama 1 menit
Keringkan di tissue / ditiriskan
Tanam di PDA + Label
Tutup dengan wrapping
Amati setiap hari selama 1 minggu
Dokumentasi
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 10
Jarum Ose : Digunaka untuk mengambil/memindahkan koloni patogen.
Wrapping : Untuk membungkus media dan cawan petri.
Bunsen : Digunakan untuk sterilisasi alat
Bahan
Alkohol : Digunakan untuk sterilisasi
Spirtus : Sebagai bahan bakar bunsen
Media PDA : Untuk membiakkan biakan murni yang telah dipurifikasi.
Langkah Kerja
1.2 Identifikasi Jamur
Pengertian identifikasi (penyakit) secara umum adalah membuat kepastian
terhadap suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau suatu proses untuk
mengenali suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas
termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut
(Nurhayati, 2012). Patogen yang diidentifikasi berasal dari pengambilan sampel
tanaman yang terserang penyakit. Identifikasi jamur bisa menggunakan
mikroskop elektron payar Scanning Electron Microscope (SEM) untuk
menghasilkan gambar.
a. Alat
Mikroskop : untuk mengidentifikasi kenampakan mikroskopis patogen
Objek glass & Cover glass : digunakan sebagai tempat spesimen yang diamati.
Ambil sejumlah kecil koloni
Letakkan di media PDA
Wrapping
Amati dan foto
Sterilisasi tempat dan alat yang akan digunakan
Dekatkan pada bunsen yang menyala
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 11
Jarum ose : untuk mengambil spesimen.
Kamera : untuk mendokumentasikan hasil identifikasi
b. Bahan
Aquades : untuk membersihkan alat.
Alkohol : untuk mensterilkan alat.
Biakan murni patogen : spesimen yang diamati.
c. Alur Kerja
DAFTAR PUSTAKA
Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.
Rachdie. 2008. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. http://rachdie
.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-
mikroba/. Diakses pada tanggal 30 April 2012
Nurhayati. 2012. Diagnose Penyakit Tumbuhan.http://nurhayatisite.blogspot.com/
2011/03/diagnosis-penyakit-tanaman Diunduh 28 April 2013.
Siapkan biakan murni patogen
Ambil dengan jarum ose
Letakkan di preparat
Amati di bawah mikroskop perbesaran 10x
Foto
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 12
MODUL IV. BAKTERIOLOGI
Hampir kebanyakan jenis bakteri
tidak berklorofil dan tidak mempunyai
plastid, tidak mempunyai inti sejati,
namun mempunyai protoplasma yang
mengandung DNA yang disebut sebagai
intinya. Sel bakteri (hamper kebanyakan
bersel satu) dan secara anatomi struktur
tubuhnya terdiri kapul, dinding sel,
membrane sel, struktur dalam sel
(mitokondria, inti dan granula), serta
pelengkap lain seperti pili dan flagella
(Sastrahidayat,2011
1.1 Isolasi Bakteri Bakteri
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh kultur murni atau biakan
murni. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat biakan
1. Dengan cara goresan (streak plate)
2. Dengan cara tuang (pour plate)
3. Dengan cara sebar (spread plate)
4. Dan dengan mikromanipulator
Pengembangan dalam cawan petri ada beberapa metode, yaitu:
a. Metode Cawan Gores (Streak Plate)
Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah
dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini
dilakukan dengan membagi 3-4 cawan petri. Ose steril yang telah disiapkan
diletakkan pada sumber isolat Kemudian menggoreskan ose tersebut pada
cawan petri berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk
garis horisontal disatu cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 13
kering, ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi
cawan ke dua. Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores.
b. Metode Cawan Sebar (Spread Plate)
Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan
stok kultur bakteri atau menghapuskannya di atas media agar yang telah
memadat. Dan perlu perhatian pour plate kultur dicampurkan ketika media
masih cair (belom memadat). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme
yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan agar.
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 14
c. Teknik Dilusi (Pengenceran)
Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari
substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang
telah diambil kemudian disuspensikan dalam aquades steril. Teknik dilusi
sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir semua metode
penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti
TPC (Total Plate Counter)
(Anonymous, 2014)
1.2 Perbanyakan Bakteri
a. Alat
Beaker glass 250 ml, L glass, gunting, cawan petri, pinset, pisau, jarum ose,
wrapping, bunsen, tissue
b. Bahan
Alkohol, Aquades, media NA, Kultur bakteri yanag akan di perbanyak
c. Alur Kerja
.
Bakteri diinkubasi selama 24 jam pada media agar.
Koloni yang tumbuh diambil menggunakan jarum ose, selanjutnya distreak
pada media agar yang baru
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh koloni tunggal dari bakteri uji.
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 15
1.3 Uji Patogenisitas Bakteri
Bakteri masuk ke dalam tanaman melalui luka atau lubang alami seperti
stomata sehingga bakteri tidak perlu melakukan penetrasi tetapi harus memiliki
cara untuk kontak (adhere) dengan permukaan tanaman. Kebanyakan bakteri
tidak memiliki mekanisme untuk menempel (adhesion) pada inang kecuali bagi
bakteri yang berpindah melalui xilem dan phloem.
a. Alat
Suntikan : Untuk memasukan suspensi kedalam umbi atau tanaman
Wreping : Untuk penutup inkubasi
Nampan : Untuk tempat inkubasi
b. Bahan
Umbi kentanag : Sebagai bahan pengujian
Pisang : Sebagai bahan Pengujian
Akuades : Membersihkan bahan yanag di gunakan untuk pengujian
Bakteri E. Carotovora dan BDB : Sebagai suspensi yanag akan di ujikan
c. Alur Kerja
Menci umbi kentang dan pisang menggunakan akuades lalu tiriskan
Siapakan suspensi bakteri yang akan di inokulasikan
Suntikan masing-masing bakteri menggunakan jarum suntik pada
kentang dan pisang
Simpan di dalam nampan dan tutp menggunakan platik wraping
kemudian berikan celah sedikit untuk jalannya udara
Amati dalam satu minggu
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2014. Kultur Murni Untuk Budidaya Bakteri. (online)
http://makeyousmarter.blogspot.com/2012/11/kultur-murni-untuk-budidaya-
bakteri.html. Diunduh pada 24 Maret 2014
Bambang, Purnomo. 2006. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman.
http://www.geocities.ws/bpurnomo51/das_files/das2.pdf. diunduh pada 18
maret 2011.
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 16
MODUL V. VIRUS
Virus adalah agensia yanag sangat kecil dan hanya dapat dilhiat melalui
mikroskop elektron serta hanya berkembang biak di sel hidup. Virus terdiri dari
asam nukleat yang biasanya diselubungi oleh mantel pelidung protein atau
lipoprotein (Akin, 2006).
Penularan secara mekanis merupakan metode penularan yang mudah
dilakukan dan banyak digunakan dalam percobaan penularan di laboratorium.
Inokulasi secara mekanis dilakukan dengan mengoleskan ekstrak pada permukaan
daun tanaman yang mengalami luka mikro (sub lethal wouding or abrasi) secara
mekanis.
Secara umum, tanaman yang terinfeksi virus secara sistemik akan
mengandung virus selama tanaman itu masih hidup karena tanaman tidak
mempunyai mekanisme untuk menghilangkan virus. Oleh sebab itu, setiap bagian
tanaman yang digunakan menjadi tanaman baru melalui cara pembiakan vegetatif,
seperti okulasi, penyambungan, penyetekan, umbi, kultur jaringan, dan rizoma
akan mengandung virus yang brasal dari tanaman induk.
1.1 Penularan Virus secara Mekanik
a. Bahan
Tanaman cabai yang terserang Cucumber Mosaic Virus (dapat diganti dengan
tanaman lainnya
Tanaman cabai dalam pot yang berumur 2-3 minggu (dapat diganti dengan
tanaman lainnya
Buffer fosfat 0,01 M pH 7,0
b. Alat
Kain kassa steril, mortar dan penumbuknya, kapas atau tissu, karborundum 600
mesh, karbonatif, gunting atau pisau dan gelas piala 50 ml.
c. Alur Kerja
Siapkan alat dan bahan seperti tersebut di atas
Buat SAP (Sari Air Perasan) tanaman sakit sebagai inokulum dengan cara
sebagai berikut:
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 17
o Bersihkan tangan dengan alkohol 96%
o Ambil daun tanaman cabai sakit kurang lebih 5 g dengan meninggalkan
tulang daunnya.
o Bersihkan dari kotoran yang mungkin melekat dengan kapas atau tissu
o Masukkan dalam mortar dan tumbuk sampai halus
o Tambahkan ±10 ml buffer fosfat 0,01 M pH 7,0 (apabila sumber
inokulum dari inokulum dari tanaman yang mengandung inhibitor atau
antiviral, bisa ditambahkan karbonaktif)
o Lumatkan lagi dengan menggunakan penumbuk
o Setelah halus, saring sap yang diperoleh dengan menggunakan kain
kassa steril
Siapkan tanaman cabai dalam pot yang berumur 2-3 minggu (min terdapat 4
helai daun)
Taburi permukaan atas daun (2-3 daun tiap tanaman) dengan
menggunakan sedikit karborundum 600 mesh
Usap permukaan daun yang telah diberi karborundum, dengan perlahan-lahan dengan
menggunakan jari-jari tangan kanan menahan lembaran daun dari permukaan bawah.
Perkiraan epidermis daun telah terkelupas atau trichoma daun telah patah. Ini penting
untuk infeksi, usapan yang terlalu keras akan membuat luka terlalu besar sehingga
menyebabkan sel mati (nekrotik)
Masukkan jari telunjuk ke dalam inokulum virus
Usapkan kembali ke permukaan daun yang telah dilukai
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 18
Martosudiro, 2010
DAFTAR PUSTAKA
Akin HM. 2006. Virologi Tumbuhan. Kanisius: Yogyakarta.187 hlm.
Martosudiro M. 2010. Petunjuk Praktikum Virologi Tumbuhan. HPT, FPUB.
Malang. 29 hlm.
Biarkan sejenak, sebelum daun kering bilas permukaan daun dengan tetesan air.
Tetesan air dapat digunakan kapas atau tissu basah yang dicelupkan dalam air
Letakkan tanaman cabai yang telah diinokulasi pada tempat yang terdedah sinar
matahari. Amati gejala yang muncul tiap hari sampai ± 3 minggu
Diskripsikan gejala yang muncul dan penyimpangan-penyimpangan lainnya
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 19
MODUL VI. NEMATOLOGI
Nematoda berbentuk seperti cacing kecil. Panjangnya sekitar 200-1000
mikron (Pracaya, 2008). Dalam bidang pertanian nematoda merupakan salah satu
mikroorganisma yang berperan cukup besar, baik bersifat saprofit, parasit
(fitonematoda) maupun predator (agens hayati). Nematode biasa hidup di dalam
atau di atas tanah. Nematoda yang hidup diatas tanah umumnya terdapat didalam
jaringan tanaman, baik daun, batang, bunga, tunas ataupun dibagian tanaman
lainnya. Nematoda juga ada yang yang menetap didalam akar tanaman (Pracaya,
2008).
Tanaman yang terserang nematoda dalam keadaan yang berat dapat
mengakibatkan terhambatnya fungsi akar sebagai pengangkut unsure hara yang
dibutuhkan oleh tanaman, sehingga daun tanaman menjadi menguning, layu dan
akhirnya mati. Untuk dapat membedakan gejala tanaman yang disebabkan oleh
nematoda atau pathogen lain dan unsure hara, maka dapat dilihat dari hamparan
luas lahan, dari gejala lapang terlihat dilapangan nampak gejala daun menguning,
kerdil dan dalam setiap baris terlihat seperti spot karena memiiki pola
penyebarannya yang tidak teratur (irregular) (Ditlinhor, 2003).
1.1 Teknik ekstraksi nematode
Untuk dapat mengamati karakteristik nematoda maka diperlukan mengisolasi
nematoda dari jaringan tanaman atau tanah. Beberapa metode yang dapat
dilakukan untuk isolasi nematoda diantaranya:
1. Nematoda vermiform
Teknik yang digunakan dalam ekstraksi nematoda dapat dilakukan
dengan metode corong baermann.
a. Alat:
Corong baermann
Gelas beker
b. Bahan:
Tanah yang terindikasi serangan nematoda
Akuades
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 20
c. Alur Kerja
2. Nematoda sista
NSK mempunyai bentuk yang berbeda dengan jenis nematoda lainnya.
pada NSK tubuh betina berbentuk bulat (globose), sessile, dan motile (bergerak)
atau menggelembung dengan kutikula tebal dan keras apabila dia mati dan tetap
berada dalam tanah sebagai sista yang mengandung telur yang berembrio (Dropkin,
1988). Untuk dapat mengamati NSK, sista pada akar atau tanah dapat diisolasi
(dipisahkan) dengan dua metode ekstraksi yang umum digunakan, yaitu:
Kaleng Fenwick (1940 dalam s’Jacob dan Bezooijen 1971): teknik ini banyak
dipakai untuk mengekstraksi sista Heterodera dan Globodera dari dalam tanah yang
harus dikeringkan dahulu. Jumlah tanah yang akan diproses dapat mencapai 300 g.
(Hadisoeganda, 2006).
Ambil sampel tanah dari lapangan terindikasi serangan nemtoda
Timbang sampel tanah sebanyak 100 gram
Siapkan corong baermann, letakkan saringan dan krtas
saring pada corong
Masukkan sampel tanah pada corong baerman
Tambahkan air pada crong hingga tanah menjadi jenuh
Diamkan selama 24 jam
Pipa pada corong dibuka dan air suspensi ditampung pada
gelas beker
Suspensi diamati
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 21
Langkah Kerja:
Teknik elutrasi (Seinhorst 1964 dalam s’ Jacob dan Bezooijen 1971): sista
nematoda dipisahkan dari partikel tanah dengan kekuatan aliran air yang mengalir ke
atas. Tanah yang akan diproses tidak perlu dikeringkan dahulu. (Hadisoeganda, 2006)
Tanah dimasukkan pada corong
Dialiri air dari atas hingga jenuh
Bahan organik akan naik bersamaan dengan sista pada
permukaan dan mengalir pada kerah melingkar yang miring
(collar)
Ditampung pada saringan 840 μm and 250 μm
Pada saringan 250 μm, sista akan terperangkap dan terkumpul
Sampel tanah dimasukkan pada beaker
Diisi air hingga tersuspensi.
Suspense diaduk agar sista dalam tanah terangkat kepermukaan
kemudian didiamkan beberapa saat hingga tanah mengendap, dan
sista serta bahan organik terapung pada permukaan air.
Suspense disaring pada saringan 53 μm
Sista yang tertinggal pada saringan dipindahkan pada kertas saringan
menggunakan kuas. Dihitung/diamati
Disusun Oleh: Tim Asisten Ilmu Penyakit Tumbuhan Dibawah Dosen Pengampu: Bapak Fery Page 22