Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

159
1 BAB I DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : Demokrasi Dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung W a k t u : 2 (dua) kali tatap muka pelatihan (selama 180 menit) T u j u a n : Setelah mempelajari model ini, Praja diharapkan Mampu menjelaskan demokrasi dalam pemilihan Kepala Daerah langsung M e t o d e : Praktek (mempraktekkan, diskusi dan tugas terstruktur)

Transcript of Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

Page 1: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

1

BAB I

DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG

Deskripsi Singkat Topik :

Pokok Bahasan : Demokrasi Dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung

W a k t u : 2 (dua) kali tatap muka pelatihan (selama 180 menit)

T u j u a n : Setelah mempelajari model ini, Praja diharapkan

Mampu menjelaskan demokrasi dalam pemilihan

Kepala Daerah langsung

M e t o d e : Praktek (mempraktekkan, diskusi dan tugas

terstruktur)

Page 2: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

2

A. Pendahuluan

Pilihan demokratisasi menjadi pilihan wajib bagi kegiatan

pemerintahan. Demokratisasi pemerintahan lokal, yaitu terbentuknya

ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara

langsung. Demokratisasi, juga berarti proses perubahan dan struktur

tatanan yang desentralistik melalui pembagian kekuasaan dan

kewenangan yang jelas antara pusat dan daerah, antara eksekutif dan

legislative.

Dalam konteks Indonesia, gerakan demokratisasi politik

menuntut pembaharuan mulai tampak pada era 1980-an. Ini ditandai

dengan tampilnya kekuatan masyarakat sipil dan kaum intelektual

melalui gerakan demokrasi sejak akhir era 1990-an. Gelombang

demokratisasi dalam nuansa demokrasi, tidak saja mempengaruhi

pemerintahan orde baru, tetapi juga masuk sampai ke dalam sendi-

sendi kehidupan masyarakat.

Kondisi ini memacu dinamika politik berdemokrasi yang

menuntut dilaksanakannya reformasi di segala bidang. Sejak saat itu

proses pembaharuan di berbagai bidang kehidupan bangsa bergerak

maju dengan beragam tuntutan perubahan.

Di bidang politik, masyarakat menuntut adanya pemerintah baru yang

lebih demokratis. Oleh sebab itu, agenda prioritas yang ditempuh

pemerintahan transisi pasca Orde baru adalah melaksanakan Pemilu

Page 3: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

3

sesegera mungkin. Proses reformasi politik mulai berjalan yang

ditandai dengan keluarnya beberapa kebijakan politik antara lain,

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR-

DPR-DPRD ( saat ini telah mengalami perubahan ). Semua ketentuan

tersebut diimplementasikan pada Pemilihan Umum 1999 dan

Pemilihan Umum 2004 yang dalam rangka kontinuitas telah

menghasilkan pemerintahan baru. Pada tataran lokal, reformasi politik

pemerintahan juga terus dilakukan dan otonomi daerah melalui

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah,

yang saat ini telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Kondisi baru yang mewarnai nuansa praktek politik

ketatanegaraan Indonesia, yaitu dilaksanakannya Pemilihan Presiden

Langsung dan pemilihan Kepala Daerah langsung. Pemilihan langsung

merupakan respons dari semakin meluasnya harapan seluruh

komponen bangsa untuk mengembalikan kedaulatan rakyat secara

demokratis. Hal ini untuk menjamin terciptanya mekanisme “ Check

and balances “ antara lembaga-lembaga pemerintahan.

Kekuasaan atau mandat yang diperoleh Presiden maupun Kepala

Daerah dari rakyat yang memilihnya dalam konteks kedaulatan rakyat

Page 4: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

4

harus diimplementasikan dengan modus kekuasaan untuk melayani

rakyat dan bukan mendominasi rakyat. Ketika rakyat memberikan

mandat kekuasaan kepada Kepala daerah, maka hal itu dimaksudkan

untuk dikonversikan menjadi kesejahteraan rakyat.

Berbagai proses demokratisasi yang mulai tampak dalam

kehidupan politik sebagai akibat berbagai perubahan dalam sistem

Pemilu maupun Undang-Undang Politik yang mendasari aturan main

dalam proses politik masa kini, akan berpengaruh banyak dalam

proses pemerintahan di daerah. Tingkat kehidupan bermasyarakat

yang makin baik akan meningkatkan apresiasinya terhadap politik

sehingga membuatnya lebih kritis dalam menyikapi setiap phenomena

kenegaraan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari perubahan itu

adalah pemerintahan daerah akan semakin demokratis. Di pihak lain,

masyarakat akan mengenal lebih dekat dengan pemimpinnya karena

masyarakat dapat menentukan secara langsung siapa yang akan

menjadi pemimpin di daerah tersebut.

B. Makna Demokrasi.

B.1. Materi

Dalam Ilmu Politik, demokrasi difahami dari dua aspek, yaitu

demokrasi normative ( substantive democracy ) dan demokrasi empirik

( procedural democracy ). Secara normative menurut Gaffar (1998),

Page 5: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

5

demokrasi merupakan sesuatu yang secara ideal hendak dilakukan dan

dijalankan oleh sebuah negara, seperti pernyataan “ pemerintahan

dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat “ (demokrasi klasik) yang

biasanya dituangkan dalam konstitusi masing=masing Negara. Perlu

difahami, bahwa apa yang normative belum tentu dapat dilihat dalam

konteks kehidupan politik praktis sehari-hari suatu Negara. Oleh sebab

itu, demokrasi perlu difahami dari aspek empirik, yakni demokrasi

yang terwujud dalam kehidupan politik praktis.

Menurut Linz Greenstein dan Polsby ( 1975 ), demokrasi

secara empiris memperlihatkan adanya ruang gerak yang cukup tinggi

bagi masyarakat dalam suatu sistem politik Pemerintah untuk

berpartisipasi guna memformulasikan preferensi politik mereka

melalui organisasi politik yang ada, dan sejauh mana kompetisi antara

pemimpin dilakukan secara teratur ( regular basis ) untuk mengisi

jabatan politik.

Samuel P. Huntington ( 1997 ) dalam “Gelombang

Demokratisasi Ketiga” ( Third Wave of Democratization )

mengemukakan bahwa prosedur utama demokrasi adalah pemilihan

para pemimpin secara kompetitif oleh rakyat. Huntington

mendefinisikan bahwa sistem politik yang demokratis adalah sejauh

mana para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem

itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala, bahwa

Page 6: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

6

para calon secara bebas bersaing untuk memperoleh dukungan suara

pemilih dan hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan

suara.

Demokrasi memiliki keunggulan dalam 10 hal disbanding

alternative manapun yang ada ( Robert Dahl, 1999 ) :

1. Menghindari tirani

2. Menjamin hak azasi

3. Menjamin kebebasan umum

4. Menentukan nasib sendiri

5. Otonomi moral

6. Menjamin perkembangan manusia

7. Menjaga kepentingan pribadi yang utama

8. Persamaan politik

9. Mendorong kemakmuran

10. Menjaga perdamaian

Gaffar ( 1999 ), menyimpulkan 5 ( lima ) prasyarat untuk

mengamati apakah sebuah political order merupakan sistem

pemerintahan yang demokratis atau tidak, yaitu :

1. Akuntabilitas, bahwa setiap pemegang jabatan yang dipilih

rakyat harus mempertanggungjawabkan ucapan, perilaku dan

kebijakan yang ditempuhnya.

Page 7: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

7

2. Rotasi kekuasaan, bahwa peluang terjadinya rotasi kekuasaan

harus ada dan dilakukan secara teratur dan damai.

3. Rekruitmen politik yang terbuka, untuk memungkinkan

terjadinya rotasi kekuasaan ; artinya, setiap orang yang

memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan politik yang

dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam

melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan tersebut.

4. Pemilihan umum, bahwa setiap warga Negara yang sudah

dewasa mempunyai hak untuk memilih dan dipilih serta bebas

menggunakan haknya sesuai kehendak hati nuraninya dan

dilaksanakan secara teratur.

5. Menikmati hak-hak dasar, bahwa setiap warga Negara bebas

menikmati hak-hak dasar mereka, termasuk didalamnya hak

untuk menyatakan pendapat, hak untuk berkumpul dan

berserikat dan hak untuk menikmati pers yang bebas.

Dengan demikian, esensi demokrasi adalah terwujudnya

kebebasan politik rakyat dalam mengekspresikan preferensi dan hak-

hak politiknya, adanya rekruitmen politik terbuka dan pemilihan

umum yang langsung, bebas dan fair dalam mengisi jabatan-jabatan

poilitik dan pemerintahan. Yang penting dari esensi demokrasi adalah

adanya kebebasan yang bertanggungjawab.

B.2. Praktek/Latihan

Page 8: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

8

1. Jelaskan pengertian demokrasi dari aspek normatif

dari aspek empirik

2. Jelaskan keunggulan sistem demokrasi dibandingkan

dengan alternatif lainnya

3. Jelaskan beberapa prasyarat yang harus dimiliki suatu

pemerintahan yang demokratis

4. Jelaskan esensi daripada demokrasi

C. Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah

C. 1. Materi

Sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dilaksanakan berdasarkan atas asas desentralisasi dengan

menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, nyata dan

bertanggungjawab.

Prinsip otonomi yang seluas-luasnya adalah kepada daerah diberikan

tugas, wewenang, hak dan kewajiban utnuk menangani urusan

pemerintah yang tidak ditangani oleh pemerintah sendiri. Artinya,

urusan pemerintahan yang bertalian dengan pelaksanaan fungsi

Pemerintah, kepercayaan diberikan kepada daerah untuk menangani

dan/atau melaksanakan urusan pemerintahan yang diserahkannya,

Page 9: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

9

sehingga isi otonomi dapat dikatakan baik dari segi jumlah maupun

jenisnya. Disamping itu, daerah diberikan keleluasaan untuk

menangani urusan pemerintahan yang diserahkan tersebut (political

decentralization) dalam rangka mewujudkan tujuan dibentuknya suatu

daerah dan tujuan pemberian otonomi daerah itu sendiri terutama

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

situasi dan kondisi serta karakteristik masing-masing daerah.

Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani

urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan

kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh,

hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.

Dengan demikian, isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu

sama dengan daerah lainnya.

Prinsip otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam

penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan

maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk

memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan Nasional.

Dalam rangka penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata

dan bertanggungjawab, kepala daerah dan wakil kepala daerah

mempunyai peranan yang strategis di bidang penyelenggaraan

Page 10: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

10

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat dan

bertanggungjawab sepenuhnya tentang jalannya pemerintahan

daerah.

Sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, masa pendudukan

Jepang dan setelah Proklamasi Kemerdekaan serta masa Orde Baru

sampai era reformasi sekarang ini, Kepala Daerah dengan beragam

penyebutan, seperti Gubernur, Bupati, Walikota, telah menunjukkan

eksistensinya, baik sebagai pemimpin organisasi pemerintahan dalam

mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat maupun dalam

memimpin organisasi administrasi pemerintahan. Kepala

Daerah/Wakil Kepala daerah mempunyai kedudukan yang penting dan

menonjol pada struktur Pemerintahan daerah. Ia adalah orang

pertama dan paling utama dalam mengkoordinasikan seluruh proses

pemerintahan daerah.

Dari tinjauan organisasi dan manajemen, Kepala

daerah/Wakil Kepala daerah merupakan figure atau manajer yang

menentukan efektifitas pencapaian tujuan organisasi pemerintahan

daerah. Dalam pendekatan pelayanan, kepala Daerah/Wakil Kepala

daerah juga merupakan komponen strategis dalam mengupayakan

terwujudnya pelayanan yang berkualitas, baik pelayanan internal

dalam organisasi maupun pelayanan eksternal kepada masyarakat.

Page 11: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

11

Di dalam pasal 24 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Pemerintahan daerah, antara lain disebutkan :

1. Kepala daerah untuk provinsi disebut Gubernur, untuk

kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota.

2. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah.

3. Wakil kepala daerah untuk provinsi disebut wakil gubernur,

untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut

wakil walikota.

4. Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu

pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang

bersangkutan.

Jika dilihat dari hierarki kepemimpinan di Indonesia, Kepala

daerah/Wakil Kepala Daerah berada di posisi kepemimpinan tingkat

menengah, di atasnya terdapat kepemimpinan yang dijalankan oleh

Presiden beserta para menteri, dan dibawahnya terdapat

kepemimpinan yang dijalankan oleh Camat dan Kepala Desa/Lurah.

Para pemimpin pemerintahan tersebut bertanggungjawab sepenuhnya

atas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya

masing-masing, sekaligus mempertanggungjawabkan tugas yang

diembannya kepada pejabat yang berwenang sesuai hierarki

kepemimpinan tersebut.

C.2. Praktek/Latihan

Page 12: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

12

1. Jelaskan pengertian prinsip otonomi yang seluas-luasnya,

nyata dan bertanggungjawab

2. Jelaskan yang dimaksud dengan Kepala Daerah/Wakil

Kepala daerah bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota

3. Jelaskan kedudukan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

Provinsi dan Kabupaten/Kota ditinjau dari hierarki

kepemimpinan kepemimpinan di Indonesia

D. Pemilihan Kepala Daerah Langsung

D.1. Materi

Suatu perubahan besar telah dilaksanakan dalam hal

pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah. Tidak seperti

dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dimana pemilihan

Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh DPRD, maka

dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Kepala Daerah dan

Wakil Kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang

dilaksanakan secara demokratis berdasarkan azas langsung, umum,

bebas, rahasia, jujur dan adil.

Perubahan kedua UUD 1945, pasal 18 yang diantaranya

menyebutkan Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai

kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara

Page 13: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

13

demokratis, telah menjadi dasar perubahan sistem pemilihan Kepala

Daerah tersebut. Perubahan ini disesuaikan dengan tugas dan

wewenang DPRD menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003

tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat daerah, yang menyatakan antara lain bahwa DPRD

tidak memiliki tugas dan wewenang untuk memilih Kepala daerah dan

Wakil Kepala daerah. Konsekuensinya, pemilihan secara demokrasi

dalam undang-undang ini dilakukan oleh rakyat secara langsung.

Selama ini pemilihan Kepala Daerah yang dilakukan secara

representatif oleh lembaga legislatif daerah justru menutup keran

akses masyarakat terhadap kepala daerah. Sebab bangunan politik

yang termanifestasikian masih cenderung absurd antara peran

legislatif sebagai representasi warna ideologi politik, dalam hal ini

basis massa pemilihnya atau representasi keseluruhan masyarakat

dalam wilayah tersebut.

Dalam proses pemilihan Kepala Daerah mau tidak mau posisi Kepala

Daerah merupakan representasi kumulatif keseluruhan masyarakat di

wilayah tersebut, bukan lagi representasi kepentingan warna ideologi

politik seperti yang pernah diperankan oleh anggota legislatif.

Pilkada langsung sebenarnya adalah suatu proses pemilu

karena keduanya senafas dan sejiwa serta tidak bisa dipisahkan.

Page 14: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

14

Walaupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan daerah tidak mendefinisikan Pilkada Langsung sebagai

pemilu, tetapi Undang-Undang tersebut telah mengadopsi seluruh

asas dan tahap Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum Presiden dan wakil Presiden.

Pilkada Langsung merupakan satu tahap pencapaian

kemajuan perkembangan demokrasi di Tanah Air. Pilkada Langsung

menjadi solusi elegan sekaligus terobosan untuk mengatasi kemacetan

demokrasi lokal. Dengan demikian, guliran perubahan akan terus

berlangsung dari tingkat Nasional ke tingkat Lokal, khususnya dalam

memilih pejabat publik yang dipilih langsung oleh rakyat sesuai

keinginannya. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 telah

memunculkan arus besar dalam sistem pemerintahan daerah, yaitu

arus yang berorientasi pada kepentingan masyarakat (partisipatif-

populis).

Sistem pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala

daerah tersebut mulai dilaksanakan pada tahun 2005. Dengan sistem

baru tersebut, diharapkan para kepala daerah dan wakil kepala daerah

di seluruh Indonesia benar-benar merupakan hasil pilihan rakyat

sehingga benar-benar bertanggungjawab kepada rakyat. Kepala

pemerintahan daerah yang dipilih langsung oleh rakyat akan memiliki

Page 15: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

15

legitimasi kuat dibanding dengan Dewan yang memilih lewat sistem

proporsional.

Pilkada langsung ini diselenggarakan oleh Komite Pemilihan

Umum Daerah (KPUD). Penyelenggaraan Pilkada ini diawasi oleh

Panitia Pengawas Pemilihan yang dibentuk dan terdiri dari unsur-

unsur kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, pers dan tokoh

masyarakat. Pasangan calon Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah

yang memperoleh suara lebih dari 50 persen dari jumlah suara yang

sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih. Apabila tidak

mencapai suara lebih dari 50 persen, atau pasangan calon yang

memperoleh suara lebih dari 25 persen dari jumlah suara yang sah,

pasangan calon yang perolehan suaranya terbesar dinyatakan sebagai

pasangan calon terpilih. Dalam hal pasangan calon yang perolehan

suara terbesar sebagaimana disebutkan diatas terdapat lebih dari satu

pasangan calon yang nperolehan suaranya sama, penentuan pasangan

calon terpilih dilakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang

lebih luas. Apabila ketentuan tersebut tidak terpenuhi, atau tidak ada

yang mencapai 25 persen dari jumlah suara yang sah, maka dilakukan

pemilihan putaran kedua yang diikuti oleh pemenang pertama dan

pemenang kedua. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005, pasal 95, ayat (8) tentang Pemilihan, Pengesahan,

Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala daerah dan wakil Kepala

Daerah, menyebutkan bahwa pasangan calon Kepala Daerah dan

Page 16: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

16

Wakil Kepala daerah yang memperoleh suara terbanyak pada putaran

kedua, ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.

Dalam rangka mewujudkan penguatan dan pemberdayaan

demokrasi di tingkat lokal, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan

berkaitan dengan pelaksanaan Pilkada Langsung, yaitu :

1. Pilkada Langsung memungkinkan terwujudnya penguatan

demokratisasi di tingkat lokal, khususnya pembangunan

legitimasi politik. Ini didasarkan pada asumsi bahwa Kepala

Daerah terpilih memiliki mandate dan legitimasi yang kuat

karena didukung oleh suara pemilih nyata yang merefleksikan

konfigurasi kekuatan politik dan kepentingan konstituen

pemilih. Legitimasi ini akan merupakan modal politik penting

dan sangat diperlukan oleh suatu pemerintahan yang akan

berkuasa.

2. Pilkada Langsung diharapkan mampu membangun dan

mewujudkan local accountability. Ketika seorang kandidat

terpilih menjadi Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka

para wakil rakyat yang mendapat mandat akan meningkatkan

kualitas akuntabilitasnya (pertanggungjawabannya kepada

rakyat, khususnya konstituennya). Hal ini sangat mungkin

dilakukan karena obligasi moral dari penanaman modal politik

menjadi kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai wujud

Page 17: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

17

pembangunan legitimasi politik. Mekanisme pemilihan Kepala

Daerah yang berlangsung pada masa lalu, cenderung

menciptakan ketergantungan berlebihan dari Kepala Daerah

kepada DPRD, sehingga Kepala Daerah tersebut lebih

meletakkan akuntabilitasnya pada anggota parlemen daripada

masyarakat yang seharusnya dilayaninya. Dampak negatifnya

adalah munculnya fenomena politik uang antara Kepala daerah

dan DPRD, karena laporan pertanggungjawaban (LPJ) Kepala

daerah menjadi komoditi bargaining dan negosiasi. Pilkada

Langsung diharapkan akan mampu mengikis fenomena tersebut.

3. Terciptanya optimalisasi mekanisme check and balances antara

lembaga-lembaga pemerintahan yang dapat meningkatkan

pemberdayaan masyarakat dan penguatan demokrasi pada level

lokal.

4. Pilkada Langsung diharapkan mampu meningkatkan kualitas

kesadaran politik dan kualitas partisipasi masyarakat. Pilkada

Langsung akan memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk menggunakan kearifan, kecerdasan dan kepedulian guna

menentukan sendiri siapa yang dianggap layak dan pantas

menjadi pemimpinnya. Mekanisme ini pula dapat memberikan

jalan untuk membuka mata para elit politik, bahwa pemegang

kedaulatan politik yang sebenarnya adalah warga masyarakat

dan bukan lembaga-lembaga lainnya.

Page 18: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

18

D.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan perbedaan pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999

dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

b. Jelaskan landasan hukum perubahan pemilihan Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung

oleh rakyat

c. Jelaskan organisasi penyelenggara dan pengawas Pilkada

Langsung serta unsur-unsur yang terlibat dalam organisasi

penyelenggara Pilkada Langsung

d. Jelaskan bahwa dengan pelaksanaan Pilkada Langsung

dapat mewujudkan penguatan dan pemberdayaan

demokrasi di tingkat lokal

Page 19: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

19

BAB II

KEDUDUKAN KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH

Deskripsi Singkat Topik :

Pokok Bahasan : KEDUDUKAN KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA

DAERAH

W a k t u : 2 (dua) kali tatap muka pelatihan ( selama 180

menit )

T u j u a n : Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan

mampu menjelaskan kedudukan Kepala Daerah/

Wakil Kepala Daerah

M e t o d e : Praktek ( mempraktekkan, diskusi dan tugas

Terstruktur )

Page 20: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

20

A. Pendahuluan

Salah satu perubahan yang sangat penting dari sistem

pemnerintahan daerah setelah diberlakukannya Undang-Undang

Nomnor 22 Tahun 1999 adalah dipisahkannya secara tegas antara

institusi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan DPRD. Jika dalam

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 diatur bahwa yang disebut

Pemerintah daerah adalah Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dan

DPRD, sehingga DPRD dianggap sebagai lembaga leksekutif, maka

dalam dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyebutkan

bahwa di daerah dibentuk DPRD sebagai badan legislatif daerah dan

Pemerintah Daerah sebagai badan eksekutif daerah yang terdiri dari

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah beserta perangkat daerah.

Perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah banyak mengubah sistem

pemerintah daerah menuju ke arah penyempurnaan yang lebih baik.

Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah Daerah

adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Sedangkan DPRD sebagai

lembaga perwakilan rakyat adalah juga sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa posisi DPRD di

bawah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengalami perubahan,

Page 21: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

21

yaitu dari sebagai Badan Legislatif Daerah menjadi unsur

penyelenggara pemerintahan daerah. DPRD Yang semula diposisikan

sebagai layaknya DPR untuk mengimbangi kekuasaan eksekutif yang

dipegang oleh Kepala Daerah, menjadi sebagai salah satu unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

Hubungan antara Kepala Daerah dengan DPRD merupakan hubungan-

kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan

yang setara bermakna bahwa di antara lembaga pemerintahan daerah

itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling

membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah

berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa

antar Kepala daerah dan DPRD adalah mitra sekerja dalam membuat

kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan

fungsi masing-masing, sehingga antar kedua lembaga itu dapat

membangun hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung, bukan

merupakan lawan atau pesaing satu sama lain dalam melaksanakan

fungsi masing-masing.

B. Kedudukan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

B.1. Materi

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,

pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

Page 22: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

22

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

oleh UUD 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota

dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan,

sedangkan DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah.dan eksekutif adalah

pemerintah daerah.

Undang-Undang tersebut dengan tegas memisahkan antara badan

legislatif dan eksekutif daerah. Badan legislative daerah adalah DPRD,

sedangkan badan eksekutif adalah pemerintah daerah. DPRD

berkedudukan sederajat dengan pemerintah daerah atau badan

eksekutif. Dengan demikian jelaslah bahwa DPRD bukan bagian atau

unsur dari pemerintah daerah karena DPRD merupakan lembaga

perwakilan rakyat daerah. Undang-Undang ini juga menegaskan

bahwa kedudukan setiap unsur pemerintah daerah berdiri sendiri dan

tidak mempunyai hubungan hierarki. Karena itu, daerah provinsi

bukan atasan dari daerah kabupaten/kota.

Kewenangan yang diserahkan kepada daerah sangat besar,

mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali

kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan,

yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama. Untuk melaksanakan

kewenangan tersebut, peran kepala daerah menjadi unsur penting

yang menggerakkan roda pemerintahan daerah. Oleh sebab itu,

Page 23: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

23

rekruitmen kepala daerah harus diarahkan pada sistem rekruitmen

yang mampu menyeleksi kepala daerah yang benar-benar memiliki

kualifikasi yang dapat diandalkan dalam memacu perkembangan dan

pembangunan daerahnya.

Kedudukan kepala daerah/wakil kepala daerah selain

sebagai pimpinan pemerintahan, sekaligus adalah pimpinan daerah

dan pengayom masyarakat sehingga harus mampu berpikir, bertindak

dan bersikap dengan lebih mengutamakan kepentingan bangsa,

Negara dan masyarakat umum daripada kepentingan pribadi,

golongan dan aliran. Oleh karena itu, dari kelompok atau etnis dan

keyakinan manapun Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah harus

bersikap arif, bijaksana, jujur, adil dan netral. Kepala Daerah sebagai

kepala eksekutif dibantu oleh seorang wakil kepala daerah.

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah pada wilayah provinsi

karena kedudukannya sebagai Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,

juga sebagai kepala wilayah atau wakil pemerintah. Oleh sebab itu,

dalam proses rekruitmennya harus dapat memadukan dua

kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan Pemerintah dan Daerah.

Walaupun demikian, Pemerintah Pusat tetap memberikan

kewenangan kepada daerah untuk menyeleksi calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah Provinsi yang kemudian dapat disetujui

oleh Pemerintah Pusat.

Page 24: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

24

a. Tugas dan Wewenang serta Kewajiban Kepala Daerah dan

Wakil Daerah .

Kepala daerah mempunyai tugas dan wewenang :

1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD ;

2) Mengajukan rancangan Peraturan Daerah ;

3) Menetapkan Peraturan daerah yang telah mendapatkan

persetujuan bersama DPRD ;

4) Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan daerah

tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan

bersama ;

5) Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerrah ;

6) Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat

menunjuk kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan

peraturan perundangan-undangan; dan

7) Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Wakil Kepala daerah mempunyai tugas :

1) Membantu Kepala daerah dalam menyelenggarakan

pemerintahan daerah ;

2) Membantu kepala daerah dalam rangka mengkoordinasikan

kegiatan instansi vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan

Page 25: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

25

dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan,

melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta

mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya

dan lingkungan hidup ;

3) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan

kabupaten dan kota bagi wakil kepala daerah provinsi ;

4) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di

wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala

daerah kabupaten/kota ;

5) Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah

dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah ;

6) Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang

diberikan oleh kepala daerah ; dan

7) Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila

kepala daerah berhalangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, wakil kepala

daerah bertanggungjawab kepada kepala daerah. Wakil kepala

daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya

apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau

tidak melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus

menerus dalam masa jabataannya.

Page 26: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

26

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana

dimaksud diatas, kepala daerah/wakil kepala daerah berkewajiban :

1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia ;

2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat ;

3) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat ;

4) Melaksanakan kehidupan demokrasi ;

5) Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-

undangan ;

6) Menjaga etika dan norma dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah ;

7) Memajukan dan mengembangkan daya saing daerah ;

8) Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik

;Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangan daerah ;

9) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertical di

daerah dan semua perangkat daerah ;

10)Menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan

pemerintahan daerah di hadapan Rapat Paripurna DPRD.

Page 27: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

27

Selain mempunyai kewajiban sebagaimana tersebut di atas,kepala

daerah mempunyai kewajiban juga untuk memberikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan

memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD,

serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan

kepada masyarakat.

Laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada

pemerintah tersebut disampaikan kepada Presiden melalui menteri

dalam negeri untuk Gubernur, dan kepada Menteri dalam negeri

melalui Gubernur untuk Bupati/Walikota 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

tahun. Laporan dimaksud digunakan Pemerintah sebagai dasar untuk

melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah dan sebagai

bahan pembinaan lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

b. Tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah

Didalam pasal 37 Undang-Undang Nomnor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah antara lain disebutkan bahwa

Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga wakil

Pemerintah di wilayah provinsi yang bersangkutan. Dalam

kedudukannya sebagai wakil Pemerintah, Gubernur

bertanggungjawab kepada Presiden.

Page 28: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

28

Dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah, Gubernur

memiliki tugas dan wewenang :

1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan

daerah kabupaten/kota ;

2) Koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di daerah

provinsi dan kabupaten/kota ;

3) Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas

pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota

Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau Gubernur

selaku Wakil Pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya

tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam rangka pembinaan

oleh Pemerintah, Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non

Departemen melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan

kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam

Negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi serta oleh

gubernur untuk pembinaan dan pengawasan kabupaten/kota.

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah

proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah

daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan yang dilakukan oleh

Gubernur terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

Page 29: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

29

utamanya terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah

kabupaten/kota.

B.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan kedudukan Kepala Daerah dan DPRD menurut

Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004

b. Jelaskan tugas Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah

c. Jelaskan tugas Gubernur sebagai wakil Pemerintah

Page 30: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

30

BAB III

PERAN KPUD, PARTAI POLITIK DAN DPRD DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH

Deskripsi Singkat Topik :

Pokok Bahasan : PERAN KPUD, PARTAI POLITIK DAN DPRD DALAM

PEMILIHAN KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA

DAERAH

W a k t u : 2 (dua) kali tatap muka pelatihan (selama 180 menit)

T u j u a n : Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan

mampu menjelaskan Peran KPUD, Partai Politik

Dan DPRD dalam Pemilihan Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah

M e t o d e : Praktek ( mempraktekkan. diskusi dan tugas

terstruktur

Page 31: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

31

A. Pendahuluan

Sebagai daerah otonom, daerah provinsi dan

kabupaten/kota memiliki pemerintahan daerah yang melaksanakan

fungsi-fungsi pemerintahan daerah, yakni Pemerintah Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kepala Daerah adalah

Kepala Pemerintah Daerah baik di daerah provinsi maupun

kabupaten/kota, yang merupakan eksekutif di daerah. Sedangkan

DPRD baik di daerah provinsi maupun daerah kabupaten/kota

merupakan lembaga legislative daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

diterapkan prinsip demokrasi. Sesuai dengan pasal 18 ayat (4) UUD

1945, kepala daerah dipilih secara demokratis. Di dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diatur

mengenai pemilihan kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh

rakyat yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

Berdasarkan perkembangan hukum dan politik, untuk

mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih efektif

dan akuntabel yang sesuai dengan aspirasi masyarakat, pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah dilakukan secara lebih terbuka

dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu,

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Page 32: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

32

tentang Pemerintahan Daerah telah dilakukan perubahan melalui

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

yaitu memberikan kesempatan bagi calon perseorangan untuk ikut

serta dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah ( KPUD )

yang bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Dalam melaksanakan tugasnya, KPUD menyampaikan laporan

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

kepada DPRD.

B. Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

B.1. Materi

Pasal 22E, ayat (5) UUD 1945 menyatakan : “ Pemilihan

Umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU)

yang bersifat nasional, tetap dan mandiri “. Ini berarti bahwa KPU

sebagai penyelenggara pemilu mencakup seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang menjalankan tugasnya secara

berkesinambungan dan bebas dari pengaruh pihak manapun disertai

dengan transparansi dan pertanggungjawaban yang jelas sesuai

dengan peraturan perundangan-undangan.

Page 33: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

33

KPU merupakan lembaga yang bersifat nasional, permanen

dan independen, yang secara hierarkhis diorganisasikan pada tingkat

Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta telah diberikan otonomi

keuangan dan manajerial. KPU Nasional (Pusat) memiliki 7 (tujuh)

anggota yang disetujui oleh DPR dari maksimal 21 calon anggota ( 3

kali jumlah anggota KPU ) yang diajukan Presiden. KPU Provinsi

memiliki 5 (lima) anggota yang ditetapkan dengan Keputusan KPU

berdasarkan hasil uji kelayakan dan kepatutan terhadap 10 orang

calon yang diajukan oleh Tim Seleksi yang dibentuk KPU. KPU

Kabupaten/Kota juga memiliki 5 (lima) anggota yang ditetapkan

dengan Keputusan KPU Provinsi berdasarkan hasil uji kelayakan dan

kepatutan terhadap 10 orang calon yang diajukan oleh Tim Seleksi

yang dibentuk oleh KPU Provinsi.

Adanya lembaga penyelenggara pemilihan umum yang

professional membutuhkan Sekretariat Jenderal KPU di tingkat Pusat

dan sekretariat KPU Provinsi dan secretariat KPU Kabupaten/Kota di

daerah sebagai lembaga pendukung yang professional dengan tugas

utama membantu hal teknis administratif, termasuk pengelolaan

anggaran.

Tugas dan wewenang KPUD dalam penyelenggaraan

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal 66, sebagai

berikut :

Page 34: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

34

a. Merencanakan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah

b. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan Kepala daerah

dan Wakil Kepala daerah sesuai dengan tahapan yang diatur

dalam peraturan perundangan. Mengkoordinasikan

penyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan

pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

daerah.

c. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan

semua tahapan pelaksanaaan pemilihan kepala daerah dan

wakil kepala daerah.

d. Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksanaan kampanye

semua tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala daerah dan

Wakil Kepala Daerah.

e. Meneliti persyaratan partai politik atau gabungan partai

politik yang mengusulkan calon.

f. Meneliti persyaratan calon Kepala daerah dan wakil Kepala

daerah yang diusulkan.

g. Menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi

persyaratan.

h. Menerima pendaftaran dan mengumumkan tim kampanye.

i. Mengumumkan laporan sumbangan dana kampanye.

Page 35: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

35

j. Menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan

mengumumkan hasil pemilihan Kepala daerah dan Wakil

Kepala Daerah.

k. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan

kepala daerah dan Wakil Kepala daerah.

l. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur oleh

peraturan perundang-undangan.

m. Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana

kampanye dan mengumumkan hasil audit.

Sedangkan KPUD Kabupaten/Kota sebagai bagian

pelaksanaan tahapan penyelenggara pemilihan Gubernur/Wakil

Gubernur, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2005, pasal 6, mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :

a. Merencanakan pelaksanaan pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur di Kabupaten/Kota.

b. Melaksanakan pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur

dan Wakil Gubernur di Kabupaten/Kota.

c. Menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari

seluruh PPK dalam wilayah kerjanya, membuat berita

acara dan sertifikat hasil penghitungan suara.

d. Membentuk PPK, PPS dan KPPS dalam wilayah kerjanya.

Page 36: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

36

e. Mengkoordinasikan kegiatan panitia pelaksana pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur dalam wilayah kerjanya.

f. Menerima pendaftaran dan mengumumkan Tim

Kampanye Pasangan Calon di Kabupaten/Kota.

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan KPUD Provinsi.

Secara teknis, berdasarkan ketentuan dalam pasal 1, Nomor

21 Undang-Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan daerah, dan pasal 1 Nomor 6 Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan,

dan Pemberhentian Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah, Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah

institusi yang diberi kewenangan khusus untuk menyelenggarakan

pemilihan Kepala daerah. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 57 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan pasal 4 ayat (3) Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, KPUD Provinsi dan Kabupaten/Kota

dalam menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah bertanggungjawab

kepada DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Lebih lanjut di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, pasal 67 diatur tentang kewajiban Komisi

Pemilihan Umum Daerah , yaitu :

a. Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara ;

b. Menetapkan standarisasi seta kebutuhan barang dan jasa

yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan kepala

Page 37: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

37

daerah dan wakil kepala daerah berdasarkan peraturan

perundang-undangan ;

c. Menyampaikan laporan kepada DPRD untuk setiap tahap

pelaksanaan permilihan dan menyampaikan informasi

kegiatannya kepada masyarakat ;

d. Memelihara arsip, dokumen pemilihan dan mengelola

barang inventaris milik KPUD berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

e. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada

DPRD

f. Melaksanakan semua tahapan pemilihan kepala daerah

dan wakil kepala daerah secara tepat waktu.

Dalam penyusunan aturan Pemilihan Kepala daerah, Komisi

Pemilihan Umum Daerah memegang peranan yang penting, khususnya

berkenaan dengan penyusunan aturan, antara lain berisikan

program/kegiatan, jadwal waktu dan pelaksanaan di setiap tahapan

penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.

Sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah, maka pada tahap

tersebut, KPUD membentuk divisi-divisi kerja yang bertugas

mempersiapkan dan menyusun berbagai aturan teknis pelaksanaan

Pilkada berdasarkan pasal-pasal yang tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004, yaitu :

a. Divisi Kampanye dan Sosialisasi Pemilihan Kepala Daerah.

Page 38: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

38

b. Divisi Pendaftaran Pemilih dan Pencalonan.

c. Divisi Logistik, Informasi Teknologi dan Keuangan.

d. Divisi Hukum dan Hubungan Antar Lembaga.

B.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Daerah

b. Jelaskan kewajiban Komisi Pemilihan Umum Daerah

C. Peran Partai Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah

C.1. Materi

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menjamin kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan

pendapat sebagai hak asasi manusia yang harus dilaksanakan untuk

mewujudkan kehidupan kebangsaan yang kuat dalam Negara

kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil,

demokratis dan berdasarkan hukum.

Dinamika dan perkembangan masyarakat yang majemuk menuntut

peningkatan peran, fungsi dan tanggungjawab Partai Politik dalam

kehidupan demokrasi secara konstitusional sebagai sarana partisipasi

politik masyarakat dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional bangsa

Page 39: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

39

Indonesia, menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, mengembangkan kehidupan demokrasi

berdasarkan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dengan

menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Di dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai

Politik telah mengakomodasi beberapa paradigma baru seiring dengan

menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, melalui sejumlah

pembaruan yang mengarah pada penguatan sistem dan kelembagaan

Partai Politik, yang menyangkut demokratisasi internal Partai Politik,

transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Partai

Politik, peningkatan kesetaraan gender dan kepemimpinan Partai

Politik dalam sistem berbangsa dan bernegara. Partai Politik

merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam

mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi

kebebasan yang bertanggungjawab. Secara umum dapat dikatakan

bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-

anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.

Melalui partai politik, rakyat dapat mewujudkan haknya untuk

menyatakan pendapat tentang arah kehidupan berbangsa dan

bernegara. Keragaman pendapat di dalam masyarakat akan

Page 40: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

40

melahirkan keinginan untuk membentuk berbagai partai politik sesuai

dengan ragam pendapat yang hidup. Dengan demikian, pada

hakekatnya Negara tidak membatasi jumlah partai politik yang

dibentuk oleh rakyat. Dalam keragaman partai politik tersebut, setiap

partai politik mempunyai kedudukan, fungsi dan kewajiban yang sama

dan sederajat. Kedaulatan partai politik berada di tangan anggotanya.

Oleh sebab itu, partai politik bersifat mandiri dalam mengatur rumah

tangga organisasinya.

Sebagai salah satu lembaga demokrasi, partai politik

berfungsi mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik

rakyat, menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan

kebijakan Negara, meminta dan mempersiapkan anggota masyarakat

dalam pembuatan kebijakan Negara, serta membina dan

mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan

politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. Partai politik juga

merupakan salah satu wahana guna menyatakan dukungan dan

tuntutan dalam proses politik. Semua fungsi ini diwujudkan melalui

Pemilihan Umum yang diselenggarakan secara demokratis, jujur dan

adil.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik

dalam perjalanannya dipandang belum optimal mengakomodasi

dinamika dan perkembangan masyarakat yang menuntut peran Partai

Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta tuntutan

Page 41: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

41

mewujudkan Partai Politik sebagai organisasi yang bersifat nasional

dan modern sehingga Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang

Partai Politik diperbarui dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politiik.

Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 diamanatkan

perlunya pendidikan poilitik dengan memperhatikan keadilan dan

kesetaraan gender yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran

akan hak dan kewajiban, meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif

warga Negara, serta meningkatkan kemandirian dan kedewasaan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu, pendidikan

politik harus ditingkatkan agar terbangun karakter bangsa yang

merupakan watak atau kepribadian bangsa Indonesia yang terbentuk

atas dasar kesepahaman bersama terhadap nilai-nilai kebangsaan

yang lahir dan tumbuh dalam kehidupan bangsa, antara lain kesadaran

berbangsa, keluhuran budi pekerti, dan keikhlasan untuk berkorban

bagi kepentingan bangsa. Dalam undang-undang tersebut juga

dinyatakan secara tegas larangan untuk menganut, mengembangkan,

dan menyebarluaskan ajaran komunisme/Marxisme-Leninisme

sebagaimana diamanatkan oleh Ketetapan MPRS Nomor

XXV/MPRS/Tahun 1966. Ketetapan MPRS tersebut diberlakukan dan

menghormati hukum, demokrasi dan hak asasi manusia.

a. Fungsi Partai Politik

Page 42: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

42

Menurut Miriam Budiardjo (2008), fungsi Partai Politik di

Negara demokrasi, yaitu sebagai sarana komunikasi politik, sebagai

sarana sosialisasi politik, sebagai sarana rekruitmen politik dan

sebagai sarana pengatur konflik ( conflict management ).

Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai

Politik, pasal 11, dijelaskan bahwa Partai Politik berfungsi sebagai

sarana, sebagai berikut :

1) Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar

menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan

kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara ;

2) Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan

kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan

masyarakat ;

3) Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik

masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan

kebijakan Negara ;

4) Partrisipasi politik warga Negara Indonesia, dan

5) Rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik

melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan

kesetaraan dan keadilan gender.

Page 43: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

43

b. Peran Partai Politik dalam Pilkada

Di dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang

Partai Politik, Bab VI, Pasal 12, huruf d dan I, antara lain disebutkan

tentang hak Partai Politik, yaitu :

1) Ikut serta dalam pemilihan umum untuk memilih

anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta

kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

2) Mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil

Presiden, calon gubernur dan wakil gubernur, calon

bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil

walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Sedangkan kewajiban Partai Politik sebagaimana diatur

didalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008, Pasal 13, antara lain

sebagai berikut :

1) Menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi dan hak

asasi manusia.

2) Melakukan pendidikan politik dan menyalurkan aspirasi

politik anggotanya.

3) Menyukseskan penyelenggaraan Pemilihan Umum

Page 44: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

44

Selanjutnya di dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum

Nomor 07 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pencalonan

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan

bahwa Partai Politik adalah peserta Pemilihan Umum sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah.

Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Pasal 56, ayat 2 berbunyi : “ Pasangan calon

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan oleh Partai Politik atau

gabungan Partai Politik “. Pasal tersebut menunjukkan begitu

dominannya wewenang Partai Politik dalam mengajukan dan

mengusulkan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah serta

menutup sama sekali peluang pasangan calon independen.

Selanjutnya ketentuan Pasal 59, ayat 3 Undang-Undang

Nomnor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diatur bahwa

pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diusulkan

oleh Partai Politik, dan wajib membuka kesempatan seluas-luasnya

bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat. Selanjutnya,

partai politik dan gabungan partai politik memproses bakal calon

melalui mekanisme yang demokratis dan transparan, yakni

memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat. Secara umum,

Page 45: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

45

terkesan bahwa partai politik seperti mendapat kesempatan istimewa

dalam Pilkada, yang cenderung memfungsikan dirinya sebagai

“political vehicle” bagi para pasangan calon.

Ramainya perbincangan tentang calon perseorangan dimulai

ketika Mahkamah Konstitusi membuat kejutan dengan memberikan

kepastian hukum melalui putusan MK Nomor 5/PUU-V/2007

mengenai uji materi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah terhadap Undang-Undang dasar 1945. Putusan

Mahkamah Konstitusi atas hasil uji materi Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah diajukan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat daerah Kabupaten Lombok Tengah.

Konsekuensinya lebih lanjut, Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dilakukan perubahan kedua

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, antara lain pada

ketentuan Pasal 56 ayat 2, sehingga berbunyi sebagai berikut :

(1) Kepala Daerah dan wakil Kepala daerah dipilih dalam satu

pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis

berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur

dan adil.

(2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau

perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang

Page 46: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

46

memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan dalam

undang-undang ini.

Selanjutnya didalam pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2008, menyebutkan peserta pemilihan Kepala daerah dan

Wakil Kepala Daerah adalah :

(1) Pasangan calon yang diusulkan oleh Partai Politik atau

gabungan partai politik.

(2) Pasangan calon perseorangan yang didukung oloeh

sejumlah orang

Partai Politik atau gabungan Partai Politik dapat

mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan

perolehan sekurang-kurangnya 15% dari jumlah kursi DPRD atau 15%

dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota

Dalam rangka penguatan peran partai politik dalam

kaitannya dengan Pilkada secara langsung, Dedi Putra (2010)

mengatakan : Partai Politik harus dapat melakukan beberapa hal,

yaitu :

Pertama, Perubahan paradigma, khususnya menyangkut peran partai

politik dalam pilkada. Partai Politik harus melihat Pilkada bukan

semata-mata masalah proyeksi kekuasaan, tetapi harus mampu

melihat dalam frame yang lebioh luas bahwa Pilkada langsung adalah

Page 47: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

47

bagian dari proses konsolidasi demokrasi di Indonesia. Kompetisi yang

fair dan hadirnya calon-calon yang berkualitas akan melahirkan

pemerintahan daerah yang baik dan pada akhirnya akan

memupuk kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi dan peran

partai politik di dalamnya.

Kedua, Partai Politik harus bersungguh-sungguh berusaha

menawarkan pasangan calon terbaik, yaitu calon yang memiliki

kapabilitas sekaligus integritas kepemimpinan. Pertimbangan

poncalonan bukan semata-mata popularitas atau modal yang

dimilikinya, meskipun k3duanya memang penting dan tidak dapat

diabaikan untuk mobilisasi peroleehan suara. Namun, dengan

orientasi politik jangka panjang, partai politik seharusnya

mempertimbangkan dengan serius kesesuaian visi, misi, dan program

calon dengan platform partai karena kinerja calon sebenarnya

merupakan representative partai politik dalam mengejewantahkan

blueprint mereka tentangg pemerintahan.

Ketiga, Peran Partai Politik dalam mobilisasi dukungan harus

mendewasakan pemilih melalui pilihan isu dan cara yang bijak,

terutama terkait dengan kemungkinan konflik di tengah

masyarakat.Masing-masing daerah mempunyai karakteristik tersendiri

dan partai harus cerdas memilah mana yang layak dan tidak untuk

ditawarkan kepada pemilih. Adalah tugas partai politik sebagai mesin

Page 48: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

48

pemenangan dalam Pilkada untuk memenangkan calonnya. Akan

tetapi, hal ini tidak berarti semua cara menjadi boleh untuk digunakan,

meskipun memang aturan dan perangkat yang ada belum memadai.

C.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan fungsi Partai Politik.

b. Jelaskan peran Partai Politik pada masa Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebelum dan sesudah dilakukan perubahan kedua melalui

Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008.

D. Peran DPRD dalam pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.

D.1. Materi

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

daerah telah memunculkan arus besar dalam sistem pemerintahan

daerah, yaitu arus yang berorientasi pada kepentingan masyarakat

(partisipatif-populis). Yang paling menarik dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 adalah ketentuan mengenai pemilihan kepala

daerah secara/wakil kepala daerah secara langsung. Ketentuan ini

merupakan hal baru dan pertama kali dalam sejarah sistem

pemerintahan daerah di Indonesia. Undang-undang ini mengubah

secara total sistem pemilihan kepala daerah yang sebelumnya diatur

dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang menyebutkan

Page 49: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

49

bahwa pemilihan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah

dilaksanakan dalam rapat paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-

kurangnya dua pertiga jumlah anggota DPRD.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menentukan bahwa

kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan

calon yang dipilih melalui pemilihan umum ( pemilu ) yang

dilaksanakan secara demokratis. Lebih lanjut di dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, ketentuan Pasal

56 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 56 berbunyi sebagai berikut :

(1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu

pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis

berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan

adil.

(2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau

perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang

memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan dalam

undang-undang ini.

Menurut Morissan ( 2006 ), ada tiga argumentasi yang

melatarbelakangi perubahan fundamental pemilihan kepala daerah

tersebut, yaitu :

Page 50: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

50

a. Pimpinan Negara tertinggi (presiden) telah dipilih secara

langsung dalam pemilu yang dilakukan pertama kali melalui

Pemilu tahun 2004, sementara pimpinan wilayah terendah

(kepala desa) juga dilaksanakan secara langsung, lantas

mengapa pemilihan kepala daerah tidak juga dilakukan

secara langsung. Dengan demikiantidak ada alas an untuk

tidak melaksanakan pemilu langsung bagi gubernur, bupati

dan walikota.

b. Pemilu kepala daerah akan lebih mewujudkan kedaulatan

yang berada ditangan rakyat, sebagaimana ketentuan Pasal 1

ayat (2) UUD 1945. Dengan adanya kedaulatan ditangan

rakyat di pemerintahan daerah maka ongkos politik (money

politics) tidak lagi banyak terjadi yang pada gilirannya nanti

akan mempercepat kesejahteraan rakyat.

c. Secara yuridis, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

menentukan bahwa kepala daerah dipilih oleh DPRD sudah

tidak sesuai lagi karena undang-undang ini merupakan

produk hukum sebelum amandemen UUD 1945. Sementara

itu, sudah ada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003

tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD,

yang tidak menyebutkan adanya tugas dan wewenang DPRD

untuk memilih kepala daerah. Hal ini ditafsirkan bahwa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 menginginkan

Page 51: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

51

pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung oleh

rakyat.

Dengan demikian, pemilihan kepala daerah/wakil kepala

daerah tidak hanya dilakukan melalui sistem satu pintu, yaitu

menempatkan partai politik menjadi satu-satunya saluran perekrutan

kepemimpinan pemerintahan daerah, tetapi pasangan calon

perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang dapat mendaftarkan

diri sebagai pasangan calon gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil

bupati dan calon walikota/wakil walikota apabila memenuhi syarat

sebagaimana dimaksud di dalam pasal 59, ayat (2a dan 2b ) Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008.

Selanjutnya di dalam Ketentuan Peralihan Pasal 233, Undang

Undang Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa kepala daerah yang

berakhir masa jabatannya pada tahun 2004 sampai dengan bulan Juli

2005 diselenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung pada

bulan Juni 2005. Kepala daerah yang berakhir masa jabatannya pada

bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009 diselenggarakan

pemilihan kepala daerah secara langsung pada bulan Desember 2008.

DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang

dibentuk di daerah provinsi, daerah kabupaten/kota dan

berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Peran DPRD dalam pemilihan kepala daerah/wakil kepala daerah

Page 52: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

52

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008,

pasal 42, ayat d, e, j, sebagai berikut :

a. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala

daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui

Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan kepada

Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD

Kabupaten/Kota.

b. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi

kekosongan jabatan wakil kepala daerah.

c. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPU

Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota dalam

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

Berbeda halnya dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, di dalam Undang-Undang Nomor

12 tahun 2008 mengatur dengan jelas mengenai pengisian kekosongan

jabatan wakil kepala daerah yang menggantikan kepala daerah yang

meninggal dunia, mengundurkan diri, atau tidak dapat melakukan

kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus menerus dalam

masa jabatannya. Dalam hal pengisian kekosongan jabatan wakil

kepala daerah sebagaimana dimaksud di atas, peran DPRD cukup

menentukan. Di dalam Pasal 26, menyebutkan sebagai berikut :

Ayat (4) :

Page 53: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

53

Untuk mengisi kekosongan jabatan wakil kepala daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berasal dari partai

politik atau gabungan partai politik dan masa jabatannya

masih tersisa 18 (delapan belas) bulan atau lebih, kepala

daerah mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah

berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai politik

yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala

daerah dan wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat

Paripurna DPRD.

Ayat (5) :

Untuk mengisi kekosongan jabatan wakil kepala daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berasal dari calon

perseorangan dan masa jabatannya masih tersisa 18 (delapan

belas) bulan atau lebih, kepala daerah mengajukan 2 (dua)

orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat

Paripurna DPRD.

Ayat (6) :

Dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah

yang berasal dari partai politik atau gabungan partai politik

karena meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak

dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara

Page 54: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

54

terus menerus dalam masa jabatannya dan masa jabatannya

masih tersisa

18 (delapan belas) bulan atau lebih, kepala daerah

mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah

berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai politik

yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala

daerah dan wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat

Paripurna DPRD.

Ayat (7) :

Dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah

yang berasal dari calon perseorangan karena meninggal dunia,

berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan

kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus menerus

dalam masa jabatannya dan masa jabatannya masih tersisa 18

(delapan belas) bulan atau lebih, kepala daerah mengajukan 2

(dua) orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh

Rapat Paripurna DPRD.

Tugas dan wewenang DPRD, antara lain membentuk Panitia

Pengawas Pemilihan Kepala daerah sebagaimana diatur di dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dihapus dan tidak ditemukan

lagi di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Namun, di dalam

Page 55: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

55

Pasal 236A menyebutkan bahwa : “ Dalam hal penyelenggaraan

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah akan berlangsung

sebelum terbentuknya panitia pengawas pemilihan oleh Badan

Pengawas Pemilu, DPRD berwenang membentuk panitia pengawas

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Ketentuan yang mengatur tentang panitia pengawas

pemilihan, antara lain diatur di dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Bab I Ketentuan

Umum, Pasal 1, angka (15), (16), (17) dan (18), yaitu :

a. Badan pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu,

adalah badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan

Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

b. Panitia Pengawas Pemilu Provinsi dan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut Panwaslu

Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota, adalah Panitia

yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi

penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi dan

kabupaten/kota.

c. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, selanjutnya disebut

Panwaslu Kecamatan, adalah panitia yang dibentuk

Panwaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi

Page 56: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

56

penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama

lain.

d. Pengawas Pemilu lapangan adalah petugas yang dibentuk

oleh Panwaslu Kecamatan untuk mengawasi

penyelenggaraan Pemilu di desa atau nama

lain/kelurahan.

D.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan sistem pemilihan kepala daerah menurut

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008.

b. Jelaskan mekanisme pemilihan wakil kepala daerah dan

peran DPRD dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil

kepala daerah yang berasal dari partai politik atau

gabungan partai politik dan yang berasal dari

perseorangan.

c. Jelaskan pengawas pemilihan umum menurut Undan-

Undang Nomor 22 Tahun 2007

Page 57: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

57

BAB IV

PESERTA PEMILIHAN DAN PERSYARATAN CALON

KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH

Deskripsi Singkat Topik :

Pokok Bahasan : PESERTA PEMILIHAN DAN PERSYARAATAN CALON

KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH

W a k t u : 2 ( dua ) kali tatap muka pelatihan ( selama 180

menit

T u j u a n : Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan

mampu menjelaskan tentang Peserta Pemilihan

dan Persyaratan Calon Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah

M e t o d e : Praktek ( mempraktekkan dan diskusi )

Page 58: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

58

A. Pendahuluan

Lahirnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah telah terjadi perubahan yang mendasar

terutama setelah putusan Mahkamah Konstitusi tentang calon

perseorangan. Dalam arti, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

memberikan kesempatan bagi calon perseorangan untuk ikut serta

dalam pemilihan kepala daerah dan wakil ikepala daerah.

Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik dan pasangan calon perseorangan yang

didukung oleh sejumlah orang.

Partai politik atau gabungan partai politik dapat mendaftarkan

pasangan calon apabila memperoleh 15% kursi di DPRD atau

akumulasi suaranya mencapai 15% dalam pemilihan umum anggota

DPRD di daerah yang bersangkutan. Sedangkan pasangan calon

perseorangan dapat mendaftarkan diri sebagai calon Gubernur/Wakil

Gubernur dan calon Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil

Walikota apabila memenuhi syarat dukungan sebagaimana dimaksud

di dalam pasal 59, ayat (2a), (2b) dan (2c).

Page 59: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

59

B. Peserta Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

B.1. Materi

Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008, rekruitmen calon kepala daerah di Indonesia menunjukkan

fenomena bahwa calon hanya membutuhkan “kenderaan” partai

politik, bukannya kepentingan partai politik untuk mencari kader-

kader yang memenuhi kriteria akseptabilitas dan kredibilitas.

Walaupun agak sulit dibuktikan, namun beredar isu politik uang

(money politics) yang menguat terkait dengan pencarian “kenderaan”

oleh para kandidat.

Sistem pencalonan Pilkada langsung yang dirumuskan dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 6 Tahun 2005

merupakan sistem yang tidak memiliki batas-batas yang tegas sebagai

sistem terbatas atau terbuka. Alasannya adalah mekanisme

pendaftaran calon menempatkan partai politik pada posisi dan fungsi

yang sangat strategis atau menentukan. Ketentuan mengenai

kedudukan strategis partai politik tersebut dirumuskan pada Pasal 59,

ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, yang berbunyi :

“ Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh

Partai Politik”.

Page 60: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

60

Dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mewujudkan

kepemimpinan daerah yang demokratis yang memperhatikan prinsip

persamaan dan keadilan dan kepastian hukum, maka Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dilakukan

perubahan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

Perubahan tersebut terjadi setelah adanya Putusan

Mahkamah Konstitusi tentang calon perseorangan. Putusan

Mahkamah Konstitusi dilatarbelakangi atas hasil uji materi Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang

diajukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Lombok Tengah, Lalu Ranggalawe. Mahkamah Konstitusi menyatakan

bahwa pasal-pasal yang dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat dalam undang-undang tersebut, antara lain, Pasal 56, ayat

2, yang berbunyi : “ Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat

1 diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik” ; Pasal 59

ayat 1, sepanjang mengenai frase “ yang diusulkan oleh partai politik

atau gabungan partai politik “ ; Pasal 59 ayat 2. Sepanjang mengenai

frase “ sebagaimana dimaksud pada ayat 1 “ ; Pasal 59 ayat 3,

sepanjang mengenai frase “ partai politik atau gabungan partai politik

Page 61: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

61

wajib “, frase “ yang seluas-luasnya “, dan frase “ dan selanjutnya

memproses bakal calon tersebut “.

Pasal-pasal tersebut hanya memberikan hak kepada partai

politik atau gabungan partai politik untuk mengusulkan/mengajukan

pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah serta sama sekali

menutup kemungkinan peluang pasangan calon independen.

Akhirnya, peluang pasangan calon perseorangan menjadi

lebih terbuka sebagaimana diatur dalam Pasal 59, ayat (1) Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008, yang berbunyi :

Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

adalah :

a. Pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik.

b. Pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah

orang.

Bila dicermati Undang-Undang Dasar 1945, pada prinsipnya

telah memberikan kesempatan yang lebih terbuka kepada setiap

warga negara untuk menjadi calon kepala daerah. Hal tersebut dapat

dilihat pada Pasal 18, ayat (4) yang berbunyi :

“ Bupati, Gubernur dan Walikota masing-masing sebagai kepala

pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara

demokratis “.

Page 62: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

62

Dari ketentuan Pasal 18, ayat (4) tersebut tidak ada aturan

yang mengharuskan calon kepala daerah berasal dari partai politik.

Inilah yang menjadi jalan pembuka bagi munculnya calon

perseorangan dalam Pemilihan kepala daerah. Sedangkan untuk pasal-

pasal yang lain, Mahkamah Konstitusi menyatakan tetap berlaku,

termasuk pasal-pasal yang membuat ketentuan pencalonan kepala

daerah melalui partai politik. Keputusan Mahkamah Konstitusi

tersebut tidak merekomendasikan tentang pengaturan lebih lanjut

mengenai calon perseorangan dan tidak memberikan batasan masa

transisi tentang pelaksanaan putusan. Mahkamah Konstitusi

berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Komisi

Pemilihan Umum dapat membuat aturan untuk mengisi kekosongan

hukum tentang persyaratan calon perseorangan.

B.2.Praktek/Latihan

a. Jelaskan ketentuan yang mengatur tentang peserta

pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.

b. Jelaskan landasan hukum yang memberi kesempatan

calon pasangan perseorangan dalam pemilihan kepala

daerah

Page 63: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

63

C. Persyaratan Calon Kepala daerah/Wakil Kepala Daerah

C.1. Materi

Kedudukan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerahselain

sebagai pimpinan pemerintahan, sekaligus adalah pimpinan daerah

dan pengayom masyarakat sehingga harus mampu berpikir, bertindak

dan bersikap dengan lebih mengutamakan kepentingan bangsa,

Negara dan masyarakat umum daripada kepentingan pribadi,

golongan dan aliran. Disamping itu, Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah harus bersikap arif, bijaksana, jujur, adil dan netral. Kepala

daerah sebagai kepala eksekutif dibantu oleh seorang wakil kepala

daerah.

Di dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008,

mengatur tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi calon kepala

daerah dan wakil kepala daerah, yaitu :

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indinesia Tahun 1945, cita-

cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan kepada

Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah.

c. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat

atas dan/atau sederajat.

Page 64: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

64

d. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun bagi calon

gubernur/wakil gubernur dan berusia sekurang-kurangnya 25

(dua puluh lima) tahun bagi calon bupati/wakil bupati dan

walikota/wakil walikota.

e. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan

kesehatan menyeluruh dari tim dokter.

f. Tidak pernah dijatuhi pidana berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan

pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

g. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

h. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di

daerahnya.

i. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia

diumumkan.

j. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara

perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi

tanggungjawabnya yang merugikan keuangan Negara.

k. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Page 65: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

65

l. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang

belum memiliki NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran

pajak.

m. Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat

antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga

kandung, suami atau isteri.

n. Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil

kepala daerah selama 2 (dua ) kali masa jabatan dalam

jabatan yang sama.

o. Tidak dalam status sebagai penjabat kepala daerah ; dan

p. Mengundurkan diri sejak pendaftaran bagi kepala daerah

dan/atau wakil kepala daerah yang masih menduduki

jabatannya.

Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor Nomor 12

Tahun 2008, Pasal 59 mengatur tentang persyaratan calon kepala

daerah dan wakil kepala daerah yang diusul dari partai politik atau

gabungan partai politik dan pasangan calon perseorangan yang

didukung oleh sejumlah orang.

Partai politik atau gabungan partai politik dapat

mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan

perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah

kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan

Page 66: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

66

suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang

bersangkutan.

Sedangkan pasangan calon perseorangan dapat mendaftarkan diri

sebagai pasangan calon gubernur/wakil gubernur apabila memenuhi

syarat dukungan dengan ketentuan :

a. Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 2.000.000

jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 6,5% (enam koma

lima persen)

b. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000

sampai dengan 6.000.000 jiwa harus didukung sekurang-

kurangnya 5% (lima persen),

c. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000

sampai dengan 12.000.000 jiwa harus didukung sekurang-

kurangnya 4% (empat persen), dan

d. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000 jiwa

harus didukung sekurang-kurangnya 3% (tiga persen).

Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud di atas, tersebar

lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kabupaten/kota di provinsi

yang bersangkutan. Bagi pasangan calon perseorangan yang

mendaftarkan diri sebagai pasangan calon bupati/wakil bupati atau

walikota/wakil walikota apabila memenuhi syarat dukungan dengan

ketentuan :

Page 67: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

67

a. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sampai dengan

250.000 jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 6,5%

(enam koma lima persen).

b. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari 250.000

sampai dengan 500.000 jiwa harus didukung sekurang-

kurangnya 5% (lima persen).

c. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000

sampai dengan 1.000.000 jiwa harus didukung sekurang-

kurangnya 4% (empat persen) ; dan

d. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari

1.000.000 jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 3% (tiga

persen).

Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud di atas, tersebar

pada lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan di

kabupaten/kota yang bersangkutan. Dukungan sebagaimnana

dimaksud diatas dibuat dalam bentuk surat dukungan yang disertai

dengan fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau surat keterangan

tanda penduduk sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

D. Form Isian

1. Surat Pernyataan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(Model BB – KWK).

Page 68: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

68

2. Surat Pernyataan Setia kepada Pancasila Sebagai Dasar Negara,

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dan Cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Kepada Negara

Kesatuan Republik Indonesia Serta Pemerintah (Model BB 1 -

KWK).

3. Surat Pernyataan Belum Pernah Menjabat Sebagai Kepala

Daerah Atau Wakil Kepala daerah Selama Dua Kali Masa

Jabatan Yang Sama (Model BB 2 – KWK).

4. Daftar Riwayat Hidup Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah (Model BB 3 – KWK).

5. Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kemampuan Secara Rohani

dan Jasmani (Model BB 4 – KWK).

6. Surat Keterangan Tidak Memiliki Tanggungan Utang (Model BB

5 – KWK).

7. Surat Keterangan Tidak Dinyatakan Pailit (Model BB 6 – KWK).

8. Surat Keterangan Tidak Sedang Dicabut Hak Pilihnya, Tidak

Pernah Dihukum Penjara Karena Tindak Pidana Makar Dan

Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Penjara (Model BB 7 – KWK).

9. Surat Pernyataan Kesanggupan Mengundurkan Diri Dari Jabatan

Apabila Terpilih Menjadi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

(Model B 6 – KWK).

Page 69: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

69

BAB V

PERAN STAKEHOLDER DALAM PEMILIHAN

KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH

Deskripsi Singkat Topik :

Pokok Bahasan : PERAN STAKEHOLDER DALAM PEMILIHAN

KEPALA DAERAH/WAKIL KEPLA DAERAH

W a k t u : 2 ( dua ) kali tatap muka pelatihan ( selama 180

menit

T u j u a n : Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan

Mampu menjelaskan Peran Stakeholders dalam

Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

M e t o d e : Praktek ( mempraktekkan, diskusi dan tugas

Terstruktur )

Page 70: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

70

A, Pendahuluan

Di negara yang telah mapan, proses demokratisasi seringkali

digambarkan berlangsung secara gradual dan akomodatif. Namun

pengalaman empiris di Negara yang sedang mencari bentuk demokrasi

menunjukkan bahwa proses demokratisasi umumnya berlangsung

dalam suasana mobilisasi dan ketidaksabaran yang kadangkala

diwarnai dengan kekerasan, Hal ini tidak jauh berbeda dengan proses

demokratisasi yang berlangsung di Indonesia. Mengutip pendapat

Samuel Huntington ( 1991 ) bahwa demokrasi itu tidak pernah

berkembang atau tumbuh linier (terletak pada satu garis lurus) dan

bersifat pasti. Namun, demokrasi merupakan serangkaian gelombang

yang maju, mundur, lalu bergulung-gulung kemudian memuncak lagi.

Pendapat tersebut sepertinya sesuai dengan sejarah perjalanan

bangsa Indonesia.

Bila dipotret secara nasional, dalam realitasnya

penyelenggaraan Pilkada langsung menghadirkan nuansa dan warna

tersendiri di setiap daerah. Ada beberapa kabupaten/kota yang

pelaksanaan Pilkadanya mengalami gejolak konflik politik yang serius

dan cenderung destruktif sampai terjadinya kerusuhan, baik antar

massa pendukung calon, para kandidat dengan KPUD, maupun

pendukung calon dengan KPUD. Fakta ini mencederai demokrasi yang

sedang dibangun. Mahkamah Agung, KPU Pusat dan lain-lain

mengimplikasikan tentang ketidaksiapan dan ketidakmatangan

Page 71: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

71

masyaraakat kita dalam berdemokrasi, disamping ketidaksiapan para

stakeholders yang terlibat dalam proses Pilkada. Kondisi ini

mengundang keprihatinan, bahwa pada saat starting point

membangun demokrasi, kultur dan perilaku kita belum mendukung

keinginan tersebut.

Kekhawatiran banyak pihak atas terjadinya dampak negative

dan hambatan dalam pelaksanaan Pilkada, maka peran stakeholders

sangat dibutuhkan untuk mengurangi kekhawatiran di atas. Para

stakeholders yang diharapkan dapat membantu kelancaran

penyelenggaraan Pilkada, antara lain Desk Pilkada, Pegawai negeri

Sipil, Masyarakat, Media Massa dan Quick Qount.

B. Peran Desk Pilkada

B.1. Materi

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor :

120.05 110 Tahun 2005, dibentuk Desk Pilkada Pusat. Sedangkan

untuk Desk Pilkada di Tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota dibentuk

Desk Pilkada berdasarkan keputusan kepala daerah.

Pembentukan Desk Pilkada pada awalnya banyak menuai

kritik dari berbagai organisasi dan lembaga sosial masyarakat maupun

perorangan. Mereka berpendapat bahwa pembentukan Desk Pilkada

tidak mempunyai dasar hukum. Mantan Sekretaris Kementerian

Dalam Negeri, Siti Nurbaya (Suara Pembaharuan, 08 Maret 2005),

Page 72: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

72

ketika ditanya wartawan sebelum menghadiri Rapat Tertutup dengan

Panitia Anggaran DPR untuk membahas anggaran Pilkada di gedung

DPR mengatakan :

“Desk Pilkada yang sudah dibentuk Depdagri tidak

bermaksud untuk mengendalikan penyelenggaraan Pilkada.

Pembentukan Desk Pilkada itu bertujuan untuk merekam dan

mengikuti perkembangan serta sekaligus memfasilitasi hal-hal yang

memang bersifat penegasan. Desk Pilkada juga bermaksud untuk

mengatasi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi selama

penyelenggaraan Pilkada”.

Meskipun tidak disebut dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004, tetapi ada peran atribusi pemerintah dalam menjalankan

kewenangannya. Dalam konteks tersebut, kewenangan tidak selalu

dalam pengertian delegatif. Kewenangan juga tidak selalu berarti

diperintahkan. Sebaliknya, secara hukum, kewenangan itu selalu

atributif.

Walaupun di daerah sudah dibentuk KPUD yang

menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah, KPUD masih

membutuhkan petunjuk dan penegasan-penegasan dari pemerintah.

Pada prinsipnya ada 3 (tiga) elemen penting dalam Pilkada, yaitu :

pertama, proses secara teknis penyelenggaraan Pilkada ; kedua,

prinsip-prinsip demokratisasi ; ketiga, persoalan-persoalan keamanan

Page 73: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

73

dan ketertiban masyarakat. Ketiga-tiganya harus berjalan seiring dan

selaras.

Desk Pilkada mempunyai tugas :

1. Memantau kelancaran pelaksanaan kegiatran pada setiap

tahap Pilkada.

2. Memantau situasi/dinamika politik dan keamanan serta

merumuskan langkah yang diperlukan.

3. Memberi dukungan fasilitas kepada penyelenggara Pilkada

sesuai kebutuhan.

4. Menyusun langkah-langkah antisipatif dan kebijakan yang

responsif terhadap situasi politik dan ketentraman,

ketertiban dan keamanan yang berkembang di daerah,

menjelang, selama dan pasca-Pilkada.

5. Melaksanakan sosialisasi tentang peraturan perundang-

undangan Pilkada serta upaya penyadaran kepada warga

masyarakat untuk berperan serta secara aktif dan

proporsional dan hak-hak politik warga, dan

6. Melaksanakan advokasi mengenai penyelesaian sengketa,

pelanggaran, dan permasalahan hukum yang mungkin

muncul dalam penyelenggaran Pilkada.

Dalam praktek penyelenggaraan Pilkada, masalah yang

dihadap Desk Pilkada adalah terbatasnya sarana dan prasarana

Page 74: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

74

pendukung, khususnya peralatan penunjang, seperti jaringan telepon,

faks, e-mail, dan terbatasnya sumber daya manusia yang mengelola

kegiatan Desk Pilkada. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi

Pemerintah daerah, khususnya dalam rangka efektifitas dan efesiensi

fungsi dan peran Desk Pilkada sebagai supporting unit yang sifatnya

melengkapi dan bukan sebagai aktor utama pelaksana Pilkada.

B.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan tugas Desk Pilkada

b. Jelaskan latar belakang pembentukan Desk Pilkada

c. Jelaskan masalah-masalah yang sering dihadapi Desk

Pilkada dalam penyelenggaraan Pilkada

C, Peran Pegawai Negeri Sipil

C.1. Materi

Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) sebagai bagian dari suatu

masyarakat politik, memiliki hak yang sama dalam proses Pilkada,

yaitu hak dipilih dan memilih. Akan tetapi disisi lain, pegawai negeri

sipil sebagai public servant dihadapkan dengan tugas pelayanan

kepada semua lapisan masyarakat. Oleh sebab itu, hak-hak politik

pegawai negeri sipil perlu diatur dalam peraturan perundang-

Page 75: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

75

undangan dengan tujuan untuk menjamin tidak terjadinya

penyalahgunaan jabatan publik untuk kepentingan yang bersifat

partisan, dan atau tidak menggunakan fasilitas publik untuk

kepentingan partisan. Dalam netralitasnya ini, pegawai negeri sipil

senantiasa harus memposisikan diri secara tepat dan profesional

dalam proses Pilkada langsung.

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Republik Indonesia Nomor : SE/08.A/M.PAN/5/2005. Tanggal 2

Mei 2005 tentang Netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilihan

Kepala Daerah, antara lain menetapkan bahwa bagi pegawai negeri

sipil yang menjadi calon kepala daerah :

1. Wajib membuat surat pernyataan mengundurkan diri dari

jabatan negeri pada Jabatan Struktural atau Fungsional yang

disampaikan kepada Atasan Langsung untuk dapat diproses

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Dilarang menggunakan anggaran pemerintah dan/atau

Pemerintah Daerah.

3. Dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan

jabatannya.

4. Dilarang melibatkan pegawai negeri sipil lainnya untuk

memberikan dukungan dalam kampanye.

Bagi pegawai negeri sipil yang bukan calon Kepala

daerah/Wakil Kepala Daerah :

Page 76: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

76

1. Dilarang terlibat dalam kegiatan kampanye untuk

mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.

2. Dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan

jabatannya dalam kegiatan kampanye.

3. Dilarang membuat keputusan dan atau tindakan yang

menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon

selama masa kampanye.

4. Pegawai Negeri Sipil dapat menjadi anggota Panitia

Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara

(PPS), Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)

dan Pengawas Pemilihan, dengan izin dari Pejabat Pembina

Kepegawaian atau Atasan Langsung.

Bagi pegawai negeri yang tidak menaati kewajiban dan

larangan sebagaimana tertera pada angka 1 dan 2 di atas,

dikategorikan melanggar Pasal 2 huruf b, I dan z Peraturan

Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin

Pegawai Negeri Sipil dan dijatuhi hukuman disiplin :

1. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah untuk paling lama 1

(satu) tahun :

a. Bagi pegawai negeri sipil yang melibatkan pegawai negeri

sipil lainnya untuk memberikan dukungan dalam

kampanye.

Page 77: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

77

b. Bagi pegawai negeri sipil yang duduk sebagai Panitia

Pengawas Pemilihan tanpa izin dari Pejabat Pembina

Kepegawaian atau Atasan Langsung.

2. Pemberhentian Dengan Hormat Atas Permintaan Sendiri sebagai

pegawai negeri sipil dengan hak-hak kepegawaian sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku :

a. Bagi pegawai negeri sipil yang terlibat dalam kegiatan

kampan ye untuk mendukung Kepala Daerah atau Wakil

Kepala Daerah.

b. Bagi pegawai negeri sipil yang menggunakan fasilitas yang

terkait dengan jabatannya.

c. Bagi pegawai negeri sipil yang menjadi anggota Panitia

Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara

(PPS), dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara

kegiatan kampanye (KPPS), tanpa izin dari Pejabat

Pembina Kepegawaian atau Atasan Langsung.

3. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri

sipil :

a. Bagi pegawai negeri sipil yang menggunakan anggaran

pemerintah dan pemerintah daerah dalam proses

Pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Page 78: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

78

b. Bagi pegawai negeri sipil yang menggunakan fasilitas yang

terkait dengan jabatannya dalam proses Pemilihan Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

c. Bagi pegawai negeri sipil yang membuat keputusan dan

atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah

satu pasangan calon selama masa kampanye.

C.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan hak politik Pegawai Negeri Sipil dalam proses

Pilkada

b. Bagaimana seyogianya posisi Pegawai Negeri Sipil dalam

mempertahankan netralitasnya secara profesional dan

tepat dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

Jelaskan pendapat Praja.

c. Jelaskan sanksi yang dapat dikenakan bagi Pegawai Negeri

Sipil yang tidak menaati kewajiban dan larangan dalam

proses penyelenggaraan Pilkada berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nompr 30 Tahun 1980 tentang Peraturan

Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

D. Peran Masyarakat

D.1.Materi

Page 79: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

79

Robert A. Dahl ( 1999 ) berpendapat, bahwa pemerintahan

yang demokratis akan menunjukkan kadar partisipasi rakyat yang

tinggi, baik dalam memilih pejabat publik, mengawasi perilakunya

maupun menentukan arah kebijakan umum kepemerintahannya.

Kadar demokrasi suatu Negara dapat ditentukan oleh dua hal :

1. Seberapa besar peran masyarakat dalam menentukan arah

kebijakan umum kepemerintahan. Peran ini dapat

diaktualisasikan melalui mekanisme partisipasi politik yang

salah satunya melalui pemilihan pejabat publik (kepala

daerah) secara langsung, sehingga masyarakat dapat memilih

secara langsung calon-calon yang dinilai oleh mereka sebagai

individu yang mau dan mampu menangkap, mengapresiasi,

dan mengimplementasikan aspirasi warganya ketika calon

tersebut terpilih sebagai pejabat publik.

2. Seberapa besar peran warga masyarakat dalam menentukan

siapa di antara mereka yang dijadikan pejabat publik. Jika

mereka mengidentifikasikan diri sebagai orang yang pro-

demokrasi, anti-korupsi, mencita-citakan pemerintahan yang

bersih dan bertanggungjawab, serta menginginkan masa

depan kehidupan yang lebih baik, seharusnya pilihan mereka

pada kandidat Kepala Daerah pun adalah pilihan yang

mencerminkan sikap, keinginan, dan cita-cita mereka.

Page 80: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

80

Dalam konteks tersebut di atas, Samuel Huntington dan Joan

M. Nelson (1991) menyebutkan, bahwa partisipasi otonomis

(autonomous participation) sebagai sesuatu yang dibutuhkan dalam

proses demokrasi. Inilah kemandirian politik, sesuatu yang dapat

tumbuh karena adanya pendidikan politik dari stakeholders Pilkada,

partai politik, KPUD, Desk Pilkada ataupun pemerintah.

Sesungguhnya pendidikan akan melahirkan pemahaman yang

berujung pada pencerahan. Demikian halnya dengan pendidikan

politik. Seorang individu yang mengalami pencerahan akan memiliki

kemandirian untuk mengambil keputusan. Dari sana akan melahirkan

sikap : menggunakan hak pilih atau menanggalkannya (golongan

putih).

Sikap apatis masyarakat dalam menggunakan hak politik,

antara lain disebabkan oleh kurangnya sosialisasi; pasangan calon

tidak memikat publik; masyarakat malas dan jenuh (skeptis) dengan

hajatan demokrasi tersebut karena mereka tidak memiliki rekam jejak

para calon dan program-programnya; dan tidak memilih dianggap

sebagai bentuk protes atas proses politik yang sedang berjalan yang

menurut mereka tidak mengakomodasikan kandidat yang mereka

idolakan.

Kedekatan emosional antara pemilih dengan para kandidat

merupakan salah satu daya tarik partisipasi politik masyarakat dalam

Pilkada. Ditengah sistem dan kultur politik yang bersifat paternalistik,

Page 81: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

81

maka partisipasi masyarakat menjadi sangat penting. Semakin besar

dan baik kualitas partisipasi masyarakat, maka kelangsungan

demokrasi akan semakin baik pula. Demikian juga sebaliknya. Kadar

kualitas partisipasi politik masyarakat dapat dilihat dari sejauh mana

tingkat otonomi dalam menentukan sikapnya ; apakah karena

pengaruh mobilisasi partai politik semata, faktor primordialisme atau

karena rasionalitas, dan hati nurani.

Kalau keberpihakan politik lahir dari pertimbangan-

pertimbangan yang rasional, maka ini merupakan pertanda positif bagi

perkembangan dan format demokrasi ke depan. Tetapi jika pilihan

politik hanya karena pengaruh mobilisasi saja, maka perkembangan

demokrasi masa depan patut dipertanyakan lagi.

Hukum demokrasi selalu menempatkan partisipasi masyarakat dalam

posisi terdepan. Antara masyarakat dan demokrasi terdapat makna

yang komplementer dan simultan. Agar demokrasi berjalan dengan

baik, maka partisipasi masyarakat merupakan konsekuensi logis yang

harus ditumbuhkembangkan. Penguatan demokrasi lokal tidak akan

tercipta manakala masyarakat hanya dijadikan objek politik dan

konstituen yang pasif. Dengan cara ini, demokrasi akan lebih cepat

meresap ke bawah dan dapat dirasakan secara konkret oleh

masyarakat yang secara formal berada pada hierarki sistem politik

yang paling rendah. Dalam praktek, partisipasi masyarakat yang

berperan dalam penyelenggaraan Pilkada sangat besar. Hal ini dapat

Page 82: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

82

dilihat dari jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS), semuanya

dilengkapi dengan personil PPS yang berasal dari masyarakat dimana

TPS itu berada.

D.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan bahwa pemerintahan yang demokratis dapat

membentuk partisipasi masyarakat yang tinggi ;

b. Mengapa pendidikan politik perlu diberikan kepada rakyat

dan apa pengaruh pendidikan politik bagi rakyat ? Jelaskan

pendapat Praja

c. Berdasarkan pengamatan Praja terhadap penyelenggaraan

Pilkada, bagaimanakah tingkat partisipasi dan peran

masyarakat dalam proses Pilkada? Jelaskan pendapat Praja.

E. Peran Media Massa

E.1. Materi

Kedudukan media massa (pers) dalam konteks pemilihan

langsung sangat strategis, Media massa (terutama media elektronik)

mempunyai jangkauan yang sangat luas dan mampu menyebarkan

informasi secara instan dalam waktu yang sangat singkat. Dengan

menampilkan visualisasi fisik yang kuat, media massa mampu

Page 83: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

83

membentuk dan mengembangkan pencitraan (baik ataupun buruk)

bagi siapapun, tidak terkecuali bagi para kandidat.

Komunikasi politik untuk kepentingan pemenangan Pilkada

secara langsung melibatkan dua variable penting, yaitu massa pemilih

dengan segala karakteristiknya dan media massa sebagai alat

pengendali. Kandidat yang cerdas akan dapat membaca massa dan

terampil memanfaatkan media massa. Media massa dapat

mengalirkan darah kehidupan politik, sehingga proses politik berjalan

dinamis. Media massa juga dapat menyebarkan pesan-pesan

provokatif ataupun yang menyejukkan. Dalam Pilkada langsung, media

massa bukan hanya berfungsi membangun citra khalayak, kelompok

ataupun lembaga, tetapi juga dapat mengendalikan citra sesuai visi

dan misinya.

Meskipun penerimaan massa atau konstituen dalam

memilih figure juga turut dipengaruhi oleh peran media massa. Namun

kekuatan media massa bukan satu-satunya menjadi penentu. Oleh

sebab itu, media massa harus benar-benar mampu menempatkan diri

secara independen dan tidak tergiur dalam permainan money politics.

Media massa memiliki tanggungjawab moral dan sosial terhadap

informasi yang disebarkannya, dan tidak sekedar mengejar

keuntungan.

Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pasal 76

dan 77 mengatur tentang penggunaan media massa (media cetak dan

Page 84: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

84

elektronik) oleh para pasangan calon dalam menyampaikan tema dan

materi kampanye. Di samping itu, media elektronik dan media cetak

wajib memberikan kesempatan yang sama kepada pasangan calon

untuk memasang iklan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala

daerah dalam rangka kampanye.

Peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, Pasal 56 dan 57,

juga memperkenankan kampanye dilaksanakan melalui media cetak

dan media elektronik. Demikian juga di dalam Pasal 19, ayat (3a) dan

(3 f) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum, berbunyi sebagai berikut :

Untuk memilih calon anggota KPU Provinsi, Tim Seleksi

melakukan tahapan kegiatan :

a. Mengumumkan pendaftaran calon anggota KPU Provinsi

sekurang-kurangnya pada 2 (dua) media massa cetak harian

lokal untuk 1 (satu) kali terbit dan 1 (satu) media massa

elektronik lokal selama 3 (tiga) hari berturut-turut.

b. Mengumumkan nama daftar bakal calon anggota KPU

Provinsi yang lulus seleksi tertulis sekurang-kurangnya pada 2

(dua) media massa cetak harian lokal selama 1 (satu) hari dan

1 (satu) media massa elektronik lokal selama 3 (tiga) hari

berturut-turut utnuk mendapatkan masukan dan tanggapan

dari masyarakat dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari

kerja.

Page 85: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

85

Dari berbagai ketentuan ini tampak dengan jelas peran

media atau pers sangatlah besar, mulai dari tahap persiapan sampai

dengan tahap penghitungan suara. Pengaturan penggunaan media

massa ini diperlukan guna menghindarkan timbulnya konflik antar

konstituen dari para calon kepala daerah.

Menurut J. Kaloh ( 2008 ) : “ Dalam kondisi masyarakat yang

belum sadar akan arti demokrasi, media massa harus melihat dirinya

sebagai bagian dari solusi, bukan bagian dari konflik. Oleh sebab itu,

media massa harus menarik diri dari konflik, naik keposisi yang lebih

tinggi dan suci, serta memerankan dirinya sebagai “negarawan”,

bukan “politisi”. Negarawan memperjuangkan kepentingan

masyarakat luas dan pandangan jangka panjangnya. Politisi sebaliknya

: berjuang untuk kepentingan kelompoknya dan perspektifnya jangka

pendek.

Profesionalisme merupakan faktor penting dari

independensi dan kenetralan pers. Banyak pengalaman bahwa media

massa yang tidak memihak, merupakan media yang paling disenangi

oleh masyarakat umum. Sedangkan media yang hanya menyuarakan

salah satu calon, ruang geraknya menjadi terbatas karena saingan

calon pasti enggan menggunakan media tersebut sebagai penyalur

informasi kampanyenya. Media massa yang netral dan dapat

dipercaya masyarakat serta kandidat yang bertarung, mengurangi opsi

Page 86: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

86

pengerahan massa. Pembentukan opini dirasakan lebih efrektif dan

efisien lewat media massa daripada mengerahkan massa.

E.2. Praktek/Latihan

a. Mengapa peran Media Massa sangat penting dalam

penyelenggaraan Pilkada? Jelaskan pendapat Praja.

b. Bagaimanakah peraturan perundang-undangan mengatur

tentang penggunaan media massa oleh pasangan calon

Pilkada dalam penyelenggaraan pemilihan kepala

daerah/wakil kepala daerah? Jelaskan pendapat Praja

c. Jelaskan implikasi yang dapat terjadi bila media massa

tidak professional, memihak dan tidak netral dalam

penyelenggaraan Pilkada.

F. Peran Quick-Qount

F.1. Materi

Seiring dengan perkembangan dunia Information

Technology ( IT ) di Indonesia, menyebabkan pertukaran dan sharing

informasi dalam bentuk digital menjadi relatif cepat dan menyebabkan

bidang ilmu ini menjadi salah satu bidang yang paling cepat

Page 87: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

87

berkembang di dunia. Dengan teknologi informasi yang lebih maju

sekarang ini, seperti teknologi SMS, WAP maupun internet (blog,

jejaring sosial, portal, dll), informasi kegiatan demokrasi terasa

semakin cepat, mudah dan murah dalam mengaksesnya. Pada posisi

sebagai pengguna, dengan teknologi internet, kita dimungkinkan

untuk berpartisipasi memberikan opini publik ataupun dapat

mengikuti pooling mengenai kebijakan atau isu yang sedang marak di

masyarakat. Pada posisi sebagai pemilik teknologi, kemajuan teknologi

perangkat lunak seperti pengolah data, memungkinkan dibuatnya

sistem atau apliklasi yang sangat berguna untuk pencapaian tujuan

politik orang atau partai. Perkiraan-perkiraan kemenangan politikpun

dapat diperoleh dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi

ini. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan

dapat berbentuk Quick Qount

Dalam konteks tersebut di atas, tolok ukur keberhasilan

sebuah pelaksanaan Pilkada ditentukan oleh keakuratan data dan

kecepatan pengolahan data yang ada hingga menghasilkan sebuah

Pilkada yang jujur dan adil. Selama ini, penghitungan manual yang

dilakukan di tingkat PPS, PPK, Kecamatan, hingga Kabupaten,

penggunaan teknologi informasi dalam pengolahan data yang

jumlahnya cukup besar menjadi salah kendala yang harus dihadapi.

Banyak indikasi kecurangan dalam pemilihan umum (pemilu) yang

berlangsung yang dapat mengakibatkan kerugian di berbagai pihak

Page 88: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

88

dan cenderung berdampak kepada konflik. Salah satu faktor utama

penyebab terjadinya konflik pada setiap pemilihan umum maupun

pemilihan kepala daerah di seluruh Indonesia adalah tidak

dimanfaatkannya teknologi dalam sistem pemilu.

Dengan menerapkan Teknologi Informasi yang benar dalam

Pilkada diharapkan akan dapat memudahkan dan mengefektifkan

kinerja serta SDM yang ada sehingga akan tercipta Pilkada yang aman,

jujur, adil dan akurat. Oleh karena itu dengan sistem IT yang baik

diharapkan konflik dan kerawanan kecurangan yang ada dapat

diminimalisir. Sebab, berdasarkan data Direktorat Jenderal Otonomi

Daerah Departemen Dalam Negeri, dari 265 pemilukada yang sudah

dilaksanakan, ada 145 yang berujung ke pengadilan

Permasalahan yang terjadi selama ini adalah seluruh

perhitungan/tabulasi suara dilakukan dengan menggunakan sistem

manual atau menggunakan data tulisan berupa angka di formulir C1

KWK dan C2 Besar yang ada di tingkat TPS. Kemudian data akan

dipindahkan ke tingkat Kelurahan, ke tingkat Kecamatan, dan terakhir

di tingkat KPUD. Dalam beberapa tahapan pemindahan data di setiap

tingkat dilakukan secara manual. Proses pemindahan data dari tingkat

TPS sampai dengan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPU)

Kabupaten/Kota sangat riskan dilakukan manipulasi data.

Page 89: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

89

Perhitungan suara secara cepat (Quick Qount) atau juga

dikenal sebagai Tabulasi Suara Paralel ( Parallel Vote Tabulation ),

merupakan salah satu metode yang berguna untuk memantau proses

pemungutan suara. Quick Qount merupakan teknik penghitungan

cepat yang menggunakan metode statistik murni dengan mengambil

sampling data secara random dan merata pada daerah urban, rural,

pesisir dan pedalaman. Karena Quick Qount berbasiskan pada metode

statistic, maka parameter keberhasilannya sangat tergantung pada

metodologi statistika yang dipakai. Metode Quick Qount tentunya

mempunyai keuntungan dan kerugian dibandingkan dengan

perhitungan manual oleh KPU.

Disamping itu, Quick Qount merupakan sebuah proses

pengumpulan informasi oleh ratusan bahkan ribuan relawan melalui

pemantauan langsung saat pemungutan dan perhitungan suara di

seluruh tempat pemungutan suara ( TPS ) yang ada. Pemantau

mencatat informasi, termasuk hasil perhitungan suara yang ada, dan

melaporkan hasil tersebut ke pusat pengumpulan data ( server )

melalui SMS. Dalam implementasi Quick Qount, IT berperan sangat

penting dalam proses input, pengiriman dan pengolahan data. Sebagai

contoh dalam penerapan aplikasi SMS gateway untuk Quick Qount,

prosesnya dilakukan secara bertahap, yaitu :

1) Surveyor di tiap TPS mengirim SMS ke Data Center ;

Page 90: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

90

2) Data Center akan mengirimkan validasi dan autentikasi

untuk keadaan berhasil ataupun gagal ;

3) Data kemudian dimasukkan menjadi database ;

4) Input data dari database masuk ke bagian Analisa Statistik.

Ketika proses Pilkada berlangsung, salah satu lembaga sosial

yang memantau sekaligus melakukan quick qount penghitungan suara

adalah NDI. NDI (National Democratic Institute), yaitu suatu Lembaga

Sosial Masyarakat Internasional yang mempunyai tujuan membantu

negera-negara berkembang di dunia dalam melaksanakan dan

memperkokoh demokrasi yang seutuhnya. Salah satu proyek yang

dikerjakan adalah dengan memanfaatkan teknik Quick Qount, yaitu

suatu teknik penghitungan cepat dalam proses Pemilihan Umum

Langsung.

NDI merupakan lembaga nonprovit, dan saat ini kantor NDI

telah tersebar di 60 negara sedang berkembang termasuk Indonesia.

Kantor NDI Pusat di Indonesia berada di jalan Teuku Cik Di Tiro, No. 37

A PAV, Jakarta.

NDI mendapat data dari Departemen Dalam Negeri. Data yang diambil

adalah data pada suatu daerah yang akan melaksanakan proses

pemilihan kepala daerah secara langsung. Metode pengolahan

datanya sendiri menggunakan teknik Information Technology ( IT )

yang diolah berdasarkan data yang masuk yang dilaporkan oleh para

Page 91: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

91

relawan pada saat penghitungan suara pemilih telah selesai

dilaksanakan dengan melaporkan hasil akhir perhitungan tiap TPS

(Formulir C1 ) yang ditandatangani oleh para saksi dan pemantau.

Dalam realitasnya, proses perhitungan cepat ini dapat dengan

cepat memberikan informasi kepada masyarakat pemilih mengenai

hasil sementara perolehan suara masing-masing calon Kepala Daerah.

Beberapa daerah dalam penyelenggaraan Pilkada telah

melaksanakan Quick Qount bekerjasama dengan LSI (Lembaga Survei

Indonesia), seperti : KPUD Provinsi Bali, Kaltim, DKI Jakarta, NTB,

Jateng dan beberapa KPUD Kabupaten/Kota. Dalam penerapan Quick

Qount tersebut, LSI mencatat rekor Quick Qount paling presisi dan

akurat dalam sejarah Indonesia ketika Lembaga tersebut melakukan

Qouck Qount di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi

karena selisih dengan hasil penghitungan suara KPUD hanya 0,5% ( Nol

koma lima persen ).

Pada saat ini, sudah terdapat sejumlah lembaga survey yang

telah melakukan quick qount, antara lain Insert Institute, Jaringan

Suara Indonesia, Adhyaksa Supporting House, Institute for Social and

Political Economics Issues (ISPEI) dan Lembaga Survei Indonesia (LSI).

Lembaga-lembaga tersebut pada tanggal 23 Juni 2010 (hari

pencoblosan) Pemilukada melakukan quick qount pada 10 Kabupaten

di Provinsi Sulawesi Selatan. Jika Lembaga Survei di atas melakukan

Page 92: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

92

quick qount, KPUD sebagai penyelenggara juga melakukan real qount

pada 10 Kabupaten yang menggelar pemilukada, yaitu Luwu Timur,

Luwu Utara, Tana Toraja, Soppeng, Maros, Pangkep, Barru, Bulukumba

dan Selayar. KPUD menggunakan teknologi SMS bekerjasama dengan

salah satu operator real qount tersebut.

Mengenai dasar hukum penggunaan teknologi Quick Qount

dalam Pemilu, Mahkamah Konstitusi telah mengeluarkan putusan

pada tanggal 30 Maret 2009, yaitu Mahkamah Konstitusi

membebaskan lembaga survey untuk mempublikasikan hasil survey

atau jajak pendapat pada masa tenang menjelang Pemilu. Di samping

itu, Mahkamah Konstitusi juga membolehkan lembaga survey

mengumumkan hasil perhitungan cepat (quick Qount) sesaat setelah

pemungutan suara.

F.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan apa dimaksud dengan teknik Quick Qount.

b. Jelaskan manfaat menggunakan teknik Quick Qount dalam

penghitungan suara

c. Jelaskan proses penerapan aplikasi SMS gateway pada quick

qount yang selama ini digunakan pada saat pemungutan

suara pemilukada dilaksanakan

Page 93: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

93

G. Peran Tim Sukses

G.1. Materi

Kemenangan atau kegagalan para kandidat dalam

pertarungan di arena Pemilihan Kepala daerah/Wakil Kepala Daerah,

tidak semata-mata ditentukan oleh kandidat itu sendiri, tetapi juga

oleh berbagai komponen yang secara langsung maupun tidak langsung

terlibat dalam keseluruhan proses, antara lain adanya sebuah tim yang

lazim dikenal dengan nama Tim Sukses/Tim Kampanye.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor : 07 Tahun 2007

tentang Pedoman Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala

Daerah dan Wakil Kepala daerah, Pasal 1 ayat (8), mengatur tentang

Tim Kampanye, yaitu : “ Tim pelaksana kampanye, selanjutnya disebut

Tim Kampanye adalah tim yang dibentuk oleh pasangan calon

bersama-sama Partai Politik atau gabungan Partai Politik yang

bertugas dan berwenang membantu penyelenggaraan kampanye serta

bertanggungjawab atas pelaksanaan teknis penyelenggaraan

kampanye. Pasal 9, ayat (3) berbunyi : “ Pada saat pendaftaran

pasangan calon, partai politik atau gabungan partai politik

mendaftarkan tim kampanye dan menyerahkan rekening khusus dana

kampanye yang dibuat pada 1 (satu) Bank”.

Selanjutnya di dalam pasal 11 diatur ketentuan sebagai

berikut :

Page 94: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

94

Tim Kampanye sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (3), dapat

dibentuk secara berjenjang, di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, dan

Kecamatan, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Tingkat Provinsi didaftarkan kepada KPU Provinsi ;

b. Tingkat Kabupaten/Kota, didaftarkan kepada KPU

Kabupaten/Kota;

c. Tingkat Kecamatan, didaftarkan kepada PPK.

Tim Sukses memainkan peran yang sangat signifikan untuk

menghantar kandidatnya meraih kemenangan ataupun harus

menerima kekalahan. Mereka berfungsi sebagai mesin pemenangan

para kandidat. Sebagai mesin pemenangan kandidat, Tim Sukses harus

memiliki berbagai keunggulan. Selain naluri politik yang tinggi, para

anggota Tim Sukses harus memiliki keunggulan SDM yang memadai,

terutama ketajaman kemampuan untuk membaca dan

memperkirakan strategi dan langkah ke depan dengan mempelajari

fenomena-fenomena dalam masyarakat. Tim Sukses harus bekerja

maksimal untuk mengubah tantangan dan hambatan menjadi peluang

untuk kemenangan kandidatnya.

Disamping itu, Tim Sukses harus mampu membuat pencitraan

positif tentang kandidatnya dan menjaga konsistensinya dalam

mengemban amanat. Strategisnya peran Tim Sukses sebagai mesin

pemenangan kandidat, diakui tidak hanya oleh kandidat itu sendiri,

tetapi juga okeh masyarakat luas.

Page 95: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

95

Oleh sebab itu, anggota Tim Sukses harus diisi oleh anggota

yang memiliki latar belakang pengalaman berorganisasi baik politik

maupun kemasyarakatan. Latar belakang dibentuknya Tim Sukses

adalah mengikuti garis kebijakan partai dengan mengusung kader-

kader terbaik partai dan membuka kesempatan kepada figur-figur

independen yang diseleksi dengan mempertimbangkan beberapa

indikator, antara lain kekuatan, kemampuan pribadi, dan integritas

yang bersangkutan. Langkah awal adalah melakukan konsolidasi dan

menyatukan komitmen Tim Sukses, kemudian menyepakati

mekanisme kerja dan membentuk sekretariat Tim Kampanye atau Tim

Sukses. Selanjutnya, menyusun agenda kerja dan membuat jadual

pertemuan berkala untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.

Dengan demikian, Tim Sukses menjadi bagian penting dari

strategi pemenangan kandidat, sehingga perannya sangat

diperhitungkan. Oleh sebab itu, para kandidat harus mampu merekrut

Tim Sukjses yang benar-benar ingin berjuang bersama, mencurahkan

segenap daya dan upaya untuk memenangkan kandidatnya.

G.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Tim Sukses/Tim

Kampanye

Page 96: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

96

b. Jelaskan, mengapa peran Tim Sukses sangat menentukan

bagi pemenangan kandidat Pilkada

c. Jelaskan syarat-syarat dan keunggulan yang dimiliki

anggota Tim Sukses agar dapat menghantar kemenangan

kandidat dalam pemilihan kepala daerah/wakil kepala

daerah.

Page 97: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

97

BAB VI

TAHAP PERSIAPAN DALAM PELAKSANAAN PILKADA

Deskripsi Singkat Topik :

Pokok Bahasan : TAHAP PERSIAPAN DALAM PELAKSANAAN

PILKADA

W a k t u : 2 ( kali ) tatap muka pelatihan (selama 180 menit)

T u j u a n : Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan

mampu menjelaskan Tahap Persiapan dalam

Pelaksanaan Pilkada

M e t o d e : Praktek ( mempraktekkan, diskusi dan tugas

Terstruktur )

Page 98: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

98

A. Pendahuluan

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

langsung berdasarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, terdiri dari 2 (dua) tahap, yakni

masa persiapan dan tahap pelaksanaan. Setiap tahap mencakup

beberapa kegiatan dan harus dilakukan secara berurutan serta tidak

boleh ada satupun proses yang terlewati.

Tahap Persiapan, antara lain meliputi : surat pemberitahuan Pilkada,

penyusunan aturan. Pembentukan Panitia Pengawas, Sosialisasi,

Penyusunan Anggaran dan Pemutakhiran data pemilih.

Tahap Pelaksanaan, antara lain meliputi : Penetapan Daftar Pemilih,

Pendaftaran/Penetapan Calon, Kampanye, Pemungutan suara,

Penghitungan suara, Penetapan pasangan calon dan Pengesahan serta

pelantikan.

B. Tahap Persiapan Pelaksanaan Pilkada

B.1. Materi

Dalam Pasal 65 ayat (2), Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004, disebutkan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam masa

persiapan :

Page 99: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

99

a. Pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenai

berakhirnya masa jabatan ;

b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya

masa jabatan Kepala Daerah ;

c. Perencanaan, penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara

dan jadual tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah ;

d. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS dan KPPS ;

e. Pembentukan dan pendaftaran pemantau.

Masing-masing kegiatan yang dilaksanakan dalam masa

persiapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenai

berakhirnya masa jabatan.

Secara normatif, peran DPRD dalam proses Pilkada

sebagaimana tertuang dalam Pasal 118, ayat 1 adalah melakukan

pengawasan pada semua tahap pelaksanaan pemilihan. Pada tahap

ini, DPRD akan menyampaikan surat pemberitahuan tentang

berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah.

Berdasarkan pemberitahuan DPRD, Kepala Daerah

menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah

kepada Pemerintah dan menyampaikan laporan keterangan

Page 100: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

100

pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD paling lambat 30

(tiga puluh) hari setelah pemberitahuan DPRD.

Dalam praktek, seiring dengan berakhirnya masa jabatan Kepala

daerah, maka untuk mencegah terjadinya kevakuman

penyelenggaraan pemerintahan daerah, Pemerintah pusat akan

menetapkan Penjabat Gubernur untuk Provinsi. Sedangkan Menteri

Dalam Negeri akan menetapkan Penjabat Bupati/Walikota untuk

Kabupaten/Kota yang.

Di dalam Pasal 131, ayat (4), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan,

dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah,

menjelaskan : “ Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah, Sekretaris Daerah melaksanakan tugas

sehari-hari Kepala Daerah sampai dengan Presiden mengangkat

Penjabat Kepala Daerah”. Penjabat Kepala daerah dimaksud diangkat

dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 132, ayat (1), sebagai berikut :

a. Mempunyai pengalaman di bidang pemerintahan, yang

dibuktikan dengan riwayat jabatan.

b. Menduduki jabatan struktural eselon 1 dengan pangkat golongan

sekurang-kurangnya IV/c bagi Penjabat Gubernur dan jabatan

Page 101: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

101

structural eselon II pangklat golongan sekurang-kurangnya IV/b

bagi Penjabat Bupati/Walikota.

c. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan selama 3 (tiga) tahun

terakhir sekurang-kurangnya mempunyai nilai baik.

Bagi Sekretaris Daerah yang diusulkan menjadi Penjabat

Kepala Daerah, untuk sementara waktu melepaskan jabatannya dan

ditunjuk pelaksana tugas. Dalam pelaksanaan tugasnya, Penjabat

Kepala Daerah bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri

Dalam Negeri bagi Penjabat Gubernur dan Menteri Dalam Negeri bagi

Penjabat Bupati/Walikota. Masa jabatan Penjabat Kepala Daerah

paling lama 1 (satu) tahun.

Tugas pokok yang diemban Penjabat tersebut, antara lain :

memfasilitasi pemilihan Kepala daerah/Wakil Kepala daerah yang

definitif dan memfasilitasi terselenggaranya fungsi-fungsi

pemerintahan dan pengembangan program serta rencana kerja

pembangunan daerah secara berkesinambungan.

b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya

masa jabatan Kepala Daerah.

Sebagaimana pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah,

maka DPRD juga akan menyampaikan surat pemberitahuan mengenaii

berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah kepada

KPUD.

Page 102: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

102

Berdasarkan Pasal 3, ayat (2), Peraturan Pemerintah Nomor

5 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dinyatakan

bahwa berdasarkan pemberitahuan DPRD kepada KPUD, maka KPUD

menetapkan :

1) Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata

cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala

Daerah ;

2) Pembentukan PPK, PPS dan KPPS, dan

3) Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau.

c. Perencanaan, Penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara

dan jadual tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah.

Dalam tahap penetapan tata cara dan jadual waktu tahapan

pelaksanaan pemilihan ditetapkan dengan Keputusan KPUD. Dalam

praktek, penyusunan aturan Pilkada oleh KPUD melibatkan beberapa

stakeholders, yaitu : Pemerintah Daerah, DPRD, Partai Politik, Panitia

Pengawas, dan lain-lain. Dalam tahap ini KPUD memegang peranan

penting, khususnya berkenaan dengan penyusunan aturan, antara lain

: program/kegiatan, jadual waktu dan pelaksanaan disetiap tahapan

penyelenggaraan pemilihan.

Sebagai penyelenggara Pilkada di daerah, maka pada tahap

ini KPUD akan membentuk divisi-divisi kerja yang bertugas

mempersiapkan dan menyusun berbagai aturan teknis pelaksanaan

Page 103: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

103

Pilkada berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

yaitu :

1) Divisi Kampanye dan sosialisasi Pemilihan Kepala Daerah ;

2) Divisi Pendaftaran Pemilih dan Pencalonan ;

3) Divisi Logistik, Informasi, Teknologi dan Keuangan ;

4) Divisi Hukum dan Hubungan Antara-lembaga.

Disamping itu, KPUD akan menyusun mekanisme

penyelenggaraan Pilkada dalam beberapa aturan teknis yang

dituangkan dalam keputusan Komisi Pemilihan Umum, antara lain :

1) Keputusan KPUD tentang Program dan jadual Waktu

Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah

2) Keputusan KPUD tentang Tata Cara menjadi Pemantau dan

Pencabutan Hak sebagai Pemantau ;

3) Keputusan KPUD tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pendaftaran Pemilih ;

4) Keputusan KPUD tentang Kemampuan Rohani dan Jasmani

Pasangan Calonn Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah ;

5) Keputusan KPUD tentang Organisasi dan Tata Kerja PPK,

PPS dan KPPS ;

6) Keputusan KPU tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan

Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah ;

Page 104: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

104

7) Keputusan KPU tentang Penetapan Kantor Akuntan Publik

untuk Mengaudit Laporan Dana Kampanye Pasangan Calon

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah ;

8) Keputusan KPUD tentang Kampanye Pemilihan Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah ;

9) Keputusan KPUD tentang Pencalonan Pasangan Kepala

daerah/Wakil Kepala Daerah ;

10)Keputusan KPUD tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS.

Dalam tahap ini, KPUD juga akan melaksanakan beberapa

kegiatan, antara lain :

1) rapat koordinasi teknis untuk menyiapkan Rencana

Anggaran Pelaksanaan Pilkada ,

2) mengadakan pertemuan dengan Ikatan Dokter Indonesia

Provinsi atau Kabupaten/Kota dan pihak Rumah Sakit

Umum untuk mengadakan penilaian terhadap kemampuan

rohani dan jasmani pasangan calon Kepala Daerah/Wakil

Kepala daerah.

3) Memfasilitasi proses Pilkada dalam hal pengadaan dan

pendistribusian Surat Suara berserta perlengkapan

pelaksanaan pemilihan, misalnya : tinta, kotak suara,

poster, leaflet.

Page 105: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

105

4) Menetapkan keputusan tata cara pelaksanaan

pengamanan terhadap pencetakan, penghitungan,

penyimpanan, pengepakan dan pendistribusian Surat Suara

ke tempat tujuan, dan jumlah Surat Suara yang akan

didistribusi.

5) Menetapkan keputusan tentang tata cara dan teknis

pendistribusian Surat Suara sampai ke KPPS dengan

memperhatikan kecepatan waktu dan keamanan

penyampaian Surat Suara.

6) Menetapkan jumlah, lokasi, bentuk, dan tata cara letak

TPS.

7) Mengadakan koordinasi dengan Kapolda Provinsi atau

Kapolres Kabupaten/Kota tentang pengamanan terhadap

Surat Suara selama proses pencetakan berlangsung,

penyimpanan dan pendistribusian ke tempat tujuan.

Penetapan aturan yang meliputi tata cara dan jadual waktu

tahapan pelaksanaan pemilihan yang ditetapkan dengan Keputusan

KPUD disampaikan kepada DPRD dan Kepala daerah selambat-

lambatnya 14 (empat belas) hari setelah pemberitahuan DPRD.

Sedangkan kebutuhan anggaran untuk kegiatan pemilihan Pilkada

disampaikan oleh KPUD kepada Pemerintah Daerah untuk diproses

sesuai dengan mekanisme dan prosedur pengelolaan keuangan

daerah.

Page 106: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

106

d. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS dan KPPS

Berdasarkan Pasal 10, ayat (3) Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Tugas dan

wewenang KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pemilu

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, antara lain meliputi :

1) Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU

Kabupaten/Kota, PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota dengan

memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU Provinsi ;

2) Membentuk PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilu Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi serta Pemilu

Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah Kabupaten/Kota

dalam wilayah kerjanya.

Sedangkan Panitia Pengawas Pemilu Provinsi (Panwaslu

Provinsi) dan Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota (Panwaslu

Kabupaten/Kota) dibentuk oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwaslu Kecamatan)

dibentuk oleh Panwaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi

penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan. Pengawas Pemilu

Lapangan dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan yang bertugas

mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa/kelurahan.

Tugas, wewenang, dan kewajiban PPK meliputi :

Page 107: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

107

1) Membantu KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota

dalam melakukan pemutakhiran data pemilih, daftar

pemilih sementara dan daftar pemilih tetap ;

2) Membantu KPU Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan

Pemilu ;

3) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu di

tingkat kecamatan yang telah ditetapkan oleh KPU Provinsi

dan KPU Kabupaten/Kota ;

4) Menerima dan menyampaikan daftar pemilih kepada KPU

Kabupaten/Kota ;

5) Mengumpulkan hasil penghitungan suara dari seluruh TPS

di wilayah kerjanya.

6) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara

sebagaimana dimaksud pada angka 5) dalam rapat yang

harus dihadiri oleh saksi peserta Pemilu ;

7) Mengumumkan hasil rekapitulasi sebaqgaimana dimaksud

angka 6).

8) Menyerahkan hasil rekapitulasi suara sebagaimana

dimaksud pada angka 5) kepada seluruh peserta Pemilu ;

9) Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat

sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya

kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kecamatan, dan

KPU Kabupaten/Kota ;

Page 108: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

108

10) Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang

disampaikan oleh Panwaslu Kecamatan ;

11) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan

penyelenggaraan Pemilu di wilayah kerjanya ;

12) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu

dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang PPK

kepada masyarakat ;

13) Melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban lain yang

diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota

sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

14) Melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban lain yang

diberikan oleh undang-undang.

Tugas, wewenang dan kewajiban PPS meliputi :

1) Membantu KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota dan

PPK dalam melakukan pemutakhiran data pemilih, daftar

pemilih sementara, daftar pemilih hasil perbaikan dan

daftar pemilih tetap ;

2) Membentuk KPPS ;

3) Mengangkat petugas pemutakhiran data pemilih ;

4) Mengumumkan daftar pemilih ;

5) Menerima masukan dari masyarakat tentang daftar

pemnilih sementara ;

Page 109: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

109

6) Melakukan perbaikan dan mengumumkan hasil perbaikan

daftar pemilih sementara ;

7) Menetapkan hasil perbaikan daftar pemilih sementara

sebagaimana dimaksud pada angka 6) untuk menjadi

daftar pemilih tetap ;

8) Mengumumkan daftar pemilih tetap sebagaimana

dimaksud pada angka 7) dan melaporkan kepada KPU

Kabupaten/Kota melalui PPK ;

9) Menyampaikan daftar pemilih tetap kepada PPK

10) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu di

tingkat desa/kelurahan yang telah ditetapkan oleh KPU,

KPU Provinsi, KPU Kabupaten/KJota, dan PPK ;

11) Mengumumkan hasil penghitungan suara dari seluruh TPS

di wilayah kerjanya ;

12) Menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah

penghjitungan suara dan setelah kotak suara disegel ;

13) Meneruskan kotak suara dari setiap TPS kepada PPK pada

hari yang sama setelah terkumpulnya kotak suara dari

setiap TPS dan tidak memiliki kewenangan membuka kotak

suara yang sudah disegel oleh KPPS ;

Page 110: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

110

14) Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang

disampaikan oleh Pengawas Pemilu Lapangan ;

15) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan

penyelenggaraan Pemilu di wilayah kerjanya ;

16) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau

yang berkaitan dengan tugas dan wewenang PPS kepada

masyarakat ;

17) Membantu PPK dalam menyelenggarakan Pemilu, kecuali

dalam hal penghitungan suara ;

18) Melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban lain yang

diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota,

dan PPK sesuai dengan peraturan perundang=undangan,

dan

19) Melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban lain yang

diberikan oleh undang-undang.

Tugas, wewenang, dan kewajiban KPPS meliputi :

1) Mengumpulkan dan menempelkan daftar pemilih tetap di

TPS ;

2) Menyerahkan daftar pemilih tetap kepada saksi peserta

Pemilu yang hadir dan Pengawas Pemilu Lapangan ;

Page 111: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

111

3) Melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara di TPS ;

4) Mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS ;

5) Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang

disampaikan oleh saksi, Pengawas Pemilu Lapangan, peserta

Pemilu, dan masyarakat pada hari pemungutan suara ;

6) Menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah

penghitungan suara dan setelah kotak suara disegel ;

7) Membuat berita acara pemungutan dan penghitungan suara

serta membuat sertifikasi penghitungan suara dan wajuib

menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Pengawas

Pemilu Lapangan, dan PPK melalui PPS ;

8) Menyerahkan hasil penghitungan suara kepada PPS dan

Pengawas pemilu Lapangan ;

9) Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara

dan sertifikat hasil penghitungan suara kepada PPK melalui

PPS pada hari yang sama.

Mengenai pemutakhiran data, dalam Pasal 70 Undang-

Undang Nomor 32, menjelaskan : Daftar Pemilih pada saat

pelaksanaan Pemilihan Umum terakhir di daerah, digunakan sebagai

daftar pemilih untuk pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah. Menurut Undang-Undang ini, Daftar Pemilih Sementara (DPS)

adalah Daftar Pemilih yang diambilk dari Daftar Pemilih Tetap Pemilu

terakhir, ditambah dengan Daftar Pemilih Tambahan (Pasal 72 ayat 2).

Page 112: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

112

Pada awalnya, beberapa KPUD yang menyelenggarakan

Pilkada berpendapat bahwa, ketentuan tersebut cukup

membingungkan karena terdapat kekaburan terhadap apa yang

disebut Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tambahan.

Pasal 74, ayat 1 menyebutkan DPS terdiri dari Daftar Pemilih, Daftar

Pemilih Tambahan ditambah Pemilih yang sudah pindah tempat

tinggal dan Pemilih yang dalam keadaan terpaksa menggunakan hak

pilihnya di TPS lain. Pasal 74, ayat 3, menyebutkan bahwa : Pemilih

yang belum terdaftar dalam DPS dapat mendaftarkan diri ke PPS dan

dicatat dalam Daftar Pemilih Tambahan. Selanjutnya, Pasal 74, ayat 4

menyebutkan, bahwa baik DPS maupun DPT sama-sama menyebut

Daftar Pemilih Tambahan sebagai bagiannya.

Selain terdapat kekaburan, jiuga ditemui kerumitan prosedur,

mekanisme, dan tata cara menetapkan Pemilih untuk kepentingan

Pilkada. Menurut Kaloh ( 2008 ), pengalaman KPUD Kabupaten/Kota

se Sulawesi Utara, DP4 ( Daftar Penduduk Potensi Pemilih Pilkada )

sebagai produk daftar pemilih yang sudah dimutakhirkan dan

divalidasi oleh Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan setempat,

memiliki kelemahan mendasar dari segi tingkat akurasi, transparansi

dan akuntabilitas data. Walaupun kegiatannya bernama pemutakhiran

dan validasi Daftar Pemilih, tetapi data yang diterima KPUD

Kabupaten/Kota lebih mirip hasil P4B yang dilakukan BPS untuk

Pemilu 5 April 2004.

Page 113: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

113

Permasalahan di atas terjadim karena sumber daya dan

infrastruktur Kantor Catatan Sipil yang masih belum memadai untuk

melakukan pemutakhiran dan validasi data yang berasal dari P4B dan

dikonversikan dalam Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

(SIAK).

Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan Pilkada di Provinsi

Sulawesi Utara pada tahun 2005, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara

sebagai fasilitator telah terlebih dahulu melakukan pemutakhiran data

DP4B (Daftar Penduduk Potensi Pemilih Pilkada Berkelanjutan)

Kabupaten/Kota se Provinsi Sulawesi Utara. Kebijakan tersebut

dilakukan sebagai tindak lanjut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri

Nomor : 470/3300/SJ, tanggal 29 Desember 2004, perihal Petunjuk

Pemutakhiran Data Penduduk untuk bahan daftar mpemilihan Pilkada.

Disamping itu, Pemerintah Provinsi telah melakukan konsultasi dan

koordinasi dengan Dirjen Administrasi Kependudukan Kementerian

Dalam Negeri tentang Pemutakhiran Data DP4B dimaksud dan

melaksanakan Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Daertah

mKabupaten/Kota se Provinsi Sulawesi Utara dalam rangka

pemutakhiran data DP4B, dan dilanjutkan dengan kegiatan fasilitasi

dan pemantauan kegiatan pemutakhiran sebagai tindak mlanjut hasil

rapat koordinasi/konsultasi.

Page 114: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

114

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor : 6 Tahun 2005, tanggal 11 Februari 2005, bentuk-bentuk

formulir Pendaftaran Pemilih Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah, antara lain : Model A 1 – KWK, Model A 2 – KWK,

Model A 3 – KWK, Model A.3.1 – KWK, Model A.3.1 – KWK, Model

A.3.2 – KWK, Model A.3.3 – KWK, Model A 4 – KWK, Model A 5 – KWK,

Model A 6 – KWK, Model A 7 – KWK.

e. Pembentukan dan Pendaftaran Pemantau

Pemantau pemilihan adalah pelaksana pemantauan pemilihan

yang telah terdaftar dan memperoleh akreditasi dari KPUD.

Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan

pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Bagian

Kedua Pemantau Pemilihan, Pasal 115, disebutkan :

(1) Pemantauan pemilihan dapat dilakukan oleh pemantau

pemilihan yang meliputi lembaga swadaya masyarakat, dan

badan hukum dalam negeri.

(2) Pemantau pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

harus memenuhi persyaratan yang meliputi :

a. Bersifat independen, dan

b. Mempunyai sumber dana yang jelas.

Page 115: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

115

(3) Pemantau Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2), harus mendaftarkan dan memperoleh akreditasi dari

KPUD.

Untuk menjadi pemantau pemilihan, lembaga sosial

masyarakat dan badan hukum dalam negeri mendaftarkan kepada

KPUD dengan mengisi formulir pendaftaran dengan menyertakan

proposal yang berisi :

a. Jumlah anggota pemantau ;

b. Alokasi anggota pemantau masing-masing di

kabupaten/kota/kecamatan ;

c. Nama, alamat dan pekerjaan pengurus pemantau yang dilampiri

2 (dua) buah photo terbaru ukuran 3 x 4 berwarna, dan

d. Sumber dana.

Pemantau pemilihan mempunyai hak :

a. Mendapatkan akses di wilayah pemilihan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan ;

b. Mendapatkan perlindungan hukum dan keamanan ;

c. Mengamati dan mengumpulkan informasi jalannya proses

pelaksanaan pemilihan dari tahap awal samp[ai tahap akhir.

d. Berada di lingkungan TPS pada hari pemungutan suara dan

memantau jalannya proses pemungutan dan penghitungan

suara sesuai dengan ketentuan ;

e. Mendapat akses informasi dari KPUD ;

Page 116: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

116

f. Menggunakan perlengkapan untuk mendokumentasikan

kegiatan pemantauan sepanjang berkaitan dengan pelaksanaan

pemilihan.

g. Melaporkan setiap pelanggaran pemilihan kepada panitia

pengawas pemilihan.

Pemantau pemilihan mempunyai kewajiban :

a. Mematuhi kode etik pemantau pemilihan ;

b. Mematuhi permintaan untuk meninggalkan atau tidak

memasuki daerah atau tempat tertentu atau untuk

meninggalkan tempat pemungutan suara atau termpat

penghitungan suara dengan alas an keamanan ;

c. Menanggung sendiri semua biaya selama kegiatan pemantauan

berlangsung ;

d. Membantu pemilih dalam merumuskan pengaduan yang akan

disampaikan jepada pengawas pemilihan.

e. Menyampaikan hasil pemantauan mengenai pemungutan dan

penghitungan suara kepada KPUD Provinsi dan/atau KPUD

kabupaten/kota, dan kepada masyarakat sebelum

pengumuman hasil pemungutan suara.

f. Menghormati peranan, kedudukan, dan

wewenangpenyelenggara pem ilihan serta menunjuk sikap

hormat dan sopan kepada penyelenggara pemilihan dan kepada

pemilih ;

Page 117: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

117

g. Melaksanakan peranannya sebagai pemantau secara tidak

berfihak dan dapat diverifikasi.

h. Memastikan bahwa informasi yang dikumpulkan dan

laporannya disusun secara sistematis, akurat dan dapat

diferifikasi.

i. Melaporkan seluruh hasil pemungutan kepada KPUD.

Di dalam melaksanakan tugasnya, setiap anggota lembaga

pemantau pemilihan wajib memakai kartu tanda pengenal pemantau

pemilihan. Kartu tanda pemantau pemilihan diberikan oleh KPUD

Provinsi atau KPUD Kabupaten/Kota.

B.2. Praktek/Latihan

a. Jelaskan tahap-tahap persiapan Pilkada

b. Jelaskan peran DPRD pada masa persiapan pelaksanaan

c. Bagaimanakah bila masa persiapan pelaksanaan Pilkada

terjadi kekosongan jabatan kepala daerah dan wakil kepala

daerah ? Jelaskan pendapat Praja

d. Jelaskan peran dan kegiatan yang dilakukan KPUD pada masa

tahap persiapan Pilkada

e. Jelaskan tugas dan wewenang PPK, PPS dan KPPS

f. Jelaskan syarat-syarat untuk menjadi pemantau pemilihan

dan hak-hak pemantau pemilihan

Page 118: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

118

C. Form Isian

1. Daftar Pemilih Sementara Pemilihan Kepala daerah dan Wakil

Kepala daerah (Model A 1 – KWK).

2. Daftar pemilih Tambahan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah (Model A 2 – KWK).

3. Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala

Daerah (Model A 3 – KWK).

4. Perbaikan Daftar Pemilih Sementara (Model A 3.1 – KWK).

5. Daftar Pemilih Baru (Model A3.2 – KWK).

6. Tanda Bukti Sudah Didaftar Sebagai Pemilih Baru (Model A.3.3 –

KWK).

7. Salinan Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala daerah (Model A 4 – KWK).

8. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pemilihan Kepala Daerah

dan Wakil Kepala daerah oleh Panitia Pemilihan Kecamatan

(Model A 5 – KWK).

9. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pemilihan Kepala daerah

dan Wakil Kepala Daerah oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah

Kabupaten/Kota (Model A 6 – KWK).

Page 119: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

119

10. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pemilihan Kepala Daerah

dan Wakil Kepala daerah oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah

Provinsi (Model A 7 – KWK).

Page 120: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

120

BAB VII

TAHAP PELAKSANAAN PILKADA

Deskripsi Singkat Topik :

Pokok Bahasan : TAHAP PELAKSANAAN PILKADA

W a k t u : 2 ( dua ) kali tatap muka pelatihan ( selama 180 menit )

T u j u a n : Setelah mempelajari modul ini, Praja diharapkan

mampu menjelaskan Tahap Pelaksanaan Pilkada

M e t o d e : Praktek ( mempraktekkan, diskusi dan tugas

Terstruktur )

Page 121: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

121

A. Pendahuluan

Tahap : penetapan daftar pemilih ; pendaftaran dan

penetapan calon kepala daerah ; kampanye ; pemungutan suara ;

penghitungan suara ; dan penetapan pasangan calon kepala

daerah/wakil kepala daerah terpilih, pengesahan dan pelantikan. Pada

tahap ini, para stakeholders yang berperan adalah KPUD, Pemerintah,

Pemerinytah Daerah dan Panitia Pengawas. Setiap calon yang diajukan

oleh Partai Politik dan calon perseorangan, perlu diteliti oleh KPUD.

Pada proses ini, terbuka kesempatan bagi masyarakat untuk

memberikan tanggapan dan berbagai masukan yang harus

ditindaklanjuti oleh KPUD terhadap hasil penelitian calon. Parpol dan

calon perseorangan hanya memiliki kewenangan sampai pada tahap

pencalonan saja. Sedangkan pemilihannya berada langsung di tangan

rakyat.

Sistem pencalonan dalam Pemilihan Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah telah mendorong terjadinya kompetisi karena harus

terdapat sekurang-kurangnya 2 (dua) pasangan calon, sebagaimana

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005

tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

B. Tahap Pelaksanaan Pilkada

Page 122: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

122

B.1. Materi

a. Penetapan Daftar Pemilih

Untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan,

Warga Negara Republik Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih.

Sebagai pemilih harus memenuhi syarat :

1) Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya ;

2) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dan

3) Berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6 (enam)

bulan sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang

dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk.

Pemilih yang telah terdaftar sebagai pemilih akan diberikan

tanda bukti pendaftaran (Model A.3.3 – KWK).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, KPUD

menerima daftar calon pemilih dari PPS sebagai bahan untuk

pembuatan Kartu Pemilih dan diteruskan kepada perangkat daerah

yang mengurusi tugas bidang kependudukan dan catatan sipil

setempat sebagai bahan pemutakhran data penduduk. KPUD

menerima rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar dari PPK per

desa/kelurahan dalam wilayah kerja PPK.

Dalam hal pemilihan Bupati/Walikota, KPUD

Kabupaten/Kota menetapkan rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar

dan jumlah TPS dalam wilayah kabupaten/kjota. Sedangkan dalam hal

Page 123: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

123

pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, KPUD Provinsi menetapkan

rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar dan jumlah TPS dalam wilayah

Provinsi. Rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar digunakan sebagai

bahan penyusunan kebutuhan surat suara dan alat perlengkapan

pemilihan serta pendistribusiannya. KPUD melakukan pengisian Kartu

Pemilih untuk setiap pemilih yang namanya tercantum dalam daftar

pemilih tetap setelah daftar pemilih tetap diumumkan.

Dalam hal pendaftaran pemilih, setelah dibentuk Panitia

Pemilihan Kecamatan ( PPK ) dan Panitia Pemungutan Suara ( PPS ),

pendaftaran pemilih dilakukan oleh PPS dengan berpedoman pada

ketentuan yang berlaku.

Pendaftaran pemilih melibatkan aparat di tingkat desa/kelurahan

melalui tahapan uji publik guna memberikan akses yang luas kepada

masyarakat untuk mendaftarkan diri secara proaktif jika ada warga

yang belum terdaftar. Hasil akhirnya berupa Daftar Pemilih Tetap (

DPT ) yang salinannya disampaikan oleh PPS kepada PPK. Oleh PPK

dibuat rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap ( DPT ) tingkat Kecamatan dan

hasilnya dikirim ke KPUD Kabupaten/kota.

Untuk pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, masing-masing KPUD

Kabupaten/Kota mengirim rekapitulasi DPT dari daerahnya kepada

KPUD Provinsi. Selanjutnya, dibuat rekapitulasi DPT yang akan

digunakan untuk keperluan logistik Pilkada, yaitu pencetakan kartu

Page 124: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

124

pemilih, formulir, surat suara, tinta, dan alat tulis menulis yang

dibutuhkan dalam proses pemungutan dan perhitungan suara.

Selanjutnya, berangkat dari data tersebut, KPUD yang

dibantu oleh pemerintah daerah kemudian melakukan pengisian Kartu

Pemilih untuk selanjutnya disampaikan kepada para pemilih yang

telah terdaftar. Proses pencetakan/penggadaan Kartu Pemilih

ditempuh melalui beberapa proses, yaitu desain kartu pemilih, desain

plat cetakan, pengumpulan DP-4 dari kabupaten/kota, mencetak DP-4

yang digunakan sebagai data pemilih sementara dan dikirim ke PPS

untuk pemutakhiran data ; konversi data DP-4 dan personalisasi.

Pelaksanaan proses pencetakan dilakukan secara simultan antara

editing, klasifikasi data, entri data tambahan, pencetakan dan sortir

setelah pencetakan.

a. Pendaftaran dan Penetapan Calon Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah

1) Pendaftaran Pasangan Calon

Berdasarkan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008, peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah

adalah :

a) Pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau

gabungan Partai politik.

Page 125: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

125

b) Pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah

orang.

Partai politik atau gabungan partai politik dapat

mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan

perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah

kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan

suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang

bersangkutan

Pasangan calon perseorangan dapat mendaftarkan diri

sebagai pasangan calon gubernur/wakil gubernur apabila memenuhi

syarat dukungan dengan ketentuan :

a) Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan

2.000.000 (duajuta) jiwa harus didukung sekurang-

kurangnya 6,5% (enam koma lima persen) ;

b) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000

(dua juta) sampai dengan 6.000.000 (enam juta) jiwa harus

didukung sekurang-kurangnya 5% (lima mpersen) ;

c) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000

(enam juta) sampai dengan 12.000.000 (dua belas juta)

jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4% (empat

persen) ; dan

Page 126: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

126

d) Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000

(dua belas juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya

3% (tiga persen).

Selanjutnya, pasangan calon perseorangan dapat

mendaftarkan diri sebagai pasangan calon bupati/wakil bupati atau

walikota/wakil walikota apabila memenuhi syarat dukungan dengan

ketentuan :

a) Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sampai dengan

250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa harus didukung

sekurang-kurangnya 6,5% (enam koma lima persen) ;

b) Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 250.000

(dua ratus lima puluh ribu) sampoai dengan 500.000 (lima

ratus ribu) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 5% (lima

persen) ;

c) Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000

(lima ratus ribu) jiwa sampai dengan 1.000,000 (satu juta)

jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4% (emnpat

persen) ; dan

d) Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari

1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung sekurang-

kurangnya 3% (tiga persen).

Jumlah dukungan bagi calon perseorangan yang akan

mendaftarkan diri sebagai pasangan calon gubernur/wakil gubernur

Page 127: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

127

tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kabupaten/kota

di provinsi dimaksud. Sedangkan pasangan calon perseorangan yang

akan mendaftarkan diri sebagai pasangan calon bupati/wakil bupati

atau walikota/wakil walikota harus mendapat dukungan tersebar di

lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan di

kabupaten/kota dimaksud.

Dukungan dimaksud dibuat dalam bentuk surat dukungan yang

disertai dengan fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau surat

keterangan tanda penduduk sesuai dengan peraturan perundang-un

dangan.

Pada saat melakukan pendaftaran, calon yang berasal dari

partai politik atau gabungan partai politik dan calon perseorangan

wajib menyerahkan formulir pendaftaran ke KPU Provinsi bagi calon

Gubernur/Wakil Gubernur dan KPU Kabupaten/Kota bagi calon

Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota.

a) Partai politik atau gabungan partai politik pada saat

mendaftarkan calon partai politik wajib menyerahkan :

(1) Surat pencalonan yang ditandatangani oleh pimpinan partai

politik atau pimpinan partai politik yang bergabung (jenis

form Model B-PKWK) ;

Page 128: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

128

(2) Kesepakatan tertulis antarpartai politik yaqng bergabung

untuk mencalonkan pasangan calon (jenis form Model B 1A-

PKWK) ;

(3) Surat pernyataan tidak akan menarik pencalonan atas

pasangan yang dicalonkan yang ditandatangani oleh

pimpinan partai politik atau para pimpinan partai politik yang

bergabung (jenis form Model B 2A-PKWK) ;

(4) Surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai calon

kepala daerah dan wakil kepala daerah secara berpasangan

(jenis form Model B 2B-PKWK-KPU) ;

(5) Surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai

pasangan calon (jenis form Model B 3-PKWK-KPU) ;

(6) Surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari

jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau wakil

kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

(jenis form Model B 4-PKWK-KPU) ;

(7) Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi

calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota Tentara

Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia (jenis form Model B 6 A-PKWK) ;

(8) Surat pernyataan tidak aktif dari jabatan bagi pimpinan DPRD

tempat yang bersangkutan menjadi calon di daerah yang

menjadi wilayah kerjanya (jenis form Model B 5-PKWK-KPU) ;

Page 129: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

129

(9) Surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR,

DPD, dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai calon kepala

daerah dan wakil kepala daerah ;

(10)Visi, misi dan program dari pasangan calon tertulis.

b) Calon perseorangan pada saat mendaftar wajib menyerahkan

(1) Surat pencalonan yang ditandatangani oleh pasangan calon

perseorangan (jenis form Model B-PKWK-KPU) ;

(2) Berkas dukungan dalam bentuk pernyataan dukungan yang

dilampiri dengan fotocopy Kartu Tanda Penduduk atau surat

keterangan tanda penduduk (jenis form Model B 1B-PKWK-

KPU) ;

(3) Surat pernyataan kesediaan sebagai calon kepala daerah

dan wakil kepala daerah secara berpasangan (jenis form

Model B 2B-PKWK-KPU) ;

(4) Surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai

pasangan calon (jenis form Model B 3-PKWK-KPU) ;

(5) Surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari

jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau wakil

Page 130: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

130

kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan (jenis form Model B 4-PKWK-KPU) ;

(6) Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi

calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, Tentera Nasional

Republik Indonesia, dan anggota Kepolisian Republik Indonesia

(jenis form Model B 6A-PKWK) ;

(7) Surat pernyataan non aktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD

tempat yang bersangkutan menjadi calon kepala daerah dan

wakil kepala daerah di daerah wilayah kerjanya (jenis form

Model B 5-PKWK-KPU) ;

(8) Surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD,

dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah

dan wakil kepala daerah ;

(9) Visi, misi dan program dari pasangan calon secara tertulis.

Disamping persyaratan tersebut di atas, kelengkapan

persyaratan yang harus diserahkan oleh calon kepala daerah dan

wakil kepala daerah yang berasal dari partai politik atau gabungan

partai politik dan calon perseorangan sebagaimana dimasuk dalam

Pasal 58 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008, sebagai berikut :

(1) Surat pernyataan mengenal daerahnya dan dikenal oleh

masyarakat di daerahnya (jenis form Model B 6-PKWK-KPU) ;

Page 131: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

131

(2) Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara

lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung,

suami atau isteri (jenis form Model BB 1-PKWK-KPU) ;

Daftar riwayat hidup dari partai politik atau gabungan partai

politik dibuat dan ditandatangani oleh calon dan diketahui

pimpinan partai.

Daftar riwayat hidup dari calon perseorangan dibuat dan

ditandatangani oleh calon ;

(3) Belum pernah menjabat sebagai Kepala Daerah atau Wakil

Kepala daerah selama 2 (dua) kali mmasa jabatan dalam jabatan

yang sama, yang dibuktikan dengan melampirkan keputusan

pelantikan dalam jabatan Kepala Daerah atau Wakil Kepala

Daerah (jenis form Model BB 2-PKWK-KPU) ;

(4) Surat pernyataan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (jenis

form Model BB 3-PKWK-KPU) ;

(5) Surat pernyataan setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara,

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,

Cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan kepada

Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah (jenis

form Model BB 4-PKWK-KPU) ;

(6) Surat keterangan hasil pemeriksaan kemampuansecara rohani

dan jasmani dari Tim Pemeriksa Kesehatan yang ditetapkan oleh

Page 132: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

132

KPUD sebagai bukti pemenuhan syarat calon (jenis form Model

BB 5-PKWK-KPU) ;

(7) Surat keterangan tidak sedang memiliki tanggungan utang

secara perorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi

tanggungjawabnya yaqng merugikan keuangan Negara (jenis

form Model BB 6-PKWK-KPU) ;

(8) Surat keterangan tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap (jenis form Model BB 7-PKWK-KPU) ;

(9) Surat keterangan tidak pernah dipidana penjara berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan

pidana penjara 5 (lima) tahun penjara (jenis form Model BB 8-

PKWK) ;

10)Surat keterangan tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap (jenis form Model BB 8-PKWK-KPU) ;

11)Surat keterangan tempat tinggal dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia dari Lurah/Kepala Desa atau

sebutan lain yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal

calon dan foto copy KTP yang berusia sekurang-kurangnya 25

(dua puluh lima) tahun ;

Page 133: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

133

12)Foto copy ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang telah

dilegalisir oleh instansi yang berwenang ;

13)Surat tanda terima laporan daftar kekayaan calon dari instansi

yang berwenang memeriksa Laporan Kekayaan Penyelenggara

Negara ;

14)Foto copy Kartu Nomor Wajib Pajal (NPWP) atas nama calon,

tanda terima penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi atas nama calon untuk

masa 5 (lima) tahun terakhir atau sejak calon menjadi wajib

pajak, dan tanda bukti tidak mempunyai tunggakan pajak dari

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat calon yang bersangkutan

terdaftar ;

15)Surat pernyataan tidak dalam status sebagai pejabat kepala

daerah ;

16)Pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 cm, berwarna dan hitamn putih

masing-masing 4 (empat) lembar sesuai dengan cirri khas yang

bersangkutan ;

17)Daftar nama Tim Kampanye (jenis form Model AB-PKWK) ;

18)Rekening khusus dana kampanye.

Page 134: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

134

Masa pendaftaran calon sebagaimana dimaksud di atas paling

lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak pengumuman pasangan calon.

Sebagai contoh, dapat dilihat model pembukaan pendaftaran Bakal

Pasangan Calon Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota

Surabaya Tahun 2010 sebgaimana terlampir.

Setelah pasangan calon menyerahkan surat pencalonan

beserta lampirannya, KPUD akan melakukan verifikasi dan rekapitulasi

dukungan calon perseorangan sebagamana diatur dalam Pasal 59A,

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, sebagai berikut :

(1) Verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan untuk

pemilihan gubernur/wakil gubernur dilakukan oleh KPU provinsi

yang dibantu oleh KPU kabupaten/kota, PPK, dan PPS.

(2) Verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan untuk

pemilihan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota

dilakukan oleh KPU kabupaten/kota yang dibantu oleh PPK dan

PPS.

(3) Bakal pasangan calon perseorangan untuk pemilihan

bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota menyerahkan

daftar dukungan kepada PPS untuk dilakukan verifikasi paling

lambat 21 (dua puluh satu) hari sebelum waktu pendaftaran

pasangan calon dimulai.

Page 135: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

135

(4) Bakal pasangan calon perseorangan untuk pemilihan

gubernur/wakil gubernur menyerahkan daftar dukungan kepada

PPS untuk dilakukan verifikasi paling lambat 28 (dua puluh

delapan) hari sebelum waktu pendaftaran pasangan calon

dimulai.

(5) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)

dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari sejak dokumen

dukungan bakal pasangan calon perseorangan diserahkan.

Hasil verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon

perseorangan sebagaimana dimaksud di atas dituangkan dalam berita

acara yang selanjutnya diteruskan kepada KPU provinsi dan salinan

hasil verifikasi dan rekapitulasi disampaikan kepada bakal pasangan

calon untuk dipergunakan sebagai bukti pemenuhan persyaratan

jumlah dukungan untuk pencalonan pemilihan gubernur/wakil

gubernur. Sedangkan untuk pencalonan pemilihan bupati/wakil bupati

dan walikota/wakil walikota, hasil verifikasi dan rekapitulasi dukungan

calon perseorangan, salinan berita acara dimaksud disampaikan

kepada bakal calon perseorangan bupati/wakil bupati dan

walikota/wakil walikota.

Selanjutnya pasangan calon partai politik atau gabungan

partai politik dan calon perseorangan akan diteliti persyaratan

administrasinya dengan melakukan klarifikasi kepada instansi

pemerintah yang berwenang dan menerima masukan dari masyarakat

Page 136: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

136

terhadap persyaratan calon. Hasil penelitian diberitahukan secara

tertulis kepada calon partai politik dengan tembusan pimpinan partai

politik, gabungan partai politik yang mengusulkan, atau calopn

perseorangan paling lama 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak

tanggal penutupan pendaftaran.

Apabila pasangan calon belum memenuhi syarat atau

ditolak, Pasal 60, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, antara lain

mengatur sebagai berikut :

(1) Pasangan calon partai politik atau gabungan partai politik

belum memenuhi syarat atau ditolak karena tidak memenuhi

syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dan/atau Pasal

59 ayat (5), partai politik atau gabungan partai politik yang

mengajukan calon diberi kesempatan untuk melengkapi

dan/atau memperbaiki surat pencalonan beserta persyaratan

pasangan calon atau mengajukan calon baru paling lama 7

(tujuh) hari sejak saat pemberitahuan hasil penelitian

persyaratan oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota

(Pasal 60, ayat 3).

(2) Apabila belum memenuhi syarat, calon perseorangan diberi

kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat

pencalonan beserta persyaratan pasangan calon paling lama

7 (tujuh) hari sejak saat pemberitahuan hasil penelitian

Page 137: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

137

persyaratan oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota

(Pasal 60, ayat 3a).

(3) Apabila belum memenuhi syarat, calon perseorangan diberi

kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat

pencalonan beserta persyaratan pasangan calon paling lama

14 (empat belas) hari sejak saat pemberitahuan hasil

penelitian persyaratan oleh KPU provinsi dan/atau KPU

kabupaten/kota (Pasal 60, ayat 3b).

(4) Apabila calon perseorangan ditolak oleh KPU provinsi

dan/atau KPU kabupaten/kota karena tidak memenuhi

persyaratan, pasangan calon tidak dapat mencalonkan

kembali(Pasal 60, ayat 3c).

(5) KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota melakukan

penelitian ulang tentang kelengkapan dan/atau perbaikan

persyaratan calon, sekaligus memberitahukan hasil

penelitian tersebut paling lama 14 (empat belas) hari kepada

pimpinan partai politik yang mengusulkannya atau calon

perseorangan(Pasal 60, ayat 4).

(6) Apabila hasil penelitian berkas calon tidak memenuhi syarat

dan ditolak oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota,

partai politik, gabungan partai politik, atau calon

perseorangan tidak dapat lagi mengajukan calon (pasal 60,

ayat 5).

Page 138: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

138

2)Penetapan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

Berdasarkan hasil penelitian, KPUD menetapkan nama-nama

pasangan calon yang memenuhi syarat sebagai peserta pemilihan

sekurang-kurangnya 2 (dua) pasangan calon yang dituangkan dalam

berita acara penetapan pasangan calon. Bila tidak terpenuhi 2 (dua)

pasang calon, KPUD mengembalikan kepada partai politik atau

gabungan partai politik yang mencalonkan dan partai politik atau

gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan mengajukan

kembali pasangan calon hingga terpenuhi sekurang-kurangnya 2 (dua)

calon.

Setelah KPUD menetapkan nama-nama pasangan calon,

KPUD mengumumkan secara luas melalui media massa dan/atau

papan pengumuman tentang nama pasangan calon yang telah

ditetapkan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya jangka

waktu penelitian. Pasangan calon yang telah ditetapkan dan

diumumkan akan dilakukan undian secara terbuka untuk menetapkan

nomor urut Pasangan Calon. Nomor urut dan nama-nama pasangan

calon yang telah ditetapkan dalam rapat pleno terbuka KPU provinsi

atau KPU Kabupaten/Kota, disusun dalam daftar calon pasangan calon

Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah yang ditetapkan oleh KPU

provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dan dituangkan dalam berita acara

penetapan Pasangan Calon. Penetapan dan pengumuman pasangan

calon bersifat final dan mengikat.

Page 139: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

139

3. Kampanye

Kampanye dilaksanakan sebagai bagian dari

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Tahap kampanye merupakan tahap yang diberikan kepada semua

pasangan calon untuk menjual dan meyakinkan pemilih agar terpikat

pada pasangan calon yang bersangkutan. Dalam tahap ini,

stakeholders yang berperan adalah KPUD, partai politik, masyarakat,

panitia pengawas, pemerintah daerah.

Penyelenggaraan kampanye dilakukan di seluruh wilayah provinsi

untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan seluruh kabupaten

Untuk pemilihan Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota.

Kampanye dilakukan selama 14 (empat belas) hari dan berakhir 3

(tiga) hari sebelum hari pemungutan suara. Waktu 3 (tiga) hari

sebelum hari dan tanggal pemungutan suara merupakan masa tenang.

Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan daerah, Pasal 75, antara lain menjelaskan :

(1) Kampanye diselenggarakan oleh Tim Kampanye yang dibentuk

oleh pasangan calon bersama-sama partai politik atau gabungan

partai politik yang menguisulkan atau pasangan calon

perseorangan.

Page 140: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

140

(2) Tim Kampanye didaftarkan ke KPU provinsi dan/atau KPU

kabupaten/kota bersamaan dengan pendaftaran calon.

(3) Kampanye dilaksanakan secara bersama-sama atau secara

terpisah oleh pasangan calon dan/atau oleh tim kampanye.

(4) Penanggungjawab kampanye adalah pasangan calon, yang

pelaksanaannya dipertanggungjawabkan oleh tim kampanye.

(5) Tim kampanye dapat dibentuk secara berjenjang di provinsi,

kabupaten/kota bagi pasangan calon gubernur dan wakil

gubernur dan kabupaten/kota dan kecamatan bagi pasangan

calon bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota.

(6) Dalam kampanye, rakyat mempunyai kebebasan untuk

menghadiri kampanye.

(7) Jadwal pelaksanaan kampanye ditetapkan oleh KPU provinsi

dan/atau KPU kabupaten/kota dengan memperhatikan usul dari

pasangan calon.

Pada saat kampanye mulai dilaksanakan, hari pertama

kampanye dilakukan dalam Rapat Paripurna DPRD dengan acara

penyampaian visi, misi, dan program dari pasangan calon secara

berurutan dengan waktu yang sama tanpa dilakukan dialog.

Di dalam Pasal 56, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005

tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah, mengatur tentang bentuk

kampanye, yaitu :

Page 141: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

141

Kampanye dapat dilaksanakan melalui :

(1) Pertemuan terbatas ;

(2) Tatap muka dan dialog ;

(3) Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik ;

(4) Penyiaran melalui radio dan/atau televise ;

(5) Penyebaran bahan kampanye kepada umum ;

(6) Pemasangan alat peraga di tempat umum ;

(7) Rapat umum ;

(8) Debat publik/debat terbuka antar calon ; dan atau

(9) Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-

undangan.

Pasal 60, mengatur tentang larangan kampanye bagi

pasangan calon atau tim kampanye, yaitu :

(1) mempersoalkan dasar Negara Pancasila dan Pembukaan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 ;

(2) menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dan/atau Partai Politik ;

(3) menghasut atau mengadu domba Partai Politik,

perseorangan, dan/atau kelompok masyarakat ;

(4) menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau

menganjurkan penggunaan kekerasan kepada perseorangan,

kelompok masyarakat dan/atau Partai Politik ;

(5) mengganggu keamanan, ketentraman dan ketertiban umum;

Page 142: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

142

(6) mengancam dan menganjurkan penggunaan kekerasan untuk

mengambil alih kekuasaan dari pemerintah yang sahy ;

(7) merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye

pasangan calon lain ;

(8) menggunakan fasilitas dan anggaran Pemerintah dan

Pemerintah Daerah ;

(9) menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan ; dan

(10) melakukan pawai atau arak-arakan yang dilakukan dengan

berjalan kaki dan/atau dengan kenderaan di jalan raya.

4. Pemungutan Suara

Pemungutan suara merupakan inti pelaksanaan Pilkada.

Persiapan berbulan-nulan, tenaga, pikiran, waktu, dan biaya

dicurahkan untuk kelancaran dan kesuksesan pemungutan suara.

Menurut kriteria demokrasi, proses pemungutan suara harus langsung,

umum, bebas dan rahasia. Integritas pelaksanaan pemungutan suara

sangat penting dan mendasar karena merupakan “ jantung “

pelaksanaan Pilkada. Proses pelaksanaan pemungutan suara

merupakan ujian atas pelaksanaan azas langsung, umum, bebas dan

rahasia, serta jujur dan adil, sebagai syarat mutlak Pemilihan Umum.

Pemungutan suara pemilihan diselenggarakan paling lambat

30 (tiga puluh) hari sebelum masa jabatan Kepala daerah berakhir,

dengan cara memberikan suara melalui surat suara yang berisi nomor,

Page 143: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

143

foto, dan nama pasangan calon. Pemberian suara dilakukan dengan

mencoblos salah satu pasangan calon dalam surat suara.

Untuk keperluan pemungutan suara dalam pemilihan

disediakan kotak suara sebagai tempat surat suara yang digunakan

oleh pemilih. Sebelum melaksanakan pemungutan suara KPPS

melakukan :

(1) Pembukaan kotak suara ;

(2) Mengeluarkan seluruh isi kotak suara ;

(3) Pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan ; serta

(4) Penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.

Kegiatan KKPS tersebut di atas dapat dihadiri oleh saksi dari pasangan

calon, panitia pengawas, pemantau, dan warga masyarakat. Di cara

samping itu, kegiatan KPPS tersebut dituangkan dalam berita acara

yang ditandatangani oleh Ketua KPPS, dan sekurang-kurangnya 2 (dua)

anggota KPPS dan dapat ditandatangani oleh saksi dari pasangan

calon.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, pasal 80,

mengatur tentang tata cara pemungutan suara, sebagai berikut :

(1) KPPS memberikan penjelasan tentang tata cara pemungutan

suara.

(2) Pemilih diberi kesempatan oleh KPPS berdasarkan prinsip

urutan kehadiran pemilih.

Page 144: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

144

(3) Apabila menerima surat suara yang ternyata rusak , pemilih

dapar meminta surat suara pengganti kepada KPPS, kemudian

KPPS memberikan surat suara pengganti hanya satu kali.

(4) Apabila terdapat kekeliruan dalam cara memberikan suara,

pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada KPPS,

kemudian KJPPS memberikan surat suara pengganti hanya satu

kali.

Selanjutnya dalam Pasal 81, menjelaskan :

(1) Pemilih yang telah memberikan suara di TPS diberi tanda khusus

oleh KPPS.

(2) Tanda khusus berupa tinta pada salah satu jari tangan.

Suara untuk pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

dinyatakan sah apabila (Pasal 82) :

(1) Surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS

(2)Tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat

yang memuat satu pasangan calon, atau

(3)Tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang

memuat nomor, foto dan nama pasangan calon yang telah

ditentukan, atau

Page 145: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

145

(3)Tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu

kotak segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama

pasangan calon, atau

(4)Tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat

yang memuat nomor, foto, dan nama pasangan calon

5. Penghitungan Suara

Penghitungan suara dilakukan oleh KPPS setelah

pemungutan suara berakhir. Pelaksanaannya dimulai pada pukul13.00

waktu setempat sampai dengan selesai. Sebelum penghitungan suara

dimulai, KPPS menghitung :

(1) Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan

daftar pemilih tetap untuk TPS ;

(2) Jumlah pemilih dari TPS lain ;

(3) Jumlah surat suara yang tidak terpakai ; dan

(4) Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak

atau keliru dicoblos.

(5) Penghitungan suara dilakukan dengan cara memungkinkan saksi

pasangan calon, panitia pengawas, pemantau, dan warga

masyarakat yang hadir dapat menyaksikan secara jelas proses

penghitungan suara.

(6) Setelah selesai penghitungan suara di TPS, KPPS membuat berita

acara dan sertifikat hasil penghitungan suara yang

Page 146: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

146

ditandatangani oleh Ketua dan sekurang-kurangnya 2 (dua)

orang anggota KPPS serta dapat ditandatangani oleh saksi

pasangan calon.

(7) KPPS menyerahkan berita acara, sertifikat hasil penghitungan

suara, surat suara, dan alat kelengkapan administrasi

pemungutan dan penghitungan suara kepada PPS segera setelah

selesai penghitungan suara.

(8) PPS setelah menerima berita acara dan sertifikat hasil

penghitungan suara,membuat berita acara penerimaan dan

melakukan rekapitulasi jumlah suara untuk tingkat

desa/kelurahan dan dapat dihadiri oleh saksi pasangan calon,

panitia pengawas, pemantau, dan warga masyarakat.

(9) Setelah selesai melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara

dari semua TPS dalam wilayah kerja desa/kelurahan yang

bersangkutan, PPS membuat berita acara dan sertifikat hasil

penghitungan suara yang ditandatangani oleh Ketua dan paling

sedikit 2 (dua) orang anggota PPS serta ditandatangani oleh saksi

pasangan calon.

(10)PPS wajib menyerahkan 1 (satu) eksemplar berkas berita acara

dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPS

kepada PPK setempat selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah

menerima berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara

dari TPS.

Page 147: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

147

(11)Setelah menerima berita acara dan sertifikat hasil penghitungan

suara, PPK membuat berita acara penerimaan dan melakukan

rekapitulasi jumlah suara untuk tingkat kecamatan dan dapat

dihadiri oleh satu saksi pasangan calon, panitia pengawas,

pemantau, dan warhga masyarakat.

(12)Setelah selesai melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara

di semua TPS dalam wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan,

PPK membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil

penghitungan suara yang ditandatangani oleh Ketua dan

sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota PPK serta

ditandatangani oleh saksi pasangan calon.

(13)PPK wajib menyerahkan 1 (satu) eksemplar berkas berita acara

dan sertifikat hasil penghitungan suara di PPK kepada KPUD

kabupaten/kota selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah

menerima berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suaram

dari PPS.

Dalam proses penghitungan suara, KPUD menerima berkas

berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara dari

setiap KPPS. Kemudian membuat berita acara penerimaan dan

melakukan rekapitulasi jumlah suara, dengan dihadiri oleh satu saksi

pasangan calon, panitia pengawas, pemantau dan warga masyarakat.

Selanjutnya, membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil

Page 148: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

148

penghitungan suara yang ditandatangani Ketua dan anggota KPUD

serta saksi pasangan calon. KPUD kemudian memberikan salinan

berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara

kepada saksi pasangan calon dan menempelkan satu eksemplar

sertifikat hasil penghitungan suara di tempat umum.

Salah satu stakeholders yang beperan penting selama proses

pemungutan dan penghitungan suara berlangsung adalah Panitia

Pengawas Pilkada, yang secara normatif berdasarkan ketentuan Pasal

66, ayat (4), Undfang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, memiliki tugas

dan wewenang, sebagai berikut :

(1) Mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilihan kepala

daerah dan wakil kepala daerah’

(2) Menerima laporan pelanggaran peraturan perundang-undangan

pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

(3) Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan

pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

(4) Meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan

kepada instansi yang berwenang, dan

(5) Mengatur hubungan koordinasi antar panitia pengawasan pada

semua tingkatan.

Sedangkan kewajiban Panitia Pengawas adalah sebagai berikut :

(1) Memperlakukan pasangan calon secara adil dan merata.

(2) Melakukan pengawasan pelaksanaan pemilihan secara aktif,

Page 149: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

149

(3) Meneruskan temua dan laporan yang merupakan pelanggaran

kepada pihak yang berwenang.

(4) Menyampaikan laporan kepada DPRD atas pelaksanaan tugas

pada akhir masa tugas.

6. Penetapan Pasangan Calon Kepala daerah/Wakil Kepala

Daerah terpilih, Pengesahan dan Pelantikan

Penyelengaraan Pilkada akhirnya berujung pada penetapan

pasangan calon terpilih. Integritas, kredibilitas dan akuntabilitas

tahapan ini tergantung sepenuhnya pada proses dan hasil pemungutan

dan penghitunbgan suara, pelaksanaan rekapitulasi perhitungan suara

di PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota dan KPUD Propinsi.

Stakeholders yang berperan penting pada tahapan ini adalah

KPUD, terutama berkaitan dengan pembuatan berita acara dan

rekapitulasi hasil penghitungan suara yang diputuskan dalam rapat

Paripurna KPUD, dan selanjutnya menetapkan pasangan calon terpilih.

Menurut Pasal 97, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005

Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, antara lain sebagai berikut :

(1) Pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang

memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah

suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.

Page 150: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

150

(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud di atas tidak

terpenuhi, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala

daerah yang memperoleh suara lebih dari 25% (dua puluh lima

persen) dari jumlah suara sah, pasangan calon yang perolehan

suaranya terbesar ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.

(3) Dalam hal pasangan calon yang perolehan suara terbesar

sebagaimana dimaksud angka (2) terdapat lebih dari satu

pasangan calon yang perolehan suaranya sama, penentuan

pasangan calon terpilih dilakukan berdasarkan wilayah

perolehan suara yang lebih luas.

(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka (2) tidak

terpenuhi, atau tidak ada yang mencapai 25% (dua puluh lima

persen) dari jumlah suara sah, dilakukan pemilihan putaran

kedua yang diikuti oleh pemenang pertama dan kedua.

(5) Apabila pemenang pertama sebagaimana dimaksud pada angka

(4) diperoleh dua pasangan calon, kedua pasangan calon

tersebut berhak mengikuti pemilihan putaran kedua.

(6) Apabi;a pemenang pertama sebagaimana dimaksud pada angka

(4) diperoleh oleh tiga pasangan calon atau lebih, penentuan

peringkat pertama dan kedua dilakukan berdasarkan wilayah

perolehan suara yang lebih luas.

Page 151: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

151

(7) Apabila pemenang kedua sebagaimana dimaksud pada angka (4)

diperoleh oleh lebih dari satu pasangan calon, penentuannya

dilakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas.

(8) Pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang

memperoleh suara terbanyak pada putaran kedua ditetapkan

sebagai pasangan calon terpilih.

Hasil pemilihan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah ditetapkan dengan Keputusan DPRD dan selanjutnya

diusulkan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi Calon

Gubernur/Wakil Gubernur dan Menteri Dalam Negeri melalui

Gubernur bagi pasangan calon Bupati/Wakil Bupati atau pasangan

calon Walikota/Wakil Walikota untuk disahkan dan selanjutnya

dilantik menjadi Kepala daerah/Wakil Kepala Daerah (Pasal 98).

Berdasarkan usul Pimpinan DPRD tersebut, Presiden

mengesahkan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih,

dan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden mengesahkan

pengangkatan pasangan calon Bupati/Wakil Bupati atau pasangan

calon Walikota/Wakil Walikota selambat-lambatnya dalam waktu 30

(tiga puluh) hari (Pasal 99).

Gubernur dan Wakil Gubernur sebelum memangku

jabatannya dilantik oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden.

Sedangkan Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota

sebelum memangku jabatannya, dilantik oleh Gubernur atas nama

Page 152: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

152

Presiden. Masa jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

adalah 5 (lima) tahun, terhitung sejak pelantikan, dan sesudahnya

dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali

masa jabatan.

Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

Bupati atau Walikota dan Wakil Walikotra dilaksanakan dalam Rapat

Paripurna DPRD (Pasal 102, ayat 3). Pelantikan dilaksanakan di Gedung

DPRD dalam Rapat Paripurna yang bersifat istimewa atau di tempat

lain yang dipandang layak untuk itu (Pasal 102, ayat 4).

Setelah semua tahapan penyelenggaraan pemilihan

dilaksanakan, KPUD menyampaikan laporan pertanggungjawaban

penggunaan anggaran yang diterima KPUD dari APBD kepada DPRD.

Laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran tersebut

disampaikan setelah dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan dan/atau aparat perngawasan fungsional lainnya (Pasal 104,

ayat 2 dan 3).

B.2. Praktek/Latihan

a. Sebutkan kegiatan-kegiatan dalam tahap pelaksanaan

Pilkada

b. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi warga Negara

Indonesia untuk dapat menggunakan hak memilih dalam

Pilkada

Page 153: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

153

c. Jelaskan proses pembuatan Daftar Pemilih Tetap (DPT),

mulai dari tingkat PPS sampai dengan hasilnya dikirim ke

KPUD

d. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi Partai Politik

atau gabungan Partai Politik untuk dapat mendaftarkan

pasangan calonnya sebagai peserta Pilkada

e. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi calon

perseorangan ketika melakukan pendaftaran sebagai

calon peserta Pilkada

f. Sebutkan dan jelaskan modul formulir yang wajib

diserahkan pasangan calon ke KPUD pada saat melakukan

pendaftaran

g. Jelaskan pendapat Praja apabila berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan KPUD terhadap persyaratan

yang diserahkan pasangan calon ternyata tidak memenuhi

syarat atau ditolak

h. Jelaskan kegiatan yang dilakukan KPUD setelah

menetapkan nama-nama pasangan calon

i. Jelaskan bentuk-bentuk kampanye dan larangan kampanye

bagi pasangan calon atau Tim Kampanye

j. Kapan pemungutan suara Pilkada diselenggarakan dan

bagaimana cara pemberian cuara dilakukan pemilih?

Jelaskan pendapat Praja

k. Jelaskan tata cara pemungutan suara dalam pelaksanaan

Pilkada

Page 154: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

154

l. Jelaskan kegiatan yang dilakukan KPPS setelah

penghitungan suara selesai dilaksanakan di tingkat TPS

sampai dengan hasilnya dipublikasikan atau ditempel di

tempat umum

m. Jelaskan ketentuan yang mengatur tentang suara yang

harus diperoleh pasangan calon sehingga dapat

ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.

n. Jelaskan peran DPRD, mulai dari penetapan pasangan

calon terpilih sampai dengan pelantikan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakikl Bupati serta Walikota

dan Wakil Walikota

C. Form Isian

1. Nama Tim Kampanye dan Juru Kampanye Pemilihan Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Model AB – KWK).

2. Peringatan Tertulis/Penghentian Kegiatan Kampanye Pemilihan

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Model AB 1 – KWK).

3. Pembatalan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Model AB 2 – KWK).

4. Permintaan Cuti Gubernur/Wakil Gubernur Untuk Melakukan

Kampanye Pemilihan Gubernur/Wakil Gubern ur (Model AB 3 –

KWK).

5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Tentang Pemberian Cuti Untuk

Melakukan Kampanye bagi Gubernur dan Wakil Gubernur

(Model AB 4 – kwk).

Page 155: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

155

6. Keputusan Gubernur Tentang Pemberian Cuti Untuk Melakukan

Kampanye Bagi Bupati/Wakil Bupati (Model AB 6 – KWK).

7. Keputusan Gubernur Tentang Pemberian Cuti Untuk Melakukan

Kampanye bagi Walikota dfan Walikota (Model 5 – KWK).

8. Lampiran III : Bentuk Formulir Kelengkapan Calon Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah, terdiri dari : Model B – KWK, Model B

1 – KWK, Model B 2 – KWK, Model B 3 – KWK, Model B 4 – KWK,

Model B 5 – KWK, Model B 6 – KWK, Model B 7 – KWK, Model

BB – KWK, Model BB 1 – KWK, Model BB 2 – KWK, Model BB 3 –

KWK, Model BB 4 1 KWK, Model BB 5 – KWK, Model BB 6 – KWK,

Model BB 7 – KWK, Model BB 8 – KWK, Model BC – KWK

9. Lampiran IV : Bentuk Formulir Pemungutan Suara dan

Penghitungan Suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah, terdiri dari : Model C – mKWK, Model C 1 – KWK,

Lampiran Model C 1 – KWK, Model C 2 – KWK, Model C 3 –

KWK, Model, Model C 4 – KWK, Model C 5 – KWK, Model C 6 –

KWK, Model C 7 – KWK, Model C – 8 – KWK, Model C 9 – KWK.

10. Lampiran V : Bentuk Formulir Penghitungan Suara di Tingkat

Desa/Kelurahan oleh Panitia Pemungutan Suara, terdiri dari :

Model D – KWK, Model D 1 – KWK, Lampiran I Model D 1 –KWK,

Lampiran 2 Model D 1 – KWK, Model D 2 – KWK, Model D 3 –

KWK, Model D 4 – KWK, Model D 5 – KWK.

11. Lampiran VI : Bentuk Formulir Penghitungan Suara di Tingkat

Kecamatan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, terdiri dari :

Model DA – KWK, Model DA 1 – KWK, Lampiran I Model DA 1 –

KWK, Lampiran 2 Model DA 1 – KWK, Model DA 2 – KWK, Model

DA 3 – KWK, Model DA 4 – KWK, Model DA 5 – KWK.

Page 156: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

156

12. Lampiran VII : Bentuk Formulir Penghitungan Suara di Tingkat

Kabupaten/Kota oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota,

terdiri dari : Model DB – KWK, Model DB 1 – KWK, Lampiran I

insiModel DB 1 – KWK, Lampiran 2 Model DB 1 – KWK, Model DB

2 – KWK, Model DB 3 KWK, Model DB 4 – KWK, Model DB 5 –

KWK.

13. Lampiran VIII : Bentuk Formulir Penghitungan Suara di Tingkat

Provinsi oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi, terdiri

dari : Model DC – KWK, Model DC 1 – KWK, Lampiran 1 Model

DC 1 – KWK, Lampiran 2 Model DC 1 – KWK, Model DC 2 – KWK,

Model DC 3 – KWK.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Otonomi Daerah, Sambutan Direktur Jenderal Otonomi Daerah

Pada Acara Sosialisasi Pilkada, Diamond, Jakarta,2005

Fokusmedia, Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian

Page 157: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

157

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Bandung, 2008

Harahap, Abdul Asri, Manajemen dan Resolusi Konflik Pilkada,

Cidesindo, 2005

Huntington, Samuel, P, Gelombang Demokratisasi Ketiga, PT Pustaka

Utama Grafiti, Jakarta, 1997

Kaloh, J, Demokrasi dan Kearifan Lokal pada Pilkada Langsung, Kata

Hasta Pustaka, 2008

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama,

Edisi Revisi, Cetakan II, Jakarta, 2008

Morissan, Hukum Tata Negara Republik Indonesia Era Reformasi,

Pamdina Prakarsa, Jakarta, 2005

Nasution, Arif, M, Demokratisasi dan Problema Otonomi Daerah,

Mandar Maju, Cetakan I, 2003

Sadu Wasistiono, Yonatan Wiyoso, Meningkatkan Kinerja Dewan

Perwakilan Rakyat daerah (DPRD), Fokusmedia, Bandung, 2009

Sarundajang, Babak Baru Sistem Pemerintahan Daerah, Kata Hasta

Pustaka, Jakarta, 2005

Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Kata Hasta

Pustaka, Jakarta, 2005

Sarundajang, Pilkada Langsung Problema dan Prospek, Kata Hasta

Pustaka, Jakarta 2005

Varma, SP, Teori-teori Politik Modern, PT Raja Graffindo Persada,

Page 158: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

158

Jakarta, 1982

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan,

Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah

Dan Wakil Kepala Daerah

Keputusan KPU Nomor07 Tahun 2007 Tentang Pedoman Tata Cara

Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah.

SE Menpan RI Nomor SE/08.AM.PAN/5/2005 Tanggal 2 Mei 2005

Tentang Netralitas Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilihan

Kepala Daerah.

Website/Surat Kabar :

www.fh.wisnuwardhana.ac.id, 19 Mei 2010

www.fajar.co.id, 16 Juni 2010

Page 159: Modul Pelatihan Pemilihan Pilkada

159

www.fajar.co.id, 16 Juni 2010

www.restama.com, 16 Juni 2010

www.lsi.co.id, 6 Juli 2010