makalah vokasi

download makalah vokasi

of 69

description

perbandingan kurikulum smk da pembelajaran smk indonesia dengan negera jerman

Transcript of makalah vokasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Kurikulum 2013 (Kurikulum berkarakter) .

Makalah ini berisikan mengenai kurikulum 2013 (kurikulum berkarakter) serta perkembangan kurikulum kejuruan di jerman sebagai pembanding,kelebihan serta kekurangan sistem kurikulum 2013.Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua kurikulum 2013.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.Bandung 15 April, 2013

Penyusun

LATAR BELAKANGPenyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Rumusan MasalahMasalah Kurikulum 2013 sangatlah luas dan kompleks. Agar pembahasan lebih terarah, makalah ini hanya membahas aspek sistemnya,kekurangan dan kelebihan serta perkembangan sistem kurikulum di jerman. Supaya tidak timbul kesalah pahaman,serta akan saya rinci kan perumasan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :1. Perubahan kurikulum di indonesia.2. Isi draft kurikulum 2013.3. Penerapan dan efesiensi kurikulum berkarakter.4. Kekurangan & kelebihan kurikulum berkarakter.5. Sistem kurikulum di jerman.

Tujuan

1. Mengetahui keefisiensian penerapan kurikulum berkarakter terhadap negara indonesia.2. Mengetahui perbandingan sistem kurikulum di negara lain (Jerman)3. Tujuan tulisan kurikulum di jerman ini adalah untuk menginformasikan karakteristik struktur dan elemen-elemen kunci utama dari Sistem Ganda. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi titik mula (Starting Point) diskusi yang menarik mengenai sistem ini, modifikasinya dan bentuk-bentuk lain dari pendidikan dan pelatihan kejuruan.

Sejarah Perkembangan Kurikulum di IndonesiaSejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.1. Rencana Pelajaran 1947Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rencana Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Setelah rencana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi Rentjana Pelajaran Terurai 1952.Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.2. Rencana Pelajaran Terurai 1952Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di indonesia. Kali ini diberi nama dengan Rentjana Pendidikan 1964. Yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.3. Kurikulum 1968Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja, katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.4. Kurikulum 1975Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan,Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.5. Kurikulum 1984Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.

6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses, kata Mudjito menjelaskan.Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,menjelma menjadi kurikulum super padat.Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998,diikuti kehadiran suplemen Kurikulum 1999.Tapi perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut :1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.Permasalahan di atas saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu: Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku pelajaran.Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah. Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk invovasi yang dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi daerah.Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah sebagai berikut:1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupu klasikal.2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.7. Kurikulum 2004Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.meski baru diujicobakan,di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004 dengan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabusnya.8. KTSP 2006Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru. Sehingga seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang menuntuk kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita pakai sekarang ini masih banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP dengan kata lain masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM1. Aspek FilosofisFilosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakatKurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi2. Aspek YuridisRPJMN 2010-2014 SEKTOR PENDIDIKANPerubahan metodologi pembelajaranPenataan kurikulumINPRES NOMOR 1 TAHUN 2010Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional: Penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-Nilai Budaya bangsa Untuk Membentuk Daya Saing Karakter Bangsa3. Aspek KonseptualRelevansiModel Kurikulum Berbasis KompetensiKurikulum lebih dari sekedar dokumenProses pembelajaran Aktivitas belajar Output belajar Outcome belajarPenilaian Kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi Penjenjangan penilaianRASIONALITAS PENAMBAHAN JAM PELAJARAN Perubahan proses pembelajaran [dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu] dan proses penilaia n [dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output] memerlukan penambahan jam pelajaran Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran [KIPP di AS, Korea Selatan] Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorialPERMASALAHAN KURIKULUM 2006 Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.PERLUNYA PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013Di dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bagian Umum dijelaskan bahwa pembaruan pendidikan memerlukan strategi tertentu, dan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional ini adalah ... 2. pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Pasal 35 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 juga mengatur bahwa ... (2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Selanjutnya di dalam penjelasan Pasal 35 dinyatakan bahwa kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yanga telah disepakati.Pada hakikatnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpaduRASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Disamping itu, di dalam menghadapi tuntutan perkembangan zaman, dirasa perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Dan hal pembelajaran yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.1. Tantangan InternalTantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.Terkait dengan tantangan internal pertama, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar yang telah ditetapkan. Di dalam Standar Pengelolaan hal-hal yang dikembangkan antara lain adalah Manajemen Berbasis Sekolah. Rehabilitasi gedung sekolah dan penyediaan laboratorium serta perpustakaan sekolah terus dilaksanakan agar setiap sekolah yang ada di Indonesia dapat mencapai Standar Sarana-Prasarana yang telah ditetapkan. Dalam mencapai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, berbagai upaya yang dilakukan antara lain adalah peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru, pembayaran tunjangan sertifikasi, serta uji kompetensi dan pengukuran kinerja guru. Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan adalah merupakan standar yang terkait dengan kurikulum yang perlu secara terus menerus dikaji agar peserta didik yang melalui proses pendidikan dapat memiliki kompetensi yang telah ditetapkan. (Gambar 1).

Gambar 1Terkait dengan perkembangan penduduk, saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.

Gambar 2Ini berarti bahwa pada tahun 2020-2035 sumber daya manusia (SDM) Indonesia usia produktif akan melimpah. SDM yang melimpah ini apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban (Gambar 2). 2. Tantangan EksternalTantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.Tantangan masa depan antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Di era globalisasi juga akan terjadi perubahan-perubahan yang cepat. Dunia akan semakin transparan, terasa sempit, dan seakan tanpa batas.Hubungan komunikasi, informasi, dan transportasi menjadikan satu sama lain menjadi dekat sebagai akibat dari revolusi industri dan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Arus globalisasi juga akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di WTO, ASEAN Community, APEC, dan AFTA. Tantangan masa depan juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, serta mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan PISA (Program for International Student Assessment) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA yang hanya menduduki peringkat empat besar dari bawah. Penyebab capaian ini antara lain adalah karena banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

Gambar 3Kompetensi masa depan yang diperlukan dalam menghadapi arus globalisasi antara lain berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal. Disamping itu generasi Indonesia juga harus memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan memiliki rasa tanggung-jawab terhadap lingkungan.Dilihat dari persepsi masyarakat, pendidikan di Indonesia saat ini dinilai terlalu menitik-beratkan pada aspek kognitif dan beban siswa dianggap terlalu berat. Selain itu pendidikan juga dinilai kurang bermuatan karakter. Penyelenggaraan pendidikan juga perlu memperhatikan perkembangan pengetahuan yang terkait dengan perkembangan neurologi dan psikologi serta perkembangan pedagogi yang terkait dengan observation-based (discovery) learning serta collaborative learning.Tantangan eksternal lainnya berupa fenomena negatif yang mengemuka antara lain terkait dengan masalah perkelahian pelajar, masalah narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak sosial di masyarakat (social unrest)3. Penyempurnaan Pola PikirPendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Laporan BSNP tahun 2010 dengan judul Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI menegaskan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam menghadapi masa depan perlu dilakukan perubahan paradigma pembelajaran melalui pergeseran tata cara penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas atau lingkungan sekitar lembaga pendidikan tempat peserta didik menimba ilmu. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran sebagai berikut:a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. Jika dahulu biasanya yang terjadi adalah guru berbicara dan siswa mendengar, menyimak, dan menulis, maka sekarang guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya saling berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya. b. Dari satu arah menuju interaktif. Jika dahulu mekanisme pembelajaran yang terjadi adalah satu arah dari guru ke siswa, maka saat ini harus terdapat interaksi yang cukup antara guru dan siswa dalam berbagai bentuk komunikasinya. Guru berusaha membuat kelas semenarik mungkin melalui berbagai pendekatan interaksi yang dipersiapkan dan dikelola. c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. Jika dahulu siswa hanya dapat bertanya pada guru dan berguru pada buku yang ada di dalam kelas semata, maka sekarang ini yang bersangkutan dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh via internet. d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki. Jika dahulu siswa diminta untuk pasif saja mendengarkan dan menyimak baik-baik apa yang disampaikan gurunya agar mengerti, maka sekarang disarankan agar siswa lebih aktif dengan cara memberikan berbagai pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya.e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata. Jika dahulu contoh-contoh yang diberikan guru kepada siswanya kebanyakan bersifat artifisial, maka saat ini sang guru harus dapat memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan. f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim. Jika dahulu proses pembelajaran lebih bersifat personal atau berbasiskan masing-masing individu, maka yang harus dikembangkan sekarang adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama antar individu. g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. Jika dahulu ilmu atau materi yang diajarkan lebih bersifat umum (semua materi yang dianggap perlu diberikan), maka saat ini harus dipilih ilmu atau materi yang benar-benar relevan untuk ditekuni dan diperdalam secara sungguh-sungguh (hanya materi yang relevan bagi kehidupan sang siswa yang diberikan).h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru. Jika dahulu siswa hanya menggunakan sebagian panca inderanya dalam menangkap materi yang diajarkan guru (mata dan telinga), maka sekarang semua panca indera dan komponen jasmani-rohani harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik).i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia. Jika dahulu guru hanya mengandalkan papan tulis untuk mengajar, maka saat ini diharapkan guru dapat menggunakan beranekaragam peralatan dan teknologi pendidikan yang tersedia, baik yang bersifat konvensional maupun modern.j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif. Jika dahulu siswa harus selalu setuju dengan pendapat guru dan tidak boleh sama sekali menentangnya, maka saat ini harus ada dialog antara guru dan siswa untuk mencapai kesepakatan bersama.k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. Jika dahulu semua siswa tanpa kecuali memperoleh bahan atau konten materi yang sama, maka sekarang ini setiap siswa berhak untuk mendapatkan konten sesuai dengan ketertarikan atau keunikan potensi yang dimilikinya.l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak. Jika dahulu siswa harus secara seragam mengikuti sebuah cara dalam berproses maka yang harus ditonjolkan sekarang justru adanya keberagaman inisiatif yang timbul dari masing-masing individu.m. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak. Jika dahulu siswa hanya mempelajari sebuah materi atau fenomena dari satu sisi pandang ilmu, maka sekarang konteks pemahaman akan jauh lebih baik dimengerti melalui pendekatan pengetahuan multi disiplin.n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan. Jika dahulu seluruh kontrol dan kendali kelas ada pada sang guru, maka sekarang siswa diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan dan aktivitasnya masing- masing.Dari pemikiran faktual menuju kritis. Jika dahulu hal-hal yang dibahas di dalam kelas lebih bersifat faktual, maka sekarang harus dikembangkan pembahasan terhadap berbagai hal yang membutuhkan pemikiran kreatif dan kritis untuk menyelesaikannya.a. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan. Jika dahulu yang terjadi di dalam kelas adalah pemindahan ilmu dari guru ke siswa, maka dalam abad XXI ini yang terjadi di kelas adalah pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan sesamanya.Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan kompetensi lulusan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dirumuskan berdasarkan kebutuhan pada tingkat individu, masyarakat, bangsa dan negara, serta peradaban. Untuk mencapai kompetensi lulusan ini, yang dirumuskan dalam bentuk Standar Kompetensi Lulusan (SKL), kemudian dirumuskan materi inti pembelajaran yang dirumuskan dalam bentuk Standar Isi (SI), proses pembelajaran yang dirumuskan dalam bentuk Standar Proses, dan proses penilaian dalam bentuk Standar Penilaian. Selanjutnya dirumuskan secara lebih detil mata pelajaran apa saja yang perlu diajarkan untuk memenuhi pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.Dilihat dari pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 dan KTSP 2006, dapat disimpulkan bahwa SKL dirumuskan dari beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Ini berarti bahwa SKL satuan pendidikan ditetapkan dengan mengacu kepada mata pelajaran yang harus diajarkan kepada peserta didik, atau dengan kata lain mata pelajaran menjadi penentu rumusan SKL. Model pengembangan seperti ini mengakibatkan terjadinya pemisahan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Pemisahan mata pelajaran yang lepas satu dengan yang lainnya ini tidak sesuai lagi dengan tuntutan globalisasi yang menuntut agar semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dan konteks pemahaman akan jauh lebih baik dimengerti melalui pendekatan pengetahuan multidisiplin.Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di dalam KBK 2004 dan KTSP 2006 yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi perumusan yang diturunkan dari kebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan SKL pada KBK 2004 dan KTSP 2006 dapat dilihat di Gambar 4 dan penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dapat dilihat di Tabel 1.

Gambar 4

Tabel 14. Penguatan Tata Kelola KurikulumPenguatan tata kelola kurikulum diatur dengan mengacu pada UU 20/2003 tentang Sisdiknas. Pasal 38 ayat (1) pada UU No. 20 Tahun 23 tentang Sisdiknas mengatur bahwa Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan pemerintah. Selanjutnya ayat (2) pada pasal yang sama mengatur bahwa Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Di dalam Penjelasan Umum undang-undang yang sama dijelaskan bahwa Pembaruan sistem pendidikan memerlukan strategi tertentu. Srategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi: ... 2. pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal 35 yang terkait dengan kompetensi dijelaskan bahwa Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dimulai dari penyusunan kerangka dasar kurikulum yang diturunkan dari tujuan pendidikan nasional dan berdasarkan landasan filosofis, yuridis, dan konseptual yang selanjutnya diturunkan ke dalam struktur kurikulum. Dari struktur kurikulum selanjutnya diturunkan menjadi standar isi yang memuat berbagai mata pelajaran dengan rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk masing-masing mata pelajaran. Selanjutnya disusun standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar penilaian yang kemudian diturunkan ke dalam pedoman dan silabus. Selanjutnya silabus diturunkan menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran dan buku teks untuk seterusnya dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran dan penilaian. Perbedaan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 terletak pada peran guru pada bagian akhir kerangka kerja penyusunan kurikulum. Kalau di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, peran satuan pendidikan dan guru terbatas pada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang diturunkan dari silabus yang sudah tersedia dan pemilihan buku teks siswa untuk selanjutnya melaksanakan proses pembelajaran dan penilaian. Sedangkan di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, peranan satuan pendidikan dan guru diperluas lebih lanjut sampai pada penyusunan silabus berdasarkan pedoman yang diberikan.Peranan satuan pendidikan dan guru yang diperluas sampai penyusunan silabus ini berakibat pada pemilihan buku teks oleh satuan pendidikan dan guru yang sangat beragam. Dalam kenyataannya, satuan pendidikan dan guru memilih buku yang dihasilkan dari berbagai kurikulum, seperti Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006, atau bahkan dari sumber yang tidak jelas rujukannya. Pemilihan buku teks yang beragam ini juga tentunya akan menghasilkan silabus yang sangat berbeda satu sama lain yang seterusnya diturunkan menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian.Oleh sebab itu, agar kompetensi lulusan dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditetapkan, perlu ada perubahan yang signifikan. Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru. Perbandingan kerangka kerja penyusunan kurikulum dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dilakukan Balitbang pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa secara umum total waktu pembelajaran yang dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD, SMP, dan SMA lebih kecil dari total waktu pembelajaran yang dialokasikan menurut Standar Isi. Disamping itu, dikaitkan dengan kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, ada kemungkinan waktu yang dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya. Hasil monitoring dan evaluasi ini juga menunjukkan bahwa banyak kompetensi yang perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada siswa sulit dicapai oleh siswa.Rumusan kompetensi juga sulit dijabarkan ke dalam indikator dengan akibat sulit dijabarkan ke pembelajaran, sulit dijabarkan ke penilaian, sulit diajarkan karena terlalu kompleks, dan sulit diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber belajar.Untuk menjamin ketercapaian kompetensi sesuai dengan yang telah ditetapkan dan untuk memudahkan pemantauan dan supervisi pelaksanaan pengajaran, perlu diambil langkah penguatan tata kelola antara lain dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku pegangan pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Karena guru merupakan faktor yang sangat penting di dalam pelaksanaan kurikulum, maka sangat penting untuk menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Untuk menjamin keterlaksanaan implementasi kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran, juga perlu diperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah.

5. Pendalaman dan Perluasan MateriBerdasarkan analisis hasil PISA 2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemampuan yang dirumuskan di dalam studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran sampai level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang terlibat di dalam studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam). Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi yang dapat disimpulkan dari hasil studi ini, hanya satu, yaitu yang kita ajarkan berbeda dengan tuntutan zamanKARAKTERISTIK KURIKULUM 2013Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:

1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut. PROSES PEMBELAJARANProses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran ekstra-kurikuler.

1. Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:

a. Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.b. Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).2. Pembelajaran ekstra-kurikulerPembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib.

Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kurikulum.Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk:a. Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa,b. Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan, hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup.c. Kegiatan ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan:d. Sekolahe. Masyarakatf. Alam Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intra-kurikuler.

PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:a. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan, kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana, dan hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di masyarakat. b. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan. c. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir, ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran, diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.KERANGKA KERJA KURIKULUMProses pengembangan kurikulum digambarkan dalam diagram Kerangka Kerja berikut:

1. Pengembangan Kurikulum 2013 diawali dengan analisis kebutuhan masyarakat Indonesia. Analisis kebutuhan tersebut merupakan analisis kesenjangan mengenai kemampuan yang perlu dimiliki warganegara bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada dekade ketiga dan keempat abad ke-21. Adanya tantangan seperti keterikatan Indonesia dalam perjanjian internasional seperti APEC, WTO, ASEAN Community, CAFTA. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa penguasaan soft skills perlu mendapatkan prioritas dalam pengembangkan kemampuan warganegara untuk kehidupan masa depan.2. Analisis Tujuan Pendidikan Nasional sebagai arah pengembangan kurikulum. Setiap upaya pengembangan kurikulum haruslah didesain untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum sebagai jiwa pendidikan (the heart of education) harus selalu dirancang untuk mencapai kualitas peserta didik dan bangsa yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan. Kajian dari tujuan pendidikan nasional memberi arah yang juga mengacu kepada pengembangan soft skills yang berimbang dengan penguasaan hard skills.3. Analisis kesiapan peserta didik dilakukan terutama dari kajian psikologi anak dan psikologi perkembangan, tahap-tahap perkembangan kemampuan intelektual peserta didik serta keterkaitan tingkat kemampuan intelektual peserta didik dengan jenjang kemampuan kompetensi yang perlu mereka kuasai. Analisis ini diperlukan agar kompetensi yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013 bersesuaian untuk menerapkan prinsip belajar. Prinsip belajar mengatakan bahwa proses pembelajaran dimulai dari kemampuan apa yang sudah dimiliki untuk mencapai kemampuan di atasnya dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum.4. Berdasarkan analisis tersebut maka ditetapkan bahwa perlu pengembangan Standar Kompetensi Lulusan baru yang menggantikan Standar Kompetensi Lulusan yang sudah ada. Standar Kompetensi Lulusan Baru di arahkan untuk lebih memberikan keseimbangan antara aspek sikap dengan pengetahuan dan ketrampilan. Walau pun Standar Kompetensi Lulusan bukan kurikulum tetapi berdasarkan pendekatan pendidikan yang berstandar standar sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka pengembangan Standar Kompetensi Lulusan merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan. Sesuai dengan pendekatan berdasarkan standar maka kurikulum harus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan.5. Analisis berikutnya adalah kajian terhadap desain kurikulum 2006 yang menjadi dasar dari KTSP dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2005 tentang Standar Isi. Dalam Standar Isi terdapat Kerangka dasar Kurikulum dan struktur kurikulum. Analisis terhadap dokumen kurikulum tersebut menunjukkan bahwa desain kurikulum dikembangkan atas dasar pengertian bahwa kurikulum adalah daftar sejumlah mata pelajaran. Oleh karena itu satu mata pelajaran berdiri sendiri dan tidak berinteraksi dengan mata pelajaran lainnya. Melalui pengembangan kurikulum yang demikian maka ada masalah yang cukup prinsipiil yaitu konten kurikulum yang dikategorikan sebagai konten berkembang (developmental content) tidak mendapatkan kesempatan untuk dikembangkan secara baik. Konten kurikulum berkembang seperti nilai, sikap dan ketrampilan (intelektual dan psikomotorik) memerlukan desain kurikulum yang menempatkan satu mata pelajaran dalam jaringan keterkaitan horizontal dan vertikal dengan mata pelajaran lain. Dari hasil analisis tersebut maka dikembangkan desain baru yang memberikan jaminan keutuhan kurikulum melalui keterkaitan vertikal dan horizontal konten.6. Berdasarkan rumusan Standar Kompetensi Lulusan yang baru maka dikembangkanlah Kerangka dasar Kurikulum yang antara lain mencakup Kerangka Filosofis, Yuridis, dan Konseptual. Landasan filosofis yang dikembangkan adalah bersifat eklektik yang mampu memberikan dasar bagi pengembangan individu peserta didik secara utuh yaitu baik dari aspek intelektual, moral, sosial, akademik, dan kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan kehidupan individu peserta didik, sebagai anggota masyarakat dan bangsa yang produktif, dan memiliki kemampuan berkontribusi dalam meningkatkan kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa, dan ummat manusia. Kerangka yuridis kurikulum adalah berbagai ketetapan hukum yang mendasari setiap upaya pendidikan di Indonesia. Kerangka konseptual berkenaan dengan model kurikulum berbasis kompetensi yang dinyatakan dalam ketetapan pada Undang-undang Sisdiknas. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ditetapkan antara lain termasuk penyederhanaan konten kurikulum, keseimbangan kepentingan nasiional dan daerah, posisi peserta didik sebgai subjek dalam belajar, pembelajaran aktif yang didasarkan pada model pembelajaran sains, dan penetapan Kompetensi Inti sebagai unsur pengikat (organizing element) bagi KD mata pelajaran.7. Kegiatan pengembangan berikutnya adalah penetapan struktur kurikulum. Struktur kurikulum menggambarkan kerangka kurkulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, pengelompokkannya, posisi mata pelajaran, beban belajar mata pelajaran per minggu dan jumlah beban belajar keseluruhan per minggu. Berdasarkan prinsip penyederhanaan kurikulum maka jumlah mata pelajaran dikurangi tetapi jam belajar baik untuk setiap mata pelajaran mau pun untuk keseluruhan ditambah. Penambahan jam belajar adalah untuk memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik mengembangkan kompetensi ketrampilan dan sikap melalui proses pembelajaran yang berorientasi pada sains.8. Berdasarkan struktur kurikulum yang telah ditetapkan, selanjutnya dirumuskan Kompetensi Inti setiap kelas yang menjadi pengikat dari berbagai Kompetensi Dasar. Adanya Kompetensi Inti lebih menjamin terjadinya integrasi Kompetensi Dasar antarmata pelajaran dan antarkelas. Proses pengembangan Kompetensi Dasar melibatkan pengembang kurikulum yang terdiri dari guru, dosen, dan para pakar pendidikan. 9. Berdasarkan Kompetensi Dasar yang telah direviu dan dinyatakan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan maka dikembangkan silabus. Pengembangan silabus dimaksudkan agar ada patokan minimal mengenai kualitas hasil belajar untuk seluruh Indonesia. Dalam silabus ditetapkan sebagai patokan minimal adalah indikator yang dikembangkan dari Kompetensi Dasar dan kemudian diramu dalam Materi Pokok, proses pembelajaran yang dikembangkan dari kegiatan observasi, menanya, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Keempat kemampuan ini dikembangkan selama dua belas tahun sehingga kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan belajar peserta didik dapat menjadi kebiasaan-kebiasaan yang memberikan kebiasaan belajar sepanjang hayat. Silabus tidak membatasi kreativitas dan imaginasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran karena silabus akan dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi RPP yang kemudian diterjemahkan dalam proses pembelajaran.10. Berdasarkan KD dan silabus dikembangkan buku teks peserta didik dan buku panduan guru. Buku teks peserta didik berisikan konten yang dikembangkan dari KD sedangkan buku panduan guru terdiri atas komponen konten yang terdapat dalam buku teks peserta didik dan komponen petunjuk pembelajaran dan penilaian. Adanya buku teks peerta didik dan guru adalah patokan yang memberikan jaminan kualitas hasil belajar minimal yang harus dimiliki peserta didk.

STRUKTUR KURIKULUM

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.Struktur kurikulum adalah juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan

1. Struktur Kurikulum Pendidikan MenengahStruktur Kurikulum Pendidikan Menengah adalah sebagaimana yang tertera di dalam tabel berikut ini:Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib:MATA PELAJARANALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU

XXIXII

Kelompok A (Wajib)

1.Pendidikan Agama dan Budi Pekerti333

2.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan222

3.Bahasa Indonesia444

4.Matematika444

5.Sejarah Indonesia222

6.Bahasa Inggris222

Kelompok B (Wajib)

7.Seni Budaya222

8.Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan333

9.Prakarya dan Kewirausahaan222

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu 242424

Kelompok C (Peminatan)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA/SMK)182020

Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu424444

Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan Prakarya adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.Beban belajar di SMA/MA/SMK untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit.Kurikulum SMA/MA/SMK dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk pilihan Kelompok Peminatan, pilihan Lintas Minat, dan/atau pilihan Pendalaman Minat. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada satuan pendidikan tersebut.2. Struktur Kurikulum SMA/MA/SMK

Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum di atas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMA/MA/SMK/MAK antara lain Pramuka (Wajib), Organisasi Siswa Intrasekolah, Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja.Mata pelajaran Kelompok A dan C adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Kelompok Peminatan terdiri atas Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, dan Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya. Sejak kelas X peserta didik sudah harus memilih kelompok peminatan yang akan dimasuki. Pemilihan peminatan berdasarkan nilai rapor di SMP/MTsdan/atau nilai UN SMP/MTs dan/atau rekomendasi guru BK di SMP/MTs dan/atau hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA/SMK dan/atau tes bakat minat oleh psikolog dan/atau rekomendasi guru BK di SMA/MA/SMK. Pada akhir minggu ketiga semester pertama peserta didik masih mungkin mengubah pilihan peminatannya berdasarkan rekomendasi para guru dan ketersediaan tempat duduk. Untuk sekolah yang mampu menyediakan layanan khusus maka setelah akhir semester pertama peserta didik masih mungkin mengubah pilihan peminatannya. Untuk MA, selain ketiga peminatan tersebut ditambah dengan Kelompok Peminatan Keagamaan.Semua mata pelajaran yang terdapat dalam suatu Kelompok Peminatanyang dipilih peserta didik harus diikuti. Setiap Kelompok Peminatan terdiri atas 4 (empat) mata pelajaran dan masing-masing mata pelajaran berdurasi 3 jampelajaran untuk kelas X, dan 4 jampelajaran untuk kelas XI dan XII.Setiap peserta didik memiliki beban belajar per semester selama 42 jam pelajaran untuk kelas X dan 44 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII. Beban belajar ini terdiri atas Kelompok Mata Pelajaran Wajib A dan B dengan durasi 24 jam pelajaran dan Kelompok Mata Pelajaran Peminatan dengan durasi 12 jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jampelajaran untuk kelas XI dan XII.Untuk Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat kelas X, jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 6 jam pelajaran yang dapat diambil dengan pilihan sebagai berikut:1. Dua mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam satu Kelompok Peminatan lainnya, dan/atau2. Satu mata pelajaran dari masing-masing Kelompok Peminatan yang lainnya.Sedangkan pada kelas XI dan XII, peserta didik mengambil Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat dengan jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 4 jam pelajaran yang dapat diambil dengan pilihan sebagai berikut:a. Satu mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam Kelompok Peminatan lainnya, dan/ataub. Mata pelajaran Pendalaman Kelompok Peminatan yang dipilihnya.

IDENTIFIKASI KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KURIKULUM 2013NoIndikatorKeunggulanKelemahanKonsekuensiUsulan Solusi

1SiswaSiswa berkarakter (ekskul wajib pramuka) dan lebih menguasai materi vokasi serta akademik

Jiwa wirausaha kurang kuat karena tidak didukung mata pelajaran Kewirausahaan

Siswa hanya jadi tenaga kasar/buruh

Siswa perlu dibekali jiwa kewirausahaan Dibuat jadwal yang flesibel untuk ekskul Pramuka, Wajib di kelas X

Siswa lebih aktif (student center) dalam pembelajaran (aktif mencari tahu)

Bagi yang siswa yang tidak aktif akan semakin malas bahkan tidak mau sekolah

Perlu kontrol dan fasilitasi guru lebih intensif Perlu keteladan yang lebih nyata

Proses pembelajaran harus dilakukan lebih menarik sehingga antara guru dan siswa merasa membutuhkan

Penambahan jam pelajaran membuat siswa menjadi lebih lama di sekolah

Dana operasional siswa bertambah Fisik siswa menurun Diperlukan sarana mema- dai untuk belajar aktif

Dana operasional ditambah Dukungan orang tua untuk makan siang Sarana dan prasarana dilengkapi pemerintah

Penilaian yang diberikan pada siswa lebih luas meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotor (kompetensi)

Dibutuhkan perangkat penilaian yang lebih kompleks

In House Training (IHT) tentang Penilaian

Beban belajar siswa lebih ringan, karena pengurangan mata pelajaran Siswa lebih kompeten karena jam keahliannya ditambah Pada mata pelajaran A dan B siswa SMK bisa saling berinter aksi dengan siswa SMA Persiapan UN siswa SMA dan SMK bisa saling berinteraksi dan berkolaborasi Siswa tidak perlu lagi membeli buku karena sudah disediakan pemerintah

Pengurangan mata pelajaran KKPI akan berdampak pada kemampuan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Kesiapan siswa menghadapi UN kurang

Tamatan SMK tidak bisa TIK,walaupun SMK Pertanian mereka harus tetap mampu berkompetisi di dunia kerja

Sekolah harus memprogramkan mata pelajaran KKPI di luar mata pelajaran

2Struktur Kurikulum

Antar mata pelajaran berjalan selaras dan semua mengarah pada pembentukan karakter dan kompetensi kejuruan Mata pelajaran lebih simple dengan jumlah jam menjadi lebih banyak

Pada mata pelajaran eksak sulit mengukur karakter Pembagian waktu untuk kegiatan praktek kejuruan kurang Keunggulan lokal tidak terakomodir dalam struktur program

Pembelajaran harus realistis sesuai minat siswa Menambah waktu praktik kejuruan diluar struktur kurikulum Ada perubahan mata pelajaran dan jumlah jam mengajar guru

Penguatan guru dalam mengembangkan scenario pembelajaran Penambahan waktu pada Kelompok C dalam struktur kurikulum SMK untuk mengakomodasi praktik kejuruan Guru IPS diarahkan mengajar sejarah dengan penyesuaian sertifikasi

Muatan jam pelajaran vokasi lebih baik dari sebelumnya

Ada mata pelajaran yang hilang IPA, KKPI dan Kewirausahaan yang belum jelas rasionalnya padahal diperlukan Duplikasi mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris

Sarana dan guru KKPI yang sudah ada jadi tidak termanfaatkan Pemerataan pembagian jam mengajar mengalami ketimpangan

Mapel KKPI, KWU masih perlu dicantumkan Pengambungan mapel yang sama dengan satu sistim penilaian Mengalokasikan jam KKPI dan KWU ke jam mapel Prakarya Seni budaya dimasukan ke ekskul dan diganti oleh KKPI

Jam kompetensi produktif lebih banyak Mata pelajaran sejarah Indonesia untuk meningkatkan rasa nasionalisme Lebih mudah ditelaah, karena acuanya sudah diberikan, jam kompetensi keahlian terpenuhi

Tidak ada koordinasi antar kelompok mata pelajaran dengan kompetensi keahlian

Kelompok mata pelajaran A dan C tidak terhubung dalam satu konsep menudukung kejuruan

Perlu dibuat rambu-rambu penyelarasan mata pelajaran kelompok A dan B harus tetap berkoordinasi dengan mata pelajaran produktif (kelompok C)

3Guru

Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal Motivasi mengajar tinggi Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (buku induk/ babon)

Timbulnya kecemasan khususnya guru yang mata pelajarannya dihapus (KKPI,IPA,Kewirausahaan) terancam sertifikasinya dicabut

Alih profesi bagi guru yang mata pelajarannya dihapus Penataan ulang kompetensi profesi guru sesuai denga mata pelajaran Kurikulum 2013

Dilakukan penataan guru sesuai Bidang Studi Keahlian Peningkatan kompetensi guru berkelanjutan oleh P4TK Guru yang kehilangan mapel harus diberikan tugas lain sehingga tuntutan sertifikasi terpenuhi Penataan guru di sekolah Perlu penyesuaian peraturan tentang sertifikasi guru

Guru berperan sebagai fasilitator Kreatifitas guru akan semakin meningkat

Sebagian besar guru masih terbiasa mengajar secara konvensional Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran masih terbatas Masih terdapat guru yang mengajar tidak sesuai dengan kompetensi akademik Guru tidak tertantang/tidak siap dengan perubahan Kurangnya kemampuan guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara holistik

Peningkatan kompetensi, kreatifitas dan peran guru sebagai fasilitator

Badan PSDM Pendidik dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu memfasilitasi P4TK untuk memprogramkan peningkatan kompetensi pembelajaran guru

Guru mata pelajaran kelompok A dan B dimanjakan, dengan silabus dan buku teks yang nanti disiapkan

Belum adanya matrik kompetensi untuk guru prakarya

Belum diketahui kebutuhan guru untuk mengajar Prakarya

Guru yang mata pelajaranya tidak termuat dalam struktur kurikulum diberikan diklat untuk alih fungsi jadi guru prakarya (P4TK Terkait)

Guru tidak ada tuntutan lagi untuk menyusun modul dan LKS

Kreatifitas guru menjadi berkurang

Guru mengembangkan diri terhadap perkembangan IPTEK terkini

Sekolah memfasilitasi guru untuk pengembangan diri secara periodik

4manajemen Satuan pendidikan dalam melaksanakan kurikulum lebih terkendali, dan memudahkan Lebih efektif dan lebih sederhana

Ada kemungkinan kurang sesuai buku teks dengan kebutuhan pembelajaran. Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang

Satuan pendidikan bisa perlu proaktif dalam pengembangan kurikulum Akan ada ketidaksesuaian dengan kebutuhan daerah masing-masing

Perangkat kurikulum perlu disiapkan sesuai kebutuhan, sarana dilengkapi sesuai tuntutan kurikulum, pendanaan perlu disediakan sesuai kebutuhan

Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana buku sudah disiapkan dari pusat

Penataan ulang Dokumen KTSP sesuai dengan kurikulum 2013 Restrukturisasi dan reposisi SDM pendidik

Semua dokumen yang ada harus diperbaharui

Guru mata pelajaran yang tidak terdapat lagi dalam struktur kurikulum harus mau dan mampu untuk alih fungsi

Diklat pengelola sekolah (P4TK)

Diklat alih fungsi SDM contoh guru kewirausahaan, KKPI alih fungsi keguru prakarya (P4TK Terkait)

Keterlaksanaan pendidikan lebih terkontrol Beban sekolah lebih ringan Sekolah dpt memperoleh pendampingan dari pusat Sekolah memperoleh koordinasi dan supervisi dari daerah

Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum

Sekolah pasif dalam pengembangan kurikulum

Pembinaan pengelolaan sekolah perlu diberikan melalui kegiatan bimbingan teknis langsung ke sekolah

5Pembelajaran Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual (siswa aktif, lebih kompeten, suasana belajar PAIKEM) Metode pembelajaran lebih bervariasi

Tingkat keaktifan dan motivasi siswa belum merata KBM saat ini pada umumnya masih konvensional Masih berpusat pada kognitif

Buku teks yang harus memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi Guru dituntut untuk membuat banyak metode pembelajaran PAIKEM

Pengadaan buku sesuai kebutuhan siswa dan guru, tepat waktu dan jumlah Pelatihan kompetensi pembelajaran Disediakan CD pembelajaran PAIKEM

6Penilaian

Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi Penilaian test dan portofolio saling melengkapi

Membutuhkan perangkat portofolio yang lengkap dan waktu pengamatan Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan keterampilan Belum ada juknis pembobotan penilaian ketrampilan Menambah beban kerja guru

Penilaian tidak hanya pada level KD Perlu pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian Instrumen harus sudah disiapkan (seperti raport)

Perlu menyiapkan pedoman dan format penilaian yang dipakai Menyusun format raport baru

Mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris dipersiapkan untuk melanjutkan keperguruan tinggi dan vokasi

Mapel Matematika dan Bahasa Inggris dalam pelaporan nilai siswa muncul 2 kali

Harus dibedakan kriteria dan tata cara penilaiannya

Diperlukan pedoman yang jelas tentang penilaian mata pelajaran tersebut

7Kelulusan Lulusan lebih memiliki kualifikasi kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan sesuai kebutuhan. Lulusan mendapat kesempatan melanjutkan ke perguruan tinggi lebih luas

Penguasaan kewirausahaan dan TIK berkurang karena mata pelajaran dihapus Belum semua sekolah siap dengan standar yang ditetapkan Pengetahuan umum lulusan lebih rendah

Kewirausahaan dan TIK pada semua mata pelajaran secara terintegrasi Kompetensi dan tingkat kelulusan rendah Lulusan harus bekerja sesuai dengan jurusannya Perlu tambahan materi pada mapel tes masuk perguruan tinggi Perlu ada pembekalan kewirausahaan dan TIK kepada semua guru Sekolah harus mengantisipasi dan beradaptasi dengan tuntutan kompetensi baru Kerjasana dengan DUDI agar lulusan diserap

8PendanaanPenggunaan dana lebih terfokus pada pencapaian tujuan Kebutuhan dana menjadi lebih besar

Pemerintah harus lebih memprioritaskan dana pendidikan

APBN/APBD lebih ditingkatkan untuk pendidikan

Satuan biaya pendidikan relatif merata

Pembiayaan lebih tinggi

Biaya investasi dan operasional tinggi

Pemerintah harus menyediakan dana yang sesuai

9Tanggapan/umpan balik masyarakat

Apreasi masyarakat terhadap SMK lebih tinggi

Citra SMK akan turun jika tidak berhasil menjalankan Kurikulum 2013 Menjaga kualitas lulusan

Fungsi BKK ditingkatkan

10Sarana dan prasarana

Penggunaan sarana pembelajaran meningkat

Alat dan bahan cepat rusak / habis

Penyediaan sarana lebih tinggi

Pemerintah konsiten dan konsekuen melaksanakan Kurikulum 2013 beserta dukungan pemenuhan sarana dan prasarananya

11EktrakulikulerEkstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam kedisplinan, kerjasama,saling menghargai, cinta tanah air, dll

Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai pramuka, sehingga ada unsur keterpaksaan

Sekolah harus mempunyai strategi yang tepat dan benar untuk menghadapi siswa yang tidak menyukai pramuka

Mempersiapkan guru untuk menjadi pembina pramuka yang kompeten, diklat KMD dan KML. (Kwarcab dan Kwarda)

SISTEM GANDA PADA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEJURUAN DI JERMANSistem Pendidikan JermanSistem Pendidikan Jerman dideskripsikan seperti pada gambar di bawah ini. Gambar tersebut menjelaskan system pendidikan di Jerman yang terdiri atas sektor-sektor Primer, Sekunder dan Tersier. Pada masing-masing sektor terdapat tipe-tipe sekolah.

Sumber : Abraham, Bildungs- und AusbildungssystemHubungan antara kelompok umur degan jenjang pendidikan menunjukkan waktu yang tepat bagi peserta didik untuk memasuki jenjang yang relevan. Variasi luasan blok pada masing-masing tipe sekolah tidak menggambarkan banyaknya populasi peserta didik pada tipe sekolah tersebut.Anak-anak wajib masuk sekolah secara full time mulai umur enam tahun, periode ini berlangsung sampai anak berumur sembilan tahun (di beberapa negara bagian sampai sepuluh tahun). Setelah menyelesaikan periode ini, anak muda tidak harus masuk sekolah secara full time, tetapi bisa juga masuk sekolah part time (sekolah kejuruan) selama tiga tahun. Secara sederhananya, anak-anak di Jerman harus sekolah mulai umur 6 hingga 18 tahun.Setelah empat tahun di sekolah dasar (Grundschule), anak dapat memasuki jenjang pendidikan sekunder yang terdiri atas Hauptschule, Realschule, Gymnasium, dan Gesamtschule. Dari sini kemudian siswa melanjutkan ke Berufsschule, Berufsfachschule, atau Gymnasium tergantung pada kemampuan akademisnya.Sistem GandaSistem Ganda sebagai suatu bentuk yang dominan pada Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Jerman telah dikenal luas di dunia. Sistem ini sudah secara tradional sejak 700 tahun yang lalu dan berakar pada permulaan abad pertengahan. Seiring perjalalan waktu, sistem ini telah berkembang secara mantap dan membawa perubahan pada masyarakat, ekonomi, dan teknologi tanpa kehilangan identitas sebagai suatu bentuk pelatihan yang paling sesuai dengan ekonomi dan pasar kerja. Kemapuannya untuk mengadopsi perubahan situasi merupakan alasan utama kesuksesan Sistem Ganda pada masa lalu, sekarang dan (mungkin juga) pada masa depan.Tujuan Utama Sistem GandaTujuan utama Sistem Ganda adalah untuk menjamin secara berkelanjutan keterserapan tenaga kerja pada pasar kerja tertentu sesuai perkembangan teknologi dan kebutuhan individu. Untuk memenuhi permintaan ini pendidikan dan pelatihan harus mengembangkan kualifikasi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan hasil kinerja secara independen. Hal ini memerlukan pengembangan dan kombinasi fungsional, ekstra-fungsional, dan qualifikasi sosial.Struktur Sistem GandaStruktur Sistem Ganda di Jerman dibatasi pada empat aspek, yaitu pemilahan tanggungjawab untuk pendidikan/pengajaran teori dan pelatihan praktik, pembagian waktu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, pengorganisasi pendidikan dan pelatihan serta konsentrasi pada mata pelajaran utama dalam pembelajaran teori.Pembelajaran TeoriRepublik Federasi Jerman (BRD) terdiri atas 16 negera bagian (Lnder). Masing-masing negara bagian memiliki otonomi dalam bidang budaya, termasuk di dalamnya berwenang dalam bidang pendidikan. Pembelajaran teori yang diperlukan suatu bidang pekerjaan dilaksanakan di sekolah. Sekolah bekerja dengan kurikulum/silabus yang hanya berlaku di suatu negara bagian tertentu. Silabi tersebut berdasar pada masing-masing bidang kejuruan yang dikembangkan dibawah tangung jawab sebuah lembaga permanen yang beranggotakan Menteri Kebudayaan dari 16 negara bagian yang disebut Kultus Ministerium Konferenz (KMK). Jaminan ini mencakup juga validitas hasil pendidikan di Jerman. Dengan kata lain, masing-masing negera bagian diperbolehkan untuk mengintegrasikan silabi sesuai dengan kondisi spesifik untuk situasi aktual di negara bagian tersebut. Pembelajaran teori di sekolah menckup juga pembelajaran praktik yang diperlukan untuk memahami suatu teori tertentu. Monitoring pelaksanaan pembelajaran teori di lakukan oleh masing-masing negara bagian.Pelatihan PraktikSeluruh kegiatan pelatihan praktik dilaksanakan di perusahaan sesuai dengan bidang kerja yang harus dipelajari. Pelatihan juga meliputi teori-teori yang dibutuhakn untuk memahami suatu kegiatan praktik dan untuk bekerja secara profesional. Misalnya Matematika, Fisika, Kimia atau Biologi tidak diajarkan sebagai satu mata pelajaran khusus, tetapi include dalam pelatihan praktik kejuruan. Perusahaan bertanggungjawab untuk seluruh proses kegiatan pelatihan. Tanggung jawab tersebut di secara keseluruhan dijankan bersama dengan Kementerian Ekonomi Federal (BRD) yang meng-organisir kerangka pengembangan pelatihan dan peraturan-peraturan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan kejuruan dalam suatu kerangka kerja. Kontrol terhadap jalannya pelatihan didelegasikan dari pemerintah kepada suatu lembaga yang disebut Industrie- und Handelskammer (IHK) dan Handelskammer (HK), semacam Kamar Dagang dan Industi (KADIN) di Indonesia. IHK atau HK beranggotakan perusahaan dan para professional pada bidang pekerjaan tertentu. Tabel berikut ini menggambarkan pembagian tugas dan kewenangan antara sekolah dan perusahaan dalam pendidikan sistem ganda di Jerman.Tempat belajar Perusahaan(Lernort Betrieb)Tempat belajar SMK(Lernort Berufsschule )

Diatur dengan Undang-undang Diklat Kejuruan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Federal (Berufsausbildungsgesetz/BBiG)Diatur dengan Undang-undang Tentang Sekolah yang dikeluarkan oleh Negara Bagian (Schulgesetz)

Antara peserta pelatihan dengan perusahaan diikat dengan suatu kontrak pelatihan (Berufsbildungsvertrag)Antara siswa dengan sekolah diikat dengan suatu kewajiban untuk sekolah (Schulpflicht)

Jalannya pelatihan diatur dengan Tataurutan Pelatihan (Ausbildungsordnung)Pembelajaran mengacu pada kurikulum (Lehrplne)

Bertanggungjawab pada pelaksanaan pelatihan praktik kejuruan (praktische Berufsausbildung)Bertanggungjawab pada tranfer ilmu penge-tahuan teori (theoritische Unterweisung)

Pembagian Waktu Pendidikan dan pelatihan kejuruan umumnya berlangsung anatar 3 sampai 3,5 tahun. Sekolah dan perusahaan mempunyai tanggung jawab dan kerja bersama untuk melaksankan pendidikan dan pelatihan kejuruan yang berkualitas. Mereka membagi waktu pendidikan dan pelatihan sedemikian rupa sehingga peserta diklat (Auszubildender-in/ Lehrlinger-in) memperolah 3-4 hari praktik di perusahaan dan 1-2 hari belajar di sekolah atau 3-4 minggu di perusahaan dan 1-2 minggu di sekolah. Pada pertengan pelaksanaan diklat, biasanya pada akhir tahun kedua, peserta diklat harus menempuh ujian pertengahan (Zwischenprfung). Ujian ini tidak menyebabkan pembatasan ataupun keuntungan. Ujian ini hanya dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada sekolah, perusahaan dan peserta diklat itu sendiri tentang level kemampuan yang telah dicapainya. Setelah menempuh ujian akhir (Abschluprfung) dan dinyatakan lulus, peserta diklat mendapat surat keterangan sebagai tenaga terampil pada bidang tertentu.Pengorganisasian DiklatHal yang terpenting pada tahun pertama diklat (1. Ausbildungsjahr) adalah pengorganisasian bentuk dari diklat dasar. Keterampilan praktik dan isi teori merupakan bagian dari rencana diklat dan silabi yang spesifik untuk proses kerja sesuai bidang kerjanya.Tahun kedua diklat (2. Ausbildungsjahr) adalah tahap spesialisasi pertama, tetapi spesialisasi ini masih bersifat luas. Spesialisasi ini berorientasi pada kemampuan khusus yang essensial pada suatu skup kelompok kejuruan kecil.Tahun ketiga diklat (3. Ausbildungsjahr) dan tahun keempat diklat (4. Ausbildungsjahr) difokuskan pada spesialisasi keterampilan khusus dari suatu bidang kerja dan yang secara khusus diperlukan oleh tempat kerja.Konsentrasi pada Mata Pelajaran Utama TeoriWalaupun silabi kurikulum dapat berbeda pada masing-masing negera bagian, sebagian besar negara-negara bagian mengacu pada keputusan pendidikan yang sama, yaitu menempatkan teknologi atau subyek kejuruan sebagai disiplin utama ke dalam fokus pembelajaran teori.Semua mata pelajaran dirancang untuk mendukung pambelajaran kejuruan utama. Isi dan tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari bidang kejuruan yang sesuai harus dipilih untuk pengembangan/perluasan semaksimal mungkin. Seluruh tujuan diklat berorientasi pada aktivitas dan kehususan bidang kejuruan, baik dalam hal isi maupun pelaksanaannya.5 Kunci Sukses Pengembangan Pendidikan Kejuruan di Republik Federal JermanBerbicara masalah Pendidikan Kejuruan adalah suatu Topik yang menarik untuk dibahas dalam suatu kerangka Sistem Pendidikan. Sejatinya sistem pendidikan merupakan suatu tolak ukur Pembangunan suatu bangsa. Sistem Pendidikan yang baik akan menghasilkan mutu Pendidikan yang baik pula. Mutu Pendidikan dapat dinilai dari kualitas produk pendidikan itu sendiri yaitu Sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia yang berkualitas inilah yang menjadi salah satu modal penting dari kemajuan pembangunan suatu Bangsa. Human Capital sering diistilahkan dalam konteks Pembangunan. Dan memang tidak dapat dipungkiri sekaya apapun suatu Negara dengan modal sumberdaya alamnya tanpa ada sumberdaya manusia yang berkualitas untuk mengelola dan mengembangkannya mustahil Negara tersebut dapat maju. Apalagi pengelolaan dan pengembangan sumberdaya alam tersebut harus menggunakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPTEK sebagai salah satu modal Pembangunan hanya dapat digunakan jika sumberdaya manusianya mempunyai kualitas yang baik (Nachrowi, 2001). Dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia , Pendidikan Kejuruan merupakan salah satu jenis pendidikan yang dilaksanakan (Pasal 15 UUSPN No.20/Tahun 2003). Pendidikan kejuruan ini sebenarnya memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan mandiri. Pendidikan kejuruan selayaknya menitikberatkan pembelajaran berbasis kerja, sesuai dengan yang diharapkan oleh dunia usaha dan dunia industry. Akan tetapi kenyataannya bahwa Pendidikan Kejuruan yang selama ini dilaksanakan mempunyai disparitas yang sangat mencolok antara kemampuan yang diharapkan dunia kerja dengan lulusan yang dihasilkan dunia pendidikan khususnya pendidikan kejuruan.Salah satu sisi pendidikan kejuruan Jerman Pada kesempatan yang diperoleh penulis mengikuti Program Pelatihan selama satu tahun di Jerman, ada beberapa hal menarik yang dapat dipelajari pada sistem pendidikan yang diterapkan disana, khususnya pendidikan kejuruan (Berufsbildung). Sistem Pendidikan kejuruan yang dilaksanakan di Republik Federal Jerman sangat baik. Diakui bahwa pendidikan merupakan kewajiban bersama dari semua pihak, khususnya antara Pemerintah dan Dunia Usaha dan Industri. Siswa-siswa di Jerman sangat menikmati belajar dengan mengalami dua pengalaman yang saling mendukung yaitu belajar dan bekerja. Setiap siswa dari Pendidikan Kejuruan sudah mengerti dengan apa yang dia pelajari dan bagaimana penerapannya di dunia kerja. Apa yang dipelajari di sekolah merupakan kondisi aktual yang ada di Industri atau usaha. Penuhnya perhatian daripada Industri untuk meningkatkan kualitas daripada lulusan pendidikan kejuruan merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan mereka. Pendidikan bagi mereka adalah berorientasi pada kerja. Sehingga tanggungjawab pembentukan kualitas lulusan merupakan tanggungjawab bersama. Secara eksplisit tidak pernah ada Undang-Undang atau aturan yang mewajibkan Dunia Industri/usaha untuk memperhatikan pendidikan itu. Akan tetapi mereka merasa bertanggungjawab, karena memang mereka membutuhkan kualitas tenaga kerja yang baik yang dihasilkan oleh pendidikan untuk mendukung proses produksi dan pengembangan mereka. Suatu ketika dalam sebuah perkuliahan di Universitas Magdeburg pernah terlontar pertanyaan dalam suatu diskusi, Mengapa Dunia Industri/Dunia Usaha memberikan perhatian penuh pada Pendidikan Kejuruan mereka, sedangkan tidak ada satu aturanpun yang mewajibkan dunia Industri/usaha menopang atau ikut berperan serta di bidang pendidikan ? Satu jawaban yang sangat sederhana akan tetapi mempunyai makna sangat dalam, yaitu : mereka bangga mempunyai kualitas. Artinya ketika mereka berperan serta dalam pendidikan mereka bisa menjaga dan mengembangkan kualitas Produk/Jasa mereka.Dari situasi tersebut jelas terlihat sistem pendidikan mereka telah ditata dan dikembangkan sedemikian rupa. Terbukti untuk pendidikan kejuruan mereka memiliki suatu badan yang bertugas memikirkan dan mengembangkan terus pendidikan mereka. Badan ini disebut Bundesinstitut fr Berufsbildung (BiBB) atau Federal Institut for Vocational Education and Training. Tugas Pokok mereka adalah :1) Forschen (Penelitian), dimaksudkan untuk mendapatkan hal-hal baru yang baru dan bermanfaat bagi pengembangan pendidikan2) Beraten (Konsultasi), mereka bertugas memberikan saran dan ide bagi pengembangan pendidikan kejuruan. Tidak hanya bagi kebutuhan pendidikan Jerman, akan tetapi juga memberikan konsultasi bagi negara-negara yang mau dan membutuhkan bantuan pengembangan pendidikan kejuruan.3) Zukunft gestalten (pembentukan/penyiapan masa depan), artinya melalui usaha mereka telah memikirkan yang terbaik bagi masa depan pendidikan kejuruan mereka, dan berhubungan dengan sistem, lulusan, kerjasama, dan yang lainnya demi satu tujuan yaitu kemajuan teknologi yang berdampak pada keberhasilan pembangunan dengan cerminan perekenomian yang kuat.Lima kunci keberhasilan pendidikan kejuruan JermanDalam melaksanakan pengembangan pendidikan kejuruan mereka mempunyai lima kunci sukses, The succes of German vocational education and training is based on five characteristics wich also represent added value for development of VET system in others countries yaitu :

1. Coope