Makalah sawi dan urine kelinci

12
KAJIAN PUPUK ORGANIK CAIR URINE KELINCI DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAWI (Brassisca sp.) (Studi Kasus di Lahan BBPP Batu) Dwita Indrarosa ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan di Lahan Praktek Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu-Jawa Timur mulai bulan Februari s.d Maret 2013. Tujuan dari penilaian adalah tujuan penilaian adalah untuk: (a). Mengetahui pengaruh pupuk urea dan kelinci POC terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi, (b) Menentukan dosis optimal POC dengan hasil setara dengan penggunaan pupuk urea (c) Mengetahui usahatani yang paling menguntungkan dari hasil analisis finansial. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 7 perlakuan diulang 4 kali, menggunakan pupuk urea dan Pupuk Organik Cair (POC) Kelinci. Penggunan Urea masing-masing 5 gr, 10 gr, 15 gr, dan penggunaan urine dengan komposisi 100 ml, 200 ml dan 300 ml : A (kontrol, tanpa pemupukan), B (Urea 5 gram/polybag), C (Urea 10 gram/polybag, D (Urea 15 gram/polybag), E (POC kelinci 100 ml/polybag), F (POC kelinci 200 ml/polybag), G (POC kelinci 300 ml/polybag). Benih Sawi (Brassisca Juncea L) yang digunakan sebagai tanaman indikator adalah sawi daging. Penanaman dilakukan dalam polybag 40 x 20 cm dengan media tanam berupa tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Analisis dasar tanah dan POC kelinci di lakukan di Laboratorium Kimia dan Fisika Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Contoh tanah diambil dari kedalaman 0-20 cm, pada areal tidak dekat galengan, jalan, saluran air, bekas penumpukan atau bekas sisa hasil tanaman atau pupuk lainnya, sedangkan sampel contoh POC berasal dari urine kelinci yang telah difermentasi. Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman dan jumlah daun yang diamati setiap dua minggu sekali sampai panen, panjang tajuk, lebar tajuk, panjang akar, serta bobot segar saat panen. Panen dilakukan dengan cara membersihkan tanaman dengan merendam akar tanaman agar terpisah dari tanah, kemudian ditimbang berat basahnya, dan diukur tinggi tanaman dan panjang akar, serta panjang dan lebar tajuk. Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji F, Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (α=5%). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa bobot basah tertinggi dan tidak berbeda nyata pada perlakuan pemberian pupuk urea pada perlakuan B (1003,3 gram), C (1006,7 gram), D (1008,3 gram) sedangkan perlakuan dengan POC menghasilkan bobot basah yang lebih rendah dan tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan E (616,7 gram), F (620 gram), dan G (621,7 gram). Hasil analisis finansial perlakuan pemberian urea B (urea 5 gram/polybag) R/C ratio paling tinggi (3,68) sedangkan hasil analisis penggunaan POC perlakuan E menghasilkan R/C tertinggi (2,19). Kata kunci: Urea, urine Kelinci, Sawi (Brassisca sp.), Batu

Transcript of Makalah sawi dan urine kelinci

Page 1: Makalah sawi dan urine kelinci

KAJIAN PUPUK ORGANIK CAIR URINE KELINCI DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAWI (Brassisca sp.)

(Studi Kasus di Lahan BBPP Batu)

Dwita Indrarosa

ABSTRAK

Pengkajian dilaksanakan di Lahan Praktek Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu-Jawa Timur mulai bulan Februari s.d Maret 2013. Tujuan dari penilaian adalah tujuan penilaian adalah untuk: (a). Mengetahui pengaruh pupuk urea dan kelinci POC terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi, (b) Menentukan dosis optimal POC dengan hasil setara dengan penggunaan pupuk urea (c) Mengetahui usahatani yang paling menguntungkan dari hasil analisis finansial. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 7 perlakuan diulang 4 kali, menggunakan pupuk urea dan Pupuk Organik Cair (POC) Kelinci. Penggunan Urea masing-masing 5 gr, 10 gr, 15 gr, dan penggunaan urine dengan komposisi 100 ml, 200 ml dan 300 ml : A (kontrol, tanpa pemupukan), B (Urea 5 gram/polybag), C (Urea 10 gram/polybag, D (Urea 15 gram/polybag), E (POC kelinci 100 ml/polybag), F (POC kelinci 200 ml/polybag), G (POC kelinci 300 ml/polybag). Benih Sawi (Brassisca Juncea L) yang digunakan sebagai tanaman indikator adalah sawi daging. Penanaman dilakukan dalam polybag 40 x 20 cm dengan media tanam berupa tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Analisis dasar tanah dan POC kelinci di lakukan di Laboratorium Kimia dan Fisika Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Contoh tanah diambil dari kedalaman 0-20 cm, pada areal tidak dekat galengan, jalan, saluran air, bekas penumpukan atau bekas sisa hasil tanaman atau pupuk lainnya, sedangkan sampel contoh POC berasal dari urine kelinci yang telah difermentasi. Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman dan jumlah daun yang diamati setiap dua minggu sekali sampai panen, panjang tajuk, lebar tajuk, panjang akar, serta bobot segar saat panen. Panen dilakukan dengan cara membersihkan tanaman dengan merendam akar tanaman agar terpisah dari tanah, kemudian ditimbang berat basahnya, dan diukur tinggi tanaman dan panjang akar, serta panjang dan lebar tajuk. Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji F, Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (α=5%). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa bobot basah tertinggi dan tidak berbeda nyata pada perlakuan pemberian pupuk urea pada perlakuan B (1003,3 gram), C (1006,7 gram), D (1008,3 gram) sedangkan perlakuan dengan POC menghasilkan bobot basah yang lebih rendah dan tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan E (616,7 gram), F (620 gram), dan G (621,7 gram). Hasil analisis finansial perlakuan pemberian urea B (urea 5 gram/polybag) R/C ratio paling tinggi (3,68) sedangkan hasil analisis penggunaan POC perlakuan E menghasilkan R/C tertinggi (2,19). Kata kunci: Urea, urine Kelinci, Sawi (Brassisca sp.), Batu

Page 2: Makalah sawi dan urine kelinci

I. PENDAHULUAN

Kegiatan pertanian yang diusahakan secara terus-menerus dengan

penggunaan pupuk buatan tanpa diimbangi dengan usaha pengembalian bahan

organik ke dalam tanah dapat mengakibatkan penurunan kandungan bahan

organik tanah secara cepat, sehingga produktifitas tanah menjadi semakin rendah

dan terjadinya proses degradasi kesuburan lahan pertanian. Oleh karena itu sangat

penting menambahkan bahan organik ke dalam tanah.

Menurut Permentan Nomor. 70/Permentan/SR.140/10/2011 Pupuk Organik

adalah pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran

hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui

proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan

mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara

dan bahan organik tanah serta memperbaiki struktur tanah/sifat fisik, kimia dan

biologi tanah. Lebih lanjut Lingga (1995), menyatakan bahwa tanah yang

berstruktur baik, dapat menunjang pertumbuhan akar menembus tanah melalui pori

- pori tanah sehingga dapat menyerap air dan unsur hara yang terlarut.

Pupuk Organik Cair atau POC pupuk organik berbentuk cair. Pupuk organik

cair yang berasal dari urine kelinci mempunyai kandungan unsur hara yang cukup

tinggi yaitu N 4%; P2O5 2,8%; dan K2O 1,2%, relatif lebih tinggi daripada

kandungan unsur hara pada sapi (N 1,21 %; P2O5 0,65 %; K2O 1,6%) dan kambing

(N 1,47 %; P2O5 0,05%; K2O 1,96 %) (Balittanah, 2006).

Beberapa hasil penelitian menggunakan POC kelinci yang telah dilakukan

menunjukkan hasil yang baik pada jagung sayur, kubis, buncis, kacang merah,

kentang, dan stroberi. Penelitian Noor, et al (1996), mengungkapkan bahwa

penggunaan kotoran kelinci pada berbagai sayuran di Sulawesi Selatan

menunjukkan peningkatan produksi sebesar 2,1% (jagung sayur), 11,8% (kubis),

12,5%(buncis), 22,7% (kacang merah) dan 5,5% (kentang). Penelitian

Mappanganro et al (2011) pada tanaman stroberi menunjukkan bahwa aplikasi

POC kelinci memberikan hasil terbaik pada perkembangan masa generatif hingga

produksi (umur berbunga dan berbuah, jumlah bunga dan buah, panjang, diameter

dan berat buah serta produksi) tanaman stroberi di antara pupuk organik cair dari

kotoran ternak POC sapi, POC kambing, dan POC ayam. Penelitian pada sawi oleh

Page 3: Makalah sawi dan urine kelinci

Vimala et al (2010) pada system pertanian organik, mampu menghasilkan bobot

segar 8-15 ton/ha.

Tanaman sawi dapat tumbuh baik di daerah dataran tinggi maupun dataran

rendah pada ketinggian 5 m sampai 1.200 m dpl, kisaran temperatur 4-35°C dan

curah hujan antara 300 mm- 350 mm selama masa pertumbuhan, kedalaman tanah

minimal 25 cm, tekstur lempung dan pasir, konsistensi gembur, drainase agak

cepat sampai baik dan reaksi pH tanah 5,2-8,2 dengan pH optimal 6,0-7,0

(Djaenuddin et.al., 2000). Tanaman bisa dipanen pada umur 30-35 HST dengan

potensi produksi 20-25 ton per hektar; sawi caisim mempunyai pertumbuhan

tanaman tegak dan tidak cepat berbunga, bentuk daun oval, agak bulat, tebal dan

agak berserat. Warna daun hijau, sedangkan tangkai daun hijau muda.

Penelitian bertujuan untuk: (a). Mengetahui pengaruh pupuk urea dan POC

kelinci terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi; (b) Untuk mengetahui dosis

POC yang optimal dengan hasil yang setara dengan penggunaan pupuk urea.

II. BAHAN DAN METODOLOGI

Pengkajian dilaksanakan di Lahan Praktek Balai Besar Pelatihan Peternakan

Batu Jawa Timur, mulai Februari s.d Maret 2013. Pengkajian menggunakan

Rancangan Acak Kelompok, dengan 7 perlakuan diulang 4 kali, menggunakan

pupuk urea dan Pupuk Organik Cair. Penggunan Urea masing-masing 5 gr, 10 gr,

15 gr, dan POC dengan komposisi 100 ml, 200 ml dan 300 ml (Tabel 1) yang

diberikan pada saat tanaman berumur 7 dan 14 hari setelah tanam (hst).

Tabel 1. Perlakuan POC Kelinci dan Urea pada Tanaman Sawi

No (Number)

Perlakuan (Treatment)

Urea (gr/polybag)

POC (ml/polybag)

hst, DAP

7 14 7 14

1 A 0 0 0 0 2 B 2.5 gr 2.5 0 0

3 C 5.0 5.0 0 0 4 D 7.5 7.5 0 0 5 E 0 0 50 50 6 F 0 0 100 100 7 G 0 0 150 150

Pupuk Organik Cair yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari urine

kelinci dengan kandungan unsur hara yang telah dianalisis: pH 6,9, C-Organik 1.19

% dan N total 12,33%. Unsur hara makro (P, K, Na, Ca dan Mg) masing-masing

Page 4: Makalah sawi dan urine kelinci

0,04%, 0,6%, 0,55%, 0,26%, dan 0,04% serta unsur mikro Fe 1,28 dan Mn 13,20

(Tabel 2).

Tabel 2. Hasil analisis pupuk organik cair (POC) dari Urine Kelinci

No Komponen

Analisis Hasil Analisis

1 pH 6,9

2 C Organik (%) 1,19

3 N Total 12,33

4 P 0,04

5 K 0,60

6 Na 0,55

7 Ca 0,26

8 Mg 0,04

9 Fe 1,28

10 Mn 13,20

Sumber: Laboratorium Kimia Tanah Universitas Brawijaya, Malang 2013.

Benih sawi yang digunakan sebagai tanaman indikator adalah sawi daging.

Penanaman dilakukan dalam polybag diameter 20 cm dan tinggi 40 cm. Analisis

dasar tanah dan POC kelinci di lakukan di Laboratorium Kimia dan Fisika Tanah

Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Sampel tanah

diambil dari kedalaman 0-20 cm, pada areal tidak dekat galengan, jalan, saluran

air, bekas penumpukan atau bekas sisa hasil tanaman atau pupuk lainnya.

Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman dan jumlah daun yang diamati

setiap dua minggu sekali sampai panen, panjang tajuk, lebar tajuk, panjang akar,

dan bobot segar saat panen. Sawi dipanen pada umur 35 hari setelah tanam

dengan cara membersihkan tanaman dan akar tanaman kemudian ditimbang berat

basahnya dan diukur tinggi tanaman dan panjang akar, serta panjang dan lebar

tajuk. Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji F. Apabila terdapat perbedaan

antar perlakuan dilakukan uji lanjut BNT (α=5%) untuk mengetahui perbedaan

pengaruh antar perlakuan (Gomez. A.K dan Gomez, A.A. 1993)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis tanah untuk media tanam sawi dalam polybag telah dilakukan di

Laboratorium Kimia Tanah Universitas Brawijaya (Tabel 3) dimana pH netral (pH

H2O 7,3; pH KCl 1N 7,0) dan C organik tinggi (4,99%), N sedang (0,48%), P

sedang (107,66%) dan K sangat tinggi (15,3).

Page 5: Makalah sawi dan urine kelinci

Tabel 3. Hasil Analisis Tanah Media Tanam

No Komponen

Analisis Tanah Hasil Analisis Keterangan

1 pH H2O 7,3 Netral

2 pH KCl 1N 7,0 Netral

3 C Organik 4,99 Tinggi

4 N Total 0,48 Sedang

5 C/N 10 Rendah

6 P Olsen (mg kg-1) 107,55 Sedang

7 K 15,3 Sangat tinggi

8 Na 8,3 Sangat tinggi

9 Ca 16,3 Tinggi

10 Mg 1 Rendah

11 KTK 41,7 Sangat tinggi

12 Klas Tekstur Lempung

13 Pasir 29

14 Debu 47

15 Liat 24

16 Kejenuhan Basa 40,9

Sumber: Laboratorium Kimia Tanah Universitas Brawijaya, 2013

Tekstur tanah media tanam adalah lempung. Menurut Islami dan Utomo

(1995), tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam

menyediakan unsur hara bagi tanaman. Tekstur tanah sangat berhubungan dengan

berbagai aspek antara lain terkait dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara,

pergerakan panas, luas permukaan spesifik (specific surface), berat volume tanah

dan kemudahan tanah memadat (compressibility). Tanah lempung biasanya

dicirikan dengan kemampuannya yang rendah dalam menyerap air, tekstur

tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat menyatu antara

butiran tanah yang satu dengan lainnya, dalam keadaan kering, butiran tanahnya

terpecah-pecah secara halus.

Kandungan C organik tanah tergolong tinggi, mencapai 4,99%. Pupuk

organik mempunyai kemampuan dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti

permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation

tanah (Hardjowigeno, 1987).

Kandungan N total 0,48% dalam kategori sedang. Kandungan P Olsen

107,55 % yang berarti termasuk sedang. Hasil analisis kandungan unsur hara

kalium pada media tanam sangat tinggi sebesar 15,3%. Kalium merupakan ion

yang bermuatan positif. Unsur hara Kalium diserap perakaran tanaman dalam

Page 6: Makalah sawi dan urine kelinci

bentuk kation K+. Ketiga unsur hara ini merupakan unsur hara makro yang banyak

diperlukan oleh tanaman. Kekurangan kandungan suatu unsur hara tertentu dapat

menghambat ketersediaan unsur hara lainnya bagi tanaman.

KTK media tanam termasuk dalam kategori sangat tinggi yaitu 41,7%.

Tingginya KTK pada media tanam diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

tanah untuk menahan unsur hara sehingga tidak mudah tercuci oleh air (leaching)

dan menjadi tersedia bagi tanaman. Hal ini menurut Hardjowigeno (1987) bahwa

KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan

tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara

lebih baik daripada tanah dengan KTK yang lebih rendah.

Pengaruh Perlakuan terhadap Komponen Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Sawi merupakan sayuran daun yang sangat respon terhadap pemberian

pupuk terutama Nitrogen dengan respon yang ditunjukkan pada tinggi tanaman dan

jumlah daun. Menurut Palimbungan et.al. (2006), Pemberian pupuk cair dalam

jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman mendukung terjadinya

pertumbuhan tanaman optimal yang menyebabkan proses pembelahan,

pembesaran dan pemanjangan sel akan berlangsung dengan cepat yang

mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh dengan cepat.

Pengaruh perlakuan yang diamati terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun

diamati sebanyak 4 kali mulai 14 hst, 21 hst, 28 hst, dan 35 hst (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil analisis data terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun.

Perla-kuan

Tinggi Tanaman (hst, cm)

Jumlah Daun (hst)

14 21 28 35 14 21 28 35

A 7,83 a 17,10 ab 13,03 a 20,1 b 5,5 a 11,0 b 12,2 a 15,2 a

B 7,33 a 19,90 a 18,5 a 27,3 a 6,0 a 13,0 a 15,0 a 17,8 a

C 7,27a 17,20 ab 22,0 a 27,6 a 5,7 a 12,0 ab 15,2 a 18,0 a

D 7,00 a 18,00 ab 22,9 a 27,6 a 5,2 a 12,0 ab 15,3 a 19,3 a

E 7,90 a 17,00 ab 22,0 a 24,9 ab 6,2 a 10,8 b 15,3 a 18,2 a

F 7,30 a 15,00 b 18,5 a 25,1 ab 6,2 a 9,5 c 15,2 a 18,3 a

G 7,20 a 17,20 ab 20,9 a 25,3 ab 5,5 a 9,7 c 15,2 a 18,5 a

CV (%) 8,9 13,48 32,39 12,15 13,31 5,65 18,19 14,14

Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada BNT (α=5%).

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada

tinggi saat pengamatan 14 hst, 21 hst, dan 28 hst, dan berpengaruh nyata pada

Page 7: Makalah sawi dan urine kelinci

pengamatan terakhir (35 hst) yang didukung oleh Hardjowigeno (2003) bahwa

salah satu kelemahan pupuk organik satu diantaranya adalah pengaruhnya yang

lamban terhadap pertumbuhan tanaman sedangkan pada pengamatan terakhir,

unsur hara dalam POC sudah mulai bisa diserap oleh tamanan sesuai dengan

perlakuan yang diberikan.

Pemupukan dengan urea pada perlakuan B (27,3 cm), C (27,6 cm), dan D

(27,3 cm) lebih tinggi daripada kontrol (20,1 cm). Demikian juga perlakuan

pemberian POC pada berbagai dosis perlakuan tinggi tanaman E (24,9 cm), F

(25,1 cm), dan G (25,3) juga lebih tinggi daripada kontrol. Hardjowigeno (2003)

mengemukakan bahwa salah satu kelemahan pupuk organik adalah kandungan

hara yang rendah serta pengaruh terhadap tanaman sangat lambat. Tinggi

tanaman ini diharapkan berpengaruh terhadap bobot segara tanaman.

Akan tetapi pengamatan pada jumlah daun ternyata perlakuan tidak

memberikan pengaruh yang nyata pada pengamatan 14 hst, 28 hst, dan 35 hst dan

hanya berpengaruh nyata pada 21 hst. Selanjutnya pengamatan pada panjang

tajuk, lebar tajuk, panjang akar, dan bobot segar saat panen pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisis data terhadap panjang tajuk, lebar tajuk, panjang akar, dan bobot segar saat panen.

Perlakuan Panjang Tajuk Lebar Tajuk Panjang Akar Bobot Segar

A 22,0 ab 19,0 ab 20,5 b 550 b

B 29,0 a 26,8 a 28,7 a 1003,3 a

C 18,5,b 17,2 b 23,6 ab 1006,7 a

D 27,7 ab 24,3 ab 23,2 ab 1008,3 a

E 28,2 ab 23,9 ab 28,6 a 616,7 b

F 18,3 b 16,5 b 28,1 a 620,0 b

G 23,0 ab 17,5 b 27,7 ab 621,7 b

CV 22,43 20.66 15,12 21,22

Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada BNT (α=5%)

Pengukuran bobot segar tanaman dilakukan pada saat panen yaitu setelah

tanaman berumur 42 hst. Penimbangan bobot segar tanaman dilakukan untuk

mengetahui tingkat produksi tanaman sawi. Hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa pengaruh perlakuan dosis pemberian pupuk cair berpengaruh nyata

Page 8: Makalah sawi dan urine kelinci

terhadap bobot segar tanaman sawi. Akan tetapi bobot segar sawi tidak

dipengaruhi oleh panjang tajuk, lebar tajuk, dan panjang akar.

Hasil analisis menunjukkan bahwa bobot basah tertinggi dan tidak berbeda

nyata pada perlakuan pemberian pupuk urea pada perlakuan B (1003,3 gram), C

(1006,7 gram), D (1008,3 gram) sedangkan perlakuan dengan POC menghasilkan

bobot basah yang lebih rendah dan tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan E

(616,7 gram), F (620 gram), dan G (621,7 gram).

Analisis Usahatani

Hasil analisis usahatani seperti ditunjukkan dalam Tabel 5 menunjukkan

bahwa perlakuan B dengan penggunaan urea paling rendah yaitu 5 gram

menghasilkan R/C ratio paling tinggi sebesar 3,68. Hal ini disebabkan penggunaan

factor sarana produksi yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan

perlakuan C dan D. Hal ini berarti bahwa tiap Rp 1000,- biaya yang dikeluarkan

akan menghasilkan tambahan penerimaan Rp 3.680,-. Untuk hasil analisis

penggunaan pupuk organik cair diperoleh hasil bahwa perlakuan E dengan R/C

senilai 2,19. Hasil perlakuan E lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan F dan G

disebabkan karena faktor sarana produksi yang tinggi bila dibandingkan dengan

perlakuaan B,Cdan D, sehingga hasil R/C yang diperoleh rendah bila dibandingkan

oleh perlakuan F dan G.

Penggunaan POC dari Urine kelinci baik digunakan pada tanaman sawi

tetapi dalam pengkajian ini dosis POC yang digunakan belum bisa menghasilkan

bobot basah sebagaimana tanaman yang dipupuk dengan urea. Penggunaan

pupuk urea sebanyak 5 grm perpolybag mampu meningkatkan produktifitas sawi

dengan hasil R/C sebesar 2,04. Penggunaan pupuk organik urine kelinci sebanyak

100 ml/polybag atau 650 liter per hektar dapat meningkatkan produktifitas tanaman

sawi memberikan hasil R/C yang tertinggi sebesar 2,19.

Untuk meningkatkan produktivitas sawi dari setiap lahan, petani dihadapkan

pada suatu masalah penggunaan modal dan teknologi yang tepat. Dalam

menghadapi pilihan tersebut kombinasi penggunaan modal seperti benih, pupuk

dan obat-obatan disamping tenaga kerja yang tepat akan menjadi dasar dalam

melaksanakan pilihan tersebut. Pilihan terhadap kombinasi penggunaan tenaga

kerja, benih, pupuk, obat-obatan yang optimal, akan mendapatkan hasil yang

Page 9: Makalah sawi dan urine kelinci

maksimal. Dengan kata lain suatu kombinasi input dapat menciptakan sejumlah

produksi dengan cara yang lebih efesien (Soekartawi, 2002).

Namun dalam kenyataannya, masalah penggunaan faktor produksi yang

terdapat pada usahatani masalah utama yang selalu dihadapi petani disamping

faktor produksi juga masalah keahlian. Seperti diketahui bahwa pendapatan

mempunyai hubungan langsung dengan hasil produksi usahatani, sedangkan

produksi yang dihasilkan ditentukan oleh keahlian seseorang dalam mengelola

penggunaan faktor produksi yang mendukung usahatani seperti tanah, tenaga

kerja, modal dan manejemen. Menurut Soekartawi (2002), usahatani pada

hakekatnya adalah perusahaan, maka seorang petani atau produsen sebelum

mengelola usahataninya akan mempertimbangkan antara biaya dan pendapatan,

dengan cara mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien,

guna memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif

bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki

dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efesien bila pemanfaatan sumberdaya

tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Page 10: Makalah sawi dan urine kelinci

Tabel 5. Analisis Finansial Usahatani Sawi

A URAIAN PERLAKUAN

1 Sarana Produksi Jumlah Harga Total A B C D E F G

Benih 6500 200 1,300,000.00 1,300,000.00 1,300,000.00 1,300,000.00 1,300,000.00 1,300,000.00 1,300,000.00 1,300,000.00

Poca

A (control)

B (Urea 5 gr /grams polybag),

32.5 1800 58,500.00

58,500.00

C (Urea 10 grams / polybag

65 1800 117,000.00

117,000.00

D (Urea 15 g / polybag),

97.5 1800 175,500.00

175,500.00

E (POC rabbit 100 ml / polybag

650 20000 13,000,000.00

13,000,000.00

F (POC rabbit 200 ml / polybag)

1300 20000 26,000,000.00

26,000,000.00

G (POC rabbit 300 ml / polybag).

1950 20000 39,000,000.00

39,000,000.00

Pupuk kandang 500 300 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00

Jumlah

1,450,000.00 1,508,500.00 1,567,000.00 1,625,500.00 14,450,000.00 27,450,000.00 40,450,000.00

2 Tenaga Kerja

Penyiapan lahan 10 25000 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00

Penyemaian 5 25000 125,000.00 125,000.00 125,000.00 125,000.00 125,000.00 125,000.00 125,000.00 125,000.00

Pembuatan Lubang 10 25000 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00

Penanaman 10 25000 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00 250,000.00

Panen 15 25000 375,000.00 375,000.00 375,000.00 375,000.00 375,000.00 375,000.00 375,000.00 375,000.00

Jumlah

1,250,000.00 1,250,000.00 1,250,000.00 1,250,000.00 1,250,000.00 1,250,000.00 1,250,000.00 1,250,000.00

3 Alat

Sprayer 3 300000 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00

Ember 5 30000 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00

Peti plastik 10 50000 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00

Jumlah

1,550,000.00 1,550,000.00 1,550,000.00 1,550,000.00 1,550,000.00 1,550,000.00 1,550,000.00 1,550,000.00

4 Sewa lahan

1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00

Biaya Total

5,250,000.00 5,308,500.00 5,367,000.00 5,425,500.00 18,250,000.00 31,250,000.00 44,250,000.00

B Penerimaan

10,725,000.00 19,558,500.00 19,617,000.00 19,656,000.00 40,040,000.00 40,300,000.00 40,365,000.00

C Keuntungan

5,475,000.00 14,250,000.00 14,250,000.00 14,230,500.00 21,790,000.00 9,050,000.00 (3,885,000.00)

B/C

1.04 2.68 2.66 2.62 1.19 0.29 (0.09)

R/C

2.04 3.68 3.66 3.62 2.19 1.29 0.91

Page 11: Makalah sawi dan urine kelinci

11

IV. KESIMPULAN

1. Bobot basah tertinggi dan tidak berbeda nyata pada perlakuan pemberian

pupuk urea pada perlakuan B (Urea 5 gram / polybag) mencapai 1003,3 gram),

C (Urea 10 grams/ polybag) sebanyak 1006,7 gram dan D (Urea 15 g /

polybag) 1008,3 gram.

2. Perlakuan dengan POC menghasilkan bobot basah yang lebih rendah dan

tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan E (POC rabbit 100 ml / polybag)

sebesar 616,7 gram, F (POC rabbit 200 ml/polybag) sebesar 620 gram dan G

(POC rabbit 300 ml / polybag 621,7 gram.

3. Hasil analisis finansial perlakuan pemberian urea B (urea 5 gram/polybag) R/C

ratio paling tinggi (3,68) sedangkan hasil analisis penggunaan POC perlakuan

E (POC kelinci 100 ml/polybag) menghasilkan R/C tertinggi (2,19).

Page 12: Makalah sawi dan urine kelinci

12

DAFTAR PUSTAKA

Balittanah. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer And Biofertilizer). Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Buckman dan Nyle.C. Brady. 1982 Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.

Djaenudin. D, Marwan. H, H. Subagyo, A. Mulyani, dan N. Suharta. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Badan Litbangtan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Gomez. A.K dan Gomez, A.A. 1993. Statistical Procedures for Agricultural Research. 2nd Edition. Los Banos.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Islami, T. dan Utomo, W.H. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press.Semarang.

Lingga, P.1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk . Penerbit Swadaya,Jakarta.

Mappanganro, N, Enny L.S, Baharuddin. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Stroberi Pada Berbagai Jenis Dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Dan Urine Sapi Dengan Sistem Hidroponik Irigasi Tetes (Growth And Production Of Strawberry Plant In Various Types And Concentrations Of Organic Liquid Fertilizer And Cow’s Urine With Drops Irrigation Hydroponic System). http://pasca.unhas.ac.id. Tanggal akses 12 September 2013.

Noor, N., Y.C., Raharjo, Murtiyeni dan R. Haryani. 1996. Pemanfaatan Usahatani Sayuran Untuk Pengembangan Agribisnis Kelinci di Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian. Balitnak Ciawi. Balittan Maros. Puslitbangtan. Bogor.

Palimbungan N., R. Labatar, dan F. Hamzah F., 2006. Pengaruh ekstrak daun lamtoro sebagai pupuk organic cair terhadap petumbuhan dan produksi tanaman sawi. J Agrisistem Vol 2 (2): 96 – 101.

Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.

Vimala P, M.N. M. Roff, O. Ahmad Shokri and A.H. Lim. 2010. Effect of organic fertilizer on the yield and nutrient content of leaf-mustard (Brassica juncea) organically grown under shelter. J. Trop. Agric. and Fd. Sc. 38(2)(2010): 153– 160