KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI POLINDES WATU GEDE

53
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Angka kematian balita (AKABA) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals (MDG’s), sampai dengan tahun 2015 Indonesia harus menurunkan angka kematian balita dari 97/1000 kelahiran hidup, menjadi 32/1000 kelahiran hidup. Ditinjau dari hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKABA saat ini 44/1000 KH. Artinya, kematian balita (0- 59 bulan) masih tinggi. Menurut World Health Organization (WHO) 54% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kematian balita dengan kekurangan gizi. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga bisa berakibat pada kematian (Depkes, 2010). Keadaan gizi kurang dan penyakit infeksi merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi, penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi. Penyakit yang umum terjadi terkait masalah gizi antara lain diare,

description

penelitian terhadap pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap peningkatan berat badan balita BGM

Transcript of KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI POLINDES WATU GEDE

Page 1: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Angka kematian balita (AKABA) merupakan salah satu indikator derajat

kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

(MDG’s), sampai dengan tahun 2015 Indonesia harus menurunkan angka

kematian balita dari 97/1000 kelahiran hidup, menjadi 32/1000 kelahiran

hidup. Ditinjau dari hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

2007, AKABA saat ini 44/1000 KH. Artinya, kematian balita (0- 59 bulan)

masih tinggi. Menurut World Health Organization (WHO) 54% kematian

bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Berbagai penelitian

telah membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kematian

balita dengan kekurangan gizi. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan

daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga bisa berakibat pada

kematian (Depkes, 2010).

Keadaan gizi kurang dan penyakit infeksi merupakan hubungan timbal

balik, yaitu hubungan sebab akibat. Keadaan gizi yang jelek dapat

mempermudah terkena infeksi, penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan

gizi. Penyakit yang umum terjadi terkait masalah gizi antara lain diare,

tuberkolusis, campak, dan batuk rejan (wooping cough) (Supariasa, 2012).

Gizi buruk atau gizi kurang dapat dilihat dari Status gizi balita yang di

deteksi melalui kurva berat badan pada KMS. Balita sehat, jika berat

badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita

warna diatasnya. Balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu

perhatian khusus bila berat badan balita dibawah garis merah (BGM)

(Depkes, 2000).

Faktor-faktor penyebab gizi buruk, yaitu asupan gizi dan pemahaman

tentang makanan yang aman untuk dimakan, penyakit menular, lingkungan,

akses terhadap pelayanan kesehatan dan pola asuh (Depkes, 2010).

Kekurangan zat gizi pada anak disebabkan karena anak mendapat makanan

yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan badan anak atau adanya

Page 2: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

2

ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi

kuantitatif maupun kualitatif (Moehji, 2003).

Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu

lebih diperhatikan adalah pada kelompok bayi dan balita (Depkes, 2010).

Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih

popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Masa balita

merupakan usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik. Kondisi

kecukupan gizi sangatlah berpengaruh pada kondisi kesehatannya secara

berkesinambungan pada masa mendatang (Muaris, 2006). Prevalensi status

gizi pada balita berdasarkan hasil Survey Pemantauan Status Gizi (PSG)

tahun 2006 diketahui bahwa di Jawa Timur terdapat 17,5 % balita yang

menderita Kurang Energi Protein (KEP) terdiri dari 2,6 % balita gizi buruk

dan 14,96 % balita gizi kurang. Jumlah balita yang ditimbang tahun 2006

sebesar 2.193.958, jumlah berat badan naik 1.560.784 (71,14 %), yang BGM

65.277 (2,98 %) dan balita gizi buruk yang mendapat perawatan 10.227

(78,65 %) dari seluruh jumlah balita gizi buruk 13.066. Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan pada 5 Februari 2013 di Polindes Watugede

Singosari, dari jumlah keseluruhan balita 596 orang, 28 balita (4,70%) berada

pada pita kuning, 19 balita (3,19%) berada dibawah garis merah (BGM).

Menurut buku pedoman pelayanan anak gizi buruk, Penanggulangan

balita gizi kurang dilakukan dengan pemberian makanan tambahan (PMT)

sedangkan balita gizi buruk harus mendapatkan perawatan sesuai tatalaksana

balita gizi buruk yang ada.

Berdasarkan panduan penyelenggaraan PMT-P bagi balita gizi kurang

(2011) makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain

makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi untuk

pemulihan gizi. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan

sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari.

PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas

daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Konsumsi makanan PMT-

P yang adekuat juga akan berpengaruh terhadap status gizi anak balita.

Page 3: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

3

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Pemberian PMT Terhadap Berat Badan Balita BGM Di

Polindes Watu Gede”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat badan

balita BGM di Polindes Watu Gede?

1.3. TUJUAN

1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh PMT terhadap berat badan balita BGM di polindes watu gede.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi berat badan balita BGM di polindes Watu Gede

sebelum pemberian makanan tambahan.

2. Mengidentifikasi berat badan balita BGM di polindes Watu Gede

setelah pemberian makanan tambahan.

3. Mengidentifikasi pengaruh PMT terhadap berat badan balita BGM di

polindes Watu Gede.

1.4. MANFAAT

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan

masukan dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

pemberian makanan tambahan dan balita dengan gizi kurang.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pengetahuan

bagi bidan dan kader posyandu dalam identifikasi dan penatalaksaanaan

balita dengan gizi kurang.

Page 4: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

4

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi bidan dan

kader posyandu dalam pemberian makanan tambahan bagi balita dengan

gizi kurang.

Page 5: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Berat Badan

2.1.1. Pengertian Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan

paling sering digunakan. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat

dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi,

kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan

adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan

sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan

mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat

dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi

penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan

jaringan lemak dan otot khususnya orang kekurangan gizi (Supariasa,

2012).

2.1.2. Alasan Pemilihan Berat Badan Sebagai Pengukur Laju Pertumbuhan

Menurut Supariasa (2012), beberapa pertimbangan mengenai Berat

badan merupakan parameter yang menjadi pilihan utama pengukur laju

pertumbuhan, antara lain:

1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu

singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan

kesehatan.

2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan

secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang

pertumbuhan.

3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum

dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang

memerlukan penjelasan secara meluas.

Page 6: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

6

4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan

pengukur.

5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik

untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan

juga berat badan sebagai dasar pengisian.

6. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian

status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan

dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.

7. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian

yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal

oleh masyarakat.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan

Dalam proses pertumbuhan, setiap individu akan mengalami siklus

yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat secara

cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses

percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor

herediter, faktor lingkungan, atau faktor hormonal.

1. Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan

sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak di samping

faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin,

ras, suku bangsa.

Pertumbuhan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir

akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan

serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki

maupun perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat

ketika mereka mencapai masa pubertas.

Ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam memengaruhi

pertumbuhan. Hal ini dapat dillihat pada suku bangasa tertentu yang

memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi seperti orang Asia

Page 7: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

7

cenderung lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan orang

Eropa atau lainnya.

2. Faktor Lingkungan

a. Budaya Lingkungan

Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di

masyarakat yang memengaruhi pertumbuhan anak. Budaya

lingkunga dapat menentukan bagaimana seseorang atau

masyarakat mempersepsikan pola hidup sehat, hal ini dapat

terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengikuti budaya yang

ada sehingga kemungkinan besar dapat menghambat dalam

aspek pertumbuhan. Sebagai contoh, anak yang dalam usia

tumbuh kembang membutuhkan makanan bergizi, namun

karena terdapat adat atau budaya tertentu yang melarang makan

dalam masa tertentu akan mengganggu atau menghambat masa

tumbuh kembang.

b. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi juga dapat memengaruhi pertumbuhan

anak. Anak dengen keluarga yang memiliki sosial ekonomi

tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik

dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi rendah.

Demikian juga anak berpendidikan rendah, tentu akan sulit

untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka

sering tidak mau atai tidak meyakini pentingnya pemenuhan

kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang

menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan

anak.

c. Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam

menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan

perkembangan. Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan

berkembang selama masa pertumbuhan. Dalam nutrisi terdapat

zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

Page 8: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

8

seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air.

Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau kurang terpenuhi

maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.

d. Iklim dan Cuaca

Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan

perkembangan. Misalnya pada saat musim tertentu kebutuhan

gizi dapat dengan mudah diperoleh, namun pada saat musim

yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim

kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangatlah

sulit.

e. Olahraga dan Latihan Fisik

Untuk melakukan aktifitas fisik, manusia membutuhkan

sejumlah energi. Jika kalori masuk kurang dari kalori keluar,

maka simpanan kalori (lemak) akan digunakan untuk menutupi

defisit energi. Kalori masuk adalah kalori yang diperoleh dari

makanan sedangkan kalori keluar adalah kebutuhan kalori untuk

Basic Metabolite Rate (BMR) ditambah dengan kalori

peraktivitas.

f. Posisi Anak dalam Keluarga

g. Status Kesehatan

Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian

pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila

anak dalam kondisi sehat dan sejahtera makan percempatan

untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebalikya.

Sebagai contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai

puncak dalam pertumbuhan dan perkembangan, namun apabila

saat itu pula terjadi penyakit kronis yang ada pada diri anak

maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh

kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis.

Page 9: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

9

3. Faktor Hormonal

Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak

antara lain hormon somatotropin, tiroid, dan glukokortikoid.

Hormon somatotropin (growth hormon) berperan dalam

memengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi

terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon

tiroid berperan daam menstimulasi metabolisme tubuh. Hormon

glukokortikoid berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial

dari testis dan ovarium, selanjutnya hormon tersebut akan

menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun

perempuan yang sesuai dengan peran hormonnnya.

2.1.4. Alat Ukur Berat Badan

Menurut Supriasa (2012) penentuan berat badan dilakukan dengan

cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya

memenuhi beberapa persyaratan:

1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.

2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.

3. Ketelitian penimbangan sebagiknya maksimum 0,1kg.

4. Skalanya mudah dibaca.

5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.

Alat yang memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan

untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin.

Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain :

1. Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan.

2. Dibuat di Indonesia, bukan import, dan mudah didapat.

3. Ketelitian dan ketepatan cukup baik.

Jenis timbangan lain yang digunakan adalah detecto yang terdapat di

Puskesmas. Timbangan kamar mandi (Bath Room Scale) tidak dapat

dipakai menimbang anak balita karena menggunakan “per”, sehingga

hasilnya dapat berubah-bah menurut kepekaan “per”nya.

Page 10: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

10

2.1.5. Cara Mengukur Berat Badan (Menimbang)

Periksalah dacin dengan seksama, apakah masih dalam kondisi baik

atau tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada

posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang.

Setelah alat timbang lainnya (celana/sarung timbang) dipasang pada

dacin, lakukan peneraan yaitu dengan cara menambah beban pada ujung

tangkai dacin, misalnya plastik berisi pasir.

Dalam buku kader (1995), diberikan petunjuk bagaimana

menimbang balita dengan menggunakan dacin, langkah-langkah

tersebut dikenal dengan 9 langkah penimbangan, yaitu :

1. Langkah 1

Gantung dacin pada :

a. Dahan pohon

b. Palang rumah, atau

c. Penyangga kaki tiga

2. Langkah 2

Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin

ke bawah kuat-kuat.

3. Langkah 3

Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang

dacin dikaitkan dengan tali pengaman.

4. Langkah 4

Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang

yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka 0 (nol).

5. Langkah 5

Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung

timbang atau kotak timbangan dengan cara memasukkan pasir ke

dalam kantong plastik.

6. Langkah 6

Anak ditimbang, dan seimbangkan dacin.

Page 11: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

11

7. Langkah 7

Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka di ujung

bandul geser.

8. Langkah 8

Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas.

9. Langkah 9

geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali

pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan.

2.1.6. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penimbangan

Menurut supariasa (2012) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam penimbangan berat badan bayi/balita.

1. Pemeriksaan alat timbang

Sebelum digunakan, dacin harus diperiksa secara seksama,

apakah masih dalam kondisi baik atau tidak. Dacin yang baik

adalah apabila bandul bergeser berada pada posisi 0,0 kg, jarum

penunjuk berada pada posisi seimbang. Disamping itu keadaan

bandul geser tidak longgar terhadap tangkai dacin, oleh karena itu

perlu pula dilakukan peneraan terhadap timbangan yang sudha

dipakai agak lama. Untuk penelitian, peneraan alat timbang ini

sangat penting untuk mendapatkan data dengan validitas tinggi.

2. Anak balita yang ditimbang

Pengalaman di lapangan cukup banyak anak balita yang takut

ditimbang, oleh karena itu dilakukan terlebih dahulu penimbangan

pada balita yang tidak merasa takut. Apabila anak yang ditimbang

pertama takut dan menangis, maka akan mempengaruhi anak yang

akan ditimbang berikutnya. Kadang-kadang anak yang belum

ditimbang sudah menangis terlebih dahulu, karena melihat

pengalaman sebelumnya.

Balita yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian yang

seminim dan seringan mungkin. Sepatu, baju, dan topi sebaiknya

dilepaskan. Apabila hal ini tidak memungkinkan, maka hasil

Page 12: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

12

penimbangan harus dikoreksi dengan berat kain balita yang ikut

tertimbang. Bila keadaan ini memaksa dimana anak balita tidak

mau ditimbang tanpa ibunya atau orang tua yang menyertainya,

maka timbangan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan

injak dengan cara pertama, timbang balita beserta ibunya. Kedua,

timbang ibunya saja. Ketiga, hasil timbangan dihitung dengan

mengurangi berat ibu dan anak, dengan berat ibu sendiri.

3. Keamanan

Faktor keamanan penimbangan sangat perlu diperhatikan.

Tidak jarang petugas di lapangan kurang memperhatikan keamanan

itu. Misalnya langkah ke-2 dari 9 langkah penimbangan tidak

dilakukan, maka kemungkinan dacin dan anak yang ditimbang bisa

jatuh, karena dacin tidak tergantung kuat. Oleh karena itu, segala

sesuatu menyangkut keamanan harus diperhatikan termasuk lantai

dimana dilakukan penimbangan. Lantai tidak boleh terlalu

licin,berkerikil atau bertangga. Hal itu dapat mempengaruhi

keamanan, baik yang ditimbang maupun petugas.

4. Pengetahuan dasar petugas

Untuk memperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan

untuk mengetahui berat badan anak secara umum pada umur-umur

tertentu. Hal ini sangat penting diketahui untuk dapat

memperkirakan posisi bandul geser yang mendekati skala berat

pada dacin sesuai dengan umur anak yang ditimbang. Cara ini

dapat menghemat waktu, jika penimbangan dilakukan dengan

memindah-mindahkan bandul geser secara tidak menentu.

2.1.7. Interpretasi Hasil Penimbangan

Berat badan merupakan indikator sederhana yang digunakan

dilapangan atau puskesmas untuk menentukan status gizi anak, yaitu

dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Pada KMS dapat di

ketahui apakah keadaan gizi anak tergolong normal, kurang atau buruk.

Page 13: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

13

Tabel 2.1. Berat Badan dan Tinggi Badan Balita Usia 2-5 Tahun

Usia Jenis Kelamin BB TB

2 tahunPerempuan 10,4-13,6 kg 81,3-87 cmLaki-Laki 10,9-15 kg 81,9-91 cm

3 tahunPerempuan 11,8-15,9 kg 88,9-99,1 cmLaki-Laki 12,7-17,2 kg 90,2-100,3 cm

4 tahunPerempuan 13,6-18,1 kg 95,3-106 cmLaki-Laki 13,8-19,1 kg 96,5-108 cm

5 tahunPerempuan 15-20,9 kg 101,6-114,3 cmLaki-Laki 15,9-21,8 kg 102,9-114,9 cm

Sumber : Adzania (2004, 3)

Berdasarkan tabel 2.1 dan kurva pada KMS, status gizi anak dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. status gizi normal, bila BB anak antara 90-100% dari BB standar

atau pada KMS posisi BB berada pada garis titik-titik.

b. Status gizi kurang, bila BB anak antara 80-90% dari BB standar

atau pada KMS posisi BB berada di bawah garis titik-titik.

c. Status gizi buruk, bila BB anak kurang atau sama dengan 80% dari

BB standar atau pada KMS posisi BB berada dibawah garis merah.

2.2. Konsep Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

2.2.1. Pengertian PMT

Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain

makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi.

Makanan Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang

diperuntukkan bagi balita usia 6- 59 bulan sebagai makanan tambahan

untuk pemulihan gizi (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2.2.2. Prinsip PMT

Menurut panduan penyelenggaraan PMT-P bagi balita gizi kurang, prinsip

dasar PMT adalah sebagai berikut :

1. PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan

lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang.

Page 14: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

14

2. PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang

dikonsumsi oleh balita sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti

makanan utama.

3. PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita

sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi

antar ibu dari balita sasaran.

2.2.3. Jenis dan Bentuk PMT

1. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan

atau makanan lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat

digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat

dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk

keamanan pangan.

2. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan

gizi balita sasaran.

3. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi

kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga.

4. Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein

hewani maupun nabati (misalnya telur/ ikan/ daging/ ayam, kacang-

kacangan atau penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang

terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.

5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-

turut.

6. Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan/ makanan

lokal ada 2 jenis yaitu berupa:

a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)

b. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan

berupa makanan keluarga.

7. Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada balita

dapat disesuaikan dengan pola makanan sebagaimana tabel 2.2

Page 15: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

15

Tabel 2.2. Pola Pemberian Makanan Bayi dan Anak Balita

Umur(Bulan)

ASIJenis Makanan

Makanan Lumat

Makanan Lembik

Makanan Keluarga

0 - 6* √6 – 8 √ √9 – 11 √ √12 - 23 √ √24 - 59 √

Keterangan : 6* = 5 bulan 29 hari

Sumber : Depkes RI (2011, 7)

2.3. Kacang Hijau

Dalam penelitian ini digunakan kolak kacang hijau sebagai makanan

tambahan.

2.3.1. Deskripsi dan Morfologi Kacang Hijau

Tanaman kacang hijau tergolong ke dalam golongan tanaman palawija

(tanaman pangan). Tanaman kacang hijau membentuk polong dan

tanaman berbentuk perdu atau semak.

a. Akar

Perakaran kacang hijau tersusun atas akar tunggang, akar serabut, dan

akar lateral.

b. Batang

Batang tanaman kacang hijau mengayu, berbatang jenis perdu

(semak), berambut atau berbulu dengan struktur bulu yang

beragam, bewarna kecoklatan muda atau hijau.

c. Daun

Tanaman kacang hijau berdaun majemuk yang bersusun 3 helaian

anak daun setiap tangkai. Daun berbentuk lonjong dengan bagian

ujung runcing. Daun berwarna hijau sampai hijau tua dengan

struktur bulu beragam sesuai varietasnya.

Page 16: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

16

d. Bunga

Bunga tanama kacang hijau berbentuk menyerupai kupu-kupu

dengan mahkota bunga berwarna kuning keabu-abuan atau kuning

muda, tergantung varietasnya.

e. Buah

Buah kacang hijau berbentuk polong yang panjangnya sekitar 6-

15cm, warna polong hitam. Polong kacang hijau tersusun

bersegmen-segmen yang berisi biji. Jumlah biji dalam satu polong

bervariasi antara 6-16 buah.

f. Biji

Biji berbentuk bulat kecil berwarna hijau sampai hijau gelap.

Warna tersebut merupakan warna dari kulit bijinya. Biji kacang

hijau berkeping dua dan terbungkus oleh kulit.

2.3.2. Klasifikasi Kacang Hijau

Dalam ilmu tumbuhan, tanaman kacang hijau diklasifikasikan sebagai

berikut :

Divisio (divisi) : Spermatophyta (tanaman berbiji)

Subdivisio (subdivisi) : Angeaspermae (biji berada dalam buah)

Clas (Kelas) : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo (bangsa) : Leguminales

Famillia (suku) : Leguminoceae (kacang-kacangan)

Subfamillia : Papillionoideae

Genus (marga) : Phaseolus

Spesies (jenis) : Phaseolus Aurus atau Phaseolus Radiatus

L.

2.3.3. Manfaat dan Kegunaan Kacang Hijau

Biji kacang hijau sebagian besar dikonsumsi untuk bahan makanan

seperti taoge, bubur, tepung, pati, dan minuman. Pada umumnya yang

paling disukai adalah taoge (kecambah). Meskipun demikian kacang

hijau dalam bentuk tepung juga banyak digunakan di mana-mana.

Page 17: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

17

Kacang hijau merupakan sumber protein, vitamin dan mineral yang

penting bagi manusia. Dengan potensinya ini kacang hijau dapat

mengisi kekurangan protein (Soeprapto, 2010).

Menurut Cahyono (2011) Di indonesia, kacang hijau merupakan

komoditas kacang-kacangan yang penting setelah kacang kedelai dan

kacang tanah. Kacang hijau memiliki bermacam-macam manfaat di

dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai bahan makanan

manusia, untuk pengobatan (terapi), dan untuk bahan pakan ternak.

Sedangkan kegunaan kacang hijau adalah dapat diolah menjadi

bermacam-macam produk makanan yang lebih sempurna.

a. Bahan makanan manusia

Kacang hijau sebagai bahan makanan manusia cukup baik

dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan tubuh,

karena disamping kaya protein, juga mengandung zat-zat gizi

lainnya yang cukup lengkap.

Protein biji kacang hijau mengandung asam amino yang cukup

lengkap terdiri atas asam amino esensial (isoleusin, leucin, lysin,

methionin, phenylalanin, theronin, dan valin) dan asam amino

non esensial (Alanit, arginin, asam aspartat, asam glutamat,

glycin, trptophan, dan tyrosin).

Page 18: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

18

Tabel 2.3. Kandungan Gizi Kacang Hijau Dan Hasil Olahan

Kacang Hijau (Tepung Hungkue) Tiap 100gr Bahan Yang Dapat

Dimakan.

Jenis ZatKadar

Kacang Hijau Tepung HungkueKalori (Kal) 345,00 364,00Protein (g) 20,4-24,81 4,50Lemak (g) 1,20 1,00

Karbohidrat (g) 62,90 83,50Kalsium/Ca (mg) 125,00 50,00

Fosfat/P (mg) 320,00 100,00Besi/Fe (mg) 6,70 1,00

Vitamin A (SI) 157,00 0Vitamin B1 (mg) 0,64 0Vitamin C (mg) 6,00 0

Air (g) 10,00 10,00Sumber: Direktorat Gizi.Depkes RI.1981

Tabel 2.4. Kandungan Asam Amino biji kacang hijau

Jenis Asam Amino Kandungan (%)Alanin 4,15Arginin 4,44Asam aspartat 12,10Asam glutamat 17,00Glisin 4,03Hitsidin 4,05Isoleusin* 6,95Leusin* 12,90Lisin* 7,94Metionin* 0,84Fenilalanin* 7,07Profin 4,72Serin 5,35Treonin* 4,50Triptofan 1,35Tirosin 3,86Valin* 8,23

Keterangan: *) asam amino esensial

Sumber: Soeprapto (2010)

Page 19: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

19

b. Pengobatan (Terapi)

Kacang hijau sebgai bahan makanan juga berkhasiat untuk

pengobatan beberapa jenis penyakit, karena kacang hijau juga

mengandung zat-zat yang berkhasiat sebagai obat. Kacang hijau

untuk pengobatan berkhasiat mencegah dan menyembuhkan

penyakit beri-beri (bubur kacang hijau), antisterilitas (taoge),

selain itu taoge kacang hijau dapat melancarkan buang air kecil,

menghaluskan kulit wajah, menurunkan kadar gula bagi penderita

kencing manis, dan menurunkan berat badan bagi penderita

obesitas.

c. Bahan Pakan Ternak

Kacang hijau sangat baik diberikan kepada unggas karena bisa

meningkatkan produksi telur dan daging.

Page 20: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

20

2.4. Kerangka Konsep

Keterangan:

diteliti

tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Pengaruh PMT Terhadap Berat Badan Balita

BGM di Polindes Watu Gede Singosari

2.5. Hipotesis

Ada pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat badan balita

BGM di Polindes Watu Gede Singosari.

Status Gizi

Balita:

1. Normal

2. BGT

3. BGMPemberian Makanan

TambahanBerat Badan

Meningkat

Tetap

Turun

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan:

1. Faktor Herediter2. Faktor Lingkungan

- Budaya lingkungan- Status sosial ekonomi- Nutrisi- Iklim dan Cuaca- Olahraga atau

Latihan Fisik- Posisi anak dalam

keluarga- Status kesehatan

3. Faktor Hormonal

Page 21: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian “Quasi Eksperimen”

yaitu metode penelitian yang tidak menggunakan rancangan eksperimen

sungguhan (eksperimen semu), dengan rancangan “Non-Equivalent Control

Group” dan menggunakan pendekatan cohort. Dengan demikian dapat

diketahui perbedaan berat badan balita antara yang diberi makanan tambahan

dengan yang tidak.

Pretest Perlakuan Postest

Kelompok Eksperimen 01 x 02

Kelompok Kontrol 01 02

Gambar 3.1. Rancangan Non-Equivalent Control Group

Page 22: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

22

3.3. Kerangka Operasional

Gambar 3.2. Kerangka Operasional Pengaruh PMT Terhadap Berat Badan Balita

BGM di Polindes Watu Gede Singosari

Teknik Pengolahan Data1. Editing 3. Transfering2. Coding 4. Tabulating

Analisa DataMann-Whitney U-test

KesimpulanH1 diterima apabila Z hitung < Z tabelH1 ditolak apabila Z hitung > Z tabel

PopulasiSemua balita dengan berat badan

BGM di wilayah Polindes Watugede, Singosari

sejumlah 19 balita (Agustus 2012)

Kriteria Inklusi Total Sampling

SampleSemua balita dengan berat badan

BGM Usia 3-5 tahunyang terdapat di wilayah polindes

Watugede Singosarisejumlah 19 balita

Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

Teknik Pengumpulan Data1. Pengumpulan data balita BGM2. Penimbangan berat badan sebelum

pemberian makanan tambahan3. Pemberian makanan tambahan4. Penimbangan berat badan sesudah

pemberian makanan tambahan

Page 23: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

23

3.4. Populasi, Sampel, dan Sampling

3.4.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita dengan berat badan

BGM di wilayah Polindes Watugede, Singosari, yaitu sebanyak 19 balita

3.4.2. Sampel

Semua balita dengan berat badan BGM Usia 3-5 tahun yang terdapat di

wilayah polindes Watugede Singosari dan memenuhi kriteria inklusi,

yaitu sebanyak 19 balita

Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan sebanyak

10 orang dan kelompok kontrol sebanyak 9 orang.

3.4.3. Sampling

Dalam penelitian ini teknik pengambilang sampel secara total sampling.

Pelaksanaan pengambilan sampel secara total ini antara lain sebagai

berikut:

Mula-mula peneliti mengadakan studi pendahuluan untuk mengetahui

jumlah dan karakteristik populasi. Kemudian peneliti menetapkan

berdasarkan pertimbangannya, seluruh anggota populasi yang memenuhi

kriteria inklusi menjadi sampel penelitian.

Page 24: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

24

3.5. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada ada dua variabel:

3.5.1. Variabel Independen

Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi pada penelitian ini, yaitu

pemberian makanan tambahan berupa kolak kacang hijau dan susu.

3.5.2. Variabel Dependen

Faktor-faktor yang diduga dapat dipengaruhi pada penelitian ini, yaitu

berat badan balita.

3.6. Definisi Variabel

3.6.1. Definisi Konseptual

a. Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain

makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan

gizi. Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein

hewani maupun nabati (misalnya telur/ ikan/daging/ayam, kacang-

kacangan atau penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang

terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.

b. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan

paling sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah dari

protein, lemak, air dan mineral pada tulang.

Page 25: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

25

3.6.2. Definisi Operasional

Table 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat UkurSkala Ukur

Kategori

Pemberian Makanan Tambahan

Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. Makanan tambahan berupa kolak kacang hijau sebanyak 1 gelas (200cc) dengan frekuensi 1 kali sehari selama 30 hari.Komposisi (untuk 10 porsi) :- 250 gr Kacang hijau - 1 liter Air - ½ sdt garam- 2 cm jahe- 1 lembar daun

pandan- 200 gr gula jawa- 50 gr gula pasir- 200 ml santan kentalKandungan Gizi dalam 1 porsi :- Energi 240,45 kal- Protein 6,47 gr- Karbohidrat 40 gr- Lemak 7,3 gr

Gelas Ukur Nominal 1. Diberi2. Tidak

diberi

Berat badan balita

Selisih antara berat badan awal dan berat badan akhir.

Timbangan Rasio 1. Meningkat

2. Tetap3. turun

Page 26: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

26

3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.7.1. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah

- Balita usia 3-5 tahun

- Balita dengan berat badan dibawah garis merah.

- Tidak memiliki riwayat atau sedang menderita batuk lama dan diare.

- Orang tua bersedia berperan serta dan mengijinkan balitanya untuk

diberikan PMT.

3.7.2. Kriteria Eksklusi

- Balita yang tidak mengkonsumsi PMT yang diberikan lebih dari 3 kali

pemberian.

3.8. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : Polindes Watugede Singosari

Waktu Penelitian : Maret-April 2013

3.9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.

a. Persiapan

Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, antara lain :

1) Lembar protocol dan observasi.

2) Kolak Kacang hijau sesuai jumlah responden (@ responden 200ml)

b. Pelaksanaan

1) Kepada setiap balita Usia 3-5 tahun dengan berat badan BGM yang

terdapat di wilayah polindes Watugede Singosari dianamnese dan

diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan.

Pendataan dilakukan saat posyandu.

2) Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian terhadap orangtua balita.

3) Meminta persetujuan ibu dari balita untuk mengikuti penelitian

dengan cara menandatangani inform consent.

Page 27: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

27

4) Menjelaskan tentang protocol observasi sebelum mengonsumsi

makanan tambahan dan selama mengonsumsi makanan tambahan.

5) Menimbang berat badan awal balita sebelum diberi makanan

tambahan.

6) Membagi sampel menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan

(10 orang) dan kelompok kontrol (9 orang).

7) Memberikan makanan tambahan berupa kolak kacang hijau.

Pemberian kolak kacang hijau dilakukan oleh peneliti.

8) Observasi dilakukan 1 bulan berikutnya.

9) Menimbang berat badan balita setelah pemberian makanan

tambahan.

3.10. Teknik Pengolahan Data

3.10.1. Editing

Editing adalah proses pemeriksaan kembali lembar protocol dan lembar

observasi dengan maksud untuk mengecek apakah lembar tersebut telah

diisi responden sesuai petunjuk sebelumnya.

3.10.2. Coding

Coding yaitu memberikan kode pada responden seta jawaban yang telah

dibuat untuk memudahkan penilaian. Kode dalam penelitian ini adalah :

a. Responden

Responden 1 = R1

Responden 2 = R2 ...dst

b. Perlakuan

Kelompok eksperimen = 1

Kelompok kontrol = 2

Page 28: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

28

c. Pekerjaan Orang Tua

PNS/ABRI = 1

Swasta = 2

Wiraswasta = 3

Tidak bekerja = 4

d. Pendidikan Ibu

Tidak tamat SD = 1

SD = 2

SMP = 3

SMA = 4

PT = 5

e. Kriteria

Naik = 1

Tetap = 2

Turun = 3

Transfering

Transfering adalah memindahka data yang telah diperoleh da akan

dimasukkan kedalam media tertentu (master sheet).

3.9.3. Tabulating

Tabulating adalah menyusun data dalam bentuk tabel untuk disajikan

dan dianalisis, sehingga penyajian dan analisis data lebih mudah.

Page 29: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

n1 (n1+1) 2

n2 (n2+1) 2

U –

n1xn2 (n1+n2+1) 12

n1xn2 2

29

3.10. Teknik Analisa Data

Setelah data dikumpulkan dan diolah, selanjutnya untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat badan

balita BGM di polindes watugede singosari digunakan uji statistik Mann-

Whitney U-Test dengan rumus :

U1=n1n2 + - R1

U2=n1n2 + - R2

Keterangan :

n1 = jumlah sampel 1

n2 = jumlah sampel 2

U1 = jumlah peringkat 1

U2 = jumlah peringkat 2

R1 = jumlah rangking pada sampel n1

R2 = jumlah rangking pada sampel n2

Apabila n>20 menggunakan pendekatan distribusi normal dengan rumus :

Z =

Hipotesis statistiknya :

H0 = tidak ada pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat

badan balita BGM di polindes Watugede Singosari.

H1 = ada pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap berat badan

balita BGM di polindes Watugede Singosari.

Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Z hitung dengan

Z tabel pada taraf signifikansi α 0,05 dan titik kritis 1,96.

Page 30: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

30

Tolak H1 jika Z hitung > Z Tabel

Terima H1 jika Z hitung < Z Tabel

3.11. Etika Penelitian

3.11.1. Inform Consent (Lembar Persetujuan Menajadi Responden)

Dalam pengambilan sampel penelitian, peneliti terlebih dahulu

menjelaskan tentang maksud dan tujuan serta manfaat penelitian ini

kepada orang tua responden dan setelah menerima penjelasan orang tua

responden dapat mengerti, maka orang tua responden diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan jika mereka setuju. Jika orang tua

responden tidak bersedia maka peneliti harus tetap menghormati hak

orang tua responden.

3.11.2. Anonimity (Tanpa Nama)

Nama balita dan orang tua balita yang menajdi responden tidak perlu

dicantumkan pada lembar pengumpulan data. Untuk mengetahui

keikutsertaan responden yang diteliti, ditulis nama kode pada masing-

masing lembar.

3.11.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan hasil informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin

oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan pada

hasil penelitian.

3.12. Jadwal Penelitian

Jadwal Terlampir

Page 31: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

31

Terdapat beberapa macam produk hasil olahan susu :

a. Susu homogen

Susu yang telah diproses untuk memecahkan butiran-butiran

lemaknya sedemikian rupa, sehingga setela 48 jam penyimpanan

tanpa adanya gangguan pada suhu 10-150C, tidak terjadi pemisahan

krim pada susu.

b. Susu skim

Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal setelah sebagian

atau seluruh krim dipisahkan. Pemisahan krim tersebut dilakukan

dengan alat cream separator. Susu skim mengandung semua zat gizi

dari susu kecuali sebagian lemak dan vitamin-vitamin yang larut

lemak.

c. Krim

Krim adalah bagian dari susu yang kaya akna lemak, yang

timbul ke bagian permukaan apabila susu didiankan atau dipisahkan

dengan alat pemisah sentrifugal. Kadar lemak dalam krim dapat

divariasikan tergantung dari penggunaan selanjutnya. Sebagai

contoh, light coffe atau table cream mengandung sekitar 18-30%

lemak, sedangkan whipping cream kadar lemaknya sekitar 30-36%.

d. Susu kental

Terdapat dua macam produk yang tergolong seabgai susu kental,

yaitu yang berasa manis dan tidak manis. Secara umum istilah susu

kental digunakan bagi produk yang diberi tambahan gula (sukrosa)

sehingga hasil akhirnya disebut susu kental manis (SKM),

sedangkan untuk produk susu kental yang tidak diberi tambahan

gula diberi istilah susu evaporasi.

e. Susu bubuk

Produk susu bubuk atau tepung susu dibuat sebagai kelanjutan

dari proses penguapan. Biasanya kadar air susu diturunkan sampai

mencapai kurang dari 5% (sebaiknya kurang dari 2%). Susu penuh

Page 32: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

32

susu skim dan bahkan campuran keduanya, dapat diolah menjadi

menjadi susu bubuk.

f. Yoghurt

Yoghurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi. Proses

pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman beberapa aba yang

lalu, dengan cara membiarkan susu terkontaminasi oleh mikroba

secara alami sehingga menjadi masam.

g. Keju

Keju adalah produk olahan susu yang dibuat dari dadih susu,

yang diperoleh baik dari susu penih atau susu skim dengan cara

menggumpalkan kasein menggunakan enzim rennet atau dengan

cara meningkatkan keasaman susu melalui fermentasi asam laktat,

atau dengan kombinasi kedua cara tersebut.

h. Eskrim

Unsur-unsur pokok yang terdapat dalam es krim adalah susu,

krim, gula, flavouring serta bahan penstabil dan pembentuk emulsi.

i. Susu rendah laktosa

Laktosa yang terkandung dalam susu tidak akan dapat diserap

dari usus kecil kalau tidak diuraikan menjadi komponen

penyusunnya, yaitu glukosa dan galaktosa. Tidak adanya atau

defisiensi enzim laktase pada seseorang akan mengakibatkan

laktosa susu tidak dicerna dan diserap. Laktase adalah enzim yang

dapat menguraikan laktosa tersebut dan terdapat di dalam bagian sel

mukosa yang melapisi permukaan usus kecil.

Untuk mengatasi masalah diatas dikembangkan produk susu

dengan kadar laktosa yang rendah. Ada dua macam metode yang

dapat diterapkan untuk menurunkan kadar laktosa dalam susu.

Pertama dengan cara menambah enzim laktase pada susu, sehingga

laktosa yang teradapat akan dihidrolisis menjdi glukosa dan

galaktosa. Cara kedua adalah dengan menggunakan teknik ultra

filtrasi, dimana laktosa dapat dipisahkan dari susu.

Page 33: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

33

Tabel 2.5. Komposisi Kimia Beberapa Produk Olahan Susu

Produk Lemak

Protein Laktosa Abu Air

Light cream 19,0% 2,9% 4,1% O,6% 73,4%Whipping cream 36,0% 2,2% 3,1% 0,5% 58,2%Susu skim (non-fat skim milk)

0,1% 3,7% 5,0% 0,8% 90,4%

Sumber : Muchtadi (2009,127)

3. MODISCO

MODISCO singkatan dari Modified Dread Skimed and Coconut Oil

yang banyak digunakan di Indonesia merupakan modifikasi yang

digunakan di Uganda (1973). Modifikasi dilakukan dengan

pertimbangan ketersediaan bahan lokal, selera, daya cerna, kebutuhan

kalori serta tingkat KEP sendiri. Modisco dicobakan pertama kali untuk

anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda (Afrika)

dengan hasil memuaskan. (Depkes RI, 2003)

Modisco dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk Modisco II, Kolak

Ubi Modisco, dan Puding Modisco.

a. Modisco II

Bahan :

Susu skim 10 gram

Gula Pasir 5 gram

Margarine 5 gram

Air masak 200 cc

Nilai Gizi :

Energi : 100 kalori

Protein : 3,6 gram

Lemak : 4 gram

b. Kolak Ubi Modisco

Bahan :

Page 34: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

34

Larutan modisco (susu skim 12 gram, gula pasir 5 gram, margarine

5 gram)

Ubi merah 50 gram

Gula Pasir 10 gram

Vanili

Nilai Gizi :

Energi : 222 kalori

Protein : 3,88 gram

c. Puding Modisco

Bahan :

Modisco III 600 cc

Agar-agar bubuk 1 bungkus

Nilai Gizi :

Energi : 130 kal

Protein : 3 gram

Lemak : 7,5 gram

Page 35: KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI POLINDES WATU GEDE

35

4. Buah – Buahan

a. Pisang

Pisang dengan mudah dapat dicerna, gula yang terdapat di dalam

buah tersebut diubah menjadi sumber tenaga yang bagus secara

cepat, dan itu sangat baik bagi pembentukan tubuh, untuk kerja oto,

dan sangat bagus untuk menghilangkan rasa lelah. (Jordan, 2010)

b. Jeruk

Jeruk mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bermanfaat,

misalnya : limonene, linalin, asetat, geranil asetat, felladen dan sitral

dan asam sitrat. 100 gram jeruk mengandung vitamin C 27 miligram,

kalsium 40 miligram, fosfor 22 miligram, hidrat arang 12,4 gram,

vitamin B10 sebanyak 0,4 miligram, zat besi 0,6 miligram, lemak 0,1

gram, kalori 37 gram, protein 0,8 gram dan air 86 gram. (Jordan,

2010)

d. Semangka

Semangka memiliki kulit berwarna hijau dan kuning sementara

daging yang manis, berair biasanya berwarna merah atau kuning.

Semangka mengandung citrulline yang memicu produksi nitrat

oksida yang membuat pembuluh darah rileks. Kadar gula dalam

semangka juga cukup tinggi. (Jordan, 2010)

e. Pepaya

Pepaya kaya akan kandungan penting seperti karbohidrat, lemak,

protein, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, kalsium, fosfor, zat

besi, dan serat. (Jordan, 2010)

f. Apel

Apel kaya akan serat, fitokimia, dan flavonoid. Serat yang

terkandung dalam apel sebanyak 5 gram dapat membantu

melancarkan pencernaan. Fitokimia berfungsi sebagai antioksidan

yang melawan kolesterol jahat. Flavonoid mencegah pertumbuhan

sel kanker. (Jordan, 2010)