Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

24
BAB II LANDASAN TEORI Sudut Pada theodolit piringan horizontal untuk pembacaan sudut horizontal dan piringan vertikal untuk pembacaan sudut vertikal. Sudut terbagi menjadi dua yaitu : 2.1.1 Sudut Horizontal (sudut mendatar) Sudut horizontal adalah : proyeksi dari sudut yang dibentuk oleh dua arah garis bidik dibidang mendatar atau sudut yang dibentuk dari 2 arah horizontal yang besarnya selisih dari 2 arah horizontal tersebut. Contoh pembacaan sudut Horizontal. - Dirikan alat di titik P, sentring alat - Bidik titik A Bacaan sudutnya 65 o 58 o 25 o - Kemudian bidik titik B Bacaan sudutnya 30 o 51 o 10 o - Perhitungan sudut PA - B <PA – B = PA – PB = 65 o 58 o 25 o – 30 o 51 o 10 o = 35 o 7 o 15 o A B P β

Transcript of Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Page 1: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 SudutPada theodolit piringan horizontal untuk pembacaan sudut horizontal dan piringan vertikal untuk pembacaan sudut vertikal.

Sudut terbagi menjadi dua yaitu :

2.1.1 Sudut Horizontal (sudut mendatar)Sudut horizontal adalah : proyeksi dari sudut yang dibentuk oleh dua arah garis

bidik dibidang mendatar atau sudut yang dibentuk dari 2 arah horizontal yang besarnya selisih dari 2 arah horizontal tersebut.

Contoh pembacaan sudut Horizontal.

- Dirikan alat di titik P, sentring alat- Bidik titik A

Bacaan sudutnya 65o 58o 25o

- Kemudian bidik titik BBacaan sudutnya 30o 51o 10o

- Perhitungan sudut PA - B<PA – B = PA – PB= 65o 58o 25o – 30o 51o 10o

= 35o 7o 15o

A

B

P

β

Page 2: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

2.1.2 Sudut Vertikal (sudut tegak)Sudut vertikal adalah : sudut dibidang tegak yang dibentuk oleh garis bidik dan garis tegak atau garis bidik dan garis mendatar. Pada sudut vertikal yang sering digunakan adalah sudut zenith dan sudut heling

Adapun hubungan antara sudut zenith adalah :h = 90o – z atau z = 90o – h

Keterangan :Z : Sudut Zenith Ba : Bacaan benang atasDm : Jarak miring Bt : Bacaan benang tengahΔh : Beda tinggi Bb : Bacaan benang bawahh : Sudut heling/ miring Ta : Tinggi alatd : jarak datar

Adapun pengertiannya yaitu :a. Sudut Zenith (z)

Sudut zenith adalah sudut yang dihitung atau ditentukan atau dimulai dari arah zenith/ vertikal/ tegak sampai dengan target

b. Sudut Heling (h)Sudut heling sudut yang dihitung atau ditentukan atau dimulai dari garis/ bidang horizontal sampai dengan garis bidik yang dituju bertanda positif.

2.2 JARAK2.2.1 Definisi Jarak

Jarak terbagi menjadi dua yaitu : Jarak Langsung : jarak yang diukur secara langsung menggunakan meet band

atau pita ukur

Δh

BaBtBbdt

h

dmZ

AB

d

Jarak datar QP

Q00

P

Page 3: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Apabila dalam suatu pengukuran terdapat daerah yang tidak datar atau miring maka dapat mengukur jarak langsung dengan menggunakan pita ukur dengan syarat jarak

yang diukur 50 m

Jarak tidak langsung atau optis : jarak yang diukur dengan membidik benang atas dan benang bawah.

Langah-langkahnya : Mendirikan alat di titik A kemudian mengatur persyaratannya sehingga garis

vertikalnya tepat diatas patok (sentring) Memasang rambu diatas titik B Mengarahkan garis bidik (dalam teropong) theodolit ke titik B Kemudian membaca dan mencatat bacaan (BA,BT,BB)

2.2.2 Cara perhitungan jarak

Jarak miring =

Jarak datar = (Ba – Bb) x A x Cos2 h atau (Ba – Bb) x A x Sin2 z

Keterangan :Ba = Benang atas h = Sudut helingBb = Benang bawah z = Sudut zenithA = Konstanta (100)

2.3 AzimuthAzimuth adalah sudut yang diukur dari arah utara magnetis/ kompas atau arah utara

yang sebenarnya yang besarnya 0 – 360o. Azimuth erat hubungannnya dengan penentuan sudut jurusan yaitu sudut horizontal yang telah memiliki arah utara (azimuth). Azimuth dapat diperoleh pada salah satu titik yang diterapkan sebagai titik azimuth referensi.

2.1.3 Azimuth terbagi menjadi dua yaitu :1. Azimuth Magnetis (kompas)

Azimuth magnetis yaitu : apabila meridian merupakan arah utara magnetis atau kompas dapat juga dari arah selatan.

Δh

BaBtBbdt

h

dmZ

AB

d

Page 4: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Untuk mendapatkan azimuth magnetis, alat ukur yang digunakan adalah theodolit Bousle (kompas). Pada azimuth magnetis (kompas) dipengaruhi oleh atraksi lokal (benda-benda logam).

Cara menentukan azimuth dengan cara magnetis : Menggunakan theodolit kompas (T-O). Menentukan garis skala yang berimpit

dengan ujung jarum magnet yang tertera pada piringan alat. Setelah menemukan angka pembacaan pada garis yang berimpit, lalu mencaril sudut

yang dimulai dari salah satu ujung jarum magnet dan diakhiri pada ujung objektif yang sama besarnya dengan busurnya lingkaran yang telah dibaca angkanya yang jumlah sudutnya 180o.

Melakukan pemutaran searah jarum jam, maka angka yang dibaca merupakan azimuth refrensi. Maka angka yang dibaca merupakan azimuth suatu titik yang kemudian dapat dijadikan azimuth refrensi atau azimuth awal.

2. Azimuth sebenarnya (Geografis)Azimuth sebenarnya adalah : apabila meridian merupakan arah utara sebenarnya atau kutub utara bumi.Pada azimuth sebenarnya dipengaruhi oleh matahari.

2.4 Pemetaan SituasiPemetaan situasi merupakan salah satu dari pemetaan topografi penampakan bagian

permukaan bumi yang bersifat alamiah maupun hasil budaya manusia. Pemetaan situasi meliputi kerangka horizontal dan kerangka vertikal serta pengukuran detil.

2.4.1 Keranga Kontrol HorizontalKerangka kontrol horizontal merupakan pengukuran berbentuk jaringan poligon, baik

berupa poligon tertutup maupun poligon terbuka.Poligon menurut bahasa berarti titik dalam jumlah lebih dari dua (banyak), suatu

rangkaian dari titik-titik yang dipasang berdasarkan areal yang akan diukur.

Berdasarkan areal yang diukur, poligon terbagi menjadi dua jenis, yaitu :a. Poligon Tertutup

Poligon yang mana titik awal dan titik akhir menjadi satu. Biasanya detil-detil(objek pengukuran) mengelompok dan arealnya berbentuk luasan.

£m

A B

U

B = £ab fafafdgfafasfaaavab£aba

U = datar

£A = £m + £ab

Poligon Tertutup

P1

P2P3

P4P5

S1

S2 S3

S4S5

dP1-P2dP2-P3

U

Page 5: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Menentukan Azimuth dengan T01. Mendirikan alat di P1, menyentring alat sampai sentring. Membuka Boussole, lalu

metutupnya kembali, membidik kearah P2, membaca arah horizontal untuk mencari azimuth dari P2-P3 maka rumusnya £P1-P2+180-S2

2. Mendirikan alat di P1, membidik P2 menset alat 0o 0’ 0” sebagai refrensi kemudian membidik P5 baca sudut horizontal

3. Kemudian membaca rambu pada P2 dan P5 baca BA, BT, BB untuk mendapatkan jarak datar sudut vertikal.

D = (Ba – Bb).100.Sin2 z , atauD = (Ba – Bb).100.Cos2 h

4. Untuk selanjutnya langkah-langkah sama dilakukan untuk mencari titik-titik selanjutnya.

Dalam perhitungan poligon, jumlah sudut yang diukur sama dengan selisih jurusan akhir dan awal ditambah kelipatan 180°. Kesalahan penutup sudut untuk poligon tertutup dirumuskan dengan :

∑ sudut = (n-2) x 180o , untuk sudut dalam∑ sudut = (n+2) x 180o , untuk sudut luarKet : n = banyak sudut yang diukur.

Jika ∑ sudut tidak sama dengan perhitungan rumus maka dilakukan koreksi sebagai berikut : Jika ∑ sudut > perhitungan, maka koreksi adalah sudut horizontal dikurang

kelebihan sudut yang telah dibagi banyak sudut Jika ∑ sudut < perhitungan maka koreksi adalah sudut horizontal ditambah

kekurangan sudut yang telah dibagi banyak sudut5. Hitung ∑β, dan cek dengan syarat geometri, pada umumnya :

∑ β = (n – 2 ). 180o

6. f β adalah kesalahan penutup sudutf β = ∑ β - (n – 2 ). 180o

7. K β adalah koreksi sudut =

8. PerhitunganΔX p1 – p2 = d p1-p2 sin £ p1-p2ΔX px – p1 = d px-p1 sin £ p5-p1ΔY p1 – p2 = d p1-p2 cos £ p1-p2ΔY px – p1 = d px-p2 cos £ p1-p2

9. Menghitung koordinatXp2 = Xp1 + ΔX p1-p2Xp5 = Xp4 + ΔX p4-p5Yp2 = Yp1 + ΔY p1-p2Yp5 = Yp4 + ΔY p4-p5

10. PembuktianXp1 = Xp5 + ΔX p5-p1Yp1 = Yp5 + ΔY p5-p1

Page 6: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

b.Poligon TerbukaPoligon terbuka ialah poligon yang mana titik awal dan titik akhirnya tidak

berhimpit (menutup) dan biasanya bentuknya memanjang sepanjang areal yang akan diukur.Contoh : pengukuran pembuatan jalan, rel kereta api, irigasi, dll.

Poligon terbuka terbagi menjadi :b.1. Terbuka BebasMaksudnya ialah pada titik awal dan titik dalam pengukuran ini tidak diketahui koordinat dan azimuthnya.

Dalam menemukan titik-titik pengubah jurusan perbandingan dengan A dan B dengan mengukur jarak da,d1,d2 dengan sudut £1, £2 penggunaan poligon ini menjadi poligon bebas karena perhitungannya tidak dapat dibuktikan.

b.2. Terbuka Terikat SepihakMaksudnya ialah pada titik awal telah diketahui koordinatnya(x,y) dan azimuthnya(α).

b.3. Terbuka Terikat KoordinatMaksudnya ialah pada titik awal dan titik akhir telah diketahui koordinatnya saja tanpa diketahui azimuth awal dan akhirnya.

Sistematisnya∑d sin a = Xakhir – Xawal

∑d cos a = Yakhir - Yawal

Kesalahan pengukuran pada saat pengukuran sudut a atau saat pengukuran jarak dfx = ∑d sin a ≠ Xakhir – Xawal

fy = ∑d cos a ≠ Yakhir – Yawal

dimana fx dan fy adalah komponen kesalahan penutup pada sumbu x dan y.

Besar kesalahan penutup poligon f1 adalah :

F1

Pada poligon terbuka tidak dapat diketahui adanya salah penutup. Sedang pada poligon terikat dua sepihak besar dan arah salah penutup dapat diketahui.

A

1

2

3£2d2d1

da

£1

A 12

3

Page 7: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Δx = x fx : Δy = x fy

Dimana, d1 : Jarak titik poligon ke-I ketitik awal∑d : Total jarak

b.4. Terbuka Terikat Sempurnamaksudnya ialah pada titik awal dan titik akhir telah diketahui koordinatnya dan juga azimuthnya(α).

Ditentukan :P1 (1000, 1000) P4(1370,500 : 1227,250)Azimuth p1-p2 = 30o 20’ 10”Azimuth p4-p5 = 60o 36’ 21”Sudut S4 = 190o 00’ 00”

Langkah-langkah penyelesaian :a. Kesalahan penutup sudut

Fs = azimuth p4-p5 (diukur) – Azimuth p4-p5(diket)

b. Hitung sudut terkoreksi :

S1 = s1 +

S4 = s4 +

c. Hitung azimuthAzimuth p2-p3 = azimuth p1-p2 + s1Azimuth p4-p5 = azimuth p3-p4 + s3

d. Mencari koordinatXp2 = dp1–p2 sin £ p1-p2 + s1Xp4 = dp3–p4 sin £ p3-p4 + s3Yp2 = dp1-p2 cos £ p1-p2 + s1Yp4 = dp3–p4 cos £ p3-p4 + s3

2.4.2 Kerangka Kontrol VertikalPengukuran kerangka vertikal bertujuan untuk menentukan ketinggian suatu titik di

lapangan (Z), disamping itu juga kerangka ini berfungsi untuk menentukan penampakan memanjang (Long Section) dan penampang melintang (Cross Section). Yang dimaksud dengan penampang memanjang adalah memberikan deskripsi daripada ketinggian suatu titik dipermukaan bumi yang terlihat secara memanjang sepanjang area yang diukur. Dan yang dimaksud dengan penampang melintang ialah memberikan deskripsi tentang bentuk detil alam yang tervisualisasikan/ nampak melintang terhadap pengukuran penampang memanjang.

2.4.3 Menentukan Beda Tinggi (Δh) dengan metode WaterpassDalam pengukuran tinggi suatu titik tidaklah mungkin kita dapatkan ketinggiannya

tanpa ada refrensi awal pengukuran.

Page 8: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Setidaknya ada dua buah titik untuk mengetahui ketinggian dari suatu titik dan beda tinggi dari dua titik tersebut. Salah satu metode penentuan beda tinggi ialah dengan metode waterpassing, dimana penentuannya memerlukan alat waterpass/ alat penyipat datar.

Waterpass memanjang (pengukuran jarak jauh) :1. Siang : Pengukuran beda tinggi antara 2 titik2. Double Stand : Pengukuran beda tinggi dengan 1 slag dengan 2 kali berdiri

alat.3. Seksi : Pengukuran beda tinggi dalam 1 hari4. Pulang Pergi : Pengukuran beda tinggi dalam satu hari pagi – siang

(pengukuran pergi) dari siang – sore (pengukuran pulang) untuk mengadakan pengukuran ulang dari pengukuran yang terakhir.

5. Double stand pulang pergi : Gabungan pengukuran beda tinggi antara pengukuran double stand dan pengukuran pulang pergi untuk menghasilkan 1 buah data dengan bertujuan untuk meningkatkan ketelitian hasil pengukuran.

GambarRumus-rumus cara perhitunganΔh1_2 = Bt1 – Bt2 (slag 1)

Δh2_3 = Bt2 – Bt3 (slag 2)

Δh3_4 = Bt3 – Bt4 (slag 3)

Syarat waterpass memanjang

1. Jumlah slag genap ( untuk menghilangkan kesalah pada rambu)

2. Penempatan rambu bergantian

3. Jarak kedepan = jarak kebelakang ( untuk menghilangkan kesalahan garis bidik)

Menentukan Beda Tinggi (Δh) dengan metode Trigonometry levelling

Dengan metode ini, pengukuran beda tinggi semakin lebih mudah didapat, sebab metode ini menggunakan alat ukur theodolit yang dapat diubah-ubah(digerakkan) arah bidiknya (secara vertikal), sehingga sampai ketinggian maksimal pengambilan ketinggian suatu tempat diukur. Lain halnya dengan cara weterpassing yang menggunakan alat waterpass yang hanya bisa dirubah arah bidiknya secara horizontal atau kekanan dan kekiri.

1 2 43I II III

Bt2’Bt3 Bt4

Bt1’Bt1 Bt2

1 2 43

Page 9: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Penjelasan

Cara pengukuran :

Yang diukur :

- BA, BT, BB

- Sudut Vertikal (h/z)

- Tinggi pesawat/ alat

Perhitungannya :

Jara datar (Dt)

(BA – BB) x Konstanta Sin2 z

(BA – BB) x Konstanta Cos2 h

2.4.4 Pengukuran detil

Pengukuran detil dilakukan untuk mendapatkan data-data mengenai unsr-unsur dari permukaan bumi baik unsur alamiah maupun buatan manusia yang ada pada daerah yang akan dipetakan.

Adapun data-data yang diperlukan untuk perhitungan untuk perhitungan detil antara lain :

1. Tinggi alat

2. Bacaan benang rambu ukur (BA, BB, BT)

3. Bacaan sudut horizontal

4. Bacaan sudut vertikal

Rumus yang dipakai pada pengukuran dan perhitungan detil adalah :

Menentukan nilai sudut heling

h = 90o – sudut vertikal

Page 10: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Beda tinggi titik detil

ΔH = D tan heling + TA – BT

Tinggi titik/ elevasi

H = tinggi refrensi + ΔH

BAB III

PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN

3.1 PERSIAPAN

Page 11: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Sebelum melakukan pengukuran dilapangan yaitu guna pelaksanaan Kemah Kerja I perlu diadakan suatu persiapan. Hal ini dilakukan agar keberhasilan pegukuran dilapangan dapat tercapai dengan baik sesuai tujuan sehingga data yang didapat tidak mengalami kesalahan. Selain itu juga dapat meminimalisasi bentuk hambatan dan permasalahan di lapangan. Langkah persiapan sebelum melakukan pengukuran adalah pembekalan berupa penjelasan tentang teknik-teknik pengukuran oleh dosen pembimbing.

3.1.1 Koordinasi

Koordinasi yang dilakukan sebelum melakukan pengukuran di lapagan adalah koordinasi antar tim baik itu dalam pembagian areal yang akan diukur ataupun penentuan titik detik dan kontur sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran ataupun dalam penggambaran namun selain koordinasi antar kelompok kita juga perlu melakukan koordinasi antar anggota dalam satu kelompok seperti adanya pembagian tugas di lapangan ataupun dalam penentuan letak titik atau patok yang akan digunakan sebagai polygon serta adanya kespeakatan waktu pengukuran.

3.1.2 Survey Lokasi

Survey Lokasi dan orientasi medan dimaksudkan untuk memudahkan proses pengukuran areal yang akan dipetakan, karena dengan adanya survey lokasi akan memudahkan kita dalam pengukuran yaitu untuk mengetahui bentuk permukaan daerah yang akan diukur. Survey lokasi juga dilakukan untuk penentuan letak patok khususnya untuk polygon utama dan untuk memantapkan perencanaan pengukuran dapat dibuat sketsa areal yang diukur beserta letak titik polygon yang direncanakan.

3.1.3 Pemasangan Patok dan Alat yang digunakan

a. Pemasangan patok

Pemasangan patok pada titik tetap dilakukan setelah survey dan orietasi lapangan yang harus dilakukan sesuai dengan jalur-jalur yang direncanakan dan dikoordinasi dengan tim yang ali.

Jarak antar patok di lapangan dapat disesuaikan dengan keadaan bentuk medan dilapangan. Pemasangan patok di lapangan harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :

Patok diupayakan dapat berdiri kokoh dan terhindar dari gangguan alam ataupun manusia serta tidak mengganggu kepentingan umum.

Pemasangan patok hendaknya diusahakan dapat saling terlihat antara patok sebelum dan sesudahnya (patok yang berurutan) yaitu untuk

Page 12: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

memudahkan dalam pengukuran mendapatkan hasil yang akurat dan masuk toleransi yang disyaratkan.

Penentuan letak patok hendaknya dipilih pada tempat yang memungkinkan dapat mengambil/membidik titik-titik detil sebanyak mungkin tanpa mengalami kesulitan seperti adanya penghalang.

Pemberian nama patok dapat dilakukan dengan penulisan notasi angka atau huruf menggunakan warna yang bersifat permanen. Langkah ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan menggunakan patok lain.

b. Alat yang digunakan

Selain hal diatas, persiapan alat juga perlu diperhatikan baik dari segi kelengkapan ataupun dari kondisiya apakah layak pakai atau tidak. Adapun peralatan yang digunakan dalam pengukuran adalah :

Theodolit NE-20H ; Theodolit adalah suatu alat ukur yang didesain untuk mengukur sudut dan juga berfungsi untuk pengukuran jarak optis pengukuran tinggi serta trigonometrik dan taktimetris.

Statip 1 buah; Statip adalah alat untuk menyanggah theodolit yang berbentuk segitiga karena memiliki 3 kaki atau tripod.

Rambu ukur 1 buah: Rambu ukur adalah alat yang digunakan pada waktu akan pengukuran yang menghasilkan pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah.

Meteran 1 buah; Meteran adalah alat yang digunakan untuk pengukuran secara langsung, sebagai contoh pada keadaan daerah miring yaitu jarak A ke B maka pertama yang harus kita lakukan adalah menentukan unting-unting kemudian kita letakkan meteran dalam posisi datar sehingga menghasilkan sudut siku-siku atau 90 derajat, apabila meteran kurang dari jarak yang diukur maka menggunakan alat yaitu jalon atau anjir.

Hand Board 1 buah; Alat yang digunakan untuk menulis data hasil pengukuran.

Kalkulator Unting-unting Patok dan Paku Palu Payung

Formulir pengukuran perhitungan secukupnya.

3.2 PELAKSANAAN

Page 13: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Dalam kegiatan Kemah Kerja I pelaksananaan pengukuran bertempat di UNILA, dalam pegukuran kali ini kami terbagi menjadi 1 chef Koordinator, 1 chef surveyor, dan 4 kelompok yang masing-masig kelompok telah ditentukan tempat serta metode yang digunakan dalam pengambilan data lapangan.

3.2.1 Langkah Kerja

Pengukuran Kerangka Horizontal

1) Mendirikan alat ukur theodolit di titik P1 kemudian mengatur syarat-syaratnya (sumbu I vertikal dan sentring)

2) Membidik patok sebelumnya dan rambu ukur , kemudian membaca bacaan horizontal dengan pembacaan biasa lalu membaca bacaan rambu (BA,BT,BB)

3) Memutar alat pada patok berikutnya, membidik patok dan rambu ukur dengan bacaan horizontal dengan pembacaan biasa lalu membaca bacaan rambu (BA,BT,BB)

4) Memutar alat pada patok sebelumnya, membidik patok dan rambu ukur dengan bacaan horizontal dengan pembacaan luar biasa lalu membaca bacaan rambu (BA,BT,BB)

5) Memutar alat pada patok berikutnya, membidik patok dan rambu ukur dengan bacaan horizontal dengan pembacaan luar biasa lalu membaca bacaan rambu (BA,BT,BB)

6) Kemudian memindahkan alat ke patok berikutya dan melakukan cara-cara di atas sampai titik poligon terakhir.

7) Selain melakukan pegukuran dengan theodolit, pengukuran jarak antar titik dapat juga dilakukan dengan menarik meteran sebagai kontrol. Meteran juga digunakan untuk mengatur tinggi alat.

Pengukuran Kerangka Vertikal

1) Mendirikan alat ukur WaterPass di antara patok awal dengan patok berikutnya (P1-P2), yang dianggap Stand I, kemudian mensentring alat.

2) Membidik rambu yang ada pada patok P1, kemudian membaca bacaan benang ((BA,BT,BB)

3) Memutar alat, membidik rambu yang ada pada patok P2, kemudian membaca bacaan benang ((BA,BT,BB)

4) Merubah kedudukan alat menjadi lebih rendah atau menjadi lebih tinggi kemudian mengatur persyaratannya untuk melakukan pegukuran seperti di atas pada Stand II

5) Membidik kembali rambu yang ada pada patok P1, kemudian membaca bacaan benang ((BA,BT,BB)

6) Memutar alat kembali , membidik rambu yang ada pada patok P2, kemudian membaca bacaan benang ((BA,BT,BB)

Page 14: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

7) Memindahkan Waterpass diatara titik berikutnya sampai dengan titik terakhir dan melakukan pengukuran seperti pada langkah-langkah diatas.

8) Agar hasil bacaan rambu benar, maka pada setiap kali bacaan melakukan

checking dengan rumus : BT=

Pengukuran Detil dan kontur1) Mendirikan alat ukur theodolit dititik P1 kemudian atur dengan syarat-syaratnya.

2) Menentukan titik referensi pada titik Px bacaan sudut horizontalnya 0° 0’0”.3) Lalu membidik pada titik P2 baca sudut horizontalnya.4) Kemudian tentukan detil – detil ujung gedung dapat bacaan BA , BB, BT serta

bacaan vertikal dengan bacaan biasa.Yang harus diukur adalah :

- tinggi alat ( TA ) dan jarak datar (dt )- benang atas ( BA ), benang tengah ( BT ), benang bawah ( BB )- sudut horizontal dan sudut vertikal

5) Pada pembacaan kontur hal yang sama kita lakukan lagi mendirikan alat pada titik P,lalu mengatur syarat – syaratnya.

6) Menentukan titik referensi seperti pengukuran detil gedung7) Menentukan kontur pada areal yang diukur8) Didapat sudut horizontal, bacaan benang (BA, BB, BT) serta bacaan sudut

vertikal9) Dari data yang didapat kita dapat menentukan jarak, beda tinggi, dan tinggi suatu

detil ataupun kontur.

3.2.2 Perhitungan

Proses perhitungan dilakukan setelah mendapatkan data dari lapangan dengan menggunakan persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya seperti prosedur pengukuran , alat yang digunakan dan kemudian dihitung menggunakan rumus-rumus yang telah ditetapkan.

Proses perhitungan dilakukan agar mendapatkan data yang telah terkoreksi dan masuk dalam batas tolerasi. Data tersebut dapat berupa koordinat yag diperlukan pada proses penggambaran peta.

1. Langkah perhitungan Kerangka Horizontal

a. Menghitung sudut Azimuth awal pada salah satu titik polygon utamab. Menghitung azimuth titik lain dengan menggunakan referensi azimuth

awalc. Menghitung sudut horizontal terkoreksi dengan cara :

Page 15: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Menjumlahkan semua sudut horizotal dengan ketentuan ∑ sudut = (n-2)x 180°

Bila ∑ sudut tidak = rumus maka koreksi dilakukan dengan jalan :

Bila ∑ sudut > rumus maka sudut horizotal dikurangi dengan kelebihan sudut yang telah dibagi dengan banyaknya sudut yang diukur (n). sebaliknya jika ∑ sudut < rumus maka sudut horizotal ditambah dengan kekurangan sudut yang telah dibagi dengan banyaknya sudut yang diukur (n).

d. Menghitung jumlah jarak antar patok pada poligon utamae. Menghitung koordinat X dan Y

Menghitung harga X dan Y

δx = D Sin α

δy = D cos α

Melakukan koreksi

K

K

Penentuan Koordinatx = x referensi awal + Kxy = y referensi awal + Ky

2. Langkah Perhitungan Kerangka VertikalPerhitungan yang dilakukan pada Kerangka Vertikal dimaksudkan untuk mendapatkan data berupa ketinggian titik dan menghitung beda tinggi. Metode yang dilakukan untuk kerangka vertikal adalah dengan cara 2 kali berdiri alat yang diletakkan antara 2 patok, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Menghitung beda tinggi masing-masing titik ∆H = BTbelakang – BTmuka , dengan cara 2 kali berdiri alat

∆H rata-rata =

b. Menghitung jarak antar titik Penarikan meteran pada patok satu ke patok lain Pembacaan benang (BA-BB belakang) + (BA-BB muka)

Page 16: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

c. Menghitung salah satu penutup beda tinggi : F∆H = ∆H1-2+∆H2-3+…+∆Hakhir. Jika F∆H bernilai (-) koreksi ∆bertanda (+) dan sebaliknya.

d. Menghitung besar koreksi beda tinggi : K∆H = x F∆H

e. Menghitung jumlah jarak ∑d = d1+d2+…+dx

f. Menghitung tinggi elevasi titik berikutnya sedangkan tiitik awal telah ditetapkan sebelumnya. Misal untuk titik :H2 = H1 referensi +∆ H12 + K ∆ H12

3. Langkah Perhitungan Detil dan kontur

a. Menghitung sudut vertical

H = 90° - vertical

b. Perhitungan jarak

Jarak opsi = jarak miring x sin vertical atau jarak miring x cos h

c. Menghitung tinggi titik

H1 = D optis tg h + TA – BT

H detil 1 = H acuan + H1

4. Penentuan koordinat ( X , Y )

Untuk dapat melakukan penggambaran peta diperlukan data berupa koordinat X , Y

untuk menentukan koordinat X dan Y diperlukan data berupa :

a. Jarak antar titik yaitu dengan melakukan pembacaan benang pada rambu sehingga

didapat jarak suatu titik ke titik yang lain yaitu dengan cara mengurangkan BA –

BB atau dengan penarikan meteran.

Jarak miring = 100 ( BA – BB ) / 1000

Jarak datar = (BA – BB)x cos² h atau = (BA – BB)x sin² z

b. Sudut pada polygon utama yaitu sudut jurusan atau sudut horizontal yang memiliki

azimuth.

Azimuth i = azimuth awal + 180° - S1

c. Rumus yang digunakan untuk menentukan koordinat

Xi = d sin azimuth i + X awal

Page 17: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

Yi = d cos azimuth I + Y awal

3.2 Lama Waktu Pengukuran Dilapangan

Lama waktu pengambilan data lapangan secara keseluruhan mencapai kurang lebih 14

(empat belas) hari.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada akhir semester II dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan pengukuran perlu adanya survey lokasi untuk mengethaui

kondisi areal yang akan diukur.

2. Sebelum melakukan pengukuran dilapangan perlu adanya koordinasi antar team

agar tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran.

3. Perlu adanya pemeriksaan alat sebelum digunakan agar tidak terjadi kesalahan.

4. Bimbingan dari para dosen perlu agar pengukuran dapat dilaksanakan dengan

baik.

5. Dalam pemberian nama patok perlu koordinasi dengan team lain agar tidak terjadi

persamaan nama patok dengan team lain.

6. Perlunya kerja sama dalam pembuatan peta, karena beberapa kelompok

pengukuran akan terjadi satu koordinasi peta. Hasil akhir akan menentukan

apakah koordinasi antar kelompok pengukuran akan ditanyakan solid atau tidak.

Page 18: Kemah Kerja 1 Lapora Na 2003

4.2 SARAN

Di dalam pembuatan laporan ini mungkin penulias mendapatkan banyak

kesalahan ataupun kekurangan dalam penyampaian teori ataupun opini – opini

pemulis, sekiranya dapat memberikan saran atau kritik yang membangun karena jika

tidak maka tulisan ini di anggap baik atau justru sebaliknya. Maka harapan penulis,

siapapun yang membaca laporan ini setiknya memberikan suatu opini tersendiri

terhadap laporan ini baikitu secara langsung maupun tertulis, dengan demikian

penulis dapat mengoreksi kembali kesalahan ataupun tambahan terhadap materi yang

terkandung didalamnya. Sekali lagi terimakasih untuk siapapun yang telah membaca

laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Briker, Russel. C. Wolf. Paul, R. Walijatun, Dasar – dasar Pengukuran Tanah

(Surveying), Jakarta : Edisi ke Tujuh Julid I : Erlangga, 1993

Frick, Heinz. Ir, Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Jogjakarta : Kanisinus, 1979

NN., Laporan Kemah Kerja Bandar Lampung : Unila, 1999

Wongsotjitro, Soetomo., Pengukuran Tanah, Jogjakarta : Kanisius, 1980