karsinoma kolon

36
BAB I PENDAHULUAN Karsinoma kolon dan rektum merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat. Risiko terjadinya kanker kolon sedikit lebih banyak pada wanita dibanding pria dan kanker rektum lebih banyak pada pria. Risiko timbulnya kanker kolon dan rektum selama hidup adalah 5% dan 6-8% dari kasus terjadi sebelum umur 40 tahun. Insiden meningkat setelah umur 50 tahun. Di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus tetapi belum ada angka yang pasti insiden penyakit kanker kolon dan rektum ini. 1 Di Amerika Serikat menempati urutan kedua untuk kanker organ visceral dan 20% dari kematian karena penyakit kanker adalah akibat kanker kolorektal. Karsinoma kolorektal sering djumpai pada dekade 6 dan 7, merupakan penyakit yang banyak menyebabkan kematian. Kejadian karsinoma kolorektal pada usia muda tidak banyak dijumpai. 2 Karsinoma kolorektal banyak terdapat d Eropa Barat, Amerika Utara. Di Asia, banyak terdapat di Jepang, diduga karena perbedaan pola hidup dan makanan. Beberapa faktor antara lain lngkungan, genetik dan immunologi merupaka faktor predisposisi tumbuhnya 1

description

karsinoma kolon

Transcript of karsinoma kolon

Page 1: karsinoma kolon

BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma kolon dan rektum merupakan keganasan ketiga terbanyak di

dunia dan penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat. Risiko

terjadinya kanker kolon sedikit lebih banyak pada wanita dibanding pria dan

kanker rektum lebih banyak pada pria. Risiko timbulnya kanker kolon dan rektum

selama hidup adalah 5% dan 6-8% dari kasus terjadi sebelum umur 40 tahun.

Insiden meningkat setelah umur 50 tahun. Di Indonesia terdapat kenaikan jumlah

kasus tetapi belum ada angka yang pasti insiden penyakit kanker kolon dan

rektum ini.1

Di Amerika Serikat menempati urutan kedua untuk kanker organ visceral

dan 20% dari kematian karena penyakit kanker adalah akibat kanker kolorektal.

Karsinoma kolorektal sering djumpai pada dekade 6 dan 7, merupakan penyakit

yang banyak menyebabkan kematian. Kejadian karsinoma kolorektal pada usia

muda tidak banyak dijumpai.2

Karsinoma kolorektal banyak terdapat d Eropa Barat, Amerika Utara. Di

Asia, banyak terdapat di Jepang, diduga karena perbedaan pola hidup dan

makanan. Beberapa faktor antara lain lngkungan, genetik dan immunologi

merupaka faktor predisposisi tumbuhnya kanker kolon, disamping bahan

karsinogen, bakteri dan virus.3

Gejala klinik karsinoma kolorektal tergantung dari lokasi tumor. Kanker

cecum dan kolon asenden biasanya tidak memberikan gejala obsruksi, sedangkan

kanker rekto sigmod dapat menyumbat lumen atau berdarah.3

Lebih dari 156.000 orang terdiagnosis setiap tahunnya, kira-kira setengah

dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat

pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakkan segera.4

Pemeriksaan radiologi untuk memeriksa adanya tumor kolon yaitu dengan

USG, CT SCAN, MRI, Foto polos abdomen colon in Loop, dan Kolonoskopi.5

1

Page 2: karsinoma kolon

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Kolon dan Rektum

Usus besar terdiri dari caecum, appendiks, kolon ascendens, kolon

transversum, kolon descenden, kolon sigmoid dan rektum serta anus.

Mukosa usus besar terdiri dari epitel selapis silindris dengan sel goblet dan

kelenjar dengan banyak sel goblet, pada lapisan submukosa tidak

mempunyai kelenjar. Otot bagian sebelah dalam sirkuler dan sebelah luar

longitudinal yang terkumpul pada tiga tempat membentuk taenia koli.

Lapisan serosa membentuk tonjolan-tonjolan kecil yang sering terisi lemak

yang disebut appendices epiploicae. Didalam mukosa dan submmukosa

ikut pula lapisan otot sirkuler. Diantara dua plica semilunares terdapat

saku yang disebut haustra coli, yang mungkn disebabkan oleh adanya

taena coli atau kontraksi otot sirkuler . letak haustra in vivo dapat

berpindah pindah atau menghilang.2

Gambar 1: Anatomi kolon dan rektum

Vaskularisasi kolon dipelihara oleh cabang-cabang arteri mesenterica

superior dan arteri mesenterica inferior, membentuk marginal arteri seperti

periarcaden, yang memberi cabang-cabang vasa recta pada dinding usus

2

Page 3: karsinoma kolon

yang membentuk marginal arteri adalah arteri ileocolica, arteri colica dextra,

arteri colica media, arteri colica sinistra dan arteri sigmoidae. Hanya arteri

ciloca sinistra dan arteri sigmoideum yang merupakan cabang dari arteri

mesenterica inferior, sedangkan yang lain dari arteri mesenterica superior.

Pada umumnya pembuluh darah berjalan retroperitoneal kecuali arteri colica

media dan arteri sigmoidae yang terdapat didalam mesocolon transversum

dan mesosigmoid. Seringkali arteri colica dextra membentuk pangkal yang

sama dengan arteri colica media atau dengan arteri ileocolica. Pembuluh

darah vena mengikuti pembuluh darah arteri untuk menuju ke vena

mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior yang bermuara ke

dalam vena porta. Aliran limfe mengalir menuju ke Lnn. ileocolica, Lnn.

colica dextra, Lnn. colica media, Lnn. colica sinistra dan Lnn. mesenterica

inferior. Kemudian mengikuti pembuluh darah menuju truncus intestinalis.3

Colon ascendens panjangnya sekitar 13 cm, dimulai dari caecum pada

fossa iliaca dextra sampai flexura coli dextra pada dinding dorsal abdomen

sebelah kanan, terletak di sebelah ventral ren dextra, hanya bagian ventral

ditutup peritoneum visceral. Jadi letak colon ascendens ini retroperitoneal,

kadang kadang dinding dorsalnya langsung melekat pada dinding dorsal

abdomen yang ditempati muskulus quadratus lumborum dan ren dextra.

Arterialisasi colon ascendens dari cabang arteri ileocolic dan arteri colic

dextra yang berasal dari arteri mesentrica superior.4

Colon transversum panjangnya sekitar 38 cm, berjalan dari flexura coli

dextra sampai flexura coli sinistra. Bagian kanan mempunyai hubungan

dengan duodenum dan pankreas di sebelah dorsal, sedangkan bagian kiri

lebih bebas. Flexura coli sinistra letaknya lebih tinggi daripada yang kanan

yaitu pada polus cranialis ren sinistra, juga lebih tajam sudutnya dan kurang

mobile. Flexura coli dextra erat hubunganya dengan facies visceralis hepar

(lobus dextra bagian caudal) yang terletak di sebelah ventralnya.

Arterialisasi didapat dari cabang cabang arteri colica media. Arterialisasi

colon transversum didapat dari arteri colica media yang berasal dari arteri

mesenterica superior pada 2/3 proksimal, sedangkan 1/3 distal dari colon

3

Page 4: karsinoma kolon

transversum mendapat arterialisasi dari arteri colica sinistra yang berasal

dari arteri mesenterica inferior.4

Gambar 2 : Arteri Mesenterica Superior

Mesokolon transversum adalah duplikatur peritoneum yang

memfiksasi colon transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal.

Pangkal mesokolon transversa disebut radix mesokolon transversa, yang

berjalan dari flexura coli sinistra sampai flexura coli dextra. Lapisan cranial

mesokolon transversa ini melekat pada omentum majus dan disebut

ligamentum gastro (meso) colica, sedangkan lapisan caudal melekat pada

pankreas dan duodenum, didalamnya berisi pembuluh darah, limfa dan

syaraf. Karena panjang dari mesokolon transversum inilah yang

menyebabkan letak dari colon transversum sangat bervariasi, dan

kadangkala mencapai pelvis.4

4

Page 5: karsinoma kolon

Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm, dimulai dari flexura coli

sinistra sampai fossa iliaca sinistra dimana dimulai colon sigmoideum.

Terletak retroperitoneal karena hanya dinding ventral saja yang diliputi

peritoneum, terletak pada muskulus quadratus lumborum dan erat

hubungannya dengan ren sinistra. Arterialisasi didapat dari cabang-cabang

arteri colica sinistra dan cabang arteri sigmoid yang merupakan cabang dari

arteri mesenterica inferior.5

Colon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya

intraperi toneal, dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix

mesosigmoid mempunyai perlekatan yang variabel pada fossa iliaca sinistra.

Colon sigmoid membentuk lipatan-lipatan yang tergantung isinya didalam

lumen, bila terisi penuh dapat memanjang dan masuk ke dalam cavum

pelvis melalui aditus pelvis, bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke

arah ventral dan ke kanan dan akhirnya ke dorsal lagi. Colon sigmoid

melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding mediodorsal pada aditus

pelvis di sebelah depan os sacrum. Arterialisasi didapat dari cabang- cabang

arteri sigmoidae dan arteri haemorrhoidalis superior cabang arteri

mesenterica inferior. Aliran vena yang terpenting adalah adanya

anastomosis antara vena haemorrhoidalis superior dengan vena

haemorrhoidalis medius dan inferior, dari ketiga vena ini yang bermuara

kedalam vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena

haemorrhoidalis superior, sedangkan yang lain menuju vena iliaca interna.

Jadi terdapat hubungan antara vena parietal (vena iliaca interna) dan vena

visceral (vena porta) yang penting bila terjadi pembendungan pada aliran

vena porta misalnya pada penyakit hepar sehingga mengganggu aliran darah

portal. Mesosigmoideum mempunyai radix yang berbentuk huruf V dan

ujungnya letaknya terbalik pada ureter kiri dan percabangan arteri iliaca

communis sinistra menjadi cabang-cabangnya, dan diantara kaki-kaki huruf

V ini terdapat reccessus intersigmoideus.5

5

Page 6: karsinoma kolon

Gambar 3 : Lapisan otot dari kolon

Lapisan otot longitudinal kolon membentuk tiga buah pita, yang disebut

tenia* (tenia; taenia = pita) yang lebih pendek dari kolon itu sendiri

sehingga kolon berlipat-lipat dan berbentuk seperti sakulus* (sakulus;

saculus=saccus kecil; saccus=kantong), yang disebut haustra*(haustra;

haustrum=bejana).4

Kolon transversum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal dan

dilengkapi dengan mesenterium.4

B. Definisi

Tumor (berasal dari bahasa latin, yang berarti "bengkak"), merupakan

salah satu dari lima karakteristik inflamasi. Namun, istilah ini sekarang

digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak

normal. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau

jinak (benign) (Brooker, 2001).6

Tumor kolon adalah tumor yang berada di dalam kolon.

Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari

polyp adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun

umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor

secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan beberapa gejala. Pada saat timbul

gejala, penyakit mungkin sudah menyebar kedalam lapisan lebih dalam dari

6

Page 7: karsinoma kolon

jaringan usus dan oragan-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal menyebar

dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan

dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor

lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan

dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar

getah bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak

selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar

regional masih normal (Way, 1994). Sel-sel kanker dari tumor primer dapat

juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder

seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari tumor ke

area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa

atau selama pemotongan pembedahan.5

C. Gejala klinis

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan

dengan suplai darah yang diterima. Arteri mesenterika superior

memperdarahi belahan bagian kanan (caecum, kolon ascendens dan

duapertiga proksimal kolon transversum), dan arteri mesenterika inferior

yang memperdarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon

descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Tanda dan gejala

dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan utama

pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi dari

tumor. Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan

perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks,

perdarahan, mengecilnya ukuran feses, dan konstipasi karena lesi kolon kiri

yang cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi.6

1) Gejala Subakut

Tumor yang berada di kolon kanan seringkali tidak menyebabkan

perubahan pada pola buang air besar (meskipun besar). Tumor yang

memproduksi mukus dapat menyebabkan diare. Pasien mungkin

memperhatikan perubahan warna feses menjadi gelap, tetapi tumor

7

Page 8: karsinoma kolon

seringkali menyebabkan perdarahan samar yang tidak disadari oleh

pasien. Kehilangan darah dalam jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan anemia defisiensi besi. Ketika seorang wanita post

menopouse atau seorang pria dewasa mengalami anemia defisiensi besi,

maka kemungkinan kanker kolon harus dipikirkan dan pemeriksaan

yang tepat harus dilakukan. Karena perdarahan yang disebabkan oleh

tumor biasanya bersifat intermitten, hasil negatif dari tes occult blood

tidak dapat menyingkirkan kemungkinan adanya kanker kolon. Sakit

perut bagian bawah biasanya berhubungan dengan tumor yang berada

pada kolon kiri, yang mereda setelah buang air besar. Pasien ini

biasanya menyadari adanya perubahan pada pola buang air besar serta

adanya darah yang berwarna merah keluar bersamaan dengan buang air

besar. Gejala lain yang jarang adalah penurunan berat badan dan

demam. Meskipun kemungkinannya kecil tetapi kanker kolon dapat

menjadi tempat utama intususepsi, sehingga jika ditemukan orang

dewasa yang mempunyai gejala obstruksi total atau parsial dengan

intususepsi, kolonoskopi dan double kontras barium enema harus

dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kanker kolon.6

2) Gejala akut

Gejala akut dari pasien biasanya adalah obstruksi atau perforasi,

sehingga jika ditemukan pasien usia lanjut dengan gejala obstruksi,

maka kemungkinan besar penyebabnya adalah kanker. Obstruksi total

muncul pada < 10% pasien dengan kanker kolon, tetapi hal ini adalah

sebuah keadaan darurat yang membutuhkan penegakan diagnosis secara

cepat dan penanganan bedah. Pasien dengan total obstruksi mungkin

mengeluh tidak bisa flatus atau buang air besar, kram perut dan perut

yang menegang. Jika obstruksi tersebut tidak mendapat terapi maka

akan terjadi iskemia dan nekrosis kolon, lebih jauh lagi nekrosis akan

menyebabkan peritonitis dan sepsis.6

D. ETIOLOGI

8

Page 9: karsinoma kolon

1. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir,

benjolannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada

usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa. Pada kelainan

ini ,benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian kiri atau kanan

di sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan bisa

kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti bola tenis. Kelainan kongenital

yang sering terjadi di daerah leher antara lain adalah hygroma colli, kista

branchial, kista ductus thyroglosus. 4

2. Faktor genetik

Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan

riwayat kanker kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan

keluarga terdekat yang mempunyai kanker kolorektal mempunyai

kemungkinan untuk menderita kanker kolorektal dua kali lebih tinggi bila

dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki riwayat kanker

kolorektal pada keluarganya.4

3. Usia

Proporsi dari semua kanker pada orang usia lanjut (≥ 65 thn) pria

dan wanita adalah 61% dan 56%. Frekuensi kanker pada pria berusia

lanjut hampir 7 kali (2158 per 100.000 orang per tahun) dan pada wanita

berusia lanjut sekitar 4 kali (1192 per 100.000 orang per tahun) bila

dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda (30-64 thn). Sekitar

setengah dari kanker yang terdiagnosa pada pria yang berusia lanjut adalah

kanker prostat (451 per 100.000), kanker paru-paru (118 per 100.000) dan

kanker kolon (176 per 100.000). Sekitar 48% kanker yang terdiagnosa

pada wanita yang berusia lanjut adalah kanker payudara (248 per

100.000), kanker kolon (133 per 100.000), kanker paru paru (118 per

100.000) dan kanker lambung (75 per 100.000).4

Usia merupakan faktor paling relevan yang mempengaruhi risiko

kanker kolorektal pada sebagian besar populasi. Risiko dari kanker

kolorektal meningkat bersamaan dengan usia, terutama pada pria dan

wanita berusia 50 tahun atau lebih, dan hanya 3% dari kanker kolorektal

muncul pada orang dengan usia dibawah 40 tahun. Lima puluh lima persen

9

Page 10: karsinoma kolon

kanker terdapat pada usia ≥ 65 tahun, angka insiden 19 per 100.000

populasi yang berumur kurang dari 65 tahun, dan 337 per 100.000 pada

orang yang berusia lebih dari 65 tahun.5

Pada kebanyakan kasus kanker terdapat variasi geografik pada

insiden yang ditemukan pada usia lanjut yang mencerminkan perbedaan

sosial ekonomi, terutama antara Negara berkembang dan Negara maju.

Bila di Negara maju angka kejadian penyakit ini meningkat tajam setelah

seseorang berusia 50 tahun dan hanya 3 persen di bawah 40 tahun, di

Indonesia berdasarkan data Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia (FKUI, 1996-1999) menunjukkan persentase yang

lebih tinggi yakni 35,25%.

4. Rangsangan fisik berulang

Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang

dalam waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan

terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada

tempat tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.

5. Hormon

Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah

mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa

penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan

dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti

payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria).

6. Gaya hidup

Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai

risiko tiga kali untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak

untuk yang besar. Sedangkan merokok lebih dari 20 tahun berhubungan

dengan risiko dua setengah kali untuk menderita adenoma yang berukuran

besar.

Diperkirakan 5000-7000 kematian karena kanker kolorektal di

Amerika dihubungkan dengan pemakaian rokok. Pemakaian alkohol juga

menunjukkan hubungan dengan meningkatnya risiko kanker kolorektal.

Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara

aktifitas, obesitas dan asupan energi dengan kanker kolorektal. Pada

10

Page 11: karsinoma kolon

percobaan terhadap hewan, pembatasan asupan energi telah menurunkan

perkembangan dari kanker. Interaksi antara obesitas dan aktifitas fisik

menunjukkan penekanan pada aktifitas prostaglandin intestinal, yang

berhubungan dengan risiko kanker kolorektal. The Nurses Health Study

telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik

dengan terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan

aktifitas fisik akan meningkatkan risiko terjadinya adenoma.

7. Karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)

Zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan kanker paru

pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja

menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama.Bahan kimia

untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat

meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker.

Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel

kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik. Sinar

ultra-violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar

radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan kanker

kulit dan leukemia.

E. Patofisiologi

Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan fisik

berulang, Hormon, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)

dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat

bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor

jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat

sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus

yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai

maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada

umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan

sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-

kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat

11

Page 12: karsinoma kolon

membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari

tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan

tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat

pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat

tersebut menjadi terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel

yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis

lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan

(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan

yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di

gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad.

1991).

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,

berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel,

duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat

ini sel tidak melakukan pembelahan).

F. Manifestasi Klinis

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen

usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan

kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua.

Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya,

anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering

dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan

melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi

sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan

kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar

dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses

yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses

berdarah.

Ada tujuh gejala yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter

untuk memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu :

1. Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.

2. Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.

12

Page 13: karsinoma kolon

3. Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh.

4. Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor).

5. Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, mejadi makin besar dan

gatal.

6. Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh.

7. Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh.

G. DIAGNOSIS

Diagnosa karsinoma kolorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik pemeriksaan abdomen dan rectal, prosedur diagnostik

paling pentng untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema

barium, proktosigmoidoskopi,dan kolonoskopi. Pemeriksaan ini sebaiknya

dilakukan setiap tiga tahun untuk usia 40 tahun keatas. Sebanyak 60%

kasus dari kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoideskopi

dengan biopsi atau apusan sitologi.

A. Pemeriksaan Fisik

Digital Rectal Examination

Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan

anterior; serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba

dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian

anterior rektusm dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas

sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan

batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama

diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari,

sehingga Rectal examination merupakan cara yang baik untuk

mendiagnosa kanker kolon yang tidak dapat begitu saja diabaikan.

”rectal toucher” untuk menilai :

Tonus sfingter ani : kuat atau lemah.

Ampula rektum : kolaps, kembung atau terisi feses

Mukosa : kasar,berbenjol benjol, kaku

13

Page 14: karsinoma kolon

Tumor : teraba atau tidak, lokasi, lumen yang dapat

ditembus jari, mudah berdarah atau tidak, batas

atas dan jaringan sekitarnya, jarak dari garis

anorektal sampai tumor.

Gambar : pemeriksaan fisik digital rectal examinationH. PENATALAKSANAAN

Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebnayakan kanker kolon dan rektal.

Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi

dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi,

suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan

pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam menbuat

keputusan di kolon; massa tumor kemudian di eksisi. Laser Nd: YAG telah terbukti

efektif pada beberapa lesi. Reseksi usus diindikasikan ntuk kebanyakan lesi kelas A

dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi

kanker koon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila

tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat

dilakukan.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan

pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993) :

a. Reseksi segmental dengan anostomosis (pengangkatan tumor dan porsi

usus pada sisis pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)

14

Page 15: karsinoma kolon

b. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen

(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta

sfingter anal)

c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anostomosis

serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi

usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi)

d. Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi

obstruksi yang tidak dapat direseksi)

15

Page 16: karsinoma kolon

BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : AW

Umur : 53 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Huangobotu Dungingi Gorontalo

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

MRS : 8 Desember 2014 jam 17:16 WITA

B. ANAMNESIS

Anamnesis utama

Anamnesis diberikan oleh penderita.

Keluhan utama :

Penderita datang dengan keluhan sulit BAB.

Riwayat penyakit sekarang

Sulit BAB dialami penderita sejak ± 2 minggu yang lalu. Awalnya penderita

mengalami BAB cair ± 2 bulan yang lalu, kemudian BAB menjadi padat seperti

kotoran kambing dan bercampur darah. Didapatkan ada riwayat penurunan

berat badan (+), perut kembung (+), nyeri perut (+).Penderita kemudian berobat

di RS Limboto dan dirujuk ke RS Prof Kandou Manado.

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis dan darah

tinggi disangkal penderita.

Riwayat Keluarga

Adik kandung pasien pernah menderita ca mamae dextra.

16

Page 17: karsinoma kolon

C. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84x/m

Respirasi : 20x/m

Suhu badan : 37°C

Berat Badan : 62 kg

Tinggi Badan : 158 cm

Kepala

Kepala berbentuk simetris. Kedua konjungtiva anemis, sklera tidak

ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari

liang telinga. Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak

ada sekret yang keluar dari hidung. Pada gigi ditemukan adanya karies

dentis. Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.

Leher

Trakea letak tengah. Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah

bening di leher.

Thorax

Bentuk simetris kiri=kanan.

Jantung

Bunyi jantung I dan II normal, bising jantung tidak ada.

Paru-paru

Suara pernapasan vesikuler, tidak ditemukan adanya ronkhi dan wheezing

di kedua lapangan paru.

Abdomen

Inspeksi: datar

Auskultasi: bising usus normal

17

Page 18: karsinoma kolon

Palpasi: lemas, nyeri tekan (+) ® Hipocondrica sinistra massa (+) ukuran

4x4 cm

Perkusi: timpani

Rectal Toucher

TSA cekat, ampula kosong, mukosa licin, NT (-)

Sarung tangan: feses (+), lendir (+), darah (+)

Anggota gerak

Edema pada kedua tungkai tidak ada, varises tidak ada.

Refleks

Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis.

Kulit

Turgor kulit (+) normal.

Pemeriksaan Laboratorium (8 Desember 2014)

Hematologi

MCH : 23,3 pg

MCHC : 30,6 g/dl

MCV : 76,2 fl

Leukosit : 10.100/mm3

Eritrosit : 3,6 x106/mm3

Hemoglobin : 8,6 gr/dL

Hematokrit : 28,1 %

Trombosit : 632 x103/mm3

Kimia darah

Creatinin darah : 0,68 mg/dl

Ureum darah : 19 mg/dl

SGOT : 14 U/L

SGPT : 10 U/L

Natrium darah : 135 mmol/L

18

Page 19: karsinoma kolon

Kalium darah : 3,4 mmol/L

Chlorida darah : 101 mmol/L

EKG (8 Desember 2014)

Kesan : dalam batas normal

D. RESUME MASUK

Wanita 53 Tahun MRS tanggal 8 Desember 2015 di IRDB RSUP Prof

Kandou Manado dengan keluhan Sulit BAB. Sulit BAB dialami penderita sejak ±

2 minggu yang lalu. Awalnya penderita mengalami BAB cair ± 2 bulan yang lalu,

kemudian BAB menjadi padat seperti kotoran kambing dan bercampur darah.

Didapatkan ada riwayat penurunan berat badan (+), perut kembung (+), nyeri

perut (+)jgj.

E. DIAGNOSIS KERJA

Tumor kolon sinistra

F. SIKAP/ TERAPI/ RENCANA

- IVFD RL 20 gtt/mnt

- Ceftriaxone 1gr 2 x 1 IV

- Ranitidine 1 mg 3 x 1 IV

- Cek DL, Na, K, Cl

Follow up ruangan

Follow up tangal 9 Desember 2015

S: nyeri perut kiri (+) 9

O: TD: 120/80, N: 80x/m, R: 20x/m, S: 36,5

Abd: datar, BU (+), lemas, nyeri tekan (+), teraba massa (+) Regio

hipocondrica sinistra ukuran 4x4, fixed, tympani

A: Tumor colon sinistra

P: Dulcolax 1x2 tab

19

Page 20: karsinoma kolon

Dulcolax sup 1x2

Vip albumin 3x2 caps

Transfusi prc 1 bag

Diet bubur + kecap

Follow up tangal 10 Desember 2015

S: nyeri perut kiri (+)

O: TD: 120/80, N: 82x/m, R: 20x/m, S: 36,4

Abd: datar, BU (+), lemas, nyeri tekan (+), teraba massa (+) Regio

hipocondrica sinistra ukuran 4x4, fixed, tympani

A: Tumor colon sinistra

P: Dulcolax 1x2 tab

Dulcolax sup 1x2

Vip albumin 3x2 caps

Transfusi prc 1 bag

Diet bubur + kecap

Follow up tangal 11 Desember 2015

S: nyeri perut kiri (+)

O: TD: 110/70, N: 86x/m, R: 20x/m, S: 36,1

Abd: datar, BU (+), lemas, nyeri tekan (+), teraba massa (+) Regio

hipocondrica sinistra ukuran 4x4, fixed, tympani

A: Tumor colon sinistra

P: Dulcolax 1x2 tab

Dulcolax sup 1x2

Vip albumin 3x2 caps

Transfusi prc 1 bag

Diet bubur + kecap

Rencana Hemikolektomi sinistra

Follow up tangal 12 Desember 2015

S: (-)

20

Page 21: karsinoma kolon

O: TD: 110/80, N: 80x/m, R: 24x/m, S: 36,5

Abd: datar, BU (+), lemas, nyeri tekan (+), teraba massa (+) Regio

hipocondrica sinistra ukuran 4x4, fixed, tympani

A: Tumor colon sinistra

P: pre laparascopic diagnostik

Hemikolektomi (13 Des 2015) inj ceftriaxone 2gr 1 jam pre op

G. LAPORAN OPERASI tanggal 13/1-2015

- Penderita terlentang dengan general anestesi

- Asepsis dan antisepsis lapangan operasi

- Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril

- Insisi linea midline ±2 jari diatas umbilikus sepanjang 2cm diperdalam

sampai fascia, fascia dibuka dimasukan trokar dan kamera.

- Identifikasi tampak ada tumor didaerah colon desecenden sepanjang 20cm

- Masukkan 2 trokar lagi didaerah midline.

- Infuse line dibuka, colon descenden dibebaskan

- Dilakukan insisi midline ± 7cm diatas umbilikus (supra umbilikal)

evaluasi tumor ukuran 20x10 cm, konsistensi keras

- Diputuskan luka perasi diperlebar, tumor di… keluar, dilakukan

hemikolektomi sinistra (reseksi ….. end to end)

- Kontrol perdarahan, pasang drain.

- Luka operasi dijahit lapis demi lapis

- Operasi selesai.

Operasi mulai : 10.00 WITA

Operasi selesai : 13.00 WITA

Lama operasi : 3 jam

KU post Operasi : T: 120/80, N: 80 x/m, R: 24 x/m, S; 36,8oC

Perdarahan : ± 500 cc

Diuresis : ± 50 cc

Diagnosa Post Op : Tumor colon descenden

Post laparoskopik hemikolektomi

21

Page 22: karsinoma kolon

Terapi : IVFD RL : Nacl 0,9 % 2:1 -> 30 gtt/m

Ceftriaxone 1gr 2 x 1 IV

Ranitidine 1 mg 3 x 1 IV

Ketorolac 1 mg 3 x 1 IV

Transfursi PRC jika HB <10 mg/dl 1 bag/hari

Cek DL 2 jam post operasi

Puasa samapi bising usus (+)

Follow Up Ruangan

14 Desember 2015

S : nyeri pada luka bekas operasi

O : KU: cukup, Kes: compos mentis

TD: 110/70 mmHg, N: 80 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,4 ˚C

Abd: Datar, luka operasi tutup kassa kering

Bu (+) normal, NT (-), tympani

Drain: ± 150 cc

NET: (-)

A : Tumor colon descenden

Post laparoskopik hemikolektomi

Diagnosis : post appendektomi

Sikap : IVFD RL 20 gtt/menit

Ceftriaxone 1gr 2 x 1 IV

Ranitidine 1 mg 3 x 1 IV

Ketorolac 1 mg 3 x 1 IV

Vit K 3x4 amp IV

Vit C 1x1 amp IV

Asam traneksamat 3x1 amp IV

Puasa

Follow up Tanggal 15/01-2015

S: Nyeri luka operasi

O: KU: cukup, Kes: compos mentis

22

Page 23: karsinoma kolon

TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,2 ˚C

Abd: BU (+) N, Lemas, NT (+), Tympani

Drain:

NET: ±50 cc kehitaman

A: Tumor colon Descenden

Post laparoskopik hemikolektomi

P: IVFD Nacl:Clinimix + Ivelip 2:1

Ceftriaxone 1gr 2 x 1 IV

Ranitidine 1 mg 3 x 1 IV

Ketorolac 1 mg 3 x 1 IV

Vit K 3x4 amp IV

Vit C 1x1 amp IV

Hasil laboratorium 2 jam post operasi:

MCH : 30,9 pg

MCHC : 35,2 g/dl

MCV : 87,8 fl

Leukosit : 13.100/mm3

Eritrosit : 3,69 x106/mm3

Hemoglobin : 11,4 gr/dL

Hematokrit : 32,4 %

Trombosit : 294 x103/mm3

23

Page 24: karsinoma kolon

BAB IV

PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS

Seorang wanita 53 Tahun MRS tanggal 8 Desember 2015 RSUP Prof

Kandou Manado dengan keluhan Sulit BAB. Dari anamnesis didapati sulit BAB

dialami penderita sejak ± 2 minggu yang lalu. Awalnya penderita mengalami

BAB cair ± 2 bulan yang lalu, kemudian BAB menjadi padat seperti kotoran

kambing dan bercampur darah. Didapatkan ada riwayat penurunan berat badan

(+), perut kembung (+), nyeri perut (+).

Dari pemeriksaan rectal toucher didapatkan TSA: cekat, ampula kosong,

mukosa licin, NT (-). Pada sarung tangan terdapat feses (+), lendir (+), darah (+).

Berdasarkan kepustakan, tumor yang berada pada kolon kiri cenderung

mengakibatkan perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks,

perdarahan, mengecilnya ukuran feses, dan konstipasi karena lesi kolon kiri yang

cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi. Sakit perut bagian bawah

biasanya berhubungan dengan tumor yang berada pada kolon kiri, yang mereda

setelah buang air besar. Pasien ini biasanya menyadari adanya perubahan pada

pola buang air besar serta adanya darah yang berwarna merah keluar bersamaan

dengan buang air besar. Gejala lain yang jarang adalah penurunan berat badan dan

demam.

B. PENANGANAN

Penanganan pada pasien ini dilakukan operasi hemikolektomi.

C. PROGNOSIS

Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam, apabila ditangani dengan baik dan

benar.

24

Page 25: karsinoma kolon

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Penderita pada kasus ini didiagnosis dengan Tumor kolon desenden yang

ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

Diagnosis Tumor kolon desenden didapatkan dari keluhan nyeri perut, BAB

seperti kotoran kambing, perut kembung. Pada pemeriksaan Rectal toucher

didapatkan TSA cekat, ampula kosong, mukosa licin, pada sarung tangan:

terdapat feses, lendir, darah.

Pada prinsipnya penanganan utama tumor kolon desenden adalah

Hemikolektomi.

Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam, apabila ditangani dengan baik dan

benar.

25