Jurnal_KaolinPektin OK

30
LAPORAN UJIAN PRAKTIKUM FARMASETIKA PROGRAM PROFESI APOTEKER SEMESTER : GENAP 2009/2010 FORMULASI : POTIO TUBERKULOSIS Mengandung INH, Pyridoxine HCl, Rifampicin 3 fls @ 60 mL I. Pendahuluan I.1 Diare Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal. Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu. Sebagai contoh, beberapa individu defekasi tiga kali sehari, sedangkan yang lainnya hanya dua ato tiga kali sehari. (ISO farmakoterapi, halaman 349) I.2 Definisi Sediaan Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair ( Farmakope Indonesia IV. 1995, hal 17). Suspensi ini dibagi menjadi tiga antara lain : Suspensi oral, suspensi topikal dan suspensi otic (USP XXVII, 2004, hal 2587).

Transcript of Jurnal_KaolinPektin OK

Page 1: Jurnal_KaolinPektin OK

LAPORAN UJIAN PRAKTIKUM FARMASETIKAPROGRAM PROFESI APOTEKER

SEMESTER : GENAP 2009/2010

FORMULASI : POTIO TUBERKULOSIS

Mengandung INH, Pyridoxine HCl, Rifampicin3 fls @ 60 mL

I. Pendahuluan

I.1 Diare

Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal.

Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu. Sebagai

contoh, beberapa individu defekasi tiga kali sehari, sedangkan yang lainnya hanya

dua ato tiga kali sehari.

(ISO farmakoterapi, halaman 349)

I.2 Definisi Sediaan

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang

terdispersi dalam fase cair ( Farmakope Indonesia IV. 1995, hal 17). Suspensi ini

dibagi menjadi tiga antara lain : Suspensi oral, suspensi topikal dan suspensi otic

(USP XXVII, 2004, hal 2587).

Suspensi Oral adalah sediaaan cair mengandung partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan

ditujukan untuk penggunaan oral (Farmakope Indonesia IV, 1995, hlm 18). Zat

yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok

perlahan-lahan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan

untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi

agar sediaan mudah dikocok dan dituang. (Farmakope Indonesia, edisi III, Hal

32)

Page 2: Jurnal_KaolinPektin OK

1.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Bentuk Sediaan Suspensi

Kelebihan :

1. Bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat, karena mudahnya

menelan cairan, terutama untuk anak-anak dan manula.

2. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

3. Homogenitas tinggi

4. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul.

5. Keluwesan dalam pemberian dosis : mudah untuk memberikan dosis yang

relatif sangat besar dan mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak-

anak.

6. Kerugian dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak bila diberikan

dalam bentuk larutan akan tidak terasa bila diberikan sebagai partikel yang

tidak larut dalam suspensi (Ansel, hal 355)

Kekurangan :

1. Kestabilan rendah

2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga

homogenitasnya turun.

3. Alirannya menyebabkan sukar dituang

4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.

5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi

(cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama bila terjadi perubahan temperatur

(Ansel, hal 356)

Page 3: Jurnal_KaolinPektin OK

1.2.2 Syarat Suspensi

Syarat – syarat suspensi tersebut terdiri dari :

1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali

3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi

4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok

dan dituang.

5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari

suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan

(Ansel, 356)

II. Formula

II.1 Formula umum

Formula umum dari bentuk sediaan suspensi terdiri dari :

1. Zat berkhasiat

2. Zat Pembawa, yang terdiri atas:

a. Zat pembawaconroh : air, sirup

b. Zat pensuspensi/pelarut (Suspending agent)

Contoh : Na-CMC, Gom Arab, HPMC

c. Zat perasa/ pemanis

Contoh pemanis alami: sukrosa, fruktosa

pemanis buatan Na-siklamat, sakarin, aspartam

d. Zat pengaroma contoh : rasberry

e. Zat pengawet contoh : Metil / propel paraben

(The Science of Dosage Form Design, ulton, 275-276;

Excipients,95, 97, 112, 283, 287, 289, 386, 108, 110;

Pharmaceutical Practise, Aulton, 101)

Page 4: Jurnal_KaolinPektin OK

2.2 Formula Baku Suspensi Neo Kaolana (ISO Vol 43, 2008, hal: 383)

Tiap 15 ml mengandung:

Kaolin 700 mg

Pektin 66 mg

Zat tambahan lain yang cocok

Suspensi Kaolin Pektin (Drug Formulation Manual, hal 400)

Tiap 30 ml mengandung :

Kaolin 6 g

Pektin 130 mg

Batch size : 800 L

13120 botol @ 60 ml

Metyl paraben 640 g

Propil paraben 160 g

Veegum 4,8 g

Kaolin Light 160 Kg

Pectin 3,46 Kg

CMC Na 16,00 Kg

Na sakarin 8080 g

Oil peppermint qs

Suspensi Neo Kaominal (ISO Vol 40, 2005, hal: 367)

Tiap 5 ml mengandung:

Kaolin 700 mg

Pektin 66 mg

Zat tambahan lain yang cocok

Page 5: Jurnal_KaolinPektin OK

2.3 Zat Aktif

2.3.1. Kaolin (Kaolinum Levis)

1. Monografi

Pemerian : Serbuk, putih, ringan, tidak mengandung butiran kasar,

tidak atau hampir tidak berbau.

(FI ed IV, hal 483)

2. Sifat Fisika dan Kimia

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam asam mineral. (FI ed IV, hal 483)

2.3.2. Pektin (Pectinum)

1. Monografi

Pemerian : Serbuk kasar atau halus, berwarna putih kekuningan,

hampir tidak berbau, mempunyai rasa mucilage.

(FI ed IV, hal 654)

2. Sifat Fisika dan Kimia

Kelarutan : Hampir larut sempurna dalam 20 bagian air,

membentuk cairan kental, opalesen, larutan koloidal,

mudah dituang dan bersifat asam terhadap lakmus,

praktis tidak larut dalam etanol atau pelarut organik

lainnya. Pektin larut dalam air lebih cepat jika

permukaan dibasahi dengan etanol, dengan gliserin,

atau dengan sirupus simpleks, atau jika permukaan

dicampur dengan 3 bagian atau lebih sukrosa.

(FI ed IV, hal 654)

3. Stabilitas

Disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Page 6: Jurnal_KaolinPektin OK

2.4 Zat Tambahan :

a. CMC Na

Kelarutan : Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan

larutan jernih, praktis tidak larut dalam pelarut organik.

pH : 1 % larutan dalam air mempunyai pH 6 – 8,5. Stabil pada range

pH 5 – 10. Viskositas musilago CMC Na menurun drastis pada pH < 5

atau pH > 10. Musilago lebih peka terhadap perubahan pH daripada

metilselulosa.

Stabilitas : terhadap panas, CMC Na dapat disterilisasi dalam keadaan

kering dengan mempertahankan suhu pada 160oC selama 1 jam, tetapi

akan terjadi penurunan viskositas secara perlahan-lahan dan sifat-sifat

larutan yang dibuat dari bahan yang telah disterilkan memburuk.

Kegunaan : CMC Na digunakan untuk suspending agent dalam

sediaan cair (pelarut air) yang ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral

atau parenteral. Juga dapat digunakan untuk penstabil emulsi dan untuk

melarutkan endapan yang terbentuk bila tinctur ber-resin ditambahkan

ke dalam air. Untuk tujuan-tujuan ini 0,25 % - 1 % atau 0,5 % - 2 %

CMC Na dengan derajat viskositas medium umumnya mencukupi.

( Martindale 28th, 950-951)

b. Metil Paraben

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak

berbau berbau khas lemah

Penggunaan larutan oral : 0,015- 2 %

Kompatibilitas : aktivitas menurun dengan adanya surfaktan

(HOPE, hal 310,312).

2.5 Farmakologi

Kaolin dan pektin

Kaolin dan pectin merupakan obat antidiare golongan adsorben yaitu

dengan mengadsopsi bakteri, toksin dan gas dalam saluran cerna tetapi

daya jerat (adsorpsi) tidak spesifik sehingga obat-obatan, nutrient dan

enzim dalam saluran cerna akan dijerat pula (Ganiswara, 2005, hal: 829).

Page 7: Jurnal_KaolinPektin OK

1. Mekanisme Kerja

Kaolin dan pektin memiliki mekanisme kerja mengadsorpsi senyawa

toksin dan bakteri dalam kolon saluran pencernaan.

(Katzung edisi 6, 1998, hal: 996)

2. Penggunaan

Obat ini digunakan sebagai antidiare golongan adsorben (penjerat).

(Ganiswara, 2005, hal: 515)

Pengobatan untuk meringankan gejala diare dan pengobatan colitis

ulseratif kronik.

(ISO Farmakoterapi, 2005, hal: 351)

3. Efek Samping, Kontra Indikasi dan Interaksi Obat

Efek samping:

Konstipasi, diare, dan pusing ringan (ISO Vol 43, hal: 383).

Kontra Indikasi :

Hipersensitif , jangan diberikan kepada penderita dimaana konstipasi

harus dihindari (ISO Vol 43, Hal 383).

Interaksi Obat :

Pemberian secara bersama kaolin dan pectin dengan obat-obat lain

dapat mempengaruhi absorpsi dari obat-obat lain.

(Katzung edisi 6, 1998, hal: 995)

4. Dosis

Dewasa adalah 2 sendok makan, maksimum 12 sendok makan sehari

- Anak-anak

- Di atas umur 12 tahun : 2 sendok makan, maksimum 8 sendok makan

sehari

- Antara 6-12 tahun : 1 sendok makan, maksimum 6 sendok makan

sehari

Pemberian setiap kali sesudah buang air besar

(ISO volume 40, 2005, hal 367)

Page 8: Jurnal_KaolinPektin OK

III. Rancangan Penentuan Formula dan Proses Pembuatan

Dibuat dalam 3 fls @ 60 mlDalam tiap 5 mL mengandung :

No. Nama Bahan Jumlah

Untuk

Volume 5 mL

Untuk

volume 60 ml

Fungsi

1. Kaolin 700 mg 700 mg 7 g Zat aktif

2. Pektin 66 mg 66 mg 0,66 g Zat aktif

3. Sirupus simplek 10% 0,5 ml 6 ml Pemanis

4. Sorbitol 30% 1,5 ml 18 ml Pemanis / caplocking

5. Na.CMC 1% 0,05 g 0,6 g Suspending agent

6. Metil paraben 0,25% 0,0125 0,15 g Pengawet

7. Natrium sitrat 2 % 0,1 g 1,2 g Pendapar

8. Asam sitrat 2% 0,1 g 1,2 g Pendapar, acidifier

9 Vanilin qs qs qs Pengaroma

10. Aq. dest ad 5 ml Ad 5ml Ad 60 Pembawa

Alasan Pemilihan Formula

Alasan pembuatan bentuk suspensi dikarenakan kedua zat aktif tidak larut

dalam air dan etanol sehingga tidak dapat dibuat dalam bentuk larutan atau eliksir

serta sediaan yang ada dipasaran berupa suspensi. Pada sediaan ini memudahkan

bila diberikan kepada pasien anak-anak sesuai dengan dosis yang

diperlukan. Sediaan suspensi ini diharapkan dapat diminati oleh penggunanya,

mengingat memiliki rasa dan aroma yang enak, bentuk dan warna yang menarik.

Suspensi memiliki rentang pada pH 6-8 oleh karena itu perlu ditambah

dapar dengan menggunakan zat dapar sitrat. Sirupus simplek dikombinasikan

dengan sorbitol, karena selain menambah rasa manis, sorbitol juga dapat berfungsi

sebagai caplocking.

Page 9: Jurnal_KaolinPektin OK

Keterangan Perhitungan :

Tiap 15 ml mengandung

Kaolin = = 7 g

Pektin = = 0,66 g

Sirupus simplek = ml = 15 ml

Sorbitol = ml = 45 ml

Na-CMC = ml = 1,5 g

Metil paraben = ml = 0,375 g

Asam sitrat = ml = 3 g

Natrium sitrat = ml = 3 g

Pembuatan Sirupus Simplex :

Sakarosa/ Gula pasir 65 gram

Aq.dest ad 100 ml

Cara :

65 gram sukrosa dilarutkan dalam air panas hingga diperoleh 100 ml larutan.

Page 10: Jurnal_KaolinPektin OK

Proses pembuatan sediaan :

a. Masing-masing zat

ditimbang dengan seksama.b. Na.CMC

dikembangkan dengan cara menaburkan Na-CMC secara perlahan

- lahan dan sedikit demi sedikit ke dalam mortir yang telah diisi air

panas. Setelah semua serbuk Na-CMC terbasahi, lalu aduk dengan

cepat.c. Kaolin dan pektin

digerus hingga homogen.d. Lalu dimasukan ke

dalam suspending agent yang telah dikembangkan.

e. Metil paraben

dilarutkan dalam air panas.

f. Asam sitrat dan

Na.sitrat dilarutkan dalam aqua dest.

g. Sirupus simplek,

sorbitol, larutan pengawet, zat warna,ditambahkan dan diaduk

sampai homogen. Tambahkan aq. dest hingga volume yang

diinginkan.

h. Suspensi dimasukan

ke dalam botol yang telah di cuci, dikeringkan dan ditara 60 ml.

IV. Rancangan Pembungkusan dan Penandaan

1. Wadah

Suspensi dimasukkan ke dalam botol coklat.

2. Kemasan

Di dalam kemasan dilengkapi dengan brosur.

Pada kemasan sekunder (dus) tertera :

- Nama Produk

- Isi Bersih

- Logo Golongan Obat

- Cara Kerja Obat

Page 11: Jurnal_KaolinPektin OK

- Indikasi

- Dosis

- Kontra Indikasi

- Cara Penyimpanan

- Komposisi

- Efek Samping

- No. Registrasi

- No. Batch

- Tanggal Produksi

- Kadaluarsa

- Label Kocok Dahulu- Harus Dengan Resep Dokter

- Barcode

- Label peringatan

- Nama dan alamat pabrik

3. Brosur

Di dalam kemasan terdapat brosur yang memuat keterangan yang lebih

lengkap dari sediaan yang dibuat, meliputi :

a. Nama produk

b. Komposisi

c. Tinjauan Umum

d. Indikasi

e. Kontra Indikasi

f. Efek Samping

g. Peringatan

h. Dosis

i. Penyimpanan

j. Kemasan

k. Kadaluarsa

l. No. Registrasi

m. No. Batch

n. Tanggal Produksi

o. Label Peringatan

p. Harus Dengan Resep Dokter

q. Logo Golongan Obat

r. Nama dan alamat pabrik

4. Evaluasi Sediaan

Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi :

1. Uji organoleptis : penampilan visual, warna, rasa dan bau.

2. Uji viskositas

Viskositas suspensi dapat diukur dengan alat viskometer Rion.

Caranya dengan menempatkan sediaan ke dalam wadah dan rotor

pemutar yang sesuai untuk sediaan suspensi dimasukkan ke dalam

sediaan sampai tanda batas terendam, lalu rotor tersebut dijalankan.

Harga viskositas dapat dibaca pada skala angka yang tertera.

3. Uji distribusi ukuran partikel

Page 12: Jurnal_KaolinPektin OK

Prosedur :

Mikroskop yang digunakan adalah mikroskop yang telah

dilengkapi dengan mikrometer, dan kalibrasi dilakukan

terhadap ukuran kotak yang ada pada mikrometer tersebut.

Sediaan suspensi diteteskan pada gelas obyek.

Partikel diamati dengan pembesaran obyek yang cocok. Ukuran

partikelnya ditentukan sesuai dengan ukuran kotak skala.

Jumlah partikel yang dihitung untuk memperoleh data yang

baik adalah 300-500 partikel.

4. Uji redispersibilitas

Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok

sediaannya dalam wadahnya secara konstan atau dengan

menggunakan pengocok mekanik. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi

sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik.

5. Uji pH

Pengamatan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH-meter

atau kertas indikator pH.

6. Uji homogenitas

Homogenitas dapat ditentukan secara visual. Caranya sampel

diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan pada kaca objek

lain sehingga terbentuk lapisan tipis. Partikel diamati secara visual.

7. Berat jenis sediaan Digunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi

dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru

dididihkan, pada suhu 25C. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20C, masukkan ke dalam

piknometer. Atur hingga suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu

25C.

Buang kelebihan zat dan timbang.

Page 13: Jurnal_KaolinPektin OK

Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer

yang telah diisi.

Dilakukan perhitungan :

- bobot piknometer kosong ditimbang : w0

- bobot piknometer yang telah diisi air : w1

- bobot piknometer yang telah diisi sediaan : w2

- bobot jenis ditentukan dengan rumus :

(w2 – w0) / (w1 – w0)

8. Volume sedimentasi

Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang

berskala.

Volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo).

Setelah beberapa waktu/ hari diamati volume akhir dengan

terjadinya sedimentasi. Volume terakhir tersebut diukur (Vu).

Volume sedimentasi dihitung dengan persamaan :

F = Vu / Vo

Penyimpanana. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat(FI IV, hal

18)

b. Wadah tertutup rapat harus melindungi isi terhadap masuknya

bahan cair, bahan padat atau uap dan mencegah kehilangan,

merekat, mencair, atau menguapnya bahan selama penanganan,

pangangkutan, dan distribuasi dan harus dapat ditutup rapat

kembali. Wadah tertutup rapat dapat diganti dengan wadah tertutup

kedap untuk bahan dosis tunggal).

Penandaan

Pada etiket harus tertera “Kocok Dahulu”(FI III, hal 32).

Page 14: Jurnal_KaolinPektin OK

V. REALISASI FORMULASI

Formula LengkapTiap 5 ml mengandung :

R/ Kaolin 700 mg

Pektin 66 mg

Sirupus simplek 0,5 ml

Sorbitol 1,5 ml

Na.CMC 0,05 g

Metil paraben 0,0125 g

Natrium sitrat 0,1 g

Asam sitrat

Pewarna

0,1 g

q.s

Aquadest 5 ml

VI. REALISASI PEMBUATAN SEDIAAN1. Penimbangan Bahan

No Nama BahanJumlah

Paraf Cek Waktu150 ml 3 fls @150 ml

1. Kaolin 7 g 21 g

2. Pektin 0,66 g 1,98 g

3. Sirupus simplek 15 ml 45 ml

4. Sorbitol 45 ml 135 ml

5. Na.CMC 1,5 g 4,5 g

6. Metil paraben 0,375 g 1,125 g

7. Natrium sitrat 3 g 9 g

8. Asam sitrat 3 g 9 g

Page 15: Jurnal_KaolinPektin OK

9. Vanila qs qs

10. Aquadest Ad 5 ml Ad 5 ml

2. Prosedur Pembuatan

No Prosedur Paraf Cek Waktu

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Botol dikalibrasi 60 ml.

3. Na.CMC dikembangkan dengan cara

menaburkan Na-CMC secara perlahan dan

sedikit demi sedikit ke dalam mortir yang telah

diisi air panas (20 x jumlah CMC-Na ).Setelah

semua serbuk Na-CMC terbasahi, lalu aduk

dengan cepat

4. Asam sitrat dilarutkan dalam air.

5. Natrium Sitrat dilarutkan dalam air hangat,

didinginkan.

6. Metil paraben dilarutkan dalam air mendidih,

didinginkan.

7. Na-CMC yang sudah mengenbang, digerus

hingga terbentuk massa yang homogen,

kemudian disisihkan.

8. Kaolin dan Pektin digerus halus hingga

homogen.

9. Na-CMC dimasukkan ke dalam campuran no.

8 sedikit demi sedikit, digerus hingga

homogen.

10. Larutan no. 4 dicampurkan dengan larutan no.

5, diaduk

11. Larutan no. 10 dan no. 6 dimasukkan sedikit

Page 16: Jurnal_KaolinPektin OK

demi sedikit, digerus hingga homogen

12. Sirupus simpleks dimasukkan sedikit demi

sedikit ke dalam mortir, digerus hingga

homogen

13. Vanilin dilarutkan, dimasukkan ke dalam

mortir, digerus hingga homogen

14. Sisa aquadest ditambahkan sedikit demi

sedikit ke dalam mortir, digerus hingga

homogen

15. Suspensi dimasukan ke dalam botol yang telah

di cuci, dikeringkan dan ditara 60 ml.

3. Evaluasi Sediaan

No Jenis Evaluasi Hasil Analisa Sediaan Waktu Paraf Cek

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Uji organoleptis :

- visual

- warna

- rasa

- bau

Uji viskositas

Uji distribusi

ukuran partikel

Uji

redispersibilitas

Uji pH

Uji berat jenis

4. Penandaan (Etiket) pada wadah

Page 17: Jurnal_KaolinPektin OK

5. Penandaan pada kemasan sekunder

Page 18: Jurnal_KaolinPektin OK

6. Brosur

Page 19: Jurnal_KaolinPektin OK

Di dalam kemasan terdapat brosur yang memuat keterangan yang

lebih lengkap dari sediaan yang dibuat, meliputi nama perusahaan.

Nama obat bentuk sediaan, komposisi, indikasi dan kontraindikasi,

dosis, efek samping, peringatan dan perhatian, interaksi obat, isi

bersih, nomor registrasi, nomor batch, expire date, dan tanda

peringatan. Brosur terbuat dari kertas putih.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Jurnal_KaolinPektin OK

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope III. Edisi ke-3. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope IV. Edisi ke-4. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional. Edisi ke-2. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Ganiswarna, G.S. et al. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI.

Sukandar, YE., Andrajati, R., Sigit, IJ., Adnyana, K., Kusnandar. 2008. Iso Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan. Jakarta

Lacy, C.F., 2005. Drug Information AHFS. American Society of Hospital

Pharmacicst.

Lund, Walter, 1994, The Pharmaceutical Codex, 12th Ed., Principle and Practice

of Pharmaceutics, The. Pharmaceutical Press, London

Reynolds, J.E.F., 2000. Martindale The Extra Pharmacopeiae. 32nd edition. London: The Royal Pharmaceutical Society of Breat Britain

Van Duin, C.F., et al. 1954. Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori. Penerbit Soeroengan. Jakarta.

Wade, A. & P.J. Weller, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, 2nd ed, The Pharmaceutical Press London.

Winotopradjoko, M., et al. 2003 ISO Indonesia, Volume 38. Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Insonesia.

Anonim, 2009. Baycadron. www.drugs.com/pro/baycadron.html [diakses: 8 Desember 2009]