Jurnal Volume 1 Nomor 9 Desember 2011
Transcript of Jurnal Volume 1 Nomor 9 Desember 2011
1
Metode Analisa Pengukuran Kepuasan
Pasien Rawat Jalan (Pelanggan) di Puskesmas XYZ
Mohammad Imam Shalahudin, Dosen Pengajar Politeknik Swadharma, Jakarta
ABSTRAK
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan
tersebut maka banyak hal yang dilakukan diantaranya dengan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, salah
satunnya adalah metode Serqual (short for service quality). Penilaian dilakukan terhadap 5 dimensi
mutu pelayanan yaitu : tangibles atau bukti langsung misalnya peralatan yang digunakan, gedung,
karapian dan kebersihan tata ruang, kerapian petugas ,reliability atau kehandalan yaitu kemampuan
petugas dalam memberikan pelayanan; assurance atau jaminan, kemampuan, keterampilan petugas
dalam memberikan pelayanan; dan emphati atau perhatian pribadi petugas kepada para pelanggan.
Dari hasil uji statistic diperoleh variable penelitian yang ada hubungan bermakna secara statistik
terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas adalah variable usia (p=0,001, OR=4,498),
pendidikan (p=0,000, OR=0,124), pekerjaan (p=0,000, OR=0,091) dan ekonomi (p=0,000,
OR=0,110). Sedangkan variable yang tidak ada hubungan bermakna adalah jenis kelamin (p=0,568,
OR=1,398). Saran dalam penelitian ini antara lain : sistem pengendalian mutu pelayanan, penghasilan
berbasis kinerja, peningkat sistem pelayanan dengan kompterisasi, dan penataan tata ruang yang baik
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai salah
satu satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran,
kemauan dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal (UU Kesehatan 23 tahun 1992).
Untuk mewujudkan tujuan
pembangunan kesehatan tersebut maka
banyak hal yang dilakukan diantaranya
dengan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah
setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memelihara
kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat
(Azwar, 2010).
Upaya penerapan pelayanan
masyarakat sebagian besar terwujud
melalui puskesmas yang merupakan pusat
penyelenggara dan pelayanan kesehatan
sehingga fungsi puskesmas sebagai pos
terdepan dalam jajaran kesehatan
mempunyai wewenang dan tanggng jawab
kesehatan masyarakat di wilayah kerja
sehingga menjadi efisien serta memberikan
kepuasan kapada pasiennya. Suatu
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan pemakai jasa pelayanan,
terjangkau oleh mereka yang memerlukan
serta terjamin mutunya. Upaya pemerataan
pelayan kesehatan itu sendiri telah
2
dilakukan pemerintah sejak Repelita I
dengan mendirikan puskesmas. Sampai
tahun 1999 jumlah puskesmas di Indonesia
7195 buah, puskesmas pembantu 2141
buah, puskesmas perawatan 1785 buah dan
puskesmas keliling 6440 (DepKes
RI,2000).
Sejalan dengan kemajuan ilmu dan
teknologi, serta makin baiknya tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi
masyarakat, maka mutu sebagai syarat
pelayanan kesehatan yang baik bertambah
baik perannya, mutu dapat diartikan
sebagai derajat kesempurnaan dalam
pelayanan kesehatan,mutu dapat diukur
dengan membandingkan penampilan
pelayanan dengan standar pelayanan
kesehatan (Azwar, 2010).
Banyak metode yang dapat digunakan
untuk mengukur kepuasan pelanggan,
salah satunnya adalah metode Serqual
(short for service quality). Metode ini
dikembangkan oleh Parasuraman dikutip
Fandy Tjiptono (2005) yang membuat
penilaian kepuasan pelanggan secara
komprehensif bagi pelayan di bidang jasa
dengan focus utama pada aspek fungsi dari
proses pelayanan.Penilaian dilakukan
terhadap 5 dimensi mutu pelayanan yaitu :
tangibles atau bukti langsung misalnya
peralatan yang digunakan, gedung,
karapian dan kebersihan tata ruang,
kerapian petugas ,reliability atau
kehandalan yaitu kemampuan petugas
dalam memberikan pelayanan; assurance
atau jaminan, kemampuan, keterampilan
petugas dalam memberikan pelayanan; dan
emphati atau perhatian pribadi petugas
kepada para pelanggan.
Menurut Pohan (2006:181)
ketidakpuasan pasien timbul karena
terjadinya kesenjangan antara harapan
pasien dengan kinerja pelayanan kesehatan
yang dirasakannya sewaktu menggunakan
pelayanan kesehatan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
perlu dilakukan penelitian yang berkaitan
dengan kepuasan pelayanan dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya, serta unit-
unit pelayanan yang berkontribusi terhadap
kepuasan pelayanan. Kepuasan pasien
dapat diukur salah satunya, dengan
mengukur tingkat mutu pelayanan. Dari
sisi konsumen, kepuasan sangat ditentukan
oleh baik buruknya pelayanan di
puskesmas. Oleh sebab itu, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
”Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kepuasan pasien rawat
jalan di Puskesmas XYZ Kecamatan
Kemang Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Tahun 2011? ”
C.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepuasan pasien
rawat jalan terhadap pelayanan di
Puskesmas
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Pengertian Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, kelompok ataupun
masyarakat. (Azwar, 2010)
Macam Pelayanan Kesehatan
Dari banyaknya variasi pelayanan
kesehatan, secara umum pelayanan
kesehatan sering dibedakan atas dua
macam: (Azwar, 2010)
a. Pelayanan Kedokteran (Medical
services)
Pelayanan keshatan yang masuk dalam
kelompok ini ditandai dengan cara
pengorganisasiannya yang bersipat sendiri
(solo practice), tujuan utamanya untuk
mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan, serta sasarannya terutama untuk
perseorangan.
b. Pelayanan Kesehatan masyarakat
(public health service)
Pelayanan kesehatan yang termasuk
dalam kelompok ini ditandai dengan cara
pengorganisasiannya yang umumnya
secara bersama-sama dalam satu
organisasi, tujuan utamanya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit, dan sasarannya
terutama masyarakat.
1. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Walaupun ada perbedaan antara
pelayanan dokter dengan pelayanan
kesehatan masyarakat, namun untuk
disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan
yang kedua jenis pelayanan tersebut
memiliki berbagai persyaratan pokok,
yang disederhanakan dapat dibedakan atas
tiga macam (Azwar, 2010), yaitu :
a. Sesuai dengan kebutuhan pemakai jasa
pelayanan
Suatu pelayanan kesehatan yang baik
adalah yang sesuai dengan kebutuhan
pemakai jasa pelayanan. Untuk pelayanan
kedokteran, pemakai jasa pelayanan yang
dimaksud adalah penderita yang datang
berobat, sedangkan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat adalah masyarakat
secara keseluruhan.
b. Dapat dijangkau oleh mereka yang
membutuhkan
Suatu pelayanan kesehatan yang baik
adalah yang dapat dijangkau oleh mereka
yang membutuhkan. Pengertian terjangkau
disini tidak hanya dari sudut jarak atau
lokasi, tetapi juga dari sudut pembiayaan.
c. Sesuai dengan prinsip ilmu dan
teknologi kedokteran
Suatu pelayanan kesehatan yang baik
adalah sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu
dan teknologi kedokteran. Dengan
perkataan lain, suatu pelayanan kesehatan
4
yang baik adalah pelayanan kesehatan
yang terjamin mutunya.
2. Masalah Pelayanan Kesehatan di
Indonesia
Sejalan dengan perkembangan ilmu
dan teknologi kedokteran maka sebagai
akibatnya ketiga persyaratan pokok diatas
sering tidak terpenuhi. Dengan telah
berkembangnya ilmu dan teknologi,
terjadilah beberapa perubahan dalam
pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut
disatu sisi mendatangkan keuntungan
seperti meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan yang dapat dilihat dari makin
menurunnya angka kesakitan, kecacatan
dan kematian. Tetapi disatu sisi perubahan
ini ternyata menimbulkan masalah (Azwar,
2010),seperti :
a. Terkotak-kotaknya pelayanan
kesehatan
Dengan munculnya spesialisasi dan
sub spesialisasi sebagai akibat kemajuan
ilmu dan teknologi kedokteran maka
menyebabkan pelayanan kesehatan
menjadi terkotak-kotak serta menyulitkan
masyarakat yang jika berkelanjutan akan
menyebabkan tidak terpenuhinya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan.
b. Berubahnya sifat pelayanan
Sebagai akibat dari munculnya
spesialisasi dan sub spesialisasi maka
dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan akan muncul perubahan pada
hubungan dokter pasien, dimana perhatian
tidak dapat diberikan secara menyeluruh
tetapi disesuaikan dengan keahlian yang
dimiliki yaitu hanya terhadap keseluruhan
ataupun tubuh sakit saja. Peralatan
kedokteran yang canggih juga
menyebabkan kerenggangan pada
hubungan dokter sengan pasien dan biaya
kesehatan menjadi mahal.
3. Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas)
a. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan
organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat diwilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI,
1992).
Sementara itu, menurut Azrul Azwar,
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
adalah salah satu sarana pelayanan
kesehatan masyarakat yang amat penting
di Indonsia. Adapun yang dimaksud
dengan Puskesmas ialah suatu unit
pelaksana fungsional yang berfungsi
sebagai pusat pembangunan kesehatan,
pusat pembinaan peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan serta pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara
menyeluruh, terpadu dan
5
berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu (Azwar, 2010:125).
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
dapat disimpulkan bahwa Puskesmas
merupakan suatu kesatuan organisasi
fungsional yang langsung memberikan
pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat, yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan
peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menyelenggarakan
kegiatannya secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan dalam suatu
wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-
usaha kesehatan pokok.
b. Kegiatan Pelayanan di Puskesmas
Pelayanan kesehatan yang diberikan di
puskesmas ialah pelayanan yang meliputi
curratife (pengobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan) dan rehabilitative (pemulihan
kesehatan) yang ditujukan kepada semua
penduduk dan tidak dibedakan jenis
kelamin dan golongan umur, sejak
pembuahan dalam kandungan sampai tutup
usia.
Kegiatan pokok dilakukan di
puskesmas meliputi : Kesehatan ibu dan
anak (KIA), Keluarga Berencana (KB),
Usaha peningkatan gizi, Kesehatan
lingkungan, Pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular,
Pengobatan termasuk pelayanan darurat
karena kecelakaan, Penyuluhan kesehatan
masyarakat, Usaha kesehatan sekolah,
Perawatan kesehatan masyarakat,
Kesehatan gigi dan mulut, Kesehatan jiwa,
Kesehatan mata, Laboratorium sederhana,
Pencatatan dan pelaporan dalam rangka
system informasi kesehatan, Posyandu,
Posyandu lanjut usia, Pembinaan
pengobatan tradisional dan sistem rujukan.
c. Fungsi Puskesmas
Menurut pedoman kerja puskesmas,
fungsi puskesmas adalah sebagai pusat
pembangunan kesehatan masyarakat
diwilayah kerjanya, membina peran serta
masyarakat diwilayah kerjanya dalam
rangka meningkatkan kemampuan untuk
hidup sehat dan memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat diwilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya
dilakukan dengan cara :
1) Merangsang masyarakat termasuk
swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri.
2) Memberikan petunjuk kepada
masyarakat tentang bagaimana menggali
dan menggunakan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien.
3) Memberikan bantuan yang bersipat
bimbingan teknis, materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan pada
masyarakat dengan ketentuan bantuan
6
tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.
4) Memberikan pelayanan kesehatan
langsung kepada masyarakat.
5) Bekerjasama dengan sektor-sektor
yang bersangkutan dalam melaksanakan
program puskesmas (Effendy, 1998:162).
4. Mutu Pelayanan kesehatan
a. Pengertian Mutu
Mutu adalah gambaran total sifat dari
suatu produk atau jasa pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuannya
untuk memberikan kebutuhan kepuasan.
(American Society for Quality Control)
dalam (Tjiptono,2001).
Menurut J.M. Juran dikutip Fandy
Tjiptono (2001), mutu adalah Fitness for
Use atau kemapuan kecocokan
penggunaan.
Sementara itu, menurut B. Crosby
(1979), mutu adalah kesesuaian terhadap
permintaan persyaratan.
Sedangkan menurut Donabedian
(1980), mutu adalah sifat yang dimiliki
oleh suatu program.
Penilaian terhadap mutu pelayanan
kesehatan tidaklah mudah karena
pelayanan kesehatan bersipat
multidimensional. Tiap orang memiliki
persepsi yang berbeda tergantung dari latar
belakang dan kepentingan masing-masing.
Penelitian yang dilakukan oleh Roberts
dan Provost, (1987) menyatakan bahwa
ada beberapa perbedaan dimensi dalam
penilaian mutu pelayanan kesehatan yaitu :
1) Bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih
terkait pada dimensi ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan pasien, kalau cara
komunikasi petugas dengan pasien
keprihatinan serta keramah tamahan
petugas dalam melayani pasien dan atau
kesembuhan penyakit yang sedang diderita
pasien.
2) Bagi penyelenggara pelayanan
kesehatan, mutu pelayanan kesehatan
terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan
yang diselenggarakan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi
mutakhir dan atau otonomi profesi dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan pasien.
3) Bagi penyandang dana pelayanan
kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih
terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian
sumber dana, kewajaran pembiayaan
kesehatan dan atau kemampuan pelayanan
kesehatan mengurangi beban anggaran
penyandang dana pelayanan kesehatan.
b. Mutu layanan yang berorientasi
kepada kebutuhan manusia
Untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bermutu maka
upaya dilakukan secara terarah dan terpadu
yang dikenal dengan program menjaga
mutu (total quality management). Secara
7
sederhana program menjaga mutu dapat
diartikan sebagai suatu upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, objektif dan terpadu dalam
menentukan masalah dan penyebab
masalah mutu pelayanan berdasarkan
standar yang telah ditetapkan, menetapkan
dan melaksanakan cara penyelesaian
masalah sesuai kemampuan yang tersedia,
serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran tindak lanjut untuk
meningkatkan mutu layanan.
Menurut Azwar (2010), mutu
pelayanan kesehatan merupakan
kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa
pelayanan kesehatan (health needs and
demands) yang apabila berhasil dipenuhi
akan menimbulkan perasaan puas terhadap
pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Mutu pelayanan
kesehatan menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan, disatu
pihak dapat menimbulkan kepuasan pasien
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan standar
dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan.
Menurut Mangold (1991) dikutip
Rosyid (1997), memberikan penilaian
terhadap mutu pelayanan kesehatan dari
berbagai aspek yaitu:
1) Aspek berdasarkan pada kualitas
teknis yang mengacu pada ketetapan
diagnose dan pemberian pengobatan yang
terbaikd an mampu memenuhi harapan
pasien untuk sembuh dari penyakitnya.
2) Aspek berdasarkan kualitas fungsi
yang mengacu pada keadaan lingkungan
dan proses pemberian pelayanan. Oleh
kualitas teknis sulit dimulai, maka persepsi
pasien lebih banyak menilai pada aspek
fungsi dari proses pelayanan.
3) Aspek image atau pandangan
pasien terhadap rumah sakit secara
keseluruhan. Hal ini terbentuk dari
pengalaman pasien terhadap rumah sakit,
baik oleh pengalaman sendiri maupun
pengalaman orang lain yang disampaikan
dari mulut ke mulut.
Menurut Anderson (1979) ada tiga
kategori utama dalam pelayanan kesehatan
yaitu :
1) Karakteristik predisposisi
Dimana setiap individu mempunyai
kecendrungan yang berbeda-beda dalam
menggunakan pelayanan kesehatan
dikarenakan ada cirri-ciri demogratif
seperti jenis kelamin, umur; ciri-ciri
struktur social seperti : tingkat pendidikan,
pekerjaan, kesukuan dan lain-lain;
manfaat-manfaat kesehatan seperti:
keyakinan, bahwa pelayanan kesehatan
dapat menolong proses kesembuhan
penyakit.
8
2) Karakteristik pemungkin/
pendukung Penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada sangat tergantung pada
kemampuan konsumen untuk membayar.
3) Karakteristik kebutuhan
Penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan akan dilaksanakan bila telah
dirasakan sebagai kebutuhan atau
keinginan pasien untuk berobat (subject
assessment) dan evaluasi atau setelah
pasien mendapat pemeriksaan dokter
(clinical diagnotis). Dengan kata lain
kebutuhan merupakan dasar stimulus
untuk menggunakan fasilitas kesehatan.
Menurut Jacobalis (1989), menyebutan
bahwa baik buruknya suatu mutu
berdasarkan pengalaman dan persepsi
subjektif yang akan mengacu pada salah
satu aspek yang paling berkesan baginya.
Aspek tersebut adalah penampilan
keprofesian atau aspek kelinis, terkait
dengan pengetahuan, sikap, prilaku serta
pengalaman dan pengamalan ilmu dari
tenaga profesi seperti: dokter,
perawat/bidan dan tenaga profesi lainnya.
Efisien dan efektifitas yaitu pemanfaatan
sumber daya rumah sakit secara berdaya
guna dan berhasil guna, keselamatan
pasien terkait dengan factor resiko pada
fasilitas, obat-obatan, dokter,
perawat/bidan, serta kepuasan pasien
meliputi kepuasan fisik, mental dan social
pasien terhadap lingkungan, suhu udara,
kebersihan , kenyamanan, kecepatan
pelayanan, keramahan, perhatian, privacy,
makanan, tarif dan sebagainya.
c. Standar dan mutu pelayanan
kesehatan
Untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bermutu maka
upaya yang dilakukan secara terarah dan
terpadu yang dikenal dengan program
menjaga mutu (total quality management).
Secara sederhana program menjaga mutu
dapat diartikan sebagai suatu upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, objektif, dan terpadu dalam
menetapkan masalah dan penyebab
masalah mutu pelayanan berdasarkan
srtandar yang telah ditetapkan,
menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta menilai
hasil yang dicapai dan menyusun saran
tindak lanjut untuk lebih meningkatkan
mutu pelayanan.
Standar adalah rumusan tentang tingkat
ideal tercapai yang diinginkan. lazimnya
ukuran tingkat ideal tercapai tersebut
tidaklah disusun terlalu kaku, melainkan
dalam bentuk minimal dan maksimal.
Penyimpangan yang terjadi tetapi masih
dalam batas-batas yang dibenarkan disebut
dengan nama toleransi (Azwar, 2010).
Suatu standar yang baik memiliki
beberapa syarat antara lain : bersifat jelas,
masuk akal, mudah dimengerti, dapat
dicapai, abash, meyakinkan, mantap,
9
spesifik serta eksplisit (tidak terpengaruh
oleh perubahan waktu, bersifat khas dan
gambling).
d. Penerapan Jaminan Mutu
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Puskesmas sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan yang salah satu
misinya adalah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat, harus pula
menyelenggarakan kegiatan jaminan mutu
seiring dengan upaya meningkatkan
jangkauan pelayanannya. Tujuan program
jaminan mutu pelayanan kesehatan di
puskesmas (Djamal, 2000) mencakup dua
hal pokok, yaitu :
1) Tujuan antara yang ingin dicapai
adalah diketahuinya mutu pelayanan di
puskesmas.
2) Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah
makin meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan di puskesmas.
Setelah melaksanakan kegiatan
ujicoba/rintisan jaminan mutu dibeberapa
puskesmas, maka jaminan mutu pelayanan
kesehatan di puskesmas dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan evolusi.
Pendekatan evolusi adalah cara
pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan secara bertahap, dimulai dari
menyadari pentingnya mutu pelayanan
kesehatan, mengenal dan memecahkan
penyebab masalah mutu, mengapresiasi
perlunya data/informasi selanjutnya
mengenal dan memecahkan masalah mutu
pelayanan kompleks.
Indikator yang digunakan untuk
menilai kemajuan pelaksanaan jaminan
mutu di puskesmas meliputi tiga kelompok
variable yang dimonitor, yaitu :
1) Quality of care
a) Tingkat kepatuhan (compliance rate)
b) Tingkat kepuasan (satisfaction)
2) Rate of adoption of quality assurance
procces
a) Kompetensi klinik (clinical competensi)
b) Pengetahuan petugas tentang standar
pelayanan
c) Jumlah QI tolls/teknik yang telah
ditetapkan
d) Jumlah pelayanan kesehatan yang
sudah dilaukan pengukuran dengan
menggunakan daftar tilik
e) Frekuensi pertemuan jaminan mutu
3) Utilization
a) Visit rate : perbandingan antara jumlah
kunjungan puskesmas dengan jumlah
penduduk di wilayah kerja puskesmas.
b) Kunjungan penduduk muskin:
perbandingan antara jumlah kunjungan
penduduk miskin dengan jumlah
penduduk miskin di wilayah kerja
puskesmas.
c) Kunjungan asuransi: perbandingan
jumlah kunjungan peserta asuransi
dengan jumlah peserta asuransi
terdaftar di puskesmas.
5. Kepuasan Pasien
10
a. Pengertian Kepuasan Pasien
Menurut Richard Oliver dikutip Jmaes
G. Bernes (2003), kepuasan adalah
tanggapan pelanggan atas terpenuhinya
kebutuhannya.
Sementara itu, menurut Philip Kotler
dikutip Tony Wijaya (2011:153), kepuasan
pelanggan adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja
(hasil) yang ia rasakan dibandingkan
dengan harapannya.
Berdasarkan uraian para ahli tersebut
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kedua definisi tersebut memiliki
kesamaan, yaitu menyangkut komponen
kepuasan pelanggan (harapan atau kinerja
hasil yang dirasakan).
b. Mengukur Kepuasan Pasien
Untuk mengukur kepuasan pasien
menurut Kotler dikutip Tony Wijaya
(2011:154) adalah sebagai berikut:
1. Sistem, keluhan dan saran
Organisasi yang berorientasi kepada
pelanggan mempermudah pelanggannya
memberikan saran dan keluhan, diantarnya
dengan menggunakan kotak saran,
memberikan kartu komentar pada psien
yang pulang atau menempatkan staf untuk
menangani keluhan pelanggan.
2. Ghost Shopping
Dengan mengutus orang berpura-pura
menjadi pelanggan dan melaporkan titik-
titik kekuatan dan kelemahan organisasi
tersebut.
3. Analisis Pelanggan yang Beralih ( loss
custumer analysis )
Organisasi menghubungi pelanggan
yang telah berhenti menggunakan jasa
yang diberikan dan mencari tahu alasan
yang terjadi.
4. Survei Kepuasan Pelanggan
Organisasi yang responsif akan
melakukan survei kepuasan pelanggan
secara berkala. Cara pengukuran survei
antara lain: pengukuran secara langsung
dimana pelanggan diberi pertanyaan dan
dibuat skala untuk menjawabnya; derived
satisfaction dimana pelanggan diberi
pertanyaan mengenai seberapa besar
mereka mengharapkan suatu pelayanan
tertentu dan seberapa besar yang mereka
rasakan; problem analysis dengan meminta
pelanggan menuliskan masalah yang
mereka hadapi dan perbaikan yang mereka
sarankan; importance performance rating
dengan meminta pelanggan membuat
peringkat dari berbagai elemen pelayanan
didasari oleh kepentingan elemen dimata
pelanggan serta seberapa jauh rumah sakit
memenuhi elemen tersebut.
Sementara itu, menurut Fredy
Rangkuti (2002:21) kualitas jasa
dipengaruhi dua variabel, kedua variabel
tersebut yaitu jasa yang dirasakan
(perceived service) dan jasa yang
diharapkan (expected service). Pengukuran
kualitas jasa lebih sulit dibandingkan
dengan mengukur kualitas produk nyata,
11
sebab atribut yang melekat pada jasa tidak
mudah untuk diidentifikasi.
Menurut Tjiptono (2000: 97) langkah-
langkah yang harus diambil dalam
mengukur kualitas jasa adalah:
5. Spesifikasi determinan kualitas jasa.
Langkah ini menyangkut variabel yang
digunakan untuk mengukur kualitas
jasa
6. Perangkat standar kualitas jasa yang
bisa diukur. Kualitas jasa yang
dimaksud adalah menyangkut tentang
standar atau instrument kualitas jasa
yang bisa digunakan untuk mengukur
variabel.
Penelitian mengenai custumer
perceived quality pada industri jasa yang
dilakukan oleh Leonard L Berry, A
Parasuraman dan Valerie A Zeithaml
1985, 1988 (Rangkuti, 2002: 22)
mengidentifikasi lima kesenjangan (gap)
yang menyebabkan kegagalan
penyampaian jasa, yaitu:
1. Kesenjangan tingkat harapan
konsumen dan persepsi manajemen.
Pada kenyataannya pihak manajemen
suatu perusahaan tidak selalu dapat
merasakan atau memahami secara tepat
apa yang diinginkan oleh para
pelanggannya. Akibatnya manajemen
tidak mengetahui bagaimana produk-
produk jasa didesain dan jasa-jasa
pendukung (sekunder) apa saja yang
diinginkan oleh konsumen.
2. Kesenjangan antara persepsi
manajemen dan spesifikasi kualitas
jasa. Kadang kala manajemen mampu
memahami secara tepat apa yang
diinginkan oleh pelanggan, tetapi
mereka tidak menyusun standar kinerja
yang jelas. Hal ini dapat terjadi karena
tiga faktor, yaitu tidak adanya
komitmen total manajemen terhadap
kualitas jasa, kurangnya sumber daya,
atau karena adanya kelebihan
permintaan.
3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas
jasa dan penyampaian jasa. Ada
beberapa penyebab terjadinya
kesenjangan ini, misalnya karyawan
kuarang terlatih, beban kerja yang
melampaui batas, ketidak mampuan
memenuhi standar kerja, atau bahkan
ketidakmauan memenuhi standar
kinerja yang ditetapkan.
4. Kesenjangan antara penyampaian jasa
komunikasi eksternal. Seringkali
tingkat kepentingan pelanggan
dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan
atau janji yang dibuat oleh perusahaan.
Resiko yang dihadapi oleh perusahaan
apabila janji tidak dipenuhi akan
menyebabkan persepsi negatif terhadap
kualitas jasa perusahaan.
5. Kesenjangan antara jasa yang
dirasakan dan jasa yang diharapkan.
Kesenjangan ini terjadi apabila
pelanggan mengukur kinerja atau
12
persepsi perusahaan dengan cara yang
berbeda, atau bila pelanggan keliru
mempersepsikan kualitas jasa tersebut.
a. Kepuasan Pasien Sebagai Salah Satu
Indikator Mutu Pelayanan
Metode yang dapat digunakan untuk
mengukur kepuasan pelanggan, salah satu
adalah metode Serqual (Short for service
quality). Metode ini dikembangkan oleh
Parasuraman, et al dikutip Tony Wijaya
(2011:155) yang membuat kepuasan
pelanggan secara komprehensif bagi
pelayanan di bidang jasa dengan fokus
utama pada aspek fungsi dan proses
pelayanan. Penilaian dilakukan terhadap
lima dimensi mutu pelayanan yaitu:
1) Tangibles atau bukti langsung,
misalnya peralatan yang digunakan,
gedung, kerapihan dan kebersihan tata
ruang, kerapihan petugas, dan
sebagainya.
2) Reliability atau kehandalan yaitu
kamampuan petugas dalam
memberikan pelayanan .
3) Respons siveness atau kemauan dan
daya tanggap petugas dalam
memberikan pelayanan.
4) Assurance atau jaminan, kemampuan,
keterampilan petugas dalam
memberikan pelayanan.
5) Empathy atau perhatian pribadi
petugas kepada pelanggan.
Nina Rahmayanty (2010:173-174),
dalam mengevaluasi jasa yang bersifat
intangible (tak berwujud fisik), pelanggan
umumnya menggunakan beberapa atribut
atau faktor berikut:
1) Bukti langsung-tangibles
Meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai dan sarana komunikasi.
2) Keandalan-reliability
Kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera, akurat
dan memuaskan. Kriteria mutu layanan
yang paling diprioritaskan oleh
anggota pelanggan, yaitu sikap empati
petugas layanan yang senantiasa
memiliki tingkat kehadiran pada waktu
layanan yang tinggi. Pelanggan
membutuhkan petugas layanan yang
memiliki komitmen terhadap waktu
layanan. Dengan terbuktinya kinerja
front line staf berpengaruh terhadap
pembentukan mutu layanan, maka
upaya-upaya yang mengarah pada
modifikasi kinerja perlu menjadi
perhatian selanjutnya.
3) Daya tanggap-responsiveness
Keinginan para staf dan karyawan
untuk membantu para pelanggan dan
memberikan pelayanan dengan cepat
tanggap.
4) Jaminan-assurance
Mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki para staf, bebas dari
bahaya, risiko atau keragu-raguan.
5) Empati-emphaty
13
Meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi dan memahami
kebutuhan pelanggan.
Dalam mengevaluasi kepuasan
pelanggan terhadap pelayanan suatu
perusahaan, faktor-faktor penentu yang
digunakan bisa berupa kombinasi dari
faktor penentu kepuasan terhadap produk
dan jasa. Umumnya yang sering digunakan
perushaaan untuk mengetahui kepuasan
pelanggan adalah aspek pelayanan dan
kualitas barang atau jasa yang dibeli.
c. Faktor-faktor yang Menentukan
Kualitas Jasa
Sebuah perusahaan jasa sebisa
mungkin dapat memberikan jasa yang
berkualitas tinggi secara konsisten dan
kontinyu dibandingkan dengan pesaing,
dalam rangka memenuhi harapan
pelanggan. Usaha jasa terbilang cukup
rumit dan sangat kompleks dari pada
barang yang mempunyai wujud konkrit,
sehingga menyulitkan seseorang untuk
mengidentifikasinya dalam waktu yang
singkat.
Akan tetapi beberapa pakar di bidang
pemasaran mencoba melakukan studi atau
mencari pendekatan tentang dimensi atau
faktor utama yang menentukan kualitas
jasa. Menurut Parasuraman, Zeithamal &
Bery (Rangkuti, 2002: 29), bahwa untuk
dapat menentukan standar kualitas jasa
dapat dilihat dari dimensi atau kriteria
berikut:
1) Reliability (keandalan)
2) Responsiveness (ketanggapan)
3) Competence (kemampuan)
4) Acces (mudah diperoleh)
5) Courtesy (keramahan)
6) Comunication (komunikasi)
7) Credibility (dapat dipercaya)
8) Security (keamanan)
9) Understanding (knowing the costumer)
(memahami pelanggan)
10) Tangibles (bukti nyata yang kasat
mata)
Kesepuluh dimensi tersebut di atas
dapat dikonversi ke dalam lima dimensi,
Parasuraman, Zeithamal & Bery
(Rangkuti, 2002: 29) mengkonversi dari
kesepuluh dimensi kualitas jasa sebagai
berikut:
1) Tangibles (berwujud) yaitu,
penampilan fasilitas fisik, peralatan,
personel dan media komunikasi
2) Reliability (keandalan) yaitu,
kemampuan untuk melaksanakan jasa
yang dijanjikan dengan tepat dan
terpercaya.
3) Responsiveness (ketanggapan) yaitu,
kemampuan untuk membantu
pelanggan dalam memberikan jasa
dengan cepat dan tanggap.
4) Assurance (keyakinan atau jaminan)
yaitu, pengetahuan dan kesopanan
karyawan serta kemampuan mereka
14
untuk menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan.
5) Emphaty (empati) yaitu, merupakan
syarat untuk peduli, memberikan
perhatian pribadi pada pelanggan
Pada hakikatnya pengukuran kualitas
suatu jasa hampir sama dengan
pengukuran kepuasan pelanggan yaitu
ditentukan oleh kinerja yang dirasakan
atau perceived performance. Parasuraman,
et al dikutip Tony Wijaya (2011:156)
merumuskan model kualitas yang
memyoroti persyaratan utama untuk
memberikan kualitas yang diharapkan.
Model ini memidifikasi lima kesenjaan
yang menyebabkan kegagalan penyediaan
jasa, kelima gap tersebut adalah:
1) Gap antara harapan klien dan persepsi
manajemen dimana manajemen tidak
selalu dapat merasakan apa yang
diinginkan pelanggan secara tepat.
2) Gap antara persepsi manajemen dan
spesifikasi kualitas jasa dimaba
manajemen mungkin mampu
merasakan secara tepat apa yang
diinginkan klien, tetapi manajemen
tidak menyusun suatu standar kinerja
tertentu.
3) Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan
penyampaian jasa, dimana
penyampaian jasa kurang dilatih atau
bekerja melampaui batas sehingga
tidak dapat atau tidak mau memenuhi
standar kinerja yang telah ditetapkan.
4) Gap antara penyampaian jasa dan
komunikasi eksternal, dimana harapan
klien dipenuhi oleh pernyataan-
pernyataan yang dibuat oleh orang
yang mewakili ( representatives ) serta
iklan penyaji jasa.
5) Gap antara jasa yang dirasakan dengan
jasa yang diharapkan. Gap ini terjadi
bila klien mengukur kinerja pemberi
jasa dengan cara berlainan dan salah
satu dalam memoersepsikan kualitas
jasa tersebut.
Kelima gap tersebut dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan dan evaluasi kepuasan
pelanggan.
B. Kerangka Berpikir
Penelitian mutu suatu pelayanan
kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi, salah satunya adalah dari segi
pengguna jasa pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan sendiri pada
hakekatnya diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntunan para
pemakai jasa pelayanan kesehatan agar
kesehatan mereka senantiasa dapat tetap
terpelihara. Dengan demikian mutu
pelayanan ditunjukkan oleh tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan dan tuntunan setiap
pasien serta kepuasan pasien terhadap
pelayanan yang diterima.
Masalah kepuasan merupakan masalah
yang bersifat subjektif pada tiap orang,
15
tergantung dari latar belakang yang
dimiliki oleh tiap orang. Disamping itu
untuk menyatakan suatu pelayanan sebagai
pelayanan kesehatan yang bermutu, serta
mendapatkan penilaian sebagai pelayanan
yang memuaskan, pelayanan itu juga harus
sesuai standar dan etika profesi yang telah
disepakati bersama.
Berdasarkan uraian pada tinjauan
pustaka sebelumnya, maka peneliti akan
mencoba menguraikan kerangka berpikir
sebagai berikut :
Variabel Dependen
Kerangka Berpikir Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien
Rawat jalan Di Puskesmas XZY
Kabupaten Bogor Tahun 2011
C. Hipotesis
1. Ada hubungan jenis kelamin dengan
kepuasan paien rawat jalan terhadap
pelayanan di Puskesmas XYZ
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
Jawa Barat Tahun 2011.
2. Ada hubungan kelompok umur dengan
kepuasan paien rawat jalan terhadap
pelayanan di Puskesmas XYZ
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
Jawa Barat Tahun 2011.
3. Ada hubungan Tingkat pendidikan
dengan kepuasan paien rawat jalan
terhadap pelayanan di Puskesmas XYZ
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
Jawa Barat Tahun 2011.
4. Ada hubungan pekerjaan dengan
kepuasan paien rawat jalan terhadap
pelayanan di Puskesmas XYZ
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
Jawa Barat Tahun 2011.
5. Ada hubungan penghasilan dengan
kepuasan paien rawat jalan terhadap
pelayanan di Puskesmas XYZ
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
Jawa Barat Tahun 2011.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat.
Penelitian dilaksanakan selama 10 hari
kerja , dari tanggal 28 Mei 2011 sampai
dengan tanggal 7 Juni 2011, di unit rawat
jalan Puskesmas XYZ Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor. Pengumpulan data
dimulai dari jam buka pendaftaran sampai
selesai dilaksanakan.
Karakteristik Pasien :
1. Jenis kelamin 2. Kleompok Umur 3. Tingkat pendidikan 4. Pekerjaan 5. Tingkat Penghasilan
Harapan Pasien Terhadap
1. Pelayanan Loket Pendaftaran
2. Pelayanan Dokter 3. Pelayanan Perawat 4. Pelayanan Bidan 5. Fasilitas Medis dan non
Medis 6. Keadaan Lingkungan
Fisik
Kepuasan
Pasien
Rawat Rawat
Jalan
Puskesmas
16
Tabel 3
Tabel Responden Berdasarkan Usia
Responden di Puskesmas XYZ Kecamatan
Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Variabel Frekwensi %
17 - 27 Tahun
28 - 38 Tahun
39 – 49 Tahun
>49 Tahun
42
19
19
20
42 %
19 %
19 %
20 %
Jumlah 100 100
Berdasarkantabel distribusi
karakteristik responden menurut kelompok
umur diatas,didalam definisi oprasional
umur menggunakan skala rasio kemudian
setelah dilakukan penelitian skala umur
menjadi interval, dengan umur termuda 17
tahun dan umur tertua 60
tahun,berdasarkan rata-rata umur sebagian
besar penguna pelayanan kesehatan di
Puskesmas XYZ Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor Jawa Barat adalah yang
berumur 17 - 27 tahun yaitu sebanyak 42
responden ( 42 % ), sedangkan sebagian
kecil pengguna pelayanan kesehatan
adalah yang berumur 28 – 49 tahun
sebanyak 19 responden ( 19 % ).
Tabel 4
Tabel Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Responden di Puskesmas XYZ
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
Jawa Barat Variabel Frekwensi %
Laki- Laki
Perempuan
33
67
33 %
67 %
Jumlah 100 100
Berdasarkan table distribusi
karakteristik responden menurut jenis
kelamin diatas, dapat dilihat bahwa
sebagian besar pengguna pelayanan
sebanyak 67 responden ( 67 % ) adalah
perempuan sedangkan sebagian kecil
pengguna pelayanan kesehatan adalah laki-
laki sebanyak 33 responden ( 33 % )
Tabel 5.
Tabel Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Responden di Puskesmas
XYZ Kecamatan Kemang Kabupaten
Bogor Jawa Barat
Variabel Frekwensi %
SD
SMP
SMU
AKADEMI
D1/D2/D3
SARJANA S1/S2/S3
31
17
46
4
2
31 %
17 %
46%
4 %
2%
Berdasarkan table distribusi
karekteristik responden menurut
pendidikan terakhir responden diatas,
dapat dilihatbahwa yang paling banyak
adalah tamat SMA yaitu sebanyak 46
responden ( 46 % ) dan yang paling sedikit
adalah sarjana yaitu sebanyak 2 responden
( 2 % )
Tabel 6
Tabel Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden Responden di Puskesmas
XYZ Kecamatan Kemang Kabupaten
Bogor Jawa Barat Pelajar
Pegawai Negri
Sipil
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Lain-Lain
6
2
38
5
49
6 %
2 %
38 %
5 %
49 %
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel distribusi
karakteristik responden menurut status
pekerjaan responden diatas,dapat dilihat
17
bahwa sebagian besar adalah pedagang,ibi
rumah tangga dan buruh sebanyak 49
responden ( 49 % ) dan yang paling sedikit
adalah adalah pegawai negri sipil 2
responden ( 2 % ).
Tabel 7
Tabel Responden Berdasarkan Tingkat
Ekonomi Responden Responden di
Puskesmas XYZ Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor Jawa Barat
Variabel Frekwensi %
Rendah < 1 Juta
Menengah = 1
Juta-2 Juta
Tinggi => 3 Juta
53
42
5
53 %
42 %
5 %
Jumlah 100 100
Berdasarkan table distribusi
karakteristik responden menurut tingkat
ekonomi diatas,dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden dengan status
ekonomi paling tinggi adalah 53
responden (53 %) sedangkan yang paling
sedikit sebanyak 5 responden (5 %)
2. Penilaian Responden Terhadap
pelayanan
Dari hasil penelitian ini,dijelaskan
secara rinci tentang pernyataan responden
terhadap pelayanan yang diberikan beserta
hasil pembobotannya.Untuk kuesioner
yaitu sangat baik atau sangat puas, baik
atau puas, cukup baik atau atau netral,
kurang baik atau kurang puas, tidak baik
atau tidak puas.
Tabel 4
Daftar pernyataan kepuasan pasien
terhadap pelayanan rawat jalan di
Puskesmas XYZ Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor Jawa Barat, tahun 2011 Variable Pertanyaan
Pelayan
an
Loket
Pendaft
aran
P.1
P.2
P.3
P.4
P.5
Jam buka pendaftaran sesuai jadwal
Pendaftaran pasien berurutan dari yang datang lebih awal
Prosedur pendaftaran mudah dan tidak
berbelit-belit Petugas memberikan pelayanan dengan sopan
Waktu tunggu sebelum periksa tidak terlalu
lama
Pelayan
an
Dokter
P.6
P.7
P.8
P.9
P.1
Dokter jaga selalu ada di Puskesmas
Dokter memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti tentang penyakit yang
diderita
Dokter memeriksa dengan ramah dan sopan
Dokter memberikan tindakan yang cepat pada
saat dibutuhkan
Dokter memeriksa pasien tanpa memandang status pasien
Pelayan
an
Perawat
P.11.
P.12.
P.13. P.14.
P.15.
Perawat memberikan pelayanan dengan ramah
dan sopan Perawat memberikan perhatian terhadap
keluhan penyakit yang diderita
Perawat melayani anda dengan tulus dan penuh kasih saying
Perawat berkomunikasi dengan santai dan
terbuka Perawat memberikan penjelasan yang mudah
dimengerti tentang keperawatan yang diderita
Pelayan
an
Bidan
P.16.
P.17.
P.18.
P.19.
P.20.
P.21.
Bidan bekerja selama 24 jam
Bidan memberikan motivasi dan perhatian terhadap pasien
Bidan mendengarkan keluhan yang
disampaikan pasien Bidan melayani anda dengan tulus dan penuh
kasih saying
Bidan berkomunikasi dengan santai dan terbuka
Bidan memberikan penjelasan yang mudah
dimengerti tentang keperawatan yang diderita
Pelayan
an
Fasilitas
Medis
Dan
Non
Medis
P.22.
P.23.
P.24.
P.25.
P.26.
Waktu tunggu untuk melayani
Ketersediaan obat-obatan memadai
Kemampuan berkomunikasi petugas apotek baik
Petugas apotek memberikan penjelasan yang
mudah dimengerti tentang penggunaan obat Pelayanan petugas apotek sopan dan ramah
Keadaa
n
Lingkun
gan
Fisik
P.27.
P.28. P.29.
P.30.
P.31.
Ruang tunggu nyaman
Ruang pemeriksaan bersih Ventilasi udara cukup
Kamar mandi /WC bersih
Penerangan yang ada cukup
Tabel 5
Distribusi dan Pelaksanaan Responden
Terhadap pelayanan Rawat Jalan di
Puskesmas XYZ Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor Jawa Barat
Perta
nyaa
n
Harapan
Jml
Pelaksanaan
Bob
ot
Nil
ai
Ind
eks
Ki
ner
ja
S
B
B C
B
K
B
S
Ps
Ps N K
Ps
18
Pelayanan Loket Pendaftaran
P.1 5 34 43 18 100 20 10
2
86 18 226 56.
5
P.2 13 26 32 29 100 52 78 64 29 223 55.
75
P.3 9 25 39 27 100 36 75 78 27 216 54
P.4 5 28 39 28 100 20 84 78 28 210 52.
5
P.5 10 22 45 23 100 40 66 90 23 219 54.
75
Pelayanan Dokter
P.6 3 34 43 20 100 12 10
2
86 20 220
55
P.7 17 26 34 23 100 68 78 68 23 237 59.
25
P.8 8 39 34 19 100 32 11
7
68 19 236
59
P.9 12 21 31 36 100 48 63 62 36 209 52.
25
P.10 12 24 28 7 71 48 72 56 7 183 45.
75
Pelayanan Perawat
P.11 7 25 24 10 66 28 75 48 10 161 40.
25
P.12 8 26 24 7 65 32 78 48 7 165 41.
25
P.13 6 25 22 11 64 24 75 44 11 154 38.
5
P.14 7 25 19 14 65 28 75 38 14 155 38.
75
P.15 7 19 56 14 96 28 57 11
2
14 211 52.
75
Pelayanan Bidan
P.16 0 1 2 1 4 0 3 4 1 8 2
P.17 0 2 0 2 4 0 6 0 2 8 2
P.18 0 1 2 1 4 0 3 4 1 8 2
P.19 0 1 1 2 4 0 3 2 2 7 1.7
5
P.20 0 1 1 2 4 0 3 2 2 7 1.7
5
P.21 0 1 1 1 3 0 3 2 1 6 1.5
Pelayanan Fasilitas Medis dan non Medis
P.22 3 34 45 17 99 12 10
2
90 17 221 55.
25
P.23 5 20 24 21 70 20 60 48 21 149 37.
25
P.24 6 17 30 18 71 24 51 60 18 153 38.
25
P.25 6 21 22 21 69 24 63 44 21 152 38
P.26 7 21 27 15 69 28 63 54 15 160 40
Keadaan Lingkungan Fisik
P.27 2 9 33 55 99 8 27 66 55 156 39
P.28 0 35 46 18 99 0 10
5
92 18 215 53.
75
P.29 3 28 48 21 100 12 84 96 21 213 53.
25
P.30 2 17 53 27 99 8 51 10
6
27 192
48
P.31 2 23 63 11 99 8 69 12
6
11 214 53.
5
1) Pelayanan Loket Pendaftaran
Dari tabel 5 diatas, pada kinerja
terhadap variabel pelayanan loket
pendaftaran , pada kinerja terlihat sebagian
besar responden menyatakan cukup baik
terutama pada pernyataan ke satu jam
buka pendaftaran sesuai jadwal yaitu
sebanyak 43 responden dengan bobot 318.
2) Pelayanan Dokter
Dari tabel 5 diatas, pada kinerja
terhadap variabel pelayanan dokter. Pada
kinerja terlihat sebagian besar responden
menyatakan cukup baik pada pernyataan
ke tujuh dokter memberikan informasi
yang jelas dan mudah dimengerti tentang
penyakit yang diderita sebanyak 34
responden dengan bobot 333.
3) Pelayanan Perawat
Dari tabel 5 diatas, pada kinerja
terhadap variabel pelayanan perawat . pada
kinerja terlihat sebagian besar responden
menyatakan cukup baik terutama pada
pernyataan ke limebelas perawat
memberikan penjelasan yang mudah
dimengerti tentang keperawatan yang
diderita, yaitu sebanyak 56 responden
dengan bobot 304.
4) Pelayanan Bidan
Dari tabel 5 diatas,pada kinerja
terhadap variabel pelayanan bidan,pada
kinerja terlihat sebagian besar
menyatakan baik terutama pada
pernyataan keenambelas bidan bekerja
selama 24 jam, yaitu sebanyak 2
responden dengan bobot 12.
5) Pelayanan Fasilitas Medis dan Non
medis
Dari Tabel 5 diatas, pada kinerja
terhadap variabel pelayanan fasilitas
medis dan non medis sebagian
19
responden besar menyatakan cukup
baik terutama pada pernyataan ke dua
puluh dua, yaitu sebanyak 45
responden dengan bobot 308.
6) Keadaan Lingkungan Fisik
Dari tabel 5 diatas, pada kinerja
terhadap variabel keadaan lingkungan
fisik sebagian besar responden
menyatakan cukup baik terutama
pada pernyataan cukup baik pada
pernyataan ke tiga puluh satu , yaitu
sebanyak 63 responden dengan bobot
313
TINGKAT KEPUASAN RESPONDEN
TERHADAP PELAYANAN
Tabel 6
Distribusi Kepuasan Responden Terhadap
Berbagai Pelayan di Puskesmas XYZ
Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor
Jawa Barat Tahun 2011
No
Pelayanan
Tingkat kepuasan
Tot
al Puas
(%)
Tidak
Puas (%)
1 Pelayanan Loket
Pendaftaran
85.0 15,0 100
2 Pelayanan Dokter 92,0 8.0 100
3 Pelayanan Perawat 92.0 8.0 100
4 Pelayanan Bidan 92.0 8.0 100
5 Pelayanan Fasilitas
Medis dan Non
Medis
92.0 8.0 100
6 Keadaan Lingkungan
Fisik
87.0 13.0 100
Penilaian responden yang menyatakan
puas terhadap pelayanan loket pendaftaran
85.5 %, pelayanan dokter 92,0 %,
Pelayanan Bidan 92,0 %, Pelayanan
fasiliatas medis dan non medis 92,0 %, dan
keadaan lingkungan fisik 87,0 %.
a. Tingkat Kepuasan Responden
Tabel 7
Distribusi tingkat kepuasan responden
Di puskesmas xyz kabupaten bogor
Tahun 2011
No Tingkat
Kepuasan
Frekuensi
∑ %
1
2
Tidak Puas
Puas
52
48
52,0
48,0
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel diatas sebagian
besar (52,0%) pengunjung Puskesmas
merasa tidak puas dan sebagian kecil
(48,0%) yang menyatakan puas.
b. Jenis Kelamin
Tabel 8
Distribusi jenis kelamin responden
Di puskesmas xyz kabupaten bogor
Tahun 2011
No Usia
Responden
Frekuensi
∑ %
1
2
Laki-laki
Perempuan
33
67
33,0
67,0
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel diatas sebagian kecil
(33,0%) jenis kelamin laki-laki dan
sebagian besar (67,0%) jenis kelamin
perempuan
c. Usia Responden.
Tabel 9
Distribusi usia responden
Di puskesmas xyz kabupaten bogor
Tahun 2011
No Usia
Responden
Frekuensi
∑ %
1
2
≤ 35 Tahun
> 35 tahun
54
46
54,0
46,0
Jumlah 100 100
20
Berdasarkan tabel usia diatas ≤ 35
tahun lebih besar (54,0%) dibanding usia >
35 tahun (46,0%).
d. Pendidikan Responden.
Tabel 10
Distribusi tingkat pendidikan
Di puskesmas xyz kabupaten bogor
Tahun 2011
No Tingkat
Pendidikan
Frekuensi
∑ %
1
2
Dasar
Tinggi
48
52
48,0
52,0
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel diatas tingkat
pendidikan dasar lebih kecil (48,0%)
dibanding tingkat pendidikan tinggi
(52,0%).
e. Pekerjaan Responden
Tabel 11
Distribusi pekerjaan responden
Di puskesmas xyz kabupaten bogor
Tahun 2011
No Jenis Pekerjaan Frekuensi
∑ %
1
2
Tidak Bekerja
Bekerja
40
60
40,0
60,0
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel diatas sebagian kecil
(22,0%) responden tidak bekerja dan
sebagian besar (60,0%) yang bekerja
f. Penghasilan Responden.
Tabel 12
Distribusi tingkat penghasilan responden
Di puskesmas XYZ Tahun 2011
No Tingkat
Ekonomi
Frekuensi
∑ %
1
2
Rendah
Tinggi
51
49
51,0
49,0
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel diatas lebih besar
(51,0%) responden ekonomi rendah dan
lebih kecil (49,0%) ekonomi tinggi.
2. Analisa Bivariat.
a. Hasil Uji Chi-Sguare variabel Jenis
Kelamin terhadap Tingkat Kepuasan
Pengunjung Puskesmas XYZ
Kabupaten Bogor Tahun 2011.
Tabel 13
Hubungan jenis kelamin dan tingkat
kepuasaan
Puskesmas XZY tahun 2011
Jenis
Kelamin
Tingkat Kepuasan
Total OR
(95%CI
)
P
Valu
e
Tidak
Puas Puas
n % N % N %
Laki-laki
Perempua
n
19
33
57,
6
49,
3
14
34
42,
4
50,
7
33
67
100
100
1,398
0,60-
3,24
0,56
8
Jumlah 52 52,
0
48 48,
0
100 100
Hasil analisa hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kepuasan
pengunjung, ada sebanyak 14 (42,4%)
pengunjung yang menyatakan puas pada
jenis kelamin laki-laki. Sedangakan
diantara jenis kelamin perempuan, ada 34
(50,7%) pengunjung yang menyatakan
tidak puas. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p=0,568 maka dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan proporsi tingkat
kepuasan pengunjung antara pengunjung
laki-laki dan perempuan (tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat
kepuasan pengunjung dengan jenis
kelamin). Dari hasil analisa diperoleh pula
nilai OR= 1,398 artinya jenis kelamin
perempuan mempunyai peluang 1,398 kali
21
untuk menyatakan puas dibanding jenis
kelamin laki-laki..
b. Hasil Uji Chi-Sguare variabel Usia
Responden terhadap Tingkat Kepuasan
Pengunjung Puskesmas XYZ
Kabupaten Bogor Tahun 2011.
Tabel 14
Hubungan kelompok usia dan tingkat
kepuasaan
Puskesmas XYZ tahun 2011
Kelomp
ok Usia
Tingkat Kepuasan
Total OR
(95
%CI
)
P
Va
lu
e
Tidak
Puas Puas
n % N % N %
≤ 35
Tahun
> 35
tahun
37
15
68,5
32,6
17
31
31,5
67,4
54
46
10
0
10
0
4,49
8
1,94
-
10,4
4
0,
00
1
Jumlah 52 52,0 48 48,0 10
0
10
0
Hasil analisa hubungan antara
kelompok usia dengan tingkat kepuasan
pengunjung, ada sebanyak 17(31,5%)
pengunjung yang menyatakan puas pada
kelompok umur ≤ 35 Tahun. Sedangakan
diantara kelompok umur >35 tahun, ada
31(67,4%) pengunjung yang menyatakan
tidak puas. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p=0,001 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan proporsi tingkat kepuasan
pengunjung antara kelompok umur ≤ 35
Tahun dan > 35 tahun (ada hubungan yang
signifikan antara tingkat kepuasan
pengunjung dengan kelompok umur). Dari
hasil analisa diperoleh pula nilai OR=
4,498 artinya kelompok umur > 35 tahun
mempunyai peluang 4,498 kali untuk
menyatakan puas dibanding kelompok
umur ≤ 35 Tahun.
c. Hasil Uji Chi-Sguare variabel Tingkat
Pendidikan terhadap Tingkat Kepuasan
Pengunjung Puskesmas XYZ
Kabupaten Bogor Tahun 2011.
Tabel 15
Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat
kepuasaan
Puskesmas XYZ tahun 2011
Tingkat
Pendidik
an
Tingkat Kepuasan
Total OR
(95%CI)
P
Value
Tdk Puas Puas
N % N % N %
Dasar
Tinggi
13
39
27,1
75,0
35
13
72,9
25,0
48
52
100
100
0,124
0,05-0,30
0,000
Jumlah 52 52,0 48 48,0 100 100
Hasil analisa hubungan antara
tingkat pendidikan dengan tingkat
kepuasan pengunjung, ada sebanyak 35
(72,9%) pengunjung yang menyatakan
puas pada tingkat pendidikan dasar.
Sedangakan diantara tingkat pendidikan
tinggi, ada 13 (25,0%) pengunjung yang
menyatakan tidak puas. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,000 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan proporsi
tingkat kepuasan pengunjung antara
tingkat pendidikan dasar dan tinggi (ada
hubungan yang signifikan antara tingkat
kepuasan pengunjung dengan tingkat
pendidikan). Dari hasil analisa diperoleh
pula nilai OR= 0,124 artinya tingkat
pendidikan tinggi mempunyai peluang
0,124 kali untuk menyatakan puas
dibanding tingkat pendidikan rendah.
d. Hasil Uji Chi-Sguare variabel
Pekerjaan terhadap Tingkat Kepuasan
22
Pengunjung Puskesmas XYZ
Kabupaten Bogor Tahun 2011.
Tabel 16
Hubungan pekerjaan dan tingkat
kepuasaan Puskesmas xyz tahun 2011
Pekerjaa
n
Tingkat Kepuasan
Total OR
(95%
CI)
P
Val
ue
Tdk
Puas Puas
n % N % N %
Tdk
Bekerja
Bekerja
8
44
20,
0
73,
3
32
16
80,
0
26,
7
40
60
100
100
0,091
0,04-
0,24
0,0
00
Jumlah 52 52,
0
48 48,
0
100 100
Hasil analisa hubungan antara
pekerjaan dengan tingkat kepuasan
pengunjung, ada sebanyak 32 (80,0%)
pengunjung yang menyatakan puas pada
responden tidak bekerja. Sedangakan
diantara responden yang bekerja, ada 16
(26,7%) pengunjung yang menyatakan
tidak puas. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan proporsi tingkat kepuasan
pengunjung antara responden yang tidak
bekerja dan bekerja (ada hubungan yang
signifikan antara tingkat kepuasan
pengunjung dengan pekerjaan). Dari hasil
analisa diperoleh pula nilai OR= 0,091
artinya tingkat responden bekerja
mempunyai peluang 0,091 kali untuk
menyatakan puas dibanding responden
tidak bekerja.
e. Hasil Uji Chi-Sguare variabel
Tingkat Ekonomi terhadap Tingkat
Kepuasan Pengunjung Puskesmas XYZ
Kabupaten Bogor Tahun 2011.
Tabel 17
Hubungan ekonomi dan tingkat kepuasaan
Puskesmas xyz tahun 2011
Ting
kat
Ekon
omi
Tingkat Kepuasan
Total OR
(95%
CI)
P
Value
Tidak
Puas Puas
n % N % N %
Rend
ah
Tingg
i
14
38
27,
5
77,
6
37
11
72,
5
22,
4
51
49
10
0
10
0
0,110
0,04-
0,27
0,000
Jumla
h
52 52,
0
48 48,
0
10
0
10
0
Hasil analisa hubungan antara tingkat
ekonomi dengan tingkat kepuasan
pengunjung, ada sebanyak 37 (72,5%)
pengunjung yang menyatakan puas pada
responden tingkat ekonomi rendah.
Sedangakan diantara responden yang
ekonomi tinggi, ada 11 (22,4%)
pengunjung yang menyatakan tidak puas.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000
maka dapat disimpulkan ada perbedaan
proporsi tingkat kepuasan pengunjung
antara responden yang ekonomi rendah
dan tinggi (ada hubungan yang signifikan
antara tingkat kepuasan pengunjung
dengan tingkat ekonomi). Dari hasil
analisa diperoleh pula nilai OR= 0,110
artinya tingkat responden ekonomi tinggi
mempunyai peluang 0,110 kali untuk
menyatakan puas dibanding ekonomi
rendah.
4 Pembahasan Hasil Penelitian
1. Keterbatasan Penelitian
23
Penelitian yang dilakukan mempunyai
keterbatasan yaitu keterbatasan waktu,
biaya dan keterbatasan pengetahuan dari
peneliti mengenai seluruh faktor yang
berhubungan dengan kepuasan pasien
rawat jalan di Puskesmas. Oleh karena itu,
ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas
terhadap faktor- faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien rawat
jalan di Puskesmas meliputi faktor
predisposisi terdiri dari jenis kelamin,
usia, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi.
Penelitian ini juga mempunyai kelemahan
yaitu kemungkinan adanya recall bias dari
responden karena jawaban yang diberikan
bukan jawaban sesungguhnya.
Ketidak tepatan jawaban dapat
terjadi karena faktor pemahaman
responden yang kurang, banyak
pertanyaan yang menyangkut pendapat
responden yang tidak bisa lepas dari
subyektifitas individu responden sendiri,
sehingga masalah subyektifitas tidak bisa
diabaikan.
2. Hubungan jenis kelamin dengan
kepuasaan pasien rawat jalan
Puskesmas XYZ Kabupaten Bogor
Tahun 2011.
Dari hasil uji Chi-Sguare antara jenis
kelamin dengan kepuasaan pasien rawat
jalan tidak ada perbedaan proporsi
(p=0,568) kepuasaan pasien rawat jalan
antara yang jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Hal ini menandakan tidak ada
hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan kepuasaan pasien rawat
jalan. Peluang jenis kelamin perempuan
lebih banyak (1,398 kali) dibanding jenis
kelamin laki-laki.
Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan Abraham dan Shanley
(1996) menyatakan bahwa pasien
perempuan lebih cenderung puas terhadap
pelayanan kesehatan dibandingkan dengan
laki-laki.
Perbedaan tersebut kemungkinan
karena jenis kelamin masing-masing
wilayah berbeda, sesuai dengan
karakteristik daerah tersebut.
3. Hubungan umur dengan kepuasaan
pasien rawat jalan Puskesmas XYZ
Kabupaten Bogor Tahun 2011.
Dari hasil uji Chi-Sguare antara
umur dengan kepuasaan pasien rawat jalan
ada perbedaan proporsi (p=0,001)
kepuasaan pasien rawat jalan antara yang
kelompok umur ≤ 35 tahun dan > 35
tahun. Hal ini menandakan ada hubungan
yang signifikan antara umur dengan
kepuasaan pasien rawat jalan. Peluang
kelompok umur > 35 tahun lebih banyak
(4,498 kali) dibanding kelompok umur ≤
35 tahun
Hal ini sama dengan penelitian Aday
(1980) yang dikutip dari Lizarni (2000)
yang berhubungan dengan tingkat
kepuasan pasien di institusi pelayanan
kesehatan di Amerika menyatakan bahwa
24
usia < 35 tahun, jenis kelamin, pendidikan
menrngah kebawah dan tingkat
penghasilan rendah cenderung merasa
tidak puas daripada sebaliknya.
4. Hubungan pendidikan dengan
kepuasaan pasien rawat jalan
Puskesmas XYZ Kabupaten Bogor
Tahun 2011.
Dari hasil uji Chi-Sguare antara
tingkat pendidikan dengan kepuasaan
pasien rawat jalan ada perbedaan proporsi
(p=0,000) kepuasaan pasien rawat jalan
antara tingkat pendidikan dasar dan tinggi.
Hal ini menandakan ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan
dengan kepuasaan pasien rawat jalan.
Peluang tingkat pendidikan tinggi lebih
banyak (0,124 kali) dibanding tingkat
pendidikan dasar.
Hal ini sama dengan penelitian
Lumenta (1989), menyatakan pasien yang
berpendidikan rendah umumnya cukup
puas dengan pelayanan kesehatan dasar
saja dan tidak menganggap penting arti
teknologi medis, sedangkan mereka yang
berpendidikan tinggi umumnya tidak puas
dengan pelayanan kesehatan dasar.
5. Hubungan pekerjaan dengan
kepuasaan pasien rawat jalan
Puskesmas XYZ Kabupaten Bogor
Tahun 2011.
Dari hasil uji Chi-Sguare antara
tingkat pekerjaan dengan kepuasaan pasien
rawat jalan ada perbedaan proporsi
(p=0,000) kepuasaan pasien rawat jalan
antara responden tidak bekerja dan
bekerja. Hal ini menandakan ada hubungan
yang signifikan antara pekerjaan dengan
kepuasaan pasien rawat jalan. Peluang
responden yang bekerja lebih banyak
(0,091 kali) dibanding yang tidak bekerja.
Hal ini sama dengan penelitian
Sarwono (1996), menyatakan dengan
kasus pelayanan yang sama untuk kasus
yang sama dapat terjadi kepuasan yang
dirasakan pasien akan berbada, hal ini
tergantung pada latar pendidikan pasien itu
sendiri. Faktor tersebut antara lain:
pangkat, tingkat ekonomi, kedudukan
sosial, pendidikan, latar belakang sosial
budaya, sifat umum kesukuan, jenis
kelamin, sikap mental, dan keperibadian
seseorang.
6. Hubungan Tingkat Ekonomi dengan
kepuasaan pasien rawat jalan
Puskesmas XYZ Kabupaten Bogor
Tahun 2011.
Dari hasil uji Chi-Sguare antara
tingkat ekonomi dengan kepuasaan pasien
rawat jalan ada perbedaan proporsi
(p=0,000) kepuasaan pasien rawat jalan
antara responden ekonomi rendah dan
tinggi. Hal ini menandakan ada hubungan
yang signifikan antara tingkat ekonomi
dengan kepuasaan pasien rawat jalan.
Peluang responden yang tingkat ekonomi
25
tinggi lebih banyak (0,110 kali) dibanding
yang ekonomi rendah.
Hal ini sama dengan penelitian
Sarwono (1996), menyatakan dengan
kasus pelayanan yang sama untuk kasus
yang sama dapat terjadi kepuasan yang
dirasakan pasien akan berbada, hal ini
tergantung pada latar pendidikan pasien itu
sendiri. Faktor tersebut antara lain:
pangkat, tingkat ekonomi, kedudukan
sosial, pendidikan, latar belakang sosial
budaya, sifat umum kesukuan, jenis
kelamin, sikap mental, dan keperibadian
seseorang.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian yang
ingin dicapai dari hasil analis yang
dilakukan terhadap variable penelitian,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Proporsi dan karakteristik variabel
penelitian.
a. Jumlah responden di Puskesmas XYZ
dari 100 sampel dimana proporsi
terbesar (52,0%) responden menyatakan
tidak puas dan yang menyatakan puas
(48,0%)
b. Proporsi rersponden di Puskesmas XYZ
berdasarkan fakror karakteristik
individu :
1) Jenis Kelamin
Proporsi terbesar (67,0%) jenis kelamin
perempuan dan laki-laki (33,0%).
2) Kelompok Usia.
Proporsi terbesar (54,0%) usia ≤ 35
tahun dan usia > 35 tahun (46,0%)
3) Tingkat Pendidikan.
Proporsi terbesar (52,0%)
berpendidikan tinggi dan berpendidikan
rendah (48,0%).
4) Pekerjaan ibu.
Proporsi terbesar (60,0%) responden
bekerja dan tidak bekerja (40,0%).
5) Tingkat Ekonomi.
Proporsi terbesar (51,0%) tingkat
ekonomi rendah dan tingkat ekonomi
tinggi (49,0%).
2. Hubungan faktor karekteristik individu
dengan kepuasan pasien rawat jalan di
Puskesmas XYZ Kabupaten Bogor
Tahun 2011 :
a. Ada hubungan bermakna.
1). Kelompok Usia.
Faktor kelompok usia yang
dikelompokan usia ≤ 35 tahun dan usia >
35 tahun, ada hubungan signifikan dengan
kepuasan pasien rawat jalan, kelompok
usia > 35 tahun mempunyai peluang lebih
besar untuk merasa puas terhadap
pelayanan rawat jalan dibanding usia ≤ 35
tahun.
2). Tingkat Pendidikan.
Faktor tingkat pendidikan yang
dikelompokan pendidikan dasar dan tinggi,
ada hubungan signifikan dengan kepuasan
pasien rawat jalan, kelompok pendidikan
rendah mempunyai peluang lebih besar
26
untuk merasa puas terhadap pelayanan
rawat jalan dibanding pendidikan tinggi
3). Pekerjaan
Faktor pekerjaan yang dikelompokan
tidak bekerja dan bekerja, ada hubungan
signifikan dengan kepuasan pasien rawat
jalan, kelompok tidak bekerja mempunyai
peluang lebih besar untuk merasa puas
terhadap pelayanan rawat jalan dibanding
yang bekerja
4). Tingkat Ekonomi
Faktor tingkat ekonomi yang
dikelompokan ekonomi rendah dan tinggi,
ada hubungan signifikan dengan kepuasan
pasien rawat jalan, kelompok tingkat
ekonomi rendah mempunyai peluang lebih
besar untuk merasa puas terhadap
pelayanan rawat jalan dibanding yang
tingkat ekonomi tinggi
b. Tidak ada hubungan bermakna.
1). Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin yang
dikelompokan laki-laki dan perempuan,
tidak ada hubungan signifikan dengan
kepuasan pasien rawat jalan, kelompok
jenis kelamin perempuan mempunyai
peluang lebih besar untuk merasa puas
terhadap pelayanan rawat jalan dibanding
yang jenis kelamin laki-laki.
B. Saran
1. Perlu dilakukan pengendalian mutu
secara terpadu, dengan mengikutsertakan
seluruh karyawan sebagai tim kerja
melalui gugus kendali mutu
2. Pendapat karyawan harus mengaju
pada basis kinerja karyawan sendiri,
sehingga karyawan terpacu untuk
memberikan pelayanan optimal pada
pasien.
3. Pada tingkat kepuasan pengunjung
yang masih perlu mendapat perhatiaan
adalah :
a) Informasi alur pelayanan dan
prosedur pelayanan dengan tulisan yang
besar dan ditempatkan pada tempat
yang mudah dibaca pengunjung
Puskesmas
b) Tempat pendaftaran dan rekam
medik selayaknya komputerisasi, agar
pelayanan cepat dan akurat
4. Pada hasil penelitian ada hubungan
antara umur, pendidikan, pekerjaan, dan
ekonomi dengan kepuasan pelayanan
rawat jalan di Puskesmas, maka perlu
dilakukan penyuluhan kepada pengunjung
dengan memperhatikan kelompok yang
disuluh agar pemahaman terhadap
pelayanan kesehatan baik.
5. Pengaturan tataruang pelayanan
dibuat sedemikian menarik dengan
memasang poster-poster penyuluhan,
sehingga pengunjung tidak merasa jenuh.